LAPORAN AKHIR TAHUN 2017 - bptpriau-ppid.pertanian.go.id
Transcript of LAPORAN AKHIR TAHUN 2017 - bptpriau-ppid.pertanian.go.id
Laporan Tahunan 2017
i
LAPORAN AKHIR TAHUN 2017
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN RIAU
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN RIAU
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2017
Laporan Tahunan 2017
ii
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji hanya bagi Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya, Laporan Tahunan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian (BPTP Balitbangtan) Riau dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam peranannya sebagai corong inovasi teknologi pertanian di daerah dan
inovator hasil-hasil penelitian sehingga dapat dengan mudah diadopsi petani, BPTP Balitbangtan Riau berorientasi pada kebutuhan pengguna teknologi.
Laporan ini disusun sebagai salah satu instrumen pertanggungjawaban dan sekaligus sebagai evaluasi dalam penyempurnaan rencana capaian kinerja pada tahun yang akan datang. Laporan
tahunan ini berisi pertanggungjawaban hasil pelaksanaan anggaran tahun 2017 yang menyatu pada tupoksi BPTP Balitbangtan Riau.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahun 2017 secara keseluruhan telah sesuai dengan tugas
dan fungsi BPTP Balitbangtan Riau dengan melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi
pertanian tepat guna spesifik lokasi melalui inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi, pelaksanaan penelitian, pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian,
penyiapan kerjasama, pemberian pelayanan teknis kegiatan pengkajian serta pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih atas kerjasama yang baik dari berbagai pihak selama proses penyusunan laporan ini, saran maupun kritik yang bersifat membangun
sangat diharapkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.
Pekanbaru, Januari 2018 Kepala Balai,
Dr. Kuntoro Boga Andri, SP, M.Agr.
NIP. 19741201 199903 1 002
Laporan Tahunan 2017
iii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii DAFTAR TABEL ............................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... vi
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1 STRUKTUR ORGANISASI DAN MANAJEMEN ................................................................ 2
A. Tata Usaha .................................................................................................................. 2 1. Urusan Kepegawaian ................................................................................................. 2
2. Urusan RumahTangga dan Perlengkapan .................................................................. 5
3. Urusan Keuangan ...................................................................................................... 5 4. Urusan Surat Menyurat ............................................................................................. 6
B. Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian .................................................................... 6 1. Penyusunan Program ............................................................................................... 7
2. Kerjasama Penelitian ................................................................................................. 7 3. Koordinasi dan Sinkronisasi dengan Stakeholeder ...................................................... 9
4. Pengelolaan Perpustakaan/Website ........................................................................... 9
5. Evaluasi dan Pelaporan ............................................................................................. 10 6. Pengelolaan Instalasi Pengkajian Laboratorium .......................................................... 11
7. Pengelolaan Website ................................................................................................. 11 8. Pengelolaan database pertanian ................................................................................ 12
Laporan Tahunan 2017
iv
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Tenaga PNS Berdasarkan Golongan dan Pendidikan per 31 Desember 2017 ................... 3
2. Rekapitulasi Pegawai BPTP Balitbangtan Riau menurut Kelompok Fungsional per 31
Desember 2017 .......................................................................................................... 3 3. Tenaga PNS Berdasarkan Golongan Ruang dan Pendidikan Akhir per 31 Desember 2017
4. Tenaga Kontrak BPTP Balitbangtan Riau per 31 Desember 2017 ................................... 4 5. Tenaga PNS Berdasarkan Jabatan Fungsional dan Pendidikan per 31 Desember 2017 .... 4
6. Daftar PNS Berdasarkan Bidang Keahlian/Disiplin Ilmu per 31 Desember 2017 ............... 4 7. Rekapitulasi Pengadaan Barang Inventaris BPTP Balitbangtan Riau Tahun 2017 ............. 5
8. Rincian Anggaran BPTP Balitbangtan Riau Tahun 2017 ................................................. 5
9. Anggaran dan Realisasi BPTP Balitbangtan Riau Tahun 2017 ......................................... 6 10. Perbandingan Realisasi Belanja TA. 2016 dan TA. 2017 ................................................ 6
11. Jumlah Penambahan Koleksi Perpustakaan BPTP Balitbangtan Riau Tahun 2017 ............ 10 12. Koleksi Perpustakaan BPTP Balitbangtan Riau sampai pada Tahun 2017 ........................ 10
13. Berita yang di-Update pada Website Tahun 2017 ......................................................... 12
Laporan Tahunan 2017
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Kegiatan mahasiswa magang UR periode I ................................................................... 7
Laporan Tahunan 2017
1
PENDAHULUAN
Seiring dengan pertumbuhandan perkembangan ekonomi masyarakat saat ini yang menjadikan pertanian modern sebagai tumpuan perekonomian di daerah, peran BPTP Balitbangtan semakin
dirasakan manfaatnya bagi petani khususnya dalam memberikan sumbangsihnya dalam hal inovasi
dan penerapan teknologi pertanian yang handal dan berhasil guna, sehingga memenuhi kebutuhan pangan masyarakat yang populasinya semakin meningkat.
BPTP Balitbangtan yang terdapat di setiap provinsi sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, menjadikan BPTP Balitbangtan sangat penting dalam menjembatani usaha perbaikan pengembangan pertanian di daerah yang diharapkan oleh
Pemerintah Pusat melalui inovasi dan penerapan teknologi pertanian yang tepat guna.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian RI No. 19/Permentan/OT.020/5/2017, tanggal 22 Mei
2017, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) adalah unit pelaksana teknis di bidang pengkajian teknologi pertanian spesifik lokasi, yang berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari dikoordinasikan oleh Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
BPTP mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, perakitan, pengembangan dan diseminasi
teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.Dalam melaksanakan tugas tersebut BPTP memiliki
fungsi 1) Melaksanakan pengkajian, perakitan, pengembangan dan diseminasi Teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. 2) Pelaksanaan penyusunan program, rencana kerja, anggaran,
evaluasi, laporan pengkajian, perakitan, pengembangan dan diseminasi teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. 3) Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian
tepat guna spesifik lokasi. 4) Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. 5) Pelaksanaan pengembangan teknologi pertanian tepat guna
spesifik lokasi. 6) Perakitan materi penyuluhan dan diseminasi hasil pengkajian teknologi pertanian
tepat guna spesifik lokasi. 7) Pelaksanaan bimbingan teknis materi penyuluhan dan diseminasi hasil pengkajian teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. 8) Penyiapan kerjasama, informasi,
dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. 9) Pemberian pelayanan teknik
pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. 10)
Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan perlengkapan BPTP
BPTP Balitbangtan Riau merupakan salah satu unit pelaksana teknis Eselon 3 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, yang secara hirarkis merupakan unit fungsional Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Berdasarkan hierarchical strategic plan, maka Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) menyusun Rencana Aksi dari Visi, Misi,
Kebijakan, dan Program Badan Litbang Pertanian, yang selanjutnya pada tataran rencana strategis
BPTP/UPT (functional unit) dituangkan menjadi Rencana Operasional. Oleh karena itu, visi, misi, kebijakan, stretegi, dan program Badan Litbang Misi Balitbangtan 2015-2019 mengacu pada Visi
dan Misi Kementerian Pertanian, yang selanjutnya akan menjadi visi, misi, kebijakan, strategi, dan program seluruh satuan kerja Badan Litbang Pertanian, termasuk BBP2TP dan BPTP Balitbangtan
Riau.
Memperhatikan hierarchical strategic plan, maka visi dan misi BPTP Balitbangtan Riau adalah
adalah: Menjadi lembaga penelitian & pengkajian inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi. Adapun misi BPTP BalitbangtanRiau, adalah: (i) Menghasilkan & mendiseminasikan inovasi
pertanian spesifik lokasi, (ii) Mengembangkan jejaring kerjasama, (iii) Melaksanakan pengkajian
sesuai norma & standar ilmiah dan (iv) Mengembangkan sumberdaya manusia yang profesional &
mandiri.
Laporan Tahunan 2017
2
Dalam kerangka operasional, pelaksanaan visi dan misi BPTP Balitbangtan Riau dicapai dengan
adanya penelitian/pengkajian dan diseminasi teknologi spesifik lokasi serta monitoring dan evaluasi untuk mendukung percepatan pembangunan pertanian di perdesaan melalui penyediaan paket
teknologi spesifik lokasi berwawasan agribisnis, mempercepat transfer teknologi kepada petani khususnya dan mendapatkan umpan balik untuk penajaman program penelitian/pengkajian
pertanian, serta menyediakan advokasi dalam penerapan teknologi tepat guna spesifik lokasi. Selain itu, sebagai pusat informasi terkait penelitian dan pengkajian spesifik lokasi bagi
masyarakat, BPTP Balitbangtan Riau terusbekerjasama dengan stakeholder baik itu pemerintah
daerah, perusahaan maupun dengan civitas akademika di Provinsi Riau.
Adapun wilayah kerja BPTP Balitbangtan Riau terdiri dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau, yang terbagi menjadi beberapa cakupan kerja BPTP Balitbangtan Riau sesuai agroekosistem dan
karakteristik wilayah untuk lebih memfokuskan kegiatan penelitian dan pengkajian teknologi
spesifik lokasi yang dilaksanakan.
Dalam melaksanakan tugasnya, BPTP Balitbangtan Riau dipimpin oleh pejabat struktural Eselon III dan dibantu oleh dua pejabat struktural Eselon IV yaitu Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kepala
Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian, serta koordinator program dan pejabat fungsional peneliti, penyuluh, teknisi, dan tenaga administrasi.
STRUKTUR ORGANISASI DAN MANAJEMEN
Dalam melaksanakan tupoksi BPTP Balitbangtan Riau, setiap komponen pegawai memiliki peran
penting dalam menjalankan roda organisasi untuk keberhasilan BPTP Balitbangtan Riau pada
khususnya. Adapun struktur organisasi BPTP Balitbangtan Riau terdiri atas: a) Kepala Balai, b) Sub Bagian Tata Usaha, meliputi: Urusan Kepegawaian, Urusan Keuangan, Urusan Rumah Tangga dan
Perlengkapan, serta Perencanaan dan Pelaporan, c) Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian, meliputi: Penanggung Jawab Perpustakaan, Penanggung Jawab Alat dan Mesin Pertanian,
Penanggung Jawab Audio Visual, Penanggung Jawab Laboratorium dan Penanggung Jawab Kerja Sama Penelitian, d) Koordinator Program. Selain itu BPTP Balitbangtan Riau didukung oleh
Kelompok Fungsional yang terdiri atas: a) Kelompok Pengkaji Sumberdaya, b) Kelompok Pengkaji
Budidaya, dan c) Kelompok Pengkaji Sosial Ekonomi.
A. Tata Usaha
Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan,
perlengkapan, surat menyurat dan rumah tangga. Hal ini berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor : 17/Permentan/OT.140/1/2014 tanggal 27Januari 2014 tentang rincian tugas pekerjaan Eselon IV pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
1. Urusan Kepegawaian
Tugas urusan kepegawaian adalah menyiapkan bahan penyusunan rencana kerja dan anggaran
Subbagian Tata Usaha, melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana kebutuhan pegawai, melakukan mutasi pegawai, menyiapkan bahan penyusunan pengembangan pegawai, melakukan
urusan tata usaha kepegawaian, melakukan urusan kesejahteraan pegawai, menyiapkan bahan
evaluasi kinerja pegawai, dan melakukan penyiapan bahan pendayagunaan jabatan fungsional.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, Sampai dengan 31 Desember 2017, BPTP Balitbangtan Riau memiliki sumberdaya manusia sebanyak 68 orang, yang terbagi
kedalam 3 kelompok, yaitu struktural, fungsional khusus dan fungsional umum. Berdasarkan hal
tersebut terdapat 3 pegawai pejabat struktural, 27 pegawai fungsional khusus dan 36 pegawai fungsional umum. Sebaran jumlah tenaga BPTP Balitbangtan Riau menurut pangkat, golongan,
tingkat pendidikan dan jabatan fungsional disajikan pada Tabel 1 hingga Tabel 4.
Tabel 1.Tenaga PNS BerdasarkanGolongan dan Pendidikan per 31 Desember 2017
Laporan Tahunan 2017
3
No Pendidikan Golongan
Jml IV III II I
1 S3 3 2 - - 5 2 S2 5 19 - - 24
3 S1 1 16 - - 17 4 D4 - 1 - - 1
5 D3 - - - - -
6 SLTA - 7 12 - 19 7 SLTP - - 1 - 1
8 SD - - 1 - 1
Jumlah 9 45 14 - 68
Tabel 2. Rekapitulasi pegawai BPTP Balitbangtan Riau menurut Kelompok Fungsional per 31 Desember 2017
No Pendidikan Jumlah
1 Peneliti 27 2 Teknisi Litkayasa 8
3 Penyuluh 12
4 Pranata Komputer 1
Jumlah 48
Tabel 3.Tenaga PNS Berdasarkan Golongan Ruang dan Pendidikan Akhir per 31 Desember 2017
Gol/ Ruang
Tingkat Pendidikan Jml
S3 S2 S1 D4 D3 SMU SMP SD
II/a - - - - - - - 1 1
II/b - - - - - 2 1 - 3 II/c - - - - - 6 - - 6
II/d - - - - - 4 - - 4 III/a - 1 8 - - - - - 9
III/b - 6 4 1 - 4 - - 15 III/c - 7 6 - - - - - 13
III/d 2 5 1 - - - - - 8
IV/a 1 4 1 - - - - - 6 IV/b 2 - - - - - - - 2
IV/c - - - - - - - - - IV/d - 1 - - - - - - 1
IV/e - - - - - - - - -
Jumlah 5 24 20 1 - 16 1 1 68
Tabel 4.Tenaga Kontrak BPTP Riau per 31 Desember 2017
No Pendidikan Jumlah Ket
1 S1 3
2 D3 1 3 SLTA 10
4 SLTP - 5 SD -
Jumlah 14
Dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya pegawai, pada tahun anggaran 2017, staf
penelitidan penyuluh BPTP yang mengikuti program tugas belajar sejumlah 3 (tiga) orang. Tenaga
PNS Berdasarkan Jabatan Fungsional dan Pendidikan per 31 Desember 2017 disajikan pada Tabel
Laporan Tahunan 2017
4
5.Daftar PNS berdasarkan bidang pekerjaan dan keahlian /disiplin ilmu per 31 Desember 2017
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 5.Tenaga PNS BerdasarkanJabatan Fungsional dan Pendidikan per 31 Desember 2017
No Jabatan Fungsional Tingkat Pendidikan Jml
S3 S2 S1 S0
1 Peneliti Utama 1 1 - - 2
2 Peneliti Madya 2 4 - - 6 3 Peneliti Muda 2 7 - - 9
4 Peneliti Pertama - 6 2 - 8 5 Calon Peneliti 2 - 2
5 Penyuluh Utama - - - - - 6 Penyuluh Madya - - 1 - 1
7 Penyuluh Muda - 1 - - 1
8 Penyuluh Pertama - 2 7 - 9 9 Calon Penyuluh - 1 - - 1
11 Pranata Komputer Pertama - - 1 - 1 12 Teknisi Litkayasa Penyelia - - - - -
13 Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan - - - 5 5
14 Teknisi Litkayasa Pelaksana - - - 3 3 15 Teknisi Litkayasa Pemula - - - - -
Jumlah 5 23 13 8 48
Tabel 6.Daftar PNS Berdasarkan Bidang Keahlian/ Disiplin Ilmu per 31 Desember 2017
Bidang Keahlian/
Disiplin Ilmu
Peneliti Penyuluh Calon Peneliti/
Penyuluh
Agroklimat & Pencemaran Lingk. 2 - - Pemuliaan Tanaman 2 1 - Budidaya Tanaman 7 3 -
Sosial Ekonomi Pertanian 2 1 - Hama Penyakit Tanaman 3 1 -
Kesuburan Tanah, Bilogi Tanah& Agroteknologi Tanah
2 - -
Pakan & Nutrisi Ternak 2 1 2 Sistem Usaha Pertanian 1 - - Teknologi Pasca Panen 1 - -
Ilmu Lingkungan 2 1 - Perencanaan pembangunan
wilayah perdesaan
1 - -
Penyuluhan Pertanian - 3 -
Komunikasi Pembangunan
Pertanian
1 - -
Teknologi Benih 1 - -
Jumlah 27 11 2
2. Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan
Tugas urusan rumah tangga dan perlengkapan antara lain: melakukan penatausahaan barang milik negara, menyiapkan bahan penyusunan laporan kekayaan negara, melakukan urusan
penghapusan dan pemanfaatan barang milik negara,melakukan tata letak ruang, penataan taman dan menjaga kebersihan lingkungan kantor, serta pengaturan penggunaan gedung kantor.
Laporan Tahunan 2017
5
BPTP BalitbangtanRiau sampai dengan 31 Desember 2017 telah memiliki 1 (satu) unit gedung
utama di Pekanbaru. Selain gedung kantor terdapat juga 1 (satu) unit rumah jabatan dan 18 unit rumah dinas serta 1 (satu) unit mess di Pekanbaru. Gedung dan perumahan di Pekanbaru didirikan
di atas tanah milik Pemerintah Daerah Provinsi Riau dengan status pinjam pakai kepada UPT Pelatihan Dinas Pertanian dan PeternakanProvinsi Riau.
Pemeliharaan kendaraan bermotor dialokasikan untuk 16 unit kendaraan dengan perincian 7 unit
kendaraan roda 4 dan 9 unit kendaraan roda 2.
Adapun rekapitulasi pengadaan barang tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7.Rekapitulasi Pengadaan Barang Inventaris BPTP Balitbangtan Riau Tahun 2017
No. Uraian Volume
PERALATAN DAN MESIN
1 Tangga Aluminium 1 unit
2 Mesin cuci 1unit
3 DVD 1 unit
4 Sound System/Speaker aktif 1 unit
5 MicWireless 3 unit
6 Microscope Digital 1 unit
7 TV LED layar datar 32 inch 2 unit
8 TV LED layar datar 65 inch 1 unit
9 Infocus 1unit
10 PC 1 unit
11 Printer 4unit
12 Laptop 1 unit
13 Sofabed 1 unit
14 Sofa L 1 unit
15 Sofa 1 unit
16 Kendaraan bermotor roda 2 2unit
17 Kendaraan roda 3 pengangkut benih 2unit
18 Hand Traktor 2unit
19 Filling cabinet 2 unit
20 Mimbar/podium 1 unit
21 Kursi rapat 50 unit
22 Kursi rapat besar 4 unit
23 Sealer 1 unit
24 Spinner 1 unit
25 Vacum Frying 1 unit
26 Salinity refractometer tanah 1 unit
27 Mesin pompa air 2 unit
28 Dispenser 1 unit
29 Antena parabola 1 paket
30 Cultivator 3 unit
Laporan Tahunan 2017
6
Tabel 8. Rekapitulasi Pengadaan Peralatan dan Mesin kegiatan TTP yang akan diserahkan ke
Masyarakat/Pemda Tahun 2017
No. Uraian Volume
1 Mesin air penyiram kebun 1 unit
2 Springkle irrigation 1 paket
3 Mesin blower/pengering 1 unit
4 Transplanter 1 unit
5 Seed cleaner 1 unit
6 Genset 1 unit
7 Moisture tester lapangan 1 unit
8 Peralatan bengkel 1 unit
9 Pompa air 2 unit
10 Power sprayer 2 unit
11 Rotari 1 unit
12 Hand traktor 1 unit
3. Urusan Keuangan
Urusan Perencanaan dan Keuangan memiliki tugas melakukan urusan perbendaharaan, melakukan urusan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), melakukan urusan penerbitan Surat Perintah
Membayar (SPM), menyiapkan bahan penyusunan laporan keuangan, melakukan urusan gaji,
tunjangan, lembur dan uang makan, penyiapan bahan penyusunan anggaran pengkajian dan diseminasi serta menyusun data base dan SIM.
Pada Tahun Anggaran 2017BPTP Balitbangtan Riau mendapat alokasi APBN sebesar Rp.
14.086.746.000,-yang membiayai kegiatan di satuan kerja (satker) BPTP Balitbangtan Riau.
Tabel 9. Rincian Anggaran BPTP Balitbangtan Riau Tahun 2017
No Jenis Belanja Pagu DIPA (Rp)
1 Pegawai 5.021.246.000
2 Barang 7.426.500.000
3 Modal 1.639.000.000
Jumlah 14.086.746.000
Tolok ukur keberhasilan pelaksanaan kegiatan BPTP Balitbangtan Riau adalah pencapaian sasaran
sesuai dengan rencana (target) yang telah ditetapkan baik dalam hal fisik maupun keuangan.
Pencapaian sasaran tidak terlepas dari adanya faktor internal dan faktor eksternal yang secara langsung mempengaruhi jalannya pelaksanaan kegiatan.
Tolok ukur keberhasilan tersebut dapat dilakukan dengan analisis terhadap hal berikut: a. Realisasi fisik dan keuangan.
b. Aktivitas kegiatan pengkajian/penyediaan sarana prasarana.
Realisasi Anggaran
Realisasi belanja BPTP Balitbangtan Riau pada TA 2017 adalah sebesar 13.748.925.584,- atau sebesar 97.60 % dari anggaran. Total pagu DIPA BPTP Balitbangtan Riau TA. 2017 adalah
14.086.746.000,- dengan realisasi seperti Tabel di bawah ini.
Laporan Tahunan 2017
7
Tabel 10. Anggaran dan Realisasi BPTP Balitbangtan Riau Tahun 2017
No Jenis Belanja
Pagu DIPA Revisi Realisasi
Realisasi (%)
1 Pegawai 5.005.920.986 99,69
2 Barang 7.202.504.205 96,98
3 Modal 1.540.500.393 93,99
Jumlah 14.086.746.000 17.838.929.805 97,60
Tabel 11. Perbandingan anggaran belanja TA. 2017 dengan TA. 2016
No Uraian Jenis
Belanja
Belanja
TA. 2017 TA. 2016
1 Belanja Pegawai 5.021.246.000 4.960.430.000
2 Belanja Barang 7.426.500.000 10.957.347.000
3 Belanja Modal 1.639.000.000 3.773.700.000
Jumlah 14.086.746.000 19.691.477.000
Penurunan anggaran belanja BPTP Balitbangtan Riau pada tahun 2017 disebabkan karena kebijakan dari pusat dan penurunan belanja modal dan barang pada kegiatan TTP.
Realisasi Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) selama tahun 2017 sebesar Rp. 91.334.396,-
atau mencapai 287,27 % diatas pagu target yang telah ditentukan pada TA 2017 sebesar Rp. 23.584.000.-
4. Urusan Surat Menyurat
Tugasnya melakukan surat menyurat, Urusan kearsipan, penyiapan bahan pengelolaan dan pencetakan untuk keperluan dinas.
B. Seksi Kerjasama dan PelayananPengkajian
Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan program, rencana kerja, anggaran, pemantauan, evaluasi dan laporan serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil, serta pelayanan sarana teknis pengkajian, perakitan
dan pengembangan Teknologi Pertanian tepat guna spesifik lokasi.
1. Penyusunan Program
Penyusunan rencana kegiatan dan anggaran dilakukan melalui : penyusunan rencana kerja kegiatan, matrik program litkaji, RKA-KL beserta data dukung, evaluasi proposal
(RPTP/RDHP/RKTM), dan update data i-prog. Hasil kegiatan perencanaan dan penyusunan program TA. 2017 :
a. Melakukan revisi DIPA BPTP Balitbangtan Riau TA 2017sehingga merubah pagu DIPA TA 2017menjadi Rp. 14.086.746.000,-
b. Menyusun dokumen RKA-KL, DIPA dan POK TA. 2018BPTP Balitbangtan Riau beserta data dukungnya dengan total pagu Rp. 15.839.487.000
c. Update data i-prog 1 kali, dari tahun 2011-2017 di i-prog Badan Litbang.
2. Kerjasama Penelitian
Ruang lingkup pengembangan kerjasama dan pendayagunaan hasil kegiatan meliputi: pelaksanaan kerjasama, pelayanan hasil pengkajian dan publikasi (layanan konsultasi
Laporan Tahunan 2017
8
teknologi, media tercetak/elektronik), dan penyelenggaraan seminar (proposal, rutin, dan
hasil pengkajian). Kerjasama BPTP dengan beberapa instansi/stakeholder pada tahun 2017 antara lain :
a. Kerjasama dengan Perguruan Tinggi Kerjasama BPTP Riau dengan Perguruan Tinggi antara lain dengan Universitas Riau
(UR), Universitas Islam Riau dan Universitas Andalas, Sumatera Barat. Kerjasama dengan perguruan tinggi ini dilakukan berupa bimbingan kepada mahasiswa magang
yang dilaksanakan di BPTP Riau dan di lokasi Taman Teknologi Pertanian (TTP)
Siak.Jumlah mahasiswa magang dari Universitas Riau (UR) 12 orang, Universitas Islam Riau 15 orang, Politeknik Negeri Payakumbuh, Sumatera Barat 5 orang dan Universitas
Andalas Sumatera Barat 1 orang.
Gambar 1. Mahasiswa magang di BPTP Riau
b. Kerjasama dengan SMK
Kerjasama BPTP Riau dengan beberapa SMK yaitu dengan SMK Pertanian Terpadu Riau, SMK Bina Insan, SMK N 1 Bonjol Sumatera Barat, SMK Yabri Pekanbaru.
Kerjasama dengan Sekolah Menengah Kejuruan berupa bimbingan kepada siswa magang sesuai dengan bidangnya antara lain administrasi perkantoran, teknik
komputer jaringan, akuntansi dan pengolahan hasil pertanian.
Gambar 2. Kegiatan magang siswa SMK di BPTP Riau
Laporan Tahunan 2017
9
c. Kerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten
Pelalawan
Kegiatan kerjasama tahun 2017 ini merupakan tindaklanjut dari kegiatan kerjasama pada tahun 2016 tentang Pertanian Terpadu Berbasis Techno Entrepreneur di Kabupaten
Pelalawan. Pada tahun 2017 ini kerjasama yang dilakukan hanya berupa pendampingan oleh BPTP Riau. Kegiatanpendampingandimulaipadabulan April 2017 hinggaOktober 2017.
Aksi di lapangandilakukandengansosialisasikegiatan di kelompoktani. Sosialisasi
kegiatandihadiriKa. UPTD Kec. Pelalawan, PPL LalangKabung, PenjabkegiatanBalitbangdaPelalawandananggotakelompoktani.Bidangusaha yang
dikembangkanpadakegiataninimeliputi :peternakansapi, budidayasayuranberumurpendek (bayamdankangkung), jagungmanis, cabaidankacangtanah.
Kegiatanpeternakanterdiridaripenggemukansapibali,
pembibitandanpengolahankotoranternakmenjadipupuk organic. Pengolahankotoranmenjadipupuk organic dilakukanmenggunakan decomposer EM4. Pupuk
organic yang dihasilkandigunakansebagaipupukpadabudidayatanamanhortikultura.
Lahantempatpercontohankegiatanpertanamandilakukan di lahanpetaniseluas 1 ha.
Lahandibagidalam 2 blokutama, masing-masingseluas 0,25 ha dan 0,75 ha. Padalahanseluas 0,25 ha
ditanamitanamansayuranberumurpendeksepertikangkungdanbayamdansayuranberumurleb
ihpanjangsepertikacangpanjangdancabai.
Luaslahanpertanamankangkungdanbayam adalah 1/8 ha danposisinyabergantiansetiapmusimtanam.
Selamakegiatantelahdilakukanpertanamansebanyak 6 kali, untukpertanamankacangpanjang 4 kali. Cabai yang
ditanamsebagaitanamanuntukpenghasilanbulananbelumdapatmemberikanhasil yang
baikakibatseranganpenyakitkeritingdaun.
Padalahanseluas 0.75 ha dibudidayakanjagungmanisdankacangtanahsecaratumpanggilir. Jagungmanispadakegiataninimemperlihatkankeuntungan yang
lebihbaikdibandingkantanaman lain.
Gambar 3. Kegiatan kerjasama pendampingan di Desa Lalang Kabung
3.Koordinasi dan Sinkronisasi dengan Stakeholder
Konsultasi, koordinasi dan sinkronisasi kegiatan litkaji dan diseminasi dengan stakeholder. meliputi Pemda Provinsi Riau, UK/UPT Lingkup Litbangtan, satker lingkup Kemtan, BBP2TP,
swasta, dan petani dan masyarakat
4. Pengelolaan Perpustakaan/website
Tugas penanggung jawab perpustakaan adalah mengelola perpustakaan yang meliputi : pelayanan pengunjung, penambahan koleksi buku, pemeliharaan koleksi perpustakaan,
pengembangan database dan upload pustaka digital, menyiapkan bahan dan
mendokumentasikan hasil-hasil pengkajian dalam bentuk perangkat lunak (software)dan
Laporan Tahunan 2017
10
perangkat keras(hardware). Secara umum koleksi perpustakaan BPTP Balitbangtan
Riaumeliputi tanaman pangan, peternakan, hortikultura, perikanan, bidang ilmu yang berkaitan dengan pertanian seperti ekonomi pertanian, kesehatan pangan, biologi dan lain
sebagainya. Pengunjung perpustakaan pada tahun 2017 yang tercatat di buku tamu digital sebanyak
650orang. Jumlah Penambahan Koleksi perpustakaan BPTP Balitbangtan Riau hingga 31 Desember 2017 dapat dlihat pada Tabel berikut.
Tabel 12. Jumlah Penambahan Koleksi Perpustakaan BPTP Balitbangtan Riau Tahun 2017
No Kategori Jumlah (BH) Keterangan
1 Buku 32 Sumbangan
2 Buku - Pengadaan
3 Jurnal/Prosiding 168 Sumbangan
4 Majalah/Warta 240 Sumbangan
5 Buletin/Juknis/Liptan 140 Sumbangan
6 Photo/Album - Sumbangan
7 CD/DVD - Sumbangan
8 Laporan 9 Sumbangan
Jumlah 589
Sedangkan jumlah seluruh koleksi perpustakaan BPTP Balitbangtan Riau hingga 31
Desember 2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 13. Jumlah seluruh koleksi Perpustakaan BPTP Balitbangtan Riau sampai pada Tahun
2017
No Kategori Jumlah (BH) Keterangan
1 Buku 195 Sumbangan
2 Buku 379 Pengadaan
3 Jurnal/Prosiding 1.896 Sumbangan
4 Majalah/Warta 6.466 Sumbangan
5 Buletin/Juknis/Liptan 2.175 Sumbangan
6 Photo/Album 73 Sumbangan
7 CD/DVD 46 Sumbangan
8 Laporan 84 Sumbangan
Jumlah 11.314
5.Evaluasi dan Pelaporan
Evaluasi dan pelaporan dilakukan melalui : monev kegiatan (exante, on-going, post-ante) dan pelaporannya; penyusunan laporan bulanan, triwulan, tengah tahun, akhir tahun; laporan
tahunan balai, LAKIP, PMO, SIMONEV. a. Monev Ex ante dilaksanakan dalam bentuk Seminar proposal.
b. Monev On-going tidak semua dimonev, dilakukan pada semua kabupaten/kota di Provinsi Riau.
c. Monev Post-ante dalam bentuk seminar hasil dan evaluasi dengan stakeholder.
Laporan Tahunan 2017
11
Tabel 14. Daftar nama tim monev dan kegiatan yang dimonev
Kegiatan (penjab) Tim Monev*
1. PKAH/Demfarm (Sri Swastika)
Empersi, Rathi Primazona, Oni Ekalinda, Rini Gemala
2. Pendampingan kawasan Ternak/demfarm (Irfan)
3. Indeks pertanaman lahan tadah hujan (Mardawilis)
4. Bioindustri (Dwi sisriyeni)
5. Pepaya APBNP (Rustam)
1. Pendampingan kawasan Ternak/demfarm (Irfan)
1. Budidaya Kedelai (Usman)
Rustam, Mardawilis, Rini Gemala, Asril, Deni
2. Pola tanam (Anis F)
3. Indeks pertanaman lahan pasang surut (Yunizar)
4. Anjak (Kuntoro Boga)
5. UPBS (Marsid)
6. TTP (Parlin)
1. Kapasitas penyuluh/Demfarm (Oni Ekalinda) Dwi Sisriyeni, Dwi Supriatin, Ida
Nur Istina 2. Pendampingan kawasan kebun/demfarm (Rustam)
3. Kelapa APBNP (Hery Widiyanto)
1. Kajian pola tanam (Parlin)
Fahroji, Asril, Suhendri 2. Perbaikan budidaya jagung (Ida)
3. Perbenihan padi dan jagung (Marsid)
4. SDG (Hery Widiyanto)
1. Perbatasan/demfarm (Rustam) Fahroji, tim
1. TIT (Ade Y) Fahroji, Suhendri, dan Deni
2. Kapasitas penyuluh (Oni)
3. Diseminasi Litkaji/pameran (Taufik)
4. Penas (Oji)
5. Upsus (Boga)
6. PKAH (Tika)
7. Pendampingan kawasan Ternak (Irfan)
8. Pola tanam (Anis F)
9. Pendampingan kawasan kebun (Rustam)
10. Indeks pertanaman lahan pasang surut (Yunizar)
11. Indeks pertanaman lahan tadah hujan (Mardawilis)
12. Perbatasan (Rustam)
1. RKTM Dwi Sisriyeni, Suhendri, Deni
Laporan Tahunan 2017
12
Pelaksanaan monev kegiatan BPTP Riau tahun 2017 dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 4. Tim monev saat memonev kegiatan dilapangan
6. PengelolaanInstalasiPengkajian Laboratorium
Laboratorium tanah BPTP Balitbangtan Riau sudah mendapatkan akreditasi sejak tahun 2016. Pengujian/analisis yang sudah mendapatkan akreditasi antara lain:
1. Kadar Air Tanah 2. Tekstur tanah
3. PH
Analisis sampel yang bisa dilaksanakan di Laboratorium BPTP Balitbangtan Riau antara lain :
1. Uji mikro Tanah (C, N, P, K dan Kation) 2. Kadar Abu
3. AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry)
Kegiatan Laboratorium pada tahun 2017 antara lain :
Bimbingan Teknis Analisis Tanah Rutin Pengecekan operasional alat AAS merk Zeenith
Pengecekan operasional alat spektrofotometer merk Safas Monaco Pengecekan bahan kimia untuk persiapan analisis
Pengecekan larutan standar untuk pengukuran Setting program alat AAS
Pembimbingan dan pelaksanaan oleh analis untuk pengukuran di alat AAS
Pembimbingan dan pelaksanaan oleh analis untuk pengukuran di alat Spektrofotometer
Pelaksanaan oleh analis untuk pengukuran di alat AAS Pengecekan antara alat AAS dan Spektrofotometer
Pengecekan alat destilasi merk Buchi
Rekap daftar bahan kimia yang harus tersedia untuk pengujian analisis tanah rutin
Laporan Tahunan 2017
13
Pada tahun 2017 tidak ada analisa sampel yang dilakukan, dikarenakan peralatan
laboratorium belum bisa digunakan hal ini disebabkan tidak tersedianya zat-zat kimia yang dibutuhkan.
7. PengelolaanWebsite
Selain perpustakaan digital BPTP Balitbangtan Riau telah memiliki website dalam dua versi
yaitu Indonesia dan Inggris dengan web http://riau.litbang.pertanian.go.id/ind/. Pada website
tersebut disajikan informasi tentang teknologi unggulan, teknologi hasil pengkajian, data sumberdaya manusia, fasilitas yang dimiliki, jenis pelayanan yang bisa dilakukan, publikasi,
kerjasama penelitian, dan berita yang memberitakan kegiatan yang dilaksanakan di BPTP Balitbangtan Riau rata-rata di update hampir setiap hari. Berita yang di update pada tahun
2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 15. Berita yang diupdate di website tahun 2017
No Bulan Jumlah
1 Januari 17 berita
2 Februari 19 berita
3 Maret 12 berita
4 April 17 berita
5 Mei 17 berita
6 Juni 21 berita
7 Juli 27 berita
8 Agustus 24 berita
9 September 22 berita
10 Oktober 19 berita
11 November 21 berita
12 Desember 21 berita
237 berita
Gambar 5. Tampilan Banner Website BPTP Balitbangtan Riau
8. Pengelolaan Database Pertanian
Pada tahun 2017 Database yang bisa dikumpulkan dalam tahun ini antara lain :
1) Kegiatan kerjasama 2) Publikasi ilmiah
Laporan Tahunan 2017
14
3) Inovasi BPTP Riau
4) Inovasi teknologi Balitbangtan 5) Gapoktan/poktan di Provinsi Riau
TEKNOLOGI KOMODITAS STRATEGIS YANG TERDISEMINASI KE PENGGUNA
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau sebagai penyelenggara fungsi inventarisasi dan
identifikasi kebutuhan teknologi tepat guna spesifik lokasi, penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian spesifik lokasi serta penyiapan paket teknologi hasil pengkajian dan bahan
untuk penyusunan materi penyuluhan pertanian, berusaha mendekatkan hasil penelitian kepada pengguna teknologi sehingga teknologi tersebut dapat bermanfaat melalui program diseminasi.
Agar hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh pengguna teknologi, hasil-hasil penelitian dari balai
penelitian komoditas di tingkat wilayah, harus dilakukan verifikasi dan adaptasi untuk mendapatkan teknologi spesifik lokasi sesuai dengan karakteristik agroekologi dan sosial ekonomi setempat.
Pada Tahun Anggaran 2017, BPTP Balitbangtan Riau melaksanakan jenis kegiatan diseminasi,
meliputi a) Temu Informasi Teknologi (TIT) dan Pemecahan Masalah, (2) Peningkatan Kapasitas
Penyuluhan, (3). Diseminasi Kegiatan Litkaji(Pameran dan Publikasi, Temu Teknis Litkaji, Dialog Interaktif), (4) Pekan Nasional (PENAS), (5) Pedampingan Upaya-Upaya Khusus Peningkatan
Produksi Dan Produktivitas Komoditas Strategis, (6) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Hortikultura, (7) Pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan, (8)
Pengembangan Pola Tanam Tanaman Pangan, (9) Pendampingan Kawasan Perkebunan, (10) Dukungan Inovasi Pertanian untuk Peningkatan Indeks Pertanaman Padi, (11) Dukungan Inovas
Teknologi di Daerah Perbatasan.
A. TEMU KOMUNIKASI TEKNOLOGI DAN PEMECAHAN MASALAH
Kegiatan Temu Komunikasi, Informasi dan Praktek Pemecahan Masalah ini, dilaksanakan sebanyak
empat kali pada empat Kabupaten, yaitu Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Kabupaten Pelalawan,
Kabupaten Kampar dan Kabupaten Kepulauan Meranti. Hasil pelaksanaan Temu Komunikasi dan Praktek Pemecahan Masalah yang dilaksanakan pada tahun 2017, dapat dilihat pada uraian berikut
ini :
1. Kabupaten Indragiri Hulu
Kegiatan Temu Informasi Teknologi dan Pemecahan Masalah diKabupaten Inhu bertajuk
Pemanfaatan Lahan Pekarangan oleh Ibu-ibu PKK Kabupaten Inhu untuk pertanaman cabai merah
dan sayuran dalam rangka mendukung Gerakan Tanam Cabai (Gertam Cabai). Temu Komunikasi Informasi dan Praktek Pemecahan Masalah (Temu Kiprah) inidilaksanakan di Balai Desa
Candirejo,Kecamatan Pasir Penyu,Kabupaten Inhu pada hari Sabtu, tanggal 28 Januari 2017 sebagai tindak lanjut penandatangan MoU antara BPTP Riau dengan TP PKK Provinsi Riau.
Kegiatan Temu Kiprah ini dibuka oleh Kepala Bidang TPH Dinas Pertanian dan Perikanan
Kabupaten Inhu, Yasma Indra,SP didampingi oleh Kepala BPTP Riau,Dr. Kuntoro Boga Andri,SP, M. Agr. Turut hadir Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Inhu Rahmat,SP, MSi.
didampingi Kepala Bidang Konsumsi Alimanto, SPd, MM; Pengurus TP PKK Kabupaten Inhu dan peserta sebanyak 50 orang anggota PKK dari Desa Candirejo dan Kelurahan Tanjung Gading
sebagai calon penerima bibit cabai BPTP Riau, dalam hal ini BPTP Riau memberikan bibit cabai
sebanyak 2300 Batang bagi Ibu-ibu PKK di Kabupaten Inhu.
Laporan Tahunan 2017
15
Gambar 6. Temu Kiprah di Kabupaten Inhu
Temu Kiprah ini menghadirkan 3 narasumber yaitu Kepala BPTP Riau,Dr. Kuntoro Boga Andri,SP, M.Agr dengan materi “Teknologi Budidaya Cabai”; Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP)
Kabupaten Inhu Rahmat,SP, MSi. dengan materi “Kebijakan dan Dukungan BKP Kabupaten Inhu
dalam Pemanfaatan Pekarangan untuk Pertanaman Cabai dan Sayuran; dan materi Penanganan Hama dan Penyakit pada Tanaman Cabai oleh Tim PKAH BPTP Riau,Suhendri Saputra,SP. Selain itu
dari Pengurus PKK kabupaten Inhu berpesan agar ibu-ibu pengurus PKK yang memperoleh informasi dari Temu Kiprah ini dapat menggerakkan warga sekitar dalam rangka mensukseskan
Gerakan Tanam Nasional (Gertam) cabai serta menyebarkan informasi yang diperoleh dalam acara ini.
Beberapa hal yang menjadi bahan diskusi adalah sebagai berikut : 1. Bibit cabai akan diberikan sebanyak 10 batang per rumah tangga, selanjutnya diperlukan
pendampingan untuk ibu-ibu PKK sehingga bibit cabai ini benar-benar ditanam dan dirawat.
2. Pemberian bibit cabai ini sebagai stimulan,sehingga ibu-ibu PKK akan terinspirasi untuk
mengembangkan penanaman cabai lebih banyak di pekarangan masing-masing 3. Pada umumnya ibu-ibu PKK telah mengetahui cara budidaya cabai,namun dalam hal
penanganan hama dan penyakit masih perlu pendampingan 4. Diharapkan dengan adanya Gertam cabai ini dapat mengurangi permintaan rumah tangga
akan cabai sehingga dapat mengurangi biaya belanja rumah tangga 5. Diharapkan peran serta aktif dari berbagai pihak baik Dinas, Pemerintah Kecamatan,
Pemerintah Desa, TP PKK serta masyarakat untuk mensukseskan Gertam cabai ini.
Kementerian Pertanian mencanangkan Gerakan Nasional Penanaman Cabai di Pekarangan
(GERTAM Cabai) sebagai salah satu upaya untuk mengatasi tingginya harga cabai. Menindaklanjuti program tersebut, BPTP Riau mendampingi Ketua TP PKK Provinsi Riau Sosialisasi
dan Launcing Gertam Cabai di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) pada hari Sabtu, tgl. 28 Januari
2017 bertempat di Gedung Sejuta Sungkai, Komplek Pemda Inhu.
Gambar 7 Launching Gertam Cabai di Kabupaten Inhu oleh Ketua TP PKK Provinsi Riau
Kepala BPTP Riau, Dr. Kuntoro Boga Andri, SP, M Agr. mendampingi Ketua TP PKK Provinsi Riau,
Ibu Hj. Sisilita Arsyadjuliandi dan Ketua TP PKK Kabupaten Inhu, Ibu Rezita Meylani Yopi dalam acara sosialisasi dan launcing Gertam Cabe di Kabupaten Inhu. Turut hadir Wakil Bupati Inhu, H.
Khairizal, SE, M.Si, Pengurus TP PKK Provinsi Riau dan TP PKK Kabupaten Inhu. Dalam kesempatan ini diserahkan secara simbolis bibit cabe merah dari BPTP Riau ke 14 Kecamatan se-
Kabupaten Inhu. Bibit cabe yang akan diserahkan sebanyak 2500 bibit cabe, dan pada tahap
pertama telah diserahkan sebanyak 1000 bibit cabai.
Laporan Tahunan 2017
16
Dalam arahan dan sambutannya, Ketua TP PKK Provinsi Riau, Ibu Hj. Sisilita Arsyadjuliandi
menyampaikan peranan ibu-ibu PKK yang strategis dalam menyikapi masalah tingginya harga cabai merah khususnya di Provinsi Riau. Ibu-ibu PKK diharapkan dapat menanam minimal 10
batang cabai merah di lahan pekarangannya, sehingga kebutuhan cabai rumah tangga dapat terpenuhi dari pekarangan sendiri. Hal ini akan berdampak pada penurunan permintaan cabai di
pasaran dan diharapkan dapat menekan kenaikan harga cabai.
Dalam kesempatan ini, Kepala BPTP Riau berdiskusi dengan Plt Kepala Dinas Pertanian dan
Perikanan Kabupaten Inhu, R. Agus Widodo, dan Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Inhu, Rahmat, SP, M.Si mengenai pentingnya pendampingan dalam hal distribusi bibit cabai dan
budidaya cabai merah sehingga bibit cabai merah benar-benar ditanam oleh ibu-ibu PKK dan dapat mensukseskan program Gertam Cabai di Provinsi Riau.
2. Kabupaten Pelalawan
Kegiatan Temu Informasi Teknologi dan Pemecahan Masalah di Desa Sungai Upih, Kecamatan
Kuala Kampar, Kabupaten Pelalawan dalam rangka Launching Gertam Cabai oleh Menteri Pertanian, Dr. Ir H. Andi Amran Sulaiman, MP. Dalam acara Launching Gertam ini diserahkan
secara simbolis bibit cabai oleh Menteri Pertanian kepada Ibu Bupati Kabupaten Pelalawan, , Hj. Ratna Mainar Harris, selaku ketua TP PKK Kabupaten Pelalawan. Selanjutnya Menteri Pertanian
didampingi Gubernur Riau, Bupati Pelalawan, Pangdam I Bukit Barisan, Kepala BPTP Riau dan
anggota DPRD I Provinsi melakukan launching GertamCabai di Desa Sungai Upih, Kecama
Gambar 8. Launching Gertam Cabai di Provinsi Riau oleh Menteri Pertanian
Menindaklanjuti pencanangan Gertam Cabai oleh Mentan, Kepala BPTP Riau Dr. Kuntoro Boga Andri,SP,M.Agr dan Tim BPTP Riau melaksanakan Temu Komunikasi,Informasi dan Praktek
Pemecahan Masalah (Temu Kiprah) Pemanfaatan Lahan Pekarangan oleh Ibu-ibu PKK untuk
Pertanaman Cabai serta Budidaya Ternak Ayam KUB. Pada acara ini diserahkan bibit cabai merah sebanyak 3600 batang dan 200 ekor ayam KUB kepada Ibu-ibu Camat dan PKK di Desa Sungai
Upih,Kecamatan Kuala Kampar pada hari Jumat, tgl. 17 Februari 2017.
Kegiatan ini dihadiri Ibu Bupati Pelalawan, Hj. Ratna Mainar Harris, selaku ketua TP PKK
didampingi Ibu Wabup Kabupaten Pelalawan, Hj. Ramlah Zardawan. Hadir Kepala Bidang Peternakan Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Pelalawan, Bapak Asmedi.
Gambar 9 Temu Kiprah Gertam Cabai di Sungai Upih, Kuala Kampar, Pelalawan
Laporan Tahunan 2017
17
Materi yang disampaikan pada kegiatan ini mengenai Budidaya Cabai dan Penanganan OPT pada
Cabai,materi lainnya adalah Budidaya Ternak Ayam KUB. Materi disampaikan oleh Kepala BPTP Riau dan Peneliti BPTP Riau, Suhendri Saputra, SP dan Eka Novriandeni, S.Pt. Acara disambut
antusias oleh peserta yang terdiri dari Ibu-ibu PKK dari Kabupaten Pelalawan dan dari Desa Sungai Upih,Kecamatan Kuala Kampar
3. Kabupaten Kampar
Kegiatan Temu Informasi Teknologi dan Pemecahan Masalah di Balai desa Sei. Geringging,
Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar. Acara ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 2 Agustus 2017.
Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala BPTP Riau Dr.Kuntoro Boga Andri, SP., M.Agr, Kepala Bidang Penyuluhan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Kampar, Drs.Wijaya OniM, Kepala
UPTD Wilayah 12 Dinas Pertanian Kampar, Bustamar, Kepala Desa Sei Geringging, Yupenhadi,
serta diikuti oleh 45 orang peserta yang terdiri dari: 5 orang penyuluh dan 40 orang petani yang merupakan perwakilan dari 7 kelompok tani.
Gambar 10Temu Informasi Teknologi dan Pemecahan Masalah
Kegiatan Temu Informasi Teknologi dan Pemecahan Masalah ini diisi dengan penyampaian 3
materi oleh peneliti dan penyuluh BPTP Riau, Adapun materi yang disampaikan adalah: 1. Teknologi Budidaya Bawang Merah dari TSS (True Shallot Seed) oleh Sri Swastika, SP.
2. Pengenalan dan Pembuatan Pestisida Nabati oleh Rachmiwati Yusuf, S.Pi., M.Si yang
dilanjutkan dengan praktek pembuatan pestisida nabati.
3. Organisme Pengganggu Pada Tanaman Bawang Merah oleh Suhendri Saputra, SP
Bersamaan dengan kegiatan ini Kepala BPTP Riau Dr. Kuntoro Boga Andri, SP., M.Agr
menyerahkan bibit cabai sebanyak 600 kepada Kepala Desa Sei. Geringging, didampingi oleh ketua
PKK Sei Geringging. Penyerahan bibit cabai tersebut disambut baik oleh Kepala Desa Sei. Geringging, ia berharap bibit cabai tersebut dapat dimanfaat dengan baik oleh petani maupun
masyarakat Sei. Geringging.
4. Kabupaten Kepulauan Meranti
Kegiatan Temu Informasi Teknologi (TIT) dan Pemecahan Masalah di Kabupaten Kepulauan Meranti bertajuk “Optimalisasi dan Peningkatan Produksi Tanaman Pangan di Lahan Pesisir”
dilaksanakan di kantor desa Sendaur, Kecamatan Rangsang Pesisir, Kabupaten Kepulauan Meranti pada hari Rabu, tanggal 15 November 2017.
Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Peternakan Kab.
Kepulauan Meranti, Jaka Insita, SP; Camat Kec. Rangsang Pesisir, H. Idris Sudin M.Si; Kepala
Desa Sendaur, Sanusi Pane; Kasie KSPP BPTP Riau, Fahroji, S.TP., M.Sc; Penanggungjawab Kegiatan TIT dan Pemecahan Masalah, Ade Yulfida, SP, MP;Peneliti sebagai Narasumber; Tim TIT
BPTP Riau; dan diikuti oleh 45 orang peserta yang terdiri dari petani serta penyuluh pertanian lapangan.
Laporan Tahunan 2017
18
Pada kesempatan tersebut Kasie KSPP BPTP Riau menyampaikan bahwa BPTP Riau merupakan perpanjangan tangan dari Kementerian Pertanian yang ada di Provinsi Riau, yang salah satu
tupoksinya mendiseminasikan hasil-hasil pengkajian yang di hasilkan oleh Kementerian Pertanian. "Melalui kegiatan TIT dan Pemecahan Masalah ini diharapkan hasil pengkajian dapat sampai ke
petani dan permasalahan usaha tani dapat didiskusikan solusinya pada kesempatan ini" tambahnya.
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Peternakan Kab. Kepulauan Meranti menyampaikan kegiatan ini agar dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh
petani demi peningkatan produktivitas usaha tani. "Diskusikan dengan narasumber yang hadir tentang permasalah - permasalahan yang dialami petani" imbuhnya.
narasumber yang hadir 1. Dahono, SP,. M.Si, dengan materi Pengendalian Hama Tikus
2. Dr. Parlin Halomoan Sinaga, SP., MP, dengan materi Teknologi Budidaya Padi dan Jagung di Lahan Salin
3. Rachmiwati, S.Pi.,M.Si,dengan materi Pengenalan dan Pembuatan Pestisida Nabati 4. Marsid Jahari, SP.,MP, dengan materi Perbenihan Padi dan Jagung
Beberapa hal yang di sampaikan oleh peserta yaitu : Diharapkan demplot-demplot kegiatan lebih banyak lagi di Kabupaten Kepulauan
Meranti sehingga dapat mempercepat adopsi teknologi oleh petani
Diharapkan contoh praktek pengendalian tikus dengan Trap Barrier System (TBS)
Teknik penyimpanan benih dan faktor-faktor yang mempengaruhi agar masa
simpanlama
Gambar 11. Kegiatan TIT dan Pemecahan Masalah di Desa Sendaur, Kecamatan Rangsang Pesisir, Kabupaten Kepulauan Meranti
Evaluasi Pelaksanaan Temu Infomasi Teknologi dan Pemecahan Masalah
Kegiatan Temu Informasi Teknologi dan Pemecahan Masalah telah dilaksanakan sebanyak 4 kali dengan data sebagai berikut :
Laporan Tahunan 2017
19
Tabel 16. Pelaksanaan TIT BPTP Riau tahun 2017
No Lokasi Dilaksanakan Peserta Teknologi yang Disampaikan
1 Desa Candirejo, Kecamatan Pasir Penyu, Kabupaten Indragiri Hulu
50 orang anggota PKK
Teknologi Budidaya Cabai
2 Desa Sungai Upih, Kecamatan Kuala Kampar, Kabupaten Pelalawan
40 orang anggota PKK
a. Teknologi Budidaya Cabai dan Penanganan OPT pada Cabai
b. Teknologi Budidaya Ternak Ayam KUB
3 Sei. Geringging, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar
45 orang peserta yang terdiri dari: 5 orang penyuluh dan 40 orang
petani
a. Teknologi Budidaya Bawang Merah dari TSS (True Shallot Seed)
b. Pengenalan dan Pembuatan
Pestisida Nabati c. Organisme Pengganggu Pada
Tanaman Bawang Merah
4 Desa Sendaur, Kecamatan Rangsang Pesisir, Kabupaten Kepulauan Meranti
45 orang peserta yang terdiri dari petani serta penyuluh pertanian lapangan
a. Pengendalian Hama Tikus b. Teknologi Budidaya Padi dan
Jagung di Lahan Salin c. Pengenalan dan Pembuatan
Pestisida Nabati d. Perbenihan Padi dan Jagung
Variabel Pengetahuan
Salah satu tujuan kegiatan TIT ini adalah meningkatkan pengetahuan petani atau peserta TIT
tentang teknologi yang disampaikan oleh narasumber. Pengetahuan merupakan tahap awal terjadinya persepsi yang kemudian membentuk sikap dan pada akhirnya menciptakan perbuatan
atau tindakan. Dengan adanya wawasan pelaku utama yang baik tentang suatu hal, akan mendorong terjadinya sikap yang pada gilirannnya mendorong terjadinya perubahan
ketrampilan.Pada kegiatan TIT ini dilaksanakan pengambilan data tingkat pengetahuan petani sebelum (before) dan sesudah (after) mengikuti kegiatan TIT untuk mengetahui peningkatan
pengetahuan petani/ peserta.
Tingkat pengetahuan petani/peserta TIT mengenai beberapa teknologi yang telah disampaikan
yaitu (1) Teknologi Budidaya Cabai dan Penanganan OPT pada Cabai (di Kabupaten Indragiri Hulu dan Pelalawan) (2) Teknologi Budidaya Bawang Merah dari TSS (True Shallot Seed), Pengenalan
dan Pembuatan Pestisida Nabati, Organisme Pengganggu Pada Tanaman Bawang Merah
Pengenalan dan Pembuatan Pestisida Nabati (di Kabupaten Kampar) (3) Pengendalian Hama Tikus, Teknologi Budidaya Padi dan Jagung di Lahan Salin, Pengenalan dan Pembuatan Pestisida
Nabati, Perbenihan Padi dan Jagung (di Kabupaten Kepulauan Meranti).
Temu Informasi Teknologi dan Pemecahan Masalah di Kabupaten Indragiri Hulu dan Pelalawan dilaksanakan bersamaan dengan moment kegiatan Gerakan Tanam Nasional (Gertam) cabai
Kemeterian Pertanian dimana Ibu-Ibu PKK dihimbau menanam cabai minimal 10 batang di
halaman rumahnya. Berkaitan dengan hal tersebut, peserta kegiatan TIT di dua kabupaten ini adalah Ibu-ibu PKK dengan materi yang disampaikan teknologi budidaya ayam KUB dan budidaya
cabai merah. Untuk mengetahui peningkatan pengetahun ibu-ibu PKK yang mengikuti kegiatan TIT ini dialkukan pengambilan data tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK sebelumdan sesudah mengikuti
TIT. Peningkatan pengetahuan ibu-ibu PKK tentang budidaya cabai merah di Kabupaten Indragiri
Hulu dan Pelalawan disajikan pada tabel berikut :
Laporan Tahunan 2017
20
Tabel 17. hasil analisis data TIT di Kabupaten Indragiri Hulu dan Pelalawan
No Aspek Pengetahuan Sebelum (Before) Setelah (After)
Skor yang dicapai
Kategori Skor yang dicapai
Kategori
1 Varietas Cabai 2,43 Rendah 5,95 Sedang
2 Waktu Penanaman 3,78 Sedang 5,68 Tinggi
3 Persemaian 2,16 Rendah 7,30 Tinggi
4 Perlakuan Benih 4,59 Sedang 9,19 Tinggi
5 Penanaman dan Jarak Tanam
7,03 Tinggi 7,30 Tinggi
6 Pemupukan Dasar 3,78 Rendah 9,19 Tinggi
7 Pemupukan Susulan 7,57 Tinggi 9,73 Tinggi
8 Hama Tanaman Cabai 7,03 Tinggi 9,46 Tinggi
9 Penyakit Tanaman Cabai 1,89 Rendah 7,57 Tinggi
10 Pengendalian OPT Cabai 1,89 Rendah 8,11 Tinggi
Rata-rata 4,22 Sedang 7,94 Tinggi
Olahan data primer, 2017
Dari tabel diatas, diketahui terjadi peningkatan pengetahuan ibu-ibu PKK tentang teknologi budidaya cabai merah setelah mengikuti kegiatan TIT ini sebesar 3,72 point dari semula tingkat
pengetahuan Ibu-ibu PKK pada kategori sedang meningkat menjadi kategori tinggi. Ibu-ibu PKK
sangat mengetahui tentang jarak tanam cabai, penanaman, pemupukan susulan dan hama tanaman cabai. Ibu-ibu PKK sudah dapat menanam cabai dan mengatur jarak tanam cabai, selain
itu juga sudah mengetahui jika tanaman cabai harus diberi pupuk NPK supaya pertumbuhannya baik serta sudah mengetahui hama-hama pada tanaman cabai yang dapat diamati langsung pada
tanaman cabai. Peningkatan pengetahuan dari kategori rendah menjadi tinggi terjadi pada aspek pengetahuan
tentang persemaian, pemupukan dasar, penyakit tanaman cabai dan pengendalian OPT tanaman
cabai. Rata-rata ibu-ibu PKK sudah mengetahui cara penyemaian namun belum mengetahui perbandingan tanah dan pupuk organik untuk media semai dan media tanam cabai. Ibu-ibu PKK
tertarik mengajukan pertanyaan dan berdiskusi tentang hama dan penyakit pada tanaman cabai serta upaya pengendalian OPT sehingga peningkatan pengetahuan pada aspek pengendalian OPT
menjadi tertinggi yaitu sebesar 6,22 point.
Peningkatan pengetahuan dari kategori sedang menjadi tinggi terjadi pada aspek pengetahuan
tentang waktu penanaman dan perlakuan benih. Rata-rata ibu-ibu PKK sudah mengetahui tentang waktu penanaman dan perlakukan benih sebelum disemai, apalagi untuk budidaya cabai di
polybag atau pekarangan dapat ditanam kapan saja. Dalam hal perlakuan benih sebelum disemai,
ibu-ibu PKK sudah mengetahui yaitu dengan direndam air hangat, namun belum mengetahui tentang lamanya waktu perendaman benih.
TIT di Kabupaten Kampar menyampaikan Teknologi Budidaya Bawang Merah dari TSS (True
Shallot Seed), Pengenalan dan Pembuatan Pestisida Nabati, Organisme Pengganggu Pada Tanaman Bawang Merah Pengenalan dan Pembuatan Pestisida Nabati. Peningkatan pengetahuan
petani di Kabupaten Kampar disajikan pada tabel berikut :
Laporan Tahunan 2017
21
Tabel 18. hasil analisis data TIT di Kabupaten Kampar No Aspek Pengetahuan Sebelum (Before) Setelah (After)
Skor yang dicapai
Kategori Skor yang dicapai
Kategori
1 Pengertian Budidaya Bawang Merah dengan TSS
4,86 Sedang 8,92 Tinggi
2 Kebutuhan benih TSS 3,51 Sedang 8,92 Tinggi
3 Penyemaian benih TSS 7,57 Tinggi 9,73 Tinggi
4 Pemindahan benih TSS 5,68 Sedang 8,92 Tinggi
5 Penanaman benih TSS 7,03 Tinggi 7,03 Tinggi
6 Media semai benih TSS 2,43 Rendah 5,14 Sedang
7 Karakteristik pestisida nabati 5,95 Sedang 7,84 Tinggi
8 Pembuatan pestisida nabati 1,89 Rendah 6,22 Sedang
9 Tanaman yang digunakan untuk pembuatan pestisida nabati
7,03 Tinggi 9,46 Tinggi
10 Pestisida nabati untuk pengendalian hama tanaman
6,49 Sedang 8,11 Tinggi
11 Jenis hama yang dapat dikendalikan dengan pestisida nabati
2,43 Rendah 5,41 Sedang
12 Pengaruh hama penyakit pada budidaya Bawang merah
8,92 Tinggi 8,92 Tinggi
13 Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Terpadu
6,22 Sedang 6,49 Sedang
14 Penyakit pada bawang merah 3,51 Rendah 6,49 Sedang
Rata-rata 4,90 Sedang 7,17 Tinggi
Olahan data primer, 2017
Dari tabel diatas, diketahui terjadi peningkatan pengetahuan petani setelah mengikuti kegiatan TIT
di Kampar ini sebesar 2,27 point dari semula tingkat pengetahuan petani pada kategori sedang meningkat menjadi kategori tinggi. Petani sudah mengetahui tentang cara penyemaian,
penanaman dan pengaruh hama dan penyakit pada budidaya bawang merah TSS. Petani mengetahui bahwa hama dan penyakit dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan
menurunkan provitas bawang merah. Petani tertarik untuk bertanya dan diskusi tentang penyakit moler serta upaya pengendaliannya.
Tingkat pengetahuan petani dari kategori rendah menjadi kategori sedang pada aspek pengetahuan tentang media semai TSS dan pengendalian penyakit pada tanaman bawang merah.
Petani akan lebih meningkat pengetahuannya, jika mendengar, melihat dan praktek, sehingga ini menjadi masukan supaya pada pelatihan selanjutnya dapat dilaksanakan praktek langsung tentang
pembuatan media tanam, cara penyemaian serta identifikasi OPT sekaligus cara pengendalian
OPT.
Petani rata-rata sudah mengetahui tentang pestisida nabati, dan jenis tanaman yang bisa digunakan untuk pembuatan pestisida nabati, namun rata-rata petani kurang mengetahui tentang
cara dan tahapan pembuatan pestisida nabati, bahan –bahan lain seperti EM4, Gula, dan sabun
colek yang ditambahkan pada pembuatan pestisida nabati. Pada kegiatan ini juga dilaksanakan praktek pembuatan pestisida nabati sehingga terjadi peningkatan pengetahuan cara pembuatan
pestisida nabati dari kategori rendah menjadi tinggi dengan peningkatan point sebesar 4,33 point.
Pengendalian Hama Tikus, Teknologi Budidaya Padi dan Jagung di Lahan Salin, Pengenalan dan Pembuatan Pestisida Nabati, Perbenihan Padi dan Jagung disampaikan pada kegiatan TIT di
Kabupaten Kepulauan Meranti. Peningkatan pengetahuan petani di Meranti disajikan pada tabel
berikut :
Laporan Tahunan 2017
22
Tabel 19. hasil analisis data TIT di Kabupaten Kepulauan Meranti
No Aspek Pengetahuan Sebelum (Before) Setelah (After)
Skor yang dicapai
Kategori Skor yang dicapai
Kategori
1 Fase tanaman yang diserang tikus 7,00 Tinggi 9,25 Tinggi
2 Perilaku tikus 8,75 Tinggi 9,50 Tinggi
3 Pengendalian tikus secara kultur teknis 3,75 Sedang 8,50 Tinggi
4 Pengendalian tikus dengan perangkap 8,50 Tinggi 9,00 Tinggi
5 Pengendalian tikus dengan pengemposan
7,25 Tinggi 9,50 Tinggi
6 Persemaian padi secara intensif 5,50 Sedang 5,75 Sedang
7 Pengolahan tanah untuk budidaya padi 9,00 Tinggi 9,00 Tinggi
8 Penanaman padi 7,50 Tinggi 8,75 Tinggi
9 Pemupukan tanaman padi 5,00 Sedang 9,75 Tinggi
10 Jenis pestisida 5,50 Sedang 6,75 Tinggi
11 Karakteistik pestisida nabati 8.75 Tinggi 9,00 Tinggi
12 Pembuatan pestisida nabati 6,00 Sedang 8,50 Tinggi
13 Jenis bahan untuk pembuatan pestisida
6,75 Tinggi 6,25 Sedang
14 Jenis VUB untuk lahan salin 6,25 Sedang 6,75 Tinggi
15 Teknologi pengolahan tanah di lahan salin
2,25 Rendah 6,25 Sedang
Rata-rata 6,50 Sedang 8,08 Tinggi
Dari tabel diatas, diketahui terjadi peningkatan pengetahuan petani setelah mengikuti kegiatan TIT di Meranti ini sebesar 1,58 point dari semula tingkat pengetahuan petani pada kategori sedang
meningkat menjadi kategori tinggi.
Petani di Meranti sudah mengetahui tentang hama tikus dan pengendaliannya, sehingga rata-rata
pengetahuan petani sudah pada kategori tinggi. Metode pengendalian hama tikus yang sebagian besar telah dilaksanakan adalah dengan pengemposan, gropyokan, dan meggunakan perangkap.
Sebagian petani sudah mengendalikan hama tikus secara kultur teknis. Dalam kegiatan TIT ini disampaikan metode pengendalian hama tikus menggunakan tanaman perangkap yang
dikombinasikan dengan Trap Barrier System (TBS) dan metode pengendalian menggunakan parasit (virus, bakteri, protozoa), sebagai contoh penggunaan, Sarcositys singaporensis. Petani dapat
menanyakan dan berdiskusi dengan narasumber terkait pengendalian dengan Trap Barrier System
(TBS) dan metode pengendalian menggunakan parasit.
Pada materi perbenihan padi, rata-rata petani sudah mengetahui tentang pengolahan tanah, persemaian padi, penanaman padi, dan pemupukan padi, namun rata-rata petani kurang
mengetahui pemupukan yang berimbang dan sesuai rekomendasi. Berkaitan dengan hal tersebut,
ada pertanyaan dari petani terkait rekomendasi pemupukan spesifik lokasi.
Petani rata-rata sudah mengetahui tentang pestisida nabati, dan jenis tanaman yang bisa digunakan untuk pembuatan pestisida nabati, namun rata-rata petani kurang mengetahui tentang
cara dan tahapan pembuatan pestisida nabati, bahan –bahan lain seperti EM4, Gula, dan sabun colek yang ditambahkan pada pembuatan pestisida nabati. Pada kegiatan ini juga dilaksanakan
praktek pembuatan pestisida nabati sehingga terjadi peningkatan pengetahuan cara pembuatan
pestisida nabati dari kategori sedang menjadi kategori tinggi.
Pada materi Teknologi Budidaya Padi dan Jagung di Lahan Salin, petani kurang mengetahui Varietas Unggul Baru (VUB) yang sesuai untuk dibudidayakan di lahan salin, sehingga dalam
kesempatan ini disampaikan beberapa VUB yang tahan salin dan bisa dibudidayakan petani di
Kabupaten Meranti. Pada materi tentang teknologi pengolahan tanah di lahan salin, terjadi peningkatan pengetahuan petani dari kategori rendah menjadi kategori sedang dengan
peningkatan point sebesar 4,00.
Laporan Tahunan 2017
23
Titik berat diseminasi adalah sebagai bagian dari penerangan kepada masyarakat yang tidak tahu atau belum mengetahui. Masalah yang timbul yang belum dipahami oleh masyarakat desa
menyangkut usahatani mereka, terutama inovasi yang dikembangkan atau diterapkan diwilayah tersebut. Sebagai proses penerangan, maka titik berat yang hendak dicapai adalah masyarakat
desa yang tadinya belum mengetahui inovasi tersebut akan menjadi tahu.
Hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan Temu Informasi Teknologi dan Pemecahan Masalah ini
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan peserta kegiatan TIT di Kabupaten Indragiri Hulu, Pelalawan, Kampar, dan Kepulauan Meranti dari kategori sedang menjadi kategori
tinggi dengan peningkatan sebesar 1,58 - 3,72 point. Pengetahuan memiliki perananan penting, karena dengan pengetahuan yang meningkat akan mempercepat pelaku utama dalam
memutuskan dan menerapkan suatu teknologi atau tidak. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa pelaku utama yang memiliki pengetahuan yang cukup terhadap suatu teknologi akan mampu dan menguasai penerapan teknologi tersebut.
B. PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN
a. Kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
penyuluh tentang metodologi pengkajian penyuluhan dan diseminasi hasil litkaji
Kegiatan dilakukan dalam bentuk pelatihan dengan tema “Peningakatan kapasitas penyuluh untuk
percepatan diseminasi hasil litkajibangrap Provinsi Riau”. (Laporan Pelaksanaan terlampir). Peserta pelatihan adalah tenaga penyuluh pertanian PNS di Provinsi Riau terdiri dari penyuluh BPTP Riau,
penyuluh Provinsi dan Kabupaten dengan jumlah 37 orang.
Tujuannya adalah :
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penyuluh di Provinsi Riau tentang media diseminasi dan inovasi teknologi terbaru hasil litkaji.
Meningkatkan kemampuan penyuluh di Provinsi Riau dalam mengaplikasikan media diseminasi dan inovasi teknologi terbaru hasil litkaji kepada petani dan pelaku usahatani
di wilayah kerjanya
Formulasi identifikasi masalah dan Rencana Tindak Lanjut pemecahan masalah dari pelaksanaan
pelatihan dirangkum pada tabel berikut.
Tabel 20. Permasalahan danUpaya Pemecahan Masalah
No Masalah Upaya Pemecahan Masalah (RTL)
1. pengetahuan dan keterampilan penyuluh dalam mendiseminasikan hasil-hasil litkaji tidak sama
Meningkatkan wawasan penyuluh tentang metodologi Pengkajian Penyuluhan/ diseminasi dan evaluasi kinerja diseminasi hasil litkaji
2. Materi diseminasi belum sesuai dengan karakteristik pengguna
Mengidentifikasi kebutuhan teknologi petani sesuai dengan karakteristik sasaran
3. Tidak semua penyuluhan lapangan mengetahui teknologi hasil litkaji
Membangun sinergisme dan meningkatkan kapasitas komunikasi, efektivitas, diseminasi dengan penyelenggara penyuluhan pertanian didaerah
Dari beberapa pertanyaan yang diajukan kepada peserta, selama pelatihan terlihat sebanyak 31 %
menjawab tidak tau dan 54 % ragu-ragu, dan 15 % menjawab tau muatan materi yang diberikan. Evaluasi setelah pelatihan sebanyak 98 % menjawab tau dan sisanya ragu-ragu. Hal ini
menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan pemahaman, peningkatan pengetahuan dan keterampilan penyuluh terkait dengan materi yang diberikan.
Laporan Tahunan 2017
24
Beberapa butir kesimpulan yang diperoleh dari pelaksanaan pelatihan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mempercepat diseminasi teknologi inovasi terbaru hasil litkajibangrap BPTP Riau litbang Pertanian, diperlukan sinergi yang erat dan berkelanjutan dengan semua stakeholders dan
pemangku kebijakan sehingga diharapkan adopsi teknologi di tingkat petani dapat dipercepat untuk terjadinya perubahan yang lebih baik terhadap kinerja usahatani.
2. Untuk menjawab kebutuhan teknologi petani, maka BPTP Riau diharapkan dapat menghasilkan teknologi spesifik lokasi melalui perbaikan teknologi eksisting dengan memperhatikan kearifan
lokal sehingga dapat memperkaya perakitan komponen teknologi inovasi yang diintroduksikan.
3. BPTP Riau juga diharapkan dapat memperbanyak kajian untuk daerah-daerah marginal atau pada lahan sub optimal seperti lahan pasang surut, lahan salin, lahan kering dan lahan-lahan
sub optimal di wilayah perbatasan. 4. BPTP Riau dapat menginisiasi penyuluh lapangan untuk dapat mengakses media penyuluhan
yang efektif melalui saluran komunikasi interakatif dalam kerangka sistim diseminasi multi
channel (SDMC). 5. Untuk dapat mengidentifikasi kebutuhan teknologi yang sesuai dengan kondisi teknis, sosial dan
ekonomi petani, maka pendekatan yang dilakukan penyuluh adalah melalui pemahaman mengenai Identifikasi Potensi Wilayah (IPW) sebagai suatu proses penggalian dan analisis
informasi ( masalah, potensi, dll ), keadaan wilayah pertanian baik berupa data sekunder maupun data primer, yang dilakukan secara perorangan atau bersama oleh sebuah tim dengan
menggunakan prinsip dan metode partisipatif. Sehingga dengan demikian diharapkan teknologi
inovasi yang diintroduksikan kepada petani adalah teknologi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan petani.
Gambar 12. Pelatihan peningkatan kapasitas penyuluh
b. Kegiatan untuk meningkatkan kapasitas komunikasi, efektivitas, produktivitas dan
kualitas diseminasi dan pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi
mendukung penyelenggaraan penyuluhan pertanian.
Bentuk kegiatan adalah mengikuti kegiatan workshop / temu teknologi yang terkait dengan informasi teknologi inovasi Badan Litbang Pertanian dan program strategis Kementerian Pertanian
1) Mengikuti Workshop Perbenihan dan Penyuluhan di Bogor
Beberapa hal yang dapat dijadikan rujukan pada acara workshop ini adalah :
Diperlukan konsolodasi pelaksanaan tugas-tugas Balitbangtan sesuai dengan aturan-aturan yang ada agar diperoleh hasil yang lebih baik
Untuk menindak lanjuti Permentan no 19 tahun 2017 tentang tamahan TUSI BPTP, maka diperlukan koordinasi untuk kegiatan-kegiatan Penyuluhan dan diseminasi
antara BPTP dengan institusi Penyuluhan di Kecamatan ( BPP)
Membekali Penyuluh dalam lingkup WKBPP melalui Bimtek dan training untuk meningkatkan kapasitas penyuluh.
Laporan Tahunan 2017
25
Mengantisipasi APBN-P yang harus diselesaikan pertengahan November ini untuk
kegiatan perbenihan (perkebunan dan hortikultura) . Alokasi perbenihan Riau adalah komoditi Kelapa dan Pepaya.
Kepmen tentang benih sebar untuk padi dan jagung telah selesai dibuat. Saat ini tengah diproses perbenihan untuk sertifikasi komoditi perkebunan dan hortikultura.
UPT yang melagalisasi sertifikasi adalah BBP2TP Medan.BBP2TP Jombang dan BBP2TP Maluku.
Benih yang dihasilkan Badan Litbangtan sebelum disebar di lakukan CpCl dahulu oleh
dinas teknis terkait
2) Mengikuti Workshop peningkatan komunikasi penyuluhan pertanian, UPBS dan SL Mandiri benih dalam percepatan diseminasi benih VUB Balitbangtan di Cipayung, Bogor
Beberapa butir arahan Ka Badan Litbangtang sebagai berikut :
BPTP adalah bentuk pola riil Badan Litbang dimana adanya harmoni yang terpadu antara peneliti, penyuluh, litkayasa dan tenaga administrasi yang berada pada tataran
yang sama dalam penciptaan teknologi, diseminasi dan percepatan penerapan teknologi inovasi sampai ketingkat pengguna teknologi.
Harus ada prioritas pendidikan bagi peneliti dan penyuluh termasuk keluar negeri. Badan litbang bukan semata-mata di drive oleh peneliti tetapi juga ada tenaga non
peneliti. Hal inilah yang menjadi pembeda Badan Litbang dengan lembaga riset
lainnya. Tugas Badan Litbang utamanya BPTP saat ini semakin berat karena selain
mensukseskan program-program Kemtan juga harus dapat membuat lompatan-lompatan teknologi melalui penyiapan inotek dan meninsertkan hasil-hasil penelitian
kepada stakeholders sampai kepada pengguna teknologi akhir . Oleh karena itu maka
BPTP harus dapat memanfaatkan dan merekayasa potensi wilayah yang ada seperti ; sumber daya pada lahan-lahan sub optimal ( LK,LTDH,L.Psg surut) dan pemanfaatan
lahan di gawangan tanaman perkebunan , sehingga dapat meniadakan dikotomi antar sektor melalui lompatan inotek yang kita hasilkan.
Apresiasi Menteri Pertanian atas kinerja Badan Litbang khususnya BPTP yang telah ikut aktif menyukseskan program-program Kemtan, sehingga pada beberapa tahun
terakhir Negara kita tidak lagi impor beras , jagung, bawang merah dan cabe
segar.Namun demikian kesusan tersebut merupakan tantangan kita untuk selalu siaga dalam menghadapi cekaman iklim (la nina), tentunya dengan introduksi teknologi
inovasi seperti penggunaan VUB yang adaptif, jarwo super yang dilakukan dalam skala yang luas sehingga dapat menghasilkan produksi benih dalam jumlah yang
banyak ( tidak dalam skala penelitian ).
Tujuan akhir dari kegiatan kita tidak hanya menghasilkan inovasi teknologi atau inovasi diseminasi bahkan bagaimana teknologi tersebut dapat diadopsi oleh petani.
BPTP merupakan show window Balitbangtan. Salah satu sukses UPSUS PAJALE adalah peran serta aktif teman-teman BPTP.
Peningkatan kinerja dapat dilakukan dengan membangun capability terhadap peneliti
dan penyuluh sehingga memiliki kemampuan dalam manajemen dan pembinaan kepada yuniornya.
Perlu pelatihan bagi penyuluh untuk dapat menterjemahkan hasil-hasil penelitian yang dituangkan peneliti kedalam jurnal, prosiding dan karya tulis lainnya sehingga dapat
dipahami menjadi bahasa penyuluh. Balitbangtan secara reguler akan meningkatkan capability pejabat fungsional.
Produk akhir kegiatan BPTP tidak hanya Karya tulis, tetapi yang utama adalah
bagaimana menghasilkan teknologi dalam koridor scientific. Peneliti tanpa penyuluh “lumpuh” dan penyuluh tanpa peneliti “buta”.
3) Mengikuti Pembekalan dan Pelaksanaan kegiatan training “Delivering Quality Extension
Services” di Thailand
Sebanyak 10 orang penyuluh lingkup Badan Litbang Pertanian mengikuti Profesional Training Program “Delivering Quality Extension Services” yang dilaksanakan di Asian
Institude of Technology (AIT). Penyuluh BPTP Riau, Dian Pratama, SP berkesempatan
Laporan Tahunan 2017
26
menjadi salah satu peserta training di Thailand ini. Tujuan training untuk meningkatkan
pengetahuan dan kompetensi peserta mengenai konsep, strategi baru, keterampilan/praktek dalam penyuluhan pertanian.
Thailand memiliki program pembangunan pertanian berkelajutan melalui kegiatan penyuluhan yang sinergis dengan beberapa pihak. Sinergitas program dari pemerintah ,
lembaga pendidikan dan swasta. Ketiganya berfungsi sebagai pemangku kebijakan, sumber informasi dan teknologi, serta adanya jaminan pasar.
Pendekatan penyuluhan merupakan kombinasi strategi dengan menerapkan beberapa
metode. Pemilihan metode penyuluhan tergantung pada kondisi petani dan agroekosistemnya, dimana lokasi satu dengan yang lainnya dapat menerapkan kombinasi
strategi dan metode penyuluhan berbeda. Penyuluhan dapat dilakukan melalui beberapa kategori pendekatan, sebagai berikut :
1. Kategori Teknis. Pendekatan penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan adopsi
petani tentang inovasi teknologi pertanian. Pendekatan penyuluhan secara teknis diterapkan dengan memberikan percontohan penerapan teknologi dalam skala kecil.
Melibatkan petani kooperator dengan harapan informasi tentang keunggulan teknologi dapat diterima dan dilaksanakan oleh petani lain. Kelemahan pendekatan
ini yaitu 1) teknologi yang diterapkan seringkali belum lengkap atau bahkan tidak sesuai dengan kondisi petani, 2) strategi teknis hanya menjangkau beberapa petani
yang memenuhi kriteria.
2. Kategori Fungsi kelompok. Pendekatan penyuluhan ini bertujuan untuk melibatkan anggota kelompok agar secara bersama mencapai tujuan yang telah disepakati.
Yang dipengaruhi oleh mobilisasi, organisasi, pelatihan, dukungan teknis dan sumberdaya petani.
3. Kategori Organisasi Petani. Contoh organisasi petani yaitu asosiasi dan koperasi
petani di pedesaan. Pendekatan penyuluhan ini bertujuan untuk mengembangkan ekonomi dan sosial anggotanya. Petani secara langsung diarahkan untuk mengatur
dan mengelola organisasi mereka sendiri. Contohnya di Eropa, petani yang mandiri mengelola organisasinya memiliki beberapa keunggulan yaitu 1) mudah dan memiliki
akses ke pemerintahan, 2) mampu mempengaruhi kebijakan pertanian, 3) memiliki program penyuluhan sendiri, dan 4) menjadi mitra pemerintah dalam merumuskan
kegiatan penyuluhan
4. Kategori Target. Pendekatan penyuluhan ini didasarkan pada kebutuhan, minat dan tujuan kelompok. Pendekatan ini fokus pada kelompok tani yang dijadikan sebagai
produsen kecil Secara simultan mereka dapat menyesuaikan paket dan rekomndasi teknologi sesuai dengan minat, preferensi dan kebutuhan.
Metode penyuluhan berdasarkan sasarannya terbagi atas metode penyuluhan perorangan, kelompok dan massal. Setiap metode memiliki keunggulan dan kelemahan, sehingga pemilihan
metode sebaiknya didasarkan pada faktor: 1) tujuan kegiatan pembelajaran, 2) sasaran pembelajaran, 3) kondisi eksisting, 4) dan ketersediaan sumber daya.
Pemilihan konsep, pendekatan dan metode penyuluhan sepenuhnya tergantung pada tujuan program penyuluhan, karakteristik petani, ketersediaan sumberdaya dan sarana. Tujuan
penyuluhan tercapai pada saat petani mandiri adapun proses petani mandiri di Thailand melalui beberapa tahapan sebagai berikut :
Laporan Tahunan 2017
27
Gambar 13. Alur petani mandiri di Thailand
Petani dengan jumlah terbanyak akan terseleksi menjadi petani yang terampil dengan jumlah sedang, kemudian terseleksi menjadi model petani dengan jumlah relatif sedikit kecil. Model petani
yang terampil akan dijadikan contoh bagi petani lain. Sarana yang diberikan kepada petani model
yaitu dibangunnya sarana pelatihan yang terbuka untuk petani lainnya yang disebut “Learning Center”.
Learning Center (LC) atau pusat pembelajaran petani ini bertujuan memudahkan petani model
dalam transfer informasi/teknologi yang telah diterapkannya. LC yang dikunjungi adalah
1. LC Nong Suea Mr. Nong Suea adalah petani Inovator yang sudah lama bergerak di bidang tanaman pangan
telah mempu menekan biaya produksi dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada, terutama dalam hal melakukan pengendalian terhadap hama dan penyakit. Dalam
mengelola usaha taninya, Nong Suea menerapkan model multi pendekatan untuk meningkatkan keamanan agrokimia di antara petani padi di Pathumthani Thailand.
Penggunaan agrokimia skala besar telah mengangkat masalah kesehatan lingkungan dan
manusia. 2. LC Taling Chan
Merupakan LC yang bergerak di bidang budidaya tanaman anggrek dan bunga potong lainnya. (DP)
4) Mengikuti Temu Teknis Perbenihan Nasional Menuju Tahun Perbenihan 2018 di Makassar Beberapa butir arahan Menteri pertanian adalah sebagai berikut :
Tahun 2017 kita tidak lagi impor beras, jagung,bawang dan cabai bahkan ekspor bawang ke 5 negara. Kerja Kemtan yang cepat ternyata tetap diiringi dengan kehati-hatian yang
tinggi. Terbukti dengan penghargaan pengawalan gratifikasi terbaik 2017 untuk Kemtan
dari KPK. Kerja Kemtan bukan hanya masalah pangan akan tetapi setelah pangan mantap maka
masuk ke perkebunan, hortikultura dan peternakan. Hal utama yang perlu disiapkan adalah perbenihan yang unggul dan selalu tersedia.
Selain itu pembangunan pertanian harus berbasis inovasi. Untuk itulah Balitbangtan harus berperan aktif. Terbukti misanya saat el nino, produksi padi kita masih bisa
surplus.
c. Kegiatan pembinaan dan peningkatan kapasitas penyuluh pertanian di wilayah
kerja binaan penyuluh BPTP untuk Perluasan dan peningkatan pemasyarakatan INVENSI menjadi INOVASI sehingga dapat diadopsi oleh pengguna dalam
kerangka mendukung pembangunan pertanian.
Beberapa bentuk kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Pembinaan dan melatih penyuluh di wilayah kerja penyuluh BPTP Riau
Smart Farmer Model
Existing Farmer
Smart farmer
Laporan Tahunan 2017
28
Pembinaan dilakukan terhadap penyuluh di BPP pada Wilayah Binaan Penyuluh BPTP Riau.
Tujuannya adalah : Peningkatan kapasitas penyuluh dalam memahami dan mendiseminasikan teknologi hasil
litkaji Balitbangtan kepada petani pengguna teknologi Identifikasi kebutuhan teknologi inovasi di wilayah kerja penyuluh
Perbaikan materi, metode dan media diseminasi sesuai dengan spesifik lokalita
Gambar 14. Kegiatan pelatihan penyuluh di BPP
Dari hasil pemberian materi terlihat bahwa penyuluh sangat respon dengan informasi teknologi
yang diberikan dan mereka berharap agar terjalin kerjasama yang lebih baik lagi antara BPTP dengan BPP terkait diseminasi teknologi yang diinformasikan.
b. Pendampingan teknologi pada GAPOKTAN
Tujuannya adalah :
Akselerasi diseminasi teknologi inovasi kepada petani pengguna. Meningkatkan pengetahuan petani/kelompok tani dalam mengenal, menerima, memahami
dan menerapkan informasi teknologi inovasi yang diintroduksikan. Mempercepat proses perubahan pengetahun, keterampilan dan sikap petani terhadap
teknologi baru.
Pembinaan kelembagaan tani melalui perbaikan pengelolaan manajemen kelompok tani. Identifikasi masalah dan upaya pemecahan masalah di tingkat petani secara partisipatif
Gambar 15. Pembinaan Gapoktan
Permasalahan utama yang dihadapi petani dalam penerapan teknologi introduksi adalah
terbatasnya fasilitas penunjang usatani dan kelembagaan tani yang dapat melayani kebutuhan petani secara tepat ( waktu, tempat, jumlah, jenis dan harga) seperti jaringan irigasi, jalan
usahatani, alsintan, kios saprodi , permodalan dan pasar. Terkait dengan upaya pemecahan
masalah, petani berharap agar BPTP dapat menginisiasi untuk menjembatani rencana tindak lanjut pemecahan masalah tersebut kepada pemangku jabatan didaerah sehingga introduksi teknologi
BPTP dapat diterapkan petani sesuai dengan anjuran yang direkomendasikan.
Laporan Tahunan 2017
29
Dari hasil pendampingan teknologi yang dilakukan kepada petani/ kelompoktani, terlihat bahwa
petani sangat antusias menerima informasi teknologi yang diberikan dan mereka berharap agar dapat dilakukan pendampingan teknologi secara berkala oleh penyuluh dilapangan sesuai
komponen teknologi yang diintroduksikan.
c. Melaksanakan petak percontohan sebagai media penyuluhan dalam bentuk demfarm teknologi jarwo super padi lahan pasang surut
1) Tujuannya adalah :
Memberikan Informasi paket teknologi jarwo super padi kepada petani dalam kawasan hamparan yang luas melalui petak percontohan (demfarm) seluas 5 ha.
Menyediakan benih unggul bermutu sesuai dengan preferensi petani minimal 25 ton/ha Mendapatkan informasi respon dan persepsi petani tentang teknologi jarwo super padi
2) Keragaan Hasil Penerapan Teknologi Keragaan pertumbuhan tanaman serta hasil padi yang diperoleh dari penerapan teknologi
pada demfarm teknologi jarwo super menunjukkan perbedaan yang nyata dibandingkan dengan teknologi yang dilakukan petani. Produksi padi yang dihasilkan dari demfarm
sebesar 11,1 ton/ha GKP, sedangkan pada lahan petani dengan teknologi eksisting diperoleh hasil sebesar 4,76 ton GKP. Analisa ekonomi menunjukkan RCR 3,79 pada
demfarm dan 1,43 pada teknologi petani. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi jarwo
super padi layak untuk dikembangkan. Paket teknologi jarwo super yang diintroduksikan adalah (i) penggunaan Varietas Unggul dan Benih Bermutu yaitu inpari 21 Batipuah yang
rasa nasinya pera sesuai dengan selera masyarakat, (ii) Penggunaan Pupuk Hayati (Agrimeth) produksi Balitbangtan, (iii) Penggunaan pupuk organik
(Biodekomposer)produksi Balitbangtan,(iv) Pengendalian hama dan penyakit tanaman
dengan pestisida secara tepat (dosis,sasaran,waktu,cara dan bahan aktif) dan (v) penggunaan alsintan terutama untuk tanam dan panen.
Demfarm jarwo super yang dilakukan di desa Kempas Jaya, Kecamatan Kempas ,
Kabupaten Indragiri Hilir merupakan kaji terap teknologi jarwo super untuk lahan pasang surut. Keberhasilan teknologi jarwo super padi di lahan irigasi kabupaten Indramayu Jawa
Barat dengan hasil 14 ton/ha GKP menjadi acuan dalam penerapan teknologi ini. Untuk
memastikan penerapan pada setiap komponen teknologi jarwo super yang dilakukan petani, maka dilakukan pengawalan dan pendampingan kepada petani kooperator,
sedangkan untuk mempercepat perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani dikawasan hamparan demfarm , dilakukan sekolah lapang (SL). Untuk memperluas
informasi teknologi dalam cakupan skala yang lebih besar, dilakukan panen raya yang
dihadiri oleh Gubernur Riau, Buapti kab. Inhil, Korem, dan jajaran terkait tingkat Provinsi Riau dan Kabupaten Inhil , tokoh masyarakat dan sekitar 1.500 orang petani se Kabupaten
Inhil.
Dalam sambutannya Gubernur Riau berharap agar teknologi jarwo super padi dapat
diterapkan oleh petani secara massal melalui peningkatan intensitas pertanaman dengan memasivkan penggunaan varietas unggul baru. Untuk mengatasi kelangkaan penyediaan
benih varietas unggul baru, diharapkan hasil padi dari demfarm dapat dijadikan sebagai benih sumber dengan jumlah benih yang dihasilkan sekitar 35 ton GKG. Ketersediaan
benih sumber ini dapat digunakan untuk melayani kebutuhan benih di Kabupaten Inhil.
Laporan Tahunan 2017
30
Tabel 21. Persepsi Petani Terhadap Introduksi Teknologi Jarwo Super Padi
No Pernyataan SS S RR KS TS TOTAL
1 VUB memiliki potensi hasil yang tinggi 50 40 10 0 0 10
2 Agrimeth meningkatkan efisiensi pemupukan 20 80 0 0 0 10
3 M-Dec mempercepat pengomposan jerami 20 80 0 0 0 10
4 M-Dec meningkatkan efisiensi pemupukan
100 0 0 0 10
5 Agrimeth menghasilkan fitihormon pemacu pertumbuhan tanaman , menambat nitrogen dan melarutkan fosfat dan meningkatkan kesuburan tanah
10 90 0 0 0 10
6 Tanam jarwo 2:1 meningkatkan populasi tanam sebesar 33 %
10 80 10 10
7 Dosis anjuran pupuk Urea 200 kg/ha dan NPK phonska 300 kg/ha dapat meningkatkan produksi
20 80 0 0 0 10
8 Pestisida BioProtector efektif dalam pengendalian WBC
0 90 10 0 0 10
9 Penggunaan alsintan dapat dapat menghemat biaya dan tenaga kerja
20 70 10 0 10
Keterangan: SS=Sangat setuju; S=setuju; RR-ragu-ragu;KS=kurang setuju;TS=tidak setuju
Dari beberapa pernyataan terkait persepsi petani terhadap teknologi jarwo super padi terlihat bahwa sebanyak 50 % petani menyatakan VUB memiliki potensi hasil yang tinggi . Hal ini disebabkan
karena petani telah meyakini dan telah mencoba menerapkan penggunaan varietas unggul baru yang
memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan varietas lokal. Adopsi VUB yang cukup tinggi ini disebabkan dari keberhasilan diseminasi teknologi pada PTT padi yang telah dilakukan sejak 5 tahun
trakhir. Untuk pernyataan yang ditanyakan kepada petani terhadap penerapan Agrimeth , M-Dec , manfaat Agrimeth dan M-Dec , penerapan tanam jarwo 2:1, penggunaan pupuk berimbang,
manfaat penggunaan biopestisida serta penggunaan alsintan petani memberikan skor sebesar 10
– 20 %. Hal ini disebabkan karena teknologi jarwo super baru diperkenalkan kepada petani. Kondisi ini sesuai dengan pernyataan Rogers (1981) untuk menerapkan suatu teknologi sejak
diperkenalkan ada beberapa proses yang dilalui yaitu petani melihat objek teknologi yang diintroduksikan, mengenal teknologi tersebut, mencoba menerapkannya, selanjutnya menilai hasil
teknologi tersebut apakah menerima atau menolak teknologi tersebut. Selanjutnya Sudaryono(1998) menyatakan bahwa kecepatan dari adopsi inovasi ditentukan oleh berberapa
faktor penentu antara lain sifat-sifat atau karakteristik inovasi, sifat-sifat atau karakteristik calon
pengguna,pengambilan keputusan adopsi, saluran atau media yang digunakan dan kualifikasi penyuluh.
Kecepatan dan tingkat adopsi teknologi oleh petani memerlukan partisipasi serta ketersediaan dan
kemampuan petani untuk menerima teknologi yang dihasilkan , dilain pihak permasalahan yang
dihadapi petani didalam mengelola usahataninya cukup komplek sehingga dapat menghambat suatu proses adopsi teknologi. Keadaan demikian merupakan salah satu penyebab terjadinya
kesenjangan hasil antara teknologi hasil penelitian dengan teknologi ditingkat petani ( A.Fattah et al, 2000). Suriatna,S,2000, menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi percepatan
proses adopsi teknologi ditingkat petani adalah ; 1) teknologi yang dikenalkan benar-benar membantu pemecahan masalah petani; 2) sarana yang diperlukan untuk implementasi teknologi
tersebut mudah didapat; 3) teknologi yang dikenalkan mempunyai tingkat efisiensi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan teknologi sebelumnya; 4) produk dari teknologi tersebut mempunyai prospek pasar yang baik.
Laporan Tahunan 2017
31
Tabel 22. Motivasi Petani Untuk Menerapkan Teknologi Jarwo Super Padi
No Pernyataan Tidak Kurang Cukup Memenuhi Persentase
(%)
1. Penerapan teknologi jarwo super dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarga
0 30 60 10 100
2. Penerapan teknologi jarwo super membantu menjalin pergaulan sesama petani
0 0 60 40 100
3. Penerapan teknologi jarwo super dihargai sebagai petani yang berhasil dilingkungannya
0 0 90 10 100
4. Penerapan teknologi jarwo super membuat semangat bekerja
0 0 90 10 100
5. Penerapan teknologi jarwo super
menyenangkan dalam bekerja
0 0 70 30 100
6. Penerapan teknologi jarwo super menghasilikan produksi yang bermutu
0 0 60 40 100
7. Penerapan teknologi jarwo super membuat pekerjaan menjadi lebih mudah (efektif)
0 80 20 100
8. Penerapan teknologi jarwo super menjadikan harga produksi hasil lebih tinggi
0 10 70 20 100
9. Penerapan teknologi jarwo super merugikan petani
70 10 10 10 100
10. Penerapan teknologi jarwo super dapat dikombinasikan dengan ternak itik
0 10 70 20 100
11. Ada orang lain yang menganjurkan untuk Penerapan teknologi jarwo super
0 10 70 20 100
12. PPL menganjurkan untuk Penerapan teknologi jarwo super
0 10 60 30 100
13. Keluarga/kerabat menganjurkan untuk Penerapan teknologi jarwo super
0 10 60 30 100
14. Penerapan teknologi jarwo super atas kemauan sendiri
0 0 90 10 100
15. Penerapan teknologi jarwo super dilakukan atas keberhasilan petani lain yang menerapkannya
0 0 40 60 100
Untuk melihat minat petani terhadap adopsi teknologi jarwo super maka perlu mengetahui motivasi petani terhadap penerapan teknologi yang diintroduksikan. Menurut Handoko (1987)
motivasi adalah keadaan dalam diri pribadi seseorang yang mendorong individu melalukakan
kegiatan tertentu untuk mencapai tujuannya. Dari beberapa pernyataan yang diajukan untuk mengukur motivasi petani terlihat bahwa sebagian besar petani memberikan skor yang cukup
dengan nilai berkisar antara 10 – 90 terhadap 15 pernyataan yang diberikan. Pada tabel 2 terlihat bahwa motivasi petani menerapkan teknologi teknologi jarwo super karena ingin dihargai sebagai
petani yang berhasil dilingkungannya. Dengan melihat hasil yang diperoleh dari demfarm jarwo
super lebih tinggi dari teknologi petani, maka petani termotivasi untuk bersemangat bekerja . Petani menyatakan dalam menerapkan teknologi jarwo super tidak ada pemaksaan dari luar
dirinya. Mereka termotivasi menerapkan teknologi yang diintroduksikan karena telah melihat sendiri hasil dari petak percontohan ( demfarm) yang dilakukan dihamparan sawah mereka.
Maslow (1994) menyatakan bahwa motivasi timbul karena adanya upaya untuk memenuhi
kebutuhan. Rogers (1981) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya motivasi antara lain; faktor phisik dan proses mental, faktor hereditas, faktor lingkungan dan
kematangan usia, faktor intrisik seseorang, fasilitas, situasi dan kondisi, program dan aktifitas, media, serta sarana dan prasarana yang tersedia.
Laporan Tahunan 2017
32
Tabel 23. Analisa Kelayakan Eknonomi Teknologi Petani dan Teknologi Jarwo super
Uraian Teknologi Eksisting Teknologi Jarwo super
Uraian
Produksi (kg) 4.716 11.100
Biaya (Rp)
Benih 452.400 350.200
Pupuk 1.364.000 2.166.450
Herbi 205.600 0
Pestisida 236.600 300.000
tng kerja 10.898.000 8.880.000
lain-lain 28.000 0
Total biaya (Rp) 13.184.600 11.696.650
Penerimaan (Rp) 18.864.000 44.400.000
Pendapatan (Rp) 6.194.000 32.703.350
RCR 1,43 3,796
Hasil analisa ekonomi pada demfarm jarwo super menunjukkan produksi 11,1 ton/ha GKP diperoleh pendapatan bersih sebesar Rp 32.703.350 dengan nilai RCR 3,79 . Sedangkan pada
teknologi petani dengan hasil sebesar 4,716 ton/ha GKP diperoleh pendapatan bersih sebesar Rp
6.194.000 dengan nilai RCR 1,43. Dari keragaan kelayakan ekonomi, maka teknologi jarwo super dapat direkomendasikan untuk diterapkan petani di Kabupaten Inhil.
Gambar 16. Demfarm Jarwo Super Padi Lahan Pasang
d. Temu lapang massal (panen raya) teknologi jarwo super padi
Tujuannya adalah untuk akselerasi diseminasi teknologi inovasi kepada petani pengguna secara massal
Laporan Tahunan 2017
33
Gambar 17. Temu lapang massal (panen raya)
KESIMPULAN
1) Untuk mempercepat diseminasi teknologi inovasi terbaru hasil litkajibangrap BPTP Riau litbang Pertanian maka diperlukan kesamaan pandangan dan wawasan dalam memahami hasil-hasil
litkaji oleh penyuluh selaku mediator fasilitator dan change agent dari peneliti kepada petani pengguna. Dari pelatihan yang diselenggarakan terbukti dapat meningkatkan wawasan
penyuluh terkait dengan hasil litkaji dan metoda diseminasi yang dihasilkan. 2) Diperlukan sinergi yang erat dan berkelanjutan dengan semua stakeholders dan pemangku
kebijakan dalam upaya meningkatkan kapasitas komunikasi, efektivitas, produktivitas dan
kualitas diseminasi dan pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi mendukung penyelenggaraan penyuluhan pertanian sehingga diharapkan adopsi teknologi di tingkat
petani dapat dipercepat untuk terjadinya perubahan yang lebih baik terhadap kinerja usahatani.
3) Untuk mempercepat, memperluas dan meningkatkan pemasyarakatan INVENSI menjadi
INOVASI untuk diadaptasikan dan diadopsi oleh pengguna dalam kerangka mendukung pembangunan pertanian, maka BPTP Riau diharapkan dapat menghasilkan teknologi spesifik
lokasi melalui perbaikan teknologi eksisting dengan memperhatikan kearifan lokal sehingga dapat memperkaya perakitan komponen teknologi inovasi yang diintroduksikan.
C. DISEMINASI KEGIATAN LITKAJI (PAMERAN DAN PUBLIKASI, TEMU TEKNIS
LITKAJI, DIALOG INTERAKTIF)
1) Pameran
Pada Tahun Anggaran 2017 Pameran dan Publikasi diagendakan sebanyak 4 (empat) kali, dengan mengikuti agenda Badan Litbang Pertanian dan Kementerian Pertanian serta
disesuaikan dengan materi dan topik yang tersedia tetapi untuk realisasinya, Pameran dan
Publikasi yang telah terlaksana pada tahun 2017 antara lain :
a. Pameran Tahrib Ramadhan 1438 H Lingkup Balitbangtan Kementerian Pertanian BPTP Riau turut berpartisipasi pada acara pameran tahrib ramadhan 1438 H lingkup
Balitbangtan yang dilaksanakan di Bogor pada tanggal 17-19 Mei 2017. Kegiatan ini di
hadiri oleh Ibu Menteri Pertanian R.I I bu Andi Amran Sulaiman dan Pembina Korpri Balitbangtan yaitu Dr. M.Syakir dalam acara ini juga dimeriahkan peragaan busana
nasional, butikantik, demo masak, demo kerajinan tangan dan ceramah agama dan lomba-lomba islami. Yang unik pada acara bazaar ramadhan pasar murah tersebut
adalah adanya produk-produk khas daerah masing-masing yang diperjualbelikan di setiap stand. Pada kesempatan itu BPTP Balitbangtan Riau menyajika berbagai produk
khas Riau diantaranya lempuk durian, nenas dan kedondong, kerupuk nangka
kerupuk nenas, kacang pikul, serta ikan salai selais baung dan patin.
Dari sekian produk khas Riau yang paling digemari adalah ikan selais salai. Disamping memunculkan aroma khas asap, proses ini juga membuat ikan selais awet hingga
satu tahun. Ikan selais kami jadikan ikon kebanggaan Riau.
Laporan Tahunan 2017
34
Gambar 18. Kegiatan Tahrib Ramadhan 1438 h
b. Pameran Gerakan Aku Cinta Sagu Untuk mengangkat citra sagu sebagai salah satu pangan unggulan daerah, Badan
Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian bekerja sama dengan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Riau menggelar “Gerakan Aku Cinta Sagu” Selasa , 8 Agustus 2017.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI ke-72
dan Hari Jadi Provinsi Riau ke-60. Kegiatan dilaksanakan di Balai Pelangi Kediaman Gubernur Riau, bersamaan dengan penyelenggaraan Lomba Cipta Menu (LCM)
Tingkat Provinsi Riau.
Pada kesempatan itu BPTP Riau turut berpartisipasi dengan menampilkan KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) dengan beberapa tanaman hidroponik dan sayuran
dalam pot.
Dalam sambutannya Gubernur Riau, Ir. H. Arsyadjuliandi Rachman, MBA,
menyampaikan visi Provinsi Riau menjadi Provinsi Sagu di Indonesia. Melalui gerakan ini, diharapkan masyarakat Riau dapat lebih mengenal sagu sebagai potensi
daerah dan warisan budaya pangan lokal Riau, sehingga sagu akan lebih
diprioritaskan lagi sebagai bahan pangan yang tersaji di meja makan seluruh masyarakat Riau.
Menurut Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, yang diwakili oleh
Kepala Pusat Konsumsi dan Penganekaragamam Konsumsi Pangan, Tri Agustin Satriani, upaya percepatan diversifikasi konsumsi pangan sangat penting
dilaksanakan, karena pola konsumsi pangan penduduk Indonesia masih kurang
beragam dan bergizi seimbang. Untuk itu, upaya kita menurunkan konsumsi beras dan terigu harus diikuti dengan penyediaan pangan karbohidrat bersumber dari
pangan lokal seperti sagu, singkong, ubi jalar, sukun, ganyong, dan sebagainya bukan disubstitusi oleh gandum impor.
Gambar 19. Pameran aku cinta sagu
Laporan Tahunan 2017
35
c. Pameran Riau Expo 2017
Riau Expo 2017, bertemakan menghulu budaya melayu, menghilir riau berintegritas dibuka secara resmi oleh Gubernur Riau, Sabtu 14 Oktober 2017. Kegiatan yang
diadakan di SKA Co Ex ini berlangsung dari tanggal 14 s.d 20 Oktober 2017.
Gubernur Riau dalam sambutannya menyampaikan pelaksanaan Riau Expo ini dalam rangkaian ulang tahun Provinsi Riau yang ke 60, dan sangat mengaprresiasi
pelaksanaan kegiatan ini karena adanya peningkatan jumlah peserta pameran
sebanyak 270 peserta yang berasal dari Instansi Pemerintah maupun swasta, UMKM dan beberapa provinsi seperti Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
dan Jawa Timur.
Gubri berharap semoga tahun ini dengan sinergi semua pihak, investasi dan
pariwisata meningkat di Provinsi Riau. Sektor pariwisata diupayakan dapat menunjang pertumbuhan ekonomi Riau ke depan disamping sektor migas dan perkebunan, dan
Riau Expo ini merupakan langkah dalam mensinergikan semua sektor.
Kementerian Pertanian melalui BPTP Riau turut berpartisipasi pada kegiatan Riau. Expo ini dengan menampilkan berbagai inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi,
produk olahan pascapanen, hydroponik dan berbagai macam bahan publikasi.
Pengunjung sangat antusias bertanya tentang produk-produk display seperti begaimana cara budidaya hidroponik dan papaya merah delima. Bahkan produk-
produk olahan banyak diminati ibu-ibu sebagai oleh-oleh expo.
Gambar 20. Stand BPTP Balitbangtan Riau saat dikunjungi masyarakat
Pekanbaru Termasuk Wakil Wali Kota Pekanbaru
d. Pameran Dies Natalies UIR Ke-55
BPTP Riau ikut meramaikan Dies Natalies UIR ke 55 dan Faperta UIR ke 40 melalui stand pameran inovasi teknologi pertanian yang bertempat di gedung B Faperta UIR
(27/11/2017).
Kegiatan yang diselenggarakan antara lain seminar internasional dan Pekan Ilmiah
Mahasiswa Pertanian Indonesia (PIMPI) dibuka langsung oleh Wakil Rektor 1 Syafrinaldi, SH., MCL dan dihadiri oleh berbagai instansi baik dari pemerintah maupun
swasta antara lain Kementerian Pertanian, SPI (Serikat Petani Indonesia), PISPI,
Puspitek Serpong, GAPKI Cabang Riau, Guru Besar Pertanian Universitas Kebangsaan Malaysia, BPTP Riau, Dosen, dan Mahasiswa se-Sumatera dan Pulau Jawa.
Wakil Rektor 1 UIR dalam sambutannya menyampaikan dengan diadakannya kegiatan
ini diharapkan dapat menciptakan generasi muda khususnya mahasiswa yang mampu mengembangkan pertanian di Indonesia pada umumnya Provinsi Riau Khususnya.
Hadir sebagai pembicara pada kegiatan ini Dr. Ir. Abdul Basit, MS dari Kementerian Pertanian ,Henry Saragih Selaku Ketua Umum SPI, Prof. Dr. Ahmed Mahir Moktar
Guru Besar Pertanian UKM Malaysia.
Abdul Basit mengatakan bahwa mahasiswa berperan dalam peningkatan produktivitas
pertanian dan pembangunan pertanian di Indonesia dan berperan dalam rangka mendukung program jangka panjang pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai
Laporan Tahunan 2017
36
lumbung pangan dunia dan Riau menjadi salah satu daerah yang termasuk wilayah
pengembangan program tersebut.
Gambar 21. Kegiatan Dies Natalies UIR ke 55 dan Faperta UIR ke 40
e. Pameran Hari Pangan Sedunia BPTP Riau ikut berpartisipasi dalam Peringatan Hari Pangan Sedunia yang di adakan
di komplek kediaman Gubernur Riau dengan mengadakan stand pameran pada
tanggal 14 Desember 2017. Beberapa inovasi teknologi yang dipamerkan seperti budidaya hidroponik, budidaya hortikultura, benih sumber padi, papaya merah delima
dan berbagai produk olahan kelompok binaan BPTP Riau. Pada acara ini selain stand pameran juga dimeriahkan dengan festival sagu antar SMA/SMK se-Kota Pekanbaru.
Gubernur Riau memberikan penghargaan Adi Karya Ketahanan Pangan kepada
kelompok tani, pelopor dan pelaku yang berkontribusi dalam permasalahan ketahanan
pangan dari masing-masing kabupaten/kota se-Provinsi Riau.
Gubernur Riau menyampaikan bahwa komoditas sagu merupakan salah satu pilihan dalam mengentaskan masalah ketahanan pangan di Provinsi Riau. Untuk saat ini sagu
sudah diolah menjadi bermacam bentuk olahan salah satunya adalah mie sagu.
Gambar 22. Kegiatan pameran HPS 2. Publikasi
a. Pencetakan Kalender Tahun 2018
Kalender 2018 BPTP Balitbangtan Riau, memuat informasi teknologi inovasi pada kegiatan
yang telah dilaksanakan oleh BPTP Riau, untuk mendiseminasikan teknologi yang telah
dihasilkan salah satunya adalah dengan penyebaran kalender. Kalender tahun 2018 ini didistribusikan keberbagai stakeholder. Rincian distribusi kalender sebagai berikut:
Laporan Tahunan 2017
37
Tabel 24. Distribusi kalender 2018
No Penerima kalender Jumlah (eks)
1 Kabupaten Kampar 15
2 Kabupaten Kuantan Singingi 15
3 Kabupaten Bengkalis 15
4 Kabupaten Indragiri Hilir 15
5 Kabupaten Indragiri Hulu 15
6 Kabupaten Rokan Hulu 15
7 Kabupaten Rokan Hilir 15
8 Kabupaten Pelalawan 15
9 Kabupaten Siak 15
10 Kabupaten Kep. Meranti 15
11 Kota Dumai 15
12 Kota Pekanbaru 15
13 Karyawan & Kantor BPTP Riau 100
14 BBP2TP 15
15 Balitbangtan 15
16 Dinas/UPT lingkup pertanian Prov. Riau 72
17 BPTP se Indonesia 34
JUMLAH 416
Gambar Gambar 23. Kalender 2018 BPTP Riau
Laporan Tahunan 2017
38
Gambar 24. Penyerehan kelender kepada stakeholder
b. Pencetakan Buku Petunjuk Teknis
Buku petunjuk teknis yang di dicetak dan di perbanyak sebagai berikut:
1) Teknologi Budidaya Cabai Merah
Gambar 25. Juknis Teknologi Budidaya Cabai Merah
2) Pascapanen Bawang Merah dan Cabai
Gambar 26. Juknis Teknologi Budidaya Cabai Merah
Laporan Tahunan 2017
39
c. Publikasi Mass Media
Pada tahun 2017 ini BPTP Riau menjalin kerjasama dengan ANTARA untuk publikasi mass
media, semua aktifitas kegiatan yang dilaksanakan oleh BPTP Riau diinformasikan melalui website ANTARA Riau.
Gambar 27. Tampilan website Antara Riau
3. Temu Teknis Litkaji
Kegiatan Temu Teknis Litkaji telah dilaksanakan di Grand Indobaru Hotel Selat Panjang
Kabupaten Kep. Meranti yang dikuti oleh 50 orang penyuluh se Kabupaten Kep.Meranti. pada tanggal 22 November 2017.
Dalam sambutan Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Peternakan Kebupaten Kepulauan Meranti, Asrul Meldi, SE mengatakan bahwa Kabupaten Kep. Meranti
secara teknis jauh berbeda dengan daerah lain, meranti merupakan daerah kepulauan dan daerah perbatasan dengan angka kemiskinan yang cukup tinggi salah satu nya
dikarenakan pengelolaan sektor pertanian belum optimal. Dengan pelaksanaan kegiatan temu teknis litkaji ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas sdm khususnya penyuluh di
meranti sebagai perpanjangan tangan pemerintah di lapangan sehingga pengembangan
pertanian di Kab. Meranti dapat tingkatkan.
Kepala BPTP Riau yang diwakili oleh Ka. Sie KsPP, Fahroji, STP, M.Sc menyampaikan bahwa kegiatan temu teknis litkaji ini merupakan salah satu bentuk diseminasi teknologi
yang dihasilkan oleh Balitbangtan, dengan mendiseminasikan inovasi teknologi melalui
penyuluh ini diharapkan dapat mempercepat adopsi teknologi pertanian oleh petani, karena penyuluh merupakan ujung tombaknya pertanian di lapangan.
Hadir pada kesempatan ini narasumber dari BPTP Riau, Dr. Parlin H Sinaga, SP, MP yang
menyampaikan materi tentang peningkatan produktivitas tanaman pangan di lahan sub optimal, Eka Novriandeni, S.Pt dengan materi pemanfaatan limbah ternak untuk pupuk
organik, dan materi litkajibangrap teknologi pertanian oleh Fahroji, STP, M.Sc.
Laporan Tahunan 2017
40
Peserta berharap kedepan agar BPTP Riau dapat menambah demplot percontohan di Kab.
Kep. Meranti serta kegiatan pembinaan tidak hanya pada komoditas tanaman pangan saja tapi juga untuk komoditas lain seperti cabai, bawang, pepaya dll, dengan harapan
dapat merubah kebiasaan petani setempat yang masih sulit mengadopsi inovasi teknologi yang telah dihasilkan.
Pada kesempatan ini juga Ka.Sie KsPP menyerahkan secara simbolis bibit cabai yang
diterima langsug oleh Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan
Hortikultura, Kab.Kep. Meranti.
Gambar 28. Kegiatan Temu Teknis Litkaji
D. PEKAN NASIONAL (PENAS)
PENAS ke XV di Banda Aceh yang berlangsung pada tanggal 6-11 Mei 2017 di Stadion Harapan
Bangsa Lhong Raya Banda Aceh telah selesai dilaksanakan dengan lancar dan sukses. Tak pelak lagi, event besar ini menyisakan pekerjaan rumah khususnya bagi petani elayan Indonesia untuk
lebih mandiri dan kreatif dalam mengembangkan wirausaha di bidang pertanian, juga yang terpenting adalah ajang untuk menjalin kemitraan dengan komponen manapun yang punya tekad
sama dalam mengembangkan agribisnis pada khususnya.
Hal ini dapat terlihat dari penyelenggaraan acara tersebut yang terdiri dari 8 bidang kegiatan,
yaitu: 1. kegiatan upacara dan apresiasi, 2. Kepemimpinan dan kemandirian kontak tani nelayan, 3. Kemitraan usaha dan jaringan informasi agribisnis, 4. Pengembangan teknologi dan kualitas
produksi agribisnis, 5. Pengembangan wirausaha tani nelayan dan kesadaran lingkungan, 6.
Sinkronisasi program pembangunan pertanian pusat dan daerah dan 7. Kesekretariatan
Dalam kesempatan tersebut, peserta pada acara PENAS adalah gapoktan dan poktan seluruh Indonesia yang berjumlah sekitar 35 ribu orang, asosiasi tani, pelaku usaha dan stakeholder
pertanian dan perikanan, petani luar negeri dan simpatisan pertanian.
Gelar PENAS ke XV dibuka oleh Presiden Republik Indonesia yang didampingi oleh Menteri
Pertanian, Gubernur Aceh dan Pangdam Iskandar Muda. Setelah pembukaan, Presiden RI melakukan temu wicara secara langsung dengan petani dan nelayan yang dilanjutkan dengan
pemberian hadiah traktor kepada petani secara simbolis. Pada kesempatan ini, MenteriPertanian melakukan MoU dan launching 3 jenis alsintan, yaitu traktor multi guna, alsin roda tanam, alsin
panen multi komoditas yang merupakan hasil karya perekayasa Badan Litbangtan yang dilisensi
oleh PT. Bhirawa yang berafiliasi dengan PT. Pindad dalam rangka mendukung kemandirian industri alsintan buatan dalam negeri.
Pada bidang pengembangan teknologi dan kualitas produksi agribisnis, Balitbangtan menggelar
hasil-hasil inovasi teknologi unggulan yang didisplaykan dalam bentuk Gelar Teknologi pada lahan
10 Ha dan beberapa klaster klaster yang dimuat dalam Gelar Teknologi ini diantaranya:
Laporan Tahunan 2017
41
1. Klaster sarana pertanian dengan menampilkan aneka jenis alat dan mesin pertanian yang
sebagian besar merupakan hasil rancangan Balai Besar Mekanisasi Balitbangtan mulai dari traktor roda empat, traktor tangan, rice transplanter, power thresher, hingga dryer.
2. Klaster peternakan, menampilkan program Sapi Induk Wajib Bunting (Siwab) mulai dari proses inseminasi buatan, panen pedet hasil IB serta aneka ragam sapi dan kerbau unggulan
lokal dan nasional, selain itu juga menampilkan kambing unggul balitbangtan yaitu kambing Boerka (cross breeding) antara kambing kacang dan kambing boer.
3. Klaster tanaman pangan menampilkan padi Inpari 30, Ciherang yang mampu hidup dalam
rendaman dan cekaman kekeringan dan padi Inpari 32 HDB yang tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri.
4. Pada klaster lainnya juga ditampilkan berbagai macam teknologi hasil balitbangtan seperti aneka jenis sayur-sayuran, buah-buahan, tebu dan komoditas perkebunan lainnya.
Penutupan PENAS XV dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2017 oleh Wakil Presiden Yusuf Kalla, dan
penyelenggaraan PENAS ke XVI mendatang akan dilaksanakan di Sumatera Barat
E. PENDAMPINGAN UPSUS PENCAPAIAN SWASEMBADA PADI JAGUNG KEDELAI SAPI BAWANG DAN CABE (PAJALE SABABE)
Sebagai lembaga penghasil inovasi teknologi, Badan Litbang Pertanian dituntut untuk berperan
aktif dalam program nasional yakni UPSUS PAJALE melalui pendampingan inovasi teknologi di
lapangan. Oleh BPTP Riau melalui kegiatan pendamping ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan produksi maupun produktivtas yang telah ditargetkan sekitar lima
belas persen atau tercapainya target swasembada pangan Nasional.
Tujuan dari kegiatan ini adalah melakukan pendampingan inovasi teknologi spesifik lokasi dalam
optimasi lahan dan Indeks Pertanaman (IP) padi, jagung dan kedelai di setiap wilayah Kabupaten, Provinsi Riau. Melakukan pendampingan kelembagaan tani, sarana dan pra sarana (Saluran
irigasi) dalam optimasi lahan padi, jagung dan kedelai di Provinsi Riau
Dalam pelaksanaan pendampingan, dibentuk organisasi pelaksaanaan yang bertanggung jawab dalam kelancaran pelaksanaan kegiatan antara lain pelaksanaan pembinaan, pendampingan,
pengawalan, monitoring dan pelaporan sebagai berikut:
Tabel 25. organisasi pelaksana Upsus Pajale Riau
No. Nama Lengkap dan Gelar
Posisi dalam Kegiatan
Jabatan Fungsional
1 Dr. Kuntoro Boga Andri Penjab Peneliti
2 Nurhayati, Sp,. M.Si LO. Kab. Siak Peneliti
3 Suhendri LO. Kab. Rohil Peneliti
4 Ir. Anis Fahri, MP LO. Kab. Inhu Peneliti
5 Dr. Parlin H Sinaga LO. Kab. Kep. Meranti
Peneliti
6 Emisari Ritinga, SP, MP LO. Kab. Bengkalis Peneliti
7 Eka Novriandeni.SPt LO. Kab. Kuansing Peneliti
8 Yogo Sumitro, SP LO. Kab. Pelalawan Peneliti
9 Sri Swastika, SP LO. Kab. Kampar Peneliti
10 Jakoni, SP, MP LO. Kota Dumai Peneliti
11 Dr. Rustam LO. Kab. Inhil Peneliti
12 Ade Yulfida, SP, MP Anggota Penyuluh
13 Syuryati, SP Anggota Penyuluh
14 Reni Asterina, S.ST Anggota Penyuluh
Laporan Tahunan 2017
42
15 Hery Widyanto, SP Anggota Penyuluh
16 Saipul Hamdan Anggota Teknisi
17 Syafrizal Anggota Teknisi
18 Dian Pratama, SP Sekretariat
19 Bambang H Marpaung, S.Kom Sekretariat
21 Andi, SP Sekretariat
BPTP Riau mendapat 4 (empat) kabupaten yang menjadi tugas utama pendampingan yang dilakukan antara lain di Kabupaten Indragiri Hilir (Dr. Rustam, M.Si), Indragiri Hulu (H. Anis Fahri,
SP, M.Si), Kepulauan Meranti (Dr. Parlin Sinaga) dan Siak (Nurhayati, SP, M.Si).
Kegiatan Koordinasi dukungan teknologi upsus pencapaian swasembada padi jagung kedelai dan peningkatan produksi komoditas utama kementerian pertanian yang telah dilaksanakan pada tahun
2017 antara lain :
1. Koordinasi Kegiatan Pajale bersama Tim UPSUS dari Kementerian Pertanian
Beberapa poin penting dari hasil kunjungan tersebut sebagai berikut:
▪ Tim UPSUS Pajale Kementan melakukan identifikasi wilayah terkait Luas Tambah Tanam
(LTT) padi di 4 kabupaten yg menjadi tanggung jawab BPTP Balitbangtan Riau, yaitu Kabupaten Inhil, Inhu, Siak, dan Kepulauan Meranti. Namun diskusi juga membahas
tentang potensi wilayah kabupaten lainnya yang memiliki luas tanam besar namun realisasi rendah.
▪ Tim UPSUS Kementan menyampaikan bahwa strategi yang harus dilakukan adalah dengan
meningkatkan LTT di kabupaten dengan dua cara yaitu perluasan tanam dan meningkatkan IP. Strategi yang logis dilakukan saat ini adalah melalui peningkatan IP.
▪ Perlu dilakukan komunikasi yang efektif dengan Dinas, baik Dinas Provinsi dan Kabupaten,
juga dengan petugas lapangan seperti Babinsa dan PPL.
▪ Tindak lanjut dalam jangka pendek adalah berkoordinasi dengan kedua penjab UPSUS lain
di Provinsi Riau, yaitu dari BBPOPT dan Ka. Sub. Bidang Pengembangan SDM, untuk
merapatkan barisan mencapai target daerah. Hal yang paling penting adalah perlu dijalin
komunikasi yang baik dengan Bupati kabupaten terkait untuk dapat mensinergikan tujuan bersama mencapai target, yaitu meningkatkan LTT masing-masing kabupaten.
Gambar 29. Koordinasi Upsus Pajale di BPTP Riau
2. Koordinasi Kegiatan Pajale Dengan Dinas/Instansi Terkait
Kegiatan UPSUS Pajale ini diawali dengan koordinasi di awal tahun untuk menetapkan target LTT tahun 2017. Acara dalam rangka Koordinasi UPSUS PAJALE Tingkat Provinsi Riau yang bertujuan
Untuk menyamakan persepsi dan sikronisasi data dalam pelaksanaan kegiatan Upaya Khusus
peningkatan produksi Padi Jagung dan Kedelai, Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Riau bekerjasama dengan Balai Penelitian Peramalan Organisme Pengganggu Tanaman (BBPOPT)
Laporan Tahunan 2017
43
Kementerian Pertanian mengadakan pertemuan koordinasi UPSUS Pajale dengan tema sikronisasi
data dan sistem pelaporan upaya khusus Padi Jagung dan Kedelai. Pertemuan tersebut dihadiri oleh instansi lingkup Pertanian dan jajaran TNI Angkatan darat Se-provinsi Riau.
Gambar 29. Koordinasi UPSUS Pajale bersama instansi lingkup Pertanian
dan jajaran TNI Angkatan darat Se-provinsi Riau
Dalam pendampingan UPSUS Pajale ini permasalahan yang sering timbul dalam pelaporan itu
adalah tidak sikronnya data yang dilaporkan mulai dari tingkat desa sampai ke tingkat Provinsi begitupun juga data yang dilaporkan oleh TNI AD. Oleh karena itu pertemuan ini cukup penting
untuk menyamakan persepsi bagaimana alur pelaporan pendampingan UPSUS Pajale ini. Pada kesempatan ini alur pelaporan pendampingan Pajale dijelaskan langsung dari Pusdatin Sekretariat
Jenderal Kementerian Pertanian. Ikut juga dalam pertemuan ini Kepala BPS Provinsi Riau yang
juga memberikan penjeasan tentang bagaimana menghitung statistic tanaman pangan, karena banyaknya ketidakcocokan data di lapangan dengan data statistik yang dikeluarkan oleh Badan
Pusat Statistik. Harapannya pertemuan ini bisa mensinergikan semua stakeholder yang terlibat dalam mensinkronkan data dan laporan sehingga data yang dilaporkan ke Kementerian Pertanian
lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Hasil diskusi tim upsus dengan Kepala Dinas TPHBun Provinsi Riau, diperoleh beberapa langkah dalam pencapaian target Upsus antaralain :
1. Data yang diolah adalah berasal dari satu sumber, sehingga perlu terus dilakukan rekonsiliasi data, dan terus berkoordinasi dengan BPS.
2. Terus dijalin koordinasi efektif antara tim UPSUS Kementan yang bertanggungjawab untuk
Provinsi Riau dengan DinasTPHBun Provinsi Riau, juga dengan dinas terkait yang diberi tugas mengawal program UPSUS ini.
3. Setuju untuk membantu mengkomunikasikan kepada poktan yang mendapatkan bantuan yang tidak secara langsung meningkatkan LTT, seperti yang mendapat bantuan alsin,
kiranya dapat didorong untuk meningkatkan luas tanamnya. 4. Perlu dilakukan rapat koordinasi (rakor) dengan pimpinan daerah untuk menyamakan
persepsi dan merapatkan barisan terkait pencapaian program UPSUS ini.
5. Tidak terpaku pada peningkatan IP saja, melainkan perlu dijajaki kemungkinan adanya perluasan areal tanam di daerah-daerah tertentu.
Sedangkan dari diskusi dengan Kepala Staf Korem (Kasrem) 031/ WB diperoleh langkah-langkah
atau strategi yang dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Peran TNI adalah sebagai pendamping, tetap pemeran utama adalah Dinas terkait dan pimpinan Daerah, sehingga TNI adalah pendukung program UPSUS ini.
2. Perlu dilakukan rekonsiliasi data terkait luas tanam sehingga data yang diolah oleh beberapa instansi akhirnya menghasilkan data yang sama
3. Perlu dilakukan koordinasi di tingkat kementerian, karena ada Kementan, Kemdagri dan
Kementerian PU yang memiliki andil dalam pencapaian program ini. 4. Perlu dibuat demplot sebagai percontohan bagi petani penyuluh di daerah, karena hal
inilah yang diinginkan oleh petani, yaitu bukti keberhasilan hasil tanam/panen sehingga kedepan dapa tmenjadi stimulus petani untuk tanam.
Laporan Tahunan 2017
44
5. Adanya Moratorium PembatasanTanam Sawit dapat menggenjot peningkatan luas tanam
tanaman pangan, sehingga secara bertahap dapat membantu program UPSUS ini.
Gambar 30. Koordinasi kegiatan upsus pajale di Dinas TPH Bun dan Korem
Pengembangan Jaringan Irigasi
Perbaikan irigasi pertanian menjadi skala prioritas utama Menteri Pertanian Republik Indonesia
dalam mewujudkan Indonesia swasembada pangan (Padi, Jagung dan Kedelai) tahun 2018 mendatang. Pelaksanaan pengembanganjaringan irigasi dilaksanakan secara swakelola oleh
P3A/Poktan secara bergotong royong dan partisipatif dengan melibatkan tenaga kerja anggota serta didampingi oleh tenaga penyuluh serta TNI-AD.
Realisasi Luas Tanam Padi, Jagung dan Kedelai di Provinsi Riau
Realisasi Tanam Padi, Jagung dan Kedelai di Provinsi Riau disajikan pada tabel dii bawah ini :
Tabel 26. Perkembangan luas tanam padi di Provinsi Riau
Sasaran MT 2017 Sasaran MT 2017 Sasaran MT 2017 Sasaran MT 2018 Sasaran MT 2018 Sasaran MT 2018 Sasaran MT 2017
1 Kuantan Singingi 1,225.0 1,009.0 1,559.0 1,615.3 623.2 786.8 - - - - - - 3,407.2 3,411.1 100.11
2 Indragiri Hulu 580.0 205.0 477.0 245.0 462.0 86.0 380.0 - 697.0 - 735.0 - 3,331.0 536.0 16.09
3 Indragiri Hilir 167.0 50.0 359.0 284.0 2,710.0 1,033.5 4,870.0 - 4,946.0 - 7,883.0 - 20,935.0 1,367.5 6.53
4 Pelalawan 3,772.0 2,480.0 - 95.0 - - - - 180.0 - 150.0 - 4,102.0 2,575.0 62.77
5 Siak 2,041.0 2,507.5 2,671.0 756.5 - 31.0 - - - - - - 4,712.0 3,295.0 69.93
6 Kampar 665.0 177.0 - 16.0 - - - - - - 2,425.0 - 3,090.0 193.0 6.25
7 Rokan Hulu 3,453.0 3,878.5 907.0 1,429.0 - - 15.0 - 295.0 - 766.0 - 5,436.0 5,307.5 97.64
8 Bengkalis 965.0 1,472.0 102.0 424.0 20.0 4.0 - - 35.0 - 65.0 - 1,187.0 1,900.0 160.07
9 Rokan Hilir 4,650.0 3,278.0 5,187.0 3,554.0 970.0 2,920.5 30.0 - 20.0 - - - 10,857.0 9,752.5 89.83
10 Kepulauan Meranti 1,400.0 1,534.0 485.0 790.0 59.0 276.0 - - - - - - 1,944.0 2,600.0 133.74
11 Pekan Baru 1.0 - 2.0 1.0 1.0 - 1.0 - 1.0 - 2.0 - 8.0 1.0 12.50
12 Dumai 627.0 467.0 414.0 713.0 53.0 - - - 30.0 - 30.0 - 1,154.0 1,180.0 102.25
JUMLAH 19,546.0 17,058.0 12,163.0 9,922.8 4,898.2 5,137.8 5,296.0 - 6,204.0 - 12,056.0 - 60,163.2 32,118.6 53.39
Perkembangan Luas Tanam MT 2017 terhadap Sasaran Komoditi Padi
Menurut Kabupaten/Kota (hektar)
Februari Maret ∑Oktober-Maret
%tase
Januari
per 31 Desember 2017
No Kabupaten/Kota
Oktober November Desember
Laporan Tahunan 2017
45
Tabel 27. Perkembangan luas tanam jagung di Provinsi Riau
Tabel 28. Perkembangan luas tanam kedelai di Provinsi Riau
Realisasi Luas Panen Padi, Jagung dan Kedelai di Provinsi Riau
Realisasi Tanam Padi, Jagung dan Kedelai di Provinsi Riau disajikan pada tabel di bawah ini :
Sasaran MT 2017 Sasaran MT 2017 Sasaran MT 2017 Sasaran MT 2018 Sasaran MT 2018 Sasaran MT 2018 Sasaran MT 2017
1 Kuantan Singingi 9.0 19.1 10.0 14.3 9.0 - 12.0 - 11.5 - 8.5 - 60.0 33.4 55.65
2 Indragiri Hulu 126.0 23.0 195.0 10.0 110.0 - 88.0 - 75.0 - 68.0 - 662.0 33.0 4.98
3 Indragiri Hilir - 607.0 735.0 64.0 341.0 39.0 316.0 - 427.0 - 416.0 - 2,235.0 710.0 31.77
4 Pelalawan - - - 50.0 - 1.0 - - - - - - - 51.0 -
5 Siak 71.0 29.3 17.0 29.0 25.0 51.0 17.0 - 19.0 - 22.0 - 171.0 109.3 63.92
6 Kampar - 28.4 - 51.0 46.0 96.0 105.0 - 187.0 - 272.0 - 610.0 175.4 28.75
7 Rokan Hulu - 194.0 - - - - - - - - 915.0 - 915.0 194.0 21.20
8 Bengkalis 8.0 149.0 2.0 - 4.0 12.0 12.0 - 25.0 - 18.0 - 69.0 161.0 233.33
9 Rokan Hilir 110.0 74.0 70.0 22.0 30.0 22.0 - - 80.0 - 40.0 - 330.0 118.0 35.76
10 Kepulauan Meranti 80.0 49.0 85.0 27.0 85.0 23.0 - - - - - - 250.0 99.0 39.60
11 Pekan Baru 40.0 22.0 36.0 13.0 36.0 - 40.0 - 47.0 - 46.0 - 245.0 35.0 14.29
12 Dumai 13.0 6.0 8.0 5.0 10.0 44.0 8.0 - 8.0 - 5.0 - 52.0 55.0 105.77
JUMLAH 457.0 1,200.8 1,158.0 285.3 696.0 288.0 598.0 - 879.5 - 1,810.5 - 5,599.0 1,774.1 31.69
Perkembangan Luas Tanam MT 2017 terhadap Sasaran Komoditi Jagung
Menurut Kabupaten/Kota (hektar)
Februari Maret ∑Oktober-Maret
%tase
Januari
per 31 Desember 2017
No Kabupaten/Kota
Oktober November Desember
Sasaran MT 2017 Sasaran MT 2017 Sasaran MT 2017 Sasaran MT 2018 Sasaran MT 2018 Sasaran MT 2018 Sasaran MT 2017
1 Kuantan Singingi 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 - 1.0 - 1.0 - 1.0 - 6.0 2.0 33.33
2 Indragiri Hulu 60.0 31.0 105.0 5.0 110.0 - 70.0 - 55.0 - 40.0 - 440.0 36.0 8.18
3 Indragiri Hilir - 20.0 - - - - - - - - - - - 20.0 -
4 Pelalawan - - - - - - - - - - 12.0 - 12.0 - -
5 Siak - - 1.0 - - - - - 1.0 - - - 2.0 - -
6 Kampar 98.0 3.0 81.0 - 1.0 - 2.0 - 5.0 - 1.0 - 188.0 3.0 1.60
7 Rokan Hulu 50.0 95.0 335.0 145.0 375.0 86.0 325.0 - 65.0 - - - 1,150.0 326.0 28.35
8 Bengkalis - - - - - - - - - - - - - - -
9 Rokan Hilir 110.0 - 100.0 - 40.0 - - - - - - - 250.0 - -
10 Kepulauan Meranti - - 49.0 - 52.0 - - - - - - - 101.0 - -
11 Pekan Baru - 1.0 49.0 - 52.0 - - - - - - - 101.0 1.0 0.99
12 Dumai - - - - - - - - 6.0 - 9.0 - 15.0 - -
JUMLAH 319.0 151.0 721.0 151.0 631.0 86.0 398.0 - 133.0 - 63.0 - 2,265.0 388.0 17.13
Perkembangan Luas Tanam MT 2017 terhadap Sasaran Komoditi Kedelai
Menurut Kabupaten/Kota (hektar)
Februari Maret ∑Oktober-Maret
%tase
Januari
per 31 Desember 2017
No Kabupaten/Kota
Oktober November Desember
Laporan Tahunan 2017
46
Tabel 29. Luas panen padi di Provinsi Riau
Tabel 30. Luas panen jagung di Provinsi Riau
Tabel 31. Luas panen kedelai di Provinsi Riau
Provinsi : 14. Riau
Komoditas : Padi - TOTAL
Keterangan : Semua
Tahun : 2017
Kabupaten/Kota Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jan-Apr Mei-Ags Sep-Des Jan-Des
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
01 Kuantan Singingi 798.6 1,290.9 971.5 1,376.0 241.8 5.7 112.7 241.7 120.8 24.0 0.0 0.0 4,437.0 601.9 144.8 5,183.7
02 Indragiri Hulu 192.0 530.4 677.9 38.9 109.8 458.5 535.2 569.9 71.0 44.0 45.0 0.0 1,439.2 1,673.4 160.0 3,272.6
03 Indragiri Hilir 61.1 157.3 525.3 1,405.7 4,015.0 3,822.7 5,072.9 5,215.8 1,733.5 0.0 0.0 0.0 2,149.4 18,126.4 1,733.5 22,009.3
04 Pelalawan 1,512.2 2,915.7 459.6 0.0 55.7 2.9 19.2 119.0 165.0 12.0 0.0 0.0 4,887.5 196.8 177.0 5,261.3
05 S I A K 996.9 2,397.8 254.3 3.9 7.6 897.6 1,689.7 1,293.6 207.0 25.8 0.0 0.0 3,652.9 3,888.5 232.8 7,774.2
06 Kampar 293.5 1,378.3 747.5 0.0 4.7 468.9 662.7 263.4 0.0 26.0 651.0 0.0 2,419.3 1,399.7 677.0 4,496.0
07 Rokan Hulu 125.8 3,806.3 3,633.9 457.5 11.0 214.0 346.4 876.1 59.0 169.0 0.0 0.0 8,023.5 1,447.5 228.0 9,699.0
08 Bengkalis 1,770.7 697.5 207.5 173.7 24.0 189.0 801.8 19.2 0.0 5.0 0.0 0.0 2,849.4 1,034.0 5.0 3,888.4
09 Rokan Hilir 507.6 3,036.8 6,155.1 1,424.8 242.8 18.2 30.7 19.7 253.0 584.0 0.0 0.0 11,124.3 311.4 837.0 12,272.7
10 Kepulauan Meranti 1,901.8 1,275.3 358.9 0.0 4.8 2.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3,536.0 7.7 0.0 3,543.7
71 Pekanbaru 1.9 0.0 0.0 0.0 1.0 1.0 0.0 0.0 2.0 0.0 2.0 0.0 1.9 2.0 4.0 7.9
73 D U M A I 717.0 970.2 107.0 0.0 14.4 0.0 0.0 85.6 0.0 0.0 0.0 0.0 1,794.2 100.0 0.0 1,894.2
JUMLAH 8,879.1 18,456.5 14,098.5 4,880.5 4,732.6 6,081.4 9,271.3 8,704.0 2,611.3 889.8 698.0 0.0 46,314.6 28,789.3 4,199.1 79,303.0
Luas Panen Menurut Kabupaten/Kota (hektar)
Dicetak Tanggal : : 12/04/2017
Provinsi : 14. Riau
Komoditas : Jagung - Lahan: Total
Keterangan : Semua
Tahun : 2017
Kabupaten/Kota Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jan-Apr Mei-Ags Sep-Des Jan-Des
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
01 Kuantan Singingi 7.1 3.6 3.0 17.2 3.0 1.0 4.0 4.6 3.5 8.4 7.9 0.0 30.9 12.6 19.8 63.3
02 Indragiri Hulu 60.0 112.0 81.0 135.0 103.5 97.0 18.0 82.0 119.0 24.0 14.0 0.0 388.0 300.5 157.0 845.5
03 Indragiri Hilir 712.4 326.0 286.0 225.0 290.0 318.0 195.0 175.0 207.0 0.0 0.0 0.0 1,549.4 978.0 207.0 2,734.4
04 Pelalawan 805.5 5.5 9.5 105.5 43.5 183.0 17.0 37.0 89.0 6.0 0.0 0.0 926.0 280.5 95.0 1,301.5
05 S I A K 25.0 58.0 32.0 4.0 35.5 11.9 9.7 31.0 1.5 8.7 0.0 0.0 119.0 88.1 10.2 217.3
06 Kampar 67.0 128.0 103.0 90.0 89.0 151.0 129.0 137.0 91.0 145.0 143.0 0.0 388.0 506.0 379.0 1,273.0
07 Rokan Hulu 124.0 122.0 49.0 7.0 6.0 156.0 663.0 425.0 71.0 106.0 5.0 0.0 302.0 1,250.0 182.0 1,734.0
08 Bengkalis 14.0 3.0 2.0 7.0 1.0 0.0 70.0 27.0 112.0 142.0 0.0 0.0 26.0 98.0 254.0 378.0
09 Rokan Hilir 25.0 23.0 9.0 10.0 34.0 15.0 15.0 49.0 32.5 3.0 0.0 0.0 67.0 113.0 35.5 215.5
10 Kepulauan Meranti 40.0 56.6 298.0 69.0 31.0 0.0 4.0 6.0 4.0 24.0 11.0 0.0 463.6 41.0 39.0 543.6
71 Pekanbaru 76.0 23.0 118.0 59.0 49.0 2.0 5.0 31.0 71.0 74.0 81.0 0.0 276.0 87.0 226.0 589.0
73 D U M A I 15.0 0.0 0.0 2.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 17.0 0.0 0.0 17.0
JUMLAH 1,971.0 860.7 990.5 730.7 685.5 934.9 1,129.7 1,004.6 801.5 541.1 261.9 0.0 4,552.9 3,754.7 1,604.5 9,912.1
Luas Panen Menurut Kabupaten/Kota (hektar)
Dicetak Tanggal : : 12/04/2017
Provinsi : 14. Riau
Komoditas : Kedelai - Lahan: Total
Keterangan : Semua
Tahun : 2017
Kabupaten/Kota Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jan-Apr Mei-Ags Sep-Des Jan-Des
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
01 Kuantan Singingi 1.0 0.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 0.0 3.0 4.0 3.0 10.0
02 Indragiri Hulu 5.0 9.0 13.0 1.0 8.0 4.0 20.0 6.0 5.0 2.0 3.0 0.0 28.0 38.0 10.0 76.0
03 Indragiri Hilir 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
04 Pelalawan 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 1.0
05 S I A K 0.0 0.0 0.0 2.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 1.0 0.0 0.0 2.0 0.0 2.0 4.0
06 Kampar 1.0 0.0 1.0 1.0 3.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 0.0 0.0 3.0 6.0 2.0 11.0
07 Rokan Hulu 85.0 45.0 0.0 20.0 0.0 20.0 71.0 327.0 154.0 0.0 0.0 0.0 150.0 418.0 154.0 722.0
08 Bengkalis 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
09 Rokan Hilir 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 1.0
10 Kepulauan Meranti 52.0 27.0 0.0 0.0 3.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 79.0 3.0 0.0 82.0
71 Pekanbaru 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.0 0.0 2.0
73 D U M A I 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
JUMLAH 144.0 81.0 15.0 26.0 15.0 26.0 94.0 336.0 163.0 5.0 4.0 0.0 266.0 471.0 172.0 909.0
Luas Panen Menurut Kabupaten/Kota (hektar)
Dicetak Tanggal : : 12/04/2017
Laporan Tahunan 2017
47
Kegiatan panen Upsus Pajale di Provinsi Riau
Kegiatan panen raya ini merupakan salah satu bentuk dukungan terhadap program Upsus Pajale.
Dengan diadakannya panen raya dapat memotivasi masyarakat dan juga merupakan bentuk dukungan dari pemerintah kepada para petani di daerah selain itu juga dengan adanya panen raya
dapat memberi semangat kepada petani dalam meningkatkan produksi sehingga ketahanan pangan dapat terjaga.
Beberapa kegiatan panen raya kegiatan Upsus Pajale yang dilaksanakan di Provinsi Riau dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 31. Panen raya di Desa Mentayan, Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis dihadiri Gubernur Riau
Gambar 32. Panen raya di Desa Nusantara Jaya, Kecamatan Keritang, Kabupaten Inhil
dihadiri Bupati Inhil
Laporan Tahunan 2017
48
Gambar 33. Panen raya di Desa Dusun Tua Kecamatan Kelayang Kabupaten Indragiri Hulu di hadiri
Bupati Inhu
Gambar 34. Panen raya di Desa Topang, Kecamatan Rangsang,
Kabupaten Kep. Meranti Dihadiri Bupati Kep. Meranti
Laporan Tahunan 2017
49
Gambar 35. Panen raya di Desa sungai upih, kelurahan teluk dalam, Kecamatan kuala Kampar
Kabupaten Pelalawan dihadiri Menteri Pertanian dan Gubri
Identifikasi Permasalahan dalam Pelaksanaan Upsus Pajale
Permasalahan yang dihadapi dalam Pelaksanaan Upsus Pajale di Provinsi Riau antara lain :
1. Akurasi data realisasi tanam, realisasi panen sangat sulit dilakukan hal ini dikarenakan masih kurangnya koordinasi anatara tim pusat, provinsi maupun daerah serta sedikitnya tenaga
penyuluh lapangan yang ada di daerah. 2. Pelarangan membakar lahan mengakibatkan kesulitan untuk land clearing. Faktor ini
mengakibatkan kepada mundurnya waktu tanam sehingga target luas tanam tidak dapat
tercapai. 2. Belum adanya tanggul-tanggul khususnya untuk daerah kepulauan di Provinsi Riau seperti
Kabupaten Kepulauan Meranti, petani sangat membutuhkan pembangunan tanggul agar bisa menahan masuknya air asin ke tanaman warga.
3. Kurang responnya masyarakat/petani terhadap kegiatan Upsus Pajale, hal ini dikarenakan
belum adanya pasar yang jelas untuk komoditas pajale tersebut. Harga jual petani tidak sesuai dengan haga pasar, masih jauh dengan harga pasaran.
Kesimpulan dan Saran kegiatan Upsus Pajale
Kesimpulan
1) Kegiatan pendampingan Upsus Pajale berupa inovasi teknologi spesifik lokasi dalam optimasi
lahan dan Indeks Pertanaman (IP) padi, jagung dan kedelai di setiap wilayah Kabupaten, Provinsi Riau sudah terlaksana dengan baik.
2) Pendampingan terhadap kelembagaan tani, sarana dan prasarana (Saluran irigasi) optimasi lahan padi, jagung dan kedelai di Provinsi Riau sudah dilaksanakan dan sesuai dengan target
yang ingin dicapai.
Saran 1) Koordinasi antara tim Upsus Pajale baik dari Pusat, Provinsi dan Daerah perlu ditingkatkan lagi
sehingga keakuratan data yang diperoleh lebih baik lagi. 2) Adanya kebijakan harga dari pemerintah pusat maupun daerah terkait komoditi pajale
sehingga petani kembali semangat untuk mensukseskan upaya khusus peningkatan produksi
padi, jagung dan kedelai.
Laporan Tahunan 2017
50
F. PENDAMPINGAN KAWASAN HORTIKULTURA
Tujuan dari kegiatan ini adalah mendukung program pemerintah daerah Kabupaten Kampar
sebagai sentra bawang merah dan cabai merah di Sumatera dan mendukung program pengembangan perbenihan jeruk yang bersertifikat di Kabupaten Kampar.
1. Cabai Merah
Kabupaten Kampar memiliki program kemandirian pangan yaitu menjadi daerah penghasil utama komoditas pangan khususnya cabai merah dan bawang merah di Sumatera. Untuk komoditas cabai
merah ada 17 kecamatan yang mendapatkan program pengembangan 50 Ha cabai merah yaitu Kecamatan Kotokampar Hulu, Kampar, Kampar Kiri, Tapung Hilir, Rumbio Jaya, Kampar Utara,
Bangkinang, Siak Hulu, Perhentian Raja, XIII Koto Kampar, Kampar Timur, Salo, Tapung,
Tambang, Kampar Kiri Hilir, Kampar Kiri Hulu, Gunung Sahilan, dan Kecamatan Tapung Hulu. Komoditas cabai merah memiliki peluang pengembangan yang besar karena pada saat harga cabai
merah melambung tinggi petani di Kabupaten Kampar khususnya Kecamatan Tapung Hilir menuai hasil panen.
Pemerintah Kabupaten ingin mencetak petani handal melalui program swadaya pengembangan
lahan tanaman cabai merah yang disinergikan dengan Program RTMPE. BPTP dan Pemkab Kampar
dalam hal ini Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura harus berkoordinasi agar dengan perencanaan yang sistematis maka kegiatan akan efektif dan adopsi teknologi dapat berjalan
dengan cepat. Dinas Pertanian, sebagai salah satu komponen dari pemerintah daerah, berperan melakukan pembinaan dan penyediaan sumberdaya yang diperlukan mendukung percepatan
adopsi teknologi inovatif. Dan BPTP sebagai pengambil inisiatif dan mengkonsultasikannya kepada
para pihak terkait di daerah. Pendampingan teknologi budidaya di lokasi pengembangan antara lain pendampingan dan supervisiserta penyediaan teknologi pengendalian OPT yang ramah
lingkungan.
Desa Kota Garo Kecamatan Tapung Hilir adalah salah satu lokasi pengembangan cabai merah di Kabupaten Kampar. Kelompok Tani Pencing Berkarya P4S di Dusun II Rumah Tiga telah
bercocoktanam cabai sejak 2002 dengan menggunakan varietas OP lokal yang berasal dari
Sumatera Utara. Total luas lahan 15 Ha ditanam secara bertahap oleh anggota kelompok tani. Sistem budidaya yang dilakukan masih konvensional meskipun ada beberapa sentuhan teknologi
yang telah diterapkan seperti penggunaan drip irrigation, mulsa perak dan sistem pengendalian hama dengan yellow trap. Pemupukan belum mengikuti rekomendasi pemupukan. Dosis yang
digunakan NPK 3 – 5 kg/1.000 pohon. Pengendalian OPT dilakukan dengan penyemprotan
pestisida 3 hari sekali.
Permasalahan yang dihadapi petani adalah kepemilikan lahan dan rantai pemasaran yang masih dikuasai tengkulak. Saat panen petani mendapat keuntungan bertepatan dengan harga cabai
merah yang melonjak mencapai Rp. 80.000/kg. Varietas cabai merah ini memiliki potensi panen 20
kali panen dengan periode panen 3 kali. Keunggulan lain adalah ketahanan terhadap penyakit keriting yang biasa menyerang cabai merah.
Gambar 36. Kunjungan ke lokasi pengembangan Cabai Merah di Kabupaten Kampar
Laporan Tahunan 2017
51
Kegiatan Gerakan Tanam (Gertam) Cabai
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau mendapatkan target penyediaan bibit cabe pada
tahun 2017 sebanyak 500.000 batang.
Pada bulan Desember terealisasi Bibit cabai yang terdistribusi sebanyak 565.350 batang.
Gambar 37. Penyerahan bibit cabai kepada stakeholder
2. Bawang Merah di Kabupaten Kampar
Pendampingan kawasan tanaman bawang merah pada tahun 2017 diarahkan kepada budidaya
bawang merah melalu biji (TSS). Permasalahan budidaya bawang merah melalui TSS adalah pengalaman petugas dan petani masih minim di lapangan sehingga kegiatan pendampingan t
Terutama dalam kegiatan persemaian benih dilakukan berulang kali karena terjadi kegagala persemaian di lapangan. Disamping kendala pengalaman, petani juga mengeluhkan lamanya
waktu panen budidaya bawang merah menggunakan TSS yang berdampak pada tingginya modal perawatan di lapangan.
Lokasi demplot TSS bawang merah di Kampar dilakukan di 2 (dua) kecamatan, yaitu Siak Hulu dan
Bangkinang.
Kecamatan Siak Hulu Varietas benih yang digunakan adalah Tuk-Tuk dan Trisula. Varietas Trisula diperoleh dari Balai
Penelitian Sayuran (Balitsa) Lembang dan Tuk-Tuk dari perusahaan Panah Merah. Pendampingan
melibatkan pihak swasta PT. Panah Merah untuk mendukung penyediaan benih TSS dan budidayanya serta Formulator Pestisida maupun Fungisida PT. Bayer Indonesia sebagai mitra
pengndali Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) di lapangan.
Persemaian dilakukan dua kali. Persemaian pertama dilakukan di bawah sungkup pelastik
transparan, tinggi sungkup 1 meter. Bibit disemai diatas bedengan ukuran 1,2 meter, panjang disesuaikan lahan. Tempat semaian diberi kompos, dolomit, pupuk TSP dan NPK mutiara 16:16:16.
Tempat semaian digaris dengan jarak anatar barisan 10 cm, benih ditabur pada garisan tersebut dengan jarak dalam barisan 5 cm, ditutup dengan abu bakaran tankos kelapa sawit dan ditutup
dengan daun lalang yang kering untuk menghidari air hujan. Daun lalang dibuka pada hari keempat setelah semua bibit berkecambah dan sungkup plastik dipasang untuk menghindari air
hujan. Persemaian ini mengalami kematian 100% pada hari kedelapan. Kegagalan ini mungkin
disebabkan karena suhu di bawah sungkup plastik terlalu panas.
Laporan Tahunan 2017
52
Semaian kedua dilakukan didalam bangunan dengan tinggi dua meter, atap menggunakan paranet
dengan intensitas cahaya 50%. Cara persemaian ini juga mengalami kegagalan karena seluruh semaian mati pada hari ke 21 setelah semai, kegagalan ini disebabkan tingginya kelembaban
karena curah hujan yang tinggi sehingga memicu perkembangan jamur Phytium pada persemaian secara sporadis. Pencegahan sudah dilakukan dengan menggunakan perlakuan fungisida dan
pengendalian pada interval 5 hari namun serangan tetap tinggi.
Persemaian juga menggunakan baki/tray pelastik ukuran 45x30 cm dan tinggi 5 cm, di bawah
bangunan dengan tinggi 3 meter, luas 5x6 m2, atap terbuat dari paranet dengan intensitas 50%. Media semaian adalah tanah, kompos dan sekam padi dengan perbandingan 2:1:1. Persemaian
cara ini menghasilkan bibit pindah tanam seluas 500 m2 dan menghasilkan umbi 30 kg. Persemaian juga dilakukan di atas bedengan lebar 120 cm dan tinggi 20 cm.
Gambar 38. Gambar Persemaian TSS, Pembuatan Sungkup untuk persemaian TSS
Gambar 39. Modifikasi sungkup untuk persemaian TSS dan Pendampingan Pertumbuhan vegetatif bawang merah dari umbi
Kecamatan Bangkinang
Telah dilakukan pembuatan demplot TSS di Desa Muara Uwai Kecamatan Bangkinang dengan petani koperator Bpk. Rozak dengan luas lahan 0,5Ha. Bpk Rozak adalah petani padi dan
hortikultura yang telah memiliki pengalaman menanam bawang merah dari biji. Kegiatan persiapan
dan persemaian dilakukan pada bulan November.
Gambar 40. Survei lokasi demplot TSS bawang merah di Bangkinang, Persiapan Persemaian TSS
dan Kondisi persemaian 3 HSS
Laporan Tahunan 2017
53
3. Pendampingan Pembibitan Jeruk di Kabupaten Kampar
Pendampingan pembibitan jeruk bertujauan untuk menghasilkan bibit jeruk yang sehat
dan bersertifikat. Pendampingan dilakukan melalui kunjungan lapangan ke kelompok tani penangkar dan memberi penyuluhan secara partisipatif di lapangan. Pendampingan juga dilakukan
melalui penyebaran juknis tentang pembibitan jeruk yang sehat. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub Tropika mengadakan kegiatan pembninaan
pengembangan tanaman jeruk khususnya untuk tahun perbenihan hortikultura 2018. Berkoordinasi
dengan pemerintah daerah kabupaten kampar yaitu sekretaris daerah Bpk.Drs Yusri MSi Untuk mengembalikan kejayaan jeruk di kabupaten kampar.
Gambar 41. Koordinasi pengembangan jeruk Tim Balitjestro, BPTP dan Sekda Kampar
G. PENDAMPINGAN KAWASAN PETERNAKAN
Tujuan dari kegiatan ini adalah
a. Mendampingi budidaya ternak sapi di tingkat kelompok tani
b. Meningkatkan pengetahuan petani dalam menerapkan inovasi teknologi pemeliharaan sapi secara terintegrasi dengan tanaman kelapa sawit
c. Meningkatkan pendapatan petani pada kawasan pengembangan peternakan rakyat melalui penerapan inovasi teknologi spesifik lokasi.
Tujuan akhir dari kegiatan ini adalah menciptakan model kawasan peternakan rakyat berbasis inovasi teknologi secara berkelanjutan dan spesifik lokasi
1. Kegiatan Pendampingan Desa Marsawa dan Desa Langsat Hulu, Kecamatan Sentajo
Raya
Budidaya ternak sapi didua lokasi pendampingan murni berbasiskan limbah sawit dengan
memanfaatkan pelepah dan hijaun yang dibawah pohon sawit.
Tabel 32. Model Integrasi Sapi – Sawit yang telah diterapkan di tingkat petani
Kecamatan Sentajo Raya
Kab Kuansing
Semi Ekstensif yaitu ternak setelah dimasukkan ke kandang (habis
maghrip) sampai tengah hari
dipuasakan dan setelah jam 2 – jam 6 dilepaskan ke kebun kelapa sawit
Desa Marsawa dan Desa Langsat Hulu
Kec Tapung Kab
Kampar
Ekstensif yaitu ternak selamanya
dilepas di kebun kelapa sawit
Desa Kijang Rejo
dan Desa Palambaian
195 ekor
Intensif yaitu ternak selamanya dikandangkan, pakan bersumber dari
Desa Indra Sakti dan Desa
184 ekor
Laporan Tahunan 2017
54
rumput alam/cacahan pelepah sawit
Palambaian
Semi Intensif yaitu siang hari dilepas dan malam hari – pagi hari
diberikan hijauan
Desa Indra Sakti, Desa Kijang Rejo
dan Desa
Palambaian
150 ekor
Total 529 ekor
Pada umumnya penerapan sistim integrasi sapi – sawit di kabupaten Kuansing adalah secara semi ekstensif dengan tingkat kebuntingan 95 – 100 % pada sapi bali, sedangkan di kabupaten Kampar
sistim integrasi ditingkat petani didominasi oleh sistim integrasi secara ekstensif, kemudian diikuti
sistim integrasi secara intensif dan semi intensif.
Kegiatan pendampingan yang dilakukan a. Pembuatan Konsentrat Murah
Untuk menurunkan dan mengefisienkan biaya pakan maka Tim Pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan telah menformulasi pakan konsentrat murah dengan mempertimbangkan
kelayakan biaya. Formulasi Pakan konsentrat yang dipraktekan ada 6 alternatif formulasi yaitu
3 formulasi pakan konsentrat yang bahan utamanya rumput gajah dengan biayakonsentrat Rp 445 - 520 per kg dan 3 formulasi lainnya berasal dari cacahan pelepah sawit dengan biaya Rp
931 – 1.083 per kgnya (Tabel 4)
Tabel 33. Formulasi Pakan Komplit dari Rumput Gajah dan Limbah Sawit
Bahan (%) JENIS PAKAN
RG - L RG – G RG PS – L PS – G PS
R. Gajah 76.76 76.63 80.14 0.00 0.00 0.00
Lamtoro 4.33 0.00 0.00 21.99 0.00 0.00
Gamal 0.00 1.85 0.00 0.00 10.04 0.00
Pelepah 0.00 0.00 0.00 26.80 30.97 41.29
Solid 8.22 7.10 6.54 25.03 28.87 28.74
Bungkil 5.94 9.34 8.60 19.37 22.34 22.24
Dedak 3.52 3.80 3.50 4.47 5.16 5.13
Kapur 0.16 0.17 0.15 0.39 0.45 0.45
Urea 0.16 0.17 0.16 0.40 0.46 0.45
Starbio 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50
Molasses 0.41 0.44 0.41 1.05 1.21 1.20
Harga / kg (Rp) 445 520 491 931 1.051 1.083
Keterangan:
RG-L : Pakan dengan bahan utama Rumput Gajah dan Lamtoro RG-G : Pakan dengan bahan utama Rumput Gajah dan Gamal
RG : Pakan dengan bahan utama Rumput Gajah PS-L : Pakan dengan bahan utama Pelepah Sawit dan Lamtoro
PS-G : Pakan dengan bahan utama Pelepah Sawit dan Gamal PS : Pakan dengan bahan utama Pelepah Sawit
Keenam formulasi pakan tersebut memiliki kandungan nutrisi yang sama dan mengacu kepada standar pakan komplit menurut Puastuti et al (2013) dengan komposisi kimia sebagai berikut:
Komposisi Kimia :
Protein Kasar 14.07 % BK
Abu 8.03 % BK
Lemak5.07 % BK
Laporan Tahunan 2017
55
Serat 27.28 % BK
TDN67.51 % BK
b. Pembuatan Mineral Blok
Gejalah ternak yang mengalami defisiensi mineral adalah sebagai berikut: 1) Ternak sering
menjilat atau menggigit bahkan memakan kayu yang ada di kandang. 2) Penurunan bobot
badan, kekurusan, hilang nafsu makan serta penurunan daya tahan tubuh, daya produksi dan reproduksi. 3) Anak yang lahir menjadi lemah, dan angka kematian anak tinggi, 4)
Kemandulan, keguguran dan kelumpuhan. Untuk mencukupi kebutuhan akan mineral terutama yang bahan utamanya dari pelepah sawit
maka pada kesempatan ini dipraktekan cara pembuatan mineral blok, yang bahannya terdiri dari ultra mineral (20%), garam dapur/garam kasar (69%), semen (11%) dan air secukupnya
Cara Pembuatan Mineral Blok: 1. Terlebih dahulu garam dihalus menjadi butiran lebih kecil.
2. Garam dapur, ultra mineral dan semen diaduk di dalam baskom hingga merata. 3. Tambahkan air sedikit demi sedikit.
4. Adonan mineral blok yang baik ditandai dengan jika kita genggam, gumpalannya tidak
pecah. 5. Kemudian bahan tersebut dicetak kedalam wadah tempurung, gelas atau wadah lainnya
yang mudah didapat. 6. Bahan yang telah dicetak dikering anginkan diruangan yang terlindung dari air hujan.
7. Setelah kering, mineral blok siap diberikan kepada ternak.
c. Cara Pembuatan Jamu Ternak
Manfaat jamu ternak : Menjaga kesehatan.
Menambah daya tahan tubuh ternak terhadap stress. Perubahan iklim dan cekaman iklim
Memperbaiki kondisi fisiologis: Meningkatkan nafsu makan, daya cerna, Kinerja
Metabolisme sehingga akhirnya potensi produksinya optimal.
Cara Pembuatan Jamu Sapi (dosis dibuat untuk 2 ekor)
Bahan-bahan :Temulawak100 gr, Jahe50 gr, Kunyit100 gr, Kencur10 gr, Gula Merah200 gr, Asam
Jawa10 gr, Garam secukupnya dan Air2 Lilter
Cara Pembuatan :
1. Temulawak, kunyit, jahe, dan kencur yang telah dicuci diiri tipis, kemudian diblender/ditumbuk hingga halus.
2. Masak Gula merah dan asam jawa dengan 2 liter air 3. Kemudian tambahkan dengan Temulawak, kunyit, jahe, dan kencur, aduk hingga rata
4. Setelah dingin jamu diasukkan kedalam botol kemasan / langsung diberikan ke
ternak sapi.
Jamu untuk Pejantan
Beberapa pakan suplemen yang dapat diberikan pada sapi pejantan berdasarkan khasiatnya
disajikan pada Tabel 1.
Laporan Tahunan 2017
56
Tabel 34. Beberapa pakan suplemen pada sapi pejantan
Kegunaan / Khasiat Nama Bahan Dosis Pemberian/ekor
1. Jamu/obat Temu Kunci
Kapulaga Madu
100 gr
35 gr 250 gr
2. Penambah Stamina Madu
Telur Ayam Kampung
250 ml
15 butir
3. Meningkatkan kesuburan
dan mempertahankan kesehatan tubuh
Vitamin E
Pemeliharaan secara intensif satu pejantan dapat mengawini sebanyak 20 – 30 ekor
betina
d. Performan Reproduksi Sapi Bantuan Brahman Cross
Performan reproduksi dari sapi Brahman cross di dua kelompok tani yang didampingi di
Kabupaten Kuansing di tampilkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 35. Performan reproduksi dari sapi Brahman cross di dua kelompok tani
Parameter Reproduksi Kelompok Tani
Sidodadi Makmur
Kelompok Tani Maju
Makmur
Jumlah Induk (ekor) 22 22
1. Beranak ke I 13 4
2. Lagi Bunting 6 10
3. Telah kawin 3 0
4. Belum bunting - Reproduksi sehat
- Gangguan reproduksi
0
0
8 6
2
5. Bunting ke II 2 0
6. Kematian anak 0 1
7. Kematian induk 1 1
Persentase kebuntingan di kelompok tani Sidodadi Makmur adalah 86.36 % dan 13.64 % lagi telah kawin tetapi belum bunting. Dari persentase kebuntingan, 68.42 % induk telah beranak dan
31.58% lagi bunting. Persentase kebuntingan di kelompok tani Maju Makmur adalah 63.64 %, rendahnya % kebuntingan pada kelompok ini disebabkan karena kelompok ini lebih lambat dalam
penyediaan pejantan dibandingkan kelompok tani Sidodadi Makmur. Penyediaan pejantan oleh
petani adalah salah satu upaya antisipasi kegagalan dalam IB, seperti kasus di kelompok tani Sidodadi Makmur ada 6 ekor sapi yang telah di IB sebanyak 3 kali akan tetapi tetap mengalami
kegagalan kebuntingan dan begitu dikawinkan dengan pejantan, sapi indukan tersebut 100 % mengalami kebuntingan
Gambar 42. Pembuatan pakan murah dan mineral blok
Laporan Tahunan 2017
57
2. Pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan di Kabupaten Kampar
Untuk menyebarluaskan teknologi inovasi system integrasi sapi – sawit terutama bagi kelompok
tani penerima sapi bantuan Brahman cross maka diadakanlah Temu Lapang di Kelompok Tani Tunas Baru Desa Sikijang Kecamatan Tapung Hilir dengan mengundang kelompok dari Desa Indra
Sakti, Desa Kijang Rejo dan Desa Palambaian Kecamatan Tapung Kab Kampar
Adapun materi temu lapang yang diberikan adalah 1. Arahan terkait arah Pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan di Propinsi Riau oleh
Kepala BPTP Balitbangtan Dr. Kuntoro Boga Andri, SP, M. Agr
2. Kebijakan dan Arah pengembangan peternakan di Propinsi Riau yang disampaikan oleh Kepala Dinas Propinsi Riau yang diwakili oleh Ir. Elly Suryani, M.Si
3. Penyampaian materi oleh Penanggung Jawab Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan, yang meliputi:
a. Cara pembuatan konsentrat untuk sapi pembibitan dan penggemukan
b. Cara pembuatan Jamu Ternak c. Cara pembuatan Mineral Blok
d. Cara pembuatan Biourin e. Cara pembuatan Kompos dari kotoran sapi
4. Praktek pembuatan konsentrat, mineral blok dan kompos dari kotoran sapi
Kegiatan pendampingan yang dilakukan: a. Pembuatan Mineral Blok
b. Pembuatan konsentrat dari limbah sawit
c. Pembuatan Kompos Dari Kotoran Sapi
d. Teknologi Android Dalam Pelayanan Kesehatan Hewan Secara Interaktif
Gambar 43. Temu lapang, pembuatan mineral blok, konsentrat dari limbah sawit dan
pembuatan Kompos dari Kotoran Sapi
Gambar 44.Teknologi Android Dalam Pelayanan Kesehatan Hewan Secara Interaktif
Laporan Tahunan 2017
58
Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan Sistim Integrasi Sapi – Sawit secara ekstensif maupun semi ekstensif adalah model yang
sangat efisien dan merupakan usaha dengan zerro cost tanpa biaya mencari tumput,
pencacahan pelepah sawit, biaya penggantian suku cadang dan biaya pemeliharaan mesin chopper pelepah sawit.
Pemakaiaan konsentrat berbasiskan limbah sawit, diikuti pemberian mineral blok dan jamu
ternak dapat meningkatkan performan sapi indukan Pengolahan limbah ternak (kotoran dan urin) menjadi pupuk organic merupakan salah
satu sumber pendapatan harian bagi peternak.
b. saran
Disarankan agar setiap kelompok tani sapi indukan memiliki satu ekor pejantan
H. PENGEMBANGAN POLA TANAM TANAMAN PANGAN
TujuanKegiatan penelitian ini adalah mensosialisasikan KATAM MH Oktober 2016– Maret 2017 dan
MK April - September 2017 pada daerah Kabupaten sentra produksi padi di Propinsi Riau,
melakukan verifikasi luas tanam, waktu tanam, penggunaan varietas berdasarkan kondisi iklim pada seluruh Kabupaten dan Kecamatan Propinsi Riau, Melakukan ujicoba teknologi pemupukan
berdasar rekomendasi KATAM Terpadu.
Kegiatan Pengembangan Pola Tanam Tanaman Pangan diawali dengan Seminar Proposal kemudian dilakukan koordinasi dan pengumpulan data sekunder potensi sumberdaya pertanian
Provinsi Riau serta pengumpulan data Iklim dan Curah hujan dari kantor BMKG dan Balai
Sumberdaya Wilayah III Air dan Sungai Pekanbaru. Menginventasisasi data sumberdaya iklim, terutama curah hujan, yang kemudian dianalisis untuk menentukan karaktersitik curah hujan, yaitu
variabiltas iklim, potensi awal musim tanam dan intesitas pertanaman (IP). Komponen utama deliniasi kalender tanam adalah curah hujan dan ketersediaan air irigasi.
1. Sosialisasi SI- KATAM MH Okt 2016 – Maret 2017 dan MK April - Sept2017
Dampak perubahan iklim pada sektor pertanian adalah peningkatan suhu dipermukaan bumi mengakibatkan naiknya permukaan air laut yg berakibat semakin berkurangnya lahan pertanian.
Panas permukaan laut akan berpengaruh pada curah hujan, sehingga terjadi pergeseran jadwal tanam. Strategi yg dapat ditempuh untuk menghadapi perubahan iklim global yang dapat
dilakukan antara lain: Mengembangkan budidaya rendah emisi seperti varietas pengeloaan lahan
dan air serta regulasi penataan ruang dan lahan. Katam terpadu merupakan salah satu upaya untuk mengadaptasi perubahan iklim yang sedang terjadi.
Dalam rangka menyebarluaskan SI-KATAM Terpadu di Provinsi Riau, telah dilakukan Sosialisasi
pada beberapa kabupaten yakni Kabupaten Indragiri Hulu pada tanggal 17 – 18 April 2017. Acara
dibuka secara resmi oleh kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Indragiri Hulu yang diwakili oleh kepala Bidang Sarana dan Prasarana Pertanian dan Perikanan Atan, SP. Turut hadir
kepala BPTP Balingbantan Riau, Dr. Kuntoro Boga Andri,SP,M. Agr. Kepala Seksi Pupuk dan Pestisida Dinas TPH dan Perkebunan Provinsi Riau, Indriati Lasoma, Dandim 0302 Indragiri Hulu ,
Letkol Infantri Mujiburahman Hadi SE. PT.Petrokimia Gresik Perwakilian wilayah Provinsi dan Kepulauan Riau (Edi Sukamto) dan perwakilan PT. Pupuk Iskandar Muda serta Petugas Penyuluh
Lapang, Kepala UPTD Sekabupaten Indragiri Hulu. Jumlah peserta mencapai 80 orang.
Pada kesempatan ini juga BPTP Balitbangtan Riau menyerahkan buku Informasi Katam Musim
Kemarau (MK) April-September (ASEP) 2017 kepada peserta yang memuat informasi Estimasi waktu dan luas tanam padi dan palawija, estimasi wilayah rawan banjir, kekeringan dan serangan
OPT, Rekomendasi varietas, kebutuhan benih pupuk dan alsintan di Kabupaten Indragiri Hulu.
Pada acara ini disosialisasikan juga informasi mengenai cara akses kalender tanam terpadu khususnya Kabupaten Indragiri Hulu.
Laporan Tahunan 2017
59
Kemudian acara sosialisasi SI-KATAM Terpadu di Kabupaten Kepulauan Meranti pada tanggal 25 –
27 Oktober 2017, bertempat di Aula Kantor UPTD Pertanian Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh kepala Dinas Ketanahan Pangan,
Tanaman Pangan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Meranti yang diwakili oleh kepala Seksi Penyuluhan Herman, SP. Peserta acara Sosialisasi Sistem Informasi Kalender Tanam (SI-KATAM)
sebanyak 25 orang yang terdiri dari Petugas penyuluh lapang (PPL), dan koordinator penyuluh.
Pada kesempatan ini juga BPTP Balitbangtan Riau menyerahkan buku Informasi Katam Musim
Kemarau (MH) Oktober - Maret (OKMAR) 2017 kepada peserta yang memuat informasi Estimasi waktu dan luas tanam padi dan palawija, estimasi wilayah rawan banjir, kekeringan dan serangan
OPT, Rekomendasi varietas, kebutuhan benih pupuk dan alsintan di Kabupaten Indragiri Hulu. Pada acara ini disosialisasikan juga informasi mengenai cara akses kalender tanam terpadu
khususnya Kabupaten Kepulauan Meranti.
Gambar 45. Sosialisasi KATAM di Kep. Meranti
Dilanjuti dengan sosialisasi SI-KATAM Terpadu di Kabupaten Siak pada tanggal 28 – 29 November
2017. Upaya peningkatan produksi memerlukan strategi yang cermat berdasarkan prakiraan iklim yang akurat, antara lain melalui percepatan tanam di beberapa lokasi, terutama di wilayah yang
masih tinggi curah hujannya. Untuk memandu upaya ini diperlukan alat bantu antisipatif berupa
kalender tanam yang telah dikembangkan oleh Balitbangtan sejak tahun 2007 dan dsempurnakan menjadi Sistem Informasi (SI) kalender tanam terpadu yang memuat rekomendasi teknologi dan
kebutuhan sarana produksi. Untuk mempercepat implementasi dilapangan diperlukan kegiatan sosialisasi secara intensif kepada pengguna, khususnya penyuluh pertanian sehingga dapat segera
disampaikan kepada petani.
Berdasarkan hal tersebut BPTP Riau kembali mensosialisasikan SI Katam Terpadu kali ini
bertempat di Dinas Pertanian Kabupaten Siak, Rabu (29/11/2017). Kegiatan dibuka oleh Skretaris Dinas Pertanian Kabupaten Siak, Zulkifli, S.Sos, M.Si, dihadiri Kepala BPTP Riau yang diwakili oleh
Dahono, SP, M.Si serta penyuluh dari 8 Kecamatan yang ada di Kabupaten Siak. Dalam
sambutannya Zulkifli mengatakan saat ini kondisi alam tidak menentu, sehingga sulit menentukan waktu tanam yang tepat, namun dengan adanya sistem informasi kalender tanam paling tidak
petani dapat menyesuaikan kembali waktu tanam terbaik, dan sekaligus menetapkan varietas dan pemupukan yang sesuai dengan apa yang direkomendasikan.
Sementara itu banyak faktor penyebab perubahan iklim yang terjadi saat ini, salah satunya adalah
akibat aktifitas yang kita lakukan sehari hari. Untuk itu diperlukan strategi dan upaya antisipasi
dampak perubahan iklim agar tidak berpengaruh terhadap produksi pangan nasional, termasuk dalam pencapaian target swasembada pangan. Lebih lanjut ia mengatakan upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan menyesuaikan waktu tanam, penggunaan varietas yang adaptif, tahan terhadap OPT dan pengelolaan air secara efisien sesuai dengan rekomendasi kalender tanam.
Dengan adanya kegiatan sosialisasi ini diharapkan penyuluh dapat menyampaikan informasi katam kepada petani sehingga dapat diterapkan di lapangan, dan target lumbung pangan dunia bisa
tercapai di Indonesia. Hadir selaku narasumber pada kegiatan ini Anis Fahri, SP, M.Si yang menyampaikan materi Kalender Tanam untuk menghadapi perubahan iklim pada sektor pertanian
dan Bambang H.M, S.Kom dengan materi SI Katam Android dan medsos BPTP Riau.
Laporan Tahunan 2017
60
Gambar 46. Sosialisasi KATAM di Kep. Meranti
2. Verifikasi luas tanam, waktu tanam, penggunaan varietas berdasarkan kondisi iklim pada
seluruh Kabupaten dan Kecamatan Propinsi Riau.
Upaya pemerintah meningkatkan produksi padi, jagung dan kedelai untuk memenuhi target swasembada pangan, dilakukan melalui berbagai pendekatan, diantaranya melalui peningkatan
indeks pertanaman melalui pengembangan pola tanam. Sering kita dengar istilah pola tanam,
namun apa sebenarnya pola tanam itu? Secara pengertian, pola tanam adalah usaha penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur susunan tata letak dan urutan tanaman selama periode
waktu tertentu termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak ditanami selama periode tertentu. Pola tanam di daerah tropis, biasanya disusun selama satu tahun dengan memperhatikan
curah hujan, terutama pada daerah atau lahan yang sepenuhnya tergantung daricurah hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yang ditamanpun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang
tersedia ataupun curah hujan.
Pola tanam sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu pola tanam monokultur dan pola tanam
polikultur. Pola tanam monokultur adalah pertanian dengan menanam tanaman sejenis. Misalnya sawah ditanami padi saja, jagung saja, atau kedelai saja. Tujuan menanam secara monokultur
adalah meningkatkan hasil pertanian. Kelebihan sistem ini yaitu teknis budidayanya relatif mudah
karena tanaman yang ditanam maupun yang dipelihara hanya satu jenis. Sedangkan kelemahan sistem ini adalah tanaman relative mudah terserang hama maupun penyakit.
Sedangkan pola tanam Polikultur ialah pola pertanian dengan banyak jenis tanaman pada satu
bidang lahan yang terusun dan terencana dengan menerapkan aspek lingkungan yang lebih baik. Pola tanam ini memiliki kelebihan antara lain dapat mengurangi serangan Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT), hal ini dikarenakan tanaman yang satu dapat mengurangi serangan OPT lainnya,
selain itu siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus. Keuntungan lain adalah bisa menambah kesuburan tanah. Misalnya dengan menanam tanaman yang mempunyai perakaran berbeda,
misalnya tanaman berakar dangkal ditanam berdampingan dengan tanaman berakar dalam, maka tanah disekitarnya akan lebih gembur.
Selain itu dengan pola tanam polikultur, petani bisa Memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu jenis tanaman akan menghasilkan panen yang beragam. Ini
menguntungkan karena bila harga salah satu komoditas rendah, dapat ditutup oleh harga komoditas lainnya. Namun ada pula beberapa kelemahan dalam pola tanam polikultur, seperti
terjadinya persaingan penyerapan unsur hara antar tanaman ataupun benyaknya OPT sehingga
lebih sulit dalam pengendaliannya. Pola tanam polikultur sendiri terbagi lagi menjadi beberapa jenis yaitu tumpang sari (intercropping), tumpang gilir (multiple cropping), tanaman bersisipan
(relay cropping), tanaman campuran (mixed cropping) dan tanaman bergiliran (sequential planting).
Berikut hasil verifikasi kesesuaian luas lahan sawah yang menerapkan rekomendasi teknologi pola
tanam SI-Katam Terpadu di Provinsi Riau.
Laporan Tahunan 2017
61
Tabel 36. Kesesuaian jadwal tanam lahan sawah (ha) dengan rekomendasi (ha) No Kabupaten Luas
lahan (ha)
Luas Potensi Tanam (ha) Luas lahan menerapkan rekomendasi
pola tanam (ha)
Kesesuaian pola tanam padi
dengan rekomendasi (%)
Padi sawah
Jagung Kedele
1 Kuantan Singingi 12.255 3.500 0 4.616 2.914 83,26
2 Indragiri Hulu 1.866 926 0 18 874 94,38
3 Indragiri Hilir 26.302 20.812 0 0 19.877 95,51
4 Pelalawan 7.211 6.418 0 6.237 5.257 81,91
5 Siak 4.673 688 0 4.673 553 80,38
6 Kampar 7.574 2.752 0 4.986 2.325 84,48
7 Rokan Hulu 3.095 1.385 0 3.095 1.332 96,17
8 Bengkalis 6.648 1.418 0 6.560 1.246 87,87
9 Rokan Hilir 13.406 8.344 393 10.129 7.321 87,74
10 Kepulauan Meranti
4.599 4.071 0 4.599 3.469 85,21
11 Dumai 301 240 0 301 251 83,39
12 Pekanbaru 10 10 0 10 9 90,00
Jumlah 87.940 50.625 393 45.224 45.428 87,53
Sumber : SI-Katam Terpadu Provinsi Riau MH 2017. (Data diolah)
Berdasar data dari tabel diatas diketahui bahwa persentase luas lahan sawah yang menerapkan
rekomendasi pola tanam SI-Katam Terpadu di Provinsi Riau cukup tinggi yakni sebesar 87, 53 %.
3. Validasi Rekomendasi pemupukan SI-Katam Terpadu
Lokasi uji coba validasi rekomendasi pemupukan SI-Katam terpadu berada di desa Muara Kelantan Kelompok Tani Jaya. Petani kooperator sebanyak 2 orang dengan luasan masing-masing lahan
seluas 0,5 ha. Uji coba lapang dilakukan terhadap rekomendasi pemupukan Katam terpadu dan
system tanam jajar legowo 2:1 . Terdapat 4 alternatif rekomendasi pemupukan yang akan diuji coba dan satu perlakuan petani sebagai pembanding. Perlakuan pemupukan tersebut adalah 1)
250 urea + 75 SP-36 + 50 KCl kg/ha . 2) 225 urea + 25 SP-36 + 30 KCl kg/ha + kompos Jerami 2 ton/ha . 3) 200 NPK Phonska 15-15-15 + 200 urea . 4) 125 NPK Phonska 15-15-15 + 200 urea
+ Kompos jerami 2 ton/ha. 5) cara petani.
Penanaman dilakukan pada umur benih sudah berumur 21 hari. Sistem tanam yang dilakukan
jajar legowo 2:1 dan sebagai pembanding adalah cara tanam petani yakni jajar tegel. Pada saat ini pertumbuhan tanaman cukup baik, hanya beberapa tanaman yang tidak tumbuh dan perlu
dilakukan penyulaman. Serangan OPT atau hama pada saat ini adalah orong-orong. Pengendaliannya segera dilakukan dengan cara melakukan pengairan atau memasukkan air
kedalam petakan sawah. Hal ini dilakukan untuk mengendalikan perkembang biakan dari hama
orong-orong tersebut.
Gambar 47. Kegiatan Penanaman uji lapang rekomendasi pemupukan KATAM TERPADU
Laporan Tahunan 2017
62
Gambar 48. Pengamatan pertumbuhan dan serangan OPT
Tabel 37. Rata – rata tinggi tanaman dan jumlah anakan percontohan rekomendasi pemupukan berdasar kalender tanam terpadu. Siak . MH. 2017/2018.
No Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Anakan (btg)
1 P1T1 101,44 15,56
2 P2T1 99,67 20,11
3 P3T1 111,56 15,56 4 P4T1 105,33 17,78
5 P5T1 101,89 14,89 6 P1T2 102,44 16,22
7 P2T2 96,22 19,78 8 P3T2 107,33 16,00
9 P4T2 100,22 17,44
10 P5T2 102,33 15,67
Rata-rata 102,84 16,90
Dari table diatas dDiketahui rata- rata tinggi tanaman perlakuan P3T2 sebesar 107,33 lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya. rata-rata jumlah anakan perlakuan perlakuan P2T1 sebanyak 20,11
lebih besar dibanding perlakuan lainnya. Serangan hama utama adalah orong-orong, kepinding tanah dan lembing batu.
Kesimpulan a. Lahan sawah pasang surut Kabupaten Indragiri memiliki potensi dan prospek yang besar
untuk pengembangan pertanian, khususnya dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Mengacu kepadaRekapitulasi Kalender Potensi Tanam Padi Provinsi Riau MH 2017/2018
(Oktober 2017 – Maret 2018) dan MK 2018 diperoleh Indeks Pertanaman padi sebesar
107,67 %. b. Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu ver
1.3 yang diakses melalui litbang.pertanian.go.id atau balitklimat.litbang.pertanian go.id. Sistem ini merupakan pedoman atau alat bantu yang memberikan informasi spasial dan
tabular tentang prediksi musim, awal tanam, pola tanam, luas tanam potensial, wilayah
rawan banjir dan kekeringan, potensi serangan OPT, varietas padi dan kebutuhan benih, serta rekomendasi dosis dan kebutuhan pupuk berdasarkan prediksi variabilitas dan
perubahan iklim pada level kecamatan untuk seluruh Indonesia. c. Sosialisasi SI-KATAM sudah terlaksana pada 3 kabupaten di Provinsi Riau, yakni : 1)
Kabupaten Indragiri Hulu, 2) Kabupaten Kepulauan Meranti, 3) Kabupaten Siak. d. Persentase luas lahan sawah yang menerapkan rekomendasi pola tanam SI-Katam Terpadu
di Provinsi Riau cukup tinggi yakni sebesar 87, 53 %.
I. PENDAMPINGAN KAWASAN PERKEBUNAN
Tujuan kegiatan ini adalahmendampingi kegiatan teknis pengendalian hama kelapa pada
perkebunan kelapa rakyat, mendampingi kegiatan teknis pemupukan spesifik lokasi untuk tanaman kelapa rakyat, meningkatan produktivitas dan pendapatan petani kelapa rakyat.
Laporan Tahunan 2017
63
– Koordinasi dan Karakterisasi Lokasi Pengkajian
Koordinasi dan karakterisasi calon lokasi kegiatan pendampingan pengembangan kawasan perkebunan di Provinsi Riau dilakukan di daerah Kabupaten Indragiri Hilir. Secara Geografis
Indragiri Hilir terletak dibagian selatan Provinsi Riau dengan letak antara 00 36’ Lintang Utara dan 10 07’ Lintang Selatan, dan antara 1040 10‘ Bujur Timur dan 1020 32’ Bujur Timur. Kabupaten
Indragiri Hilir berbatasan langsung dengan Kabupaten Indragiri Hulu disebelah Barat, Kabupaten
Pelalawan di sebelah Utara, Provinsi Kepulauan Riau disebelah Timur, dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi sebelah selatan.Sebagian besar dari luas wilayah Kabupaten Indragiri
Hilir merupakan daerah dataran rendah dengan rata-rata ketinggian < 5 meter dari permukaan laut yang mengakibatkan daerah ini menjadi daerah rawa-rawa beriklim tropis basah.
Gambar 49. Survei tanaman kelapa terserang kumbang untuk dijadikan lokasi pengkajian di daerah
Kecamatan Keritang
Kabupaten Indragiri Hilir merupakan salah satu sentra penghasil komoditas perkebunan di Provinsi
Riau yakni kelapa. BPS Indragiri Hilir (2016) melaporkan pada tahun 2015 terdapat sekitar 430.069 Ha areal perkebunan kelapa dengan produksi sebesar 339.759.000 ton. Dari tahun 2012-
2014 luas areal dan produksi kelapa mengalami penurunan yang cukup signifikan. Penurunan luas areal sebesar 2.92% dan penurunan produksi sebesar 4.18%.
Tabel 38. Daftar petani dan tanaman kelapa terserang hama kumbang di lokasi pengkajian, Parit
Biuku, Desa Pembenaan, Kecamatan Keritang
No Nama Ukuran Lahan Juml Pohon
Terkena Hama Juml Lebar Juml Panjang
A Parit Biuku Darat Dusun Karya Tani
1 Misnun 7 7 baris 36 Pokok 252
2 Sumadi 7 7 baris 36 Pokok 252
3 Khotijah 7 7 baris 36 Pokok 252
4 Karni 6 6 baris 42 Pokok 252
5 Parno 8 8 baris 42 Pokok 336
6 Sumono 4 4 baris 42 Pokok 168
7 H. Untung 3 3 baris 42 Pokok 126
8 H. Yani 7 7 baris 42 Pokok 294
9 Damiran 7 7 baris 42 Pokok 294
10 Gunawan 7 7 baris 45 Pokok 315
11 Sumadi 7 7 baris 45 Pokok 315
12 Sulimin 7 7 baris 45 Pokok 315
13 Khoiri 5 5 baris 21 Pokok 105
14 Boyadi 4 4 baris 21 Pokok 84
15 Nurdin 9 9 baris 21 Pokok 189
16 Amin 7 7 baris 21 Pokok 147
17 Amrin 7 7 baris 21 Pokok 147
18 Giono 3 3 baris 21 Pokok 63
Laporan Tahunan 2017
64
19 Abidin 4 4 baris 21 Pokok 84
20 Abd Kohar 13 13 baris 21 Pokok 273
JUMLAH 129 Baris 663 Pokok 4263
B Parit Biuku Darat Dusun Karya Tani (Dari Ujung Kiri Masuk Sebelah Timur)
1 Siswanto 7 7 baris 28 Pokok 196
2 Sumono 2 2 baris 28 Pokok 56
3 H. Untung 7 7 baris 28 Pokok 196
4 Giono 7 7 baris 28 Pokok 196
5 Karmin 7 7 baris 30 Pokok 210
6 H. Yani 14 14 baris 30 Pokok 420
7 H. Untung 7 7 baris 30 Pokok 210
8 Damiran 9 9 baris 30 Pokok 270
9 Parno 5 5 baris 21 Pokok 105
10 Sumadi 7 7 baris 21 Pokok 147
11 Misirun 7 7 baris 24 Pokok 168
JUMLAH 79 Baris 298 Pokok 2174
Dari hasil koordinasi dan pengumpulan data lapang pada Kelompok Tani Sumber Rezeki, Desa Lintas Utara Kecamatan Keritang diperoleh informasi sebagian besar perkebunan kelapa rakyat
tidak dikelola dengan baik, menggunakan benih turunan sampai F3. Pemupukan dilakukan tidak
tepat jenis maupun dosisnya. Memupuk dengan garam dapur sebanyak 1 kg/pohon sehingga cenderung tidak memenuhi kebutuhan tanaman. Permasalahan lainnya saat ini perkebunan kelapa
rakyat banyak terserang hama kumbang, terutama yang berbatasan dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit swasta.
Pesatnya penyebaran hama kumbang ke perkebunan kelapa rakyat hal ini disebabkan adanya
aktivitas replanting tanaman kelapa sawit di beberapa perusahaan Perkebunan Kelapa sawit dan
aktivitas membuka lahan (land clearing) untuk perkebunan kelapa sawit. Serangan hama menyebabkan kerusakan ringan sampai berat pada perkebunan kelapa. Bagi tanaman yang
terserang berat meyebabkan kematian dan menimbulkan kerugian cukup besar pada petani kelapa.
– Pendampingan Pengendalian Hama Kumbang
Bertempat di Parit Biuku Darat, Desa Pembenaan, Kec Keritang, dilakukan penyerahan dan pemasangan FEROTRAP. Ferotrap merupakan perangkap kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) dengan memakai hormon penarik kumbang (atractan). Ferotrap dipasang pd lahan kelapa seluas 20 ha (demplot). Pada kawasan perkebunan kelapa di Parit Biuku Darat (Parit adalah setingkat RT)
Desa Pembenaan, tanaman kelapa terserang kumbang dengan kategori berat sebanyak 9.572
pohon (± 65 ha). Pada lahan demplot ini nantinya, selain dilakukan pengendalian kumbang menggunakan ferotrap, juga dilakulan peningkatan produktivitas kelapa melalui pemupukan
spesifik lokasi.
Tabel 39. Daftar nama petani kooperator di Parit Biuku Darat, Desa Pembenaan, Kecamatan
Keritang.
No Nama Petani Luas (ha) No Nama Petani Luas
(ha)
1 H. Yani 1 10 Khoiri 1
2 Damiran 2 11 Boyadi 1
3 H. Untung 1 12 Nurdin 2
4 Sumadi 1 13 Amin 1
5 Masirun 1 14 Giono 0,5
6 Parnu 1 15 Ahyar 0,5
7 Gunawan 1 16 Parman 2
Laporan Tahunan 2017
65
8 Sumardi 1 17 H. Dullah 1
9 Sarimin 1 JUMLAH 20
Beberapa dokumentasi penyerahan dan pemasangan ferotrap di lokasi pengkajian, Desa
Pembenaan sebagai berikut:
Gambar 50. Pertanaman kelapa terserang kumbang (kiri), penyerahan ferotrap (tengah), dan
pemasangan ferotrap di lahan perkebunan kelapa
Pengamatan hama kumbang kelapa pada alat perangkap hama kumbang (FEROTRAP) yang telah dipasang 16 minggu lalu di lahan seluas 20 ha (demplot) diperoleh data seperti pada Tabel 2.
Jumlah total hama kumbang kelapa yang tertangkap oleh 12 Ferotrap sejak minggu ke-1 sampai
dengan minggu ke-16 sebanyak 658 ekor. Jumlah hama kumbang tertangkap tiap minggunya berfluktuatif, terendah 21 ekor pada minggu kelima dan tertinggi 89 ekor pada minggu ke-11.
Memperhatikan jumlah hama kumbang yang tertangkap hingga minggu ke-16 masih tinggi,
bahkan paling tinggi dari minggu-minggu diawal pemasangan maka dapat dinyatakan bahwa daya tarik (attractan) atau daya tangkap ferotrap masih stabil. Untuk itu, feromon yang dipasang pada
alat ferotrap belum akan diganti hingga hampir 4 bulan periode pemasangan.
Dari 12 Ferotrap yang dipasang sejak minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-16, rata-rata
populasi kumbang tertangkap tiap minggunya berfluktuatif, yakni terendah 2,0 ekor pada Ferotrap nomor 2 dan tertinggi 4,9 ekor pada Ferotrap nomor 6. Dengan kata lain, semua Ferotrap yang
dipasang berfungsi dengan baik. Sementara itu, fluktuasi populasi hama kumbang tertangkap juga
terjadi tiap minggunya. Selama 16 minggu pemasangan Ferotrap, populasi hama kumbang kelapa tertangkap paling banyak sebanyak 7,4 ekor yang terjadi pada minggu ke-11 sedangkan populasi
hama kumbang tertangkap paling sedikit terjadi pada minggu ke-5, yakni 1,75 ekor.
Tabel 40. Data pengamatan populasi hama kumbang kelapa sampai minggu ke-16 pemasangan
ferotrap di Parit Biuku, Desa Pembenaan, Kec Keritang
No Ember
Jumlah Populasi Kumbang Tertangkap Pd Minggu Ke... Juml
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 5 3 6 2 3 2 1 3 2 7 8 3 3 2 5 1 56
2 0 0 1 5 1 3 3 5 1 3 6 2 1 0 1 0 32
3 2 1 3 1 2 4 4 8 4 3 4 0 0 1 5 19 61
4 3 2 4 3 1 1 4 10 4 4 5 3 7 4 1 4 60
5 3 4 4 2 0 3 5 6 4 4 5 2 2 1 2 1 48
6 4 6 0 6 2 1 10 7 3 4 17 3 3 5 3 5 79
7 0 3 4 6 3 3 6 5 3 3 9 2 1 2 4 1 55
8 4 1 4 2 2 3 4 8 4 4 9 4 5 4 3 4 65
9 1 4 2 5 4 5 1 7 1 3 4 7 3 2 1 1 51
10 3 3 2 3 2 5 3 4 3 2 11 1 4 3 4 2 55
11 0 4 2 4 0 2 4 2 1 2 5 2 5 3 3 1 40
12 1 0 1 3 1 3 6 5 6 6 6 2 1 2 12 1 56
JUML 26 31 33 42 21 35 51 70 36 45 89 31 35 29 44 40 658
Laporan Tahunan 2017
66
Gambar 51. Jumlah hama kumbang yang tertangkap ferotrap per minggu
Gambar 52. Pengamatan hama kumbang yang tertangkap Ferotrap
Selain pengamatan terhadap hama kumbang, dilakukan juga pengamatan terhadap perrtumbuhan
tanaman kelapa. Secara umum pertumbuhan tanaman kelapa terlihat terlihat agak lebih baik.
Daun kelapa yang baru keluar atau yang baru membuka terlihat utuh, berwarna hijau dan cerah (Gambar A dan B). Daun kelapa yang utuh mengindikasikan bahwa tanaman kelapa tidak lagi
terserang hama kumbang. Sebagaimana diketahui, apabila tanaman kelapa terserang hama kumbang maka pada daun yang baru keluar atau baru membuka akan terlihat gejala berupa
helaian daun terpotong atau tergunting membentuk huruf “V”.
Menurut pengakuan para petani yang ikut bersama-sama mengamati pertumbuhan tanaman
kelapa bahwa tanaman kelapa mereka terlihat seperti baru sembuh dari sakitnya. Daun tanaman terlihat mulai utuh dan memancarkan warna hijau cerah. Tidak seperti sebelum-sebelumnya,
tanaman kelapa terlihat kusam, helaian daun tergunting-gunting oleh kumbang dan performan/penampilan tanaman secara umum terlihat kurang menarik. Beberapa dokumen selama
pengamatan pertumbuhan tanaman kelapa, seperti ditampilkan pada gambar berikut.
Gambar 53. Daun kelapa yang baru membuka terlihat utuh (kiri), terlihat hijau terang (tengah),
dan buah kelapa yang dipanen dialirkan disepanjang parit
Pada saat pengamatan pertumbuhan tanaman kelapa berlangsung, terlihat para petani sedang melakukan pemanen buah kelapa. Buah kelapa yang dipanen terlihat mereka alirkan sepanjang
parit yang membentang diantara pertanaman kelapa. Dari buah kelapa yang mereka alirkan
terlihat bahwa produksi buah kelapa di daerah pengkajian sudah menunjukkan tanda-tanda peningkatan.
0
50
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Popula
si h
am
a
kum
bang (
ekor)
Minggu ke
Laporan Tahunan 2017
67
J. PENDAMPINGAN KALENDER TANAM TERPADU (KATAM)
Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu tanam padi sawah berdasarkan kondisi iklim pada seluruh Kabupaten dan Kecamatan Provinsi Riau dan mensosialisasikan KATAM MH dan
MK 2016 pada seluruh Kabupaten dan Kecamatan Provinsi Riau.
Hasil penyusunan kalender tanam untuk musim hujan Oktober Maret disajikan pada Gambar
berikut.
Gambar 54. Peta Kalender Tanam padi sawah provinsi Riau musim hujan 2015/2016
(Oktober 2015 – Maret 2016)
Rekapitulasi kalender tanam untuk tiap-tiap kabupaten di provinsi Riau disajikan pada tabel berikut.
Tabel 41. Rekapitulasi Kalender Tanam Padi disetiap kabupaten Provinsi Riau
Laporan Tahunan 2017
68
Tabel 41. Rekapitulasi Kalender Tanam Padi disetiap kabupaten Provinsi Riau
Rekapitulasi kalender Tanam Palawija untuk tiap-tiap kabupaten di provinsi Riau disajikan pada tabel berikut.
Tabel 42. Rekapitulasi Kalender Tanam Palawija di lahan sawah setiap kabupaten, Provinsi Riau
Laporan Tahunan 2017
69
Tabel 42. Rekapitulasi Kalender Tanam Palawija di lahan sawah setiap kabupaten, Provinsi Riau
K. DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DI DAERAH PERBATASAN
Tujuan kegiatan ini adalah (1) Mengkarakterisasi potensi dan permasalahanproduksi beras kualitas
ekspor di daerah perbatasan, (2) Meningkatkan produktivitas,kualitas produk, dan
pendapatanpetani melalui inovasi teknologi dan kelembagaan. Kegiatan dukungan inovasi teknologi yang dilaksanakan adalah
– Koordinasi dan Sosialisasi Kegiatan Pengkajian
Sebelum dilakukan pengkajian Inovasi Teknologi Daerah Perbatasan maka dilakukan terlebih dahulu koodinasi dan sosialisasi. Koordinasi dilakukan secara internal dan eksternal, yakni pada
institusi-institusi terkait. Koordinasi dan dan sosialisasi dimaksudkan untuk mendapatkan dukungan dalam pelaksanakan pengkajian. Dalam hal ini, koordinasi dan sosialisasi sudah dilakukan pada
Dinas Pertanian Kabupaten Pelalawan dan institusi tingkat kabupaten yang terkait lainnya, Petugas pertanian tingkat kecamatan dan stakeholders lainnya.
– Karakterisasi dan Potensi Wilayah Pengkajian
Pulau mendol merupakan lumbung beras bagi wilayah kepulauan di sekitar daerah perbatasan. Pulau Mendol terletak paling ujung atau tepatnya di muara Sungai Kampar. Secara geografis Pulau
Mendol merupakan pecahan dari Pulau Sumatera. Sebagai sentra utama produksi padi, Pulau
Mendol yang dikenal juga dengan Pulau Penyalai ini memiliki lahan sawah sekitar 5.921 ha, atau hampir 80% dari total luas lahan sawah di Kabupaten Pelalawan. Lahan sawah Pulau Mendol
Laporan Tahunan 2017
70
beragroekosistem sawah pasang surut, relatif subur, dan bertopografi datar dengan ketinggian
maksimum 9 meter dari permukaan laut. Pulau Mendol beriklim B1, lebih dari 9 bulan berupa bulan basah yaitu bulan yang mempunyai curah hujan melebihi 200 mm. Sementara itu bulan keringnya
kurang dari 3 bulan, yakni curah hujannya kurang dari 100 mm/bulan.
Pada umumnya pola usahatani berupa padi satu kali setahun. Namun pada beberapa daerah usahatani setahun ada yang 2 kali setahun, dengan pola usahatani padi-jagung, padi-semangka,
atau padi-kacang-kacangan. Teknologi budidaya padi di Pulau Mendol tanpa penambahan pupuk
(tanpa input eksternal), baik berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik. Namun produktivitasnya dapat berkisar 3,8 – 4,3 ton/ha. Dengan luas lahan sawah 5.921 ha, tingkat
produktivitas 3,8 – 4,3 ton/ha, dan frekwensi tanam satu kali setahun, Pulau Mendol mampu memproduksi 25.000 ton padi (15.500 ton setara beras) tiap tahunnya.
Kelembagan yang berkaitan langsung dengan pertanian relatif sudah terbentuk. Petani dengan mudah mengidentifikasi beberapa kelembagaan yang dekat dan berhubungan langsung dengan
keberhasilan usahatani mereka. Adapun kelembagaan yang sudah ada di lokasi pengkajian, dianataranya: kelompok tani, gabungan kelompok tani, unit pengelola jasa alsintan, balai benih
induk, koperasi unit desa, kelompok penangkar, kilang padi, penyulu pertanian lapangan, lembaga ketahanan masyarakat desa, pedagang pengupul, dll.
Berdasarkan hasil identifikasi masalah dalam budidaya dan pemasaran komoditas beras, terdapat beberapa permasalahan, diantaranya: (i) para petani belum sepenuhnya menerapkan teknik
budiaya padi yang direkomendasi terutama pemupukan, pengendalian gulma dan tata air, (ii) penanganan pasca panen yang rendah sehingga menurunkan kualitas beras, (iii) aspek
pemasaran, (iv) faktor kelembagaan, yakni belum berfungsinya kelembagaan yang ada baik
kelompok tani maupun koperasi, (v) sarana dan prasarana, dan (vi) akses ke lokasi usahatani yang belum memadai.
Hasil identifikasi masalah kelembagaan yang terkait dengan pertanian, diperoleh juga beberapa
permasalahan, dianataranya: (i) belum berfungsinya koperasi tani (KUD) secara optimal. Hal ini terkait dengan kepengurusan, kewajiban anggota, dan kelancaran administrasi lainnya; (ii)
Kelembagaan pelayanan input (sarana produksi) belum memenuhi prinsip lima tepat (waktu,
tempat, jumlah, jenis, dan sasaran); (iii) Kelembagaan permodalan. Keterbatasan petani untuk memiliki modal secara tunai menyebabkan rendahnya adopsi teknologi ditingkat petani. Selain itu
terbatasnya akses petani dalam memanfaatkan kelembagaan financial baik ditingkat desa maupun kecamatan; (iv) Kelembagaan pemasaran. Produksi yang dihasilkan oleh petani hanya ditampung
oleh tengkulak dengan harga yang ditentukan oleh pembeli. Rendahnya posisi tawar menawar
petani antara lain disebabkan adanya keterikatan moril antara petani dengan pedagang dimana pedagang memberikan pinjaman modal sebelum panen dilakukan; (v) Kelembagaan pengolahan
hasil. Produk yang dihasilkan petani pada umumnya langsung dijual kepada pedagang. Pengolahan hasil dilakukan oleh pabrik/home industri yang tidak langsung melakukan budidaya komoditas.
Gambar 55. Distribusi atau pemasaran beras penyalai (beras yang diproduksi dari pulau Mendol)
BATAM
MALAYSI
A
P.
Sa
mbu
Laporan Tahunan 2017
71
Namun demikian, Pulau Mendol berperan sebagai lumbung pangan, khususnya beras. Sebagai
lumbung beras, Pulau Mendol berperan sebagai penyangga kebutuhan beras untuk masyarakat yang mendiami pulau-pulau daerah perbatasan sekitarnya. Produksi beras Pulau Mendol telah
melebihi kebutuhan beras untuk penduduknya. Dengan kata lain terjadi surplus beras tiap tahunnya. Karena Pulau Mendol juga sebagai tempat transportasi penghubung antar pulau di
wilayah pulau-pulau sekitarnya, beras dari Pulau Mendol yang sering dikenal dengan nama Beras Penyalai juga diperdagangkan ke pulau-pulau sekitarnya, seperti ke Tanjung Batu di Pulau Kundur,
Pulau Burung, Kepulauan Meranti, Pulau Karimun, Pulau Batam, dan pulau-pulau perbatasan
lainnya serta munkun saja sampai ke negara tetangga Malaysia. Kadang-kadang produksi beras tersebut menumpuk digudang-gudang penampungan beras tiap tahunnya sehingga Pemda
Pelalawan mengambil inisiatif untuk memperluas rantai pemasarannya sampai ke Ibu Kota Kabupaten, dengan membentuk gerai-gerai pemasaran di Kota Kerinci meskipun dengan kondisi
jarak yang lebih jauh dan biaya transportasi lebih mahal dibandingkan dengan biaya transportasi di
pulau-pulau pemasaran beras sebelumnya.
Tabel 43. Daftar sarana dan rrasarana pertanian pendukung agribisnis padi di Pulau Mendol
No Uraian Jumlah
1 Luas baku lahan sawah (ha) 7.340
2 Sumberdaya air dominan Air pasang surut
3 Jalan Usaha Tani (meter) 181.559
4 Pola tanam setahun Padi
5 Produktivitas (t/ha) 3,8 – 4,2
6 Varietas padi existing Karya, Cekau, Btg Piaman
7 Kebutuhan benih padi (ton) 191
8 Produksi benih padi eksisting (ton) 34
9 Kebutuhan penangkaran benih padi (ha) 76
10 Jumlah kelompok tani (kelompok) 93
11 Traktor singkal/Rotary (unit) 61
12 Rice transplanter (unit) 38
13 Reaper (unit) 24
14 Dryer (unit) 4
15 Juml mesin panen/combine harvester dan Reeper (unit) 51
16 Pompa air (unit) 24
17 Jumlah kilang padi, Gudang, atau RMU (unit) 65
Gambar 56. Pertemuan dengan kelompok tani (kiri), areal persawahan (tengah), dan unit
pengolahan padi (kiri) di lokasi pengkajian
– Karakterisasi Pascapanen Padi
Petani Pulau Mendol umumnya berusia di atas 45 tahun, tamatan sekolah dasar. Namun demikian
mereka memiliki luas garapan cukup luas, berkisar 3-7 ha. Untuk menggarap lahan sawah sesluas itu, petani Pulau Mendol umumnya menggunakan tenaga keluarga (Suami, Isteri, Anak) dan
Laporan Tahunan 2017
72
tenaga upahan. Khususnya tenaga upahan, diperlukan pada komponen kegiatan yang memerlukan
curahan tenaga kerja yang banyak, seperti pengolahahan sawah (melumpur), penanaman, dan panen. Tenaga upahan dapat berasal dari tenaga kerja dilingkungan berdekatan atau tenaga kerja
dari luar Pulau Mendol sekitarnya, seperti dari Desa Tanjung Samak, Topang, Pulau Meranti, Sei Tohor. Tenaga kerja dari luar Pulau Mendol tersebut biasanya datang secara berkelompok dari
tempat asal mereka masing-masing secara regular sesuai dengan tahapan proses produksi padi, seperti pada saat pengolahan, penanaman, dan panen.
Varietas padi yang ditanam umumnya varietas lokal, diantaranya varietas Lembu Sawah, Karya, dan Cekau, serta varietas unggul seperti Batang Piaman. Semua varietas padi tersebut memiliki
bentuk beras berukuran kecil-kecil, dengan tekstur atau rasa nasi pera.
Selama usahatani pertama musim tanam sebelumnya, ada beberapa OPT yang menyerang,
dianataranya: Hama Kepinding Tanah, Burung, dan Wereng, tetapi dengan tingkat kerusakan masih rendah sehingga bisa dikendalikan sendiri, dengan menggunakan racun insektisida kimia.
Mereka menentukan waktu panen berdasarkan umur tanaman padi yang sudah mereka ketahui
disamping juga melihat tampilan warna gabah yang sudah 75% menguning. Proses panen, mulai menyabit sampai didapatkan gabah, biasanya dilakukan oleh tenaga luar keluarga atau upahan,
dengan proporsi untuk upahan ¼ bagian. Belakangan, proses panen ada yang dilakukan
menggunakan mesin panen Combine Harvester, dengan proporsi upahan 0,1 bagian namun biaya operasional ditanggung oleh petani. Berkaitan dengan proses panen yang terbaru ini, petani justru
lebih tertarik dengan system upahan sebelumnya, yakni system upahan dengan tenaga luar. Dengan upahan tenaga luar, walaupun proporsi upahannya ¼ bagian namun petani sudah
menerima gabah yang sudah jadi tanpa ada lagi biaya atau nenaga tambahan seperti
menggunakan Combine Harvester. Berkaitan dengan proses panen menggunakan Combine Harvester yang jumlahnya sebanyak 3 unit di desa mereka, petani merasa agak merasa procedural
dan belum merasakan adanya pengehematan, ditambah lagi dengan adanya kesulitan alat saat memasuki lahan yang berlumpur agak dalam. Untuk itu petani berharap dibantu alat panen
combine harvester berukuran kecil, berupa hand combine harvester dengan pengelolaan langsung oleh kelompok tani.
Untuk hasil panenan, berupa gabah biasanya dibawa oleh petani ke gudang/tempat penggilingan mitra yang sebelumnya sudah meminjamkan karung tempat gabah. Ditempat penggilingan, gabah
dipaparkan di atas terpal dan dikeringkan menggunakan panas matahari. Gabah yang sudah kering disimpan ditempat penggilinga. Petani biasanya tinggal pesan kepada pemilik penggilingan kapan
gabah mereka harus digiling, yang biasanya disesuaikan dengan kebutuhan keuangan mereka.
Proporsi yang diperoleh pemilik penggilingan yaitu 0,1 bagian. Petani dapat menjual berasnya kepada pedagang pedagang lokal dan pedagang dari luar Pulau Mendol, dengan harga beras
6.000-7.000 rupiah/kg.
Hasil penelusuran rantai pemasaran beras Penyalai (Pulau Mendol) di Tanjung Batu diketahui
bahwa beras penyalai sebagaian besar mengalir ke Tanjung Batu, disamping daerah lain seperti ke Tanjung Balai Karimun, Batam, Meranti dan daerah-daerah kepulauan sekitarnya. Di Tanjung Batu,
harga beras penyalai dihargai senilai 10.000-10.500/kg, smntara beras lain seperti beras Ramos dan beras dari daerah lain dihargai cukup tinggi, yakni sekitar 13.000 rupiah/kg. Toke beras
penyalai di Tanjung Balai mengaku hanya mendapatkan margin sekitar 1.000 rupiah, disitu sudah termasuk biaya transportasi, upah bongkar muat, dan keuntungan.
Diskusi pascapanen padi Penjemuran padi Gudang/Penggilingan padi
Laporan Tahunan 2017
73
Tahun 2017 ini, kualitas beras penyalai dinilai kurang bagus dibandingkan beras dari daerah-
daerah lain dikarenakan beras penyalai banyak yg terendam selama proses panen di lapangan. Namun demikian, beras penyalai dikenal baik dalam hal: tidak memakai pupuk anorganik sehingga
dinilai beras sehat untuk dikonsumsi. Tidak diketahui oleh toke di Tanjung Batu apakah beras penyalai ada yg diekspor ke negara tetangga, tetapi yg jelas beras penyalai dikenal cukup familiar
di pulau-pulau wilayah perbatasan.
Salah satu penyebab rendahnya kualitas beras penyalai adalah penangan pasca panen yang
kurang baik. Gabah hasil panen kurang mendapat tempat pengeringan. Dengan kata lain lantau jemur yang tersedia relatif terbatas dibandingkan dengan luasnya lahan sawah yang dipanen.
Untuk itu menanggulangi kekurangan lantai jemur sekaligus meningkatkan kualitas beras yang dihasilkan, diinisiasi pembangunan lantai jemur di sekitar areal demplot. Adapun kondisi terkini
lantai jemur sampai dengan laporan ini dibuat, seperti disajikan di bawah ini.
Gambar 57. Kondisi terkini calon tempat pembangunan lantai jemur
Lantai jemur dibangun dalam bentuk permanen. Biaya pembangunan lantai jemur sharing antara
BPTP Riau dan petani setempat. Lantai jemur yang dibangun berukuran 6 m x 18 m, dengan bahan terdiri dari: besi, pasir, kerikil, semen.
– Introduksi Dukungan Inovasi Teknologi Pertanian
Pada Kegiatan Dukungan Inovasi Teknologi di Daerah Perbatasan telah dilakukan penyemaian benih padi varietas Inpari 21 dan Batang Piaman di Desa Sei Upih. Sebelum disemai, benih padi
dicampur terlebih dahulu dengan pupuk hayati (Agrimeth). Pencampuran benih padi dengan Agrimeth dilakukan dengan perbandingan: setiap 25 kg benih dicampur dengan 500 gr bahan
Agrimet. Pada kesempatan yang sama diserahkan sarana produksi lainnya, yakni bahan dekomposer (Mdec). Bahan dekomposer ini membantu mempercepat proses dekomposisi bahan-
bahan organik seperti jerami padi dan rerumputan.
Untuk menghindari kesalahan dalam aplikasi, petugas pertanian lapangan (PPL) Sei Mendol
membantu menjelaskan teknis pengaplikasian Mdec kepada petani kooperator setempat. Bahan Mdec sebaiknya diaplikasi pada tumpukan jerami atau bahan organik dengan dosis 1 kg Mdec
untuk 1 ton bahan organik. Tempat aplikasi sebaiknya pada tempat yang telatif teduh atau pada
sore hari. Aplikasi dapat juga dimodifikasi dengan melarut bahan Mdec dengan air kemudian disemprotkan ke permukaan tumpukan bahan2 organik di lahan sawah.
Gudang beras penyalai di Tanjung Batu
Diskusi dengan pelaku bisnis beras di Tj Batu padi
Tampilan beras penyalai di gudang Tj Batu
Laporan Tahunan 2017
74
Gambar 58. Penyerahan bahan dekomposer (Mdec) kepada beberapa petani kooperator yang tergabung dalam petani yang menerapkan Inovasi Teknologi Jarwo Super
Pemberian pupuk hayati (Agrimet) dan bahan dekomposer (Mdec) merupakan upaya BPTP dalam
memeperkenal beberapa komponen teknologi Jarwo Super kepada petani kooperator setempat.
Petani kooperator yang yang terlibat langsung dalam menerapkan teknologi Jarwo Super, seperti disajikan pada tabel berikut.
Tabel 44. Petani kooperator yang menerapkan inovasi teknologi Jarwo Super
No Petani Kooperator Luas Lahan (Ha) Lokasi (Desa)
1. Joko Susilo 1 Sei Upih
2. Safruddin 1 Sei Upih
3. M Radik 1 Sei Solok
4. Zulfadli 1 Sei Solok
5. Arfah 1 Sei Solok
J U M L A H 5
Gambar 59. Perlakuan pupuk hayati AgriMetct pada benih padi
– Introduksi dukungan inovasi kelembagaan pertanian
Keberhasilan introduksi suatu inovasi kelembagaan, salah satunya ditentukan oleh dukungan oleh
instansi eksternal dan stakeholder lainnya. Untuk itu inovasi kelembagaan berupa Cooperative Farming (CF) sudah dikoordinasikan ke pemerintah daerah, khususnya ke Dinas Pertanian
Kabupaten Pelalawan. Terkait dengan rencana implementasi CF di lokasi pengkajian (Pulau Mendol), Dinas Pertanian cukup mendukung karena dinilai sangat sesuai dengan konsep
memajukan pertanian di Pulau Mendol. Wujud dukungan Dinas Pertanian terhadap adanya inovasi CF ditunjukkan dengan menyusun secara bersama-sama konsep CF spesifik Pulau Mendol yang
penganggarannya dibebankan pada Dinas Pertanian Pelalawan. Adapun struktur organisasi
manajemen inovasi CF, seperti disajikan sebagai berikut:
Laporan Tahunan 2017
75
Gambar 60. Struktur manajemen Cooperative Farming
Gambar 61 Diskusi dan penyamaan persepsi tentang konsep Cooperative Farming
Gambar 62. Sosialisasi konsep Cooperative Farming di Dinas Pertanian Kabupaten Pelalawan
Konsep Cooperative Farming dibuat dalam bentuk bahan presentasi dan buku panduan. Bahan presentasi dibuat dalam bentuk tayangan animasi yang dapat dipahami dengan mudah oleh
audiens. Nantinya bahan presentasi ini menjadi bahan presentasi oleh Pemda Pelalawan dan BPTP Riau di setiap momen sosialisasi konsep Coopreative Farming. Melalui tayangan bahan presentasi
tersebut diharapkan setiap institusi dapat melihat pada bagian manakah mereka bisa dapat
beperan atau membantu terwujudnya konsep tersebut. Begitu juga dalam buku panduan konsep Cooperative Farming, dapat terlihat konsep Cooperative Farming tersebut secara detail. Buku
panduan tersebut didistribusikan pada setiap moment sosialisasi konsep Cooperative Farming.
Manajemen Cooperative Farming
Swasta
Pemerintah
Manajemen Kooperatif
Manajemen Kooperatif
ManajemenKooperatif& Par-sial berdasarkan kesepakatan
- Permodalan
- Saprodi & Alsintan
- Pengolahan hasil
- Pemasaran
- On farm (50-100 ha)
- Off farm
Dukungan saprodi dan layanan alsintan
Pengumpulan dan penjualan hasil
Petani Pengelola
Laporan Tahunan 2017
76
– Analisis Risiko
Daftar risiko No. Risiko Penyebab Dampak Penanganan Resiko
1 Budidaya padi dengan teknologi Jarwosuper tidak teradaptasi dengan baik
Paket teknologi introduksi tidak full paket
- Jarwo super tidak layak dikembangkan di masyarakat.
- Hilangnya semangat petani berusahatani di wilayah perbatasan
- Aplikasi teknologi introduksi jarwosuper dikawal dan didampingi dengan baik
- Seluruh stakehiolder berpartisipasi untuk membantu dan mensukseskan adaptasi Jarwosuper yang telah
diakui keunggulanya
2 Inovasi kelembagaan berupa Cooperative Farming tidak teradapsi dengan baik
Masyarakat tani dan stakeholder kurang memahami maksud dan tujuan inovasi yang diintroduksikan
Tidak tercapai tujuan dan output yang diharapkan dari inovasi kelembagaan
Seluruh stakehiolder berpartisipasi untuk membantu dan mensukseskan inovasi kelmebagaan berupa Cooperative Farming.
- Sinkronisasi dengan pemda setemapat
Laporan Tahunan 2017
77
F. DUKUNGAN INOVASI PERTANIAN UNTUK PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN
PADI (LAHAN KERING DAN SAWAH)
Laporan Tahunan 2017
78
UNIT PENGELOLAAN BENIH SUMBER (UPBS)
Tujuan kegiatan untuk mendapatkan benih sumber yang adaptif dan spesifik lokasi sebanyak 20
ton (kelas FS:2 ton, kelas SS:3 ton dan kelas ES: 15 ton).
Lahan untuk tanaman padi di Provinsi Riau tercatat seluas86.608 yang tersebar pada 12
kabupaten/kota (Distannak Propinsi Riau 2015). Dari luas lahan yang ada, maka kebutuhan benih yang diperlukan sebanyak 2.165.200 kg, secara rinci dapat dilihat pada tabel2. Penyediaan
kebutuhan benih yang dapat dipenuhi oleh kelembagaan perbenihan di Provinsi Riau hanya sekitar 9,18% atau sebanyak 418.784 kg, selebihnya didatangkan dari luar propinsi.
Banyak faktor yang menyebabkan petani lambat dalam mengadopsi penggunaan varietas unggul
baru, antara lain; terbatasnya ketersediaan benih unggul yang diperlukan secara tepat, tingkat kesukaan (preferensi masyarakat) terhadap benih unggul yang tersedia, adaptasi varietas yang
diintroduksikan baik lingkungan maupun perolehan hasil yang diharapkan, informasi sistem
perbenihan yang masih terbatas dan belum menjangkau petani secara luas serta harga hasil produksi yang relative tidak kompetitif.
Perkembangan varietas unggul baru di Provinsi Riau per kabupatennya selalu berubah-ubah, hal
ini terihat bahwa kecenderungan petani selalu mencoba varietas yang baru disamping juga untuk memutus siklus perkembangan hama dan penyakit yang dominan pada varietas tertentu. Jika
dibandingkan perkembangan varietas unggul baru antara tahun 2015 dengan tahun 2016, ada beberapa varietas yang diminati masyarakat dan terus mengalami peningkatan yaitu: varietas
Logawa dan Batang Piaman. Dilihat karakteristik varietas logawa dan Batang Piaman memang
sangat cocok dibeberapa agroekosistem di Riau sehingga produktiviatsnya bisa melebihi varietas yang biasa ditanam, disamping juga rasa nasi yang pera sangat banyak diminati oleh masyarakat
di Provinsi Riau.
1. Produksi Benih Sumber Padi yang dikelola UPBS BPTP Riau
1.1. Produksi Benih di Kabupaten Siak (MT.I)
Pelaksanaan produksi benih sumber kegiatan UPBS BPTP Riau di Kabupaten Siak yang meliputi 3 (tiga) Desa yaitu: Desa Bungaraya, Desa Jayapura dan Desa Muara Kelantan.. Penentuan CP/CL
sudah dilaksanakan pada Bulan Februari dan Maret 2017, sehingga pada bulan April dan Mei 2017 telah dilaksanakan persemaian, pengolahan tanah dan penanaman.
Tabel 45. Jenis varietas, luas lahan, tanggal semai, tanam, panen dan produksi UPBS BPTP Riau di Kabupaten Siak MT. I
No
Nama
Varietas
Luas (Ha)
Kelas Benih
Kode LOT
Tanggal tanam
Tanggal Panen
Produksi Benih (kg)
1 Budi Logawa 1,0 ES BDI 13-05-17 30-08-17 975
2 Sukarno Logawa 1,0 SS SKR 16-04-17 30-07-17 4.900
3 Rusnata B.Piaman 0,5 FS RST-1 17-04-17 27-07-17 1.655
4 Rusnata Inpari 33 1,0 ES RST-2 17-04-17 13-07-17 1.240
5 Ali Inpari 30 0,5 SS Ali-1 05-05-17 03-08-17 550
6 Ali Inpari 30 0,5 ES Ali-2 05-05-17 03-08-17 600
7 Wasto Inpari 32 0,75 ES WST-1 05-05-17 21-08-17 880
8 Wasto Inpari 34 0,25 FS WST-2 08-05-17 21-08-17 325
9 Wasto Logawa 0,5 FS WST-3 08-05-17 20-08-17 610
10 Katijo B.Piaman 1,0 ES KJO 09-05-17 08-08-17 3.250
11 UPBS Inpago 8. 1,0 ES MRD-1 20-04-17 14-08-17 400
12 UPBS Inpari 34 0,2 SS MRD-2 20-05-17 10-08-17 230
13 UPBS Inpari 35 0,2 FS MRD-3 09-05-17 31-07-17 410
Laporan Tahunan 2017
79
14 UPBS Inpari 35 0,2 SS MRD-4 13-05-17 09-08-17 155
Jumlah 8,6 16.180
Benih yang dihasilkan oleh UPBS BPTP Riau tersebut merupakan produksi benih yang sudah lulus
sertifikasi dari UPT. PSB-TPH Provinsi Riau yang dibuktikan dengan surat keterangan lulus dan
label sesuai dengan kelas benih yang diproduksi kecuali Varietas Inpago 8. Varietas Inpago 8 yang menurut hasil uji laboratorium UPT PSB-TPH Provinsi Riau dinyatakan tidak lulus karena daya
tumbuh dibawah 80%. Dilihat dari karakteristik tanaman dan daya adaptasi yang baik pada varietas Inpago 8 di lapangan menyebabkan banyaknya petani yang memcari benih tersebut,
sehingga walaupun tidak lulus uji lab. UPT PSB-TPH, bayak petani yang memaksa untuk menanam kembali benih tersebut.
Tabel 46. Produksi per kelas benih UPBS BPTP Riau tahun 2017
No Varietas Kelas benih Volume (kg) Pemilik
FS SS ES
1 Logawa 610 4.900 975 6.485 UPBS/Penangkar
2 B. Piaman 1.655 0 3.250 4.905 UPBS/Penangkar
3 Inpago 8 0 0 400 400 UPBS
4 Inpari 30 0 550 600 1150 UPBS
5 Inpari 32 0 0 880 880 UPBS
6 Inpari 33 0 0 1.240 1.240 UPBS
7 Inpari 34 325 230 0 555 UPBS
8 Inpari 35 410 155 0 565 UPBS
Jumlah 3.000 5.835 7.345 16.180
Gambar 63. Kegiatan UPBS BPTP Riau di Kecamatan Bungaraya Kabupaten Siak.
1.2. Produksi Benih Padi di Kabupaten Siak (MT.II)
Pelaksanaan produksi benih sumber kegiatan UPBS BPTP Riau di Kabupaten Siak bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Siak. Bentuk kerjasama tersebut berupa peminjaman lahan
milik Pemda Siak di di Desa Belading (BBU Sabak Auh).
Laporan Tahunan 2017
80
Tabel 47. Petani kooperator, varietas, luas lahan, tanggal semai,tanam. MT.II
No
Nama
Varietas
Luas
(Ha)
Kelas
Benih
Kode
LOT
Tanggal
tanam
Umur Tan per
31 Des2017
Tanggal
Panen
1 UPBS B.Piaman 0,5 SS MAR-1 25-10-17 67 hst -
2 UPBS Logawa 1,0 ES MAR-2 29-10-17 63 hst -
3 UPBS Logawa 0,5 SS MAR-3 13-11-17 48 hst -
4 UPBS Inpari 30 0,25 ES MAR-4 14-11-17 47 hst -
5 UPBS Inpari 35 0,25 SS MAR-5 14-11-17 47 hst -
Jumlah 2,50
Gambar 64. Kegiatan UPBS BPTP Riau di Desa Belading, Kec. Sabak Auh Kabupaten Siak
1.3. Total Produksi UPBS BPTP Riau (Tahun 2012 s/d 2017)
Dalam rangka mempercepat adopsi inovasi Badan Litbang Pertanian oleh masyarakat (petani),
maka Kementerian Pertanian memberikan mandat kepada BPTP diseluruh Indonesia termasuk BPTP Riau untuk ikut membantu BBI dan BBU memproduksi benih, khususnya varietas Unggul
Baru yang msih banyak belum dikenal masyarakat. Kegiatan produksi benih UPBS BPTP Riau sudah
dimulai pada tahun 2012 hingga tahun 2017 sudah banyak jenis varietas yang berkembang di masyarakat dengan berbagai keunggulan dan genetik yang berbeda beda. Sejak adanya
keberadaan UPBS BPTP Riau dalam keikutsertaan memproduksi benih menyebabkan banyaknya jenis vareiatas yang menjadi pilihan masyarakat, baik dari segi rasa maupun produktivitas yang
dihasilkan.
Tabel 48. Data Produksi UPBS BPTP Riau (Tahun 2012 s/d 2017).
No Varietas Volume Per Kelas Benih (kg) Jumlah
(kg) FS SS ES
1 Tahun 2012 - 4.613 2.830 7.443
2 Tahun 2013 3.770 2.590 3.210 9.570
3 Tahun 2014 4.757 7.778 13.980 26.523
4 Tahun 2015 1.225 37.398 3.087 41.710
5 Tahun 2016 17.517 7.840 3.625 28.982
6 Tahun 2017 3.000 5.835 7.345 16.180
JUMLAH 128.465
1.4. Pendistribusian Benih
Dari kegiatan produksi benih yang dilakukan UPBS BPTP Balitbangtan Riau pada tahun 2016 di Kabupaten Indragiri Hulu dan Siak seluas 16 ha, dihasilkan benih sumber dengan berbagai
tingkatan kelas sebanyak 17,605 ton. Dari total benih yang yang dikelola oleh UPBS BPTP Riau
Laporan Tahunan 2017
81
telah menyebar ke berbagai kabupaten di Provinsi Riau, bahkan ada yang keluar Provinsi seperti di
Sumatera Utara, secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 49. Distribusi benih UPBS BPTP Riau (Januari s/d Desember 2017) No Kabupaten Distribusi VUB Vol
(Kg) LGW RA.3 RA.9
RI30 RI.32 RI33 RI34
RI 35 BP. IND
1 Kampar - - 35 15 - 400 - - - 10 460
2 INHIL - - - - - - - - - 100 100
3 INHU 50 - - 5 - 10 - - - - 65
4 Kuansing - - - - - - - - 1500 - 1500
5 Pekanbaru 10 - - 5 25 20 10 10 - - 80
6 Siak 3350 - 125 25 - 140 15 20 610 - 4285
7 Bengkalis - 515 610 925 25 25 15 15 1775 525 4415
8 ROHIL - - - 135 300 - - 300 - - 735
9 ROHUL 1860 - - - - 175 - - - 50 1905
10 K. Meranti - - - - 10 750 - 30 510 - 1300
11 Pelalawan - - - - - 175 - - 4800 - 4975
12 Luar Prov. 75 - - - - 10 - - - - 85
Jumlah
5345
515 770
1110
360 1705
40 365 10185
685 20.090
Keterangan: LGW= Logawa, RI= Inpari, RA= Inpara, BP= Batang Piaman, IND= Indragiri
Dari data tersebut diatas, terlihat bahwa pendistribusian benih masing-masing kabupaten belum merata, hal ini disebabkan karena tingkat kesukaan benih yang dihasilkan UPBS belum bisa
memenuhi semua keinginan masyarakat. Sebagai contoh pada kabupaten yang terendah distribusinya seperti Indragiri Hulu dan Kuansing, masih bertahan dengan varietas lama dan lokal,
sehingga VUB yang disebarkan oleh UPBS secara umum belum mereka terima sepenuhnya karena
alasan rasa/tekstur nasi dari VUB belum beradaptasi dengan masyarakat setempat. UPBS Balitbangtan Riau terus berupaya mengintroduksikan varietas unggul baru dari musim ke musim
untuk mencari alternative varietas pengganti, sehingga pada akhirnya VUB bisa berkembang diseluruh wilayah di Propinsi Riau.
Gambar 65. Kegiatan Pendistribusian benih.
a. Percepatan Pengembangan dan Penyebarluasan Varietas Unggul Baru
Percepatan peningkatan penggunaan varietas unggul baru, tidak terlepas dari peran
kelembagaan perbenihan selaku pihak yang terkait dalam penyediaan dan distribusi benih secara
tepat kepada petani. BPTP Balitbangtan Riau melalui kegiatan UPBS mendapat tugas dari Badan Litbang Pertanian untuk melakukan berbagai kegiatan dalam upaya mempercepat diseminasi
penggunaan varietas unggul baru di tingkat petani. Kegiatan yang dilakukan BPTP Balitbangtan Riau antara lain melakukan pendampingan teknologi inovasi melaui petak percontohan display VUB
di tingkat lapangan, selain itu juga menyediakan benih sumber VUB melalui UPBS. Unit Pengelolaan Benih Sumber (UPBS) BPTP Balitbangtan Riau merupakan salah satu bagian dari
system kelembagaan perbenihan di daerah. Ke depan, peran UPBS dituntut untuk lebih dapat
memacu gerak penyediaan dan distribusi benih sumber VUB secara tepat sampai ke tingkat petani.
Laporan Tahunan 2017
82
Untuk meningkatkan kinerja kelembagaan perbenihan daerah, UPBS BPTP Balitbangtan Riau telah
turut menginisiasi peningkatan peran kelembagaan perbenihan melalui; singkronisasi dan sinergi antar jejaring kelembagaan perbenihan yang ada di daerah seperti BBI/BBU, BPSB, PT. Pertani, PT
Sang Hyang Seri, Penangkar benih dan stakeholders lainnya seperti ; pedagang dan perusahaan penggilingan padi yang dilakukan secara periodik. Dari pertemuan yang dilakukan dapat disusun
rencana kerja yang berkaitan dengan kegiatan perbenihan seperti ; luas areal tanam untuk perbenihan, jadwal tanam, waktu penyediaan benih, jumlah kebutuhan benih, jenis varietas dan
harga.
Laporan Tahunan 2017
83
SDG YANG TERKONSERVASI DAN TERDOKUMENTASI
Kegiatan karakterisasi padi lokal Provinsi Riau bertujuan untuk mengetahui sifat jenis-jenis padi
lokal di Provinsi Riau, baik itu dari sifat-sifat vegetatif maupun generatif tanaman padi serta sebagai upaya pelestarian benih padi lokal sebagai sumber daya genetik padi yang ada di Provinsi
Riau. Kegiatan karakterisasi dilakukan secara ek-situ di BPTP Riau dan terbagi menjadi dua bagian
yaitu : 1) padi lokal dari beberapa Kabupaten di Provinsi Riau, dan 2) karakterisasi padi lokal lahan pesisir khusus dari Kabupaten Kepulauan Meranti.
Pada kegiatan 1, jumlah aksesi padi lokal yang diujicobakan sebanyak 51 aksesi yang berasal dari
8 (delapan) kabupaten/kota di Provinsi Riau dengan rincian sebagai berikut :
1. Kabupaten Indragiri Hilir sebanyak 8 aksesi 2. Kabupaten Indragiri Hulu sebanyak 6 aksesi
3. Kabupaten Pelalawan sebanyak 12 aksesi 4. Kabupaten Kuantan Singingi sebanyak 6 aksesi
5. Kabupaten Rokan Hilir sebanyak 8 aksesi 6. Kotamadya Dumai sebanyak 3 aksesi
7. Kabupaten Bengkalis sebanyak 3 aksesi
8. Kabupaten Bengkalis sebanyak 5 aksesi
Seluruh aksesi padi lokal tersebut merupakan hasil dari survei sumberdaya genetik padi lokal di provinsi Riau oleh tim dari Balai Besar Tanaman Padi dan BPTP Riau pada tahun 2014. Pada
kegiatan yang kedua karakterisasi dikhususkan pada jenis-jenis padi lokal lahan pesisir dari
Kabupaten Kepulauan Meranti. Jumlah aksesi padi yang akan dikarakterisasi sebanyak 73 aksesi yang seluruhnya merupakan koleksi dari BPTP Riau.
Kegiatan karakterisasi dimulai dengan persiapan media tanam dan penyemaian benih. Media
tanam berupa tanah lumpur yang dicampur dengan pupuk kandang dan dimasukkan ke dalam ember dan disusun sesuai dengan jumlah aksesi padi yang akan ditanam (Gambar 1).
Gambar 66. Persiapan dan penyusunan media tanam
Penyemaian benih dilakukan pada ember untuk padi lokal beberapa kabupaten dan gelas plastik untuk padi lokal lahan pesisir. Benih yang disemai satu jenis aksesi untuk setiap ember atau gelas
plastik untuk mencegah tercampurnya benih antara aksesi yang satu dengan aksesi yang lainnya..
Gambar 67. Penyemaian benih padi lokal (kiri) dan padi lokal lahan pesisir (kanan)
Kegiatan penanaman dilakukan pada umur bibit ± 19 hari setelah semai (HSS). Penanaman dilakukan pada ember sebagai media tanam, setiap aksesi yang ditanam sebanyak 4 (empat) bibit
Laporan Tahunan 2017
84
yang terbagi menjadi dua ember, masing-masing ember ditanam dua bibit padi dengan aksesi
yang sama dengan jarak sekitar 20 cm.
Gambar 68. Penanaman padi lokal dan padi lahan pesisir
Setelah penanaman dilakukan, tahapan selanjutnya adalah perawatan tanaman yang terdiri dari
pemupukan, penyiraman tanaman, pengendalian hama dan penyakit dan pengendalian gulma. Pemupukan dilakukan pada umur 7 hasri setelah tanam (HST) menggunakan pupuk Urea, TSP dan
KCl dengan dosis masing-masing sekitar 1 gr; 0,5 gr; dan 0,5 gr. Penyiraman tanaman dilakukan
dengan melihat kondisi media tanam dan curah hujan dan biasanya dilakukan secara rutin seminggu sekali, ketika kondisi tanah kering karena tidak ada hujan penyiraman dilakukan
seminggu dua kali. Pengendalian guma dilakukan secara manual dengan cara mencabut rumput-rumput yang tumbuh di sekitar tanaman padi untuk mencegah rumput/gulma tersebut
berkembang yang nantinya dapat menjadi pesaing tanaman padi dalam hal penyerapan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara bertahap
dan bersifat pencegahan menggunakan insektisida dan fungisida mulai dari umur tanaman sekitar
20 HST.
Gambar 69. Kondisi pertanaman padi umur 30 HST
Penyemprotan insektisida/fungisida dilakukan secara berkala setiap 1-2 minggu untuk mencegah
adanya serangan hama dan penyakit pada tanaman padi dan intensitas penyemprotan diintensifkan ketika terlihat adanya gejala-gejala serangan hama dan penyakit.
Pengamatan karakterisasi tanaman dilakukan mulai dari fase vegetatif sampai ke fase generatif generatif tanaman padi. Pengamatan karakterisasi tanaman dilakukan berdasarkan buku panduan
sistem karakterisasi dan evaluasi tanaman padi yang diterbitkan oleh Komisi Nasional Plasma
Nutfah tahun 2003. Pengamatan dilakukan pada 4 tanaman untuk setiap jenis varietas tanaman padi yang diujikan, hasil dari pengamatan karakterisasi kemudian dikompilasi untuk didapatkan
hasil rata-rata untuk setiap varietas tanaman yang diujikan. Data hasil pengamatan karakterisasi tanaman dapat dilihat pada lampiran 1.
Laporan Tahunan 2017
85
Gambar 70. Pengamatan karakterisasi tanaman padi
1. Karakterisasi Durian Lokal di Kabupaten Bengkalis
Kegiatan karakterisasi durian lokal merupakan kegiatan lanjutan dari tahun sebelumnya
dan rencanaya akan dilakukan pada 6 (enam) jenis varietas lokal yang berasal dari Kabupaten
Bengkalis. Kegiatan ini belum dilaksanakan dikarenakan informasi dari petugas penyuluh lapang sebagai kooperator bahwa jenis-jenis durian yang dikarakterisasi pada tahun sebelumnya tidak ada
yang berbunga dan berbuah pada tahun ini. Sebagai pengganti dari kegiatan tersebut, dilakukan eksplorasi dan karakterisasi pada beberapa jenis sumberdaya lokal yang ada di Kebun Koleksi
Plasma Nutfah milik Pemerintah Daerah Kabupaten Pelalawan. Kegiatan ini dilakukan untuk
mengetahui jenis-jenis tanaman lokal yang ada di Kebun Koleksi Plasma Nutfah tersebut serta koordinasi awal dengan pihak Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kebun Plasma Nutfah mengingat pada
tahun 2018, rencananya BPTP Balitbangtan Riau akan membuat kebun koleksi plasma nutfah di Kebun Percobaan BPTP Riau di Siak. Hasil dari koordinasi dan eksplorasi pada Kebun plasma
nutfah Pelalawan memiliki 47 jenis tanaman lokal khas Pelalawan dan pada saat ini beberapa jenis tanaman telah dilakukan pembibitan yang nantinya dapat digunakan oleh BPTP Riau sebagai
bahan koleksi pada saat pembuatan kebun koleksi milik BPTP Riau
Gambar 71. Karakterisasi Tanaman di Kebun Koleksi Plasma Nutfah Pelalawan
2. Uji Daya Hasil Padi Lokal Lahan Pesisir Potensial dari Kabupaten Kepulauan
Meranti
Kegiatan uji daya hasil padi lokal pesisir potensial Provinsi Riau bertujuan untuk menguji jenis-jenis padi lokal khusus lahan pesisir yang potensial untuk dikembangkan di Provinsi Riau dalam potensi
daya hasil padi lokal pesisir tersebut. Kegiatan dilakukan secara in-situ di lahan sawah milik petani di Desa Segomeng, Kecamatan Rangsang Barat, Kabupaten Kepulauan Meranti. Jenis-jenis padi
lokal yang diujicobakan sebanyak 70 aksesi padi lokal lahan pesisir yang juga berasal dari Kabupaten Kepulauan Meranti.
Kegiatan uji daya hasil dimulai dengan koordinasi dengan pihak Dinas Pertanian, Peternakan dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Kepulauan Meranti untuk menyampaikan maksud kegiatan uji daya hasil jenis-jenis padi lokal lahan pesisir yang tujuan akhir nantinya adalah untuk pendaftaran
varietas-varietas yang potensial untuk dikembangkan di wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti.
Laporan Tahunan 2017
86
Koordinasi selanjutnya dilakukan dengan petani yang akan menjadi kooperator dalam pelaksanaan
kegiatan, petani yang menjadi kooperator adalah petani pemilik lahan dan bersedia untuk dipinjam lahannya seluas ± 1000 m2 untuk pelaksanaan kegiatan.
Penanaman padi lokal lahan pesisir pada awalnya dilakukan pada bulan Juli 2017 tetapi terkendala oleh kekeringan dan serangan hama tikus. Hambatan tersebut di atas dikarenakan
penanaman dilakukan di luar musim tanam di wilayah tersebut yang biasanya dilakukan mulai bulan Oktober. Penanaman dilakukan lebih cepat dari musim tanam di wilayah tersebut bertujuan
untuk mendapatkan data karakterisasi dan uji daya hasil jenis-jenis aksesi tanaman padi lokal
pesisir yang lengkap mulai dari fase vegetative sampai fase generative tanaman. Setelah dilakukan beberapa pengendalian seperti pemasangan pagar keliling dan menggunakan umpan racun tikus
(rodentisida) serangan tikus tidak berkurang maka diputuskan untuk penanaman ulang.
Setelah koordinasi untuk penanaman ulang selesai dilakukan, kegiatan selanjutnya adalah
persiapan lahan dan penyemaian benih. Persiapan lahan meliputi beberapa tahap kegiatan, yaitu : pembersihan lahan, pengolahan tanah dan aplikasi dolomit. Pembersihan lahan dilakukan dengan
cara menyemprot gulma/rumput yang ada di lahan dengan menggunakan herbisida, setelah gulma dan rumput yang ada dipertanaman mati kering, selanjutnya dilakukan penebasan menggunakan
parang untuk mempermudah proses pengolahan tanah (Gambar 6.). Proses pengolahan tanah dilakukan menggunakan cangkul, lahan dicangkul tidak terlalu dalam, hanya untuk
membenamkan/membalikkan gulma yang sudah ditebas, selain itu juga untuk mencagah
tercangkulnya lapisan pirit yang dikhawatirkan nantinya dapat meracuni tanaman.
Gambar 71. Proses pembersihan lahan untuk penanaman padi lokal pesisir
Proses pengolahan tanah dilakukan menggunakan cangkul, lahan dicangkul tidak terlalu dalam,
hanya untuk membenamkan/membalikkan gulma yang sudah ditebas, selain itu juga untuk mencagah tercangkulnya lapisan pirit yang dikhawatirkan nantinya dapat meracuni tanaman.
Setelah pengolahan tanah selesai, dilanjutkan dengan aplikasi dolomite/pengapuran dengan dosis 2 ton/ha, mengingat kondisi derajat keasaman (pH) tanah di wilayah Kabupaten Kepulauan
Meranti yang relatif rendah. Pengaplikasian dolomit dilakukan dengan menabur dolomit secara
merata pada permukaan tanah, kemudian lahan pertanaman didiamkan dulu sekitar sebulan untuk masa inkubasi dolomite di dalam tanah, dengan harapan pH tanah akan naik setelah aplikasi
dolomit.
Gambar 73. Proses pengolahan tanah dan aplikasi dolomit
Kegiatan penyemaian benih dilakukan pada awal bulan Oktoberi 2017 bersamaan dengan pengolahan tanah dan aplikasi dolomit, mengingat masa inkubasi dolomit yang cukup lama (± 1
bulan). Penyemaian dilakukan pada lahan yang akan ditanami, dengan cara membuat bedengan
Laporan Tahunan 2017
87
sebagai tempat semainya, hal ini dilakukan untuk mencegah benih yang baru di semai hilang
ataupun tercampur antara aksesi yang satu dengan aksesi yang lainnya karena laha tergenang pada saat hujan. Tingginya bedengan dibandingkan lahan disekitarnya dapat meminimalisir hal
yang tersebut di atas. Setelah bedengan selesai dibuat, kemudian benih disebar berdasarkan jenis aksesinya dan antara satu aksesi dengan aksesi yang lainnnya diberi jarak dan batas kayu untuk
mencegah tercampurnya dengan aksesi yang lain dan diberikan kode penomoran sesuai dengan kode aksesi yang telah ditentukan. Setelah penyebaran benih selesai dilakukan, selanjutnya
persemaian diberi pagar keliling untuk mencegah serangan hama tikus dan pada permukaan
persemaian diberikan jerami untuk mencegah curahan air hujan sampai bibit mulai tumbuh dan perakarannya sudah mulai kuat (umur 7 HSS). Pengecekan dan perawatan bibit dilakukan untuk
mencegah serangan dari hama penyakit pada bibit dan dilakukan sampai bibit siap untuk ditanam sekitar umur 4 minggu. Rencana penanaman padi lokal lahan pesisir akan dilakukan pada awal
bulan November 2017 pada saat umur bibit padi 4 minggu.
Gambar 74. Persemaian benih padi lokal lahan pesisir
Penanaman padi lokal lahan pesisir dilakukan pada awal bulan November 2017 pada saat umur
bibit sekitar 30 hari setelah semai (HSS). Penanaman padi dilakukan menggunakan tugal untuk membantu membuat lubang tanam, mengingat tanah dilokasi kegiatan cukup keras sehingga
pembuatan lubang tanam menggunakan tugal diharapkan dapat mengoptimalkan pertumbuhan awal tanaman padi. Sebelum penanaman dilakukan, terlebih dahulu dilakukan persiapan plot-plot
perlakuan untuk mencegah tercampurnya jenis-jenis aksesi tanaman padi yang berbeda pada satu
plot perlakuan. Pembuatan plot perlakuan dilakuan menggunakan tali rafia sebagai batas antar plot, dimana setiap plot perlakuan berukuran 1 m x 5 m, jarak antar plot sekitar 40 cm dan jarak
antar ulangan sekitar 60 cm. Jumlah plot perlakuan yang dibuat sebanyak 50 plot perlakuan dengan tiga ulangan. Setelah pembuatan plot perlakuan selesai dilakukan, kemudian dilanjutkan
dengan penanaman padi berdasarkan setiap plot yang telah dibuat dan diberi batas untuk satu jenis aksesi tanaman padi lokal. Setiap masing-masing plot perlakuan di tanami oleh jenis aksesi
tanaman yang berbeda untuk setiap ulangannya dan setiap plot diberi tanda plang merk dengan
penomoran yang sesuai dengan nomor aksesi tanaman padi tersebut.
Gambar 75. Penanaman padi lokal lahan pesisir
Setelah penanaman selesai, selanjutnya dilakukan pemeliharaan tanaman sesuai dengan kondisi
dan umur pertanaman padi. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyisipan tanaman yang mati,
pemupukan tanaman, pengendalian gulma dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).
Laporan Tahunan 2017
88
Gambar 76. Kondisi pertanaman 21 hari setelah tanam (HST)
Gambar 77.Kondisi pertanaman 30 hari setelah tanam (HST)
Pengamatan karakterisasi tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam
(HST). Pengamatan pada umur 30 HST dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan fase vegetatis setiap jenis aksesi tanaman yang diuji cobakan yang meliputi parameter tinggi tanaman dan
jumlah anakanpada umur tanaman 30 HST.
Gambar 78. Pengamatan vegetatif tanaman padi
Laporan Tahunan 2017
89
TAMAN TEKNOLOGI PERTANIAN (TTP) SIAK
Salah satu penjabaran dari nawa cita (9 agenda prioritas)Presiden RI Joko Widodo-Jusuf Kalla adalah meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, yang antara lain
dijabarkan dalam program membangun sejumlah Taman Teknologi Pertanian (TTP).Taman
Teknologi Pertanian adalah tempat untuk pengembangan dan penerapan inovasi yang diarahkan berfungsi sebagai: a) pengembangan inovasi bidang pertanian dan peternakan yang telah dikaji,
untuk diterapkan dalam skala ekonomi; b) tempat pelatihan, pemagangan, pusat disseminasi teknologi, dan pusat advokasi bisnis ke masyarakat luas
Tujuan
1. Menerapkan inovasi teknologi layak teknis, mutakhir dan ekonomis serta ramah lingkungan
dalam sistem usaha perbenihan padi, hortikultura, bibit itik serta agribisnis lain dengan pendekatan biocycle farming
2. Menghasilkan benih padi, hortikultura, bibit itik serta agribisnis lain yang bermutu dalam ekosistem lahan rawa pasang surut tipe C/D
3. Mengembangkan inkubasi agribisnis perbenihan padi, hortikultura, bibit itik serta agribisnis
lain yang handal 4. Mengembangkan model agribisnis perbenihan padi, hortikultura, bibit itik serta agribisnis lain
dalam ekosistem lahan rawa pasang surut tipe C/D
Lokasi
TTP berada di kawasan lahan petani atau komunitas yang di dalamnya terdapat fasilitas area milik
pemerintah daerah. Pemilihan lokasi harus didasarkan atas kriteria: a) merupakan sentra produksi atau kawasan prioritas pengembangan komoditas oleh Pemda setempat, b) terdapat lahan milik
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang dapat digunakan untuk pembangunan prasarana dan sarana pelayanan, dan c) lokasi merupakan kawasan pertanian, memiliki aksesibilitas yang
tinggi, dan mudah dijangkau masyarakat.
TTP Siak dilaksanakan di Desa Muara Kelantan, Kecamatan Sungai Mandau, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Jarak lokasi ke ibu kota kabupaten adalah 70 km dan ke ibu kota provinsi adalah 75
km. Lokasi berada pada wilayah tadah hujan yang dikelilingi oleh hutan tanaman industri. Komoditas unggulan saat ini adalah padi sawah pasang surut tipe C (tadah hujan), sawit.
Komoditas potensial adalah: sayuran dan itik
Sarana dan Prasarana yang Dibangun
Pada tahun 2016 dan 2017 dibangun sarana/prasarana untuk mendukung kegiatan perbenihan di
TTP. Sarana/prasarana tersebut selanjutnya harus diserahkan kepada Pemerintah Daerah untuk digunakan menumbuhkan dan membina calon-calon wirausaha pertanian, pelatihan, magang,
maupun menyediakan benih padi, bawang, dan bibit itik. Penyerahan fasilitas yang dibangun
kepada Pemda berarti menyerahkan tanggung jawab pengelolaan dan pemeliharaannya. Fasilitas yang diserahkan berupa:
Laporan Tahunan 2017
90
Tabel 50. Sarana/prasarana TTP Siak yang akan diserahkan ke pemda
No. Sarana/Prasarana Volume Tahun
1. Gedung kantor 1 unit 2016
2. Gudang prosesing 1 unit 2016
3. Gudang alsintan 1 unit 2016
4. Instore dryer 1 unit 2016
5. Menara Pantau 1 unit 2016
6. Pendopo 1 unit 2016
7. Pos satpam 1 unit 2016
8. Sumur, menara air tandon 1 unit 2016
9. Kandang itik 2 unit 2016
10. Gedung penetasan telur itik 1 unit 2016
11. Area parkir 1 unit 2016
12. Jembatan 1 unit 2016
13. Taman pekarangan 1 layanan 2016
14. Meubeler kantor 1 layanan 2016
15 Gudang benih 1 unit 2017
16 Lantai jemur 1 unit 2017
Kegiatan TTP
Pokok-pokok kegiatan yang dilaksanakan di TTP Siak tahun 2017 adalah: 1) Perbenihan padi, 2)
Perbenihan hortikultura, 3) Perbibitan itik, 4) Pasca panen padi danhortikultura, 5) Kelembagaan
tani dalam TTP, 6) Agrimart, 7) Mina padi, 8) Taman agroinovasi dalam TTP, 9) Kajian alsintan padi dan hortikultura, dan 10) Magang petani dan mahasiswa.
1. Perbenihan padi
Sejak tahun 2016, perbenihan padi sudah berlangsung selama 3 musim tanam dan perbenihan
hortikultura 2 musim tanam. Pada tahun 2016, perbenihan padi seluas 8 ha inti dan 50 ha dampak.
Seluas 25 ha diantaranya menerapkan teknologi jarwo super. Luas lahan inti perbenihan padi ditingkatkan menjadi 12 ha pada tahun 2017 dan dampak 50 ha. Pada tahun 2018 lahan inti akan
ditingkatkan menjadi 50 ha. Dengan luas 50 ha, perbenihan padi akan menghasilkan biaya yang cukup untuk mendanai TTP. Lahan inti mendapat suntikan modal dari TTP berupa pupuk,
herbisida, pestisida, benih, dan biaya operasional yang akan dikembalikan pada saat panen untuk
digulirkan pada musim berikutnya. Cara ini ditempuh karena salah satu permasalahan petani adalah kekurangan modal.
Teknologi perbenihan padi yang diintroduksikan dan dilatih kepada petani adalah:
penggunaan varietas unggul bermutu, teknik persemaian, teknik pengolahan tanah pada lahan keracunan besi, teknik pencucian besi, sistem tanam jajar legowo super, pengapuran dan
pemupukan, pengairan, roguing untuk membuang tanaman tipe simpang, panen, pasca panen
(pengeringan, grading, pengemasan), dan sertifikasi benih.
Permasalahan yang masih dihadapi dalam pengembangan tanaman pangan di Desa Muara Kelantan adalah: 1) produktivitas masih rendah, 2) pengelolaan air belum optimum, 3)
pengetahuan petani masih rendah, 4) penanganan pasca panen belum maksimal. Usaha yang
Laporan Tahunan 2017
91
dapat dilakukan untuk mengatasi ketiga permasalahan diatas adalah dengan perbaikan teknogi
budidaya tanaman pangan.
Inkubasi 12 orang petani kooperator sebagai calon wirausahawan perbenihan padi dilaksanakan secara kontinyu dalam bentuk pelatihan dan pertemuan lapang.Pembinaan dilakukana kepada
petani koperator perbenihan padi seluas 12 Ha. Benih yang digunakan adalah benih bersertifikat dan berlabel varietas Logawa, Inpari 30, dan Batang Piaman. Kerjasama kemitraan yang
ditawarkan pada perbenihan padi ini bertujuan untuk: a) mendapatkan benih sumber yang
memenuhi standar mutu dan bersertifikat, b) membina penangkar dalam memproduksi benih, c) meningkatkan pendapatan petani.
Gambar 79. Diskusi dengan petani di pendopo
Kegiatan kerjasama ini merupakan pelaksanaan produksi benih untuk 1 (satu) musim tanam
dengan kegiatan sebagai berikut: a) Penyiapan benih yang bersertifikat yang bersumber dari Balitbangtan, b) Persiapan lahan dan pengolahan tanah, c) Persemaian, d) Penanaman, e)
Pemupukan Dasar, f) Pemupukan susulan, g) penyiangan, h) pengendalian hama penyakit, dan i) Panen. TTP menyediakan pinjaman sarana produksi berupa pupuk, pestisida dan kebutuhan
sarana produksi lainnya yang dijual secara kedit oleh unit usaha Agrimart, dan pembayaran
dilakukan setelah petani kooperator selesai panen. Diharapkan dari kegiatan perbenihan padi ini, terjadi penguatan wirausahawan benih padi minimal 3 orang, yang didukung oleh
sarana/prasarana dan gudang benih dari TTP Siak.
Tabel 51. Petani kooperator perbenihan padi No. Nama Alamat Varietas Luas
(Ha) Kelas Awal
Kode LOT
Tanggal Semai
Tanggal Tanam
1 Arifin S. Mandau Batang Piaman 1 SS ARF 7-Apr-17 28-Apr-17
2 Darnawi S. Mandau Batang Piaman 1 SS DNW 7-Apr-17 28-Apr-17
3 Taryana S. Mandau Logawa 1 SS TYN 5-Apr-17 20-Apr-17
4 Aceng S. Mandau Batang Piaman 1 SS ACG 7-Apr-17 29-Apr-17
5 Masmin S. Mandau Inpari 30 1 SS MAS 7-Apr-17 27-Apr-17
6 Apisudin S. Mandau Inpari 30 1 SS HFZ 12-Apr-17 2-May-17
7 Rusli S. Mandau Inpari 30 1 SS RSL 12-Apr-17 2-May-17
8 Sudarman S. Mandau Inpari 30 1 SS SDR 13-Apr-17 5-May-17
9 Sunarto S. Mandau Inpari 30 1 SS SNT 12-Apr-17 3-May-17
10 Amran S. Mandau Batang Piaman 1 SS AMR 17-Apr-17 6-May-17
11 Marmin S. Mandau Logawa 1 SS MRM 12-Apr-17 30-Apr-17
12 Suparjo S. Mandau Batang Piaman 1 SS SPJ 12-Apr-17 30-Apr-17
Jumlah
12
Persemain yang dilakukan petani diarahkan untuk penanaman manual dan penanaman
menggunakan transplanter. Persemaian dilakukan sekitar minggu pertama dan kedua bulan April dan penamana dilakukan sekitar minggu pertama Mei.
Laporan Tahunan 2017
92
Tanah diolah, dicangkul atau dibajak dan dibiarkan dalam kondisi macak-macak selama minimal 2
hari, kemudian dibiarkan mengering sampai 7 hari agar gabah yang ada dalam tanah tumbuh. Setelah itu, tanah diolah kembali sekaligus membersihkan lahan dari tanaman padi yang tumbuh.
Bedengan dibuat dengan tinggi 5-10 cm, lebar 110 cm dan panjang disesuaikan dengan ukuran petakan atau sekitar 400 m2 per hektar pertanaman. Tabur benih secara merata pada persemaian.
Pupuk persemaian dengan urea, TSP dan KCl masing-masing sebanyak 15 g/m2. Benih direndam selama 24 jam, kemudian diperam selama 48 jam, lalu disebarkan di persemaian.
Penggunaan pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah. Kebutuhan tanaman terhadap N dapat diketahui dengan mengukur tingkat kehijauan warna daun
menggunakan Bagan Warna Daun (BWD). Kapur dolomite diberikan seminggu sebelum tanam dengan dosis 1 ton/Ha, kemudian pada saat sehari sebelum tanam (pemupukan dasar) diberikan
TSP dengan dosis 100 kg/ha. Pemupukan berikutnya Urea sebanyak 75 kg/Ha dan KCl sebanyak
50 kg/Ha, dan pemupukan susulan diberikan Urea sebanyak 65 kg dan KCl sebanyak 50 kg/ha.
Dalam pengendalian gulma di lahan dilakukan dengan penyemprotan menggunakan herbisida. Beberapa gulma masih ada yang tumbuh, untuk itu dilakukan juga penyiangan. Penyiangan
dilakukan dengan cara manual, gulma yang tumbuh dicabut dan dibenamkan ke dlam tanah.
Penyiangan merupakan suatu kegiatan mencabut gulma yang berada di antara sela-sela tanaman
padi dan sekaligus menggemburkan tanah. Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan karena menurunkan hasil. Penyiangan bertujuan untuk membersihkan tanaman yang
sakit, mengurangi persaingan penyerapan hara, mengurangi hambatan produksi anakan dan mengurangi persaingan penetrasi sinar matahari. Penyiangan dilakukan dengan cara manual,
kimiawi dan mekanis.
Pada kegiatan perbenihan, perlu dilakukan roguing. Kegiatan roguing adalah membuang tanaman-
tanaman menyimpang, yang dapat dilakukan pada fase bibit, fase vegetatif dan fase reproduktif. Tipe simpang dapat muncul karena tanaman memiliki keragaman yang luas dan benih yang
digunakan berasal dari hasil persilangan. Pemeriksaan lapang dilakukan pada fase vegetatif dan generatif.
Gambar 80. Kegiatan roguing dengan anak mahasiswa UNRI
Rouging pada stadia generatif akhir dilakukan pada saat umur tanaman sekitar 100-115 HST.
Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun yang
lain. Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dengan sebagian besar rumpun-rumpun yang lain. Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dengan sebagian
besar rumpun-rumpun yang lain. Tanaman/rumpun yang terlalu cepat matang/menguning (mencolok). Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah, warna gabah, daun ujung
gabah (rambut/tidak berambut) berbeda.
Panen dilakukkan pada kondisi tanaman 90-95% malai telah menguning atau fase masak fisiologis,
yang ditandai dengan jerami menguning dan pangkal malai sudah mengeras.
Laporan Tahunan 2017
93
Gambar 81. Panen
Panen dilakukan secara manual menggunakan sabit gerigi. Dua baris tanaman padi yang paling
pinggir dipisahkan dan tidak digunakan sebagai calon benih. Panen dengan cara memotong batang jerami dengan sabit gerigi. Selanjutnya dirontohkan menggunakan tresher, kemudian dimasukkan
dalam karung. Setelah selesai panen gabah diberi label LOT penakar, tanggal panen, dan nama varietas. Selanjutnya gabah di bawah dibawa ke gudang penyimpanan dan dilanjutkan dengan
proses pengeringan. Hasil panen gabah padi selengkapnya disajikan pada Tabel ….
Tabel 52. Hasil panen gabah calon benih pada MT I 2017
No. Kode LOT Produksi GKP (kg) Produksi GKG (kg)
1 ARF 916 663
2 DNW 1,574 1,242
3 TYN 1,370 1,008
4 ACG 1,102 828
5 MAS 872 405
6 HFZ 425 280
7 RSL 1,313 880
8 SDR 662 430
9 SNT 740 315
10 AMR 1,041 611
11 MRM 3,842 2,850
12 SPJ 1,767 1,354
10,866
2. Perbenihan hortikultura
Perbenihan bawang merah telah memasuki musim ke-2, dilaksanakan di lahan 0,5 ha, dan melibatkan 5 orang calon wirausahawan perbenihan bawang merah. Pada musim tanam I sumber
benih adalah umbi sedangkan pada MT II dikembangkan sumber benih asal biji (TSS). Perbenihan asal biji dilaksanakan di bawah shading net.
Pembuatan guludan untuk bawang merah telah mencapai 30%. Kondisi lahan yang berair dengan kadar lempung dan liat sangat tinggi menyebabkan pekerjaan berjalan lambat. Salah satu
permasalahan budidaya bawang merah di lahan pasang surut adalah tingginya kadar besi dan padatnya tekstur tanah. Tanah di lokasi TTP mengandung 52% debu, 47% liat, dan 1% pasir.
Tekstur tanah seperti ini sulit digemburkan dan perlu tambahan bahan organik yang tinggi. Lapisan
subsoil yang kaya besi terangkat ke permukaan guludan sehingga diperlukan upaya pembenahan tanah sebelum ditanami. Upaya yang harus dilakukan adalah menaburkan kapur pertanian, bahan
organik, sekam padi, dan tanah mineral hitam. Tanah mineral dan sekam padi ditaburkan pada lapisan atas guludan sehingga benih bawang yang ditanam tidak kontak langsung dengan subsoil.
Laporan Tahunan 2017
94
Gambar 82. Persiapan guludan untuk menanam bawang merah
Permasalahan pasca panen terutama pengeringan diatasi dengan membangun instore drying yang dilengkapi mesin blower/pengering dan gudang penyimpanan khusus.
Untuk meningkatkan kemampuan petani dalam budidaya bawang merah telah dilaksanakan 2 kali pelatihan yang melibatkan 70 orang petani. Selain itu dilaksanakan juga pelatihan pembuatan
kompos.
Perbenihan tanaman buah-buahan dilaksanakan di lahan 4 ha dengan berbagai jenis buah tropis.
Bibit yang ditanam adalah benih sumber sehingga TTP dapat menjadi pusat pengembangan bibit buah-buahan berkualitas di Kabupaten Siak.
3. Perbibitan Itik
Perbibitan itik melibatkan 4 orang calon wirausahawan. Sebanyak 500 ekor DOD dan 1000 butir
telur untuk ditetaskan telah dipesan dari Balitnak Ciawi. Teknologi yang diintroduksikan adalah:
system pembesaran dan pemeliharaan itik semi intensif, teknik perkawinan system alam dengan perbandingan jantan : betina adalah 1:4, dan teknik penetasan. Untuk mendapatkan daya tetas
yang tinggi, telur yang ditetaskan berasal dari sistem pemeliharaan dengan perbandingan jantan : betina = 1 : 4. Telur-telur dibersihkan menggunakan 2,7 kg Na2CO2 ( Sodium bicarbonate) dan 6
liter Chlorin dalam 400 liter.
Pada bulan Desember 2017, ternak itik sudah siap dipisahkan antar jenis karena sudah memasuki
umur bertelur. Selanjutnya akan dikembangkan kegiatan perbibitan itik dan budidaya itik petelur skala rumah tangga, perkawinan, dan penetasan telur.
Gambar 83. Itik siap dikawinkan
Hasil kegiatan Perbibitan Itik dalam Kawasan Taman Teknologi Pertanian yang telah dilaksanakan pada Tahun 2017 diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a) Fasilitasi pengadaan Day Old Duck (DOD) sebagai materi awal perbibitan ternak itik untuk
dikembangkan telah terlaksana dengan baik sebanyak 500 ekor. b) Peningkatan pengetahuan petani pembibit ternak itik melalui pemeliharaan itik pada setiap
tahapan periode sejak starter, grower dan layer terlaksana dengan baik. Tingkat pemeliharaan sangat bagus dengan angka mortalitas hingga periode layer hanya sekitar 2,2% dari jumlah
populasi awal 500 ekor.
Laporan Tahunan 2017
95
c) Usaha tani perbibitan itik untuk meningkatkan penambahan pendapatan keluarga sudah
menunjukkan hasil dengan adanya produksi telur dan hasil ikutan pupuk kandang yang dapat dijual.
d) Adaptasi Day Old Duck (DOD) itik Alabio dan itik Mojosari dapat dikembangkan di daerah lokasi Taman Teknologi Pertanian Siak.
4. Kajian Pascapanen Mendukung Taman Teknologi Pertanian
Pascapanen Padi untuk Benih Pengeringan.
Pembersihan (cleaner) Penyimpanan
Pengemasan
Kegiatan perbenihan padi melibatkan 12 orang petani kooperator dengan luas lahan 12 ha. Panen
dilaksankan pada bulan Agustus 2017. Setelah dipanen,penjemuran dilakukan dengan menggunakan alas terpal. Proses selanjutnya adalah pemisahan biji hampa. Karena belum ada
seed cleaner, maka proses pemisahan dilakukan secara manual dengan menggunakan bantuan power threaser. Hal ini menyebabkan proses pemisahan berulang-ulang dan memerlukan waktu
yang lama. Proses pengeringan kedua dilakukan untuk menurunkan kadar air dibawah 11%.
Selanjutnya dilakukan proses pengambilan sampel untuk diuji.
Permasalahan yang dihadapi dalam proses penanganan padi ini adalah: 1. Tempat prossesing masih banyak terdapat lubang baik itu ventilasi maupun lubang lainnya
sehingga burung dan tikus masuk ke dalam ruangan dengan leluasa. Sudah dilakukan
penutupan lubang sehingga burung tidak bisa masuk ke ruangan, tetapi tikus masih bisa masuk ke dalam ruangan dan memakan padi
2. Waktu pemanenan pada musim hujan yang menyulitkan proses penjemuran. Hal ini menyebabkan ruang prossesing menjadi lembab sehingga kadar air gabah mudah meningkat.
Tabel 53. Petani kooperator pada perbenihan padi di TTP Siak
No Nama Varietas Luas (ha) Produksi (kg)
1 Arifin Batang Piaman 1 916
2 Darnawi Batang Piaman 1 1.574
3 Taryana Logawa 1 1.370
4 Aceng Batang Piaman 1 1.101
5 Masmin Inpari 30 1 872
6 Apisudin Inpari 30 1 1.130
7 Rusli Inpari 30 1 1.313
8 Sudarman Inpari 30 1 662
9 Sunarto Inpari 30 1 740
10 Amran Batang Piaman 1 1.041
11 Marmin Logawa 1 3.142
12 Suparjo Batang Piaman 1 1.354
Total 12 15.215
Gambar 84. Proses penjemuran padi dan padi di ruang prosesing setelah dijemur
Laporan Tahunan 2017
96
Pengolahan cabai
Proses pembuatan cabai kering menggunakan cabai merah atau cabai rawit yang masih segar. Setelah dihilangkan tangkainya, dilakukan blanching menggunakan air mendidih selama 3-5 menit.
Pengeringan dapat dilakukan menggunakan sinar matahari atau pengering buatan. Cabai kering dikemas menggunakan kemasan yang kedap udara untuk menjaga mutunya. Cabai bubuk dibuat
dari cabai kering dengan cara diblender kemudian dikemas dengan kemasan kedap udara.
Cabai yang diguanakan adalah cabai merah dengan kriteria sudah cukup matang dan berwarna
merah merata. Cabai yang busuk dan tidak bagus dipisahkan, kemudian tangkainya dibuang. Cabai dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran yang ada. Biji cabai bisa dibuang atau tetap
diikutkan, sesuai selera. Selanjutnya cabai diblansing dengan air mendidih selama 3-5 menit untuk
mengurangi mikrobia permukaan, kontaminasi kimia, dan inaktivasi enzim. Blansing juga mengurangi rasa pahit pada produk cabai kering dan mempertahankan warna.
Pengeringan dapat digunakan menggunakan sinar matahari atau mesin pengering. Pengeringan
menggunakan sinar matahari selama 5-7 hari. Sedangkan menggunakan mesin pengering pada suhu 70oC selama 3 hari hingga diperoleh kadar air kurang dari 14%. Cabai kering dikemas
menggunakan kemasan plastik yang bersih dan kedap udara. Bila ingin digunakan, cabai kering
bisa direhidrasi dengan cara direndam dalam air panas hingga mengembang dan lunak.
Pembuatan cabai bubuk dengan cara menghancurkan cabai kering menggunakan blender. Cabai bubuk dikemas menggunakan kemasan plastik kedap udara dan disimpan di tempat yang kering.
Abon cabai dibuat menggunakan campuran cabai bubuk, garam, bawang putih, bawang merah,
dan teri. Abon cabai merupakan produk siap santan sehingga lebih praktis penggunaanya
Gambar 85. Proses Pengeringan Cabai menggunakan mesin pengering
Gambar 85. Cabai bubuk dan Abon cabai
Pembuatan tepung kasava Tepung kasava adalah tepung yang terbuat dari ubi kayu/ kasava dengan proses fermentasi starter
Bimo-CF mengandung mikroba bakteri asam laktat. Proses pembuatan tepung kasava adalah ubikayu dikupas, dicuci, disawut dan difermentasi, ditiris, dikeringkan, ditepung, diayak dan
dikemas. Fermentasi mempergunakan starter BIMO-CF dengan dosis satu kg/ton sawut singkong
ke dalam 1 m3 air dengan lama fermentasi 12 jam.
Laporan Tahunan 2017
97
Keunggulan tepung kasava antara lain: serat pangan yang tinggi dapat mencegah sembelit dan
mencegah kanker kolon,kalsium tinggi bermanfaat untuk kesehatan tulang, skopoletin bermanfaat untuk menetralkan darah, tidak mengandung gluten sehingga tidak menyebabkan alergi dan
bermanfaat bagi anak berkebutuhan khusus, warna lebih putih, tidak berbau singkong/gaplek, tidak pahit, mengembang manfaat (dapat dijadikan bahan baku kue, roti, cookies, mie, gorengan,
kerupuk, beras singkong, beras analog, tiwul insan, dll) , dapat menghasilkan cita rasa yang lebih renyah dan kress pada aneka kue kering
Pembuatan tepung kasava menggunakan starter Bimo-CF yang mengandung bakteri asam laktat untuk memfermentasi ubi kayu. Starter BIMO-CF dibuat dari bahan baku pembawa berupa tepung
ditambahkan bahan pengaya nutrisi konsentrasi tertentu untuk meningkatkan efektivitas dan stabilitas. Bakteri Asam Laktat. Selain itu starter BIMO-CF dapat menghasilkan tepung dengan
warna yang lebih putih, menghilangkan rasa pahit dan menghilangkan aroma kasava tersebut.
Gambar 86. Perendaman ubi kayu dalam larutan starter Bimo-CF dan penjemuran
Gambar 87. Tepung Kasava
5. Taman Agroinovasi dan Mina Padi
Mina padi merupakan integrasi antara ikan dan tanaman padi. Luas lahan untuk mina padi sekitar
15 m x 26m. Kegiatan mina padi dilakukan di 2 lokasi yaitu di dekat areal pertanaman pepaya dan
cabai, dan di dekat saung. Adapun persiapan lahan yang dilakukan antara lain membersihkan lahan dari rumput-rumput liar, tunggul-tunggul pohon, dan semak belukar lainnya. Selanjutnya
pemberian dolomit dan pupuk kandang untuk meningkatkan kesuburan tanah. Di bagian dalam lokasi mina padi, telah dibuat kolam untuk budidaya ikan, sebagai bagian dari kegiatan mina padi.
Gambar 88. Penaburan Ikan
Taman agroinovasi dengan menanam pepaya dan cabai. Tanaman pepaya yang merupakan bagian dari taman agroinovasi luasnya sekitar 26m x 50m. Untuk pertanaman pepaya, lahan dibersihkan
dengan cara kimiawi, dimana dilakukan penyemprotan dengan menggunakan Garlon dan
Laporan Tahunan 2017
98
Gramoxon. Setelah itu, lahan dibentuk bedengan-bedengan untuk pertanaman pepaya yang
berukuran sekitar 3 m. Adapun persiapan lahan pepaya yang dilakukan adalah terlebih dahulu pemasangan ajir yang bertujuan untuk memudahkan dalam pembuatan lubang tanam pepaya.
Lubang tanam papaya sebanyak 300 lubang tanaman dengan ukuran 40 cmx 40 cm x 25 cm dengan jarak tanam 3 m x 2,5 m. Setelah itu langsung dilakukan aplikasi dolomite sebanyak 1 kg
per lubang tanam dan pupuk kandang sebanyak 5 kg per lubang tanam. Setelah dilakukan penanaman pepaya, maka dilanjutkan dengan pemberian pupuk susulan yang terdiri dari NPK (200
gram/batang), TSP (150 gram/batang) dan KCl (100 gram/batang).
Gambar 89. Penyiangan Gulma
Selain, penanaman pepaya, pada kegiatan taman agroinovasi juga dilakukan penanaman cabai. Untuk persiapan lahan tanaman cabai sebelum tahap pembuatan bedengan terlebih dahulu telah
dilaksanakan pengolahan tanah sempurna, menggunakan handtraktor. Bedengan cabai dibentuk
dengan ukuran panjang 20 m dan lebar 1,2 m. Selanjutnya dilakukan pemberian pupuk kandang dan dolomite untuk memperbaiki struktur tanah dan mengurangi tingkat kemasaman tanah.
Setelah bedengan siap dilakukan pemasangan mulsa, mulsa yang digunakan adalah mulsa plastik
yang panjangnya 250 m dan lebarnya 120 cm. Sebelum dilakukan pemasangan mulsa juga
dilakukan penambahan pupuk kandang kebedengan cabai karena tanah di lokasi cukup masam.
Jarak tanam yang pada tanaman cabai adalah 50 x 60 cm. Bibit cabai yang ditanaman adalah cabai rawit hijau dan cabai merah. Selanjutnya penanaman cabai dilakukan dengan menggali
lubang tanam yang telah dibuat tadi, kemudian memasukkan bibit cabai merah yang berumur 28 hari dan bibit cabai rawit hijau berumur 50 hari yang merupakan bibit dari Gertam Cabai BPTP
Riau.
Pada saat ini penanaman dilakukan sebanyak 6 bedengan cabai, cabai rawit hijau 3 bedengan dan
cabai merah 3 bedengan. Kemudian 4 bedengan sisa akan dilakukan penanaman cabai rawit putih.
Gambar 90. Bendengan cabai rawit
6. Inkubasi Calon Wirausaha dan Pelatihan-pelatihan
Usaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan calon wirausahawan, TTP Siak telah
melaksanakan berbagai pelatihan, yaitu pelatihan perbenihan padi, pelatihan perbenihan hortikultura, pembuatan kompos, pengendalian hama dan penyakit tanaman, budidaya
Laporan Tahunan 2017
99
hortikultura, dan pelatihan kelembagaan. Pelatihan kelembagaan bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan calon-calon pengurus TTP agar dapat mandiri setelah TTP diserahkan ke Pemda. Sebanyak 40 orang pengurus dan calon pengurus telah dibekali dengan kemampuan managemen
dan wirausaha.
Gambar 91. Pelatihan membuat kompos jerami
Gambar 92. Pelatihan perbenihan padi dan bawang merah
Gambar 93 Pelatihan pengendalian hama dan penyakit tanaman
Pelatihan perbenihan padi, bawang merah dan pembuatan kompos dilaksanakan di gedung kantor
TTP Siak. Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan oleh TTP dilaksanakan untuk mengawali musim tanam I tahun 2017. Pelatihan bertujuan untuk merespon kebutuhan petani dan stakeholder akan
informasi dan teknologi perbenihan padi dan bawang merah.
Pelatihan diisi dengan penyampaian materi Perbenihan Padi oleh Ir. Dorlan Sipahutar, MP,
Perbenihan Bawang Merah dengan Biji (TSS) oleh Sri Swastika, SP, Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Pada Bawang Merah oleh Suhendri, SP., Pembuatan Kompos dan Media
Tanam Untuk Lahan Keracunan Besi oleh Nurhayati, SP., M.Si. Usai penyampaian materi, acara dilanjutkan dengan praktek pembuatan kompos dan media tanam, praktek persemaian benih
bawang merah asal biji (TSS), dan praktek persemaian padi.
Selain pelatihan, untuk menyebarluaskan kegiatan TTP ini dilakukan kerjasama dengan stasiun
TVRI Pekanbaru melalui peliputan kegiatan di lapangan.
Gambar 94. Liputan TVRI Pekanbaru pada kegiatan TTP Siak
7. Magang Mahasiswa dan Petani
TTP siak juga berfungsi sebagai tempat magang bagi mahasiswa dan petani dari luar daerah.
Mahasiswa yang magang di TTP membantu para peneliti dalam menerapkan inovasi teknologi,
Laporan Tahunan 2017
100
pengkajian dan penelitian. Pada tahun 2017, mahasiswa dari Universitas Riau 10 orang dan
Politeknik Payakumbuh Sumatera Barat 5 orang sudah mengikuti magang perbenihan padi di TTP Siak. Selain itu, TTP juga sudah memberangkatkan 1 orang petani dan 1 orang tenaga lapang
untuk magang pengendalian OPT dan perbenihan hortikultura di Jawa Barat.
Gambar 95. Magang mahasiswa Universitas Riau di TTP Siak
Gambar 96. Magang mahasiswa Universitas Islam Riau di TTP Siak
8. Kebun Buah-buahan dan Pembibitan Hortikultura
Untuk membiayai aktivitas TTP secara berkelanjutan harus ada sumber pendapatan selain dari
bantuan pemerintah daerah. Sumber pendapatan yang sudah disiapkan adalah margin dari penjualan benih padi, hortikultura, bibit itik, bibit tanaman buah, dan buah-buahan. Di lokasi TTP
sudah mulai ditanam tanaman buah-buahan untuk rencana 1000 pohon, yang terdiri dari jambu air citra, jambu madu, jambu biji kristal, pepaya, alpukad, manggis, pisang, sirsak, lengkeng,
belimbing, jeruk, durian, nangka, dan sawo. Sebanyak 1000 guludan individu untuk menanam bibit
tanaman buah telah disiapkan. Guludan individu dibuat dengan meninggikan permukaan tanah 60-80 cm dengan lebar 1 meter dan panjang 1 meter. Di tengah-tengah guludan dibuat lobang tanam
berukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm, ditaburi kapur dolomite 2 kg kemudian dimasukkan media tanam yang telah diinkubasi. Media tanam terdiri dari tanah hitam, sekam padi, pupuk kandang
dengan perbandingan 3 m3 tanah hitam : 1,5 m3 sekam padi : 0,75 m3 pupuk kandang : 3 kg
pupuk NPK. Bahandiinkubasi selama 2 minggu.
Selain itu diusahakan juga tanaman buah semusim, cabai, dan sayur-sayuran sebagai sumber pendapatan jangka pendek. Ikan yang dipelihara dengan pola mina padi juga diharapkan menjadi
sumber penghasilan. Sebanyak 2 unit mina padi telah dibuat.
Gambar 97. Lubang tanam tanaman buah-buahan
Pekarangan gedung kantor ditanami cabai, pepaya, dan nenas. Salah satu buah-buahan yang akan ditanam di lokasi TTP dan menjadi sumber pendapatan TTP yang cepat adalah pepaya. Pada
Laporan Tahunan 2017
101
umumnya pepaya dapat tumbuh dimana-mana tetapi faktor kejenuhan air di lokasi TTP dapat
menjadi penghambat dalam budidaya pepaya, oleh karena itu lahan perlu dibuat guludan.
9. Melakukan Inisiasi Pengembangan Agrimart Tingkat Kabupeten
Koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Siak telah dilaksanakan untuk memberikan informasi
serta menerima masukan dari Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Siak. Agrimart merupakan bagian
dari kegiatan yang menunjang pelaksanaan Taman Teknologi Siak. Agrimart selain mendisplaykan teknologi unggulan, juga menjual produk-produk mitra binaan sehingga pemanfaatan teknologi
dan dikembangkan oleh dunia usaha. Pada kesempatan tersebut Kepala Dinas Pertanian memberikan beberapa saran yang juga seiring dengan apa yang akan dilakukan pada kegiatan
Agrimart, diantaranya adalah:
Berharap nantinya adanya pembedaan agrimart bila dibandingkan dengan toko toko barang harian atau mini market yang ada, yaitu Agrimart tidak hanya menjual barang kebutuhan
sehari hari, kalau dapat produk dari hasil pertanian dari Kabupaten Siak umumnya, dan hasil pertanian TTP khususnya.
Adanya pembinaan dan pengembangan produk, baik dalam bentuk bimbingan dan pendampingan teknologi terhadap produk yang dihasilkan masyarakat seperti tampilan, cita
rasa dan pengemasan serta penganeka ragaman produk.
Untuk menggali lebih dalam keragaman produk yang telah dihasilkan oleh Kabupaten Siak disarankan juga untuk berkoordinasi dengan dinas terkait di Kabupaten Siak yang membidangi
usaha kecil menengah dan perdagangan seperti Dinas Perdagangan dan Perindustrian.
Inisiasi Pengembangan Agrimart Tingkat Kecamatan Kecamatan Sungai Mandau merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Minas yang dimekarkan
menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Sungai Mandau dan Kecamatan Minas yang dilaksanakan pada tahun 2001 berdasarkanpada Perda No. 13 Tahun 2001 yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Siak
Kecamatan Sungai Mandau terdiri dari 9 desa dengan 27 Rukun Warga (RW) dan 58 Rukun
tetangga (RT). Desa terluas adalah Desa Tasik Betung yang merupakan desa dengan posisi paling jauh dari pusat pemerintahan.
Data tahun 2015 jumlah penduduk Kecamatan Sungai Mandau berjumlah 7.519 jiwa. Sebagian
besar penduduk tinggal di Desa Sei Selodang; yakni sebanyak 12,83 persen, dan pada umumnya
petani yang ikut berkontribusi dalam usahatani ke Desa Muara Kelantan.
Petani yang berusahatani di wiayah bukaan baru Muaro Kelantin berasal dari Desa Sei Selodang .1.293 jiwa, Desa Lubuk Jering 1.125 jiwa dan Desa Muaro Kelantan 1.124 jiwa. Jumlah penduduk
Kecamatan Sungai Mandau relatif sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk kecamatan
kecamatan lain di Kabupaten Siak; dari persentase luas wilayah yang hampir 20 persen dari total wilayah Kabupaten.
Seperti mayoritas kecamatan di Kabupaten Siak, Kecamatan Sungai Mandau produksi sektor
pertanian yang paling besar disumbangkan oleh hasil perkebunan kelapa sawit. Selain itu, produk pertanian yang menonjol di Kecamatan Sungai Mandau adalah produksi karet. Produksi tanaman
bahan makanan yang dihasilkan di kecamatan ini adalah padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar.
Tentang kegiatan agrimart untuk tingkat kecamatan saran dan masukan dari tingkat kecamatan
dan desa perlu dilakukan iventarisasi dan identifikasi yang mendalam sekaligus pembinaan khususnya terhadap tiga desa yaitu Desa Muaro Kelantan, Desa Lubuk Jering dan Desa Sei
Selodang. Ketiga desa ini merupakan desa terdekat dan juga berusahatani di wilayah TTP Siak.
Adapun produk komersial yang bisa dimasukkan ke agrimart diantaranya adalah hasil padi sawah
dalam bentuk beras, hortikultura, sayuran, nangka dalam bentuk keripik, kipang, hasil kerajinan
Laporan Tahunan 2017
102
masyarakat Muaro Kelantan Produk ini merupakan hasil karya dari wilayah , dan dapat juga
diintroduksikan produk inovasi dari BPTP Balitbangtan Riau.
Pemerintah kecamatan dan desa menyambut baik dengan adanya agrimart di lokasi TTP sehingga menambah semangat masyarakat dalam beragribisnis karena tingkat kosumsi masyarakat yang
dipengaruhi oleh jauhnya tempat mendapatkan produk yang mereka butuhkan.
Gambar 98. Agrimart
Finalisasi penataan ruangan dan penataan rak-rak produk. Rak – rak akan digunakan untuk menjual produk-produk bibit tanaman hortikultura (bibit cabai, bibit pepaya merah delima, bibit
bawang dan bibit jeruk), hasil olahan pascapanen pertanian, serta produk hasil-hasil penelitian dan
pengkajian Badan Litbang Pertanain yang di bagian depan kantor TTP Siak. Korner Agrimart ini juga berdekatan dengan lounge kopi tani, nantinya diharapkan pengunjung di kopi tani dapat
membeli produk-produk yang dijual di Agrimart.
Media Promosi Untuk lebih mensosialisasikan Taman Teknologi Pertanian Siak, pada tanggal 28 Agustus 2017
telah dilaksanakan Soft Lounching TTP Siak, yang dihadiri oleh Bupati Kabupate Siak. Sebagai salah satu bagian dari TTP, kegiatan Agrimart juga memerlukan persiapan dan penataan ulang
sehingga pada saat nya nanti kunjungan bapak Bupati Siak dapat menyuguhkan produk produk hasil inovasi dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Pada ajang promosi tersebut Agrimart melakukan memperagakan produk produk Agrimart, produk Agrimart yang dipromosikan kepada tamu yang datang, serta penjelasan terhadap produk produk
yang ditampilkan. Beberapa produk yang ditampilkan adalah beras kemasan 5 kg, benih padi 5 kg, produk olahan pasca panen seperti keripik pisang, telur asin, tempe kemasan, dan lainnya. Selain
itu juga buah papaya merah delima, bibit papaya dan benih cabe.
Gambar 99. Kunjugan Wakil Bupati Siak ke Agrimart
Agrimart memasarkan produk TTP melalui toko/market yang ada di lokasi TTP dan melalui
penjualan online. Pemasaran online membutuhkan strategi. Strategi tersebut bertujuan agar pemasaran menjadi berhasil dan target bisa tercapai. Strategi pemasaran yang dijalankan mampu
menjangkau seluruh kalangan. Langkah awal yang akan dilakukan adalah pembuatan profil foto
Laporan Tahunan 2017
103
dan video agrimart untuk promosi agrimart melalui media sosial. Salah satu promosi yang akan
dilakukan adalah kepada stakeholder yang bersedia untuk berpartisipasi dalam pemasaran produk di Agrimart TTP Siak.
Gambar 100. Media promosi dan Produk-Produk di Agrimart
10. Display Tanaman Padi
Display perbenihan tanaman padi dimaksudkan untuk menyediakan informasi setiap saat kepada
pengunjung mengenai jenis varietas yang sesuai dikembangkan di lahan keracunan besi dan teknik
pengelolaan tanaman di lapang. Display tanaman padi di TTP Siak memperagakan cara meningkatkan produktivitas padi pada musim tanam maupun di luar musim tanam. Pengelolaan
tanaman dimulai dari persiapan lahan, persemaian, penanaman, pemeliharaan, hingga panen. Persemaian menjadi faktor penting untuk menghasilkan bibit berkualitas baik. Selama ini petani
melakukan persemaian dengan kepadatan tinggi dengan luas persemaian 100 m2 untuk 25 kg
benih sehingga bibit yang dihasilkan kerdil. Persemaian yang ideal untuk menghasilkan bibit yang baik adalah 7,5-10% dari luas pertanaman atau 750 -1000 m2 untuk 25 kg benih (luas pertanaman
1 ha).
Persemaian benih padi dilakukan dengan sistem persemaian basah. Pada saat pengolahan tanah, lahan ditaburi kapur 100 g/m2 dan pupuk kandang 500 g/m2. Tanah dilumpurkan lalu dibentuk
guludan dengan lebar 1 m, tinggi 20 cm, dan panjang susuai kebutuhan. Benih padi yang dua hari
sebelumnya diperam ditaburkan di atas guludan kemudian ditutup dengan lumpur tipis. Varietas yang didisplaykan pada musim tanam I tahun 2017 adalah Inpari 34, Inpari 35, Bono Pelalawan,
Inpari Pelalawan, Mendol Pelalawan, dan 20 jenis galur tahan besi. Aplikasi pupuk urea di persemaian pada umur 7 hari setelah sebar (HSS) dengandosis 40 g/m2.
Gambar 101. Persiapan lahan untuk display VUB padi
11. Taman Pekarangan
Taman di depan kantor perlu diperbaiki karena tidak sesuai dengan teknis budidaya dan aspek keindahan. Tanaman tahunan ditanam pada jarak tanam sangat rapat, 1 hingga 2 meter antar
tanaman. Tanaman sudah ada yang mati.
Laporan Tahunan 2017
104
Gambar 102. Kondisi taman kantor yang dibangun tahun 2016
Gambar 103. Kondisi taman pekarangan pasca rehabilitasi
12. Kemitraan dengan Swasta
PT Bayer dan PT Panah Merah turut mendukung TTP Siak dengan kegiatan pengembangan
tanaman hortikultura, pupuk, dan pestisida. Perusahaan membuat display produknya di areal TTP Siak.
Tim dari perusahaan telah mengecek lokasi, mengetahui ketersediaan sarana/prasarana, air, dan kesediaan petani. Tim TTP Siak menjelaskan kondisi TTP kepada tim perusahaan dan
menggambarkan potensi yang dapat digarap perusahaan. Dari hasil survey lokasi, tim menyimpulkan bahwa lokasi TTP akan ditanami komoditas labu madu, cabai, terong putih, dan
sayuran lainnya.
Gambar 104. Kunjungan tim perusahaan swasta ke TTP Siak
Gambar 105. Panen sayur-sayuran bersama Camat Sei Mandau
Gambar 106. Model diversifikasi budidaya sayuran skala rumah tangga
Laporan Tahunan 2017
105
Gambar 107. Sosialisasi budidaya sayuran komersil skala rumah tangga
p. Penyediaan Sarana Produksi
Kemampuan ekonomi petani yang rendah untuk menyediakan benih bermutu, pupuk, herbisida, pestisida, dan modal kerja menyebabkan usahatani berjalan lambat dan kurang menguntungkan
karena produktivitas tanaman tidak optimal. TTP Siak membantu petani untuk membeli sarana
produksi dari Distributor di Desa Olak. Penjajagan sarana produksi dilaksanakan untuk menindaklanjuti permintaan petani agar dapat memperoleh pupuk dengan harga yang lebih
murah. Harga lebih murah dapat diperoleh jika pembelian langsung dilakukan di distributor dalam jumlah besar. Fasilitas yang diberikan TTP untuk menghubungkan petani dengan distributor pupuk
merupakan salah satu bentuk kemitraan kelembagaan.
Distributor pupuk di Desa Olak menyediakan Urea dan TSP. Untuk modal awal, telah diorder 100
sak Urea dan 30 sak TSP. Modal pengadaan pupuk ditanggung oleh TTP dan selanjutnya sarana produksi dipinjamkan kepada petani kooperator perbenihan padi, bawang merah, dan perbibitan
itik. Sarana produksi yang dipinjam melalui Agrimart TTP, akan dikembalikan setelah panen. Modal tersebut akan digulirkan kembali pada musim tanam berikutnya.
q. Soft Lounching TTP Siak
Soft launching TTP Siak dilakukan oleh Wakil Bupati Siak, Drs. H. Alfredi, M.Si didampingi Kepala BPTP Balitbangtan Riau pada tanggal 28 Agustus 2017. Turut hadir sebagai tamu undangan dalam
acara tersebut Dinas/Badan se-Provinsi Riau, Dinas/Badan se-Kabupaten Siak, Utusan perguruan tinggi dan perusahaan swasta, Camat Sungai Mandau, Danramil, Kepala Desa se-Kecamatan
Sungai Mandau, para peneliti dan penyuluh pertanian, para ketua kelompok tani, petani, dan
mahasiswa magang.
Taman Teknologi Pertanian Siak mencakup kawasan seluas 275 ha, sedangkan lahan yang dihibahkan oleh Pemda Kabupaten Siak mencapai 7.02 Ha, dengan komoditas utama padi,
hortikultura dan itik, sedangkan proses bisnis adalah penyediaan benih sumber padi dan
hortikultura bersertifikat serta bibit itik. Selain aspek teknologi, pada kawasan ini juga dibangun fasilitas fisik seperti kantor, gedung prosesing, gudang alsin, gudang benih, gudang pakan, instore
drying, lantai jemur, areal parkir, kandang itik, pendopo, menara pantau, agrimart, dan kebun bibit hortikultura. Pada akhir program seluruh asset pada Taman Teknologi Pertanian akan dihibahkan
ke Pemerintah Daerah Kabupaten Siak, sehingga pihak Pemda Kabupaten juga dari sekarang
harus memiliki strategi untuk penggelolaan asset TTP.
Pada acara ini Wakil Bupati Siak melakukan peninjauan dan panen ikan di areal mina padi, meninjau perbibitan itik, meninjau gedung yang dibangun, melakukan penanaman bibit pohon
durian sekaligus pencanangan 1000 pohon buah di areal TTP Siak, dan blok fondasi benih sumber buah-buahan. Selanjutnya peserta soft lounching meninjau agrimart dan lounge Kopi Tani di TTP
Siak.
Laporan Tahunan 2017
106
Gambar 108. Soft Lounching TTP Siak
r. Petani Pembibit Ternak Itik
Kegiatan perbibitan itik dalam kawasan Taman Teknologi Pertanian (TTP) Sei Mandau merupakan
salah satu bagian dari grand design pembangunan TTP Sei Mandau yang pada akhir kegiatan akan
diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten/masyarakat. Untuk itu dalam penentuan calon petani pembibit yang akan berperan penting dalam pengembangan perbibitan itik dalam kawasan TTP,
dilakukan secara selektif dengan memperhatikan kemampuan dan pengalaman berusaha ternak itik yang dimiliki calon petani pembibit. Kemampuan dan pengalaman peternak menjadi salah satu
faktor keberhasilan usaha tani pembibitan itik disamping faktor-faktor lainnya.
Secara umum petani di wilayah lokasi Taman Teknologi Pertanian Sei Mandau adalah petani
penggarap pada lahan sawah yang dikuasai oleh Pemerintah Kampung Muara Kelantan, Kecamatan Sei Mandau, Kabupaten Siak. Oleh sebab itu hampir semua masyarakatnya adalah
pendatang yang sudah bermukim di lahan tersebut sekitar 3 - 5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan petani secara ekonomis masih rendah oleh karena penguasaan lahan yang sangat
terbatas serta pengelolaan usaha tani yang belum mampu menopang kehidupannya ke arah yang
lebih baik. Untuk itu diperlukan penambahan cabang usaha tani yang dikelola petani dari kondisi yang ada sebelum kegiatan ini dilakukan. Salah satu kegiatan yang diharapkan mampu mengisi
cabang usaha tani tersebut adalah pembibitan itik sekaligus menghasilkan produksi telur konsumsi sehingga terjadi peningkatan pendapatan petani.
Penentuan petani pembibit ternak itik dilakukan dengan melakukan wawancara dan diskusi dengan
beberapa masyarakat yang memiliki keinginan untuk berusaha tani ternak itik. Beberapa
persyaratan yang dipenuhi oleh masyarakat yang terpilih sebagai petani pembibit terlihat seperti pada Tabel 1.
Tabel 54. Kriteria Petani Pembibit Itik
No. Kriteria yang harus dimiliki Petani 1 Petani 2 Petani 3
1. Memiliki pengalaman beternak itik √ √ √
2. Punya semangat berusaha √ √ √
3. Mampu bekerja dalam tim √ √ √
4. Punya waktu untuk usaha tani tambahan √ √ √
5. Domisili dekat dengan kandang itik √ √ √
Laporan Tahunan 2017
107
Dari hasil wawancara yang dilakukan untuk melihat kriteria yang dimiliki oleh petani seperti pada
Tabel 1 serta peninjauan ke lokasi kandang pembibitan itik ditetapkan petani pembibit itik dalam kegiatan Taman Teknologi Pertanian sebanyak 3 orang. Petani pembibit yang telah ditetapkan
akan melaksanakan seluruh kegiatan pembibitan itik yang diharapkan akan mampu meningkatkan pendapatan keluarga dengan penambahan cabang usaha tani ternak itik.
REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN
Wilayah Propinsi Riau yang luas, sarana dan prasarana transportasi yang terbatas dan media
komunikasi yang minim menyebabkan pelayanan BPTP Riau kepada stakeholders di daerah tidak optimal. Banyak lokasi yang tidak terjangkau kegiatan BPTP. Oleh karena itu, diperlukan strategi
baru dalam pelayanan dan diseminasi inotek kepada stakekeholders. Dimana stakeholders bisa mendapat informasi secara langsung atau virtual melalui teknologi informasi yang interaktif.
Berkaitan dengan percepatan diseminasi hasil-hasil penelitian dan peningkatan jejaring kerja serta
pelayanan kepada stakeholder, digagaslah sebuah program yaitu “Korner Pelayanan Interaktif Teknologi Agroinovasi (KOPI TANI)”. Melalui KOPI TANI diharapkan (1) terselenggara diseminasi
Agroinovasi dan komersialisasi produk bekerjasama dengan dunia usaha, (koperasi, swasta, BUMN/BUMD dan lainnya, (2) teradopsinya berbagai teknologi spesifik lokasi dan kegiatan
komersialisasi yang sekaligus mengembangkan unit agribisnis bagi mitra-mitra BPTP Litbang Pertanian, (3) diperolehnya nilai tambah produk dan peningkatan kesejahteraan masyarakat tani
melalui inovasi teknologi Balitbangtan.
Kegiatan KOPI TANI mencakup Pelaksanaan kegiatan diseminasi dan penyebaran informasi secara
lebih efektif dilakukan melalui penyediaan lounge layanan dan penggunaan saran IT yang telah berkembang saat ini seperti, Web Interaktif, Media jejaring sosial, Mobile Web dan Messaging
system (WA, SMS Broadcast, Line, Video Online, TV Web, Snapchat dan lain-lain).
Lokasi Pengkajian
Lounge KOPI TANI berada di Kantor BPTP Riau dan di lokasi Taman Teknologi Pertanian (TTP)
Siak, namun demikian melalui portal KOPI TANI yang berbasis internet diharapkan diseminasi inovasi teknologi pertanian dapat mencapai seluruh wilayah Provinsi Riau.
Manfaat 1. Hilirisasi dan penderasan teknologi dan produk agroinovasi Balitbangtan serta komersialis
produk-produk hasil penelitian. 2. Meningkatkannya kepuasan stakeholders pengguna terhadap pelayanan BPTP Riau.
3. Efektifitas dan efisiensi pada penggunaan SDM dan anggaran untuk kegiatan diseminasi
Inotek.
Dampak 1. Jejaring kerja dan diseminasi lebih efektif melalui media Teknologi Informasi terbaru dan
Korner layanan khusus.
2. Efisiensi SDM, anggaran dan waktu serta jangkauan yang lebih luas dan cepat dalam pelayanan publik di bidang pertanian, khususnya dalam diseminasi Inotek dan
pemanfaatan hasil hasil pengkajian. 3. Ke depan bisa menjadi model pelayanan online pengadaan barang (benih/bibit, bahan,
biologis, prototype, alsin, dan lain-lain), jasa (teknologi, perpustakaan, agrimart, arsip, data dan informasi, pelatihan, bimbingan teknis, dan lain-lain) dan pelayanan administratif
(surat ijin, rekomendasi teknis, hasil pengujian, dan lain-lain) untuk BPTP se-Indonesia.
Sesuai dengan kriteria keberhasilan, maka capaian pelaksanaan KOPI TANI ini telah sesuai dengan
target jangka pendek pelaksanaan yaitu :
Laporan Tahunan 2017
108
1. Tersedianya dua buah lounge “KOPI TANI”, sebagai sarana komunikasi interaktif teknologi
agroinovasi berupa space konsultasi tatap muka di BPTP Riau dan di TTP Siak. 2. Tersedianya sebuah Web Portal/Portal Interaktif “KOPI TANI” yang menggunakan teknologi IT
terbaru sebagai media virtual diseminasi teknologi agroinovasi BPTP Riau. 3. Selain itu, kriteria keberhasilan juga dapat dilihat dari adanya dukungan dari para stakeholder
serta berdasarkan survey diperoleh hasil adanya peningkatan pandangan stakeholder dari sebelum ada proyek perubahan database dengan setelah ada proyek perubahan yaitu dari sisi
kemudahan akses dan kepuasan stakeholder serta manfaat.
4. Dalam rangka menjaga agar proyek perubahan tetap berjalan secara berkelanjutan untuk jangka panjang, maka salah satu instrumen yang dibuat adalah melalui Surat Keputusan Tim
Kerja dan Instruksi Kerja. Penetapan pegawai untuk menginput database tertuang dalam SK Tim Kerja melalui Keputusan Kepala Balai yang berlaku selama setahun ke depan dan setiap
tahun direncanakan untuk dibuat surat keputusan yang baru dengan menyesuaikan personil
yang ada.
Gambar 109. Rapat Tim Efektif dan mendesain lounge serta web Kopi Tani
Gambar 110. Survey lokasi lounge Kopi Tani
Laporan Tahunan 2017
109
Gambar 111. Launching dan sosialisasi system diseminasi KOPI TANI
Gambar 111. Lounge Kopi Tani di Kantor BPTP Riau dan di TTP Siak
MODEL PERTANIAN BIOINDUSTRI TERPADU SAWIT-SAPI DI PROVINSI RIAU
Laporan Tahunan 2017
110
PENGKAJIAN INHOUSE
1. BUDIDAYA KEDELAI TOLERAN NAUNGAN DI LAHAN GAMBUT YANG DITANAMI
KELAPA SAWIT
Tujian kajian ini adalah untuk memperoleh data pertumbuhan vegetatif dan perkembangan generatif berbagai varietas kedelai dan mendapatkan 1 – 2 varietas unggul baru kedelai toleran naungan. Tempat dan Waktu Pengkajian Penelitian dilaksanakan di Kampung Muara Kelantan, Kec. Sungai Mandau, Kabupaten Siak pada tahun 2017. Lokasi merupakan lahan gambut dangkal (80 – 100 cm) yang ditanami kelapa sawit berumur 2 tahun. 1.1. Keragaan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman di Musim Tanam I
Pengamatan terhadap pertanaman 10 varietas unggul baru kedelai di bawah naungan pertanaman kelapa sawit Penanaman kedelai telah dilakukan pada akhir Mei 2017, namun serangan moluska yang tidak diduga menyebabkan sebagian besar tanaman musnah. Kondisi menyebabkan dilakukan penanaman kembali yang baru dapat dilakukan pada bulan Agustus 2017. Hasil pengamatan selama musim tanam pertama pada tahun 2017menunjukkan kondisi10 varietas kedelai yang diuji. a. Tinggi Tanaman
Hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman 10 varietas yang diuji pada musim tanam pertama pada tahun 2017 ditampilkan pada Tabel 2. Berdasarkan tabel 2 tersebut, tinggi tanaman tertinggi diperlihatkan oleh varietas Argomulyo setinggi 61,52 cm diikuti varietas Grobokan 51,29 cm. Di sisi lain varietas yang memperlihatkan tinggi tanaman terendah adalah varietas Anjasmoro 38.72 cm diikuti Burangrang 38,24 cm, tinggi tanaman terendah ini tidak berbeda nyata dengan beberapa varietas yang diuji lainnya, seperti Dering 1, Dena 1, Denas, Kaba dan Devon. Tabel 55. Keragaan tinggi tanaman kedelai pada musim tanam I
Varietas Tinggi Tanaman (cm)
Argomulyo 61.52 a Anjasmoro 38.72 d Dering 1 40.54 cd Dena 1 47.92 bcd Burangrang 38.24 d Grobokan 51.92 b
Denas 44.00 bcd Kaba 48.52 bcd Gema 50.16 bc Devon 45.72 bcd
Laporan Tahunan 2017
111
Keterangan :Angka pada kolom sama yang diikuti huruf kecil sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada tingkat kepercayaan 95%
Variasi antar varietas dalam memperagakan tinggi tanaman diduga sebagai respon tanaman terhadap intensitas cahaya yang diterima.Seperti dipahami bahwa tanaman kedelai ditanam di sela pertanaman kelapa sawit belum menghasilkan.Kondisi pertanaman kedelai yang berada di antara kelapa sawit menyebabkan intensitas cahaya yang diterima tidak sebanyak pada lahan terbuka.Salah satu bentuk adaptasi untuk memperoleh pencahayaan yang cukup, tanaman kedelai melakukan pemanjangan ruas sehingga sosoknya menjadi lebih tinggi dan dapat menerima cahaya lebih baik. b. Jumlah Cabang Primer
Tabel di bawah ini memperlihatkan keragaan jumlah cabang primer 10 varietas kedelai yang diuji pada musim tanam I tahun 2017. Cabang primer pada pertanaman kedelai dapat menjadi indikator banyaknya polong yang terbentuk pada tanaman tersebut, semakin banyak jumlah cabang primer maka diharapkan semakin banyak pula polong yang terbentuk. Pada tabel tersebut, cabang primer terbanyak ditunjukkan oleh varietas Grobokan dan Gema, namun kedua varietas ini memperlihatkan jumlah cabang primer yang tidak berbeda nyata dengan varietas Anjasmoro, Dena 1, Denas, Kaba dan Devon, sementara itu varietas Argomulyo, Dering 1 dan Burangrangmemperlihatkan jumlah cabang primer paling sedikit, namun ketiga varietas ini tidak berbeda nyata secara statistik dengan Anjasmoro, Dena 1, Denas, dan Kaba. Tabel 56. Keragaan jumlah cabang primer tanaman kedelai pada musim tanam I
Varietas Jumlah cabang primer (buah)
Argomulyo 1.88 b
Anjasmoro 2.32 ab
Dering 1 2.04 b
Dena 1 2.96 ab
Burangrang 1.88 b
Grobokan 3.36 a
Denas 2.28 ab
Kaba 3.00 ab
Gema 3.40 a
Devon 3.12 ab
Keterangan :Angka pada kolom sama yang diikuti huruf kecil sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada tingkat kepercayaan 95%
Jumlah cabang primer 10 varietas yang diuji berkisar antara 1,88 hingga 3,4 buah per tanaman, kondisi ini sebenarnya belum memperlihatkan kondisi optimal masing-masing varietas dalam memperagakan cabang primer. Belum tercapainya kondisi percabangan primer yang optimal diduga terkait dengan intensitas cahaya rendah yang diterima, sehingga tanaman lebih berupaya meninggikan tinggi tanaman dibandingkan memperbanyak jumlah cabang primer.
Laporan Tahunan 2017
112
c. Jumlah Polong Per Tanaman
Berdasarkan tabel di bawah ini terdapat keragaman yang cukup luas antar varietas dalam menghasilkan jumlah polong. Gema merupakan varietas yang memberikan jumlah polong terbanyak dibandingkan dengan varietas lainnya, kedua terbanyak dihasilkan oleh varietas Devon menyusul kemudian Denas, disisi lain Kaba memberikan jumlah polong paling sedikit, disusul oleh varietas Grobokan dan Dena 1, jumlah polong varietas lain berada diantara kedua kelompok tersebut. Variasi yang ditunjukkan varietas dalam menghasilkan jumlah polong selain ditentukan oleh keragaman genetik antar varietas, diduga pula sebagai pengaruh lingkungan tumbuh kedelai tersebut.Antar varietas terdapat keragaman dalam beradaptasi terhadap intensitas cahaya yang diterima. Pada pengkajian ini, varietas Gema memperlihatkan kemampuan adaptasi yang lebih baik dalam merespon cahaya rendah, varietas ini tetap memberikan jumlah polong terbanyak dibandingkan dengan varietas lain. Kaba merupakan varietas yang tidak cukup baik dalam merespon intensitas cahaya rendah, terlihat dari keragaan jumlah polong yang dihasilkan paling sedikit dibandingkan varietas lain. Tabel 57. Keragaan Jumlah Polong Per Tanaman Kedelai Pada Musim Tanam I
Varietas Jumlah polong/tanaman (buah)
Argomulyo 75.94 ef Anjasmoro 94.36 d Dering 1 91.26 de Dena 1 55.9 g Burangrang 90.00 de Grobokan 71.00 fg Denas 110.46 c Kaba 28.06 h Gema 186.34 a Devon 154.80 b
Keterangan :Angka pada kolom sama yang diikuti huruf kecil sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada tingkat kepercayaan 95%
Kondisi keragaan jumlah polong pertanaman yang ditunjukkan 10 varietas uji terdapat hal yang berbeda dengan hasil penelitian lain. Menurut Balitkabi sebagai perakit varietas unggul kedelai, Dena 1 merupakan varietas yang dapat beradaptasi baik terhadap itensitas cahaya rendah, namun pada penelitian ini varietas tersebut memberikan jumlah polong yang lebih sedikit dibandingkan dengan beberapa varietas lain. d. Jumlah Biji Per Polong
Keragaan jumlah biji per polong 10 varietas yang diuji ditampilkan pada tabel 5.Secara umum jumlah biji per polong tanaman kedelai berkisar antara 1 hingga 3 biji. Hasil analisis data memperlihatkan 9 varietas uji mempunyai jumlah biji per polong tidak berbeda nyata,dari tabel terlihat hanya Kaba yang menampilkan jumlah biji per polong lebih rendah dibandingkan dengan varietas lain, kecuali terhadap varietas Dering 1 dan Denas.
Laporan Tahunan 2017
113
Tabel 18. Keragaan jumlah biji per polong tanaman kedelai pada musim tanam I
Varietas Jumlah biji/polong (buah)
Argomulyo 2.54 a
Anjasmoro 2.90 a
Dering 1 2.50 ab
Dena 1 3.00 a
Burangrang 2.70 a
Grobokan 2.80 a
Denas 2.50 ab
Kaba 2.00 b
Gema 2.60 a
Devon 2.64 a
Keterangan :Angka pada kolom sama yang diikuti huruf kecil sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada tingkat kepercayaan 95%
Jumlah biji per polong memperlihatkan bahwa hampir semua varietas menampilkan jumlah biji yang sama. Kondisi ini memperlihatkan bahwa jumlah biji per polong lebih dikendalikan factor genetic daripada lingkungan, sehingga meskipun kondisi intensitas cahaya kurang, tanaman tetap menampilkan jumlah biji per polong tidak berbeda. e. Produktivitas
Keragaan produktivitas 10 varietas kedelai yang diuji seperti yang ditampilkan tabel 6 memperlihatkan variasi kemampuan varietas dalam memproduksi biji. Anjasmoro, dering 1, dan Gema menunjukkan produktivitas tertinggi dibandingkan varietas lain, namun secara statistik masih tidak berbeda nyata dengan varietas Argomulyo, Dena 1, Grobokan, Denas dan Devon. Tabel 59. Keragaan produktivitas tanaman kedelai pada musim tanam I
Varietas Produktivitas (ton/ha)
Argomulyo 1.63 ab
Anjasmoro 2.03 a
Dering 1 2.04 a
Dena 1 1.68 ab
Burangrang 1.41 b
Grobokan 1.69 ab
Denas 1.65 ab
Kaba 0.83 c
Gema 2.11 a
Devon 1.61 ab
Keterangan :Angka pada kolom sama yang diikuti huruf kecil sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada tingkat kepercayaan 95%
Varietas Kaba dalam pengkajian ini memperlihatkan hasil paling rendah dibandingkan dengan varietas lainnya.
Laporan Tahunan 2017
114
Varietas Gema menunjukkan produktivitas tinggi bersama varietas lain dibandingkan dengan Kaba. Hal ini diduga berkaitan dengan kemampuan varietas tersebut beradaptasi dengan lingkungannya.Hal ini terlihat dari konsistensi varietas tersebut dalam keragaan variable lain seperti Jumlah polong per tanaman dan jumlah biji per polong. 1.2. Kondisi Pertanaman Musim Tanam II Tahun 2017
Musim tanam pertama tahun 2017 telah memasuki masa panen pada bulan Oktober 2017, pertanaman musim tanam kedua dilakukan segera, benih didatangkan kembali dari Balitkabi Malang. Berdasarkan pada pengalaman musim tanam I, segera setelah dilakukan penanaman dilakukan aplikasi moluscisida sistemik untuk mencegah serangan keong pada pertanaman. Kondisi intensitas hujan tinggi menyebabkan gulma tumbuh dengan cepat, sehingga penyiangan intensif dilakukan.Selanjutnya dilakukan perawatan tanaman sesuai dengan kebutuhan di lapangan.Hingga akhir Desember 2017, tanaman kedelai berumur 41 hari, perkiraan panen minggu kedua Februari 2018. . Dari hasil kajian yang dilakukan, kecuali varietas Kaba, semua varietas yang diuji beradaptasi dengan baik pada lingkungan dengan naungan dan semua varietas kecuali Kaba dapat ditanam sebagai tanaman sela di pertanaman kelapa sawit belum menghasilkan.
a b
d e
g h
j k
c
f
i
l
Laporan Tahunan 2017
115
Gambar 112. Dokumentasi kegiatan di lapangan (a) koordinasi di kantor penghulu Muara Kelantan; (b) Peninjauan calon lokasi
(c) kondisi lahan calon lokasi; (d) ploting lahan; (e) aplikasi kapur; (f) Penanaman; (g,h) aplikasi moluscisida dan contoh keong; (i) pengamatan;
(j) kondisi pertanaman; (k) panen; (l) pengeringan
2. KAJIAN PENGEMBANGAN VUB PADI DAN JAGUNG UNTUK PERBAIKAN POLA TANAM
DI WILAYAH PESISIR PROVINSI RIAU
Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui daya adaptasi berbagai padi unggul baru tahan
salin di lahan pesisir yang diintrusi air laut, mengetahui pola tanam setahun spesifik lokasi
berdasarkan jenis cekaman dan lingkungan spesifik dan Memperoleh paket teknologi peningkatan produktivitas padi dan jagung di wilayah pesisir
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Pengkajian dilaksanakan di daerah pesisir Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau pada tahun 2017.
Perencanaan Musim Tanam I Tahun 2017
Perencanaan MT I dilaksanakan di Kelompok Tani Isoku Tani, yaitu kooperator kajian pengembangan VUB padi dan jagung untuk perbaikan pola tanam di wilayah pesisir Provinsi Riau.
Petani di Kelupauan Meranti biasanya memberakan lahan sawah setelah selesai panen musim
tanam reguler. MT reguler berakhir pada bulan Februari 2017 dan MT reguler selanjutnya jatuh pada bulan September 2017. Lahan akan bera selama 6 bulan. Ada beberapa alasan petani
memberakan lahan, yaitu: 1. Lelah bekerja di sawah, 2. Musim kemarau, 3. Petani tidak kompak untuk menanam di luar MT reguler, 4. Ada pekerjaan lain, 5. Tidak ada program pemerintah, dan
6. Takut gagal.
Perencaan tanam MT I 2017 diawali dengan kunjungan ke lahan petani untuk mengetahui
informasi peluang menambah musim tanam setelah MT reguler. Secara rata-rata petani yang dikunjungi berminat menanam di luar MT reguler, dengan syarat petani kompak dan ada bantuan
sarana produksi. Kondisi tersebut menunjukkan adanya peluang meningkatkan IP di lahan pesisir.
Hasil diskusi dengan pengurus kelompok tani Isoku Tani, PPL, dan aparat Desa Segomeng
diperoleh kesepakatan, yaitu: 1. Kelompok Tani Isoku Tani menjadi penggagas (pioneer) dalam melaksanakan musim tanam di luar MT reguler, 2. Tanaman padi agak beresiko karena musim
kemarau, oleh karena itu dipilih komoditas jagung pipil dan jagung manis, 3. Petani akan melakukan persiapan lahan berupa pembuatan bedengan pada awal bulan Maret, 4. Perlu
penambahan pupuk kandang, 5. Penanaman jagung akan dilaksanakan pada pertengahan bulan
Maret 2017.
Selanjutnya direncanakan untuk menanam padi gogo setelah panen jagung. Namun rencana tersebut tergantung pada kondisi air tanah dan curah hujan. Telah dibuat skema rencana tanam
2017 dan selanjutnya akan dibicarakan dengan Dinas Pertanian Kabupaten Kepualauan Meranti.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Padi sawah Jagung Padi gogo Padi sawah
Laporan Tahunan 2017
116
Gambar 113. Perencanaan tanam dengan pengurus kelompok tani Isoku tani
Koordinasi dan diskusi dengan Kabid Tanaman Pangan Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan
dan Peternakan Kabupaten Kepulauan Meranti, Syafril SP, dilaksanakan untuk mengevaluasi
kesiapan tanam MT I 2017. Kepada Kabid disampaikan rencana kerja tahun 2017, yaitu: kajian pola tanam, perbaikan teknik budidaya jagung di lahan pesisir, dan perbenihan padi dan jagung.
Kegiatan akan dilaksanakan di tiga kelompok tani yang ada di Desa Segomeng.
Kabid menyampaikan bahwa pada tahun 2017, Dinas akan mengembangkan jagung hibrida yang didanai APBN seluas 195 ha dan jagung komposit seluas 145 ha. Seluas 150 ha dari total
pertanaman jagung berada di lahan sawah untuk mendukung Tebing Tinggi Timur 155 ha, Tebing
Tinggi Barat 10 ha, Rangsang 70 ha, Merbau 90 ha, Pulau Merbau 15 ha. Penanaman jagung komposit terluas berada di Tebing Tinggi Timur dengan luas 140 ha.
Pada MT I 2017 akan dilaksanakan penanaman jagung seluas 12 ha untuk pola tanam, 2 ha untuk
perbaikan teknik budidaya, dan 1 ha untuk perbenihan. Penentuan calon petani dan calon lokasi
untuk kegiatan pola tanam, perbaikan teknik budidaya jagung serta perbenihan padi dan jagung dilaksanakan bersama-sama dengan PPL, dan Ketua Gapoktan Desa Segomeng. Kajian pola tanam
ditempatkan di Kelompok Tani Isoku Tani, perbaikan teknik budidaya jagung dan perbenihan di Kelompok Tani Suka Tani. Sebanyak 35 orang petani akan menjadi kooperator pada MT I, yang
terdiri dari 30 orang untuk pola tanam, 3 orang untuk perbaikan teknik budidaya, dan 2 orang untuk perbenihan jagung.
Pada bulan sebelumnya telah dibuat perencanaan bersama dengan petani bahwa persiapan lahan berupa penebasan dan pembuatan guludan dilaksanakan setelah selesai panen. Petani sudah mulai
membuat guludan tetapi dihentikan dengan alasan: 1. Lapisan pirit sangat dangkal sehingga penggalian akan menyebabkan pirit teroksidasi atau garam yang mengendap di lapisan bawah
akan naik ke permukaan, 2. Beberapa bulan ke depan diperkirakan akan masuk musim kemarau
karena angin timur sudah mulai berhembus sehingga tidak perlu khawatir tanaman jagung tergenang air, dan 3. Tenaga kerja untuk membuat guludan sangat terbatas. Hingga memasuki
minggu keempat bulan Maret, masih ada petani yang melakukan panen dan hanya dua orang petani yang telah menebas lahan. Kesiapan tanam hingga awal minggu keempat Maret baru
mencapai 5%. Petani akan segera menebas lahan sehingga pada akhir bulan Maret penyemprotan
decomposer sudah dapat dilaksanakan dan minggu kedua April, lahan siap ditanami jagung.
Gambar 114. Koordinasi dengan kabid Tanaman Pangan Dinas Ketahanan Pangan Tanaman
Pangan dan Peternakan Kabupaten Kepulauan Meranti
Laporan Tahunan 2017
117
Gambar 115 Evaluasi kesiapan lahan untuk memulai percepatan musim tanam
Penjadwalan ulang musim tanam 2017
Penjadwalan ulang waktu tanam dilakukan karena adanya perubahan cuaca sejak bulan Maret
2017 hingga Mei 2017. Pada tahun 2016 lalu, cuaca di Kepulauan Meranti sudah memasuki musim kemarau dan berdasarkan hal tersebut pada tahun 2017 disepakati musim tanam I bulan Maret
2017 akan dilaksanakan penanaman jagung. Musim tanam jagung yang direncanakan berlangsung pada bulan Maret-Juni 2017, tidak dapat dilaksanakan karena areal persawahan masih
tergenang air hingga bulan Mei 2017. Tertundanya musim tanam I selama 3 bulan menyebabkan
petani kehilangan minat untuk menanam jagung karena jika penanaman jagung dilaksanakan, akan bentrok dengan musim tanam padi lokal yang diperkirakan mulai bulan Juli 2017. Oleh
karena itu, jadwal tanam harus disusun kembali untuk menyesuaikan dengan perubahan musim dan minat petani.
Perjalanan diawali dengan koordinasi ke Dinas Tanaman Pangan Ketahanan Pangan dan
Peternakan Kabupaten Kepulauan Meranti. Kepada Dinas, Ir. Jaka Insita sangat mendukung
rencana peningkatan indeks pertanaman (IP) di Kepulauan Meranti. Menurut Kepala Dinas, peningkatan IP sudah pernah dilaksanakan di Desa Sendaur, Bina Maju, Sungai Cina, Mekar Baru,
dan Melai, tetapi gagal karena cuaca tidak mendukung, dan irigasi tidak maksimal. Long storage masih perlu direhabilitasi. Desa Segomeng dan Anak Setatah diperkirakan dapat menerapkan IP
200 tetapi teknologi spesifik lokal belum tersedia. Kadis berharap agar BPTP Riau dapat membuat
model untuk pengembangan lahan pesisir, terutama teknologi dan biaya. Hasil kajian yang sudah dilaksanakan BPTP agar disosialisasikan/diekspose di Kantor Bupati sehingga dapat ditindaklanjuti
dengan membuat MoU antara BPTP dengan Pemda Kepulauan Meranti. Kepada Kepala Dinas disampaikan rencana penanaman jagung pada MT I 2017 yang dimulai pada bulan Mei.
Selanjutnya dilaksanakan penjajagan lokasi baru untuk Kajian Perbaikan Teknik Budidaya Jagung
di Lahan Pesisir dan Kajian Perbenihan Padi dan Jagung di Lahan Pesisir karena petani yang
semula sudah sepakat untuk melaksanakan kegiatan tersebut, mengurungkan niat. Lokasi yang dijajaki adalah Desa Sendaur. Di desa ini diperoleh lahan 1 ha dan petani bersedia melaksanakan
kegiatan perbenihan padi dan jagung. Petani lainnya tidak bersedia menanam jagung oleh karena itu penjajagan lokasi untuk kegiatan perbaikan teknik budidaya jagung dilanjutkan ke kelompok
tani lainnya.
Selanjutnya dilaksanakan pertemuan dengan Kelompok Tani Isoku Tani di Desa Segomeng untuk
menyusun rencana tanam MT I 2017. Setelah mendapatkan penjelasan dari tim peneliti, sebagian petani berniat kembali menanam jagung. Penanaman jagung direncanakan dimulai tanggal 25 Mei
2017. Dari petani yang hadir, terdapat petani yang berminat melaksanakan Kajian Perbaikan
Teknik Budidaya Jagung di Lahan Pesisir seluas 2 ha. Lokasi dijajaki untuk mengetahui kondisi lahan dan kesesuaiannya untuk budidaya jagung. Hasil penjajakan menunjukkan areal persawahan
ditumbuhi semak belukar dan dikelilingi long storage. Petani sepakat akan melaksanakan penyemprotan gulma.
Laporan Tahunan 2017
118
Gambar 116. Penjajakan lokasi di Desa Sendaur (kiri), b. Diskusi pergeseran
musim tanam di Desa Segomeng (kanan)
Gambar 117. Penjajakan lokasi di Desa Segomeng
Penanaman Jagung
Penanaman jagung dilaksanakan untuk memulai peningkatan indeks pertanaman (IP) 200 tahun
2017. Menurut pola tanam yang sudah dibuat tahun lalu (Gambar 1), penanaman jagung dimulai
pada bulan Februari setelah panen padi. Curah hujan yang masih tinggi pada bulan Februari hingga Mei 2017 menyebabkan lahan tergenang air dan penanaman jagung tidak dapat
dilaksanakan.
Pada bulan Juni, lahan sudah mulai kering tetapi genangan air masih ditemukan di areal-areal
yang cekung. Agar dapat ditanami, cekungan-cekungan tanah ditimbun terlebih dahulu. Kegiatan meratakan lahan telah dilaksanakan pada lahan inti seluas 2 ha tahun 2016 dan kegiatan tersebut
dilanjutkan tahun 2017 seiring dengan perluasan lahan inti menjadi 12 ha. Pada bulan Juni 2017 telah diratakan 2 ha sawah sehingga total sawah yang diperbaiki selama 2 tahun terakhir seluas 4
ha.
Penanaman jagung untuk kegiatan pola tanam tahun 2017 seluas 4 ha, kegiatan perbaikan teknik
budidaya 2 ha dan perbenihan 1 ha. Persiapan lahan yang telah dilaksanakan adalah penyemprotan dan perebahan/penebasan gulma, pembuatan jalur tanam, perataan lahan, aplikasi
dekomposer, dan pengapuran.
Pembinaan petani dan penjelasan kegiatan dilaksanakan sebelum penanaman. Materi yang
disampaikan adalah teknik aplikasi insektisida dan fungisida untuk melindungi benih dari hama dan penyakit bulai, teknik pengapuran, dan cara penanaman.
Jagung ditanam dengan jarak tanam 80 x 25 cm sebanyak 1-2 butir per lubang tanam. Varietas
yang ditanam adalah Bisma.
Selanjutnya dilakukan penanaman padi sebagai komoditas pembanding untuk mengetahui respon
komoditas terhadap perubahan musim. Sebanyak 3 varietas tahan salin dan 45 galur yang diduga tahan salin ditanam pada lahan seluas 1000 m2.
Laporan Tahunan 2017
119
Gambar 118. Pembinaan lapang petani kooperator
Gambar 119. Persiapann lahan untuk penanaman jagung
Gambar 120. Penanaman jagung pada lahan seluas 4 ha
Pertumbuhan jagung sangat baik hingga menghasilkan tongkol. Pada saat tongkol sudah mulai
berisi hingga menjelang masak, tongkol jagung diserang tikus dan sekitar 50% tongkol rusak. Diperkirakan telah terjadi eksodus tikus dari hutan dan semak belukar ke areal penanaman pada
malam hari tanggal 6 dan 7 Agustus 2017 yang mengakibatkan tanaman 6 ha rusak dalam waktu singkat.
Serangan tikus yang cukup parah ini berhubungan dengan penanaman di luar musim tanam. Pertanaman yang relatif sempit menjadi satu-satunya sasaran serangan tikus. Tikus masuk ke
areal pertanaman dengan melubangi plastik pagar atau memanjatnya.
Tikus merusak tanaman jagung dengan cara memanjat batang jagung lalu mengerat kelobot dan
biji yang masih muda. Jika dilihat dari jauh tegakan tanaman jagung cukup baik, tidak rebah, tetapi dari jarak dekat tongkol sudah kosong.
Dari kejadian tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah utama dalam peningkatan indeks
pertanaman dan pola tanam di kawasan pesisir Kepulauan Meranti adalah serangan organisme pengganggu tanaman, bukan kekurangan air. Oleh karena itu diperlukan gerakan penanaman
serentak dan luas seperti pada musim tanam regular.
Untuk menyelamatkan tanaman jagung yang tersisa dilakukan pemberian umpan beracun yang
lebih intensif dan tidak hanya di sekitar areal penanaman. Panen jagung harus dilakukan lebih awal karena lahan sudah tergenang dan tikus semakin banyak.
Laporan Tahunan 2017
120
Gambar 121. Hamparan tanaman jagung di Desa Segomeng, Kepulauan Meranti
Gambar 122. Tongkol tanaman jagung diserang tikus
Hasil pengamatan pertumbuhan dan hasil jagung disajikan pada Tabel 1. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa varietas Bisma lebih baik dari hibrida Bisi 2. Perbedaan toleransi terhadap
cekaman salinitas diduga menjadi penyebab hasil Bisi 2 lebih rendah.
Tabel 60. Pertumbuhan dan hasil jagung
Variabel Varietas
Bisma Bisi 2
Tinggi tanaman (cm) 180 165
Jumlah tongkol/tanaman 1 1-2
Bobot basah tongkol 344 300
Jumlah baris/tongkol 16 14-16
Jumlah biji/baris 30 35
Penanaman Padi
Musim tanam padi di Kabupaten Kepulauan Meranti dimulai pada bulan September. Persemaian
padi VUB dilaksanakan pada bulan September 2017. Persemaian padi lokal telah dilaksanakan pada
akhir bulan Juli hingga awal Agustus. Persemaian padi lokal dilaksanakan di pekarangan atau di tepi jalan usahatani. Dari pekarangan, bibit dipecah dan disemai kedua di sawah hingga sawah
layak tanam. Jadi, persemaian varietas lokal dilaksanakan dua tahap.
Berbeda dengan varietas lokal, varietas unggul disemaikan kira-kira 1 bulan setelah persemaian
padi lokal. Varietas unggul biasanya hanya satu tahap persemaian. Persemaian padi VUB juga dilaksanakan di tepi jalan atau di pekarangan.
Persemaian padi varietas unggul baru pada kegiatan Perbaikan Pola Tanam di Wilayah Pesisir
dilaksanakan di areal persawahan dan di tepi jalan. Pada tanggal 7 September 2017 sebagian petani kooperator telah menyemaikan benih di tepi jalan usahatani, tetapi bibit yang masih
berumur 4 hari rusak oleh genangan air. Oleh sebab itu petani harus mengulangi persemaian.
Persemaian diawali dengan merendam benih selama 24 jam kemudian menginkubasinya 24 jam.
Benih disemaikan di atas lumpur setelah muncul plumule. Varietas yang disemaikan adalah Inpara Pelalawan, Indragiri, Batang Piaman, Inpari 34, dan Inpari 35. Total benih Inpara Pelalawan yang
disemaikan oleh kooperator sebanyak 200 kg untuk luas penanaman 8 ha sedangkan 50 kg benih
Laporan Tahunan 2017
121
sebelumnya telah disemai tetapi rusak oleh banjir. Varietas Indragiri disemai 25 kg, Batang Piaman
50 kg, Inpari 34 10 kg, dan Inpari 35 10 kg.
Gambar 123. Persemaian padi di tepi jalan
Penanamam padi dilaksanakan pada bulan Oktober 2017. Tingginya genangan air menyebabkan penanaman padi oleh petani sekitar tertunda. Luas lahan yang ditanami seluas 10 ha pada waktu
yang berbeda karena kondisi lahan dan ketinggian permukaan tanah berbeda. Penanaman menggunakan system jajar legowo dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm.
Gambar 124. Persemaian padi di lahan sawah
Gambar 125. Penanaman padi sistem jajar legowo
Untuk mendapatkan hasil gabah yang tinggi dengan tetap maka diperlukan pemupukan pada
tanaman padi. Tanaman padi memerlukan banyak hara N dibanding hara P ataupun K. Hara N berfungsi sebagai sumber bahan untuk pertumbuhan tanaman, pembentukan anakan,
pembentukan klorofil yang penting untuk proses asimilasi, yang pada akhirnya memproduksi pati untuk pertumbuhan dan pembentukan gabah. Hara P berfungsi sebagai sumber tenaga untuk
memenuhi kualitas hidup tanaman seperti keserempakan tumbuh dan pematangan. Sementara itu
hara K berfungsi sebagai komponen pendukung berlangsungnya reaksi ensim dalam tanaman. Selain itu berfungsi juga memperbaiki rendemen gabah, ketahanan terhadap kekeringan,
ketahanan terhadap penyakit tanaman, dan kualitas gabah. Dengan demikian untuk mendapatkan gabah dengan kuantitas tinggi dan kualitas yang baik maka tanaman perlu diberi hara yang
lengkap. Pemupukan susulan tanaman padi dilakukan sesuai jadwal yaitu 25 hst dengan memberikan ½ dosis urea yaitu 125 kg dan ½ dosis KCL 75 kg/ha. Sebelum pemupukan
dilaksanakan, air yang tinggi dilahan dikurangi dan gulma yang tumbuh diantara tanaman dicabut.
Pupuk urea perlu diberikan 3 kali, agar pemberian pupuk N menjadi lebih efisien terserap oleh aman tanaman padi hibrida. Sedangkan pemberian pupuk KCl dilakukan 2 kali, agar proses
pengisian gabah menjadi lebih baik dibanding dengan satu kali pemberian bersamaan dengan pupuk Urea pertama.
Laporan Tahunan 2017
122
Pertumbuhan varietas Inpara Pelalawan, Batang Piaman, Inpari 35, Inpara 6, Indragiri, dan
Sendani (lokal pembanding) tergolong baik. Tetapi pada fase generative, tanaman mulai diserang hama penggerek batang dan tikus.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa secara umum pertumbuhan tanaman cukup baik tetapi
penggerek batang sudah mulai menyerang. Serangan penggerek batang mulai muncul pasca pemupukan susulan dengan Urea. Serangan tersebar dalam spot-spot dan ditemukan sedikitnya 5
malai telah mati dalam setiap spot yang terserang. Sebelumnya tanaman sudah disemprot dengan
prevaton sebanyak 2 kali. Penyemprotan dengan prevaton dilakukan kembali untuk menekan perkembangan penggerek batang, dengan dosis ditingkatkan menjadi 1 cc/liter air. Serangan
penggerek batang dapat ditemukan pada semua jenis varietas yang ditanam petani, baik VUB maupun lokal. Petani padi local pada umumnya tidak melakukan pengendalian hama. Tingkat
serangan penggerek yang lebih banyak ditemukan pada semua varietas yang dipupuk dengan
urea.
Secara umum tanaman sudah memasuki fase berbunga hingga masak susu. Tanaman yang tumbuh di areal bekas cekungan tumbuh lebih baik dibandingkan tanaman pada musim
sebelumnya. Pada musim sebelumnya semua tanaman mati di lokasi bekas cekungan, tetapi pada musim ini tanaman dapat tumbuh tetapi menunjukkan gejala penyakit karat. Walaupun demikian,
secara umum terlihat adanya kemajuan pada adaptasi tanaman dan perbaikan sifat tanah.
Serangan hama tikus mulai berkurang, namun demikian pemberian umpan beracun tetap
dilaksanakan. Klerat diletakkan di lokasi terserang lalu ditutupi dengan sekam padi.
Tabel 61. Pertumbuhan tanaman
No
Varietas Perlakuan pencucian garam Tanpa pencucian garam
Tinggi
(cm)
Jumlah
anakan
Umur
berbunga
Tinggi
(cm)
Jumlah
anakan
Umur
berbunga
1 Inpara 3 93 15 84 80 12 82
2 Inpara Pelalawan 90 12 75 75 11 73
3 Inpari 34 102 16 85 88 13 81
4 Inpari 35 100 17 88 84 14 85
5 Batang Piaman 95 14 90 89 10 86
6 Sendani 164 15 125 157 14 126
Gambar 126. Pengamatan OPT di lahan petani dampak
Gambar 127. Penampilan tanaman dan petani kooperator
Laporan Tahunan 2017
123
Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi
Pengamatan salinitas dilaksanakan 8 kali. Pengulangan pengamatan dimaksudkan untuk melihat
perubahan kadar garam akibat hujan tidak turun beberapa hari dan permukaan air di sawah menjadi rendah setelah pencucian. Hasil pengamatan pada saat cuaca panas menunjukkan bahwa
kadar garam di dalam larutan berkisar 3-4 ‰, meningkat dibandingkan pengamatan pada musim hujan. Namun demikian salinitas tersebut lebih rendah dibandingkan dengan sawah tanpa
pencucian dengan salinitas 6 ‰.
Pencucian garam dan pengamatan salinitas lahan pada musim hujan dilaksanakan secara rutin.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui tingkat penurunan kadar garam di sawah pasca pencucian. Pencucian garam dengan menggunakan mesin penyedot air sudah dilaksanakan enam
kali. Pencucian garam dilaksanakan dengan menguras dan mengeringkan air yang berada di
dalam petakan sawah sehingga garam maupun sulfat yang sudah larut dalam air turut terbuang.
Pada musim hujan pencucian garam tidak dapat mengandalkan aliran air secara alami dari petakan sawah ke saluran pembuangan karena tinggi permukaan air di parit sama dengan permukaan air di
sawah. Oleh karena itu penyedotan air dilaksanakan menggunakan mesin penyedot. Selanjutnya dilaksanakan pembersihan parit pembuangan dari gulma dan memperdalam parit tersebut agar air
di parit tidak masuk ke sawah.
Pengamatan salinitas dengan mengggunakan alat Salinity Refractometer. Air sawah yang diamati
terdiri dari tiga kedalaman, yaitu: +15 cm, -15 cm, dan -30 cm dari permukaan tanah. Sampel air ketinggian +15 cm dari permukaan tanah diambil dari sawah yang tergenang sedangkan sampel
air kedalaman -15 cm dan -30 cm diambil dari lobang yang dibuat sesuai dengan perlakuan. Hasil
pengamatan disajikan pada Tabel berikut.
Tabel 62. Tingkat salinitas berdasarkan ketinggian air di sawah salin Desa Segomeng bulan Desember 2017
Ketinggian air Perlakuan
Tanpa pencucian Pencucian
+15 cm 6 ‰ 2 ‰
-15 cm 6 ‰ 3 ‰
-30 cm 12 ‰ 6 ‰
Salinitas pada Tabel 1 diukur pada musim hujan, dengan ketinggian genangan air di sawah berkisar 10 – 30 cm. Sebagai pembanding salinitas permukaan air laut di sekitar areal pertanaman
sebesar 25 ‰
Gambar 128. Pengamatan salinitas
Laporan Tahunan 2017
124
Gambar 129. Kondisi parit pembuangan (kiri) dan gejala keracunan pada daun (kanan)
Tingkat serangan tikus yang bervariasi antar blok pengkajian menyebabkan penampilan tanaman
menjelang panen bervariasi. Secara umum tanaman yang tidak terserang menunjukkan
pertumbuhan dan hasil yang baik.
Gambar 130. Keragaraan VUB padi menjelang panen.
3. PERBENIHAN PADI DAN JAGUNG
Lokasi dan Waktu
Lokasi kegiatan Perbenihan Padi dan jagung dilaksanakan di Desa Sendaur, Kecamatan Rangsang
Pesisir Kabupaten Kepulauan Meranti. Pelaksanaan Penanaman Jagung Varietas Sukmaraga tahap I pada bulan Mei 2017, Penanaman tahap II pada bulan September 2017. Untuk perbenihan padi
penanaman tahap I bulan Nopember 2017, sedangkan penanaman padi tahap II pada bulan Desember 2017
3.1. Perbenihan Padi
Perbenihan padi di Kepulauan Meranti dilaksanakan di Desa Sendaur Kecamatan Rangsang Pesisir
seluas 1 ha. Selama ini penanaman padi di Kepulauan Meranti masih IP 100 (sekali dalam setahun), sehingga kgitan perbenihan harus mengikuti jadwal reguler yang biasa diterapkan
masyarakat. Sesuai dengan jadwal tanam reguler petani tahun 2017 bahwa padi lokal yang berumur 5 -6 bulan dijadwalkan tanam pada akhir agustus s/d awal September, sedangkan
varietas unggul dijadwalkan pada awal hingga pertengahan Oktober 2017, sehingga diperkirakan
akan panen serentak mulai pada akhir Januari hingga akhir Pebruari 2018. Permasalahan utama khususnya dilahan pasang surut adalah prediksi cuaca yang selalu berubah-ubah, sehingga
kendala yang terjadi adalah selalu kebanjiran atau bahkan kekeringan.
3.1.1. Pemilihan Varietas dan Jadwal Tanam.
Sesuai dengan kondisi wilayah pesisir di Kepulauan Meranti, bahwa varietas yang dikembang
adalah Inpara Pelalawan, Inpari 34 dan Inpari 35, karena ke tiga varietas tersebut sangat cocok untuk daerah pasang surut yang masih dipengaruhi oleh salinitasnya. Varietas Inpara Pelalawan
adalah varietas yang baru di lepas oleh Kementerian Pertanian memang untuk daerah pasang surut. Begitu pula dengan Inpari 34 dan Inpari 35 juga dihasilkan oleh badan Litbang Pertanian
untuk daerah daerah yang masih terintrusi oleh air asin. Diharapkan ketiga varietas ini bisa
berkembang di daerah pesisir Provinsi Riau, khususnya di Kabupaten Kepulauan Meranti.
Laporan Tahunan 2017
125
Sesuai dengan jadwal dan kesepakan dengan petani penangkar bahwa jadwal penanaman dilaksanakan pada minggu I bulan Oktober 2017, sehingga persemaian dilkasanakan pada minggu
II bulan September 2017.
3.1.2. Penanaman.
Penanaman Inpara Pelalawan dan Inpari 34 yang semula direncanakan pada minggu I bulan
Oktober 2017, terpaksa diundur sampai beberapa minggu kemudian menjadi minggu II bulan Nopember 2017. Pengunduran jadwal tanam tersebut disebabkan karena lahan yang akan
ditanami kebanjiran akibat hujan yang terus menerus.
Gambar 131. Calon lahan Inpara Pelalawan dan Inpari 34 yang kebanjiran
3.1.3. Pelaksanaan Penamaan perbenihan Padi
Penanaman varietas Inpara Pelalawan dan Inpari 34 yang seharusnya ditanam dengan bibit muda
(umur 18-21 hst), menjadi bibit tua (dilakukan dengan sistem Hazton). Perubahan penanaman
(bibit muda menjadi Hazton) disebabkan karena bibit sudah berumur lebih dari 50 hst (tanam tertunda) akibat lahan yang kebanjiran. Penanaman dengan sistem Hazton memerlukan bibit yang
banyak sekitar 10-15 batang per rumpun. Benih yang semula disemai 15 kg Inpara Pelalawan dan 15 kg Inpari 34 hanya mencukupi untuk luas lahan 0,25 ha.
Tabel 63. Varietas dan Kelas benih yang disemai
No Nama Varietas Kelas Benih awal Kelas benih yang akan dihasilkan
Jumlah benih (kg)
1 Inpara Pelalawan BS FS (Benih Dasar) 15
2 Inpari 34 FS SS (Benih Pokok) 15
3 Inpari 35 FS SS (Benih Pokok) 30
Gambar 132. Kondisi tanaman Varietas Inpara pelalawan dan Inpari 34
Laporan Tahunan 2017
126
Gambar 133. Varietas Inpari 35 (umur 7 hst)
3.2. Perbenihan Jagung
Kegiatan perbenihan jagung dilaksanakan di Desa Sendaur Kecamatan Rangsang Pesisir, Kabupaten Kepulauan Meranti. Varietas yang ditanam adalah Sukmaraga dengan kelas benih BS,
sehingga benih yang akan dihasilkan adalah Benih Dasar (FS). Penanaman jagung di Desa Sendaur tahap pertama dilaksanakan pada bulan Mei 2017 pada lahan sawah tanpa bedengan,
namun setelah berumur 4 hari setelah tanam lahan mengalami kebanjiran sampai beberapa hari.
Sebagai akibat dari musibah kebanjiran hampir 90% tanaman mati,sehingga harus mengatur jadwal untuk penanaman yang kedua.
Gambar 134. Penanaman jagung tahap I pada minggu IV Mei 2017
Penanaman jagung tahap II dilaksanakan pada bulan September 2017. Lamanya rentang waktu
antara penanaman I dengan II disebabkan karena intensitas hujan yang masih tinggi pada hingga
bulan Agustus, sehingga ada alternatif untuk mencari lokasi baru. Lokasi penanaman jagung II dilaksanakan pada lahan bekas tanaman cabai yang baru selesai panen pada akhir Agustus,
sehingga penanaman tahap II dilakukan pada awal bulan September.panendengan sistem bedengan karena di daerah pesisir secara umum bermasalah dengan kebanjiran pada saat musim
penghujan. Bedengan yang digunakan dengan lebar 80-100 cm dan jarak antar bedengan 100 cm.
dalam satu bedengan ditanam dua baris tanaman dengan jarak rumpun dalam baris adalah 30 cm.
Gambar 135. Persiapan lahan dan penanaman jagung tahap II
Selama masa pertanaman jagung dilapangan, sangat banyak mengalami permasalahan terutama
banjir dan serangan hama tikus. Serangan tikus masih bisa ditekan serangannya memberikan umpan, sedangkan dampak dari banjir menyebabkan tanaman banyak yang mati dan yang tumbuh
hidupnya tidak normal.
Gambar 136. Kondisi tanaman yang terkena musibah banjir.
Laporan Tahunan 2017
127
Keterangan: Lahan kebanjiran pada saat tanam berumur 60 hst, lama banjir yang agak besar sekitar 8 hari,
sehingga sebagian besar tanaman mati dan tumbuh tidak normal.
3.2.1. Panen Jagung.
Perlu di syukuri bahwa perbenihan Jagung Sukmaraga di Desa Sendaur pada minggu I bulan
Desember masih ada yang bisa dipanen, walaupun telah mengalami musibah banjir. Setelah melalui proses seleksi dengan memisahkan tongkol yang normal dan yang tidak normal serta
tongkol yang terserang hama/penyakit, maka hasil jagung pipilan kering yang sudah siap untuk disertifikasi berjumlah 200 kg. Saat ini sampel tanaman sudah masuk ke UPT-PSB TPH untuk diuji
labor.
Gambar 137. Panen Jagung Sukmaraga
4. PERBAIKAN BUDIDAYA JAGUNG DI LAHAN PESISIR
Tujuan dari kajian ini adalah :
1. Mendapatkan Varietas jagung yang adaptif lahan pesisir di provinsi Riau
2. Mendapatkan komponen teknologi waktu tanam jagung yang tepat lahan pesisir di provinsi
Riau
3. Mendapatkan komponen teknologi Tata air spesifik lokasi untuk pertanaman jagung di lahan
pesisir
4. Mendapatkan komponen teknologi pengelolaan tanah untuk pertanaman jagung di lahan
pesisir
5. Mendapatkan data dan informasi Hama dan Penyakit Jagung serta metode pengendaliannya
di lahan pesisir Provinsi Riau
Pengkajian perbaikan budidaya jagung di lahan pesisir telah dilaksanakan dengan menggunakan 4
varietas dan 5 kali ulangan. Varietas yang digunakan adalah Bima 9, Bima 10, Bisi 2 dan Bisma Komposit pada luasan lahan 2 hektar dengan mengikutsertakan petani sebagai koperator.
Penggunaan Varietas Sukmaraga tidak dilaksanakan dikarenakan keterbatasan benih.
4.1. Keragaan Agronomis Tanaman
Penanaman jagung di lahan pesisir dilakukan dengan sistim tugal dengan jumlah biji 2 biji per
lubang tanam. Untuk mengantisipasi pengaruh salinitas lahan dilakukan pemupukan menggunakan pupuk kandang dan pupuk hayati cair. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa
pertanaman jagung sampai dengan umur 60 hari setelah tanam menunjukkan perkembangan yang
sangat baik dimana rata-rata tinggi tanaman jagung varietas Bisma, Bima 9, Bima 19 dan Bisi 2 berturut-turut 191,38 cm; 184,97 cm; 189,38 cm dan 190,43 cm. Varietas Jagung Komposit Bisma
menunjukkan rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi dibanding varietas lainnya, hal ini diduga dikaitkan dengan sifat tanaman dimana untuk pertumbuhannya tidak memerlukan
Laporan Tahunan 2017
128
kecukupan hara yang tinggi sebagaimana jagung hibrida yang dibandingkan tidak berbeda nyata
dengan varietas Bisi 2 yang dinilai memiliki sifat yang adaptif terhadap cekaman lingkungan. Penambahan pupuk organik yang dimaksudkan untuk mengantisipasi cekaman salinitas
menunjukkan dampak positif terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman yang ditunjukkan oleh respon pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun sebagaimana terdapat pada gambar berikut.
Gambar 138. respon pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun
Varietas Bisma, Bima 9 dan Bima 19 menunjukkan respon yang positif terhadap penambahan bahan organik yang diindikasikan oleh pertambahan tinggi dan jumlah daun pada umur
pertanaman 30 HST, sedangkan Bisi 2 tidak secara nyata oleh penambahan pupuk kandang meskipun dengan penambahan pupuk kandang dan pupuk hayati bertambah secara nyata. Hal ini
mengindikasikan bahwa penggunaan pupuk kandang selain memperbaiki hara tanah juga mampu
menstimulir cekaman yang diakibatkan oleh salinitas demikian juga pupuk hayati khususnya pada varietas Bisma.
Jumlah tongkol yang dihasilkan oleh Varietas Bisma rata-rata 1 buah sedangkan pada varietas Bima 9 dan Bima 10 bervariasi. Pada varietas Bisi 2 rata-rata menghasilkan 2 tongkol. Penambahan
pupuk organik berupa pupuk kandang mampu meningkatkan jumlah tongkol kecuali pada Bisi 2
yang meningkat dengan penambahan pupuk kandang dan pupuk hayati. Hal ini menindikasikan bahwa pupuk kandang saja belum mencukupi kebutuhan untuk proses metabolisme penambahan
jumlah tongkol.
Gambar 139. Jumlah tongkol per tanaman
Pada parameter berat tongkol umur 70 hari setelah tanam dapat diketahui bahwa varietas
menentukan berat tongkol dimana varietas Bisma memberikan bobot tongkol tertinggi dibandingkan dengan varietas lainnya. Diikuti Bisi 2 dan terendah Bima 9.
Laporan Tahunan 2017
129
Gambar 140. Keragaan Generatif Tanaman
Penambahan bahan organik menunjukkan kecenderungan respon yang positif terhadap parameter hasil tanaman jagung di lahan pesisir sebagaimana terdapat pada gambar berikut
Gambar 141. Pengaruh bahan organic terhadap hasil jagung
Hal ini mengindikasikan bahwa dengan adanya penambahan bahan organik asal pupuk kandang
dan pupuk hayati yang mengandung hara makro dan mikro serta mikroba tanah mampu untuk memperbaiki struktur tanah dan mengurangi dampak cekaman serta meningkatkan hasil jagung di
lahan pesisir
4.2. Hasil Panen
Adanya serangan tikus mengakibatkan tidak dapat dipanennya jagung pada usia yang sewajarnya.
Hasil pengamatan lapang menunjukkan bahwa hasil panen jagung rata-rata tertinggi diperoleh dari varietas Bisi 2 diikuti Bisma, Bima 9 dan terendah pada varietas Bima 19. Hal ini mengindikasikan
bahwa Bisi 2 tahan terhadap cekaman salinitas yang ada di lahan pesisir Kabupaten Meranti.
Berkaitan dengan penam bahan bahan organik dapat di ketahui bahwa penambahan bahan organik pada pertanaman jagung di lahan pesisir mampu meningkatkan produksi jagung
Laporan Tahunan 2017
130
Gambar 142. Grafik berat panen dan berat tongkol jagung
4.3. Serangan Hama dan Penanggulangannya
Hasil pengamatan lapang menunjukkan bahwa hama yang dominan menyerang adalah hama tikus
yang berasal dari semak belukar yang ada disekitar pertanaman yang menyebabkan rusaknya tanaman jagung muda maupun tanaman yang sudah menghasilkan. Pengendalian secara hayati
telah dilakukan menggunakan ramuan tradisional terfermentasi berbahan baku jengkol dan bahan lainnya dilakukan dengan penyemprotan pada bagian tanaman yang diharapkan akan
meninggalkan bau yang tidak disukai oleh tikus sehingga tikus melarikan diri, namun demikian
kondisi ini hanya berlaku beberapa waktu saja.
Gambar 143. Pengendalian OPT secara hayati
Selain itu juga dilakukan pengendalian menggunakan klerat dan pospit, dan hasilnya tetap tidak memuaskan sehingga dilakukan pemanenan muda.
Dari hasil kajian ini dapat disimpulkan bahwa Varietas Jagung Bisi 2 cukup adaptif terhadap lahan dengan paparan salin dan Pemanfaatan bahan organik dapat meningkatkan produksi jagung di
lahan pesisir
Laporan Tahunan 2017
131
PERMASALAHAN DAN UPAYATINDAK LANJUT
Pada tahun 2017 kepala BPTP Riau melakukan perombakan organisasi interen agar lebih meningkatkan kinerja pegawai BPTP Balitbangtan Riau. Pelaksanaan tugas dan fungsi Balai harus
dilakukan oleh seluruh komponen pegawai/karyawan sesuai dengan tupoksinya masing-masing dengan adanya bimbingan dan arahan dari pimpinan BPTP Balitbangtan Riau untuk mencapai
suatu hasil kerja yang optimal. Untuk itu maka adanya pembagian tugas yang adil merata kepada
tiap karyawan menjadi faktor penentu keberhasilan suatu organisasi balai. Hal ini pun sangat didukung oleh adanya kelengkapan sarana dan prasarana perkantoran dan penelitian ilmiah yang
memadai, sehingga dapat mengefektifkan kinerja seluruh pegawai BPTP Balitbangtan Riau.
Beberapa hal dibawah ini yang menjadi permasalahan utama yang dihadapi oleh BPTP
Balitbangtan Riau diantaranya adalah:
1. Perbanyakan Bahan Penyuluhan Tingginya permintaan terhadap bahan penyuluhan kepada BPTP, baik dari petani maupun
penyuluh tidak dapat dipenuhi, karena keterbatasan bahan penyuluhan yang dimiliki oleh BPTP. Hal ini, disebabkan karena terbatasnya dana yang dimiliki oleh BPTP untuk menyediakan bahan
tersebut. Padahal, ketersediaan bahan penyuluhan ini sangat dirasakan dukungannya terhadap
penyuluhan di lapangan. Diharapkan adanya pertimbangan dalam melakukan efisiensi anggaran minimal masih dapat terlaksananya Tupoksi UPT, dalam hal ini BPTP, sehingga alokasi dana
untuk perbanyakan bahan penyuluhan ini baik berupa leaflet, poster, juknis maupun CD dapat tersedia.
2. Belum optimalnya pemanfaatan Laboratorium tanah dan pascapanen
4. Belum optimalnya pelatihan bagi para penyuluh dan litkayasa bagi pegawai BPTP Balitbangtan Riau
Laporan Tahunan 2017
132
PENUTUP
Secara keseluruhan Kegiatan di tahun 2017 berjalan dengan baik. Pegawai BPTP pada tahun 2017
berjumlah 69 orang.
Dalam rangka untuk meningkatkan kinerja organisasi dan seluruh pegawai BPTP Balitbangtan Riau,
pada penghujung tahun 2017 telah dilaksanakan pergantian Kepala BPTP Balitbangtan Riau dari Dr. Ir. Masganti, MS, kepada Dr. Ir. Kuntoro Boga Andri, M.Agr.
Kegiatan “in-house” di BPTP Balitbangtan Riau akan terus ditingkatkan untuk dapat menjawab
tantangan daerah di Provinsi Riau itu sendiri, selain itu kegiatan khusus seperti pendampingan
UPSUS Pajale Sababe juga merupakan program pemerintah yang penting untuk meningkatkan luas tanam bagi produk pertanian bagi peningkatan kesejahteraan petani pada khususnya dan
masyarakat Provinsi Riau pada umumnya.
Selain itu, adanya sinergisme dan koordinasi yang harmonis dengan Pemerintah Daerah melalui kantor/dinas/instansi daerah dan dengan civitas akademika di Provinsi Riau harus terus
ditingkatkan untuk meningkatkan peran BPTP Balitbangtan Riau di bidang penelitian dan
pengkajian teknologi pertanian di Provinsi Riau, salah satunya adalah pengaktifan kembali Komisi Teknologi yang melibatkan lintas instansi di Provinsi Riau.
Laporan Tahunan 2017
133
PERMASALAHAN DAN
UPAYATINDAK LANJUT
Pada tahun 2017 Kepala Balai melakukan perombakan organisasi intern balai untuk lebih
meningkatkan kinerja pegawai BPTP Balitbangtan Riau. Pelaksanaan tugas dan fungsi Balai harus dilakukan oleh seluruh komponen pegawai/karyawan sesuai dengan tupoksinya masing-masing
dengan adanya bimbingan dan arahan dari pimpinan BPTP Balitbangtan Riau untuk mencapai
suatu hasil kerja yang optimal. Untuk itu maka adanya pembagian tugas yang adil merata kepada tiap karyawan menjadi faktor penentu keberhasilan suatu organisasi balai. Hal ini pun sangat
didukung oleh adanya kelengkapan sarana dan prasarana perkantoran dan penelitian ilmiah yang memadai, sehingga dapat mengefektifkan kinerja seluruh pegawai BPTP Balitbangtan Riau.
Beberapa hal dibawah ini yang menjadi permasalahan utama yang dihadapi oleh BPTP Balitbangtan Riau diantaranya adalah:
1. Perbanyakan Bahan Penyuluhan
Tingginya permintaan terhadap bahan penyuluhan kepada BPTP, baik dari petani maupun
penyuluh tidak dapat dipenuhi, karena keterbatasan bahan penyuluhan yang dimiliki oleh BPTP. Hal ini, disebabkan karena terbatasnya dana yang dimiliki oleh BPTP untuk menyediakan bahan
tersebut. Padahal, ketersediaan bahan penyuluhan ini sangat dirasakan dukungannya terhadap
penyuluhan di lapangan. Diharapkan adanya pertimbangan dalam melakukan efisiensi anggaran minimal masih dapat terlaksananya Tupoksi UPT, dalam hal ini BPTP, sehingga alokasi dana
untuk perbanyakan bahan penyuluhan ini baik berupa leaflet, poster, juknis maupun CD dapat tersedia.
2. Belum optimalnya pemanfaatan Web BPTP Balitbangtan Riau Dengan semakin meningkatnya penggunaan informasi digital di kalangan masyarakat, web
menjadi sarana yang penting untuk penyebaran informasi terkait penelitian dan pengkajian serta diseminasi teknologi yang dilakukan oleh pegawai BPTP.
3. Belum optimalnya pemanfaatan Laboratorium untuk kegiatan pasca panen
4. Belum optimalnya pelatihan bagi para penyuluh dan litkayasa bagi pegawai BPTP Balitbangtan Riau
Laporan Tahunan 2017
134
PENUTUP
Secara keseluruhan Kegiatan di tahun 2017 berjalan dengan baik. Pegawai BPTP pada tahun 2017
berjumlah 68 orang.
Dalam rangka untuk meningkatkan kinerja organisasi dan seluruh pegawai BPTP Balitbangtan Riau,
pada tahun 2017 Kepala Balai melakukan perombakan terhadap tim manajemen balai.
Kegiatan “in-house” di BPTP Balitbangtan Riau akan terus ditingkatkan untuk dapat menjawab tantangan daerah di Provinsi Riau itu sendiri, selain itu kegiatan khusus seperti pendampingan
UPSUS Pajale Sababe juga merupakan program pemerintah yang penting untuk meningkatkan luas tanam bagi produk pertanian bagi peningkatan kesejahteraan petani pada khususnya dan
masyarakat Provinsi Riau pada umumnya.
Selain itu, adanya sinergisme dan koordinasi yang harmonis dengan Pemerintah Daerah melalui
kantor/dinas/instansi daerah dan dengan civitas akademika di Provinsi Riau harus terus ditingkatkan untuk meningkatkan peran BPTP Balitbangtan Riau di bidang penelitian dan
pengkajian teknologi pertanian di Provinsi Riau, salah satunya adalah pengaktifan kembali Komisi
Teknologi yang melibatkan lintas instansi di Provinsi Riau.