Makalah Dasgro Acara 5
Transcript of Makalah Dasgro Acara 5
ACARA V
PENGENALAN BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG DAERAH REJODANI
I. TUJUAN
1. Mengetahui tahapan budidaya tanaman jagung
2. Mengetahui kendala dan cara mengatasinya dalam budidaya tanaman
jagung di Kawasan Pertanian Rejodani
II. TINJAUAN PUSTAKA
Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, sesuai
ditanam di wilayah bersuhu tinggi, dan pematangan tongkol ditentukan oleh
akumulasi panas yang diperoleh tanaman.Luas pertanaman jagung di seluruh
dunia lebih dari 100 juta ha, menyebar di 70 negara, termasuk 53 negara
berkembang.Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi
dengan baik pada berbagai lingkungan. Jagung tumbuh baik di wilayah tropis
hingga 50° LU dan 50° LS, dari dataran rendah sampai ketinggian 3.000 m di atas
permukaan laut (dpl), dengan curah hujan tinggi, sedang, hingga rendah sekitar
500 mm per tahun (Dowswell et al. 1996). Pusat produksi jagung di dunia tersebar
di negara tropis dan subtropis. Tanaman jagung tumbuh optimal pada tanah yang
gembur, drainase baik, dengan kelembaban tanah cukup, dan akan layu bila
kelembaban tanah kurang dari 40% kapasitas lapang, atau bila batangnya
terendam air. Pada dataran rendah, umur jagung berkisar antara 3-4 bulan, tetapi
di dataran tinggi di atas 1000 m dpl berumur 4-5 bulan. Umur panen jagung
sangat dipengaruhi oleh suhu, setiap kenaikan tinggi tempat 50 m dari permukaan
laut, umur panen jagung akan mundur satu hari (Hyene 1987).
Areal dan agroekologi pertanaman jagung sangat bervariasi, dari dataran
rendah sampai dataran tinggi, pada berbagai jenis tanah, berbagai tipe iklim dan
bermacam pola tanam. Tanaman jagung dapat ditanam pada lahan kering beriklim
basah dan beriklim kering, sawah irigasi dan sawah tadah hujan, toleran terhadap
kompetisi pada pola tanam tumpang sari, sesuai untuk pertanian subsistem,
pertanian komersial skala kecil, menengah, hingga skala sangat besar. Suhu
optimum untuk pertumbuhan tanaman jagung rata-rata 26-300C dan pH tanah 5,7-
6,8 (Subandi et al. 1988). Produksi jagung berbeda antardaerah, terutama
disebabkan oleh perbedaan kesuburan tanah, ketersediaan air, dan varietas yang
ditanam. Variasi lingkungan tumbuh akan mengakibatkan adanya interaksi
genotipe dengan lingkungan.
Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140 mm/bulan.Oleh karena
itu waktu penanaman harus memperhatikan curah hujan dan
penyebarannya.Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100
mm/bulan. Untuk mengetahui ini perlu dilakukan pengamatan curah hujan dan
pola distribusinya selama 10 tahun ke belakang agar waktu tanam dapat
ditentukan dengan baik dan tepat. Jagung menghendaki tanah yang subur untuk
dapat berproduksi dengan baik.Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan
unsur hara terutama nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah yang
banyak.Oleh karena pada umumnya tanah di Lampung miskin hara dan rendah
bahan organiknya, maka penambahan pupuk N, P dan K serta pupuk organik
(kompos maupun pupuk kandang) sangat diperlukan (Murni dan Arief, 2008).
Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah, dan
memberikan kondisi menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan
tanah, drainase dan aerasi yang kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada
kondisi lembab tetapi tidak terlalu basah.Tanah yang sudah gembur hanya diolah
secara umum. Persiapan Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah
bongkah tanah agar diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi.
Tanah yang akan ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-
20 cm, kemudian diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih
banyak.Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan
diratakan.Pembukaan lahan pengolahan lahan diawali dengan membersihkan
lahan dari sisa sisa tanaman sebelumnya.Bila perlu sisa tanaman yang cukup
banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan
dengan pencangkulan dan pengolahan tanah dengan bajak.Pembentukan bedengan
dilakukan setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang
barisan tanaman.Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini
dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.Pada daerah dengan pH kurang
dari 5, tanah harus dikapur.Jumlah kapur yang diberikan berkisar antara 1-3 ton
yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian dilakukan dengan cara menyebar kapur
secara merata atau pada barisan tanaman, sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat
pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan cara disebar ada barisan
tanaman. Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara
yang cukup maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan
tanaman sangat bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap.
Anjuran dosis rata-rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100 kg/ha dan
KCl=50-100 kg/ha. Adapun cara dan dosis pemupukan untuk setiap hektar:
Pemupukan dasar: 1/3 bagian pupuk Urea dan 1 bagian pupuk TSP diberikan saat
tanam, 7 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm lalu ditutup tanah;
Susulan I: 1/3 bagian pupuk Urea ditambah 1/3 bagian pupuk KCl diberikan
setelah tanaman berumur 30 hari, 15 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam
sedalam 10 cm lalu di tutup tanah; Susulan II: 1/3 bagian pupuk Urea diberikan
saat tanaman berumur 45 hari (Anonim, 2011).
Lubang tanam pada budidaya jagung dibuat dengan cara ditugal,
kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung
disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam
semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak
tanamnya 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari,
jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang). Panen <>E. Pengelolaan
Tanaman.Faktor varietas, jarak tanam dan pemang-kasan berpengaruh terhadap
kualitas silase daun jagung hasil pangkasan. Jarak tanam yang terlalu lebar
maupun terlalu rapat dapat menurunkan kualitas silase baik pada varietas Bisi-2
maupun varietas lokal ( Karimuna et al., 2009).
Bahan penjenis, benih dasar, dan benih pokok.Benih Penjenis/Breeder’s
Seeds (BS) adalah benih asal yang dihasilkan dari benih inti yaitu benih dari
program pembentukan varietas yang merupakan hasil persilangan antara famili
atau galur.Benih Penjenis (BS) ini digunakan sebagai sumber, Benih
Dasar/Foundation Seeds (BD/FS) adalah benih yang diperoleh dari hasil
perbanyakan benih penjenis, dan (3) Benih Pokok/Stock Seeds (BP/SS) adalah
benih yang diperoleh dari hasil perbanyakan benih dasar. Benih pokok ini
digunakan sebagai sumber benih untuk memproduksi kelas benih sebar /extension
seeds (BR/ES) yaitu benih yang digunakan petani untuk memproduksi jagung
dengan tujuan konsumsi. Perbanyakan benih kelas BS ini langsung di bawah
pengawasan pemulia dari instansi pelepas varietas unggul tersebut (dalam hal ini
adalah Balitsereal), sedangkan benih FS/BD sampai ES/BR di bawah pengawasan
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) (Zubachtirodin dan Syuryawati,
2007). Tiga hal penting yang berkaitan dengan kualitas benih adalah: (1) teknik
produksi benih berkualitas; (2) teknik mempertahankan kualitas benih yang telah
dihasilkan dan pendistribusian; dan (3) teknik deteksi atau mengukur kualitas
benih. Selanjutnya, tiga kriteria kualitas benih yang perlu diketahui adalah: (a)
kualitas genetik, yaitu kualitas benih yang ditentukan berdasarkan identitas
genetik yang telah ditetapkan oleh pemulia dan tingkat kemurnian dari varietas
yang dihasilkan, identitas benih yang dimaksud tidak hanya ditentukan oleh
tampilan benih, tetapi juga fenotipe tanaman; (b) kualitas fisiologi, yaitu kualitas
benih yang ditentukan oleh daya berkecambah/daya tumbuh dan ketahanan
simpan benih; (c) kualitas fisik, ditentukan oleh tingkat kebersihan, keseragaman
biji dari segi ukuran maupun bobot, kontaminasi dari benih tanaman lain atau biji
gulma, dan kadar air (Saenong et al., 2007).
Selama pertumbuhan tanaman, dilakukan pemeliharaan tanaman yang
meliputi: penyulaman pada umur 7 HST, penjarangan menjadi satu tanaman
terbaik per lubang tanam dilakukan pada umur 14 HST, penyiangan dilakukan
terhadap herba setiap 10 hari sampai kanopi tanaman menutupi permukaan
tanaman dengan baik, pembumbunan dilakukan pada umur 28 HST, penyiraman
dilakukan pada satu hari sebelum tanam dan setelah tanam apabila tidak turun
hujan. Pengendalian hama dan penyakit tanamandilakukan dengan menggunakan
insektisida Furadan 3G untuk mengendalikan nematode dengan takaran 20 kg ha-
1, Sevin 85 S untuk mengendalikan hama belalang dengan takaran 2 g L-1.
Kegiatan ini dilaksanakan bila terlihat ada gejala serangan terhadap tanaman
peraga, sehingga tidak sampai menggangu perkembangan tanaman.Tanaman
dipanen apabila tongkol telah masak dengan kriteria kelobot telah kering dan
keras. Pada umur 100 HST bagian tanaman yang dipanen meliputi batang, daun
tanaman, daun kelobot, batang tongkol, malai , akar dan biji tanaman (Nurdin,
2008).
Pengairan merupakan faktor penting dalam budidaya tanaman jagung.
Kekurangan air berpengaruh pada produktivitas tanaman. Kelebihan air (lahan
tergenang dalam jangka waktu lama) juga menyebabkan tanaman jagung mati.
Apabila lahan yang digunakan memiliki jaringan irigasi dan persediaan air yang
cukup maka lakukan pengairan setiap 10 hari sekali dengan cara mengalirkan
pada larikan dan secepatnya dibuang dan dipastikan tidak ada yang menggenang.
Apabila lahan yang digunakan merupakan lahan tanpa irigasi atau lahan darat
yang tidak mempunyai persediaan air (sungai, danau, rawa, dll) maka pengairan
bisa dilakukan dengan sistem irigasi sumur atau disiram secara manual( pada
dasarnya jagung tidak memerlukan banyak air). Buat sumur galibor di dekat lahan
dan alirkan air dengan menggunakan pompa. 10 hari menjelang panen sebaiknya
pengairan dihentikan agar proses pengeringan tongkol dapat dipercepat.Selan itu
irigasi dengan interval irigasi yang sesuai (interval 7 hari) dapat digunakan
sebagai metode yang efisien untuk produksi jagung di daerah kering di mana
produksi sangat bergantung pada irigasi ( El-halim, 2013). Irrigasi yang baik
tentunya akan berimbas kepada hasil panen yang baik pula. Adapun untuk
menghasilkan panen jagung yang cocok untuk pakan ternak adalah dengan tingkat
pemupukan nitrogen yang optimal (180 kg N ha-1) dan waktu panen yang sesuai
(65 hari setelah tanam) (Shehzad et al., 2012).
III. METODOLOGI PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum Dasar-dasar Agronomi acara V, mengenai “Pengenalan
Budidaya Tanaman Jagung di Kawasan Pertanian Rejodani”, dilaksanakan pada
hari Kamis, 15 Mei 2014, bertempat di Kawasan Pertanian Rejodani, Yogyakarta.
Pada praktikum ini dilakukan beberapa pengamatan dalam pengenalan budidaya
tanaman jagung dengan cara mengunjungi lahan pertanian, wawancara dengan
petani jagung, serta dengan identifikasi morfologi tanaman jagung. Ketentuan
wawancara berkenaan dengan proses budidaya tanaman jagung, dimulai dari
syarat tumbuh tanaman jagung, persiapan lahan, persiapan bahan tanam,
penanaman tanaman jagung, pemeliharaan tanaman, pascapanen, serta pemasaran
hasil panen tanaman jagung. Alat yang dibutuhkan pada pengamatan ini berupa
kamera, alat tulis, dan alat perekam suara.
Pada awal kegiatan praktikum, dilakukan pengamatan pada lahan
pertanaman petani jagung secara langsung. Kemudian, dilakukan wawancara
dengan petani jagung untuk mengetahui proses budidaya tanaman jagung sesuai
dengan ketentuan. Selanjutnya, hasil yang telah didapat dibandingkan dengan
budidaya tanaman jagung sesuai dengan teori. Selain itu, setiap kegiatan di
lapangan, seperti kegiatan wawancara, pengenalan lahan pertanaman jagung, dan
pengenalan morfologi tanaman didokumentasikan. Pengenalan bagian-bagian
tanaman atau bagian morfologi tanaman dapat dicari berdasarkan pustaka, apabila
tidak dapat didokumentasikan pada saat praktikum di lapangan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASANPada kegiatan wawancara yang berlangsung pada Kamis, 15 Mei 2014 lalu
kelompok kami melakukan wawancara kepada Bapak Tejo Suyono, yaitu seorang
pensiunan instansi BPN. Walaupun begitu beliau memiliki banyak pengalaman
tentang pertanian karena dari kecil sudah ikut orangtuanya bertani diladang. Pada
kesempatan kali ini Pak Tejo memilih menanam tanaman jagung walapun sedang
tidak musim tanamanya, oleh karena itu dari sekalian luas lahan di Kawasan
Pertanian daerah Rejodani. Pada saat hanya lahan milik Pak Tejo yang ditanami
jagung, karena musim hujan pada saat itu sebenarnya sedang tidak sesuai untuk
ditanami jagung. Beliau memilih menanam jagung dibanding lombok seperti yang
dilakukan oleh petani lainnya karena untuk mengurangi resiko harga lombok yang
kurang menguntungkan. Walaupun demikian beliau tidak terlalu berorientasi pada
keuntungan karena tujuan lain beliau menanam jagung adalah untuk
memanfaatkan lahan kosong miliknya, karena sedang dalam masa peralihan dari
tanaman padi ke tanamanan polowijo.
Tanaman jagung termasuk famili rumput-rumputan (graminae) dari
subfamili myadeae.Morfologi tanaman jagung meliputi system perakaran, batang
dan daun, bunga, tongkol, malai.Tanaman jagung mempunyai habitus tegak, daun
berbentuk pita dimana permukaan daun bagian atas berbulu sedang permukaan
bawah halus, tangkai daun kecil atau hampir tidak ada, bentuk batang bulat tidak
bercabang dan struktur akarnya serabut. Hidup di tempat yang cukup air, daun
berbentuk pita, batang tidak bercabang (Hidayat, 1995).
Gambar 1. Morfologi Jagung (Zea mays)
Sumber : <http://jagungbisi.com/budidaya/morfologi-tanaman-jagung/>
Sistem perakaran jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam
akar, yaitu (a) akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga.
Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio.
Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan
tanah. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung
mesokotil, kemudian set akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan
dan terus ke atas antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar
adventif berkembang menjadi serabut akar tebal.Akar seminal hanya sedikit
berperan dalam siklus hidup jagung.Akar adventif berperan dalam pengambilan
air dan hara. Bobot total akar jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan
48% akar nodal. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada
dua atau tiga buku di atas permukaan tanah.Fungsi dari akar penyangga adalah
menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang.Akar ini juga
membantu penyerapan hara dan air. Perkembangan akar jagung (kedalaman dan
penyebarannya) bergantung pada varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia
tanah, keadaan air tanah, dan pemupukan. Akar jagung dapat dijadikan indikator
toleransi tanaman terhadap cekaman aluminium.Tanaman yang toleran
aluminium, tudung akarnya terpotong dan tidak mempunyai bulu-bulu akar
(Syafruddin, 2002).
Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk
silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat
tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi
tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu
Gambar 1.1 Morfologi perkembangan akar jagung
Sumber : <http://jagungbisi.com/budidaya/morfologi-tanaman-jagung/>
kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith).
Bundles vaskuler tertata dalam lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles
yang tinggi, dan lingkaran-lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan
bundles berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler
yang tinggi di bawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Terdapat
variasi ketebalan kulit antar genotipe yang dapat digunakan untuk seleksi toleransi
tanaman terhadap rebah batang. Genotipe jagung yang mempunyai batang kuat
memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah
epidermis batang dan sekeliling bundles vaskuler (Paliwal, 2000).
Setiap daun tanaman jagung terdiri atas helaian daun, ligula, dan pelepah
daun yang erat melekat pada batang. Jumlah daun sama dengan jumlah buku
batang. Jumlah daun umumya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya
daun yang terbuka sempurna adalah 3-4 hari setiap daun.Tanaman jagung di
daerah tropis mempunyai jumlah daun relatif lebih banyak dibanding di daerah
beriklim sedang (temperate) (Paliwal, 2000).Bentuk ujung daun jagung berbeda,
yaitu runcing, runcing agak bulat, bulat, bulat agak tumpul, dan
tumpul.Berdasarkan letak posisi daun (sudut daun) terdapat dua tipe daun jagung,
yaitu tegak (erect) dan menggantung (pendant). Daun erect biasanya memiliki
sudut antara kecil sampai sedang, pola helai daun bisa lurus atau bengkok. Daun
pendant umumnya memiliki sudut yang lebar dan pola daun bervariasi dari lurus
sampai sangat bengkok. Jagung dengan tipe daun erect memiliki kanopi kecil
sehingga dapat ditanam dengan populasi yang tinggi. Kepadatan tanaman yang
tinggi diharapkan dapat memberikan hasil yang tinggi pula (Syafruddin, 2002).
Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga
jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman.Serbuk sari (pollen) adalah
Gambar 1.2 Morfologi penampakan batang dan daun jagung
Sumber : <http://mentari-dunia.blogspot.com/2013/05/morfologi-tanaman-jagung.html>
trinukleat. Pollen memiliki sel vegetatif, dua gamet jantan dan mengandung
butiran-butiran pati.Dinding tebalnya terbentuk dari dua lapisan, exine dan intin,
dan cukup keras. Karena adanya perbedaan perkembangan bunga pada spikelet
jantan yang terletak di atas dan bawah dan ketidaksinkronan matangnya spike,
maka pollen pecah secara kontinu dari tiap tassel dalam tempo seminggu atau
lebih (Palliwal 2000).
Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang
matang pada tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga 30,5 cm
atau lebih sehingga keluar dari ujung kelobot. Panjang rambut jagung bergantung
pada panjang tongkol dan kelobot.Dalam keadaan tercekam (stress) karena
kekurangan air, keluarnya rambut tongkol kemungkinan tertunda.Tanaman jagung
mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.Tongkol jagung diselimuti
oleh daun kelobot.Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih
dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada bagian
bawah.Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang jumlahnya selalu genap
(Syafruddin, 2002).
Syarat tumbuh tanaman jagung sebenarnya meliputi banyak hal, mulai dari
tanah yang memiliki drainase lancar dan cukup kaya akan humus dengan pH
tanah sekitar 5,5-7, kondisi iklim yang umumnya sejuk hingga panas, pengairan
yang cukup karena tanaman jagung mampu tumbuh dengan kadar air yang sedikit
namun tetap butuh pengairan dan tidak se intens pengairan pada padi. Pak Tejo
mengolah lahan seluas 800m2 miliknya menjadi perkebunan jagung yang ditanam
dengan jarak 20-30cm. Bibit jagung didapatkan dengan membeli pada toko
Gambar 1.3 Morfologi tongkol jagung
Sumber : <http://jagungbisi.com/budidaya/morfologi-tanaman-jagung/>
pertanian di perkampungannya yang telah tersedia berbagai macam bibit tanaman
perkebunan, untuk menanam jagung dengan luas lahan selebar 800m2 dibutuhkan
bibit jagung sebanyak kurang lebih setengah kilo dengan harga bibit perkilo
sekitar Rp. 80.000,-. Tanah seluas 800m2 akan dijadikan sebagai tempat
penjemuran tembakau milik anaknya saat panen nanti, tetapi sebelum panen
tembakau beliau menjadikan tanah tersebut sebagai perkebunan jagung yang
ditanam nya bersama para tetangga yang ikut membantu. Selain dapat mengurangi
biaya persiapan lahan baru, pemanfaatan lahan juga dapat mengurangi tenaga
untuk menggemburkan kembali lahan yang sbelumnya telah digunakan untuk
penanaman padi. Teknik penanaman yang digunakan oleh Pak Tejo yaitu dengan
tanah bumbun dimana setelah tanah digemburkan kemudian dibuat gundukan-
gundukan atau penaikan tanah untuk menutup daerah perakaran, dengan
membuat lubang terlebih dahulu kemudian dilakukan teknik pembumbunan.
Setiap lubang diisi satu bibit tanam.
Pemberian pupuk dilakukan dengan metode broadcast application yaitu
dengan menyebar pupuk diatas permukaan tanah, seharusnya pada tanaman
jagung dilakukan dengan Localized Application dimana pupuk diberikan dekat
dengan biji atau tanaman dengan melingkarkan pupuk pada sekitar tanaman.
Tetapi karna minimnya pekerja maka Bapak Tejo mengambil langkah pemberian
pupuk yang tidak memakan waktu lama. Pupuk yang digunakan adalah pupuk
ponska yang dibeli dengan harga Rp. 120.000,- dan urea dengan harga Rp.
90.000,- pemberian kedua jenis pupuk ini dengan perbandingan 1:2. Saat ini umur
tanaman jagung Pak Tejo sekitar 1 bulan, beliau baru pertama kali menanam
jagung untuk mengisi waktu luangnya setelah pensiun sembari menunggu panen
tembakau milik anaknya. Menurut literatur pemberian pupuk yang baik dilakukan
secara intensif dengan tingkat umur tertentu, pemberian pupuk dasar
menggunakan 1/3 bagian pupuk urea ditambahh satu bagian TSP saat awal
melakukan penanaman, pada umur 30 hari (1 bulan) merupakan tahap susulan 1
dimana tanaman jagung diberikan 1/3 bagian pupuk urea ditambah 1/3 bagian
dengan KCl, pemupukan selnajutnya dengan memberikan saat tanaman jagung
berumur 45 haru dengan tahap susulan 2, dimana diberikan 1/3 bagian pupuk
urea(Anonim, 2013). Teknik pengairan atau irigasi yang dilakukan adalah dengan
Survace Irigation yaitu dengan mengalirkan air pada pemukaan tanah diantara
barisan tanaman, teknik ini cenderung boros tetapi mudah dan murah dilakukan.
Karena disekitar lahan beliau terdapat sungai kecil maka teknik ini dipilih Bapak
Tejo karena akan memudahkan dalam mengambil air saat akan mengalirkan
diantara baris tanam.
Hama yang sering dihadapi saat penanaman adalah ulat. Ulat dapat
merusak tanaman dengan memakan bagian bagian tanaman, seperti pada daun,
batang maupun bonggol jagung yang muncul saat musim panen. Bapak Tejo
mengatasi hama ulat ini dengan memberi larutan insektisida disekitar tanaman
jagungnya. Selain itu, tikus juga dapat menggangu hasil tanam yang dibudidaya,
cara yang biasa dilakukan untuk menghilangkannya adalah dengan penyergapan
yang dilakukan bersama-sama oleh masayarkat atau kelompok tani setempat.
Penyergapan dilakukan dengan mencari hingga sarang tikus dan dihilangkan
faktor yang menyebabkan adanya sarang tikus seperti penumpasan rumput liar
yang tumbuh disekitar lahan pertanian.
Karena Bapak Tejo dapat dibilang pemula sebagai petani jagung, beliau
belum memiliki pengalaman pasca panen. Saat panen beliau berencana akan
menjual hasil panennya pada tetangga sekitarnya dan membagi hasil dengan para
pekerjanya yang tidak lain juga merupakan tetangga nya sendiri. Beliau tidak akan
mendistribusikan hasil panennya tersebut keluar tetapi pelanggan lah yang datang
ke rumahnya untuk membeli. Pak Tejo akan menjual dengan harga Rp.
3.000,-/kg.Selain itu, daun jagung hasil panennya juga akan dijual sebagai pakan
ternak, dengan begitu seluruh hasil panen dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin dan penambah pendapatan.
Jagung hibrida memiliki keunggulan dalam produksi yang tinggi dan
ketahanan terhadap beberapa penyakit yang sering menyerang tanaman jagung.
Produksi yang tinggi dengan kestabilannya dapat memenuhi kebutuhan sekaligus
sebagai bahan ternak yang baik untuk hewan, dengan begitu beliau dan peternak
dapat saling timbal balik dalam meberikan manfaat bagi usahanya. Sedangkan
pada jagung manis banyak mengandung gula sehingga cocok sebagai bahan
pangan, selain itu masyarakat juga lebih banyak mengenal jagung manis sehingga
daya tarik terhadap konsumen akan lebih besar, tetapi jagung manis belum banyak
dibudidayakan oleh petani, karena bibitnya yang cenderung lebih mahal serta
ancaman penyakit bulai (Purwono, 2005).
Jika diperhatikan dengan analisa usaha tani maka pendapatan Pak Tejo,
dapat dibentuk prediksi rincian pengeluaran, hasil produksi jagung, dan
pendapatan yang diperoleh Pak Tejo sebagai berikut.
Keperluan Harga Banyak yang
Dibutuhkan
Biaya yang dikeluarkkan
Benih Rp80000 0,5 Rp40000
Pupuk Ponska Rp120000/50kg 250 kg Rp600000
Pupuk Urea Rp90000/50kg 450 kg Rp810000
Lain-lain Rp500000
Total Rp1950000
Tabel 1. Rincian Biaya Budidaya Jagung
Luas
Lahan
Jarak Tanam Banyak Tanaman Banyak Tongkol
800m2 (20x30)cm= 0,06 m2 800m2/0,06 m2= 13333 13333x2=26666
Tabel 2. Luas Lahan serta Perkiraan Jumlah Tanaman dan Tongkol yang
Dihasilkan
1 kg = ± 14
tongkol jagung
Massa hasil produksi
(kg)
Harga/kg =
Rp 3000
Harga Keseluruhan
26666/14= 1,9 ton Rp3000x1904=
Rp5700000
Harga pakan ternak belum dapat ditentukan
Total pendapatan dibagi rata dengan seluruh pekerja (3orang)
Rp5700000 – Rp1950000= Rp3750000
Rp3750000 : 3 = Rp1250000
Tabel 3.Perkiraan Harga Total Penjualan Hasil Produksi Tanaman Jagung
Berdasarkan Tabel 1.dapat diketahui bahwa modal awal atau biaya
budidaya tanaman jagung yang dilakukan Pak Tejo mencapai Rp1950000, sesuai
dengan rincian pada tabel. Biaya lainnya yang termasuk dalam kegiatan budidaya
ini adalah biaya penggunaan pestisida dengan kadar yang sedikit dan penggunaan
traktor untuk mengolah tanah sebelum lahan ditanami jagung. Selain itu, biaya
tenaga kerja tidak dimasukkan ke dalam rincian anggaran, dikarenakan Pak Tejo
sendiri yang melakukan budidaya jagung di lahan pribadinya, serta dibantu oleh
tetangga yang pemberian upahnya akan dibagi bersama tergantung dari besar
keuntungan yang didapat.
Pada Tabel 2.diketahui bahwa perkiraan jumlah tanaman yang tumbuh
pada lahan sekitar 13333 tanaman jagung, atau kemungkinan kurang dari jumlah
tersebut dikarenakan penentuan lahan yang kurang tepat akibat total luas lahan
dikurangi dengan luas lahan untuk irigasi, pematang sawah dan sebagainya. Selain
itu, jumlah tongkol yang dihasilkan oleh setiap tanaman jagung bisa jadi kurang
dari 2 buah tongkol, dikarenakan kurangnya petani dalam memperhatikan tahap-
tahap budidaya tanaman jagung yang benar.
Pak Tejo menjelaskan bahwa tongkol jagung yang dipanen akan dijual
dengan harga Rp3000/kg, dimana 1 kg terdiri dari ± 14 tongkol jagung (Tabel 3.).
Prediksi untuk menentukan jumlah harga penjualan dari keseluruhan tanaman
yang dihasilkan sedikit sulit untuk dibentuk rinciannya. Hal ini disebabkan petani
tersebut merupakan pemula dalam menanam jagung dan pada saat itu bukanlah
musim yang optimal untuk menanam jagung, sehingga petani tidak terlalu
mementingkan proses budidaya serta rincian usaha taninya. Selain itu, tujuan
budidaya jagung yang dilakukan petani hanya untuk memanfaatkan lahan kosong
miliknya, yang sedang dalam masa peralihan dari penanaman tanaman padi ke
tanaman palawija.
Berdasarkan Tabel 3.diprediksi harga total penjualan jagung yang didapat
sekitar Rp5700000, ditambah lagi dengan batang dan daun tanaman jagung yang
akan dijual menjadi pakan ternak belum dapat ditentukan harganya, karena Pak
Tejo merupakan petani jagung awam. Pendapatan yang didapat direncanakan akan
dibagi rata dengan 2 orang pekerja lainnya. Sehingga pendapatan yang didapat
setiap pekerja berdasarkan perhitungan adalah Rp1250000.
Dengan melihat profil usaha tani milik Bapak Tejo dapat dikatakan bahwa
cara budidaya yang dilakukan masih sederhana terlihat dari usaha tani yang
dilakukan masih sederhana walapun sudah menggunakan traktor dan pengolahan
lahan maupun pemeliaharaan yang dilakukan belum maksimal karena alasan
menghemat biaya produksi. Padahal, jika Pak Tejo melakukan melakukan
budidaya tanaman jagungdengan memperhatikan panca usaha tani dengan benar,
maka hasil yang didapat lebih maksimal dan alangkah lebih baik lagi jika
ditambah dengan memperhatikan pasca panen dan pemasaran sehingga menjadi
sapta usaha tani, yangmengakibatkan pendapatan yang didapat akan lebih besar.
Namun, keterbatasan usia Pak Tejo dan kurangnya tenaga kerja dibidang
pertanian menjadi salah satu faktor penghambat terlaksananya budidaya tanaman
jagung yang benar sesuai panca usaha tani. Selain itu, setelah panen, Pak Tejo
juga tidak memasarkan hasil produksi tanaman jagung miliknya, melainkan
konsumenlah yang akan datang dan membeli produk jagung yang dihasilkan.
Bagian daun dan batang jagung setelah dipanen direncanakan akan dijual untuk
pakan ternak.
V. KESIMPULAN
Dari kegiatan praktikum dan wawancara yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa:
1. Tahapan budidaya yang dilakukan oleh narasumber masih belum
maksimal karena kurang memperhatikan panca usaha tani dan sapta
usaha tani. Selain itu, petani tersebut adalah seorang petani jagung
pemula, ditambah lagi pada saat itu bukanlah musim yang tepat untuk
mendapatkan hasil budidaya tanaman jagung yang optimal. Namun,
beberapa tahapan seperti persiapan lahan, persiapan benih,
pemeliharaan, dan pasca panennya hingga pemasaran tetap
diperhatikan dengan teknik dan cara yang berbeda.
2. Kendala dalam budidaya tanaman jagung dilapangan adalah hama ulat
dan tikus. Untuk hama ulat diatasi dengan insektisida dengan
konstentrasi kecil, sedangkan untuk hama tikus diatasi dengan cara
menangkap tikus bersama-sama oleh warga.Apabila hasil panen
tanaman jagung kurang memuaskan, mengingat dengan tahapan
budidaya yang kurang sesuai, petani akan menjualnya sebagai pakan
ternak, baik berupa tongkol jagung maupun batang dan daun jagung.
DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 2011. Pengolahan Lahan Tanaman Jagung. <http://www. agromaret. com>. Diakses pada tanggal 18 Mei 2014.
Anonimb. 2013. Pemupukan Jagung. <http://www.anneahira.com/pemupukan-jagung.html>. Diakses pada tanggal 17 Mei 2014.
Dowswell, C.R. R.L.Paliwal, and R. P.Cantrell. 1996. Maize in The Third World. Westview Press, New York.
El-Halim, A. A. 2013. Impact of alternate furrow irrigation with different irrigation intervals on yield, water use efficiency, and economic return of corn.Chilean Journal Agriculture 73 :19-32.
Hidayat, E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Institut Teknologi Bandung Press, Bandung.
Hyene, K.1987. Tumbuhan Berguna Indonesia-I.Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan Bogor, Bogor.
Karimuna, L., Safitri, dan L. O. Sabaruddin. 2009. Pengaruh jarak tanam dan pemangkasan terhadap kualitas silase dua varietas jagung (Zea mays L.) .Agripet. 9: 17-25.
Murni, A. M.,R. W. Arief. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung, Lampung.
Nurdin, P. Maspeke, Z. Ilahude, dan F. Zakaria. 2008. Pertumbuhan dan hasil jagung yang dipupuk N, P, dan K pada tanah vertisol Isimu Utara Kabupaten Gorontalo. Jurnal Tanah Tropis. 14: 49-56.
Palliwal, S. L. 2000. Tropical maiz morphology in: tropical maize: improvement and production. Food and Agriculture the United Nation. Rome.
Purwono. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Saenong S., M. Azrai, R. Arief, dan Rahmawati. 2007. Pengelolaan Benih Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
Shehzad, M. A., M. Maqsood, M. A. Bhatti, W. Ahmad, M. R. Shahid. 2012. Effects of nitrogen fertilization rate and harvest time on maize (Zea mays L.) fodder yield and its quality attributes. Asean Journal Biol Res. 2:19.
Subandi, I. M., and A. Blumenschein. 1988. National Coordinated Research Program: Corn. Central Research Institute for Food Crops, Bogor.
Syafruddin. 2002. Tolak ukur dan konsentrasi Al untuk penapisan tanaman jagung terhadap ketengangan Al. Berita Pusbanglitan.
Zubachtirodin dan Syuryawati. 2007. Produksi Benih Sumber Jagung Komposit (Bersari Bebas). Balai Penelitian Tanaman Serelia, Makassar.
LAMPIRAN
A. Lahan Pertanaman Jagung
B. Penampakan Jagung (Zea mays)
C. Dokumentasi bersama narasumber