Laporan Praktikum Tekben 3

24
ACARA III PENGUJIAN DAYA TUMBUH BENIH ABSTRAKSI Praktikum Teknologi Benih acara III Pengujian Daya Tumbuh Benih dilaksanakan pada hari Kamis 3 April 2014 di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menguji daya tumbuh berbagai benih tanaman dan mengidentifikasi kecambah/bibit normal dan abnormal. Alat-alat yang digunakan, yaitu kertas perkecambahan, pinset, germinator, bak pasir, petridish, beaker glass, scalpel, dan magnifier. Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan, yaitu benih padi (Oryza sativa), kedelai (Glycine max), pasir, larutan 1% 2,3,5 triphenyl tetrazolium chloride, dan air. Metodologi pengamatan adalah dengan menggunakan metode di atas kertas (top ppaper), metode di antara kertas (between paper), metode dalam pasir, dan metode tetrazolium test. Hasil persentase daya tumbuh pada padi adalah 95,50% (top paper), 96,50% (between paper), dan 83,00% (Sand Test). Adapun persentase daya tumbuh pada kedelai adalah 80,50% (top paper), 64,00% (between paper), dan 55,50% (Sand Test) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengujian daya tumbuh, seperti halnya pengujian kadar air dan pengujian kemurnian benih, merupakan pengujian rutin di laboratorium. Daya tumbuh adalah munculnya unsur-unsur utama dari lembaga suatu benih yang diuji yang menunjukkan kemmpuan untuk tumbuh menjadi tanaman normal apabila ditanam pada lingkungan yang sesuai bagi benih tersebut. Persentase daya tumbuh benih adalah persentase dari benih yang membentuk bibit/tanaman normal pada lingkungan yang sesuai dalam jangka waktu tertentu. Tujuan pengujian daya tumbuh adalah untuk mendapatkan gambaran dari benih yang diuji yang mendekati kenyataannya di lapangan. Dari benih yang baik akan muncul kecmabah yang normal, sebaliknya benih yang rusak rendah kualitasnya dakan menghasilkan

description

Pengujian Daya Tumbuh Benih

Transcript of Laporan Praktikum Tekben 3

ACARA IIIPENGUJIAN DAYA TUMBUH BENIH

ABSTRAKSIPraktikum Teknologi Benih acara III Pengujian Daya Tumbuh Benih dilaksanakan pada hari Kamis 3 April 2014 di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menguji daya tumbuh berbagai benih tanaman dan mengidentifikasi kecambah/bibit normal dan abnormal. Alat-alat yang digunakan, yaitu kertas perkecambahan, pinset, germinator, bak pasir, petridish, beaker glass, scalpel, dan magnifier. Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan, yaitu benih padi (Oryza sativa), kedelai (Glycine max), pasir, larutan 1% 2,3,5 triphenyl tetrazolium chloride, dan air. Metodologi pengamatan adalah dengan menggunakan metode di atas kertas (top ppaper), metode di antara kertas (between paper), metode dalam pasir, dan metode tetrazolium test. Hasil persentase daya tumbuh pada padi adalah 95,50% (top paper), 96,50% (between paper), dan 83,00% (Sand Test). Adapun persentase daya tumbuh pada kedelai adalah 80,50% (top paper), 64,00% (between paper), dan 55,50% (Sand Test)

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangPengujian daya tumbuh, seperti halnya pengujian kadar air dan pengujian kemurnian benih, merupakan pengujian rutin di laboratorium. Daya tumbuh adalah munculnya unsur-unsur utama dari lembaga suatu benih yang diuji yang menunjukkan kemmpuan untuk tumbuh menjadi tanaman normal apabila ditanam pada lingkungan yang sesuai bagi benih tersebut. Persentase daya tumbuh benih adalah persentase dari benih yang membentuk bibit/tanaman normal pada lingkungan yang sesuai dalam jangka waktu tertentu. Tujuan pengujian daya tumbuh adalah untuk mendapatkan gambaran dari benih yang diuji yang mendekati kenyataannya di lapangan.Dari benih yang baik akan muncul kecmabah yang normal, sebaliknya benih yang rusak rendah kualitasnya dakan menghasilkan kecambah/bibit abnormal. Kerusakan benih dapat terlihat nyata (retak kulit, mengelupas, atua biji pecah). Namun kadang-kadang kerusakan tidak tampak, karena berada di dalam benih, sehingga kerusakan benih diketahui setelah benih berkecambah, yaitu berupa kecambah abnormal.Kecambah/bibit abnormal adalah bibit yang tidak memenuhi syarat sebagai bibit normal. Abnormalitas berupa plumula terbelah, kerdil, akar tumbuh lemah atau tidak tumbuh sama sekali, koleoptil kosong atau tidak keluar seluruhnya. Dapat pula plumula dan akar tumbuh melingkar-lingkar seperti spiral. Pada legume abnormalitas berupa tidak ada epikotil, hipokotil pendek, tebal atau terbelah, dan akar terlambat perkembangannya. Dapat juga kotiledon dan epikotil busuk atau rusak.Biji keras adalah biji yang tetap keras pada kahir jangka waktu pengujian yang ditetapkan disebabkan kekerasan atau kekedapan kulitnya hingg tidak menyerap air. Biji dorman adalah biji hidup namun tidak tumbuh walaupun pada lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhannya tetapi tidak termasuk biji keras.

B. TujuanMenguji daya tumbuh berbagai benih tanaman, mengidentifikasi kecambah/bibit normal dan abnormal.

II. TINJAUAN PUSTAKAPengertian benih yaitu biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usaha tani serta memiliki fungsi agronomis. Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi atau benih unggul, sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang dapat berproduksi maksimum dengan sarana teknologi yang semakin maju (Lesilolo et al., 2013).Benih sebagai salah satu bahan dasar dalam budidaya tanaman memegang peranan yang sangat penting baik dalam memperbanyak tanaman maupun dalam mendapatkan produk hasil tanamannya. Benih sebagai komoditi perdagangan dan sebagai unsur baku yang mempunyai peranan penting dalam produksi pertanian. Benih bermutu dengan kualitas yang tinggi selalu diharapkan oleh petani. Oleh karena itu, benih harus selalu dijaga kualitasnya sejak diproduksi oleh produsen benih, dipasarkan hingga sampai di tangan petani untuk proses penanaman. Untuk menjaga kualitas benih tersebut, maka peranan pengujian benih menjadi sangat penting dan harus dilakukan terhadap benih baik ditingkat produsen benih, pedagang benih maupun pada tingkat petani (Lesilolo et al., 2013).Sesuai dengan tujuan pengujian yaitu untuk mendeteksi viabilitas benih dalam kondisi optimum, kondisi pengujian daya berkecambah benih dibuat serba optimum dan standar. Media untuk menumbuhkan benih digunakan : kertas merang dan pasir, kertas saring atau kertas koran bila benih dikecambahkan dalam alat pengecambah benih. Media pasir, serbuk gergaji atau arang sekam digunakan bila benih ditumbuhkan diruang persemaian (leathouse). Ukuran media kertas atau boks plastik yang digunakan harus standar untuk menanam sejumlah benih tertentu , pelembaban media harus optimum karena media terlalu kering atau terlalu basah akan menyebabkan kondisi menjadi tidak optimum (Anonim (a), 2012).Daya berkecambah suatu benih dapat diartikan sebagai mekar dan berkembangnya bagian -bagian penting dari suatu embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai. Dengan demikian pengujian daya kecambah benih ialah pengujian akan sejumlah benih, berupa persentase dari jumlah benih tersebut yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan (Copeland, 1976).Daya kecambah benih dapat diketahui dengan melakukan pengujian benih. Berbagai macam metode pengujian benih dibuat untuk mendeteksi parameter viabilitas benih. Pengujian daya berkecambah benih digunakan untuk mendeteksi parameter viabilitas potensial benih. Daya berkecambah atau daya tumbuh benih adalah tolok ukur bagi kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi normal pada kondisi lingkungan yang optimum (Anonim (a), 2012).Benih terdiri dari embrio, cadangan makanan, serta integument. Makanan untuk pertumbuhan embrio diperoleh daricadangan makanan karena belum terbentuknya klorofil yang diperlukan dalam fotosintesis. Pada tumbuhan dikotil makana diperoleh dari kotiledon, sedangkan pada tumbuhan monokotil diperoleh dari endosperm. Besarnya ukuran embrio dan cadangan makanan akan ikut menetukan lama tidaknya perkecambahan akan terjadi (Justice, 1990).Kriteria kecambah normal yang digunakan bagi bermacam jenis tanaman juga harus standar. Untuk tanaman dikotil bagian kecambah yang harus diperhatikan ialah: perakaran yang terdiri akar primer dan sekunder, hipokotil yaitu calon batang yang terletak di bawah kotiledon, kedua kotiledon, epikotil dan plumula. Untuk kecambah monokotil bagian yang diperhatikan : akar seminal primer dan sekunder, mesokotil, koleoptil, dan plumula (Copeland, 1976).Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah sampai akhir masa pengujian, yang digolongkan menjadi benih segar tidak tumbuh, benih keras, dan benih mati. Benih segar tidak tumbuh adalah benih, selain benih keras, yang gagal berkecambah namun tetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Benih dapat menyerap air, sehingga dapat terlihat benih tampak mengembang. Namun tidak ada pemunculan struktur penting dari perkecambahan benih. Dan jika waktu penyemaian diperpanjang benih akan tumbuh normal. Benih keras adalah benih yang tetap keras sampai akhir masa pengujian. Benih tersebut tidak mampu menyerap air terlihat dari besarnya benih tidak mengembang, dan jika dibandingkan dengan benih segar tidak tumbuh ukuran benih keras lebih kecil. Hal ini disebabkan karena kulit benih yang impermeabel terhadap gas dan air. Benih mati adalah benih yang sampai pada akhir masa pengujian tidak keras, tidak segar, dan tidak berkecambah. Benih mati dapat dilihat dari keadaan benih yang telah membusuk, warna benih terlihat agak kecoklatan. Hal ini disebabkan karena adanya penyakit primer yang menyerang benih (Brecciaet al., 2009).

III. METODOLOGIPraktikum Dasar-dasar Teknologi Benih acara III yaitu Pengujian Daya tumbuh Benih dilaksanakan pada Kamis, 3 April 2014 di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini, adalahkertas perkecambahan, pinset, germinator, bak pasir, petridish, beaker glass, scalpel, dan magnifier. Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan, yaitu benih padi (Oryza sativa), kedelai (Glycine max), pasir, larutan 1% 2,3,5 triphenyl tetrazolium chloride, dan air.Pada praktikum ini dilakukan empat metode, di atas kertas (Top paper), antar kertas (Between paper), dalam pasir, dan Tetrazolium Test. Pada metode top paper, cara kerja yang dilakukan adalah sampel benih padi/kedelai diambil sebanyak 100 benih. 4 ulangan. Benih tersebut dikecambahkan di dalam petridish yang telah diberi alas kapas dan kertas filter, kemudian disiram dengan air sampai basah. Setiap hari selama 7 hari kecambah diamati dan dihitung, kemudian diidentifikasi dan dikelompokkan ke dalam bibit normal, benih abnormal, benih keras, benih segar tidak tumbuh, dan benih mati. Bibit normal dengan kriteria akar keluar sepanjang 1 cm. Daya tumbuh benih/bibit dihitung berdasarkan bibit normal. Pada metode between paper, cara kerja yang dilakukan adalah sampel benih padi/kedelai diambil sebanyak 100 benih untuk 4 ulangan. Dua lembar kertas cidi blotter dibasahi dan dibentangkan.Benih diatur menjadi 4 baris. Masing-masing baris berisi 25 butir dan baris satu dengan yang lainnya diletakkan benih berselang-seling.Keempat baris tersebut tidak boleh melebihi setengah bagian kertas perkecambahan.Setelah semua ditata, setengah bagian kertas ditangkupkan di atas benih dan digulung. Gulungan ditata dalam germinator dengan kedudukan berdiri, yaitu ujung kertas berada di bagian atas. Benih dikecambahkan selama 5 hari, diamati/diidentifikasi kecambah menjadi bibit normal, bibit abnormal, benih keras, benih segar tidak tumbuh, dan benih mati. Daya tumbuh benih/bibit dihitung berdasarkan bibit normal dengan kriteria akar keluar sepanjang 1 cm. Pada metode dalam pasir, cara kerja yang dilakukan adalah sampel benih padi/kedelai diambil sebanyak 100 benih untuk 4 ulangan. Bak berisi pasir disiapkan dan 100 benih disusun kemudian ditutup dengan pasir setebal 1-2 cm, lalu disiram air dan diusahakan media pasir selalu lembab. Benih dikecambahkan selama 7 hari, diamati/diidentifikasi kecambah menjadi bibit normal. Daya tumbuh benih/bibit dihitung berdasarkan jumlah benih yang muncul di permukaan. Terakhir pada metode Tetrazolium Test, cara kerja yang dilakukan adalah larutan 1% 2,3,5triphenyl tetrazolium chloride. Kulit benih kedelai dikupas dan diusahakan jangan sampai terbelah.Benih yang diuji diperam dalam kertas basah dalam germinator pada suhu 200C selama 18 jam. Pada benih kedelai, benih yang telah dikupas dan diperam kemudian direndam ke dalam larutan tetrazolium selama 6 jam. Reaksi reduksi akan berlangsung lebih cepat apabila dalam keadaan gelap dan temperatur 300C (dalam germinator). Apabila reaksi pengecatan sudah selesai, evaluasi dapat dimulai.Larutan tetrazolium diganti dengan aquades kemudian diamati pola-pola yang terjadi pada benih yang diteliti. Apabila evaluasi tidak dapat dilakukan segera, benih yang telah mengalami pengecatan tersebut dimasukkan ke dalam refrigerator. Pada suhu 100C bahan ini masih dapat bertahan dan dapat dievaluasi untuk jangka waktu 3 hari. Benih yang hidup dan yang mati dipisahkan (ingat jaringan sehat berwarna merah, jaringan rusak berwarna merah tua dan jaringan mati tidak mengalami perubahan warna). Pola-pola tertentu akan menunjukkan benih yang mati dan yang masih hidup. Sebagai evaluasi, setelah uji tetrazolium dihitung persentase germinable seed (benih yang mampu berkecambah) pada keempat cara pengujian daya tumbuh (uji tetrazolium, metode top of paper, between paper, dan dalam pasir). Histogram persentase germinable seed dan non germinable seed dibuat pada keempat cara pengujian daya tumbuh (uji tetrazolium dan metode top of paper). Data dianalisis menggunakan anova dengan rancangan acak lengkap 1 faktor dengan tingkat signifikansi 95%.

IV. HASIL DAN PEMBAHASANMenurut Sutopo (2010), benih dengan mutu tinggi sangat diperlukan karena merupakan salah satu sarana untuk dapat menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimal. Mutu benih mencakup pengertian : (1) Mutu genetik yaitu penampilan benih murni dari spesies atau varietas tertentu yang menunjukkan identitas genetikdari tanaman induknya, mulai dari benih penjenis, benih dasar, benih pokok sampai benih sebar. (2) Mutu fisiologis yaitu menampilkan kemampuan daya hidup atau viabilitas benih yang mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh benih. Serta (3) Mutu fisik merupakan penampilan benih secara prima bila dilihat secara fisik, antara lain dari ukuran dan homogen, bernas, bersih dari campuran benih lain, biji gulma dan dari berbagai kontaminan lainnya, serta kemasanyang menarik.Pada praktikum Teknologi Benih acara III ini dilakukan pengujian daya tumbuh benih terhadap benih padi (Oryza sativa) dan kedelai (Glycine max) dengan menggunakan metode top paper, between paper, sand test, dan Tetrazolium test. Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya. Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu. Tujuan dari pengujian daya berkecambah adalah (Anonim (b), 2012):a) Memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapanganb) Membandingkan kualitas benih antar seed lot (kelompok benih)c) Menduga storabilitas (daya simpan) benihd) Memenuhi apakah nilai daya berkecambah benih telah memenuhi peraturan yang berlaku.Berikut adalah hasil pengujian gaya berkecambah dari benih padi (Oryza sativa) dan kedelai (glycine max) pada beberapa metode yang disajikan dalam histogram:

Dari histogram gaya berkecambah benih padi yang berbeda perlakuan yaitu perlakuan top paper, perlakuan between paper, dan sand test dapat dilihat bahwa perlakuan between paper memiliki gaya berkecambah yang paling tinggi, sedang yang paling rendah persentasenya adalah sand test. Hal tersebut di sebabkan karena pada media bak pasir kriteria untuk menghitung benih yang berkecambah adalah pada saat benih tumbuh diatas permukaan tanah. Sehingga tidak diketahui dengan pasti apakah benih yang belum muncul kepermukaan tanah tersebut sudah berkecambah atau belum. Pada metode between paper penghitungan benih berkecambah dilaksanakan pada saat pengamatan hari ketujuh atau hari terakhir pengamatan. Hal tersebut dikarenakan kondisi lingkungan yang lembab sesuai untu perkecambahan benih padi.

Dari histogram gaya berkecambah benih kedelai pada perlakuan top paper, between paper, dan sand test dapat dilihat bahwa perlakuan top paper memiliki gaya berkecambah yang paling tinggi, sedang yang paling rendah persentasenya adalah sand test. Hal tersebut di sebabkan karena pada metode top paper memiliki kondisi lingkungan yang sesuai dan mudah untuk diamati sehingga dapat diketahui berapa jumlah benih yang berkecambah dengan tepat. Sedangkan pada media bak pasir kriteria untuk menghitung benih berkecambah adalah pada saat benih tumbuh diatas permukaan tanah kendala dari media bak pasir adalah tidak diketahui dengan jelas berapa tanaman yang berkecambah karena terjasi penumpukan tanah yang tebal sehingga tidak di ketahui bahwa benih tersebut tumbuh apa belum. Untuk media between paper gaya perkecambahannya lebih rendah dari top paper karena pada metode between paper kurang mendapat pencahayaan karena terhalang oleh kertas.Pada hari terakhir pengamatan dilakukan evaluasi terhadap kecambah benih dengan melihat adanya kecambah normal, kecambah abnormal, benih yang tidak berkecambah (benih keras, benih segar tidak tumbuh, benih mati/ busuk). Menurut Anonim (a) (2012), kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal. Kecambah di bawah ini digolongkan ke dalam kecambah abnormal :a) Kecambah rusak: kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Plumula atau radikula patah atau tidak tumbuh.b) Kecambah cacat atau tidak seimbang: kecambah dengan pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak proporsional. Plumula atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah, sedangkan radikula tumbuh sebaliknya.c) Kecambah lambat: kecambah yang pada akhir pengujian belum mencapai ukuran normal. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah benih normal kecambah pada benih abnormal ukurannya lebih kecil.Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah sampai akhir masa pengujian, yang digolongkan menjadi:a) Benih segar tidak tumbuh: Benih, selain benih keras, yang gagal berkecambah namun tetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Benih dapat menyerap air, sehingga dapat terlihat benih tampak mengembang. Namun tidak ada pemunculan struktur penting dari perkecambahan benih. Dan jika waktu penyemaian diperpanjang benih akan tumbuh normal.b) Benih keras: Benih yang tetap keras sampai akhir masa pengujian. Benih tersebut tidak mampu menyerap air terlihat dari besarnya benih tidak mengembang, dan jika dibandingkan dengan benih segar tidak tumbuh ukuran benih keras lebih kecil. Hal ini disebabkan karena kulit benih yang impermeabel terhadap gas dan air.c) Benih mati: Benih yang sampai pada akhir masa pengujian tidak keras, tidak segar, dan tidak berkecambah. Benih mati dapat dilihat dari keadaan benih yang telah membusuk, warna benih terlihat agak kecoklatan. Hal ini disebabkan karena adanya penyakit primer yang menyerang benih. Disebabkan karena pada saat kultur teknis dilepangan tanaman yang menajdi induk talah terserang hama dan penyakit sehingga pada benih tersebut berpotensi membawa penyakit dari induknya.Berikut adalah hasil evaluasi kecambah dari benih padi (Oryza sativa) dan kedelai (glycine max) yang disajikan dalam diagram pie :

Dari diagram tersebut dapat diketahui bahwa kecambah benih padi yang normal memiliki persentase paling tinggi yaitu 95 %. sedangkan benih abnormal hanya 1 %, dan benih keras sebanyak 4 %, serta 0 % untuk benih mati. Hal tersebut menunjukkan bahwa benih padi yang digunakan merupakan benih yang bagus, karena persentase benih normalnya tinggi.

Dari diagram tersebut dapat diketahui bahwa kecambah benih kedelai yang normal memiliki persentase paling tinggi yaitu 56 %. sedangkan benih abnormal hanya 8 %, dan benih keras sebanyak 0 %, namun benih matinya 36 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa benih kedelai yang digunakan merupakan benih yang kurang bagus, karena persentase benih normalnya hanya 56 %.

Selain top paper, between paper, dan sand test, metode yang dapat digunakan untuk pengujian daya tumbuh benih adalah tetrazolium test. Berikut merupakan perbandingan antara metode top paper dengan Tetrazolium test:

Berdasarkan histogram diatas diketahui bahwa metode top paper memiliki hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode tetrazolium test. Tetrazolium test merupakan teknik analisis kualitas benih. Tetrazolium test digunakan untuk mengamati perkecambahan secara biologi dengan mengetahui reaksi metabolisme benih. Apabila benih masih memiliki viabilitas maka benih akan berwarna merah. Tetrazolium test ini dapat digunakan untuk menguji viabilitas benih walaupun benih dalam kondisi dorman, karena yang diamati adalah reaksi metabolisme benihnya.Masing-masing metode yang digunakan dalam pengujian daya tumbuh benih ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan masing-masing metode yang digunakan:METODEKELEBIHANKEKURANGAN

Top paperMudah dalam melakukan pengamatan benih yang berkecambahTempat yang digunakan untuk perkecambahan (petridish) terbatas/kecil sehingga benih yang dikecambahkan jumlahnya terbatas

Between paperDapat memuat benih dalam jumlah banyakBenih tidak dapat diamati setiap hari

Sand testDapat memuat benih dalam jumlah banyakTidak diketahui dengan jelas berapa tanaman yang berkecambah karena benih tertutup pasir

Tetrazolium testDapat mengetahui viabilitas benih dengan cepatHanya dapat membedakan benih viabel dan non viabel, dan tidak dapat membedakan benih antara benih mati, benih keras, dan benih abnormal

Perkecambahan benih dapat dipengaruhi oleh faktor dalam yang meliputi: tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan, serta faktor luar yang meliputi: air, temperatur, oksigen, dan cahaya. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan (Anonim (b), 2012) :1. Tingkat kemasakan benihBenih yang dipanen sebelum mencapai tingkat kemasakan fisiologis tidak mempunyai viabilitas tinggi. Pada beberapa jenis tanaman, benih yang demikian tidak akan dapat berkecambah. Hal ini diduga benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan pembentukan embrio belum sempurna.2. Ukuran benihKarbohidrat, protein, lemak, dan mineral ada dalam jaringan penyimpanan benih. Bahan-bahan tersebut diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio saat perkecambahan. Berdasarkan hasil penelitian, ukuran benih mempunyai korelasi yang positip terhadap kandungan protein pada benih sorgum. Makin besar/berat ukuran benih maka kandungan protein juga makin meningkat. Dinyatakan juga bahwa berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi, karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen.3. DormansiBenih dorman adalah benih yang sebenarnya hidup tetapi tidak mau berkecambah meskipun diletakkan pada lingkungan yang memenuhi syarat untuk berkecambah. Penyebab dormansi antara lain adalah: impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas-gas (sangat umum pada famili leguminosae), embrio rudimenter, halangan perkembangan embrio oleh sebab-sebab mekanis, dan adanya bahan-bahan penghambat perkecambahan. Benih dorman dapat dirangsang untuk berkecambah dengan perlakuan seperti: pemberian suhu rendah pada keadaan lembab (stratifikasi), goncangan (impaction), atau direndam dalam larutan asam sulfat.4. Penghambat perkecambahanBanyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih. Contoh zat-zat tersebut adalah: herbisida, auksin, bahan-bahan yang terkandung dalam buah, larutan mannitol dan NaCl yang mempunyai tingkat osmotik tinggi, serta bahan yang menghambat respirasi (sianida dan fluorida).5. AirFaktor yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih ada 2, yaitu: sifat kulit pelindung benih dan jumlah air yang tersedia pada medium sekitarnya. Jumlah air yang diperlukan untuk berkecambah bervariasi tergantung kepada jenis benih, umumnya tidak melampaui dua atau tiga kali dari berat keringnya.6. TemperaturTemperatur optimum adalah temperatur yang paling menguntungkan bagi berlangsungnya perkecambahan benih. Temperatur minimum/maksimum adalah temperatur terendah/tertinggi saat perkecambahan akan terjadi.7. OksigenProses respirasi akan berlangsung selama benih masih hidup. Pada saat perkecambahan berlangsung, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida , air dan energi. Proses perkecambahan dapat terhambat bila penggunaan oksigen terbatas. Namum demikian beberapa jenis tanaman seperti padi (Oryza sativa L.) mempunyai kemampuan berkecambah pada keadaan kurang oksigen.8. CahayaKebutuhan benih terhadap cahaya untuk berkecambah berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman. Benih yang dikecambahkan pada keadaan kurang cahaya atau gelap dapat menghasilkan kecambah yang mengalami etiolasi, yaitu terjadinya pemanjangan yang tidak normal pada hipokotil atau epikotil, kecambah pucat dan lemah.Menurut Adisarwanta (2006), syarat benih bermutu adalah : (1) murni dan diketahui nama varietasnya; (2) daya tumbuh tinggi (minimal 80%) dan vigornya baik; (3) biji sehat, bernas, tidak keriput, dipanen pada saat biji telah matang; (4) dipanen dari tanaman yang sehat, tidak terinfeksi penyakit (cendawan, bakteri, dan virus); dan (5) benih tidak tercampur biji tanaman lain atau biji rerumputan. Benih dianggap bermutu tinggi jika memiliki daya tumbuh (daya berkecambah) 80 % bergantung pada jenis dan kelas benih) dan nilai kadar air di bawah 13 % (bergantung pada jenis benih).Benih bermutu dapat diperoleh dengan melakukan sertifikasi benih, yaitu dengan memberikan persyaratan khusus atau standarisasi pada kelas - kelas benih tersebut dengan pemberian standar di lapang dan standar di laboratorium. Standar pengujian laboratorium benih kedelai bersertifikat pada kelas Benih Dasar dan Benih Pokok memiliki kadar air maksimum 11 %, benih murni minimum 98%, kotoran benih maksimum 2%, campuran varietas lain maksimum 0,1 dan 0,2%, serta daya tumbuh minimum 80%. benih sebar label biru dan label hijau memiliki kadar air maksimum 11 %, benih murni minimum 97%, kotoran benih maksimum 3%, campuran varietas lain maksimum 0,5 dan 0,7%, serta daya tumbuh minimum 80% dan 70%.Benih merupakan benda hidup dan viabilitasnya sangat dipengaruhi oleh cara dan kondisi penyimpanan. Faktor yang harus diperhatikan agar penyimpanan benih bisa bertahan lama yaitu kadar air benih, kelembaban dan suhu udara. Penyimpanan benih merupakan jeda dari sortasi benih sampai benih tersebut siap ditanam. Jangka waktu penyimpanan benih sangat tergantung pada waktu penanaman.Ada beberapa cara penyimpanan yang dapat dilakukan yaitu penyimpanan terbuka, penyimpanan di dalam ruangan dingin, penyimpanan dalam container terkendali, dan penyimpanan dengan bahan penyerap. Penyimpanan benih bertujuan untuk mempertahankan kualitas atau mutu fisiologis benih dengan cara menekan penurunan daya tumbuh benih seminimal mungkin. Ukuran atau bobot biji memiliki perbedaan daya simpan biji kedelai berukuran kecil lebih tahan lama disimpan dibandingkan biji berukuran besar. Biji kedelai berwarna hitam lebih baik dibandingkan biji kedelai berwarna kuning karena respirasinya lebih lambat. Upaya untuk mempertahankan mutu benih dilakukan dengan cara mempertahankan kadar air benih pada tingkat 9 - 10 % dan disimpan dalam ruangan pada ketinggian tempat lebih dari 1000 m dpl. Ditempat tersebut, suhu dan kelembaban udara rendah sehingga mutu benih dapat dipertahankan.

V. KESIMPULANUntuk pengujian daya tumbuh benih pada benih padi dan kedelai dilakukan dengan 3 metode yaitu metode top paper, metode between paper dan metode bak pasir. Dari ketiga metode tersebut metode top paper lebih baik dibanding kedua metode lainnya. Hasil dari identifikasi benih diperoleh 4 jenis benih yaitu benih normal, benih mati, benih keras, dan benih abnormal

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto. 2006. Budidaya Dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.

Anonim (a). 2012. Modul Pengujian Benih.. Diakses pada tanggal 8 April 2014.

Anonim (b). 2012. Pengujian daya tumbuh benih. < http://www.diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/informasi/artikel/detailartikel/214>. Diakses 15 April 2014.

Breccia,G., T.Vega, G. Nestares, M.L. Mayor, R. Zorzoli, L. Picardi. 2009. Immature embryo culture for early screening imidazolinone resistance in sunflower. International Journal of Plant Breeding 1 : 37-40.

Copeland, L.O. 1976. Principles of Seed and Technology. Burgess PublishingCompany, Minnesota.

Justice. 1990. The Life of The Green Plant. The Mc. Millan Inc., New York.

Lesilolo, M.K., J. Riry, dan E.A. Matatula. 2013. Pengujian viabilitas dan vigor benih beberapa jenis tanaman yang beredardi pasaran kotaAmbon. Agrologia 2(1) : 1-9.