Makalah Tekben Kemunduran Benih 03

31
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas benih yang terbaik tercapai pada saat benih masak fisiologis karena pada saat benih masuk fisiologis maka berat kering benih, viabilitas dan vigornya tertinggi. Perlu dicatat bahwa viabilitas dan vigor tertinggi yang dimaksud tidak harus 100%. Setelah masak fisiologis kondisi benih cenderung menurun sampai pada akhirnya benih tersebut kehilangan daya viabilitas dan vigornya sehingga benih tersebut mati. Proses penurunan kondisi benih setelah masak fisiologis itulah yang disebut sebagai peristiwa deteriorasi atau benih mengalami proses menua. Proses penurunan kondisi benih tidak dapat dihentikan tetapi dapat dihambat. Kemunduran benih dapat didefinisikan jatuhnya mutu benih yang menimbulkan perubahan secara menyeluruh di dalam benih dan berakibat pada berkurangnya viabilitas benih. Faktor-faktor yang mempengaruhi benih itu sendiri antara lain adalah faktor internal benih mencakup kondisi fisik dan keadaan fisiologinya, kelembaban nisbi dan temperature, kadar air benih, suhu, genetic, mikroflora, kerusakan mekanik (akibat panen dan pengolahan), dan tingkat kemasakan benih.

description

kemunduran benih

Transcript of Makalah Tekben Kemunduran Benih 03

Page 1: Makalah Tekben Kemunduran Benih 03

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas benih yang terbaik tercapai pada saat benih masak fisiologis

karena pada saat benih masuk fisiologis maka berat kering benih, viabilitas

dan vigornya tertinggi. Perlu dicatat bahwa viabilitas dan vigor tertinggi yang

dimaksud tidak harus 100%.

Setelah masak fisiologis kondisi benih cenderung menurun sampai

pada akhirnya benih tersebut kehilangan daya viabilitas dan vigornya sehingga

benih tersebut mati. Proses penurunan kondisi benih setelah masak fisiologis

itulah yang disebut sebagai peristiwa deteriorasi atau benih mengalami proses

menua. Proses penurunan kondisi benih tidak dapat dihentikan tetapi dapat

dihambat.

Kemunduran benih dapat didefinisikan jatuhnya mutu benih yang

menimbulkan perubahan secara menyeluruh di dalam benih dan berakibat

pada berkurangnya viabilitas benih. Faktor-faktor yang mempengaruhi benih

itu sendiri antara lain adalah faktor internal benih mencakup kondisi fisik dan

keadaan fisiologinya, kelembaban nisbi dan temperature, kadar air benih,

suhu, genetic, mikroflora, kerusakan mekanik (akibat panen dan pengolahan),

dan tingkat kemasakan benih.

Kemunduran benih yang menyebabkan menurunnya vigor dan

viabilitas benih merupakan awal kegagalan dalam kegiatan pertanian sehingga

harus dicegah agar tidak mempengaruhi produktivitas tanaman. Sadjad (1994)

menguraikan vigor benih adalah kemampuan benih menumbuhkan tanaman

normal pada kondisi suboptimum di lapang, atau sesudah disimpan dalam

kondisi simpan yang suboptimum dan ditanam dalam kondisi lapang yang

optimum. Viabilitas benih merupakan daya hidup benih yang dapat

ditunjukkan dalam fenomena pertumbubannya, gejala metabolisme, kinerja

kromosom atau garis viabilitas sedangkan viabilitas potensial adalah

parameter viabilitas dari suatu lot benih yang menunjukkan kemampuan benih

Page 2: Makalah Tekben Kemunduran Benih 03

menumbuhkan tanaman normal yang berproduksi normal pada kondisi lapang

yang optitum.

B. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian dari kemunduran benih (deteriorasi) itu

sendiri.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan benih.

3. Untuk mengetahui ciri prose deteriorasi atau kemunduran benih.

4. Untuk mengetahui tanda-tanda kemunduran benih

5. Untuk mengetahui kemungkinan penyebab kemunduran benih

6. Untuk mengetahui pengendalian kemunduran benih.

Page 3: Makalah Tekben Kemunduran Benih 03

II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Kemunduran Benih (Deteriorasi)

Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara

berangsur-anngsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat

perubahan fisisologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Kemunduran benih

beragam, baik antarjenis, antarvarietas, antarlot, bahkan antarindividu dalam

suatu lot benih. Kemunduran benih dapat menimbulkan perubahan secara

menyeluruh di dalam benih dan berakibat pada berkurangnya viabilitas benih

(kemampuan benih berkecambah pada keadaan yang optimum) atau

penurunan daya kecambah. Proses penuaan atau mundurnya vigor secara

fisiologis ditandai dengan penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlah

kecambah abnormal, penurunan pemunculan kecambah di lapangan (field

emergence), terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman,

meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya

dapat menurunkan produksi tanaman (Copeland dan Donald, 1985).

Kemunduran benih adalah mundurnya mutu fisiologis benih yang

dapat menimbulkan perubahan menyeluruh di dalam benih, baik fisik,

fisiologi maupun kimiawi yang mengakibatkan menurunnya viabilitas benih

(Sadjad, 1994).

Kemunduran benih dapat diterangkan sebagai berikut:

1. Yang dimaksud laju deteriorasi adalah berapa besarnya

penyimpanagna terhadap keadaan optimum untuk mencapai

maksimum. Hal ini dipengaruhi oleh dua peristiwa, yaitu:

a. Merupakan sifat genetis benih

Kemunduran benih karena sifat genetis biasa disebut proses

deteriorasi yang kronologis artinya, meskipun benih ditangani

dengan baik dan faktor lingkungannya pun mendukung namun

proses ini akan tetap berlangsung.

Page 4: Makalah Tekben Kemunduran Benih 03

b. Karena deraan lingkungan

Proses in biasa disebut proses deteriorasi fisiologis. Proses ini

terjadi karena adanya faktor lingkungan yang tidak sesuai

dengan persyaratan penyimpanan benih, atau terjadi

penyimpangan selama proses pembentukan dan prosesing

benih.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hidup Benih

Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama

penyimpanan dibagi menjadi factor internal dan eksternal. Faktor internal

mencakup sifat genetik, daya tumbuh dan vigor , kondisi kulit dan kadar air

benih awal. Faktor eksternal antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu

dan kelembaban ruang simpan (Copeland dan Donald, l985).

1. Faktor internal benih

Faktor internal benih mencakup kondisi fisik dan keadaan

fisiologinya. Contoh: benih yang retak, luka, dan tergores akan lebih cepat

mengalami kemunduran. Faktor induced selama perkembangan benih di

lapangan mempengaruhi keadaan fisiologinya, sebagai contoh terjadi

kekurangan mineral (seperti N, K, Ca), air, dan suhu yang ektrim di

lapangan.

2. Kelembaban nisbi (relative humidity=RH) dan temperatur.

a. RH mempengaruhi kadar air benih, dan kadar air benih mempengaruhi

mempengaruhi respirasi benih

b. RH lingkungan dipengaruhi oleh suhu (T) lingkungan

c. RH dan T saling berkaitan dan mempengaruhi kemunduran benih:

1) setiap penurunan kadar air 1% menggandakan masa hidup dua kali,

dan

2) setiap penurunan suhu ruang simpan 5Co akan menggandakan masa

hidup benih dua kali.

d. Untuk penyimpanan:

1) % RH + o F ≤ 100 (Harrington, 1973) (KA benih 5‐14%)

2) % RH + o F ≤ 120 (Bass, 1973) s/d 3 tahun dengan proporsi o F ≤ 60

Page 5: Makalah Tekben Kemunduran Benih 03

3. Kadar air benih (KA)

Menurut Harrington (1972), masalah yang dihadapi dalam

penyimpanan benih makin kompleks sejalan dengan meningkatnya kadar

air benih. Penyimpanan benih yang berkadar air tinggi dapat menimbulkan

resiko terserang cendawan. Benih adalah bersifat higroskopis, sehingga

benih akan mengalami kemundurannya tergantung dari tingginya faktor-

faktor kelembaban relatif udara dan suhu lingkungan dimana benih

disimpan.

a. KA > 14% ‐ respirasi tinggi suhu meningkat, investasi cendawan

b. KA < 5%; terjadi kerusakan membrana selular

Kadar keseimbangan (KAK) benih adalah kadar benih air yang

terbentuk oleh keseimbangan antara KA benih dengan RH lingkungannya.

a. KAK fase 1 : KAK dengan RH 0‐60%. Air terikat kuat dengan struktur

kimia benih.

b. KAK fase 2 : KAK dengan RH 60‐75%. Sebagian KA benih terikat

lebih lemah daripada KA fase 1,

c. KAK fase 3 : KAK dengan RH 75‐100%. Sebagian air benih adalah air

bebas yang berada pada rongga antarsel benih yang mudah dihilangkan

dengan pengeringan alamiah. Padi, jagung, gandum, sorgum (benih

berpati/karbohidrat), kedelai (benih berprotein tinggi), kacang tanah

(benih berlemak tinggi).

Menurut Chai et al., (2002), perkecambahan benih kedelai akan

menurun dari perkecambahan awal yaitu diatas 90% menjadi 0%

tergantung spesies dan kadar air selama penyimpanan. Dilain pihak Yaya

et al., (2003) menyatakan bahwa benih kedelai yang disimpan dengan

kadar air 6% dan 8% selama 4 bulan pada suhu 15OC memiliki persentase

perkecambahan diatas 70%.

4. Suhu (T)

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas

benih selama penyimpanan, yang diperungaruhi oleh kadar air benih, suhu

dan kelembaban nisbi ruangan. Pada suhu rendah, respirasi berjalan

Page 6: Makalah Tekben Kemunduran Benih 03

lambat dibanding suhu tinggi. Dalam kondisi tersebut, viabilitas benih

dapat dipertahankan lebih lama. Pada periode simpan 0 minggu, benih

belum mengalami masa penyimpanan, dan kadar air ditetapkan sebagai

kadar air awal penyimpanan. Kadar air benih diukur dengan metode

langsung yakni melalui proses pengovenan dengan suhu 103°C selama 18

jam. Perhitungan perkiraan kadar air benih dilakukan berdasarkan basis

basah, yaitu bobot akhir benih setelah dioven dibagi bobot awal (basah)

benih sebelum dioven dikali 100 persen (Mugnisjah et al. 1994).

a. pada T = 00C dan KA > 14% dapat terbentuk kristal es pada ruang

antarsel dalam benih

b. pada T < 00C dan KA < 14% tidak membentuk kristal es, tetapi benih

akan meningkat KA-nya

Pada umumnya pada ruang dengan T rendah dan RH tinggi sehingga KA

akan tinggi.

5. Genetik

a. Benih berentang hidup panjang (Benih Fosil):

1) Lupin : 10.000 th masih hidup (tertimbun di tanah gambut kanada)

(Porsild dan Harrington, 1967)

2) Indian lotus : 120-400 th masih hidup (terbenam di dasar danau di

Mansuria)(Ohga, 1926)

3) Benih2 ortodoks lain: Albizia, Cassia, Trifolium,

b. Benih berentang hidup pendek:

1) Accer saccharinum : beberapa hari saja setelah lepasdari induknya

sudah mati

2) Zizzania aquatica

3) Willow, poplar, kapas, dll benih rekalsitran (shorea, cacao, mangga,

dll)

6. Mikroflora

a. Terbawa dari lapangan : optimum hidup pada RH 90-95% atau KA

benih 30-35%

b. Cendawan gudang : optimum hidup pada RH 60-90%

Page 7: Makalah Tekben Kemunduran Benih 03

1) Aspergillus sp. atau KAK pada RH itu

2) Penicillium sp.

7. Kerusakan mekanik (akibat panen dan pengolahan)

a. terutama pada bagian embrio

b. pada bagian non embrio dapat meningkatkan serangan mikroflora

8. Tingkat kemasakan benih

Potensi mutu terbaik dicapai pada saat benih telah mencapai masak

fisiologi (MF).

a. Benih kurang masak, potensi mutunya masih kurang tinggi

b. Benih lewat masak di lapangan, potensi sudah mulai turun oleh deraan

cuaca di lapangan

C. Ciri proses deteriorasi

Benih yang mengalami proses deteriorasi akan menyebabkan turunnya

kualitas dan sifat benihjika dibandingkan pada saat benih tersebut mencapai

masa fisiologinya.

Turunnya kualitas benih dapat mengakibatkan viabilitas dan vigor

benih menjadi rendah yang pada akhirnya akan mengakibatkan tanaman

menjadi buruk. Hal ini dapat dilihat pada tanaman di lahan yang memiliki

viabilitas yang tinggi dan hasil panen yang menjadi jelek.

RC. Mabesa (1993) mencirikan proses deteriorasi sebagai berikut :

Proses ini merupakan proses yang tidak dapat ditawar, pasti terjadi

pada semnua benih. Yang berbeda hanyalah laju deteriorasinya

saja.

Proses ini merupakan proses yang searah. Benih yang telah

mengalami deteriorasi tidak akan kembali ke keberadaan semula,

meskipun dengan memberikan perlakuan tertentu padanya.

Proses ini pada saat benih telah mencapai masak fisiologis sangat

rendah lajunya. Laju deteriorasi benih ini di waktu kemudian

berhubungan erat dengan kondisi linkungan dan penanganannya.

Laju deteriorasi spesies yang satu dengan yang lain berbeda dan

berbeda pula laju deteriorasi varietas-varietas dalan satu spesies.

Page 8: Makalah Tekben Kemunduran Benih 03

Laju deteriorasi berbeda antara seed lot dalam satu spesies/ varietas

dan juga antar individu dalam satu seed lot.

Delouche dan Baskin (1973) menggambarkan proses (sequence)

terjadinya deteriorasi dalam benih sebagai berikut :

Berkurangnya laju respirasi

Benih yang telah mengalami deteriorasi setelah terjadinya imbibisi

mempunyai laju respirasu yang lebih rendah disbanding benih yang

belum mengalami deteriorasi. Hal ini disebabkan oleh aktivitas

enzim respirasi yang mulai menurun.

Peningkatan kandungan asam lemak dalam benih (increase in fatty

acid).

Pada benih yang telah mengalami deteriorasi akan meningkat

kandungan asam lemaknya

Laju perkecambahan rendah (slower germination rate)

Benih yang telah mengalami deteriorasi jika dikecambahkan maka laju

perkecambahannya rendah, yang berarti benih membutuhkan waktu yang lebih

lama untuk berkecambah.

Laju pertumbuhan kecambah lambat (slower rate of growth

development). Benih yang telah mengalami deteriorasi setelah

berkecambah maka pertumbuhan kecambahnya akan menjadi

lambat.

Berkurangnya daya tahan menghadapi tekanan lingkungan. Benih

atau kecambah dari benih yang telah mengalami deteriorasi

memiliki daya tahan yang rendah terhadap penyimpangan kondisi

lingkungan.

Kecambah tidak mampu muncul di lahan. Kecambah dari ben ih

yang telah mengalami deteriorasi seringkali tidak dapat muncul ke

permukaan tanah karena kecambah tersebut kekurangan energy

untuk tumbuh terus ke permukaan lahan. Hal inilah yang sering

menyebabkan adanya perbedaan nilai persentase viabilitas benih di

dalam pengujian di laboratorium dengan kenyataan benih/

Page 9: Makalah Tekben Kemunduran Benih 03

kecambah yang dapat tumbuh terus di lading. Bagi petani yang

penting adalah niali persentase benih/ kecambah yang dapat

tumbuh di lahan.

Banyak kecambah abnormal. Jika kita mengecambahkan benih

yang telah mengalami deteriorasi maka persentase kecambah

abnormal akan meningkat yang kemudian menyebabkan persentase

viabilitas benih menjadi rendah karena yan akan dihitung hanyalah

kecambah normal.

Enzim menjadi aktif. Dalam benih yang mengalami deteriorasi

aktivitas enzimnya jauh berkurang atau bahkan tidak berfungsi.

Hal ini disebabkan terjadinya perombakan/ penguraian enzim yang

selanjutnya akan menghambat atau bahkan menyebabkan benih

kehilangan kemampuannya untuk berkecambah.

Terjadinya kebocoran sel. Benih yang telah mengalami deteriorasi

bila mengalami deteriorasi bila mengalami imbibisi akan terjadi

kebocoran membrane sel sehingga ada unsure-unsur yang keluara

dari benih. Kebocoran ini menyebabkan benih menjadi kekurangan

bahan yang dapat dirombak untuk menghasilkan tenaga yang

dibutuhkan untuk proses sintesa protein guna pembentukan dan

pertumbuhan sel-selnya. Akibatnya, akan banyak ditemukan

kecambah abnormal atau bahkan benih yang tidak mampu

berkecambah sama sekali.

Rentang persyaratan berkecambah menjadi lebih sempurna. Setiap

benih memiliki persyaratan agar benih tersebut tetap mampu

berkecambah. Pada benih yang telah mengalami deteriorasi,

rentang ini menjadi lebih sempit atau seringkali dikatakan bahwa

benih tersebut sangat peka terhadap kondisi lingkkungan.

Keragaman tinggi. Benih yang telah mengalami deteriorasi jika

dikecambahkan/ ditanam di lahan keragamannya akan tinggi (tidak

seragam pertumbuhannya).

Page 10: Makalah Tekben Kemunduran Benih 03

Penurunan hasil panen. Hasil panen akan menurun jika petani

dalam ussaha taninya memakai benih yang telah mengalami

deteriorasi, terutama karena akibat keragaman tanaman di lahan.

Perubahan warna. Benih yang telah mengalami deteriorasi

warnanya akan berubah, halmiini biasanya dipakai sebagai salah

satu tolak ukur pertama, meskipun kendala yang kita hadapi

perubahan ini sangat subyektif.

Proses yang terjadi pada benih yang mengalamiproses deteriorasi

menurut JC. Delouche sebagai berikut:

Kerusakan membrane pada benih yang menua akan mengakibatkan

kerusakan dinding sel sehingga mengakibatkan terjadinya

kebocoran jika benih berimbibisi.

Proses biosintesis yang tak berimbang

Ketidakseimbangan proses biosintesis yang disebabkan proses

katabolisme dan anabolisme yang tidak sinkron akan mengganggu

proses perkecambahan benih.

Laju perkecambahan dan perkembangan kecambah lambat dan

tidak seragam. Pada benih yang telah menua juka masih dapat

berkecambah maka pertumbuhan/ perkembangan kecambahnya

lambat dan tidak merata.

Rentan terhadap stress faktor lingkungan. Benih yang telah menua

akan sangat peka terhadap perubahan faktor lingkungan pada saat

dikecambahkan.

Kondisi kecambah jelek. Kecambabh yang dihasilkan kondisinya

jelek sekali.

Penyimpang morfologis. Kecambah yang terbentuk tidak normal.

Hal ini dapat dilihat dengan tingginya persentase kecambah

abnormal.

Tidak berkecambah. Benih yang dikecambahkan tidak

berkecambah meskipun benih tersebut sebenarnya belu mati.

Mati (death). Benih mati dapat diketahui dengan uji tetrazolium.

Page 11: Makalah Tekben Kemunduran Benih 03

D. Tanda-tanda Kemunduran Benih

1. Gejala Fisiologis

Menurut Toole, Toole dan Gorman (dalam Abdul Baki dan

Anderson. 1972), kemunduran benih dapat ditunjukkan oleh gejala

fisiologis sebagai betikut: (a) terjadinya perubahan warna benih (b)

tertundanya perkecambahan; (c) menurunnya, toleransi terhadap kondisi

lingkungan sub optimum selama perkecambahan (d) rendahnya toleransi

terhadap kondisi simpan yang kurang sesuai (e) peka terhadap radiasi; (f)

menurunnya pertumbuhan kecambah; (g) menurunnya daya berkecambah,

dan (h) meningkatnya jumlah kecambah abnormal. Abdul Baki dan

Anderson (1972) mengemukakan indikasi biokimia dalam benih yang

mengalami kemunduran viabilitas adalah sebagai berikut: (a) perubahan

aktivitas enzim (b) perubahan laju respirasi; (c) perubahan di dalam

cadangan makanan; (d) perubahan di dalam membran, dan (e) kerusakan

kromosom.

Gejala fisiologis dipengaruhi pula oleh:

a. Aktivitas enzim menurun: dehidrogenase, glutamat dekarboksilase,

katalase, peroksidase, fenolase, amilase, sitokrom oksidase.

b. Respirasi menurun : konsumsi O2 rendah, produksi CO2 rendah,

produksi ATP rendah

c. Bocoran metabolit meningkat: menjadikan nilai daya hantar listrik

meningkat dan gula terlarut menigkat

d. Kandungan Asam Lemak Bebas meningkat:

1) Lipid: asam lemak + gliserol

2) Benih kapas dengan kandungan Asam Lemak Bebas ≥1% sudah

tidak mampu berkecambah.

2. Gejala Kinerja Benih

a. kinerja perkecambahan rendah: KT rendah, dan tidak seragam

b. Daya suai terhadap lingkungan rendah

Page 12: Makalah Tekben Kemunduran Benih 03

c. Daya tumbuh di lapang rendah

d. Tidak tahan terhadap cekaman lingkungan

3. Pemudaran Warna kibat penuaan

Kemunduran warna akibat penuaan yaitu warna benih mencoklat (terutama

bila terdedah pada cahaya) pada embrio atau pada kulit benih.

E. Kemungkinan Penyebab Kemunduran Benih

1. Autoxidasi Lipid: dapat terjadi pada benih:

a. KA < 6%

b. Konsentrasi O2 tinggi

c. Suhu tinggi

Proses:

Lemak tak jenuh + ion2 logam radikal bebas (H3+) +

cahaya/irradiasi

Radikal bebas + O2 Hidroperoksida (H2O2)

Hidroperoksida Karbonil

Karbonil + protein - inaktivasi enzim

- kerusakan membran

- denaturasi protein

Karbonil + asam nukleat mutasi kromosom

2. Degradasi Struktur Fungsional

a. Hilangnya permeabilitas membran sel (terhidrolisis oleh fosfolipase dan

oksidase)

b. Rusaknya membran mitokondria (ATP-ase tinggi, fosforilasi oksidatif

rendah, produksi ATP tinggi).

3. Ribosom tidak mampu berdisosiasi: sintesis protein terhambat

4. Degradasi dan Inaktivasi Enzim: perubahan struktur makromolekul enzim

menurunkan aktivitasnya.

a. Perubahan komposisi : - grup fungsional (hilang/mengikat)

- oksidasi gugus sulfhidril

- perubahan asam amino dalam protein

b. Perubahan konfigurasi: - penglipatan atau pelurusan

Page 13: Makalah Tekben Kemunduran Benih 03

- penggumpalan atau polimerisasi

- pemutusan menjadi sub2 unit

5. Pengaktifan/Pembentukan Enzim-enzim Hidrolitik:

Bila KA benih > 20%, cukup untuk mengaktifkan enzim2 hidrolotik

(lipase, fosfolipase, fosfatase, amilase)

6. Degradasi Genetik sebagai penyebab utama ketuaan

7. perubahan sifat kromosom (selaras dengan penuaan)

a. mutasi genetik; berkorelasi dengan ketuaan dan hilangnya viabilitas

8. Habisnya cadangan makanan (sudah tidak diterima)

9. Kelaparan sel meristematik: jauhnya jarak antara cadangan makanan

dengan sel-sel meritematik

10. Akumulasi senyawa beracun (toxic)

a. embrio baik pada endosperm tua

b. embrio tua pada endosperm baik

Keduanya : menunjukkan vigor dan perkecambahannya buruk

F. Pengendalian Kemunduran Benih

Dalam kegiatan pertanian, terjadinya kemunduran benih merupakan

salah satu faktor penyebab menurunnya produktivitas tanaman sehingga hal

ini hanrus dihindari. Hasil-hasil penelitian menunjukkan dengan memberikan

perlakuan pada benih yang memperlihatkan gejala kemunduran, dapat

memperbaiki kondisi benih.

Murray dan Wilson (1987) melaporkan kemunduran benih dapat

dikendalikan dengan cara "invigorasi" melalui proses hidrasi-dehidrasi. Sadjad

(1994) mendefinisikan invigorasi sebagai proses bertambahnya vigor benih.

Dengan demikian perlakuan invigorasi adalah peningkatan vigor benih dengan

memberikan perlakuan pada benih. Menurut Khan (1992) perlakuan pada

benih adalah untuk memobilisasi sumber-sumber energi yang ada dalam benih

untuk bekerja sama dengan sumber-sumber energi yang ada di luar atau di

lingkungan tumbuh untuk menghasilkan pertanaman dan hasil yang maksimal.

Perlakuan benih yang telah dikenal antara lain presoaking dan

conditioning. Menurut Khan (1992) presoaking adalah perendaman benih

Page 14: Makalah Tekben Kemunduran Benih 03

dalam sejumlah air pada suhu rendah sampai sedang, sedangkan conditioning

adalah peningkatan mutu fisiologi dan biokimia (berhubungan dengan

kecepatan dan perkecambahan, perbaikan serta peningkatan potensial

perkecambahan) dalam benih oleh media imbibisi potensial air yang rendah

(larutan atau media padatan lembab) dengan mengatur hidrasi dan penghentian

perkecambahan. Benih menyerap air sampai potensial air dalam benih dan

media pengimbibisi sama (dicapai keseimbangan potensial air). Presoaking

dalam periode singkat menghasilkan efek yang cukup baik terhadap

peningkatan perkecambahan dan pertumbuhan kecambah. Pengeringan tidak

mengurangi pengaruh positif dari presoaking (Kidd and West dalam Khan,

1992). Perlakuan presoaking berpengaruh baik pada benih yang bervigor

sedang.

Hadiana (1996) melaporkan perlakuan presoaking atau conditioning

secara nyata efektif meningkatkan viabilitas dan vigor benih sebelum

penyimpanan, dapat meningkatkan daya berkecambah potensi tumbuh,

keserempakan tumbuh, dan bobot kering kecambah normal.

Benih bermutu merupakan salah satu faktor yang memegang peranan

penting dalam budidaya tanaman cabai. Suplai benih untuk musim tanam

berikutnya, mengharuskan terjadinya proses penyimpanan benih. Apabila

penyimpanan tidak ditangani dengan baik, maka benih akan mudah

mengalami kemunduran sehingga mutunya menjadi rendah. Disamping itu,

perkecambahan cabai lambat dan tidak seragam. Ilyas (1994) menyatakan

bahwa benih cabai memerlukan imbibisi yang lama sebelum berkecambah dan

suhu yang agak tinggi untuk mencapai perkecambahan maksimum.

Menurut Khan et al. (1992), imbibisi pada benih yang dilakukan

secara tiba-tiba apalagi terhadap benih dengan kadar air sangat rendah dan

benih yang mengalami penyimpanan yang lama dapat menyebabkan

kerusakan pada struktur membran sehingga perlu suatu kondisi dimana

imbibisi dilaksanakan secara terkontrol. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan invigorasi benih

yaitu dengan cara mengkondisikan benih sedemikian rupa sehingga karakter

Page 15: Makalah Tekben Kemunduran Benih 03

fisiologi dan biokimiawi yang terdapat di dalam benih dapat dimanfaatkan

secara optimal.

Perlakuan benih secara fisiologis untuk memperbaiki perkecambahan

benih melalui imbibisi air secara terkontrol telah menjadi dasar dalam

invigorasi  benih. Saat ini perlakuan invigorasi merupakan salah satu alternatif

yang dapat digunakan untuk mengatasi mutu benih yang rendah yaitu dengan

cara memperlakukan benih sebelum tanam untuk mengaktifkan kegiatan

metabolisme benih sehingga benih siap memasuki fase perkecambahan.

Selama proses invigorasi, terjadi peningkatan kecepatan dan keserempakan

perkecambahan serta mengurangi tekanan lingkungan yang kurang

menguntungkan. Invigorasi dimulai saat benih berhidrasi pada medium

imbibisi yang berpotensial air rendah. Biasanya dilakukan pada suhu 15-20oC.

Setelah keseimbangan air tercapai selanjutnya kandungan air dalam benih

dipertahankan (Khan, 1992)

Berbagai cara dapat dilakukan sehubungan dengan perlakuan

invigorasi benih sebelum tanam yaitu osmoconditioning, priming,

moisturizing, hardening, humidification, solid matrix priming,

matriconditioning dan hydropriming. Namun demikian cara yang umum

digunakan adalah osmoconditioning (conditiong dengan menggunakan larutan

osmotik seperti PEG, KNO3, KH2PO4, NaCl dan manitol) dan

matriconditioning (conditioning dengan menggunakan media padat lembap,

seperti Micro-Cel E, Vermikulit, juga telah dipelajari beberapa media

alternatif antara lain abu gosok dan serbuk gergaji).

Benih yang dipanen lewat masak fisiologis biasanya sudah

mengalami penurunan mutu. Untuk mengatasi permasalahan terjadinya

kemunduran mutu benih baik yang diakibatkan oleh faktor penyimpanan

maupun diakibatkan oleh faktor kesalahan dalam penanganan benih, salah

satunya dapat dilakukan dengan melakukan teknik invigorasi (perlakuan fisik

atau kimia untuk meningkatkan atau memperbaiki vigor benih). Perlakuan ini

sudah banyak dilakukan pada beberapa tanaman seperti tanaman padi dan

Page 16: Makalah Tekben Kemunduran Benih 03

kedelai. Pada tanaman jambu mete perlakuan invigorasi dapat meningkatkan

daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan berat kering benih jambu mete.

Untuk mengatasi permasalahan terjadinya kemunduran mutu benih

baik yang diakibatkan oleh faktor penyimpanan maupun diakibatkan oleh

faktor kesalahan dalam penanganan be-nih, dapat dilakukan dengan

melakukan teknik “invigorasi”. Invigorasi adalah suatu perlakuan fisik atau

kimia untuk meningkatkan atau memperbaiki vigor benih yang telah

mengalami kemun-duran mutu (Basu dan Rudrapal, 1982).

III. KESIMPULAN

Page 17: Makalah Tekben Kemunduran Benih 03

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembahasan makalah kemunduran

benih ini adalah bahwa benih yang telah mengalami deteriorasi akan

menampakkan gejala sebagai berikut:

1. Gejala Fisiologis:

a. Perubahan warna benih

b. Mundurnnya perkecambahan

c. Mundurnya toleransi terhadap SOF

d. Mundurnya toleransi terhadap penyimpanan

e. Sangat peka terhadap radiasi

f. Mundurnya pertumbuhan kecambah

g. Mundurnya daya kevigoran (kekuatan tumbuh)

h. Meningkatnya jumlah kecambah abnormal

2. Gejala Biokhemis

a. Perubahan dalam respirasi

b. Perubahan enzim

c. Perubahan pada membrane sel/ dinding sel

d. Perubahan laju sintesis

e. Perubahan persediaan makanan

f. Kerusakan kromosom.

Kemungkinan penyebab kemunduran benih antara lain yaitu:

1. Autoxidasi lipid

2. Degradasi struktur fungsi

3. Ribosom tidak mampu berdisosiasi

4. Degradasi dan inaktivasi enzim

5. Pengaktifan/ pembentukan Enzim-enzim Hidrolitik

6. Degradasi Genetik sebagai penyebab utama ketuaan

7. perubahan sifat kromosom (selaras dengan penuaan)

8. Habisnya cadangan makanan (sudah tidak diterima)

9. Kelaparan sel meristematik

10. Akumulasi senyawa beracun (toxic)

Page 18: Makalah Tekben Kemunduran Benih 03

Untuk mengatasi permasalahan terjadinya kemunduran mutu benih baik

yang diakibatkan oleh faktor penyimpanan maupun diakibatkan oleh faktor

kesalahan dalam penanganan be-nih, dapat dilakukan dengan melakukan teknik

“invigorasi”. Invigorasi adalah suatu perlakuan fisik atau kimia untuk

meningkatkan atau memperbaiki vigor benih yang telah mengalami kemun-duran

mutu (Basu dan Rudrapal, 1982).

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: Makalah Tekben Kemunduran Benih 03

Anonima. 2010. Pengaruh Penyimpanan Terhadap Kemunduran Benih. http://pusiiiingeuy.blogspot.com/2009/10/pengaruh-penyimpanan-terhadap.html. Diakses pada tanggal 15 Mei 2010 pukul 16.30 WIB.

Anonimb. 2010. Korelasi Penyimpanan Dengan Daya Tumbuh Benih. http://www.tanindo.com/abdi1/hal0601.htm. Diakses pada tanggal 15 Mei 2010 pukul 16.40 WIB.

Purwanti, Setyastuti. 2004. Kajian Suhu Ruang Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam dan Kedelai Kuning. Jurnal Ilmu Pertanian. Vol. 11 No. 1, 2004: 22-31.

Rr. Sri hartati, sudjindro, dan febria cahya indriani. 1999. Pengaruh Invigorasi Terhadap Viabilitas Benih Dan Pertumbuhan Tanaman Kenaf (Hibiscus cannabinus L.). Jurnal littri. Vol. IV No. 6, maret 1999.

Copeland. L.O. dan M.B. Mc. Donald. 1985. Principles of Seed Science and Technology. Burgess Publishing Company. New York. 369 p.

Sadjad, s.1994. Kuantifikasi metabolisme benih. PT Widia Sarana Indonesia, Jakarta. 145pp.

MAKALAH TEKNOLOGI BENIH

Page 20: Makalah Tekben Kemunduran Benih 03

KEMUNDURAN BENIH

DISUSUN OLEH:

1. Aninda Putri Driarsiwi H0808007

2. Riana Dewi Kusumaningsih H0808041

3. Wahyu Tri Kusumasari H0808056

4. Aulia Rahma Kautsari H0808079

5. Yusuf Enril H0808

AGRIBISNIS A

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 21: Makalah Tekben Kemunduran Benih 03