Laporan Pendahuluan Nyeri Pada Kasus COS
-
Upload
shin-alfian -
Category
Documents
-
view
456 -
download
7
Transcript of Laporan Pendahuluan Nyeri Pada Kasus COS
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA Sdr. “F” DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI)
DI PAVILIUN ASOKA “CINTAKU” JOMBANG
Oleh :
LUTFI LAILATUL C.
NIM. 7210034
PRODI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM
JOMBANG
2011
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan ini saya buat hanya sebatas pengkajian saja sampai
dengan pemeriksaan fisik dan juga sebagai salah satu persyaratan praktik
lapangan dalam bahasan Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK) tingkat I
semester 2 di Paviliun Asoka RSUD “CINTAKU” Jombang.
Mengetahui,
Mahasiswa
Lutfi Lailatul C.
NIM. 7210034
Pembimbing Akademik
Listriana Fatimah, SST
Pembimbing Ruangan
Etty Chamdiyah,S.Kep.Ners
Kepala Ruangan
Kusairi,S.Kep.Ners
LAPORAN PENDAHULUAN
“NYERI”
A. Definisi
Nyeri adalah suatu keadaan tidak menyenangkan akibat terjadinya
rangasangan fisik maupun dari serabut syaraf dalam tubuh ke otak dan diikuti
oleh reaksi fisik, psikologis, maupun emosional. (Rencana Medikal Bedah
Volume 3, 1998, halaman 694)
B. Konsep Dasar
Suatu pernyataan pada individu yang mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan dalam merespon stimulus yang berlebihann. Rasa nyaman
dapat didukung oleh lingkungan interna dan eksterna yaitu :
1. Lingkungan Interna
Rasa kebebasan
Rasa kontrol atas rangsang nyeri
Pengalaman nyeri
2. Lingkungan eksterna
Temperatur
Ventilasi
Kegadauhan
Pencahayaan
Lingkungan yang berbahaya
Kelembaban
C. Klasifikasi Nyeri
1. Sumber Nyeri
Cutaneus : berasal dari struktur superfisial
Deep Somatic Poin : dari struktur somatik dalam
Visceral / Spalanie Poin : pola organ visceral
Functional / Psychogenic Poin : berhubungan dengan faktor psikis/
emosi
2. Mikro Nutrisi
Trauma : mekanik, thermik
Neoplasma
Peradangan
Gangguan sirkulasi
3. Menurut Tempat
Perifer
Deep poin
Visceral / Spalanie Poin
Referred Poin
Psychogenic Poin
Phantom Poin
Intra Table Poin
4. Menurut Serangannya
Nyeri Akut
Terjadi kurang dari 6 bulan
Terlokalisasi
Tajam
Penampilan gelisah, cemas
Respon sistem syaraf simpatik
Pola serangan jelas
Nyeri Kronis
Terjadi lebih dari 6 bulan
Menyebar
Tumpul : ngilu, linu
Harus diobati
Penampilan depresi
Respon syaraf para simpatik
Pola serangan jelas
5. Menurut sifatnya
Irsidentil : timbul sewaktu-waktu dan hilang
Steady : nyeri yang timbul menetap dan dalam waktu lama
Proximal : nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat
Intractable : nyeri yang resisten dengan obat
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Nyeri
1. Usia
Adanya perbedaan perkembangan yang ditemukan antara kelompok usia
dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak dan lansia bereaksi terhadap
rangasang nyeri.
2. Jenis kelamin
3. Kebudayaan
4. Makna nyeri / Pengalaman nyeri
5. Perhatian : tingkah seorang klien yang fokus pada nyeri dapat
membengaruhi persepsi nyeri
6. Trauma
Mekanisme : benturan
Nyeri : ujung syaraf, mengalami kerusakan, terputus, terjepit
Thermis : panas, dingin
7. Gangguan sirkulasi
8. Trauma fisiologis : keluhan pada organ tubuh yang berhubungan dengan
faktor psikis.
E. Intensitas Nyeri
Adalah gmbaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan oleh
individu. Pengukuran nyeri bersifat subjektif dan individual.
1. Skala intensitas nyeri deskriptif
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Berat Nyeri BeratNyeri Ringan Sedang Terkontrol Tidak Terkontrol
2. Skala intensitas nyeri numerik
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Sedang Hebat
3. Skala analog visual
Tidak Nyeri Nyeri Sangat Hebat
4. Skala nyeri menurut Bourbanis
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Ringan Sedang Berat Sangat Hebat
Keterangan :
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan, secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan
baik
4-6 : nyeri sedang, secara objektif klien mndesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat
mengikuti peerintah dengan baik
7-9 : nyeri berat, secara objektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih merespon tindakan, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi
denganb alih posisi, nafas panjang dan distraksi
10 : nyeri sangat hebat, paasien dapat tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul
NYERI PADA CIDERA KEPALA
A. Pengertian
Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk
atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak. Percepatan dan perlambatan
(accelerasi – decelerasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh
perubahan peningkkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan,
serta notasi yaitu pergerakan pada kepala yang dirasakan otak sebagai akibat
perputaran pada tindakan pencegahan.
B. Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa
dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel-sel syaraf hampir
seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen,
jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan
gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan
bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 30% dari seluruh kebutuhan
glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70% akan
terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hypoksia, tubuh berusaha memenuhi
kebutuhan okssigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat
menyebabkan dilaktasi pembuluh darah. Pada kondisi berat, hypoksia
metabolisme anaerob, hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik. Dalam
keadaan normal cerebral blood flow (CBBF) adalah 50-60 ml/menit/100gr,
jaringan otak yang merupakan 15% dari cardiac output.
Trauma kepala menyebabkan perubahan perubahan fungsi jantung,
aktivitas atypical-myocardial perubahan tekanan vaskular dan odem paru.
Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P
dan distrimia fibrilasi atriuma dan ventrikel takardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler ,
dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah anteriol
berkontraksi. Pengaruh pernafasan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh
darah arteri dan anteriol otak tidak begitu besar.
Cidera kepala secara patofisiologi dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Cidera kepala primer
Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acccelerasi-decelerasi, rotasi)
yang menyebabkan gangguan pada jaringan yaitu :
Gagar kepala ringan
Memar otak
Laserasi
2. Cidera kepala sekunder
Pada cidera kepala sekunder akan timbul gejala seperti
Hipotensi sistemik
Hipoksia
Hiperkapnea
Odema otak
Komplikasi pernapasan
Infeksi / komplikasi pada organ tubuh lain
C. Pendarahan yang sering ditemukan
1. Epidural hematoma
Terdapat pengumpulan darah di antara tulang tengkorak dan durameter
akibat pecahnya pembuluh darah/ cabang-cabang ateri meningcal media
yang terdapat di durameter, pembuluh darah ini tidak dapat menutup
sendiri, dapat terjadi yaitu di labus temporalis dan berbahaya. Gejala-
gejala yang terjadi:
Penurunan tingkat kesadaran
Nyeri kepala
Muntah
Hemiparesis
Dilatasi pupil ipsilateral
Pernapasan dalam, cepat, dangkal, irreguler
Penurunan nadi
Peningkatan suhu
2. Subdural hematoma
Terkumpulnya darah antara durameter dan jaringan otak, dapat terjadi akut
dan kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena/ jembatan vena
yang biasanya terdapat di antara durameter, pendarahan lambat dan
sedikit, periode akut terjadi 48 jam-2 hari atau 2 minggu kronik dapat
terjadi dalam 2 minggu atau bebrapa bulan.
Tanda-tanda dan gejalanya adalah
Nyeri Kepala
Bingung
Mengantuk
Menarik diri
Berpikir lambat
Kejang
Odem pupil
Perdarahan intra cerebral berupa pendarahan di jaringan otak, karena
pecahnya pembuluh darah arteri, kapiler vena yang ditandai dengan:
Nyeri kepala
Penurunan kesadaran
Komplikasi pernapasan
Hemiplegia kontra lateral
Dilatasi pupil
Perubahan tanda-tanda vital
3. Perdarahan subarachnoid
Perdarahan di dalam rongga subarachoid akibat robeknya dan permukaan
otak. Hampir selalu ada pada cidera kepala hebat.
Tanda dan gejala:
Nyeri kepala
Penurunan kesadaran
Hemiparese
Dilatasi pupil ipsilateral
Kaku duduk
D. Etiologi
- Cidera otak sedang terjadi akibat trauma kepala yang disebabkan oleh
benturan (impact)
- Kecelakaan
- Guncangan
E. Menilai Tingkat Keparahan
- Skor sakala koma 9-14
- Konkusi
- Amnesia pasca trauma
- Kejang
- Muntah
F. Komplikasi
- Infeksi otak
- Fraktur cranium (permanen)
G. Penatalakasanaan
- Pasien yang menderita konkusi otak atau COS dengan skala koma
Glasgow 15 (sadar penuh, orientasi baik, mengikuti perintah) dan CT-scan
normal, tidak perlu dirawat.
- Pemberian obat-obatan seperti obat kejang (diazepen 10 mg IV)
- Lakuakan pemeriksaan hematokrit, trombosit, kimia darah; glukosa,
ureum, dan creatin.
LAPORAN PENGKAJIAN
PADA Sdr. “F” DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI)
DI PAVILIUN ASOKA “CINTAKU” JOMBANG
No. register : 07 – 60 – 45
Ruangan : Pav. Asoka
Tanggal MRS : 11 – 05 – 2011
Tanggal Pengkajian : 22 – 05 – 2011
A. Data Subyektif
1.1 Identitas Pasien
Nama : Sdr “F”
Umur : 18 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Trawasan, Sumpbito, Jombang
1.2 Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn “N”
Pekerjaan : Konstruksi
Alamat : Trawasan, Sumpbito, Jombang
1.3 Riwayat Kesehatan Pasien
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri cekot-cekot di kepala, teritama jira keadaan
ruangan gaduh..
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Sebelumnya pasien tidak pernah menderita penyakit apapun.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengalami kecelakaan lalu-lintas [ada tanggal 11 Mei 2011
sekitar pukul 08.00 wib., di Ngimbang-Lamongan, antara mobil yang
dikendarai pasien dengan bus Puspa Indah. Pasien tidak sadarkan diri
saat dirujuk dari RS Ngimbang-Lamongan ke RSUD Jombang.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien tidak menderita penyakit keturunan seperti diabetes dan
jantung. Keluarga pasien tidak ada yang mengidap penyakit menurun
apapun.
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Pasien sudah tinggal di ruangan yang baik, bebas polusi, dan hubungan
pasien dengan lingkungan baik.
1.4 Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
- Sebelum MRS
Makan : Pasien makan seadanya, dengan pola 3x/hari dan porsi 1
piring penuh.
Minum: Pasien minum dengan frekwensi ± 8 – 10 gelas/hari,
minuman yang dikonsumsi air putih, terkadang teh dan
kopi.
- Saat MRS
Makan : kebutuhan gizi pasien dipenuhi dengan pemberian TKTP,
selama perawatan nafsu makan pasien berkurang, yaitu
sekitar 4 sendok/hari.
Minum: Pasien minum dengan frekwensi sesuai keinginan yaitu 3
gelas/hari.
b. Pola Eliminasi
- Sebelum MRS
BAB : ± 1x / hari, konsistensi: lembek, tidak berdarah, warna:
kuning dengan jumlah banyak
BAK : ± 3x / hari dengan jumlah banyak dan lancar, warna kuning
jernih, tidak keruh, berbau khas.
- Saat MRS
BAB : 1 x selama perawatan di RS, kosistensi: lembek, tidak
berdarah
BAK : pasien dibantu dengan kateter, warna kuning dengan bau
khas, jumlahnya ± 1800 cc/hari.
c. Pola Istirahat
- Sebelum MRS
Pasien jarang tidur siang
Tidur malam : pasien tidur nyenyak dari 22.00 wib s/d 05.00 wib
- Saat MRS
Pasien nampak tidur nyenyak, namun menurut keluarga pasien,
terkadang pasien tidak dapat tidur nyenyak saat suasana gaduh.
Tiap harinya pasien dapat tidur sekitar 12 jam/hari
d. Pola Personal Hygiene
- Sebelum MRS
Mandi : 2 x / hari
Keramas : 3 x / minggu
Sikat gigi : 2 x / hari
Ganti pakaian : 2 x / hari
Memotong kuku : 1 x / minggu
- Saat MRS
Mandi : Selama dirawat pasien belum pernah mandi
tetapi setiap pagi pasien diseka keluarganya.
Keramas : Pasien belum pernah keramas saat dirawat.
Memotong kuku : Pasien belum pernah memotong kuku selama
dirawat
Ganti pakaian : Pasien diselimuti dengan kain, baru ganti 1 x.
e. Riwayat Sosial Budaya
Hubungan pasien dengan keluarganya baik, terbukti selalu ada yang
menjaga dan merawat pasien dengan baik. Interaksi pasien dengan
perawat baik. Pasien jarang berinteraksi dengan pasien lain.
f. Psikososial
- Keadaan psikologi
Menurut keluarga pasien, pasien termasuk pribadi yang cenderung
pendiam dan tidak suka mengeluh.pasien selalu ingin ditunggu
ibunya.
- Spiritual
Sebelum MR pasien aktif beribadah, namun sejak sakit aktivitas
ibadahnya terganggu.
B. Data Obyektif
1. Keadaan Umum
Saat pengkajian pasien dalam keadaan tidur nyenyak dan tenang.
2. Tanda-tanda vital
a. Tensi : 120 / 80 mmHg
b. Nadi : 80 x / menit
c. Suhu : 38 C
d. Respiration Rate : 20 x / menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Inspeksi:
- Bentuk kepala simetris
- Tidak ada benjolan atau tumor
- Rambut hitam, tipis
- Terdapat luka bekas operasi (kraioplastis), sepanjang ± 15 cm
tertutup/terbalut kasa, keadaan kering dan bersih
Palpasi :
- Tidak terdapat benjolan atau tumor
- Ada nyeri tekan
b. Mata
Inspeksi :
- Bentuk mata simetris
- Kelopak mata simetris
- Sklera kanan berwarna merah darah
- Tidak terdapat luka
- Kornea jernih
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan
c. Telinga
Inspeksi :
- Bentuk normal / simetris
- Tidak ada serumen
- Tidak ada benjolan
Palpasi :
- tidak ada benjolan
- tidak ada nyeri tekan
d. Hidung
Inspeksi :
- Bentuk normal / Simetris
Palpasi :
- Tidak ada benjolan
e. Mulut
Inspeksi :
- Bentuk normal simetris
Palpasi
- tidak ada benjolan
f. Leher
Inspeksi :
- Normal
- Tidak ada luka
Palpasi :
- tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan tiroid
- tidak ada nyeri tekan.
g. Dada dan paru
Inspeksi :
- Bentuk dada normal, simetris
- Tidak ada luka
- Tidak ada benjolan atau tumor
Palpasi :
- Tidak ada tumor
- Tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi :
- bunyi nafas normal, tidak ada wheezing dan ronchi
h. Jantung
Auskultasi :
- Bunyi jantung normal, tidak ada marmur
i. Abdomen
Inspeksi :
- Bentuk perut simetris
- Tidak ada benjolan/ pembengkakan
Palpasi :
- Tidak ada benjolan/ pembengkakan tumor
- Tidak kembung
Auskultasi :
- Bising usus normal.
j. Genetalia
Inspeksi :
- Terpasang kateter
k. Ekstremitas
Inspeksi :
- Terpasang infus di tangan sebelah kanan
- Kedua kaki terbalut perban
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium tanggal 22-05-2011
Hb : 14,3 9/dl
Golongan Darah : O
Leukosit : 13.600 / cmm
Hematokrit : 42,6 %
Eritrosit : 5.050.000 / ul
Trombosit : 610.000
Kimia klinik
Na : 137
K : 4,96
Glukosa : 99
SGOT : 63
SGPT : 142
Urea : 20,2
2. Radiologi
CT-scan : OF Tibia Fibula Sinistra Dekstra
D. Penatalaksanaan
Infus RL II
D5 ½ NS III
Ceftriaxon IV
Ranitidin II
Ketorolae II
Kutoin III
Manitol 1
Alonidal 1 Vial
Deladril 1 Vial
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan dan juga
berdasarkan landasan teori dapat disimpulkan bahwa pasien “F” yang
mengalami cidera otak sedang telah mendapatkan pelayanan baik dari rumah
sakit, kebutuhan gizi cukup, obat serta injeksi yang sesuai dengan kebutuhan
pasien seperti pemasangan infus 24 jam. Juga didukung dari keadaan psikis
pasien dan hubungan sosial adaptasi pasien yang cukup bagus, sehingga
proses penyembuhan berjalan lancar dan kondisi pasien semakin membaik