Laporan puskesmas buniwangi
-
Upload
dwika-audiyananda -
Category
Healthcare
-
view
3.711 -
download
7
Transcript of Laporan puskesmas buniwangi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sehat merupakan hak setiap individu. Hal ini sesuai dengan UU Kesehatan
No 36 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa kesehatan merupakan hak asasi
manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan, sesuai dengan
cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.1 Sementara
definisi sehat itu sendiri menurut WHO yaitu suatu keadaan yang sempurna baik
fisik, mental, maupun sosial, yang tidak hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan.2
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting agar manusia dapat
bertahan hidup dan beraktivitas. Pentingnya kesehatan ini mendorong pemerintah
untuk mendirikan layanan kesehatan, agar masyarakat dapat mengakses
kebutuhan kesehatan. Layanan kesehatan salah satu jenis layanan publik
merupakan ujung tombak dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Salah satu
layanan kesehatan yang didirikan oleh pemerintah adalah Puskesmas.3
Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan
dengan wilayah kerja tingkat kecamatan. Untuk menjangkau wilayah kerjanya
2
puskesmas diperkuat dengan puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan untuk
daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, puskesmas dilengkapi dengan
fasilitas rawat inap. Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya
kesehatan per orangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang ditinjau dari Sistem
Kesehatan Nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.3
Namun, dalam pelaksanaannya masih banyak terjadi masalah-masalah
yang dapat menghambat puskesmas berfungsi maksimal. Masalah-masalah
tersebut dapat memengaruhi pemanfaatan puskesmas yang pada ujungnya
berpengaruh pada status kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Untuk
mencapai suatu penyelesaian masalah, maka diperlukan serangkaian kegiatan
yang sistematis, terstruktur, dan berkesinambungan, yang disebut dengan siklus
pemecahan masalah. Siklus pemecahan masalah ini sangatlah diperlukan guna
meningkatkan derajat kesehatan dan dipelajari oleh suatu cabang ilmu yaitu Ilmu
Kesehatan Masyarakat.4
Menurut WHO, Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah semua tindakan
terorganisir yang dilakukan oleh publik maupun swasta untuk mencegah penyakit,
meningkatkan kesehatan dan memperpanjang angka harapan hidup pada populasi
secara keseluruhan. Kegiatannya bertujuan untuk menyediakan kondisi di mana
orang bisa sehat dan fokus pada seluruh populasi, bukan pada individu atau
penyakit.5
Program Studi Profesi Dokter Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat
bertujuan untuk melatih dokter muda untuk mengelola upaya kesehatan
masyarakat pada sarana pelayanan primer dengan pendekatan sistem dan sesuai
3
standar kompetensi dokter Indonesia (SKDI) melalui komunikasi secara efektif
dengan sejawat, profesi lain dan masyarakat, menerapkan konsep dan prinsip ilmu
perilaku dan kesehatan masyarakat, menilai efektivitas suatu upaya kesehatan
dengan pendekatan siklus pemecahan masalah, mengelola upaya-upaya kesehatan
masyarakat berdasarkan fungsi-fungsi manajemen, menggerakkan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam upaya kesehatan, mengelola data untuk mendapatkan
dan memanfaatkan informasi kesehatan yang mutakhir, bekerjasama secara efektif
baik secara individual maupun kelompok, serta memahami tanggung jawab
hukum dan etika berkaitan dengan upaya kesehatan masyarakat.6
1.2 Puskesmas
1.2.1 Profil Puskesmas
Puskesmas Buniwangi terletak di Jalan Raya Cibungur No. 2, Desa
Buniwangi, Kecamatan Surade, Sukabumi. Puskesmas Buniwangi adalah
puskesmas berjenis Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang disertai dengan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) tanpa fasilitas rawat
inap.
1.2.2 Visi dan Misi Puskesmas
Visi dari Puskesmas Buniwangi adalah “Menjadikan Puskesmas bermutu
dan berkualitas dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat demi
terwujudnya Millenium Development Goals (MDGs) Kabupaten Sukabumi Sehat
2015” dengan misi7:
4
1. Menggerakkan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di wilayah
Puskesmas Buniwangi
2. Mendekatkan Pelayanan Kesehatan pada masyarakat
3. Mendorong kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat.
1.2.3 Gambaran Wilayah Kerja Puskesmas
Puskesmas Buniwangi merupakan puskesmas yang terletak di kecamatan
Surade, yaitu suatu kecamatan yang terletak di selatan dengan jarak kurang lebih
70 kilometer dari ibukota Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan wilayah kerjanya
terdiri dari 5 desa, yaitu Desa Pasir Ipis, Desa Buniwangi, Desa Cipeundey, Desa
Gunungsungging, dan Desa Sukatani. Desa Pasir Ipis merupakan desa yang paling
dekat dengan Puskesmas Buniwangi. Desa Pasir Ipis, Desa Buniwangi, Desa
Cipendeuy dan Desa Gunungsungging dapat dicapai dengan kendaraan roda dua
dan roda empat walaupun akses jalan sedikit terhambat karena jalan rusak. Desa
Sukatani merupakan desa yang memiliki jarak terjauh dari Puskesmas Buniwangi,
kendala untuk mencapai Desa Sukatani adalah terdapat Sungai Cipamarangan
yang belum mempunyai jembatan secara permanen, sehingga kendaraan roda 4
harus melewati sungai. Akses jalan ke Sukatani juga rusak dan bergelombang.7
Puskesmas Buniwangi mempunyai wilayah kerja dengan luas wilayah
6.266,73 hektar dan banyak terdapat sawah, ladang, hutan serta sungai dan pantai.
Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Buniwangi adalah7 :
a. Selatan : Samudera Indonesia
5
b. Barat : Kecamatan Ciracap
c. Timur : Cibitung
d. Utara : Puskesmas Surade Kecamatan Surade
Gambar 1 Peta Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Buniwangi
1.2.4 Struktur Organisasi
Struktur organisasi di UPTD Puskesmas Buniwangi disusun berdasarkan
Peraturan Bupati Nomor 65/Tahun 2012
6
Gambar 2 Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Buniwangi Tahun 2013
1.3 Analisis Puskesmas Buniwangi Menggunakan Pendekatan Sistem
Analisis situasi Puskesmas Buniwangi dilakukan dengan cara pendekatan
sistem. Pendekatan sistem merupakan suatu upaya untuk melakukan pemecahan
masalah dengan melihat masalah yang ada secara menyeluruh dan selanjutnya
melakukan analisis secara sistem melalui analisis masukan (input), proses,
pengeluaran (output), balikan serta faktor yang mempengaruhi.8
7
1.3.1 Analisis Masukan (Input) Puskesmas
Masukan (input) merupakan kumpulan elemen yang terdapat dalam sistem
yang diperlukan agar suatu sistem dapat berfungsi. Masukan Puskesmas terdiri
dari berbagai sumber daya, yaitu Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan
prasarana, dana, Sistem Informasi Puskesmas, program, dan masyarakat sebagai
sasaran.8
1.3.1.1 Sumber Daya Manusia (Man)
Tenaga kerja di Puskesmas dibagi menjadi dua, yaitu pertama, tenaga
kesehatan, seperti dokter, dokter gigi, perawat, bidan, analis, tenaga laboratorium,
sanitarian, dan lain sebagainya. Kedua, tenaga non-kesehatan antara lain tenaga
administrasi dan manajer lainnya.8
Tabel 1 Daftar Tenaga Kerja di UPTD Puskesmas Buniwangi 2013
Jenis tenaga Jumlah Status
Kepala Puskesmas 1 PNS
Dokter Umum 1 Pegawai Harian Lepas
Perawat Gigi 1 Pegawai Harian Lepas
Perawat Umum 1 PNS
7
1
Pegawai Harian Lepas
Sukarelawan
Bidan 4 PNS
5 Pegawai Harian Lepas
2 PTT
4 Sukarelawan
8
Jenis Tenaga
Jumlah
Status
Administrasi
Juru Malaria
Sanitarian
Apoteker
3
1
2
1
1
1
PNS
Pegawai Harian Lepas
Sukarelawan
Pegawai Harian Lepas
PNS
Pegawai Harian Lepas
Pengemudi 1 Sukarelawan
Kebersihan
Penjaga
1
1
Sukarelawan
Sukarelawan
Jumlah 39
Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah total SDM di Puskesmas Buniwangi
sebanyak 39 orang yang terbagi menjadi 10 orang tenaga kesehatan dan 29 orang
tenaga non-kesehatan. Jumlah sumber daya manusia di Puskesmas Buniwangi
tidak cukup, Puskesmas Buniwangi tidak memiliki juru jentik, dokter gigi, tenaga
laboratorium dan nutrisionis. Sebagian besar dari tenaga kerja yang memiliki
tugas rangkap sehingga kinerja kurang optimal.
1.3.1.2 Sarana dan Prasarana Kesehatan (Machine)
Puskesmas Buniwangi terdiri atas 2 bangunan, yaitu 1 gedung puskesmas
dan 1 gedung Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) yang
terletak di belakang gedung puskesmas. Gedung Puskesmas terdiri dari 1 lantai
dan terbagi 14 ruangan. Secara keseluruhan bangunan dalam keadaan baik.
9
Sirkulasi udara dan pencahayaan pada setiap ruangan baik, masing-masing
ruangan terdapat jendela dengan jumlah yang cukup sehingga udara dapat keluar
dan masuk dan ruangan terlihat terang.
Gedung PONED terdiri dari 1 lantai yang terbagi menjadi 6 ruangan.
Gedung PONED dalam kondisi yang baik namun kurang terawat sehingga dari
segi kebersihannya kurang baik.
Tabel 2 Jumlah dan Kondisi Peralatan UPTD Puskesmas Buniwangi Tahun
2013 No. Jenis Peralatan
Kesehatan
Puskesmas Puskesmas Pembantu
Berfungsi Tidak
Berfungsi
Tidak
Ada
Berfungsi Tidak
Berfungsi
Tidak
Ada
1. Hb Meter 0 - - 1 - -
2. Bidan Kit 1 - - 0 - -
3. KB Kit 0 - - 0 - -
4. Timbangan Kit 1 - - 1 - -
5. Timbangan bayi
baru lahir
0 - - 1 - -
6. Timbangan bayi
kodok/duduk
1 - - 1 - -
7. Tensimeter 2 2 - 1 - -
10
No Jenis Peralatan
Kesehatan
Puskesmas Puskesmas Pembantu
Berfungsi Tidak
Berfungsi
Tidak
Ada
Berfungsi Tidak
Berfungsi
Tidak
Ada
8. Stestoskop
monocular
1 - - 1 - -
9. Stetoskop
binocular
1 - - 1 - -
10. BP set 0 - - 1 - -
11. PHN kit 1 - - 0 - -
12. Tes kunjungan
rumah
0 - - 0 - -
13. SHK 0 - - 0 - -
14. Set klinik gigi
lapangan
0 - - 0 - -
15. Dental kit/unit 0 - - 0 - -
16. Kadar set gigi 0 - - 0 - -
17. UKGS kit 1 - - 0 - -
18. Set art gigi 0 - - 0 - -
19. Pengukur tinggi
badan bayi
1 - - 1 - -
11
No Jenis Peralatan
Kesehatan
Puskesmas Puskesmas Pembantu
Berfungsi Tidak
Berfungsi
Tidak
Ada
Berfungsi Tidak
Berfungsi
Tidak
Ada
21. Pengukur lingkar
lengan bayi
1 - - 0 - -
22. Pengukur lingkar
kepala bayi
1 - - 0 - -
23. Puskesmas
pembantu kit
0 - - 1 - -
24. Timbangan dacin 0 - - 0 - -
25. Pos kesehatan kit 0 - - 0 - -
26. Poliklinik set 0 - - 0 - -
27. Immunisasi kit 0 - - 1 - -
28. Thermos 5 - - 1 - -
29. Lemari es 0 - - 0 - -
30. Vaccine carrier 5 - - 1 - -
31. Freezer 1 - - 1 - -
32. Sterilisator 1 rak 0 - - 0 - -
33. Sterilisator 2 rak 1 - - 0 - -
12
No Jenis Peralatan
Kesehatan
Puskesmas Puskesmas Pembantu
Berfungsi Tidak
Berfungsi
Tidak
Ada
Berfungsi Tidak
Berfungsi
Tidak
Ada
35. Cold pack orange 0 - - 5 - -
36. Cold pack putih
kecil
0 - - 3 - -
37. Cold pack putih
besar
18 - - 0 - -
38. Kolera kit 0 - - 0 - -
39. Frambusia kit 0 - - 0 - -
40. Set mikroskop 1 - - 0 - -
41. Set pemeriksaan
Hematologi/darah
0 - - 0 - -
42. Set pemeriksaan
urin
0 - - 0 - -
43. Set pemeriksaan
air sederhana
0 - - 0 - -
44. Set rujukan lab 1 - - 0 - -
45. Otoklaf sterilisasi 0 - - 0 - -
46. Set sanitarian kit 1 - - 0 - -
13
No Jenis Peralatan
Kesehatan
Puskesmas Puskesmas Pembantu
Berfungsi Tidak
Berfungsi
Tidak
Ada
Berfungsi Tidak
Berfungsi
Tidak
Ada
48. Wireless 0 - - 0 - -
49. Radio cassette 0 - - 0 - -
50. Standard flip
chart
0 - - 0 - -
51. Panel board 1 - - 0 - -
52. Slide proyektor 0 - - 0 - -
53. Light meter untuk
UKS
1 - - 0 - -
54. Megaphone 0 - - 0 - -
55. LCD Proyektor 0 - - 0 - -
56. OHP 1 - - 0 - -
57. Screen/Layer 0 - - 0 - -
58. Televisi 1 - - 0 - -
59. DVD/VCD Player 0 - - 0 - -
60. Laptop 3 - - 0 - -
61. Dekstop TV 0 - - 0 - -
14
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Buniwangi 2013
No Jenis Peralatan
Kesehatan
Puskesmas Puskesmas Pembantu
Berfungsi Tidak
Berfungsi
Tidak
Ada
Berfungsi Tidak
Berfungsi
Tidak
Ada
63. Kamera Foto 0 - - 0 - -
64. Genset 0 - - 0 - -
65. Hands
Instrumental
Dental
0 - - 0 - -
66. Sterilisator Basah 0 - - 0 - -
67. Sterilisator Kering 0 - - 0 - -
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
Sound Timer
Oksigen
Concentrator
Mikrotoise
Food Model
Object Glass/slide
Rak pewarnaan
Lain-lain
0
0
0
0
5
1
0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0
0
0
0
0
0
0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
15
Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa Puskesmas Buniwangi masih
kekurangan alat-alat baik itu alat kesehatan maupun alat non-kesehatan, seperti
alat nebulizer. Pegawai puskesmas juga sering membawa peralatannya sendiri
seperti laptop untuk mengerjakan tugas puskesmas. Puskesmas Buniwangi
memiliki satu kendaraan mobil sebagai puskesmas keliling dan 7 buah motor.
Semua kendaraan dalam keadaan baik.
1.3.1.3 Dana (Money)
Puskesmas Buniwangi memiliki sumber dana yang berasal dari APBN
(Bantuan Operasional Kesehatan, Jampersal dan Jamkesmas) dan APBD Provinsi
(retribusi dan dana untuk program kesehatan). Retribusi akan disetorkan kepada
Kas Daerah setiap bulan dan akan dikembalikan sesuai dengan alokasi anggaran
yang telah ditentukan pada awal tahun.
Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) merupakan subsidi
pemerintah untuk biaya operasional puskesmas. Setiap bulan, puskesmas
membuat proposal kegiatan dengan rincian biaya lalu dikirimkan ke dinas
kesehatan, apabila proposal disetujui oleh dinas kesehatan maka dana akan
diberikan. Jampersal atau Jaminan Pesalinan adalah jaminan yang diberikan oleh
pemerintah untuk ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya, membantu pada
saat persalinan, pelayanan pada masa nifas, pelayanan keluarga berencana setelah
persalinan dan pelayanan bagi bayi yang baru lahir
Jamkesmas atau Jaminan Kesehatan Masyarakat adalah program bantuan
sosial yang diselenggarakan secara nasional untuk pelayanan kesehatan bagi
16
masyarakat miskin. Setiap bulan puskesmas mencatat jumlah pasien Jamkesmas
yang mendapat pelayanan, data tersebut kemudian dikirimkan ke dinas kesehatan
untuk mendapat klaim.
Tabel 3 Anggaran Kesehatan Di UPTD Puskesmas Buniwangi Tahun 2013
No. Sumber Dana Alokasi (Rp) Realisasi (Rp) %
1. Retribusi 94.450.000 202.967.000 >100
2. APBD Provinsi
- Pengembangan gedung
poned mampu dan Alkes
Buniwangi
870.175.000 870.175.000
100
3. APBN
Jamkesmas 43.436.000 43.436.000 100
Jampersal 150.540.000 150.540.000 100
BOK 74.207.000 74.207.000 100
Sumber: Profil UPTD Puskesmas Buniwangi Tahun 2013
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar dana kesehatan Puskesmas
Buniwangi tahun 2013 berasal dari APBN. Dana kesehatan yang berasal dari
retribusi yang berasal dari pelayanan kesehatan puskesmas sendiri telah melebihi
target yang ditetapkan.
1.3.1.4 Sistem Informasi Puskesmas (Method)
Sistem Informasi Puskesmas adalah tatanan yang menyediakan informasi
untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam melaksanakan manajemen
Puskesmas untuk mencapai berbagai sasaran yang telah ditetapkan. Sistem
Informasi Puskesmas bertujuan untuk meningkatkan kualitas manajemen
17
Puskesmas agar berhasil guna dan berdaya guna, melalui pemanfaatan secara
optimal data, sistem pencatatan dan pelaporan Puskesmas (SP3) serta informasi
lain yang menunjang.9 Sub sistem informasi yang terdapat di Puskesmas
Buniwangi terdiri dari rekam medis dan laporan yang terdiri dari laporan bulanan,
triwulan dan laporan tahunan.
1.3.1.4.1 Rekam Medis
Rekam medis adalah sistem informasi kesehatan individu, yang dimulai
dari pencatatan pelayanan kesehatan pasien, penanganan berkas, penyimpanan
dan pemanfaatan informasi yang bertujuan menunjang tercapainya tertib
administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan.9
Hal pertama yang dilakukan pasien saat tiba di Puskesmas Buniwangi
adalah mendaftar di loket pendaftaran. Setelah itu, pasien akan dipisahkan sesuai
dengan pelayanan yang dibutuhkannya, yaitu pelayanan BP umum, KIA/KB &
MTBS, atau BP gigi. Kemudian, pasien akan masuk ke ruang pemeriksaan dan
petugas akan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, atau pemeriksaan lanjutan
bila diperlukan. Segala tindakan yang dilakukan kepada pasien akan dicatat ke
dalam rekam medis secara manual.
Rekam medis tersebut akan disimpan dengan cara dikelompokkan sesuai
dengan cara pembayaran pasien, yaitu retribusi dan BPJS. Lalu masing-masing
dari kelompok tersebut, rekam medis akan diurutkan sesuai dengan abjad nama
pasien.
18
1.3.1.4.2 Laporan Bulanan dan Laporan Tahunan
Puskesmas Buniwangi memiliki laporan bulanan, laporan triwulan,dan
laporan tahunan yang harus dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi.
1.3.1.4.2.1 Pencatatan Puskesmas
Pencatatan puskesmas terdiri dari 2 kelompok besar, yaitu pencatatan di
dalam gedung puskesmas dan pencatatan di luar gedung puskesmas. Pencatatan di
dalam gedung puskesmas adalah pencatatan terhadap kegiatan di dalam gedung
puskesmas yang menggunakan Kartu Tanda Pengenal Keluarga, Kartu Status
Perorangan, dan beberapa buku register. Pencatatan di luar gedung puskesmas
menggunakan beberapa buku register yang dilakukan oleh kader, posyandu,
puskesmas pembantu, dan bidan.9
Program puskesmas yang memiliki pencatatan di dalam dan luar gedung
adalah program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB),
Upaya Perbaikan Gizi Keluarga, Upaya Pengendalian Penyakit Menular (P2M),
serta Promosi Kesehatan dan Kesehatan Lingkungan. Hasil kegiatan dalam dan
luar gedung puskesmas akan disatukan dalam satu laporan yang akan dilaporkan
ke Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi. Sistem pencatatan di Puskesmass
Buniwangi memiliki kelemahan, yaitu kurangnya tenaga kerja untuk
merekapitulasi data-data yang ada di puskesmas.
1.3.1.4.2.2 Pelaporan Puskesmas
Data - data yang telah dikumpulkan akan dilaporkan secara berkala yaitu
sebulan sekali, 3 bulan sekali dan satu tahun sekali. Laporan bulanan dilaporkan
19
ke Dinas Kesehatan selambat-lambatnya tanggal 5, sementara laporan tahunan di
laporkan selambat-lambatnya awal bulan. Laporan bulanan meliputi:
a. Laporan kesakitan menggunakan LB1
b. Laporan pemakaian dan permintaan obat menggunakan LB2
c. Laporan kegiatan KIA,Gizi, Imunisasi dan Pengendalian Penyakit Menular
(P2M) menggunakan LB3
d. Laporan berbagai kegiatan puskesmas lainnya menggunakan LB4
Laporan triwulan dilaporkan kepada Dinas Kesehatan setiap tiga bulan
sekali. Laporan triwulan pada Puskesmas Buniwangi, meliputi :
a. Laporan Kesehatan Jiwa
b. Laporan Penyakit Kusta
c. Laporan Kesehatan Gigi dan Mulut
d. Laporan Laboratorium
Laporan tahunan meliputi :
a. Data dasar puskesmas menggunakan LT1
b. Data kepegawaian puskesmas menggunakan LT2
c. Data peralatan puskesmas menggunakan LT3
20
Gambar 3 Alur Pelaporan UPTD Puskesmas Buniwangi Tahun 2013
1.3.1.5 Program (Material)
Puskesmas Buniwangi memiliki 2 program yaitu program wajib
puskesmas dan program pengembangan puskesmas. Program wajib terdiri dari 6
program pokok, yaitu Upaya Promosi Kesehatan, Upaya Kesehatan Lingkungan,
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak, serta Keluarga Berencana, Upaya Perbaikan Gizi
Masyarakat, Upaya Penanggulangan Penyakit Menular (P2M), dan Upaya
Pengobatan.
21
Program pengembangan puskesmas merupakan jenis upaya kesehatan
pengembangan yang dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang
telah ada, atau upaya inovasi yang dikembangkan sendiri. Adapun program
pengembangan Puskesmas Buniwangi, yaitu:
1. Upaya Unit Kesehatan Sekolah
2. Upaya Penanggulangan HIV/AIDS
3. Upaya Penanggulangan Malaria
4. Upaya Penanggulangan Filariasis
5. Upaya Penanggulangan Kusta
6. Upaya Kesehatan Indra
7. Upaya Program Lansia
8. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
9. Upaya Penanggulangan Rabies
10. Upaya Kesehatan Jiwa
1.3.1.6 Masyarakat (Market)
Suatu analisis kependudukan diperlukan karena akan berkaitan dengan
status kesehatan dan potensi masalah yang akan timbul pada suatu wilayah kerja.
Wilayah kerja Puskesmas Buniwangi meliputi wilayah 5 desa, yaitu Desa
Buniwangi, Desa Pasir Ipis, Desa Cipendeuy, Desa Gunungsungging, dan Desa
Sukatani. Data kependudukan mencakup jumlah penduduk berdasar jenis kelamin,
usia, tingkat pendidikan penduduk, pertumbuhan dan persebaran penduduk, mata
pencaharian penduduk, dan kepemilikan jaminan pemeliharaan kesehatan.
22
Tabel 4 Estimasi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Buniwangi Tahun 2013 No Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah Penduduk
1 Pasir Ipis 5,821 5,939 11,760
2 Buniwangi 5,250 5,318 10,568
3 Cipeundeuy 2,073 2,126 4,199
4 Gn. Sungging 2,961 2,942 5,903
5 Sukatani 944 1,806 3,750
Jumlah 18,049 18,131 36,180
Sumber: Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Buniwangi tahun 2013
Tabel 5 Estimasi Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Buniwangi Tahun 2013
Desa
Jumlah Penduduk
0-4 5-14 15-44 45-64 ≥65
Pasir Ipis 775 2,853 4,184 3,340 608
Buniwangi 717 3,276 3,351 2,785 439
Cipeundeuy 410 1,000 1,328 1,065 396
Gn. Sungging 383 1,023 1,877 2,303 317
Sukatani 314 794 1,299 1,055 288
Jumlah (n) 2,599 8,946 12,039 10,548 2,048
Persentase (%) 7.18 24.72 33.28 29.15 5.66
Sumber: Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Buniwangi tahun 2013
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah perempuan lebih banyak daripada
laki-laki dengan perbandingan 1:1.004. Tabel 5 menunjukkan bahwa penduduk
23
usia 15-44 tahun lebih dominan dibandingkan kelompok usia lainnya dengan
jumlah sebesar 33.28%. Standar Nasional Pelayanan Puskesmas yang tertulis
dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.128/Menkes/SK/II/2004, menetapkan
setiap puskesmas melayani 30,000 jiwa penduduk.10
Namun, jumlah seluruh
penduduk yang berada di wilayah kerja Puskesmas Buniwangi adalah 36.180
jiwa, sehingga jumlah penduduk yang harus dilayani oleh Puskesmas Buniwangi
melebihi standar dari Menteri Kesehatan.
Gambar 4 Jumlah Penduduk Usia 10 tahun ke Atas Menurut Tingkat
Pendidikan yang Ditamatkan di Wilayah Kerja Puskesmas
Buniwangi Tahun 2013
Sumber: Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Buniwangi tahun 2013
Dari gambar 4 menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Buniwangi merupakan lulusan SD. Hal ini dapat
Tidak/Belum Sekolah;
1604
Tidak/Belum Tamat
SD/MI, 2916
Tamat SD/MI, 6422
Tamat SLTP/MTs,
1405
Tamat SLTA/SMK/MA, 1036
Tamat AK, 190
24
menyebabkan sulitnya komunikasi dengan masyarakat dan kurangnya
kemampuan untuk menerima pengetahuan tentang kesehatan.
Gambar 5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Wilayah
Kerja Puskesmas Buniwangi Tahun 2013
Sumber: Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Buniwangi tahun 2013
Mayoritas penduduk yang tinggal pada wilayah kerja Puskesmas
Buniwangi bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini mungkin berpengaruh
pada penghasilan yang rendah sehingga dapat berpengaruh pada status kesehatan
juga. Penghasilan yang rendah juga bisa menunjukkan rendahnya tingkat
pendidikan sehingga dapat berpengaruh kepada pengetahuan mereka tentang
kesehatan.
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
25
Gambar 6 Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Menurut
Desa di UPTD Puskesmas Buniwangi Tahun 2013
Gambar 6 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk tidak memiliki
jaminan pemeliharaan kesehatan, yaitu sekitar 58%. Sementara pemegang
jaminan pemeliharaan kesehatan yang paling banyak adalah jenis Jamkesmas.
Penyebab hal ini mungkin karena kurangnya pengetahuan masyarakat atau
ketidakpedulian masyarakat dan juga sosialisasi dari pihak Puskesmas kurang.
1.3.2 Analisis Proses
Proses merupakan kumpulan elemen yang berfungsi mengubah masalah
menjadi keluaran yang direncanakan. Komponen proses terdiri dari perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), pengawasan
(controlling), dan penilaian (evaluation).8
0
10
20
30
40
50
60
70
ASKES JAMKESMAS JAMKESDA TIDAK PUNYA
26
1.3.2.1 Perencanaan
UPTD Puskesmas Buniwangi merencanakan kegiatan yang
mencakup 6 program dasar (basic six) puskesmas yaitu Upaya Promosi
Kesehatan, Upaya Kesehatan Lingkungan, Upaya Kesehatan Ibu dan Anak, serta
Keluarga Berencana, Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat, Upaya Penanggulangan
Penyakit Menular (P2M), Upaya Pengobatan.
Program pengembangan yang ada diantaranya Upaya Unit Kesehatan
Sekolah, Upaya Penanggulangan HIV/AIDS, Upaya Penanggulangan Malaria,
Upaya Penanggulangan Filariasis, Upaya Penanggulangan Kusta, Upaya
Kesehatan Indra, Upaya Program Lansia, Upaya Perawatan Kesehatan
Masyarakat, Upaya Penanggulangan Rabies, Upaya Kesehatan Jiwa. Perencanaan
Puskesmas Buniwangi dapat dilihat dalam bentuk Laporan Perencanaan dan
Penganggaran Kesehatan Terpadu (P2KT).
1.3.2.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan UPTD Puskesmas Buniwangi diserahkan kepada
pemegang program masing-masing. Program-program yang telah direncanakan
dalam P2KT dilaksanakan sesuai dengan Standard Prosedur Operasional untuk
mendapatkan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Program dilaksanakan
sesuai dengan waktu dan aggaran yang telah disediakan. Setiap program memiliki
alur pencatatan dan pelaporan data dengan format laporan masing- masing yang
dilakukan oleh setiap penaggungjawab program. Beberapa data- datanya dicatat
secara manual sehingga risiko terjadinya kesalahan dalam pencatatan, pelaporan
27
dan analisis data cukup tinggi. Pemegang program kesehatan memiliki tugas
rangkap sehingga kinerja kurang optimal.
1.3.2.3. Pengawasan dan Evaluasi
Terdapat beberapa evaluasi kegiatan di UPTD Puskesmas Buniwangi,
yaitu lokarkarya bulanan, lokakarya triwulan dan tahunan. Lokakarya bulanan
melibatkan semua staf puskesmas dan membincangkan rencana tindakan lanjut.
Lokakarya triwulan melibatkan lintas sektoral dari seluruh kecamatan. Penilaian
tahunan dilakukan dalam bentuk Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) Buniwangi
yang akan dinilai oleh Tim Penilaian Program (Penram) Dinas Kesehatan
Kabupaten Sukabumi. Selain itu, dilakukan juga penilaian akreditasi setiap 4
tahun sekali oleh tim akreditasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi.
1.3.3 Keluaran (Output)
Merupakan kumpulan bagian yang dihasi;kan dari berlangsungnya proses
dalam sistem.8
1.3.3.1 Upaya Promosi Kesehatan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 114/MENKES/SK/VII/2005
menetapkan bahwa promosi kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui keterlibatan dan pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat agar masyarakat dapat mandiri, serta membangun kegiatan bersumber
28
daya masyarakat yang sesuai dengan adat setempat dan didukung kebijakan
publik yang berorientasikan kesehatan.
Di UPTD Puskesmas Buniwangi, program promkes dijalankan oleh
seorang pemegang program yang dibantu oleh pemegang program yang lain
karena kebanyakan program bersifat lintas program. Sumber dana untuk program
ini berasal dari BOK dan APBD. Kegiatan Promkes dibagi menjadi dua, yaitu di
luar dan di dalam gedung. Kegiatan-kegiatan program Promkes di dalam gedung
adalah KIP/K, penyuluhan kelompok, serta koordinasi dengan program lain dan
advokasi kepada kepala puskesmas. Sementara itu, program-program di luar
gedung meliputi penyuluhan dan pendataan PHBS di semua tatanan, UKBM
(Posyandu, SBH dan Poskesdes), penyuluhan kunjungan posyandu dan rumah,
penyuluhan kelompok dan pengembangan Desa Siaga Aktif. Pelaporan program
direkapitulasi oleh penanggung jawab program sebagai laporan tahunan dan
bulanan. Laporan tersebut kemudian dikirmkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten
Sukabumi.
Program promosi kesehatan yang dilakukan di Puskesmas Buniwangi,
antara lain pembinaan desa siaga aktif, pembinaan UKBM (Posyandu, Poskesdes
dan anggota SBH), penyuluhan kelompok di dalam dan luar gedung, KIP/K di
tempat pelayanan dan kunjungan rumah, dan pengkajian PHBS di seluruh
tatanan.
29
1.3.3.1.1 Komunikasi Interpersonal dan Konseling (KIP/K)
KIP/K merupakan komunikasi antara petugas puskesmas atau konselor
dengan keluarga dan individu, program ini bertujuan untuk menyelesaikan
masalah. Klinik khusus yang ada di UPTD Puskesmas Buniwangi adalah gizi,
sanitasi, lansia, KIA/Imunisasi dan gigi.
Tabel 6 Cakupan KIP/K dan Kunjungan Rumah Bulan Mei-Juli 2014
Program Hasil Sasaran
Cakupan
(%)
Target
(%)
Kesenjangan
(%)
KIP/K
Kunjungan rumah
296
90
3256
90
2.95
100
5
50
-2.05
+50
Sumber: Laporan Promosi Kesehatan Bulan Mei-Juli 14 Puskesmas Buniwangi
Target program KIP/K untuk 1 tahun adalah 5% dari total jumlah
kunjungan ke puskesmas. Sedangkan target kunjungan rumah dari pengunjung
yang mendapat KIP/K ditargetkan sebesar 50%. Dalam periode Mei-Juli 2014,
KIP/K kumulatif sebanyak 296 kali dari jumlah total kunjungan sebanyak 3.256
kunjungan. Hasil analisis menunjukkan bahwa cakupan KIP/K sebanyak 2,95%
sehingga terdapat kesenjangan sebanyak -2.05%. Dilakukan pula kunjungan
rumah pada periode Mei-Juli 2014 sebanyak 90 kunjungan (100%) yang. Analisa
menunjukkan kesenjangan sebesar +50%.
1.3.3.1.2 Penyuluhan Kelompok
Penyuluhan kelompok dilakukan di luar dan dalam gedung. Di luar
gedung penyuluhan ini dijalankan ketika acara PKK di kantor desa, kelas ibu
30
hamil, kegiatan pengajian dan saat kunjungan posyandu. Sementara itu,
penyuluhan di dalam gedung dilakukan dengan memberikan informasi tentang
kesehatan yang diberikan kepada pengunjung puskesmas sekitar 5-30 orang di
ruang tunggu atau ruang khusus lain selama 10-15 menit.
Tabel 7 Cakupan Penyuluhan Kelompok pada Mei-Juli 2014
Program Hasil Sasaran
Cakupan
(%)
Target
(%)
Kesenjangan
(%)
Penyuluhan dalam gedung
Penyuluhan luar gedung
15
37
96
444
10.41
8.33
25
25
-9.38
-16.67
Sumber: Laporan Promosi Kesehatan Bulan Mei-Juli 2014 Puskesmas Buniwangi
Target penyuluhan di luar gedung adalah sebanyak jumlah posyandu di
wilayah puskesmas yaitu sebanyak 37 kali setiap bulan. Tabel diatas
menunjukkan bahwa terjadi kesenjangan pada penyuluhan luar gedung, yaitu
sebanyak -16.67%. Sementara itu, untuk kegiatan dalam gedung pula ditargetkan
sebanyak 8 kali setiap bulan. Akan tetapi, penyuluhan dalam gedung dari bulan
Mei hingga Juli 2014 hanya terdapat 15 penyuluhan dijalankan sehingga terjadi
kesenjangan sebanyak -9.38%. Hasil ini tidak mencapai target yang telah
ditentukan, dikarenakan kekurangan sumber daya manusia karena pegawai
puskesmas banyak yang mempunyai tugas rangkap dan juga kurangnya perhatian
masyarakat.
1.3.3.1.3 Pengkajian dan Pembinaan PHBS
Pembinaan dan pengkajian PHBS dijalankan setahun sekali yaitu pada
bulan Juli dengan melihat institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum,
31
fasilitas kesehatan dan tatanan rumah tangga. Namun demikian, tahap
keberhasilan pembinaan PHBS diukur dari PHBS di tatanan rumah tangga.
Kegiatan PHBS dilakukan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat,
dengan melihat sepuluh indikator PHBS. Sepuluh indikator PHBS rumah tangga
adalah persalinan dengan tenaga kesehatan, pememberian ASI eksklusif,
penimbangan bayi dan balita setiap bulan, penggunaan air bersih, pencucian
tangan dengan air bersih dan sabun, penggunaan jamban sehat, pemberantasan
jentik nyamuk di rumah, pemakanan sayur dan buah setiap hari, melakukan
aktivitas fisik setiap hari, serta tidak merokok di dalam rumah.11
Secara
keseluruhan, cakupan pengkajian dan pembinaan PHBS di tatanan rumah tangga
belum mencapai target.
Tabel 8 Pencapaian Indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga Puskesmas
Buniwangi Tahun 2013
No. Indikator Jumlah
(n)
Sasaran
(n)
Persentase
(%)
1. Linakes 60 60 100
2. ASI Eksklusif 322 373 86,30
3. Balita yang ditimbang tiap bulan 2220 3027 73,30
4. Menggunakan air bersih 10359 11048 93,70
5. Mencuci tangan dengan sabun 10359 11048 93,70
6. Menggunakan jamban sehat 10260 11048 92,80
7. Memberantas jentik 8284 11048 74,90
8. Makan buah dan sayur tiap hari 10799 11048 97,70
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari 10919 11048 98,80
10. Tidak Merokok di dalam rumah 5963 11048 53,90
Sumber: Rekapitulasi PHBS, Kadarzi dan Kematian WUS tingkat Kecamatan
Puskesmas Buniwangi Tahun 2013
32
1.3.3.1.3.1 Pengkajian dan Pembinaan PHBS di Tatanan Rumah Tangga
Pembinaan PHBS dijalankan oleh pihak petugas kesehatan dan
dibantu oleh para kader yang bekerja di UKBM.
Tabel 1 Cakupan Pengkajian dan Pembinaan PHBS di Tatanan Rumah
Tangga Bulan Mei-Juli 2014
Program Hasil Sasaran Cakupan
(%)
Target
(%)
Kesenjangan
(%)
Pengkajian dan
Pembinaan PHBS di
Tatanan Rumah Tangga
7.703 11.048 69.72 65 +4,72
Sumber: Laporan Bulanan Promosi Kesehatan Bulan Mei-Juli Tahun 2014
Puskesmas Buniwangi
Pengkajian dan Pembinaan PHBS di tatanan rumah tangga memiliki
target 65%.11
Pada tahun 2014, didapatkan jumlah rumah tangga sehat sebanyak
69,72%, dengan 4,72% diatas target yang telah ditetapkan.
1.3.3.1.3.2 Pengkajian dan Pembinaan PHBS di Tatanan Institusi Kesehatan
Berbeda dengan Pembinaan dan pengkajian Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) di tatanan rumah tangga, PHBS pada institusi kesehatan
(Puskesmas dan jaringannya) dinilai berdasarkan 6 indikator PHBS.11
Enam indikator PHBS adalah11
:
1. Penggunaan air bersih
2. Penggunaaan jamban
3. Pembuangan sampah pada tempatnya
4. Tidak merokok di institusi pelayanan kesehatan
33
5. Tidak meludah sembarangan
6. Pemberantasan jentik nyamuk yang telah dilakukan.
Terdapat kesenjangan sebanyak -90% pada pembinaan dan pengkajian PHBS
di tatanan institusi kesehatan karena kurangnya sumber daya manusia dari
Puskesmas untuk memeriksa.
Tabel 2 Cakupan Pengkajian dan Pembinaan PHBS di Tatanan Institusi
Kesehatan Bulan Mei-Juli Tahun 2014
Program Hasil Sasaran
Cakupan
(%)
Target
(%)
Kesenjangan
(%)
Pengkajian dan
Pembinaan PHBS di
Tatanan Institusi
Kesehatan
1 10 10 100 -90
Sumber: Laporan Promosi Kesehatan Bulanan Mei-Juli 2014 Puskesmas
Buniwangi
1.3.3.1.4 Pembinaan UKBM
UKBM merupakan kepanjangan dari Upaya Kesehatan Bersumber
Masyarakat. Kegiatan ini dimanfaatkan individu yang berkunjung dari rumah
untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan.11
Wilayah kerja Puskesmas
Buniwangi memiliki 37 posyandu yang terdiri atas 2 posyandu pada tingkat
madya, 33 posyandu pada tingkat purnama, dan 2 posyandu pada tingkat mandiri.
Cakupan pembinaan UKBM dilihat melalui persentase posyandu
purnama dan mandiri di wilayah kerja Puskesmas Buniwangi melebihi target dari
yang ditentukan.
34
Tabel 11 Cakupan Posyandu Purnama dan Mandiri Mei– Juli 2014
Program
Jumlah
Posyandu
Purnama dan
Mandiri
Total
Posyandu
Cakupan
(%)
Target
(%)
Kesenjangan
(%)
Posyandu
Purnama dan
Mandiri
35 37 94,59 16,25 +78.34
Sumber: Laporan Promosi Kesehatan Bulanan Mei-Juli 2014 Puskesmas
Buniwangi
1.3.3.1.5 Desa Siaga Aktif
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.11
Di wilayah
kerja Puskesmas Buniwangi, terdapat 3 desa siaga aktif berstatus madya dan 2
desa lainnya berstatus pratama. Desa Siaga Aktif adalah desa yang telah
menjalankan sekurang-kurangnya 5 dari 8 indikator, yaitu forum desa atau
kelurahan, kader pembangunan masyarakat atau kader masyarakat, kemudahan
akses pelayanan kesehatan dasar, Posyandu dan UKBM lainnya aktif, dukungan
dana untuk kegiatan kesehatan di desa atau kelurahan (pemerintah desa atau
kelurahan, masyarakat, dunia usaha), peran serta masyarakat dan organisasi
kemasyarakatan, peraturan kepala desa atau peraturan bupati atau walikota.11
Cakupan Desa Siaga Aktif sudah melebihi target sehingga didapatkan
kesenjangan +40%.
35
Tabel 12 Cakupan Desa Siaga Aktif Laporan Bulanan Mei-Juli Tahun 2014
Program Desa Siaga
Aktif
Hasil Sasaran
Cakupan
(%)
Target
(%)
Kesenjangan
(%)
Desa Siaga 5 5 100 60 +40
Sumber: Laporan Promosi Kesehatan Bulan Mei-Juli 2014 Puskesmas Buniwangi
1.3.3.2 Kesehatan Lingkungan
Penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan
terbesar di masyarakat. Hal ini tercermin dari tingginya angka kejadian dalam
kunjungan penderita beberapa penyakit ke sarana pelayanan kesehatan seperti
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), penyakit diare, TB paru, malaria, serta
pneumonia.
Tingginya kejadian penyakit-penyakit berbasis lingkungan disebabkan
oleh masih buruknya kondisi sanitasi dasar terutama air bersih dan jamban,
meningkatnya pencemaran, kurang higienitas cara pengolahan makanan, dan
rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat.12
Derajat kesehatan masyarakat menurut Hendrik L. Blum dipengaruhi
oleh 4 aspek, salah satunya adalah faktor lingkungan. Oleh karena itu, cara
pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan
tersebut harus melalui upaya perbaikan lingkungan atau sanitasi dasar dan
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.12, 13
Puskesmas Buniwangi memiliki kegiatan di dalam dan di luar gedung
yang telah dilaksanakan untuk meningkatkan kesehatan lingkungan. Untuk
36
kegiatan di dalam gedung, dilakukan penyuluhan dan konseling pada pasien yang
menderita penyakit berbasis lingkungan.
Upaya kesehatan lingkungan di luar gedung dilakukan dengan :
1. Melakukan pemeriksaan dan menilai sanitasi rumah
2. Melakukan pemeriksaan dan menilai sanitasi air bersih
3. Melakukan pemeriksaan dan menilai sanitasi jamban keluarga,
4. Melakukan pemeriksaan dan menilai sanitasi sarana tempat
pengelolaan makanan termasuk Jasaboga dan Pengrajin Makanan,
5. Melakukan pemeriksaan dan menilai sanitasi tempat pembuangan
sampah
6. Melakukan pemeriksaan dan menilai sanitasi tempat-tempat umum
seperti tempat ibadah, perkantoran, dan sekolah.
37
Tabel 13 Jumlah Kepemilikan SARSANDAS (Sarana Sanitasi Dasar) di Lingkungan Puskesmas Buniwangi periode Januari-Juni 2014
NO DESA JUMLAH JUMLAH JUMLAH SARANA CAKUPAN
PENDUDUK
KK SPAL Kriteria
Sehat
% Cakupa
n
SAB Kriteria
Sehat
% Cakup
an
JAGA Kriteria Sehat
% Cakupa
n
TS Kriteria Sehat
% Cakupa
n
RUMAH
% Cakupan
SEHAT 1 Pasir Ipis
11,963 3,784 1,135 373 29.99 3,403
2155
89.93 3,413 2137 90.20 659 195 17.42 726 19.18
2 BUNIWANGI
10,810 3,505 1,015 507 28.96 2,894
2212
82.57 3,014 1937 85.99 760 271 21.68 829 23.65
3 G.SUNGGING
5,796 1,918 1,003 300 52.29 1,227
2103
63.97 965 982 50.31 645 208 33.63 704 36.70
4 CIPEUNDEUY
4,467 1,391 745 281 53.56 928
771
66.71 1,131 690 81.31 548 182 39.40 609 43.78
5 SUKATANI 3,690 1,161 704 264 60.64 571 246 49.18 568 456 48.92 609 230 52.45 668 57.53
TOTAL 36,726 11,759 4,602 1,725 39.14 9,023 7,487 76.73 9,091 6,202 77.31 3,221 1,086 27.39 3.536 30.07
TARGET 63 70.09 71.02 85.00 64.09
KESENJANGAN -23.86 +6.73 + 6.29 -57.61 - 34.02
Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Buniwangi 2014
38
Persentase cakupan dihitung dari jumlah Sarana Sanitasi Dasar
(SARSANDAS) yang ada di suatu desa dibagi dengan jumlah Kepala Keluarga
yang ada.12
Tabel diatas menunjukkan bahwa cakupan Sarana Air Bersih ( SAB )
dan Jamban Keluarga (JAGA) secara keseluruhan sudah mencapai target yang
diinginkan walaupun ada persentase tidak merata dari masing-masing desa,
dimana desa Gunung Sungging, Cipeundeuy, dan Sukatani masih dibawah target
untuk kepemilikan SAB, lalu desa Gunung Sungging dan Sukatani masih dibawah
target untuk kepemilikan Jamban Keluarga. Untuk sarana lain, seperti Saluran
Pembuangan Air Limbah (SPAL), tempat sampah dan rumah sehat, seluruh
wilayah di Puskesmas Buniwangi masih terdapat kesenjangan antara kepemilikan
dengan target yang ingin dicapai.
Kegiatan inspeksi dilakukan oleh petugas puskesmas dan dibantu oleh
kader-kader di wilayah kerja Puskesmas Buniwangi. Tempat yang akan diinspeksi
dipilih secara acak dan juga dari pasien yang telah mengunjungi klinik sanitasi
serta dinilai kesehatannya berdasarkan kriteria-kriteria yang ada.
Tabel 14 Kegiatan Kesehatan Lingkungan Puskesmas Buniwangi periode
Mei-Juli 2014 No Sarana Jumlah
Sarana
yang ada
(n)
Jumlah
Sarana yang
diperiksa(n)
Cakupa
n (%)
Targe
t (%)
Kesenjanga
n (%)
1 Sarana air
bersih
9023 750 8.3 20 -11.7
2
Tempat
pengelolaan
makanan
674
34
5.04
18.75
-13.71
39
No
Sarana
Jumlah
Sarana
yang ada
(n)
Jumlah
Sarana yang
diperiksa(n)
Cakupa
n (%)
Targe
t (%)
Kesenjanga
n (%)
3 Tempat
sampah rumah
tangga
3221 750 23.28 18.75 +4.53
4 Pengelolaan
SPAL
4602 750 16.29 20 -3.71
5 Rumah 11048 750 6.78 18.75 -11.97
6 Jamban
keluarga
9091 750 8.24 18.75 -10.51
7 Institusi yang
dibina dan
tempat-tempat
umum
36 34 94.44 18.75 +75.69
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
Dari tabel di atas terlihat bahwa terdapat kesenjangan jumlah sarana yang
ada dan yang telah diperiksa Hasil kesenjangan untuk pengawasan, SAB, tempat
pengelolaan makanan, SPAL, rumah, dan jamban keluarga terlihat tinggi
dikarenakan tenaga sanitarian dari puskesmas dan kader-kader di wilayah kerja
Puskesmas Buniwangi masih terbatas.
40
1.3.3.3 Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana (KIA-KB)
1.3.3.3.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil
Definisi cakupan kunjungan ibu hamil adalah kunjungan ibu hamil
sampai dengan usia 42 minggu yang harus mendapatkan minimal empat kali
pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan yaitu satu kali kunjungan pada
triwulan pertama (K1), satu kali kunjungan pada triwulan kedua dan dua kali
kunjungan pada triwulan ketiga (K4). Lima perawatan antenatal dasar yang harus
didapatkan adalah pelayanan timbang badan dan pengukuran tinggi badan,
pengukuran tekanan darah, skrining imunisasi tetanus dan pemberian tetanus
toksoid, pengukuran tinggi fundus uteri, pemberian tablet besi (Fe) sebanyak 90
tablet selama kehamilan dan konseling.14
Tabel 15 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 Periode Mei 2014-Juli 2014
Mei Jun Juli Jumlah Sasaran
per tahun
Sasaran
per 3
bulan
Cakupan Target Kesenjangan
61 61 64 186 865 216 86.1% 100% -13.9%
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
Tabel 16 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Periode Mei 2014-Juli 2014
Mei Jun Juli Jumlah Sasaran
per tahun
Sasaran
per 3
bulan
Cakupan Target Kesenjangan
61 58 59 178 865 216 82.4% 96% -13.6%
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
41
Berdasarkan tabel diatas, ibu hamil yang menjadi sasaran untuk K1 dan
K4 di wilayah kerjaPuskesmas Buniwangi pada tahun 2014 berjumlah 865 orang.
Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan K1 pada bulan Mei - Juli 2014 berjumlah
186 dan pada kunjungan K4 sebanyak 178 orang. Jumlah cakupan ibu hamil
dengan kunjungan ANC minimal 4 kali adalah sebanyak 86.1% dan 82.4%.
Merujuk data diatas terdapat perbedaan antara cakupan K1 dan K4 dengan
kesenjangan -3.7%. Hal ini mungkin terjadi karena abortus atau ibu hamil pindah
keluar wilayah kerja.
1.3.3.3.2 Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Pertolongan persalinan didefinisikan sebagai pelayanan yang diberikan
sepanjang proses persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan kala IV,
sedangkan definisi untuk tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
adalah pekerja kesehatan yang pernah mendapat pendidikan dan memiliki
kemampuan sesuai standar kebidanan departemen kesehatan.14
Tabel 17 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Periode
Mei 2014-Juli 2014
Mei Jun Juli Jumlah Sasaran
per tahun
Sasaran
per 3
bulan
Cakupan Target Kesenjangan
58 54 51 163 826 207 78.7% 90% -11.3%
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
42
Tabel 18 Pertolongan Persalinan Periode Mei 2014-Juli 2014
Pertolongan
persalinan
Linakes Dukun
Faskes Non- Faskes Lolos
Mei 57 1 8
Juni 51 3 8
Juli 48 3 7
Jumlah 156 7 23
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
Data yang didapatkan untuk pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
pada bulan Mei -Juli 2014 berjumlah 163 ibu bersalin dengan 156 orang bersalin
menggunakan fasilitas kesehatan dan 7 orang tidak menggunakan fasilitas
kesehatan namun tetap dibantu oleh tenaga kesehatan. Sasaran per 3 bulannya
adalah sebanyak 207 orang. Target yang harus dipenuhi selama satu tahun adalah
90%,target cakupan masih kurang dari target sasaran dengan kesenjangan -11.3%.
Hal ini mungkin disebabkan oleh petukaran ke sistem BPJS yang memerlukan
pasien untuk mendaftar ke kantor yang letaknya 2 jam dari desa.
1.3.3.3.3 Komplikasi Kebidanan
Komplikasi kebidanan adalah kesakitan terjadi pada saat kehamilan, dalam
persalinan, ataupun dalam masa nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau
bayi.14
Antara komplikasi yang tergolong dalam komplikasi kehamilan adalah
abortus, hiperemesis gravidarum, perdarahan per-vaginam, hipertensi dalam
kehamilan (preeklampsi,eklampsia), kehamilan lewat waktu, ketuban pecah dini.
43
Sedangkan komplikasi yang tergolong dalam persalinan adalah kelainan letak
janin, distosia, hipertensi dalam kehamilan, pendarahan pasca persalinan (dalam
24 jam pertama), infeksi berat/sepsis, kontraksi dini/persalinan prematur dan
kehamilan ganda. Komplikasi dalam nifas adalah hipertensi dalam kehamilan,
infeksi nifas, dan perdarahan post-partum lanjut (lebih dari 24 jam).
Tabel 19 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Pada Ibu Hamil
Periode Mei 2014-Juli 2014
Mei Jun Juli Jumlah Sasaran
per
tahun
Sasaran
per 3
bulan
Cakupan Target Kesenjangan
13 13 15 41 173 43 95% 100% -5%
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
Tabel 20 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Pada Ibu Bersalin
dan Ibu Nifas Periode Mei 2014-Juli 2014
Mei Jun Juli Jumlah Sasaran
per
tahun
Sasaran
per 3
bulan
Cakupan Target Kesenjangan
4 12 15 31 166 42 73.8% 100% -26.2%
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
Sasaran komplikasi kebidanan pada ibu berisiko tinggi adalah 173 orang
dan sasaran ibu bersalin dan ibu dalam nifas yang beresiko tinggi sebanyak 166
orang. Data menunjukkan komplikasi banyak terjadi pada ibu bersalin dan ibu
dalam nifas. Hal ini dikarenakan petugas kesehatan yang menangani kurang
terlatih sehingga terdapat kesenjangan sebanyak -26.2%
44
1.3.3.3.4 Pelayanan Nifas
Nifas adalah periode antara 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan.
Pelayanan nifas sesuai standar meliputi 3 kali pelayanan yang dimulai dari 6 jam
pasca persalinan sampai dengan 3 hari kemudian, satu kali pada hari ke-4 sampai
dengan hari ke-28, dan satu kali pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42.
Pelayanan yang diberikan meliputi pemberian Vitamin A sebanyak 2 kali,
persiapan dan pemasangan KB pada saat pasca persalinan dan dilakukan juga
pelayanan neonatus sesuai standar minimal 3 kali, yaitu pada 6-48 jam setelah
lahir, pada 3-7 hari, dan pada 28 hari setelah lahir yang dilakukan di instansi
kesehatan maupun di rumah.14
Tabel 21 Kunjungan Nifas (KF 1) Periode Mei 2014-Juli 2014
Mei Jun Juli Jumlah Sasaran
per
tahun
Sasaran
per 3
bulan
Cakupan Target Kesenjangan
66 62 58 186 789 197 94.4% 91% +3.4%
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
Tabel 22 Kunjungan Nifas (KF 2) Periode Mei 2014-Juli 2014
Mei Jun Juli Jumlah Sasaran
per tahun
Sasaran
per 3
bulan
Cakupan Target Kesenjangan
64 61 57 182 789 197 92.4% 91% +1.4%
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
45
Tabel 23 Kunjungan Nifas (KF 3) Periode Mei 2014-Juli 2014
Mei Jun Juli Jumlah Sasaran
per tahun
Sasaran
per 3
bulan
Cakupan Target Kesenjangan
42 66 62 170 3 197 86.3% 91% -4.7%
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
Merujuk pada tabel diatas, sasaran per 3 bulan ibu yang mendapat
pelayanan nifas di wilayah kerja Puskesmas Buniwangi pada tahun 2014 yaitu
sebanyak 197 orang. Pada pelayanan nifas sesuai standar pada kunjungan pertama
(KF1) dan ke dua (KF2) melebihi target Standar Pelayanan Minimum sehingga
cakupannya adalah +3.4% dan +1.4%. Namun pada kunjungan nifas ke tiga (KF3)
target tidak tercapai karena bidan merasakan para ibu sudah membaik sehingga
kunjungan tidak dilakukan maka terdapat kesenjangan sebesar -4.7% pada KF3.
1.3.3.3.5 Pelayanan Neonatus 1 (KN 1)
Neonatus adalah bayi yang berusia 0-28 hari setelah kelahiran. Pelayanan
kesehatan neonatus diberikan segera setelah bayi lahir yang meliputi pemeriksaan
bayi baru lahir, manajemen asfiksia dan Bayi Berat Lahir Rendah <2500
gr(BBLR), Inisiasi Menyusu Dini (IMD), pencegahan hipotermia dan infeksi,
pemberian vitamin K1, pemberian imunisasi HB0, pemberian salep mata, serta
rujukan kasus komplikasi. Kunjungan neonatus paling sedikitnya 3 kali dengan
pelayanan neonates pertama (KN1) pada 6 – 48 jam setelah lahir, KN2 pada hari
ke-3 sampai dengan hari ke-7, dan KN 3 pada hari ke-8 sampai dengan hari ke-
28.14
46
Tabel 24 Cakupan Pelayanan Neonatus 1 Periode Mei 2014-Juli 2014
Mei Jun Juli Jumlah Sasaran
per
tahun
Sasaran
per 3
bulan
Cakupan Target Kesenjangan
66 61 58 185 788 197 93.9% 90% +3.9%
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
Data yang didapatkan dari tabel diatas untuk Kunjungan Neonatal 1 (KN1)
pada bulan Mei - Juli 2014 berjumlah 185 neonatus. Target yang harus dipenuhi
adalah 90%, pencapaian yang didapat melebihi target dengan kesenjangan +3.9%.
1.3.3.3.6 Pelayanan Neonatus Lengkap (KN Lengkap)
Tabel 25 Cakupan Pelayanan Neonatus Lengkap Periode Mei 2014-Juli 2014
Mei Jun Juli Jumlah Sasaran
per
tahun
Sasaran
per 3
bulan
Cakupan Target Kesenjangan
61 58 54 173 788 197 87.8% 90% -2.2%
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
Data menunjukkan pencapaian KN Lengkap untuk tiga bulan dari bulan Mei -
Juli 2014 adalah sebesar 87.8%, dan didapatkan pencapaian kurang dari target
sebesar -2.2%. Hal ini disebabkan karena tidak ada pemeriksaan follow up dari
pihak Puskesmas jika keadaan neonatus sudah baik pada kunjungan pertama.
1.3.3.3.7 Penanganan Komplikasi Neonatus
Komplikasi pada neonatus merupakan kelainan yang dapat menyebabkan
kesakitan, kecatatan, dan kematian pada bayi berusia 0-28 hari. Contoh
47
komplikasi pada neonatus meliputi asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus
neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir,BBLR, dan kelainan kongenital.
Neonatus ditangani secara definitif oleh tenaga kesehatan yang kompeten seperti
dokter dan bidan di sarana kesehatan.14
Tabel 26 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus Periode Mei 2014-Juli
2014
Mei Jun Juli Jumlah Sasaran
per
tahun
Sasaran
per 3
bulan
Cakupan Target Kesenjangan
1 3 8 12 118 30 40% 100% -60%
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
Berdasarkan sasaran yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupten
Sukabumi adalah 30 orang dalam 3 bulan. Sedangkan dari data bulan Mei sampai
Juli hanya 12 neonatus yang mendapat pelayanan komplikasi neonatus oleh
tenaga kesehatan, sehingga cakupannya adalah 40.0% dengan kesenjangan
sebesar -60.0%. Hal ini disebabkan kepercayaan masyarakat bahwa jika anak
meninggal maka akan membawa orangtuanya ke surga, sehingga jika terjadi
komplikasi pada neonatus maka orangtua bersikap pasrah dan tidak berusaha agar
anaknya diberi tindakan lanjut.
1.3.3.3.8 Kunjungan Bayi
Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan bayi yang mendapatkan
pelayanan lengkap yang meliputi imunisasi dasar, Stimulasi Deteksi Intervensi
Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi, dan penyuluhan perawatan kesehatan
48
bayi (ASI ekslusif, pemberian makanan pendamping setelah 6 bulan, perawatan
dan pemberitahuan tanda bayi sakit, serta pemberian vitamin A.
Kunjungan bayi dapat dilakukan di sarana pelayan kesehatan seperti
polindes, puskesmas, posyandu, rumah bersalin, dan rumah sakit minimal 4 kali
yaitu 1 kali pada umur 29 hari - 2 bulan, 1 kali padaumur 3-5 bulan, 1 kali pada
umur 6-8 bulan dan 1 kali pada umur 9-11 bulan sesuai standar di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu.14
Tabel 27 Cakupan Kunjungan Bayi (B4) Periode Mei 2014-Juli 2014
Mei Jun Juli Jumlah Sasaran
per
tahun
Sasaran
per 3
bulan
Cakupan Target Kesenjangan
58 60 59 177 788 197 89.8% 90% -0.2%
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
Tabel 28 Cakupan Kunjungan Bayi (B12) Periode Mei 2014-Juli 2014
Mei Jun Juli Jumlah Sasaran
per
tahun
Sasaran
per 3
bulan
Cakupan Target Kesenjangan
67 63 67 197 788 197 100% 90% +10%
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
49
1.3.3.3.9 Kunjungan Balita
Tabel 29 Cakupan Kunjungan Balita Periode Mei 2014-Juli 2014
Sasaran
Balita
Jumlah
kunjungan
Balita
Jumlah
kunjungan
Balita / Sasaran
balita
Target
(%)
Kesenjangan
Mei 2660 2293 86.2% 75% +11.2%
Juni 2660 2284 85.9% 75% +10.9%
Juli 2660 2285 85.9% 75% +10.9%
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
Merujuk data diatas, sasaran balita pada wilayah kerja Puskesmas
Buniwangi adalah sebanyak 2660 dan cakupan kunjungan Balita dari usia 12
bulan sehingga 59 bulan melebihi target dengan kesenjangan +11.2% pada bulan
Mei dan +10.9% pada bulan Juni dan Juli.
1.3.3.3.10 Peserta KB Aktif
Tabel 30 Cakupan Peserta KB aktif Periode Mei 2014-Juli 2014
Cakupan
Peserta KB
Jumlah KB
aktif
Jumlah
PUS
Jumlah KB
aktif/ Jum
PUS
Target (%) Kesenjangan
Mei 5095 7686 66.3% 57.5% +8.8%
Juni 5258 7712 68.2% 57.7% +10.5%
Juli 5274 7763 67.9% 57.7% +10.2%
Total 15,627 23,161 67.5% 57.7% +9.8%
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
50
Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang dilaksanakan di Puskesmas
Buniwangi diantaranya adalah konseling KIA/KB.Cakupan peserta KB aktif
adalah pasangan usia reproduktif, 15-49 tahun, yang terlindung dengan
kontrasepsi.14
Dari data, presentase pasangan yang terlindung dengan kontraseptif
sebanyak 67.5% dan sudah melebihi dari target yang seharusnya.
1.3.3.4 Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
1.3.3.4.1 Penimbangan Balita
Balita ditimbang adalah anak usia 0-59 bulan yang mengalami proses
penimbangan dan dilakukan secara rutin setiap bulannya di Posyandu yang ada di
suatu wilayah kerja.11
Tujuan dari penimbangan tersebut adalah untuk mengetahui
pola pertumbuhan berat badan pada balita. Perubahan berat badan merupakan
suatu indikator untuk memantau pertumbuhan balita.
Selanjutnya hasil dari penimbangan bayi tersebut dimasukan pada Kartu
Menuju Sehat (KMS). KMS tersebut memuat kurva pertumbuhan anak
berdasarkan antropometri berat badan menurut usia yang dibedakan berdasarkan
jenis kelamin. Dari kurva tersebut dapat dilihat adanya gangguan pertumbuhan
atau risiko kelebihan gizi, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan ataupun
pengobatan secara lebih cepat dan tepat.
Sistem pencatatan dan pelaporan hasil penimbangan balita di posyandu
menggunakan SKDN. Indikator yang terdapat pada SKDN adalah Jumlah seluruh
balita di wilayah kerja Posyandu (S), jumlah balita yang memiliki KMS (K),
51
jumlah balita yang ditimbang di wilayah kerja Posyandu (D), serta balita yang
ditimbang 2 bulan berturut-turut dan garis pertumbuhan pada KMS naik (N).11
Tabel 31 SKDN Balita Usia 0-59 Bulan di Puskesmas Buniwangi Periode
Mei-Juli 2014 No. Kegiatan Bulan
Mei (n) Juni (n) Juli (n)
1. Jumlah Balita Seluruhnya (S) 2937 2940 2923
2. Jumlah Balita yang Mempunyai KMS (K) 2937 2940 2923
3. Jumlah Balita yang Ditimbang (D) 2293 2284 2285
4. Jumlah Balita yang Naik Berat Badannya (N) 1802 1755 1781
5. Jumlah Balita Bawah Garis Merah (BGM)
kasus baru dan lama
0 0 2
Sumber : Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
Dari data yang didapat pada bulan Mei hingga Juli 2014, ditemukan bahwa
seluruh balita yang ada di Puskesmas Buniwangi memiliki KMS. Jumlah balita
yang ditimbang setiap bulannya tidak berubah secara signifikan. Jumlah balita
yang naik berat badannya mengalami penurunan dari bulan Mei hingga Juni,
tetapi mengalami peningkatan pada bulan Juli. Dari bulan Mei hingga Juli
terdapat dua orang balita yang berat badannya di bawah garis merah
Tabel 32 Cakupan SKDN Balita Usia 0-59 Bulan di Puskesmas Buniwangi
Periode Mei-Juli 2014
Indikator
Target
(%)
Mei Juni Juli
Cakupan
(%)
Kesenjangan
(%)
Cakupan
(%)
Kesenjangan
(%)
Cakupan
(%)
Kesenjangan
(%)
K/S 95 100 +5 100 +5 100 +5
D/S 85 78,1 -6,9 78,1 -6,9 78,2 -6,8
N/D 75 78,6 +3,6 78,6 +3,6 77,9 +2,9
Sumber : Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
52
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa cakupan jumlah balita yang memiliki
KMS dengan jumlah balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Buniwangi
sudah mencapai target. Namun untuk kategori balita yang ditimbang dari
keseluruhan balita (D/S) masih belum mencapai target. Terdapat kesenjangan
antara 6,8 % hingga 6,9 % dari target yang diharapkan. Kemungkinan penyebab
dari kesenjangan ini adalah karena orangtua tidak membawa anaknya ke
Posyandu untuk ditimbang. Untuk indikator jumlah balita yang naik berat
badannya terhadap balita yang ditimbang (N/D) sudah mencapai target.
1.3.3.4.2 Pemberian Suplementasi Gizi
Program pemberian suplementasi gizi di Puskesmas Buniwangi terdiri
dari pemberian suplementasi vitamin A pada bayi usia 6-11 bulan maupun pada
balita usia 12-59 bulan, pemberian vitamin A pada ibu nifas dan pemberian tablet
penambah zat besi (Fe) pada ibu hamil.11
1.3.3.4.2.1 Distribusi Vitamin A
Distribusi vitamin A merupakan program pemberian vitamin A
pada bayi usia 6-11 bulan dan balita usia 12-59 bulan yang dilakasanakan dua kali
dalam satu tahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus serta pada ibu nifas yang
diberikan sesaat setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya.11
53
Tabel 33 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A bagi Bayi Usia 6-11 Bulan
dan Balita Usia 12-59 Bulan di Puskesmas Buniwangi Periode
Februari 2014
No Kegiatan Sasar
an (n)
Hasil
(n)
Cakupan
(%)
Target
(%)
Kesenjangan
(%)
1. Bayi usia 6-11 bulan 377 377 100 100 0
2. Balita usia 12-59 bulan 2232 2232 100 90 +10
Sumber : Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Februari 2014
Tabel 34 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A bagi Ibu Nifas di
Puskesmas Buniwangi Periode Mei-Juli 2014
Kegiatan Sasaran
(n)
Hasil
(n)
Cakupan
(%)
Target
(%)
Kesenjangan
(%)
Ibu nifas yang mendapatkan vit.
A
789 186 23,6 25 -1,4
Sumber : Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa cakupan bayi usia 6-11 bulan
dan bayi usia 12-59 bulan yang mendapatkan kapsul vitamin A telah mencapai
target. Terdapat kesenjangan sebesar +10% pada pemberian vitamin A pada Balita
usia 12-59 bulan. Untuk cakupan distribusi vitamin A pada ibu nifas pada
Puskesmas Buniwangi belum mencukupi target karena masih ada kesenjangan
sebesar -1,4%. Kesenjangan distribusi vitamin A pada ibu nifas disebabkan oleh
kunjungan nifas yang tidak memenuhi karena masih ada ibu melahirkan yang
datang ke paraji.
54
1.3.3.4.2.2 Distribusi Fe Ibu Hamil
Cakupan Distribusi Tablet Fe 90 tablet pada ibu hamil adalah cakupan Ibu
hamil yang telah mendapat minimal 90 TTD (Fe3) selama periode kehamilannya
di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun.11
Tabel 35 Cakupan Pemberian Suplementasi Fe pada Ibu Hamil di
Puskesmas Buniwangi Periode Mei-Juli 2014
Kegiatan Sasaran
(n)
Hasil
(n)
Cakupan
(%)
Target
(%)
Kesenjangan
(%)
Ibu hamil yang mendapatkan
tablet Fe 1
865 186 21,5 22,5 -1 %
Ibu hamil yang mendapatkan
tablet Fe 3
865 189 21,8 22,5 -0,7 %
Sumber : Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
Dari tabel diatas, cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe 1 belum
mencapai target. Masih terdapat kesenjangan sebesar 1 % pada bulan Mei hingga
Juli. Kesenjangan ini mungkin akibat dari kurangnya pengetahuan masyarakat
bahwa pentingnya untuk memeriksakan diri saat usia kehamilan dini atau
kurangnya tenaga kerja untuk mendatangi ibu hamil yang tidak mengunjungi
Posyandu.
Cakupan program pemberian tablet Fe 3 pada ibu hamil juga belum
mencapai target. Terdapat kesenjangan sebesar 0,7% pada bulan Mei hingga Juli
2014. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran pasien untuk memeriksakan
diri saat hamil.
55
1.3.3.4.3 ASI Ekslusif
Cakupan ASI Eksklusif adalah cakupan Bayi usia 0-6 bulan yang
mendapat ASI saja di wilayah kerja Puskesmas Buniwangi.11
Tabel 36 Cakupan ASI Eksklusif di Puskesmas Buniwangi Periode Mei-Juli
2014
Kegiatan Sasaran
(n)
Hasil
(n)
Cakupan
(%)
Target
(%)
Kesenjangan
(%)
Cakupan ASI eksklusif 789 167 21,2 22,5 -1,3 %
Sumber : Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, dari bulan Mei hingga Juli terdapat
kesenjangan sebesar -1,3 %.
1.3.3.4.4 Status Gizi
Tabel 37 Jumlah Balita menurut BB/TB di Puskesmas Buniwangi tahun 2013
No Status Jumlah %
1 Kurus Sekali 1 0.03
2 Kurus 16 0.55
3 Normal 2769 95.22
4 Gemuk 122 4.20
Total 2908 100
Sumber : Rekapitulasi bulan penimbangan Balita tahun 2013
Status Gizi Balita pada tahun 2013 sebagian besar dikatakan normal, yaitu
sebesar 95.22%. Namun, terdapat masalah pada status gizi, yaitu tingkat status
gizi lebih yang cukup tinggi, yaitu sebesar 4.2%.
1.3.3.5 Upaya Pengendalian Penyakit Menular (P2M)
1.3.3.5.1 Imunisasi Bayi
Imunisasi dasar merupakan program yang diwajibkan oleh pemerintah.
56
Pelayanan imunisasi dasar yang diwajibkan pemerintah meliputi BCG 0-11 bulan,
DPTHB 1,2,3 pada bayi usia 2-11 bulan, dan polio 1,2,3,4 usia 2-11 bulan, dan
campak usia 0-11 bulan.11
Sasaran imunisasi di Puskesmas Buniwangi meliputi 787 orang yang
tersebar di 37 posyandu di 5 desa diantaranya desa Pasir Ipis, Buniwangi,
Sukatani, Gunung Sungging, dan Cipeundeuy. Kegiatan imunisasi dilakukan di
Puskesmas dan Posyandu dan dilaporkan setiap bulan oleh bidan desa. Target
yang digunakan untuk imunisasi ini adalah Universal Child Imunnization (UCI),
merujuk pada target PKP yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat.11
Tabel 38 Laporan Hasil Imunisasi di Puskesmas Buniwangi Periode Mei-Juli
2014
Bulan Kegiatan Hasil
(n)
Sasara
n (n)
Cakup
an (%)
Target
(%)
Kesenj
angan
(%)
Kriteria
UCI
Mei BCG 268 787 34,05 33,33 +0,72 UCI
Polio 4 260 787 33,04 33,33 -0,29 Non-UCI
DPT-
HB1,2,3 260 787 33,04 33,33 -0,29 Non-UCI
Campak 317 787 40,28 33,33 +6,95 UCI
Juni BCG 326 787 41,42 40,00 +1,42 UCI
Polio 4 315 787 40,03 40,00 +0,03 UCI
DPT-
HB1,2,3 315 787 40,03 40,00 +0,03 UCI
Campak 357 787 45,36 40,00 +5,36 UCI
Juli BCG 367 787 46,67 46,67 0 UCI
Polio 4 385 787 48,92 46,67 +2,25 UCI
DPT-
HB1,2,3 385 787 48,92 46,57 +2,35 UCI
Campak 424 787 53,88 46,57 +7,31 UCI
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
57
Pada bulan Mei imunisasi Polio dan DPT-HB tidak mencapai target UCI.
Hal tersebut disebabkan pada bulan tersebut sedang musim panen padi sehingga
para orang tua tidak sempat berkunjung ke posyandu. Walaupun demikian secara
umum imunisasi bayi di Puskesmas Buniwangi dari bulan Mei-Juli 2014 telah
mencapai target UCI.
1.3.3.5.2 Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)
Sasaran BIAS adalah siswa Sekolah Dasar (SD)/MI atau yang sederajat.
Jenis imunisasi yang diberikan adalah DT kelas 1 , Td kelas 1 dan 2, dan campak
kelas 1.11
BIAS di Puskesmas Buniwangi dilakukan pada bulan September dan
November setiap tahunnya.
1.3.3.5.3 Imunisasi Ibu Hamil
Imunisasi TT2 + IH adalah pemberian imunisasi TT ke dua atau ketiga
atau keempat atau kelima kepada ibu hamil sesuai dengan statusnya di sarana
pelayanan kesehatan (Polindes, Pustu, Puskesmas, Rumah Bersalin, RS dan Unit
Pelayanan Swasta) maupun di Posyandu di wilayah kerja Puskesmas.11
Di
wilayah kerja Puskesmas Buniwangi, imunisasi ibu hamil dilakukan di posyandu
dan Puskesmas Buniwangi.
Tabel 39 Cakupan Imunisasi pada Ibu Hamil di Puskesmas Buniwangi
Periode Mei-Juli 2014 Kegiatan Imunisasi Hasil (n) Sasaran
(n)
Cakupan(%) Target
(%)
Kesenjanga
n(%)
TT1 0 865 0 22.5 -22.5
TT2 0 865 0 22.5 -22.5
TT5 0 865 0 22.5 -22.5
Sumber: Laporan Bulanan PWS KIA Puskesmas Buniwangi Periode Mei-Juli 2014
58
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terjadi kesenjangan pada kegiatan
imunisasi TT1, TT2, dan TT5 sebanyak -22.5%. Kesenjangan ini dikarenakan dari
bulan Maret sampai Juli tidak ada pasokan vaksin TT dari Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Barat.
1.3.3.5.4 Penyakit Menular
Tabel 40 Cakupan Penyakit Menular di Puskesmas Buniwangi Periode Mei-
Juli 2014
No Penyakit Pencapaian
(n)
Sasaran
(n)
Cakupan
(%)
Target
(%)
Kesenjangan
(%)
1 Penanganan
KLB < 24
jam
0 13 0 90 0
2 Suspek TB
paru
65 344 18,89 20 -1,11
3 Penemuan
TB paru baru
BTA (+)
6 8 75% 80% -5
4 Kesembuhan
TB paru
4 4 100 85% +15
5 ISPA balita
pneumonia
1 344 0,29 21,5 -21,21
6 ISPA balita
bukan
pneumonia
156 344 45,35 21,5 +23,85
7 Diare 153 279 54,84 75 -20,16
8 DBD 0 0 0 25 0
9 Flu burung 0 0 0 25 0
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
Pada bulan Mei sampai Juli tidak ditemukan kejadian luar biasa (KLB)
dan kasus flu burung. Wilayah kerja Puskesmas Buniwangi bukan merupakan
wilayah endemis DBD. Kesenjangan terbesar terdapat pada penyakit menular
ISPA pneumonia balita yaitu sebesar -21,21%, hal tersebut merupakan
59
underdiagnosis disebabkan oleh kurang tepatnya diagnosis yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan sehingga terlihat pada targetan ISPA, bukan pneumonia
melebihi yang target (+23,85%). Terdapat kesenjangan sebesar -10,32% pada
penemuan penderita TB paru BTA positif, hal ini disebabkan oleh beberapa desa
yang sangat jauh dan aksesnya sulit, selain itu ada masyarakat yang lebih memilih
untuk berobat ke pelayanan kesehatan swasta. Cakupan temuan dan penanganan
penyakit diare mengalami kesenjangan sebesar -5,03%, hal tersebut disebabkan
pada bulan Mei sampai Juli terjadi kemarau sehingga sulit mendapatkan air bersih
dan kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
1.3.3.6 Upaya Pengobatan
Rawat jalan adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi
observasi, diagnosis, pengobatan, rehab medik tanpa tinggal di ruang rawat inap.
Kunjungan rawat jalan adalah kunjungan seseorang yang mendapatkan pelayanan
pengobatan tanpa perlu rawat inap, di dalam dan di luar gedung Puskesmas
(jaringan Puskesmas), yang bersumber pada register rawat jalan umum. Cakupan
Kunjungan Rawat Jalan adalah persentase kunjungan baru rawat jalan Puskesmas
yang berasal dari dalam wilayah kerja puskesmas dan jaringannya (Puskesmas
Pembantu; Puskesmas Keliling) dalam kurun waktu tiga bulan.11
Sasaran cakupan kunjungan rawat jalan adalah 15% dari jumlah penduduk
di dalam wilayah kerja Puskesmas Buniwangi dalam kurun waktu satu tahun.
Kunjungan rawat jalan Puskesmas Buniwangi meliputi kunjungan rawat jalan
60
Balai Pengobatan (BP), kunjungan rawat jalan KIA, kunjungan rawat jalan KB,
instalasi gawat darurat, dan kunjungan rawat jalan gigi.
Pemeriksaan Laboratorium adalah pemeriksaan spesimen di laboratorium
(darah, urin, faeces, sputum, dll) yang dilakukan untuk menunjang penegakkan
diagnosis suatu penyakit. Cakupan pemeriksaan laboratorium merupakan
presentase jumlah pemeriksaan laboratorium di wilayah kerja puskesmas.11
Berikut akan ditampilkan tabel yang menunjukkan pasien rawat jalan yang
berobat ke Puskesmas Buniwangi periode Mei Juli 2014.
Tabel 3 41 Kunjungan Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Buniwangi periode
Mei Juli 2014
Jenis Kunjungan Mei 2014 Juni
2014
Juli 2014 Jumlah
Kunjungan rawat jalan
805 785 1192 2782
*kunjungan rawat jalan dalam wilayah dan luar wilayah
Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Buniwangi Periode Mei Juli 2014
Berdasarkan Laporan LB1 Puskesmas Buniwangi, berikut ini adalah
sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas Buniwangi periode Mei Juli 2014.
Tabel 42
Juli 2014
No. Nama Penyakit Jumlah
1 Hipertensi primer (esensial) 415
2 ISPA 347
3 Rematik 330
4 Gastroduodenitis 228
5 Tukak lambung 197
6 Konjungtivitis 182
7 Mialgia 153
8 Diare dan gastroenteritis 120
9 Gout 117
10 Artritis 102
Sumber : Laporan LB1 Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi periode Mei
Juli 2014
61
1.3.3.6.1 Kunjungan Pasien Rawat Jalan
Juli 2014
Sumber : Laporan Bulanan Puskesmas Buniwangi Periode Mei-Juli 2014
Dari tabel di atas didapatkan bahwa terjadi kesenjangan +25,8 % pada
upaya pengobatan Puskesmas Buniwangi. Hal ini menunjukkan kunjungan rawat
jalan di Puskesmas Buniwangi periode Mei – Juli 2014 melebihi target 3 bulan.
Ini dapat terjadi karena data kunjungan rawat jalan di Puskesmas Buniwangi tidak
dipisahkan antara pasien dari dalam wilayah kerja UPTD Puskesmas Buniwangi
dengan luar wilayah kerja.
1.3.3.6.2 Laboratorium
Tabel 44 Cakupan dan Kesenjangan Pemeriksaan Laboratorium di
Puskesmas Buniwangi periode Mei – Juli 2014 Kegiatan Sasaran Pencapaian Cakupan Target Kesenjangan
Pemeriksaan
Laboratorium
13007 425 3,2% 20% -16,8 %
Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Buniwangi periode Mei Juli 2014
Dari tabel di atas didapatkan terjadi kesenjangan -16,8 % pada cakupan
pemeriksaan laboratorium di Puskesmas Buniwangi periode Mei Juli 2014.
Hal ini terjadi karena pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium Puskesmas
Kegiatan Sasaran Satu
Tahun
Pencapaian Cakupan Target Kesenjangan
Kunjungan
rawat jalan
5472 2782 50,8% 25% +25,8 %
62
Buniwangi hanya pemeriksaan sputum dan darah untuk pemeriksaan malaria;
sedangkan cakupan laboratorium yang seharusnya adalah pemeriksaan darah,
urin, feses, dan sputum.
1.3.3.6.3 Obat
Berdasarkan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
Puskesmas Buniwangi, berikut adalah pemakaian sepuluh obat terbanyak di
Puskesmas Buniwangi periode Mei Juli 2014.
Tabel 4
Juli 2014
No. Nama Obat Pemakaian
1 Parasetamol tab 500mg 16065
2 Amoksisilin cap 500mg 15115
3 Antasida DOEN 11000
4 Klorfeniramin maleat (CTM) 4 mg 10235
5 Deksametason tab 0,5mg 7380
6 Ibuprofen tab 400mg 4230
7 Tiamin HCl (Vit B1) tab 50mg 3855
8 Vitamin B kompleks tab 3530
9 Gliseril guaiakolat tab 100mg 3470
10 Sefadroksil kapsul 500mg 2895
Sumber : Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Bulanan
UPTD Puskesmas Buniwangi periode Mei Juli 2014
Tabel diatas menunjukkan obat yang paling banyak dipakai adalah
Parasetamol dan golongan antibiotik, yaitu amoksisilin. Hal ini terjadi karena
penyakit terbanyak di Puskesmas Buniwangi periode Mei Juli 2014 adalah
penyakit-penyakit infeksi.
63
1.3.3.7 Program Pengembangan
Program pengembangan di Puskesmas Buniwangi dijalankan untuk
memberikan perhatian khusus bagi penyakit-penyakit tertentu yang menjadi fokus
permasalahan di Puskesmas Buniwangi.
1.3.3.7.1 Kesehatan Jiwa
Program kesehatan jiwa di Puskesmas Buniwangi terbentuk sejak
Puskemas didirikan. Program ini meliputi pemeriksaan dan pengobatan untuk
pasien-pasien yang terdeteksi mempunyai masalah kesehatan jiwa sekitar 1 kali
sebulan.11
Pengobatan yang dilakukan berupa pemberian obat seperti Thp, Cpz,
dan Halloperidol untuk 10 hari. Selain itu, penyuluhan dan kunjungan rumah
dilakukan sekali dalam sebulan jika pasien tidak datang untuk kontrol. Sejak
bulan Maret hanya ada 7 orang dan tidak ada pasien baru untuk bulan Mei, Juni,
dan Juli. Namun, setiap bulan selanjutnya jumlah pasien tersebut berkurang
karena ada yang telah sembuh.
Tabel 46 Data Pelayanan Jiwa di UPDT Puskesmas Buniwangi Periode Mei-
Juli 2014 No Kegiatan Jumlah
1 Penemuan Penderita Baru:
Psikosis 0
Neurosis 0
Penyalahgunaan obat NAPZA 0
Retardasi Mental 0
Epilepsi 0
Gangguan Jiwa Lain 0
Jumlah Total 0
2 Pemeriksaan dan Pengobatan:
Bulan Mei 7 orang
Bulan Juni 4 orang (kasus lama)
Bulan Juli 2 orang (Kasus lama)
3 Pengobatan penderita gangguan jiwa 100%
4 Target (%) 100%
5 Cakupan (%) 100%
6 Kesenjangan (%) 0%
Sumber: Laporan Bulan Mei, Juni, Juli di UPTD Puskesmas Buniwangi
64
Rujukan dilakukan jika pihak keluarga sudah tidak bisa menjaga dan
merawat pasien tersebut, sehingga pasien akan ditempatkan di rumah sakit agar
pengobatan tetap dapat berlangsung sampai pasien dinyatakan sembuh.
1.3.3.7.2 Perkesmas (Perawatan Kesehatan Masyarakat)
Program pengembangan Perkesmas di Puskesmas Buniwangi merupakan
suatu program pengembangan dari PNC (prenatal care), yang bertujuan untuk
mencari ibu hamil yang berisiko tinggi (Restimil atau risiko tinggi ibu hamil).11
Kegiatan dan sasarannya meliputi pemeriksaan ibu hamil yang dilakukan di
Posyandu, atau ibu hamil yang datang ke Puskesmas, atau perawat yang
melakukan pemeriksaan ke desa-desa. Jika ada masalah maka akan dilakukan
kunjungan langsung ke rumah. Kegiatan ini tidak hanya meliputi perawatan ibu
hamil tersebut, tetapi juga pencegahan terhadap kemungkinan komplikasi yang
akan terjadi pada penyakitnya, serta pasien diwajibkan kontrol setiap 2 minggu
sekali.
Penyakit risiko tinggi pada ibu hamil seperti TB paru, diabetes mellitus,
hipertensi, dan penyakit lain yang dapat mengancam kesejahteraan ibu dan
janinnya. Kendala yang biasanya dihadapi oleh puskesmas dalam program ini
berupa koordinasi antara sesama koordinator program yang dirasa kurang,
misalnya seperti masalah data yang kurang valid dari perawat desa, dan hal ini
baru diketahui setelah dilakukan perekapan data oleh koordinator yang memegang
program tersebut di puskesmas.
65
Tabel 47 Data Program Perkesmas di UPTD Puskesmas Buniwangi Periode
Mei-Juli 2014
No Kegiatan Jumlah
Total Mei Juni Juli
1 Keluarga rawan kesehatan yang ada 541 69 78 688
2 Keluarga rawan kesehatan yang dibina 102 22 24 148
3 Bumil yang memperoleh pembinaan keluarga
rawan 74 42 18 134
4 Kasus dengan penyakit kronis yang memperoleh
pembinaan keluarga rawan 14 11 11 36
5 Lansia yang memperoleh pembinaan keluarga
rawan 439 21 42 502
6 Keluarga rawan kesehatan selesai dibina 42 21 24 87
a. Keluarga mandiri I 10 14 8 32
b. Keluarga mandiri II 14 3 7 24
c. Keluarga mandiri III 12 3 6 21
d. Keluarga mandiri IV 6 1 3 10
Target 20%
Cakupan 72.5%
Kesenjangan +27.5%
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
1.3.3.7.3 Rabies
Program pengembangan rabies di Puskesmas Buniwangi merupakan
program pengembangan dari P2M yang dibentuk pada tahun 2010, walaupun
daerah Buniwangi ini bukanlah daerah endemik rabies, namun risiko terjadinya
rabies dinilai masih ada. Kegiatannya meliputi penyuluhan tentang pencegahan
dan tindakan yang bisa dilakukan saat terjadi gigitan oleh hewan yang diduga
menderita rabies seperti anjing dan monyet. Penyuluhan ini biasanya dilakukan
dibalai desa yang dibantu oleh Ketua RT, Posyandu, Posbindu, atau di tempat
pengajian. Penyuluhan akan dilakukan jika terdapat kasus.
66
Tabel 48 Data Program Rabies di UPTD Puskesmas Buniwangi Periode Mei-
Juli 2014
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
Masalah yang terdapat pada program pengembangan rabies adalah
ketersedian vaksin yang terbatas, sehingga hanya orang-orang tertentu yang
mendapatkannya. Vaksin ini diberikan gratis, namun terdapat kasus gigitan hewan
yang diduga menderita rabies, maka pihak puskesmas baru akan memberikan
vaksin tersebut, dan selanjutnya pasien diharuskan melakukan kontrol pada hari
ke-7 dan ke-21 berikutnya. Kontrol pasien ini dilakukan oleh para pemegang
program. Setelah pemberian vaksin, kemungkinan yang terjadi pada pasien adalah
pasien sembuh, pasien tidak sembuh atau bertambah parah.
Program rabies ini memiliki kerjasama dengan Dinas Peternakan. Dinas
Peternakan membantu dalam menangkap ataupun memusnahkan hewan yang
diduga menderita rabies seperti yang terjadi pada tahun 2008 saat terdapat kasus
kematian akibat rabies.
1.3.3.7.4 Upaya Kesehatan Indra
Program kesehatan indra di Puskesmas Buniwangi dibentuk sejak tahun
2010. Kegiatan dari program ini adalah menjalankan penyuluhan sebanyak 3 kali
dalam setahun.11
Selain itu, penjaringan atau pencarian kasus secara aktif
Bulan Hewan Penular Rabies Jumlah kasus
Mei - Nihil
Juni Anjing 1
Juli Kera 1
Total 2
Target 0%
Cakupan 0.7%
Kesenjangan - 0.7%
67
dilakukan sebulan sekali di sekolah dan di desa yang dilakukan oleh 8 orang
perawat dan 1 orang dari bagian umum. Kegiatannya meliputi pemeriksaan tajam
penglihatan. Sasaran dari program ini adalah anak sekolah dan lansia yang
mengalami katarak dan glaukoma.
Tabel 49 Jumlah Penyakit Mata di UPTD Puskesmas Buniwangi Periode
Mei-Juli 2014
Penyakit Jumlah Kunjungan
Total Mei Juni Juli
Katarak 133 147 189 469
Glaukoma 88 126 0 214
Kelainan Refraksi 13 0 0 13
Konjungtivitis 67 83 32 182
Total 301 356 221 878
Target 80%
Cakupan 9.98%
Kesenjangan -70.02
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
Masalah yang dihadapai pada program ini adalah operasi yang harus
tertunda pada saat terdapat kegiatan operasi gratis, akibat adanya penyakit
penyerta pada pasien. Sedangkan, pengobatan gratis tersebut sangat jarang
dilakukan, namun hal ini dapat diatasi dengan melakukan rujukan ke rumah sakit
menggunakan kartu BPJS. Mengenai dana, program ini didukung oleh dinas
kesehatan. Oleh karena itu, jika dinas kesehatan memberikan anggaran dana untuk
program ini, maka semua kegiatannya dapat berjalan dengan baik.
1.3.3.7.5 Malaria
Pada program malaria di Puskesmas Buniwangi, dilakukan penyuluhan
sebanyak 2 kali setahun dan pencarian kasus secara aktif sebanyak 1 kali
68
sebulan.11
Pencarian kasus ini dilakukan melalui pengambilan sediaan apus darah
tepi. Progam malaria di Puskesmas Buniwangi juga menjalankan survei kepadatan
larva di desa desa sekitar puskesmas. Tugas pokok programer malaria adalah
melaksanakan pengambilan sampel darah jari melalui kegiatan ACD (Active Case
Detection) dan PCD (Passive Case Detection), melaksanakan kegiatan
larvaciding, melaksanakan kegiatan MBS dan MFS, melaksanakan penyuluhan
penyakit malaria, dan melaksanakan follow up penderita malaria, serta
pemeriksaan laboratorium penyakit malaria.
Tabel 50 Data Pelayanan Malaria di UPTD Puskesmas Buniwangi Periode
Mei-Juli 2014 Desa Mei Juni Juli
Sediaan
darah
yang
diperiksa
Positif Jenis
malaria
Sediaan
darah
yang
diperiksa
Positif Jenis
malaria
Sediaan
darah
yang
diperiksa
Positif Jenis
malaria
Pasir Ipis 25 0 0 33 - - 30 - -
Buniwangi 15 0 0 27 - - 30 - -
Cipeundeuy 31 1 Plasm.
Falciparum
30 - - 30 - -
Gn.
Sungging
18 0 0 0 - - 0 - -
Sukatani 35 1 Plasm.
Vivax
30 - - 30 - -
Jumlah 124 2 120 - - 120 - -
Target 43.6% - - - - - - - -
Cakupan 42.2% - - - - - - - -
Kesenjangan +1.4% - - - - - - - -
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
Strategi yang digunakan untuk menanggulangi penyakit malaria berupa
memberdayakan dan mendorong masyarakat untuk hidup sehat dan melindungi
diri dari penularan penyakit malaria, meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu untuk mencegah dan menangani penyakit malaria, menggalang
69
kemitraan baik dengan lintas sektor maupun pihak swasta dalam pemberantasan
malaria termasuk penyehatan lingkungan, dan pemantauan evaluasi.
Langkah-langkah yang dilakukan puskesmas meliputi meningkatkan peran
seluruh pemegang kepentingan dalam perencanaan dan penatalaksanaan
sosialisasi pengembangan kebutuhan, mengurangi angka kesakitan dan kematian
yang diakibatkan oleh penyakit malaria, mendeteksi secara dini penyebaran
penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Buniwangi, mendiagnosa secara dini
sehingga tidak terjadi KLB malaria, memutuskan mata rantai vektor malaria yang
ada di daerah endemis malaria, meningkatnya penatalaksaan kasus malaria oleh
dokter dan bidan, serta puskesmas dapat dan mampu memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas pada kasus-kasus malaria.
1.3.3.7.6 Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS
Program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS merupakan program
pengembangan terbaru di Puskesmas Buniwangi. Program pengembangan ini baru
dimulai sejak bulan Januari tahun 2014 yang merupakan program pengembangan
dari program P2M. Sejak saat itu, kegiatan VCT dengan menggunakan mobil
yang meliputi penyuluhan dan pemeriksaan dijalankan setiap tiga bulan sekali,
sedangkan dengan dinas kesehatan sekali dalam setahun. Sampai saat ini, sudah
ditemui 3 kasus penderita HIV/AIDS.
70
Tabel 51 Data Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di UPTD
Puskesmas Buniwangi Periode Mei-Juli 2014
Program Pencegahan dan Penanggulan
HIV/AIDS Mei Juni Juli Total
Screening PCT 135
orang -
170
orang
305
orang
Penemuan penderita baru 0 - 0 0
Pemeriksaan dan Pengobatan 0 - 0 0
Rujukan dan Konsultasi 0 - 0 0
Penyuluhan 0 - 0 0
Program Pencegahan dan Penanggulan
HIV/AIDS Mei Juni Juli Total
Kunjungan Rumah 0 - 0 0
Target 0%
Cakupan 0%
Kesenjangan 0%
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
Pada skrining PCT, sampel darah yang telah diambil selanjutnya akan
dikirimkan ke Labkesda atau ke Puskesmas Cisaat untuk dianalisis. Masalah yang
terdapat pada program penanggulangan HIV/AIDS ini adalah kesediaan penderita
yang masih kurang untuk melakukan skrining ataupun pengobatan bagi yang telah
positif HIV. Hal ini dikarenakan stigma masyakarat yang mendiskriminasi
penderita penyakit tersebut, sehingga membuat mereka merasa malu ataupun
takut. Namun, hal ini dapat diatasi dengan cara petugas melakukan edukasi
kepada masyarakat mengenai penyakit ini dan cara penularan serta
pengobatannya, sehingga stigma tersebut bisa dihilangkan.
1.3.3.7.7 Kusta
Program penyakit kusta merupakan pengembangan dari program P2M.
Program ini menjalankan penyuluhan setiap 6 bulan sekali untuk meningkatkan
kesadaran penduduk tentang penyakit kusta. Pencarian kasus secara aktif
71
dilakukan setiap bulan sekali. Sejak tahun 2012, Puskesmas Buniwangi tidak ada
kasus kusta.
Tabel 52 Data Pelayanan Kusta di UPTD Puskesmas Buniwangi Periode
Mei-Juli 2014 Penyakit Kusta Mei Juni Juli Total
Kusta Multibaciliary (MB) 0 0 0 0
Kusta Paucibacillary (PB) 0 0 0 0
Target 0%
Cakupan 0%
Kesenjangan 0%
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
1.3.3.7.8 Program Lansia
Program pengembangan Lansia (Lanjut Usia) juga dijalankan di
Puskesmas Buniwangi. Klinik Lansia dilakukan di luar gedung puskesmas yaitu
di Posbindu. Kegiatan yang dilakukan di Klinik Lansia adalah pengukuran tinggi
badan, berat badan dan tekanan darah lansia. Selain itu, penyuluhan dan senam
lansia juga dilakukan.11
Kegiatan ini dilakukan sebanyak 1 kali dalam sebulan dan
biasanya dilakukan di tempat pengajian. Kunjungan rumah juga dilakukan apabila
para lansia tidak bisa datang ke Posbindu. Penduduk yang termasuk lansia dalam
program ini adalah orang yang berusia lebih dari 60 tahun, sedangkan lansia resti
(berisiko tinggi) adalah lansia yang berusia lebih dari 70 tahun atau yang memiliki
penyakit kronis.
Tabel 53 Cakupan Pemeriksaan Pasien Usia Lanjut di UPTD Puskesmas
Buniwangi Periode Mei-Juli 2014 Bulan Jumlah Lansia yang Diperiksa
Mei 435
Juni 432
Juli 477
Target (%) 100%
Cakupan (%) 48%
Kesenjangan (%) -51.75%
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
72
Pada program lansia, masing-masing lansia diberikan kartu KMS Lansia
(Kartu Menuju Sehat Lanjut Usia), yang bermanfaat untuk mencatat masalah atau
keluhan yang ada pada lansia tersebut saat berkunjung ke puskesmas/posbindu.
Setiap kunjungan, para lansia akan diperiksa fisik dan mentalnya, serta diberikan
anjuran mengenai hidup sehat, kegiatan fisik dan psikososial yang sebaiknya
dilakukan.
1.3.3.7.9 Filariasis
Program penanggulangan Filariasis di Puskesmas Buniwangi akan
mengadakan penyuluhan apabila terdapat kasus di desa tersebut. Selama ini, sejak
tahun 2007 hanya terdapat 3 kasus penderita filariasis. Pada tiga bulan terakhir,
Mei, Juni, dan Juli tidak terdapat kasus filariasis di desa Buniwangi.
Tabel 54 Data Pelayanan Filariasis di UPTD Puskesmas Buniwangi Periode
Mei-Juli 2014 Bulan Jumlah Kasus Target Cakupan Kesenjangan
Mei 0 0% 0% 0
Juni 0 0% 0% 0
Juli 0 0% 0% 0
Target 0%
Cakupan 0%
Kesenjangan 0%
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
1.3.3.7.10 Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Program Usaha Kesehatan Sekolah merupakan program pengembangan
yang dijalankan oleh Puskesmas Buniwangi. Program ini mempunyai 3 kegiatan
pokok yang berdasarkan dinas kesehatan, yaitu penjaringan/screening anak
Sekolah Dasar kelas 1 yang dilakukan setiap tahun ajaran baru (bulan Agustus),
penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan 2 kali
73
setahun pada bulan Mei and Oktober pada anak SD kelas 1, 3, dan 5 (usia anak
yang berisiko karies pada gigi).11
Tabel 55 Data Pelayanan Usaha Kesehatan Sekolah di UPTD Puskesmas
Buniwangi Periode Mei-Juli 2014
Usaha Kesehatan Sekolah Mei Juni Juli Jumlah
Jumlah sekolah yang diperiksa penjaringan 4 dari 26 0 0 2
Jumlah Murid SD / MI yang diperiksa
Penjaringan 509 0 0 509
Murid SD / MI yang perlu perawatan 425 0 0 425
Penyakit GIGI yang dilakukan perawatan 0 0 0 0
Target 100% - - -
Cakupan 15.38% - - -
Kesenjangan -84.61 - - -
Sumber: Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Buniwangi Mei-Juli 2014
Masalah utama yang dihadapi oleh program UKS di Puskesmas
Buniwangi ini adalah kurangnya tenaga kesehatan yang bersedia untuk membantu
dalam proses penjaringan, penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut.
Semua kegiatan ini dilakukan oleh pemegang program kesehatan sendirian.
Pemegang program kesehatan ini menangani seluruh sekolah di wilayah kerja
puskesmas ini, namun dari 26 sekolah dasar hanya 4 sekolah yang dapat
menjalankan program ini. Selain itu, pada sekolah yang dikunjungi, didapati
fasilitas yang kurang memadai, seperti tidak adanya ruang UKS dan obat-obatan
P3K karena sekolah tidak memprioritaskan program ini. Pergantian pengurus
program setiap tahunnya juga yang membuat program ini tidak bisa fokus pada
masalah utama dan laporan yang tidak rapi.
74
1.4 Identifikasi Masalah
Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Indikator
masalah adalah dengan kemampuan pencapaian dan target yang ingin dicapai.
Masalah dalam dunia kesehatan terbagi menjadi masalah kesehatan dan masalah
pelayanan kesehatan.
1.4.1 Masalah Manajemen Kesehatan
Masalah manajemen kesehatan dapat dinilai dari masukan dan proses yang
telah diketahui. Dari data masukan, Puskesmas Buniwangi memiliki masalah pada
sumber daya manusia yaitu jumlah tenaga kesehatan yang belum memenuhi
standar minimal dengan tidak adanya dokter gigi, juru jentik, tenaga laboratorium,
dan nutrisionis. Sumber daya yang sudah ada juga masih harus dikembangkan
karena masih memiliki kekurangan dari segi kualitas. Puskesmas Buniwangi juga
kurang merawat dan mengoptimalkan sarana dan prasarana yang telah dimiliki.
Tenaga administrasi di Puskesmas Buniwangi juga masih melakukan pencatatan
secara manual walaupun beberapa sudah melakukan secara komputerisasi.
Masalah juga terjadi pada sasaran Puskesmas Buniwangi, yaitu
masyarakat yang berada di Desa Cipeundeuy, Desa Gunungsungging, dan Desa
Sukatani yang memiliki akses yang jauh dengan jalan yang rusak, terlebih pada
Desa Sukatani yang merupakan desa terjauh dan tidak memiliki jembatan secara
permanen sehingga tidak bisa dilewati oleh kendaraan beroda 4.
75
1.4.2 Masalah Program Kesehatan
Masalah program kesehatan dapat dinilai dari kesenjangan yang ada.
Kesenjangan adalah nilai dari selisih cakupan dikurangi dengan target yang telah
ditetapkan. Bila terdapat kesenjangan yang bernilai negatif, itu menandakan
bahwa cakupan yang dilaksanakan oleh puskesmas masih di bawah target yang
telah ditetapkan dan itu merupakan masalah program kesehatan.
Tabel 56 Masalah Program Kesehatan Puskesmas Buniwangi Periode Mei-
Juli 2014
No Program Indikator Kesenjangan (%)
1 Promosi
Kesehatan
KIP/K
Penyuluhan Dalam Gedung
Penyuluhan Luar Gedung
PHBS di Tatanan Kesehatan
-2,05
-9,38
-16,67
-90
2 Kesehatan
Lingkungan
Kepemilikan SPAL
Kepemilikan Tempat Sampah
Kepemilikan Rumah Sehat
-23,86
-57,61
-34,02
Pengawasan Sarana Air Bersih
Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan
-11.7
-13,71
Pengawasan Rumah Sehat
Pengawasan SPAL
-11,97
-3,71
Pengawasan Jamban Keluarga -10,51
3 KIA/KB Kunjungan Ibu Hamil (K1)
Kunjungan Ibu Hamil (K4)
Pertolongan Persalinan oleh Tenaga
Kesehatan
Komplikasi kebidanan pada Ibu Hamil
Komplikasi kebidanan pada Ibu Melahirkan
dan Nifas
Pelayanan Neonatus Lengkap
-13,9
-13,6
-11,3
-5
-26,2
-2,2
Kunjungan Nifas 3
-4,7
KIA/KB Komplikasi Neonatus
Kunjungan Bayi B4
-60
-0,2
4 Gizi D/S -6,8
Pemberian kapsul VitA bagi ibu nifas -1,4
Jumlah Ibu Hamil mendapatkan Fe1
Jumlah Ibu Hamil mendapatkan Fe3
-1
-0,7
ASI Ekslusif -1,3
5 P2M TT 1,2,5 -22,5
Penderita TB Baru BTA Positif
-5
76
Program Indikator
Suspek TB paru
Kesenjangan (%)
-1,11
P2M Kasus Pneumonia pada balita -21,21
Penderita diare -20,16
6 Upaya
Pengobatan
Pemeriksaan Laboratorium -16,8
7 Upaya
Pengembangan
Upaya Penanggulan Rabies
Upaya Kesehatan Indra
Program Lansia
Usaha Kesehatan Sekolah
-0,7
-70,02
-51,75
-84,61
1.4.3 Masalah Kesehatan
Masalah kesehatan merupakan masalah yang berhubungan dengan angka
kesakitan, angka kematian, dan status gizi.
1.4.3.1 Angka Kesakitan (Morbiditas)
Masalah Kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Buniwangi dilihat dari
masalah lokal puskesmas yang digambarkan dengan 10 penyakit terbanyak, yaitu
hipertensi, ISPA, rematik, gastroduodenitis, tukak lambung, konjungtivitis,
mialgia, diare dan gastroenteritis, gout, dan arthritis.
1.4.3.2 Angka Kematian (Mortalitas)
Mortalitas dapat digambarkan oleh kematian bayi (AKB), angka kematian balita
(AKABA), angka kematian ibu (AKI), atau angka kematian kasar. Terdapat 1
kematian ibu dan 4 kematian balita periode Mei-Juli 2014.
77
1.4.3.3 Status Gizi
Masalah kesehatan yang berkaitan dengan status gizi masyarakat,
indikator pertama adalah prevalensi anak usia di bawah lima tahun (balita) dengan
berat badan kurang. Terdapat 2 balita gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas
Buniwangi.
1.5 Prioritas Masalah
Penentuan prioritas masalah adalah suatu proses untuk menentukan
kriteria atau urutan masalah yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan
menggunakan metode tertentu. Prioritas masalah dilakukan karena banyaknya
masalah yang dapat muncul akan tetapi terdapat juga keterbatasan sumber daya
dan teknologi untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut. Prioritas masalah juga
dilakukan karena mungkin terdapat keterkaitan antara satu masalah dengan
masalah yang lain, sehingga tidak semua masalah yang ada harus diselesaikan
pada waktu yang sama.
Berdasarkan analisis SWOT, masalah manajerial kesehatan dirasakan
kurang bisa diintervensi karena masalah ini diluar kompetensi dan kemampuan
mahasiswa PSPD IKM. Untuk masalah pelayanan kesehatan tidak dipilih karena
membutuhkan follow up jangka panjang dan waktu yang ada kurang cukup untuk
mengatasinya, serta kesenjangan yang timbul akibat kurangnya sumber daya
manusia sulit untuk diintervensi.
Masalah kesehatan dipilih karena intervensi langsung dilakukan ke
masyarakat dan dampaknya langsung dirasakan oleh masyarakat serta sesuai
78
dengan kompetensi mahasiswa PSPD. Selain itu antusiasme masyarakat terhadap
masalah penyakit dirasakan tinggi dan Puskemas menyarankan dilakukannya
penyuluhan mengenai masalah kesehatan di desa yang aksesnya sulit.
1.5.1 Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan
Dari masalah kesehatan dan program, prioritas masalah ditentukan
melalui scoring, yaitu dengan memberikan nilai untuk kriteria tertentu dan
masalah yang menjadi prioritas pertama adalah masalah yang memiliki bobot
paling besar. Salah satu teknik scoring adalah PAHO. Penentuan prioritas masalah
kesehatan yang terjadi di Puskesmas Buniwangi dilakukan dengan menggunakan
teknik skoring PAHO. Teknik PAHO memiliki 4 indikator, yaitu : (1) besarnya
masalah (Magnitude), (2) derajat keparahan (Severity), (3) ketersediaan teknologi
(Vulerability), dan (4) kepedulian masyarakat dan pejabat (Community/Political
Concern). Prioritas masalah telah dilakukan dengan meminta pendapat 8-10 orang
untuk memberikan skor antara 1-10 untuk masing-masing kriteria yang ada.
Tabel 57 Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan Puskesmas Buniwangi
Berdasarkan PAHO
Prioritas Penyakit M S V C TOTAL
1 Hipertensi primer 9 9 8 6 3888
2 Diare dan gastroenteritis 6.5 8.5 6 7 2320.5
3 Infeksi Pernafasan Saluran Akut
(ISPA)
8.5 6.7 5 8 2278
4 Rematisme 8 6.1 5 5 1220
79
Prioritas Penyakit M S V C TOTAL
5 Gastroduodenitis tidak spesifik 7.5 6.9 5 5 1293.5
6 Tukak lambung 7 7 6 7 2058
7 Konjungtivitis 5 5 7 7 1225
8 Gout 5.5 6 6 6 1188
9 Arthritis lainnya 5.5 6 7 5 1155
Dari hasil metode PAHO di atas didapatkan bahwa masalah kesehatan
hipertensi menempati posisi pertama dalam skala prioritas masalah dan masalah
diare dan gastroenteritis menempati posisi kedua. Antara alasan lain mengapakah
kami telah pilih hipertensi adalah:
1. Menurut laporan tahunan Puskesmas Buniwangi dari bulan Januari sampai
Juli 2014 didapatkan ada 845 kasus hipertensi primer dan prevalensinya
cukup tinggi berbanding dengan penyakit lain.
2. Adanya permintaan dari pihak UPTD puskesmas Buniwangi untuk
melakukan intervensi terhadap masalah hipertensi.
3. Penyuluhan terhadap penyakit hipertensi masih belum dilaksanakan
secara merata di seluruh wilayah kerja UPTD Puskesmas Buniwangi.
4. Penyakit hipertensi dapat dicegah dan apabila penderita tidak ditangani
dengan baik maka dapat menyebabkan komplikasi yang serius.
Kami memilih warga Desa Gunungsungging sebagai sasaran primer
karena berdasarkan data, prevalensi hipertensi tertinggi berada di wilayah Desa
Pasir Ipis dan Buniwangi, dan terlihat rendah di Desa Gunungsungging, Desa
80
Cipeundeuy, dan Desa Sukatani, hal ini kemungkinan disebabkan karena sulitnya
akses desa-desa tersebut untuk berobat ke Puskesmas. Hal ini menyebabkan
kurang terdeteksinya penyakit hipertensi di desa tersebut. .
1.6 Rumusan Masalah
Tabel 58 Rumusan Masalah
Komponen Hasil analisis
What Tingginya angka kejadian penyakit hipertensi
Who Penderita hipertensi
When Mei 2014 – Juli 2014
Where Wilayah kerja UPTD Puskesmas Buniwangi
How Hipertensi menempati peringkat pertama pada morbiditas terbanyak
di UPTD puskesmas buniwangi
Rumusan masalah dapat disimpulkan seperti berikut: Tingginya angka
kejadian penyakit hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Buniwangi pada periode
Mei 2014 sampai Juli 2014.
1.7 Identifikasi Penyebab Masalah
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi penyebab masalah ialah
dengan pendekatan teori HL Blum yaitu dengan menilai empat faktor yang dapat
berpengaruh terhadap tingkat kesehatan, yaitu faktor lingkungan (20%), faktor
genetik (20%), faktor perilaku (50%), dan faktor pelayanan kesehatan (10%)
81
dengan diagram fishbone. Metode ini menganalisis faktor-faktor risiko yang
mempengaruhi terjadinya suatu penyakit.
Gambar 7 Identifikasi Penyebab Masalah berdasarkan Diagram Fishbone
1. Faktor Genetik
Riwayat keluarga, usia, serta jenis kelamin merupakan
faktor risiko dari hipertensi.
2. Faktor Perilaku
Faktor perilaku yang mempengaruhi penyakit hipertensi
adalah kebiasaan merokok, tidak menerapkan pola makan yang
sehat, seperti makan-makanan asin dan makanan berlemak,
kurangnya aktivitas dan kurangnya kepatuhan minum obat dan
82
kontrol teratur. Masyarakat juga menganggap bahwa penyakit
hipertensi merupakan penyakit yang tidak berbahaya.
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi penyakit hipertensi
adalah budaya makan asin, pendapatan yang rendah, dan stres.
Budaya Sunda merupakan budaya yang dimiliki oleh
masyarakat wilayah kerja Puskesmas Buniwangi. Masyarakat
Sunda memiliki kebiasaan makan makanan yang asin.
Sebagian besar masyarakat wilayah kerja Puskesmas
Buniwangi bermata pencaharian sebagai petani yang memiliki
pendapatan yang rendah karena sesuai dengan musim panen.
Pendapatan yang rendah ini dapat menyebabkan pasien tidak
berobat atau kontrol teratur serta kurangnya konsumsi buah-
buahan dan sayuran dikarenakan harga buah dan sayur yang
mahal.
4. Faktor Pelayanan Kesehatan
Akses yang jauh dari desa ke Puskesmas Buniwangi
menyebabkan masyarakat sulit mengunjungi puskesmas untuk
kontrol atau berobat. Tenaga kesehatan juga jarang melakukan
penyuluhan karena kurangnya SDM.
1.8 Konfirmasi Penyebab Masalah
Untuk mengetahui penyebab masalah hipertensi, dilakukan beberapa
kegiatan, yaitu:
83
1. Diskusi dengan dokter fungsional Puskesmas Buniwangi
Menurut dokter, penyebab tingginya angka hipertensi di wilayah
cakupan Puskesmas Buniwangi dipengaruhi oleh adat budaya Sunda
yang memiliki kebiasaan makan makanan asin, sedangkan makanan
asin merupakan salah satu faktor risiko yang menyebabkan hipertensi.
Mayoritas pekerjaan masyarakat adalah sebagai petani dan masyarakat
memiliki kebiasaan untuk jalan kaki dalam jarak yang jauh, sehingga
faktor resiko hipertensi yaitu kurangnya aktivitas fisik dirasakan tidak
sesuai untuk karakteristik masyarakat di wilayah Puskesmas
Buniwangi.
Selain itu upaya promosi kesehatan mengenai penyakit hipertensi
dirasakan kurang, terutama di wilayah desa yang aksesnya jauh ke
Puskesmas seperti Desa Gunungsungging, Desa Cipeundeuy, dan Desa
Sukatani. Dokter merasa bahwa dibutuhkan suatu upaya promosi
kesehatan berkaitan dengan pencegahan penyakit hipertensi serta
modifikasi gaya hidup sebagai bentuk intervensi terjadinya penyakit
hipertensi.
2. Diskusi dan wawancara dengan pemegang program promosi
kesehatan
Menurut pemegang program promosi kesehatan, kegiatan promosi
kesehatan hipertensi sudah cukup sering dilakukan di wilayah desa
Pasir Ipis dan Desa Buniwangi namun masih sulit dilakukan di wilayah
84
desa yang aksesnya jauh karena kurangnya sumber daya manusia dan
transportasi menuju kesana.
3.Wawancara dan membagikan kuesioner kepada masyarakat
Saat dilakukan wawancara kepada masyarakat, terlihat bahwa
masyarakat kurang mengetahui tentang hipertensi dan banyak pula dari
masyarakat yang bahkan tidak mengetahui tekanan darah mereka
sendiri. Masyarakat juga mengakui jarang mengonsumsi buah atau
sayuran dikarenakan dana untuk makan sehari-hari masih kurang,
sayuran yang biasa dikonsumsi adalah lalapan yang selalu dimakan
bersama sambal.
1.8.1 Analisis Survei Kuesioner
Untuk mengetahui penyebab masalah dari identifikasi diatas, maka
dilakukan survey berupa pemberian kuesioner pada 30 warga yang tinggal di
wilayah Desa Gunungsungging, dengan kriteria inklusi:
1) Berdomisili di Desa Gunungsungging
2) Laki-laki atau perempuan berusia 18-60 tahun
3) Sehat secara jasmani dan rohani
Variabel yang dilihat dalam kuesioner ini adalah pengetahuan tentang
pencegahan dan pengobatan pada hipertensi. Kuesioner pengetahuan dianalisis
dan dikategorikan berdasarkan pengelompokan berikut:
85
a. Jika jawaban benar 76-100%, diinterpretasikan bahwa
pengetahuan responden mengenai pencegahan dan pengobatan
hipertensi tergolong baik.
b. Jika jawaban benar 56-75%, diinterpretasikan bahwa pengetahuan
responden mengenai pencegahan dan pengobatan hipertensi
tergolong cukup.
c. Jika jawaban benar ≤55%, diinterpretasikan bahwa pengetahuan
responden mengenai pencegahan dan pengobatan hipertensi
tergolong kurang.
Survei terhadap responden akan dilakukan dengan terlebih dahulu
meminta kesediaan responden (informed consent) secara verbal untuk mengisi
kuesioner Data yang diperoleh dari responden akan dijaga kerahasiannya dan
hanya untuk kepentingan survei. Dari hasil analisis kuesioner didapatkan 76,67%
responden tidak memiliki riwayat hipertensi yang kemungkinan disebabkan
karena tidak memeriksakan diri ke dokter. Dari pertanyaan mengenai pencegahan
penyakit hipertensi, 33,33% responden berpengetahuan baik, 10% berpengetahuan
cukup, dan 56,67% berpengetahuan buruk. Berdasarkan pertanyaan mengenai
pengobatan penyakit hipertensi, 16,67% responden berpengetahuan baik, 16,67%
berpengetahuan cukup, dan 66,667 % responden memiliki pengetahuan yang
buruk.
Dari data yang didapatkan dari kuesioner, sebagian besar responden
sudah mengetahui apa itu gejala hipertensi namun masih belum paham definisi
hipertensi serta berapa nilai tekanan darah yang normal. Distribusi responden
86
berdasarkan masing–masing karakteristik medis dan demografi ditampilkan pada
tabel berikut ini:
Tabel 59 Distribusi responden berdasarkan karakteristik medis dan
demografi
Karakteristik responden Frekuensi
(n = 30)
Persentase
(%)
Jenis kelamin
Laki-laki 14 46,67
Perempuan 16 53,33
Umur
18-30 10 33,33
30-40 12 40
40-50 5 16.67
50-60 3 10
Pendidikan terakhir
Tidak bersekolah 0
SD/sederajat 18 60,00
SMP/sederajat 8 26,67
SMA/sederajat 3 10,00
Perguruan tinggi 1 3,33
Kebiasaan merokok
Tidak 17 56,67
Ya 13 43,33
Riwayat hipertensi
Tidak 23 76,67
Ya 7 23,33
Riwayat keluarga dengan hipertensi
Tidak 19 63,33
Ya 11 36,67
Pengetahuan tentang pencegahan
Baik 10 33,33
Cukup 3 10,00
Kurang 17 56,67
Pengetahuan tentang pengobatan
Baik 5 16,67
Cukup 5 16,67
Kurang 20 66,67
Mengerti definisi tekanan darah 13 43,33
Mengetahui tekanan darah normal 15 50,00
Mengetahui gejala hipertensi 24 80,00
87
1.9 Penanggulangan masalah
1.9.1 Alternatif Penanggulangan Masalah
Di bawah ini adalah rencana alternatif penanggulangan masalah yang
didapatkan :
Tabel 60 Alternatif Penanggulangan Masalah
Faktor Masalah Alternatif penyelesaian masalah
Genetik Riwayat hipertensi dalam
keluarga
-Skrining genetik pada keluarga
dengan menggunakan metode
genogram Usia > 40 tahun
Jenis kelamin laki-laki
Pelayananan
kesehatan
Akses sulit terjangkau -Memberdayakan puskesmas
keliling
- Meningkatkan kegiatan posbindu
untuk lansia
Kurang penyuluhan karena
kurang SDM
Lingkungan Budaya makan asin Penyuluhan mengenai pola makan
sehat, Penyediaan media informasi
melalui brosur, leaflet, spanduk,
poster dll, sosialisasi JKN
Stres
Penduduk berpendapatan
rendah
Perilaku Merokok - Penyuluhan tentang penyakit
hipertensi dan gaya hidup sehat
kepada masyarakat
- Melakukan home visit
- melibatkan kader dan keluarga
dalam proses pengobatan pasien
Minum alkohol
Kurang aktivitas fisik
Kurang kepatuhan minum
obat & kontrol teratur
88
1.9.2 Pemecahan Masalah Terpilih
Tabel 61 Pemecahan Masalah Terpilih
No Solusi masalah Biaya Kesulitan
teknis
Dampak Penolakan
terhadap
perubahan
Waktu yang
disediakan
Skor
1. Skrining genetik keluarga
dengan menggunakan metode
genogram
Rendah
(1)
Sulit
(0)
Kurang
(0)
Bisa
diterima (1)
Lama (0) 2
2. Meningkatkan kegiatan
puskesmas keliling
Tinggi
(0)
Sulit (0) Baik (1) Bisa
diterima (1)
Lama (0) 2
3 Meningkatkan kegiatan
posbindu
Rendah
(1)
Mudah
(1)
Baik (1) Bisa
diterima (1)
Lama (0) 4
4 Penyediaan media informasi
melalui brosur, leaflet, spanduk,
postur dll
Tinggi
(0)
Mudah
(1)
Baik (1) Tidak bisa
diterima (0)
Singkat (1) 3
5 Penyuluhan tentang penyakit
hipertensi dan gaya hidup sehat
kepada masyarakat
Rendah
(1)
Mudah
(1)
Baik (1) Bisa
diterima (1)
Singkat (1) 5
6 Melakukan home visit Rendah
(1)
Sulit (0) Baik (1) Bisa
diterima (1)
Lama
(0)
3
Pemecahan yang paling mungkin adalah penyuluhan kepada masyarakat
mengenai hipertensi dan pencegahannya. Masyarakat dan kader dipilih sebagai
89
sasaran karena membutuhkan pengetahuan tentang hipertensi, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hipertensi.
Kader diharapkan dapat memahami dengan baik untuk meneruskan pengetahuan
pada masyarakat. Tokoh masyarakat setempat dan tenaga kesehatan juga turut
diundang.
90
BAB II
RENCANA PENANGGULANGAN MASALAH
2.1 Pendahuluan
Tahap lanjutan setelah identifikasi masalah, penentuan prioritas masalah,
dan penentuan penyebab masalah adalah merencanakan metode yang paling
memungkinkan untuk menanggulangi masalah yang terpilih. Masalah yang
diambil adalah kasus hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Buniwangi. Kasus
hipertensi merupakan kasus yang menempati posisi pertama pada 10 kasus
penyakit terbanyak di Puskesmas Buniwangi.
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan nilai
sistolik sama dengan atau lebih dari 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik
sama dengan atau lebih dari 90 mmHg.15
World Health Organization (WHO),
2008, menyatakan hipertensi sebagai masalah kesehatan umum di seluruh dunia.
Hal ini disebabkan tingginya angka kejadian hipertensi yang kian hari semakin
mengkhawatirkan.16
Penanggulangan masalah tersebut dapat diselesaikan salah
satunya dengan metode penyuluhan pada masyarakat.
2.2 Tujuan Penyuluhan
2.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan penyuluhan ini adalah untuk.meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai penyakit hipertensi.
91
2.2.2 Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai definisi, klasifikasi,
faktor resiko, tanda dan gejala, komplikasi, penyakit penyerta, serta
penatalaksanaan farmakologi penyakit hipertensi.
2. Meningkatkan pengetahuan gaya hidup sehat kepada masyarakat
sebagai penatalaksanaan non farmakologi dan pencegahan penyakit
hipertensi
2.3 Sasaran Penyuluhan
Pada penyuluhan ini, terdapat tiga sasaran yang diinginkan yaitu
sasaran primer, sekunder, dan tersier. Sasaran primer adalah atau sasaran utama
adalah individu atau kelompok individu yang akan memperoleh manfaat paling
besar dari kegiatan penyuluhan ini. Sasaran primer pada penyuluhan ini adalah
masyarakat usia produktif yaitu usia 18-60 tahun di Desa Gunung Sungging.
Sasaran sekunder adalah seseorang atau kelompok yang diharapkan dapat
memberikan dukungan dan berpengaruh bagi sasaran primer dalam
menyelesaikan masalah kesehatan, yaitu kader kesehatan.
Sasaran tersier adalah individu, kelompok, dan institusi yang diharapkan
memberikan dukungan kebijakan, tenaga, dana, sarana, dan lain-lain dalam
menyelesaikan masalah kesehatan. Sasaran tersier dalam kegiatan penyuluhan ini
adalah tokoh masyarakat dan tenaga kesehatan.
92
2.4 Metode Penyuluhan
Metode yang dipilih dalam penyuluhan kali ini adalah metode ceramah
disertai sesi tanya jawab. Metode ceramah dilakukan dengan cara penyampaian
yang dibuat menarik dan dengan menggunakan bahasa yang disederhanakan dan
mudah dipahami oleh masyarakat umum. Metode ini dilakukan untuk efisiensi
waktu yang terbatas. Penyuluhan menggunakan metode ceramah dilakukan
dengan bentuk:
1. Ceramah berupa presentasi powerpoint oleh dokter muda dengan judul
“MAHABHARATA” ( Mari Hidup Bahagia Tanpa Darah Tinggi) dengan
gambar yang menarik yang ditampilkan pada layar dengan proyektor.
2. Interaksi tanya jawab antara masyarakat dengan penyaji materi setelah
ceramah
3. Pemutaran video edukasi mengenai hipertensi
4. Pengisian soal pre test dan post test untuk menentukan keberhasilan
penyuluhan
5. Pemberian leaflet yang berisi rangkuman materi ceramah
2.5 Materi Penyuluhan
2.5.1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan nilai
sistolik sama dengan atau lebih dari 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik
sama dengan atau lebih dari 90 mmHg.15
Seseorang dapat didiagnosis dengan
93
penyakit hipertensi apabila telah dilakukan pengukuran tekanan darah sekurang-
kurangnya dua kali di waktu yang berlainan.15
Hal ini dapat terjadi karena jantung
bekerja lebih keras dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dan nutrisi tubuh. Hipertensi sistolik walaupun tidak dibarengi dengan adanya
peningkatan tekanan diastolik akan menjadi sangat signifikan sebagai faktor
kerusakan pada target organnya. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu
fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal. 17
2.5.2 Epidemiologi
Pada tahun 2000, hipertensi memiliki prevalensi sebesar 26,4% dari
populasi orang dewasa di seluruh dunia. Prevalensi ini terdiri dari 26,6% pada
populasi pria, dan 26,1% pada populasi wanita. Jumlah penderita hipertensi
dewasa diperkirakan akan terus meningkat, dengan peningkatan sebesar 60%
pada tahun 2025.15
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada
umur ≥ 18 tahun menurut Riskesdas Tahun 2013 adalah sebesar 25,8%,
dengan tertinggi di Bangka Belitung (30,9%) dimana Jawa Barat menduduki
peringkat ketiga dengan persentase 29,4%.18
2.5.3 Faktor Risiko Hipertensi
2.5.3.1 Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah
Faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah faktor-faktor yang sifatnya
menetap pada diri individu, yaitu :
94
1. Usia
Usia berpengaruh dalam terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya usia,
risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar.16
2. Jenis Kelamin
Prevalensi pria penderita hipertensi lebih banyak dibandungkan wanita di
kelompok usia di bawah 45 tahun. Pria diduga memiliki gaya hidup yang
cenderung dapat lebih meningkatkan tekanan darah dibandingkan wanita. Namun,
saat memasuki kelompok usia 45-64 tahun, prevalensi hipertensi kedua jenis
kelamin ini menjadi sama, dan pada kelompok usia di atas 65 tahun, prevalensi
hipertensi pada wanita meningkat secara signifikan.19
3. Riwayat Keluarga
Faktor keturunan juga meningkatkan risiko terkena hipertensi, terutama
pada hipertensi primer (esensial). Faktor-faktor lingkungan yang kemudian
mencetuskan seorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan
metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel.17
2.5.3.2 Faktor Risiko yang Dapat Diubah
Faktor risiko kelompok ini dapat dihindari sebagai bentuk pencegahan
dari hipertensi. Faktor risiko yang termasuk dalam kelompok yang dapat diubah
adalah:
1. Kegemukan (Obesitas)
Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-orang kegemukan 5
kali lebih tinggi dibandingkan seseorang dengan Indeks Masa Tubuh normal.
95
Sedangkan pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20—33% memiliki berat
badan lebih (overweight).
2. Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbonmonoksida yang berasal
dari rokok dapat merusak lapisan pembuluh darah, yang kemudian menyebabkan
proses arterosklerosis dan menyebabkan hipertensi.20
3. Psikososial dan Stress
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam,
rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang pelepasan hormon adrenalin dan
memicu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat sehingga tekanan darah
akan meningkat. Peningkatan tekanan darah akan lebih besar pada individu yang
mempunyai kecenderungan stress emosional yang tinggi.20
4. Konsumsi Alkohol
Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas.
Diduga peningkatan kadar kortisol, peningkatan volume sel darah merah, dan
peningkatan kekentalan darah akibat efek alkohol berperan dalam menaikkan
tekanan darah.17
5. Konsumsi Garam Berlebihan
Pada masyarakat yang mengkonsumsi garam 3 gr atau kurang, ditemukan
tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan pada masyarakat yang asupan
garamnya sekitar 7—8 gr, tekanan darah rata-rata lebih tinggi.17
96
2.6 Komplikasi Hipertensi
Komplikasi hipertensi melibatkan organ-organ target seperti17, 20
:
1. Jantung
Komplikasi-komplikasi pada jantung, seperti hipertropi ventrikel
kanan, gagal jantung, iskemik dan infark myokard.
2. Otak
Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit stroke. Stroke
adalah kerusakan jaringan otak akibat pecah atau tersumbatnya
pembuluh darah yang menyuplai makanan dan oksigen.
3. Ginjal
Hipertensi dapat berakibat pada gagal ginjal. Keadaan ini dipicu oleh
penyempitan pembuluh darah arteri yang mengakibatkan terganggunya
pasokan darah menuju ginjal dan dapat mengakibatkan kerusakan
ginjal permanen.
4. Mata
Hipertensi dapat menginduksi terjadinya kelainan pada mata yang
dapat menyebabkan terganggunya pandangan hingga kebutaan.
2.7 Penatalaksanaan pada Penderita Hipertensi
2.7.1 Pengendalian Faktor Risiko dan Pencegahan
Pencegahan hipertensi dapat dilakukan melalui intervensi modifikasi
gaya hidup. Program modifikasi gaya hidup ini harus dilakukan oleh semua orang,
baik penderita hipertensi maupun bukan penderita hipertensi. Program edukasi
97
yang lebih intensif perlu dilakukan untuk orang yang sudah menderita hipertensi,
demi mencegah terjadinya komplikasi hipertensi yang fatal.17
Modifikasi gaya hidup ini berupa penurunan berat badan untuk individu
overweight atau obesitas, mengadopsi pola makan Dietary to Stop Hypertension
(DASH), mereduksi konsumsi natrium, meningkatkan aktivitas fisik, dan
pengurangan konsumsi alkohol. Strategi modifikasi gaya hidup diperlihatkan
dalam tabel.
Tabel 62 Modifikasi Gaya Hidup dalam Manajemen Hipertensi17
Modifikasi Rekomendasi Rata-rata penurunan
tekanan darah sistolik
Pengurangan berat badan Mempertahankan berat badan
normal (BMI 18,5-24,9 kg/m2)
5-20mmHg/10kg
pengurangan berat badan
Mengadopsi pola makan
DASH
Mengkonsumsi banyak buah,
sayur, produk susu rendah
lemak, dan makanan lain yang
mengandung rendah lemak
8-14 mmHg
Mengurangi konsumsi
garam
Mengurangi konsumsi garam
dalam makanan sehari-hari,
tidak boleh melebihi 100mmol
per hari (2,4 gram sodium atau
6 gram sodium klorida)
2-8 mmHg
Aktivitas fisik Aktivitas fisik aerobic yang
regular, seperti jalan santai (30
menit sehari, minimal 3 kali
dalam seminggu)
4-9 mmHg
Pengurangan konsumsi
alkohol
Konsumsi alkohol tidak boleh
lebih dari 2 kali (setara dengan
30ml etanol) dalam sehari
untuk laki-laki, dan tidak
boleh lebih dari 1 kali untuk
perempuan
2-4 mmHg
98
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa obesitas sangat
berhubungan dengan hipertensi. Karenanya penurunan berat badan akan diikuti
dengan penurunan tekanan darah. Dalam penelitian lain disebutkan setiap
penurunan sepuluh kilogram berat badan akan diikuti oleh penurunan tekanan
sistolik 5-20 mmHg.17
Terapi nonfarmakologi selanjutnya adalah adopsi strategi DASH, DASH
adalah suatu perencanaan terhadap pola makan yang bertujuan untuk menurunkan
risiko tekanan darah tinggi karena setiap apa yang kita makan akan
mempengaruhui tekanan darah. DASH juga dapat menurunkan berat badan secara
efektif.17
Penelitian dari National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI)
menunjukkan bahwa mengurangi makanan yang berlemak dan berkolesterol serta
meningkatkan porsi buah-buahan, sayuran dan produk berbahan dasar susu dapat
membantu menurunkan atau mempertahankan tekanan darah yang sehat.
Dalam rencana makan sehari-hari, konsumsi produk makanan yang
berbahan dasar gandum seperti nasi,roti dan cereal serta kacang-kacangan dan
daging putih (ikan, ayam) harus ditingkatkan. Makanan yang tinggi sodium
seperti penyedap (MSG) dan garam harus dikurangi (<2.4g ) karena dapat
meningkatkan tekanan darah. Makanan yang tinggi gula seperti minuman
kalengan juga harus dikurangi menjadi seminggu 5 sendok besar. Berikut adalah
daftar komponen-komponen makanan yang baik untuk tubuh.
99
Tabel 63 Contoh menu berdasarkan DASH
Selain DASH, dalam terapi non-farmakologi ini pasien juga harus
mengurangi konsumsi sodium. Konsumsi sodium tidak boleh melebihi 2,4 – 6 mg.
Jenis Makanan Contoh Makanan Manfaat Cara Sediaan
Gandum dan
produk olahan
gandum / Biji-
bijian
Nasi, Roti gandum,
sereal
Sumber Energi dan
serat.
Kukus, Bakar
Buah-buahan Pisang, kurma,
anggur, jeruk,
mangga, melon,
pepaya, nanas,
semangka, apel, jeruk
Bali.
Sumber kalium,
magnesium dan
serat.
Sayur-sayuran Tomat, kentang,
wortel, brokoli,
bayam, kacang
hijau, labu, sawi
hijau, kol, timun
Sumber kalium,
magnesium dan
serat.
Ditumis, direbus
(sup), lalapan
Produk Susu
Rendah Lemak atau
Tanpa Lemak
Susu tanpa lemak
atau rendah lemak,
keju tanpa lemak atau
rendah lemak,
yoghurt tanpa lemak
atau rendah lemak.
Sumber kalsium dan
protein.
Daging Merah,
Unggas, Ikan
Daging tanpa lemak,
hindari kulit pada
daging unggas
(ayam/bebek),
Sumber protein dan
magnesium.
Dipepes,
dipanggang,
digoreng, direbus
Kacang-kacangan,
polong-polongan,
biji-bijian, umbi-
umbian
Tempe, tahu, kacang
tanah, kwaci, kacang
merah, singkong,
kentang, terong,
oncom
Sumber energi,
magnesium ,kalium,
protein dan serat.
Direbus, ditumis,
dipepes
Lemak dan Minyak Minyak sayur,
margarin rendah
lemak.
Asupan lemak yang
tetap diperlukan
oleh tubuh sebagai
sumber kalori.
Makanan Manis Gula,selai,agar-
agar,permen, sirup
buah, minuman
dalam kalengan
Dalam jumlah
terbatas dan rendah
lemak sebagai salah
satu sumber kalori
100
Ada beberapa metode untuk mengurangi konsumsi sodium. Salah satunya adalah
dengan mengurangi penambahan garam atau bahkan meniadakan garam dalam
memasak makanan, atau menghindari makanan yang pada labelnya mengandung
sodium dalam jumlah yang besar. Selain itu hindari makanan cepat saji. 17
Aktivitas fisik juga dapat menurunkan tekanan darah, karena melalui
aktivitas fisik dapat menurunkan berat badan serta dapat meningkatkan efektifitas
kerja insulin.21
Aktivitas fisik yang direkomendasikan adalah olahraga aerobik
selama 30 menit dalam sehari, dilakukan minimal tiga kali dalam seminggu.
Aktivitas fisik sesuai dengan rekomendasi tersebut memiliki efek yang hampir
sama dengan obat-obatan antihipertensi.17
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam melakukan aktivitas fisik:22
a) Frekuensi, artinya berapa kali melakukan latihan selama waktu
tertentu.Hasil penilitian menganjurkan dalam seminggu melakukan
olahraga secara teratur 3-5 kali seminggu dengan jarak 1-2 hari.
b) Intensitas, adalah ukuran berat ringannya atau beban suatu latihan. Untuk
mengetahui ketepatan porsi intensitas aktivitas fisik diukur dengan
menghitung detak nadi pada saat beraktivitas. Menurut penilitian, setiap
melakukan aktivitas fisik harus mencapai 72%-87% dari dennyut nadi
maksimum. Denyut nadi maksimum disebut zona sasaran. Setiap
melakukan aktivitas fisik hendaknya zona sasaran dipertahankan selama
paling sedikit 25 menit.
c) Tempo, atau waktu artinya berapa lama durasi latihan berlangsung.
Sirkulasi atau aliran darah dalam tubuh akan meningkat sesuai dengan
101
bertambahnya denyut nadi.. Untuk memulai latihan olahraga maka
dilakukan sesuai dengan kemampuan, kemudian ditambah secara
perlahan/bertahap selama 30 menit.
Pengurangan konsumsi alkohol sangat dianjurkan bagi para penderita
hipertensi karena konsumsi alkohol yang kronik dapat meningkatkan tekanan
darah dan meningkatkan resistensi terhadap obat-obatan antihipertensi.
Berhenti merokok juga dapat menurunkan tekanan darah.17
Terdapat
berbagai cara bagi seseorang itu untuk berhenti merokok. Di bawah adalah antara
tips dan triks untuk berhenti merokok.23
a. Niat
Merokok merupakan kebiasaan buruk seseorang, apabila seseorang akan
berhenti merokok harus diawali dengan niat dan kesadaran terhadap bahaya yang
ditimbulkan akibat rokok. Apabila tidak didasari oleh niat maka akan membuat
tekanan dan kegagalan program berhenti merokok.
b. Tantangan
Tantangan terberat seorang perokok adalah melawan diri sendiri.
Keberhasilan dalam menaklukkan diri sendiri akan membuat kepercayaan diri
meningkat sehingga program hidup sehat tanpa asap rokok bisa dilakukan.
c. Menghitung biaya
Perokok menghabiskan uang yang tidak sedikit untuk membeli rokok
setiap hari, setiap bulan dan setiap tahun sehingga perokok harus dapat
mengkalkulasi berapa biaya yang dikeluarkan dengan keuntungan yang dia
dapatkan dari rokok.
102
d. Jangan beli rokok
Dengan menahan keinginan untuk membeli rokok, maka pikiran atau niat
untuk memulai merokok menjadi tidak ada.
e. Optimalkan dukungan dari orang terdekat
Meminta bantuan orang terdekat untuk mengingatkan kembali niat
berhenti merokok dan memberikan dukungan terus menerus dapat menjadi
motivasi untuk berhenti merokok .
Terapi relaksasi untuk menghilangkan stress juga dibutuhkan untuk
menghindari terjadinya hipertensi. Salah satu pelampiasan yang sering muncul
saat stress adalah makan berlebihan. Risiko kelebihan berat badan dan berbagai
penyakit akan meningkat. Stress juga memicu hormon kortisol yang apabila
berlebihan akan menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan penumpukan
lemak di perut.
Mengelola stress adalah salah satu dari cabang gaya hidup sehat. Berikut
adalah tips menyenangkan untuk mengelola stress.24
1. Berbagi
Salah satu bentuk berbagi adalah bercerita masalah kepada orang terdekat,
sehingga penyebab stress tidak terpendam dan tidak membebani.
2. Olahraga
Olahraga dapat meningkatkan produksi hormon endorfin yang
memberikan perasaan rileks.
3. Merelaksasikan pikiran
Shalat dan beribadah dapat menenangkan tubuh dan fikiran.
103
4. Berpikir positif
Sentiasa berpikir positif dalam setiap tindakan dan dalam menghadapi
masalah.
2.7.2 Terapi Farmakologis
Pengobatan hipertensi dimulai dengan pengobatan tunggal, masa kerja
yang panjang, pemberian sekali sehari, dan dosis yang dititrasi. Obat berikutnya
dapat ditambahkan selama beberapa bulan pertama perjalanan terapi. Pemilihan
obat atau kombinasi yang cocok bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan
respon penderita terhadap obat antihipertensi.
Terdapat berbagai jenis obat antihipertensi. Masing-masing jenis
memiliki mekanisme kerja, waktu kerja, dan efek samping yang beragam. Jenis-
jenis obat antihipertensi, yaitu20
:
1. Diuretik.
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan membuang cairan tubuh
(lewat urin), sehingga volume cairan tubuh berkurang dan menyebabkan
daya pompa jantung menjadi lebih ringan sehingga berefek pada
turunnya tekanan darah. Digunakan sebagai obat pilihan pertama pada
hipertensi tanpa adanya penyakit lainnya. Contoh obat golongan ini
adalah furosemide.
1) Penghambat Simpatis
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas simpatetik.
Contoh obat yang termasuk dalam golongan penghambat simpatetik
104
antara lainmetildopa, klonodin dan reserpin. Efek samping yang
dijumpai antara lain anemia hemolitik (kekurangan sel darah merah
karena pecahnya sel darah merah), gangguan fungsi hati, dan terkadang
dapat menyebabkan penyakit hati kronis. Karena banyak memilki efek
samping, golongan ini jarang digunakan.
2) Betabloker
Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya
pompa jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah
diketahui mengidap gangguan pernafasan seperti asma bronkial. Contoh
obat golongan betabloker adalah metoprolol, propanolol, atenolol dan
bisoprolol. Pemakaian pada penderita diabetes dan bronkospasme harus
dengan kontrol yang sangat baik. Pada pasien hipertensi, obat ini dapat
menutupi gejala hipoglikemia (dimana kadar gula darah turun menjadi
sangat rendah sehingga dapat membahayakan penderitanya). Sedangkan
pada penderita bronkospasme obat ini dapat semakin meningkatkan
penyempitan saluran pernafasan.
3) Vasodilatator
Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot
polos pembuluh darah. Yang termasuk dalam golongan ini adalah
prazosin dan hidralazin. Efek samping yang sering terjadi pada
pemberian obat ini adalah pusing dan sakit kepala.
4) Penghambat enzim konversi angiostensin.
105
Kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat
angiotensin II (zat yang dapat meningkatkan tekanan darah). Contoh
obat yang termasuk golongan ini adalah kaptopril. Efek samping yang
sering timbul adalah batuk kering, pusing, sakit kepala, dan lemas.
5) Antagonis kalsium
Golongan obat ini bekerja menurunkan daya pompa jantung dengan
menghambat kontraksi otot jantung (kontraktilitas). Yang termasuk
golongan obat ini adalah nifedipin, ditilzem dan verapamil. Efek
samping yang mungkin dapat timbul antara lain konstipasi, pusing, sakit
kepala dan muntah.
6) Penghambat reseptor angiotensin II
Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II
pada reseptornya. Mekanisme ini yang mengakibatkan ringannya daya
pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk golongan ini adalah
valsartan. Efek samping yang mungkin timbul adalah sakit kepala,
pusing, lemas dan mual.
106
BAB III
PERENCANAAN DAN PERSIAPAN PENYULUHAN
3.1 Tema Penyuluhan
Tema kegiatan yang akan dilaksanakan adalah MAHABHARATA (Mari
Hidup Bahagia Tanpa Darah Tinggi). Bentuk kegiatan ini adalah berisi materi
tentang definisi, klasifikasi, faktor resiko, tanda dan gejala, komplikasi,penyakit
penyerta, pengetahuan gaya hidup sehat kepada masyarakat sebagai
penatalaksanaan non farmakologi dan pencegahan penyakit hipertensi serta
penatalaksanaan farmakologi penyakit hipertensi.
Selain itu, juga dilakukan kegiatan skrining tekanan darah tinggi dan
dilakukan juga kerja sama dengan pihak Puskesmas untuk mengadakan
pemeriksaan golongan darah yang bertujuan untuk pendataan.
3.2 Waktu dan Tempat Penyuluhan
Hari, tanggal : Sabtu, 30 Agustus 2014
Waktu : Pukul 19.30 – selesai
Tempat :PAUD Melati Dusun 2, Desa Gunungsungging
Desa Gunungsungging dipilih sebagai tempat penyelenggaraan
penyuluhan karena:
1. Akses yang jauh ke Puskesmas Buniwangi
2. Jarang dilakukan penyuluhan di desa tersebut
107
3. Warganya sangat aktif dalam kegiatan masyarakat
4. Dusun 2 merupakan dusun dengan kawasan padat penduduk sehingga
diharapkan banyak yang akan datang ke penyuluhan.
Waktu penyuluhan dilakukan pada malam hari karena mayoritas penduduk
bekerja sebagai petani dengan waktu kerja dari pagi sampai sore, sehingga pada
waktu malam hari warga diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan
penyuluhan.
3.3 Susunan Kepanitiaan
Susunan kepanitiaan untuk kegiatan penyuluhan adalah sebagai berikut:
Preceptor IKM : Sri Yusnita Inda Sari, dr., Msc
Preceptor Lapangan : Hikmat Gumelar, dr
Ketua Pelaksana : Dwika Audiyananda
Sekretaris &Bendahara : Anindita Laksmi
Sie. Acara : Farah Natasha
Sie. Humas, Publikasi : Kavitha Ramachandran
, Dekorasi,&Dokumentasi
Sie. Logistik, Transportasi : Arief Abidin
& Konsumsi
Pembicara : Dwika Audiyananda
Anindita Laksmi
Pembawa acara : Kavitha Ramachandran
Farah Natasha
Operator : Arief Abidin
108
3.4 Undangan Penyuluhan
Penyuluhan “MAHABHARATA” turut mengundang :
1. Kepala UPTD Puskesmas Buniwangi
2. Dosen Pembimbing Departemen IKM FK UNPAD
3. Dosen Pembimbing Lapangan di Puskesmas Buniwangi
4. Pegawai Puskesmas Buniwangi
5. Kepala Camat Kecamatan Surade
6. Kepala Desa Gunung Sungging
7. Tokoh masyarakat setempat
8. Ketua kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Buniwangi
9. Warga Desa Gunungsungging
3.4 Jadwal Perencanaan Kegiatan
Jadwal perencanaan kegiatan penyuluhan „MAHABHARATA’
109
TANGGAL Sabtu,23 Minggu,24 Senin, 25 Selasa, 26 Rabu,27 Kamis,28 Jumat,29 Sabtu,30
SEKSI
Acara - Buat list kebutuhan acara
- Ketemu promkes
- Bertemu dengan Kepala Desa/ RT setempat
- Survey lokasi penyuluhan
- cek ketersediaan logistik di tempat penyuluhan
- Print kuesioner
Pembuatan juklak juknis (tentatives) . perencanaan
alokasi waktu Bereskan menu planning
Re-evaluasi dan periksa lagi semua kesiapan pre acara
Hubungi kontak gunung
sungging untuk cek kesiapan tempat
Persiapan dan pelaksanaan
acara ! Insya Allah kita bisa ! - Penyusunan materi :
1) Slide 2) Menu Planning 3) Susun pamflet
Survey kuesioner
Analisis hasil
kuesioner
Pembagian flyers ke
warga
- Penyusunan Rundown
Publikasi, Dekorasi,Dokumentasi
- List kebutuhan dekorasi - Design plakat/certificate - Pembuatan flyers untuk disebar
- bereskan dekorasi pastikan ada kamera standby
Humas
Sekretaris - Penulisan laporan Pembuatan surat izin ( kop tanya TU)
Print daftar hadir + TTD
Logistik, transportasi - Terima list logistik dari
seksi lain - Tanya2 soal
akses ke gunung
sungging
Print menu planning
Pastikan ada transport
untuk acara Belanja door
prize
Konsumsi - List konsumsi Pesan konsumsi Tentukan door
prize
Bendahara - Membuat perencanaan budgeting + Uang KAS
Atur atur pengeluaran dan uang KAS
110
3.6 Susunan Acara
Susunan acara untuk kegiatan penyuluhan adalah sebagai berikut :
Tabel 65 Susunan Acara
No Waktu/durasi Acara
1 18.00 –19.00 (60‟) Persiapan Acara
2 19.00 – 19.30 (30‟) Pendaftaran+kegiatan skrining hipertensi dan
golongan darah+pemberian pamflet
3 19.30 – 19.50 (20‟) 1. Pembukaan Acara
2. Sambutan oleh Kepala Desa Gunungsungging
3. Sambutan oleh Kepala UPTD Puskesmas
Buniwangi
4. Sambutan oleh Ketua Pelaksana Acara
4 19.50 – 20.00 (10‟) Pretest
5 20.00– 20.20 (20‟) Penyuluhan “MAHABHARATA”
6 20.20 – 20.50 (30‟) Tanya jawab
7 20.50 – 21.00 (10‟) Post test
8 21.00 – 21.10 (10‟) Pembagian door prize dan pembagian plakat
3.7 Alat Bantu dan Bahan Penyuluhan
Dalam penyuluhan “ MAHABHARATA” ini digunakan alat bantu
penyuluhan seperti infocus, laptop, layar, sound system, mikrofon, digital
camera, meja, kursi, dan tikar.
111
Bahan penyuluhan yang digunakan adalah slide penyuluhan, video,
pamflet berisikan tentang definisi, faktor resiko, tanda-tanda, dan pencegahan
hipertensi, daftar hadir, serta soal pre test dan post test yang difotokopi
sebanyak 80 lembar
3.8 Rencana Anggaran
Berikut adalah rancangan anggaran pada penyuluhan
“MAHABHARATA” (Mari Hidup Bahagia Tanpa Darah Tinggi) :
Tabel 66 Rencana Pemasukan
No. Pemasukan Bilangan (Rp) Jumlah (Rp)
1. Iuran tiap anggota 5 x 110,000 550,000
Total 550,000
Tabel 67 Rencana Pengeluaran
No. Pengeluaran Jumlah Satuan Harga (Rp) Total (Rp)
Kesektariatan
1. Surat Undangan 45 Buah 150 3,750
2. Pulpen 5 lusin 12,000 60,000
Subtotal 63,750
Publikasi, Dekorasi, Dokumentasi
1 Spanduk 1 Buah 45,000 45,000
2. Pamflet penyuluhan 80 Lembar 300 24,000
3. Plakat 3 Lembar 1,000 3,000
4. Frame 3 Buah 10,000 30,000
5. Alat dan Bahan
Dekorasi
- - 79,000 79,000
Subtotal 181,000
112
No. Pengeluaran Jumlah Satuan Harga (Rp) Total (Rp)
Acara
1.
2.
3.
Formulir pre-
test&post-test
Kuesioner
Absensi
80
80
6
Buah
Buah
Buah
150
200
150
12,000
16,000
900
Subtotal 28,900
Konsumsi
1. 1 dus kecil snack 80 Buah 2,500 200,000
Subtotal 200,000
Logistik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Proyektor
Microphone
Sound system
Layar kain
Laptop & Charger
Kursi
Karpet
Meja
1
2
1
1
2
30
4
4
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Transportasi
1. Bensin 5 liter 7,500 37,500
Subtotal 37,500
Total 511,150
113
BAB IV
EVALUASI KEBERHASILAN
4.1 Evaluasi Hasil Kegiatan
Evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan keberhasilan dari
pelaksanaan suatu program atau kegiatan dalam rangka menentukan apakah tujuan
yang telah ditetapkan sudah tercapai. Dengan melakukan evaluasi maka akan
dihasilkan umpan balik untuk program atau pelaksanaan kegiatan. Evaluasi
keberhasilan suatu program dinilai berdasarkan hal-hal berikut:
a. Evaluasi input dilihat dari man, money, material, method, dan market
b. Evaluasi proses yakni pada pelaksanaan program, penggunaan sumber
daya, dana, dan fasilitas lain.
c. Evaluasi dampak program untuk menilai sejauh mana program
memberi kesan terhadap peningkatan kesehatan masyarakat
4.2 Indikator Keberhasilan Kegiatan
Berdasarkan perencanaan kegiatan, indikator yang dapat digunakan
untuk mengevaluasi kegiatan penyuluhan dengan judul “ MAHABHARATA (
Mari Hidup Bahagia Tanpa Darah Tinggi) “ adalah sebagai berikut:
1. Input
a. Man
Semua dokter muda berpartisipasi dalam kegiatan pelatihan yang diadakan.
b. Money
114
Pengeluaran tidak melebihi rencana anggaran yang sudah dibuat.
c. Material
Terdapat tempat kegiatan yang dapat menampung sekitar 50 orang peserta serta
mudah dijangkau oleh warga sekitar. Tersedia sarana prasarana yang dibutuhkan
dan berfungsi dengan baik sebelum acara dimulai.
d. Method
Materi penyuluhan berupa slide,gambar, video serta pamflet yang akan digunakan
sudah siap dan dapat terbaca dengan mudah.
e. Market
Undangan dan pemberitahuan dilakukan maksimal 3 hari sebelum
dilaksanakannya kegiatan. Jumlah peserta yang hadir minimal 50 orang.
2. Proses
a. Terdapat susunan acara agar kegiatan penyuluhan dapat berjalan rapih dan
teratur.
b. Terdapat susunan kepanitiaan dengan deskripsi tugas masing-masing
panitia
c. Seluruh peserta datang tepat waktu seperti yang disesuaikan pada undangan
atau toleransi keterlambatan maksimal 15 menit.
d. Kegiatan berjalan sesuai jadwal yang sudah direncanakan dan ditetapkan
sebelumnya.
e. Respon yang positif dari para peserta kegiatan penyuluhan terhadap acara
yang dapat terlihat dari lancar dan tertibnya kegiatan serta pertanyaan pada
sesi tanya jawab.
115
f. Seluruh peserta kegiatan penyuluhan yang hadir mendapatkan soal pre test,
post test, pamflet, dan konsumsi.
g. Seorang panitia ada yang bertugas sebagai pengatur atau pengingat waktu
sehingga kegiatan berjalan sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan.
3. Output (keluaran)
Terdapat peningkatan tingkat pengetahuan peserta kegiatan mengenai
hipertensi. Peningkatan pengetahuan diukur dengan membandingkan hasil
nilai pre-test dan post-test.
4.3 Hasil Evaluasi Program
Setelah dilakukan proses evaluasi, maka didapatkan hasil berikut:
1. Input
a. Man
Semua dokter muda berpartisipasi dalam kegiatan dan menjalankan tanggung
jawabnya dengan baik.
b. Money
Pengeluaran yang dibelanjakan untuk kegiatan penyuluhan tidak melebihi
pemasukan yang diterima.
c. Material
Tempat kegiatan dilaksanakannya penyuluhan mudah dijangkau oleh sasaran dan
dapat menampung peserta dengan kapasitas sebanyak 50 orang. Sarana dan
prasarana yang ada dapat digunakan dengan baik selama jalannya kegiatan
penyuluhan.
116
d. Method
Kegiatan pengukuran tekanan darah serta pemeriksaan golongan darah
berjalan dengan tertib dan dimulai 1 jam sebelum kegiatan dilaksanakan.
Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan slide materi, gambar, video serta
pamflet yang dibuat sebelum kegiatan dan menampilkan banyak ilustrasi sehingga
memudahkan pemahaman peserta.
e. Market
Undangan diberikan kepada kepala desa, RT/RW setempat, kader kesehatan, serta
tokoh masyarakat lain H-5 sebelum dilaksanakannya kegiatan. Jumlah peserta
yang hadir ke kegiatan penyuluhan melebihi target yaitu 104 orang.
2. Proses
a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan susunan acara yang telah
dibuat.
b. Terdapat susunan kepanitiaan dengan deskripsi tugas masing-masing
panitia.
c. Seluruh peserta kegiatan penyuluhan datang sebelum acara dimulai, hanya
sekitar 10 orang yang terlambat 10 menit setelah kegiatan berjalan
d. Acara terlaksana sesuai jadwal, kesenjangan maksimal 5 menit.
e. Peserta kegiatan penyuluhan tertib selama jalannya acara dan terdapat 15
pertanyaan yang diajukan oleh peserta.
f. Seluruh peserta yang hadir mendapatkan pamflet dan konsumsi. Namun
panitia hanya menyediakan soal pre-test dan soal post-test sebanyak 70
lembar sehingga ada peserta yang tidak mendapatkan soal.
117
g. Terdapat seorang panitia bertugas sebagai pengingat waktu untuk
memastikan kegiatan berlangsung sesuai dengan jadwal yang sudah
dibuat.
3. Output (keluaran)
Pada awal penyuluhan, peserta mengerjakan soal pre-test. Setelah
kegiatan penyuluhan, terdapat perubahan antara hasil pre-test dengan post-test.
Evaluasi output dilakukan dengan mengukur peningkatan pengetahuan
pesertaterhadap Hipertensi melalui perbandingan hasil pre-test serta post-test.
Soal pre-test dikerjakan oleh 70 orang dan soal post-test oleh 59 orang.
Kurangnya tenaga kerja untuk membantu peserta penyuluhan yang buta huruf
menyebabkan 11 orang tidak mengikuti post-test.
Tabel 68 Hasil Pre-test dan Post-test
Pre-test Post-test
Jumlah Peserta 70 59
Nilai Minimum 50 70
Nilai Maksimum 80 100
Rerata 6.77 8.53
Merujuk tabel dibawah, nilai pre-test dan post-test terlihat adanya
peningkatanpengetahuan peserta terhadap hipertensi dengan nilai sebesar 49 poin
(83,05%) setelah mengikuti program penyuluhan.
118
Tabel 69 Perubahan Nilai antara Pre-test dengan Post-test
Perubahan Jumlah Peserta Persentase(%)
Nilai naik 49 83.05
Nilai tetap 8 13.56
Nilai turun 2 3.3
Untuk menilai kenaikan nilai peserta antara pre-test dan post-test secara
bermakna, maka diuji normalitas pada data yang terkumpul, hasil yang didapatkan
bahwa distribusi data pre-test dan post-test tidak normal maka dari itu dilakukan
Wilcoxon-Signed Ranked Test. Dari test tesebut didapatkan nilai signifikansi
sebesar 0,000. Oleh karena nilai P kurang dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa
terdapat peningkatan nilai post-test secara signifikan dari pre-test. Dari hasil
tersebut, dapat dikatakan bahwa peserta telah menyerap materi yang disampaikan
dengan baik.
Kegiatan dikatakan berhasil jika 11 dari 13 indikator keberhasilan tercapai.
Kegiatan yang dilaksanakan telah memenuhi kesemua 13 indikator keberhasilan
sehingga kegiatan penyuluhan ini dapat dikatakan berhasil.
119
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Simpulan
Setelah didapatkan hasil evaluasi, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan
penyuluhan dengan judul “ MAHABHARATA ( Mari Hidup Bahagia Tanpa
Darah Tinggi)” berhasil karena semua indikator keberhasilan dapat terpenuhi.
Berdasarkan rata-rata nilai pre test dan post test juga terdapat adanya peningkatan
yang bermakna dari peserta kegiatan terhadap pengetahuan mengenai penyakit
hipertensi.
5.2 Rekomendasi
1. Kader dapat berbagi informasi mengenai penyakit hipertensi dengan
masyarakat sekitarnya.
2. Kegiatan penyuluhan seperti ini dapat diadakan di desa lain di wilayah
puskesmas Buniwangi, terutama desa-desa yang aksesnya jauh dari Puskesmas.
3. Kegiatan penyuluhan bisa dilakukan secara berkelanjutan oleh pihak
Puskesmas diwakili oleh bagian Promosi Kesehatan dibantu oleh kader setempat,
karena untuk mengubah perilaku dan meningkatkan kesadaran masyarakat
dibutuhkan penyuluhan lebih dari satu kali.
120
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Dalam:
Lembaran Negara RI Jakarta2009.
2. World Health Organization. Definition of Health2013 24 Agustus 2014 30
Agustus 2014]. Available from:
<http://www.who.int/about/definition/en/print.html%3E.
3. Indonesia MKR. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.857 Tentang Penilaian Kinerja SDM Kesehatan In: Depkes, editor.
Jakarta2009.
4. Wiwaha G. Siklus Pemecahan Masalah Modul Program Studi Profesi
Dokter Ilmu Kesehatan Masyarakat.Bandung Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran; 2013.
5. World Health Organization. Definition of Public Health24 Agustus 2014
30 Agustus 2014]. Available from:
<http://www.who.int/trade/glossary/story076/en/
<http://www.who.int/trade/glossary/story076/en/%3E.
6. Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat. Modul Program Studi Profesi
Dokter Ilmu Kesehatan Masyarakat: Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran; 2013.
7. Profil Kesehatan UPTD Buniwangi. Kabupaten Sukabumi2013.
8. Djuhaeni H. Memahami Puskesmas dengan Pendekatan Sistem. Modul
Program Studi Profesi Dokter Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung:
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran; 2013.
9. Setiawati E. Sistem Informasi Puskesmas. Modul Program Studi Profesi
Dokter Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran; 2013.
10. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor: 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. In: Depkes, editor. Jakarta2004.
11. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Pedoman Instrumen Penilaian
Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat. In: Barat DKPJ, editor. Bandung:
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat; 2012.
12. Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi: Seksi Penyehatan Lingkungan
Pemukiman. Petunjuk Teknis Kegiatan Kesehatan Lingkungan dan Klinik
Sanitasi untuk Puskesmas. Sukabumi2007.
13. Trihono. ARRIMES, Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat.
Jakarta: Sagung Seto; 2005.
14. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Pedoman Instrumen Penilaian
Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat. In: Barat DKPJ, editor. Bandung:
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat; 2013.
15. Kaplan N. Systemic Hypertension : Therapy. Braunwald's Heart Disease.
9th ed: Elsevier Saunders; 2012. p. 955-73.
16. World Health Organization. A global brief on hypertension2013 24
Agustus 2014 30 Agustus 2014].
121
17. Longo F, Kasper. Harrison's Principle of Internal Medicine. New York:
Mc Graw Hill; 2012.
18. Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rieka
Cipta; 2007.
19. World Health Organization. Global status report on noncommunicable
diseases 2010 24 Agustus 2014 30 Agustus 2014].
20. Lily S.L, editor. Pathophysiology Heart Disease. 4th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2007.
21. Libby P, Eugene Braunwald. Braunwald's Heart Disease : A Textbook of
Cardiovascular Medicine. 8th ed. Philadephia: Elsevier Saunders; 2008.
22. Intan N. Prinsip dasar program olahraga kesehatan2012.
23. Fawzani N. Terapi Berhenti Merokok: MAKARA Kesehatan; 2005.
24. Askes. Panduan Gaya Hidup Sehat2012.
s