Laporan Resmi Praktikum Dasgro

31
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGRONOMI ACARA V PEMECAHAN DORMANSI DAN ZAT PENGHAMBAT PERKECAMBAHAN BIJI Disusun oleh Anggota Kel. : Imania Saptarini (11515) Fahmi Ekaputra (12147) Eristyana Yunindio S. (12156) Dini Rahmawati (12169) Fitrah Derry S. (12182) Ranny Yulia W. (12202) Gol / Kel : A2 / 5 Asisten : Harimurti Buntaran

Transcript of Laporan Resmi Praktikum Dasgro

Page 1: Laporan Resmi Praktikum Dasgro

LAPORAN RESMI PRAKTIKUMDASAR-DASAR AGRONOMI

ACARA VPEMECAHAN DORMANSI DAN ZAT PENGHAMBAT

PERKECAMBAHAN BIJI

Disusun oleh

Anggota Kel. : Imania Saptarini (11515) Fahmi Ekaputra (12147)

Eristyana Yunindio S. (12156) Dini Rahmawati (12169) Fitrah Derry S. (12182) Ranny Yulia W. (12202)Gol / Kel : A2 / 5Asisten : Harimurti Buntaran

LABORATORIUM MANAJEMEN DAN PRODUKSI TANAMANJURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADA

2011

Page 2: Laporan Resmi Praktikum Dasgro

ACARA V

PEMECAHAN DORMANSI DAN ZAT PENGHAMBAT

PERKECAMBAHAN BIJI

I. TUJUAN

1. Mengetahui penyebab terjadinya dormansi biji.

2. Mengetahui pengaruh perlakuan mekanis dan khemis terhadap

perkecambahan biji berkulit keras.

3. Mengetahui pengaruh cairan buah terhadap perkecambahan biji.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Perkecambahan merupakan suatu proses pertumbuhan dari biji setelah mengalami

masa dormansi bila kondisi-kondisi sekelilingnya memungkinkan. Banyak faktor

yang berpengaruh dalam merangsang atau memacu proses perkecambahan ini, baik

yang bersifat internal maupun eksternal. Beberapa faktor tersebut antara lain ketersediaan

air, suhu, udara (gas-gas), dan cahaya (Novijanto, 1996).

Beberapa biji tidak berkecambah ketika berada di bawah kondisi normalnya yang

baik untuk berkecambah yaitu persediaan air yang cukup, temperatur yang cocok dan

susunan atmosfer yang normal. Dormansi dapat disebabkan karena banyak hal. Mungkin

disebabkan karena ketidakmatangan embrio, air atau gas tidak dapat ditembus oleh lapisan

biji, perlakuan mekanis, suhu atau pencahayaan yang tidak sesuai, atau kehadiran substansi

penghambat perkecambahan ( Mayer and Mayber, 1963 ).

Dormansi benih adalah istilah yang digunakan untuk keadaan dimana benih yang

baik tidak bisa berkecambah meskipun berada pada kondisi/lingkungan yang sesuai untuk

perkecambahan. Dormansi benih merupakan suatu cara untuk mempertahankan diri dari

keadaan yang tidak menguntungkan, misalnya masa kering yang panjang, sehingga benih

tidak berkecambah secara serentak. Benih dikatakan sulit berkecambah bila waktu yang

diperlukan untuk berkecambah lebih dari seminggu dan memerlukan perlakuan

pendahuluan untuk mempercepat perkecambahannya. Dengan perlakuan pendahuluan,

benih dapat berkecambah lebih serentak. Jenis-jenis dormansi benih adalah (Mulawarman,

et al., 2002) :

a. Dormansi fisik

Page 3: Laporan Resmi Praktikum Dasgro

Dormansi fisik adalah dormansi yang disebabkan oleh kulit biji yang tidak bias dilewati

air. Air sangat diperlukan untuk proses perkecambahan.

b. Dormansi mekanis

Dormansi mekanis adalah dormansi yang disebabkan oleh kulit biji yang keras,

sehingga tidak bias ditembus akar.

c. Dormansi kimia

Dormansi kimia disebabkan oleh adanya zat tertentu dalam benih yang menghambat

perkecambahan benih.

Karakteristik kulit biji yang keras misalnya pada golongan Cannaceae,

Convolvulaceae, Fabaceae, Geraniaceae, and Malvaceae. Tipe dormansi semacam ini

membuat biji tahan lama untuk disimpan bertahun-tahun, bahkan dalam temperature

penyimpanan yang hangat. Perkecambahan pada biji berkulit keras dapat dipercepat

dengan metode menghaluskan kulit atau menggemburkan kulit keras tersebut scarify

(Hartmann and Dale, 1975).

Banyak benih yang tidak berkecambah bila ditaruh pada keadaan normal dipandang

favorable untuk perkecambahan yaitu:persediaan air cukup, suhu yang cocok dan

kompetisi udara yang normal. Benih tersebut dapat ditunjukkan sebagai hidup, karena

dapat dirangsang untuk berkecambah dengan berbagai perlakuan-perlakuan istimewa.

Benih-benih yang demikian dikatakan sedang tidur (dormant) atau dalam keadaan sedang

dormansi. Dormansi sendiri dapat disebabkan oleh berbagai sebab. Dapat disebabkan

ketidakdewasaan embrio, ketidakpermeabilitas kulit biji terhadap air dan gas-gas, halangan

perkembangan embrio oleh sebab-sebab mekanis, kebutuhan-kebutuhan khusus untuk suhu

atau cahaya, atau kehadiran bahan-bahan penghamabat perkecambahan. After ripening

adalah proses yang harus terjadi dalam embrio dan dapat terjadi hanya dengan waktu dan

tidak dapat disebabkan oleh cara -cara yang telah diketahui selain penyimpanan benih yang

cocok. After ripening sering terjadi selama penyimpanan kering. Dalam hal-hal lain

penyimpanan benih-benih dalam keadaan kering tidak menyebabkan after ripening. Benih-

benih harus disimpan dalam keadaan berimbibisi, biasanya dalam suhu rendah, supaya

after ripening berlangsung. Hal ini sering disebut dengan stratifikasi (Harjadi, 1986).

Dormansi (pembawaan atau diinduksikan) mempunyai fungsi-fungsi untuk mencegah

perkecambahan, bila keadaan untuk sementara masih menguntungkan, tetapi sebagai

konsekuensinya tidak lagi demikian bagi semai berikutnya, dan kedua untuk menjembatani

Page 4: Laporan Resmi Praktikum Dasgro

keadaaan tidak menguntungkan yang datang secara mendadak, baik yang bersifat biotik

maupun klimatik. Dormansi menurut pembawaan dapat disebabkan oleh (Van Der Pijl,

1990):

Lembaga yang rudimenter

Lembaga yang dari segi fisiologi belum masuk

Kulit biji yang sangat kuat tak tertembus air

Adanya zat-zat penghambat

Kualitas benih ditentukan antara lain oleh tingkat kemasakan biji yang dalam proses

perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat kemasakan buah. Benih yang berasal dari buah

yang masih muda kualitasnya akan jelek, karena benih akan menjadi tipis, ringan, dan

berkeriput apabila dikeringkan serta daya hidupnya sangat rendah. Dalam hal ini

kemungkinan embrio belum berkembang sempurna dan cadangan makanan pada

endosperm belum lengkap (Soetopo et al., 1989).

Page 5: Laporan Resmi Praktikum Dasgro

III. METODOLOGI

Praktikum Dasar-dasar Agronomi Acara V yaitu Pemecahan Dormansi dan Zat

Penghambat Perkecambahan Biji dilaksanakan di Laboratorium Manajemen dan Produksi

Tanaman Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, pada

tanggal 22 Maret 2011. Bahan-bahan yang digunakan antara lain: biji saga (Abrus

precatorius), biji padi (Oryza sativa), H2SO4 pekat, aquades, coumarin 0%, 25%, 50%, dan

100%. Alat-alat yang digunakan, yaitu beker gelas, pengaduk kaca, kertas filter, petridish,

amplas, dan pinset.

Cara kerja pada perlakuan khemis pada biji berkulit keras adalah 100 biji saga diambil,

kemudian direndam dalam H2SO4 selama 1 menit, 3 menit, 6 menit, dan dalam air sebagai

kontrol masing-masing 10 biji. Biji yang telah direndam H2SO4 dicuci dengan air sampai

bersih, kemudian biji direndam ke dalam larutan NaHCO3 selama beberapa menit untuk

menetralisir asam sulfat. Selanjutnya biji-biji tersebut dicuci dengan air bersih lalu

dikecambahkan pada petridish yang telah dialasi kertas filter basah. Setiap hari selama 10

hari diamati, yang berkecambah dihitung lalu dibuang dan yang berjamur dibuang. Jika

media berjamur maka segera diganti. Perhitungan GB dan IV, grafik GB dan IV vs hari

pengamataan dibuat. Perlakuan selanjutnya yaitu perlakuan mekanis pada biji berkulit

keras. Cara kerja pada perlakuan mekanis pada biji berkulit keras adalah 10 biji saga

diambil dan diamplas bagian tepinya. Biji-biji tersebut dikecambahkan pada petridish yang

telah dialasi sehelai kertas filter basah. Biji-biji yang tidak diperlakukan juga

dikecambahkan dalam jumlah yang sama sebagai kontrol. Setiap hari selama 10 hari

diamati, yang berkecambah dihitung lalu dibuang, yang berjamur dibuang. Jika media

berjamur maka segera diganti. Gaya berkecambah dan indeks vigor dihitung. Kemudian

dibuat grafik GB dan IV vs hari pengamataan. Perlakuan yang ketiga yaitu percobaan

pengaruh cairan daging buah. Cara kerja pada percobaan pengaruh cairan daging buah

adalah 100 biji padi disiapkan. Biji-biji tersebut dikecambahkan pada 4 petridish, masing-

masing 25 biji dengan alas kertas saring masing-masing dibasahi dengan coumarin 0%,

25%, 50%, dan 100%. Setiap hari selama 1 minggu diamati perkecambahannya, yang

berkecambah dihitung lalu dibuang. Bila media berjamur maka diganti dengan yang baru

sesuai dengan perlakuan. Perlakuan kontrol (coumarin 0%) dilihat, bila biji sudah

berkecambah lebih dari 50% maka seluruh biji dari perlakuan lain dicuci dan diganti

medianya dengan air biasa. Kemudian pengamatan dilanjutkan hingga hari kesepuluh.

Page 6: Laporan Resmi Praktikum Dasgro

Gaya berkecambah dan indeks vigor dihitung. Kemudian dibuat grafik GB dan IV vs hari

pengamataan.

Page 7: Laporan Resmi Praktikum Dasgro

IV. HASIL PENGAMATAN

4.1. Tabel hasil pengamatan perlakuan biji saga dan biji padi yang berkecambah

Biji

PerlakuanJumlah Biji yang Berkecambah

1 2 3 4 5 6 7 8 91

0

Saga

H2SO4 1 menit - - - - -0

,2-

0,4

-0

,6

H2SO4 3 menit - - - - -0

,40

,2- - -

H2SO4 6 menit - - - -0

,4- - - -

0,6

Mekanisme (Amplas)

- - -0

,40

,40

,40

,20

,2- -

Kontrol - - - -0

,20

,20

,2- - -

Padi

Coumarin 0 % -1

0,64

,63

,42

,80

,80

,60

,2- -

Coumarin 25 % -9

,63

,43

4,2

1,8

0,4

0,2

- -

Coumarin 50 % -8

,62

,44

,23

,41

,40

,40

,6- -

Coumarin 100 % - -0

,42

,41

,40

,61

4,6

- -

4.2. Tabel hasil pengamatan indeks vigor (IV) biji saga dan biji padi

Biji PerlakuanIndeks Vigor (IV)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Saga

H2SO4 1 menit - - - - -0,03

- 0,05 -0,06

H2SO4 3 menit - - - - -0,06

0,02

- - -

H2SO4 6 menit - - - -0,08

- - - -0,06

Amplas - - - 0,10,08

0,06

0,02

0,025

- -

Kontrol - - - -0,04

0,03

0,02

- - -

Padi

Coumarin 0 % -5

,31

,50,85

0,56

0,10,08

0,03 - -

Coumarin 25 % -4

,81

,10,75

0,84

0,30,05

0,03 - -

Coumarin 50 % - 4 0 1,0 0,6 0,2 0,0 0,08 - -

Page 8: Laporan Resmi Praktikum Dasgro

,3 ,8 5 8 5Coumarin 100

%- -

0,1

0,60,28

0,10,14

0,58 - -

4.3. Tabel hasil pengamatan gaya berkecambah (GB) biji saga dan biji padi

Biji

PerlakuanGaya Berkecambah (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 91

0

Saga

H2SO4 1 menit

- - - - - 2 2 6 61

2H2SO4 3 menit

- - - - - 4 6 6 6 6

H2SO4 6 menit

- - - - 4 4 4 4 41

0

Amplas- - - 4 8

12

14

16

16

16

Kontrol - - - - 2 4 6 6 6 6

Padi

Coumarin 0 %

-2

1,22

7,23

0,63

2,843

3,243

3,563

3,683

3,73

3,7Coumarin 25

%-

19,2

23,6

26,6

29,96

31,16

31,36

31,48

31,5

31,5

Coumarin 50 %

-1

7,22

0,42

4,62

7,322

8,122

8,322

8,642

8,62

8,6Coumarin 100 %

- -0

,42

,83,

924,

324,

887,

27

,27

,2

V. PEMBAHASAN

Page 9: Laporan Resmi Praktikum Dasgro

Dormansi, yaitu peristiwa dimana benih tersebut mengalami masa istirahat

(dorman). Dormansi benih adalah istilah yang digunakan untuk keadaan dimana benih

yang baik tidak bisa berkecambah meskipun berada pada kondisi/lingkungan yang sesuai

untuk perkecambahan. Dormansi benih merupakan suatu cara untuk mempertahankan diri

dari keadaan yang tidak menguntungkan, misalnya masa kering yang panjang, sehingga

benih tidak berkecambah secara serentak. Benih dikatakan sulit berkecambah bila waktu

yang diperlukan untuk berkecambah lebih dari seminggu dan memerlukan perlakuan

pendahuluan untuk mempercepat perkecambahannya.

Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya,

hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses

tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah

masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh

yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya.

Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan

stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo. Benih yang mengalami dormansi

dapat ditandai oleh :

1) Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air.

2) Proses respirasi tertekan / terhambat.

3) Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan

4) Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.

Dormansi dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut :

a. Impermeabilitas kulit biji terhadap air

Benih-benih yang termasuk dalam type dormansi ini disebut sebagai “Benih keras”

karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa

palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar. Dan bagian dalamnya

mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula.

b. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio

Disini kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit biji

dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan segera.

c. Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas

Pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika

tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel misalnya, suplai oksigen sangat

Page 10: Laporan Resmi Praktikum Dasgro

dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk kegiatan respirasi embrio.

Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada daerah dengan temperatur hangat.

d. Adanya zat penghambat atau senyawa-senyawa kimia yang terdapat pada

kulit biji dan cairan daging buah dapat menghambat perkecambahan biji. Zat penghambat

dapat berada dalam embrio, endosperm, kulit biji maupun daging buah.

Perlakuan mekanis (skarifikasi) pada kulit biji umum dipergunakan untuk

memecahkan dormansi benih yang disebabkan oleh impermeabilitas kulit biji baik

terhadap air atau gas, resistensi mekanis kulit perkecambahan yang terdapat pada kulit biji.

Perlakuan mekanis dilakukan dengan cara penusukan, pengoresan, pemecahan, pengikiran

atau pembakaran, dengan bantuan pisau, jarum, kikir, kertas gosok, atau lainnya adalah

cara yang paling efektif untuk mengatasi dormansi fisik. Skarifikasi manual efektif pada

seluruh permukaan kulit biji, tetapi daerah microphylar dimana terdapat radicle, harus

dihindari. Kerusakan pada daerah ini dapat merusak benih, sedangkan kerusakan pada

kotiledon tidak akan mempengaruhi perkecambahan. Stratifikasi perlakuan yang

digunakan untuk memecahkan dormansi dengan memberi temperatur rendah pada keadaan

lembab. Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat

menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-

bahan yang merangsang pertumbuhan.. Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap jenis

tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili.

Zat-zat penghambat perkecambahan yang diketahui terdapat pada tanaman antara lain

adalah ammonia, abscisis acid, benzoic acid, ethylene, alkaloid, alkaloids lactone (antara

lain coumarin). Coumarin diketahui dapat menghambat kerja enzim yang berperan penting

dalam proses perkecambahan biji. Senyawa coumarin dapat dijumpai dalam bentuk bebas

atau terikat sebagai glikosida. Coumarin memberikan bau yang menyenangkan pada

banyak tumbuhan. Coumarin terdapat pada akar buah, biji, dan korteks. Tumbuhan yang

menghasilkan coumarin antara lain Anthoxantum odoratum (Gramineae), Melitotus albus

(Leguminosae), Galium triflorum (Rubiaceae), Ficus radicans ( Moraceae) dll. Coumarin

itu sendiri merupakan bentuk lakton daripada cis-0- hidroksisinamat, terdapat sebagai

glikosida melilotoside.

Gambar senyawa coumarin

Page 11: Laporan Resmi Praktikum Dasgro

Dalam percobaan ini yang digunakan sebagai bahan adalah biji saga (Abrus

precatorius). Biji saga merupakan salah satu biji yang mempunyai kulit biji yang keras.

a. Gaya Berkecambah pada biji saga

b.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1002468

1012141618

Gaya Berkecambah Biji Saga

H2SO4 1 menitH2SO4 3 menitH2SO4 6 menitAmplasKontrol

Hari ke-n

GB

5.1 Grafik gaya berkecambah biji saga

Perlakuan mekanis pada biji saga

Kulit biji saga di amplas bagian tepinya dahulu sebelum dikecambahkan. Kulit biji yang

terlalu keras menyebabkan biji bersifat impermeable pada air dan gas-gas yang diperlukan

untuk perkecambahan. Selain itu kulit biji yang keras menyebabkan embrio yang memiliki

daya berkecambah rendah tidak dapat menyobek kulit yang berarti embrio tidak dapat

keluar untuk tumbuh sebagaiman mestinya. Hal ini dapat dilihat pada grafik gaya

berkecambah di atas bahwa biji saga yang diamplas gaya berkecambahnya lebih tinggi

dibandingkan dengan biji saga yang tidak diamplas. Ini menunjukkan bahwa metode

pengamplasan atau skarifikasi dapat mematahkan dormansi. Hal ini sesuai dengan teori

bahwa dormansi dapat diatasi dengan melakukan pemarutan atau penggoresan yaitu

dengan menghaluskan kulit benih agar dapat dilalui air dan udara.

Perlakuan khemis pada biji saga

Dalam perlakuan khemis yaitu dengan bahan-bahan kimi untuk membantu melunakkan

kulit biji yang keras. Percobaan ini menggunakan larutan khemikalia yaitu asam sulfat. Biji

saga direndam dalam larutan khemikalia tersebut dengan lama perendaman 1’, 3’, 6’. Hasil

percobaan terlihat biji berkecambah meskipun hasilnya fluktuatif. Ini menunjukkan bahwa

H2SO4 memacu perkecambahan biji. Hasil telah sesuai dengan teori bahwa perkecambahan

dapat sangat dipacu dengan merendam biji terlebih dahulu dengan asam sulfat selama

Page 12: Laporan Resmi Praktikum Dasgro

beberapa menit sampai satu jam selanjutnya. Dari hasil percobaan dan perhitungan

diperoleh hasil bahwa perendaman selam 6’ memberikan hasil paling rendah dibandingkan

dengan perendaman selama 1’ dan 3’. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan

semakin lama biji direndam dalam H2SO4 maka gaya berkecambahnya semakin baik. Hal

ini kemungkinan disebabkan karena terlalu lamanya perendaman dengan H2SO4

menyebabkan terlalu banyak H2SO4 yang masuk ke dalam biji sehingga terjadi keracunan

pada biji dan biji tidak dapat berkecambah dengan baik.

c. Indeks Vigor (IV) pada perlakuan biji saga

1 2 3 4 5 6 7 8 9 100

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

Indeks Vigor Biji Saga

H2SO4 1 menitH2SO4 3 menitH2SO4 6 menitAmplasKontrol

Hari ke-n

IV

5.2 Grafik Indeks Vigor Biji Saga

Perlakuan mekanis pada biji saga

Dari hasil percobaan, biji saga yang diamplas terlebih dahulu sebelum dikecambahkan

mempunyai IV lebih baik dibandingkan dengan biji yang tidak diamplas terlebih dahulu

(kontrol). Dari grafik dapat dilihat bahwa biji saga yang diamplas sudah berkecambah pada

hari ke-4 dengan IV sedangkan biji yang tidak diamplas pada hari ke-4 belum

berkecambah. Dari grafik IV bisa dilihat bahwa perkecambahan biji saga yang diamplas

mencapai tingkat yang lebih tinggi. IVnya mencapai titik tertinggi pada hari ke-4. IV

menunjukkan perbandingan biji yang berkecambah dengan hari pengamatan. Semakin

tinggi IV menunjukkan bahwa semakin banyak biji yang berkecambah di hari itu.

Perlakuan khemis pada biji saga

Page 13: Laporan Resmi Praktikum Dasgro

Grafik IV menunjukkan bahwa berkecambah cenderung turun meskipun fluktuatif atau

naik-turun. Sebagai contoh pada perendaman 6’, pada hari keempat IVnya mencapai angka

tertinggi tetapi pada hari pengamatan ke-5 sampai hari ke-9 IVnya 0 atau tidak ada biji

yang berkecambah . IV yang fluktuatif menunjukkan biji berkecambah tidak merata setiap

harinya. Dari semua perendaman hanya dengan perendaman 6’ yang mencapai titik

tertinggi. Penggunaan bahan kimia memiliki keuntungan yang lebih dibandingakan dengan

cara mekanis, dengan perlakuan mekanis kurang efisien dan efektif baik dalam waktu dan

tenaga terutama bila diterapkan dalam proses perkecambahan secara besar-besaran.

d. Grafik gaya berkecambah biji padi terhadap pengaruh coumarin

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1005

10152025303540

Gaya Berkecambah Biji Padi

Coumarin 0 %Coumarin 25 %Coumarin 50 %Coumarin 100 %

Hari ke-n

GB

5.3 Grafik gaya berkecambah biji padi terhadap pengaruh coumarin

Biji yang masih dibalut daging buah proses perkecambahannya pun akan berlangsung

lebih lambat bila dibandingkan dengan perkecambahan biji yang sudah dibersihkan dari

daging buahnya. Coumarin adalah cairan daging buah tomat yang digunakan untuk

mengetahui pengaruh cairan daging buah terhadap perkecambahan biji. Dari data yang

diperoleh dari hasil percobaan, gaya berkecambah yang tertinggi adalah coumarin 0%

sedangkan pada coumarin 100% mendapatkan hasil yang terendah. Hal ini sesuai dengan

teori bahwa semakin tinggi kandungan coumarin, semakin sedikit jumlah biji yang dapat

berkecambah. Hal ini disebabkan karena coumarin dikenal sebagai zat penghambat

perkecambahan karena coumarin dapat menghambat kerja enzim yang membantu proses

perkecambahan.

e. Grafik indeks vigor biji padi terhadap pengaruh coumarin

Page 14: Laporan Resmi Praktikum Dasgro

1 2 3 4 5 6 7 8 9 100

1

2

3

4

5

6

Indeks Vigor Biji Padi

Coumarin 0 %Coumarin 25 %Coumarin 50 %Coumarin 100 %

Hari ke-n

IV

5.4 Grafik indeks vigor biji padi terhadap pengaruh coumarin

Dari grafik IV diketahui bahwa biji padi yang dapat mencapai titik tertinggi adalah juga

pada biji padi dengan perlakuan coumarin 0% dengan IVnya 5,3 pada hari pengamatan

kedua. Kemudian diikuti dengan perlakuan coumarin 25%, 50%, dan 100%. Semakin

tinggi IV menunjukkan bahwa semakin banyak biji yang berkecambah di hari tersebut.

Sedangkan perbedaan hari di mana IV mencapai titik tertinggi menunjukkan bahwa tingkat

perkecambahan biji padi tiap perlakuan berbeda.

Page 15: Laporan Resmi Praktikum Dasgro

VI. KESIMPULAN

1. Dormansi biji yang disebabkan oleh kerasnya biji menyebabkan kulit biji yang

keras sehingga impermeable terhadap air dan gas-gas, adanya zat penghambat dan embrio

yang rudimentair.

2. Pemecahan dormansi cara mekanis (mengamplas, mengikir, mengupas, memotong)

dapat mempercepat perkecambahan dibandingkan dengan tanpa perlakuan karena

pengamplasan menyebabkan kulit biji mudah dilewati air dan gas-gas.

3. Perlakuan khemis dengan menggunakan asam sulfat juga dapat memacu

perkecambahan biji.

4. Coumarin atau cairan daging buah yang terkandung dalam buah tomat dapat

menghambat perkecambahan biji.

Page 16: Laporan Resmi Praktikum Dasgro

DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, S. S. 1986. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta.

Hartmann, H.T. dan Dale E.K. 1975. Plant Propagation Principles and Practices. Prentice-Hall, Inc., New Jersey.

Mayer, A. M. dan A. P. Mayber. 1963. The Germination of Seeds. Pergawon Press, Jerussalem.

Mulawarman., J. M., Roshetko, S. M. Sasongko dan D. Irianto. 2002. Pengelolaan

Benih Pohon. ICRAF & Winrock International. Bogor.

Novijanto, N. 1996. Pengaruh suhu dan lama perendaman terhadap mutu kecambah kacang hijau. Agrijournal III: 29-37.

Soetopo, L., Ainurrasyid, dan Sesanti B. 1989. Pengaruh kualitas benih terhadap pertumbuhan dan produksi lombok besar (Capsicum annum L.). Agrivita XII: 34-37.

Van Der Pijl, L. 1990. Asas-Asas Pemencaran Pada Tumbuhan Tinggi. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Page 17: Laporan Resmi Praktikum Dasgro

LAMPIRAN

Kelompok

Perlakuan

Jumlah Biji yang Berkecambah Sampai Hari Ke-n

1 2 3 4 5 6 7 8 91

0

I

Amplas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Kontrol 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

H2SO4 1 mnt 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0

H2SO4 3 mnt 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

H2SO4 6 mnt 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

II

Amplas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Kontrol 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

H2SO4 1 mnt 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

H2SO4 3 mnt 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

H2SO4 6 mnt 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3

III

Amplas 0 0 0 0 2 2 3 4 4 4Kontrol 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1

H2SO4 1 mnt 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1

H2SO4 3 mnt 0 0 0 0 0 2 2 2 2 2

H2SO4 6 mnt 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

IV

Amplas 0 0 7 2 0 0 0 0 0 0Kontrol 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0

H2SO4 1 mnt 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

H2SO4 3 mnt 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

H2SO4 6 mnt 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0

V

Amplas 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0Kontrol 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

H2SO4 1 mnt 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

H2SO4 3 mnt 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

H2SO4 6 mnt 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 18: Laporan Resmi Praktikum Dasgro

Tabel 1. Perlakuan pada Biji Saga

PERHITUNGAN1. GAYA BERKECAMBAH

a. H2SO4 1 menit

GB hari ke-6 = 0,210

x 100 % = 2

Gb hari ke -8 = 0,410

x 100 % = 4

GB hari ke-10 = 0,610

x 100% = 6

b. H2SO4 3 menit

Gb hari ke -6 = 0,410

x 100 % = 4

Gb hari ke- 7 = 0,210

x 100 % = 2

c. H2SO4 6 menit

Gb hari ke -5 = 0,410

x 100 % = 4

Gb hari ke-10 = 0,610

x 100 % = 6

d. mekanis (amplas)

Gb hari ke -4 =0,410

x 100 % = 4

Gb hari ke –5 =0,410

x 100 % = 4

Gb hari ke-6 = 0,410

x 100 % = 4

Gb hari ke-7 = 0,210

x 100 % = 2

Gb hari ke-8 = 0,210

x 100 % = 2

e. mekanis (kontrol)

Page 19: Laporan Resmi Praktikum Dasgro

Gb hari ke-5 = 0,210

x 100 % = 2

Gb hari ke-6 = 0,210

x 100 % = 2

Gb hari ke-7 = 0,210

x 100 % = 2

f. coumarin 0%

Gb hari ke-2 = 10,650

x100 %= 21,6

Gb hari ke-3 = 4,650

x 100 % = 9,2

Gb hari ke-4 = 3,450

x 100 % = 6,8

Gb hari ke-5 = 2,850

x 100 % = 5,6

Gb hari ke-6 = 0,850

x 100 % = 1,6

Gb hari ke-7 = 0,650

x 100% = 1,2

Gb hari ke-8 = 0,250

x 100 % = 0,4

g. coumarin 25%

Gb hari ke-2 = 9,650

x 100 % = 19,2

Gb hari ke-3 =3,450

x 100 % = 6,8

Gb hari ke-4 = 3

50 x 100 % = 6

Gb hari ke-5 = 4,250

x 100 % = 8,4

Gb hari ke-6= 1,850

x 100 % = 3,6

Gb hari ke-7 = 0,450

x 100 % = 0,8

Gb haru ke-8 = 0,250

x 100 % = 0,4

Page 20: Laporan Resmi Praktikum Dasgro

h. coumarin 50%

Gb hari ke-2 = 8,650

x100 % = 17,2

Gb hari ke-3 = 2,450

x100 % = 4,8

Gb hari ke-4 = 4,250

x100 % = 8,4

Gb hari ke-5 = 3,450

x100 % = 6,8

Gb hari ke-6 = 1,450

x100 % = 2,8

Gb hari ke-7 = 0,450

x100 % = 0,8

Gb hari ke-8 = 0,650

x 100 % = 1,2

i. coumarin 100 %

Gb hari ke-3 = 0,450

x 100 % = 0,8

Gb hari ke-4 = 2,450

x 100 % = 4,8

Gb hari ke-5 = 1,450

x 100 % = 2,8

Gb hari ke-6 = 0,650

x 100 % = 1,2

Gb hari ke-7 = 1

50 x 100 % = 2

Gb hari ke-8 = 4,650

x 100 % = 9,2

2. INDEKS VIGOR

1) H2SO4 1 menit

IV hari ke-6 = 0,26

= 0,03

IV hari ke -8 = 0,48

= 0,05

IV hari ke-10 = 0,610

= 0,06

Page 21: Laporan Resmi Praktikum Dasgro

2) H2SO4 3 menit

IV hari ke -6 = 0,46

= 0,06

IV hari ke- 7 = 0,27

= 0,02

3) H2SO4 6 menit

IV hari ke -5 = 0,45

= 0,08

IV hari ke-10 = 0,610

= 0,06

4) mekanis (amplas)

IV hari ke -4 =0,44

= 0,1

IV hari ke –5 =0,45

= 0,05

IV hari ke-6 = 0,46

= 0,06

IV hari ke-7 = 0,27

= 0,02

IV hari ke-8 = 0,28

= 0,025

5) mekanis (kontrol)

IV hari ke-5 = 0,25

= 0,04

IV hari ke-6 = 0,26

= 0,03

IV hari ke-7 = 0,27

= 0,02

6) coumarin 0%

IV hari ke-2 = 10,6

2 = 5,3

Page 22: Laporan Resmi Praktikum Dasgro

IV hari ke-3 = 4,63

= 1,5

IV hari ke-4 = 3,44

= 0,85

IV hari ke-5 = 2,85

= 0,56

IV hari ke-6 = 0,86

= 0,13

IV hari ke-7 = 0,67

= 0,08

IV hari ke-8 = 0,28

= 0,03

7) coumarin 25%

IV hari ke-2 = 9,62

= 4,8

IV hari ke-3 =3,43

= 1,13

IV hari ke-4 = 34

= 0,75

IV hari ke-5 = 4,25

= 0,84

IV hari ke-6= 1,86

= 0,3

IV hari ke-7 = 0,47

= 0,05

IV haru ke-8 = 0,28

= 0,3

8) coumarin 50%

IV hari ke-2 = 8,62

= 4,3

IV hari ke-3 = 2,43

= 0,8

IV hari ke-4 = 4,24

= 1,05

IV hari ke-5 = 3,45

= 0,6,8

Page 23: Laporan Resmi Praktikum Dasgro

IV hari ke-6 = 1,46

= 0,2

IV hari ke-7 = 0,47

= 0,05

IV hari ke-8 = 0,68

= 0,08

9) coumarin 100 %

IV hari ke-3 = 0,43

= 0,1

IV hari ke-4 = 2,44

= 0,6

IV hari ke-5 = 1,45

= 0,28

IV hari ke-6 = 0,66

= 0,1

IV hari ke-7 = 17

= 0,14

IV hari ke-8 = 4,68

= 0,58