LAPORAN DASGRO

31
BAB I PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN 1.1 Pendahuluan 1.1.1 Latar Belakang Pertumbuhan adalah proses kenaikan massa dan volume yang irreversible (tidak kembali ke asal) karena adanya tambahan substansi dan perubahan bentuk yang terjadi selamaproses tersebut. Selama pertumbuhan terjadi pertambahan jumlah dan ukuran sel. Pertumbuhan dapat diukur serta dinyatakan secara kuantitatif. Pertumbuhan merupakan penambahan bobot dan volume atau ukuran tumbuhan karena adanya penambahan unsur – unsur struktural yang baru. Pertumbuhan suatu organ atau tumbuhan secara keseluruhan dimulai dari perkecambahan biji dan dilanjutkan dengan memasuki fase pertumbuhan juvenile yang berakhir pada fase maturasi, selanjutnya diikuti dengan senesensi. Perkembangan adalah proses menuju tercapainya kedewasaan atau tingkat yang lebih sempurna. Perkembangan tidak dapat dinyatakansecara kuantitatif. Perkembangan merupakan proses yang berjalan sejajar dengan pertumbuhan. Faktor-faktor pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan yaitu faktor genetik, faktor internal (auksin, gibberellin, sitokinin, gas etilen, asam absisat, 1

description

laporan akhir

Transcript of LAPORAN DASGRO

Page 1: LAPORAN DASGRO

BAB I

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

1.1 Pendahuluan

1.1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan adalah proses kenaikan massa dan volume yang irreversible

(tidak kembali ke asal) karena adanya tambahan substansi dan perubahan bentuk

yang terjadi selamaproses tersebut. Selama pertumbuhan terjadi pertambahan

jumlah dan ukuran sel. Pertumbuhan dapat diukur serta dinyatakan secara

kuantitatif.

Pertumbuhan merupakan penambahan bobot dan volume atau ukuran

tumbuhan karena adanya penambahan unsur – unsur struktural yang baru.

Pertumbuhan suatu organ atau tumbuhan secara keseluruhan dimulai dari

perkecambahan biji dan dilanjutkan dengan memasuki fase pertumbuhan juvenile

yang berakhir pada fase maturasi, selanjutnya diikuti dengan senesensi.

Perkembangan adalah proses menuju tercapainya kedewasaan atau tingkat

yang lebih sempurna. Perkembangan tidak dapat dinyatakansecara kuantitatif.

Perkembangan merupakan proses yang berjalan sejajar dengan pertumbuhan.

Faktor-faktor pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan yaitu faktor

genetik, faktor internal (auksin, gibberellin, sitokinin, gas etilen, asam absisat,

kalin, dan asam traumalin) dan faktor lingkungan (nutrisi, air, cahaya, suhu atau

temperatur, kelembapan, dan oksigen).

1.1.2 Tujuan

Dalam praktikum Dasar-Dasar Agronomi ini memiliki tujuan yaitu :

1. Untuk mengetahui sifat pertumbuhan tanaman jagung dan kacang

hijau.

2. Untuk mengetahui sifat perkembangan tanaman jagung dan kacang

hijau.

1

Page 2: LAPORAN DASGRO

1.2 Metodologi

1.2.1 Jadwal praktikum

Praktikum Dasar – dasar Agronomi tentang Pertumbuhan Dan

Perkembangan, dilaksanakan di Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Waktu

pelaksanaannya hari Senin tanggal 24 September 2012, pukul 07-00 – selesai.

1.2.2 Alat

1. Polybag

2. Cetok

3. Cangkul

4. Sekop

5. Gembor

6. Gunting

7. Penggaris

8. Label

9. Alat tulis

1.2.3 Bahan

1. Tanah Kebun

2. Pupuk kandang

3. Benih jagung

4. Benih kacang hijau

5. Air

1.2.4 Prosedur kerja

1. Menyediakan polybag dan tanah tanam yang sudah diolah serta benih

jagung dan kacang hijau.

2. Menanam benih 2-3 biji per polybag.

3. Menutup benih dengan pupuk kandang.

4. Menyiram benih jagung dan kacang hijau setiap hari dengan air

secukupnya.

5. Mengamati pertumbuhan tanaman setiap 1 minggu sekali.

2

Page 3: LAPORAN DASGRO

6. Memilih 1 tanaman yang pertumbuhannya baik 4 minggu setelah

tanam.

7. Memotong tanaman yang pertumbuhannya jelek.

8. Mengukur tinggi tanaman setiap 1 minggu sekali.

9. Menghitung jumlah daun majemuk setiap 1 minggu sekali.

10. Mencatat hasil pengamatan kedalam tabel pengamatan.

1.3 Hasil dan Pembahasan

1.3.1 Hasil pengamatan

HSTJAGUNG KACANG HIJAU

Panjang Tanaman

Jumlah Daun

Jumlah Tongkol

Tinggi Tanaman

Jumlah Daun

Jumlah Polong

Rata2 Panjang Polong

28 H

ST

I 31 cm 4 helai - 7 cm 1 helai - -

II 34 cm 2 helai - 7.5 cm 2 helai - -

III 30 cm 3 helai - 3,5 cm 2 helai - -

35 H

ST

I 53,5 cm 5 helai - 8 cm 1 helai - -

II 48 cm 4 helai - 8,5 cm 2 helai - -

III 43,5 cm 4 helai - 4,5 cm 2 helai - -

42 H

ST

I 63,7 cm 7 helai - 10 cm 3 helai - -

II 63,2 cm 6 helai - 9,4 cm 4 helai - -

III 62,4 cm 6 helai - 4,6 cm 2 helai - -

49 H

ST

I 79,5 cm 6 helai - 13,5 cm 5 helai - -

II 72,9 cm 6 helai - 14,5 cm 7 helai - -

III 78,8 cm 5 helai - 4,9 cm 2 helai - -

56 94,6 cm 5 helai - 14,5 cm 6 helai - -

3

Page 4: LAPORAN DASGRO

HS

T

82,7 cm 6 helai - 19 cm 9 helai - -

95,2 cm 4 helai - 5,2 cm 2 helai - -

63 H

ST

93,5 cm 5 helai - 17 cm 7 helai - -

85,5 cm 8 helai - 20,5 cm 10 helai - -

94 cm 7 helai - 8 cm 4 helai - -

70 H

ST

96 cm 10 helai - 20 cm 6 helai 1 polong 4,3 cm

87 cm 9 helai - 21,5 cm 10 helai 2 polong 3.6 cm

99 cm 7 helai - 10,5 cm 5 helai - -

77 H

ST

100,3 cm 10 helai 1 tongkol 36 cm 7 helai 8 polong 7,6 cm

88 cm 9 helai 2 tongkol 37,2 cm 12 helai 5 polong 7,7 cm

101 cm 10 helai 1 tongkol 20,4 cm 9 helai - -

1.3.2 Pembahasan

Dari pengamatan yang telah dilakukan pada tanaman jagung dan kacang

hijau terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada tanaman

jagung dan tanaman kacang hijau semuanya menggunakan 3 kali ulangan yang

dilakukan sebagai perbandingan. Untuk tanaman jagung digunakan panjang

tanaman karena tidak diketahui titik tumbuhnya. Dari ke-3 ulangan tanaman yang

paling panjang adalah tanaman ulangan ke-1 dan tanaman yang paling pendek

adalah tanaman ulangan ke-2. Hal ini dihitung berdasarkan rata-rata panjang

tanaman dari pengamatan pertama sampai terakhir. Jumlah daun dari ketiga

ulangan yang paling banyak adalah daun pada ulangan ke-1 dan yang paling

sedikit jumlah daunnya adalah tanaman pada ulangan ke-3. Meskipun pada

tengah- tengah pengamatan mengalami penurunan jumlah daun. Hal ini karena

daun pada bagian bawah mengalami layu dan kemudian mengering. Kemudian

seiring berjalannya waktu, daun bagian bawah yang mengering akhirnya mati

dapat tergantikan dengan daun baru yang telah membuka sempurna. Selain

4

Page 5: LAPORAN DASGRO

jumlah daun, panjang tanamannya juga ada yang mengalami penurunan. Hal ini

karena terdapat pucuk daun yang bagian atasnya menguning dan kemudian

kering, sehingga panjang tanaman mengalami penurunan dari pengamatan

sebelumnya. Tetapi pengamatan berikutnya panjang tanaman akan bertambah

karena daun yang terpanjang digantikan oleh daun yang muncul berikutnya.

Hal ini juga terjadi pada tanaman kacang hijau tetapi pada kacang hijau

pengukurannya menggunakan tinggi tanaman karena tanaman kacang hijau

diketahui titik tumbuhnya. Kacang hijau juga menggunakan 3 kali ulangan.

Tanaman yang paling tinggi adalah tanaman pada ulangan ke-2 dan yang paling

pendek adalah tanaman ulangan ke-3. Sedangkan jumlah daun yang paling

banyak adalah tanaman ulangan ke-2 dan yang paling sedikit jumlah daunnya

pada tanaman ulangan ke-3. Pada tanaman kacang hijau dengan 3 ulangan tidak

terdapat penurunan maupun pengurangan dalam jumlah dan tinggi tanaman

karena tanaman tumbuh dan berkembang tanpa kendala.

1.3.3 Dokumentasi

a. Tanaman Jagung

b.

1.4 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa tanaman jagung dan tanaman

kacang hijau mengalami pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pertumbuhan

merupakan pertambahan ukuran yang tidak dapat balik sedangkan perkembangan

merupakan diferensiasi, yaitu dalam tingkat yang lebih baik. Dari 3 ulangan yang

digunakan untuk masing- masing tanaman, diketahui bahwa tanaman jagung yang

paling baik pertumbuhan dan perkembangannya adalah tanaman ulangan ke-1

dan untuk kacang hijau yang paling baik adalah ulangan ke-2.

BAB II

5

b. Tanaman Kacang Hijau

Page 6: LAPORAN DASGRO

KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN

2.1 Pendahuluan

2.1.1 Latar Belakang

Besarnya pertumbuhan per satuan waktu disebut laju tumbuh. Laju

tumbuh suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh karena itu,

bila laju tumbuhan digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh pada

koordinat dan waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva

berbentuk S atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid pertumbuhan ini berlaku bagi

tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya ataupun sel-selnya (Latunra, 2012).

Kurva sigmoid yaitu pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik

tertentu akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya

menurun pada fase sense.

Pertumbuhan pada tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-

angsur lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh

menurun. Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan

terbentuk kurva sigmoid (bentuk S).menurut Franklin P Gardner (1991), Kurva

sigmoid adalah pola pertumbuhan sepanjang suatu generasi secara khas dicirikan

oleh suatu fungsi pertumbuhan. Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman

kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-

variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan

oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan (Tjitrosomo, 1999).

2.1.2 Tujuan

Dalam praktikum dasar-dasar agronomi ini memiliki tujuan yaitu :

1. Untuk meneliti laju pertumbuhan tanaman.

2. Untuk mengetahui grafik pertumbuhan tanaman.

2.2 Metodologi

6

Page 7: LAPORAN DASGRO

2.2.1 Jadwal praktikum

Praktikum Dasar-dasar Agronomi tentang kurva sigmoid pertumbuhan

dilaksanakan di Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Waktu pelaksanaannya hari Senin

tanggal 2012, pukul 07-00 – selesai.

2.2.2 Alat

1. Penggaris

2. Alat tulis

3. Buku

2.2.3 Bahan

1. Data pengamatan jagung.

2. Data pengamatan kacang hijau.

2.2.4 Prosedur kerja

1. Menyiapkan data pengamatan jagung dan kacang hijau.

2. Menggambar grafik pertumbuhannya.

2.3 Hasil dan Pembahasan

2.3.1 Hasil pengamatan

28 35 42 49 56 63 70 77

I 4 5 7 6 5 5 10 10

II 2 4 6 6 6 8 9 9

III 3 4 6 5 4 7 7 10

1

3

5

7

9

11

JUMLAH DAUN TANAMAN JAGUNG

JUM

LAH

DAUN

Grafik 1.Kurva sigmoid jumlah daun tanaman jagung

7

Page 8: LAPORAN DASGRO

28 35 42 49 56 63 70 77

I 7 8 10 13.5 14.5 17 20 36

II 7.5 8.5 9.4 14.5 19 20.5 21.5 37.2

III 3.5 4.5 4.6 4.9 5.2 8 10.5 20.4

2.57.5

12.517.522.527.532.537.5

PANJANG TANAMAN JAGUNG

PAN

JAN

G TA

NAM

AN

Grafik 1.Kurva sigmoid panjang tanaman jagung

28 35 42 49 56 63 70 77

I 1 1 3 5 6 7 6 7

II 2 2 4 7 9 10 10 12

III 2 2 2 2 2 4 5 9

1

3

5

7

9

11

13

JUMLAH DAUN TANAMAN KACANG IJO

JUM

LAH

DAUN

Grafik 3.Kurva sigmoid jumlah daun tanaman kacang ijo

8

Page 9: LAPORAN DASGRO

28 35 42 49 56 63 70 77

I 7 8 10 13.5 14.5 17 20 36

II 7.5 8.5 9.4 14.5 19 20.5 21.5 37.2

III 3.5 4.5 4.6 4.9 5.2 8 10.5 20.4

2.57.5

12.517.522.527.532.537.5

TINGGI TANAMAN JAGUNG

TIN

GGI T

ANAM

AN

Grafik 3.Kurva sigmoid tinggi tanaman kacang ijo

2.3.2 Pembahasan

Grafik pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan kacang

hijau terlihat bahwa keduanya sama-sama mengalami kenaikan. Pada tanaman

jagung dapat dilihat dari grafik bahwa dari ketiga ulangan tanaman yang

terpanjang dan daun terbanyak terdapat pada tanaman ulangan ke-1. Sedangkan

pada tanaman kacang hijau tanaman tertinggi dan jumlah daun terbanyak terdapat

pada tanaman ulangan ke-2.

Setiap tanaman laju tumbuhnya berubah menurut waktu, oleh karena itu,

laju tumbuh suatu tanaman digambarkan dengan suatu grafik dengan laju tumbuh

pada ordinatnya dan waktu pada absisnya, sehingga kurva membentuk “S” atau

kuva sigmoid.

2.4 Kesimpulan

Berdasarkan kurva yang terbentuk dapat diketahui bahwa pertumbuhan dan

perkembangan tanaman jagung dan kacang hijau sama-sama mengalami kenaikan

sehingga terbentuk kurva “S” atau sigmoid.

9

Page 10: LAPORAN DASGRO

BAB III

PEMECAHAN DORMANSI BENIH

3.1 Pendahuluan

3.1.1 Latar Belakang

Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme

hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak

mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu

reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat

mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi. (Sutopo, 1985)

Banyak biji tumbuhan budidaya yang menunjukkan perilaku ini.

Penanaman benih secara normal tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya

sedikit perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu dilakukan untuk mematahkan

dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif bagi

pertumbuhan. Bagian tumbuhan yang lainnya yang juga diketahui berperilaku

dormansi adalah kuncup.

Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis

ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut

terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh

keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan

kombinasi dari kedua keadaan tersebut. (Aldrich, 1984)

Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh :

1. Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air.

2. Proses respirasi tertekan / terhambat.

3. Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan.

4. Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.

10

Page 11: LAPORAN DASGRO

3.1.2 Tujuan

Dalam praktikum dasar-dasar agronomi ini memiliki tujuan yaitu :

1. Untuk mengetahui kemampuan benih berkecambah.

2. Untuk mengetahui perlakuan benih dengan menggunakan zat kimia

dan pelukaan pada kulit benih.

3.2 Metodologi

3.2.1 Jadwal praktikum

Praktikum Dasar-dasar Agronomi tentang pemecahan dormansi benih,

dilaksanakan di Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Waktu pelaksanaannya hari Senin

24 September tanggal 2012, pukul 07-00 – selesai.

3.2.2 Alat

1. Pisau

2. Kertas gosok

3. Saringan

4. Sendok

5. Gembor

6. Kompor

7. Beaker glass

8. Baki

9. Label

10. Alat tulis

3.2.3 Bahan

1. Tanah Kebun

2. Pupuk kandang

3. Benih asam londo

4. Air

5. Larutan H2SO4

11

Page 12: LAPORAN DASGRO

3.2.4 Prosedur kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Menyiapkan benih 20 biji untuk masing-masing perlakuan.

3. Membuat perlakuan terhadap benih keras dengan merendam dilarutan

H2SO4 selama 30 menit dengan perlakuan 1 ml H2SO4 dalam 1 liter

air dan diulang 3 kali.

4. Membuat perlakuan terhadap benih keras dengan merendam diair

panas selama 15 menit dan diulang 3 kali.

5. Membuat perlakuan terhadap benih keras dengan perlakuan kontrol

dan diulang 3 kali.

6. Menyiram biji-biji tersebut setiap hari dengan air secukupnya.

7. Mengamati pengujian pada hari ke-3, ke-5, ke-7, dan ke-9 setelah

tanam.

8. Mencatat hasil pengamatan kedalam tabel pengamatan.

3.3 Hasil dan Pembahasan

3.3.1 Hasil pengamatan

PERLAKUANULANGAN

KE-

HST (HARI KE- )

3 5 7 9

Hidup Mati Hidup Mati Hidup Mati Hidup Mati

DIR

EN

DA

M

AIR

PA

NA

S I 1 0 1 11 0 5 0 0

II 1 0 1 8 0 5 0 1

III 0 0 2 4 0 6 0 2

KO

NT

RO

L I 1 0 2 0 0 0 0 0

II 0 0 1 0 0 1 0 0

III 0 0 1 0 0 1 0 0

DIR

EN

DA

M

H2S

O4

I 1 0 1 1 0 1 0 0

II 1 0 2 0 1 0 0 0

III 0 0 2 0 0 1 0 0

12

Page 13: LAPORAN DASGRO

3.3.2 Pembahasan

Pemecahan dormansi benih digunakan untuk mempercepat proses

perkecambahan suatu tanaman dengan jalan melukai kulit benih yang keras.

Perlakuan yang digunakan adalah dengan merendam air panas, merendam dengan

larutan H2SO4 dan kontrol (tanpa perlakuan apa-apa). Hasil pengamatan

menunjukkan bahwa benih dengan perlakuan direndam air panas prosentase hidup

adalah 10 % dan prosentase benih yang mati adalah 70 % dan sisanya sebanyak

20 % belum tumbuh dan belum diketahui mati tidaknya. Benih dengan perlakuan

direndam larutan H2SO4 prosentase hidup adalah 13.3 % dan prosentase benih

yang mati adalah 5 % dan sisanya sebanyak 81.7 % belum tumbuh dan belum

diketahui mati tidaknya. Sedangkan untuk kontrol prosentase hidup adalah 11.7 %

dan prosentase benih yang mati adalah 0 % dan sisanya sebanyak 88.3 % belum

tumbuh dan belum diketahui mati tidaknya. Rata-rata prosentase benih yang

hidup dari data kontrol dan kedua perlakuan adalah 11.6 % dan rata-rata

prosentase benih mati dari kontrol dan kedua perlakuan adalah 2.5 % dan sisanya

sebanyak 85.9 % belum tumbuh dan belum diketahui mati tidaknya.

3.4 Dokumentasi

3.5 Kesimpulan

Dari data yang di dapat prosentase benih hidup terbanyak adalah pada

benih yang direndam dengan larutan H2SO4 dan paling sedikit benih hidup adalah

pada perlakuan direndam air panas. Sedangkan prosentase benih yang mati paling

banyak adalah pada perlakuan direndam dengan air panas dan paling sedikit

prosentase matinya adalah pada kontrol.

13

Page 14: LAPORAN DASGRO

BAB IV

PENGARUH HORMON TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN STEK

4.1 Pendahuluan

4.1.1 Latar Belakang

Hormon tumbuhan atau fitohormon, adalah sekumpulan senyawa organik

bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh

manusia, yang dalam kadar sangat kecil mampu mendorong, menghambat, atau

mengubah pertumbuhan, perkembangan dan pergerakan (taksis) tumbuhan. Kadar

kecil yang dimaksud berada pada kisaran satu milimol per liter sampai satu

mikromol per liter.

Penggunaan istilah hormon sendiri menggunakan analogi fungsi hormon

pada hewan. Namun demikian, hormon tumbuhan tidak dihasilkan dari suatu

jaringan khusus berupa kelenjar buntu (endokrin) sebagaimana hewan, tetapi

dihasilkan dari jaringan non-spesifik (biasanya meristematik) yang menghasilkan

zat ini apabila mendapatrangsang. Penyebaran hormon tumbuhan tidak harus

melalui sistem pembuluh Karena hormon tumbuhan dapat ditranslokasi melalui

sitoplasma atau ruang antarsel.

Hormon tumbuhan dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan

("endogen"). Pemberian hormon dari luar sistem individu dapat pula dilakukan

("eksogen"). Pemberian secara eksogen dapat juga melibatkan bahan kimia non-

alami (sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan) yang menimbulkan rangsang

yang serupa dengan fitohormon alami. Oleh karena itu, untuk mengakomodasi

perbedaan dari hormon hewan, dipakai pula istilah zat pengatur tumbuh

tumbuhan bagi hormon tumbuhan.

4.1.2 Tujuan

Dalam praktikum dasar-dasar agronomi ini memiliki tujuan yaitu :

1. Untuk mengetahui pengaruh hormon terhadap pertumbuhan tanaman.

3. Untuk mengetahui kelebihan dari masing-masing hormon.

14

Page 15: LAPORAN DASGRO

4.2 Metodologi

4.2.1 Jadwal praktikum

Praktikum Dasar-dasar Agronomi tentang pemecahan dormansi benih,

dilaksanakan di Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Waktu pelaksanaannya hari Senin

tanggal 2012, pukul 07-00 – selesai.

4.2.2 Alat

1. Gunting

2. Gembor

3. Beaker glass

4. Baki

5. Penggaris

6. Label

7. Alat tulis

4.2.3 Bahan

1. Tanaman stek

2. Tanah Kebun

3. Pupuk kandang

4. Hormon Atonik

5. Hormon Dekamon

6. Hormon Magic pro

7. Hormon Lindomin

8. Air

4.2.4 Prosedur kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Memotong batang tanaman ± 5 cm dan menyisahkan ± 2 mata tunas.

3. Membuat masing-masing perlakuan.

4. Memasukkan batang tanaman stek yang sudah dipotong kedalam

masing-masing larutan hormon.

5. Menunggu rendaman batang tanaman stek selama 30 menit.

6. Menyiapkan tanah yang digunakan untuk media tumbuh tanaman.

15

Page 16: LAPORAN DASGRO

7. Menanam batang tanaman stek tersebut.

8. Menyiram tanaman stek tersebut setiap hari dengan air secukupnya.

9. Mengamati pertumbuhan tanaman 1 minggu sekali.

10. Mencatat hasil pengamatan kedalam tabel pengamatan.

4.3 Hasil dan Pembahasan

4.3.1 Hasil pengamatan

HSTKode

Tanaman

Hasil Pengamatan

Tunas Tanaman dari Pengaruh Hormon

Magic Pro Kontrol Lindomin Dekamon AtonikJumlahtunas

Panjang(cm)

Jumlahtunas

Panjang(cm)

Jumlahtunas

Panjang(cm)

Jumlahtunas

Panjang(cm)

Jumlahtunas

Panjang(cm)

7 H

ST

1 22

23

- - 1 3,5 22

4,5 5,5 1,3

2 1 1,7 - - - - - - 1 2

3 1 2 1 2 - - - - 22,43,5

4 22

- - - - - - 1 2,53

5 1 3 - - - - - - 1 3,3

14 H

ST

1 23

23,5

- - 1 3,8 26,5

8 6 3,3

2 1 4 22

- - 24,5

1 2,84 5

3 1 3 1 3,5 1 1 1 3,5 22,53,8

4 22

21,5

- - 1 2 1 5,55 3,5

5 1 4,5 1 5 - - 1 5,5 23,83,4

21 H

ST

1 2Kering

2Kering

- - 1 4,9 2Layu

Layu 4,5 6,5

2 1 6,8 23,6

- - 26,6

1 2,94,5 7,8

3 1 4,3 1 Layu 1 1,4 1 7,4 23,9Layu

4 22,8

21,9

- - 1 6,3 1 4,86 4,8

5 1 5 1 5,9 - - 1 7,1 24,84,3

2 1 2 Kering 2 Kering - - 1 Layu 2 Kering

16

Page 17: LAPORAN DASGRO

8 H

ST

Kering Layu Layu

2 1 Layu 23,8

- - 27,2

1 LayuLayu Layu

3 1 Layu 1 Kering 1 Layu 1 Layu 2LayuKering

4 2Layu

2Layu

- - 1 Layu 1 5Kering 4,9

5 1 Layu 1 Layu - - 1 Layu 2LayuLayu

35 H

ST

1 2

Kerin

g

2

Kerin

g

-

Kerin

g

1

Kerin

g

2

Kerin

g

2 1 2 - 2 1

3 1 1 1 1 2

4 2 2 - 1 1

5 1 1 - 1 2

4.3.2 Pembahasan

Pada pengamatan perbanyakan vegetatif digunakan tanaman arbei dengan 4

perlakuan hormon dan 1 kontrol. Perlakuan hormon yang digunakan adalah hormon

magic pro, hormon lindomin, hormon dekamon, dan hormon atonik. Setiap per

lakuan digunakan 5 kali ulangan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan

pada pertumbuhan dan perkembangan tunas pada tanaman arbei paling cepat terjadi

pada perlakuan hormon atonik dan paling lambat pertumbuhan dan perkembangan

tunasnya pada perlakuan hormon lindomin. Setelah selang 3 kali pengamatan,

pertumbuhan antara perlakuan hormon atonik dan kontrolhampir sama baik jumlah

tunas maupun panjang tunasnya. Dari data yang ada dan diambil rata-ratanya

perlakuan yang prosentase tumbuh dan berkembangnya tinggi adalah hormon atonik

dan kontrol, sedangkan prosentase tumbuh dan berkembangnya rendah adalah

perlakuan hormon lindomin.

17

Page 18: LAPORAN DASGRO

Pada akhir pengamatan semua perlakuan dan kontrol mengalami layu dan

kemudian mati kering. Hal ini dikarenakan tanaman arbei termasuk tanaman yang

membutuhkan intensitas cahaya matahari tinggi apalagi setelah pembentukan tunas.

Pada saat tanaman telah muncul tunas, tanaman tetap berada dalam mist house yang

intensitas cahaya mataharinya rendah dan tidak dipindah pada luar ruangan yang

mendapatkan pencahayaan penuh. Sehingga pada semua perlakuan dan kontrol

tunasnya lama-kelamaan menjadi layu dan akhirnya mati kering.

4.4 Kesimpulan

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan

tunas paling cepat pada perlakuan hormon atonik dan kontrol. Sedangkan

pertumbuhan dan perkembangan tunas paling lambat pada perlakuan hormon

lindomin. Tetapi pada akhir pengamatan semua perlakuan hormon dan kontrol

mengalami layu dan akhirnya mati kering karena tanaman kekurangan akan

pencahayaan sinar matahari.

BAB V

PENGUKURAN INTENSITAS CAHAYA MATAHARI

18

Page 19: LAPORAN DASGRO

5.1 Pendahuluan

5.1.1 Latar Belakang

Intensitas cahaya adalah banyaknya energi yang diterima oleh suatu

tanaman per satuan luas dan per satuan waktu (kal/cm2/hari). Pengertian

intensitas disini sudah termasuk didalamnya lama penyinaran, yaitu lama matahari

bersinar dalam satu hari, karena satuan waktunya menggunakan hari.

Cahaya adalah faktor lingkungan yang diperlukan untuk mengendalikan

pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Alasan utamanya adalah tentu saja

karena cahaya merupakan energi dasar untuk proses fotosintesis karena energi

cahaya menggiatkan beberapa proses dan sistem enzim yang terlibat dalam

rangkaian fotosintesis.

Cahaya memiliki sifat gelombang (wave nature) dan sifat partikel (particle

nature). Cahaya mencakup bagian dari energi matahari dengan panjang

gelombang antara 390 nm sampai 760 nm dan tergolong cahaya tampak. Kisaran

ini merupakan porsi kecil dari kisaran spektrum elektromagnetik.  Sifat cahaya

sebagai partikel biasanya diekspresikan dengan pernyataan bahwa cahaya

menerpa sebagai foton (photon) atau kuanta, yang merupakan suatu paket diskrit

dari energi, dimana masing-masing dikaitkan dengan panjang gelombang tertentu.

Iklim menentukan tipe vegetasi yang tumbuh secara alami dan macam

produksi pertanian yang mungkin dilakukan. Beberapa komponen faktor

lingkungan yang penting dalam menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman

di antaranya yaitu : radiasi matahari, suhu, tanah dan air. Radiasi cahaya matahari

merupakan faktor utama diantara faktor iklim yang lain, tidak hanya sebagai

sumber energi primer tetapi karena pengaruhnya terhadap keadaan faktor-faktor

yang lain seperti : suhu, kelembaban dan angin.

Respon tanaman terhadap radiasi cahaya matahari pada dasarnya dapat

dibagi menjadi tiga aspek, yaitu : intensitas, kualitas dan fotoperiodisitas. Ketiga

aspek ini mempunyai pengaruh yang berbeda satu dengan yang lainnya, demikian

juga keadaannya di alam.

19

Page 20: LAPORAN DASGRO

5.1.2 Tujuan

Dalam praktikum Dasar-Dasar Agronomi ini memiliki tujuan yaitu :

1. Untuk mengetahui pengukuran intensitas cahaya matahari.

2. Menentukan perbandingan intensitas cahaya pada habitus yang

berbeda.

5.2 Metodologi

5.2.1 Jadwal praktikum

Praktikum Dasar-dasar Agronomi tentang pengukuran intensitas cahaya

matahari, dilaksanakan di Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Waktu pelaksanaannya hari Senin

tanggal 19 November 2012, pukul 07-00 – selesai.

5.2.2 Alat

1. Light Meter

2. Alat tulis

5.2.3 Bahan

1. Tanaman Cabai

2. Tanaman Tebu

3. Tanaman Jambu mente

5.2.4 Prosedur kerja

1. Menyiapkan alat yang akan digunakan.

2. Meletakkan alat light meter disekitar batang tanaman (masing- masing

di habitus yang berbeda).

3. Mengarahkan light meter pada arah datangnya sinar matahari.

4. Menghitung berapa besar sinar matahari yang tertangkap oleh light

meter dalam satuan food candle.

5. Mencatat hasil pengamatan pada tabel.

5.3 Hasil dan Pembahasan

5.3.1 Hasil pengamatan

HABITUS Intensitas Sinar Matahri

20

Page 21: LAPORAN DASGRO

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

LUX FC LUX FC LUX FC

Pen

dek

(Cab

ai)

Bawah 585.000 54.346,5 596.000 55368,4 639.000 59363,1

Tengah 582.000 54067,8 601.000 55832,9 616.000 57226,4

Atas 587.000 54532,3 635.000 58991,5 703.000 65308,7

Sed

ang

(Teb

u)

Bawah 606.000 56297,4 577.000 53603,3 562.000 52209,8

Tengah 682.000 63357,8 581.000 53974,9 632.000 58712,8

Atas 680.000 63117,2 580.00 53882,2 591.000 54903,9

Tin

ggi

(Jam

bu

Met

e) Bwah 581.000 53974,9 544.000 50537,6 598.000 55554,2

Tengah 619.000 57505,1 576.000 53510,4 602.000 55925,8

Atas 786.000 73019,4 728.000 67631,2 676.000 71254,3

Keterangan :

- 1 LUX = 0,0929 FC

- 1FC = 104 LUX

5.3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengukuran intensitas cahaya matahari dengan menggunakan

alat light meter dan dengan 3 habitus berbeda yaitu habitus pendek (tanaman cabai),

habitus sedang (tanaman tebu), dan habitus tinggi (tanaman jambu mete). Dengan 3

habitus yang berbeda maka dapat diketahui nilai intensitas cahayanya dari masing-masing

habitus. Setiap habitus dilakukan dengan 3 kali ulangan dan dengan 3 tempat yang

berbeda.

Pada habitus pendek yaitu tanaman cabai intensitas cahaya matahari pada bagian

atas dan dari semua ulangan, menujukkan bahwa bagian atas atau bagian ujung tanaman

nilainya paling tinggi. Pada habitus sedang yaitu tanaman tebu intensitas cahaya matahari

yang paling besar terletak pada bagian tengah dan semua ulangan. Hal ini terjadi

21

Page 22: LAPORAN DASGRO

penyimpangan karena pada umumnya nilai intensitas cahaya matahari terletak pada

bagian atas karena sinar matahari langsung mengenai alat dan tidak ada tanaman yang

menghalangi. Pada pengukuran ini yang paling tinggi terjadi pada bagian tengah mungkin

pada wakt pengukuran alat tepat terkena sinar matahari dan pengukuran juga lebih siang

sehingga pengaturan alatnya juga berubah. Pada habitus tinggi yaitu tanaman jambu mete

intensitas cahaya matahari yang paling tinggi pada bagian atas dan terlihat paling

menonjol dari yang lainnya. Hal ini karena pada pengukuran, waktunya paling siang dan

letaknya paling tinggi.

5.4 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengukuran intensitas cahaya matahari dengan 3 habitus yaitu

pendek, tinggi, dan sedang diketahui intensitas cahaya matahari yang paling rendah

adalah pada habitus pendek bagian tengah dan intensitas cahaya matahari paling tinggi

berada ada habitus tinggi bagian atas tanaman.

22