Laporan reaksi saponifikasi serta pengujian sifat surfaktan sabun dan deterjen
Transcript of Laporan reaksi saponifikasi serta pengujian sifat surfaktan sabun dan deterjen
REAKSI SAPONIFIKASI SERTA PENGUJIAN SIFAT SURFAKTAN SABUN DAN DETERJEN
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
1. HASIL PERCOBAAN
Pembuatan Sabun Kalium dan Natrium
Jenis Sabun Wujud Warna Bau
Sabun Kalium cair kental kekuningan menyengat
Sabun Natrium padatan putih menyengat
Analisis Asam Lemak dari Sabun
Sampel Kelarutan dalam Aseton
Sabun Kalium Mudah larut
Sabun Natrium Sukar larut
Minyak Tidak larut
Sifat Sabun dan Deterjen
Sampel Uji Membersihkan Minyak pada Gelas Arloji
Sabun Kalium Bisa membersihkan
Sabun Natrium Kurang membersihkan
Sabun Deterjen Paling membersihkan
Kemampuan Sebagai Surfaktan (Efek Ion-Ion Sadah)
Sampel Pengamatan
Larutan CaCl₂ Larutan MgCl₂ Larutan FeCl₂ Air kran
Sabun Kalium Ada endapan Ada endapan Ada endapan Larut
Sabun Natrium Ada endapan Ada endapan Ada endapan Larut
Sebun Deterjen Larut Larut Larut Larut
2. PEMBAHASAN
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah
reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan
gliserin.
Berikut ini merupakan bentuk dari reaksi penyabunan.
Pada proses pembuatan sabun kalium, ke dalam 3 mL minyak dimasukkan
KOH/Etanol 10%. Penambahan Etanol disini berfungsi sebagai pelarut yang semakin
lama semakin habis karena menguap. Etanol dapat menguap dikarenakan etanol
memiliki titik didih yang lebih rendah daripada minyak, sehingga ketika dipanaskan
memungkinkan Etanol akan menguap.
Ketika campuran minyak dan Etanol dipanaskan, maka akan terjadi kenaikan
suhu di mana akan mempercepat laju reaksi dikarenakan pemanasan akan membuat
energi kinetic semakin cepat sehingga reaksi dapat berlangsung lebih cepat.
Proses saponifikasi dikatakan telah berlangsung sempurna dengan cara
menguji larutan ke dalam air. Apabila ketika beberapa sampel larutan dimasukkan ke
dalam air dan tidak terdapat minyak/lemak pada air itu berarti saponifikasi telah
berhasil. Hasil dari saponifikasi tersebut berupa cairan kental berwarna kuning
keputihan dan berbau menyengat. Hasil tersebut kemudian ditambah aquades
sehingga kini terbentuk sabun kalium yang memiliki wujud cair kental.
Sedangkan dalam pembuatan sabun natrium, sebagian sabun kalium yang
dihasilkan ditambahkan larutan NaCl jenuh. Penambahan larutan NaCl jenuh
bertujuan untuk memisahkan sabun dari produk sampingan dari reaksi sebelumnya,
yaitu gliserol. Setelah itu dari proses penyaringan campuran larutan tadi akan
terbentuk sabun natrium yang memiliki wujud padat dan berwarna putih.
Pada percobaan kedua yaitu analisis asam lemak dari sabun, sabun kalium
diberi tambahan larutan HCl pengasaman beberapa tetes. Penambahan larutan HCl
pengasaman ini bertujuan untuk membentuk suasana asam pada larutan. Keasaman
larutan dapat diukur dengan menggunakan kertas lakmus merah (kalau warna kertas
lakmus merah tidak berubah (tetap merah) berarti larutan sudah menjadi asam).
Proses serupa juga dilakukan pada sabun natrium.
Perlakuan larutan sabun dengan HCl pengasaman akan menghasilkan
campuran asam lemak.
Reaksi pada proses tersebut adalah sebagai berikut.
Aseton merupakan senyawa yang memiliki sifat polar. Campuran asam lemak
dari sabun kalium dan natrium dapat larut dalam asetons esuai asas like dissolve like,
yaitu senyawa yang memiliki kemiripan kemolaran akan saling melarutkan.
Pada percobaan ini didapatkan hasil bahwa kalium akan lebih mudah larut
dalam aseton dibandingkan dengan natrium walaupun sebenarnya keduanya juga
larut dalam aseton. Hal ini disebabkan karena K⁺ yang lebih mudah lepas daripada
Na⁺. Sehingga sabun kalium akan lebih cepat larut.
Pada percobaan ketiga yakni sifat sabun dan deterjen di mana hel ini
bertujuan untuk mengetahui sifat dan kemampuan setiap sabun dalam
membersihkan atau mengikat lemak atau kotoran.
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan bahwa sabun kalium dapat
membersihkan lemak namun kurang begitu bersih karena hanya mampu mengikat
lemak dalam jumlah yang sedikit. Sedangkan pada sabun natrium juga dapat
membersihkan lemak tapi jika dibandingkan dengan sabun kalium dalam
membersihkan lemak lebih bersih. Fenomena di mana sabun kalium dapat
melarutkan minyak/lemak lebih banyak dari sabun natrium disebabkan karena sabun
kalium merupakan sabun cair sementara sabun natrium merupakan sabun padatan,
sehingga akan memiliki kemampuan melarutkan lemak lebih tinggi dibandingkan
dengan sabun natrium.
Sedangkan minyak yang dibersihkan menggunakan sabun deterjen memiliki
tingkat kebersihan yang paling tinngi karena sabun deterjen memiliki kemampuan
mengikat lemak paling tinggi. Hal ini disebabkan deterjen memiliki sifat dapat
mengemulsi lemak secara sempurna, yaitu bagian nonpolar dari ujung-ujung
hidrokarbon pada deterjen megelilingi tetesan minyak secara merata, sehingga
deterjen dapat mengemulsikan lemak.
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon yang panjang
dengan pada bagian ujung terdapat ion. Bagian hidrokarbon ini bersifat hidrofobik
dan larut dalam zat-zat non polar, sedangkan ujung ion yang satunya bersifat
hidrofilik dan larut dalam air. Karena itulah secara keseluruhan sabun tidak
sepenuhnya larut dalam air. Namun, sabun mudah tersuspensi dalam ir karena
membentuk misel, yakni segerombol mlekul sabun yang rantai hidrokarbonnya
mengelompok dengan ujung-ujung ionnya menghadap ke air.
Kemampuan sabun yaitu dapat mengemulsi kotoran yang mengandung
minyak/lemak sehingga dapat dibungan dengan cara pembilasan. Kemampuan ini
disebabkan leh dua sifat sabun. Pertama, rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun
larut dalam zat non polar. Kedua, ujung anion mlekul sabun yang tertarik pada air,
ditolak leh ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak
lain. Karena tolak-menolak antar tetes-tetes sabun minyak, maka minyak itu tidak
dapat saling bergabung tetapi tetap tersuspensi.
Pada percobaan kemampuan sebagai surfaktan (efek ion-ion sadah)
dilakukan untuk mengetahui kemampuan setiap sabun ketika berada dalam air
sadah, yaitu air yang mengandung kation divalent Ca²⁺, Mg²⁺, dan Fe²⁺. Hasil
percobaan memperlihatkan bahwa pada sabun kalium dan sabun natrium
meninggalkan endapan ketika dicampur dengan larutan yang mengandung ion
sadah. Di mana pada sabun kalium dan natrium adanya kation divalent Ca²⁺, Mg²⁺,
Fe²⁺ akan membentuk endapan dengan anion karboksilat dari sabun.
Reaksinya
Dengan terbentuknya endapan, maka fungsi sabun untuk membersihkan
kotoran menjadi kurang atau tidak efektif. Sabun akan berbuih kembali setelah ion-
ion sadah yang terdapat dalam air mengendap.
Hal ini berkebalikan dengan sabun deterjen tidak ditemukan adanya endapan
ketika dicampur dengan larutan yang mengandung in sadah. Fenomena ini terjadi
karena sabun deterjen tidak dapat bereaksi dengan ion-ion sadah, seperti Ca²⁺, Mg²⁺,
dan Fe²⁺. Berdasarkan bukti tersebut sehingga sabun deterjen masih dapat bekerja
dengan sangat efektif ketika berada dalam air sadah.