Laporan Puskesmas Prambanan

21
Laporan PKPA Puskesmas Prambanan Sleman, Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXX Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan kebutuhan utama manusia agar aktivitas kehidupan manusia tidak terganggu. Menurut Undang-Undang Republik Indonesi a Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam upaya mewujudkan masyarkat yang sehat, pemerintah membuat instalasi kesehatan yang salah satunya adalah Pusat Kesehatan Masyrakat (Puskemas). Menurut Pe r menkes RI No. 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Setiap Puskesmas memiliki unit perbekalan farmasi yang bertugas untuk menyalurkan obat kepada PERIODE 22 JUNI – 27 JUNI 2015

description

Laporan Puskesmas Prambanan

Transcript of Laporan Puskesmas Prambanan

Page 1: Laporan Puskesmas Prambanan

Laporan PKPA Puskesmas Prambanan Sleman,

Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXX

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan kebutuhan utama manusia

agar aktivitas kehidupan manusia tidak terganggu. Menurut Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, bahwa kesehatan

adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Dalam upaya mewujudkan masyarkat yang sehat, pemerintah membuat

instalasi kesehatan yang salah satunya adalah Pusat Kesehatan Masyrakat

(Puskemas). Menurut Permenkes RI No. 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan

Masyarakat, Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas

adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Setiap Puskesmas memiliki unit perbekalan farmasi yang bertugas untuk

menyalurkan obat kepada pasien. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun

2009 menyatakan bahwa setiap bentuk fasilitas pelayanan kefarmasian wajib

dikelola Apoteker.

Berdasarkan uraian di atas, Program Studi Profesi Apoteker Univesitas

Sanata Dharma bekerjasama dengan Puskesmas Prambanan memberikan

kesempatan kepada mahasiswa profesi apoteker untuk mempelajari secara

langsung aplikasi ilmu kesehatan di Puskesmas sehingga mahasiswa calon

apoteker nantinya memiliki kesiapan diri untuk memasuki dunia kerja.

PERIODE 22 JUNI – 27 JUNI 2015

Page 2: Laporan Puskesmas Prambanan

Laporan PKPA Puskesmas Prambanan Sleman,

Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXX

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

B. TUJUAN

1. Meningkatkan pemahaman tentang peran, fungsi, dan tanggung jawab

Apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Puskesmas.

2. Membekali agar memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan

pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas.

3. Memberikan kesempatan kepada untuk melihat dan mempelajari strategi dan

pengembangan di Puskesmas.

4. Mempersiapkan dalam memasuki dunia kerja.

5. Memberikan gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di

Puskesmas.

C. MANFAAT

1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab

Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas.

2. Mahasiswa mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan

kefarmasian di Puskesmas.

3. Mahasiswa mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di Puskesmas.

4. Mahasiswa dapat meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi Apoteker

yang profesional di Puskesmas.

PERIODE 22 JUNI – 27 JUNI 2015

Page 3: Laporan Puskesmas Prambanan

Laporan PKPA Puskesmas Prambanan Sleman,

Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXX

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Aspek Manajemen Persediaan Obat dan Administrasi

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30

Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Puskesmas

merupakan unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang

bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah

kerja. Kegiatan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai di Puskesmas

meliputi:

1. Perencanaan Kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis

habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan

kebutuhan Puskesmas. Perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai

dilaksanakan setiap periode oleh Ruang Farmasi di Puskesmas. Tujuan

perencanaan adalah untuk mendapatkan:

a. Perkiraan jenis dan jumlah obat dan bahan medis habis pakai yang

mendekati kebutuhan.

b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.

c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

Proses seleksi obat dan bahan medis habis pakai dilakukan dengan

mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi obat periode sebelumnya, data

mutasi obat, dan rencana pengembangan. Proses seleksi obat dan bahan medis

habis pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan

Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang

ada di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola

program yang berkaitan dengan pengobatan.

Proses perencanaan kebutuhan obat per tahun dilakukan secara berjenjang

(bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan

menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).

PERIODE 22 JUNI – 27 JUNI 2015

Page 4: Laporan Puskesmas Prambanan

Laporan PKPA Puskesmas Prambanan Sleman,

Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXX

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan melakukan kompilasi dan

analisa terhadap kebutuhan obat Puskesmas di wilayah kerjanya, menyesuaikan

pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan obat,

buffer stock, serta menghindari stok berlebih.

2. Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Tujuan permintaan obat dan bahan medis habis pakai adalah memenuhi

kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di Puskesmas, sesuai dengan perencanaan

kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan

pemerintah daerah setempat.

3. Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan dalam

menerima obat dan bahan medis habis pakai dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota

sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar obat yang diterima

sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas. Semua

petugas yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan bertanggung jawab atas ketertiban

penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan obat dan bahan medis habis

pakai berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.

Petugas penerimaan wajib melakukan pengecekan terhadap obat dan bahan medis

habis pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah obat,

bentuk obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO), ditandatangani oleh petugas penerima,

dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka petugas

penerima dapat mengajukan keberatan. Masa kedaluwarsa minimal dari obat yang

diterima disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu bulan.

4. Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai merupakan suatu kegiatan

pengaturan terhadap obat yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari

kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan

yang ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu obat yang tersedia di Puskesmas dapat

dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Penyimpanan obat dan bahan

medis habis pakai dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Bentuk dan jenis sediaan.

b. Stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban).

PERIODE 22 JUNI – 27 JUNI 2015

Page 5: Laporan Puskesmas Prambanan

Laporan PKPA Puskesmas Prambanan Sleman,

Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXX

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

c. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar.

d. Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus.

B. Aspek Distribusi Sediaan Farmasi

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2014,

Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan kegiatan pengeluaran dan

penyerahan obat dan bahan medis habis pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi

kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya. Sub-sub unit di

Puskesmas dan jaringannya antara lain:

a. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas;

b. Puskesmas Pembantu;

c. Puskesmas Keliling;

d. Posyandu; dan

e. Polindes.

Tujuan distribusi sediaan farmasi adalah untuk memenuhi kebutuhan obat

sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis,

mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap,

UGD, dan lain-lain) dilakukan dengan cara pemberian obat sesuai resep yang

diterima (floor stock), pemberian obat per sekali minum (dispensing dosis unit)

atau kombinasi, sedangkan pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan

dengan cara penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock).

C. Pemeriksaan dan Pencatatan Obat Masuk-Keluar

Beberapa hal yang dilakukan pada unit farmasi di Puskesmas diantaranya

adalah pemeriksaan dan pencatatan obat masuk-keluar. Petugas penerimaan obat

wajib melakukan pemeriksaan terhadap obat-obat yang diserahkan. Pemeriksaan

yang dilakukan mencakup jumlah kemasan, jenis dan jumlah obat, kesesuaian

dengan isi dokumen (LPLPO) dan ditandatangani oleh petugas penerima atau

diketahui Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, petugas penerima dapat

mengajukan keberatan (Depkes RI, 2001).

PERIODE 22 JUNI – 27 JUNI 2015

Page 6: Laporan Puskesmas Prambanan

Laporan PKPA Puskesmas Prambanan Sleman,

Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXX

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas adalah suatu usaha yang

dilakukan untuk memonitor dan mendokumentasikan kegiatan pengelolaan obat

dan perbekalan farmasi di Puskesmas. Adanya monitoring dan dokumentasi dapat

membuktikan bahwa kegiatan pengelolaan obat dan perbekalan farmasi telah

dilakukan dan ada dokumentasinya yang dapat digunakan sebagai sumber data

(Anonim, 2010).

1. Sasaran pokok pencatatan obat di Puskesmas:

a. Terlaksananya tertib administrasi dan pengelolaan obat

b. Tersedianya data yang akurat dan tepat waktu

c. Tersedianya data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian oleh

unit yang lebih tinggi.

2. Macam-macam format pencatatan dan pelaporan obat di Puskesmas dan sub

unit pelayanan kesehatan:

a. Kartu stok obat

b. Laporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO)

c. Buku catatan harian penerimaan dan pemakaian obat

d. Buku catatan harian penerimaan resep

e. Laporan obat rusak/daluarsa

f. Surat pernyataan obat hilang.

D. Evaluasi

Untuk menjamin mutu Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, harus

dilakukan pengendalian mutu yang meliputi monitoring dan evaluasi. Monitoring

merupakan kegiatan pemantauan selama proses berlangsung untuk memastikan

bahwa aktivitas berlangsung sesuai dengan yang direncanakan. Monitoring dapat

dilakukan oleh tenaga kefarmasian yang melakukan proses. Aktivitas monitoring

perlu direncanakan untuk mengoptimalkan hasil pemantauan, misalnya:

monitoring pelayanan resep, monitoring penggunaan obat, monitoring kinerja

tenaga kefarmasian.

Untuk menilai hasil atau capaian pelaksanaan pelayanan kefarmasian,

dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan terhadap data yang dikumpulkan yang

PERIODE 22 JUNI – 27 JUNI 2015

Page 7: Laporan Puskesmas Prambanan

Laporan PKPA Puskesmas Prambanan Sleman,

Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXX

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

diperoleh melalui metode berdasarkan waktu, cara, dan teknik pengambilan data.

Menurut Permenkes Nomor 30 Tahun 2014, Evaluasi Pengelolaan Obat dan

Bahan Medis Habis Pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:

a. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan

obat dan bahan medis habis pakai sehingga dapat menjaga kualitas maupun

pemerataan pelayanan.

b. Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan obat dan bahan medis habis

pakai.

c. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.

Pelaksanaan evaluasi terdiri atas:

1. Audit

Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas pelayanan

dengan pengukuran kinerja bagi yang memberikan pelayanan dengan menentukan

kinerja yang berkaitan dengan standar yang dikehendaki dan dengan

menyempurnakan kinerja tersebut. Oleh karena itu, audit merupakan alat untuk

menilai, mengevaluasi, menyempurnakan pelayanan kefarmasian secara

sistematis. Audit yang dilakukan antara lain:

a. Audit Sediaan Farmasi

Tujuan dari audit sediaan farmasi adalah melindungi masyarakat dari

sediaan farmasi yang tidak memenuhi syarat, melindungi masyarakat dari

penyalahgunaan dan salah penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan,

serta mencegah persaingan tidak sehat antar perusahaan farmasi.

b. Audit SOP Manajemen

Audit SOP manajemen merupakan contoh dari audit professional.

Audit profesional merupakan analisis kritis pelayanan kefarmasian oleh

seluruh tenaga kefarmasian terkait dengan pencapaian sasaran yang

disepakati, penggunaan sumber daya dan hasil yang diperoleh. Tujuan dari

audit SOP manajemen adalah agar dicapai pelayanan yang bermutu dan

berkinerja tinggi dengan prinsip dasar mutu dan peningkatan kinerja yang

sesuai dengan standar prosedur operasional untuk tiap unit pelayanan.

PERIODE 22 JUNI – 27 JUNI 2015

Page 8: Laporan Puskesmas Prambanan

Laporan PKPA Puskesmas Prambanan Sleman,

Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXX

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

c. Audit SOP Distribusi

Standar distribusi obat yang baik diterapkan untuk memastikan

bahwa kualitas produk yang dicapai melalui CDOB dipertahankan

sepanjang jalur distribusi, untuk itu diperlukan sistem audit dalam rangka

menjamin agar obat aman, bermanfaat dan bermutu. Adapun tujuan audit

SOP Distrtribusi adalah menjamin keabsahan dan mutu obat agar obat yang

sampai ke konsumen adalah obat yang aman, efektif dan dapat digunakan

sesuai indikasinya.

2. Review (Pengkajian)

Pengkajian yaitu tinjauan atau kajian terhadap pelaksanaan pelayanan

kefarmasian tanpa dibandingkan dengan standar, misalnya: kajian penggunaan

antibiotik.

PERIODE 22 JUNI – 27 JUNI 2015

Page 9: Laporan Puskesmas Prambanan

Laporan PKPA Puskesmas Prambanan Sleman,

Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXX

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

B. Aspek Manajemen Persediaan Obat dan Administrasi

Manajemen persediaan obat dan administrasi di Puskesmas Prambanan

dilakukan melalui proses seleksi persediaan obat yang dilakukan dengan

mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi obat periode sebelumnya, data

mutasi obat, dan rencana pengembangan. Selain itu, mengacu pula pada Daftar

Obat Esensial Nasional (DOEN). Puskesmas juga diminta untuk menyediakan

data pemakaian obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar

Permintaan Obat (LPLPO). Saat ini, Puskesmas Prambanan sedang menyusun

Formularium Puskesmas untuk kepentingan akreditasi.

1. Perencanaan Kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Perencanaan pengadaan persediaan obat Puskesmas Prambanan dilakukan

setiap bulan dan setiap tahun. Perencanaan pengadaan dilakukan berdasarkan

metode konsumsi selama perbulan atau pertahun sebelumnya. Pengadaan

persediaan obat dan administrasi dilakukan berdasarkan kebutuhan obat yang ada

pada bagian farmasi, kebutuhan tiap poli(sama atau beda?), KIA, puskesmas

pembantu, dan puskesmas keliling.

Sumber pengadaan persediaan obat di Puskesmas Prambanan adalah

melalui Gudang Farmasi Kabupaten Sleman (GFK). Selain itu, khusus untuk

beberapa obat yang tidak disediakan oleh GFK maka dapat dilakukan pengadaan

sendiri dengan anggaran puskesmas, seperti. Khusus untuk pengadaan obat KB

melalui BKKBN dan khusus untuk pengadaan vaksin melalui unit vaksin POAK.

Permintaan pengadaan obat dilakukan oleh Asisten Apoteker (AA) dengan

menggunakan LPLPO dan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Vaksin

(LPLPV) yang diserahkan langsung ke GFK Sleman sedangkan untuk obat KB

mendapatkan droping dari BKKBN.

PERIODE 22 JUNI – 27 JUNI 2015

Page 10: Laporan Puskesmas Prambanan

Laporan PKPA Puskesmas Prambanan Sleman,

Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXX

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

LPLPO digunakan untuk pencatatan dan pelaporan persediaan obat di

puskesmas. Selain itu, digunakan untuk menganalisis penggunaan, perencanaan

kebutuhan obat, pengendalian persedaan obat, dan pembuatan laporan

pengelolaan obat. Pengadaan persediaan obat Puskesmas Prambanan dilakukan

tiap bulan yang disesuaikan dengan kebutuhan yaitu dengan menggunakan surat

permintaan (SP) berupa LPLPO. Jumlah permintaan obat didasarkan pada

pemakaian obat pada periode sebelumnya. LPLPO dibuat setiap bulan untuk

selanjutnya dibuat LPLPO tahunan. Penyusunan LPLPO berdasarkan hasil

rekapan data pelaporan penggunaan obat dari sub unit pelayanan di Puskesmas

Prambanan.

Obat esensial dan obat generik disediakan GFK Sleman, sedangkan untuk

obat non generik (mis: Hemafort)?

Dalam rangka mencegah kekosongan persediaan obat di Puskesmas

Prambanan maka dapat dilakukan permintaan khusus sebelum jatuh tempo

permintaan bulan selanjutnya. Permintaan khusus ini dibuat dalam bentuk bon

yang dicatat di UPT POAK Sleman. Jumlah permintaan obat pada bulan

selanjutnya akan dikurangi dengan sejumlah obat yang ada dicatatan bon. Bon

yang masuk sebelum tanggal 20 akan masuk pada bon bulan sebelumnya,

sedangkan bon yang masuk setelah tanggal 20 maka akan masuk bon pada bulan

berikutnya. Jika obat tidak dapat dipenuhi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Sleman, maka Puskesmas akan melakukan pengadaan sendiri.

2. Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

3. Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

4. Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

B. Aspek Distribusi Sediaan Farmasi

Tujuan dari distribusi sediaan farmasi di Puskesmas Prambanan adalah

untuk memenuhi kebutuhan sediaan farmasi pada masing-masing sub unit

pelayanan kesehatan. Setelah sediaan farmasi diterima oleh AA, kemudian

sediaan farmasi masuk ke gudang farmasi Puskesmas Prambanan. Gudang farmasi

ini menjadi sumber utama kebutuhan obat untuk masing-masing sub unit, seperti

PERIODE 22 JUNI – 27 JUNI 2015

Page 11: Laporan Puskesmas Prambanan

Laporan PKPA Puskesmas Prambanan Sleman,

Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXX

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

poli, KIA, puskesmas pembantu, dan puskesmas keliling. Persediaan obat di

gudang farmasi puskesmas akan dikirimkan kepada masing-masing sub unit setiap

bulan berdasarkan jumlah obat yang digunakan sebulan sebelumnya (LPLPO

Sub). Pengajuan permintaan obat dari tiap sub unit ke gudang puskesmas disertai

dengan LPLPO sub unit, kecuali sub unit pelayanan (poli?). Stok obat di gudang

farmasi puskesmas dikeluarkan ke ruang obat setiap bulan berdasarkan jumlah

masing-masing item obat yang digunakan sebulan sebelumnya untuk dijadikan

jumlah minimal dalam pengambilan stok ruang obat selama satu bulan berikutnya.

Metode ini dapat mengurangi frekuensi pengambilan obat di gudang, sehingga

diharapkan dapat meminimalisir kasus kehilangan obat.

Sistem distribusi yang dilakukan di Puseksmas Prambanan berupa

individual prescribing dan floor stock. Individual prescribing merupakan sistem

distribusi obat yang biasa digunakan pada unit rawat jalan. Sistem individual

prescribing rawat jalan dilakukan dengan menyalurkan sediaan farmasi

berdasarkan permintaan resep yang ditulis oleh dokter untuk 1 keur pengobatan

pasien dari instalasi farmasi langsung ke pasien. Yang dimaksud dengan 1 keur

pengobatan adalah pelayanan sediaan farmasi untuk 1 kali resep (3 hari, 1 minggu

atau 1 bulan). Floor stock dilakukan dengan menyiapkan sediaan farmasi di

ruang tertentu. Sediaan farmasi ini digunakan saat ada pasien. Petugas dapat

meminta kebutuhan sediaan farmasi apabila persediaan sudah menipis atau habis

kepada gudang farmasi. Distribusi sediaan farmasi ke jaringan/sub unit puskesmas

dilakukan dengan cara penyerahan sediaan farmasi sesuai dengan kebutuhan

(floor stock).

C. Pemeriksaan dan Pencatatan Obat Masuk-Keluar

D. Evaluasi

1. Audit

a. Audit Sediaan Farmasi

b. Audit SOP Manajemen

PERIODE 22 JUNI – 27 JUNI 2015

Page 12: Laporan Puskesmas Prambanan

Laporan PKPA Puskesmas Prambanan Sleman,

Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXX

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

c. Audit SOP Distribusi

PERIODE 22 JUNI – 27 JUNI 2015

Page 13: Laporan Puskesmas Prambanan

Laporan PKPA Puskesmas Prambanan Sleman,

Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXX

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

BAB IV

TUGAS

PERIODE 22 JUNI – 27 JUNI 2015

Page 14: Laporan Puskesmas Prambanan

Laporan PKPA Puskesmas Prambanan Sleman,

Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXX

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

PERIODE 22 JUNI – 27 JUNI 2015

Page 15: Laporan Puskesmas Prambanan

Laporan PKPA Puskesmas Prambanan Sleman,

Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXX

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

1.

DAFTAR PUSTAKA

Menteri Kesehatan RI, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Menteri Kesehatan RI, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Depkes RI, 2001, Pedoman Pengelolaan Obat di Puskesmas, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 2010, Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Puskesmas, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI yang bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency.

SK Ka Badan POM No : HK 00.05.3.2522 Tahun 2003 : tentang Penerapan Pedoman Cara Distribusi Obat Yang Baik

http://www.ikatanapotekerindonesia.net/articles/pharma-update/national-pharmacy/298-p-e-n-g-a-w-a-s-a-n.html

PERIODE 22 JUNI – 27 JUNI 2015

Page 16: Laporan Puskesmas Prambanan

Laporan PKPA Puskesmas Prambanan Sleman,

Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXX

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

LAMPIRAN

PERIODE 22 JUNI – 27 JUNI 2015