Laporan puskesmas buniwangi

121
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat merupakan hak setiap individu. Hal ini sesuai dengan UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan, sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 1 Sementara definisi sehat itu sendiri menurut WHO yaitu suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental, maupun sosial, yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. 2 Kesehatan merupakan hal yang sangat penting agar manusia dapat bertahan hidup dan beraktivitas. Pentingnya kesehatan ini mendorong pemerintah untuk mendirikan layanan kesehatan, agar masyarakat dapat mengakses kebutuhan kesehatan. Layanan kesehatan salah satu jenis layanan publik merupakan ujung tombak dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Salah satu layanan kesehatan yang didirikan oleh pemerintah adalah Puskesmas. 3 Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan dengan wilayah kerja tingkat kecamatan. Untuk menjangkau wilayah kerjanya

Transcript of Laporan puskesmas buniwangi

Page 1: Laporan puskesmas buniwangi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sehat merupakan hak setiap individu. Hal ini sesuai dengan UU Kesehatan

No 36 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa kesehatan merupakan hak asasi

manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan, sesuai dengan

cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.1 Sementara

definisi sehat itu sendiri menurut WHO yaitu suatu keadaan yang sempurna baik

fisik, mental, maupun sosial, yang tidak hanya bebas dari penyakit atau

kecacatan.2

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting agar manusia dapat

bertahan hidup dan beraktivitas. Pentingnya kesehatan ini mendorong pemerintah

untuk mendirikan layanan kesehatan, agar masyarakat dapat mengakses

kebutuhan kesehatan. Layanan kesehatan salah satu jenis layanan publik

merupakan ujung tombak dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Salah satu

layanan kesehatan yang didirikan oleh pemerintah adalah Puskesmas.3

Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan

dengan wilayah kerja tingkat kecamatan. Untuk menjangkau wilayah kerjanya

Page 2: Laporan puskesmas buniwangi

2

puskesmas diperkuat dengan puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan untuk

daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, puskesmas dilengkapi dengan

fasilitas rawat inap. Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya

kesehatan per orangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang ditinjau dari Sistem

Kesehatan Nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.3

Namun, dalam pelaksanaannya masih banyak terjadi masalah-masalah

yang dapat menghambat puskesmas berfungsi maksimal. Masalah-masalah

tersebut dapat memengaruhi pemanfaatan puskesmas yang pada ujungnya

berpengaruh pada status kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Untuk

mencapai suatu penyelesaian masalah, maka diperlukan serangkaian kegiatan

yang sistematis, terstruktur, dan berkesinambungan, yang disebut dengan siklus

pemecahan masalah. Siklus pemecahan masalah ini sangatlah diperlukan guna

meningkatkan derajat kesehatan dan dipelajari oleh suatu cabang ilmu yaitu Ilmu

Kesehatan Masyarakat.4

Menurut WHO, Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah semua tindakan

terorganisir yang dilakukan oleh publik maupun swasta untuk mencegah penyakit,

meningkatkan kesehatan dan memperpanjang angka harapan hidup pada populasi

secara keseluruhan. Kegiatannya bertujuan untuk menyediakan kondisi di mana

orang bisa sehat dan fokus pada seluruh populasi, bukan pada individu atau

penyakit.5

Program Studi Profesi Dokter Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat

bertujuan untuk melatih dokter muda untuk mengelola upaya kesehatan

masyarakat pada sarana pelayanan primer dengan pendekatan sistem dan sesuai

Page 3: Laporan puskesmas buniwangi

3

standar kompetensi dokter Indonesia (SKDI) melalui komunikasi secara efektif

dengan sejawat, profesi lain dan masyarakat, menerapkan konsep dan prinsip ilmu

perilaku dan kesehatan masyarakat, menilai efektivitas suatu upaya kesehatan

dengan pendekatan siklus pemecahan masalah, mengelola upaya-upaya kesehatan

masyarakat berdasarkan fungsi-fungsi manajemen, menggerakkan masyarakat

untuk berpartisipasi dalam upaya kesehatan, mengelola data untuk mendapatkan

dan memanfaatkan informasi kesehatan yang mutakhir, bekerjasama secara efektif

baik secara individual maupun kelompok, serta memahami tanggung jawab

hukum dan etika berkaitan dengan upaya kesehatan masyarakat.6

1.2 Puskesmas

1.2.1 Profil Puskesmas

Puskesmas Buniwangi terletak di Jalan Raya Cibungur No. 2, Desa

Buniwangi, Kecamatan Surade, Sukabumi. Puskesmas Buniwangi adalah

puskesmas berjenis Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang disertai dengan

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) tanpa fasilitas rawat

inap.

1.2.2 Visi dan Misi Puskesmas

Visi dari Puskesmas Buniwangi adalah “Menjadikan Puskesmas bermutu

dan berkualitas dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat demi

terwujudnya Millenium Development Goals (MDGs) Kabupaten Sukabumi Sehat

2015” dengan misi7:

Page 4: Laporan puskesmas buniwangi

4

1. Menggerakkan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di wilayah

Puskesmas Buniwangi

2. Mendekatkan Pelayanan Kesehatan pada masyarakat

3. Mendorong kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan

sehat.

1.2.3 Gambaran Wilayah Kerja Puskesmas

Puskesmas Buniwangi merupakan puskesmas yang terletak di kecamatan

Surade, yaitu suatu kecamatan yang terletak di selatan dengan jarak kurang lebih

70 kilometer dari ibukota Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan wilayah kerjanya

terdiri dari 5 desa, yaitu Desa Pasir Ipis, Desa Buniwangi, Desa Cipeundey, Desa

Gunungsungging, dan Desa Sukatani. Desa Pasir Ipis merupakan desa yang paling

dekat dengan Puskesmas Buniwangi. Desa Pasir Ipis, Desa Buniwangi, Desa

Cipendeuy dan Desa Gunungsungging dapat dicapai dengan kendaraan roda dua

dan roda empat walaupun akses jalan sedikit terhambat karena jalan rusak. Desa

Sukatani merupakan desa yang memiliki jarak terjauh dari Puskesmas Buniwangi,

kendala untuk mencapai Desa Sukatani adalah terdapat Sungai Cipamarangan

yang belum mempunyai jembatan secara permanen, sehingga kendaraan roda 4

harus melewati sungai. Akses jalan ke Sukatani juga rusak dan bergelombang.7

Puskesmas Buniwangi mempunyai wilayah kerja dengan luas wilayah

6.266,73 hektar dan banyak terdapat sawah, ladang, hutan serta sungai dan pantai.

Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Buniwangi adalah7 :

a. Selatan : Samudera Indonesia

Page 5: Laporan puskesmas buniwangi

5

b. Barat : Kecamatan Ciracap

c. Timur : Cibitung

d. Utara : Puskesmas Surade Kecamatan Surade

Gambar 1 Peta Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Buniwangi

1.2.4 Struktur Organisasi

Struktur organisasi di UPTD Puskesmas Buniwangi disusun berdasarkan

Peraturan Bupati Nomor 65/Tahun 2012

Page 6: Laporan puskesmas buniwangi

6

Gambar 2 Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Buniwangi Tahun 2013

1.3 Analisis Puskesmas Buniwangi Menggunakan Pendekatan Sistem

Analisis situasi Puskesmas Buniwangi dilakukan dengan cara pendekatan

sistem. Pendekatan sistem merupakan suatu upaya untuk melakukan pemecahan

masalah dengan melihat masalah yang ada secara menyeluruh dan selanjutnya

melakukan analisis secara sistem melalui analisis masukan (input), proses,

pengeluaran (output), balikan serta faktor yang mempengaruhi.8

Page 7: Laporan puskesmas buniwangi

7

1.3.1 Analisis Masukan (Input) Puskesmas

Masukan (input) merupakan kumpulan elemen yang terdapat dalam sistem

yang diperlukan agar suatu sistem dapat berfungsi. Masukan Puskesmas terdiri

dari berbagai sumber daya, yaitu Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan

prasarana, dana, Sistem Informasi Puskesmas, program, dan masyarakat sebagai

sasaran.8

1.3.1.1 Sumber Daya Manusia (Man)

Tenaga kerja di Puskesmas dibagi menjadi dua, yaitu pertama, tenaga

kesehatan, seperti dokter, dokter gigi, perawat, bidan, analis, tenaga laboratorium,

sanitarian, dan lain sebagainya. Kedua, tenaga non-kesehatan antara lain tenaga

administrasi dan manajer lainnya.8

Tabel 1 Daftar Tenaga Kerja di UPTD Puskesmas Buniwangi 2013

Jenis tenaga Jumlah Status

Kepala Puskesmas 1 PNS

Dokter Umum 1 Pegawai Harian Lepas

Perawat Gigi 1 Pegawai Harian Lepas

Perawat Umum 1 PNS

7

1

Pegawai Harian Lepas

Sukarelawan

Bidan 4 PNS

5 Pegawai Harian Lepas

2 PTT

4 Sukarelawan

Page 8: Laporan puskesmas buniwangi

8

Jenis Tenaga

Jumlah

Status

Administrasi

Juru Malaria

Sanitarian

Apoteker

3

1

2

1

1

1

PNS

Pegawai Harian Lepas

Sukarelawan

Pegawai Harian Lepas

PNS

Pegawai Harian Lepas

Pengemudi 1 Sukarelawan

Kebersihan

Penjaga

1

1

Sukarelawan

Sukarelawan

Jumlah 39

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah total SDM di Puskesmas Buniwangi

sebanyak 39 orang yang terbagi menjadi 10 orang tenaga kesehatan dan 29 orang

tenaga non-kesehatan. Jumlah sumber daya manusia di Puskesmas Buniwangi

tidak cukup, Puskesmas Buniwangi tidak memiliki juru jentik, dokter gigi, tenaga

laboratorium dan nutrisionis. Sebagian besar dari tenaga kerja yang memiliki

tugas rangkap sehingga kinerja kurang optimal.

1.3.1.2 Sarana dan Prasarana Kesehatan (Machine)

Puskesmas Buniwangi terdiri atas 2 bangunan, yaitu 1 gedung puskesmas

dan 1 gedung Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) yang

terletak di belakang gedung puskesmas. Gedung Puskesmas terdiri dari 1 lantai

dan terbagi 14 ruangan. Secara keseluruhan bangunan dalam keadaan baik.

Page 9: Laporan puskesmas buniwangi

9

Sirkulasi udara dan pencahayaan pada setiap ruangan baik, masing-masing

ruangan terdapat jendela dengan jumlah yang cukup sehingga udara dapat keluar

dan masuk dan ruangan terlihat terang.

Gedung PONED terdiri dari 1 lantai yang terbagi menjadi 6 ruangan.

Gedung PONED dalam kondisi yang baik namun kurang terawat sehingga dari

segi kebersihannya kurang baik.

Tabel 2 Jumlah dan Kondisi Peralatan UPTD Puskesmas Buniwangi Tahun

2013 No. Jenis Peralatan

Kesehatan

Puskesmas Puskesmas Pembantu

Berfungsi Tidak

Berfungsi

Tidak

Ada

Berfungsi Tidak

Berfungsi

Tidak

Ada

1. Hb Meter 0 - - 1 - -

2. Bidan Kit 1 - - 0 - -

3. KB Kit 0 - - 0 - -

4. Timbangan Kit 1 - - 1 - -

5. Timbangan bayi

baru lahir

0 - - 1 - -

6. Timbangan bayi

kodok/duduk

1 - - 1 - -

7. Tensimeter 2 2 - 1 - -

Page 10: Laporan puskesmas buniwangi

10

No Jenis Peralatan

Kesehatan

Puskesmas Puskesmas Pembantu

Berfungsi Tidak

Berfungsi

Tidak

Ada

Berfungsi Tidak

Berfungsi

Tidak

Ada

8. Stestoskop

monocular

1 - - 1 - -

9. Stetoskop

binocular

1 - - 1 - -

10. BP set 0 - - 1 - -

11. PHN kit 1 - - 0 - -

12. Tes kunjungan

rumah

0 - - 0 - -

13. SHK 0 - - 0 - -

14. Set klinik gigi

lapangan

0 - - 0 - -

15. Dental kit/unit 0 - - 0 - -

16. Kadar set gigi 0 - - 0 - -

17. UKGS kit 1 - - 0 - -

18. Set art gigi 0 - - 0 - -

19. Pengukur tinggi

badan bayi

1 - - 1 - -

Page 11: Laporan puskesmas buniwangi

11

No Jenis Peralatan

Kesehatan

Puskesmas Puskesmas Pembantu

Berfungsi Tidak

Berfungsi

Tidak

Ada

Berfungsi Tidak

Berfungsi

Tidak

Ada

21. Pengukur lingkar

lengan bayi

1 - - 0 - -

22. Pengukur lingkar

kepala bayi

1 - - 0 - -

23. Puskesmas

pembantu kit

0 - - 1 - -

24. Timbangan dacin 0 - - 0 - -

25. Pos kesehatan kit 0 - - 0 - -

26. Poliklinik set 0 - - 0 - -

27. Immunisasi kit 0 - - 1 - -

28. Thermos 5 - - 1 - -

29. Lemari es 0 - - 0 - -

30. Vaccine carrier 5 - - 1 - -

31. Freezer 1 - - 1 - -

32. Sterilisator 1 rak 0 - - 0 - -

33. Sterilisator 2 rak 1 - - 0 - -

Page 12: Laporan puskesmas buniwangi

12

No Jenis Peralatan

Kesehatan

Puskesmas Puskesmas Pembantu

Berfungsi Tidak

Berfungsi

Tidak

Ada

Berfungsi Tidak

Berfungsi

Tidak

Ada

35. Cold pack orange 0 - - 5 - -

36. Cold pack putih

kecil

0 - - 3 - -

37. Cold pack putih

besar

18 - - 0 - -

38. Kolera kit 0 - - 0 - -

39. Frambusia kit 0 - - 0 - -

40. Set mikroskop 1 - - 0 - -

41. Set pemeriksaan

Hematologi/darah

0 - - 0 - -

42. Set pemeriksaan

urin

0 - - 0 - -

43. Set pemeriksaan

air sederhana

0 - - 0 - -

44. Set rujukan lab 1 - - 0 - -

45. Otoklaf sterilisasi 0 - - 0 - -

46. Set sanitarian kit 1 - - 0 - -

Page 13: Laporan puskesmas buniwangi

13

No Jenis Peralatan

Kesehatan

Puskesmas Puskesmas Pembantu

Berfungsi Tidak

Berfungsi

Tidak

Ada

Berfungsi Tidak

Berfungsi

Tidak

Ada

48. Wireless 0 - - 0 - -

49. Radio cassette 0 - - 0 - -

50. Standard flip

chart

0 - - 0 - -

51. Panel board 1 - - 0 - -

52. Slide proyektor 0 - - 0 - -

53. Light meter untuk

UKS

1 - - 0 - -

54. Megaphone 0 - - 0 - -

55. LCD Proyektor 0 - - 0 - -

56. OHP 1 - - 0 - -

57. Screen/Layer 0 - - 0 - -

58. Televisi 1 - - 0 - -

59. DVD/VCD Player 0 - - 0 - -

60. Laptop 3 - - 0 - -

61. Dekstop TV 0 - - 0 - -

Page 14: Laporan puskesmas buniwangi

14

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Buniwangi 2013

No Jenis Peralatan

Kesehatan

Puskesmas Puskesmas Pembantu

Berfungsi Tidak

Berfungsi

Tidak

Ada

Berfungsi Tidak

Berfungsi

Tidak

Ada

63. Kamera Foto 0 - - 0 - -

64. Genset 0 - - 0 - -

65. Hands

Instrumental

Dental

0 - - 0 - -

66. Sterilisator Basah 0 - - 0 - -

67. Sterilisator Kering 0 - - 0 - -

68.

69.

70.

71.

72.

73.

74.

Sound Timer

Oksigen

Concentrator

Mikrotoise

Food Model

Object Glass/slide

Rak pewarnaan

Lain-lain

0

0

0

0

5

1

0

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

0

0

0

0

0

0

0

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Page 15: Laporan puskesmas buniwangi

15

Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa Puskesmas Buniwangi masih

kekurangan alat-alat baik itu alat kesehatan maupun alat non-kesehatan, seperti

alat nebulizer. Pegawai puskesmas juga sering membawa peralatannya sendiri

seperti laptop untuk mengerjakan tugas puskesmas. Puskesmas Buniwangi

memiliki satu kendaraan mobil sebagai puskesmas keliling dan 7 buah motor.

Semua kendaraan dalam keadaan baik.

1.3.1.3 Dana (Money)

Puskesmas Buniwangi memiliki sumber dana yang berasal dari APBN

(Bantuan Operasional Kesehatan, Jampersal dan Jamkesmas) dan APBD Provinsi

(retribusi dan dana untuk program kesehatan). Retribusi akan disetorkan kepada

Kas Daerah setiap bulan dan akan dikembalikan sesuai dengan alokasi anggaran

yang telah ditentukan pada awal tahun.

Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) merupakan subsidi

pemerintah untuk biaya operasional puskesmas. Setiap bulan, puskesmas

membuat proposal kegiatan dengan rincian biaya lalu dikirimkan ke dinas

kesehatan, apabila proposal disetujui oleh dinas kesehatan maka dana akan

diberikan. Jampersal atau Jaminan Pesalinan adalah jaminan yang diberikan oleh

pemerintah untuk ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya, membantu pada

saat persalinan, pelayanan pada masa nifas, pelayanan keluarga berencana setelah

persalinan dan pelayanan bagi bayi yang baru lahir

Jamkesmas atau Jaminan Kesehatan Masyarakat adalah program bantuan

sosial yang diselenggarakan secara nasional untuk pelayanan kesehatan bagi

Page 16: Laporan puskesmas buniwangi

16

masyarakat miskin. Setiap bulan puskesmas mencatat jumlah pasien Jamkesmas

yang mendapat pelayanan, data tersebut kemudian dikirimkan ke dinas kesehatan

untuk mendapat klaim.

Tabel 3 Anggaran Kesehatan Di UPTD Puskesmas Buniwangi Tahun 2013

No. Sumber Dana Alokasi (Rp) Realisasi (Rp) %

1. Retribusi 94.450.000 202.967.000 >100

2. APBD Provinsi

- Pengembangan gedung

poned mampu dan Alkes

Buniwangi

870.175.000 870.175.000

100

3. APBN

Jamkesmas 43.436.000 43.436.000 100

Jampersal 150.540.000 150.540.000 100

BOK 74.207.000 74.207.000 100

Sumber: Profil UPTD Puskesmas Buniwangi Tahun 2013

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar dana kesehatan Puskesmas

Buniwangi tahun 2013 berasal dari APBN. Dana kesehatan yang berasal dari

retribusi yang berasal dari pelayanan kesehatan puskesmas sendiri telah melebihi

target yang ditetapkan.

1.3.1.4 Sistem Informasi Puskesmas (Method)

Sistem Informasi Puskesmas adalah tatanan yang menyediakan informasi

untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam melaksanakan manajemen

Puskesmas untuk mencapai berbagai sasaran yang telah ditetapkan. Sistem

Informasi Puskesmas bertujuan untuk meningkatkan kualitas manajemen

Page 17: Laporan puskesmas buniwangi

17

Puskesmas agar berhasil guna dan berdaya guna, melalui pemanfaatan secara

optimal data, sistem pencatatan dan pelaporan Puskesmas (SP3) serta informasi

lain yang menunjang.9 Sub sistem informasi yang terdapat di Puskesmas

Buniwangi terdiri dari rekam medis dan laporan yang terdiri dari laporan bulanan,

triwulan dan laporan tahunan.

1.3.1.4.1 Rekam Medis

Rekam medis adalah sistem informasi kesehatan individu, yang dimulai

dari pencatatan pelayanan kesehatan pasien, penanganan berkas, penyimpanan

dan pemanfaatan informasi yang bertujuan menunjang tercapainya tertib

administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan.9

Hal pertama yang dilakukan pasien saat tiba di Puskesmas Buniwangi

adalah mendaftar di loket pendaftaran. Setelah itu, pasien akan dipisahkan sesuai

dengan pelayanan yang dibutuhkannya, yaitu pelayanan BP umum, KIA/KB &

MTBS, atau BP gigi. Kemudian, pasien akan masuk ke ruang pemeriksaan dan

petugas akan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, atau pemeriksaan lanjutan

bila diperlukan. Segala tindakan yang dilakukan kepada pasien akan dicatat ke

dalam rekam medis secara manual.

Rekam medis tersebut akan disimpan dengan cara dikelompokkan sesuai

dengan cara pembayaran pasien, yaitu retribusi dan BPJS. Lalu masing-masing

dari kelompok tersebut, rekam medis akan diurutkan sesuai dengan abjad nama

pasien.

Page 18: Laporan puskesmas buniwangi

18

1.3.1.4.2 Laporan Bulanan dan Laporan Tahunan

Puskesmas Buniwangi memiliki laporan bulanan, laporan triwulan,dan

laporan tahunan yang harus dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi.

1.3.1.4.2.1 Pencatatan Puskesmas

Pencatatan puskesmas terdiri dari 2 kelompok besar, yaitu pencatatan di

dalam gedung puskesmas dan pencatatan di luar gedung puskesmas. Pencatatan di

dalam gedung puskesmas adalah pencatatan terhadap kegiatan di dalam gedung

puskesmas yang menggunakan Kartu Tanda Pengenal Keluarga, Kartu Status

Perorangan, dan beberapa buku register. Pencatatan di luar gedung puskesmas

menggunakan beberapa buku register yang dilakukan oleh kader, posyandu,

puskesmas pembantu, dan bidan.9

Program puskesmas yang memiliki pencatatan di dalam dan luar gedung

adalah program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB),

Upaya Perbaikan Gizi Keluarga, Upaya Pengendalian Penyakit Menular (P2M),

serta Promosi Kesehatan dan Kesehatan Lingkungan. Hasil kegiatan dalam dan

luar gedung puskesmas akan disatukan dalam satu laporan yang akan dilaporkan

ke Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi. Sistem pencatatan di Puskesmass

Buniwangi memiliki kelemahan, yaitu kurangnya tenaga kerja untuk

merekapitulasi data-data yang ada di puskesmas.

1.3.1.4.2.2 Pelaporan Puskesmas

Data - data yang telah dikumpulkan akan dilaporkan secara berkala yaitu

sebulan sekali, 3 bulan sekali dan satu tahun sekali. Laporan bulanan dilaporkan

Page 19: Laporan puskesmas buniwangi

19

ke Dinas Kesehatan selambat-lambatnya tanggal 5, sementara laporan tahunan di

laporkan selambat-lambatnya awal bulan. Laporan bulanan meliputi:

a. Laporan kesakitan menggunakan LB1

b. Laporan pemakaian dan permintaan obat menggunakan LB2

c. Laporan kegiatan KIA,Gizi, Imunisasi dan Pengendalian Penyakit Menular

(P2M) menggunakan LB3

d. Laporan berbagai kegiatan puskesmas lainnya menggunakan LB4

Laporan triwulan dilaporkan kepada Dinas Kesehatan setiap tiga bulan

sekali. Laporan triwulan pada Puskesmas Buniwangi, meliputi :

a. Laporan Kesehatan Jiwa

b. Laporan Penyakit Kusta

c. Laporan Kesehatan Gigi dan Mulut

d. Laporan Laboratorium

Laporan tahunan meliputi :

a. Data dasar puskesmas menggunakan LT1

b. Data kepegawaian puskesmas menggunakan LT2

c. Data peralatan puskesmas menggunakan LT3

Page 20: Laporan puskesmas buniwangi

20

Gambar 3 Alur Pelaporan UPTD Puskesmas Buniwangi Tahun 2013

1.3.1.5 Program (Material)

Puskesmas Buniwangi memiliki 2 program yaitu program wajib

puskesmas dan program pengembangan puskesmas. Program wajib terdiri dari 6

program pokok, yaitu Upaya Promosi Kesehatan, Upaya Kesehatan Lingkungan,

Upaya Kesehatan Ibu dan Anak, serta Keluarga Berencana, Upaya Perbaikan Gizi

Masyarakat, Upaya Penanggulangan Penyakit Menular (P2M), dan Upaya

Pengobatan.

Page 21: Laporan puskesmas buniwangi

21

Program pengembangan puskesmas merupakan jenis upaya kesehatan

pengembangan yang dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang

telah ada, atau upaya inovasi yang dikembangkan sendiri. Adapun program

pengembangan Puskesmas Buniwangi, yaitu:

1. Upaya Unit Kesehatan Sekolah

2. Upaya Penanggulangan HIV/AIDS

3. Upaya Penanggulangan Malaria

4. Upaya Penanggulangan Filariasis

5. Upaya Penanggulangan Kusta

6. Upaya Kesehatan Indra

7. Upaya Program Lansia

8. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

9. Upaya Penanggulangan Rabies

10. Upaya Kesehatan Jiwa

1.3.1.6 Masyarakat (Market)

Suatu analisis kependudukan diperlukan karena akan berkaitan dengan

status kesehatan dan potensi masalah yang akan timbul pada suatu wilayah kerja.

Wilayah kerja Puskesmas Buniwangi meliputi wilayah 5 desa, yaitu Desa

Buniwangi, Desa Pasir Ipis, Desa Cipendeuy, Desa Gunungsungging, dan Desa

Sukatani. Data kependudukan mencakup jumlah penduduk berdasar jenis kelamin,

usia, tingkat pendidikan penduduk, pertumbuhan dan persebaran penduduk, mata

pencaharian penduduk, dan kepemilikan jaminan pemeliharaan kesehatan.

Page 22: Laporan puskesmas buniwangi

22

Tabel 4 Estimasi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Buniwangi Tahun 2013 No Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah Penduduk

1 Pasir Ipis 5,821 5,939 11,760

2 Buniwangi 5,250 5,318 10,568

3 Cipeundeuy 2,073 2,126 4,199

4 Gn. Sungging 2,961 2,942 5,903

5 Sukatani 944 1,806 3,750

Jumlah 18,049 18,131 36,180

Sumber: Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Buniwangi tahun 2013

Tabel 5 Estimasi Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia di Wilayah

Kerja UPTD Puskesmas Buniwangi Tahun 2013

Desa

Jumlah Penduduk

0-4 5-14 15-44 45-64 ≥65

Pasir Ipis 775 2,853 4,184 3,340 608

Buniwangi 717 3,276 3,351 2,785 439

Cipeundeuy 410 1,000 1,328 1,065 396

Gn. Sungging 383 1,023 1,877 2,303 317

Sukatani 314 794 1,299 1,055 288

Jumlah (n) 2,599 8,946 12,039 10,548 2,048

Persentase (%) 7.18 24.72 33.28 29.15 5.66

Sumber: Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Buniwangi tahun 2013

Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah perempuan lebih banyak daripada

laki-laki dengan perbandingan 1:1.004. Tabel 5 menunjukkan bahwa penduduk

Page 23: Laporan puskesmas buniwangi

23

usia 15-44 tahun lebih dominan dibandingkan kelompok usia lainnya dengan

jumlah sebesar 33.28%. Standar Nasional Pelayanan Puskesmas yang tertulis

dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.128/Menkes/SK/II/2004, menetapkan

setiap puskesmas melayani 30,000 jiwa penduduk.10

Namun, jumlah seluruh

penduduk yang berada di wilayah kerja Puskesmas Buniwangi adalah 36.180

jiwa, sehingga jumlah penduduk yang harus dilayani oleh Puskesmas Buniwangi

melebihi standar dari Menteri Kesehatan.

Gambar 4 Jumlah Penduduk Usia 10 tahun ke Atas Menurut Tingkat

Pendidikan yang Ditamatkan di Wilayah Kerja Puskesmas

Buniwangi Tahun 2013

Sumber: Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Buniwangi tahun 2013

Dari gambar 4 menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat yang berada di

wilayah kerja Puskesmas Buniwangi merupakan lulusan SD. Hal ini dapat

Tidak/Belum Sekolah;

1604

Tidak/Belum Tamat

SD/MI, 2916

Tamat SD/MI, 6422

Tamat SLTP/MTs,

1405

Tamat SLTA/SMK/MA, 1036

Tamat AK, 190

Page 24: Laporan puskesmas buniwangi

24

menyebabkan sulitnya komunikasi dengan masyarakat dan kurangnya

kemampuan untuk menerima pengetahuan tentang kesehatan.

Gambar 5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Wilayah

Kerja Puskesmas Buniwangi Tahun 2013

Sumber: Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Buniwangi tahun 2013

Mayoritas penduduk yang tinggal pada wilayah kerja Puskesmas

Buniwangi bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini mungkin berpengaruh

pada penghasilan yang rendah sehingga dapat berpengaruh pada status kesehatan

juga. Penghasilan yang rendah juga bisa menunjukkan rendahnya tingkat

pendidikan sehingga dapat berpengaruh kepada pengetahuan mereka tentang

kesehatan.

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

Page 25: Laporan puskesmas buniwangi

25

Gambar 6 Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Menurut

Desa di UPTD Puskesmas Buniwangi Tahun 2013

Gambar 6 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk tidak memiliki

jaminan pemeliharaan kesehatan, yaitu sekitar 58%. Sementara pemegang

jaminan pemeliharaan kesehatan yang paling banyak adalah jenis Jamkesmas.

Penyebab hal ini mungkin karena kurangnya pengetahuan masyarakat atau

ketidakpedulian masyarakat dan juga sosialisasi dari pihak Puskesmas kurang.

1.3.2 Analisis Proses

Proses merupakan kumpulan elemen yang berfungsi mengubah masalah

menjadi keluaran yang direncanakan. Komponen proses terdiri dari perencanaan

(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), pengawasan

(controlling), dan penilaian (evaluation).8

0

10

20

30

40

50

60

70

ASKES JAMKESMAS JAMKESDA TIDAK PUNYA

Page 26: Laporan puskesmas buniwangi

26

1.3.2.1 Perencanaan

UPTD Puskesmas Buniwangi merencanakan kegiatan yang

mencakup 6 program dasar (basic six) puskesmas yaitu Upaya Promosi

Kesehatan, Upaya Kesehatan Lingkungan, Upaya Kesehatan Ibu dan Anak, serta

Keluarga Berencana, Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat, Upaya Penanggulangan

Penyakit Menular (P2M), Upaya Pengobatan.

Program pengembangan yang ada diantaranya Upaya Unit Kesehatan

Sekolah, Upaya Penanggulangan HIV/AIDS, Upaya Penanggulangan Malaria,

Upaya Penanggulangan Filariasis, Upaya Penanggulangan Kusta, Upaya

Kesehatan Indra, Upaya Program Lansia, Upaya Perawatan Kesehatan

Masyarakat, Upaya Penanggulangan Rabies, Upaya Kesehatan Jiwa. Perencanaan

Puskesmas Buniwangi dapat dilihat dalam bentuk Laporan Perencanaan dan

Penganggaran Kesehatan Terpadu (P2KT).

1.3.2.2 Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan UPTD Puskesmas Buniwangi diserahkan kepada

pemegang program masing-masing. Program-program yang telah direncanakan

dalam P2KT dilaksanakan sesuai dengan Standard Prosedur Operasional untuk

mendapatkan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Program dilaksanakan

sesuai dengan waktu dan aggaran yang telah disediakan. Setiap program memiliki

alur pencatatan dan pelaporan data dengan format laporan masing- masing yang

dilakukan oleh setiap penaggungjawab program. Beberapa data- datanya dicatat

secara manual sehingga risiko terjadinya kesalahan dalam pencatatan, pelaporan

Page 27: Laporan puskesmas buniwangi

27

dan analisis data cukup tinggi. Pemegang program kesehatan memiliki tugas

rangkap sehingga kinerja kurang optimal.

1.3.2.3. Pengawasan dan Evaluasi

Terdapat beberapa evaluasi kegiatan di UPTD Puskesmas Buniwangi,

yaitu lokarkarya bulanan, lokakarya triwulan dan tahunan. Lokakarya bulanan

melibatkan semua staf puskesmas dan membincangkan rencana tindakan lanjut.

Lokakarya triwulan melibatkan lintas sektoral dari seluruh kecamatan. Penilaian

tahunan dilakukan dalam bentuk Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) Buniwangi

yang akan dinilai oleh Tim Penilaian Program (Penram) Dinas Kesehatan

Kabupaten Sukabumi. Selain itu, dilakukan juga penilaian akreditasi setiap 4

tahun sekali oleh tim akreditasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi.

1.3.3 Keluaran (Output)

Merupakan kumpulan bagian yang dihasi;kan dari berlangsungnya proses

dalam sistem.8

1.3.3.1 Upaya Promosi Kesehatan

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 114/MENKES/SK/VII/2005

menetapkan bahwa promosi kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat melalui keterlibatan dan pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama

masyarakat agar masyarakat dapat mandiri, serta membangun kegiatan bersumber

Page 28: Laporan puskesmas buniwangi

28

daya masyarakat yang sesuai dengan adat setempat dan didukung kebijakan

publik yang berorientasikan kesehatan.

Di UPTD Puskesmas Buniwangi, program promkes dijalankan oleh

seorang pemegang program yang dibantu oleh pemegang program yang lain

karena kebanyakan program bersifat lintas program. Sumber dana untuk program

ini berasal dari BOK dan APBD. Kegiatan Promkes dibagi menjadi dua, yaitu di

luar dan di dalam gedung. Kegiatan-kegiatan program Promkes di dalam gedung

adalah KIP/K, penyuluhan kelompok, serta koordinasi dengan program lain dan

advokasi kepada kepala puskesmas. Sementara itu, program-program di luar

gedung meliputi penyuluhan dan pendataan PHBS di semua tatanan, UKBM

(Posyandu, SBH dan Poskesdes), penyuluhan kunjungan posyandu dan rumah,

penyuluhan kelompok dan pengembangan Desa Siaga Aktif. Pelaporan program

direkapitulasi oleh penanggung jawab program sebagai laporan tahunan dan

bulanan. Laporan tersebut kemudian dikirmkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten

Sukabumi.

Program promosi kesehatan yang dilakukan di Puskesmas Buniwangi,

antara lain pembinaan desa siaga aktif, pembinaan UKBM (Posyandu, Poskesdes

dan anggota SBH), penyuluhan kelompok di dalam dan luar gedung, KIP/K di

tempat pelayanan dan kunjungan rumah, dan pengkajian PHBS di seluruh

tatanan.

Page 29: Laporan puskesmas buniwangi

29

1.3.3.1.1 Komunikasi Interpersonal dan Konseling (KIP/K)

KIP/K merupakan komunikasi antara petugas puskesmas atau konselor

dengan keluarga dan individu, program ini bertujuan untuk menyelesaikan

masalah. Klinik khusus yang ada di UPTD Puskesmas Buniwangi adalah gizi,

sanitasi, lansia, KIA/Imunisasi dan gigi.

Tabel 6 Cakupan KIP/K dan Kunjungan Rumah Bulan Mei-Juli 2014

Program Hasil Sasaran

Cakupan

(%)

Target

(%)

Kesenjangan

(%)

KIP/K

Kunjungan rumah

296

90

3256

90

2.95

100

5

50

-2.05

+50

Sumber: Laporan Promosi Kesehatan Bulan Mei-Juli 14 Puskesmas Buniwangi

Target program KIP/K untuk 1 tahun adalah 5% dari total jumlah

kunjungan ke puskesmas. Sedangkan target kunjungan rumah dari pengunjung

yang mendapat KIP/K ditargetkan sebesar 50%. Dalam periode Mei-Juli 2014,

KIP/K kumulatif sebanyak 296 kali dari jumlah total kunjungan sebanyak 3.256

kunjungan. Hasil analisis menunjukkan bahwa cakupan KIP/K sebanyak 2,95%

sehingga terdapat kesenjangan sebanyak -2.05%. Dilakukan pula kunjungan

rumah pada periode Mei-Juli 2014 sebanyak 90 kunjungan (100%) yang. Analisa

menunjukkan kesenjangan sebesar +50%.

1.3.3.1.2 Penyuluhan Kelompok

Penyuluhan kelompok dilakukan di luar dan dalam gedung. Di luar

gedung penyuluhan ini dijalankan ketika acara PKK di kantor desa, kelas ibu

Page 30: Laporan puskesmas buniwangi

30

hamil, kegiatan pengajian dan saat kunjungan posyandu. Sementara itu,

penyuluhan di dalam gedung dilakukan dengan memberikan informasi tentang

kesehatan yang diberikan kepada pengunjung puskesmas sekitar 5-30 orang di

ruang tunggu atau ruang khusus lain selama 10-15 menit.

Tabel 7 Cakupan Penyuluhan Kelompok pada Mei-Juli 2014

Program Hasil Sasaran

Cakupan

(%)

Target

(%)

Kesenjangan

(%)

Penyuluhan dalam gedung

Penyuluhan luar gedung

15

37

96

444

10.41

8.33

25

25

-9.38

-16.67

Sumber: Laporan Promosi Kesehatan Bulan Mei-Juli 2014 Puskesmas Buniwangi

Target penyuluhan di luar gedung adalah sebanyak jumlah posyandu di

wilayah puskesmas yaitu sebanyak 37 kali setiap bulan. Tabel diatas

menunjukkan bahwa terjadi kesenjangan pada penyuluhan luar gedung, yaitu

sebanyak -16.67%. Sementara itu, untuk kegiatan dalam gedung pula ditargetkan

sebanyak 8 kali setiap bulan. Akan tetapi, penyuluhan dalam gedung dari bulan

Mei hingga Juli 2014 hanya terdapat 15 penyuluhan dijalankan sehingga terjadi

kesenjangan sebanyak -9.38%. Hasil ini tidak mencapai target yang telah

ditentukan, dikarenakan kekurangan sumber daya manusia karena pegawai

puskesmas banyak yang mempunyai tugas rangkap dan juga kurangnya perhatian

masyarakat.

1.3.3.1.3 Pengkajian dan Pembinaan PHBS

Pembinaan dan pengkajian PHBS dijalankan setahun sekali yaitu pada

bulan Juli dengan melihat institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum,

Page 31: Laporan puskesmas buniwangi

31

fasilitas kesehatan dan tatanan rumah tangga. Namun demikian, tahap

keberhasilan pembinaan PHBS diukur dari PHBS di tatanan rumah tangga.

Kegiatan PHBS dilakukan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat,

dengan melihat sepuluh indikator PHBS. Sepuluh indikator PHBS rumah tangga

adalah persalinan dengan tenaga kesehatan, pememberian ASI eksklusif,

penimbangan bayi dan balita setiap bulan, penggunaan air bersih, pencucian

tangan dengan air bersih dan sabun, penggunaan jamban sehat, pemberantasan

jentik nyamuk di rumah, pemakanan sayur dan buah setiap hari, melakukan

aktivitas fisik setiap hari, serta tidak merokok di dalam rumah.11

Secara

keseluruhan, cakupan pengkajian dan pembinaan PHBS di tatanan rumah tangga

belum mencapai target.

Tabel 8 Pencapaian Indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga Puskesmas

Buniwangi Tahun 2013

No. Indikator Jumlah

(n)

Sasaran

(n)

Persentase

(%)

1. Linakes 60 60 100

2. ASI Eksklusif 322 373 86,30

3. Balita yang ditimbang tiap bulan 2220 3027 73,30

4. Menggunakan air bersih 10359 11048 93,70

5. Mencuci tangan dengan sabun 10359 11048 93,70

6. Menggunakan jamban sehat 10260 11048 92,80

7. Memberantas jentik 8284 11048 74,90

8. Makan buah dan sayur tiap hari 10799 11048 97,70

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari 10919 11048 98,80

10. Tidak Merokok di dalam rumah 5963 11048 53,90

Sumber: Rekapitulasi PHBS, Kadarzi dan Kematian WUS tingkat Kecamatan

Puskesmas Buniwangi Tahun 2013

Page 32: Laporan puskesmas buniwangi

32

1.3.3.1.3.1 Pengkajian dan Pembinaan PHBS di Tatanan Rumah Tangga

Pembinaan PHBS dijalankan oleh pihak petugas kesehatan dan

dibantu oleh para kader yang bekerja di UKBM.

Tabel 1 Cakupan Pengkajian dan Pembinaan PHBS di Tatanan Rumah

Tangga Bulan Mei-Juli 2014

Program Hasil Sasaran Cakupan

(%)

Target

(%)

Kesenjangan

(%)

Pengkajian dan

Pembinaan PHBS di

Tatanan Rumah Tangga

7.703 11.048 69.72 65 +4,72

Sumber: Laporan Bulanan Promosi Kesehatan Bulan Mei-Juli Tahun 2014

Puskesmas Buniwangi

Pengkajian dan Pembinaan PHBS di tatanan rumah tangga memiliki

target 65%.11

Pada tahun 2014, didapatkan jumlah rumah tangga sehat sebanyak

69,72%, dengan 4,72% diatas target yang telah ditetapkan.

1.3.3.1.3.2 Pengkajian dan Pembinaan PHBS di Tatanan Institusi Kesehatan

Berbeda dengan Pembinaan dan pengkajian Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) di tatanan rumah tangga, PHBS pada institusi kesehatan

(Puskesmas dan jaringannya) dinilai berdasarkan 6 indikator PHBS.11

Enam indikator PHBS adalah11

:

1. Penggunaan air bersih

2. Penggunaaan jamban

3. Pembuangan sampah pada tempatnya

4. Tidak merokok di institusi pelayanan kesehatan

Page 33: Laporan puskesmas buniwangi

33

5. Tidak meludah sembarangan

6. Pemberantasan jentik nyamuk yang telah dilakukan.

Terdapat kesenjangan sebanyak -90% pada pembinaan dan pengkajian PHBS

di tatanan institusi kesehatan karena kurangnya sumber daya manusia dari

Puskesmas untuk memeriksa.

Tabel 2 Cakupan Pengkajian dan Pembinaan PHBS di Tatanan Institusi

Kesehatan Bulan Mei-Juli Tahun 2014

Program Hasil Sasaran

Cakupan

(%)

Target

(%)

Kesenjangan

(%)

Pengkajian dan

Pembinaan PHBS di

Tatanan Institusi

Kesehatan

1 10 10 100 -90

Sumber: Laporan Promosi Kesehatan Bulanan Mei-Juli 2014 Puskesmas

Buniwangi

1.3.3.1.4 Pembinaan UKBM

UKBM merupakan kepanjangan dari Upaya Kesehatan Bersumber

Masyarakat. Kegiatan ini dimanfaatkan individu yang berkunjung dari rumah

untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan.11

Wilayah kerja Puskesmas

Buniwangi memiliki 37 posyandu yang terdiri atas 2 posyandu pada tingkat

madya, 33 posyandu pada tingkat purnama, dan 2 posyandu pada tingkat mandiri.

Cakupan pembinaan UKBM dilihat melalui persentase posyandu

purnama dan mandiri di wilayah kerja Puskesmas Buniwangi melebihi target dari

yang ditentukan.

Page 34: Laporan puskesmas buniwangi

34

Tabel 11 Cakupan Posyandu Purnama dan Mandiri Mei– Juli 2014

Program

Jumlah

Posyandu

Purnama dan

Mandiri

Total

Posyandu

Cakupan

(%)

Target

(%)

Kesenjangan

(%)

Posyandu

Purnama dan

Mandiri

35 37 94,59 16,25 +78.34

Sumber: Laporan Promosi Kesehatan Bulanan Mei-Juli 2014 Puskesmas

Buniwangi

1.3.3.1.5 Desa Siaga Aktif

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber

daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah

kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.11

Di wilayah

kerja Puskesmas Buniwangi, terdapat 3 desa siaga aktif berstatus madya dan 2

desa lainnya berstatus pratama. Desa Siaga Aktif adalah desa yang telah

menjalankan sekurang-kurangnya 5 dari 8 indikator, yaitu forum desa atau

kelurahan, kader pembangunan masyarakat atau kader masyarakat, kemudahan

akses pelayanan kesehatan dasar, Posyandu dan UKBM lainnya aktif, dukungan

dana untuk kegiatan kesehatan di desa atau kelurahan (pemerintah desa atau

kelurahan, masyarakat, dunia usaha), peran serta masyarakat dan organisasi

kemasyarakatan, peraturan kepala desa atau peraturan bupati atau walikota.11

Cakupan Desa Siaga Aktif sudah melebihi target sehingga didapatkan

kesenjangan +40%.

Page 35: Laporan puskesmas buniwangi

35

Tabel 12 Cakupan Desa Siaga Aktif Laporan Bulanan Mei-Juli Tahun 2014

Program Desa Siaga

Aktif

Hasil Sasaran

Cakupan

(%)

Target

(%)

Kesenjangan

(%)

Desa Siaga 5 5 100 60 +40

Sumber: Laporan Promosi Kesehatan Bulan Mei-Juli 2014 Puskesmas Buniwangi

1.3.3.2 Kesehatan Lingkungan

Penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan

terbesar di masyarakat. Hal ini tercermin dari tingginya angka kejadian dalam

kunjungan penderita beberapa penyakit ke sarana pelayanan kesehatan seperti

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), penyakit diare, TB paru, malaria, serta

pneumonia.

Tingginya kejadian penyakit-penyakit berbasis lingkungan disebabkan

oleh masih buruknya kondisi sanitasi dasar terutama air bersih dan jamban,

meningkatnya pencemaran, kurang higienitas cara pengolahan makanan, dan

rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat.12

Derajat kesehatan masyarakat menurut Hendrik L. Blum dipengaruhi

oleh 4 aspek, salah satunya adalah faktor lingkungan. Oleh karena itu, cara

pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan

tersebut harus melalui upaya perbaikan lingkungan atau sanitasi dasar dan

perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.12, 13

Puskesmas Buniwangi memiliki kegiatan di dalam dan di luar gedung

yang telah dilaksanakan untuk meningkatkan kesehatan lingkungan. Untuk

Page 36: Laporan puskesmas buniwangi

36

kegiatan di dalam gedung, dilakukan penyuluhan dan konseling pada pasien yang

menderita penyakit berbasis lingkungan.

Upaya kesehatan lingkungan di luar gedung dilakukan dengan :

1. Melakukan pemeriksaan dan menilai sanitasi rumah

2. Melakukan pemeriksaan dan menilai sanitasi air bersih

3. Melakukan pemeriksaan dan menilai sanitasi jamban keluarga,

4. Melakukan pemeriksaan dan menilai sanitasi sarana tempat

pengelolaan makanan termasuk Jasaboga dan Pengrajin Makanan,

5. Melakukan pemeriksaan dan menilai sanitasi tempat pembuangan

sampah

6. Melakukan pemeriksaan dan menilai sanitasi tempat-tempat umum

seperti tempat ibadah, perkantoran, dan sekolah.

Page 37: Laporan puskesmas buniwangi

37

Tabel 13 Jumlah Kepemilikan SARSANDAS (Sarana Sanitasi Dasar) di Lingkungan Puskesmas Buniwangi periode Januari-Juni 2014

NO DESA JUMLAH JUMLAH JUMLAH SARANA CAKUPAN

PENDUDUK

KK SPAL Kriteria

Sehat

% Cakupa

n

SAB Kriteria

Sehat

% Cakup

an

JAGA Kriteria Sehat

% Cakupa

n

TS Kriteria Sehat

% Cakupa

n

RUMAH

% Cakupan

SEHAT 1 Pasir Ipis

11,963 3,784 1,135 373 29.99 3,403

2155

89.93 3,413 2137 90.20 659 195 17.42 726 19.18

2 BUNIWANGI

10,810 3,505 1,015 507 28.96 2,894

2212

82.57 3,014 1937 85.99 760 271 21.68 829 23.65

3 G.SUNGGING

5,796 1,918 1,003 300 52.29 1,227

2103

63.97 965 982 50.31 645 208 33.63 704 36.70

4 CIPEUNDEUY

4,467 1,391 745 281 53.56 928

771

66.71 1,131 690 81.31 548 182 39.40 609 43.78

5 SUKATANI 3,690 1,161 704 264 60.64 571 246 49.18 568 456 48.92 609 230 52.45 668 57.53

TOTAL 36,726 11,759 4,602 1,725 39.14 9,023 7,487 76.73 9,091 6,202 77.31 3,221 1,086 27.39 3.536 30.07

TARGET 63 70.09 71.02 85.00 64.09

KESENJANGAN -23.86 +6.73 + 6.29 -57.61 - 34.02

Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Buniwangi 2014

Page 38: Laporan puskesmas buniwangi

38

Persentase cakupan dihitung dari jumlah Sarana Sanitasi Dasar

(SARSANDAS) yang ada di suatu desa dibagi dengan jumlah Kepala Keluarga

yang ada.12

Tabel diatas menunjukkan bahwa cakupan Sarana Air Bersih ( SAB )

dan Jamban Keluarga (JAGA) secara keseluruhan sudah mencapai target yang

diinginkan walaupun ada persentase tidak merata dari masing-masing desa,

dimana desa Gunung Sungging, Cipeundeuy, dan Sukatani masih dibawah target

untuk kepemilikan SAB, lalu desa Gunung Sungging dan Sukatani masih dibawah

target untuk kepemilikan Jamban Keluarga. Untuk sarana lain, seperti Saluran

Pembuangan Air Limbah (SPAL), tempat sampah dan rumah sehat, seluruh

wilayah di Puskesmas Buniwangi masih terdapat kesenjangan antara kepemilikan

dengan target yang ingin dicapai.

Kegiatan inspeksi dilakukan oleh petugas puskesmas dan dibantu oleh

kader-kader di wilayah kerja Puskesmas Buniwangi. Tempat yang akan diinspeksi

dipilih secara acak dan juga dari pasien yang telah mengunjungi klinik sanitasi

serta dinilai kesehatannya berdasarkan kriteria-kriteria yang ada.

Tabel 14 Kegiatan Kesehatan Lingkungan Puskesmas Buniwangi periode

Mei-Juli 2014 No Sarana Jumlah

Sarana

yang ada

(n)

Jumlah

Sarana yang

diperiksa(n)

Cakupa

n (%)

Targe

t (%)

Kesenjanga

n (%)

1 Sarana air

bersih

9023 750 8.3 20 -11.7

2

Tempat

pengelolaan

makanan

674

34

5.04

18.75

-13.71

Page 39: Laporan puskesmas buniwangi

39

No

Sarana

Jumlah

Sarana

yang ada

(n)

Jumlah

Sarana yang

diperiksa(n)

Cakupa

n (%)

Targe

t (%)

Kesenjanga

n (%)

3 Tempat

sampah rumah

tangga

3221 750 23.28 18.75 +4.53

4 Pengelolaan

SPAL

4602 750 16.29 20 -3.71

5 Rumah 11048 750 6.78 18.75 -11.97

6 Jamban

keluarga

9091 750 8.24 18.75 -10.51

7 Institusi yang

dibina dan

tempat-tempat

umum

36 34 94.44 18.75 +75.69

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Dari tabel di atas terlihat bahwa terdapat kesenjangan jumlah sarana yang

ada dan yang telah diperiksa Hasil kesenjangan untuk pengawasan, SAB, tempat

pengelolaan makanan, SPAL, rumah, dan jamban keluarga terlihat tinggi

dikarenakan tenaga sanitarian dari puskesmas dan kader-kader di wilayah kerja

Puskesmas Buniwangi masih terbatas.

Page 40: Laporan puskesmas buniwangi

40

1.3.3.3 Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana (KIA-KB)

1.3.3.3.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil

Definisi cakupan kunjungan ibu hamil adalah kunjungan ibu hamil

sampai dengan usia 42 minggu yang harus mendapatkan minimal empat kali

pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan yaitu satu kali kunjungan pada

triwulan pertama (K1), satu kali kunjungan pada triwulan kedua dan dua kali

kunjungan pada triwulan ketiga (K4). Lima perawatan antenatal dasar yang harus

didapatkan adalah pelayanan timbang badan dan pengukuran tinggi badan,

pengukuran tekanan darah, skrining imunisasi tetanus dan pemberian tetanus

toksoid, pengukuran tinggi fundus uteri, pemberian tablet besi (Fe) sebanyak 90

tablet selama kehamilan dan konseling.14

Tabel 15 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 Periode Mei 2014-Juli 2014

Mei Jun Juli Jumlah Sasaran

per tahun

Sasaran

per 3

bulan

Cakupan Target Kesenjangan

61 61 64 186 865 216 86.1% 100% -13.9%

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Tabel 16 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Periode Mei 2014-Juli 2014

Mei Jun Juli Jumlah Sasaran

per tahun

Sasaran

per 3

bulan

Cakupan Target Kesenjangan

61 58 59 178 865 216 82.4% 96% -13.6%

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Page 41: Laporan puskesmas buniwangi

41

Berdasarkan tabel diatas, ibu hamil yang menjadi sasaran untuk K1 dan

K4 di wilayah kerjaPuskesmas Buniwangi pada tahun 2014 berjumlah 865 orang.

Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan K1 pada bulan Mei - Juli 2014 berjumlah

186 dan pada kunjungan K4 sebanyak 178 orang. Jumlah cakupan ibu hamil

dengan kunjungan ANC minimal 4 kali adalah sebanyak 86.1% dan 82.4%.

Merujuk data diatas terdapat perbedaan antara cakupan K1 dan K4 dengan

kesenjangan -3.7%. Hal ini mungkin terjadi karena abortus atau ibu hamil pindah

keluar wilayah kerja.

1.3.3.3.2 Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Pertolongan persalinan didefinisikan sebagai pelayanan yang diberikan

sepanjang proses persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan kala IV,

sedangkan definisi untuk tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

adalah pekerja kesehatan yang pernah mendapat pendidikan dan memiliki

kemampuan sesuai standar kebidanan departemen kesehatan.14

Tabel 17 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Periode

Mei 2014-Juli 2014

Mei Jun Juli Jumlah Sasaran

per tahun

Sasaran

per 3

bulan

Cakupan Target Kesenjangan

58 54 51 163 826 207 78.7% 90% -11.3%

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Page 42: Laporan puskesmas buniwangi

42

Tabel 18 Pertolongan Persalinan Periode Mei 2014-Juli 2014

Pertolongan

persalinan

Linakes Dukun

Faskes Non- Faskes Lolos

Mei 57 1 8

Juni 51 3 8

Juli 48 3 7

Jumlah 156 7 23

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Data yang didapatkan untuk pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

pada bulan Mei -Juli 2014 berjumlah 163 ibu bersalin dengan 156 orang bersalin

menggunakan fasilitas kesehatan dan 7 orang tidak menggunakan fasilitas

kesehatan namun tetap dibantu oleh tenaga kesehatan. Sasaran per 3 bulannya

adalah sebanyak 207 orang. Target yang harus dipenuhi selama satu tahun adalah

90%,target cakupan masih kurang dari target sasaran dengan kesenjangan -11.3%.

Hal ini mungkin disebabkan oleh petukaran ke sistem BPJS yang memerlukan

pasien untuk mendaftar ke kantor yang letaknya 2 jam dari desa.

1.3.3.3.3 Komplikasi Kebidanan

Komplikasi kebidanan adalah kesakitan terjadi pada saat kehamilan, dalam

persalinan, ataupun dalam masa nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau

bayi.14

Antara komplikasi yang tergolong dalam komplikasi kehamilan adalah

abortus, hiperemesis gravidarum, perdarahan per-vaginam, hipertensi dalam

kehamilan (preeklampsi,eklampsia), kehamilan lewat waktu, ketuban pecah dini.

Page 43: Laporan puskesmas buniwangi

43

Sedangkan komplikasi yang tergolong dalam persalinan adalah kelainan letak

janin, distosia, hipertensi dalam kehamilan, pendarahan pasca persalinan (dalam

24 jam pertama), infeksi berat/sepsis, kontraksi dini/persalinan prematur dan

kehamilan ganda. Komplikasi dalam nifas adalah hipertensi dalam kehamilan,

infeksi nifas, dan perdarahan post-partum lanjut (lebih dari 24 jam).

Tabel 19 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Pada Ibu Hamil

Periode Mei 2014-Juli 2014

Mei Jun Juli Jumlah Sasaran

per

tahun

Sasaran

per 3

bulan

Cakupan Target Kesenjangan

13 13 15 41 173 43 95% 100% -5%

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Tabel 20 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Pada Ibu Bersalin

dan Ibu Nifas Periode Mei 2014-Juli 2014

Mei Jun Juli Jumlah Sasaran

per

tahun

Sasaran

per 3

bulan

Cakupan Target Kesenjangan

4 12 15 31 166 42 73.8% 100% -26.2%

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Sasaran komplikasi kebidanan pada ibu berisiko tinggi adalah 173 orang

dan sasaran ibu bersalin dan ibu dalam nifas yang beresiko tinggi sebanyak 166

orang. Data menunjukkan komplikasi banyak terjadi pada ibu bersalin dan ibu

dalam nifas. Hal ini dikarenakan petugas kesehatan yang menangani kurang

terlatih sehingga terdapat kesenjangan sebanyak -26.2%

Page 44: Laporan puskesmas buniwangi

44

1.3.3.3.4 Pelayanan Nifas

Nifas adalah periode antara 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan.

Pelayanan nifas sesuai standar meliputi 3 kali pelayanan yang dimulai dari 6 jam

pasca persalinan sampai dengan 3 hari kemudian, satu kali pada hari ke-4 sampai

dengan hari ke-28, dan satu kali pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42.

Pelayanan yang diberikan meliputi pemberian Vitamin A sebanyak 2 kali,

persiapan dan pemasangan KB pada saat pasca persalinan dan dilakukan juga

pelayanan neonatus sesuai standar minimal 3 kali, yaitu pada 6-48 jam setelah

lahir, pada 3-7 hari, dan pada 28 hari setelah lahir yang dilakukan di instansi

kesehatan maupun di rumah.14

Tabel 21 Kunjungan Nifas (KF 1) Periode Mei 2014-Juli 2014

Mei Jun Juli Jumlah Sasaran

per

tahun

Sasaran

per 3

bulan

Cakupan Target Kesenjangan

66 62 58 186 789 197 94.4% 91% +3.4%

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Tabel 22 Kunjungan Nifas (KF 2) Periode Mei 2014-Juli 2014

Mei Jun Juli Jumlah Sasaran

per tahun

Sasaran

per 3

bulan

Cakupan Target Kesenjangan

64 61 57 182 789 197 92.4% 91% +1.4%

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Page 45: Laporan puskesmas buniwangi

45

Tabel 23 Kunjungan Nifas (KF 3) Periode Mei 2014-Juli 2014

Mei Jun Juli Jumlah Sasaran

per tahun

Sasaran

per 3

bulan

Cakupan Target Kesenjangan

42 66 62 170 3 197 86.3% 91% -4.7%

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Merujuk pada tabel diatas, sasaran per 3 bulan ibu yang mendapat

pelayanan nifas di wilayah kerja Puskesmas Buniwangi pada tahun 2014 yaitu

sebanyak 197 orang. Pada pelayanan nifas sesuai standar pada kunjungan pertama

(KF1) dan ke dua (KF2) melebihi target Standar Pelayanan Minimum sehingga

cakupannya adalah +3.4% dan +1.4%. Namun pada kunjungan nifas ke tiga (KF3)

target tidak tercapai karena bidan merasakan para ibu sudah membaik sehingga

kunjungan tidak dilakukan maka terdapat kesenjangan sebesar -4.7% pada KF3.

1.3.3.3.5 Pelayanan Neonatus 1 (KN 1)

Neonatus adalah bayi yang berusia 0-28 hari setelah kelahiran. Pelayanan

kesehatan neonatus diberikan segera setelah bayi lahir yang meliputi pemeriksaan

bayi baru lahir, manajemen asfiksia dan Bayi Berat Lahir Rendah <2500

gr(BBLR), Inisiasi Menyusu Dini (IMD), pencegahan hipotermia dan infeksi,

pemberian vitamin K1, pemberian imunisasi HB0, pemberian salep mata, serta

rujukan kasus komplikasi. Kunjungan neonatus paling sedikitnya 3 kali dengan

pelayanan neonates pertama (KN1) pada 6 – 48 jam setelah lahir, KN2 pada hari

ke-3 sampai dengan hari ke-7, dan KN 3 pada hari ke-8 sampai dengan hari ke-

28.14

Page 46: Laporan puskesmas buniwangi

46

Tabel 24 Cakupan Pelayanan Neonatus 1 Periode Mei 2014-Juli 2014

Mei Jun Juli Jumlah Sasaran

per

tahun

Sasaran

per 3

bulan

Cakupan Target Kesenjangan

66 61 58 185 788 197 93.9% 90% +3.9%

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Data yang didapatkan dari tabel diatas untuk Kunjungan Neonatal 1 (KN1)

pada bulan Mei - Juli 2014 berjumlah 185 neonatus. Target yang harus dipenuhi

adalah 90%, pencapaian yang didapat melebihi target dengan kesenjangan +3.9%.

1.3.3.3.6 Pelayanan Neonatus Lengkap (KN Lengkap)

Tabel 25 Cakupan Pelayanan Neonatus Lengkap Periode Mei 2014-Juli 2014

Mei Jun Juli Jumlah Sasaran

per

tahun

Sasaran

per 3

bulan

Cakupan Target Kesenjangan

61 58 54 173 788 197 87.8% 90% -2.2%

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Data menunjukkan pencapaian KN Lengkap untuk tiga bulan dari bulan Mei -

Juli 2014 adalah sebesar 87.8%, dan didapatkan pencapaian kurang dari target

sebesar -2.2%. Hal ini disebabkan karena tidak ada pemeriksaan follow up dari

pihak Puskesmas jika keadaan neonatus sudah baik pada kunjungan pertama.

1.3.3.3.7 Penanganan Komplikasi Neonatus

Komplikasi pada neonatus merupakan kelainan yang dapat menyebabkan

kesakitan, kecatatan, dan kematian pada bayi berusia 0-28 hari. Contoh

Page 47: Laporan puskesmas buniwangi

47

komplikasi pada neonatus meliputi asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus

neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir,BBLR, dan kelainan kongenital.

Neonatus ditangani secara definitif oleh tenaga kesehatan yang kompeten seperti

dokter dan bidan di sarana kesehatan.14

Tabel 26 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus Periode Mei 2014-Juli

2014

Mei Jun Juli Jumlah Sasaran

per

tahun

Sasaran

per 3

bulan

Cakupan Target Kesenjangan

1 3 8 12 118 30 40% 100% -60%

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Berdasarkan sasaran yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupten

Sukabumi adalah 30 orang dalam 3 bulan. Sedangkan dari data bulan Mei sampai

Juli hanya 12 neonatus yang mendapat pelayanan komplikasi neonatus oleh

tenaga kesehatan, sehingga cakupannya adalah 40.0% dengan kesenjangan

sebesar -60.0%. Hal ini disebabkan kepercayaan masyarakat bahwa jika anak

meninggal maka akan membawa orangtuanya ke surga, sehingga jika terjadi

komplikasi pada neonatus maka orangtua bersikap pasrah dan tidak berusaha agar

anaknya diberi tindakan lanjut.

1.3.3.3.8 Kunjungan Bayi

Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan bayi yang mendapatkan

pelayanan lengkap yang meliputi imunisasi dasar, Stimulasi Deteksi Intervensi

Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi, dan penyuluhan perawatan kesehatan

Page 48: Laporan puskesmas buniwangi

48

bayi (ASI ekslusif, pemberian makanan pendamping setelah 6 bulan, perawatan

dan pemberitahuan tanda bayi sakit, serta pemberian vitamin A.

Kunjungan bayi dapat dilakukan di sarana pelayan kesehatan seperti

polindes, puskesmas, posyandu, rumah bersalin, dan rumah sakit minimal 4 kali

yaitu 1 kali pada umur 29 hari - 2 bulan, 1 kali padaumur 3-5 bulan, 1 kali pada

umur 6-8 bulan dan 1 kali pada umur 9-11 bulan sesuai standar di suatu wilayah

kerja pada kurun waktu tertentu.14

Tabel 27 Cakupan Kunjungan Bayi (B4) Periode Mei 2014-Juli 2014

Mei Jun Juli Jumlah Sasaran

per

tahun

Sasaran

per 3

bulan

Cakupan Target Kesenjangan

58 60 59 177 788 197 89.8% 90% -0.2%

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Tabel 28 Cakupan Kunjungan Bayi (B12) Periode Mei 2014-Juli 2014

Mei Jun Juli Jumlah Sasaran

per

tahun

Sasaran

per 3

bulan

Cakupan Target Kesenjangan

67 63 67 197 788 197 100% 90% +10%

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Page 49: Laporan puskesmas buniwangi

49

1.3.3.3.9 Kunjungan Balita

Tabel 29 Cakupan Kunjungan Balita Periode Mei 2014-Juli 2014

Sasaran

Balita

Jumlah

kunjungan

Balita

Jumlah

kunjungan

Balita / Sasaran

balita

Target

(%)

Kesenjangan

Mei 2660 2293 86.2% 75% +11.2%

Juni 2660 2284 85.9% 75% +10.9%

Juli 2660 2285 85.9% 75% +10.9%

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Merujuk data diatas, sasaran balita pada wilayah kerja Puskesmas

Buniwangi adalah sebanyak 2660 dan cakupan kunjungan Balita dari usia 12

bulan sehingga 59 bulan melebihi target dengan kesenjangan +11.2% pada bulan

Mei dan +10.9% pada bulan Juni dan Juli.

1.3.3.3.10 Peserta KB Aktif

Tabel 30 Cakupan Peserta KB aktif Periode Mei 2014-Juli 2014

Cakupan

Peserta KB

Jumlah KB

aktif

Jumlah

PUS

Jumlah KB

aktif/ Jum

PUS

Target (%) Kesenjangan

Mei 5095 7686 66.3% 57.5% +8.8%

Juni 5258 7712 68.2% 57.7% +10.5%

Juli 5274 7763 67.9% 57.7% +10.2%

Total 15,627 23,161 67.5% 57.7% +9.8%

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Page 50: Laporan puskesmas buniwangi

50

Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang dilaksanakan di Puskesmas

Buniwangi diantaranya adalah konseling KIA/KB.Cakupan peserta KB aktif

adalah pasangan usia reproduktif, 15-49 tahun, yang terlindung dengan

kontrasepsi.14

Dari data, presentase pasangan yang terlindung dengan kontraseptif

sebanyak 67.5% dan sudah melebihi dari target yang seharusnya.

1.3.3.4 Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)

1.3.3.4.1 Penimbangan Balita

Balita ditimbang adalah anak usia 0-59 bulan yang mengalami proses

penimbangan dan dilakukan secara rutin setiap bulannya di Posyandu yang ada di

suatu wilayah kerja.11

Tujuan dari penimbangan tersebut adalah untuk mengetahui

pola pertumbuhan berat badan pada balita. Perubahan berat badan merupakan

suatu indikator untuk memantau pertumbuhan balita.

Selanjutnya hasil dari penimbangan bayi tersebut dimasukan pada Kartu

Menuju Sehat (KMS). KMS tersebut memuat kurva pertumbuhan anak

berdasarkan antropometri berat badan menurut usia yang dibedakan berdasarkan

jenis kelamin. Dari kurva tersebut dapat dilihat adanya gangguan pertumbuhan

atau risiko kelebihan gizi, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan ataupun

pengobatan secara lebih cepat dan tepat.

Sistem pencatatan dan pelaporan hasil penimbangan balita di posyandu

menggunakan SKDN. Indikator yang terdapat pada SKDN adalah Jumlah seluruh

balita di wilayah kerja Posyandu (S), jumlah balita yang memiliki KMS (K),

Page 51: Laporan puskesmas buniwangi

51

jumlah balita yang ditimbang di wilayah kerja Posyandu (D), serta balita yang

ditimbang 2 bulan berturut-turut dan garis pertumbuhan pada KMS naik (N).11

Tabel 31 SKDN Balita Usia 0-59 Bulan di Puskesmas Buniwangi Periode

Mei-Juli 2014 No. Kegiatan Bulan

Mei (n) Juni (n) Juli (n)

1. Jumlah Balita Seluruhnya (S) 2937 2940 2923

2. Jumlah Balita yang Mempunyai KMS (K) 2937 2940 2923

3. Jumlah Balita yang Ditimbang (D) 2293 2284 2285

4. Jumlah Balita yang Naik Berat Badannya (N) 1802 1755 1781

5. Jumlah Balita Bawah Garis Merah (BGM)

kasus baru dan lama

0 0 2

Sumber : Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Dari data yang didapat pada bulan Mei hingga Juli 2014, ditemukan bahwa

seluruh balita yang ada di Puskesmas Buniwangi memiliki KMS. Jumlah balita

yang ditimbang setiap bulannya tidak berubah secara signifikan. Jumlah balita

yang naik berat badannya mengalami penurunan dari bulan Mei hingga Juni,

tetapi mengalami peningkatan pada bulan Juli. Dari bulan Mei hingga Juli

terdapat dua orang balita yang berat badannya di bawah garis merah

Tabel 32 Cakupan SKDN Balita Usia 0-59 Bulan di Puskesmas Buniwangi

Periode Mei-Juli 2014

Indikator

Target

(%)

Mei Juni Juli

Cakupan

(%)

Kesenjangan

(%)

Cakupan

(%)

Kesenjangan

(%)

Cakupan

(%)

Kesenjangan

(%)

K/S 95 100 +5 100 +5 100 +5

D/S 85 78,1 -6,9 78,1 -6,9 78,2 -6,8

N/D 75 78,6 +3,6 78,6 +3,6 77,9 +2,9

Sumber : Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Page 52: Laporan puskesmas buniwangi

52

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa cakupan jumlah balita yang memiliki

KMS dengan jumlah balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Buniwangi

sudah mencapai target. Namun untuk kategori balita yang ditimbang dari

keseluruhan balita (D/S) masih belum mencapai target. Terdapat kesenjangan

antara 6,8 % hingga 6,9 % dari target yang diharapkan. Kemungkinan penyebab

dari kesenjangan ini adalah karena orangtua tidak membawa anaknya ke

Posyandu untuk ditimbang. Untuk indikator jumlah balita yang naik berat

badannya terhadap balita yang ditimbang (N/D) sudah mencapai target.

1.3.3.4.2 Pemberian Suplementasi Gizi

Program pemberian suplementasi gizi di Puskesmas Buniwangi terdiri

dari pemberian suplementasi vitamin A pada bayi usia 6-11 bulan maupun pada

balita usia 12-59 bulan, pemberian vitamin A pada ibu nifas dan pemberian tablet

penambah zat besi (Fe) pada ibu hamil.11

1.3.3.4.2.1 Distribusi Vitamin A

Distribusi vitamin A merupakan program pemberian vitamin A

pada bayi usia 6-11 bulan dan balita usia 12-59 bulan yang dilakasanakan dua kali

dalam satu tahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus serta pada ibu nifas yang

diberikan sesaat setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya.11

Page 53: Laporan puskesmas buniwangi

53

Tabel 33 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A bagi Bayi Usia 6-11 Bulan

dan Balita Usia 12-59 Bulan di Puskesmas Buniwangi Periode

Februari 2014

No Kegiatan Sasar

an (n)

Hasil

(n)

Cakupan

(%)

Target

(%)

Kesenjangan

(%)

1. Bayi usia 6-11 bulan 377 377 100 100 0

2. Balita usia 12-59 bulan 2232 2232 100 90 +10

Sumber : Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Februari 2014

Tabel 34 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A bagi Ibu Nifas di

Puskesmas Buniwangi Periode Mei-Juli 2014

Kegiatan Sasaran

(n)

Hasil

(n)

Cakupan

(%)

Target

(%)

Kesenjangan

(%)

Ibu nifas yang mendapatkan vit.

A

789 186 23,6 25 -1,4

Sumber : Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa cakupan bayi usia 6-11 bulan

dan bayi usia 12-59 bulan yang mendapatkan kapsul vitamin A telah mencapai

target. Terdapat kesenjangan sebesar +10% pada pemberian vitamin A pada Balita

usia 12-59 bulan. Untuk cakupan distribusi vitamin A pada ibu nifas pada

Puskesmas Buniwangi belum mencukupi target karena masih ada kesenjangan

sebesar -1,4%. Kesenjangan distribusi vitamin A pada ibu nifas disebabkan oleh

kunjungan nifas yang tidak memenuhi karena masih ada ibu melahirkan yang

datang ke paraji.

Page 54: Laporan puskesmas buniwangi

54

1.3.3.4.2.2 Distribusi Fe Ibu Hamil

Cakupan Distribusi Tablet Fe 90 tablet pada ibu hamil adalah cakupan Ibu

hamil yang telah mendapat minimal 90 TTD (Fe3) selama periode kehamilannya

di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun.11

Tabel 35 Cakupan Pemberian Suplementasi Fe pada Ibu Hamil di

Puskesmas Buniwangi Periode Mei-Juli 2014

Kegiatan Sasaran

(n)

Hasil

(n)

Cakupan

(%)

Target

(%)

Kesenjangan

(%)

Ibu hamil yang mendapatkan

tablet Fe 1

865 186 21,5 22,5 -1 %

Ibu hamil yang mendapatkan

tablet Fe 3

865 189 21,8 22,5 -0,7 %

Sumber : Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Dari tabel diatas, cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe 1 belum

mencapai target. Masih terdapat kesenjangan sebesar 1 % pada bulan Mei hingga

Juli. Kesenjangan ini mungkin akibat dari kurangnya pengetahuan masyarakat

bahwa pentingnya untuk memeriksakan diri saat usia kehamilan dini atau

kurangnya tenaga kerja untuk mendatangi ibu hamil yang tidak mengunjungi

Posyandu.

Cakupan program pemberian tablet Fe 3 pada ibu hamil juga belum

mencapai target. Terdapat kesenjangan sebesar 0,7% pada bulan Mei hingga Juli

2014. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran pasien untuk memeriksakan

diri saat hamil.

Page 55: Laporan puskesmas buniwangi

55

1.3.3.4.3 ASI Ekslusif

Cakupan ASI Eksklusif adalah cakupan Bayi usia 0-6 bulan yang

mendapat ASI saja di wilayah kerja Puskesmas Buniwangi.11

Tabel 36 Cakupan ASI Eksklusif di Puskesmas Buniwangi Periode Mei-Juli

2014

Kegiatan Sasaran

(n)

Hasil

(n)

Cakupan

(%)

Target

(%)

Kesenjangan

(%)

Cakupan ASI eksklusif 789 167 21,2 22,5 -1,3 %

Sumber : Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, dari bulan Mei hingga Juli terdapat

kesenjangan sebesar -1,3 %.

1.3.3.4.4 Status Gizi

Tabel 37 Jumlah Balita menurut BB/TB di Puskesmas Buniwangi tahun 2013

No Status Jumlah %

1 Kurus Sekali 1 0.03

2 Kurus 16 0.55

3 Normal 2769 95.22

4 Gemuk 122 4.20

Total 2908 100

Sumber : Rekapitulasi bulan penimbangan Balita tahun 2013

Status Gizi Balita pada tahun 2013 sebagian besar dikatakan normal, yaitu

sebesar 95.22%. Namun, terdapat masalah pada status gizi, yaitu tingkat status

gizi lebih yang cukup tinggi, yaitu sebesar 4.2%.

1.3.3.5 Upaya Pengendalian Penyakit Menular (P2M)

1.3.3.5.1 Imunisasi Bayi

Imunisasi dasar merupakan program yang diwajibkan oleh pemerintah.

Page 56: Laporan puskesmas buniwangi

56

Pelayanan imunisasi dasar yang diwajibkan pemerintah meliputi BCG 0-11 bulan,

DPTHB 1,2,3 pada bayi usia 2-11 bulan, dan polio 1,2,3,4 usia 2-11 bulan, dan

campak usia 0-11 bulan.11

Sasaran imunisasi di Puskesmas Buniwangi meliputi 787 orang yang

tersebar di 37 posyandu di 5 desa diantaranya desa Pasir Ipis, Buniwangi,

Sukatani, Gunung Sungging, dan Cipeundeuy. Kegiatan imunisasi dilakukan di

Puskesmas dan Posyandu dan dilaporkan setiap bulan oleh bidan desa. Target

yang digunakan untuk imunisasi ini adalah Universal Child Imunnization (UCI),

merujuk pada target PKP yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Barat.11

Tabel 38 Laporan Hasil Imunisasi di Puskesmas Buniwangi Periode Mei-Juli

2014

Bulan Kegiatan Hasil

(n)

Sasara

n (n)

Cakup

an (%)

Target

(%)

Kesenj

angan

(%)

Kriteria

UCI

Mei BCG 268 787 34,05 33,33 +0,72 UCI

Polio 4 260 787 33,04 33,33 -0,29 Non-UCI

DPT-

HB1,2,3 260 787 33,04 33,33 -0,29 Non-UCI

Campak 317 787 40,28 33,33 +6,95 UCI

Juni BCG 326 787 41,42 40,00 +1,42 UCI

Polio 4 315 787 40,03 40,00 +0,03 UCI

DPT-

HB1,2,3 315 787 40,03 40,00 +0,03 UCI

Campak 357 787 45,36 40,00 +5,36 UCI

Juli BCG 367 787 46,67 46,67 0 UCI

Polio 4 385 787 48,92 46,67 +2,25 UCI

DPT-

HB1,2,3 385 787 48,92 46,57 +2,35 UCI

Campak 424 787 53,88 46,57 +7,31 UCI

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Page 57: Laporan puskesmas buniwangi

57

Pada bulan Mei imunisasi Polio dan DPT-HB tidak mencapai target UCI.

Hal tersebut disebabkan pada bulan tersebut sedang musim panen padi sehingga

para orang tua tidak sempat berkunjung ke posyandu. Walaupun demikian secara

umum imunisasi bayi di Puskesmas Buniwangi dari bulan Mei-Juli 2014 telah

mencapai target UCI.

1.3.3.5.2 Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)

Sasaran BIAS adalah siswa Sekolah Dasar (SD)/MI atau yang sederajat.

Jenis imunisasi yang diberikan adalah DT kelas 1 , Td kelas 1 dan 2, dan campak

kelas 1.11

BIAS di Puskesmas Buniwangi dilakukan pada bulan September dan

November setiap tahunnya.

1.3.3.5.3 Imunisasi Ibu Hamil

Imunisasi TT2 + IH adalah pemberian imunisasi TT ke dua atau ketiga

atau keempat atau kelima kepada ibu hamil sesuai dengan statusnya di sarana

pelayanan kesehatan (Polindes, Pustu, Puskesmas, Rumah Bersalin, RS dan Unit

Pelayanan Swasta) maupun di Posyandu di wilayah kerja Puskesmas.11

Di

wilayah kerja Puskesmas Buniwangi, imunisasi ibu hamil dilakukan di posyandu

dan Puskesmas Buniwangi.

Tabel 39 Cakupan Imunisasi pada Ibu Hamil di Puskesmas Buniwangi

Periode Mei-Juli 2014 Kegiatan Imunisasi Hasil (n) Sasaran

(n)

Cakupan(%) Target

(%)

Kesenjanga

n(%)

TT1 0 865 0 22.5 -22.5

TT2 0 865 0 22.5 -22.5

TT5 0 865 0 22.5 -22.5

Sumber: Laporan Bulanan PWS KIA Puskesmas Buniwangi Periode Mei-Juli 2014

Page 58: Laporan puskesmas buniwangi

58

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terjadi kesenjangan pada kegiatan

imunisasi TT1, TT2, dan TT5 sebanyak -22.5%. Kesenjangan ini dikarenakan dari

bulan Maret sampai Juli tidak ada pasokan vaksin TT dari Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Barat.

1.3.3.5.4 Penyakit Menular

Tabel 40 Cakupan Penyakit Menular di Puskesmas Buniwangi Periode Mei-

Juli 2014

No Penyakit Pencapaian

(n)

Sasaran

(n)

Cakupan

(%)

Target

(%)

Kesenjangan

(%)

1 Penanganan

KLB < 24

jam

0 13 0 90 0

2 Suspek TB

paru

65 344 18,89 20 -1,11

3 Penemuan

TB paru baru

BTA (+)

6 8 75% 80% -5

4 Kesembuhan

TB paru

4 4 100 85% +15

5 ISPA balita

pneumonia

1 344 0,29 21,5 -21,21

6 ISPA balita

bukan

pneumonia

156 344 45,35 21,5 +23,85

7 Diare 153 279 54,84 75 -20,16

8 DBD 0 0 0 25 0

9 Flu burung 0 0 0 25 0

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Pada bulan Mei sampai Juli tidak ditemukan kejadian luar biasa (KLB)

dan kasus flu burung. Wilayah kerja Puskesmas Buniwangi bukan merupakan

wilayah endemis DBD. Kesenjangan terbesar terdapat pada penyakit menular

ISPA pneumonia balita yaitu sebesar -21,21%, hal tersebut merupakan

Page 59: Laporan puskesmas buniwangi

59

underdiagnosis disebabkan oleh kurang tepatnya diagnosis yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan sehingga terlihat pada targetan ISPA, bukan pneumonia

melebihi yang target (+23,85%). Terdapat kesenjangan sebesar -10,32% pada

penemuan penderita TB paru BTA positif, hal ini disebabkan oleh beberapa desa

yang sangat jauh dan aksesnya sulit, selain itu ada masyarakat yang lebih memilih

untuk berobat ke pelayanan kesehatan swasta. Cakupan temuan dan penanganan

penyakit diare mengalami kesenjangan sebesar -5,03%, hal tersebut disebabkan

pada bulan Mei sampai Juli terjadi kemarau sehingga sulit mendapatkan air bersih

dan kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

1.3.3.6 Upaya Pengobatan

Rawat jalan adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi

observasi, diagnosis, pengobatan, rehab medik tanpa tinggal di ruang rawat inap.

Kunjungan rawat jalan adalah kunjungan seseorang yang mendapatkan pelayanan

pengobatan tanpa perlu rawat inap, di dalam dan di luar gedung Puskesmas

(jaringan Puskesmas), yang bersumber pada register rawat jalan umum. Cakupan

Kunjungan Rawat Jalan adalah persentase kunjungan baru rawat jalan Puskesmas

yang berasal dari dalam wilayah kerja puskesmas dan jaringannya (Puskesmas

Pembantu; Puskesmas Keliling) dalam kurun waktu tiga bulan.11

Sasaran cakupan kunjungan rawat jalan adalah 15% dari jumlah penduduk

di dalam wilayah kerja Puskesmas Buniwangi dalam kurun waktu satu tahun.

Kunjungan rawat jalan Puskesmas Buniwangi meliputi kunjungan rawat jalan

Page 60: Laporan puskesmas buniwangi

60

Balai Pengobatan (BP), kunjungan rawat jalan KIA, kunjungan rawat jalan KB,

instalasi gawat darurat, dan kunjungan rawat jalan gigi.

Pemeriksaan Laboratorium adalah pemeriksaan spesimen di laboratorium

(darah, urin, faeces, sputum, dll) yang dilakukan untuk menunjang penegakkan

diagnosis suatu penyakit. Cakupan pemeriksaan laboratorium merupakan

presentase jumlah pemeriksaan laboratorium di wilayah kerja puskesmas.11

Berikut akan ditampilkan tabel yang menunjukkan pasien rawat jalan yang

berobat ke Puskesmas Buniwangi periode Mei Juli 2014.

Tabel 3 41 Kunjungan Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Buniwangi periode

Mei Juli 2014

Jenis Kunjungan Mei 2014 Juni

2014

Juli 2014 Jumlah

Kunjungan rawat jalan

805 785 1192 2782

*kunjungan rawat jalan dalam wilayah dan luar wilayah

Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Buniwangi Periode Mei Juli 2014

Berdasarkan Laporan LB1 Puskesmas Buniwangi, berikut ini adalah

sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas Buniwangi periode Mei Juli 2014.

Tabel 42

Juli 2014

No. Nama Penyakit Jumlah

1 Hipertensi primer (esensial) 415

2 ISPA 347

3 Rematik 330

4 Gastroduodenitis 228

5 Tukak lambung 197

6 Konjungtivitis 182

7 Mialgia 153

8 Diare dan gastroenteritis 120

9 Gout 117

10 Artritis 102

Sumber : Laporan LB1 Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi periode Mei

Juli 2014

Page 61: Laporan puskesmas buniwangi

61

1.3.3.6.1 Kunjungan Pasien Rawat Jalan

Juli 2014

Sumber : Laporan Bulanan Puskesmas Buniwangi Periode Mei-Juli 2014

Dari tabel di atas didapatkan bahwa terjadi kesenjangan +25,8 % pada

upaya pengobatan Puskesmas Buniwangi. Hal ini menunjukkan kunjungan rawat

jalan di Puskesmas Buniwangi periode Mei – Juli 2014 melebihi target 3 bulan.

Ini dapat terjadi karena data kunjungan rawat jalan di Puskesmas Buniwangi tidak

dipisahkan antara pasien dari dalam wilayah kerja UPTD Puskesmas Buniwangi

dengan luar wilayah kerja.

1.3.3.6.2 Laboratorium

Tabel 44 Cakupan dan Kesenjangan Pemeriksaan Laboratorium di

Puskesmas Buniwangi periode Mei – Juli 2014 Kegiatan Sasaran Pencapaian Cakupan Target Kesenjangan

Pemeriksaan

Laboratorium

13007 425 3,2% 20% -16,8 %

Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Buniwangi periode Mei Juli 2014

Dari tabel di atas didapatkan terjadi kesenjangan -16,8 % pada cakupan

pemeriksaan laboratorium di Puskesmas Buniwangi periode Mei Juli 2014.

Hal ini terjadi karena pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium Puskesmas

Kegiatan Sasaran Satu

Tahun

Pencapaian Cakupan Target Kesenjangan

Kunjungan

rawat jalan

5472 2782 50,8% 25% +25,8 %

Page 62: Laporan puskesmas buniwangi

62

Buniwangi hanya pemeriksaan sputum dan darah untuk pemeriksaan malaria;

sedangkan cakupan laboratorium yang seharusnya adalah pemeriksaan darah,

urin, feses, dan sputum.

1.3.3.6.3 Obat

Berdasarkan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)

Puskesmas Buniwangi, berikut adalah pemakaian sepuluh obat terbanyak di

Puskesmas Buniwangi periode Mei Juli 2014.

Tabel 4

Juli 2014

No. Nama Obat Pemakaian

1 Parasetamol tab 500mg 16065

2 Amoksisilin cap 500mg 15115

3 Antasida DOEN 11000

4 Klorfeniramin maleat (CTM) 4 mg 10235

5 Deksametason tab 0,5mg 7380

6 Ibuprofen tab 400mg 4230

7 Tiamin HCl (Vit B1) tab 50mg 3855

8 Vitamin B kompleks tab 3530

9 Gliseril guaiakolat tab 100mg 3470

10 Sefadroksil kapsul 500mg 2895

Sumber : Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Bulanan

UPTD Puskesmas Buniwangi periode Mei Juli 2014

Tabel diatas menunjukkan obat yang paling banyak dipakai adalah

Parasetamol dan golongan antibiotik, yaitu amoksisilin. Hal ini terjadi karena

penyakit terbanyak di Puskesmas Buniwangi periode Mei Juli 2014 adalah

penyakit-penyakit infeksi.

Page 63: Laporan puskesmas buniwangi

63

1.3.3.7 Program Pengembangan

Program pengembangan di Puskesmas Buniwangi dijalankan untuk

memberikan perhatian khusus bagi penyakit-penyakit tertentu yang menjadi fokus

permasalahan di Puskesmas Buniwangi.

1.3.3.7.1 Kesehatan Jiwa

Program kesehatan jiwa di Puskesmas Buniwangi terbentuk sejak

Puskemas didirikan. Program ini meliputi pemeriksaan dan pengobatan untuk

pasien-pasien yang terdeteksi mempunyai masalah kesehatan jiwa sekitar 1 kali

sebulan.11

Pengobatan yang dilakukan berupa pemberian obat seperti Thp, Cpz,

dan Halloperidol untuk 10 hari. Selain itu, penyuluhan dan kunjungan rumah

dilakukan sekali dalam sebulan jika pasien tidak datang untuk kontrol. Sejak

bulan Maret hanya ada 7 orang dan tidak ada pasien baru untuk bulan Mei, Juni,

dan Juli. Namun, setiap bulan selanjutnya jumlah pasien tersebut berkurang

karena ada yang telah sembuh.

Tabel 46 Data Pelayanan Jiwa di UPDT Puskesmas Buniwangi Periode Mei-

Juli 2014 No Kegiatan Jumlah

1 Penemuan Penderita Baru:

Psikosis 0

Neurosis 0

Penyalahgunaan obat NAPZA 0

Retardasi Mental 0

Epilepsi 0

Gangguan Jiwa Lain 0

Jumlah Total 0

2 Pemeriksaan dan Pengobatan:

Bulan Mei 7 orang

Bulan Juni 4 orang (kasus lama)

Bulan Juli 2 orang (Kasus lama)

3 Pengobatan penderita gangguan jiwa 100%

4 Target (%) 100%

5 Cakupan (%) 100%

6 Kesenjangan (%) 0%

Sumber: Laporan Bulan Mei, Juni, Juli di UPTD Puskesmas Buniwangi

Page 64: Laporan puskesmas buniwangi

64

Rujukan dilakukan jika pihak keluarga sudah tidak bisa menjaga dan

merawat pasien tersebut, sehingga pasien akan ditempatkan di rumah sakit agar

pengobatan tetap dapat berlangsung sampai pasien dinyatakan sembuh.

1.3.3.7.2 Perkesmas (Perawatan Kesehatan Masyarakat)

Program pengembangan Perkesmas di Puskesmas Buniwangi merupakan

suatu program pengembangan dari PNC (prenatal care), yang bertujuan untuk

mencari ibu hamil yang berisiko tinggi (Restimil atau risiko tinggi ibu hamil).11

Kegiatan dan sasarannya meliputi pemeriksaan ibu hamil yang dilakukan di

Posyandu, atau ibu hamil yang datang ke Puskesmas, atau perawat yang

melakukan pemeriksaan ke desa-desa. Jika ada masalah maka akan dilakukan

kunjungan langsung ke rumah. Kegiatan ini tidak hanya meliputi perawatan ibu

hamil tersebut, tetapi juga pencegahan terhadap kemungkinan komplikasi yang

akan terjadi pada penyakitnya, serta pasien diwajibkan kontrol setiap 2 minggu

sekali.

Penyakit risiko tinggi pada ibu hamil seperti TB paru, diabetes mellitus,

hipertensi, dan penyakit lain yang dapat mengancam kesejahteraan ibu dan

janinnya. Kendala yang biasanya dihadapi oleh puskesmas dalam program ini

berupa koordinasi antara sesama koordinator program yang dirasa kurang,

misalnya seperti masalah data yang kurang valid dari perawat desa, dan hal ini

baru diketahui setelah dilakukan perekapan data oleh koordinator yang memegang

program tersebut di puskesmas.

Page 65: Laporan puskesmas buniwangi

65

Tabel 47 Data Program Perkesmas di UPTD Puskesmas Buniwangi Periode

Mei-Juli 2014

No Kegiatan Jumlah

Total Mei Juni Juli

1 Keluarga rawan kesehatan yang ada 541 69 78 688

2 Keluarga rawan kesehatan yang dibina 102 22 24 148

3 Bumil yang memperoleh pembinaan keluarga

rawan 74 42 18 134

4 Kasus dengan penyakit kronis yang memperoleh

pembinaan keluarga rawan 14 11 11 36

5 Lansia yang memperoleh pembinaan keluarga

rawan 439 21 42 502

6 Keluarga rawan kesehatan selesai dibina 42 21 24 87

a. Keluarga mandiri I 10 14 8 32

b. Keluarga mandiri II 14 3 7 24

c. Keluarga mandiri III 12 3 6 21

d. Keluarga mandiri IV 6 1 3 10

Target 20%

Cakupan 72.5%

Kesenjangan +27.5%

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

1.3.3.7.3 Rabies

Program pengembangan rabies di Puskesmas Buniwangi merupakan

program pengembangan dari P2M yang dibentuk pada tahun 2010, walaupun

daerah Buniwangi ini bukanlah daerah endemik rabies, namun risiko terjadinya

rabies dinilai masih ada. Kegiatannya meliputi penyuluhan tentang pencegahan

dan tindakan yang bisa dilakukan saat terjadi gigitan oleh hewan yang diduga

menderita rabies seperti anjing dan monyet. Penyuluhan ini biasanya dilakukan

dibalai desa yang dibantu oleh Ketua RT, Posyandu, Posbindu, atau di tempat

pengajian. Penyuluhan akan dilakukan jika terdapat kasus.

Page 66: Laporan puskesmas buniwangi

66

Tabel 48 Data Program Rabies di UPTD Puskesmas Buniwangi Periode Mei-

Juli 2014

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Masalah yang terdapat pada program pengembangan rabies adalah

ketersedian vaksin yang terbatas, sehingga hanya orang-orang tertentu yang

mendapatkannya. Vaksin ini diberikan gratis, namun terdapat kasus gigitan hewan

yang diduga menderita rabies, maka pihak puskesmas baru akan memberikan

vaksin tersebut, dan selanjutnya pasien diharuskan melakukan kontrol pada hari

ke-7 dan ke-21 berikutnya. Kontrol pasien ini dilakukan oleh para pemegang

program. Setelah pemberian vaksin, kemungkinan yang terjadi pada pasien adalah

pasien sembuh, pasien tidak sembuh atau bertambah parah.

Program rabies ini memiliki kerjasama dengan Dinas Peternakan. Dinas

Peternakan membantu dalam menangkap ataupun memusnahkan hewan yang

diduga menderita rabies seperti yang terjadi pada tahun 2008 saat terdapat kasus

kematian akibat rabies.

1.3.3.7.4 Upaya Kesehatan Indra

Program kesehatan indra di Puskesmas Buniwangi dibentuk sejak tahun

2010. Kegiatan dari program ini adalah menjalankan penyuluhan sebanyak 3 kali

dalam setahun.11

Selain itu, penjaringan atau pencarian kasus secara aktif

Bulan Hewan Penular Rabies Jumlah kasus

Mei - Nihil

Juni Anjing 1

Juli Kera 1

Total 2

Target 0%

Cakupan 0.7%

Kesenjangan - 0.7%

Page 67: Laporan puskesmas buniwangi

67

dilakukan sebulan sekali di sekolah dan di desa yang dilakukan oleh 8 orang

perawat dan 1 orang dari bagian umum. Kegiatannya meliputi pemeriksaan tajam

penglihatan. Sasaran dari program ini adalah anak sekolah dan lansia yang

mengalami katarak dan glaukoma.

Tabel 49 Jumlah Penyakit Mata di UPTD Puskesmas Buniwangi Periode

Mei-Juli 2014

Penyakit Jumlah Kunjungan

Total Mei Juni Juli

Katarak 133 147 189 469

Glaukoma 88 126 0 214

Kelainan Refraksi 13 0 0 13

Konjungtivitis 67 83 32 182

Total 301 356 221 878

Target 80%

Cakupan 9.98%

Kesenjangan -70.02

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Masalah yang dihadapai pada program ini adalah operasi yang harus

tertunda pada saat terdapat kegiatan operasi gratis, akibat adanya penyakit

penyerta pada pasien. Sedangkan, pengobatan gratis tersebut sangat jarang

dilakukan, namun hal ini dapat diatasi dengan melakukan rujukan ke rumah sakit

menggunakan kartu BPJS. Mengenai dana, program ini didukung oleh dinas

kesehatan. Oleh karena itu, jika dinas kesehatan memberikan anggaran dana untuk

program ini, maka semua kegiatannya dapat berjalan dengan baik.

1.3.3.7.5 Malaria

Pada program malaria di Puskesmas Buniwangi, dilakukan penyuluhan

sebanyak 2 kali setahun dan pencarian kasus secara aktif sebanyak 1 kali

Page 68: Laporan puskesmas buniwangi

68

sebulan.11

Pencarian kasus ini dilakukan melalui pengambilan sediaan apus darah

tepi. Progam malaria di Puskesmas Buniwangi juga menjalankan survei kepadatan

larva di desa desa sekitar puskesmas. Tugas pokok programer malaria adalah

melaksanakan pengambilan sampel darah jari melalui kegiatan ACD (Active Case

Detection) dan PCD (Passive Case Detection), melaksanakan kegiatan

larvaciding, melaksanakan kegiatan MBS dan MFS, melaksanakan penyuluhan

penyakit malaria, dan melaksanakan follow up penderita malaria, serta

pemeriksaan laboratorium penyakit malaria.

Tabel 50 Data Pelayanan Malaria di UPTD Puskesmas Buniwangi Periode

Mei-Juli 2014 Desa Mei Juni Juli

Sediaan

darah

yang

diperiksa

Positif Jenis

malaria

Sediaan

darah

yang

diperiksa

Positif Jenis

malaria

Sediaan

darah

yang

diperiksa

Positif Jenis

malaria

Pasir Ipis 25 0 0 33 - - 30 - -

Buniwangi 15 0 0 27 - - 30 - -

Cipeundeuy 31 1 Plasm.

Falciparum

30 - - 30 - -

Gn.

Sungging

18 0 0 0 - - 0 - -

Sukatani 35 1 Plasm.

Vivax

30 - - 30 - -

Jumlah 124 2 120 - - 120 - -

Target 43.6% - - - - - - - -

Cakupan 42.2% - - - - - - - -

Kesenjangan +1.4% - - - - - - - -

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Strategi yang digunakan untuk menanggulangi penyakit malaria berupa

memberdayakan dan mendorong masyarakat untuk hidup sehat dan melindungi

diri dari penularan penyakit malaria, meningkatkan pelayanan kesehatan yang

bermutu untuk mencegah dan menangani penyakit malaria, menggalang

Page 69: Laporan puskesmas buniwangi

69

kemitraan baik dengan lintas sektor maupun pihak swasta dalam pemberantasan

malaria termasuk penyehatan lingkungan, dan pemantauan evaluasi.

Langkah-langkah yang dilakukan puskesmas meliputi meningkatkan peran

seluruh pemegang kepentingan dalam perencanaan dan penatalaksanaan

sosialisasi pengembangan kebutuhan, mengurangi angka kesakitan dan kematian

yang diakibatkan oleh penyakit malaria, mendeteksi secara dini penyebaran

penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Buniwangi, mendiagnosa secara dini

sehingga tidak terjadi KLB malaria, memutuskan mata rantai vektor malaria yang

ada di daerah endemis malaria, meningkatnya penatalaksaan kasus malaria oleh

dokter dan bidan, serta puskesmas dapat dan mampu memberikan pelayanan

kesehatan yang berkualitas pada kasus-kasus malaria.

1.3.3.7.6 Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS

Program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS merupakan program

pengembangan terbaru di Puskesmas Buniwangi. Program pengembangan ini baru

dimulai sejak bulan Januari tahun 2014 yang merupakan program pengembangan

dari program P2M. Sejak saat itu, kegiatan VCT dengan menggunakan mobil

yang meliputi penyuluhan dan pemeriksaan dijalankan setiap tiga bulan sekali,

sedangkan dengan dinas kesehatan sekali dalam setahun. Sampai saat ini, sudah

ditemui 3 kasus penderita HIV/AIDS.

Page 70: Laporan puskesmas buniwangi

70

Tabel 51 Data Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di UPTD

Puskesmas Buniwangi Periode Mei-Juli 2014

Program Pencegahan dan Penanggulan

HIV/AIDS Mei Juni Juli Total

Screening PCT 135

orang -

170

orang

305

orang

Penemuan penderita baru 0 - 0 0

Pemeriksaan dan Pengobatan 0 - 0 0

Rujukan dan Konsultasi 0 - 0 0

Penyuluhan 0 - 0 0

Program Pencegahan dan Penanggulan

HIV/AIDS Mei Juni Juli Total

Kunjungan Rumah 0 - 0 0

Target 0%

Cakupan 0%

Kesenjangan 0%

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Pada skrining PCT, sampel darah yang telah diambil selanjutnya akan

dikirimkan ke Labkesda atau ke Puskesmas Cisaat untuk dianalisis. Masalah yang

terdapat pada program penanggulangan HIV/AIDS ini adalah kesediaan penderita

yang masih kurang untuk melakukan skrining ataupun pengobatan bagi yang telah

positif HIV. Hal ini dikarenakan stigma masyakarat yang mendiskriminasi

penderita penyakit tersebut, sehingga membuat mereka merasa malu ataupun

takut. Namun, hal ini dapat diatasi dengan cara petugas melakukan edukasi

kepada masyarakat mengenai penyakit ini dan cara penularan serta

pengobatannya, sehingga stigma tersebut bisa dihilangkan.

1.3.3.7.7 Kusta

Program penyakit kusta merupakan pengembangan dari program P2M.

Program ini menjalankan penyuluhan setiap 6 bulan sekali untuk meningkatkan

kesadaran penduduk tentang penyakit kusta. Pencarian kasus secara aktif

Page 71: Laporan puskesmas buniwangi

71

dilakukan setiap bulan sekali. Sejak tahun 2012, Puskesmas Buniwangi tidak ada

kasus kusta.

Tabel 52 Data Pelayanan Kusta di UPTD Puskesmas Buniwangi Periode

Mei-Juli 2014 Penyakit Kusta Mei Juni Juli Total

Kusta Multibaciliary (MB) 0 0 0 0

Kusta Paucibacillary (PB) 0 0 0 0

Target 0%

Cakupan 0%

Kesenjangan 0%

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

1.3.3.7.8 Program Lansia

Program pengembangan Lansia (Lanjut Usia) juga dijalankan di

Puskesmas Buniwangi. Klinik Lansia dilakukan di luar gedung puskesmas yaitu

di Posbindu. Kegiatan yang dilakukan di Klinik Lansia adalah pengukuran tinggi

badan, berat badan dan tekanan darah lansia. Selain itu, penyuluhan dan senam

lansia juga dilakukan.11

Kegiatan ini dilakukan sebanyak 1 kali dalam sebulan dan

biasanya dilakukan di tempat pengajian. Kunjungan rumah juga dilakukan apabila

para lansia tidak bisa datang ke Posbindu. Penduduk yang termasuk lansia dalam

program ini adalah orang yang berusia lebih dari 60 tahun, sedangkan lansia resti

(berisiko tinggi) adalah lansia yang berusia lebih dari 70 tahun atau yang memiliki

penyakit kronis.

Tabel 53 Cakupan Pemeriksaan Pasien Usia Lanjut di UPTD Puskesmas

Buniwangi Periode Mei-Juli 2014 Bulan Jumlah Lansia yang Diperiksa

Mei 435

Juni 432

Juli 477

Target (%) 100%

Cakupan (%) 48%

Kesenjangan (%) -51.75%

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Page 72: Laporan puskesmas buniwangi

72

Pada program lansia, masing-masing lansia diberikan kartu KMS Lansia

(Kartu Menuju Sehat Lanjut Usia), yang bermanfaat untuk mencatat masalah atau

keluhan yang ada pada lansia tersebut saat berkunjung ke puskesmas/posbindu.

Setiap kunjungan, para lansia akan diperiksa fisik dan mentalnya, serta diberikan

anjuran mengenai hidup sehat, kegiatan fisik dan psikososial yang sebaiknya

dilakukan.

1.3.3.7.9 Filariasis

Program penanggulangan Filariasis di Puskesmas Buniwangi akan

mengadakan penyuluhan apabila terdapat kasus di desa tersebut. Selama ini, sejak

tahun 2007 hanya terdapat 3 kasus penderita filariasis. Pada tiga bulan terakhir,

Mei, Juni, dan Juli tidak terdapat kasus filariasis di desa Buniwangi.

Tabel 54 Data Pelayanan Filariasis di UPTD Puskesmas Buniwangi Periode

Mei-Juli 2014 Bulan Jumlah Kasus Target Cakupan Kesenjangan

Mei 0 0% 0% 0

Juni 0 0% 0% 0

Juli 0 0% 0% 0

Target 0%

Cakupan 0%

Kesenjangan 0%

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

1.3.3.7.10 Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Program Usaha Kesehatan Sekolah merupakan program pengembangan

yang dijalankan oleh Puskesmas Buniwangi. Program ini mempunyai 3 kegiatan

pokok yang berdasarkan dinas kesehatan, yaitu penjaringan/screening anak

Sekolah Dasar kelas 1 yang dilakukan setiap tahun ajaran baru (bulan Agustus),

penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan 2 kali

Page 73: Laporan puskesmas buniwangi

73

setahun pada bulan Mei and Oktober pada anak SD kelas 1, 3, dan 5 (usia anak

yang berisiko karies pada gigi).11

Tabel 55 Data Pelayanan Usaha Kesehatan Sekolah di UPTD Puskesmas

Buniwangi Periode Mei-Juli 2014

Usaha Kesehatan Sekolah Mei Juni Juli Jumlah

Jumlah sekolah yang diperiksa penjaringan 4 dari 26 0 0 2

Jumlah Murid SD / MI yang diperiksa

Penjaringan 509 0 0 509

Murid SD / MI yang perlu perawatan 425 0 0 425

Penyakit GIGI yang dilakukan perawatan 0 0 0 0

Target 100% - - -

Cakupan 15.38% - - -

Kesenjangan -84.61 - - -

Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014

Masalah utama yang dihadapi oleh program UKS di Puskesmas

Buniwangi ini adalah kurangnya tenaga kesehatan yang bersedia untuk membantu

dalam proses penjaringan, penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut.

Semua kegiatan ini dilakukan oleh pemegang program kesehatan sendirian.

Pemegang program kesehatan ini menangani seluruh sekolah di wilayah kerja

puskesmas ini, namun dari 26 sekolah dasar hanya 4 sekolah yang dapat

menjalankan program ini. Selain itu, pada sekolah yang dikunjungi, didapati

fasilitas yang kurang memadai, seperti tidak adanya ruang UKS dan obat-obatan

P3K karena sekolah tidak memprioritaskan program ini. Pergantian pengurus

program setiap tahunnya juga yang membuat program ini tidak bisa fokus pada

masalah utama dan laporan yang tidak rapi.

Page 74: Laporan puskesmas buniwangi

74

1.4 Identifikasi Masalah

Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Indikator

masalah adalah dengan kemampuan pencapaian dan target yang ingin dicapai.

Masalah dalam dunia kesehatan terbagi menjadi masalah kesehatan dan masalah

pelayanan kesehatan.

1.4.1 Masalah Manajemen Kesehatan

Masalah manajemen kesehatan dapat dinilai dari masukan dan proses yang

telah diketahui. Dari data masukan, Puskesmas Buniwangi memiliki masalah pada

sumber daya manusia yaitu jumlah tenaga kesehatan yang belum memenuhi

standar minimal dengan tidak adanya dokter gigi, juru jentik, tenaga laboratorium,

dan nutrisionis. Sumber daya yang sudah ada juga masih harus dikembangkan

karena masih memiliki kekurangan dari segi kualitas. Puskesmas Buniwangi juga

kurang merawat dan mengoptimalkan sarana dan prasarana yang telah dimiliki.

Tenaga administrasi di Puskesmas Buniwangi juga masih melakukan pencatatan

secara manual walaupun beberapa sudah melakukan secara komputerisasi.

Masalah juga terjadi pada sasaran Puskesmas Buniwangi, yaitu

masyarakat yang berada di Desa Cipeundeuy, Desa Gunungsungging, dan Desa

Sukatani yang memiliki akses yang jauh dengan jalan yang rusak, terlebih pada

Desa Sukatani yang merupakan desa terjauh dan tidak memiliki jembatan secara

permanen sehingga tidak bisa dilewati oleh kendaraan beroda 4.

Page 75: Laporan puskesmas buniwangi

75

1.4.2 Masalah Program Kesehatan

Masalah program kesehatan dapat dinilai dari kesenjangan yang ada.

Kesenjangan adalah nilai dari selisih cakupan dikurangi dengan target yang telah

ditetapkan. Bila terdapat kesenjangan yang bernilai negatif, itu menandakan

bahwa cakupan yang dilaksanakan oleh puskesmas masih di bawah target yang

telah ditetapkan dan itu merupakan masalah program kesehatan.

Tabel 56 Masalah Program Kesehatan Puskesmas Buniwangi Periode Mei-

Juli 2014

No Program Indikator Kesenjangan (%)

1 Promosi

Kesehatan

KIP/K

Penyuluhan Dalam Gedung

Penyuluhan Luar Gedung

PHBS di Tatanan Kesehatan

-2,05

-9,38

-16,67

-90

2 Kesehatan

Lingkungan

Kepemilikan SPAL

Kepemilikan Tempat Sampah

Kepemilikan Rumah Sehat

-23,86

-57,61

-34,02

Pengawasan Sarana Air Bersih

Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan

-11.7

-13,71

Pengawasan Rumah Sehat

Pengawasan SPAL

-11,97

-3,71

Pengawasan Jamban Keluarga -10,51

3 KIA/KB Kunjungan Ibu Hamil (K1)

Kunjungan Ibu Hamil (K4)

Pertolongan Persalinan oleh Tenaga

Kesehatan

Komplikasi kebidanan pada Ibu Hamil

Komplikasi kebidanan pada Ibu Melahirkan

dan Nifas

Pelayanan Neonatus Lengkap

-13,9

-13,6

-11,3

-5

-26,2

-2,2

Kunjungan Nifas 3

-4,7

KIA/KB Komplikasi Neonatus

Kunjungan Bayi B4

-60

-0,2

4 Gizi D/S -6,8

Pemberian kapsul VitA bagi ibu nifas -1,4

Jumlah Ibu Hamil mendapatkan Fe1

Jumlah Ibu Hamil mendapatkan Fe3

-1

-0,7

ASI Ekslusif -1,3

5 P2M TT 1,2,5 -22,5

Penderita TB Baru BTA Positif

-5

Page 76: Laporan puskesmas buniwangi

76

Program Indikator

Suspek TB paru

Kesenjangan (%)

-1,11

P2M Kasus Pneumonia pada balita -21,21

Penderita diare -20,16

6 Upaya

Pengobatan

Pemeriksaan Laboratorium -16,8

7 Upaya

Pengembangan

Upaya Penanggulan Rabies

Upaya Kesehatan Indra

Program Lansia

Usaha Kesehatan Sekolah

-0,7

-70,02

-51,75

-84,61

1.4.3 Masalah Kesehatan

Masalah kesehatan merupakan masalah yang berhubungan dengan angka

kesakitan, angka kematian, dan status gizi.

1.4.3.1 Angka Kesakitan (Morbiditas)

Masalah Kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Buniwangi dilihat dari

masalah lokal puskesmas yang digambarkan dengan 10 penyakit terbanyak, yaitu

hipertensi, ISPA, rematik, gastroduodenitis, tukak lambung, konjungtivitis,

mialgia, diare dan gastroenteritis, gout, dan arthritis.

1.4.3.2 Angka Kematian (Mortalitas)

Mortalitas dapat digambarkan oleh kematian bayi (AKB), angka kematian balita

(AKABA), angka kematian ibu (AKI), atau angka kematian kasar. Terdapat 1

kematian ibu dan 4 kematian balita periode Mei-Juli 2014.

Page 77: Laporan puskesmas buniwangi

77

1.4.3.3 Status Gizi

Masalah kesehatan yang berkaitan dengan status gizi masyarakat,

indikator pertama adalah prevalensi anak usia di bawah lima tahun (balita) dengan

berat badan kurang. Terdapat 2 balita gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas

Buniwangi.

1.5 Prioritas Masalah

Penentuan prioritas masalah adalah suatu proses untuk menentukan

kriteria atau urutan masalah yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan

menggunakan metode tertentu. Prioritas masalah dilakukan karena banyaknya

masalah yang dapat muncul akan tetapi terdapat juga keterbatasan sumber daya

dan teknologi untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut. Prioritas masalah juga

dilakukan karena mungkin terdapat keterkaitan antara satu masalah dengan

masalah yang lain, sehingga tidak semua masalah yang ada harus diselesaikan

pada waktu yang sama.

Berdasarkan analisis SWOT, masalah manajerial kesehatan dirasakan

kurang bisa diintervensi karena masalah ini diluar kompetensi dan kemampuan

mahasiswa PSPD IKM. Untuk masalah pelayanan kesehatan tidak dipilih karena

membutuhkan follow up jangka panjang dan waktu yang ada kurang cukup untuk

mengatasinya, serta kesenjangan yang timbul akibat kurangnya sumber daya

manusia sulit untuk diintervensi.

Masalah kesehatan dipilih karena intervensi langsung dilakukan ke

masyarakat dan dampaknya langsung dirasakan oleh masyarakat serta sesuai

Page 78: Laporan puskesmas buniwangi

78

dengan kompetensi mahasiswa PSPD. Selain itu antusiasme masyarakat terhadap

masalah penyakit dirasakan tinggi dan Puskemas menyarankan dilakukannya

penyuluhan mengenai masalah kesehatan di desa yang aksesnya sulit.

1.5.1 Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan

Dari masalah kesehatan dan program, prioritas masalah ditentukan

melalui scoring, yaitu dengan memberikan nilai untuk kriteria tertentu dan

masalah yang menjadi prioritas pertama adalah masalah yang memiliki bobot

paling besar. Salah satu teknik scoring adalah PAHO. Penentuan prioritas masalah

kesehatan yang terjadi di Puskesmas Buniwangi dilakukan dengan menggunakan

teknik skoring PAHO. Teknik PAHO memiliki 4 indikator, yaitu : (1) besarnya

masalah (Magnitude), (2) derajat keparahan (Severity), (3) ketersediaan teknologi

(Vulerability), dan (4) kepedulian masyarakat dan pejabat (Community/Political

Concern). Prioritas masalah telah dilakukan dengan meminta pendapat 8-10 orang

untuk memberikan skor antara 1-10 untuk masing-masing kriteria yang ada.

Tabel 57 Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan Puskesmas Buniwangi

Berdasarkan PAHO

Prioritas Penyakit M S V C TOTAL

1 Hipertensi primer 9 9 8 6 3888

2 Diare dan gastroenteritis 6.5 8.5 6 7 2320.5

3 Infeksi Pernafasan Saluran Akut

(ISPA)

8.5 6.7 5 8 2278

4 Rematisme 8 6.1 5 5 1220

Page 79: Laporan puskesmas buniwangi

79

Prioritas Penyakit M S V C TOTAL

5 Gastroduodenitis tidak spesifik 7.5 6.9 5 5 1293.5

6 Tukak lambung 7 7 6 7 2058

7 Konjungtivitis 5 5 7 7 1225

8 Gout 5.5 6 6 6 1188

9 Arthritis lainnya 5.5 6 7 5 1155

Dari hasil metode PAHO di atas didapatkan bahwa masalah kesehatan

hipertensi menempati posisi pertama dalam skala prioritas masalah dan masalah

diare dan gastroenteritis menempati posisi kedua. Antara alasan lain mengapakah

kami telah pilih hipertensi adalah:

1. Menurut laporan tahunan Puskesmas Buniwangi dari bulan Januari sampai

Juli 2014 didapatkan ada 845 kasus hipertensi primer dan prevalensinya

cukup tinggi berbanding dengan penyakit lain.

2. Adanya permintaan dari pihak UPTD puskesmas Buniwangi untuk

melakukan intervensi terhadap masalah hipertensi.

3. Penyuluhan terhadap penyakit hipertensi masih belum dilaksanakan

secara merata di seluruh wilayah kerja UPTD Puskesmas Buniwangi.

4. Penyakit hipertensi dapat dicegah dan apabila penderita tidak ditangani

dengan baik maka dapat menyebabkan komplikasi yang serius.

Kami memilih warga Desa Gunungsungging sebagai sasaran primer

karena berdasarkan data, prevalensi hipertensi tertinggi berada di wilayah Desa

Pasir Ipis dan Buniwangi, dan terlihat rendah di Desa Gunungsungging, Desa

Page 80: Laporan puskesmas buniwangi

80

Cipeundeuy, dan Desa Sukatani, hal ini kemungkinan disebabkan karena sulitnya

akses desa-desa tersebut untuk berobat ke Puskesmas. Hal ini menyebabkan

kurang terdeteksinya penyakit hipertensi di desa tersebut. .

1.6 Rumusan Masalah

Tabel 58 Rumusan Masalah

Komponen Hasil analisis

What Tingginya angka kejadian penyakit hipertensi

Who Penderita hipertensi

When Mei 2014 – Juli 2014

Where Wilayah kerja UPTD Puskesmas Buniwangi

How Hipertensi menempati peringkat pertama pada morbiditas terbanyak

di UPTD puskesmas buniwangi

Rumusan masalah dapat disimpulkan seperti berikut: Tingginya angka

kejadian penyakit hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Buniwangi pada periode

Mei 2014 sampai Juli 2014.

1.7 Identifikasi Penyebab Masalah

Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi penyebab masalah ialah

dengan pendekatan teori HL Blum yaitu dengan menilai empat faktor yang dapat

berpengaruh terhadap tingkat kesehatan, yaitu faktor lingkungan (20%), faktor

genetik (20%), faktor perilaku (50%), dan faktor pelayanan kesehatan (10%)

Page 81: Laporan puskesmas buniwangi

81

dengan diagram fishbone. Metode ini menganalisis faktor-faktor risiko yang

mempengaruhi terjadinya suatu penyakit.

Gambar 7 Identifikasi Penyebab Masalah berdasarkan Diagram Fishbone

1. Faktor Genetik

Riwayat keluarga, usia, serta jenis kelamin merupakan

faktor risiko dari hipertensi.

2. Faktor Perilaku

Faktor perilaku yang mempengaruhi penyakit hipertensi

adalah kebiasaan merokok, tidak menerapkan pola makan yang

sehat, seperti makan-makanan asin dan makanan berlemak,

kurangnya aktivitas dan kurangnya kepatuhan minum obat dan

Page 82: Laporan puskesmas buniwangi

82

kontrol teratur. Masyarakat juga menganggap bahwa penyakit

hipertensi merupakan penyakit yang tidak berbahaya.

3. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi penyakit hipertensi

adalah budaya makan asin, pendapatan yang rendah, dan stres.

Budaya Sunda merupakan budaya yang dimiliki oleh

masyarakat wilayah kerja Puskesmas Buniwangi. Masyarakat

Sunda memiliki kebiasaan makan makanan yang asin.

Sebagian besar masyarakat wilayah kerja Puskesmas

Buniwangi bermata pencaharian sebagai petani yang memiliki

pendapatan yang rendah karena sesuai dengan musim panen.

Pendapatan yang rendah ini dapat menyebabkan pasien tidak

berobat atau kontrol teratur serta kurangnya konsumsi buah-

buahan dan sayuran dikarenakan harga buah dan sayur yang

mahal.

4. Faktor Pelayanan Kesehatan

Akses yang jauh dari desa ke Puskesmas Buniwangi

menyebabkan masyarakat sulit mengunjungi puskesmas untuk

kontrol atau berobat. Tenaga kesehatan juga jarang melakukan

penyuluhan karena kurangnya SDM.

1.8 Konfirmasi Penyebab Masalah

Untuk mengetahui penyebab masalah hipertensi, dilakukan beberapa

kegiatan, yaitu:

Page 83: Laporan puskesmas buniwangi

83

1. Diskusi dengan dokter fungsional Puskesmas Buniwangi

Menurut dokter, penyebab tingginya angka hipertensi di wilayah

cakupan Puskesmas Buniwangi dipengaruhi oleh adat budaya Sunda

yang memiliki kebiasaan makan makanan asin, sedangkan makanan

asin merupakan salah satu faktor risiko yang menyebabkan hipertensi.

Mayoritas pekerjaan masyarakat adalah sebagai petani dan masyarakat

memiliki kebiasaan untuk jalan kaki dalam jarak yang jauh, sehingga

faktor resiko hipertensi yaitu kurangnya aktivitas fisik dirasakan tidak

sesuai untuk karakteristik masyarakat di wilayah Puskesmas

Buniwangi.

Selain itu upaya promosi kesehatan mengenai penyakit hipertensi

dirasakan kurang, terutama di wilayah desa yang aksesnya jauh ke

Puskesmas seperti Desa Gunungsungging, Desa Cipeundeuy, dan Desa

Sukatani. Dokter merasa bahwa dibutuhkan suatu upaya promosi

kesehatan berkaitan dengan pencegahan penyakit hipertensi serta

modifikasi gaya hidup sebagai bentuk intervensi terjadinya penyakit

hipertensi.

2. Diskusi dan wawancara dengan pemegang program promosi

kesehatan

Menurut pemegang program promosi kesehatan, kegiatan promosi

kesehatan hipertensi sudah cukup sering dilakukan di wilayah desa

Pasir Ipis dan Desa Buniwangi namun masih sulit dilakukan di wilayah

Page 84: Laporan puskesmas buniwangi

84

desa yang aksesnya jauh karena kurangnya sumber daya manusia dan

transportasi menuju kesana.

3.Wawancara dan membagikan kuesioner kepada masyarakat

Saat dilakukan wawancara kepada masyarakat, terlihat bahwa

masyarakat kurang mengetahui tentang hipertensi dan banyak pula dari

masyarakat yang bahkan tidak mengetahui tekanan darah mereka

sendiri. Masyarakat juga mengakui jarang mengonsumsi buah atau

sayuran dikarenakan dana untuk makan sehari-hari masih kurang,

sayuran yang biasa dikonsumsi adalah lalapan yang selalu dimakan

bersama sambal.

1.8.1 Analisis Survei Kuesioner

Untuk mengetahui penyebab masalah dari identifikasi diatas, maka

dilakukan survey berupa pemberian kuesioner pada 30 warga yang tinggal di

wilayah Desa Gunungsungging, dengan kriteria inklusi:

1) Berdomisili di Desa Gunungsungging

2) Laki-laki atau perempuan berusia 18-60 tahun

3) Sehat secara jasmani dan rohani

Variabel yang dilihat dalam kuesioner ini adalah pengetahuan tentang

pencegahan dan pengobatan pada hipertensi. Kuesioner pengetahuan dianalisis

dan dikategorikan berdasarkan pengelompokan berikut:

Page 85: Laporan puskesmas buniwangi

85

a. Jika jawaban benar 76-100%, diinterpretasikan bahwa

pengetahuan responden mengenai pencegahan dan pengobatan

hipertensi tergolong baik.

b. Jika jawaban benar 56-75%, diinterpretasikan bahwa pengetahuan

responden mengenai pencegahan dan pengobatan hipertensi

tergolong cukup.

c. Jika jawaban benar ≤55%, diinterpretasikan bahwa pengetahuan

responden mengenai pencegahan dan pengobatan hipertensi

tergolong kurang.

Survei terhadap responden akan dilakukan dengan terlebih dahulu

meminta kesediaan responden (informed consent) secara verbal untuk mengisi

kuesioner Data yang diperoleh dari responden akan dijaga kerahasiannya dan

hanya untuk kepentingan survei. Dari hasil analisis kuesioner didapatkan 76,67%

responden tidak memiliki riwayat hipertensi yang kemungkinan disebabkan

karena tidak memeriksakan diri ke dokter. Dari pertanyaan mengenai pencegahan

penyakit hipertensi, 33,33% responden berpengetahuan baik, 10% berpengetahuan

cukup, dan 56,67% berpengetahuan buruk. Berdasarkan pertanyaan mengenai

pengobatan penyakit hipertensi, 16,67% responden berpengetahuan baik, 16,67%

berpengetahuan cukup, dan 66,667 % responden memiliki pengetahuan yang

buruk.

Dari data yang didapatkan dari kuesioner, sebagian besar responden

sudah mengetahui apa itu gejala hipertensi namun masih belum paham definisi

hipertensi serta berapa nilai tekanan darah yang normal. Distribusi responden

Page 86: Laporan puskesmas buniwangi

86

berdasarkan masing–masing karakteristik medis dan demografi ditampilkan pada

tabel berikut ini:

Tabel 59 Distribusi responden berdasarkan karakteristik medis dan

demografi

Karakteristik responden Frekuensi

(n = 30)

Persentase

(%)

Jenis kelamin

Laki-laki 14 46,67

Perempuan 16 53,33

Umur

18-30 10 33,33

30-40 12 40

40-50 5 16.67

50-60 3 10

Pendidikan terakhir

Tidak bersekolah 0

SD/sederajat 18 60,00

SMP/sederajat 8 26,67

SMA/sederajat 3 10,00

Perguruan tinggi 1 3,33

Kebiasaan merokok

Tidak 17 56,67

Ya 13 43,33

Riwayat hipertensi

Tidak 23 76,67

Ya 7 23,33

Riwayat keluarga dengan hipertensi

Tidak 19 63,33

Ya 11 36,67

Pengetahuan tentang pencegahan

Baik 10 33,33

Cukup 3 10,00

Kurang 17 56,67

Pengetahuan tentang pengobatan

Baik 5 16,67

Cukup 5 16,67

Kurang 20 66,67

Mengerti definisi tekanan darah 13 43,33

Mengetahui tekanan darah normal 15 50,00

Mengetahui gejala hipertensi 24 80,00

Page 87: Laporan puskesmas buniwangi

87

1.9 Penanggulangan masalah

1.9.1 Alternatif Penanggulangan Masalah

Di bawah ini adalah rencana alternatif penanggulangan masalah yang

didapatkan :

Tabel 60 Alternatif Penanggulangan Masalah

Faktor Masalah Alternatif penyelesaian masalah

Genetik Riwayat hipertensi dalam

keluarga

-Skrining genetik pada keluarga

dengan menggunakan metode

genogram Usia > 40 tahun

Jenis kelamin laki-laki

Pelayananan

kesehatan

Akses sulit terjangkau -Memberdayakan puskesmas

keliling

- Meningkatkan kegiatan posbindu

untuk lansia

Kurang penyuluhan karena

kurang SDM

Lingkungan Budaya makan asin Penyuluhan mengenai pola makan

sehat, Penyediaan media informasi

melalui brosur, leaflet, spanduk,

poster dll, sosialisasi JKN

Stres

Penduduk berpendapatan

rendah

Perilaku Merokok - Penyuluhan tentang penyakit

hipertensi dan gaya hidup sehat

kepada masyarakat

- Melakukan home visit

- melibatkan kader dan keluarga

dalam proses pengobatan pasien

Minum alkohol

Kurang aktivitas fisik

Kurang kepatuhan minum

obat & kontrol teratur

Page 88: Laporan puskesmas buniwangi

88

1.9.2 Pemecahan Masalah Terpilih

Tabel 61 Pemecahan Masalah Terpilih

No Solusi masalah Biaya Kesulitan

teknis

Dampak Penolakan

terhadap

perubahan

Waktu yang

disediakan

Skor

1. Skrining genetik keluarga

dengan menggunakan metode

genogram

Rendah

(1)

Sulit

(0)

Kurang

(0)

Bisa

diterima (1)

Lama (0) 2

2. Meningkatkan kegiatan

puskesmas keliling

Tinggi

(0)

Sulit (0) Baik (1) Bisa

diterima (1)

Lama (0) 2

3 Meningkatkan kegiatan

posbindu

Rendah

(1)

Mudah

(1)

Baik (1) Bisa

diterima (1)

Lama (0) 4

4 Penyediaan media informasi

melalui brosur, leaflet, spanduk,

postur dll

Tinggi

(0)

Mudah

(1)

Baik (1) Tidak bisa

diterima (0)

Singkat (1) 3

5 Penyuluhan tentang penyakit

hipertensi dan gaya hidup sehat

kepada masyarakat

Rendah

(1)

Mudah

(1)

Baik (1) Bisa

diterima (1)

Singkat (1) 5

6 Melakukan home visit Rendah

(1)

Sulit (0) Baik (1) Bisa

diterima (1)

Lama

(0)

3

Pemecahan yang paling mungkin adalah penyuluhan kepada masyarakat

mengenai hipertensi dan pencegahannya. Masyarakat dan kader dipilih sebagai

Page 89: Laporan puskesmas buniwangi

89

sasaran karena membutuhkan pengetahuan tentang hipertensi, sehingga

diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hipertensi.

Kader diharapkan dapat memahami dengan baik untuk meneruskan pengetahuan

pada masyarakat. Tokoh masyarakat setempat dan tenaga kesehatan juga turut

diundang.

Page 90: Laporan puskesmas buniwangi

90

BAB II

RENCANA PENANGGULANGAN MASALAH

2.1 Pendahuluan

Tahap lanjutan setelah identifikasi masalah, penentuan prioritas masalah,

dan penentuan penyebab masalah adalah merencanakan metode yang paling

memungkinkan untuk menanggulangi masalah yang terpilih. Masalah yang

diambil adalah kasus hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Buniwangi. Kasus

hipertensi merupakan kasus yang menempati posisi pertama pada 10 kasus

penyakit terbanyak di Puskesmas Buniwangi.

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan nilai

sistolik sama dengan atau lebih dari 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik

sama dengan atau lebih dari 90 mmHg.15

World Health Organization (WHO),

2008, menyatakan hipertensi sebagai masalah kesehatan umum di seluruh dunia.

Hal ini disebabkan tingginya angka kejadian hipertensi yang kian hari semakin

mengkhawatirkan.16

Penanggulangan masalah tersebut dapat diselesaikan salah

satunya dengan metode penyuluhan pada masyarakat.

2.2 Tujuan Penyuluhan

2.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari kegiatan penyuluhan ini adalah untuk.meningkatkan

pengetahuan masyarakat mengenai penyakit hipertensi.

Page 91: Laporan puskesmas buniwangi

91

2.2.2 Tujuan Khusus

1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai definisi, klasifikasi,

faktor resiko, tanda dan gejala, komplikasi, penyakit penyerta, serta

penatalaksanaan farmakologi penyakit hipertensi.

2. Meningkatkan pengetahuan gaya hidup sehat kepada masyarakat

sebagai penatalaksanaan non farmakologi dan pencegahan penyakit

hipertensi

2.3 Sasaran Penyuluhan

Pada penyuluhan ini, terdapat tiga sasaran yang diinginkan yaitu

sasaran primer, sekunder, dan tersier. Sasaran primer adalah atau sasaran utama

adalah individu atau kelompok individu yang akan memperoleh manfaat paling

besar dari kegiatan penyuluhan ini. Sasaran primer pada penyuluhan ini adalah

masyarakat usia produktif yaitu usia 18-60 tahun di Desa Gunung Sungging.

Sasaran sekunder adalah seseorang atau kelompok yang diharapkan dapat

memberikan dukungan dan berpengaruh bagi sasaran primer dalam

menyelesaikan masalah kesehatan, yaitu kader kesehatan.

Sasaran tersier adalah individu, kelompok, dan institusi yang diharapkan

memberikan dukungan kebijakan, tenaga, dana, sarana, dan lain-lain dalam

menyelesaikan masalah kesehatan. Sasaran tersier dalam kegiatan penyuluhan ini

adalah tokoh masyarakat dan tenaga kesehatan.

Page 92: Laporan puskesmas buniwangi

92

2.4 Metode Penyuluhan

Metode yang dipilih dalam penyuluhan kali ini adalah metode ceramah

disertai sesi tanya jawab. Metode ceramah dilakukan dengan cara penyampaian

yang dibuat menarik dan dengan menggunakan bahasa yang disederhanakan dan

mudah dipahami oleh masyarakat umum. Metode ini dilakukan untuk efisiensi

waktu yang terbatas. Penyuluhan menggunakan metode ceramah dilakukan

dengan bentuk:

1. Ceramah berupa presentasi powerpoint oleh dokter muda dengan judul

“MAHABHARATA” ( Mari Hidup Bahagia Tanpa Darah Tinggi) dengan

gambar yang menarik yang ditampilkan pada layar dengan proyektor.

2. Interaksi tanya jawab antara masyarakat dengan penyaji materi setelah

ceramah

3. Pemutaran video edukasi mengenai hipertensi

4. Pengisian soal pre test dan post test untuk menentukan keberhasilan

penyuluhan

5. Pemberian leaflet yang berisi rangkuman materi ceramah

2.5 Materi Penyuluhan

2.5.1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan nilai

sistolik sama dengan atau lebih dari 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik

sama dengan atau lebih dari 90 mmHg.15

Seseorang dapat didiagnosis dengan

Page 93: Laporan puskesmas buniwangi

93

penyakit hipertensi apabila telah dilakukan pengukuran tekanan darah sekurang-

kurangnya dua kali di waktu yang berlainan.15

Hal ini dapat terjadi karena jantung

bekerja lebih keras dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen

dan nutrisi tubuh. Hipertensi sistolik walaupun tidak dibarengi dengan adanya

peningkatan tekanan diastolik akan menjadi sangat signifikan sebagai faktor

kerusakan pada target organnya. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu

fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal. 17

2.5.2 Epidemiologi

Pada tahun 2000, hipertensi memiliki prevalensi sebesar 26,4% dari

populasi orang dewasa di seluruh dunia. Prevalensi ini terdiri dari 26,6% pada

populasi pria, dan 26,1% pada populasi wanita. Jumlah penderita hipertensi

dewasa diperkirakan akan terus meningkat, dengan peningkatan sebesar 60%

pada tahun 2025.15

Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada

umur ≥ 18 tahun menurut Riskesdas Tahun 2013 adalah sebesar 25,8%,

dengan tertinggi di Bangka Belitung (30,9%) dimana Jawa Barat menduduki

peringkat ketiga dengan persentase 29,4%.18

2.5.3 Faktor Risiko Hipertensi

2.5.3.1 Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah

Faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah faktor-faktor yang sifatnya

menetap pada diri individu, yaitu :

Page 94: Laporan puskesmas buniwangi

94

1. Usia

Usia berpengaruh dalam terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya usia,

risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar.16

2. Jenis Kelamin

Prevalensi pria penderita hipertensi lebih banyak dibandungkan wanita di

kelompok usia di bawah 45 tahun. Pria diduga memiliki gaya hidup yang

cenderung dapat lebih meningkatkan tekanan darah dibandingkan wanita. Namun,

saat memasuki kelompok usia 45-64 tahun, prevalensi hipertensi kedua jenis

kelamin ini menjadi sama, dan pada kelompok usia di atas 65 tahun, prevalensi

hipertensi pada wanita meningkat secara signifikan.19

3. Riwayat Keluarga

Faktor keturunan juga meningkatkan risiko terkena hipertensi, terutama

pada hipertensi primer (esensial). Faktor-faktor lingkungan yang kemudian

mencetuskan seorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan

metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel.17

2.5.3.2 Faktor Risiko yang Dapat Diubah

Faktor risiko kelompok ini dapat dihindari sebagai bentuk pencegahan

dari hipertensi. Faktor risiko yang termasuk dalam kelompok yang dapat diubah

adalah:

1. Kegemukan (Obesitas)

Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-orang kegemukan 5

kali lebih tinggi dibandingkan seseorang dengan Indeks Masa Tubuh normal.

Page 95: Laporan puskesmas buniwangi

95

Sedangkan pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20—33% memiliki berat

badan lebih (overweight).

2. Merokok

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbonmonoksida yang berasal

dari rokok dapat merusak lapisan pembuluh darah, yang kemudian menyebabkan

proses arterosklerosis dan menyebabkan hipertensi.20

3. Psikososial dan Stress

Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam,

rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang pelepasan hormon adrenalin dan

memicu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat sehingga tekanan darah

akan meningkat. Peningkatan tekanan darah akan lebih besar pada individu yang

mempunyai kecenderungan stress emosional yang tinggi.20

4. Konsumsi Alkohol

Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas.

Diduga peningkatan kadar kortisol, peningkatan volume sel darah merah, dan

peningkatan kekentalan darah akibat efek alkohol berperan dalam menaikkan

tekanan darah.17

5. Konsumsi Garam Berlebihan

Pada masyarakat yang mengkonsumsi garam 3 gr atau kurang, ditemukan

tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan pada masyarakat yang asupan

garamnya sekitar 7—8 gr, tekanan darah rata-rata lebih tinggi.17

Page 96: Laporan puskesmas buniwangi

96

2.6 Komplikasi Hipertensi

Komplikasi hipertensi melibatkan organ-organ target seperti17, 20

:

1. Jantung

Komplikasi-komplikasi pada jantung, seperti hipertropi ventrikel

kanan, gagal jantung, iskemik dan infark myokard.

2. Otak

Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit stroke. Stroke

adalah kerusakan jaringan otak akibat pecah atau tersumbatnya

pembuluh darah yang menyuplai makanan dan oksigen.

3. Ginjal

Hipertensi dapat berakibat pada gagal ginjal. Keadaan ini dipicu oleh

penyempitan pembuluh darah arteri yang mengakibatkan terganggunya

pasokan darah menuju ginjal dan dapat mengakibatkan kerusakan

ginjal permanen.

4. Mata

Hipertensi dapat menginduksi terjadinya kelainan pada mata yang

dapat menyebabkan terganggunya pandangan hingga kebutaan.

2.7 Penatalaksanaan pada Penderita Hipertensi

2.7.1 Pengendalian Faktor Risiko dan Pencegahan

Pencegahan hipertensi dapat dilakukan melalui intervensi modifikasi

gaya hidup. Program modifikasi gaya hidup ini harus dilakukan oleh semua orang,

baik penderita hipertensi maupun bukan penderita hipertensi. Program edukasi

Page 97: Laporan puskesmas buniwangi

97

yang lebih intensif perlu dilakukan untuk orang yang sudah menderita hipertensi,

demi mencegah terjadinya komplikasi hipertensi yang fatal.17

Modifikasi gaya hidup ini berupa penurunan berat badan untuk individu

overweight atau obesitas, mengadopsi pola makan Dietary to Stop Hypertension

(DASH), mereduksi konsumsi natrium, meningkatkan aktivitas fisik, dan

pengurangan konsumsi alkohol. Strategi modifikasi gaya hidup diperlihatkan

dalam tabel.

Tabel 62 Modifikasi Gaya Hidup dalam Manajemen Hipertensi17

Modifikasi Rekomendasi Rata-rata penurunan

tekanan darah sistolik

Pengurangan berat badan Mempertahankan berat badan

normal (BMI 18,5-24,9 kg/m2)

5-20mmHg/10kg

pengurangan berat badan

Mengadopsi pola makan

DASH

Mengkonsumsi banyak buah,

sayur, produk susu rendah

lemak, dan makanan lain yang

mengandung rendah lemak

8-14 mmHg

Mengurangi konsumsi

garam

Mengurangi konsumsi garam

dalam makanan sehari-hari,

tidak boleh melebihi 100mmol

per hari (2,4 gram sodium atau

6 gram sodium klorida)

2-8 mmHg

Aktivitas fisik Aktivitas fisik aerobic yang

regular, seperti jalan santai (30

menit sehari, minimal 3 kali

dalam seminggu)

4-9 mmHg

Pengurangan konsumsi

alkohol

Konsumsi alkohol tidak boleh

lebih dari 2 kali (setara dengan

30ml etanol) dalam sehari

untuk laki-laki, dan tidak

boleh lebih dari 1 kali untuk

perempuan

2-4 mmHg

Page 98: Laporan puskesmas buniwangi

98

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa obesitas sangat

berhubungan dengan hipertensi. Karenanya penurunan berat badan akan diikuti

dengan penurunan tekanan darah. Dalam penelitian lain disebutkan setiap

penurunan sepuluh kilogram berat badan akan diikuti oleh penurunan tekanan

sistolik 5-20 mmHg.17

Terapi nonfarmakologi selanjutnya adalah adopsi strategi DASH, DASH

adalah suatu perencanaan terhadap pola makan yang bertujuan untuk menurunkan

risiko tekanan darah tinggi karena setiap apa yang kita makan akan

mempengaruhui tekanan darah. DASH juga dapat menurunkan berat badan secara

efektif.17

Penelitian dari National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI)

menunjukkan bahwa mengurangi makanan yang berlemak dan berkolesterol serta

meningkatkan porsi buah-buahan, sayuran dan produk berbahan dasar susu dapat

membantu menurunkan atau mempertahankan tekanan darah yang sehat.

Dalam rencana makan sehari-hari, konsumsi produk makanan yang

berbahan dasar gandum seperti nasi,roti dan cereal serta kacang-kacangan dan

daging putih (ikan, ayam) harus ditingkatkan. Makanan yang tinggi sodium

seperti penyedap (MSG) dan garam harus dikurangi (<2.4g ) karena dapat

meningkatkan tekanan darah. Makanan yang tinggi gula seperti minuman

kalengan juga harus dikurangi menjadi seminggu 5 sendok besar. Berikut adalah

daftar komponen-komponen makanan yang baik untuk tubuh.

Page 99: Laporan puskesmas buniwangi

99

Tabel 63 Contoh menu berdasarkan DASH

Selain DASH, dalam terapi non-farmakologi ini pasien juga harus

mengurangi konsumsi sodium. Konsumsi sodium tidak boleh melebihi 2,4 – 6 mg.

Jenis Makanan Contoh Makanan Manfaat Cara Sediaan

Gandum dan

produk olahan

gandum / Biji-

bijian

Nasi, Roti gandum,

sereal

Sumber Energi dan

serat.

Kukus, Bakar

Buah-buahan Pisang, kurma,

anggur, jeruk,

mangga, melon,

pepaya, nanas,

semangka, apel, jeruk

Bali.

Sumber kalium,

magnesium dan

serat.

Sayur-sayuran Tomat, kentang,

wortel, brokoli,

bayam, kacang

hijau, labu, sawi

hijau, kol, timun

Sumber kalium,

magnesium dan

serat.

Ditumis, direbus

(sup), lalapan

Produk Susu

Rendah Lemak atau

Tanpa Lemak

Susu tanpa lemak

atau rendah lemak,

keju tanpa lemak atau

rendah lemak,

yoghurt tanpa lemak

atau rendah lemak.

Sumber kalsium dan

protein.

Daging Merah,

Unggas, Ikan

Daging tanpa lemak,

hindari kulit pada

daging unggas

(ayam/bebek),

Sumber protein dan

magnesium.

Dipepes,

dipanggang,

digoreng, direbus

Kacang-kacangan,

polong-polongan,

biji-bijian, umbi-

umbian

Tempe, tahu, kacang

tanah, kwaci, kacang

merah, singkong,

kentang, terong,

oncom

Sumber energi,

magnesium ,kalium,

protein dan serat.

Direbus, ditumis,

dipepes

Lemak dan Minyak Minyak sayur,

margarin rendah

lemak.

Asupan lemak yang

tetap diperlukan

oleh tubuh sebagai

sumber kalori.

Makanan Manis Gula,selai,agar-

agar,permen, sirup

buah, minuman

dalam kalengan

Dalam jumlah

terbatas dan rendah

lemak sebagai salah

satu sumber kalori

Page 100: Laporan puskesmas buniwangi

100

Ada beberapa metode untuk mengurangi konsumsi sodium. Salah satunya adalah

dengan mengurangi penambahan garam atau bahkan meniadakan garam dalam

memasak makanan, atau menghindari makanan yang pada labelnya mengandung

sodium dalam jumlah yang besar. Selain itu hindari makanan cepat saji. 17

Aktivitas fisik juga dapat menurunkan tekanan darah, karena melalui

aktivitas fisik dapat menurunkan berat badan serta dapat meningkatkan efektifitas

kerja insulin.21

Aktivitas fisik yang direkomendasikan adalah olahraga aerobik

selama 30 menit dalam sehari, dilakukan minimal tiga kali dalam seminggu.

Aktivitas fisik sesuai dengan rekomendasi tersebut memiliki efek yang hampir

sama dengan obat-obatan antihipertensi.17

Beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam melakukan aktivitas fisik:22

a) Frekuensi, artinya berapa kali melakukan latihan selama waktu

tertentu.Hasil penilitian menganjurkan dalam seminggu melakukan

olahraga secara teratur 3-5 kali seminggu dengan jarak 1-2 hari.

b) Intensitas, adalah ukuran berat ringannya atau beban suatu latihan. Untuk

mengetahui ketepatan porsi intensitas aktivitas fisik diukur dengan

menghitung detak nadi pada saat beraktivitas. Menurut penilitian, setiap

melakukan aktivitas fisik harus mencapai 72%-87% dari dennyut nadi

maksimum. Denyut nadi maksimum disebut zona sasaran. Setiap

melakukan aktivitas fisik hendaknya zona sasaran dipertahankan selama

paling sedikit 25 menit.

c) Tempo, atau waktu artinya berapa lama durasi latihan berlangsung.

Sirkulasi atau aliran darah dalam tubuh akan meningkat sesuai dengan

Page 101: Laporan puskesmas buniwangi

101

bertambahnya denyut nadi.. Untuk memulai latihan olahraga maka

dilakukan sesuai dengan kemampuan, kemudian ditambah secara

perlahan/bertahap selama 30 menit.

Pengurangan konsumsi alkohol sangat dianjurkan bagi para penderita

hipertensi karena konsumsi alkohol yang kronik dapat meningkatkan tekanan

darah dan meningkatkan resistensi terhadap obat-obatan antihipertensi.

Berhenti merokok juga dapat menurunkan tekanan darah.17

Terdapat

berbagai cara bagi seseorang itu untuk berhenti merokok. Di bawah adalah antara

tips dan triks untuk berhenti merokok.23

a. Niat

Merokok merupakan kebiasaan buruk seseorang, apabila seseorang akan

berhenti merokok harus diawali dengan niat dan kesadaran terhadap bahaya yang

ditimbulkan akibat rokok. Apabila tidak didasari oleh niat maka akan membuat

tekanan dan kegagalan program berhenti merokok.

b. Tantangan

Tantangan terberat seorang perokok adalah melawan diri sendiri.

Keberhasilan dalam menaklukkan diri sendiri akan membuat kepercayaan diri

meningkat sehingga program hidup sehat tanpa asap rokok bisa dilakukan.

c. Menghitung biaya

Perokok menghabiskan uang yang tidak sedikit untuk membeli rokok

setiap hari, setiap bulan dan setiap tahun sehingga perokok harus dapat

mengkalkulasi berapa biaya yang dikeluarkan dengan keuntungan yang dia

dapatkan dari rokok.

Page 102: Laporan puskesmas buniwangi

102

d. Jangan beli rokok

Dengan menahan keinginan untuk membeli rokok, maka pikiran atau niat

untuk memulai merokok menjadi tidak ada.

e. Optimalkan dukungan dari orang terdekat

Meminta bantuan orang terdekat untuk mengingatkan kembali niat

berhenti merokok dan memberikan dukungan terus menerus dapat menjadi

motivasi untuk berhenti merokok .

Terapi relaksasi untuk menghilangkan stress juga dibutuhkan untuk

menghindari terjadinya hipertensi. Salah satu pelampiasan yang sering muncul

saat stress adalah makan berlebihan. Risiko kelebihan berat badan dan berbagai

penyakit akan meningkat. Stress juga memicu hormon kortisol yang apabila

berlebihan akan menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan penumpukan

lemak di perut.

Mengelola stress adalah salah satu dari cabang gaya hidup sehat. Berikut

adalah tips menyenangkan untuk mengelola stress.24

1. Berbagi

Salah satu bentuk berbagi adalah bercerita masalah kepada orang terdekat,

sehingga penyebab stress tidak terpendam dan tidak membebani.

2. Olahraga

Olahraga dapat meningkatkan produksi hormon endorfin yang

memberikan perasaan rileks.

3. Merelaksasikan pikiran

Shalat dan beribadah dapat menenangkan tubuh dan fikiran.

Page 103: Laporan puskesmas buniwangi

103

4. Berpikir positif

Sentiasa berpikir positif dalam setiap tindakan dan dalam menghadapi

masalah.

2.7.2 Terapi Farmakologis

Pengobatan hipertensi dimulai dengan pengobatan tunggal, masa kerja

yang panjang, pemberian sekali sehari, dan dosis yang dititrasi. Obat berikutnya

dapat ditambahkan selama beberapa bulan pertama perjalanan terapi. Pemilihan

obat atau kombinasi yang cocok bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan

respon penderita terhadap obat antihipertensi.

Terdapat berbagai jenis obat antihipertensi. Masing-masing jenis

memiliki mekanisme kerja, waktu kerja, dan efek samping yang beragam. Jenis-

jenis obat antihipertensi, yaitu20

:

1. Diuretik.

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan membuang cairan tubuh

(lewat urin), sehingga volume cairan tubuh berkurang dan menyebabkan

daya pompa jantung menjadi lebih ringan sehingga berefek pada

turunnya tekanan darah. Digunakan sebagai obat pilihan pertama pada

hipertensi tanpa adanya penyakit lainnya. Contoh obat golongan ini

adalah furosemide.

1) Penghambat Simpatis

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas simpatetik.

Contoh obat yang termasuk dalam golongan penghambat simpatetik

Page 104: Laporan puskesmas buniwangi

104

antara lainmetildopa, klonodin dan reserpin. Efek samping yang

dijumpai antara lain anemia hemolitik (kekurangan sel darah merah

karena pecahnya sel darah merah), gangguan fungsi hati, dan terkadang

dapat menyebabkan penyakit hati kronis. Karena banyak memilki efek

samping, golongan ini jarang digunakan.

2) Betabloker

Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya

pompa jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah

diketahui mengidap gangguan pernafasan seperti asma bronkial. Contoh

obat golongan betabloker adalah metoprolol, propanolol, atenolol dan

bisoprolol. Pemakaian pada penderita diabetes dan bronkospasme harus

dengan kontrol yang sangat baik. Pada pasien hipertensi, obat ini dapat

menutupi gejala hipoglikemia (dimana kadar gula darah turun menjadi

sangat rendah sehingga dapat membahayakan penderitanya). Sedangkan

pada penderita bronkospasme obat ini dapat semakin meningkatkan

penyempitan saluran pernafasan.

3) Vasodilatator

Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot

polos pembuluh darah. Yang termasuk dalam golongan ini adalah

prazosin dan hidralazin. Efek samping yang sering terjadi pada

pemberian obat ini adalah pusing dan sakit kepala.

4) Penghambat enzim konversi angiostensin.

Page 105: Laporan puskesmas buniwangi

105

Kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat

angiotensin II (zat yang dapat meningkatkan tekanan darah). Contoh

obat yang termasuk golongan ini adalah kaptopril. Efek samping yang

sering timbul adalah batuk kering, pusing, sakit kepala, dan lemas.

5) Antagonis kalsium

Golongan obat ini bekerja menurunkan daya pompa jantung dengan

menghambat kontraksi otot jantung (kontraktilitas). Yang termasuk

golongan obat ini adalah nifedipin, ditilzem dan verapamil. Efek

samping yang mungkin dapat timbul antara lain konstipasi, pusing, sakit

kepala dan muntah.

6) Penghambat reseptor angiotensin II

Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II

pada reseptornya. Mekanisme ini yang mengakibatkan ringannya daya

pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk golongan ini adalah

valsartan. Efek samping yang mungkin timbul adalah sakit kepala,

pusing, lemas dan mual.

Page 106: Laporan puskesmas buniwangi

106

BAB III

PERENCANAAN DAN PERSIAPAN PENYULUHAN

3.1 Tema Penyuluhan

Tema kegiatan yang akan dilaksanakan adalah MAHABHARATA (Mari

Hidup Bahagia Tanpa Darah Tinggi). Bentuk kegiatan ini adalah berisi materi

tentang definisi, klasifikasi, faktor resiko, tanda dan gejala, komplikasi,penyakit

penyerta, pengetahuan gaya hidup sehat kepada masyarakat sebagai

penatalaksanaan non farmakologi dan pencegahan penyakit hipertensi serta

penatalaksanaan farmakologi penyakit hipertensi.

Selain itu, juga dilakukan kegiatan skrining tekanan darah tinggi dan

dilakukan juga kerja sama dengan pihak Puskesmas untuk mengadakan

pemeriksaan golongan darah yang bertujuan untuk pendataan.

3.2 Waktu dan Tempat Penyuluhan

Hari, tanggal : Sabtu, 30 Agustus 2014

Waktu : Pukul 19.30 – selesai

Tempat :PAUD Melati Dusun 2, Desa Gunungsungging

Desa Gunungsungging dipilih sebagai tempat penyelenggaraan

penyuluhan karena:

1. Akses yang jauh ke Puskesmas Buniwangi

2. Jarang dilakukan penyuluhan di desa tersebut

Page 107: Laporan puskesmas buniwangi

107

3. Warganya sangat aktif dalam kegiatan masyarakat

4. Dusun 2 merupakan dusun dengan kawasan padat penduduk sehingga

diharapkan banyak yang akan datang ke penyuluhan.

Waktu penyuluhan dilakukan pada malam hari karena mayoritas penduduk

bekerja sebagai petani dengan waktu kerja dari pagi sampai sore, sehingga pada

waktu malam hari warga diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan

penyuluhan.

3.3 Susunan Kepanitiaan

Susunan kepanitiaan untuk kegiatan penyuluhan adalah sebagai berikut:

Preceptor IKM : Sri Yusnita Inda Sari, dr., Msc

Preceptor Lapangan : Hikmat Gumelar, dr

Ketua Pelaksana : Dwika Audiyananda

Sekretaris &Bendahara : Anindita Laksmi

Sie. Acara : Farah Natasha

Sie. Humas, Publikasi : Kavitha Ramachandran

, Dekorasi,&Dokumentasi

Sie. Logistik, Transportasi : Arief Abidin

& Konsumsi

Pembicara : Dwika Audiyananda

Anindita Laksmi

Pembawa acara : Kavitha Ramachandran

Farah Natasha

Operator : Arief Abidin

Page 108: Laporan puskesmas buniwangi

108

3.4 Undangan Penyuluhan

Penyuluhan “MAHABHARATA” turut mengundang :

1. Kepala UPTD Puskesmas Buniwangi

2. Dosen Pembimbing Departemen IKM FK UNPAD

3. Dosen Pembimbing Lapangan di Puskesmas Buniwangi

4. Pegawai Puskesmas Buniwangi

5. Kepala Camat Kecamatan Surade

6. Kepala Desa Gunung Sungging

7. Tokoh masyarakat setempat

8. Ketua kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Buniwangi

9. Warga Desa Gunungsungging

3.4 Jadwal Perencanaan Kegiatan

Jadwal perencanaan kegiatan penyuluhan „MAHABHARATA’

Page 109: Laporan puskesmas buniwangi

109

TANGGAL Sabtu,23 Minggu,24 Senin, 25 Selasa, 26 Rabu,27 Kamis,28 Jumat,29 Sabtu,30

SEKSI

Acara - Buat list kebutuhan acara

- Ketemu promkes

- Bertemu dengan Kepala Desa/ RT setempat

- Survey lokasi penyuluhan

- cek ketersediaan logistik di tempat penyuluhan

- Print kuesioner

Pembuatan juklak juknis (tentatives) . perencanaan

alokasi waktu Bereskan menu planning

Re-evaluasi dan periksa lagi semua kesiapan pre acara

Hubungi kontak gunung

sungging untuk cek kesiapan tempat

Persiapan dan pelaksanaan

acara ! Insya Allah kita bisa ! - Penyusunan materi :

1) Slide 2) Menu Planning 3) Susun pamflet

Survey kuesioner

Analisis hasil

kuesioner

Pembagian flyers ke

warga

- Penyusunan Rundown

Publikasi, Dekorasi,Dokumentasi

- List kebutuhan dekorasi - Design plakat/certificate - Pembuatan flyers untuk disebar

- bereskan dekorasi pastikan ada kamera standby

Humas

Sekretaris - Penulisan laporan Pembuatan surat izin ( kop tanya TU)

Print daftar hadir + TTD

Logistik, transportasi - Terima list logistik dari

seksi lain - Tanya2 soal

akses ke gunung

sungging

Print menu planning

Pastikan ada transport

untuk acara Belanja door

prize

Konsumsi - List konsumsi Pesan konsumsi Tentukan door

prize

Bendahara - Membuat perencanaan budgeting + Uang KAS

Atur atur pengeluaran dan uang KAS

Page 110: Laporan puskesmas buniwangi

110

3.6 Susunan Acara

Susunan acara untuk kegiatan penyuluhan adalah sebagai berikut :

Tabel 65 Susunan Acara

No Waktu/durasi Acara

1 18.00 –19.00 (60‟) Persiapan Acara

2 19.00 – 19.30 (30‟) Pendaftaran+kegiatan skrining hipertensi dan

golongan darah+pemberian pamflet

3 19.30 – 19.50 (20‟) 1. Pembukaan Acara

2. Sambutan oleh Kepala Desa Gunungsungging

3. Sambutan oleh Kepala UPTD Puskesmas

Buniwangi

4. Sambutan oleh Ketua Pelaksana Acara

4 19.50 – 20.00 (10‟) Pretest

5 20.00– 20.20 (20‟) Penyuluhan “MAHABHARATA”

6 20.20 – 20.50 (30‟) Tanya jawab

7 20.50 – 21.00 (10‟) Post test

8 21.00 – 21.10 (10‟) Pembagian door prize dan pembagian plakat

3.7 Alat Bantu dan Bahan Penyuluhan

Dalam penyuluhan “ MAHABHARATA” ini digunakan alat bantu

penyuluhan seperti infocus, laptop, layar, sound system, mikrofon, digital

camera, meja, kursi, dan tikar.

Page 111: Laporan puskesmas buniwangi

111

Bahan penyuluhan yang digunakan adalah slide penyuluhan, video,

pamflet berisikan tentang definisi, faktor resiko, tanda-tanda, dan pencegahan

hipertensi, daftar hadir, serta soal pre test dan post test yang difotokopi

sebanyak 80 lembar

3.8 Rencana Anggaran

Berikut adalah rancangan anggaran pada penyuluhan

“MAHABHARATA” (Mari Hidup Bahagia Tanpa Darah Tinggi) :

Tabel 66 Rencana Pemasukan

No. Pemasukan Bilangan (Rp) Jumlah (Rp)

1. Iuran tiap anggota 5 x 110,000 550,000

Total 550,000

Tabel 67 Rencana Pengeluaran

No. Pengeluaran Jumlah Satuan Harga (Rp) Total (Rp)

Kesektariatan

1. Surat Undangan 45 Buah 150 3,750

2. Pulpen 5 lusin 12,000 60,000

Subtotal 63,750

Publikasi, Dekorasi, Dokumentasi

1 Spanduk 1 Buah 45,000 45,000

2. Pamflet penyuluhan 80 Lembar 300 24,000

3. Plakat 3 Lembar 1,000 3,000

4. Frame 3 Buah 10,000 30,000

5. Alat dan Bahan

Dekorasi

- - 79,000 79,000

Subtotal 181,000

Page 112: Laporan puskesmas buniwangi

112

No. Pengeluaran Jumlah Satuan Harga (Rp) Total (Rp)

Acara

1.

2.

3.

Formulir pre-

test&post-test

Kuesioner

Absensi

80

80

6

Buah

Buah

Buah

150

200

150

12,000

16,000

900

Subtotal 28,900

Konsumsi

1. 1 dus kecil snack 80 Buah 2,500 200,000

Subtotal 200,000

Logistik

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Proyektor

Microphone

Sound system

Layar kain

Laptop & Charger

Kursi

Karpet

Meja

1

2

1

1

2

30

4

4

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Transportasi

1. Bensin 5 liter 7,500 37,500

Subtotal 37,500

Total 511,150

Page 113: Laporan puskesmas buniwangi

113

BAB IV

EVALUASI KEBERHASILAN

4.1 Evaluasi Hasil Kegiatan

Evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan keberhasilan dari

pelaksanaan suatu program atau kegiatan dalam rangka menentukan apakah tujuan

yang telah ditetapkan sudah tercapai. Dengan melakukan evaluasi maka akan

dihasilkan umpan balik untuk program atau pelaksanaan kegiatan. Evaluasi

keberhasilan suatu program dinilai berdasarkan hal-hal berikut:

a. Evaluasi input dilihat dari man, money, material, method, dan market

b. Evaluasi proses yakni pada pelaksanaan program, penggunaan sumber

daya, dana, dan fasilitas lain.

c. Evaluasi dampak program untuk menilai sejauh mana program

memberi kesan terhadap peningkatan kesehatan masyarakat

4.2 Indikator Keberhasilan Kegiatan

Berdasarkan perencanaan kegiatan, indikator yang dapat digunakan

untuk mengevaluasi kegiatan penyuluhan dengan judul “ MAHABHARATA (

Mari Hidup Bahagia Tanpa Darah Tinggi) “ adalah sebagai berikut:

1. Input

a. Man

Semua dokter muda berpartisipasi dalam kegiatan pelatihan yang diadakan.

b. Money

Page 114: Laporan puskesmas buniwangi

114

Pengeluaran tidak melebihi rencana anggaran yang sudah dibuat.

c. Material

Terdapat tempat kegiatan yang dapat menampung sekitar 50 orang peserta serta

mudah dijangkau oleh warga sekitar. Tersedia sarana prasarana yang dibutuhkan

dan berfungsi dengan baik sebelum acara dimulai.

d. Method

Materi penyuluhan berupa slide,gambar, video serta pamflet yang akan digunakan

sudah siap dan dapat terbaca dengan mudah.

e. Market

Undangan dan pemberitahuan dilakukan maksimal 3 hari sebelum

dilaksanakannya kegiatan. Jumlah peserta yang hadir minimal 50 orang.

2. Proses

a. Terdapat susunan acara agar kegiatan penyuluhan dapat berjalan rapih dan

teratur.

b. Terdapat susunan kepanitiaan dengan deskripsi tugas masing-masing

panitia

c. Seluruh peserta datang tepat waktu seperti yang disesuaikan pada undangan

atau toleransi keterlambatan maksimal 15 menit.

d. Kegiatan berjalan sesuai jadwal yang sudah direncanakan dan ditetapkan

sebelumnya.

e. Respon yang positif dari para peserta kegiatan penyuluhan terhadap acara

yang dapat terlihat dari lancar dan tertibnya kegiatan serta pertanyaan pada

sesi tanya jawab.

Page 115: Laporan puskesmas buniwangi

115

f. Seluruh peserta kegiatan penyuluhan yang hadir mendapatkan soal pre test,

post test, pamflet, dan konsumsi.

g. Seorang panitia ada yang bertugas sebagai pengatur atau pengingat waktu

sehingga kegiatan berjalan sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan.

3. Output (keluaran)

Terdapat peningkatan tingkat pengetahuan peserta kegiatan mengenai

hipertensi. Peningkatan pengetahuan diukur dengan membandingkan hasil

nilai pre-test dan post-test.

4.3 Hasil Evaluasi Program

Setelah dilakukan proses evaluasi, maka didapatkan hasil berikut:

1. Input

a. Man

Semua dokter muda berpartisipasi dalam kegiatan dan menjalankan tanggung

jawabnya dengan baik.

b. Money

Pengeluaran yang dibelanjakan untuk kegiatan penyuluhan tidak melebihi

pemasukan yang diterima.

c. Material

Tempat kegiatan dilaksanakannya penyuluhan mudah dijangkau oleh sasaran dan

dapat menampung peserta dengan kapasitas sebanyak 50 orang. Sarana dan

prasarana yang ada dapat digunakan dengan baik selama jalannya kegiatan

penyuluhan.

Page 116: Laporan puskesmas buniwangi

116

d. Method

Kegiatan pengukuran tekanan darah serta pemeriksaan golongan darah

berjalan dengan tertib dan dimulai 1 jam sebelum kegiatan dilaksanakan.

Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan slide materi, gambar, video serta

pamflet yang dibuat sebelum kegiatan dan menampilkan banyak ilustrasi sehingga

memudahkan pemahaman peserta.

e. Market

Undangan diberikan kepada kepala desa, RT/RW setempat, kader kesehatan, serta

tokoh masyarakat lain H-5 sebelum dilaksanakannya kegiatan. Jumlah peserta

yang hadir ke kegiatan penyuluhan melebihi target yaitu 104 orang.

2. Proses

a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan susunan acara yang telah

dibuat.

b. Terdapat susunan kepanitiaan dengan deskripsi tugas masing-masing

panitia.

c. Seluruh peserta kegiatan penyuluhan datang sebelum acara dimulai, hanya

sekitar 10 orang yang terlambat 10 menit setelah kegiatan berjalan

d. Acara terlaksana sesuai jadwal, kesenjangan maksimal 5 menit.

e. Peserta kegiatan penyuluhan tertib selama jalannya acara dan terdapat 15

pertanyaan yang diajukan oleh peserta.

f. Seluruh peserta yang hadir mendapatkan pamflet dan konsumsi. Namun

panitia hanya menyediakan soal pre-test dan soal post-test sebanyak 70

lembar sehingga ada peserta yang tidak mendapatkan soal.

Page 117: Laporan puskesmas buniwangi

117

g. Terdapat seorang panitia bertugas sebagai pengingat waktu untuk

memastikan kegiatan berlangsung sesuai dengan jadwal yang sudah

dibuat.

3. Output (keluaran)

Pada awal penyuluhan, peserta mengerjakan soal pre-test. Setelah

kegiatan penyuluhan, terdapat perubahan antara hasil pre-test dengan post-test.

Evaluasi output dilakukan dengan mengukur peningkatan pengetahuan

pesertaterhadap Hipertensi melalui perbandingan hasil pre-test serta post-test.

Soal pre-test dikerjakan oleh 70 orang dan soal post-test oleh 59 orang.

Kurangnya tenaga kerja untuk membantu peserta penyuluhan yang buta huruf

menyebabkan 11 orang tidak mengikuti post-test.

Tabel 68 Hasil Pre-test dan Post-test

Pre-test Post-test

Jumlah Peserta 70 59

Nilai Minimum 50 70

Nilai Maksimum 80 100

Rerata 6.77 8.53

Merujuk tabel dibawah, nilai pre-test dan post-test terlihat adanya

peningkatanpengetahuan peserta terhadap hipertensi dengan nilai sebesar 49 poin

(83,05%) setelah mengikuti program penyuluhan.

Page 118: Laporan puskesmas buniwangi

118

Tabel 69 Perubahan Nilai antara Pre-test dengan Post-test

Perubahan Jumlah Peserta Persentase(%)

Nilai naik 49 83.05

Nilai tetap 8 13.56

Nilai turun 2 3.3

Untuk menilai kenaikan nilai peserta antara pre-test dan post-test secara

bermakna, maka diuji normalitas pada data yang terkumpul, hasil yang didapatkan

bahwa distribusi data pre-test dan post-test tidak normal maka dari itu dilakukan

Wilcoxon-Signed Ranked Test. Dari test tesebut didapatkan nilai signifikansi

sebesar 0,000. Oleh karena nilai P kurang dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa

terdapat peningkatan nilai post-test secara signifikan dari pre-test. Dari hasil

tersebut, dapat dikatakan bahwa peserta telah menyerap materi yang disampaikan

dengan baik.

Kegiatan dikatakan berhasil jika 11 dari 13 indikator keberhasilan tercapai.

Kegiatan yang dilaksanakan telah memenuhi kesemua 13 indikator keberhasilan

sehingga kegiatan penyuluhan ini dapat dikatakan berhasil.

Page 119: Laporan puskesmas buniwangi

119

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan

Setelah didapatkan hasil evaluasi, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan

penyuluhan dengan judul “ MAHABHARATA ( Mari Hidup Bahagia Tanpa

Darah Tinggi)” berhasil karena semua indikator keberhasilan dapat terpenuhi.

Berdasarkan rata-rata nilai pre test dan post test juga terdapat adanya peningkatan

yang bermakna dari peserta kegiatan terhadap pengetahuan mengenai penyakit

hipertensi.

5.2 Rekomendasi

1. Kader dapat berbagi informasi mengenai penyakit hipertensi dengan

masyarakat sekitarnya.

2. Kegiatan penyuluhan seperti ini dapat diadakan di desa lain di wilayah

puskesmas Buniwangi, terutama desa-desa yang aksesnya jauh dari Puskesmas.

3. Kegiatan penyuluhan bisa dilakukan secara berkelanjutan oleh pihak

Puskesmas diwakili oleh bagian Promosi Kesehatan dibantu oleh kader setempat,

karena untuk mengubah perilaku dan meningkatkan kesadaran masyarakat

dibutuhkan penyuluhan lebih dari satu kali.

Page 120: Laporan puskesmas buniwangi

120

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Dalam:

Lembaran Negara RI Jakarta2009.

2. World Health Organization. Definition of Health2013 24 Agustus 2014 30

Agustus 2014]. Available from:

<http://www.who.int/about/definition/en/print.html%3E.

3. Indonesia MKR. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.857 Tentang Penilaian Kinerja SDM Kesehatan In: Depkes, editor.

Jakarta2009.

4. Wiwaha G. Siklus Pemecahan Masalah Modul Program Studi Profesi

Dokter Ilmu Kesehatan Masyarakat.Bandung Fakultas Kedokteran

Universitas Padjadjaran; 2013.

5. World Health Organization. Definition of Public Health24 Agustus 2014

30 Agustus 2014]. Available from:

<http://www.who.int/trade/glossary/story076/en/

<http://www.who.int/trade/glossary/story076/en/%3E.

6. Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat. Modul Program Studi Profesi

Dokter Ilmu Kesehatan Masyarakat: Fakultas Kedokteran Universitas

Padjadjaran; 2013.

7. Profil Kesehatan UPTD Buniwangi. Kabupaten Sukabumi2013.

8. Djuhaeni H. Memahami Puskesmas dengan Pendekatan Sistem. Modul

Program Studi Profesi Dokter Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung:

Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran; 2013.

9. Setiawati E. Sistem Informasi Puskesmas. Modul Program Studi Profesi

Dokter Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Fakultas Kedokteran

Universitas Padjadjaran; 2013.

10. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor: 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan

Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. In: Depkes, editor. Jakarta2004.

11. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Pedoman Instrumen Penilaian

Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat. In: Barat DKPJ, editor. Bandung:

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat; 2012.

12. Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi: Seksi Penyehatan Lingkungan

Pemukiman. Petunjuk Teknis Kegiatan Kesehatan Lingkungan dan Klinik

Sanitasi untuk Puskesmas. Sukabumi2007.

13. Trihono. ARRIMES, Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat.

Jakarta: Sagung Seto; 2005.

14. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Pedoman Instrumen Penilaian

Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat. In: Barat DKPJ, editor. Bandung:

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat; 2013.

15. Kaplan N. Systemic Hypertension : Therapy. Braunwald's Heart Disease.

9th ed: Elsevier Saunders; 2012. p. 955-73.

16. World Health Organization. A global brief on hypertension2013 24

Agustus 2014 30 Agustus 2014].

Page 121: Laporan puskesmas buniwangi

121

17. Longo F, Kasper. Harrison's Principle of Internal Medicine. New York:

Mc Graw Hill; 2012.

18. Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rieka

Cipta; 2007.

19. World Health Organization. Global status report on noncommunicable

diseases 2010 24 Agustus 2014 30 Agustus 2014].

20. Lily S.L, editor. Pathophysiology Heart Disease. 4th ed. Philadelphia:

Lippincott Williams & Wilkins; 2007.

21. Libby P, Eugene Braunwald. Braunwald's Heart Disease : A Textbook of

Cardiovascular Medicine. 8th ed. Philadephia: Elsevier Saunders; 2008.

22. Intan N. Prinsip dasar program olahraga kesehatan2012.

23. Fawzani N. Terapi Berhenti Merokok: MAKARA Kesehatan; 2005.

24. Askes. Panduan Gaya Hidup Sehat2012.

s