Makalah Dasgro Acara 5

31
ACARA V PENGENALAN BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG DAERAH REJODANI I. TUJUAN 1. Mengetahui tahapan budidaya tanaman jagung 2. Mengetahui kendala dan cara mengatasinya dalam budidaya tanaman jagung di Kawasan Pertanian Rejodani II. TINJAUAN PUSTAKA Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, sesuai ditanam di wilayah bersuhu tinggi, dan pematangan tongkol ditentukan oleh akumulasi panas yang diperoleh tanaman.Luas pertanaman jagung di seluruh dunia lebih dari 100 juta ha, menyebar di 70 negara, termasuk 53 negara berkembang.Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai lingkungan. Jagung tumbuh baik di wilayah tropis hingga 50° LU dan 50° LS, dari dataran rendah sampai ketinggian 3.000 m di atas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan tinggi, sedang, hingga rendah sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al. 1996). Pusat produksi jagung di dunia tersebar di negara tropis dan subtropis. Tanaman jagung tumbuh optimal pada tanah yang gembur, drainase baik, dengan kelembaban tanah cukup, dan akan layu bila kelembaban tanah kurang dari 40% kapasitas lapang, atau

Transcript of Makalah Dasgro Acara 5

Page 1: Makalah Dasgro Acara 5

ACARA V

PENGENALAN BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG DAERAH REJODANI

I. TUJUAN

1. Mengetahui tahapan budidaya tanaman jagung

2. Mengetahui kendala dan cara mengatasinya dalam budidaya tanaman

jagung di Kawasan Pertanian Rejodani

II. TINJAUAN PUSTAKA

Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, sesuai

ditanam di wilayah bersuhu tinggi, dan pematangan tongkol ditentukan oleh

akumulasi panas yang diperoleh tanaman.Luas pertanaman jagung di seluruh

dunia lebih dari 100 juta ha, menyebar di 70 negara, termasuk 53 negara

berkembang.Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi

dengan baik pada berbagai lingkungan. Jagung tumbuh baik di wilayah tropis

hingga 50° LU dan 50° LS, dari dataran rendah sampai ketinggian 3.000 m di atas

permukaan laut (dpl), dengan curah hujan tinggi, sedang, hingga rendah sekitar

500 mm per tahun (Dowswell et al. 1996). Pusat produksi jagung di dunia tersebar

di negara tropis dan subtropis. Tanaman jagung tumbuh optimal pada tanah yang

gembur, drainase baik, dengan kelembaban tanah cukup, dan akan layu bila

kelembaban tanah kurang dari 40% kapasitas lapang, atau bila batangnya

terendam air. Pada dataran rendah, umur jagung berkisar antara 3-4 bulan, tetapi

di dataran tinggi di atas 1000 m dpl berumur 4-5 bulan. Umur panen jagung

sangat dipengaruhi oleh suhu, setiap kenaikan tinggi tempat 50 m dari permukaan

laut, umur panen jagung akan mundur satu hari (Hyene 1987).

Areal dan agroekologi pertanaman jagung sangat bervariasi, dari dataran

rendah sampai dataran tinggi, pada berbagai jenis tanah, berbagai tipe iklim dan

bermacam pola tanam. Tanaman jagung dapat ditanam pada lahan kering beriklim

basah dan beriklim kering, sawah irigasi dan sawah tadah hujan, toleran terhadap

kompetisi pada pola tanam tumpang sari, sesuai untuk pertanian subsistem,

pertanian komersial skala kecil, menengah, hingga skala sangat besar. Suhu

optimum untuk pertumbuhan tanaman jagung rata-rata 26-300C dan pH tanah 5,7-

Page 2: Makalah Dasgro Acara 5

6,8 (Subandi et al. 1988). Produksi jagung berbeda antardaerah, terutama

disebabkan oleh perbedaan kesuburan tanah, ketersediaan air, dan varietas yang

ditanam. Variasi lingkungan tumbuh akan mengakibatkan adanya interaksi

genotipe dengan lingkungan.

Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140 mm/bulan.Oleh karena

itu waktu penanaman harus memperhatikan curah hujan dan

penyebarannya.Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100

mm/bulan. Untuk mengetahui ini perlu dilakukan pengamatan curah hujan dan

pola distribusinya selama 10 tahun ke belakang agar waktu tanam dapat

ditentukan dengan baik dan tepat. Jagung menghendaki tanah yang subur untuk

dapat berproduksi dengan baik.Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan

unsur hara terutama nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah yang

banyak.Oleh karena pada umumnya tanah di Lampung miskin hara dan rendah

bahan organiknya, maka penambahan pupuk N, P dan K serta pupuk organik

(kompos maupun pupuk kandang) sangat diperlukan (Murni dan Arief, 2008).

Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah, dan

memberikan kondisi menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan

tanah, drainase dan aerasi yang kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada

kondisi lembab tetapi tidak terlalu basah.Tanah yang sudah gembur hanya diolah

secara umum.  Persiapan Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah

bongkah tanah agar diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi.

Tanah yang akan ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-

20 cm, kemudian diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih

banyak.Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan

diratakan.Pembukaan lahan pengolahan lahan diawali dengan membersihkan

lahan dari sisa sisa tanaman sebelumnya.Bila perlu sisa tanaman yang cukup

banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan

dengan pencangkulan dan pengolahan tanah dengan bajak.Pembentukan bedengan

dilakukan setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang

barisan tanaman.Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini

dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.Pada daerah dengan pH kurang

dari 5, tanah harus dikapur.Jumlah kapur yang diberikan berkisar antara 1-3 ton

Page 3: Makalah Dasgro Acara 5

yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian dilakukan dengan cara menyebar kapur

secara merata atau pada barisan tanaman, sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat

pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan cara disebar ada barisan

tanaman. Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara

yang cukup maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan

tanaman sangat bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap.

Anjuran dosis rata-rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100 kg/ha dan

KCl=50-100 kg/ha. Adapun cara dan dosis pemupukan untuk setiap hektar: 

Pemupukan dasar: 1/3 bagian pupuk Urea dan 1 bagian pupuk TSP diberikan saat

tanam, 7 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm lalu ditutup tanah;

Susulan I: 1/3 bagian pupuk Urea ditambah 1/3 bagian pupuk KCl diberikan

setelah tanaman berumur 30 hari, 15 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam

sedalam 10 cm lalu di tutup tanah; Susulan II: 1/3 bagian pupuk Urea diberikan

saat tanaman berumur 45 hari (Anonim, 2011).

Lubang tanam pada budidaya jagung dibuat dengan cara ditugal,

kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung

disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam

semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak

tanamnya 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari,

jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang). Panen <>E. Pengelolaan

Tanaman.Faktor varietas, jarak tanam dan pemang-kasan berpengaruh terhadap

kualitas silase daun jagung hasil pangkasan. Jarak tanam yang terlalu lebar

maupun terlalu rapat dapat menurunkan kualitas silase baik pada varietas Bisi-2

maupun varietas lokal ( Karimuna et al., 2009).

Bahan penjenis, benih dasar, dan benih pokok.Benih Penjenis/Breeder’s

Seeds (BS) adalah benih asal yang dihasilkan dari benih inti yaitu benih dari

program pembentukan varietas yang merupakan hasil persilangan antara famili

atau galur.Benih Penjenis (BS) ini digunakan sebagai sumber, Benih

Dasar/Foundation Seeds (BD/FS) adalah benih yang diperoleh dari hasil

perbanyakan benih penjenis, dan (3) Benih Pokok/Stock Seeds (BP/SS) adalah

benih yang diperoleh dari hasil perbanyakan benih dasar. Benih pokok ini

digunakan sebagai sumber benih untuk memproduksi kelas benih sebar /extension

Page 4: Makalah Dasgro Acara 5

seeds (BR/ES) yaitu benih yang digunakan petani untuk memproduksi jagung

dengan tujuan konsumsi. Perbanyakan benih kelas BS ini langsung di bawah

pengawasan pemulia dari instansi pelepas varietas unggul tersebut (dalam hal ini

adalah Balitsereal), sedangkan benih FS/BD sampai ES/BR di bawah pengawasan

Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) (Zubachtirodin dan Syuryawati,

2007). Tiga hal penting yang berkaitan dengan kualitas benih adalah: (1) teknik

produksi benih berkualitas; (2) teknik mempertahankan kualitas benih yang telah

dihasilkan dan pendistribusian; dan (3) teknik deteksi atau mengukur kualitas

benih. Selanjutnya, tiga kriteria kualitas benih yang perlu diketahui adalah: (a)

kualitas genetik, yaitu kualitas benih yang ditentukan berdasarkan identitas

genetik yang telah ditetapkan oleh pemulia dan tingkat kemurnian dari varietas

yang dihasilkan, identitas benih yang dimaksud tidak hanya ditentukan oleh

tampilan benih, tetapi juga fenotipe tanaman; (b) kualitas fisiologi, yaitu kualitas

benih yang ditentukan oleh daya berkecambah/daya tumbuh dan ketahanan

simpan benih; (c) kualitas fisik, ditentukan oleh tingkat kebersihan, keseragaman

biji dari segi ukuran maupun bobot, kontaminasi dari benih tanaman lain atau biji

gulma, dan kadar air (Saenong et al., 2007).

Selama pertumbuhan tanaman, dilakukan pemeliharaan tanaman yang

meliputi: penyulaman pada umur 7 HST, penjarangan menjadi satu tanaman

terbaik per lubang tanam dilakukan pada umur 14 HST, penyiangan dilakukan

terhadap herba setiap 10 hari sampai kanopi tanaman menutupi permukaan

tanaman dengan baik, pembumbunan dilakukan pada umur 28 HST, penyiraman

dilakukan pada satu hari sebelum tanam dan setelah tanam apabila tidak turun

hujan. Pengendalian hama dan penyakit tanamandilakukan dengan menggunakan

insektisida Furadan 3G untuk mengendalikan nematode dengan takaran 20 kg ha-

1, Sevin 85 S untuk mengendalikan hama belalang dengan takaran 2 g L-1.

Kegiatan ini dilaksanakan bila terlihat ada gejala serangan terhadap tanaman

peraga, sehingga tidak sampai menggangu perkembangan tanaman.Tanaman

dipanen apabila tongkol telah masak dengan kriteria kelobot telah kering dan

keras. Pada umur 100 HST bagian tanaman yang dipanen meliputi batang, daun

tanaman, daun kelobot, batang tongkol, malai , akar dan biji tanaman (Nurdin,

2008).

Page 5: Makalah Dasgro Acara 5

Pengairan merupakan faktor penting dalam budidaya tanaman jagung.

Kekurangan air berpengaruh pada produktivitas tanaman. Kelebihan air (lahan

tergenang dalam jangka waktu lama) juga menyebabkan tanaman jagung mati.

Apabila lahan yang digunakan memiliki jaringan irigasi dan persediaan air yang

cukup maka lakukan pengairan setiap 10 hari sekali dengan cara mengalirkan

pada larikan dan secepatnya dibuang dan dipastikan  tidak ada yang menggenang.

Apabila lahan yang digunakan merupakan lahan tanpa irigasi atau lahan darat

yang tidak mempunyai persediaan air (sungai, danau, rawa, dll) maka pengairan

bisa dilakukan dengan sistem irigasi sumur atau disiram secara manual( pada

dasarnya jagung tidak memerlukan banyak air). Buat sumur galibor di dekat lahan

dan alirkan air dengan menggunakan pompa. 10 hari menjelang panen sebaiknya

pengairan dihentikan agar proses pengeringan tongkol dapat dipercepat.Selan itu

irigasi dengan interval irigasi yang sesuai (interval 7 hari) dapat digunakan

sebagai metode yang efisien untuk produksi jagung di daerah kering di mana

produksi sangat bergantung pada irigasi ( El-halim, 2013). Irrigasi yang baik

tentunya akan berimbas kepada hasil panen yang baik pula. Adapun untuk

menghasilkan panen jagung yang cocok untuk pakan ternak adalah dengan tingkat

pemupukan nitrogen yang optimal (180 kg N ha-1) dan waktu panen yang sesuai

(65 hari setelah tanam) (Shehzad et al., 2012).

Page 6: Makalah Dasgro Acara 5

III. METODOLOGI PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Praktikum Dasar-dasar Agronomi acara V, mengenai “Pengenalan

Budidaya Tanaman Jagung di Kawasan Pertanian Rejodani”, dilaksanakan pada

hari Kamis, 15 Mei 2014, bertempat di Kawasan Pertanian Rejodani, Yogyakarta.

Pada praktikum ini dilakukan beberapa pengamatan dalam pengenalan budidaya

tanaman jagung dengan cara mengunjungi lahan pertanian, wawancara dengan

petani jagung, serta dengan identifikasi morfologi tanaman jagung. Ketentuan

wawancara berkenaan dengan proses budidaya tanaman jagung, dimulai dari

syarat tumbuh tanaman jagung, persiapan lahan, persiapan bahan tanam,

penanaman tanaman jagung, pemeliharaan tanaman, pascapanen, serta pemasaran

hasil panen tanaman jagung. Alat yang dibutuhkan pada pengamatan ini berupa

kamera, alat tulis, dan alat perekam suara.

Pada awal kegiatan praktikum, dilakukan pengamatan pada lahan

pertanaman petani jagung secara langsung. Kemudian, dilakukan wawancara

dengan petani jagung untuk mengetahui proses budidaya tanaman jagung sesuai

dengan ketentuan. Selanjutnya, hasil yang telah didapat dibandingkan dengan

budidaya tanaman jagung sesuai dengan teori. Selain itu, setiap kegiatan di

lapangan, seperti kegiatan wawancara, pengenalan lahan pertanaman jagung, dan

pengenalan morfologi tanaman didokumentasikan. Pengenalan bagian-bagian

tanaman atau bagian morfologi tanaman dapat dicari berdasarkan pustaka, apabila

tidak dapat didokumentasikan pada saat praktikum di lapangan.

Page 7: Makalah Dasgro Acara 5

IV. HASIL DAN PEMBAHASANPada kegiatan wawancara yang berlangsung pada Kamis, 15 Mei 2014 lalu

kelompok kami melakukan wawancara kepada Bapak Tejo Suyono, yaitu seorang

pensiunan instansi BPN. Walaupun begitu beliau memiliki banyak pengalaman

tentang pertanian karena dari kecil sudah ikut orangtuanya bertani diladang. Pada

kesempatan kali ini Pak Tejo memilih menanam tanaman jagung walapun sedang

tidak musim tanamanya, oleh karena itu dari sekalian luas lahan di Kawasan

Pertanian daerah Rejodani. Pada saat hanya lahan milik Pak Tejo yang ditanami

jagung, karena musim hujan pada saat itu sebenarnya sedang tidak sesuai untuk

ditanami jagung. Beliau memilih menanam jagung dibanding lombok seperti yang

dilakukan oleh petani lainnya karena untuk mengurangi resiko harga lombok yang

kurang menguntungkan. Walaupun demikian beliau tidak terlalu berorientasi pada

keuntungan karena tujuan lain beliau menanam jagung adalah untuk

memanfaatkan lahan kosong miliknya, karena sedang dalam masa peralihan dari

tanaman padi ke tanamanan polowijo.

Tanaman jagung termasuk famili rumput-rumputan (graminae) dari

subfamili myadeae.Morfologi tanaman jagung meliputi system perakaran, batang

dan daun, bunga, tongkol, malai.Tanaman jagung mempunyai habitus tegak, daun

berbentuk pita dimana permukaan daun bagian atas berbulu sedang permukaan

bawah halus, tangkai daun kecil atau hampir tidak ada, bentuk batang bulat tidak

bercabang dan struktur akarnya serabut. Hidup di tempat yang cukup air, daun

berbentuk pita, batang tidak bercabang (Hidayat, 1995).

Gambar 1. Morfologi Jagung (Zea mays)

Sumber : <http://jagungbisi.com/budidaya/morfologi-tanaman-jagung/>

Page 8: Makalah Dasgro Acara 5

Sistem perakaran jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam

akar, yaitu (a) akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga.

Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio.

Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan

tanah. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari  buku di ujung

mesokotil, kemudian set akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan

dan terus ke atas antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar

adventif berkembang menjadi serabut akar tebal.Akar seminal hanya sedikit

berperan dalam siklus hidup jagung.Akar adventif berperan dalam pengambilan

air dan hara. Bobot total akar jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan

48% akar nodal. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada

dua atau tiga buku di atas permukaan tanah.Fungsi dari akar penyangga adalah

menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang.Akar ini juga

membantu penyerapan hara dan air. Perkembangan akar jagung (kedalaman dan

penyebarannya) bergantung pada varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia

tanah, keadaan air tanah, dan pemupukan. Akar jagung dapat dijadikan indikator

toleransi tanaman terhadap cekaman aluminium.Tanaman yang toleran

aluminium, tudung akarnya terpotong dan tidak mempunyai bulu-bulu akar

(Syafruddin, 2002).

Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk

silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat

tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi

tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu

Gambar 1.1 Morfologi perkembangan akar jagung

Sumber : <http://jagungbisi.com/budidaya/morfologi-tanaman-jagung/>

Page 9: Makalah Dasgro Acara 5

kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith).

Bundles vaskuler tertata dalam lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles

yang tinggi, dan lingkaran-lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan

bundles berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler

yang tinggi di bawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Terdapat

variasi ketebalan kulit antar genotipe yang dapat digunakan untuk seleksi toleransi

tanaman terhadap rebah batang. Genotipe jagung yang mempunyai batang kuat

memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah

epidermis batang dan sekeliling bundles vaskuler (Paliwal, 2000).

Setiap daun tanaman jagung terdiri atas helaian daun, ligula, dan pelepah

daun yang erat melekat pada batang. Jumlah daun sama dengan jumlah buku

batang. Jumlah daun umumya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya

daun yang terbuka sempurna adalah 3-4 hari setiap daun.Tanaman jagung di

daerah tropis mempunyai jumlah daun relatif lebih banyak dibanding di daerah

beriklim sedang (temperate) (Paliwal, 2000).Bentuk ujung daun jagung berbeda,

yaitu runcing, runcing agak bulat, bulat, bulat agak tumpul, dan

tumpul.Berdasarkan letak posisi daun (sudut daun) terdapat dua tipe daun jagung,

yaitu tegak (erect) dan menggantung (pendant). Daun erect biasanya memiliki

sudut antara kecil sampai sedang, pola helai daun bisa lurus atau bengkok. Daun

pendant umumnya memiliki sudut yang lebar dan pola daun bervariasi dari lurus

sampai sangat bengkok. Jagung dengan tipe daun erect memiliki kanopi kecil

sehingga dapat ditanam dengan populasi yang tinggi. Kepadatan tanaman yang

tinggi diharapkan dapat memberikan hasil yang tinggi pula (Syafruddin, 2002).

Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga

jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman.Serbuk sari (pollen) adalah

Gambar 1.2 Morfologi penampakan batang dan daun jagung

Sumber : <http://mentari-dunia.blogspot.com/2013/05/morfologi-tanaman-jagung.html>

Page 10: Makalah Dasgro Acara 5

trinukleat. Pollen memiliki sel vegetatif, dua gamet jantan dan mengandung

butiran-butiran pati.Dinding tebalnya terbentuk dari dua lapisan, exine dan intin,

dan cukup keras. Karena  adanya perbedaan perkembangan bunga pada spikelet

jantan yang terletak di atas dan bawah dan ketidaksinkronan matangnya spike,

maka pollen pecah  secara kontinu dari tiap tassel dalam tempo seminggu atau

lebih (Palliwal 2000).

Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang

matang pada tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga 30,5 cm

atau lebih sehingga keluar dari ujung kelobot. Panjang rambut jagung bergantung

pada panjang tongkol dan kelobot.Dalam keadaan tercekam (stress) karena

kekurangan air, keluarnya rambut tongkol kemungkinan tertunda.Tanaman jagung

mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.Tongkol jagung diselimuti

oleh daun kelobot.Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih

dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada bagian

bawah.Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang jumlahnya selalu genap

(Syafruddin, 2002).

Syarat tumbuh tanaman jagung sebenarnya meliputi banyak hal, mulai dari

tanah yang memiliki drainase lancar dan cukup kaya akan humus dengan pH

tanah sekitar 5,5-7, kondisi iklim yang umumnya sejuk hingga panas, pengairan

yang cukup karena tanaman jagung mampu tumbuh dengan kadar air yang sedikit

namun tetap butuh pengairan dan tidak se intens pengairan pada padi. Pak Tejo

mengolah lahan seluas 800m2 miliknya menjadi perkebunan jagung yang ditanam

dengan jarak 20-30cm. Bibit jagung didapatkan dengan membeli pada toko

Gambar 1.3 Morfologi tongkol jagung

Sumber : <http://jagungbisi.com/budidaya/morfologi-tanaman-jagung/>

Page 11: Makalah Dasgro Acara 5

pertanian di perkampungannya yang telah tersedia berbagai macam bibit tanaman

perkebunan, untuk menanam jagung dengan luas lahan selebar 800m2 dibutuhkan

bibit jagung sebanyak kurang lebih setengah kilo dengan harga bibit perkilo

sekitar Rp. 80.000,-. Tanah seluas 800m2 akan dijadikan sebagai tempat

penjemuran tembakau milik anaknya saat panen nanti, tetapi sebelum panen

tembakau beliau menjadikan tanah tersebut sebagai perkebunan jagung yang

ditanam nya bersama para tetangga yang ikut membantu. Selain dapat mengurangi

biaya persiapan lahan baru, pemanfaatan lahan juga dapat mengurangi tenaga

untuk menggemburkan kembali lahan yang sbelumnya telah digunakan untuk

penanaman padi. Teknik penanaman yang digunakan oleh Pak Tejo yaitu dengan

tanah bumbun dimana setelah tanah digemburkan kemudian dibuat gundukan-

gundukan atau penaikan tanah untuk menutup daerah perakaran, dengan

membuat lubang terlebih dahulu kemudian dilakukan teknik pembumbunan.

Setiap lubang diisi satu bibit tanam.

Pemberian pupuk dilakukan dengan metode broadcast application yaitu

dengan menyebar pupuk diatas permukaan tanah, seharusnya pada tanaman

jagung dilakukan dengan Localized Application dimana pupuk diberikan dekat

dengan biji atau tanaman dengan melingkarkan pupuk pada sekitar tanaman.

Tetapi karna minimnya pekerja maka Bapak Tejo mengambil langkah pemberian

pupuk yang tidak memakan waktu lama. Pupuk yang digunakan adalah pupuk

ponska yang dibeli dengan harga Rp. 120.000,- dan urea dengan harga Rp.

90.000,- pemberian kedua jenis pupuk ini dengan perbandingan 1:2. Saat ini umur

tanaman jagung Pak Tejo sekitar 1 bulan, beliau baru pertama kali menanam

jagung untuk mengisi waktu luangnya setelah pensiun sembari menunggu panen

tembakau milik anaknya. Menurut literatur pemberian pupuk yang baik dilakukan

secara intensif dengan tingkat umur tertentu, pemberian pupuk dasar

menggunakan 1/3 bagian pupuk urea ditambahh satu bagian TSP saat awal

melakukan penanaman, pada umur 30 hari (1 bulan) merupakan tahap susulan 1

dimana tanaman jagung diberikan 1/3 bagian pupuk urea ditambah 1/3 bagian

dengan KCl, pemupukan selnajutnya dengan memberikan saat tanaman jagung

berumur 45 haru dengan tahap susulan 2, dimana diberikan 1/3 bagian pupuk

urea(Anonim, 2013). Teknik pengairan atau irigasi yang dilakukan adalah dengan

Page 12: Makalah Dasgro Acara 5

Survace Irigation yaitu dengan mengalirkan air pada pemukaan tanah diantara

barisan tanaman, teknik ini cenderung boros tetapi mudah dan murah dilakukan.

Karena disekitar lahan beliau terdapat sungai kecil maka teknik ini dipilih Bapak

Tejo karena akan memudahkan dalam mengambil air saat akan mengalirkan

diantara baris tanam.

Hama yang sering dihadapi saat penanaman adalah ulat. Ulat dapat

merusak tanaman dengan memakan bagian bagian tanaman, seperti pada daun,

batang maupun bonggol jagung yang muncul saat musim panen. Bapak Tejo

mengatasi hama ulat ini dengan memberi larutan insektisida disekitar tanaman

jagungnya. Selain itu, tikus juga dapat menggangu hasil tanam yang dibudidaya,

cara yang biasa dilakukan untuk menghilangkannya adalah dengan penyergapan

yang dilakukan bersama-sama oleh masayarkat atau kelompok tani setempat.

Penyergapan dilakukan dengan mencari hingga sarang tikus dan dihilangkan

faktor yang menyebabkan adanya sarang tikus seperti penumpasan rumput liar

yang tumbuh disekitar lahan pertanian.

Karena Bapak Tejo dapat dibilang pemula sebagai petani jagung, beliau

belum memiliki pengalaman pasca panen. Saat panen beliau berencana akan

menjual hasil panennya pada tetangga sekitarnya dan membagi hasil dengan para

pekerjanya yang tidak lain juga merupakan tetangga nya sendiri. Beliau tidak akan

mendistribusikan hasil panennya tersebut keluar tetapi pelanggan lah yang datang

ke rumahnya untuk membeli. Pak Tejo akan menjual dengan harga Rp.

3.000,-/kg.Selain itu, daun jagung hasil panennya juga akan dijual sebagai pakan

ternak, dengan begitu seluruh hasil panen dapat dimanfaatkan semaksimal

mungkin dan penambah pendapatan.

Jagung hibrida memiliki keunggulan dalam produksi yang tinggi dan

ketahanan terhadap beberapa penyakit yang sering menyerang tanaman jagung.

Produksi yang tinggi dengan kestabilannya dapat memenuhi kebutuhan sekaligus

sebagai bahan ternak yang baik untuk hewan, dengan begitu beliau dan peternak

dapat saling timbal balik dalam meberikan manfaat bagi usahanya. Sedangkan

pada jagung manis banyak mengandung gula sehingga cocok sebagai bahan

pangan, selain itu masyarakat juga lebih banyak mengenal jagung manis sehingga

daya tarik terhadap konsumen akan lebih besar, tetapi jagung manis belum banyak

Page 13: Makalah Dasgro Acara 5

dibudidayakan oleh petani, karena bibitnya yang cenderung lebih mahal serta

ancaman penyakit bulai (Purwono, 2005).

Jika diperhatikan dengan analisa usaha tani maka pendapatan Pak Tejo,

dapat dibentuk prediksi rincian pengeluaran, hasil produksi jagung, dan

pendapatan yang diperoleh Pak Tejo sebagai berikut.

Keperluan Harga Banyak yang

Dibutuhkan

Biaya yang dikeluarkkan

Benih Rp80000 0,5 Rp40000

Pupuk Ponska Rp120000/50kg 250 kg Rp600000

Pupuk Urea Rp90000/50kg 450 kg Rp810000

Lain-lain Rp500000

Total Rp1950000

Tabel 1. Rincian Biaya Budidaya Jagung

Luas

Lahan

Jarak Tanam Banyak Tanaman Banyak Tongkol

800m2 (20x30)cm= 0,06 m2 800m2/0,06 m2= 13333 13333x2=26666

Tabel 2. Luas Lahan serta Perkiraan Jumlah Tanaman dan Tongkol yang

Dihasilkan

1 kg = ± 14

tongkol jagung

Massa hasil produksi

(kg)

Harga/kg =

Rp 3000

Harga Keseluruhan

26666/14= 1,9 ton Rp3000x1904=

Rp5700000

Harga pakan ternak belum dapat ditentukan

Total pendapatan dibagi rata dengan seluruh pekerja (3orang)

Rp5700000 – Rp1950000= Rp3750000

Rp3750000 : 3 = Rp1250000

Page 14: Makalah Dasgro Acara 5

Tabel 3.Perkiraan Harga Total Penjualan Hasil Produksi Tanaman Jagung

Berdasarkan Tabel 1.dapat diketahui bahwa modal awal atau biaya

budidaya tanaman jagung yang dilakukan Pak Tejo mencapai Rp1950000, sesuai

dengan rincian pada tabel. Biaya lainnya yang termasuk dalam kegiatan budidaya

ini adalah biaya penggunaan pestisida dengan kadar yang sedikit dan penggunaan

traktor untuk mengolah tanah sebelum lahan ditanami jagung. Selain itu, biaya

tenaga kerja tidak dimasukkan ke dalam rincian anggaran, dikarenakan Pak Tejo

sendiri yang melakukan budidaya jagung di lahan pribadinya, serta dibantu oleh

tetangga yang pemberian upahnya akan dibagi bersama tergantung dari besar

keuntungan yang didapat.

Pada Tabel 2.diketahui bahwa perkiraan jumlah tanaman yang tumbuh

pada lahan sekitar 13333 tanaman jagung, atau kemungkinan kurang dari jumlah

tersebut dikarenakan penentuan lahan yang kurang tepat akibat total luas lahan

dikurangi dengan luas lahan untuk irigasi, pematang sawah dan sebagainya. Selain

itu, jumlah tongkol yang dihasilkan oleh setiap tanaman jagung bisa jadi kurang

dari 2 buah tongkol, dikarenakan kurangnya petani dalam memperhatikan tahap-

tahap budidaya tanaman jagung yang benar.

Pak Tejo menjelaskan bahwa tongkol jagung yang dipanen akan dijual

dengan harga Rp3000/kg, dimana 1 kg terdiri dari ± 14 tongkol jagung (Tabel 3.).

Prediksi untuk menentukan jumlah harga penjualan dari keseluruhan tanaman

yang dihasilkan sedikit sulit untuk dibentuk rinciannya. Hal ini disebabkan petani

tersebut merupakan pemula dalam menanam jagung dan pada saat itu bukanlah

musim yang optimal untuk menanam jagung, sehingga petani tidak terlalu

mementingkan proses budidaya serta rincian usaha taninya. Selain itu, tujuan

budidaya jagung yang dilakukan petani hanya untuk memanfaatkan lahan kosong

miliknya, yang sedang dalam masa peralihan dari penanaman tanaman padi ke

tanaman palawija.

Berdasarkan Tabel 3.diprediksi harga total penjualan jagung yang didapat

sekitar Rp5700000, ditambah lagi dengan batang dan daun tanaman jagung yang

akan dijual menjadi pakan ternak belum dapat ditentukan harganya, karena Pak

Tejo merupakan petani jagung awam. Pendapatan yang didapat direncanakan akan

Page 15: Makalah Dasgro Acara 5

dibagi rata dengan 2 orang pekerja lainnya. Sehingga pendapatan yang didapat

setiap pekerja berdasarkan perhitungan adalah Rp1250000.

Dengan melihat profil usaha tani milik Bapak Tejo dapat dikatakan bahwa

cara budidaya yang dilakukan masih sederhana terlihat dari usaha tani yang

dilakukan masih sederhana walapun sudah menggunakan traktor dan pengolahan

lahan maupun pemeliaharaan yang dilakukan belum maksimal karena alasan

menghemat biaya produksi. Padahal, jika Pak Tejo melakukan melakukan

budidaya tanaman jagungdengan memperhatikan panca usaha tani dengan benar,

maka hasil yang didapat lebih maksimal dan alangkah lebih baik lagi jika

ditambah dengan memperhatikan pasca panen dan pemasaran sehingga menjadi

sapta usaha tani, yangmengakibatkan pendapatan yang didapat akan lebih besar.

Namun, keterbatasan usia Pak Tejo dan kurangnya tenaga kerja dibidang

pertanian menjadi salah satu faktor penghambat terlaksananya budidaya tanaman

jagung yang benar sesuai panca usaha tani. Selain itu, setelah panen, Pak Tejo

juga tidak memasarkan hasil produksi tanaman jagung miliknya, melainkan

konsumenlah yang akan datang dan membeli produk jagung yang dihasilkan.

Bagian daun dan batang jagung setelah dipanen direncanakan akan dijual untuk

pakan ternak.

Page 16: Makalah Dasgro Acara 5

V. KESIMPULAN

Dari kegiatan praktikum dan wawancara yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa:

1. Tahapan budidaya yang dilakukan oleh narasumber masih belum

maksimal karena kurang memperhatikan panca usaha tani dan sapta

usaha tani. Selain itu, petani tersebut adalah seorang petani jagung

pemula, ditambah lagi pada saat itu bukanlah musim yang tepat untuk

mendapatkan hasil budidaya tanaman jagung yang optimal. Namun,

beberapa tahapan seperti persiapan lahan, persiapan benih,

pemeliharaan, dan pasca panennya hingga pemasaran tetap

diperhatikan dengan teknik dan cara yang berbeda.

2. Kendala dalam budidaya tanaman jagung dilapangan adalah hama ulat

dan tikus. Untuk hama ulat diatasi dengan insektisida dengan

konstentrasi kecil, sedangkan untuk hama tikus diatasi dengan cara

menangkap tikus bersama-sama oleh warga.Apabila hasil panen

tanaman jagung kurang memuaskan, mengingat dengan tahapan

budidaya yang kurang sesuai, petani akan menjualnya sebagai pakan

ternak, baik berupa tongkol jagung maupun batang dan daun jagung.

Page 17: Makalah Dasgro Acara 5

DAFTAR PUSTAKA

Anonima. 2011. Pengolahan Lahan Tanaman Jagung. <http://www. agromaret. com>. Diakses pada tanggal 18 Mei 2014.

Anonimb. 2013. Pemupukan Jagung. <http://www.anneahira.com/pemupukan-jagung.html>. Diakses pada tanggal 17 Mei 2014.

Dowswell, C.R. R.L.Paliwal, and R. P.Cantrell. 1996. Maize in The Third World. Westview Press, New York.

El-Halim, A. A. 2013. Impact of alternate furrow irrigation with different irrigation intervals on yield, water use efficiency, and economic return of corn.Chilean Journal Agriculture 73 :19-32.

Hidayat, E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Institut Teknologi Bandung Press, Bandung.

Hyene, K.1987. Tumbuhan Berguna Indonesia-I.Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan Bogor, Bogor.

Karimuna, L., Safitri, dan L. O. Sabaruddin. 2009. Pengaruh jarak tanam dan pemangkasan terhadap kualitas silase dua varietas jagung (Zea mays L.) .Agripet. 9: 17-25.

Murni, A. M.,R. W. Arief. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung, Lampung.

Nurdin, P. Maspeke, Z. Ilahude, dan F. Zakaria. 2008. Pertumbuhan dan hasil jagung yang dipupuk N, P, dan K pada tanah vertisol Isimu Utara Kabupaten Gorontalo. Jurnal Tanah Tropis. 14: 49-56.

Palliwal, S. L. 2000. Tropical maiz morphology in: tropical maize: improvement and production. Food and Agriculture the United Nation. Rome.

Purwono. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Saenong S., M. Azrai, R. Arief, dan Rahmawati. 2007. Pengelolaan Benih Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.

Shehzad, M. A., M. Maqsood, M. A. Bhatti, W. Ahmad, M. R. Shahid. 2012. Effects of nitrogen fertilization rate and harvest time on maize (Zea mays L.) fodder yield and its quality attributes. Asean Journal Biol Res. 2:19.

Subandi, I. M., and A. Blumenschein. 1988. National Coordinated Research Program: Corn. Central Research Institute for Food Crops, Bogor.

Page 18: Makalah Dasgro Acara 5

Syafruddin. 2002. Tolak ukur dan konsentrasi Al untuk penapisan tanaman jagung terhadap ketengangan Al. Berita Pusbanglitan.

Zubachtirodin dan Syuryawati. 2007. Produksi Benih Sumber Jagung Komposit (Bersari Bebas). Balai Penelitian Tanaman Serelia, Makassar.

Page 19: Makalah Dasgro Acara 5

LAMPIRAN

A. Lahan Pertanaman Jagung

B. Penampakan Jagung (Zea mays)

Page 20: Makalah Dasgro Acara 5

C. Dokumentasi bersama narasumber