LAPORAN DASGRO
-
Upload
dhidik-cho-um -
Category
Documents
-
view
116 -
download
33
description
Transcript of LAPORAN DASGRO
BAB I
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
1.1 Pendahuluan
1.1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan adalah proses kenaikan massa dan volume yang irreversible
(tidak kembali ke asal) karena adanya tambahan substansi dan perubahan bentuk
yang terjadi selamaproses tersebut. Selama pertumbuhan terjadi pertambahan
jumlah dan ukuran sel. Pertumbuhan dapat diukur serta dinyatakan secara
kuantitatif.
Pertumbuhan merupakan penambahan bobot dan volume atau ukuran
tumbuhan karena adanya penambahan unsur – unsur struktural yang baru.
Pertumbuhan suatu organ atau tumbuhan secara keseluruhan dimulai dari
perkecambahan biji dan dilanjutkan dengan memasuki fase pertumbuhan juvenile
yang berakhir pada fase maturasi, selanjutnya diikuti dengan senesensi.
Perkembangan adalah proses menuju tercapainya kedewasaan atau tingkat
yang lebih sempurna. Perkembangan tidak dapat dinyatakansecara kuantitatif.
Perkembangan merupakan proses yang berjalan sejajar dengan pertumbuhan.
Faktor-faktor pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan yaitu faktor
genetik, faktor internal (auksin, gibberellin, sitokinin, gas etilen, asam absisat,
kalin, dan asam traumalin) dan faktor lingkungan (nutrisi, air, cahaya, suhu atau
temperatur, kelembapan, dan oksigen).
1.1.2 Tujuan
Dalam praktikum Dasar-Dasar Agronomi ini memiliki tujuan yaitu :
1. Untuk mengetahui sifat pertumbuhan tanaman jagung dan kacang
hijau.
2. Untuk mengetahui sifat perkembangan tanaman jagung dan kacang
hijau.
1
1.2 Metodologi
1.2.1 Jadwal praktikum
Praktikum Dasar – dasar Agronomi tentang Pertumbuhan Dan
Perkembangan, dilaksanakan di Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Waktu
pelaksanaannya hari Senin tanggal 24 September 2012, pukul 07-00 – selesai.
1.2.2 Alat
1. Polybag
2. Cetok
3. Cangkul
4. Sekop
5. Gembor
6. Gunting
7. Penggaris
8. Label
9. Alat tulis
1.2.3 Bahan
1. Tanah Kebun
2. Pupuk kandang
3. Benih jagung
4. Benih kacang hijau
5. Air
1.2.4 Prosedur kerja
1. Menyediakan polybag dan tanah tanam yang sudah diolah serta benih
jagung dan kacang hijau.
2. Menanam benih 2-3 biji per polybag.
3. Menutup benih dengan pupuk kandang.
4. Menyiram benih jagung dan kacang hijau setiap hari dengan air
secukupnya.
5. Mengamati pertumbuhan tanaman setiap 1 minggu sekali.
2
6. Memilih 1 tanaman yang pertumbuhannya baik 4 minggu setelah
tanam.
7. Memotong tanaman yang pertumbuhannya jelek.
8. Mengukur tinggi tanaman setiap 1 minggu sekali.
9. Menghitung jumlah daun majemuk setiap 1 minggu sekali.
10. Mencatat hasil pengamatan kedalam tabel pengamatan.
1.3 Hasil dan Pembahasan
1.3.1 Hasil pengamatan
HSTJAGUNG KACANG HIJAU
Panjang Tanaman
Jumlah Daun
Jumlah Tongkol
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
Jumlah Polong
Rata2 Panjang Polong
28 H
ST
I 31 cm 4 helai - 7 cm 1 helai - -
II 34 cm 2 helai - 7.5 cm 2 helai - -
III 30 cm 3 helai - 3,5 cm 2 helai - -
35 H
ST
I 53,5 cm 5 helai - 8 cm 1 helai - -
II 48 cm 4 helai - 8,5 cm 2 helai - -
III 43,5 cm 4 helai - 4,5 cm 2 helai - -
42 H
ST
I 63,7 cm 7 helai - 10 cm 3 helai - -
II 63,2 cm 6 helai - 9,4 cm 4 helai - -
III 62,4 cm 6 helai - 4,6 cm 2 helai - -
49 H
ST
I 79,5 cm 6 helai - 13,5 cm 5 helai - -
II 72,9 cm 6 helai - 14,5 cm 7 helai - -
III 78,8 cm 5 helai - 4,9 cm 2 helai - -
56 94,6 cm 5 helai - 14,5 cm 6 helai - -
3
HS
T
82,7 cm 6 helai - 19 cm 9 helai - -
95,2 cm 4 helai - 5,2 cm 2 helai - -
63 H
ST
93,5 cm 5 helai - 17 cm 7 helai - -
85,5 cm 8 helai - 20,5 cm 10 helai - -
94 cm 7 helai - 8 cm 4 helai - -
70 H
ST
96 cm 10 helai - 20 cm 6 helai 1 polong 4,3 cm
87 cm 9 helai - 21,5 cm 10 helai 2 polong 3.6 cm
99 cm 7 helai - 10,5 cm 5 helai - -
77 H
ST
100,3 cm 10 helai 1 tongkol 36 cm 7 helai 8 polong 7,6 cm
88 cm 9 helai 2 tongkol 37,2 cm 12 helai 5 polong 7,7 cm
101 cm 10 helai 1 tongkol 20,4 cm 9 helai - -
1.3.2 Pembahasan
Dari pengamatan yang telah dilakukan pada tanaman jagung dan kacang
hijau terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada tanaman
jagung dan tanaman kacang hijau semuanya menggunakan 3 kali ulangan yang
dilakukan sebagai perbandingan. Untuk tanaman jagung digunakan panjang
tanaman karena tidak diketahui titik tumbuhnya. Dari ke-3 ulangan tanaman yang
paling panjang adalah tanaman ulangan ke-1 dan tanaman yang paling pendek
adalah tanaman ulangan ke-2. Hal ini dihitung berdasarkan rata-rata panjang
tanaman dari pengamatan pertama sampai terakhir. Jumlah daun dari ketiga
ulangan yang paling banyak adalah daun pada ulangan ke-1 dan yang paling
sedikit jumlah daunnya adalah tanaman pada ulangan ke-3. Meskipun pada
tengah- tengah pengamatan mengalami penurunan jumlah daun. Hal ini karena
daun pada bagian bawah mengalami layu dan kemudian mengering. Kemudian
seiring berjalannya waktu, daun bagian bawah yang mengering akhirnya mati
dapat tergantikan dengan daun baru yang telah membuka sempurna. Selain
4
jumlah daun, panjang tanamannya juga ada yang mengalami penurunan. Hal ini
karena terdapat pucuk daun yang bagian atasnya menguning dan kemudian
kering, sehingga panjang tanaman mengalami penurunan dari pengamatan
sebelumnya. Tetapi pengamatan berikutnya panjang tanaman akan bertambah
karena daun yang terpanjang digantikan oleh daun yang muncul berikutnya.
Hal ini juga terjadi pada tanaman kacang hijau tetapi pada kacang hijau
pengukurannya menggunakan tinggi tanaman karena tanaman kacang hijau
diketahui titik tumbuhnya. Kacang hijau juga menggunakan 3 kali ulangan.
Tanaman yang paling tinggi adalah tanaman pada ulangan ke-2 dan yang paling
pendek adalah tanaman ulangan ke-3. Sedangkan jumlah daun yang paling
banyak adalah tanaman ulangan ke-2 dan yang paling sedikit jumlah daunnya
pada tanaman ulangan ke-3. Pada tanaman kacang hijau dengan 3 ulangan tidak
terdapat penurunan maupun pengurangan dalam jumlah dan tinggi tanaman
karena tanaman tumbuh dan berkembang tanpa kendala.
1.3.3 Dokumentasi
a. Tanaman Jagung
b.
1.4 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa tanaman jagung dan tanaman
kacang hijau mengalami pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pertumbuhan
merupakan pertambahan ukuran yang tidak dapat balik sedangkan perkembangan
merupakan diferensiasi, yaitu dalam tingkat yang lebih baik. Dari 3 ulangan yang
digunakan untuk masing- masing tanaman, diketahui bahwa tanaman jagung yang
paling baik pertumbuhan dan perkembangannya adalah tanaman ulangan ke-1
dan untuk kacang hijau yang paling baik adalah ulangan ke-2.
BAB II
5
b. Tanaman Kacang Hijau
KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN
2.1 Pendahuluan
2.1.1 Latar Belakang
Besarnya pertumbuhan per satuan waktu disebut laju tumbuh. Laju
tumbuh suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh karena itu,
bila laju tumbuhan digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh pada
koordinat dan waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva
berbentuk S atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid pertumbuhan ini berlaku bagi
tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya ataupun sel-selnya (Latunra, 2012).
Kurva sigmoid yaitu pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik
tertentu akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya
menurun pada fase sense.
Pertumbuhan pada tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-
angsur lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh
menurun. Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan
terbentuk kurva sigmoid (bentuk S).menurut Franklin P Gardner (1991), Kurva
sigmoid adalah pola pertumbuhan sepanjang suatu generasi secara khas dicirikan
oleh suatu fungsi pertumbuhan. Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman
kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-
variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan
oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan (Tjitrosomo, 1999).
2.1.2 Tujuan
Dalam praktikum dasar-dasar agronomi ini memiliki tujuan yaitu :
1. Untuk meneliti laju pertumbuhan tanaman.
2. Untuk mengetahui grafik pertumbuhan tanaman.
2.2 Metodologi
6
2.2.1 Jadwal praktikum
Praktikum Dasar-dasar Agronomi tentang kurva sigmoid pertumbuhan
dilaksanakan di Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Waktu pelaksanaannya hari Senin
tanggal 2012, pukul 07-00 – selesai.
2.2.2 Alat
1. Penggaris
2. Alat tulis
3. Buku
2.2.3 Bahan
1. Data pengamatan jagung.
2. Data pengamatan kacang hijau.
2.2.4 Prosedur kerja
1. Menyiapkan data pengamatan jagung dan kacang hijau.
2. Menggambar grafik pertumbuhannya.
2.3 Hasil dan Pembahasan
2.3.1 Hasil pengamatan
28 35 42 49 56 63 70 77
I 4 5 7 6 5 5 10 10
II 2 4 6 6 6 8 9 9
III 3 4 6 5 4 7 7 10
1
3
5
7
9
11
JUMLAH DAUN TANAMAN JAGUNG
JUM
LAH
DAUN
Grafik 1.Kurva sigmoid jumlah daun tanaman jagung
7
28 35 42 49 56 63 70 77
I 7 8 10 13.5 14.5 17 20 36
II 7.5 8.5 9.4 14.5 19 20.5 21.5 37.2
III 3.5 4.5 4.6 4.9 5.2 8 10.5 20.4
2.57.5
12.517.522.527.532.537.5
PANJANG TANAMAN JAGUNG
PAN
JAN
G TA
NAM
AN
Grafik 1.Kurva sigmoid panjang tanaman jagung
28 35 42 49 56 63 70 77
I 1 1 3 5 6 7 6 7
II 2 2 4 7 9 10 10 12
III 2 2 2 2 2 4 5 9
1
3
5
7
9
11
13
JUMLAH DAUN TANAMAN KACANG IJO
JUM
LAH
DAUN
Grafik 3.Kurva sigmoid jumlah daun tanaman kacang ijo
8
28 35 42 49 56 63 70 77
I 7 8 10 13.5 14.5 17 20 36
II 7.5 8.5 9.4 14.5 19 20.5 21.5 37.2
III 3.5 4.5 4.6 4.9 5.2 8 10.5 20.4
2.57.5
12.517.522.527.532.537.5
TINGGI TANAMAN JAGUNG
TIN
GGI T
ANAM
AN
Grafik 3.Kurva sigmoid tinggi tanaman kacang ijo
2.3.2 Pembahasan
Grafik pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan kacang
hijau terlihat bahwa keduanya sama-sama mengalami kenaikan. Pada tanaman
jagung dapat dilihat dari grafik bahwa dari ketiga ulangan tanaman yang
terpanjang dan daun terbanyak terdapat pada tanaman ulangan ke-1. Sedangkan
pada tanaman kacang hijau tanaman tertinggi dan jumlah daun terbanyak terdapat
pada tanaman ulangan ke-2.
Setiap tanaman laju tumbuhnya berubah menurut waktu, oleh karena itu,
laju tumbuh suatu tanaman digambarkan dengan suatu grafik dengan laju tumbuh
pada ordinatnya dan waktu pada absisnya, sehingga kurva membentuk “S” atau
kuva sigmoid.
2.4 Kesimpulan
Berdasarkan kurva yang terbentuk dapat diketahui bahwa pertumbuhan dan
perkembangan tanaman jagung dan kacang hijau sama-sama mengalami kenaikan
sehingga terbentuk kurva “S” atau sigmoid.
9
BAB III
PEMECAHAN DORMANSI BENIH
3.1 Pendahuluan
3.1.1 Latar Belakang
Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme
hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak
mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu
reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat
mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi. (Sutopo, 1985)
Banyak biji tumbuhan budidaya yang menunjukkan perilaku ini.
Penanaman benih secara normal tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya
sedikit perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu dilakukan untuk mematahkan
dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif bagi
pertumbuhan. Bagian tumbuhan yang lainnya yang juga diketahui berperilaku
dormansi adalah kuncup.
Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis
ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut
terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh
keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan
kombinasi dari kedua keadaan tersebut. (Aldrich, 1984)
Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh :
1. Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air.
2. Proses respirasi tertekan / terhambat.
3. Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan.
4. Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.
10
3.1.2 Tujuan
Dalam praktikum dasar-dasar agronomi ini memiliki tujuan yaitu :
1. Untuk mengetahui kemampuan benih berkecambah.
2. Untuk mengetahui perlakuan benih dengan menggunakan zat kimia
dan pelukaan pada kulit benih.
3.2 Metodologi
3.2.1 Jadwal praktikum
Praktikum Dasar-dasar Agronomi tentang pemecahan dormansi benih,
dilaksanakan di Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Waktu pelaksanaannya hari Senin
24 September tanggal 2012, pukul 07-00 – selesai.
3.2.2 Alat
1. Pisau
2. Kertas gosok
3. Saringan
4. Sendok
5. Gembor
6. Kompor
7. Beaker glass
8. Baki
9. Label
10. Alat tulis
3.2.3 Bahan
1. Tanah Kebun
2. Pupuk kandang
3. Benih asam londo
4. Air
5. Larutan H2SO4
11
3.2.4 Prosedur kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menyiapkan benih 20 biji untuk masing-masing perlakuan.
3. Membuat perlakuan terhadap benih keras dengan merendam dilarutan
H2SO4 selama 30 menit dengan perlakuan 1 ml H2SO4 dalam 1 liter
air dan diulang 3 kali.
4. Membuat perlakuan terhadap benih keras dengan merendam diair
panas selama 15 menit dan diulang 3 kali.
5. Membuat perlakuan terhadap benih keras dengan perlakuan kontrol
dan diulang 3 kali.
6. Menyiram biji-biji tersebut setiap hari dengan air secukupnya.
7. Mengamati pengujian pada hari ke-3, ke-5, ke-7, dan ke-9 setelah
tanam.
8. Mencatat hasil pengamatan kedalam tabel pengamatan.
3.3 Hasil dan Pembahasan
3.3.1 Hasil pengamatan
PERLAKUANULANGAN
KE-
HST (HARI KE- )
3 5 7 9
Hidup Mati Hidup Mati Hidup Mati Hidup Mati
DIR
EN
DA
M
AIR
PA
NA
S I 1 0 1 11 0 5 0 0
II 1 0 1 8 0 5 0 1
III 0 0 2 4 0 6 0 2
KO
NT
RO
L I 1 0 2 0 0 0 0 0
II 0 0 1 0 0 1 0 0
III 0 0 1 0 0 1 0 0
DIR
EN
DA
M
H2S
O4
I 1 0 1 1 0 1 0 0
II 1 0 2 0 1 0 0 0
III 0 0 2 0 0 1 0 0
12
3.3.2 Pembahasan
Pemecahan dormansi benih digunakan untuk mempercepat proses
perkecambahan suatu tanaman dengan jalan melukai kulit benih yang keras.
Perlakuan yang digunakan adalah dengan merendam air panas, merendam dengan
larutan H2SO4 dan kontrol (tanpa perlakuan apa-apa). Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa benih dengan perlakuan direndam air panas prosentase hidup
adalah 10 % dan prosentase benih yang mati adalah 70 % dan sisanya sebanyak
20 % belum tumbuh dan belum diketahui mati tidaknya. Benih dengan perlakuan
direndam larutan H2SO4 prosentase hidup adalah 13.3 % dan prosentase benih
yang mati adalah 5 % dan sisanya sebanyak 81.7 % belum tumbuh dan belum
diketahui mati tidaknya. Sedangkan untuk kontrol prosentase hidup adalah 11.7 %
dan prosentase benih yang mati adalah 0 % dan sisanya sebanyak 88.3 % belum
tumbuh dan belum diketahui mati tidaknya. Rata-rata prosentase benih yang
hidup dari data kontrol dan kedua perlakuan adalah 11.6 % dan rata-rata
prosentase benih mati dari kontrol dan kedua perlakuan adalah 2.5 % dan sisanya
sebanyak 85.9 % belum tumbuh dan belum diketahui mati tidaknya.
3.4 Dokumentasi
3.5 Kesimpulan
Dari data yang di dapat prosentase benih hidup terbanyak adalah pada
benih yang direndam dengan larutan H2SO4 dan paling sedikit benih hidup adalah
pada perlakuan direndam air panas. Sedangkan prosentase benih yang mati paling
banyak adalah pada perlakuan direndam dengan air panas dan paling sedikit
prosentase matinya adalah pada kontrol.
13
BAB IV
PENGARUH HORMON TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN STEK
4.1 Pendahuluan
4.1.1 Latar Belakang
Hormon tumbuhan atau fitohormon, adalah sekumpulan senyawa organik
bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh
manusia, yang dalam kadar sangat kecil mampu mendorong, menghambat, atau
mengubah pertumbuhan, perkembangan dan pergerakan (taksis) tumbuhan. Kadar
kecil yang dimaksud berada pada kisaran satu milimol per liter sampai satu
mikromol per liter.
Penggunaan istilah hormon sendiri menggunakan analogi fungsi hormon
pada hewan. Namun demikian, hormon tumbuhan tidak dihasilkan dari suatu
jaringan khusus berupa kelenjar buntu (endokrin) sebagaimana hewan, tetapi
dihasilkan dari jaringan non-spesifik (biasanya meristematik) yang menghasilkan
zat ini apabila mendapatrangsang. Penyebaran hormon tumbuhan tidak harus
melalui sistem pembuluh Karena hormon tumbuhan dapat ditranslokasi melalui
sitoplasma atau ruang antarsel.
Hormon tumbuhan dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan
("endogen"). Pemberian hormon dari luar sistem individu dapat pula dilakukan
("eksogen"). Pemberian secara eksogen dapat juga melibatkan bahan kimia non-
alami (sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan) yang menimbulkan rangsang
yang serupa dengan fitohormon alami. Oleh karena itu, untuk mengakomodasi
perbedaan dari hormon hewan, dipakai pula istilah zat pengatur tumbuh
tumbuhan bagi hormon tumbuhan.
4.1.2 Tujuan
Dalam praktikum dasar-dasar agronomi ini memiliki tujuan yaitu :
1. Untuk mengetahui pengaruh hormon terhadap pertumbuhan tanaman.
3. Untuk mengetahui kelebihan dari masing-masing hormon.
14
4.2 Metodologi
4.2.1 Jadwal praktikum
Praktikum Dasar-dasar Agronomi tentang pemecahan dormansi benih,
dilaksanakan di Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Waktu pelaksanaannya hari Senin
tanggal 2012, pukul 07-00 – selesai.
4.2.2 Alat
1. Gunting
2. Gembor
3. Beaker glass
4. Baki
5. Penggaris
6. Label
7. Alat tulis
4.2.3 Bahan
1. Tanaman stek
2. Tanah Kebun
3. Pupuk kandang
4. Hormon Atonik
5. Hormon Dekamon
6. Hormon Magic pro
7. Hormon Lindomin
8. Air
4.2.4 Prosedur kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Memotong batang tanaman ± 5 cm dan menyisahkan ± 2 mata tunas.
3. Membuat masing-masing perlakuan.
4. Memasukkan batang tanaman stek yang sudah dipotong kedalam
masing-masing larutan hormon.
5. Menunggu rendaman batang tanaman stek selama 30 menit.
6. Menyiapkan tanah yang digunakan untuk media tumbuh tanaman.
15
7. Menanam batang tanaman stek tersebut.
8. Menyiram tanaman stek tersebut setiap hari dengan air secukupnya.
9. Mengamati pertumbuhan tanaman 1 minggu sekali.
10. Mencatat hasil pengamatan kedalam tabel pengamatan.
4.3 Hasil dan Pembahasan
4.3.1 Hasil pengamatan
HSTKode
Tanaman
Hasil Pengamatan
Tunas Tanaman dari Pengaruh Hormon
Magic Pro Kontrol Lindomin Dekamon AtonikJumlahtunas
Panjang(cm)
Jumlahtunas
Panjang(cm)
Jumlahtunas
Panjang(cm)
Jumlahtunas
Panjang(cm)
Jumlahtunas
Panjang(cm)
7 H
ST
1 22
23
- - 1 3,5 22
4,5 5,5 1,3
2 1 1,7 - - - - - - 1 2
3 1 2 1 2 - - - - 22,43,5
4 22
- - - - - - 1 2,53
5 1 3 - - - - - - 1 3,3
14 H
ST
1 23
23,5
- - 1 3,8 26,5
8 6 3,3
2 1 4 22
- - 24,5
1 2,84 5
3 1 3 1 3,5 1 1 1 3,5 22,53,8
4 22
21,5
- - 1 2 1 5,55 3,5
5 1 4,5 1 5 - - 1 5,5 23,83,4
21 H
ST
1 2Kering
2Kering
- - 1 4,9 2Layu
Layu 4,5 6,5
2 1 6,8 23,6
- - 26,6
1 2,94,5 7,8
3 1 4,3 1 Layu 1 1,4 1 7,4 23,9Layu
4 22,8
21,9
- - 1 6,3 1 4,86 4,8
5 1 5 1 5,9 - - 1 7,1 24,84,3
2 1 2 Kering 2 Kering - - 1 Layu 2 Kering
16
8 H
ST
Kering Layu Layu
2 1 Layu 23,8
- - 27,2
1 LayuLayu Layu
3 1 Layu 1 Kering 1 Layu 1 Layu 2LayuKering
4 2Layu
2Layu
- - 1 Layu 1 5Kering 4,9
5 1 Layu 1 Layu - - 1 Layu 2LayuLayu
35 H
ST
1 2
Kerin
g
2
Kerin
g
-
Kerin
g
1
Kerin
g
2
Kerin
g
2 1 2 - 2 1
3 1 1 1 1 2
4 2 2 - 1 1
5 1 1 - 1 2
4.3.2 Pembahasan
Pada pengamatan perbanyakan vegetatif digunakan tanaman arbei dengan 4
perlakuan hormon dan 1 kontrol. Perlakuan hormon yang digunakan adalah hormon
magic pro, hormon lindomin, hormon dekamon, dan hormon atonik. Setiap per
lakuan digunakan 5 kali ulangan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan
pada pertumbuhan dan perkembangan tunas pada tanaman arbei paling cepat terjadi
pada perlakuan hormon atonik dan paling lambat pertumbuhan dan perkembangan
tunasnya pada perlakuan hormon lindomin. Setelah selang 3 kali pengamatan,
pertumbuhan antara perlakuan hormon atonik dan kontrolhampir sama baik jumlah
tunas maupun panjang tunasnya. Dari data yang ada dan diambil rata-ratanya
perlakuan yang prosentase tumbuh dan berkembangnya tinggi adalah hormon atonik
dan kontrol, sedangkan prosentase tumbuh dan berkembangnya rendah adalah
perlakuan hormon lindomin.
17
Pada akhir pengamatan semua perlakuan dan kontrol mengalami layu dan
kemudian mati kering. Hal ini dikarenakan tanaman arbei termasuk tanaman yang
membutuhkan intensitas cahaya matahari tinggi apalagi setelah pembentukan tunas.
Pada saat tanaman telah muncul tunas, tanaman tetap berada dalam mist house yang
intensitas cahaya mataharinya rendah dan tidak dipindah pada luar ruangan yang
mendapatkan pencahayaan penuh. Sehingga pada semua perlakuan dan kontrol
tunasnya lama-kelamaan menjadi layu dan akhirnya mati kering.
4.4 Kesimpulan
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan
tunas paling cepat pada perlakuan hormon atonik dan kontrol. Sedangkan
pertumbuhan dan perkembangan tunas paling lambat pada perlakuan hormon
lindomin. Tetapi pada akhir pengamatan semua perlakuan hormon dan kontrol
mengalami layu dan akhirnya mati kering karena tanaman kekurangan akan
pencahayaan sinar matahari.
BAB V
PENGUKURAN INTENSITAS CAHAYA MATAHARI
18
5.1 Pendahuluan
5.1.1 Latar Belakang
Intensitas cahaya adalah banyaknya energi yang diterima oleh suatu
tanaman per satuan luas dan per satuan waktu (kal/cm2/hari). Pengertian
intensitas disini sudah termasuk didalamnya lama penyinaran, yaitu lama matahari
bersinar dalam satu hari, karena satuan waktunya menggunakan hari.
Cahaya adalah faktor lingkungan yang diperlukan untuk mengendalikan
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Alasan utamanya adalah tentu saja
karena cahaya merupakan energi dasar untuk proses fotosintesis karena energi
cahaya menggiatkan beberapa proses dan sistem enzim yang terlibat dalam
rangkaian fotosintesis.
Cahaya memiliki sifat gelombang (wave nature) dan sifat partikel (particle
nature). Cahaya mencakup bagian dari energi matahari dengan panjang
gelombang antara 390 nm sampai 760 nm dan tergolong cahaya tampak. Kisaran
ini merupakan porsi kecil dari kisaran spektrum elektromagnetik. Sifat cahaya
sebagai partikel biasanya diekspresikan dengan pernyataan bahwa cahaya
menerpa sebagai foton (photon) atau kuanta, yang merupakan suatu paket diskrit
dari energi, dimana masing-masing dikaitkan dengan panjang gelombang tertentu.
Iklim menentukan tipe vegetasi yang tumbuh secara alami dan macam
produksi pertanian yang mungkin dilakukan. Beberapa komponen faktor
lingkungan yang penting dalam menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman
di antaranya yaitu : radiasi matahari, suhu, tanah dan air. Radiasi cahaya matahari
merupakan faktor utama diantara faktor iklim yang lain, tidak hanya sebagai
sumber energi primer tetapi karena pengaruhnya terhadap keadaan faktor-faktor
yang lain seperti : suhu, kelembaban dan angin.
Respon tanaman terhadap radiasi cahaya matahari pada dasarnya dapat
dibagi menjadi tiga aspek, yaitu : intensitas, kualitas dan fotoperiodisitas. Ketiga
aspek ini mempunyai pengaruh yang berbeda satu dengan yang lainnya, demikian
juga keadaannya di alam.
19
5.1.2 Tujuan
Dalam praktikum Dasar-Dasar Agronomi ini memiliki tujuan yaitu :
1. Untuk mengetahui pengukuran intensitas cahaya matahari.
2. Menentukan perbandingan intensitas cahaya pada habitus yang
berbeda.
5.2 Metodologi
5.2.1 Jadwal praktikum
Praktikum Dasar-dasar Agronomi tentang pengukuran intensitas cahaya
matahari, dilaksanakan di Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Waktu pelaksanaannya hari Senin
tanggal 19 November 2012, pukul 07-00 – selesai.
5.2.2 Alat
1. Light Meter
2. Alat tulis
5.2.3 Bahan
1. Tanaman Cabai
2. Tanaman Tebu
3. Tanaman Jambu mente
5.2.4 Prosedur kerja
1. Menyiapkan alat yang akan digunakan.
2. Meletakkan alat light meter disekitar batang tanaman (masing- masing
di habitus yang berbeda).
3. Mengarahkan light meter pada arah datangnya sinar matahari.
4. Menghitung berapa besar sinar matahari yang tertangkap oleh light
meter dalam satuan food candle.
5. Mencatat hasil pengamatan pada tabel.
5.3 Hasil dan Pembahasan
5.3.1 Hasil pengamatan
HABITUS Intensitas Sinar Matahri
20
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
LUX FC LUX FC LUX FC
Pen
dek
(Cab
ai)
Bawah 585.000 54.346,5 596.000 55368,4 639.000 59363,1
Tengah 582.000 54067,8 601.000 55832,9 616.000 57226,4
Atas 587.000 54532,3 635.000 58991,5 703.000 65308,7
Sed
ang
(Teb
u)
Bawah 606.000 56297,4 577.000 53603,3 562.000 52209,8
Tengah 682.000 63357,8 581.000 53974,9 632.000 58712,8
Atas 680.000 63117,2 580.00 53882,2 591.000 54903,9
Tin
ggi
(Jam
bu
Met
e) Bwah 581.000 53974,9 544.000 50537,6 598.000 55554,2
Tengah 619.000 57505,1 576.000 53510,4 602.000 55925,8
Atas 786.000 73019,4 728.000 67631,2 676.000 71254,3
Keterangan :
- 1 LUX = 0,0929 FC
- 1FC = 104 LUX
5.3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengukuran intensitas cahaya matahari dengan menggunakan
alat light meter dan dengan 3 habitus berbeda yaitu habitus pendek (tanaman cabai),
habitus sedang (tanaman tebu), dan habitus tinggi (tanaman jambu mete). Dengan 3
habitus yang berbeda maka dapat diketahui nilai intensitas cahayanya dari masing-masing
habitus. Setiap habitus dilakukan dengan 3 kali ulangan dan dengan 3 tempat yang
berbeda.
Pada habitus pendek yaitu tanaman cabai intensitas cahaya matahari pada bagian
atas dan dari semua ulangan, menujukkan bahwa bagian atas atau bagian ujung tanaman
nilainya paling tinggi. Pada habitus sedang yaitu tanaman tebu intensitas cahaya matahari
yang paling besar terletak pada bagian tengah dan semua ulangan. Hal ini terjadi
21
penyimpangan karena pada umumnya nilai intensitas cahaya matahari terletak pada
bagian atas karena sinar matahari langsung mengenai alat dan tidak ada tanaman yang
menghalangi. Pada pengukuran ini yang paling tinggi terjadi pada bagian tengah mungkin
pada wakt pengukuran alat tepat terkena sinar matahari dan pengukuran juga lebih siang
sehingga pengaturan alatnya juga berubah. Pada habitus tinggi yaitu tanaman jambu mete
intensitas cahaya matahari yang paling tinggi pada bagian atas dan terlihat paling
menonjol dari yang lainnya. Hal ini karena pada pengukuran, waktunya paling siang dan
letaknya paling tinggi.
5.4 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran intensitas cahaya matahari dengan 3 habitus yaitu
pendek, tinggi, dan sedang diketahui intensitas cahaya matahari yang paling rendah
adalah pada habitus pendek bagian tengah dan intensitas cahaya matahari paling tinggi
berada ada habitus tinggi bagian atas tanaman.
22