Laporan puskesmas Laras

136
BORANG PORTOFOLIO Disusun Oleh : Nama/peserta : dr. Nuzulul W. Laras Pendamping : dr. Riyono

description

sadsad

Transcript of Laporan puskesmas Laras

Page 1: Laporan puskesmas Laras

BORANG PORTOFOLIO

Disusun Oleh :

Nama/peserta : dr. Nuzulul W. Laras

Pendamping : dr. Riyono

PUSKESMAS SALAMAN I

KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH

PERIODE JUNI 2015 - SEPTEMBER 2015

Page 2: Laporan puskesmas Laras

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG

INTERNSIP DOKTER INDONESIA

Data Peserta

Nama Peserta : dr. Nuzulul Widyadining Laras

Nama Pendamping : dr. Riyono

Nama Wahana : Puskesmas Salaman I

KIDI Wilayah/Provinsi : Kabupaten Magelang/ Jawa Tengah

Mulai Tanggal : 01 Juni 2015

Selesai Tanggal : 30 September 2015

Tanda tangan peserta :

Identitas

Nama Dokter dr. Nuzulul Widyadining Laras

Nomor Sertifikat

Kompetensi

560/KDPI/SK/U.PNUKMPPD.2/XII/2014

No. STR Internsip 3321100115161983

No. SIP Internsip 449.1/006/SIP Int/21/VI/2015

Alumnus FK Universitas Diponegoro Semarang Tahun : 2014

Alamat Rumah : Jl. Parasamya 9 No.4 Perumda-Ungaran, Jawa Tengah

Telp : Fax : Email :

081215781671 [email protected]

Page 3: Laporan puskesmas Laras

LAPORAN KEGIATAN INTERNSIP

DINAS KESEHATAN

PUSKESMAS SALAMAN I

Alamat: Jalan Raya Magelang-Purworejo KM 15,

Kab. Magelang, Telp (0293) 56162

SURAT LAPORAN PELAKSANAAN INTERNSIP

Pada hari Sabtu tanggal 29 September 2015 setelah mempertimbangkan kinerja

yang dilakukan oleh para pendamping, kepada peserta dengan nama dr. Nuzulul

Widyadining Laras, tempat wahana Puskesmas Salaman I, Kabupaten Magelang,

maka pada rapat penilaian akhir dinyatakan yang bersangkutan sudah selesai

melaksanakan seluruh kegiatan internsip.

Semua dokumen pendukung kegiatan peserta disimpan di Wahana Puskesmas

Salaman I.

Salaman, 29 September 2015

Pendamping,

dr. Riyono

NIP. 197110132010011001

Koordinator Wahana,

dr. Heri Sumantyo, MPH

NIP. 19691012200112006

Page 4: Laporan puskesmas Laras

Kinerja UKM Caturwulan I

No Caturwulan I Kinerja

Perilaku A B C D E

Disiplin (kehadiran tepat waktu) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

Partisipasi (dalam melakukan assassmen dan intervensi

E.1 s/d E.7)

[ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

Argumentasi (rasionalitas) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

Tanggung jawab (misalnya, menulis laporan kasus,

laporan kunjungan rumah, penyuluhan)

[ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

Kerjasama (tenggang rasa, tolong-menolong, tanggap) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

Manajerial (dinilai berdasarkan laporan dan atau presentasi kasus)

Latar Belakang permasalahan atau kasus [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

Permasalahan di keluarga, masyarakat maupun kasus [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

Perencanaan dan pemioihan intervensi (misalnya

metode penyuluhan, menetapkan prioritas masalah dan

intervensi)

[ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

Pelaksanaan (proses intervensi) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

Komunikasi

Kemampuan berkomunikasi secara efektif (dengan

kasus, keluarga maupun masyarakat)

[ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

Kemampuan bekerja dalam tim (kerjasama dengan

semua unsur di masyarakat)

[ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

Kepribadian dan profesionalisme

Tanggung jawab profesional (kejujuran, keandalan) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

Menyadari keterbatasan (merujuk, konsultasi pada saat

yang tepat)

[ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

Menghargai kepentingan dan pendapat kasus

maupun pihak lain (menjelaskan semua pilihan tindak

medis UKP dan UKM yangbdapat dilakukan dan

membiarkan kasus/keluarga/masyarakat untuk

memutuskan pemecahan masalah)

[ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

Partisipasi dalam pembelajaran (aktif mengutarakan

pendapat dan rasionalisasi tindak UKP dan UKM dalam

setiap kegiatan pembelajaran)

[ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

Page 5: Laporan puskesmas Laras

Kemampuan membagi waktu (menyelesaiakan semua

tugas pada waktunya dan mempunyai waktu untuk

membantu orang lain)

[ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

Pengelolaan rekam medis (selalu menulis data medis

secara benar dan baik)

[ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

Komentar Pendamping

Nama Peserta : dr.Nuzulul Widyadining Laras

Nama Wahana :Puskesmas Salaman I

Pendamping: dr.Riyono

Tanda tangan :

Page 6: Laporan puskesmas Laras

Berita acara presentasi portofolio

Pada hari Senin, tanggal 30 Juli 2015 telah dipresentasikan portofolio oleh:

Nama : dr. Nuzulul Widyadining Laras

dengan judul/ topik : F 1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan

Masyarakat (topik: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

Nama Pendamping : dr. Riyono

Nama Wahana : Puskesmas Salaman I

Nama Peserta Presentasi Tanda tangan

1. dr. Alberta Vania H. …………….

2. dr. Najih Rama Eka Putra …………….

3. dr. Niken Maretasari P.A. . …………….

4. dr. Nurin Aisyiyah L. …………….

5. dr. Nuzulul W. Laras …………….

6. dr. Shila Lupiyatama …………….

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping

dr. Riyono

NIP. 19711013 201001 1 001

Page 7: Laporan puskesmas Laras

BORANG PORTOFOLIO

F.1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

NO. ID dan Nama Wahana : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang

Topik : Penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Tanggal : 22 Juni 2015

Tanggal Presentasi : 30 Juli 2015 No. dan Nama Pendamping :

Dr. Riyono

Tempat Presentasi : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang

Objektif Presentasi :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Tujuan :

1. Mengetahui penerapan PHBS

2. Dapat melakukan promosi kesehatan

Bahan bahasan : Tinjauan

Pustaka

Riset Kasus

Audit

Cara membahas : Diskusi Presentasi dan

diskusi

Email Pos

Latar belakang permasalahan / kasus

Memasuki milenium baru Departemen Kesehatan telah mencanangkan

Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat.

Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model pembangunan

kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh

banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada

Page 8: Laporan puskesmas Laras

peningkatan, pemeliharaan dan perlindangan kesehatan. Secara makro paradigma

sehat berarti semua sektor memberikan kontribusi positif bagi pengembangan

perilaku dan lingkungan sehat, secara mikro berarti pembangunan kesehatan lebih

menekankan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif

dan rehabilitatif.

Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010,

dimana ada 3 pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat,

perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Untuk

perilaku sehat bentuk konkritnya yaitu perilaku proaktif memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri

dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan.

Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta

adanya transisi demografi dan epidemiologi penyakit, maka masalah penyakit

akibat perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan

sosial budaya cenderung akan semakin kompleks. Perbaikannya tidak hanya

dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan, perbaikan pada lingkungan dan

merekayasa kependudukan atau faktor keturunan, tetapi perlu memperhatikan

faktor perilaku yang secara teoritis memiliki andil 30 - 35 % terhadap derajat

kesehatan.

Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar,

maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat

menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS). Program Perilaku hidup Bersih dan Sehat (PHBS) telah diluncurkan

Page 9: Laporan puskesmas Laras

sejak tahun 1996 oleh Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, yang sekarang

bernama Pusat Promosi Kesehatan. Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk

mencapai keberhasilan pelaksanaan program PHBS, mulai dari pelatihan petugas

pengelola PHBS tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota sampai dengan Puskesmas.

PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau

menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat,

dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan

edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui

pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan

pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat

mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-

masing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga,

memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Tatanan PHBS ada 5 yaitu rumah

tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat-tempat umum.

Permasalahan di Keluarga, Masyarakat dan Kasus

Promosi Kesehatan dengan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) perlu digalakkan karena :

- Banyaknya penyakit menular ataupun tidak menular yang dipengaruhi

oleh perilaku

- Masyarakat belum mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat

- Masyarakat masih enggan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat

karena ketidaktahuannya tersebut

Page 10: Laporan puskesmas Laras

- Tingkat kesadaran masyarakat untuk perilaku hidup bersih dan sehat

masih rendah

Pondok pesantren yang menjadi tempat penyuluhan dipilih karena tempat

tersebut menjadi tempat belajar sekaligus tempat tinggal, dimana penghuninya

terdiri dari sekelompok orang dengan latar belakang sosial, ekonomi dan

pendidikan yang berbeda. Seringkali, kebersihan diri dan lingkungan di pondok

pesantren kurang terjaga, sehingga penyakit mudah menular dari satu penghuni

ke penghuni lainnya.

Tujuan penyuluhan PHBS di pondok pesantren :

- Tercapainya peningkatan pengetahuan, sikap dan kemampuan warga

pesantren dan masyarakan lingkungan pesantren dalam mencegah

penyakit, memelihara dan meningkatkan kesehatan serta berperan aktif

dalam bidang kesehatan.

Perencanaan dan pemilihan intervensi (metode penyuluhan, menetapkan

prioritas masalah dan intervensi)

Dalam upaya promosi kesehatan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan

sehat di lingkungan pondok pesantren diadakan penyuluhan yang dihadiri oleh

santri di pondok pesantren tersebut. Selain itu juga mempraktekkan cara mencuci

tangana yang benar dan gosok gigi yang benar.

Pelaksanaan (proses intervensi)

Penyuluhan dilakukan oleh para dokter dan tenaga kesehatan dari Puskesmas

Salaman I yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Darul Najah,Magelang, Jawa

Tengah.

Page 11: Laporan puskesmas Laras

Monitoring dan evaluasi termasuk di dalamnya pengambilan kesimpulan

a. Kegiatan : Penyuluhan di Pondok Pesantren pada tanggal 6 Juni 2015

b. Sasaran : Santri Pondok Pesantren Darun Najah

c. Monitoring :

1. Mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat di kawasan

pesantren

2. Meningkatnya tingkat kesehatan di kawasan pesantren

3. Santri dapat menjelaskan tentang perilaku hidup bersih dan sehat.

d. Evaluasi :

Perlu dievaluasi setiap minggu apakah santri sudah mengerti benar cara

perilaku hidup bersih dan sehat. Perlu pula evaluasi kesehatan para santri dari

penyakit menular dan tidak menular dengan cara pemeriksaan kesehatan tiap

minggu.

Salaman, 30 Juli 2015

Peserta Pendamping

dr. Nuzulul W. Laras dr. Riyono

FOTO KEGIATAN PROMKES

Page 12: Laporan puskesmas Laras

Berita acara presentasi portofolio

Pada hari Senin, tanggal 15 Agustus 2015 telah dipresentasikan portofolio oleh:

Page 13: Laporan puskesmas Laras

Nama : dr. Nuzulul Widyadining Laras

dengan judul/ topik : F. 2. Upaya Kesehatan Lingkungan

(topik : Sanitasi Jamban)

Nama Pendamping : dr. Riyono

Nama Wahana : Puskesmas Salaman

Nama Peserta Presentasi Tanda tangan

1. dr. Alberta Vania H. …………….

2. dr. Najih Rama Eka Putra …………….

3. dr. Niken Maretasari P.A. . …………….

4. dr. Nurin Aisyiyah L. …………….

5. dr. Nuzulul W. Laras …………….

6. dr. Shila Lupiyatama …………….

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping

dr. Riyono

NIP. 19711013 201001 1 001

BORANG PORTOFOLIO

F.2. Upaya Kesehatan Lingkungan

Page 14: Laporan puskesmas Laras

Nama Wahana : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang

Topik : Sanitasi Jamban

Tanggal : 12 Agustus 2015

Tanggal Presentasi : 15 Agustus 2015 Nama Pendamping :

dr.Riyono

Tempat Presentasi : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang

Objektif Presentasi :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan

Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus

Bayi

Anak

Remaja

Dewasa

Lansia Bumil

Bahan bahasan : Tinjauan

Pustaka

Riset Kasus Audit

Cara membahas : Diskusi Presentasi dan

diskusi

Email Pos

A. LATAR BELAKANG

Page 15: Laporan puskesmas Laras

Perilaku buang air besar adalah kebutuhan biologis manusia. Namun

dalam pelaksanaannya dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan, misalnya

tempat buang air besar yang tidak sesuai dengan syarat kesehatan yaitu

jamban. Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap

masyarakat. Syarat jamban yang sehat adalah tidak mencemari air, misalnya

sungai, selokan, mata air dan lain lain, dan kotoran tidak dapat dijangkau oleh

serangga serta tidak menimbulkan bau. Jika buang air besar di jamban yang

tidak memenuhi syarat kesehatan akan menimbulkan penyakit menular,

lingkungan menjadi tidak tertib dan kotor. Alasan utama yang selalu

diungkapkan masyarakat mengapa belum memiliki jamban keluarga adalah

tidak adanya uang dan lahan untuk membangun jamban.

Jamban perlu mendapat perhaitan khusus karena merupakan satu bahan

buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan

sebagai media bibit penyakit, seperti diare, typhus, disentri, cacingan dan

gatal-agatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada

sumber air dan bau busuk serta estetika.

Karena semakin banyaknya penyuluhan yang dilakukan oleh Puskesmas

mengenai kesehatan, masyarakat sudah banyak pula yang menerapkan tatanan

rumah tangga Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), tetapi sayangnya

masih banyak juga masyarakat yang masih buang air besar tidak di jamban

dengan berbagai alasan. Untuk itu diperlukan survey secara langsung ke

lingkungan atau tempat tinggal masyarakat mengenai perilaku buang air besar

agar terwujud masyarakat yang sehat.

Page 16: Laporan puskesmas Laras

B. PERMASALAHAN KASUS

Penyediaan sarana pembuangan tinja masyarakat terutama dalam pelaksanaannya

tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat

erat kaitannya dengan perilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.

Desa Kalirejo merupakan salah satu desa dari Kecamatan Salaman yang memiliki

letak terpencil dengan masyarakat yang sebagian besar memiliki mata

pencaharian sebagai petani dan tingkat pendidikan yang masih rendah

menyebabkan masyarakat desa Kalirejo kurang memperhatikan sanitasi jamban.

Oleh karena itu, perlu dilakukan survey untuk mengetahui sanitasi jamban di Desa

Kalirejo, Kecamatan Salaman.

Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang

tinja atau kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga yang lazim disebut kakus

atau WC. Syarat jamban yang sehat sesuai kaidah-kaidah kesehatan sebagai

berikut :

1. tidak mencemari sumber air minum

2. tidak berbau tinja dan tidak bebas dijamah oleh serangga maupun tikus

3. air seni, air bersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah sekitar

olehnya itu lantai sedikitnya berukuran 1x1 meter dan dibuat cukup landai,

miring ke arah lubang jongkok

4. mudah dibersihkan dan aman penggunaannya

5. dilengkapi dengan dinding dan penutup

6. cukup penerangan dan sirkulasi udara

Page 17: Laporan puskesmas Laras

7. luas ruangan yang cukup

8. tersedia air dan alat pembersih

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jarak jamban

dan sumber air bersih adalah sebagai berikut :

1. kondisi daerah, datar atau miring

2. tinggi rendahnya permukaan air

3. arah aliran air tanah

4. sifat, macam dan struktur tanah

Penggunaan jamban yang baik adalah kotoran yang masuk hendaknya

disiram dengan air yang cukup. Pada jamban cemplung lubang harus selalu

ditutup jika jamban tidak digunakan agar tidak kemasukan benda-benda

lain. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air,

bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan

bersih, tidak ada kotoran terlihat dan tidak ada serangga dan tikus

berkeliaran.

C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI ( MISAL METODE

PENYULUHAN, MENETAPKAN PRIORITAS MASALAH DAN

INTERVENSI)

Berdasarkan latar belakang dari permasalahan di atas, maka dilakukan survey

langsung ke tempat tinggal penduduk. Tenaga kesehatan mendatangi lima rumah

di Desa Kalirejo yang terpilih untuk dilakukan survey dan diamati keadaan

jamban di rumahnya.

Page 18: Laporan puskesmas Laras

D. PELAKSANAAN (PROSES INTERVENSI)

Monitoring dan evaluasi termasuk di dalamnya pengambilan kesimpulan.

Berdasarkan hasil survey, seluruh rumah telah memiliki jamban yang berjarak

lebih dari 10 meter dari sumber air. Tiga rumah masih menggunakan jamban

cemplung, sedangkan 2 rumah telah memiliki septitank sendiri. Tiga rumah

dengan jamban cemplung memiliki tempat pembuangan akhir berupa kolam yang

tidak ditutup dengan penutup kedap air, sedangkan 2 rumah yang memiliki

septitank telah tertutup kedap air. Karena kolam berada di luar memungkinkan

binatang penyebar penyakit seperti lalat atau tikus menjamah kotoran dalam

jamban. Kolam tersebut juga menimbulkan bau meskipun rutin dikuran seminggu

sekali dan diberi ikan lele di dalamnya. Sedangkan septitank tidak memungkinkan

binatang penyebar penyakit menjamah kotoran dalam jamban, tidak menimbulkan

bau dan selalu terjaga kebersihannya.

Kriteria-kriteria tersebut dilakukan skoring kemudian dijumlahkan untuk menilai

tingkat resiko mencemari lingkungan. Hasilnya 3 rumah memiliki resiko tinggi

mencemari lingkungan dan 2 rumah memiliki risiko rendah mencemari

lingkungan.

E. KESIMPULAN

Page 19: Laporan puskesmas Laras

Sebagian besar masyarakat desa Kalirejo telah memiliki jamban di rumah mereka,

akan tetapi jamban yang dimiliki kebanyakan adalah jamban cemplung dengan

kolam pembuangan terbuka. Jamban seperti ini kurang sehat dan memiliki tingkat

risiko mencemari lingkungan yang tinggi.

BAB harus dilakukan di jamban yang sehat. Jamban yang sehat yaitu jamban

yang tidak mencemari air, kotoran tidak dapat dijangkau oleh serangga serta tidak

menimbulkan bau. Jika BAB di sembarang tempat dapat menimbulkan berbagai

masalah terutama masalah kesehatan seperti diare dan penyakit menular lainnya.

Untuk itu diperlukan pemeriksaan sanitasi lingkungan agar tercipta masyarakat

yang bersih dan sehat baik secara jasmani maupun rohani.

Salaman, 14 Agustus 2015

Peserta Pendamping

dr. Nuzulul W. Laras dr. Riyono

FOTO KEGIATAN SANITASI JAMBAN

Page 20: Laporan puskesmas Laras

Jamban septictank

Jamban cemplung

Berita acara presentasi portofolio

Page 21: Laporan puskesmas Laras

Pada hari Senin, tanggal 31 Juli 2015 telah dipresentasikan portofolio oleh:

Nama : dr. Nuzulul Widyadining Laras

dengan judul/ topik : F. 3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta

Keluarga Berencana (KB) (topik : Grande Multipara)

Nama Pendamping : dr. Riyono

Nama Wahana : Puskesmas Salaman I

Nama Peserta Presentasi Tanda tangan

1. dr. Alberta Vania H. …………….

2. dr. Najih Rama Eka Putra …………….

3. dr. Niken Maretasari P.A. . …………….

4. dr. Nurin Aisyiyah L. …………….

5. dr. Nuzulul W. Laras …………….

6. dr. Shila Lupiyatama …………….

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping

dr. Riyono

NIP. 19711013 201001 1 001

Page 22: Laporan puskesmas Laras

BORANG PORTOFOLIO

F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

Nama Wahana : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang

Topik : Grande Multipara

Tanggal : 29 Juni 2015

Nama Pasien : Ny.F No. RM : -

Tanggal Presentasi : 15 Agustus 2015 Nama Pendamping :

Dr. Riyono

Tempat Presentasi : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang

Objektif Presentasi :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan

Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak

Remaja

Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi

Wanita, 34 tahun, hamil ketujuh kali, usia kehamilan 14 minggu

Tujuan

- Skrining kehamilan resiko tinggi

- Mengetahui kehamilan grande multipara dan risikonya

- Mengatasi permasalahan kehamilan risiko tinggi

Bahan bahasan : Tinjauan

Pustaka

Riset Kasus

Audit

Cara membahas : Diskusi Presentasi dan Email Pos

Page 23: Laporan puskesmas Laras

diskusi

Data pasien Nama : Ny.F Nomor Registrasi : -

Nama Klinik : Puskesmas

Salaman I

Telp. : - Terdaftar sejak : -

Data Utama untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis / Gambaran Klinis

Pasien hamil dengan usia kehamilan 14 minggu. Kehamilan ini merupakan

kehamilan ketujuh. Jumlah anak hidup enam anak. Jumlah keguguran tidak

pernah. Jumlah anak lahir kurang bulan dua anak. Jarak dengan kehamilan

terakhir 3 tahun. Cara persalinan terakhir normal/spontan ditolong oleh bidan.

Pasien datang ke Puskesmas untuk pemeriksaan kehamilan rutin.

2. Riwayat Kesehatan / Penyakit

□ Riwayat hipertensi (-), diabetes melitus (-), sakit jantung (-).

3. Riwayat Keluarga

□ Riwayat hipertensi (-), diabetes melitus (-), sakit jantung (-).

4. Riwayat Sosial Ekonomi :

Pasien seorang ibu rumah tangga. Pasien lulusan SMP. Suami pasien bekerja di

bidang swasta dengan penghasilan ±Rp 2.000.000 per bulan. Suami pasien

lulusan SMP. Pasien memiliki 4 orang anak. Biaya kesehatan menggunakan

BPJS.

Kesan sosial ekonomi kurang

5. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik (RUMAH, LINGKUNGAN,

Page 24: Laporan puskesmas Laras

PEKERJAAN)

Pasien tinggal di rumah bersama suami dan keempat anaknya. Kondisi higienis

dan kebersihan lingkungan sekitar kurang baik. Pasien tidak bekerja. Biaya

sehari-hari ditanggung suami yang bekerja di bidang swasta. Biaya kesehatan

menggunakan BPJS.

6. Riwayat Haid :

Menarche : 10 tahun

Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) : 23-3-2015

Haid lancar, selama 7 hari, tiap 28 hari sekali.

Hari Taksiran Persalinan (HTP) : 30-12-2015

8. Riwayat Pernikahan :

Menikah 1x dengan suami yang sekarang. Usia pernikahan 17 tahun.

9. Riwayat Obstetri :

G7P6A0 pada hamil ini.

10. Riwayat Antenatal Care :

ANC di bidan 1x di Puskesmas 1x. TT(+)

11. Riwayat Keluarga Berencana :

Pasien tidak pernah menggunakan KB cara apapun.

12. Lain-lain (diberi contoh : PEMERIKSAAN FISIK, PEMERIKSAAN

LABORATORIUM, DAN TAMBAHAN YANG ADA, sesuai dengan

FASILITAS WAHANA)

□ Keadaan Umum : baik, GCS 15

□ Tanda Vital : TD : 120/90 mmHg, Nadi : 86x/menit,

Page 25: Laporan puskesmas Laras

RR : 22x/menit, t : 36,5oC

□ Pemeriksaan Fisik :

Umur : 34 tahun

BB : 59 Kg

TB : 151 cm

□ Pemeriksaan Laboratorium :

- HbS Ag (-)

- Proteinuria (-)

- Hb : 11,9 g/dL

- Golongan darah A

□ Pemeriksaan Obstetri :

Tinggi Fundus Uteri (TFU) 2 jari di atas simfisis pubis

DJJ : 11-12-11

Daftar Pustaka : (diberi contoh, MEMAKAI SISTEM HARVARD,

VANCOUVER, atau MEDIA ELEKTRONIK)

1. IDI Depkes RI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan

Primer. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2013.

2. Sartono. Buku Kebidanan dan Kandungan. Jakarta : Erlangga. 2005.

Hasil Pembelajaran :

Kehamilan resiko tinggi adalah salah satu kehamilan yang di dalamnya

kehidupan atau kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat gangguan

kehamilan yang kebetulan atau unik. Risiko adalah suatu ukuran statistik dari

kemungkinan terjadinya suatu keadaan gawat darurat yang tidak diinginkan

Page 26: Laporan puskesmas Laras

seperti kematian, kesakitan, kecacatan, ketidaknyamanan atau ketidakpuasan

(5K) pada ibu dan bayi.

Ukuran resiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebut skor.

Diguanakan angka bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2,4, dan 8 pada

tiap faktor untuk membedakan resiko yang rendah, resiko menengah, resiko

tinggi. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi tiga kelompok :

1) Kehamilan resiko rendah (KRR) dengan jumlah skor 2. Kehamilan tanpa

masalah/faktor resiko, fisiologis dan kemungknan besar diikuti oleh

persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat.

2) Kehamilan resiko tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10. Kehamilan

dengan satu atau lebih faktor resiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya

yang memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun

janinnya, memiliki resiko kegawatan tetapi tidak darurat

3) Kehamilan resiko sangat tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥12.

Kehamilan dengan faktor resiko :

a) Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat

bagi jiwa ibu dan atau bayinya, membutuhkan dirujuk tepat waktu dan

tidakan segera untuk penganganan adekuat dalam upaya

menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.

b) Ibu dengan faktor resiko dua atau lebih, tingkat resiko kegawatannya

meningkat, yang membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit

oleh dokter spesialis

Data statistik memperlihatkan bahwa kehamilan yang sehat mencapai

Page 27: Laporan puskesmas Laras

presentase 85%. Selebihnya merupakan porsi kehamilan beresiko

10% kehamilan beresiko tinggi dan 5% kehamilan dengan resiko

sangat tinggi.

RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO

1. SUBYEKTIF

Wanita, 34 tahun, hamil dengan usia kehamilan 14 minggu. Kehamilan ini

merupakan kehamilan ketujuh. Jumlah anak hidup enam anak. Jumlah

keguguran tidak pernah. Jumlah anak lahir kurang bulan dua anak. Jarak

dengan kehamilan terakhir 3 tahun. Cara persalinan terakhir normal/spontan

ditolong oleh bidan. Pasien datang ke Puskesmas untuk pemeriksaan

kehamilan rutin. Tidak ada keluhan.

2. OBJEKTIF

□ Keadaan Umum : baik, GCS 15

□ Tanda Vital : TD : 120/90 mmHg, Nadi : 86x/menit,

RR : 22x/menit, t : 36,5oC

□ Pemeriksaan Fisik :

Umur : 34 tahun

BB : 59 Kg

TB : 151 cm

□ Pemeriksaan Laboratorium :

- HbS Ag (-)

- Proteinuria (-)

Page 28: Laporan puskesmas Laras

- Hb : 11,9 g/dL

- Golongan darah A

□ Pemeriksaan Obstetri :

Tinggi Fundus Uteri (TFU) 2 jari di atas simfisis pubis

DJJ : 11-12-11

3. ASSESSMENT

Wanita, 34 tahun, G7P6A0, hamil 14 minggu

Janin I hidup intrauterin

Grande Multipara

4. PLAN

Diagnosis

Pemeriksaan USG oleh dokter spesialis kandungan

Pengobatan

Pasien diberikan tablet Fe untuk mencegah terjadinya anemia selama

kehamilan.

Pendidikan

Edukasi kepada pasien bahwa kehamilannya ini merupakan kehamilan dengan

risiko tinggi. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan

terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin

yang dikandungnya selama kehamilan, persalinan ataupun nifas bila

dibandingkan dengan kehamilan, persalinan dan nifas normal.

Yang termasuk kriteria kehamilan risiko tinggi adalah : primimuda, primitua,

umur 35 tahun atau lebih, tinggi badan kurang dari 145 cm, grandemulti (hamil

Page 29: Laporan puskesmas Laras

lebih dari 6 kali), riwayat persalinan yang buruk, bekas seksio sesaria, pre

eklampsia, hamil serotinus, perdarahan antepartum, kelainan letak, kelainan

medis dan lain-lain.

Menjelaskan kepada pasien perlu waspada terhadap risiko akibat kehamilannya

ini seperti tekanan darah tinggi saat kehamilan, keguguran, persalinan prematur

dan lain-lain.

Menjelaskan kepada pasien untuk mempersiapkan diri dan biaya apabila

sewaktu-waktu persalinan perlu dilakukan operasi seksio sesaria.

Konsultasi

Penempelan stiker kehamilan resiko tinggi di depan rumah supaya warga

masyarakat juga tahu dan membantu apabila ada sesuatu.

Edukasi mengenai kehamilan risiko tinggi dan risiko yang dapat terjadi dan

persiapan yang perlu dilakukan.

Rujukan

Direncanakan apabila terjadi kehamilan, persalinan atau nifas patologis.

Salaman, 15 Agustus 2015

Peserta Pendamping

dr. Nuzulul Widyadining Laras dr. Riyono

Berita acara presentasi portofolio

Page 30: Laporan puskesmas Laras

Pada hari Senin, tanggal 31 Juli 2015 telah dipresentasikan portofolio oleh:

Nama : dr. Nuzulul Widyadining Laras

dengan judul/ topik : F. 4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

(topik : Balita gizi kurang dengan rhinitis dan dermatitis

alergi)

Nama Pendamping : dr. Riyono

Nama Wahana : Puskesmas Salaman I

Nama Peserta Presentasi Tanda tangan

1. dr. Alberta Vania H. …………….

2. dr. Najih Rama Eka Putra …………….

3. dr. Niken Maretasari P.A. . …………….

4. dr. Nurin Aisyiyah L. …………….

5. dr. Nuzulul W. Laras …………….

6. dr. Shila Lupiyatama …………….

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping

dr. Riyono

NIP. 19711013 201001 1 001

Page 31: Laporan puskesmas Laras

BORANG PORTOFOLIO

F.4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Nama Wahana : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang

Topik : Balita gizi kurang dengan rhinitis dan dermatitis alergi

Tanggal : 29 Juni 2015

Nama Pasien : An.R No. RM : 98724506

Tanggal Presentasi : 31 Juli 2015 Nama Pendamping :

dr. Riyono

Tempat Presentasi : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang

Objektif Presentasi :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan

Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi

Anak

Remaja

Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi

Anak, laki-laki, usia 4 tahun, gizi kurang, pilek dan gatal selama 2 minggu saat

udara dingin

Tujuan

- Mendiagnosis rinitis dan dermatitis alergi

- Mengobati rinitis dan dermatitis alergi

Bahan bahasan : Tinjauan Riset Kasus Audit

Page 32: Laporan puskesmas Laras

Pustaka

Cara membahas : Diskusi Presentasi dan

diskusi

Email Pos

Data pasien Nama : An.R Nomor Registrasi : 98724506

Nama Klinik : Puskesmas

Salaman I

Telp. : - Terdaftar sejak : -

Data Utama untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis / Gambaran Klinis

Selama 2 minggu, saat udara dingin di malam hari pasien pilek dan gatal terus

menerus. Pilek cair (+), jernih (+), batuk (-), dahak (-), sesak nafas (-). Pasien

merasa gatal di seluruh tubuh, timbul bintik-bintik kecil berwarna merah, yang

muncul saat udara dingin dan menghilang saat tidak dingin.

2. Riwayat Pengobatan

Pasien belum pernah berobat

3. Riwayat Kesehatan / Penyakit

□ Riwayat sakit seperti ini sebelumnya (-)

□ Riwayat alergi makanan/susu (-), asma (-)

4. Riwayat Keluarga

Orang tua :

□ Nama Ayah : Tn.S

□ Umur : 28 tahun

□ Pekerjaan : buruh

□ Pendidikan : SMA

Page 33: Laporan puskesmas Laras

□ Nama Ibu : Ny.S

□ Umur : 26 tahun

□ Pekerjaan : buruh

□ Pendidikan : SMA

Pohon Keluarga

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Laki-laki sakit

5. Riwayat Sosial Ekonomi :

Pasien tinggal dengan ayah dan ibu di rumah yang cukup bersih, bersama

dengan kakek dan nenek dari pihak ayah. Biaya kesehatan ditanggung BPJS.

6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik (RUMAH, LINGKUNGAN,

PEKERJAAN)

Pasien tinggal di rumah bersama ayah, ibu, kakek dan nenek. Rumah memiliki

5 ruangan dengan luas kamar 4x4 m. Dinding rumah dari batu bata dan atap

rumah dari asbes. Higienis rumah dan lingkungan sekitar cukup bersih. Biaya

Page 34: Laporan puskesmas Laras

kesehatan ditanggung BPJS.

7. Riwayat Perinatal :

Diperiksa di Bidan rutin > 4x. Penyakit kehamilan disangkal. Suntik TT 2 kali.

Obat yang diminum selama hamil yaitu vitamin dan tablet tambah darah.

8. Riwayat Kehamilan Ibu :

Ibu memiliki 1 anak laki-laki, aterm, lahir spontan di bidan dengan BBL : 2800 g.

9. Riwayat Imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus)

□ BCG : 7 hari

□ DPT : 2, 4, 6 bulan

□ Polio : 0, 2, 4, 6 bulan

□ Hep. B : 0, 2, 6 bulan

□ Campak : 9 bulan

Kesan : Imunisasi Lengkap

10. Riwayat Makan – Minum :

Usia 0 - 6 bulan : ASI eksklusif sesuai dengan keinginan anak

Usia 6 bulan : ASI ditambah susu formula. Bubur formula dan

buah-buahan.

Usia 1 tahun – 2 tahun : ASI ditambah susu formula, nasi tim dan buah-

buahan

Usia 2 tahun-sekarang : Makanan keluarga, nasi dengan lauk pauk, susu

formula, buah-buahan.

11. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :

□ Senyum : 2 bulan

Page 35: Laporan puskesmas Laras

□ Miring : 3 bulan

□ Tengkurap : 4 bulan

□ Duduk : 6 bulan

□ Gigi keluar : 7 bulan

□ Merangkak : 8 bulan

□ Berdiri berpegangan : 9 bulan

□ Berdiri tanpa berpegangan : 10 bulan

□ Berjalan : 12 bulan

Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan umur

12. Lain-lain (diberi contoh : PEMERIKSAAN FISIK, PEMERIKSAAN

LABORATORIUM, DAN TAMBAHAN YANG ADA, sesuai dengan

FASILITAS WAHANA)

□ Keadaan Umum : baik

□ Tanda Vital : Nadi : 86x/menit, RR : 24x/menit

□ Pemeriksaan Fisik :

Umur : 4 tahun

BB : 16 Kg

PB : 105 cm

Hidung : tampak sekret serous

Kulit : tampak urtikaria tersebar di seluruh tubuh.

□ Data Antropometri WHO NCHS :

BB/U = -2,47

PB/U = -1,68

Page 36: Laporan puskesmas Laras

BB/PB = -2,12

Kesan : gizi kurang, perawakan sesuai umur

□ Pemeriksaan Laboratorium : -

Daftar Pustaka : (diberi contoh, MEMAKAI SISTEM HARVARD,

VANCOUVER, atau MEDIA ELEKTRONIK)

1. Braunwald. Fauci. Hauser. Eds. Harrison’s Principals of Internal

Medicine 17th ed. USA : McGraw Hill. 2008.

2. IDI Depkes RI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas

Kesehatan Primer. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2013.

3. Buku Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. 2010. Depkes. Diunduh

dari : http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2011/11/buku-sk-

antropometri-2010.pdf

Hasil Pembelajaran :

Tumbuh kembang merupakan hal utama pada anak. Pertumbuhan adalah

proses bertambahnya ukuran sel dan jaringan interseluler, sedangkan

perkembangan adalah proses maturasi fungsi organ tubuh termasuk

berkembangnya kemampuan mental intelegensi serta perilaku anak. Faktor

penentu tumbuh kembang adalah faktor genetik herediter konstitusional yang

menentukan potensi bawaan anak dan faktor lingkungan yang menentukan

tercapai tidaknya potensi tersebut.

Jenis tumbuh kembang dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Tumbuh kembang fisik meliputi perubahan dalam bentuk besar dan fungsi

organism atau individu

Page 37: Laporan puskesmas Laras

2. Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi

dan kemampuan materi bersifat abstrak/simbolik seperti berbicara,

bermain, berhitung, dan membaca

3. Tumbuh kembang sosial ekonomi meliputi kemampuan bayi untuk

membentuk ikatan batin, berkasih sayang, menangani kegelisahan akibat

suatu frustasi, dan mengelola rangsangan agresif.

Status gizi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan perkembangan anak.

Masalah gizi yang dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang dapat

disebabkan oleh :

1. Kurang kalori protein

2. Gangguan akibat kurang iodium / GAKI

3. Anemia zat besi

4. Kekurangan vitamin A

Pada kasus ini pasien mengalami gizi kurang. Hal ini sesuai dengan data

antropometri WHO NCHS menunjukkan BB/U = -3 (-3,0 SD -- < -2,0 SD).

Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi

alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi oleh alergen

yang sama serta dilepaskan suatu mediator kimia ketika terjadi paparan

ulangan dengan alergen spesifik tersebut. menurut WHO ARIA (Allergic

Rhinittis and It’s Impact on Asthma), 2001, rhinitis alergi adalah kelainan pada

gejala bersin-bersin, rinorea, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung

terpapar alergen yang diperantai oleh Ig E.

Page 38: Laporan puskesmas Laras

Rhinitis ditemukan di semua ras manusia, pada anak-anak lebih sering

terjadi terutama anak laki-laki. Memasuki usia dewasa, prevalensi laki-laki dan

perempuan sama. Insidensi tertinggi terdapat pada anak-anak dan dewasa muda

dengan rerata pada usia 8-11 tahun, alergi pada anak-anak 40% dan menurun

sejalan dengan usia sehingga pada usia tua rhinitis alergi jarang ditemukan.

Faktor tisiko rhinitis alergi ;

1. Adanya riwayat atopi

2. Lingkungan dengan kelembaban yang tinggi merupakan faktor risiko

untuk tumbuhnya jamur, sehingga dapat timbul gejala alergis

3. Terpaparnya debu tungau biasanya karpet serta sprai tempat tidur, suhu

yang tinggi.

Dermatitis alergi atau atopik adalah peradangan kulit berulang dan kronis

dengan disertai gatal. Pada umumnya terjadi selama masa bayi dan anak-anak

dan sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum serta

riwayat atopi pada keluarga atau penderita.

Faktor risiko dermatitis alergi adalah :

1. Wanita lebih banyak menderita dermatitis alergi dibandingkan pria

(rasio 1,3:1)

2. Riwayat atopi pada pasien dan atau keluarga (rhinitis alergi,

konjungtivitis alergi/vernalis, asma bronkial, dermatitis alergi)

3. Faktor lingkungan : jumlah keluarga kecil, pendidikan ibu semakin

tinggi, penghasilan meningkat, migrasi dari desa ke kota dan

meningkatnya penggunaan antibiotik

Page 39: Laporan puskesmas Laras

Riwayat sensitif terhadap wol, bulu kucing, anjing, ayam, burung dan

sejenisnya.

RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO

1. SUBYEKTIF

Selama 2 minggu, saat udara dingin di malam hari pasien pilek dan gatal terus

menerus. Pilek cair (+), jernih (+), batuk (-), dahak (-), sesak nafas (-). Pasien

merasa gatal di seluruh tubuh, timbul bintik-bintik kecil berwarna merah, yang

muncul saat udara dingin dan menghilang saat tidak dingin.

2. OBJEKTIF

□ Keadaan Umum : baik

□ Tanda Vital : Nadi : 86x/menit, RR : 24x/menit

□ Pemeriksaan Fisik :

Umur : 4 tahun

BB : 12 Kg

PB : 97 cm

Hidung : tampak sekret serous

Kulit : tampak urtikaria tersebar di seluruh tubuh.

□ Data Antropometri WHO NCHS :

BB/U = -2,47

PB/U = -1,68

BB/PB = -2,12

Kesan : gizi kurang, perawakan sesuai umur

Page 40: Laporan puskesmas Laras

Pemeriksaan Laboratorium : -

3. ASSESSMENT

Gizi kurang

Rhinitis alergi dan dermatitis alergi

4. PLAN

Diagnosis :

Tes uji tusuk/skin prick test untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab

alergi lainnya

Pengobatan :

Terapi pada kasus ini adalah antihistamin cetirizin 2x1/2 tablet untuk 2

minggu, salep betametason untuk digunakan di bagian tubuh yang gatal 2 kali

sehari setelah mandi.

Rehabilitasi tuntas dilakukan dengan memberi makanan tinggi energi dan

tinggi protein, dengan susuna

- Makanan/formula dengan jumlah tidak terbatas dan sering

- Energi 50 – 220 Kkal/KgBB/hari

- Protein 4 – 6 gram/KgBB/hari

Selain itu dibutuhkan berbagai pendekatan secara gencar agar tercapai asupan

makanan yang tinggi dan pertambahan BB > 10 gram/KgBB/hari, sediakan

pula stimulasi sensoris dan dukungan emosi/ mental dan menyiapkan follow up

setelah sembuh.

Pendidikan :

Memberitahukan kepada orangtua pasien untuk :

Page 41: Laporan puskesmas Laras

1. Menghindari suhu ekstrim dingin dengan cara memakai jaket atau selimut

2. Penyakit bersifat kronis dan berulang sehingga perlu diberi pengertian

kepada seluruh anggota keluarga untuk menghindari faktor risiko dan

melakukan perawatan kulit secara benar

3. Selalu menjaga kesehatan dan kebugaran jasmani, sehingga reaksi alergi

berkurang

4. Menekankan agar pasien rutin minum obat dan menggunakan salep serta

kontrol 2 minggu lagi untuk evaluasi alergi nya.

Konsultasi

Menjelaskan bahwa penyakit ini merupakan penyakit kronis yang

membutuhkan pengobatan berjenjang serta membutuhkan kerjasama dari

seluruh anggota keluarga untuk perubahan gaya hidup dan menghindari dari

penyebab alergi.

Rujukan

Rujukan diperlukan bila akan dilakukan pemeriksaan skin prick test.

Salaman, 31 Juli 2015

Peserta Pendamping

dr. Nuzulul W. Laras dr. Riyono

Page 42: Laporan puskesmas Laras

Berita acara presentasi portofolio

Pada hari Senin, tanggal 31 Juli 2015 telah dipresentasikan portofolio oleh:

Nama : dr. Nuzulul Widyadining Laras

dengan judul/ topik : F 5. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit

Menular atau Tidak Menular (topik: Malaria)

Nama Pendamping : dr. Riyono

Nama Wahana : Puskesmas Salaman I

Nama Peserta Presentasi Tanda tangan

1. dr. Alberta Vania H. …………….

2. dr. Najih Rama Eka Putra …………….

3. dr. Niken Maretasari P.A. . …………….

4. dr. Nurin Aisyiyah L. …………….

5. dr. Nuzulul W. Laras …………….

6. dr. Shila Lupiyatama …………….

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping

dr. Riyono

NIP. 19711013 201001 1 001

Page 43: Laporan puskesmas Laras

BORANG PORTOFOLIO

F.5. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular/ Tidak Menular

Nama Wahana : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang

Topik : Malaria

Tanggal : 24 Juni 2015

Nama Pasien : Tn. S No. RM :

Tanggal Presentasi : 31 Juli 2015 No. dan Nama Pendamping :

Dr. Riyono

Tempat Presentasi : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang

Objektif Presentasi :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan

Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak

Remaja

Dewasa

Lansia

Bumil

Deskripsi

Laki-laki, 20 tahun, mengeluh panas menggigil 2 hari pada sore hari.

Tujuan

Mengetahui tanda dan gejala malaria

Mengobati malaria

Mencegah penularan

Bahan bahasan : Tinjauan

Pustaka

Riset Kasus Audit

Cara membahas : Diskusi Presentasi dan Email Pos

Page 44: Laporan puskesmas Laras

diskusi

Data pasien Nama : Tn. S Nomor Registrasi :

Nama Klinik : Puskesmas

Salaman I

Telp. : - Terdaftar sejak :

24 Juni 2015

Data Utama untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis / Gambaran Klinis

Pasien mengeluh panas tinggi hingga menggigil sejak 2 hari sebelum dibawa

ke puskesmas. Panas terjadi pada sore hingga pagi hari. Pusing (+), mual (+),

pasien tampak pucat (+). BAB dan BAK (+) normal.

2. Riwayat Pengobatan

Pasien sudah dibawa berobat ke klinik, minum obat rutin tetapi panas tidak

turun.

3. Riwayat Kesehatan / Penyakit

Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya

4. Riwayat Keluarga

Anggota keluarga tidak ada yang sedang sakit seperti ini.

Ada tetangga yang berjarak ±200 m rumahnya dari pasien mengalami

malaria.

5. Riwayat Pekerjaan

Pasien belum bekerja.

6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik (RUMAH, LINGKUNGAN,

PEKERJAAN)

Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya dan dua kakaknya. Kondisi rumah

Page 45: Laporan puskesmas Laras

layak huni. Kebersihan lingkungan kurang baik. Di sekeliling rumah pasien

ada kebun buah. Biaya kesehatan ditanggun sendiri.

Kesan sosial ekonomi baik.

7. Lain-lain :

Tanda vital : TD: 130/80mmHg, Nadi: 90x/ menit,

RR : 24x/menit, suhu : 39,4OC

Pemeriksaan Fisik :

Mata : anemis (+/+)

Lidah : putih (-), tremor (-)

Thorax : Paru : SD : vesikuler (+/+), ST (-)

Jantung : BJ I-II normal, bising (-), gallop (-)

Abdomen : nyeri tekan (-), bising usus (+) normal, timpani

Ekstremitas : ptechiae (-), rumple leed test (-), pucat (+)

Pemeriksaan Laboratorium :

Darah lengkap : Eritrosit : 4,74 juta/mm3 Leukosit : 140rb/mm3

Hb : 11,9 g/dL Trombosit : 92rb/mm3

HCT : 35,6 % MCV : 75 μm3

MCH : 25,1 pg MCHC : 33,5 g/dL

Hitung jenis : Limfosit : 9,3% ↓

Monosit : 3,0% ↓

Granulosit : 87,7% ↑

Malaria (+) Falciparum, Widal (-),

Daftar Pustaka:

Page 46: Laporan puskesmas Laras

1. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di

Indonesia. Jakarta:Departemen Kesehatan RI. 2008.

2. Braunwald. Fauci. Hauser. Eds. Harrison’s Principals of Internal Medicine

17th ed. USA : McGraw Hill. 2008.

3. IDI Depkes RI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan

Primer. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2013.

Hasil Pembelajaran :

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium

yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit

ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina.

Spesies Plasmodium pada manusia adalah, Plasmodium falciparum, P. Vivax,

P.ovale, dan P. malariae. Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di

Indonesia adalah P.falciparum dan P.vivax sedangkan P.malariae dapat

ditemukan di beberapa provinsi antara lain : Lampung, Nusa Tenggara Timur

dan Papua. P.ovale pernah ditemukan di Nusa Tenggara Timur dan Papua.

Malaria ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah, dengan

gejala demam hilang timbul, pada saat demam hilang disertai dengan

menggigil, berkeringat, anemia dan pembesaran limpa. Dapat disertai dengan

sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nafsu makan menurun, sakit perut,

mual muntah, dan diare.

Faktor risiko malaria :

Riwayat menderita malaria sebelumnya

Page 47: Laporan puskesmas Laras

Tinggal di daerah yang endemis malaria

Pernah berkunjung 1-4 minggu di daerah endemis malaria

Riwayat mendapat transfusi darah.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adaah hapusan darah tebal dan

tipis ditemukan parasit Plasmodium atau menggunakan Rapid Diagnostic

Test untuk malaria (RDT).

RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO

1. SUBYEKTIF

Autoanamnesis

2 hari sebelum masuk Puskesmas, pasien panas tinggi hingga menggigil

tiap pukul 15.00 hingga 05.00. Panas disertai pusing (+), mual (+), muntah (-),

mimisan (-), batuk (-), pilek (-), tampak pucat (+), BAB dan BAK (+) normal.

Makan dan minum (+) menurun.

2. OBYEKTIF

□ BB : 65 Kg

□ Tinggi : 157 cm

□ Tanda vital :

Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Nadi : 90x/menit

RR : 24x/menit

Suhu : 39,4oC

Page 48: Laporan puskesmas Laras

□ Pemeriksaan Fisik :

Mata : anemis (+/+)

Lidah : putih (-), tremor (-)

Thorax : Paru : SD : vesikuler (+/+), ST (-)

Jantung : BJ I-II normal, bising (-), gallop (-)

Abdomen : nyeri tekan (-), bising usus (+) normal, timpani

Ekstremitas : ptechiae (-), rumple leed test (-), pucat (+)

Pemeriksaan Laboratorium :

Darah lengkap : Eritrosit : 4,74 juta/mm3 Leukosit : 140rb/mm3

Hb : 11,9 g/dL Trombosit : 92rb/mm3

HCT : 35,6 % MCV : 75 μm3

MCH : 25,1 pg MCHC : 33,5 g/dL

Hitung jenis : Limfosit : 9,3% ↓

Monosit : 3,0% ↓

Granulosit : 87,7% ↑

□ Malaria (+) Falciparum, Widal (-),

3. ASSESSMENT

Malaria falciparum

4. PLAN

Pengobatan

a. Pengobatan malaria dengan fixed dose combination (FDC) yang terdiri dari

Dyhidroartemisinin 40 mg + piperakuin 320 mg selama 3 hari, sehari 3

Page 49: Laporan puskesmas Laras

tablet dengan cara pemberian 2 tablet diminum sekali kemudian selang 1

jam minum 1 tablet lagi untuk mencegah efek mual dari obat tersebut.

Terapi ditambah dengan primakuin 3 tablet sehari, diminum 2 tablet lalu

selang 1 jam minum 1 tablet lagi.

b. Terapi simtomatik untuk antipiretik dengan paracetamol 500 mg diminum

tiap 4 jam sekali jika panas. Untuk mual domperidon 3x1 tablet dan

mengurangi efek nyeri perut menggunakan ranitidin injeksi 2x50 mg.

Pendidikan

Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit malaria dan

pengobatan yang diberikan serta komplikasi penyakit malaria. Memotivasi

pasien agar rutin minum obat bila perlu keluarga melakukan pengawasan

minum obat dan pasien wajib melalui uji laboratorium setelah selesai minum

obat untuk melihat apakah pasien telah sembuh atau belum. Selama perawatan,

keluarga diharap ikut mengawasi pasien apabila tampak tanda-tanda bahaya

seperti kesadaran pasien menurun, perdarahan spontan, kejang dan lain-lain.

Edukasi kepada pasien dan keluarga untuk melakukan pencegahan malaria

dengan cara menghindari gigitan nyamuk dengan kelambu atau repellen serta

menghindari aktivitas di luar rumah pada malam hari.

Memotivasi keluarga dan lingkungan sekitar agar mau melakukan skrining

malaria yang diadakan oleh dinas kesehatan.

Konsultasi

Menjelaskan bahaya penyakit malaria serta komplikasi yang dapat terjadi.

Menjelaskan pengobatan dan uji laboratorium yang harus dilakukan pasien.

Page 50: Laporan puskesmas Laras

Menunjuk pengawasan minum obat pada keluarga pasien. Menjelaskan cara

pencegahan malaria.

Rujukan

Direncanakan jika dikhawatirkan proses penyakit berlanjut dan atau timbul

komplikasi

Salaman, 15 September 2015

Peserta Pendamping

dr. Nuzulul W. Laras dr. Riyono

Page 51: Laporan puskesmas Laras

Berita acara presentasi portofolio

Pada hari Kamis, tanggal 30 Juli 2015 telah dipresentasikan portofolio oleh:

Nama : dr. Nuzulul Widyadining Laras

dengan judul/ topik : F.6. Upaya Pengobatan Dasar (topik :

Osteoarthritis )

Nama Pendamping : dr. Riyono

Nama Wahana : Puskesmas Salaman I

Nama Peserta Presentasi Tanda tangan

1. dr. Alberta Vania H. …………….

2. dr. Najih Rama Eka Putra …………….

3. dr. Niken Maretasari P.A. . …………….

4. dr. Nurin Aisyiyah L. …………….

5. dr. Nuzulul W. Laras …………….

6. dr. Shila Lupiyatama …………….

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping

dr. Riyono

NIP. 19711013 201001 1 001

Page 52: Laporan puskesmas Laras

BORANG PORTOFOLIO

F.6. Upaya Pengobatan Dasar ( Topik : Osteoarthritis)

Nama Wahana : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang

Topik : Osteoarthritis

Tanggal : 30 Juni 2015

Nama Pasien : Ny. S No. RM : -

Tanggal Presentasi : 30 Juli 2015 No. dan Nama Pendamping :

dr. Riyono

Tempat Presentasi : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang

Objektif Presentasi :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan

Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia

Bumil

Deskripsi

Seorang wanita, 55 tahun, nyeri di lutut kaki kanan dan kiri.

Tujuan

1. Untuk mengetahui osteoartritis dan penatalaksanaannya.

Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit

Cara membahas : Diskusi Presentasi dan

diskusi

Email Pos

Data pasien Nama : Ny. S Nomor Registrasi : -

Nama Klinik : Puskesmas Salaman I Terdaftar sejak : -

Page 53: Laporan puskesmas Laras

Data Utama untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis / Gambaran Klinis

Pasien mengeluh kedua lutut kakinya nyeri sejak 2 bulan yang lalu. Tiap

digunakan untuk berjalan jauh atau naik turun tangga, lututnya nyeri, bengkak

dan panas. Terasa kaku di pagi hari. Nyeri dirasakan berkurang bila istirahat.

Demam (-), nyeri di sendi lain (-), benjolan di jari tangan dan kaki (-),

menopause (+).

2. Riwayat Pengobatan

Pasien belum minum obat apapun dan berobat dimanapun.

3. Riwayat Kesehatan / Penyakit

Riwayat gagal jantung (-), DM (-), hipertensi (-)

4. Riwayat Keluarga

Ibu pasien memiliki sakit seperti ini.

Riwayat gagal jantung (-), DM (-), hipertensi (-)

5. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tinggal dengan suami dan satu orang anaknya. Dua anaknya telah

menikah dan tinggal di tempat lain. Pasien bekerja sebagai buruh di pabrik,

pekerjaan sehari-hari berdiri dan mengangkat barang berat. Suami bekerja

sebagai satpam pabrik. Biaya kesehatan ditanggung pemerintah.

6. Lain-lain

□ Tanda vital : TD : 110/90 mmHg; RR : 20x/menit; t : 37oC; N : 80x/menit

□ Pemeriksaan Fisik :

Page 54: Laporan puskesmas Laras

- BB : 85 kg TB : 155 cm

- Regio patella dx et sin : oedem (+), kalor (+), nyeri (+), ruang gerak

terbatas (+)

□ Pemeriksaan laboratorium :

- Asam urat : 5,6 mg/dL

Daftar Pustaka : (diberi contoh MEMAKAI SISTEM HARVARD,

VANCOUVER, atau MEDIA ELEKTRONIK

1. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Rekomendasi IRA untuk diagnosis

dan penatalaksanaan osteoarthritis. IRA:Jakarta. 2014.

2. Braunwald. Fauci. Hauser. Eds. Harrison’s Principals of Internal

Medicine 17th ed. USA : McGraw Hill. 2008.

3. IDI Depkes RI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas

Kesehatan Primer. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2013.

Hasil Pembelajaran

Osteoarthritis adalah suatu penyakit kronis yang mengenai sendi dan tulang di

sekitar sendi tersebut. Dulu osteoarthritis dianggap penyakit degeneratif

karena sendi menjadi aus namun dewasa ini diketaui melalui penelitian-

penelitian ternyata selain akibat aus terdapat proses peradangan yang

mempengaruhi kerusakan pada sendi tersebut, walaupun peradangan yang

terjadi tidak sehebat penyakit radang sendi yang lain seperti arthritis

reumatoid.

Selain diakibatkan oleh aus, osteoarthritis juga disebabkan oleh karena trauma

atau akibat dari penyakit sendi yang lain (sekunder). Kartilago yang terdapat

Page 55: Laporan puskesmas Laras

di antara sendi berfungssi sebagai bantalan pada saat sendi dipakai, tapi karena

bagian ini rusak maka permukaan tulang pada sendi tersebut saling beradu

sehingga timbul rasa nyeri, bengkak dan kaku.

Keluhan yang dirasakan pasien OA adalah nyeri pada sendi , terutama sendi

yang menyangga berat tubuh seperti sendi lutut dan pinggang. Nyeri terutama

dirasakan sesudah beraktivitas menggunakan sendi tersebut dan berkurang jika

istirahat. Kadang timbul rasa kaku di sendi pada pagi hari setelah bangun

tidur, kurang lebih 30 menit. Bila digerakkan terdengar seperti krepitus. Dapat

memberat sehingga istirahat tidak membantu. Penekanan di area sekitar sendi

yang nyeri akan terasa sakit. Gerak sendi juga menjadi terbatas.

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang dapat menegakkan diagnosis OA,

namun pemeriksaan radiologi dapat membantu, tampak osteofit dan sklerosis

di sekitar sendi yang terkena.

Faktor risiko terjadi OA :

- Usia > 60 tahun

- Wanita, usia > 50 tahun atau menopause

- Kegemukan/obesitas

- Pekerja berat dengan penggunaan satu sendi terus menerus

OA tidak dapat disembuhkan dan akan makin memburuk sejalan dengan usia.

Keluhan OA dapat dikontrol menggunakan penatalaksanaan yang benar

seperti berikut

- Pengelolaan OA berdasarkan atas distribusinya (sendi mana yang terkena)

dan berat ringannya sendi yang terkena

Page 56: Laporan puskesmas Laras

- Pengobatan bertujuan untuk mencegah progresivitas dan meringankan

gejala yang dikeluhkan

- Modifikasi gaya hidup dengan cara menurunkan berat badan dan melatih

pasien untuk tetap menggunakan sendinya dan melindungi sendi yang

sakit.

- Pengobatan medikamentosa :

Analgesik topikal

NSAID (oral) :

Non selective : CX1 (Diklofenak, Ibuprofen, Piroksikam,

Mefenamat, Metampiron)

Selective : COX2 (Meloksikam)

RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO

1. SUBYEKTIF

Pasien mengeluh kedua lutut kakinya nyeri sejak 2 bulan yang lalu. Tiap

digunakan untuk berjalan jauh atau naik turun tangga, lututnya nyeri, bengkak

dan panas. Terasa kaku di pagi hari. Nyeri dirasakan berkurang bila istirahat.

Demam (-), nyeri di sendi lain (-), benjolan di jari tangan dan kaki (-),

menopause (+).

2. OBJEKTIF

□ Tanda vital : TD : 110/90 mmHg; RR : 20x/menit; t : 37oC; N : 80x/menit

□ Pemeriksaan Fisik :

- BB : 85 kg TB : 155 cm

Page 57: Laporan puskesmas Laras

- Regio patella dx et sin : oedem (+), kalor (+), nyeri (+), ruang gerak

terbatas (+)

□ Pemeriksaan laboratorium :

- Asam urat : 5,6 mg/dL

3. ASSESSMENT

Osteoarthritis

4. PLAN

Diagnosis :

Rontgen patella dx sin

Pengobatan :

Terapi pada kasus ini adalah Natrium diclofenac 2x1dengan monitoring

tekanan darah dan fungsi ginjal tiap kontrol. Ditambah dengan analgetik

topikal dioleskan tiap kali nyeri untuk mengurangi nyeri.

Pendidikan

- Menjelaskan pengertian, penyebab dan penatalaksanaan osteoarthritis

pada pasien.

- Memberitahukan pada pasien untuk tetap melakukan aktivitas sehari-

hari, latihan fisik agar nyeri tidak bertambah sakit

- Menjelaskan perlunya perubahan gaya hidup, menurunkan berat badan

pada pasien hingga BMI ideal 18,5-25

- Melarang pasien minum jamu dan obat di luar yang diberikan dokter

- Mewajibkan pasien untuk kontrol bila obat habis atau nyeri semakin

hebat atau ada reaksi terhadap obat.

Page 58: Laporan puskesmas Laras

Konsultasi

Pasien perlu menyesuaikan beban kerja di tempat kerja dengan sakit pasien ini

sehingga nyeri tidak semakin berat. Motivasi pasien untuk merubah gaya

hidupnya (perubahan pola makan yang bergizi, menjaga berat badan, latihan

fisik rutin).

Rujukan

Rujukan bila ada komplikasi dari penyakit ini maupun akibat pengobatan

COX-1.

Salaman, 30 Juli 2015

Peserta Pendamping

dr. Nuzulul W. Laras dr. Riyono

Page 59: Laporan puskesmas Laras

Berita acara presentasi Mini Project

Pada hari Senin, tanggal 22 Agustus 2015 telah dipresentasikan portofolio oleh:

Nama : 1. dr. Alberta Vania H.

1. dr. Najih Rama Eka Putra

2. dr. Niken Maretasari P.A.

3. dr. Nurin Aisyiyah L.

4. dr. Nuzulul W. Laras

5. dr. Shila Lupiyatama

dengan judul/ topik : F.7 Mini Project

NamaPendamping : dr. Riyono

Nama Wahana : Puskesmas Salaman I

Nama Peserta Presentasi Tanda tangan

1. dr. Alberta Vania H. …………….

2. dr. Najih Rama Eka Putra …………….

3. dr. Niken Maretasari P.A. . …………….

4. dr. Nurin Aisyiyah L. …………….

5. dr. Nuzulul W. Laras …………….

6. dr. Shila Lupiyatama …………….

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping

dr. Riyono

NIP. 19711013 201001 1 001

Page 60: Laporan puskesmas Laras

MINI PROJECT

Judul

Hubungan Pengetahuan Masyarakat dengan Kejadian Malaria di Desa

Paripurno Kecamatan Salaman, Magelang, Jawa Tengah

Oleh:

dr. Alberta Vania H.

dr. Najih Rama Eka Putra

dr. Niken Maretasari P.A.

dr. Nurin Aisyiyah L.

dr. Nuzulul W. Laras

dr. Shila Lupiyatama

Pembimbing:

dr. Riyono

DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAGELANG

PUSKESMAS SALAMAN I

JAWA TENGAH

2015

Page 61: Laporan puskesmas Laras

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih

menjadi masalah kesehatan utama di dunia, terutama di negara

tropis dan sedang berkembang, termasuk di Indonesia. Sekitar

45% penduduk di Indonesia mempunyai risiko tertular malaria

karena dari 576 kabupaten/kota, 424 (73,6%) di antaranya

termasuk daerah endemis malaria.1

Sebagai re-emerging disease, sejak sekitar 30 tahun yang lampau malaria

sudah dikatakan berhasil dikendalikan, namun sekarang angka kejadiannya

kembali meningkat. Di Indonesia, setelah pelaksanaan program Komando

Pemberantasan Malaria bekerjasama dengan United Nations Educational,

Scientific and Cultural Organization pada tahun 1960-an, Jawa dan Bali sudah

dinyatakan “bebas malaria” namun dalam beberapa tahun terakhir ini angka

kejadian malaria meningkat hampir di seluruh wilayah Indonesia.1

Sebagian besar daerah di Indonesia masih merupakan daerah endemik

infeksi malaria, Indonesia bagian timur seperti Papua, Maluku, Nusa Tenggara,

Sulawesi, Kalimantan dan bahkan beberapa daerah di Sumatra seperti Lampung,

Bengkulu, Riau. Jawa dan Bali pun walaupun endemitas rendah, masih sering

dijumpai letupan kasus malaria.2 Beberapa penelitian menunjukkan tinggi nya

Page 62: Laporan puskesmas Laras

kasus malaria di Jawa Tengah, antara lain di Kebumen, Purworejo, Daerah Bukit

Menoreh, Borobudur serta Srumbung Kabupaten Magelang.3,4,5,6,7

Pada tahun 2006 terdapat sekitar 2 juta kasus malaria klinis, sedangkan

tahun 2007 menjadi 1,75 juta kasus. Jumlah penderita positif malaria (hasil

pemeriksaan mikroskop positif terdapat kuman malaria) tahun 2006 sekitar 350

ribu kasus, dan pada tahun 2007 sekitar 311 ribu kasus.8 Menurut data statistik di

Jawa Tengah terjadi peningkatan jumlah kasus dari 0,07 per 1000 penduduk pada

tahun 2008 menjadi 0,08 per 1000 penduduk pada tahun 2009.9

Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama

di Indonesia. Hal ini disebabkan karena malaria masih merupakan penyakit

menular yang dapat menyebabkan kematian pada kelompok berisiko tinggi yaitu

bayi, balita, dan ibu hamil dan secara langsung dapat menurunkan produktivitas

kerja.2

Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium

yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini

secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina.10 Gejala yang

timbul akibat terinfeksi parasit ini antara lain demam, anemia, splenomegali,

hingga pada kasus yang berat dapat menimbulkan malaria cerebral.10

Di Indonesia terdapat berbagai suku bangsa dengan ragam kebiasaan dan

perilaku, merupakan faktor yang berpengaruh dalam menunjang keberhasilan

partisipasi masyarakat dalam program pengendalian malaria. Tiga faktor utama

yang saling berhubungan dengan penyebaran malaria antara lain host

Page 63: Laporan puskesmas Laras

(manusia/nyamuk), agent (parasit plasmodium) dan environment (lingkungan).

Penyebaran malaria terjadi bila ketiga komponen tersebut mendukung.11

Mudahnya transportasi untuk mobilisasi penduduk, sering menyebabkan

timbulnya malaria import. Perubahan iklim setempat misalnya di Bukit Menoreh,

Sukabumi, Samosir, Wonosobo, Purbalingga juga menjadi faktor yang

berpengaruh. Masih terbatasnya pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat juga

menjadi faktor penentu.2

Beberapa perilaku yang tidak menunjang dalam upaya pengendalian

malaria ini adalah kebiasaan masyarakat yang biasa mencari pengobatan sendiri

dengan membeli obat ke warung terdekat dan menggunakan obat dengan dosis

tidak tepat, kebiasaan berada di luar rumah atau beraktivitas pada malam hari

tanpa perlindungan dari gigitan nyamuk, dan adanya penebangan hutan bakau

oleh masyarakat yang akan mengakibatkan terbentuknya tempat perindukan baru

vektor malaria.2

Puskesmas sebagai pusat kesehatan primer mempunyai andil yang sangat

besar terhadap keberhasilan program pengendalian malaria. Banyak kendala-

kendala yang harus dihadapi oleh puskesmas dalam pelaksanaan program

tersebut. Salah satu faktor penunjang keberhasilan program ini adalah peran

petugas kesehatan, kader dan masyarakat.

Kader dan petugas kesehatan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan

di tingkat puskesmas tidak dipungkiri lagi mempunyai peranan yang sangat

besar. Pengetahuan yang terbatas dan tingkat pendidikan kader yang rendah bagi

kader dan kurangnya informasi kesehatan bagi petugas kesehatan merupakan

Page 64: Laporan puskesmas Laras

faktor yang dapat menghambat program ini. Belum optimalnya peran Juru

Malaria Desa sebagai juga salah faktor yang berpengaruh. Untuk itu perlu

dilakukan suatu penelitian mengenai pengetahuan masyarakat mengenai malaria

sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai acuan tindakan lebih lanjut seperti

perlunya penyuluhan dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat

tentang cara memutus mata rantai penularan malaria.

Page 65: Laporan puskesmas Laras

BAB II

TUJUAN

Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui adakah hubungan pengetahuan masyarakat desa Paripurno

tentang malaria terhadap angka kejadian malaria di Desa Paripurno

Kecamatan Salaman, Magelang, Jawa Tengah

2. Tujuan Khusus

a. Menurunkan angka kejadian malaria di Desa Paripurno Kecamatan

Salaman, Magelang, Jawa Tengah

b. Memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan masyarakat

tentang pengetahuan mengenai penyakit malaria, bagaimana cara

penularan nya dan perilaku yang dapat menurunkan angka kejadian

malaria di Desa Paripurno Kecamatan Salaman, Magelang, Jawa Tengah

Page 66: Laporan puskesmas Laras

BAB III

MANFAAT

Manfaat

1. Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat serta meningkatkan kesadaran akan

pentingnya perilaku masyarakat yang dapat menurunkan angka kejadian

malaria.

2. Puskesmas

Mengurangi angka kejadian malaria di wilayah kerja puskesmas Salaman 1

dan peningkatan perilaku masyarakat yang dapat menurunkan angka kejadian

malaria.

3. Pribadi

Meningkatkan pengetahuan mengenai malaria, cara penularan dan perilaku

yang dapat menurunkan angka kejadian dan penularan malaria.

Page 67: Laporan puskesmas Laras

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Definisi Malaria

Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus

Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan

(gigitan) nyamuk Anopheles,sp. Indonesia merupakan salah satu negara yang

memiliki endemisitas tinggi.

Malaria maupun penyakit yang menyerupai malaria telah diketahui ada

selama lebih dari 4.000 tahun yang lalu. Malaria dikenal secara luas di daerah

Yunani pada abad ke-4 SM dan dipercaya sebagai penyebab utama berkurangnya

penduduk kota. Penyakit malaria sudah dikenal sejak tahun 1753, tetapi baru

ditemukan parasit dalam darah oleh Alphonse Laxeran tahun 1880. Untuk

mewarnai parasit, pada tahun 1883 Marchiafava menggunakan metilen biru

sehingga morfologi parasit ini lebih mudah dipelajari. Siklus hidup plasmodium di

dalam tubuh nyamuk dipelajari oleh Ross dan Binagmi pada tahun 1898 dan

kemudian pada tahun 1900 oleh Patrick Manson dapat dibuktikan bahwa nyamuk

adalah vektor penular malaria.

Pada tahun 1890 Giovanni Batista Grassi dan Raimondo Feletti adalah dua

peneliti Italia yang pertama kali memberi nama dua parasit penyebab malaria pada

manusia, yaitu Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae. Pada tahun 1897

seorang Amerika bernama William H. Welch memberi nama parasit penyebab

malaria tertiana sebagai Plasmodium falciparum dan pada 1922 John William

Watson Stephens menguraikan nama parasit malaria keempat, yaitu Plasmodium

ovale.

4.2. Epidemiologi Penyakit Malaria

Page 68: Laporan puskesmas Laras

Malaria merupakan penyakit endemis di daerah tropis maupun subtropis

dan menyerang negara dengan penduduk padat. Pada negara yang beriklim dingin

sudah tidak ditemukan lagi daerah endemik malaria. Namun demikian, malaria

masih merupakan persoalan kesehatan yang besar di daerah tropis dan sub tropis

seperti di Brasil, Asia Tenggara dan seluruh sub-tropis Afrika. Plasmodium

vivax tersebar di daerah tropis dan subtropis dan beriklim panas seperti daerah

Timur Tengah, Iran, Pakistan, Bangladesh, India, Sri Langka, Myanmar,

Thailand, Malaysia, Indonesia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Afrika

bagian tengah dan timur.Plasmodium falciparum umumnya terdapat di daerah

beriklim panas dan lembab. Di daerah barat yang beriklim tropis, Afrika Tengah

dan beberapa daerah di Afrika Timur, di beberapa daerah di Timur Tengah, India

bagian Utara, Tengah dan Selatan. Beberapa daerah di Bangladesh, Pakistan,

Myanmar, Thailand, Laos, Malaysia dan Indonesia. Plasmodium malaria terdapat

terutama di daerah tropis Afrika, Amerika Selatan, India, Sri Langka, dan

Malaysia

Menurut survei kesehatan rumah tangga tahun 2001, terdapat 15 juta kasus

malaria dengan 38.000 kematian setiap tahunnya. Diperkirakan 35% penduduk

Indonesia tinggal di daerah yang beresiko tertular malaria. Dari 484

Kabupaten/Kota yang ada di Indonesia, 338 Kabupaten/Kota merupakan wilayah

endemis malaria.

Di Indonesia, malaria ditemukan hampir di semua wilayah. Pada tahun

1996 ditemukan kasus malaria di Jawa-Bali dengan jumlah penderita sebanyak

2.341.401 orang, menurut laporan di provinsi Jawa Tengah 1999, Annual

Paracitic index (API) sebanyak 0,35‰ sebagian besar disebabkan

oleh Plasmodium falcifarum dan Plasmodium vivax.  Angka prevalensi malaria di

provinsi Jawa Tengah terus menurun dari tahun ke tahun mulai dari 0,51 pada

tahun 2003, menurun menjadi 0,15 dan berkurang lagi menjadi 0,07 pada tahun

2005.

Wilayah Indonesia Timur merupakan salah satu daerah dengan tingkat

kejadian malaria tertinggi.Jumlah malaria pada tahun 2012 mencapai 417 ribu

Page 69: Laporan puskesmas Laras

kasus di Indonesia dan hampir tiga per empat kasusnya berasal dari wilayah

Indonesia bagian timur, seperti Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Gambar 1. Peta endemisitas malaria di Indonesia

Peta tersebut menunjukkan bahwa masalah malaria terpusat di wilayah

Indonesia timur yaitu Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan

Maluku Utara.

4.3. Etiologi Penyakit Malaria

Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium. Pada

manusiaplasmodium terdiri dari 4 spesies, yaitu Plasmodium falcifarum,

Plasmodium vivax, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale. Plasmodium

falcifarummerupakan penyebab infeksi berat dan dapat menimbulkan kematian.

Keempat spesies plasmodium yang terdapat di Indonesia yaitu Plasmodium

falcifarumyang menyebabkan  malaria tropika, Plasmodium vivax yang

menyebabkan malaria tertiana, Plasmodium malariae yang menyebabkan  malaria

Page 70: Laporan puskesmas Laras

kuartana dan Plasmodium ovale yang menyebabkan malaria ovale. Malaria dapat

ditularkan melalui dua cara yaitu cara alamiah (melalui gigitan

nyamuk Anopheles) dan bukan alamiah yang terdiri dari malaria

bawaan  (kongenital) yang disebabkan oleh infeksi dari ibu kepada bayi yang di

kandungnya serta penularan secara mekanik terjadi melalui transfusi darah dan

jarum suntik.

Gambar 2. Nyamuk Anopheles

4.4. Siklus Hidup Plasmodium

Dalam daur hidupnya, plasmodium mempunyai 2 hospes, yaitu vertebrata

dan nyamuk. Siklus aseksual di dalam hospes vertebrata dikenal sebagai

skizogoni, sedangkan siklus seksual yang membentuk sporozoit di dalam nyamuk

sebagai sporogoni. Sporozoit yang aktif dapat ditularkan ke dalam tubuh manusia

melalui ludah nyamuk, kemudian menempati jaringan parenkim hati dan tumbuh

sebagai skizon (stadium eksoeritrositer atau stadium preeritrositer). Sebagian

sporozoit tidak tumbuh dan tetap tidur (dormant) yang disebut hipnozoit. Sel hati

yang berisi parasit akan pecah dan terjadilah merozoit. Merozoit akan masuk ke

dalam eritrosit (stadium eritrositer).

Page 71: Laporan puskesmas Laras

Gambar 3: Siklus hidup plasmodium malaria

A. Siklus pada manusia

Pada waktu nyamuk anopheles infektif menghisap darah manusia,

sporozoit yang berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam

peredaran darah selama lebih kurang 30 menit. Setelah itu sporozoit akan masuk

ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi

skizon hati yang terdiri dari 10.000 sampai 30.000 merozoit hati. Siklus ini

disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama lebih kurang 2 minggu.

Pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, sebagian tropozoit hati tidak

langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman

yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama

berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh

menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh).

Page 72: Laporan puskesmas Laras

Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam

peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah,

parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30

merozoit). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya

eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan

menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer. Setelah

2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi sel darah merah

dan membentuk stadium seksual yaitu gametosit jantan dan betina.

B. Siklus pada nyamuk anopheles betina

Apabila nyamuk anopheles betina menghisap darah yang mengandung

gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan

pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian

menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet

akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini akan

bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia. Masa inkubasi adalah rentang

waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan

demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung spesies Plasmodium. Masa prepaten

adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai parasit dapat dideteksi dalam

darah dengan pemeriksaan mikroskopik.

4.5. Patogenesis Malaria

Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang

dan lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan

permeabilitas pembuluh darah. Oleh karena skizogoni menyebabkan kerusakan

eritrosit maka akan menyebabkan anemia. Beratnya anemia tidak sebanding

dengan parasitemia, hal ini menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang

mengandung parasit. Diduga terdapat toksin malaria yang menyebabkan

gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah saat melalui limpa sehingga

parasit keluar. Faktor lain yang menyebabkan anemia mungkin karena

terbentuknya antibodi terhadap eritrosit. Limpa mengalami pembesaran dan

Page 73: Laporan puskesmas Laras

pembendungan serta pigmentasi sehingga mudah pecah. Dalam limpa dijumpai

banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi fagositosis dari eritrosit yang

terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada malaria kronis terjadi hyperplasia

dari retikulosit diserta peningkatan makrofag.

Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi

merozoit ke dalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung

parasit mengalami perubahan struktur danmbiomolekular sel untuk

mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan tersebut meliputi mekanisme,

diantaranya transport membran sel, sitoadherensi, sekuestrasi dan resetting.

Sitoadherensi adalah peristiwa perlekatan eritrosit yang telah

terinfeksi Plasmodium falsiparum pada reseptor di bagian endotelium venule dan

kapiler. Selain itu eritrosit juga dapat melekat pada eritrosit yang tidak terinfeksi

sehingga terbentuk roset. Sitoadherensi menyebabkan eritrosit matur tidak beredar

kembali dalam sirkulasi. Parasit dalam eritrosit matur yang tinggal dalam jaringan

mikrovaskuler disebut eritrosit matur yang mengalami sekuestrasi.

Hanya Plasmodium falsiparum yang mengalami sekuestrasi, karena pada

plasmodium lainnya seluruh siklus terjadi pada pembuluh darah perifer.

Sekuestrasi terjadi pada organ-organ vital dan hampir semua jaringan dalm tubuh.

Sekustrasi tertinggi terdapat di otak, diikuti dengan hepar dan ginjal, paru, jantung

dan usus. Sekuestrasi ini memegang peranan utama dalam patofisiologi malaria

berat. Rosseting adalah suatu fenomena perlekatan antara satu buah eritrosit yang

mengandung merozoit matang yang di selubungi oleh sekitar 10 atau lebih

eritrosit non parasit sehingga berbentuk seperti bunga. Salah satu faktor yang

mempengaruhi terjadinya rosseting adalah golongan darah dimana terdapatnya

antigen golongan darah A dan B yang bertindak sebagai reseptor pada permukaan

eritrosit yang tidak terinfeksi parasit. Rossetingmenyebabkan obstruksi aliran

darah lokal atau dalam jaringan sehingga mempermudah terjadinya sitoadherensi.

Page 74: Laporan puskesmas Laras

4.6. Manifestasi Klinis Malaria

A.   Masa inkubasi

Plasmodium Masa inkubasi Tipe panas

Falciparum 12 (9-14) hari 24, 36, 48

Vivax 13 (12-17) hari 48

Ovale 17 (16-18) hari 48

Malariae 28 (18-40) hari 72

Tabel 1. Masa inkubasi masing-masing Plasmodium

B.  Gejala prodromal

Gejala prodromal terjadi sebelum terjadinya demam, berupa: malaise, lesu,

sakit kepala, sakit tulang belakang (punggung), nyeri pada tulang dan otot,

anoreksia, rasa tidak enak di perut, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin

di punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale,

sedangkan Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae keluhan prodromal

tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak.

C. Gejala Klasik Malaria

Gejala klasik berupa “trias Malaria” (malaria proxysm) secara

berurutan.

1.   Periode dingin

Penderita sering membungkus dirinya dengan selimut atau sarung

pada saat menggigil, sering seluruh badan gemetar dan gigi-gigi saling

terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini

berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya

temperatur.

2.   Periode panas

Muka penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat

dan panas badan tetap tinggi dapat sampai 40°C atau lebih, penderita

membuka selimutnya, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital,

Page 75: Laporan puskesmas Laras

muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah turun). Periode ini lebih

lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan

berkeringat.  

3.   Periode berkeringat

Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh,

sampai basah temperatur turun, penderita merasa capek dan sering tertidur.

Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan

biasa.

Anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi malaria,

dan lebih sering dijumpai pada penderita daerah endemik terutama pada anak-

anak dan ibu hamil. Beberapa mekanisme terjadinya anemia adalah

pengrusakan eritrosit oleh parasit, hambatan eritropoeisis, hemolisis karena

prosescomplement mediated immune complex, eritrofagositosis,

penghambatan pengeluaran retikulosit.

Splenomegali akan teraba setelah 3 hari dari serangan infeksi akut

dimana akan terjadi bengkak, nyeri dan hiperemis. Limpa merupakan organ

yang penting dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi malaria, penelitian

pada binatang percobaan, limpa menghapuskan eritrosit yang terinfeksi

melalui perubahan metabolisme, antigenik dan rheological dari eritrosit yang

terinfeksi.

4.7. Diagnosis Malaria

Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan

dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnostic cepar

(RDT- Rapid diagnostik Test ).

A. Anamnesis

1. Pada anamnesis sangat penting diperthatikan:

a. Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit

kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.

Page 76: Laporan puskesmas Laras

b. Riwayat bepergian dan bermalam di daerah endemik malaria dalam satu bulan

terakhir

c. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria,

d. Riwayat  menderita penyakit malaria sebelumnya

e. Riwayat meminum obat malaria

f. Riwayat mendapatkan transfusi darah

g. Kecurigaan adanya tersangka malaria berat dapat dilihat dari adanya satu

gejala atau lebih, yaitu gangguan kesadaran, kelemahan atau kelumpuhan

otot, kejang-kejang, kekuningan pada mata atau kulit, adanya perdarahan

hidung atau gusi, muntah darah atau berak darah. Selain itu, keadaan panas

yang sangat tinggi, muntah yang terjadi terus menerus, perubahan warna

kencing menjadi seperti teh, dan volume kencing yang berkurang  sampai

anuri.

B. Pemeriksaan fisik

Pasien mengalami demam 37,5-40◦, serta anemia yang dibuktikan

dengan konjungtiva palpebrae yang pucat, splenomegali, hepatomegali. Bila

terjadi serangan malaria berat, gejala dapat disertai syok.

C. Pemeriksaan laboratorium

1. Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah yang secara teknis

terbagi menjadi preparat darah (SDr, sediaan darah) tebal dan preparat darah

tipis untuk mengetahui ada tidaknya parasit malaria dalam darah. Melalui

pemeriksaan ini dapat dilihat jenis plasmodium dan stadiumnya serta

kepadatan parasitnya.

Kepadatan parasit dapat dilihat melalui semi-kuantitatif dan kuantitatif. Semi

kuantitatif dengan menghitung parasit dalam lapangan pandang besar (LPB)

dengan rincian sebagai berikut.

(-)        : SDr negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)

(+)       : SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)

(++)     : SDr positif  2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)

(+++)   : SDr positif  3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB)

Page 77: Laporan puskesmas Laras

(++++) : SDr positif  4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 1 LPB)

Perhitungan kepadatan secara kuantitatif pada SDr tebal adalah menghitung

jumlah parasit per 200 leukosit. Pada SDr tipis perhitungan jumlah parasit per

1.000 eritrosit

-    Pada infeksi plasmodium falciparum, sediaan apus darah tepi dijumpai parasit

muda bentuk cincin (ring form), dapat juga di temukan gametosit ataupun

skizon (pada kasus berat yang biasanya disertai dengan komplikasi). Khas

gambaran gametosit bentuk pisang dan terdapat bintik Maurer pada sel darah

merah.

-    Pada infeksi Plasmodium vivax  terutama menyerang retikulosit. Pada sediaan

apus darah tipis maupun tebal dijumpai semua bentuk parasit aseksual dari

bentuk ringan sampai skizon, sel darah merah membesar, terdapat titik

Schuffner pada sel darah merah dan sitoplasma amuboid.

-    Pada infeksi Plasmodium malariae  terutama menyerang eritrosit yang yang

telah matang. Pada sediaan apus darah tepi tipis maupun tebal dapat dijumpai

semua bentuk parasit aseksual. Parasit pada sediaan darah tepi tipis berbentuk

khas seperti pita (band form), skizon berbentuk bunga ros (rosette form),

tropozoit kecil bulat dan kompak berisi pigmen yang menumpuk, kadang-

kadang menutupi sitoplasma/ inti atau keduanya.

2. Tes diagnostik cepat (RDT, rapid diagnostic test)

Pada kasus kejadian luar biasa (KLB) biasanya dibutuhkan tes yang

cepat untuk menanggulangi malaria di lapangan. Metode ini mendeteksi

adanya antigen malaria dalam darah dengan cara imunokromatografi, dalam

bentuk dipstik. Dibandingkan dengan uji mikroskopik, tes ini mempunyai

kelebihan yaitu hasil pengujian dengan cepat dapat diperoleh, tapi lemah

dalam spesifitas dan sensivitasnya. Tes yang tersedia di pasaran saat ini

mengandung: HRP-2 (Histidine rich protein) yang diproduksi oleh tropozoit,

skizon dan gametosis muda Plasmodium falciparum dan enzim parasit

lactate dehydrogenase (p-LDH) dan  aldolase yang diproduksi oleh parasit

Page 78: Laporan puskesmas Laras

bentuk aseksual dan seksualPlasmoddium falciparum, Plasmoddium vivax,

Plasmoddium ovale danPlasmoddium malariae.

4.8. Diagnosis Banding Malaria

 Malaria tanpa komplikasi antara lain sebagai berikut: Demam tifoid,

Demam dengue, lnfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Leptospirosis ringan,

lnfeksi virus akut lainnya.

Malaria berat atau malaria dengan komplikasi antara lain sebagai berikut:

Radang Otak (meningitis/ensefalitis), Stroke (gangguan serebrovaskuler), Tifoid

ensefalopati,  Hepatitis, Leptospirosis berat, Glomerulonefritis akut atau

kronik,  Sepsis, Demam berdarah dengue atau Dengue Shock Syndrome.

4.9. Penatalaksanaan Penyakit Malaria

A. Pengobatan malaria falciparum tanpa komplikasi

Pengobatan malaria falciparum tanpa komplikasi yaitu dengan

menggunakan Artemisinin- combination therapy (ACT).

a) Lini pertama: dihydroartemisinin + piperaquine (DHA+PPQ)

Dosis Dihydroartemisinin (40 mg) 4 mg/kgBB/hari dan dosis

piperaquine (320 mg) adalah 18 mg/kg BB/ hari 1 kali sehari selama 3 hari.

Dapat juga diberi obat ACT yang lain misalnya, artesunate + mefloquine,

artemether + lumefantrine, artesunate + amodiaquine.

Pengobatan lini kedua malaria falsiparum diberikan, jika pengobatan

lini pertama tidak efektif dimana ditemukan gejala klinis tidak memburuk

tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali

(rekrudesensi).

b) Lini kedua :

Artesunate+tetracycline / doxycycline atau clindamycin (diberi selama 7

hari)

Quinine + tetracycline atau doxycycline atau clindamycin (diberi selama 7

hari) 

Page 79: Laporan puskesmas Laras

Dosis artesunate (2 mg/kgBB/hari, 1 kali sehari), tetracycline (4

mg/kgBB/hari, 4 kali sehari), doxycycline ( 3,5 mg/kgBB/hari, 1 kali

sehari), clindamycin (10 mg/kgBB/hari, 2 kali sehari).

Untuk penderita malaria mix (Plasmodium

falciparum+ Plasmodium vivax) dapat diberikan pengobatan obat kombinasi

peroral selama tiga hari dengan dosis tunggal harian: amodiakuin basa = 10

mg/kgBB dan artesunat = 4 mg/kgBB ditambah dengan primakuin 0,25 mg/

kgBB selama 14 hari.

B. Pengobatan malaria falciparum berat

            Pengobatan malaria falciparum berat diberi secara intravena/

intramuskular dengan menggunakan artesunate + quinine (AS 2,4

mg/kgBB/hari 2 kali sehari; Quinine 10 mg/kgBB/hari 3 kali sehari).

C. Pengobatan malaria vivaks tanpa komplikasi

            Lini pertama : Dihydroartemisinin (DHA) + Piperakuin (DHP),

diberikan per oral satu kali per hari selama 3 hari, primakuin = 0,25

mg/kgBB/hari (selama 14 hari).

Pengobatan malaria vivax yang tidak respon terhadap pengobatan DHP dengan

lini kedua kina 10 mg/kgBB/kali (3x/hari selama 7 hari)+primakuin 0,25

mg/kgBB (selama 14 hari).

D. Pengobatan malaria vivax berat

Pengobatan malaria vivax berat diberi secara intravena dengan

menggunakan artesunate + quinine (AS 2,4 mg/kgBB/hari 2 kali sehari;

Quinine 10 mg/kgBB/hari 3 kali sehari).

E. Pengobatan malaria ovale

Page 80: Laporan puskesmas Laras

Pengobatan malaria ovale klorokuin 25 mg/kgBB selama 3 hari

dikombinasi dengan primakuin 0,25 mg/kgBB/hari 1 kali sehari selama 14

hari.

F. Pengobatan malaria malariae

Pengobatan malaria malariae cukup diberikan dengan klorokuin 1 kali

per-hari  selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg basa/kgBB.

4.10. Penatalaksanaan Malaria Berat

            Tujuan penanganan malaria berat adalah menurunkan mortalitas yang

saat ini masih berkisar 10-50%. Penatalaksanaan kasus malaria berat pada

prinsipnya meliputi.

A. Tindakan Umum

Sebelum diagnosa dapat dipastikan melalui pemeriksaan darah, beberapa

tindakan perlu dilakukan pada penderita dengan dugaan malaria berat berupa

tindakan perawatan intensif (ICU) yaitu,

1. Bebaskan jalan napas dan mulut untuk menghindari terjadinya asfiksia,

bila perlu beri oksigen.

2. Perbaiki keadaan umum penderita (beri cairan dan perawatan umum).

3. Monitor tanda-tanda vital (keadaan umum, kesadaran, pernapasan, tekanan

darah, suhu dan nadi setiap 30 menit)

4. Pantau tekanan darah,  warna dan temperature. bila hipotensi lakukan

posisi Tredenlenburg’s.

5. Lakukan pemeriksaan darah tebal ulang untuk konfirmasi diagnosis

6. Bila pasien koma lakukan prinsip CAB (Circulation, Airway, Breathing)

Circulation (sirkulasi): periksa nadi, tekanan darah , penilaian turgor kulit,

JVP. Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit dengan melakukan

monitoring balans cairana mencatat intake dan output secara adekuat.

Airway (jalan napas): jaga jalan napas agar selalu bersih, tanpa hambatan,

dengan cara: - membersihkan jalan napas, tempat tidur datar tanpa bantal

dan mencegah aspirasi cairan lambung masuk ke saluran napas dengan

Page 81: Laporan puskesmas Laras

cara mengatur posisi pasien ke lateral dan pemasangan NGT untuk

menyedot isi lambung.

Breathing (pernapasan): bila takipneu atau pernapasan asidosis beri

oksiggen dan rujuk ke ICU

B. Pengobatan Simptomatik

1. pemberian antipiretik paracetamol 15 mg/kgBB/kali dapat diulang tiap 4 jam

2. pemberian anti konvulsan pada penderita kejang: diazepam intra vena (1

mg/menit) dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali. (Menteri Kesehatan RI. 2008: 20-2)

C. Pemberian Obat Anti Malaria

Pilihan utama : derivat artemisinin parenteral

Artesunat Intravena atau intramuskular

Artemeter Intramuskular

Artesunat parenteral direkomendasikan untuk digunakan di Rumah Sakit

atau Puskesmas perawatan, sedangkan artemeter intramuskular direkomendasikan

untuk di lapangan atau Puskesmas tanpa fasilitas perawatan. Obat ini tidak boleh

diberikan pada ibu hamil trimester 1 yang menderita malaria berat.

1. Cara pemberian artesunat

Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60 mg serbuk kering

asam artesunik dan pelarut dalam ampul yang berisi 0,6 ml natrium bikarbonat

5%. Untuk membuat larutan artesunat dengan mencampur 60 mg serbuk kering

artesunik dengan larutan 0,6 ml natrium bikarbonat 5%. Kemudian ditambah

larutan Dextrose 5% sebanyak 3-5 ml. Artesunat diberikan dengan loading dose

secara bolus: 2,4 mg/kgbb per-iv selama ± 2 menit, dan diulang setelah 12 jam

dengan dosis yang sama. Selanjutnya artesunat diberikan 2,4 mg/kgbb per-iv satu

kali sehari sampai penderita mampu minum obat. Larutan artesunat ini juga bisa

diberikan secara intramuskular (i.m.) dengan dosis yang sama. Bila penderita

sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan dengan regimen artesunat

+ amodiakuin + primakuin ( dosis pengobatan lini pertama malaria falsiparum

tanpa komplikasi) sampai hari ke-7 (dihitung sejak mulai pemberian parenteral).

Page 82: Laporan puskesmas Laras

Sebaiknya dikombinasikan dengan doksisiklin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari

untuk mencegah rekrudensi. Untuk ibu hamil/ anak-anak, doksisiklin diganti

dengan clindamycin.

\

2.  Cara pemberian artemeter

Artemeter intramuskular tersedia dalam ampul yang berisi 80 mg

artemeter dalam larutan minyak Artemeter diberikan dengan loading dose:

3,2mg/kgbb intramuscular. Selanjutnya artemeter diberikan 1,6 mg/kgbb

intramuskular satu kali sehari sampai penderita mampu minum obat. Bila

penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan dengan regimen

artesunat + amodiakuin + primakuin (dosis pengobatan lini pertama malaria

falsiparum tanpa komplikasi).

3. Cara pemberian kina dihidroklorida parenteral

Kina per-infus masih merupakan obat alternatif untuk malaria berat pada

daerah yang tidak tersedia derivat artemisinin parenteral, dan pada ibu hamil

trimester pertama Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina dihidroklorida 25%,

Satu ampul berisi 500 mg /2 ml.

a. Dosis dan cara pemberian kina pada orang dewasa termasuk untuk ibu

hamil

Kina merupakan obat anti-malaria yang sangat efektif untuk semua jenis

plasmodium dan efektif sebagai schizontocidal maupun gametocytocidal . Dipilih

sebagai obat utama untuk malaria berat karena masih berefek kuat terhadap

P.falciparum yang resisten terhadap klorokuin.dapat diberikan dengan cepat (i.v)

dan cukup aman.

1) Cara pemberian dan dosis:

Dosis loading dengan 20 mg/kgBB Kina HCl dalam 100-200 cc cairan 5%

Dextrose ( atau NaCl 0,9%) selama 4 jam, dan segera dilanjutkan dengan 10

mg/Kg BB dilarutkan dalam 200 cc 5 % dektrose diberikan dalam waktu 4 jam,

selanjutnya diberikan dengan dosis yang sama diberikan tiap 8 jam. Apabila

penderita sudah sadar, kina diberikan peroral dengan dosis 3x 400 - 600 mg

selama 7 hari dihitung dari pemberian hari I parenteral. Dosis loading tidak

Page 83: Laporan puskesmas Laras

dianjurkan untuk penderita yang telah mendapat kina atau meflokuin 24 jam

sebelumnya. Hati-hati pemberian pada usia lanjut.

Kina dapat diberikan secara intramuskuler bila melalui infus tidak

memungkinkan. Dosis loading 20 mg/Kg BB diberikan i.m terbagi pada 2 tempat

suntikan, kemudian diikuti dengan dosis 10 mg/Kg BB tiap 8 jam sampai

penderita dapat minum per oral. Kina tidak diberikan intra-vena (i.v) bolus karena

efek toksik pada jantung dan saraf. Apabila harus diberikan i.v caranya dengan

mengencerkan dengan 30-50 ml cairan isotonis dan diberikan i.v lambat (dengan

pompa infus) selama 30 menit. Pemberian Kina dapat diikuti dengan terjadinya

hipoglikemi karenanya perlu diperiksa gula darah / 4-8 jam. Bila pemberian sudah

48 jam dan belum ada perbaikan, dan/ atau penderita dengan gangguan fungsi

hepar/ ginjal dosis dapat diturunkan setengahnya (30-50%).

b. Kina dihidrokiorida pada kasus pra-rujukan:

Apabila tidak memungkinkan pemberian kina per-irifus, maka dapat

diberikan kina dihidroklorida 10 mg/kgbb intramuskular dengan masing-masing

1/2 dosis pada paha depan kiri-kanan (jangan diberikan pada bokong) Untuk

pemakaian intramuskular, kina diencerkan dengan 5-8 cc NaCI 0,9% untuk

mendapatkan konsentrasi 60-100 mg/ml. Kina supusutoria seing digunakan di

Afrika dosis 12 mg/kggBB / 12 jam atau 8 mg/ kg BB/ 8 jam.

4.11. Prognosis Penyakit Malaria

Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan ketepatan &

kecepatan pengobatan. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka

mortalitas yang dilaporkan pada anak-anak 15 %, dewasa 20 %, dan pada

kehamilan meningkat sampai 50 %. Prognosis malaria berat dengan kegagalan

satu fungsi organ lebih baik daripada kegagalan 2 fungsi organ (Menteri

Kesehatan RI, 2008: 36).

2.12. Pencegahan Penyakit Malaria

Pencegahan malaria secara umum meliputi:

1.    Edukasi tentang penularan, gejala dan tanda, dampak, serta pencegahan malaria

Page 84: Laporan puskesmas Laras

2.    Menggunakan kelambu dan penggunaan berbagai macam obat nyamuk untuk

menghindari gigitan nyamuk.

3. Kemoprofilaksis

Tabel 2. Obat kemoprofilaksis malaria

Regimen Indikasi Dosis dewasa

Klorokuin digunakan di daerah

plasmodium

falciparum sensitive

klorokuin

500 mg basa per oral sekali seminggu

dimulai 2 minggu sebelum berangkat dan

dilanjutkan sampai 4 minggu setelah

meninggalkan daerah endemis

Meflokuin digunakan di daerah

plasmodium

falciparum yang

resisiten  klorokuin

250 mg per oral, sekali seminggu, dimulai

2 minggu sebelum berangkat sampai 4

minggu setelah pulang.

Doksisiklin alternatif terhadap

meflokuin,

Digunakan di daerah

resisten klorokuin

100 mg per oral, sekali sehari, dimulai

2hari sebelum berangkat sampai 4 minggu

setelah pulang.

Atovakuon-

proguanil

alternatif terhadap

meflokuin dan

doksisiklin untuk

daerah dengan

plasmodium resisten

klorokuin

1 tablet dewasa (250 mg atovakuon / 100

mg proguanil) per oral, sekali sehari

dimulai 1 atau 2 hari sebelum berangkat

ddilanjut sampai 1 minggu setelah pulang.

Primakuin profilaksis terminal

untuk

P.vivax danP.ovale

30 mg basa (2 tablet), per oral, sekali

sehari, diberi sesegera mungkin sesudah

terpapar nyamuk sampai total 14 hari atau

jika paparan tidak jelas dapat diberikan 14

hari setelah meninggalkan endemis vivax

Page 85: Laporan puskesmas Laras
Page 86: Laporan puskesmas Laras

BAB V

HASIL

Jumlah peserta yang diikutkan dalam penelitian ini adalah 50 orang,

dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel I. Jenis Kelamin

Pria Wanita

6 44

Jumlah peserta wanita lebih banyak karena kuesioner banyak dibagikan saat

kegiatan Posyandu

Tabel 2. Kelompok umur

0-24 25-55 55>

9 39 2

Sebagian besar peserta penelitian berumur 25-55 tahun

Tabel 3. Pendidikan

Tidak Sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi

1 34 9 6 0

Proporsi terbesar tingkat pendidikan peserta penelitian adalah setingkat SD

Tabel 4. Pekerjaan

PNS Nelayan Petani Pedagang Buruh Swasta Tidak Kerja Lainnya

0 0 14 3 14 7 12 0

Page 87: Laporan puskesmas Laras

Tabel 5. Distribusi peserta yang pernah mendengar tentang Malaria

ya tidak

50 0

Tabel 6. Sumber informasi mengenai Malaria

Petugas Kesehatan Saudara/Keluarga Teman Media Massa

38 7 1 4

Tabel 7. Tanda-tanda Penyakit Malaria yang diketahui peserta

Demam/Panas Menggigil Nyeri Kepala Mual-Muntah

44 23 17 15

Tabel 8. Penularan Penyakit Malaria yang diketahui peserta

Melalui tusukan

nyamukLewat udara

Kontak langsung

penderita

Lewat makanan dan

minuman

46 0 2 2

Tabel 9. Distribusi pengertian peserta apakah penyakit malaria berbahaya

ya tidak

50 0

Tabel 10. Distribusi pengertian peserta mengenai apakah malaria dapat kambuh

ya tidak

50 0

Tabel 11. Distribusi pengetahuan peserta mengenai cara pencegahan penyakit

malaria

Page 88: Laporan puskesmas Laras

Menghindari

tusukan nyamuk

Memakai obat anti

nyamuk

Memakai kelambu

saat tidur

Menghindari kontak

dengan penderita

18 29 37 1

Tabel 12. Distribusi sikap peserta mengenai kesetujuan dengan program

pemerintah

ya tidak

50 0

Tabel 13. Distribusi kesetujuan peserta dengan penyuluhan malaria

ya tidak

50 0

Tabel 14. Distribusi kesetujuan peserta megenai kehadiran dalam penyuluhan

ya tidak

50 0

Tabel 15. Distribusi apakah sudah mengikuti program pemerintah

ya tidak

42 8

Tabel 16. Distribusi apakah sering keluar malam tanpa jaket atau pakaian

berlengan panjang

ya tidak

19 31

Tabel 17. Distribusi pernah menderita penyakit malaria

ya tidak

16 34

Page 89: Laporan puskesmas Laras

Tabel 18. Distribusi Tempat pilihan pengobatan

PuskesmasPengobatan

tradisionalObati sendiri

Juru malaria

desaTidak berobat

46 1 1 2 0

DAFTAR PUSTAKA

Page 90: Laporan puskesmas Laras

Harijanto, PN. 2007. Malaria dalam  Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FK UI.

Hal:1732-37.

Harijanto, P.N. 2009. Gejala Klinis Malaria Ringan dalam Malaria: dari

molekuler ke klinis.Jakarta: EGC. Hal: 85-101, 250-56.

Laihad, Ferdinand, J. 2011. Epidemiologi Malaria Di Indonesia.

Mentreri Kesehatan RI. 2013. Buletin Malaria. Available from :

http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/buletin/BULETIN

%20MALARIA.pdf Hal: 1.

Menteri Kesehatan RI. 2008. Pedoman Penatalaksana Kasus Malaria di

Indonesia

.http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Pedoman_Penatalaksana_

Kasus_Malaria_di_Indonesia.pdf. Hal: 1,2, 20-22 dan 36. (Diakses tanggal

10 April 2013).

Nugroho, Agung. 2009. Gejala Klinis Malaria Ringan dalam Malaria: dari

molekuler ke klinis.Jakarta: EGC. Hal: 328.

WHO.2010. Guidelines for the treatment of

malari

a.ihttp://www.depkes.go.id/downloads/world_malaria_day/fac_sheet_malari

a.pdf. Hal: 13-55. (Diakses tanggal 20 maret 2013).

Widiyono. 2008. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan

Pemberantasannya. Semarang: Erlangga. Hal. 111-15.

Page 91: Laporan puskesmas Laras