Laporan Pendahuluan Dan Laporan Kasus
-
Upload
khozali-anwar -
Category
Documents
-
view
120 -
download
16
description
Transcript of Laporan Pendahuluan Dan Laporan Kasus
LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS
KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN PASIEN HEPATITIS
A. Pengertian
1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional serta individu mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman: 1998). Keluarga sebagai pranata
social terkecil dalam masyarakat dan Negara selalu mencuri perhatian baik kalangan
pimpinan atau tokoh informasi maupun pemerintah. Banyak kejadian merisaukan
sekarang ini, seperti kenakalan remaja, kasus gizi kurang, selalu dikaitkan dengan
makin kurang berfungsinya pranata keluarga, antara lain dalam memfasilitsi tumbuh
kembang anak dan menanamkan nilai-nilai luhur seperti saling menghormati, cinta
kasih, toleransi, dan empati.
Keperawatan keluarga berkaitan erat dengan upaya keluarga mempunyai
kemampuan dalam menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Perawat dapat
menbantu keluarga dalam memecahkan masalah kesehatannya sehingga mencapai
keadaan keluarga yang optimal.
2. Pengertian Hepatitis
Hepatitis adalah inflamasi hati yang dapat terjadi karena invasi bakteri, cedera
oleh agen fisik atau kimia (non-viral), atau infeksi virus hepatitis A, B, C, D dan E
(Doenges, Marilynn E, 1999).
Hepatitis adalah peradangan pada hati atau infeksi pada hati (Elizabeth J.
Corwin, 2001).
Hepatitis ada yang akut dan ada juga yang kronik. Hepatitis akut adalah
penyakit infeksi akut dengan gejala utama yang berhubungan erat dengan adanya
nekrosis pada jaringan hati.
Hepatitis kronik adalah suatu sindrom klinis dan patologis yang disebabkan
oleh bermacam-macam etiologi yang ditandai oleh berbagai tingkat peradangan dan
nekrosis pada hati yang berlangsung terus-menerus tanpa penyembuhan dalam waktu
palaing sedikit 6 bulan
3. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Hati terletak dibelakang tulang-tulang iga (kosta) dalam rongga abdomen
daerah kanan atas. Hati memiliki berat sekitar 1500 gr, dan dibagi menjadi empat
lobus. Setiap lobus hati terbungkus oleh lapisan tipis jaringan ikat yang
membentang ke dalam lobus itu sendiri dan membagi massa hati menjadi unit-
unit yang lebih kecil, yang disebut lobulus (Smeltzer, Suzanne C, 2001).
Unit fungsional dasar hati adalah lobulus hati, yang berbentuk silindris dengan
panjang beberapa milimeter dan berdiameter 0,8 sampai 2 milimeter. Hati
manusia berisi 50.000 sampai 100.000 lobulus (Guyton, Arthur C, 1997).
Sirkulasi darah ke dalam dan ke luar hati sangat penting dalam
penyelenggaraan fungsi hati. Darah yang mengalir ke dalam hati berasal dari dua
sumber. Kurang lebih 75 % suplai darah datang dari vena porta yang mengalirkan
darah yang kaya akan nutrien dari traktus gastrointestinal. Bagian lain suplai
darah tersebut masuk ke dalam hati lewat arteri hepatika dan banyak mengandung
oksigen. Cabang-cabang terminalis kedua pembuluh darah ini bersatu untuk
membentuk capillary beds bersama yang merupakan sinusoid hepatik. Dengan
demikian, sel-sel hati (hepatosit) akan terendam oleh campuran darah vena dan
arterial. Sinusoid mengosongkan isinya ke dalam venule yang berada pada bagian
tengah masing-masing lobulus hepatik dan dinamakan vena sentralis. Vena
sentralis bersatu membentuk vena hepatika yang merupakan drainase vena dari
hati dan akan mengalirkan isinya ke dalam vena kava inferior di dekat diafragma.
Disamping hepatosit, sel-sel fagositik yang termasuk dalam sistem
retikuloendotelial juga terdapat dalam hati. Dalam hati, sel-sel ini dinamakan sel
Kupffer. Fungsi utama sel Kupffer adalah memakan benda partikel (seperti
bakteri) yang masuk ke dalam hati lewat darah portal. Saluran empedu terkecil
yang disebut kanalikulus terletak di antara lobulus hati. Kanalikulus menerima
hasil sekresi dari hepatosit dan membawanya ke saluran empedu yang lebih besar
yang akhirnya akan membentuk duktus hepatikus. Duktus hepatikus dari hati dan
duktus sistikus dari kandung empedu bergabung untuk membentuk duktus
koledokus (common bile duct) yang akan mengosongkan isinya ke dalam
intestinum. Aliran empedu ke dalam intestinum dikendalikan oleh sfingter Oddi
yang terletak pada tempat sambungan (junction) di mana duktus koledokus
memasuki duodenum (Smeltzer, Susanne C, 2001)
b. Fungsi Hati
Fungsi dasar hati terdiri dari:
a) Fungsi vaskular untuk menyimpan dan menyaring darah
b) Fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian besar sistem
metabolisme tubuh, dan
c) Fungsi sekresi dan ekskresi yang berperan membentuk empedu yang
mengalir melalui saluran empedu ke saluran pencernaan (Guyton, Arthur
C, 1997).
1) Fungsi sistem vaskular hepar
Kira-kira 1100 mililiter darah mengalir dari vena porta ke sinusoid hati
setiap menit, dan tambahan sekitar 350 mililiter lagi mengalir ke sinusoid
dari arteri hepatika, dengan total rata-rata 1450 ml/menit. Jumlah ini sekitar
29% dari sisa curah jantung., hampir satu pertiga dari aliran total darah
tubuh.
Volume darah normal hati 450 ml. bila tekanan tinggi didalam atrium
kanan menyebabkan tekanan balik dalam hati, hati meluas dan oleh karena
itu 0,5 sampai 1 liter cadangan darah kadang-kadang disimpan di dalam
vena hepatika dan sinus hepatika, terutama pada gagal jantung.
Sel Kupffer dapat membersihkan darah dengan sangat efisien sewaktu
darah melewati sinus. Mungkin tidak lebih dari 1 persen bakteri yang
masuk ke darah porta dari usus berhasil melewati hati ke dalam sirkulasi
sistemik.
2) Fungsi metabolik hati
a) Metabolisme glukosa
Sesudah makan, glukosa diambil dari darah vena portal oleh hati dan
diubah menjadi glikogen yang disimpan dalam hepatosit. Selanjutnya
glikogen diubah kembali menjadi glukosa dan jika diperlukan dilepaskan
ke dalam aliran darah untuk mempertahankan kadar glukosa yang
normal. Glukosa tambahan dapat disintesis oleh hati lewat proses yang
dinamakan glukoneogenesis. Untuk melaksanakan proses ini, hati
menggunakan asam – asam amino hasil pemecahan protein atau laktat
yang diproduksi oleh otot yang bekerja.
b) Konversi amonia
Penggunaan asam-asam amino untuk glukoneogenesis akan
membentuk amonia sebagai hasil sampingan. Hati mengubah amonia
yang dihasilkan oleh proses metabolik ini menjadi ureum. Amonia yang
diproduksi oleh bakteri dalam intestinum juga akan dikeluarkan dari
dalam darah portal untuk sintesis ureum. Dengan cara ini, hati mengubah
amonia yang merupakan toksin berbahaya menjadi ureum, yaitu
senyawa yang dapat diekskresikan ke dalam urin.
c) Metabolisme protein
Organ ini mensintesis hampir seluruh plasma protein (kecuali
gammaglobulin), termasuk albumin, alfa dan beta globulin, fakto-faktor
pembekuan darah, protein transport yang spesifik dan sebagian besar
lipoprotein plasma. Vitamin K diperlukan oleh hati untuk mensintesis
protrombin dan sebagian faktor pembekuan lainnya. Asam-asam amino
berfungsi sebagai unsur pembangun bagi sintesis protein.
d) Metabolisme lemak
Asam-asam lemak dapat dipecah untuk memproduksi energi dan badan
keton (asam asetoasetat, asam beta hidroksibutirat serta aseton). Badan
keton merupakan senyawa-senyawa kecil yang dapat masuk ke dalam
aliran darah dan menjadi sumber energi bagi otot serta jaringan tubuh
lainnya.
e) Penyimpanan vitamin dan zat besi
Vitamin A, B12, D dan beberapa vitamin B-kompleks disimpan
dengan jumlah yang besar dalam hati. Substansi tertentu, seperti besi dan
tembaga juga disimpan dalam hati.
f) Metabolisme obat
Banyak obat, seperti barbiturat dan amfetamin, dimetabolisasi
oleh hati. Metabolisme umumnya menghilangkan aktivitas obat
tersebut meskipun pada sebagian kasus, aktivasi obat dapat terjadi.
Salah satu lintasan penting untuk metabolisme obat meliputi
konjungasi (pengikatan) obat tersbut dengan sejumlah senyawa.
3) Ekskresi bilirubin dalam empedu
Bila sel darah merah sudah habis masa hidupnya, rata-rata 120
hari, dan menjadi terlalu rapuh untuk bertahan lebih lama dalam sistem
sirkulasi, membran selnya pecah dan hemoglobin yang lepas
difagositosis oleh jaringan makrofak di seluruh tubuh. Disini,
hemoglobin pertama kali dipecah menjadi globin dan heme, dan cincin
heme dibuka untuk memberikan (1) besi bebas yang ditranspor ke dalam
darah oleh tranferrin, dan (2) rantai lurus dari empat inti pirol yaitu
substrat dari mana nantinya pigmen empedu akan dibentuk. Pigmen
pertama yang dibentuk adalah biliverdin, tetapi ini dengan cepat
direduksi menjadi bilirubin bebas, yang secara bertahap dilepaskan ke
plasma. Bilirubin bebas dengan segera bergabung sangat kuat dengan
albumin plasma dan ditranspor dalam kombinasi ini melalui darah dan
cairan interstitial.
Dalam beberapa jam, bilirubin bebas diabsorbsi melalui membran
sel hati. Sewaktu memasuki sel hati, bilirubin dilepaskan dari albumin
plasma dan segera setelah itu kira-kira 80 persen dikonjugasi dengan
asam glukoronat untuk membentuk bilirubin glukoronida, kira-kira 10
persen dengan sulfat membentuk bilirubin sulfat, dan akhirnya 10 persen
berkonjugasi dengan berbagai zat lainnya. Dalam bentuk ini, bilirubin
dikeluarkan melalui proses transpor aktif ke dalam kanalikuli empedu
dan kemudian masuk ke usus (Smeltzer Suzanne C, 2001)
4. Etiologi
a. Virus hepatitis
1) Virus hepatitis A (HVA)
2) Virus hepatitis B (HBV)
3) Virus hepatitis C (HCV)
4) Virus hepatitis D (HDV)
5) Virus hepatitis E (HEV)
b. Bakteri
c. Cedera toksik
5. Klasifikasi
a. Hepatitis A
1) Ditularkan melalui praktir oral-anal, makanan terkontaminasi, dan
kerang.
2) Periode inkubasi kira – kira 2-6 minggu, yang merupakan periode paling
menular.
3) Profilaksis: globulin imun sebelum dan setelah pemajanan memberikan
imunitas pasif selama 2-3 bulan.
b. Hepatitis B
1) Ditularkan melalui darah dan produk darah melalui transfusi
terkontaminasi dan kulit dan membran mukosa yang rusak melalui jarum
terkontaminasi, koitus seksual, tato, kontak langsung dengan luka
terbuka, atau melalui memegang alat dan bahan terkontaminasi.
2) Periode inkubasi kira-kira 6 minggu sampai 6 bulan.
3) Individu dipertimbangkan menular selama permukaan antigen tampak.
Status karier atau hepatitis virus kronis (HBV) ada bila permukaan
antigen masih dapat terdeteksi setelah enam bulan.
4) Profilaksis: vaksin HBV sebelum pemajanan memberikan imunitas aktif.
Untuk mempertahankan imunitas, vaksin harus diulang setelah satu
bulan, enam bulan, dan tujuh tahun. Pemberian imunoglobulin hepatitis
B (HBIG) memberi imunitas pasif pada individu tanpa vaksin yang
terpajan virus.
c. Hepatitis C
1) Ditularkan melalui rute yang sama dengan HBV
2) Periode inkubasi kira – kira 2 minggu sampai 6 bulan
3) Profilaksis : Globulin imun sebelum dan setelah pemajanan memberikan
imunitas pasif untuk 2-3 bulan
4) Diyakini penyebab dari hepatitis pascatransfusi
d. Hepatitis D
Varian lain dari bentuk hepatitis B virus, sering terlihat pada pengguna obat
IV (Hollinger dalam Engram, Barbara, 1998). Ini menyebabkan laju
mortalitas tinggi.l virus hepatitis delta untuk tetap ada, hepatitis virus B juga
pasti ada. bentuk varian dari hepatitis virus ini ditularkan dalam cara yang
sama seperti hepatitis B dan mempunyai karakteristik serupa. Jadi profilaksis
digunakan untuk hepatitis B juga efektif untuk baik hepatitis C dan hepatitis
delta.
e. Hepatitis E
Virus hepatitis E, yang merupakan jenis virus hepatitis terbaru yang
teridentifikasi, dianggap ditularkan melalui jalur fekal-oral. Masa inkubasi
hepatitis E bervariasi dan diperkirakan berkisar dari 15 hingga 65 hari.
Awitan dan gejalanya serupa dengan yang terdapat pada tipe hepatitis virus
yang lain. (Brunner et al, 2001).
6. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit
fungsional darah dari hepar disebut lobule karena memiliki suplai darah sendiri.
Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar. Pola normal pada hepar
terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini
menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-
sel hepar yang rusak dibuang dari tubuh oleh respon imune digantikan oleh sel-sel
hepar baru yang sehat. Oleh karenanya sebagian besar oleh pasien yang
mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal (Hudak dan Gallo,
1994, Keperawatan Kritis Volume II, EGC, Jakarta).
7. Manifestasi Klinik
Terdapat tiga stadium:
a. Stadium pre ikterik
Berlangsung selama 4-7 hari, pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia,
mual, muntah, demam, nyeri otot, dan nyeri perut kanan atas, urine lebih
coklat.
b. Stadium ikterik, yang berlangsung selama 3 – 6 minggu. Ikterus mula-mula
terlihat pada sclera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan berkurang
tetapi pasien masih lemah, anoreksia dan muntah, tinja mungkin berwarna
kelabu atau kuning muda, hati membesar dan nyeri tekan.
c. Stadium pasca ikterik (rekonvalensensi)
Ikterus mereda, warna urine dan tinja menjadi normal lagi. Penyembuhan
pada anak-anak lebih cepat daripada orang dewasa, yaitu pada akhir bulan
kedua. Karena penyebab yang biasa berbeda.
8. Penularan
a. Hepatitis A mempunyai jalur penularan fekal-oral; sanitasi yang jelek. Kontak
antar manusia. Dibawa oleh air dan makanan.
b. Hepatitis B ditularkan melalui jalur parenteral; atau lewat kontak dengan
karier atau penderita infeksi akut; kontak seksual dan oral-oral, penularan
perinatal dari ibu kepada bayinya. Ancaman kesehatan kerja yang penting
bagi petugas kesehatan.
c. Hepatitis C ditularkan melalui transfusi darah dari produk darah; terkena
darah yang terkontaminasi lewat peralatan atau parafenalia obat
d. Hepatitis D. penularan sama seperti HBV, antigen permukaan HBV
diperlukan untuk replikasi; pola penularan serupa dengan pola penularan
hepatitis B.
e. Hepatitis E ditularkan melalui jalur fekal-oral; kontak antar manusia
dimungkinkan meskipun resikonya rendah.
9. Pencegahan
a. Karena terbatasnya pengobatan hepatitis, maka penekanan lebih diarahkan
pada pencegahan diataranya sebagai berikut : Kini tersedia globulin imun
HBV tertinggi (HBIG) dan vaksin untuk pencegahan dan pengobatan HBV,
utamanya bagi petugas yang terlibat dalam kontak resiko tinggi misalnya
pada hemodialisis, transfusi tukar dan terapi parenteral perlu sangat hati-
hati dalam menangani peralatan parenteral tersebut.
b. Hindari kontak langsung dengan barang yang terkontaminasi virus hepatitis
akut.
c. Pelihara personal hygiene dan lingkungan.
d. Gunakan alat-alat disposible untuk suntik.
Alat-alat yang terkontaminasi disterilkan
10. Penatalaksanaan
Tirah baring selama stadium akut dan diet yang akseptabel serta bergizi
merupakan bagian dari pengobatan dan asuhan keperawatan. Selama periode
anoreksia, pasien harus makan sedikit-sedikit tapi sering dan jika diperlukan,
disertai dengan infus glukosa. Karena pasien sering menolak makan, kreativitas
dan bujukan yang persisten namun dilakukan dengan halus mungkin diperlukan
untuk merangsang selera makan pasien. Jumlah makanan dan cairan yang optimal
diperlukan untuk menghadapi penurunan berat badan dan kesembuhan yang
lambat. Namun demikian, banyak pasien telah pulih selera makannya bahkan
sebelum fase ikterik sehingga tidak perlu diingatkan untuk mempertahankan diet
yang baik.
11. Komplikasi
Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah perjalanan
penyakit yang memanjang hingga 4 sampai 8 bulan. Keadaan ini dikenal sebagai
hepatitis kronis persisten. Sekitar 5 % dari pasien hepatitis virus akan mengalami
kekambuhan setelah serangan awal yang dapat dihubungkan dengan alkohol atau
aktivitas fisik yang berlebihan. Setelah hepatitis virus akut sejumlah kecil pasien
akan mengalami hepatitis agresif atau kronik aktif dimana terjadi kerusakan hati
seperti digerogoti (piece meal) dan perkembangan sirosis. Akhirnya satu
komplikasi lanjut dari hepatitis yang cukup bermakna adalah perkembangan
karsinoma hepatoseluler.
PENATALAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:
a. kepala keluarga
a) Nama KK : Tn. B
b) Umur :40 thn
c) Pendidikan :SMA
d) Pekerjaan :petani
e) Tempat tinggal :mijen
b. Istri
a) Nama istri :Ny. S
b) Umur :39 thn
c) Pendidikan :SMA
d) Pekerjaan :ibu rumah tangga
e) Tempat tinggal :mijen
c. Anak
a) Nama anak : A
b) Umur :22 thn
c) Pendidikan :perguruan tinggi
d) Imunisasi : lengkap
d. Komposisi keluarga
No Nama JKHub dng
KKUmur Pendidikan Status Imunisasi Ket
1. A P Anak 22
thn
Perguruan
tinggiBCG Polio DPT
Hepa
titisCampak lengkap
e. Genogram
Keterangan :
= meninggal
= laki-laki masih hidup
= perempuan masih hidup
= hubungan perkawinan
= klien
f. Status keluarga
1. Tipe keluarga : Keluarga inti
2. Kewarganegaraan/suku ; indonesia/jawa
3. Agama : Islam
4. Status Sosek : -
5. Penghasilan keluarga : ± Rp30.000- 50.000/ hari
2. Riwayat tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga yang mempunyai anak dua
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Berada pada tingkat prasejahtera
3. Riwayat kesehatan keluarga
KK, istri, sama adik penderita tidak sakit
4. Riwayat kesehatan anak
a. Riwayat imunisasi : lengkap
b. Mata: kuning
c. Cepat lelah
d. Saat ini anak menderita hepatitis dan di bawa ke puskesmas untuk di beri
asuhan keperawatan
e. ASR(SGOT)/ALT(SGPT)Awalnya meningkat.
f. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudiantampak menurun.
SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yangterutama berada
dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yangrusak,
meningkat pada kerusakan sel hati2.Darah Lengkap (DL)SDM menurun
sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati)atau
mengakibatkan perdarahan.3.LeukopeniaTrombositopenia mungkin ada
(splenomegali)4.Diferensia Darah LengkapLeukositosis, monositosis,
limfosit, atipikal dan sel plasma.5.Alkali phosfatase
g. Authorized
h. FesesWarna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
i. Albumin SerumMenurn, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein
serum disintesis olehhati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai
gangguan hati
j. Gula DarahHiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
k. Anti HAVIgMPositif pada tipe A
l. HbsAGDapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
m. Masa ProtrombinMungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel
hati atau berkurang.Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk
sintesis protombin.
n. Bilirubin serumDiatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis
buruk, mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
o. Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)Kadar darah meningkat.BPS dibersihkan
dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi. Adanyagangguan
dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP
p. Biopsi HatiMenujukkan diagnosis dan luas nekrosis
q. Skan HatiMembantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati
r. UrinalisaPeningkatan kadar bilirubin.Gangguan eksresi bilirubin
mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonyugasi.
Karena bilirubin terkonyugasi larut dalam air, ia dsekresi dalam urin
menimbulkan bilirubinuria
B. Harapan keluarga
Keluarga ingin anaknya sehat dan ingin mengetahui bagaimana penanganan dan cara
mencegah penyebaran penyakit anaknya
C. Analisa Data
Data Masalah Penyebab
Subjektif
Anak sekarang
menderita hepatitis
Keluarga
mengatakan bahwa
tidak ada anggota
keluarga yang lain
mengalami
penyakit yang
serupa
Objektif
Rumah berada di
pinggir jalan raya
Keadaan rumah
tidak bersih
Kurang
pengetahuan
tentang penyakit
hepatitis
Resiko terjadi
penularan penyakit
Tidak
mendapatkan
informasi tentang
penyakit hepatitis
Karena kurangnya
pengetahuan
tentang
pencegahan
penularan dan
penyebaran
penyakit
D. Diagnosa Keperawatan
1. Tntoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengankegagalan
masukan metabolik, anoreksia, mual/muntah.
3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengankehilangan yang berlebihan melalui muntah dan diare
4. Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan kontak pada anak yang
terinfeksi
E. Rencana keperawatan
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan : Klien menunjukkan perbaikan terhadap aktifitas.Kriteria hasil:
a. Mengekspresikan pemahaman tentang pentingnya perubahan
tingkataktifitas
b. Meningkatkan aktifitas yang dilakukan sesuai dengan
perkembangankekuatan otot.
Intervensi Rasional Tingkatkan tirah baring,ciptakan
lingkunga yangtenang
Tingkat aktifitas sesuai toleransi
Awasi kadar enzim hepar
Meningkatkan ketenangan istirahat
danmenyediakan energi yang
digunakan untuk penyembuhan.
Tiarah baring lama dapat menurunkan
kemampuan. Ini dapat terjadi
karenaketerbatasan aktifitas yang
mengganggu periode istirahat.
Membantu menurunkan kadar
aktifitastepat, sebagai peningkatan
prematur pada potensial resiko
berulang
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengankegagalan
masukan metabolik, anoreksia, mual/ muntahTujuan : Klien menunjukkan status
nutrisi yang adekuat.Kriteria hasil :
Nafsu makan baik. Tidak ada keluhan mual/muntah. Mencapai BB , mengarah kepada BB normal .
Intervensi Rasional 1. Awasi keluhan
anoreksia,mual/muntah.
2. Awasi pemasukan diet/jumlah
kalori.Berikan makanan
sedikitdalam frekwensi sering.
3. Lakukan perawatanmulut
sebelum makan
4. Timbang berat badan.
5. Berikan obat vit. B kompleks,
vit c dan tambahan diet lain
sesuai indikasi.
1. Berguna dalam mendefinisikan
derajatluasnya masalah dan
pilihan intervensi yangtepat.
2. Makan banyak sulit untuk
mengatur bilaklien anoreksia.
3. Anoreksia juga paling buruk
pada siang hari, membuat
masukanmakanan sulit pada
sore hari.
4. Menghilangkan rasa tidak enak
danmeningkatkan nafsu makan.
5. Penurunan BB menunjukkan
tidak adekuatnya nutrisi klien.
6. Memperbaiki kekurangan dan
membantu proses
penyembuhan
3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengankehilangan berlebihan melalui muntah dan diare
Tujuan : Klien akan menunjukkan status cairan adekuat.Kriteria hasil :
Tanda – tanda vital stabil :TD : 90/50 – 120/70 mmhg N : 85 – 100
x/mntS : 36 – 37P : 15 – 25 x/mnt
Turgor kulit normal ( cepat kembali )
Intake dan output seimbang
Intervensi Rasional
1. Monitor intake dan output
2. Kaji tanda vital, nadi perifer,
pengisian kapiler ,turgor kulit
dan membranmukosa .
3. Berikan cairan IV(biasanya
1. Memberikan informasi tentang
penggantian/efek terapi.
2. Indikator volume sirkulasi /
perfusi .
3. Mmmmemberikan cairan dan
glukosa),elektrolit. penggatianelektrolit
4. Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan kontak pada anak yang
terinfeksi.
Tujuan : Keluarga dan orang lain tidak tertular infeksi.Kriteria hasil :
Keluarga mengerti tentang cara penularan.
Orang tua menerapkan pola hidup yang sehat dan bersih
Intervensi Rasional
1.Ajarkan tehnik mencucitangan yang
benar.
2.Ajarkan tentangkebersihan
perorangan.
3.Imunisasi bila indikasiketularan
Cuci tangan mencegah transmisi
virus.
Infeksi hepatitis dapat terjadi
didalamlingkungan dengan hygiene
dan sanitasiyang buruk.
Karena terbatasnya pengobatan
terhadaphepatitis maka penekanan
lebih diarahkan pada pencegahan
melalui imunisasi