tugas makalah hukum acara perdata.docx

22
KATA PENGANTAR Suatu makalah yang saya susun ini berdasarkan dari apa yang telah saya pelajari dari Hukum Acara Perdata khususnya pada Putusan Pengadilan (Putusan Sela), yang manadalam ssistem hukum Acara perdata di indonesia mempunyai tahapan-tahapan yang harusdilewati oleh mereka yang mempunyai perkara atau sengketa dalam hal PERDATA. Namunmakala yang saya tulis ini berjudul Putusan sela. Karena dalam proses pemeriksaan dipengadilan ada proses-proses yang akan dilwatioleh pihak penggugat dan tergugat dalam meyakinkan hakim untuk memberikan dalil yangdisertai oleh bukti-bukti, dalam proses pemeriksaan di pengadilan hakim bersifat pasif,dimana penggugat atau tergugat lah yang akan meyakinkan hakim bahwah hak ataukewajiban yang menjadi sengketa tersebut merupakan tanggung jawab pengugat atau tergugat(Penggugat dan Tergugat bersifat aktif)Karena itu penulis tertarik untuk menulis makala ini yang membahas hukum acaraperdata khususnya pada putusan pengadilan ditahap putusan sela.

Transcript of tugas makalah hukum acara perdata.docx

KATA PENGANTAR Suatu makalah yang saya susun ini berdasarkan dari apa yang telah saya pelajari dariHukum Acara Perdata khususnya pada Putusan Pengadilan (Putusan Sela), yang manadalam ssistem hukum Acara perdata di indonesia mempunyai tahapan-tahapan yang harusdilewati oleh mereka yang mempunyai perkara atau sengketa dalam hal PERDATA. Namunmakala yang saya tulis ini berjudulPutusan sela.Karena dalam proses pemeriksaan dipengadilan ada proses-proses yang akan dilwatioleh pihak penggugat dan tergugat dalam meyakinkan hakim untuk memberikan dalil yangdisertai oleh bukti-bukti, dalam proses pemeriksaan di pengadilan hakim bersifat pasif,dimana penggugat atau tergugat lah yang akan meyakinkan hakim bahwah hak ataukewajiban yang menjadi sengketa tersebut merupakan tanggung jawab pengugat atau tergugat(Penggugat dan Tergugat bersifat aktif)Karena itu penulis tertarik untuk menulis makala ini yang membahas hukum acaraperdata khususnya pada putusan pengadilan ditahap putusan sela.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiBAB I PENDAHULUAN 11.1 Latar Belakang 11.2 Rumusan Masalah 11.3 Tujuan Penulisan 11.4 Manfaat Penulisan 1

BAB II PEMBAHASAN PUTUSAN Sela 22.1 Arti Putusan Sela 22.2 Isi Putusan Sela 3 2.3 JenisPutusan Sela 4

BAB III PENUTUP 6DAFTAR PUSTAKA 7

BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangHukum acara perdataadalah Peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranyamenjamin ditaatinya hukum acara perdata materil dengan perantaraan hakim. Dengan katalain hukum acara perdata merupakan rangkaian-rangkaian peraturan-peraturan yang memuatcara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan di muka pengadilan dan cara bagaimanapengadilan itu harus bertindak, satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturan-peraturan hukum perdata materil.Lebih konkrit lagi dapatlah dikatakan, bahwah hukum acara perdata mengatur tentangbagaimana caranya mengajukan tuntutan hak, memeriksa serta memutuskan dan sertapelaksanaan dari pada putusannya. Tuntutan hak dalam hal ini tidak lain adalah tindakanyang bertujuan memperoleh perlindungan hukum yang diberikan oleh pengadilan untuk mencegah eigenrichting atau tindakan menghakimi sendiri. Dalam hal ini hakim dalam pengadilan akan mengambil keputusan terhadap perkara-perkara yang melawan hukum maupun yang melanggar hukum. Putusan pengadilan sesuaidengan ketentuan pasal 178 HIR , Pasal 189 RBG, apabila pemeriksaan perkara selesai,Majelis Hakim karena jabatannya melakukan musyawarah untuk mengambil putusan yangakan dijatuhkan.Arti putusan Pengadilan adalah suatu pernyataan yang oleh hakim sebagai pejabatnegara yang diberi wewenang untuk itu diucapkan dipersidangan dan bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara pihak. Bukan hanya yangdiucapkan saja tetapi juga pernyataan yang dituangkan dalam bentuk tulisan dan diucapkanoleh hakim di muka sidang karena jabatan ketika bermusyawarah hakim wajib mencukupkansemua alasan-alasan hukum yang tidak dikemukakan oleh kedua belah pihak.Hakim wajib mengadili semua bagian gugatan. Pengadilan menjatuhkan putusan atasha-hal yang tidak diminta atau mengabulkan lebih dari yang digugat.Bentuk penyelesaian perkara dibedakan atas 2 yaitu:1. Putusan / vonis2. Penetapan / beschikkingSuatu putusan diambil untuk suatu perselisihan atau sengketa sedangkan suatupenetapan diambil berhubungan dengan suatu permohonan yaitu dalam rangka yangdinamakan yuridiksi voluntain.M. Yahya Harahap, S.H. Hukum Acara Perdata.hlm 797.

Proses pemeriksaan dianggap selesai, apabila telah menempu tahap jawaban daritergugat sesuai Pasal 121 HIR, Pasal 113 Rv, yang dibarengi dengan replik dari penggugatberdasarkan Pasal 115 Rv, maupun duplik dari tergugat, dan dilanjutkan dengan proses tahappembuktian dan konklusi. Jika semua tahap ini telah tuntas diselesaikan, majelis menyatakanpemeriksaan ditutup dan prosesselanjutnya adalah menjatuhkan atau pemgucapan putusan.Mendahului pengucapan putusan itulah tahap musyawarah bagi majelis untuk menentukanputusan apa yang hendak dijatuhkan kepada pihak yang berperkara.Pengadilan dalam mengambil suatu putusan diawali dengan uraian mengenai asasyang mesti ditegakkan, agar putusanyang dijatuhkan tidak mengandung cacat. Asas tersebutdijelaskan dalam Pasal 178 HIR, Pasal 189 RGB, dan Pasal 19 UU No. 4 Tahun 2004 (duludalam Pasal 18 UU No. 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman).Putusan hakim terdiri dari:1. Kepala putusanSuatu putusan haruslan mempunyai kepala pada bagian atas putusan yang berbunyiDemi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 4 (1) UU No. 14 / 1970kepala putusan ini memberi kekuatan eksektorial pada putusan apabila tidak dibubuhkanmaka hakim tidak dapat melaksanakan putusan tersebut.2. Identitas pihak yang berperkara.Didalam putusan harus dimuat identitas dari pihak: nama, alamat, pekerjaan dan namadari pengacaranya kalau para pihak menguasakan pekerjaan kepada orang lain.3. Pertimbangan atau alasan-alasan.Pertimbangan atau alasan putusan hakim terdiri atas dua bagian yaitu pertimbangantentang dudu perkara dan pertimbangan tentang hukumnya.

Pasal 184 HIR/195 RBG/23 UU No 14/1970 menentukan bahwa setiap putusan dalamperkara perdata harus memuat ringkasan gugatan dan jawaban dengan jelas, alasan dan dasarputusan, pasal-pasal serta hukum tidak tertulis, pokok perkara, biaya perkara serta hadirtidaknya pihak-pihak yang berperkara pada waktu putusan diucapkan.Putusan yang kurang cukup pertimbangan merupakan alasan untuk kasasi dan putusanharus dibatalkan, MA tanggal 22 Juli 1970 No. 638 K / SIP / 1969; MA tanggal 16 Desember1970 No. 492 / K / SIP / 1970. Putusan yang didasarkan atau pertimbangan yang menyipangdari dasar gugatan harus dibatalkan MA tanggal 01 September 1971 No 372 K / SIP / 1970.

4. Amar atau diktum putusan.Dalam amar dimuat suatu pernyataan hukum, penetapan suatu hak, lenyap atautimbulnya keadaan hukum dan isi putusan yang berupa pembebanan suatu prestasi tertentu.Dalam diktum itu ditetapkan siapa yang berhak atau siapa yang benar atau pokok perselisihan.Perlu dijelaskan bahwah yang dimaksud dengan putusan pada uraian ini adalahputusan pengadilan tingkat pertama. Dan memang tujuan akhir proses pemeriksaan perkara diPN, diambilnya suatu putusan oleh hakim yang berisi menyelesaikan perkara yangdisengketakan. Berdasarkan putusan itu, ditentukan dengan pasti hak maupun hubunganhukum para pihak denagan objek yang disengketakan. Sehubungan dengan itu putusan dibagimenjadi dua jenis yaitu putusan Sela/awal dan putusan Akhir, namun pada kesempatan inipenulis hanya akan membahas putusan sela.Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H. Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty yogyakarta pebuari 2006. M YahyahHarahap, S.H. Hukum acara perdata, sinar grafika januari 2010

1.2 Rumusan Masalah1. Apa arti putusan Sela ?2. Apakah isi putusan Sela ?3. Apa saja jenis-jenis putusan Sela ?

1.3 Tujuan Penulisan1. Untuk mengetahui arti putusan Sela .2. Untuk mengetahui apa isi putusan Sela.3. Untuk mengetahui jenis-jenis putusan Sela.

1.4 Manfaat PenulisanHasil penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak,memperkaya khasanah perpustakaan serta menambah wawasan bagi pembaca maupunpenulisnya, dimana ketika saat terjadi suatu putusan sela masyarakat mengetahui apa itu putusan sela.

BAB II PEMBAHASAN PUTUSAN SELA2.1 Arti Putusan SelaKekuatan Putusan Hakim Pasal 1917 dan 1918 KUHPerdata juga menyebutkankekuatan suatu putusan hakim yang telah memperoleh kekuatan mutlak juga dalam pasal 21UU No. 14 / 1970 adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yangtetap. Putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap adalah putusan yangmenurut Undang-Undang tidak ada kesempatan lagi untuk menggunakan upaya hukum biasamelawan putusan itu.Macam-macam putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap yaitu:1. Kekuatan pembuktian mangikatPutusan ini sebagai dokumen yang merupakan suatu akta otentik menurut pengertianUndang-Undang sehingga tidak hanya mempunyai kekuatan pembuktian mengikat antarapihak yang berperkara, tetapi membuktikan bahwa telah ada suatu perkara antara pihak-pihak yang disebut dalam putusan itu.2. Putusan eksekutorialYaitu kekuatannya untuk dapat dipaksakan dengan bantuan aparat keamanan terhadappihak yang tidak menantinya dengan sukarela3.Kekuatan mengajukan eksepsi (tangkisan)Yaitu kekuatan untuk menangkis suatu gugatan baru mengenai hal yag sudah pernahdiputus atau mengenai hal-hal yang sama berdasarkan asas nebis inidem (tidak bolehdijatuhkan putusan lagi dalam perkara yag sama). Putusan hakim dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:1. Putusan sela (tussen vonnis)Putusan sela adalah putusan yang dijatuhkan sebelum putusan akhir yang diadakandengan tujuan untuk memungkinkan atau mempermudah kelanjutan pemeriksaan perkara.Dalam hukum acara dikenal macam putusan sela yaitu:a. Putusan preparatuirYaitu putusan persiapan mengenai jalannya pemeriksaan untuk melancarkan segalasesuatu guna mengadakan putusan akhir.b. Putusan inferlocutoinYaitu putusan yang isinya memerintahkan pembuktian karena putusan inimenyangkut pembuktian maka putusan ini akan mempengaruhi putusan akhir.c. Putusan lucidentielYaitu putusan yang berhubungan dengan insiden yaitu peristiwa yang menghentikanprosedur peradilan biasa.d. Putusan provisionalYaitu putusan yang menjawab tuntutan provisi yaitu permintaan pihak yangberperkara agar diadakan tindakan pendahulu guna kepentingan salah satu pihak sebelumputusan akhir dijatuhkan.

2. Putusan akhirPutusan akhir adalah putusan yang mengakhiri perkara pada tingkat pemeriksaanpengadilan, meliputi pengadilan tingkat pertama, pengadilan tinggi dan MA. Macam-macam putusan akhir antara lain:a. Putusan condemnatiorYaitu putusan yang bersifat menghukum pihak yang kalah untuk memenuhi prestasi.b. Putusan declaratorYaitu putusan yang amarnya menyatakan suatu keadaan sebagai keadaan yang sah menurut hukum.

c. Putusan konstitutif Yaitu putusan yang amarnya menciptakan suatu keadaan baru.Dari ketiga sifat putusan diatas maka putusan yang memerlukan pelaksanaan (eksekusi)hanyal yang bersifat condemnatior.Prof.Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H. Hukum Acara Perdata Indonesia

Putusuan Sela disebut juga suatu putusan sementara (temporary award, interimaward). Ada juga yang menyebutnya dengan incidenteel vonnis , dan bahkan disebut jugatussen vonis yang diartikan sebagai putusan antara.Mengenai putusan sela disinggung juga dalam pasal 185 ayat (1) HIR atau pasal 48Rv, menurut pasal tersebut hakim dapat mengambil atau menjatuhkan suatu putusan yangbukan putusan akhir (eind vonnis), yang dijatuhkan pada saat proses pemeriksaanberlangsung .Namun putusan itu tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan denganputusan akhir mengenai pokok perkara. Jadi hakim sebelum menjatuhkan putusan akhir dapatmengambil suatu putusan sela baik yang berbentuk putusan prepratoir atau interlocutoir.M. Yahya Harap, S.H. Hukum acara perdata. Hal 880

2.2 Isi Putusan SelaPutusan sela berisi perintah yang harus dilakukan para pihak yang berperkara untuk memudahkan hakim menyelesaikan pemeriksaan perkara, sebelum hakim tersebutmengambil atau menjatuhkan suatu putusan akhir yang telah mempunyai kekuatan hukumbagi mereka yang berpekara.Suatu putusan sela merupakan putusan yang sementara dimana putusan tersebutdiambil oleh hakim agar dalam proses pengadilan hakim dapat mengambil suatu putusanakhir karena suatu putusan sela merupakan putusan awal yang diambil oleh hakim sebelummendapatkan putusan akhir, putusan selah tersebut merupakan suatu putusan yamg msihmempunyai satu kesatuan terhadap petusan akhir yang daimbil oleh hakim.Apabila suatu putusan sela tersebut tidak dilaksanakan oleh salah satu mereka yang berperkara maka hakim dapat langsung mengambil suatu putusan akhir karena sifat dariputusan selah adalah wajib dilaksanakan, sehingga mereka yang berperkara harus melakasanakan putusan sela yang diambil oleh hakim.Ketika putusan sela telah diambil dan diputuskan oleh hakim maka mereka yang berperkara wajib melaksanakan putusan tersebut agar hakim dapat langsung melanjutkanproses selanjutnya dan hakim tidak akan memutuskan putusan akhir sebelum melihatpembuktian dari masing-masing pihak yang berperkara dan apa yang menjadi dalil-dalilpengugat dan tergugat akan menjadi suatu pertimbangan oleh hakim.

2.3 JenisPutusan SelaMengenai putusan sela ada beberapa golongan atau jenis-jenisnya dalam teori maupunpraktik yang akan muncul dari putusan sela tersebut, antara lain yaitu.1)Putusan PrepratoirSalah satu bentuk spesifikasi yang terkandung dalam putusan sela ialah putusanprepratoir atau preprator (prepratoir vonnis). Tujuan putusan ini merupakan persiapan jalannya pemrikasaan. Misalnya sebelum hakim memulai pemeriksaan, terlebih dahulumenerbitkan putusan prepratoir tentang tahapan-tahapan proses atau jadal persidangan.Umpamanya pembatasan tahap jawab-menjawab atau replik-duplik dan tahapan pembuktian.Dlam praktik, hal ini jarang terjadi. Proses pemeriksaan berkjalan langsung sesuai dengankebijakan dengan memperhitungkan tenggang pemunduran persidangan oleh hakim tanpalebih dahulu ditentukan tahapan-tahapannya dalam suatu putusan sela yang disebut putusanprepratoir.Sebenarnya sesuai dengan tuntutan peradilan modern, sangat beralasanmengembangkan putusan prepratoir dengan jalan menggabung prinsip menajemen dalamsestim peradilan. Seperti dibeberapa negara yang telah memunculkan konsep timatable program yaitu Inggris. Sebelum proses persidangan dimulai, hakim terlebih dahulu menetapkan timatable persidangan secara pasti, sehingga jalannya pemeriksaan telahterprogaram pasti dalam setiap persidangan.Tidak seperti yang berlaku sekarang, jadwal persidangan pemeriksaan tidak pastitergantung pada selara hakim yang tidak mempunya alasan jelas dan masuk akal. Jadi tidak mempunya kepastian terhadap jadwal suatu persidangan sedang para pihak yang bersengketaingin perkaranya selesai dengan cepat.M.Yahya Harahap, S.H. Hukum Acara Perdata. 880.

2) Putusan InterlocutoirMenurt soepomo, seringkali PN menjatuhkan putusan interlocutoir saat prosespemeriksaan telah berlangsung. Putusan ini merupakan bentuk khusus putusan sela (eeninterlocutoir vonnis is een special sort tussen vonnis) yang dapat berisi bermacam-macamperintah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai hakim, antara lainsebagai berikut. Putusaninterlokutor yang memerintahkan pendengaran keterangan ahli,berdasarkan pasal 154 HIR. Apabila hakim secara ex offecio maupun atas permintaan salah satu pihak,mengaggap perlu mendengar pendapat ahli yang kopeten menjelaskan hal yang belum terangtentang masalah yang disengketakan,hal itu dituangkan dalam putusan sela yang disebutputusan interlokutor. Memerintahkan pemeriksaan setempat (gerechtelijke plaatsspmening) berdasarkanpasal 153 HIR. Jika hakim berpendapat atau atas permintaan salah satu pihak, perludilakukan pemeriksaan setempat maka pelaksanaannya dituangkan dalam putusaninterlokutor yang berisi permintaan kepada hakim komisaris dan panitera untuk melaksanakannya. Memerintahkan pengucapan atau pengangkatan sumpah baik sumpahpenentu atau tambahan berdasarkan pasal 155 HIR, Pasal 1929 KUH Perdata makaputusannya dituangkan dalam putusan interlokutor. Bisa juga memerintah panggilan saksi berdasarkan Pasal 139 HIR yakni saksi yangdiperlukan pengugat maupun tergugat, tetapi tidak dapat menghadirkannya berdasarkan pasal121 HIR, pihak pihak yang berkepentingan dapat meminta kepda hakim supaya saksi tersebutdipanggil secara resmi oleh juru sita. Apabila permintaan ini dikabulkan , Hakimmenribitkan surat perintah untuk itu dituangkan dalma bentuk putusan interlokutor. Putusan interlokutor dapat juga diterbitkan hakim untuk memerintahkan pemeriksaanpembukuan perusahan yang terlibat dalam suatu sengketa oleh akuntan publik yangindependen.

3) Putusan InsidensilDulu disebut incedeteel vonnis atau putusan dalam insidentil, yakni putusan sela yangberkaitan langsung dengan gugatan insidentil atau yang berkaitan dengan penyitaan yangmembebankan pemberian uang jaminan dari pemohon sita , agar sita dilaksanakan, yangdisebut cautio judicatum solvi. Dari penjelasan tersebut secara teori dan prektik, pada umumnya dikenal dua bentuk putusan insidensil yaitu. Putusan insidentil dalam gugatan intervensi Pasal 279 Rv mengaturlembaga gugatan intervensi yakni:Memberi hak kepada pihak ketiga yang berkepentingan untuk menggabungkan diridalam satu perkara yang masih berlangsung proses pemeriksaan pada pengadilan tingkat pertama.Misalnya A dan B berperkara dan prosesnya masih berlangsung di PN (PengadilanTingkat Pertama).

Ternyata apa yang mereka sengketakan atau pada objek yang disengketakantersangkut kepentingan C, karena objek tersebut adalah miliknya, bukan milik A dan B.Dalam kasus tersebut Pasal 279Rv memberi hak kepada C menggabungkan diri dalam prosespemeriksaan perkara tersebut, dengan mengajukan gugatan intervensi. Putusan insidentildalam pemberian jaminan atas pelaksanan sita jaminan, Putusan insidentil yang dikaitkandengan pelaksanan sita jaminan (Concervatoir beslag) disebut cautio judicatum solvi. Sebagaicontoh Pasal 722 Rv yakni penyitaan atas barang debitur.4) Putusan provisiDiatur dalam Pasal 180 HIR, Pasal 191 RBG. Disebut juga provesionele besschiking,yakni keputusan yang bersifat sementara atau interim award ( temporary disposal) yang berisi tindakan sementara menunggu sampai putusan akhir mengenai pokok perkara dijatuhkan.Dengan demikian putusan provisi tidak boleh mengenai materi pokok perkara, tetapihanya terbatas mengenai tindakan sementara berupa larangan melanjutkan suatu kegiatan,misalnya larangan meneruskan pembangunan diatas tanah terperkara dengan ancamanhukuman membayar uang paksa.Penegasan itu dikemukakan dalam putusan MA No. 1788K/Sip/1976. Begitu juga penegasan putusan MA No. 279K//Sip/1976. Gugatan provisiseharusnya bertujuan agar ada tindakan sementara dari hakim mengenai hal yang tidak termasuk pokok perkara. Putusan provisi diambil dan dijatuhkan berdasarkan gugatan provisi(provisionele eis) atau disebut juga provisionele vordering : Bisa diajukan berdiri sendiri dalam gugatan tersendiri, bebarengan dengan gugatanpokok, Tetapi bisanya diajukan bersama-sama sebagai satu kesatuan dengan gugatan pokok,Tanpa gugatan pokok, gugatan provisi tidak mungkin diajukan, karena itu gugatan tersebutasesor dengan gugatan pokok. Dengan demikian, gugatan provisi biasanya diajaukan bersama-sama dengan gugatanpokok. Syarat formil gugatan provisi yaitu :1. Harus memuat dasar alasan permintaan yang menjelaskan urgensi dan relevasinya,2. Mengemukakan dengan jelas tindakan sementara apa yang harus diputuskan,3. Gugatan dan permintaan tidak boleh menyangkut materi pokok perkara.Apabila penggugat mengajukan gugatan provisi, pemeriksaan perkara harus tunduk pada tata tertib berikut.1. Mendahulukan pemeriksaan provisi.2. Sistem pemeriksaan gugatan provisi mempergunakan prosedur singkat.3. Harus menjatuhkan putusan provisi.

Akibat langsung yang melekat pada putusan provisi sebagaimana yang diatur dalamPasal 180 HIR , dan Pasal 287 Rv.Dalam putusan melekat langsung putusan serta merta atauuitvoerbaar bij voorraad,Dengan demikian putusan provisi tersebut dapat dilaksanakan sertamerta lebih dahulu, meskipun perkara pokok belum dipriksa dan diputus.Putusan provisi termasuk suatu permintaan sita jaminan yang pada dasarnya sita jaminan merupakan tindakan sementara yang bersifat mendahului pemeriksaan dan putusanpokok perkara, yakni yang berupa tindakan sementara atas penyitaan harta terperkara atauharta debitur guna menjamin putusan kelak, apa bila putusan berkekuatan tetap.M. Yahya Harahap, S.H. hukum Acara Perdata. Hlm 881. Ny. Retnowulan Sutantio, S.H. Iskandar Oeripkartawinata, S.H.Hukum acara perdata.hlm

BAB III PENUTUP2.4. KesimpulanPutusan sela adalah putusan sementara yang diambil atau dijatuhkan oleh hakim yangmana dalam putusan tersebut berisi perintah yang harus dilakukan para pihak yang berperkarauntuk memudahkan hakim menyelesaikan pemeriksaan perkara, sebelum hakim tersebutmengambil atau menjatuhkan suatu putusan akhir yang telah mempunyai kekuatan hukumbagi mereka yang berpekara.Putusan sela juga mempunyai beberapa golongan atau jenis yakni, putusan prepratoir,putusan insidensil, putusan provisionil. Putusan tersebut diambil oleh hakim agar prosesdipengadilan bisa lebih cepat untuk memeriksa perkara.Putusan selah merupakan putusanawal yang dijatuhkan oleh hakim yang tidak berdiri sendiri tetapi merupakan satu kesatuandengan putusan akhir mengenai pokok perkara.Setiap hakim dalam mengambil suatu keputusan sela harus memperhatikan pokok perkara, karena putusan sela atau putusan awal akan menjadi suatu patokan bagi hakim untuk melakukan atau menjatuhkan suatu putusan akhir.

2.5.SaranPenulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacamemperkaya khasanah perpustakaan serta bermanfaat bagi semua pihak.Penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna kesempurnaan penulisanmakalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKAMoh. Taufik Makaro, SH. MH, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata,2004.Jakarta: PT.Rineka CiptaM. Yahya Harahap,S.H.Hukum Acara Perdata, 2010. Jakarta: Sinar GrafitaProf. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H. Hukum Acara Perdata Indonesia,1998. Yogyakarta:Liberty Yogyakarta.Ny. Retnowulan Sutantio, S.H. Iskandar Oeripkartawinata, S.H.Hukum Acara Perdata,1997. Bandung: Cv Mandar Maju.Wibisono oedoyo. Modul Hukum Acara Perdata.2011.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, 2010. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.Herzien Indonesia Reglement (HIR).Drs. Sudarsono, S.H., M.Si. Kamus Hukum, PT Asdi Mahasatya, Cetakan ke kelima febuari2007 jakarta.