Laporan Skill Lab Ortodonsia (Autosaved)

23
Di bidang kedokteran gigi, salah satunya bagian ortodonsia identitas pasien merupakan hal pertama yang harus ditanyakan sebelum anamnesa dilakukan. Identitas pasien yang pada umumnya ditanyakan adalah sebagai berikut: 1. Nama : Syafania Alitya P. 2. Umur dan Tanggal Lahir : 9 thn, 12 Juni 2004 Ini perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah pasien masih dalam usia pertumbuhan atau sudah berhenti, fase gigi apa yang sedang berlangsung (susu/pergantian/permanen), kesesuaian antara usia dan gigi yang erupsi, jenis alat ortodontik dan lama perawatan yang akan dilakukan. Dilihat dari usianya saat ini, pasien masih berada dalam masa pertumbuhan, dan fase gigi geligi pergantian. 3. Jenis Kelamin : Perempuan Biasanya dikaitkan dengan sisi psikologi yang nantinya berhubungan dengan perawatan yang akan dilakukan. Misalnya, pada perempuan. Perempuan cenderung lebih detail dalam memperhatikan kondisi giginya dan lebih telaten serta sabar dalam melakukan perawatan dibandingkan laki-laki. Perempuan juga cenderung lebih penurut dan mudah diajak bekerjasama. 4. Tempat Tinggal : Jl. Manggis no. 31 Mempermudah operator untuk menghubungi pasien, atau mengunjungi pasien untuk melakukan kontrol. Dengan

description

laporan

Transcript of Laporan Skill Lab Ortodonsia (Autosaved)

Page 1: Laporan Skill Lab Ortodonsia (Autosaved)

Di bidang kedokteran gigi, salah satunya bagian ortodonsia identitas pasien merupakan hal

pertama yang harus ditanyakan sebelum anamnesa dilakukan. Identitas pasien yang pada

umumnya ditanyakan adalah sebagai berikut:

1. Nama : Syafania Alitya P.

2. Umur dan Tanggal Lahir : 9 thn, 12 Juni 2004

Ini perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah pasien masih dalam usia pertumbuhan

atau sudah berhenti, fase gigi apa yang sedang berlangsung (susu/pergantian/permanen),

kesesuaian antara usia dan gigi yang erupsi, jenis alat ortodontik dan lama perawatan

yang akan dilakukan. Dilihat dari usianya saat ini, pasien masih berada dalam masa

pertumbuhan, dan fase gigi geligi pergantian.

3. Jenis Kelamin : Perempuan

Biasanya dikaitkan dengan sisi psikologi yang nantinya berhubungan dengan perawatan

yang akan dilakukan. Misalnya, pada perempuan. Perempuan cenderung lebih detail

dalam memperhatikan kondisi giginya dan lebih telaten serta sabar dalam melakukan

perawatan dibandingkan laki-laki. Perempuan juga cenderung lebih penurut dan mudah

diajak bekerjasama.

4. Tempat Tinggal : Jl. Manggis no. 31

Mempermudah operator untuk menghubungi pasien, atau mengunjungi pasien untuk

melakukan kontrol. Dengan mengetahui tempat tinggal pasien, diharapkan juga

memudahkan operator ketika ingin berkonsultasi dengan orang tua pasien.

5. Nama Orang Tua/Wali : Muhammad Ali

Setelah mengetahui identitas pasien, operator harus menganalisis 4 macam faktor, yaitu analisis

umum, analisis lokal, analisis fungsional dan analisis model. Analisis umum, lokal, fungsional

dapat dilakukan pada pasien secara langsung yaitu melalui kondisi pasien secara umum,

ekstraoral dan intraoral. Pada pemeriksaan intraoral didapatkan hasil dari pemeriksaan klinis dan

Page 2: Laporan Skill Lab Ortodonsia (Autosaved)

dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen. Analisis model dilakukan pada

model yang telah dibuat dari proses mencetak pada pasien. Analisis model memiliki peran

penting dalam menentukan rencana perawatan apa yang akan dilakukan. Contohnya dengan

mengetahui besar kekurangan tempat yang didapat dari diskrepansi model, operator dapat

memilih apakah gigi pasien harus diekstraksi atau dilakukan ekspansi dengan menggunakan alat

maupun dengan mengurangi ketebalan enamel (slicing, stripping).

I. Analisis

I. A Analisa Umum

Riwayat Penderita : Pasien datang ke RSGM UNEJ ingin merapikan

gigi anteriornya yang berdesakan. Kondisi umum pasien sehat.

Diperlukan untuk mengetahui keluhan utama pasien, yang nantinya berkaitan

dengan garis besar perawatan ortodonsia yaitu kemungkinan perawatan dan

kebutuhan dalam perawatan.

Berat dan Tinggi Badan :19,5 kg/137 cmm

Untuk mengetahui status gizi pasien, membantu untuk memperkirakan

pertumbuhan dan perkembangan pasien, serta mengetahui BMI pasien, apakah dia

termasuk underweight, healthy-weight, atau normal-weight. Dilihat dari tinggi

dan berat pasien, BMI pasien 10,42 dan tergolong underweight, sehingga

diperlukan edukasi untuk memperbaiki kondisi pasien. Tipe skelet pasien terlihat

ektomorf.

Kebangsaan/Suku : Indonesia/Jawa

Ada beberapa suku bangsa atau ras yang memiliki ciri-ciri spesifik yang masih

tergolong normal dan berbeda satu sama lain. Contohnya, pada suku Jawa yang

termasuk ras Mongoloid. Ukuran gigi dan lengkung rahang ras Mongoloid lebih

besar dan panjang daripada ras Kaukasoid. Sedangkan tinggi palatum ras

Mongoloid cenderung lebih rendah dan datar dibandingkan dengan ras Kaukasoid

yang memiliki kubah palatum tinggi.

Penyakit anak-anak, alergi : Demam Berdarah, tidak ada alergi

Page 3: Laporan Skill Lab Ortodonsia (Autosaved)

Dengan mengetahui ini diharapkan operator mampu mendapatkan

pengetahuan yang lebih banyak untuk mempertimbangkan rencana perawatan

yang akan dilakukan. Pertimbangan yang dimaksud contohnya adalah apakah

penyakit yang pernah diderita pasien itu berpengaruh dengan pertumbuhan dan

perkembangan rahang dan gigi sehingga berkaitan dengan maloklusi, apakah

penyakit tersebut dapat menghambat perawatan yang akan dilakukan, dan apakah

penyakit itu dapat menular ke operator. Contoh penyakit anak-anak seperti kurang

gizi dan hipertensi.

Sedangkan alergi ini cenderung dikaitkan dengan alergi terhadap obat dan

bahan. Jika operator mengetahui ada riwayat alergi pada pasien, maka sebisa

mungkin operator harus menggunakan bahan dan obat lain yang tidak merangsang

terjadinya reaksi alergi. Pada pasien tidak ditemukan adanya penyakit yang dapat

berkaitan dengan perawatan dan juga alergi.

Kelainan Endokrin : taa

Kelainan endokrin pada kelenjar tiroid, paratiroid, adrenal, dan pituitari

memiliki manifestasi di rongga mulut terutama pada ukuran rahang, gigi, lidah,

bibir, tonsil maupun tulang rahang pasien. Contohnya pada kelainan

hiperpituitarisme seperti gigantisme, ukuran rahang akan terlihat menonjol, erupsi

gigi dini, akar gigi lebih panjang dari normal dan terjadi maloklusi yang parah.

Contoh lain adalah adanya kelainan seperti hipotiroidisme yang ditandai dengan

keterlambatan erupsi gigi pergantian, sehingga pada usia dewasa dapat ditemukan

gigi susu yang masih belum erupsi.

Operasi : taa

Dikaitkan dengan adanya tindakan operasi yang mungkin dapat menjadi

penyebab maloklusi pasien, misalnya operasi yang melibatkan daerah dento-

facial, dan juga adanya trauma pada daerah tersebut yang menyebabkan harus

dilakukannya suatu tindakan operasi.

Tonsil : taa

Page 4: Laporan Skill Lab Ortodonsia (Autosaved)

Ini berhubungan dengan rencana perawatan, karena jika ada kelainan pada

tonsil terutama yang serius, maka lebih baik dikonsultasikan dengan dokter THT

sebelum pemasangan alat. Jika tonsil mengalami peradangan, terutama tonsil

palatina mengalami peradangan, maka dapat menyebabkan kesulitan dalam

penelanan.

Kelainan Saluran Pernapasan : taa

Kelainan saluran pernapasan ini dapat berupa adanya obstruksi atau

kebuntuan saluran napas sehingga pasien harus bernapas melalui mulut. Bernapas

melalui mulut ini dapat menjadi penyebab terjadinya maloklusi dengan ciri-ciri

palatum tinggi, wajah sempit, openbite, dan protrusi gigi anterior RA.

Ciri Keluarga : taa

Berkaitan dengan genetik. Biasanya operator dapat mengamati kondisi

orang tua yang mendampingi anaknya, dan mengaitkannya dengan kondisi RM

anaknya. Karena pasien tidak didampingi orang tua ketika datang ke RSGM,

maka operator tidak dapat memeriksa dan melihat kondisi orangtuanya.

I. B Analisa Lokal

I. Ektra Oral

Tipe Profil : Cembung

Pada pasien, garis imajiner yang dihubungkan dari glabela, lip countour dan

symphisis membentuk tipe profil cembung atau bisa disebut juga tipe skeletal

Klas II. Tipe skeletal berhubungan erat dengan hubungan rahang dan basis

kranium. Kaitannya dengan tipe skeletal adalah adanya variasi ukuran rahang

(lebih besar/lebih kecil) dan posisi rahang (lebih ke depan/ke belakang). Jika

mandibula protrusi (Klas III Skeletal) maka tipe profil cenderung cekung dan jika

mandibula retrusi (Klas II Skeletal) maka tipe profil menjadi cembung.

Dari tipe profil, kita juga bisa melihat apakah maloklusi pada pasien

disebabkan karena proinklinasi gigi (contoh: pada insisivus RA) atau karena

adanya protrusi maksila. Jika maksila yang mengalami protrusi, maka itu

Page 5: Laporan Skill Lab Ortodonsia (Autosaved)

berhubungan dengan tipe skeletal. Hal ini akan menyebabkan perawatan untuk

mengurangi overjet menjadi semakin sulit dibanding dengan kondisi protrusi

akibat proinklinasi gigi.

Karena itulah hubungan skeletal membatasi jenis dan jumlah pergerakan

gigi yang bisa dilakukan terutama pada gigi insisivus.

Pada pasien, maksila lebih protrusi daripada mandibula, namun posisi gigi

insisivus RAnya tidak labioversi, tetapi palatoversi.

Tipe Wajah, Tipe Kepala : Ovoid, Mesosefalik

Tipe wajah dan kepala saling berkaitan satu sama lain, dan juga

berhubungan dengan variasi bentuk lengkung rahang.

Tipe Kepala Tipe Wajah Tipe Lengkung Rahang

Brachysephalik Pendek dan Lebar Lebar

Mesosephalik Ovoid Parabola

Dolicosephalik Sempit Panjang

Tonus Otot (Bibir atas dan bawah) : Normal

Ukuran bibir berkaitan dengan ukuran rahang dan variasi hubungan tulang

basal antara kedua rahang. Bibir dapat mempengaruhi posisi insisivus dan posisi

bibir dipengaruhi oleh tipe skeletalnya juga. Misalnya pada pasien Klas II Skeletal

(maksila protrusi) maka bibir atas akan lebih anterior dibanding bibir bawah. Jika

garis bibir bawah rendah (di bawah mahkota gigi RA; sisi labial) maka bibir

bawah berada di posterior insisivus RA dan dapat menyebabkan proinklinasi dan

terjadi labioversi. Sedangkan jika garis bibirnya tinggi (lebih dari ½ tinggi

mahkota gigi RA; sisi labial) maka posisi bibir bawah ada di anterior insisivus RA

dan dapat menyebabkan retroklinasi dan terjadi palatoversi.

Selain itu, jika bibir inkompeten/hipotonus maka biasanya mulut pasien

akan terbuka terus. Hal ini akan membuat aktivitas otot pasien menjadi progresif

untuk menutup mulutnya sehingga menyebabkan insisivus menerima tekanan

yang besar. Dan sebaliknya, jika bibir hipertonus maka tekanan yang diterima

Page 6: Laporan Skill Lab Ortodonsia (Autosaved)

insisivus baik dalam keadaan kontraksi maupun relaksasi juga besar dan dapat

menyebabkan terjadinya retrusi pada insisivus.

Pada pasien tipe skeletalnya Klas II, dan dalam kondisi relaksasi, bibir

sedikit terbuka dan insisivus RA terlihat sekitar 1-2 mm sedangkan pada insisivus

RB, tidak terlihat karena tertutupi bibir bawah . Hal ini merupakan kondisi yang

normal.

Fonetik : taa

Berhubungan dengan adanya maloklusi yang menyebabkan pengucapan

kata atau artikulasi normal/tidak normal. Biasanya pada pasien dengan kondisi

openbite anterior, atau lidahnya tidak kompeten, memiliki cara pengucapan kata

yang kurang baik. Pada pasien tidak terdapat kelainan dalam pengucapan kata.

Kebiasaan buruk : taa

Untuk melakukan perawatan pada pasien, sebelum melakukan tindakan

seperti pemasangan alat, hal pertama yang harus dilakukan adalah menghilangkan

atau mengurangi kebiasaan buruk pasien. Karena keberhasilan perawatan yang

tidak memperhatikan kebiasaan buruk pasien cenderung memiliki keberhasilan

yang rendah. Untuk mengatasi kebiasaan buruk ini dapat dengan bantuan kerja

sama orang tua.

II. Intra Oral

Jaringan mukosa mulut : Peradangan di gingiva gigi 84, 85 dan 42

Jaringan mukosa mulut yang mengalami inflamasi biasanya

mengindikasikan adanya oral hygiene yang kurang baik, dan harus diperbaiki

terlebih dahulu sebelum dilakukan perawatan. Tetapi pada pasien, gingiva gigi 84

dan 85 berwarna kemerahan dan mengalami peradangan karena ada gigi 44 yang

akan erupsi. Gigi 44 akan erupsi pada usia 10-12 tahun sedangkan pasien saat ini

berusia hampir 10 tahun. Sedangkan pada gigi 42 keradangan mungkin

disebabkan karena banyaknya gigi yang berjejal di sana (gigi 83,84,42) sehingga

dapat terjadi food impaction yang sulit dibersihkan dengan menggosok gigi.

Page 7: Laporan Skill Lab Ortodonsia (Autosaved)

Akibatnya bakteri mudah berkembang biak dan menginduksi respon inflamasi

gingiva.

Lidah : Normal

Ukuran, posisi istirahat dan fungsi lidah sangat berperan dalam

pertumbuhan gigi maupun perkembangan oklusi. Jika ukuran lidah terlalu besar,

maka lidah akan mencari ruang di RA dan RB. Akibatnya pertumbuhan vertikal

gigi terhambat dan dapat terjadi openbite dan gangguan pertumbuhan struktur

dentofasial. Selain itu, bibir yang hipotonus menyebabkan lidah dalam posisi

postural adaptif yaitu lidah bersandar di antara gigi insisivus RA dan RB untuk

mempertahankan kontak dengan bibir bawah. Adanya posisi ini bertujuan untuk

menutup bagian depan mulut agar dapat terjadi pernapasan melewati hidung.

Akibatnya adalah terjadi overbite yang tidak total karena ada perkembangan

vertikal yang terhalang pada gigi insisivus.

Palatum : Normal

Palatum yang tinggi biasanya berkaitan dengan kebiasaan bernapas melalui mulut

dan adanya pertumbuhan ke arah lateral yang tidak sempurna. Adanya palatum

yang tinggi menjadi sebuah pertimbangan karena dalam pembuatan model studi

dikhawatirkan tidak tercetaknya keseluruhan bagian anatomi palatum seperti

rugae palatina dan raphe palatina.

Kebersihan Mulut : Baik

Dilihat dengan menggunakan oral hygiene index (OHI). Cara menghitungnya

adalah rongga mulut dibagi menjadi 6 sextan (3 di RA dan 3 di RB) kemudian

dipilih 1 gigi untuk dihitung skornya.

Skor Kriteria

0 Tidak ada debris atau stain

1 Debris menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi

2 Debris menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi tapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi.

3 Debris menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi

Page 8: Laporan Skill Lab Ortodonsia (Autosaved)

Cara menghitung OHI adalah dengan menjumlahkan skor dari gigi yang telah

diperiksa kemudian dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa. Interpretasi hasil

OHI adalah:

Baik : 0,0-1,2

Sedang : 1.3-3,0

Buruk : 3,1-6,0

Pada pasien kami, OHInya adalah = 0+0+0+0+2+0/6 = 2/6 = 0,33, sehingga

kesehatan mulutnya termasuk baik.

Frekuensi Karies : Sangat Tinggi

Dapat dihitung dengan menggunakan indeks DMF-T pada pasien dengan gigi

permanen dan def-t pada pasien dengan gigi sulung. D/d untuk gigi karies, M/e

untuk gigi yang hilang sedangkan F/f untuk gigi yang ditumpat. Pada pasien, kami

mendapatkan ada 11 gigi yang karies (d=12), 1 gigi yang hilang karena karies

(e=1) dan tidak ada gigi yang pernah ditumpat (f=0). Kemudian hasil dari d+e+f

adalah 13 dan dibagi dengan jumlah orang yang diperiksa yaitu 1 sehingga 13/1

=13.

Kategori DMF-T menurut WHO :

0,0 – 1,1 = sangat rendah

1,2 – 2,6 = rendah

2,7 – 4,4 = sedang

4,5 – 6,5 = tinggi

> 6,6 = sangat tinggi

Pasien memiliki frekuensi karies yang sangat tinggi.

Pemeriksaan Roentgenogram

Untuk mengetahui adanya gigi yang impaksi, agenisi, supernumerary serta benih

gigi. Pada pasien, kami menemukan adanya benih gigi 13, 14, 15, 23, 34, 35, 43,

44, dan 45. Gigi yang sudah mendekati tulang alveolar adalah gigi 14, 44, dan 43.

Hal ini sesuai dengan umur erupsi gigi di mana gigi caninus bawah akan erupsi di

Page 9: Laporan Skill Lab Ortodonsia (Autosaved)

usia 9-10 tahun, sedangkan gigi premolar 1 bawah akan erupsi di usia 10-12 tahun

karena usia pasien saat ini menjelang 10 tahun. Tidak ada kelainan benih gigi lain

tetapi ada gigi yang tanggal prematur yaitu gigi 74 yang mungkin disebabkan oleh

resorpsi fisiologis gigi 34.

I. C Analisa Fungsional

Freeway space : 3 mm

Merupakan jarak interoklusal antara mandibula dalam posisi oklusi sentris dengan

mandibula dalam posisi relaksasi. Cara menghitung jaraknya adalah dengan

mengurangi jarak ketika mandibula posisi istirahat dengan jarak ketika mandibula

sedang dalam posisi oklusi sentris. Nilai normalnya adalah 2-3 mm. Freeway

space perlu diketahui untuk digunakan sebagai panduan untuk pemberian

peninggian gigit di posterior sehubungan dengan adanya crossbite anterior.

Apabila nilainya lebih besar daripada overbite maka tidak perlu diberi peninggian

gigit posterior. Sedangkan bila nilainya lebih kecil daripada overbite maka perlu

diberi peninggian gigit posterior untuk mencegah terjadinya blocking gigi

anterior.

Path of closure : Normal

Dilihat untuk mengetahui ada/tidaknya displacement atau deviasi mandibula. Jika

terdapat kesulitan dalam mengembalikan posisi mandibula dari posisi relaksasi ke

posisi oklusi sentris, atau gerakannya tidak smooth maka harus dicurigai ada

kelainan pada mandibula atau sendi temporomandibularnya. Pada pasien tidak

ditemukan kelainan path of closure.

Sendi Temporomandibular : Normal

Untuk mengetahui adanya kelainan pada hubungan persendian tulang condylus

mandibula dengan fossa glenoid. Jika ada kelainan maka akan terdengar atau

terasa ada suara kliking dan krepitasi ketika dilakukan perabaan (palpasi) pada

bagian depan meatus akustikus ekternus. Tidak ada kelainan pada sendi TMJ

pasien. Adanya kelainan pada TMJ juga dapat disebabkan oleh adanya suatu

Page 10: Laporan Skill Lab Ortodonsia (Autosaved)

kondisi kebiasaan mengunyah pada satu sisi sehingga kerja TMJ tidak seimbang,

dan akhirnya terjadi kelainan seperti krepitasi maupun kliking.

Pola Atrisi : Normal

Dikatakan tidak normal jika terdapat adanya gigi permanen yang atrisi pada fase

gigi geligi pergantian.

I. D Analisa Model

Bentuk Lengkung Gigi : Normal

Biasanya berhubungan dengan tipe kepala dan tipe wajah.

Jumlah lebar 4 Insisivus RA : 31 mm

Lebar mesiodistal dari 4 Insisivus dihitung satu per satu dengan menggunakan

jangka. Jika jumlahnya adalah x, maka:

x < 28 mm = Mikrodonsia

28 mm ≤ x ≥ 36 mm = Normal

x > 36 mm = Makrodonsia

Jumlah lebar 4 insisivus RA pasien adalah 31 mm dan tergolong normal.

Diskrepansi Model

Tempat yang tersedia

Penghitungan tempat yang tersedia adalah dengan mengukur panjang

lengkung rahang dengan menggunakan wire. Wire diletakkan di fissure gigi

yang berada di mesial M1 permanen, kemudian ke insisal edge dan diteruskan

sampai mesial M1 permanen di sisi sebelahnya. Besar tempat yang tersedia

sebesar 72 mm untuk RA dan 60 mm untuk RB

Tempat yang dibutuhkan

Karena pada foto roentgen dan model tidak dapat diidentifikasi jumlah lebar

mesio-distal secara tepat, maka kami menggunakan tabel prediksi Sitepu

dengan menghitung jumlah 4 insisivus RB. Kami mendapatkan jumlah 4 lebar

mesio-distal insisivus RB sebesar 23,5 mm. Kemudian dilihat di tabel

Page 11: Laporan Skill Lab Ortodonsia (Autosaved)

prediksi Sitepu, Y. RB (lebar C, P1 dan P2 RB) sebesar 21,72 mm. Tempat

yang dibutuhkan dihitung dengan menggunakan rumus:

X (jumlah lebar mesio-distal 4 insisivus RB) + Y. RB x 2

= 23,5 + 21,72 x 2

= 23,5 + 43,44

= 66, 94 mm

Sedangkan untuk lebar mesio-distal 4 insisivus RB sebesar 23,5 mm, nilai

Y.RA (lebar C, P1, P2 RA) sebesar 23.09. Maka tempat yang dibutuhkan

untuk RA dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

X (jumlah lebar mesio-distal 4 insisivus RA) + Y.RA x 2

= 31 + 23.09 x 2

= 31 + 46.18

= 77, 18 mm

Hasil

Untuk mengetahui diskrepansi model, dapat menggunakan rumus:

Besar tempat yang tersedia – besar tempat yang dibutuhkan

Sehingga didapatkan hasil:

RA = 72 mm – 77, 18 mm = - 5,18 mm

RB = 60 mm – 66,94 mm = - 6,94 mm

Berarti untuk dapat mendapatkan pertumbuhan gigi yang ideal, pasien

memiliki kekurangan tempat sebesar 5,18 mm untuk RA dan 6,94 mm untuk

RB.

Kurva Spee

Karena pasien masih berada dalam fase gigi geligi pergantian, maka kurva spee

tidak bisa dihitung. Kurva spee hanya bisa dihitung ketika seluruh gigi permanen

telah erupsi, dan diukur mulai dari insisal edge RB ke caninus, kemudian ke bukal

cusp premolar dan molar.

Diastema : taa

Page 12: Laporan Skill Lab Ortodonsia (Autosaved)

Pergeseran gigi-gigi

Diukur dengan menggunakan simetroskop yang diletakkan di atas gigi senama.

Kemudian pada gigi senama itu dilihat yang tidak tertutupi simetroskop, maka

gigi tersebut disebut ‘gigi yang lebih mesial daripada gigi senamanya’. Pada

pasien gigi 26 lebih mesial daripada 16 dan gigi 36 lebih mesial daripada 46.

Untuk gigi 36 lebih mesial daripada 46 kemungkinan disebabkan karena adanya

sedikit mesial drifting pada gigi 36 karena adanya tanggal prematur pada gigi 75.

Gigi-gigi yang terletak salah

Gigi yang terletak salah arah pada RA pasien adalah gigi 22 yang mesio labio

rotasi eksentris, gigi 12 disto labio rotasi eksentris dan gigi 11 21 yang

palatoversi. Terjadinya letak salah arah pada gigi 22 dan 12 mungkin disebabkan

karena kekurangan tempat untuk erupsi. Tempat yang seharusnya untuk gigi 22

dan 12 erupsi, ditempati oleh gigi 11 dan 21 yang erupsi lebih awal. Sedangkan

pada RB pasien, terdapat gigi 32 dan 42 yang linguoversi.

Pergeseran garis median terhadap muka

Ada kemungkinan terjadi pergeseran garis median ini disebabkan oleh adanya

gigi yang tanggal prematur atau ada gigi yang terdorong keluar dari lengkung

sehingga gigi anterior bergeser ke arah ruang yang terbentuk akibat tanggal

prematur itu. Pada pasien terdapat pergeseran garis median ke kanan sebesar 2

mm pada RA dan pergeseran garis median ke kiri sebesar 1 mm.

Kelainan kelompok gigi

Letak Berdesakan

Pada pasien ditemukan gigi yang berdesakan baik di RA maupun RB.

Tetapi hal ini diharapkan akan bisa diperbaiki mengingat pasien masih

berada dalam fase pertumbuhan yang aktif.

Supra Posisi : taa

Infra Posisi : taa

Retrusi Anterior

Page 13: Laporan Skill Lab Ortodonsia (Autosaved)

Gigi 11 dan 21 yang palatoversi kemungkinan dapat disebabkan tekanan

berlebih dari bibir bawah.

Protrusi Anterior : taa

Relasi geligi RA terhadap RB

Sagital

Dari antero-posterior, relasi molar pasien adalah relasi netroklusi karena

mesiobukal cusp M1 permanen RA ada di bukal groove M1 permanen RB.

Perawatan yang akan dilakukan harus mempertimbangkan untuk menjaga

agar relasi molar tetap netroklusi. Sedangkan relasi caninusnya tidak bisa

dilihat selama gigi caninus masih gigi sulung.

Transversal

Tidak ada crossbite yang terjadi pada gigi posterior.

Vertikal

Tidak ada crossbite yang terjadi pada gigi anterior.

Relasi gigi anterior RA terhadap RB

Tumpatan Gigit

Merupakan jarak vertikal antara insisal edge insisivus sentral RA dan RB

atau disebut dengan overbite. Besar overbite normal adalah 2-4 mm,

sedangkan overbite pasien sebesar 6 mm, dan insisal edge gigi RB hampir

menyentuh palatum. Kondisi pasien ini bisa disebut deep overbite.

Jarak Gigit

Merupakan jarak horisontal antara insisal edge insisivus RA dan RB dan

disebut overjet. Nilai normal overjet adalah 2-4 mm, dan overjet pasien

adalah 3 mm. Besar overjet pasien tergolong normal.

II. Etiologi dari Maloklusi

Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan yang kami lakukan, kami mendapati bahwa pasien

mengalami tanggal prematur pada gigi 75, sehingga terjadi mesial drifting pada gigi 36.

Kemudian gigi 11 dan 21 yang erupsi duluan lebih ke arah palatoversi mengambil tempat

Page 14: Laporan Skill Lab Ortodonsia (Autosaved)

erupsi gigi 22 dan 12 sehingga terjadi rotasi eksentris pada sisi mesial dan distal. Gigi 83

juga terdorong ke labial kemungkinan karena erupsi gigi 42 yang kekurangan tempat karena

sudah ditempati oleh gigi 41 dan 31.

III. Diagnosis

Klasifikasi maloklusi menurut Angle adalah Klas I dengan gigi anterior berdesakan,

pergeseran garis median 2 mm ke kanan, tumpatan gigit bertambah dan gigi 75 tanggal

prematur.

IV. Ringkasan

1. Diagnosa : Pasien perempuan usia 9 tahun dengan gigi berdesakan anterior,

pergeseran garis median 2 mm ke kanan dan tumpatan gigi bertambah.

2. Diskrepansi model didapatkan hasil kekurangan tempat RA 6,18 mm dan RB 6,94 mm.

3. Gigi 75 tanggal prematur.

4. Etiologi maloklusi karena gigi 75 yang tanggal prematur.

V. Macam Perawatan

Ekstraksi Seri : Gigi 63, 53, 83, 73

Alasan dilakukannya ekstraksi seri adalah untuk memberikan ruang untuk gigi permanen

agar bisa erupsi ke susunan yang baik. Salah satu tahapan ekstraksi seri adalah dengan

mencabut gigi caninus sulung. Pada pasien kami, terdapat rotasi eksentris pada gigi 12 dan

22, dan diharapkan pencabutan gigi 63 dan 53 dapat menimbulkan perbaikan spontan pada

gigi tersebut karena posisi apikal gigi masih dalam lengkung normal. Malposisi pada gigi

insisivus lateral tadi juga bisa mengalami perbaikan spontan ketika kondisi berjejal tidak

lebih dari 1/3 lebar unit insisivus di masing-masing kuadran.

Selain itu, pencabutan gigi 63 bertujuan untuk memberikan tempat erupsi gigi 14 yang

sudah berada di dekat tulang alveolar. Gigi susu yang lebih cepat tanggal (contoh: karena

pencabutan) dapat mendorong erupsi gigi pengganti yang lebih cepat juga. Pencabutan gigi

83 dan 73 bertujuan untuk memberikan tempat pada gigi 43 yang sudah akan erupsi kira-kira

pada usia 9-10 tahun.

Page 15: Laporan Skill Lab Ortodonsia (Autosaved)

Perawatan Pasif : Dengan Alat Space Maintainer pada gigi 36

Alasan digunakannya SM pada gigi 36 adalah mencegah mesial drifting gigi 36, yang

akibatnya akan merubah relasi M1 permanen yang netroklusi. Frekuensi karies pasien sangat

tinggi tapi OHIs tergolong rendah. Gigi 35 yang akan menggantikan gigi 75 yang tanggal

prematur telah siap menembus mukosa oral pada usia 11-12 tahun, sehingga penggunaan SM

diharapkan dapat menjaga ruang untuk erupsi gigi 35.