Laporan Resmi Praktikum Petrologi

149
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Batuan adalah benda padat yang terbentuk secara alamiah, merupakan kumpulan dari mineral baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis, dan mempunyai susunan kimia yang konstan. Di dalam makalah ini kita akan mempelajari tentang pengertian, cara terbentuknya dan mendeskripsikan tentang batuan beku, batuan sedimen, batuan piroklastik dan batuan metamorf. Petrologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang mempelajari batuan-batuan pembentuk kulit bumi, mencakup aspek pemerian nama (deskripsi) dan aspek genesa-interpretasi. Pengertian luas dari petrologi adalah mempelajari batuan denagn menggunakan mata telanjang, optik/mikroskopis, kimia dan radio isotop. Aspek pemerian nama antara lain meliputi warna, tekstur, struktur, komposisi, berat jenis, kekerasan,

description

Laporan Resmi Praktikum Petrologi

Transcript of Laporan Resmi Praktikum Petrologi

BAB IPENDAHULUANI.1 Latar BelakangBatuan adalah benda padat yang terbentuk secara alamiah, merupakan kumpulan dari mineral baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis, dan mempunyai susunan kimia yang konstan. Di dalam makalah ini kita akan mempelajari tentang pengertian, cara terbentuknya dan mendeskripsikan tentang batuan beku, batuan sedimen, batuan piroklastik dan batuan metamorf. Petrologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang mempelajari batuan-batuan pembentuk kulit bumi, mencakup aspek pemerian nama (deskripsi) dan aspek genesa-interpretasi. Pengertian luas dari petrologi adalah mempelajari batuan denagn menggunakan mata telanjang, optik/mikroskopis, kimia dan radio isotop.Aspek pemerian nama antara lain meliputi warna, tekstur, struktur, komposisi, berat jenis, kekerasan, kesarangan (porositas), kelulusan (permebilitas) dan klasifikasi atau penamaan batuan. Aspek genesa-interpretasi mencakup sumber asal (source) hingga proses atau cara terbentuknya batuan. Batuan didefinisikan sebagai semua bahan yang menyusun kerak (kulit) bumi dan merupakan suatu agregat (kumpulan) mineral-mineral yang telah terhablur (mengkristal). Dalam arti sempit, yang tidak termasuk batuan adalah tanah dan bahan lepas lainnya yang merupakan hasil pelapukan kimia, fisika maupun biologis, serta proses erosi dari batuan. Namun dalam arti luas tanah hasil pelapukan dan erosi termasuk batuan.Batuan sebagai agregat mineral pembentuk kulit bumi secara genesa dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis batuan, yaitu:1. Batuan beku (Igneous Rocks), adalah kumpulan mineral silikat sebagai hasil pembekuan daripada magma yang mendingin.2. Batuan sedimen (Sedimentary Rocks), adalah hasil litifikasi bahan rombakan batuan yang berasal dari proses denudasi atau hasil reaksi kimia maupun hasil kegiatan organisme.3. Batuan metamorf atau batuan malihan (Metamorpic Rocks), adalah batuan yang berasal dari suatu batuan yang sudah ada yang mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral dan fasa padat sebagai kondisi perubahan fisika (tekanan dan temperatur).Dalam sejarah pembentukannya ketiga jenis batuan tersebut dapat mengalam jentera (siklus) batuan seperti pada gambar 1.

Gambar 1. Siklus Batuan (siklusbatuan.blogspot.com/)

I.2 Maksud dan TujuanSecara umum maksud dan tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk menjelaskan apa itu Petrologi, disertai dengan deskripsi mineral menurut struktur dan tekstur batuan tersebut berdasarkan jenis batuan baik Batuan Beku, Batuan Sedimen, Batuan Metamorf dan Batuan Piroklastik. Dan juga agar dapat mengerti perbedaan dan cara terbentuknya batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf dan batuan piroklastik.Selain itu untuk menambah pengetahuan kita sebagai mahasiswa teknik geologi tentang berbagai jenis batuan di muka bumi ini, berdasarkan petrogenesa batuan tersebut, serta struktur dan tekstur yang dimiliki oleh batuan tersebut, sehingga kita dengan mudah dapat mengenali jenis batuan dilapangan nantinya.I.3 Metode PenulisanMetode penulisan laporan ini diambil dari sumber sekunder yaitu: dari buku-buku atau diktat yang diberikan dosen, buku panduan dari praktikum, laporan dari senior, juga sumber yang didapat dari internet.Dari sumber primer yaitu: hasil deskripsi batuan di laboratorium dan juga hasil pengamatan langsung di lapangan.I.4 Alat dan BahanA. Praktikum Laboratorium1. Alat tulis2. Pensil Mekanik3. Pensil warna (1 set)4. Mister (1 set)5. Busur 36006. Kertas HVS7. Larutan HCl8. Loupe9. Batuan B. Praktikum Lapangan1. Alat tulis2. Pensil Mekanik3. Pensil warna (1 set)4. Mister (1 set)5. Busur 36006. Kertas HVS7. Larutan HCl8. Loupe9. Kompas 10. GPS11. Palu Sedimmen12. Palu Beku13. Singkapan Batuan

BAB IIPETROLOGI BATUAN BEKUII.1 Pengertian dan KlasifikasiBatuan beku atau igneous rocks (dari Bahasa Latin: ignis api)adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras dengan atau tanpa proses kritalisasi baik di bawah permukaan sebagai batuan instrusif (plutonik) maupun di atas permukaan bumi sebagai ekstrutif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun di kerak bumi. Umumnya proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur penurunan tekanan atau perubahan komposisi. Lebih daari 700 tipe batuan beku telah dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.

Gambar 2. Contoh Batuan (www.slideshare.net/fooddestroyer/batu-beku) Klasifikasi batuan beku berdasarkan genetikPenggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari batuan beku, pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal sebelum dilakukan penggolongan batuan lebih lanjut. Pembagian genetik batuan beku adalah sebagai berikut :1. Batuan Beku IntrusifBatuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga disebut batuan beku dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif mempunyai karakteristik diantaranya, pendinginannya sangat lambat (dapat sampai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif.Tubuh batuan beku intrusif sendiri mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya,strukturtubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.Struktur tubuh batuan beku yang memotong lapisan batuan di sekitarnya disebut diskordan, yaitu:a. Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan yang diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan kumpulan massa dari sejumlah tubuh-tubuh intrusi yang berkomposisi agak berbeda. Perbedaan ini mencerminkan bervariasinya magma pembentuk batholit. Beberapa batholit mencapai lebih dari 1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari penelitian geofisika dan penelitian singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit antara 20-30 km. Batholit tidak terbentuk oleh magma yang menyusup dalam rekahan, karena tidak ada rekahan yang sebesar dimensi batholit. Karena besarnya, batholit dapat mendorong batuan yang diatasnya. Setiap frgamen batuan yang berada dalam tubuh magma yang sudah membeku dinamakan Xenolith.b. Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit.c. Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan yang diterobosnya.d. Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya.Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut konkordan diantaranya adalah :a. Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar.b. Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku dapt tersingka di permukaan.c. Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya cekung ke atas.2. BatuanBeku EkstrusifBatuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:a. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.b. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti batang pensil.c. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.d. Vesikuler,yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.e. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit.f. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran.Tabel 1. Contoh Batuan Beku (ptbudie.wordpress.com)Batuan IntrusiBatuan Ekstrusi

GranitRiolit

SyenitTrahkit

DioritAndesit

TonalitDasit

MonsonitLatit

GabroBasal

Dasar pembagian ini biasanya adalah kandungan oksida tertentu dalam batuan seperti kandungan silika dan kandungan mineral mafik (Thorpe & Brown, 1985).Pembagian batuan beku menurut kandungan SiO2(Silika) pada tabel di bawah :Tabel 2. Pembagian Batuan Beku menurut kandungan Silika(ptbudie.wordpress.com)Nama BatuanKandungan Silika

Batuan AsamLebih besar 66 %

Batuan Menengah52 66 %

Batuan basa45 52 %

Batuan Ultra basaLebih kecil 15 %

Penamaan batuan berdasarkan kandungan mineral mafik pada tabel di bawah:Tabel 3. Penamaan batuan beku berdasarkan kandungan mineral mafik (ptbudie.wordpress.com)Nama BatuanKandungan Silika

Leucocratic0 33 %

Mesocratic34 66 %

Melanocratic67 100 %

Berdasarkan kandungan kuarsa, alkali feldspar dan feldspatoid :a. Batuan Felsik: Dominan felsik mineral, biasanya berwarna cerah.b. Batuan Mafik: Dominan mineral mafik, biasanya berwarna gelap.c. Batuan Ultramafik: 90% terdiri dari mineral mafik.Komposisi kimia dapat pula digunakan untuk mengetahui beberapa aspek yang sangat erat hubungannya dengan terbentuknya batuan beku, seperti untuk mengetahui jenis magma, tahapan diferensiasi selama perjalanan magma ke permukaan dan kedalaman zona Benioff.Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan MineralogiAnalisis batuan beku pada umumnya memakan waktu, maka sebagian besar batuan beku didasarkan atas susunan mineral dari batuan itu. Mineral-mineral yang biasanya dipergunakan adalah mineral kuarsa, plagioklas, potassium feldspar dan foid untuk mineral felsik. Sedangkan untuk mafik mineral biasanya mineral amphibol, piroksen dan olovin.Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat mencrminkan sejarah pembentukan batuan dari pada atas dasar kimia. Tekstur batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur granular member arti akan keadaan yang serba sama, sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti bahwa terjadi dua generasi pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik menggambarkan pembekuan yang cepat.Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis, tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat dibagi menjadi:a. Batuan Dalam, bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar.b. Batuan Gang, bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.c. Batuan Lelehan, bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi beberapa keluarga atau kelompok yaitu :1. Keluarga granitriolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa, alkali felsparnya melebihi plagioklas.2. Keluarga granodioritlatit: felsik, mineral utama kuarsa, Na Plagioklas dalam komposisi yang berimbang atau lebih banyak dari K Felspar3. Keluarga syenittrakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid tidak dominant tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihi Na-Plagioklas, kadang plagioklas juga tidak hadir4. Keluarga monzonitlatit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid hadir dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang atau melebihi K-Felspar5. Keluarga syenitfonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid, K-Felspar melebihi plagioklas6. Keluarga tonalitdasit: felsik hingga intermediet, mineral utama kuarsa dan plagioklas (asam) sedikit/tidak ada K-Felspar7. Keluarga dioriteandesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit K-Felspar, plagioklas melimpah8. Keluarga gabbrobasalt: intermediet-mafik, mineral utama plagioklas (Ca), sedikit Qz dan K-felspar9. Keluarga gabbrobasalt foid: intermediet hingga mafik, mineral utama felspatoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca) bisa melimpah ataupun tidak hadir10. Keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik, plagioklas (Ca) sangat sedikit atau absen.Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi MineralBerdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi 4 yaitu:1. Kelompok GranitRiolit, berasal dari magma yang bersifat asam, terutama tersusun oleh mineral-mineral kuarsa ortoklas, plaglioklas Na, kadang terdapat hornblende, biotit,muskovit dalam jumlah yang kecil.2. Kelompok DioritAndesit, berasal dari magma yang bersifat intermediet, terutama tersusun atas mineral-mineral plaglioklas, Hornblande, piroksen dan kuarsa biotit,orthoklas dalam jumlah kecil.3. Kelompok Gabro Basalt Tersusun dari magma yang bersifat basa dan terdiri dari mineral-mineral olivine, plaglioklas Ca, piroksen dan hornblende.4. Kelompok Ultra Basa,tersusun oleh olivin dan piroksen. Mineral lain yang mungkin adalah plagliokals Ca dalam jumlah kecil.A. Batuan beku ultrabasa102

Batuan beku ultrabasa adalah batuan beku yang secara kimia mengandung kurang dari 45% SiO2 dari komposisinya. Kandungan mineralnya didominasi oleh mineral-mineral berat dengan kandungan unsur-unsur seperti Fe(besi/iron) dan Mg(magnesium) yang disebut juga mineral ultramafik. Batuan beku ultrabasa hanya dapat terbentuk secara plutonik, dikarenakan materi magma asalnya yang merupakan magma induk (parent magma) yang berasal dari asthenosfer. Kehadiran mineralnya seperti olivin, piroksin, hornblende, biotit dan sedikit plagioklas. Pada batuan beku ultrabasa hampir tidak ditemukan mineral kuarsa. Batuan beku ultrabasa ini juga hanya bertekstur afanitik karena sifat tempat terbentuknya yang plutonik.1. PeridotitPeridotit adalah kelompok betuan ultra basa. Pada umumnya berwarna gelap, berat jenisnya 3 3,3. Komposisi dan persentase secara umum dari mineral pembentuk batuannya adalah : mineral mafis (olivin, piroksen, hornblenda) 85-95 %, mineral bijih (magnetit, ilmenit,kromit dll) 10-3 %, plagioklas kalsium 5 %.Kelompok batuan peridotite terdiri dari :a. Duniteterdiri dari olivine, dengan sedikit kandungan enstatite pyroxene dan chromite.b. Harzburgite terdiri dari olivine, enstatite, dan sedikit chromite.c. Lherzolite terdiri dari olivine, enstatite, diopside, serta sedikit chromite dan atau pyrope garnet.d. Pyroxenite terdiri dari orthopyroxene dan atau clinopyroxene, dengan sejumlah kecil kandungan olivine, garnet, dan spinel.Nama Batuan: Peridotite

Gambar 3. Contoh Batu Peridotit(geology.about.com/od/more.../peridotite/)2. DuniteDunitadalah batuan beku plutonik, komposisi ultramafik, dengan tekstur kasar atau phaneritic. Pengelompokan mineral olivin lebih besar dari 90%, dengan sejumlah kecil mineral lain seperti piroksen, kromit dan pyrope.Duniteadalah olivin yang kaya akhir-anggota kelompok dari mantel peridotit yang diturunkan batu. Dunit dan batuan peridotit lainnya dianggap konstituen utama dari mantel bumi di atas kedalaman sekitar 400 kilometer. Dunit jarang ditemukan dalam batuan kontinental, tetapi di mana ia ditemukan, biasanya terjadi di dasar urutan ofiolit di mana lempengan batu mantel dari zona subduksi telah diserahkan ke kerak benua dengan obduction selama benua atau pulau busur tabrakan (orogeny). Hal ini juga ditemukan di massifs alpine peridotit yang mewakili potongan sub-kontinental mantel terkena selama orogeny tumbukan. Dunit biasanya mengalami metamorfosis retrograde di dekat permukaan lingkungan dan diubah untuk serpentinit dan soapstone.Dunit dapat digunakan untuk menyerap CO2 dan membantu mengurangi perubahan iklim global melalui batu dipercepat pelapukan. Hal ini akan melibatkan penyebaran jumlah besar dunit ditumbuk halus di daerah tropis dikenal dekat sumber dunit.

Gambar 4. Contoh Batu Dunit(www.galleries.com/rocks/dunite.htm)3. HarzburgitePada batuan beku ultrabasa,harsburgit, adalah berbagai peridotit yang sebagian besar terdiri dari dua mineral, olivin dan rendah kalsium (Ca) piroksen (enstatite), melainkan adalah nama untuk kejadian di Pegunungan Harz Jerman. Ini biasanya berisi persen spinel kromium kaya beberapa mineral sebagai aksesori. Garnet-bantalan harzburgit jauh kurang umum, ditemukan paling sering sebagai xenoliths di kimberlite.Harzburgit biasanya membentuk dengan ekstraksi parsial meleleh dari peridotit piroksen kaya lebih disebut lherzolite. Magma cair diekstraksi dari harzburgit kemudian dapat meletus di permukaan sebagai basal. Jika pencairan sebagian harzburgit berlanjut, semua piroksen dapat diekstraksi dari itu untuk membentuk magma, meninggalkan peridotit piroksen miskin disebut dunit. Harzburgit juga bisa terbentuk oleh akumulasi piroksen dan olivin rendah Ca di ruang magma besar basal dalam di kerak benua (intrusi berlapis).

Gambar 5. Contoh Batu Harzburgite(https://www2.imperial.ac.uk/)4. LherzoliteLherzolite,adalah jenis batuan beku ultrabasa. Ini adalah batu berbutir kasar yang terdiri dari 40 sampai 90% olivin bersama dengan orthopyroxene signifikan dan lebih rendah yg mengandung kapur clinopyroxene kromium kaya. Mineral minor termasuk spinel krom dan aluminium dan garnet. Plagioklas dapat terjadi pada lherzolites dan peridotites lain yang mengkristal pada kedalaman yang relatif dangkal (20 - 30 km). Pada plagioklas lebih mendalam tidak stabil dan diganti dengan spinel. Pada kedalaman sekitar 90 km, garnet pyrope menjadi fase alumina stabil. Lherzolite Garnet adalah konstituen utama dari mantel atas bumi (memanjang sampai kedalaman ~ 300 km). Lherzolite diketahui dari bagian ultramafik yang lebih rendah dari kompleks ofiolit (meskipun harzburgit lebih sering terjadi pada pengaturan ini), dari alpine tipe massifs peridotit, dari zona fraktur berdekatan dengan pertengahan samudera pegunungan, dan sebagai xenoliths dalam pipa kimberlite dan basal alkali. Pencairan sebagian spinel lherzolite adalah salah satu sumber utama dari magma basaltik.Nama ini berasal dari Massif Lherz, sebuah alpine peridotit kompleks (juga dikenal sebagai kompleks lherzolite orogenic), (lokalitas jenis) di Lers Etang de, dekat Massat di Pyrenees Perancis; Lherz adalah ejaan kuno dari lokasi ini.Masif Lherz juga mengandung harzburgit dan dunit, serta lapisan spinel piroksenit, piroksenit garnet, dan hornblendite. Lapisan mewakili sebagian mencair diekstrak dari peridotit host selama dekompresi di dalam mantel panjang sebelum emplasemen menjadi kerak.Massif Lherz adalah unik karena telah emplaced ke Paleozoikum karbonat (batugamping dan dolostones), yang membentuk campuran breksi batu kapur-lherzolite sekitar margin dari massif tersebut. Contoh batuan beku ultrabasa Lherzolite.

Gambar 6. Contoh Batu Lherzolite(https://www2.imperial.ac.uk)5. PyroxenitePiroksenitmerupakan batuan beku ultrabasa terdiri terutama dari mineral dari kelompok piroksen, seperti augit dan diopside, hipersten, bronzite atau enstatite. Mereka diklasifikasikan (lihat diagram di bawah) ke clinopyroxenites, orthopyroxenites, dan websterites yang mengandung kedua pyroxenes. Erat bersekutu dengan kelompok ini adalah hornblendites, terdiri terutama dari hornblende dan amfibol lainnya.Mereka pada dasarnya asal beku, meskipun beberapa pyroxenites termasuk dalam kompleks Lewisian metamorf dari Skotlandia. Para piroksen kaya batuan yang dihasilkan dari metamorfisme kontak batugamping tidak murni digambarkan sebagai hornfelses piroksen (kalk-silikat hornfelses).

Gambar 7. Contoh Batu Pyroxenite(geology.about.com)6. Picrite BasaltPicrite basal,adalah berbagai tinggi magnesium basal olivin yang sangat kaya akan olivin mineral. Hal ini gelap dengan kuning-hijau fenokris olivin (20 sampai 50%) dan hitam untuk piroksen coklat tua, sebagian besar augit.Para basal olivin picrite kaya yang terjadi dengan basal tholeiitic lebih umum dari Kilauea dan gunung berapi lain dari Kepulauan Hawaii adalah hasil dari akumulasi kristal olivin baik dalam sebagian dari dapur magma atau di sebuah danau kaldera lava. komposisi batuan dengan baik diwakili oleh campuran dari olivin dan basalt tholeiitic tipikal.Nama picrite juga dapat diterapkan ke olivin yang kaya alkali basal: picrite seperti sebagian besar terdiri dari fenokris dari olivin dan piroksen titanium kaya augit dengan plagioklas kecil diatur dalam massa dasar dari augit dan lebih sodik plagioklas dan mungkin analcite dan biotit.

Gambar 8. Contoh Batu Picrite Basalt(www.britannica.com)7. KomatiteKomatiteadalah jenis ultrabasa mantel yang diturunkan dari batu vulkanik. Komatiites memiliki silikon kalium, rendah dan aluminium, dan tinggi untuk kadar magnesium yang sangat tinggi. Komatiite bernama untuk lokalitas jenisnya sepanjang Sungai Komati di Afrika Selatan.Komatiites benar sangat jarang dan pada dasarnya terbatas pada batuan usia Archaean, dengan komatiites Proterozoikum atau Fanerozoikum beberapa dikenal (meskipun tinggi magnesian lamprophyres dikenal dari Mesozoikum).Pembatasan usia ini diduga terjadi karena pendinginan dari mantel, yang mungkin sampai 500 C lebih panas selama awal hingga pertengahan Archaean (4,5-2,6 Ga). Bumi awal memiliki produksi panas lebih tinggi, karena panas sisa dari akresi planet, serta banyak keberlimpahan elemen radioaktif.

Gambar 9. Contoh Batu Komatite(www.petrologyslides.com)B. Batuan beku basaBatuan beku basa adalah batuan beku yang secara kimia mengandung 45%-52% SiO2 dalam komposisinya. Kandungan mineral penyusunnya di dominasi oleh mineral-mineral gelap (mafik). Batuan beku basa dapat terbentuk secara plutonik maupun vulkanik. Yang terbentuk secara plutonik umumnya adalah batuan dari kerak samudra yang terbentuk dari jalur tektonik divergen, sedangkan yang terbentuk secara vulkanik adalah dari gunung api atau intrusian yang ketebalan kerak buminya tidak terlalu tebal. Kehadiran mineral-mineralnya seperti Olivin, Piroksin, Hornblende, Biotit, Plagiolas dan sedikit Kuarsa. Warna pada batuan beku basa ini umumnya gelap karena kandungan mineralnya yang dominan gelap.1. GabroBatuan Gabro, berwarna kelabu kehijauan, berhablur penuh, hipidiomorf, berbutir seragam, besaran butir antara 14,5mm, tersusun oleh mineral plagioklas (labradorit) dan piroksen (augit) dengan mineral ikutan hornblende dan bijih. Tempat piroksen terkloritkan men-jadi hornblende. Di beberapa tempat batuan ultramafik, diorit, berwarna kelabu, berhablur penuh, hipidiomorf berbutir seragam, butiran berkisar 12,5mm, mineral plagioklas (andesine), dengan mineral tambahan biotit, hornblende dan bijih malihan dan batuan ultramafik.

Gambar 10. Contoh Batu Gabro(www.redorbit.com Reference LibraryMinerals)2. BasaltBasalt adalah batuan beku vulkanik, yang berasal dari hasil pembekuan magma berkomposisi basa di permukaan atau dekat permukaan bumi. Biasanya membentuk lempeng samudera di dunia. Mempunyai ukuran butir yang sangat baik sehingga kehadiran mineral mineral tidak terlihat. Basalt adalah umum ekstrusif batuan vulkanik . Biasanya berwarna abu-abu menjadi hitam dan halus karena pendinginan yang cepat dari lava pada suhu permukaan. Menurut definisi resmi, basal didefinisikan sebagai batuan beku aphanitic yang mengandung, volume, kurang dari 20% kuarsa dan kurang dari 10% feldspathoid dan di mana setidaknya 65% dari felspar dalam bentuk plagioklas.Batuan Basalt lazimnya bersifat masif dan keras, bertekstur afanitik, terdiri atas mineral gelas vulkanik, plagioklas, piroksin. Amfibol dan mineral hitam. Kandungan mineral Vulkanik ini hanya dapat terlihat pada jenis batuan basalt yang berukuran butir kuarsa, yaitu jenis dari batuan basalt yang bernama gabro.

Gambar 11. Contoh Batu Basalt(geology.com RocksIgneous Rocks)C. Batuan beku intermedietBatuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak.Batuan beku intermediet memiliki kandungan silika antara 52% - 66 %.Tersusun atas mineral-mineral plaglioklas, Hornblande, piroksen serta kuarsa biotit, dan orthoklas dalam jumlah kecil.1. DioritBatuan ini merupakan batuan hasil terobosan batuan beku (instruksi) yang membentuk morfologi pembuktian berelief kasar dengan elevasi dari beberapa ratus meter hingga mencapai lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (dpal).Batuan ini umumnya mempunyai warna yang bervariasi, yaitu coklat, coklat kehitaman, abu-abu kehitaman, abu-abu dengan bercak-bercak hitam, hitam kecoklatan atau abu kehitaman, bersifat pejal (massif) dan kompak dengan tekstur porfiro granitik. Batu diorit ini dapat dijadikan sebagai batu ornamen dinding maupun lantai bangunan gedung atau untuk batu belah untuk pondasi bangunan atau jalan raya.

Gambar 12. Contoh Batu Diorit(geology.about.com/.../rocks/.../igrockind)...2. AndesitAndesit adalah suatu jenis batuan beku vulkanik dengan komposisi antara dan tekstur spesifik yang umumnya ditemukan pada lingkungan subduksi. Batuan lelehan dari diorit, berbutir halus, bertekstur halus, dimana batuan andesit memiliki derajat kristalisasi holokristalin hingga hipokristalin, yaitu dimana perbandingan komposisi mineralnya mayoritas diisi oleh mineral kristalin, sifat dari andesit yaitu intermediet, struktur yang dimiliki oleh andesit yaitu massif atau pejal. Andesit terbentuk sebagai batuan lelehan dan batuan gang dalam, yaitu andesit terbentuk berasal dari magma yang sedang menuju kepermukaan bumi atau membeku dalam celah-celah di kerak bumi. Gunung api di Indonesia umumnya menghasilkan batuan andesit. Batuan andesit yang banyak mengandung mineral hornblende sehingga disebut dengan andesit-hornblende, sedangkan yang banyak mengandung piroksen disebut dengan andesit-piroksin.

Gambar 13. Contoh Batu Andesit(volcanoes.usgs.gov/images/pglossary/andesite.php)3. SyenitSyenit adalah batuan beku intrusif kasar dari komposisi umum yang sama seperti granit tetapi dengan kuarsa tidak ada atau hadir dalam jumlah yang relatif kecil ( 60%, memiliki indeks warna < 20%. Terbentuk langsung dari pembekuan magma yang merupakan proses perubahan fase dari cair menjadi padat di daerah vulkanik dengan temperatur tinggi. Pada umumnya batuan beku asam memiliki warna terang, karena terletak pada golongan felsik. Berasal dari magma asam kaya kuarsa, sedangkan kandungan oksida magnesiumnya rendah.Kuarsa adalah mineral yang hanya mengandung silikon dioksida (SiO2) tanpa ada kandungan aluminium, besi, magnesium, kalsium, sodium atau potasium. Mineral penting lainnya adalah felspar, seperempat hingga setengah kandungan silika seperti pada kuarsa digantikan oleh unsur aluminium. Felspar juga mengandung potasium, sodium atau kalsium, namun tidak mengandung magnesium dan besi.Batuan beku intrusif yang bersifat felsik terbagi menjadi granit dan granodiorit, tergantung pada banyaknya kandungan potasium. Keduanya berwarna terang dan mengandung mineral kuarsa dan felspar berukuran kristal besar. Batuan beku ekstrusif yang memiliki komposisi kimia yang sama dengan granit adalah riolit, dan yang sama dengan granodiorit adalah dasit. Riolit dan dasit, keduanya berwarna terang dan mineralnya berukuran halus.

Gambar 16. Contoh Batu Granit(www.encyclopedia.com/topic/granite.aspx)

Gambar 17. Contoh Batu Riolit(www.britannica.com/EBchecked/topic/.../rhyolite)II.2 Cara PemerianCara pemerian batuan beku meliputi:1. Jenis batunBatuan beku 2. Warna Bataun beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang tersusun atas mineral mineral felsik, misalnya kuarsa, potasium feldspar dan muskovit. Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak. Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batun beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah minera mineral mafik.Warna batuan sangat berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusun batuan. Mineral penyusun batuan tersebut sangat berkaitan erat dengan magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya.

3. Sruktur Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala yang besar,sepetti lava bantal yang terbentuk di lingkungan air (laut), seperti lavabongkah, struktur aliran dan lain-lainnya. Suatu bentuk struktur batuan sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya. Macam-macam sturktur batuan beku adalah:a. Masif, apabila tidak menunjukkan fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya.b. Pillow lava atau lava bantal, merupakan struktur yang dinyatakan pada batuan ekstrusi tertentu, yang dicirikan oleh masa berbentuk bantal dimana ukuran dari bentuk ini adalah umumnya 30-60 cm dan jaraknya berdekatan, khas pada bulkanik bawah laut.c. Joint, struktur ditandai oleh kekar-kekar yang tertanam secara tegak lurus arah aliran. Struktur ini dapat berkembang menjadi columnar jointing.d. Vesikuler, merupakn struktur batuan beku ekstrusi yang ditandai dengan lubang-lubang sebagai akibat pelepasan gas selama pendinginan.e. Skoria, adalah struktur batuan yang sangat vesikuler (banyak lubang gasnya).f. Amigdaloidal, struktur dimana lubang-lubang keluar gas terisi oleh mineral-mineral sekunder seperti zeolit, karbonat dan bermacam silika.g. Xinolith, struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk atau tertanam ke dalam batuan beku. Struktur ini terbentuk sebagai akibat peleburan tidak semprna dari suatu batuan samping di dalm magma yang menerobos.h. Autobreccia, struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen dari lava itu sendiri.4. Tekstur Tekstur dalam batuan beku merupakan hubungan antar mineral atau mineral dengan masa gelas yang membentuk masa yang merata pada batuan. Selama pembentukan tekstur dipengaruhi oleh kecepatan dan stadia kristalisasi. Yang kedua tergantung pada suhu, komposisi kandungan gas, kekentalan magma dan tekanan. Dengan demikian tekstur tersebut merupakan fungsi dari sejarah pembentukan batuan beku. Dalam hal ini tekstur tersebut menunjukkan derajat kristalisasi (degree of crystallinity), ukuran butir (grain size), granularitas dan kemas (fabric), (Wiliams, 1982; Huang, 1962).a. Derajat kristalisasiDerajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara masa kristal dan masa gelas dalam batuan. Dikenal ada tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu: Holokristalin: apabila batuan tersusun seluruhnya oleh masa krista.l Hipokristalin: apabila batuan tersusun oleh masa kristal dan gelas. Holohyalin: apabila batuan seluruhnya tersusun oleh masa gelas.

b. Granularitas Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat sangat halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar. Umumnya dikenal dua kelompok ukuran butir, yaitu afanitik dan fanerik. Afanitik, dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu kristal sangat halus, sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang. Fanerik, kristal individu yang termasuk kristal fanerik dapat dibedakan menjadi ukuran-ukuran: Halus, ukuran diameter rata-rata kristal individu < 1 mm Sedang, ukuran diameter kristal 1mm 5 mm Kasar, ukuran diameter kristal 5 mm 30 mm Sangat kasar, ukuran diameter kristal > 30 mmc. Bentuk kristal Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal tiga macam, yaitu: Euhedral, apabila bentuk kristal dan butiran mineral mempunyai bidang kristal yang sempurna. Subhedrar, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang sempurna. Anhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang sempurna.Secara tiga dimensi dikenal: Equidemensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang. Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi lain. Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.d. Relasi Merupakan hubungan antara kristal satu dengan yang lain dalam suatu batuan dari ukuran dikenal: Granularitas atau equigranular, apabila mineral mempunyai ukuran butir yang relatif seragam, terdiri dari: Panidiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineral berukuran seragam dan euhedral. Bentuk butir euhedral merupakan penciri mineral-mineral yang tebentuk paling awal, hal ini dimungkinkan mengingat ruangan yang tersedia masih sangat luas sehingga mineral-mineral tersebut sampai membentuk kristal secara sempurna. Hipiodiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya berukuran relatif seragam dan subhedral. Bentuk butiran penyususn subhedral atau kurang sempurna yang merupakan penciri bahwa pada saat mineral terbentuk, maka rongga atau membentuk kristal secara sempurna. Allotiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya berukuran relatif seragam dan anhedral. Bentuk anhedral atau tidak beraturan sama sekali merupakan pertanda bahwa pada saat mineral-mineral penyusun ini terbentuk hanya dapat mengisi rongga yang tersedia saja. Sehingga dapat ditagsirkan bahwa mineral-mineral anhedral tersebut terbentuk paling akhir dari rangkaian proses pembentukan batuan beku. Inequigranular, apabila mineralnya mempunya ukuran butir tidak sama, antara lain terdiri dari: Porfiritik, adalah tekstur batuan beku diana kristal besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar kristal yang lebih halus. Vitroverik, apabila fenokris tertanam dalam masa dasar berupa gelas.5. Komposisi mineralMenurut Walker T. Huang (1962), komposisi mineral dikelompokkan menjadi tiga kelompok mineral yaitu:a. Mineral utamaMinral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan kehadirannya sangat menentukan dalam penamaan batuan. Mineral felsik (mineral berwarna terang dengan densitas rata-rata 2,5 2,7), yaitu: Kuarsa (SiO2) Kelompok feldspar, terdiri dari seri feldspar alkali (K, Na) AlSi3O8. Seri feldspar alkali terdiri dari sanidin, orthoklas, anorthoklasm adularia dan mikrolin. Seri plagioklas terdiri dari albit, oligoklas, andesin, labradorit, bitownit dan anortit. Kelompok feldspatoid (Na, K Alumina Silika), terdiri dari nefelin sodalit, leusit. Mineral mafik (mineral-mineral feromagnesia dengan warna gelap dan densitas rata-rata 3,0 3,6), yaitu: Kelompok olivin, terdiri dari fayalite dan forsterite Kelompok piroksen, trdiri dari enstatite, hiperstein, pigeonit, diopsit. Kelompok mika, terdiri dari biotit, muskovit, plogopit. Kelompok Amphibole, terdiri dari antofilit, cumingtonit, hornblende, rieberkit, tremolit, aktinolite, glaukofan, dll.b. Mineral sekunderMerupakan mineral-mineral ugahan dari mineral utama,dapat dari hasil pelapukan, hidrotermal maupun metamorfisma terhadap mineral-mineral utama. Dengan dimikian mineral-mineral ini tidak ada hubungannya dengan pembekuan magma (non pirogenetik).Mineral sekunder terdiri dari: Kelompok kalsit (kalsit, dolomit, magnesit, siderit), dapat terbentuk dari hasil ubahan mineral plagioklas. Kelompok serpentin (antigorit dan krisotil), umumnya terbentuk dari hasil ubahan mineral mafik (terutama kelompok olivin dan piroksen). Kelompok klorit (proktor, penin, talk), umumnya terbentuk dari hasil ubahan mineral kelompok plagioklas. Kelompok serisit sebagai ubahan mineral plagioklas Kelompok kaolin (kaolin, hallosit), umumnya ditemukan sebagai hasil pelapukan batuan beku.c. Mineral tambahanMerupakan mineral-mineral yang terbentuk pada kristalisasi magma, umumnya dalam jumlah sedikit. Termasuk dalam holongan ini antara lain: Hematite, Kromit, Muskovit, Rutile, Magnetit, Zeolit, Apatit dan lain-lain.Tabel 4. Pengenalan Mineral dan Sifatnya(Modul praktikum Petrologi UPN)Nama MineralWarnaBentuk danPerawakan KristalBelahanKeterangan

OlivinHijauTidak teratur, membutir dan masifTidak sempurnaKilap kaca

PiroksenHijau tua -hitamPrismatik pendek, masif, membutir2 arah saling tegak lurusKilap kaca dan permukaannya halus

AmphibolHitam-coklatPrismatik panjang, menyerat dan membutir2 arah membentuk sudut lancipKilap arang

BiotitHitam-coklatTabular, berlembar (memika)2 arahKilap kaca

Feldspar AlkaliMerah jambu/putih/hijauPrismatik, tabular panjang, masif, membutir2 arahKilap kaca/lemak

PlagioklasPutih susu, abu-abuPrismatik/tabular panjang. Masif, membutir3 arahKilap kaca/lemak

MuskovitPutih transparanTabular berlembar (memika)1 arahKilap kaca/mutiara

KuarsaTidak berwarnaTidak teratur, membutir dan masif3 arahKilap kaca/lemak

KalsitTidak berwarna, putihRombohedral, masif, membutirSempurnaKilap kaca, berbuih dengan HCl

Klorit

Hijau

Berlembar, memika

SempurnaUmumnya pada batuan metamorfik dan lapukan batuanbeku basa

SerisitTidak berwarna, putihTabular, berlembarSempurnaKilap kaca berukuran halus

AsbesPutih, abu-abu kehijauanMenyerat, masa fiber asbestosTidak adaKilap lemak

GarnetCoklat merah-hitamPoligonal, membutirTidak adaKilap kaca/mutiara

HalitTidak berwarna, putih kekuningan, merahKubus, masif , membutirSempurnaSebagai garam evaporite

GypsumTidak berwarna, putihMemapan, membutir, menyerat

SempurnaLembar-lembar tipis terjadi karena evaporasi

AnhidritPutih, abu-abu, biru pucatMasif, membutirSempurnaKarena evaporasi

Tabel 5. Klasifikasi batuan beku menurut Russel B. Travis (dearthurjr.blogspot.com)

BAB IIIPETROLOGI BATUAN SEDIMENIII.1 Batuan Sedimen Silika A. PengertianBatuan ini terbentuk daripada proses kimia, yaitu dari bahan kimia yang larut dalam air (terutamanya air laut). Bahan kimia ini terendap hasil daripada proses kimia (contohnya proses peruapan membentuk hablur garam), atau dengan bantuan proses biologi (seperti pembesaran cangkang oleh hidupan yang mengambil bahan kimia yang ada dalam air). Dalam keadaan tertentu, proses yang terlibat sangat kompleks, dan sukar untuk dibedakan antara bahan yang terbentuk hasil daripada proses kimia, atau proses biologi (yang juga melibatkan proses kimia secara tak langsung). Jadi lebih sesuai kedua-dua jenis sedimen ini diletak dalam satu kelas yang sama (sedimen endapan kimia / biokimia).Batuan sedimen silika tersusun dari mineral silika (SiO2). Batuan ini terhasil dari proses kimiawi dan atau biokimia, dan berasal dari kumpulan organisme yang berkomposisi silika seperti diatomae, radiolaria dan sponges. Kadang-kadang batuan karbonat dapat menjadi batuan bersilika apabila terjadi reaksi kimia, dimana mineral silika mengganti kalsium karbonat.Kelompok batuan silika adalah:1. Diatomite, terlihat seperti kapur (chalk), tetapi tidak bereaksi dengan asam. Berasal dari organisme planktonik yang dikenal dengan diatoms (Diatomaceous Earth).2. Rijang (Chert), adalah batuan sedimen silikaan berbutir halus. Batuan keras, kompak yang terbentuk oleh kristal kuarsa berukuran lanau (mikrokuarsa) dan kalsedon, sebuah bentuk silika yang terbuat dari serat memancar dengan panjang beberapa puluh hingga ratusan mikrometer. Lapisan rijang terbentuk sebagai sedimen primer atau oleh proses diagenesis.Beberapa rijang adalah hasil diagenesis, terbentuk oleh penggantian mineral lain oleh air kaya silika yang mengalir melalui batuan. Umumnya mengganti batugamping (contoh sebagai batuapi /flintdalam kapur) dan terkadang terjadi dalam batulumpur. Rijang ini dalam bentuk nodul-nodul atau lapisan irreguler dan dari sini dengan mudah dapat dibedakan dari rijang primer. Jasper adalah rijang dengan pewarnaan merah yang kuat karena adanya hematit.

Gambar 18. Contoh Batu Diatomit(geology.about.com/.../rocks/.../sedrockin)

Gambar 19. Contoh Batu Chert(blog.ub.ac.id/vanino/2012/06/28/batuan-rijang-chert/)B. Cara Pemerian1. Batuan sedimen klastikPemerian batuan sedimen klastik meliputi:a. Jenis batuanBatuan sedimen klastikb. WarnaSecara umum warna batuan sedimen akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:1. Warna mineral pembentuk batuan sedimen Contoh, jika mineral pembentukan batuan sedimen didominasi oleh kuarsa maka batuan akan berwarna putih.2. Warna masa dasar/matrik atau warna semen3. Warna material yang menyelubungiContoh batupasir kuarsa yang diselubungi oleh glaukonit akan berwarna hijau.4. Derajat kehalusan butirContoh pada batuan dengan komposisi yang sama jika makin halus ukuran butir maka warnanya cenderung ajan lebih gelap.Warna batuan juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pengendapan, jika kondisi lingkungannya reduksi maka warna batuan menjadi lebih gelap dibandingkan pada lingkungan oksidasi. Batuan sedimen yang banyak dandungan material organik mempunyai warna yang lebih gelap.c. Tekstur Tekstur adalah kenampakan yang berhubungan dengan ukuran butir dan bentuk serta susunannya (Pettijohn, 1975)1. Ukuran butir (Grain Size)Pemerian ukuran butir didasarkan pada pembagian besar butir yang disampaikan oleh Wentworth, 1992, seperti di bawah ini:

Tabel 6. Ukuran Butir Batuan Sedimen Klastik(zonegeologi.blogspot.com)

2. Pemilahan (Sorting)Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun batuan endapan / sedimen. Dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan sebagai berikut: Terpilah baik (well sorted) kenampakan ini diperlihatkan oleh ukuran besar butir yang seragam pada semua komponen batuan sedimen. Terpilah buruk (poorly sorted) merupakan kenampakan pada batuan sedimen yang memiliki besar butir yang beragam dimulai dari lempung hingga kerikil atau bahkan bongkah. Selain dua pengelompokan tersebut adakalanya seorang peneliti menggunakan pemilahan sedang untuk mewakili kenampakan yang agak seragam.

3. Kebundaran (roundness)Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi butiran pada batuan sedimen klastik sedang sampai kasar. Kebundaran dibagi menjadi: Membundar sempurna (Well Rounded), hampir semua permukaan cembung (Ekuidimensional). Membundar (Rounded), pada umumnya memiliki permukaan bundar, ujung-ujung dan tepi butiran cekung. Agak Membundar (Subrounded), permukaan umumnya datar dengan ujung-ujung yang membundar. Agak Menyudut (Sub Angular), permukaan datar dengan ujung-ujung yang tajam. Menyudut (Angular), permukaan kasar dengan ujung-ujung butir runcing dan tajam.

Gambar 20. Kebundaran Butir (zonegeologi.blogspot.com)

4. Kemas (Fabric)Kemas yaitu banyak sedikitnya rongga antar butir padabatuan sedimen. Batuan sedimen yang memiliki kemas tertutup memiliki sedikit ruang antar butir dan sebaliknya batuan sedimen yang berkemas terbuka berarti bahwa banyak ruang atau rongga antar butir yang cenderung tertutup yang memiliki ukuran butir pasir halus hingga lempung karena pada ukuran tersebut cenderung sekali memiliki ruang antar butiran.d. StrukturStruktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal dari batuan sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi pembentuknya. Studi struktur paling baik dilakukan di lapangan (Pettijhon, 1975). Berdasarkan asalnya, struktur sedimen yang terbentuk dapat dibagi menjadi tiga maca yaitu:1. Struktur Sedimen PrimerTerbentuk karena proses sedimentasi, dapat merefleksikan mekanisme pengendapannya. Struktur sedimen primer antara lain: perlapisan, gelembur gelombang, perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan bersusun dan lain-lain.2. Struktur Sedimen SekunderTerbentuk setelah proses sedimentasi, sebelum atau setelah diagenesa. Menunjukkan keadaan lingkungan pengendapannya. Contoh struktur sedimen sekunder antara lain: Cetak beban, cetak suling dll.

3. Struktur OrganikStruktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme seperti molusca, cacing atau binatang lainnya. Struktur organik antara lain: kerangka, laminasi pertumbuhan dan lain-lain.Macam-macam perlapisan: Masif Bila tidak menunjukkan struktur dalam (Pettijhon & Potter, 1964) atau ketebalan lebih dari 120 cm. Perlapisan SejajarBila menunjukkan bidang perlapisan yang sejajar. LaminasiPerlapisan sejajar yang memiliki ketebalannya kurang dari 1 cm. Terbentuk dari suspensi tanpa energi mekanis. Perlapisan PilihanBila perlapisan disusun oleh butiran yang berubah dari halus ke kasar pada arah vertikal. Perlapisan Silang SiurPerlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang lapisan yang berada di atas atau dibawahnya dan dipisahkan oleh bidang erosi, terbentuk akibat intensitas arus yang berubah-ubah.e. Komposisi MineralKomposisi mineral dari batuan sedimen klastik dapat dibedakan menjadi:

1. Fragmen Fragmen adalah bagian butiran yang berukuran lebih besar, dapat berupa pecahan-pecahan batuan, mineral, cangkang fosil dan zat organik.2. Matrik (masa dasar)Matrik adalah butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmeen dan terletak diantarannya sebagai masa dasar. Matrik dapat berupa pecahan batuan, mineral atau fosil.3. Semen Semen adalah materian pengisi rongga serta pengikat antar butir sedimen, dapat berbentuk Amorf atau Kristalin. Bahan-bahan semen yang lazim adalah: Semen Silika (kalsedon dan kuarsit) Semen oksida (limonit, hematit dan siderit)Pada sedimen berbutir halus (lempung dan lanau) semen umumnya tidak hadir karena tidak adanya rongga antar butiran.f. Petrogenesa Batuan sedimen klastik terbentuk dari pengendapan kembali dendritus atau perencanaan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. Dalam pembentukan batuan sedimen klastik ini mengalami diagenesa yaitu perubahan yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam sutatu sedimentasi selama dan sesudah litifikasi. Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara proses ogranik dan kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert), radiolarian dan tanah diatom. Batuan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.2. Batuan sedimen non klastikPemerian batuan sedimen non klastik didasarkan pada:a. Jenis batuanBatuan sedimen non klastik b. WarnaSecara umum warna batuan sedimen akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:1. Warna mineral pembentuk batuan sedimen Contoh, jika mineral pembentukan batuan sedimen didominasi oleh kuarsa maka batuan akan berwarna putih.2. Warna masa dasar/matrik atau warna semen3. Warna material yang menyelubungiContoh batupasir kuarsa yang diselubungi oleh glaukonit akan berwarna hijau.4. Derajat kehalusan butirContoh pada batuan dengan komposisi yang sama jika makin halus ukuran butir maka warnanya cenderung ajan lebih gelap.Warna batuan juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pengendapan, jika kondisi lingkungannya reduksi maka warna batuan menjadi lebih gelap dibandingkan pada lingkungan oksidasi. Batuan sedimen yang banyak dandungan material organik mempunyai warna yang lebih gelap.c. Tekstur Tekstur dibedakan menjadi:1. Kristalin Terdiri dari kristal-kristal yang interlocking. Untuk pemeriannya menggunakan skala Wenworth dengan modifikasi sebagai berikut:Tabel 7. Pemerian batupasir dari Skala Wentworth(Modul praktikum Petrologi UPN)Nama ButirBesar Butir (mm)

Berbutir kasar>2

Berbutir sedang1/16 2

Berbutir halus1/256 1/16

Berbutir sangat halus2

Arenit0,062 2

Lutite2 mm1-0,06 mm 1000C) di mana material piroklastik ditransportasikan oleh fase gas dan aliran temperatur rendah yang biasanya bercampur dengan air.3. Endapan surge piroklastik (pyroclastic surge deposits), termasuk pergerakan lateral fragmen piroklatik sebagai campuran padatan/gas konsentrasi rendah yang panas. Karekteristiknya, endapan ini menunjukan stratifikasi bersilang, struktur dunes, laminasi planar, struktur anti dunes dan pind and swell, endapan sedikit menebal di bagian topografi rendah dan menipis pada topografi tinggi.Berdasarkan terbentuknya fragmen, batuan piroklastik dibagi menjadi 3, yaitu : Juvenile pyroclast: hasil langsung akibat letusan, membuka di permukaan. Cognate pyroclast: fragmen bentukan hasil erupsi terdahulu. Accidental pyroclast: fragmen batuan berasal dari basement.Sedangkan menurut William ( 1982 ), batuan piroklastik adalah batuan vulkanik yang bertekstur klastik yang dihasilkan oleh serangkaian proses yang berkaitan letusan gunung api, dengan material asal berbeda, dimana material penyusun tersebut diendapkan dan terkonsolidasi sebelum mengalami transportasi oelh air atau es.Berdasarkan jenis endapan batuan piroklastik dibagi menjadi 4, yaitu:1. LapiliLapiliberasal bahasa latinlapillus, yang berarti nama untuk hasil erupsi eksplosif gunung api yang berukuruan 2mm 64mm. Selain dari fragmen batuan, kadang-kadang terdiri dari mineralmineralaugti,olivine, plagioklas.

Gambar 24. Contoh Batulapili (wingmanarrows.wordpress.com)2. Debu GunungapiDebu gunungapi adalah merupakan batuan piroklastik yang berukuran 2mm- 1/256mm yang dihasilkan oleh pelemparan dari magma akibat erupsi eksplosif. Namun ada juga debu gunung berapi yang terjadi karena proses penggesekan pada waktu erupsi gunung api. Debu gunungapi masih dalam keadaan belum terkonsolidasi.

Gambar 25. Contoh Debu Gunungapi (zonegeologi.blogspot.com)3. Bom GunungapiBom adalah merupakan gumpalan-gumpalan lava yang mempunyai ukuran lebih besar dari 64 mm. Beberapa bomb mempunyai ukuran yang sangat besar. Sebagai contoh bomb yang berdiameter 5 meter dengan berat 200 kg dengan hembusan setinggi 600 meter selama erupsi. Misalnya, di gunungapi Asama, Jepang pada tahun 1935.

Gambar 26. Contoh Bom Gunungapi (www.merbabu.com)4. Block GunungapiBlock Gunungapi merupakan batuan piroklastik yang dihasilkan oleh erupsi eksplosif dari fragmen batuan yang sudah memadat lebih dulu dengan ukuran lebih besar dari 64 mm. Block-block ini selalu menyudut bentuknya atau equidimensional.

Gambar 27. Contoh Block Gunungapi (thekoist.wordpress.com)

V.2 Cara PemerianDalam pemerian batuan piroklastik terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan, antara lain :a. Jenis batuanBatuan piroklastikb. WarnaWarna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya. Mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya. Kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan.c. TeksturTekstur pada batuan piroklastik meliputi:1. Ukuran butirUkuran butir pada piroklasti tersebut merupakan salah satu kriteria untuk menamai batuan piroklastik tanpa mempertimbangkan cara terjadi endapan piroklastik tersebut.

Tabel 13. Ukuran butir batuan piroklastk (zonegeologi.blogspot.com)

2. Derajat pembundaran Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi butiran pada batuan sedimen klastik sedang sampai kasar. Kebundaran dibagi menjadi: Membundar Sempurna (Well Rounded), hampir semua permukaan cembung (equidemensional) Membundar (Rounded), pada umumnya memiliki permukaan bundar, ujung ujung dan tepi butiran cekung. Agak Membundar (Subrounded), permukaan umumnya datar dengan ujungnya yang membundar Agak Menyudut (Sub Angular), permukaan datar ujung ujung yang tajam Menyudut (Angular), permukaan kasar dengan ujung ujung butir runcing dan tajam3. Derajat Pemilahan (Sorting)Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun batuan endapan/sedimen. Dalam pemilahan depergunakan pengelompokan sebagai berikut: Terpilah baik (Well Sorted), kenampakan ini diperlihatkan oleh ukuran besar butir yang seragam pada semua komponen batuan sedimen Perpilah buruk (Poorly Sorted), merupakan kenampakan pada batuan sedimen yang memiliki besar butir yang beragam dimulai dari lempung hingga kerikil atau bahkan bongkah Selain dua pengelompokan tersebut adakalnya seorang peneliti menggunakan pemilahan untuk mewakili kenampakan yang agak seragam.d. Struktur Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian bagian batuan yang berbeda. Struktur pada batuan pyroklastik biasanya mengacu pada kenmpakan di lapnagan atau singkapan dengan skala yang besar. Masif, bila batuan pejal tanpa adanya lubang lubang gas. Vesikuler, dicirikan dengan adanya lubang lubang gas. Scoria, lubang lubang gas tidak saling berhubungan. Pumiceous, lubang lubang gas saling berhubungan. Aliran, adanya kenampakan aliran dari kristal kristal maupun lubang gas. Amigdaloidal, dicirikan dengan lubang lubang gas terisi oleh mineral mineral sekunder. Berlapis, bila batuan tersebut terdapat lapisan lapisan endapan dari fragmen fragmen hasil letusan gunung api.e. Komposisi mineral 1. Mineral mineral sialisMineral mineral sialis terdiri dari: Kuarsa, (SiO2), ditemukan hanya pada batuan gunungapi yang kaya kandungan silika atau bersifat asam. Feldspar, baik alkali maupun kalsium feldspar (Ca) Feldspatoid, merupakan kelompok mineral yang terjadi jika kondisi larutan magma dalam keadaan tidak atau kurang jenuh silika.2. Mineral feromagnesianMerupakan kelompok mineral yang kaya kandungan Fe dan Mg silikat yang kadang kadang disusul oleh Ca silikat. Mineral tersebut hadir berupa kelompok mineral. Piroksen, mineral penting dalam batuan gunungapi Olivin, merupakan mineral yang kaya akan besi dan magnesium dan miskin silika Hornblende, biasanya hadir dalam andesit Biotit, merupakan mineral mika yang terdapat dalam batuan volkanik berkomposisi intermediet hingga asam.3. Mineral tambahan Mineral tambahan hadir adalah ilmenit dan magnetit, keduanya merupakan mineral bijih. Selain itu seringkali didapati mineral senyawa sulfida atau sulfur murni.4. Mineral ubahanDalam batuan piroklastik mineral ubahan seringkali muncul saat batuan perlapukan atau terkena alterasi hidrotermal. Mineral tersebut seperti: klorit, epidot, serisit, limonit, montmorilonit dan lempung, kalsit.f. Petrogenesa Batuan piroklastik terbentuk oleh hasil letusan gunungapi yang tertransportasi, terkonsolidasi oleh media angin dan terkonsolidasi belum jauh dari sumbernya. Tabel 14. Klasifikasi batuan piroklastik menurut Ficher, 1966 (zonegeologi.blogspot.com)

BAB VILAPANGAN VI.1 Lapangan 1A. Geologi Regional Kulon ProgoMenurutpenelitianVan Bemmelen (1948), secara fisiografis Jawa Tengah dibagi menjadi 3 zona, yaitu:1. Zona Jawa Tengah bagian utara yang merupakanZonaLipatan2. Zona Jawa Tengah bagian tengah yang merupakanZonaDepresi3. Zona Jawa Tengah bagian selatan yang merupakanZonaPlatoBerdasarkan letaknya, Kulon Progomerupakan bagian dari zona Jawa Tengah bagian selatan maka daerah Kulon Progo merupakan salah satu plato yang sangat luas yang terkenal dengan namaPlatoJonggrangan (Van Bemellen, 1948).Daerah ini merupakan daerahuplift yang memebentukdomeyang luas.Dometersebut relatif berbentuk persegi panjang dengan panjang sekitar 32 km yang melintang dari arah utara-selatan, sedangkan lebarnya sekitar 20 km pada arah barat-timur. Oleh Van Bemellen Dome tersebut diberi namaOblong Dome.Berdasarkan relief dan genesanya, wilayah kabupaten Kulon Progo dibagi menjadi beberapa satuan geomorfologi antara lain, yaitu:a. Satuan Pegunungan Kulon ProgoSatuan pegunungan Kulon Progo mempunyai ketinggian berkisar antara 100 1200 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan lereng sebesar 150 160. Satuan Pegunungan Kulon Progo penyebarannya memanjang dari utarake selatandan menempati bagian barat wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, meliputi kecamatan Kokap, Girimulyo dan Samigaluh. Daerah pegunungan Kulon Progoinisebagian besar digunakan sebagai kebun campuran, permukiman, sawah dan tegalan.b. Satuan Perbukitan SentoloSatuan perbukitan Sentolo ini mempunyai penyebaran yang sempitdanterpotong oleh kali Progo yang memisahkan wilayah Kabupaten Kulon ProgodanKabupaten Bantul. Ketinggiannya berkisar antara 50 150 meter diatas permukaan air laut dengan besar kelerengan rata rata 150. Di wilayah ini, satuan perbukitan Sentolo meliputi daerah Kecamatan Pengasih dan Sentolo.c. Satuan Teras ProgoSatuan teras Progo terletak disebelah utara satuan perbukitan Sentolo dan disebelah timur satuan Pegunungan Kulon Progo, meliputi kecamatan Nanggulan dan Kali Bawang, terutama di wilayah tepi Kulon Progo.d. SatuanDataran AluvialSatuan dataran alluvial penyebarannya memanjang dari barat ke timur, daerahnya meliputi kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur dan sebagian Lendah. Daerahnya relatif landai sehingga sebagian besar diperuntukkan untuk pemukiman dan lahan persawahan.

e. Satuan Dataran Pantai1. Subsatuan Gumuk PasirSubsatuan gumuk pasirinimemiliki penyebaran di sepanjang pantai selatan Yogyakarta, yaitu pantai Glagah dan Congot.Sungai yang bermuara di pantai selatanini adalah kali Serang dan kali Progoyang membawa material berukuran besar dari hulu. Akibat dari proses pengangkutan dan pengikisan, batuan tersebut menjadi batuan berukuran pasir. Akibat dari gelombang laut dan aktivitas angin, material tersebut diendapkan di dataran pantai danmembentukgumuk gumuk pasir.2. Subsatuan Dataran Alluvial PantaiSubsatuan dataran alluvial pantai terletak di sebelah utara subsatuan gumuk pasir yang tersusun oleh material berukuran pasir halus yang berasal dari subsatuan gumuk pasir oleh kegiatan angin. Pada subsatuan ini tidak dijumpai gumuk-gumuk pasirsehingga digunakan untukpersawahan dan pemukimanpenduduk.Stratigrafi Regional daerah Kulon Progo, menurut Sujanto dan Ruskamil (1975) daerah Kulon Progo merupakan tinggian yang dibatasi oleh tinggian dan rendahan Kebumen di bagian barat dan Yogyakarta di bagian timur, yang didasarkan pada pembagiantektofisiografiwilayah Jawa Tengah bagian selatan. Yang mencirikan tinggian Kulon Progo yaitu banyaknya gunungapi purba yang timbul dan tumbuh di atas batuanpaleogen, dan ditutupi oleh batuan karbonat dan napal yang berumurneogen.Dalam stratigrafi regional mengenai daerahfieldtrip, dibahas umur batuan berdasarkan batuan penyusunnya, untuk itu perlu diketahui sistem umur batuan penyusun tersebut. Sistem tersebut antara lain:1. SistemeosenBatuan yang menyusun sistem ini adalah batu pasir, lempung, napal, napal pasiran, batu gamping, serta banyak kandungan fosil foraminifera maupun moluska. Sistemeosenini disebut Nanggulan group. Tipe dari sistem ini misalnya di desa Kalisongo, Nanggulan Kulon Progo, yang secara keseluruhannya tebalnya mencapai 300 m. Tipe ini dibagi lagi menjadi empat yaituYogyakarta beds, Discoclyina, Axiena Beds dan Napal Globirena, yang masing - masing sistem ini tersusun oleh batu pasir, napal, napal pasiran, lignit dan lempung. Di sebelah timurNanggulan group ini berkembang facies gamping yang kemudian dikenal sebagai gamping eosen yang mengandung fosil foraminifera, colenterata, dan moluska2. Sistemoligosen miosenSistemoligosen miosenterjadi ketika kegiatan vulkanisme yang memuncak dari Gunung Menoreh, Gunung Gadjah, dan Gunung Ijo yang berupa letusan dan dikeluarkannya material material piroklastik dari kecil sampai balok yang berdiameter lebih dari 2 meter. Kemudian material ini disebut formasi andesit tua, karena material vulkanik tersebut bersifat andesitik, dan terbentuk sebagai lava andesit dan tuff andesit. Sedang pada sistemeosen, diendapkan pada lingkungan laut dekat pantai yang kemudian mengalami pengangkatan dan perlipatan yang dilanjutkan dengan penyusutan air laut. Bila dari hal tersebut, maka sistemoligosen miosendengan formasi andesit tuanya tidak selaras dengan sistemeosenyang ada dibawahnya. Diperkirakan ketebalan istem ini 600 m. Formasi andesit tua ini membentuk daerah perbukitan dengan puncak puncak miring.3. SistemmiosenSetelah pengendapan formasi andesit tua daerah ini mengalami penggenangan air laut, sehingga formasi ini ditutupi oleh formasi yang lebih muda secara tidak selaras. Fase pengendapan ini berkembang dengan batuan penyusunnya terdiri dari batu gamping reef, napal, tuff breksi, batu pasir, batu gamping globirena dan lignit yang kemudian disebut formasi jonggrangan, selain itu juga berkembang formasi sentolo yang formasinya terdiri dari batu gamping, napal dan batu gamping konglomeratan. Formasi Sentolo sering dijumpai kedudukannya diatas formasi Jonggrangan. Formasi Jonggrangan dan formasi Sentolo sama sama banyak mengandung fosil foraminifera yang beumur burdigalian miosen. Formasi formasi tersebut memilik ipersebaran yang luas dan pada umumnya membentuk daerah perbukitan dengan puncak yang relative bulat. Diakhir kala pleistosen daerah ini mengalami pengangkatan dan pada kuarter terbentuk endapan fluviatil dan vulkanik dimana pembentukan tersebut berlangsung terus menerus hingga sekarang yang letaknya tidak selaras diatas formasi yang terbentuk sebelumnya.Berdasarkan system umur yang ditentukan oleh penyusun batuan stratigrafi regional menurut Wartono Rahardjo dkk(1977), Wirahadikusumah (1989), dan Mac Donald dan partners (1984), daerah penelitian dapat dibagi menjadi 4 formasi, yaitu :a. Formasi NanggulanFormasi Nanggulan mempunyai penyusun yang terdiri dari batu pasir, sisipan lignit, napal pasiran dan batu lempungan dengan konkresi limonit, batu gamping dan tuff, kaya akan fosil foraminifera dan moluska dengan ketebalan 300 m. berdasarkan penelitian tentang umur batuannya didapat umur formasi nanggulan sekitar eosen tengah sampai oligosen atas. Formasi ini tersingkap di daerah Kali Puru dan Kali Sogo di bagian timur Kali Progo. Formasin Nanggulan dibagi menjadi 3, yaitu:1. Axinea BedsFormasi paling bawah dengan ketebalan lapisan sekitar 40 m, terdiri dari abut pasir, dan batu lempung dengan sisipan lignit yang semuanya berfasies litoral, axiena bed ini memiliki banyak fosil pelecypoda.2. Yogyakarta bedsFormasi yang berada di atas axiena beds ini diendapkan secara selaras denagn ketebalan sekitar 60 m. terdiri dari batu lempung ynag mengkonkresi nodule, napal, batu lempung, dan batu pasir. Yogyakarta beds mengandung banyak fosil poraminifera besar dan gastropoda.3. Discocyclina bedsFormasi paling atas ini juga diendapkan secara selaras diatas Yogyakarta beds denagn ketebalan sekitar 200m. Terdiri daribatu napal yang terinteklasi dengan batu gamping dan tuff vulakanik, kemudian terinterklasi lagi dnegan batuan arkose. Fosil yang terdapat pada discocyclina beds adalah discocyclina.b. Formasi Andesit TuaFormasi ini mempunyai batuan penyusun berupa breksi andesit, lapili tuff, tuff, breksi lapisi , Aglomerat, dan aliran lava serta batu pasir vulkanik yang tersingkap di daerah kulon progo. Formasi ini diendapkansecara tidak selaras dengan formasi nanggulan dengan ketebalan 660 m. Diperkirakanformasi ini formasi ini berumur oligosen miosen.c. Formasi JonggranganFormasi ini mempunyai batuan penyusun yang berupa tufa, napal, breksi, batu lempung dengan sisipan lignit didalamnya, sedangkan pada bagian atasnya terdiri dari batu gamping kelabu bioherm diselingi dengan napal dan batu gamping berlapis. Ketebalan formasi ini 2540 meter. Letak formasi ini tidak selaras dengan formasi andesit tua. Formasi jonggrangan ini diperkirakan berumur miosen. Fosil yang terdapat pada formasi ini ialah poraminifera, pelecypoda dan gastropoda.d. Formasi SentoloFormasi Sentolo ini mempunyai batuan penyusun berupa batu pasir napalan dan batu gamping, dan pada bagian bawahnya terdiri dari napal tuffan. Ketebalan formasi ini sekitar 950 m. Letak formasi initak selaras dengan formasi jonggrangan. Formasi Sentolo ini berumur sekitar miosen bawah sampai pleistosen.

Gambar 28. Peta Geologi Daerah Kulon Progo (Petatematikindo.wordpress.com)B. Waktu, Lokasi dan Kesampaian DaerahPraktikum lapangan I di laksanakan pada hari minggu, 11 Mei 2014. Semua praktikan kumpul di kampus II Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta pada pukul 07 :30 WIB. Setelah itu berangkat dari kampus II menuju lokasi praktikum yang berada di daerah Kulon progo dengan mengendarai kendaraan beroda dua, hingga sampai pada lokasi pengamatan pertama (LP1) pada pukul 08:26 WIB.Lokasi pengamatan pertama (LP1) berada pada tubuh sungai dengan vegetasi yang sedang terdiri dari, pohon jati, pohon kelapa dll. Lokasi yang berada pada kordinat 70 4415BT dan 11001149 LS dengan elevasi 122 mdpl ini terletak di kali Nongko daerah Kulon progo dengan litologi dominan ialah batuan beku. Untuk lebih jelas dapat dilihat di sketsa yang di lampirkan pada halaman berikut. Setelah itu berangkat dari lokasi pengamatan pertama ke lokasi pengamatan berikutnya (LP2) dengan kordinat 0704355 BT dan 1100 11 49LS dengan elevasi 165 mdpl ini terletak pada tubuh sungai, di Sungai Timala daerah Kulon Progo yang bervegetasi sedang sampai jarang terdiri dari pohon jati, pohon kelapa dll. Di lokasi ini litologi yang diamati ialah batuan sedimen klastik dan non klastik, yaitu batupasir dengan sisipan lignit (batubara muda) dengan batulanau. Untuk lebih lengkap, bisa dilihat dari sketsa yang telah di lampirkan di halaman berikut.Selesai pengamatan tersebut berangkat lagi ke lokasi pengamatan ketiga (LP3) yang tidak jauh dari lokasi pengamatan kedua (LP2) kearah utara dengan vegetasi dan morfologi yang sama dengan (LP2). Lokasi ini berada pada kordinat 0704352 BT dan 1100 11 47LS dengan elevasi 165 mdpl dengan litologi yang diamati ialah batuan sedimen klastik yaitu (napal). Lebih jelasnya bisa dilihat dari sketsa yang telah di sediakan di halaman berikut.Setealh itu berangkat lagi ke lokasi pengamatan berikutnya yaitu lokasi pengamtan keempat (LP4) yang berada pada kordinat 0704239 BT dan 1100 12 24LS dengan elevasi168 mdpl ini terletak di daerah Purwoharjo dengan morfologi perbukitan terdenudasi bervegetasi sedang sampai jarang. Pada lokasi ini singkapan yang diamati ialah batuan sedimen klastik yaitu breksi polemik ( breksi yang tersusun dari banyak fragmen yang berbeda beda). Untuk lebih jelas boleh dilihat dari sketsa yang telah di lampirkan di halaman berikut.VI.2Lapangan 2A. Geologi Regional Daerah PenelitianKondisi umum kecamatan BayatLokasi daerah Bayat berada kurang lebih 25 km di sebelah timur kota Yogyakarta. Secara umum fisiografi Bayat dibagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah di sebelah utara Kampus Lapangan terutama di sisi utara jala raya Kecamatan Wedi yang disebut sebagai area Perbukitan Jiwo (JiwoHills), dan area di sebelah selatan Kampus Lapangan yang merupakan wilayah Pegunungan Selatan (SouthernMountains).Kondisi geomorfologia. Perbukitan JiwoPerbukitan Jiwo merupakaninlierdari batuanPre-TertiarydanTertiarydi sekitar endapanQuartenary, terutama terdiri dari endapanfluvio-volcanicyang berasal dari G. Merapi. Elevasi tertinggi dari puncak-puncak yang ada tidak lebih dari 400 m di atas muka air laut, sehingga perbukitan tersebut merupakan suatu perbukitan rendah. Perbukitan Jiwo dibagi menjadi dua wilayah yaitu Jiwo Barat dan Jiwo Timur yang keduanya dipisahkan oleh Sungai Dengkeng secaraantecedent. Sungai Dengkeng sendiri mengalir mengitari komplek Jiwo Barat, semula mengalir ke arahSouth-Southwest, berbelok ke arahEastkemudian keNorthmemotong perbukitan dan selanjutnya mengalir ke arahNortheast. Sungai Dengkeng ini merupakan pengering utama dari dataran rendah di sekitar Perbukitan Jiwo. Pembagian fisiografi daerah Bayat di mana Perbukitan Jiwo Barat dan Timur dipisahkan oleh Sungai Dengkeng.Dataran rendah ini semula merupakan rawa-rawa yang luas akibat air yang mengalir dari lembah G. Merapi tertahan oleh Pegunungan Selatan. Genangan air ini, di utara Perbukitan Jiwo mengendapkan pasir yang berasal dari lahar. Sedangkan di selatan atau pada bagian lekukan antarbukit di Perbukitan Jiwo merupakan endapan air tenang yang berupa lempung hitam, suatu sedimen Merapi yang subur ini dikeringkan (direklamasi) oleh pemerintah Kolonial Belanda untuk dijadikan daerah perkebunan. Reklamasi ini dilakukan degan cara membuat saluran-saluran yang ditanggul cukup tinggi sehingga air yang datang dari arah G.Merapi akan tertampung di sungai sedangkan daerah dataran rendahnya yang semula berupa rawa-rawa berubah menjadi tanah kering yang digunakan untuk perkebunan. Sebagian dari rawayang semula luas itu disisakan di daerah yang dikelilingi Puncak Sari, Tugu, dan Kampak di Jiwo Barat, dikenal sebagai Rawa Jombor. Rawa yang disisakan itu berfungsi sebagai tendon untuk keperluan irigasi darah perkebunan di dataran sebelah utara Perbukitan Jiwo Timur.Untuk mengalirakan air dari rawa-rawa tersebut, dibuat saluran buatan dari sudutSouthwestrawa-rawa menembus perbukitan batuan metamorfik di G. Pegat mengalir ke timur melewati Desa Sedan dan memotong Sungai Dengkeng lewat aqueduct di sebelah seatan Jotangan menerus ke arah timur.Daerah perbukitan yang tersusun oleh batugamping menunjukkan perbukitan memanjang dengan punggung yang tumpul sehingga kenampakan punca-puncak tidak begitu nyata. Tebing-tebing perbukitannya tidak terlalu terbiku sehingga alur-alurnya tidak banyak dijumpai (Perbukitan Bawak-Temas di Jiwo Timur dan Tugu-Kampak di Jiwo Barat). Untuk daerah yang tersusun oleh batuan metamorfik perbukitannya menunjukkan relief yang lebih nyata dengan tebing-tebing yang terbiku kuat. Kuatnya hasil penorehan tersebut menghasilkan akumulasi endapan hasil erosi di kaki perbukitan ini yang dikenal sebagaicolluvial. Puncak-puncak perbukitan yang tersusun dari batuan metamorfik terlihat menonjol dan beberapa diantaranya cenderung berbentuk kerucut seperti puncak Jabalkat dan puncak Semanggu. Daerah degan relief kuat ini dijumpai daerah Jiwo Timur mulai dari puncak Konang kea rah timur hingga puncak Semanggu dan Jokotuo. Daerah di sekitar puncak Pendul merupakan satu-satunya tubuh bukit yang seluruhnya tersusun oleh batuan beku. Kondisi morfologinya cukup kasar mirip perbukitan metamorfik namun relief yang ditunjukkan puncaknya tidak sekuat perbukitan metamorfik.1. Daerah Jiwo BaratJiwo Barat terdiri dari deretan perbukitan G. Kampak, G. Tugu, G. Sari, G. Kebo, G. Merak, G. Cakaran, dan G. Jabalkat. G. Kampak dan G. Tugu memiliki litologi batugamping berlapis, putih kekuningan, kompak, tebal lapisan 20 40 cm. Di daerah G. Kampak batugamping tersebut sebagian besar merupakan suatu tubuh yang massif, menunjukkan adanya asosiasi dengan kompleks terumbu (reef). Di antara G. Tugu dan G. Sari batugamping tersebut mengalami kontak langsung dengan batuan metamorfik (mica schist).Daerah Jiwo Barat memiliki puncak-puncak bukit berarah utara-selatan yang diwakili oleh puncak Jabalkat, Kebo, Merak, Cakaran, Budo, Sari, dan Tugu dengan di bagian paling utara membelok ke arah barat yaitu G. Kampak.Batuan metamorf di daerah ini mencakup daerah di sekitar G. Sari, G. Kebo, G. Merak, G. Cakaran, dan G. Jabalkat yang secara umum berupa sekis mika, filit, dan banyak mengandung mineral kuarsa. Di sekitar daerah G. Sari, G. Kebo, dan G. Merak pada sekis mika tersebut dijumpai bongkah-bongkah andesit dan mikrodiorit. Zona-zona lapukannya berupa spheroidal weathering yang banyak dijumpai di tepi jalan desa. Batuan beku tersebut merupakan batuan terobosan yang mengenai tubuh sekis mika . singkapan yang baik dijumpai di dasar sungai-sungai kecil yang menunjukkan kekar kolom (columnar joint).Batuan metamorfik yang dijumpai juga berupa filit sekis klorit, sekis talk, terdapat mieral garnet, kuarsit serta marmer di sekitar G. Cakaran, dan G. Jabalkat. Sedangkan pada bagian puncak dari kedua bukit itumasih ditemukan bongkah-bongkah konglomerat kuarsa. Sedangkan di sebelah barat G. Cakaran pada area pedesaan di tepian Rawa Jombor masih dapat ditemukan sisa-sisa konglomerat kuarsa serta batupasir. Sampai saat ini batuan metamorfik tersebut ditafsirkan sebagai batuan berumurPre-Tertiary, sedagkan batupasir dan konglomerat dimasukkan ke dalam Formasi Wungkal.Di daerah ini dijumpai duainlier(isolated hill) masing-masing di bukit Wungkal dan bukit Salam. Bukit Wungkal semakin lama semakin rendah akibat penggalian penduduk untuk mengambil batu asah (batu wungkal) yang terdapat di bukit tersebut.2. Daerah Jiwo TimurDaerah ini mencakup sebelah timur Sungai Dengkeng yang merupakan deretan perbukitan yang terdiri dari Gunung Konang, Gunung Pendul, Gunung Semangu, Di lereng selatan Gunung Pendul hingga mencapai bagian puncak, terutama mulai dari sebelah utara Desa Dowo dijumpai batu pasir berlapis, kadang kala terdapat ragmen sekis mika ada di dalamnya. Sedangkan di bagian timur Gunung Pendul tersingkap batu lempung abu-abu berlapis, keras, mengalami deformasi lokal secara kuat hingga terhancurkan.Hubungan antar satuan batuan tersebut masih memberikan berbagai kemungkinan karena kontak antar satuan terkadang tertutup oleh koluvial di daerah dataran. Kepastian stratigrafis antar satuan batuan tersebut barn dapat diyakini jika telah ada pengukuran umur absolut. Walaupun demikian berbagai pendekatan penyelidikan serta rekontruksi stratigrafis telah banyak dilakukan oleh para ahli.Daerah perbukitan Jiwo Timur mempunyai puncak-puncak bukit berarah barat-timur yang diwakili oleh puncak-puncak Konang, Pendul dan Temas, Gunung J okotuo dan Gunung T emas.Gunung Konang dan Gunung Semangu merupakan tubuh batuan sekis-mika, berfoliasi cukup baik, sedangkan Gunung Pendul merupakan tubuh intrusi mikrodiorit. Gunung Jokotuo merupakan batuan metasedimen (marmer) dimana pada tempat tersebut dijumpai tanda-tanda struktur pense saran. Sedangkan Gunung Temas merupakan tubuh batu gamping berlapis.Di sebelah utara Gunung Pendul dijumpai singkapan batu gampmg nummulites, berwarna abu-abu dan sangat kompak, disekitar batu gamping nummulites tersebut terdapat batu pasir berlapis. Penyebaran batugamping nummulites dijumpai secara setempat-setempat terutam di sekitar desa Padasan, dengan percabangan ke arah utara yang diwakili oleh puncak Jopkotuo dan Bawak.Di bagian utara dan tenggara Perbukitan Jiwo timur terdapat bukit terisolir yang menonjol dan dataran aluvial yang ada di sekitamya. Inlier (isolited hill) ini adalah bukit Jeto di utara dan bukit Lanang di tenggara. Bukit Jeto secara umum tersusun oleh batu gamping Neogen yang bertumpu secara tidak selaras di atas batuan metamorf, sedangkan bukit Lanang secara keseluruhan tersusun oleh batu gamping Neogen.b. Daerah Pegunungan selatanDi sebelah selatan Kampus Lapangan hingga mencapai puncak Pegunungan Baturagung, secara stratigrafis sudah tennasuk wilayah Pegunungan Selatan. Secara struktural deretan pegunungan tersebut, pada penampang utara-selatan, merupakan suatu pegunungan blok patahan yang membujur barat-timur.Untuk daerah di sekitar kampus lapangan, litologi yang dijumpai merupakan bagian dari Fonnasi Kebo, Butak dan Semilir. Beberapa lokasi singkapan penting penting antard lain sekitar Lanang dan desa Tegalrejo dijumpai batu pasir tufan dengan sisipan serpih. Di selatan desa Banyuuripan, yaitu desa Kalisogo, ditemukan breksi autoklastik dengan pola retakan radial yang ditafsirkan sebagai produk submarine breccia. Semakin ke selatan, sekitar desa Tanggul, Jarum dan Pendem, terdapat singkapan endapan kip as aluvial. Di bagian barat daya, sekitar desa Tegalrejo, dijumpai batu pasir berlapis dengan pelapukan mengulit bawang. Di bagian timumya terdapat batu lempung abu-abu dengan zona kekar.Naik ke arah puncak Baturagung, perlapisan-Iperlapisan batuan sedimen akan dijumpai dengan baik, dapat berupa batu pasir, batu lempung, batu pasir krikilan, batu pasir tufa maupun sisipan breksi. Pengamtan sepanjang jalan ini sangat penting untuk melacak keaadaan strtigrafis serta struktur geologi di daerah selatan Kampus Lapangan.c. Kondisi statigrafi regionalBatuan tertua yang tersingkap di daerah Bayat terdiri dari batuan metamorf berupa filtit, sekis, batu sabak dan marmer. Penentuan umur yang tepat untuk batuan malihan hingga saat ini masih belum ada. Satu-satunya data tidak langsung untuk perkiraan umurnya adalah didasarkan fosil tunggal Orbitolina yang diketemukan oleh Bothe (1927) di dalam fragmen konglomerat yang menunjukkan umur Kapur. Dikarenakan umur batuan sedimen tertua yang menutup batuan malihan tersebut berumur awal Tersier (batu pasir batu gamping Eosen), maka umur batuan malihan tersebut disebut batuan Pre-Tertiary Rocks.Secara tidak selaras menumpang di atas batuan malihan adalah batu pasir yang tidak garnpingan sarnpai sedikit garnpingan dan batu lempung, kemudian di atasnya tertutup oleh batu gamping yang mengandung fosil nummulites yang melimpah dan bagian atasnya diakhiri oleh batu gamping Discocyc1ina, menunjukkan lingkungan laut dalarn. Keberadaan forminifera besar ini bersarna dengan foraminifera plangtonik yang sangat jarang ditemukan di dalam batu lempung gampingan, menunjukkna umur Eosen Tengah hingga Eisen Atas. Secara resmi, batuan berumur Eosen ini disebut Formasi Wungkal-Garnping. Keduanya, batuan malihan dan Formasi Wungkal-Gamping diterobos oleh batuan beku menengah bertipe dioritik.Diorit di daerah Jiwo merupakan penyusun utam Gunung Pendul, yang terletak di bagJn timur Perbukitan Jiwo. Diorit ini kemungkinan bertipe dike. Singkapan batuan beku di Watuprahu (sisi utara Gunung Pendul) secara stratigrafi di atas batuan Eosen yang miring ke arah selatan. Batuan beku ini secara stratigrafi terletak di bawah batu pasir dan batu garnping yang masih mempunyai kemiringan lapisan ke arah selatan. Penentuan umur pada dike! intrusi pendul oleh Soeria Atmadja dan kawan-kawan (1991) menghasilkan sekitar 34 juta tahun, dimana hasil ini kurang lebih sesuai dengan teori Bemmelen (1949), yang menfsirkan bahwa batuan beku tersebut adalah merupakan leher/ neck dari gunung api Oligosen. Mengenai genetik dan generasi magmatisme dari diorit di Perbukitan Jiwo masih memerlukan kajian yang lebih hati-hati.Sebelum kala Eosen tangah, daerah Jiwo mulai tererosi. Erosi tersebut disebabkan oleh pengangkatan atau penurunan muka air laut selama peri ode akhir oligosen. Proses erosi terse but telah menurunkan permukaan daratan yang ada, kemudian disusul oleh periode transgresi dan menghasilkan pengendapan batu garnping dimulai pada kala Miosen Tengah. Di daerah Perbukitan Jiwo tersebut mempunyai ciri litologi yang sarna dengan Formasi Oyo yang tersingkap lenih banyak di Pegunungan Selatan (daerah Sambipitu Nglipar dan sekitarnya).Di daerah Bayat tidak ada sedimen laut yang tersingkap di antara Formasi WungkalGampingan dan Formasi Oyo. Keadaan ini sang at berbeda dengan Pegunungan Baturagung di selatannya. Di sini ketebalan batuan volkaniklastik-marin yang dicirikan turbidit dan sedimen hasil pengendapan aliran gravitasi lainnya tersingkap dengan baik. Perbedaan-perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh kompleks sistem sesar yang memisahkan daerah Perbukitan Jiwo dengan Pegunungan Baturagung yang telah aktif sejak Tersier Tengah.Selama zaman Kuarter, pengendapan batu gamping telah berakhir. Pengangkatan yang diikuti dengan proses erosi menyebabkan daerah Perbukitan Jiwo berubah menjadi daerah lingkungan darat. Pasir vulkanik yang berasal dari gunung api Merapi yang masih aktif mempengaruhi proses sedimentasi endapan aluvial terutama di sebelah utara dan barat laut dari Perbukitan Jiwo.Keadaan stratigrafi Pegunugan Selatan, dari tua ke muda yaitu :1. Formasi Kebo, berupa batu pasir vulkanik, tufa, serpih dengan sisipan lava, umur Oligosen (N2-N3), ketebalan formasi sekitar 800 meter.2. Formasi Butak, dengan ketebalan 750 meter berumur Miosen awal bagian bawah (N4), terdiri dari breksi polomik, batu pasir dan serpih.3. Formasi Semilir, berupa tufa, lapili, breksi piroklastik, kadang ada sisipan lempung dan batu pasir vulkanik. Umur N5-N9. Bagian tengah dengan Formasi Nglanggran.4. Formasi Nglanggran, berupa breksi vulkanik, batu pasir vulkanik, lava dan breksi aliran.5. Dari puncak Baturagung ke arah selatan, yaitu menuju dataran Wonosari akan dijumpai Formasi Sambipitu, Formasi Oyo, Formasi Wonosari dan6. Formasi Kepek.

Gambar 29. Peta Geologi Daerah Bayat (earthy-moony.blogspot.com)B. Waktu, Lokasi dan Kesampaian DaerahPraktikum lapangan di laksanakan pada hari minggu, 15 juni 2014. Semua praktikan kumpul di kampus II Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta pada pukul 07 :30 WIB. Setelah itu berangkat dari kampus II menuju lokasi praktikum yang berada di daerah Bayat dengan mengendarai kendaraan beroda dua sekitar pukul 07:50 WIB dengan perjalanan yang memakan waktu sekitar 30 menit ke arah selatan Daerah Istimewa Yogyakarta, hingga sampai pada lokasi pengamtan pertama pada pukul 08:20 WIB.Lokasi pengamatan pertama (LP1) berada di tubuh sungai yang bervegetasi sedang terdiri dari pohon jati, pohon dll, dengan kordinat 0704830 BT dan 1100 27 33LS dan elevasi 144mdpl. Di lokasi ini ada dua singkapan yang diamati yaitu batuan piroklastik dan batuan beku (lava bantal). Dapat dilihat di sketsa di halaman berikut. Selesai mengamati, berangkat lagi ke lokasi pengamatan kedua (LP2) dengan mengendarai kendaraan beroda dua dengan perjalanan yang cukup lama sekitar 2 jam lebih untuk mencapai lokasi pengamatan kedua. Lokasi ini berada di daerah Gunung gajah (Bayat) dengan kordinat 0704919 BT dan 1100 40 21LS dengan elevasi 150 mdpl, morfologi perbukitan terdenudasi dengan vegetasi jarang . Litologi yang diamati ialah batuan beku (spheroidal weathering). Setelah itu berangkat lagi ke lokasi berikutnya yaitu lokasi pengamatan ketiga (LP3) yang tidak jauh dari lokasi sebelumnya sekitar 70 meter kearah selatan lokasi pengamtan kedua. Lokasi pengamatan ketiga mempunyai morfologi dan vegetasi yang sama dengan lokasi pengamatan kedua. Lokasi ini berada di kordinat 0704625 BT dan 1100 27 33LS dengan elevasi 157 mdpl. Pada lokasi ini litologi yang diamati ialah batuan beku. Dapat dilihat di sketsa di halaman berikut. Setelah mengamatinya, berangkat lagi ke lokasi pengamatan keempat (LP4), lokasi tersebut berada pada kordinat 0704603 BT dan 1100 40 07LS dengan elevasi 135 mdpl, lokasi yang berada pada morfolgi lereng perbukitan ini dengan vegetasi sedang sampai lebat terdiri dari pohon jati, pohon kelapa, pohon mahoni dll, ini terletak di daerah Watu Prahu (Bayat). Di lokasi ini litologi yang diamati ialah batuan sedimen karbonat, dapat dilihat di sketsa yang telah dilampirkan di halaman berikut.Setelah itu berangkat lagi ke lokasi berikutnya yaitu lokasi pengamatan terakhir (LP5) yang tidak jauh dari lokasi sebelumnya, lokasi ini berada di kordinat 0704537 BT dan 1100 40 29LS dengan elevasi 156 mdpl terletak di daerah Joko Tuwo (Bayat), morfologi lokasi adalah perbukitan denudasional dengn vegetasi sedang sampai lebat terdiri dari pohon jati, pohon mahoni dll. Di lokasi terakhir ada 2 litologi yang diamati yaitu batuan metamorf (sekis dan marmer), dapat dilihat dari sketsa yang di lampirkan berikut.

BAB VIIPENUTUPVII.1 KesimpulanDari hasil pengamatan di lapangan pertama, dapat saya mengambil kesimpulan sebagai berikut: Lokasi pengamatan pertama (LP1) denga litologi batuan beku intermediet (andesit), dengan komposisi mineral yang dominan horblende, plagioklas dan sedikit piroksin berupa mineral mineral yang berukuran porfiro afanitik yang mencirikan bahwa batuan tersebut terbentuk di luar permukaan bumi berupa lava. Lokasi pengamatan kedua (LP2) dengan litologi batuan sedimen klastik berupa batupasir dan batulanau dengan sisipan batuan sedimen nonklastik berupa lignit (batubara muda), proses ini mencirikan bahwa litologi tersebut merupakan hasil pengendapan dari material material dan tumbuh tumbuhan yang telah mati dan diendapkan oleh material material hasil transportasi. Lokasi pengamatan keitga (LP3) dengan litologi yang disusun oleh batuan sedimen, dengan struktur berfosil dan komposisi matrik lanau sampai lempung dengan semen karbonat yang sangat tinggi. Hal tersebut mencirikan bahwa litologi di daerah tersebut merupakan hasil pengendapan dari material material yang tertransport air dan angin. Lokasi pengamatan keempat (LP4) dengan litologi batuan sedimen klastik, litologi yang komposisinya disusun oleh beberapa fragmen yang berbeda beda dan matrik bongkah lanau dengan semen silika, hal ini mencirikan bahwa litologi tersebut merupakan hasil rombakan dari batuan lain yang telah mengalami transportasi dan terkonsolidasi tidak jauh dari batuan induknya.

Pada pengamatan lapangan kedua dapat saya menyimpulkan sebagai berikut: Lokasi pengamatan pertama (lp1) dengan dua litologi yang berbeda yaitu batuan beku dan piroklastik. Pada singkapan batuan beku mempunyai struktur singkapan berupa lava bantal atau pillow lava dengan komposisi mineral olivin, piroksin, horblende, proses ini mencirikan bahwa batuan tersebut terbentuk di luar permukaan bumi berupa lava yang mengalir ke permukaan dan terkontak langsung dengan air. Pada singkapan batuan piroklastik mempunyai struktur perlapisan, dan disusun oleh fragmen berupa tuff, matrik pasir dan semen silika, proses ini menunjukkan bahwa singkapan tersebut merupakan hasil erupsi dari material material gunungapi yang tertransport dan terkonsolidasi jauh dari source-nya Lokasi pengamatan kedua (LP2) dengan litologi batuan beku dengan strukur masif, dan komposisinya disusun oleh plagioklas, muskovit biotit dan kuarsa, batuan tersebut terbentuk dibawah permukaan bumi dan nampak di permukaan bumi karena mengalami proses pengangkatan dari tenaga endogenik. Batuan tersebut telah mengalami pelapukan membola ( spheroidal weathering ) hal ini menunjukkan bahwa batuan tersebut telah mengalami struktur geologi berupa kekar yang diisi oleh air hujan sehingga pada akhirnya batuan tersebut mengalami pelapukan membola. Lokasi pengamtan ketiga (LP3) dengan litologi batuan beku intermediet berupa diorit karena batuan tersebut mempunyai struktur masif dengan komposisi mineral plagioklas, muskovit, kuarsa. Batuan tersebut terbentuk dibawah permukaan bumi berupa dike yang memotong perlapisan batuan dan nampak ke permukaan akibat lapisan yang diatasnya telah mengalami erosi. Lokasi pengamatan keempat (LP4) dengan litologi batuan sedimen karbonat, dengan struktur batuan berfosil dan teksur amorf dengan susunan komposisi monomineralik (karbonat). Proses ini menunjukkan bahwa batuan tersebut terbentuk di lingkungan air laut dan tersedimentasi secara bersamaan dengan organisme yang hidup di laut kemudian muncul di permukaan bumi karena mengalami proses pengangkatan oleh tenaga endogen. Lokasi pengamatan kelima (LP5) dengan litologi batuan metamorf dengan 2 singkapan.Singkapan pertama dengan tekstur granoblastik dan struktur non foliasi yang tersusun oleh komposisi mineral kalsit ( CaCO3). Dari tekstur, struktur dan komposisi mineralnya menunjukkan bahwa batuan tersebut merupakan batuan hasil metamorfisme kontak atau thermal pada batugamping yang nampak di permukaan bumi karena mengalami pengangkatan dan lapisan atasnya telah tererosi.Singkapan kedua dengan tekstur lepido- granoblastik, dan struktur foliasi dengan komposisi mineral zeoliet. Dari hasil tersebut dapat kita mengetahui bahwa batuan tersebut mengalami metamorfisme dengan suhu dan tekanan yang tinggi. Selain dari hasil pengamatan di lapangan adapula hasil deskripsi batuan di laboratorium. Deskripsi batuan sedimen 2 kali, batuan sedimen 3 kali, batuan metamorf 2 kali dan batuan piroklastik 2 kali. Metode pendeskripsiannya maju satu satu ke depan dan mendeskripsikan batuan secara handspacemen dan mendeskripsikan batuan di tempat duduk masing masing.

VII.2 SaranSebaiknya untuk kedepannya asisten dosen harus mempersiapkan modul praktikum agar praktikum bisa memakai buku tersebut sebagai buku acuan, sehingga dapat mempermudah kegiatan praktikum. Tapi pada intinya praktikan merasa puas dengan penjelasan yang diberikan oleh para asisten. Semoga kedepannya bisa lebih baik lagi. Terimakasih kepada para asisten dosen yang telah membagikan ilmu pengetahunnya untuk praktikan, walaupun ada praktikan yang sering membuat asisten dosen kecewa atau marah, sebagai praktikan saya minta maaf.