jurnal tekben

78
PERTUMBUHAN POPULASI Sitophilus zeamais Motsch. (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA EMPAT KULTIVAR BERAS MARYANA JAYANTI PASARIBU DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Transcript of jurnal tekben

Page 1: jurnal tekben

PERTUMBUHAN POPULASI

Sitophilus zeamais Motsch. (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE)

PADA EMPAT KULTIVAR BERAS

MARYANA JAYANTI PASARIBU

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: jurnal tekben

ABSTRAK

MARYANA JAYANTI PASARIBU. Pertumbuhan Populasi Sitophilus

zeamais Motsch. (Coleoptera : Curculionidae) Pada Empat Kultivar Beras.

Dibimbing oleh IDHAM SAKTI HARAHAP dan ALI NURMANSYAH.

Penyimpanan beras di gudang dalam jangka waktu yang relatif lama

mengakibatkan serangan hama pasca panen selama penyimpanan. Serangan S.

zeamais pada beras dapat mengakibatkan beras menjadi patah dan kebanyakan

menjadi bubuk. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan populasi

S. zeamais, susut berat, dan perubahan kadar air pada empat kultivar beras (IR-42,

IR-64, Ketan Putih dan Ketan Hitam) selama tiga bulan penyimpanan. Populasi

awal yang diinfestasikan adalah 5, 10, dan 15 pasang diinfestasikan pada masing-

masing kultivar beras dengan tiga ulangan. Penyimpanan beras dilakukan pada 45,

60, dan 90 hari. Pengamatan dilakukan terhadap tingkat populasi, susut berat, dan

kadar air beras. Rancangan percobaan yang digunakan dalam pengujian empat

kultivar beras terhadap pertumbuhan populasi S. zeamais adalah Rancangan Acak

Lengkap Faktorial 4 x 3 x 3 dengan 3 ulangan dilanjutkan dengan uji Duncan pada

taraf lima persen dengan program SAS 9.1 dan analisis regresi dilakukan dengan

menggunakan program Microsoft Office Excel 2003 untuk mengetahui hubungan

populasi awal (X1) dan waktu penyimpanan (X2) dengan populasi akhir (Y).

Populasi akhir pada kultivar Ketan Hitam menghasilkan rata-rata populasi akhir

tertinggi dibandingkan tiga kultivar lainnya yaitu 497,48 ekor. Persentase

penyusutan pada Ketan Hitam lebih tinggi dibandingkan kultivar beras lainnya.

Pada populasi awal 15 pasang S.zeamais, Ketan Hitam mengalami penyusutan

tertinggi yaitu sebesar 4,85% dalam waktu penyimpanan selama 90 hari.

Persentase kadar air Ketan Hitam dengan tingkat populasi awal 15 pasang

mengalami peningkatan sebesar 2,27% dan lebih tinggi dibandingkan beras

lainnya. Pada waktu penyimpanan selama 90 hari dengan tingkat populasi pada

awal infestasi sebanyak 15 pasang, diperoleh rata-rata populasi akhir tertinggi

sebesar 729,84 ekor kumbang beras (S. zeamais), sementara rata-rata tingkat

populasi terendah yaitu 51,25 ekor pada penyimpanan 45 hari dengan populasi

awal infestasi 5 pasang. Berdasarkan hasil analisi regresi pada kultivar IR-64

diperoleh persamaan Y= 20,54X1 + 1,39X2. Jenis beras berpengaruh nyata

terhadap pertumbuhan populasi akhir sementara waktu penyimpanan tidak

menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan populasi akhir.

Persamaan untuk kultivar IR-42 adalah Y= 8,01X 1 + 2,80X2. Jenis beras tidak

berpengaruh nyata terhadap penambahan populasi akhir, namun waktu

penyimpanan berpengaruh nyata terhadap pertambahan populasi akhir. Persamaan

untuk kultivar Ketan Putih Y= 11,24X1 + 2,28X2. Faktor beras dan waktu

penyimpanan berpengaruh nyata terhadap pertambahan populasi akhir. Sedangkan

untuk kultivar Ketan Hitam persamaannya adalah Y= 11,60X1 + 3,52X2, pada

persamaan ini jenis beras tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan populasi

akhir, sedangkan waktu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap pertambahan

populasi. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa pola pertumbuhan

Sitophilus zeamais berbeda pada setiap kultivar beras.

Page 3: jurnal tekben

PERTUMBUHAN POPULASI

Sitophilus zeamais Motsch. (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE)

PADA EMPAT KULTIVAR BERAS

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

MARYANA JAYANTI PASARIBU

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 4: jurnal tekben

Judul Penelitian : PERTUMBUHAN POPULASI Sitophilus zeamais Motsch.

(COLEOPTERA : CURCULIONIDAE) PADA EMPAT

KULTIVAR BERAS

Nama Mahasiswa : MARYANA JAYANTI PASARIBU

NRP : A34051469

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, MSi. Dr. Ir. Ali Nurmansyah, MSi.

NIP. 195910221985031002 NIP. 196302121990021001

Diketahui

Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Dr. Ir. Dadang, MSc.

NIP. 196402041990021002

Page 5: jurnal tekben

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Maret 1987 di Ende, Nusa Tenggara

Timur. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari ibu K.

Nainggolan dan bapak M. Pasaribu.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMUN 1

Lubuk Pakam, Sumatera Utara pada tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis

diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI) dan setahun kemudian terpilih sebagai mahasiswa

Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian. Selama menempuh kuliah,

penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Hama Penyakit Setahun

(2008-2009), Hama dan Penyakit Benih dan Pascapanen (2008-2009), dan Dasar-

dasar Proteksi Tanaman (2008-2009).

Page 6: jurnal tekben

PRAKATA

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Bapa surgawi atas kasih karunia

dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang

berjudul ”Pertumbuhan Populasi Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera:

Curculionidae) Pada Empat Kultivar Beras”.

Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1 Bapak Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, M.Si sebagai dosen pembimbing

pertama, Bapak Dr. Ir. Ali Nurmansyah sebagai dosen pembimbing kedua

dan Bapak Ir. Uha Suhardja Satari, MS sebagai dosen penguji atas masukan

yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Mama K. Nainggolan, bapak M. Pasaribu (atas dukungan doa dan materi),

adik-adikku terkasih Christyanto Pasaribu, Erikson Setiawan Pasaribu,

Merry Selviana Pasaribu.

3. Teman-teman DPT 42 : Bontor, Febri, Tety, Huda dan Anci atas bantuannya.

4. Abang-abangku : B’Debby, B’Maryo, B’Dodo dan anak-anak Pondok Dame

lainnya atas kesediaannya untuk membantu selama masa penelitian.

5. Teman-teman Wisma Ananda : Rina dan Maria, adikku Devi dan Tetty, dan

teman-teman Pondok Putri dan alumni : Roro, Tintun, Wenny, Marie dan

Esther atas dukungan moral yang diberikan di saat terberatku.

6. Kepada teman terbaikku Hilman Pardede ST, M.Eng atas semua doa, jurnal,

dan semangat yang pernah diberikan selama ini.

Bogor, Agustus 2009

Penulis

Page 7: jurnal tekben

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ................................................................................ i

RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v

PRAKATA .............................................................................. vi

DAFTAR TABEL .............................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi

PENDAHULUAN

Latar Balakang ................................................................................ 1

Tujuan ................................................................................ 2

Hipotesis ................................................................................ 2

Manfaat ................................................................................ 2

TINJAUAN PUSTAKA

Padi (Oryza sativa) .......................................................................... 3

Sitophilus zeamais Motsch. ................................................................ 4

Populasi ................................................................................ 6

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat .......................................................................... 7

Bahan dan Alat ................................................................................ 7

Metode

Pengembangbiakan serangga uji .............................................. 7

Pemisahan serangga jantan dan betina (Seksing) ..................... 7

Pelaksanaan Percobaan .............................................................. 8

Peubah Pengamatan

Perhitungan susut ...................................................................... 8

Perhitungan persentase perubahan kadar air ..................... 9

Rancangan Percobaan ............................................................... 9

Analisis Data ............................................................................. 10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi Akhir Sitophilus zeamais ..................................................... 1

Page 8: jurnal tekben

Halaman

Susut Berat Pada Empat Kultivar Beras ............................................ 14

Perubahan Kadar Air Pada Empat Kultivar Beras .............................. 17

Perubahan Suhu Dalam Toples ........................................................... 20

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ......................................................................................... 23

Saran .............................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 24

LAMPIRAN ................................................................................ 26

Page 9: jurnal tekben

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Rata-rata populasi akhir kumbang beras (S. zeamais) pada empat

kultivar beras . ................................................................................ 11

2. Rata-rata populasi akhir kumbang beras (S. zeamais) pada

populasi awal dan waktu penyimpanan yang berbeda ................... 12

3. Koefisien persamaan regresi setiap jenis beras untuk populasi

akhir ............................................................................................... 14

4. Rata-rata susut berat empat kultivar beras pada populasi awal

yang berbeda .................................................................................. 15

5. Rata-rata susut berat empat kultivar beras pada waktu

penyimpanan yang berbeda ............................................................ 15

6. Rata-rata susut berat pada waktu penyimpanan dan populasi awal

yang berbeda .................................................................................. 16

7. Rata-rata perubahan kadar air beras pada populasi awal yang

berbeda ........................................................................................... 17

8. Rata-rata perubahan kadar air beras pada waktu penyimpanan

yang berbeda .................................................................................. 18

9. Rata-rata perubahan kadar air pada populasi awal dan waktu

penyimpanan yang berbeda ............................................................ 19

Page 10: jurnal tekben

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Perbedaan Sitophilus zeamais betina dan jantan ............................ 7

2. Susunan toples penyimpanan empat kultivar beras berbagai waktu

penyimpanan dan tingkat populasi Sitophilus zeamais .................. 8

3. Suhu dalam toples selama 45 hari penyimpanan pada empat

kultivar beras dengan tiga tingkat populasi awal ........................... 20

4. Suhu dalam toples selama 60 hari penyimpanan pada empat

kultivar beras dengan tiga tingkat populasi awal ........................... 21

5. Suhu dalam toples selama 90 hari penyimpanan pada empat

kultivar beras dengan tiga tingkat populasi awal ........................... 21

Page 11: jurnal tekben

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Output Populasi akhir .................................................................... 26

2. Output susut berat ........................................................................ 31

3. Output kadar air ............................................................................ 32

4. Uji Lanjut Populasi Akhir ............................................................ 36

5. Uji Lanjut Susut Berat .................................................................... 40

6. Uji Lanjut Kadar Air ..................................................................... 52

7. Analisis Regresi ............................................................................. 63

Page 12: jurnal tekben

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beras merupakan bahan pangan utama sebagai sumber karbohidrat bagi

sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut Dewan Ketahanan Pangan diacu

oleh Nainggolan (2007) tingkat konsumsi beras pada tahun 2007 adalah 139,15

kg/kap. Konsumsi ini termasuk pangan, kebutuhan industri, dan pakan ternak

(Nainggolan, 2007).

Penyimpanan beras di gudang dalam jangka waktu yang relatif lama

mengakibatkan serangan hama pasca panen selama penyimpanan. Serangan hama

pasca panen dapat menimbulkan banyak permasalahan diantaranya menurunkan

kualitas bahan simpanan secara fisik, menyebabkan susut berat, perubahan kadar

air serta menurunkan kandungan vitamin B dan dapat meningkatkan serat kasar,

selulosa, hemiselulosa, dan lignin (Ekawati, 2008). Di Indonesia, kehilangan hasil

akibat serangan hama gudang diperkirakan mencapai 26-29% (Semple 1985

dalam Ekawati, 2008).

Menurut Sunjaya dan Widayanti (2006) penyebab utama kerusakan pada

biji-bijian atau bahan pangan yang disimpan di daerah tropika adalah serangga.

Serangga yang banyak merusak terutama dari jenis kumbang (Coleoptera).

Sitophilus zeamais merupakan serangga penyimpanan yang paling penting dan

banyak menimbulkan kerusakan pada bahan pangan yang disimpan di dunia.

Selain menyerang jagung dalam tempat penyimpanan, kumbang ini juga

menyerang beras (Purwanto dan Nawangsih, 1999).

Masalah hama adalah masalah populasi. Suatu jenis serangga mulai

dikategorikan sebagai hama apabila tingkat populasinya telah mencapai suatu

tingkat yang dapat merugikan secara ekonomi, atau kecenderungan populasinya

selalu berada pada tingkat tertentu (Harahap, 2006).

Kecocokan makanan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam

pertumbuhan populasi hama, dan selanjutnya besarnya populasi hama sangat

menentukan besarnya persentase susut produk pertanian (Rohayati, 1992).

Makanan merupakan faktor ekstrinsik yang mempengaruhi pertumbuhan populasi

hama. Oleh karena itu perlu diketahui bagaimana tingkat pertumbuhan Sitophilus

Page 13: jurnal tekben

2

zeamais pada beberapa jenis beras untuk memperoleh informasi jenis beras apa

yang paling sesuai untuk pertumbuhan kumbang ini serta tingkat penyusutan yang

terjadi selama masa penyimpanan.

Tujuan Penelitian

Mempelajari pertumbuhan populasi S. zeamais, susut berat, dan perubahan

kadar air pada empat kultivar beras selama tiga bulan penyimpanan serta

menentukan pola pertumbuhan S. zeamais.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan adalah terdapat perbedaan pertumbuhan S. zeamais

pada kultivar beras yang berbeda dan waktu berpengaruh nyata terhadap tingkat

pertumbuhan S. zeamais.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai

referensi untuk mengetahui perkembangan populasi S. zeamais pada masing-

masing kultivar beras.

Page 14: jurnal tekben

TINJAUAN PUSTAKA

Padi (Oryza sativa)

Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban

manusia. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia setelah

jagung dan gandum. Padi merupakan tanaman pangan yang banyak

dibudidayakan di Indonesia. Taksonomi Oryza sativa menurut Lu (1999) :

Ordo : Oryzeae

Famili : Poaceae (Gramineae)

Subfamili : Oryzoideae

Genus : Oryzae

Spesies : Oryza sativa Linnaeus

Oryza sativa hanya dapat dipanen satu kali selama musim tanamnya.

Kematangan fisiologis ditandai dengan menguningnya bulir dan berat bulir

hampir tetap (Syafei 1991 dalam Rohayati 1992).

Setelah padi dipanen, gabah (beras yang tertutup sekam) akan mengalami

proses penanganan pasca panen. Beras merupakan hasil pengolahan gabah. Tahap

pengolahan gabah menjadi beras yang dapat dikonsumsi, dikerjakan melalui

tahapan gabah menjadi beras pecah kulit sampai menjadi beras sosoh. Beras pecah

kulit adalah beras yang masih mempunyai kulit luar. Beras pecah kulit diperoleh

dari butir gabah yang dikelupas sekamnya.

Winarno (1984) menyatakan bahwa pati beras terdiri dari molekul-molekul

besar yang tersusun atau dirangkaikan dari unit-unit gula (glukosa). Kalau

rangkaiannya lurus disebut amilosa dan kalau bercabang disebut amilopektin.

Rasio amilosa/amilopektin dapat menentukan tekstur, pera tidaknya nasi, pulen

tidaknya nasi, cepat tidaknya mengeras serta lekat tidaknya nasi. Rasio

amilosa/amilopektin tersebut dapat pula dinyatakan dengan kadar amilosa saja.

Berdasarkan kandungan amilosanya, beras dapat dibagi menjadi empat

golongan, yaitu beras dengan kadar amilosa tinggi 25% sampai 33%, beras

dengan kadar amilosa medium 20% sampai 25%, beras dengan kadar amilosa

rendah 9% sampai 20%, beras dengan kadar amilosa sangat rendah 2% sampai

9%. Beras pulen merupakan beras yang lebih rekat jika dimasak karena

mengandung amilosa yang lebih rendah dan amilopektin yang tinggi. Sedangkan

Page 15: jurnal tekben

4

beras pera kadar amilosanya lebih tinggi dibandingkan amilopektin (Haryadi,

2008).

Sitophilus zeamais Motsch.

Menurut Lawrence (1994) Sitophilus zeamais tergolong

Ordo : Coleoptera

Sub Ordo : Polyphaga

Super Famili : Curuculionoidea

Famili : Curculionidae.

Serangga ini kecil kecoklatan (Borror et al. 1996) mudah dikenali karena

moncongnya (snout) yang khas sehingga dikenal dengan sebutan kumbang

moncong. Antenanya siku dan menggada, pada elitra terdapat empat buah bercak

bulat berwarna merah. Punctures pada toraks bulat dan amat panjang (Pranata,

1979). Tipe alat mulutnya menggigit mengunyah. Kumbang ini adalah serangga

penyimpanan yang paling penting dan banyak menimbulkan kerusakan pada

bahan pangan. Serangga ini bersifat polifag, selain menyerang jagung, juga beras,

gandum, kacang tanah, kacang kapri, kacang kedelai, kelapa dan jambu mente.

Sitophilus zeamais lebih dominan pada jagung dan beras, S. oryzae kebanyakan

pada gandum (Kalshoven, 1981). Sitophilus zeamais merusak biji jagung dalam

penyimpanan dan juga dapat menyerang tongkol jagung yang masih berada di

pertanaman. Baik imago maupun larva makan butir-butiran, dan larva

berkembang dalam butiran (Borror et al. 1996). Aktivitas makan fase larva di

dalam butir biji-bijian menyebabkan adanya lubang besar pada endosperma. Larva

tidak bertungkai, berwarna putih jernih. Ketika bergerak larva agak mengkerut

(Surtikanti, 2004). Serangan kumbang ini dalam jumlah yang besar dapat

menimbulkan panas dan dapat meningkatkan kadar air sehingga merangsang

pertumbuhan cendawan.

Ukuran serangga ini bergantung pada tempat serangga berkembang biak.

Bila hidup pada jagung ukurannya lebih besar daripada bila hidup pada beras

(Sunjaya dan Widayanti, 2006). Panjang imago bervariasi mulai 2-5 mm

tergantung pada kemampuan makan larva, tetapi pada umumnya S. oryzae

berukuran 2-3,5 mm dan S. zeamais 3-3,5 mm (Kalshoven, 1981). Satu butir

Page 16: jurnal tekben

5

beras hanya dapat ditempati oleh satu larva kumbang ini sedangkan pada biji yang

lebih besar seperti jagung, satu butirnya dapat ditempati oleh dua larva S. zeamais.

Perbedaan kelamin hama ini dapat dibedakan dengan beberapa karakter

fisik yaitu, moncong imago jantan lebih pendek, tebal, dan permukaan lebih kasar

dibandingkan dengan moncong imago betina dan ujung abdomen jantan

melengkung ke bawah, sedangkan ujung abdomen imago betina lurus ke belakang

(Wilbur dan Mills, 1978). Di Indonesia S. zeamais lebih banyak ditemukan

daripada S. oryzae (Pranata, 1979). Sitophilus zeamais merupakan serangga yang

dapat berkembang biak dengan cepat, yaitu selama satu tahun dapat menghasilkan

5-7 generasi. Kumbang betina akan mengunyah lubang kecil di dalam inti biji,

kemudian memasukkan satu telur ke dalamnya kemudian lubang ditutup kembali

dengan zat seperti gelatin yang berfungsi sebagai sumbat telur atau egg plug

(Haines 1991 dalam Tandiabang et al.).

Kumbang betina dapat bertelur 300 hingga 400 telur selama lebih dari satu

bulan. Telur akan menetas dalam beberapa hari menjadi larva dan memakan

bagian dalam inti biji. Larva kemudian menggerek biji dan hidup di dalam biji,

umur kurang lebih 20 hari pada suhu 250C dan kelembaban nisbi 70%. Kemudian

menjadi pupa, selanjutnya menjadi kumbang dewasa. Fase pupa berlangsung di

dalam biji yang telah kosong (Kalshoven 1981). Tipe pupa eksarata, dimana

semua embelannya bebas atau tidak menyatu satu sama lain (Fachry 2005).

Imago dapat bertahan hidup cukup lama yaitu dengan makan sekitar 3-5

bulan jika tersedia makanan dan sekitar 36 hari jika tanpa makan. Seluruh siklus

hidup berlangsung dari empat hingga tujuh minggu (Anonim, 2008). Serangga ini

digolongkan ke dalam hama primer (internal feeder), yaitu hama menyerang dan

mampu berkembang dengan baik pada komoditas yang masih utuh dengan cara

menggerek (Sunjaya dan Widayanti, 2006). Perkembangan, aktivitas, dan

kopulasi serangga ini dilakukan pada siang hari dan berlangsung lebih lama

dibandingkan dengan masa kopulasi hama gudang lainnya (Surtikanti, 2004).

Populasi

Populasi adalah sekelompok organisme dari spesies yang sama yang hidup

di suatu tempat tertentu pada kurun waktu tertentu. Pertumbuhan populasi hama

Page 17: jurnal tekben

6

gudang dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar dari populasi serangga tersebut.

Faktor dalam seperti keperidian atau kemampuan bertelur dan siklus hidup, dapat

menentukan kecepatan berkembang biak suatu jenis serangga. Semakin tinggi

keperidian dan semakin singkat siklus hidup, pertumbuhan populasi serangga

tersebut akan semakin cepat (Harahap, 2006). Sedangkan faktor luar yang

mempengaruhi pertumbuhan populasi serangga adalah makanan, suhu,

kelembaban, dan habitat. Populasi menunjukkan perkiraan jumlah serangga secara

tidak langsung dari level perkiraan pada kerusakan komoditas atau produk dari

aktivitas serangga. Misalnya kerusakan oleh serangga pada biji, jejak serangga

pada residu tepung pada lantai, atau terbentuknya produksi sutera oleh mulut

larva, sebagai indikasi tingkat infestasi serangga. Indikator ini sangat berguna

untuk mengambil tindakan sebelum populasi serangga dan kerusakan komoditi

terakumulasi lebih tinggi.

( Hidayat, 2006).

Serangga hama gudang bisa dikatakan sebagai ’oportunis’, yaitu mereka

akan cepat memanfaatkan sumber daya yang tersedia, sehingga populasinya juga

meningkat dengan cepat, namun akhirnya sumber daya yang ada tidak dapat lagi

mendukung keberadaan serangga tersebut sehingga sebagian dari mereka

berpindah mencari sumber daya baru (Harahap, 2006).

Mengendalikan serangga pada hakekatnya adalah mengendalikan populasi.

Oleh karena tingkat populasi ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan baik biotik

maupun abiotik maka semakin dirasakan perlunya para ahli hama memahami

konsep-konsep ekologi (Pranata, 1979).

Page 18: jurnal tekben

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ekologi Serangga, Departemen

Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serangga uji Sitophilus

zeamais dan beras dari kultivar IR-42, IR-64, Ketan Putih, dan Ketan Hitam.

Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah wadah pembiakan dan pemeliharaan

serangga uji dengan tutup diberi kasa, mikroskop stereo, timbangan digital,

termohigrometer, dan kuas.

Metode

Pengembangbiakan serangga uji

Pengembangbiakan serangga uji dilakukan dengan cara menginfestasikan 150

imago S. zeamais pada 500 g beras menggunakan wadah toples. Imago dibiarkan

bertelur selama 2 minggu dan setelah itu dikeluarkan dari tempat pembiakan. Imago

baru yang diperoleh digunakan sebagai serangga uji.

Pemisahan serangga jantan dan betina (Seksing)

Imago baru hasil pengembangbiakan yang berumur kurang dari 2 minggu

dibedakan antara jantan dan betina menggunakan mikroskop cahaya dengan

perbesaran 15 kali.

Gambar 1 Perbedaan Sitophilus zeamais betina dan jantan

Jantan Betina

Page 19: jurnal tekben

8

Pelaksanaan Percobaan

Serangga uji adalah serangga yang berumur 2 minggu yang telah dibedakan

antara jantan dan betina. Serangga tersebut diinfestasikan dengan tingkat populasi

awal 5, 10, dan 15 pasang per 500 g beras pada setiap kultivar beras. Setiap jenis

beras yang telah diinfestasi dengan tiga tingkat populasi serangga disimpan

dengan waktu penyimpanan yang berbeda yaitu 45, 60, dan 90 hari, percobaan ini

dilakukan dengan tiga kali ulangan. Pada hari ke 45, 60, dan 90 dilakukan

penghitungan populasi serangga pada keempat kultivar tersebut. Beras ditimbang

untuk mengetahui susut berat dan kemudian dilakukan pengukuran kadar air.

Pencatatan temperatur dan kelembaban dilakukan sejak infestasi serangga sampai

percobaan selesai dengan termohigrometer dan HOBO Logger.

Gambar 2 Susunan toples penyimpanan empat kultivar beras berbagai waktu penyimpanan dan

tingkat populasi Sitophilus zeamais.

Peubah Pengamatan

Perhitungan susut

Susut berat dihitung dengan metode Bulk Density yang sering digunakan

dalam penelitian skala laboratorik. Formulanya sebagai berikut:

Persen susut = %100

A

BA

A = Berat Kering Awal

B = Berat Kering Akhir (setelah penyimpanan 3 bulan)

Berat kering dihitung menggunakan formula sebagai berikut :

Page 20: jurnal tekben

9

Berat Kering = Berat Aktual100

)100( kadarair

Perhitungan persentase perubahan kadar air

Perubahan kadar air dapat dihitung dengan formula:

% Kadar Air = (Kadar air awal – kadar air akhir) x 100%

Kadar air awal

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam pengujian empat kultivar beras

terhadap pertumbuhan populasi S. zeamais adalah Rancangan Acak Lengkap

Faktorial 4 x 3 x 3 dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah kultivar beras yaitu

IR-64 (V1), IR-42 (V2), Ketan Putih (V3), dan Ketan Hitam (V4) , faktor kedua

adalah waktu yaitu 45 hari (T1), 60 hari (T2), dan 90 hari (T3) sedangkan faktor

ketiga adalah tingkat populasi awal serangga yaitu 5 pasang (P1), 10 pasang (P2),

dan 15 pasang (P3) dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan pada taraf α= 0,05. Data

diolah menggunakan program SAS 9.1

Model rancangannya adalah sebagai berikut:

Yijk= ijklijkjkikijkji VTPTPVPVTPTV )()()(

Keterangan :

Yijk = Respon dari perlakuan kultivar ke-i, waktu ke-j, ulangan ke-k

= Rataan umum

Vi = Pengaruh perlakuan kultivar ke-i

Tj = Pengaruh waktu ke-j

VTij = Pengaruh interaksi kultivar ke-i dan waktu ke-j

VPik = Pengaruh interaksi kultivar ke-i dan populasi ke-k

TPjk = Pengaruh interaksi waktu ke-j dan populasi ke-k

VTPijk = Pengaruh interaksi kultivar ke-i dan waktu ke-j

ijk = Galat dari perlakuan kultivar ke-i, waktu ke-j, dan ulangan ke-k

Page 21: jurnal tekben

10

Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Office

Excel 2003. Dengan hasil berupa ANOVA dan analisis regresi untuk mengetahui

hubungan peubah respon populasi awal (X1) dan waktu penyimpanan (X2)

terhadap populasi akhir (Y). Analisis ini dilakukan pada masing-masing kultivar

beras dengan pada setiap tingkat populasi awal dan waktu penyimpanan yang

berbeda.

Page 22: jurnal tekben

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil uji ANOVA, untuk rata-rata populasi akhir

memperlihatkan adanya pengaruh yang nyata pada faktor beras dan pada interaksi

antara populasi dan waktu. Interaksi antara beras dan populasi awal, beras dan

waktu, populasi awal dan waktu pada susut berat juga menunjukkan adanya

interaksi yang nyata dan hal tersebut juga terjadi pada perubahan kadar air. Untuk

hasil análisis regresi diperoleh persamaan yang berbeda pada setiap kultivar beras.

Dengan faktor waktu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap populasi akhir

pada IR-42 dan Ketan Hitam, sedangkan beras berpengaruh nyata terhadap

populasi akhir pada beras IR-64, dan untuk Ketan Putih kedua faktor yaitu beras

dan waktu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap populasi akhir.

Populasi Akhir Sitophilus zeamais

Rata-rata populasi akhir yang diperoleh pada kultivar Ketan Hitam

berbeda nyata dengan ketiga kultivar lainnya. Rata-rata populasi akhir pada

kultivar Ketan Hitam 497,48 ekor dan merupakan rata-rata populasi tertinggi dari

ketiga jenis beras lainnya. Sedangkan rata-rata populasi beras kultivar IR-42, IR-

64, dan Ketan Putih tidak berbeda nyata (Tabel 1).

Tabel 1 Rata-rata populasi akhir (ekor) kumbang beras (S. zeamais) pada empat

kultivar beras

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan arti yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji

Duncan pada taraf 5%

Jumlah populasi akhir yang terdapat pada Ketan Hitam menunjukan bahwa

Sitophilus zeamais mampu berkembang biak dengan baik pada jenis beras ini.

Preferensi makan kumbang ini bisa dikatakan lebih tinggi pada Ketan Hitam

Beras Populasi akhir

IR-42 253,48b

IR-64 295,89b

Ketan Putih 251,63b

Ketan Hitam 497,48a

Page 23: jurnal tekben

12

karena pertumbuhan populasi pada beras ini relatif tinggi jika dibandingkan

dengan ketiga beras lainnya. Harahap (2006) menyatakan bahwa pada kondisi

yang menguntungkan, yaitu tersedianya makanan dan faktor lingkungan yang

mendukung, populasi serangga hama gudang akan segera meningkat dengan cepat

setelah infestasi. Menurut Ryoo et.al (1992) dalam Tandiabang et al. 1996, jenis

makanan/jenis varietas sangat berpengaruh terhadap perilaku serangga dalam

memilih makanan dan meletakkan telur.

Pada waktu penyimpanan selama 45 hari, populasi kumbang beras pada

populasi awal 5 pasang berbeda nyata dengan populasi awal 15 pasang sedangkan

populasi kumbang beras pada populasi awal 5 dan 10 pasang tidak berbeda nyata.

Pada penyimpanan 60 hari, populasi akhir kumbang beras dengan populasi awal 5

pasang berbeda nyata dengan populasi awal 10 dan 15 pasang. Pada waktu

penyimpanan selama 90 hari populasi akhir yang diperoleh berbeda nyata pada

ketiga tingkat populasi. Populasi akhir yang tertinggi terlihat pada waktu

penyimpanan 90 hari dengan tingkat populasi awal 15 pasang yaitu 729,83 ekor

sedangkan populasi terendah pada waktu penyimpanan 45 hari dengan tingkat

populasi awal 5 pasang yaitu 51,25 ekor (Tabel 2).

Tabel 2 Rata-rata populasi akhir (ekor) kumbang beras (S. zeamais) pada populasi

awal dan waktu penyimpanan yang berbeda.

Populasi Awal

(pasang)

Waktu (hari)

45 60 90

5 51,25d 161,33cd 198,58cd

10 179,17cd 433,08b 478,00b

15 251,75c 438,08b 729,83a Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan arti yang tidak berbeda nyata berdasarkan

uji Duncan pada taraf 5%

Populasi kumbang beras (S. zeamais) bertambah seiring lamanya

penyimpanan dan tingkat populasi awal kumbang beras (S. zeamais) karena

kumbang tersebut akan lebih lama melakukan kopulasi dengan pasangannya

sehingga dapat menghasilkan generasi yang lebih banyak. Pada kepadatan

populasi rendah, laju pertumbuhan biasanya kecil karena kesulitan untuk

menemukan pasangan seksual (Anonim, 2009). Hal tersebut sesuai dengan hasil

yang diperoleh, dimana pada tingkat populasi tertinggi yaitu 15 pasang dengan

Page 24: jurnal tekben

13

lama penyimpanan 90 hari, rata-rata populasi akhir mencapai 729,82 ekor.

Sebaliknya pada tingkat populasi terendah yaitu 5 pasang dengan waktu

penyimpanan yang sama, rata-rata populasi akhir yang diperoleh relatif rendah

yaitu 198,58 ekor.

Berdasarkan hasil analisis regresi dapat diketahui faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi Sitophilus zeamais. Dari (Tabel 3)

dapat diketahui persamaan regresi kultivar IR-42 adalah Y= 8,01X 1 + 2,80X2.

Jenis beras tidak berpengaruh nyata terhadap penambahan populasi akhir, namun

waktu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap pertambahan populasi akhir.

Secara umum persamaan ini dapat menggambarkan kondisi sebenarnya sebesar

89%. Dari persamaan tersebut dapat diartikan bahwa untuk waktu penyimpanan

(X2) yang konstan maka populasi akhir (Y) akan bertambah sebanyak 8,01 ekor

untuk setiap perubahan satu pasang populasi awal (X1) dan pada populasi awal

(X1) yang konstan maka populasi akhir (Y) akan bertambah sebanyak 2,80 ekor

untuk setiap penambahan satu hari penyimpanan. Persamaan untuk kultivar IR-64

untuk populasi akhir adalah Y= 20,54X1 + 1,39X2. Jenis beras berpengaruh nyata

terhadap pertumbuhan populasi akhir sementara waktu penyimpanan tidak

menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan populasi akhir. Secara

umum persamaan ini dapat menggambarkan kondisi sebenarnya sebesar 82%.

Dari persamaan tersebut dapat diartikan bahwa untuk waktu penyimpanan (X2)

yang konstan maka populasi akhir (Y) akan bertambah sebanyak 20,54 ekor untuk

setiap perubahan satu pasang populasi awal (X1) dan pada populasi awal (X1)

yang konstan maka populasi akhir (Y) akan bertambah sebanyak 1,39 ekor untuk

setiap penambahan satu hari penyimpanan. Persamaan untuk kultivar Ketan Putih

Y= 11,24X1 + 2,28X2. Faktor beras dan waktu penyimpanan berpengaruh nyata

terhadap pertambahan populasi akhir. Berdasarkan pola tersebut dapat

menggambarkan kondisi sebenarnya sebesar 82%. Dari persamaan tersebut dapat

diartikan bahwa untuk waktu penyimpanan (X2) yang konstan maka populasi

akhir (Y) akan bertambah sebanyak 11,24 ekor untuk setiap perubahan satu

pasang populasi awal (X1) sedangkan pada populasi awal (X1) yang konstan maka

populasi akhir (Y) akan bertambah sebanyak 2,28 ekor untuk setiap penambahan

satu hari penyimpanan. Sedangkan untuk kultivar Ketan Hitam persamaannya

Page 25: jurnal tekben

14

adalah Y= 11,60X1 + 3,52X2, pada persamaan ini jenis beras tidak berpengaruh

nyata terhadap pertambahan populasi akhir, sedangkan waktu penyimpanan

berpengaruh nyata terhadap pertambahan populasi. Pola tersebut dapat

menggambarkan 87% kondisi sebenarnya. Pada waktu penyimpanan (X2) yang

konstan maka populasi akhir (Y) akan bertambah sebanyak 11,60 ekor untuk

setiap perubahan satu pasang populasi awal (X1), sedangkan pada populasi awal

(X1) yang konstan maka populasi akhir (Y) akan bertambah sebanyak 3,52 ekor

untuk setiap penambahan satu hari penyimpanan.

Tabel 3 Koefisien persamaan regresi setiap jenis beras untuk populasi akhir.

Jenis Beras X1a)

X2b)

R2 (%)

IR-42 8,01 2,8 89

(p=0,053) (p=0,000)

IR-64 20,54 1,39 82

(p=0,002) (p=0,150)

Ketan Putih 11,24 2,28 82

(p=0,038) (p=0,010)

Ketan Hitam 11,6 3,52 87

(p=0,089) (p=0,002) a) Variabel populasi awal (pasang)

b) Variabel waktu (hari)

Susut Berat Pada Empat Kultivar Beras

Pada tingkat populasi awal sebesar 5 pasang, keempat jenis beras

mengalami susut yang tidak berbeda nyata. Sedangkan pada tingkat populasi awal

sebesar 10 pasang susut berat IR-42 tidak berbeda nyata dengan beras IR-64 dan

Ketan Putih namun IR-64 berbeda nyata dengan Ketan Hitam. Pada tingkat

populasi awal 15 pasang susut berat pada beras Ketan Hitam menunjukkan

perbedaan yang nyata dengan beras IR-42, sedangkan beras IR-64, IR-42, dan

Ketan Putih tidak berbeda nyata. Tingkat susut terbesar pada Ketan Hitam dengan

tingkat populasi 15 pasang yaitu sebesar 4,85% (Tabel 4).

Page 26: jurnal tekben

15

Tabel 4 Rata-rata susut berat (%) empat kultivar beras pada populasi awal yang

berbeda.

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan arti yang tidak berbeda nyata berdasakan uji

Duncan pada taraf 5%

Dengan semakin banyak populasi yang berada pada tempat penyimpanan

menyebabkan penyusutan beras semakin besar pula karena aktivitas serangga

yang akan semakin banyak memakan beras. Pada Ketan Hitam diperoleh rata-rata

populasi akhir tertinggi, hal ini berbanding lurus dengan tingkat penyusutan yang

terjadi pada beras tersebut. Ketika populasi bertambah, laju pertumbuhan

meningkat secara eksponensial karena kelimpahan sumber makanan dan

kesesuaian lingkungan (Anonim, 2009).

Persentase susut berat menunjukkan bahwa susut berat Ketan Hitam berbeda

nyata dengan Ketan Putih pada waktu penyimpanan selama 45 hari, sedangkan

Ketan Putih tidak berbeda nyata dengan beras IR-42 dan IR-64. Pada waktu

penyimpanan 60 hari persentase susut IR-42, IR-64, dan Ketan Putih tidak

berbeda nyata, namun persentase susut Ketan Hitam berbeda nyata dengan beras

IR-42 dan IR-64. Pada penyimpanan 90 hari, Ketan Hitam menunjukkan

perbedaan nyata pada ketiga jenis beras lainnya, sedangkan persentase susut

antara IR-42, IR-64 dan Ketan Putih tidak menunjukkan perbedaan nyata. Ketan

Hitam mengalami penyusutan tertinggi dalam penyimpanan selama 90 hari yaitu

sebesar 7,51% (Tabel 5).

Tabel 5 Rata-rata susut berat (%) empat kultivar beras pada waktu penyimpanan

yang berbeda.

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan arti yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji

Duncan pada taraf 5%

Beras Populasi awal (pasang)

5 10 15

IR-42 0,83cd 1,60bcd 2,41bcd

IR-64 0,434d 0,56d 3,08abc

Ketan Putih 1,61bcd 2,36bcd 2,80abcd

Ketan Hitam 1,60bcd 3,71ab 4,85a

Beras Waktu (hari)

45 60 90

IR-42 1,08defg 0,39fg 2,98bc

IR-64 0,77efg 0,62fg 2,69bcd

Ketan Putih 2,05bcdef 1,45cdefg 3,27b

Ketan Hitam 0,15g 2,50bcde 7,51a

Page 27: jurnal tekben

16

Pada waktu penyimpanan 60 dan 90 hari, Ketan Hitam mengalami

penyusutan terbesar jika dibandingkan dengan ketiga kultivar beras lainnya. Pada

waktu penyiimpanan 90 hari penyusutan beras ini hampir mencapai dua kali lipat

penyusutan Ketan Putih. Penyusutan yang relatif tinggi ini dipengaruhi oleh

waktu penyimpanan yang semakin lama dan populasi yang terus berkembang

selama masa penyimpanan. Semakin lama beras disimpan maka susut yang terjadi

juga semakin besar pula. Apabila beras tersebut disimpan dalam jangka waktu

yang relatif lama maka beras itu akan dimakan oleh hama gudang tersebut, dan

hasilnya pun beras tersebut menjadi pecah dan kebanyakan menjadi bubuk

sehingga dapat menyebabkan susut. Kerusakan biji jagung oleh hama sering

diikuti oleh organisme lain seperti cendawan Aspergillus sp. yang menyebabkan

kualitas biji menurun, karena cendawan tersebut memproduksi senyawa beracun

yang disebut aflatoksin (Tandiabang et al. 1996).

Pada waktu penyimpanan selama 45 hari persentase susut berat yang

disebabkan serangga pada tingkat populasi 5, 10, dan 15 tidak menunjukkan

perbedaan nyata. Sedangkan persentase susut pada waktu penyimpanan 60 hari

untuk tingkat populasi awal 5 dan 10 pasang tidak menunjukkan perbedaan yang

nyata, namun pada tingkat populasi awal 15 pasang persentase susut menunjukkan

perbedaan nyata dengan tingkat populasi serangga 5 dan 10 pasang. Pada waktu

penyimpanan 90 hari persentase susut pada populasi awal 15 pasang juga

menunjukkan perbedaan yang nyata dibandingkan populasi awal 5 dan 10 pasang.

Pada penyimpanan 90 hari dengan tingkat populasi 15 pasang terjadi susut yang

paling besar yaitu 6,81% (Tabel 6).

Tabel 6 Rata-rata susut berat (%) pada waktu penyimpanan dan populasi awal

yang berbeda.

Populasi Awal

(pasang)

Waktu (hari)

45 60 90

5 0,88c 0,96c 1,21c

10 0,48c 1,39c 1,85c

15 2,01c 3,52b 6,81a Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan arti yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji

Duncan pada taraf 5%

Page 28: jurnal tekben

17

Waktu penyimpanan dan tingkat populasi adalah faktor yang mempengaruhi

susut bahan simpan. Pada waktu penyimpanan 45 hari susut terbesar terjadi pada

tingkat populasi awal 15 pasang. Hal tersebut juga terjadi pada waktu

penyimpanan 60 dan 90 hari dan menunjukkan pola penyusutan yang semakin

meningkat seiring pertambahan waktu penyimpanan. Beras yang disosoh lebih

mudah diserang daripada yang tidak disosoh, beras yang tidak disosoh akan rusak

setelah dua bulan penyimpanan (Kalshoven 1981). Penyusutan bobot jagung

mencapai 17% bila disimpan selama enam bulan dengan kerusakan biji 85%

(Tandiabang et al. 1996).

Perubahan Kadar Air Pada Empat Kultivar Beras

Perubahan kadar air pada keempat jenis beras untuk tingkat populasi awal 5

pasang menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata, sedangkan pada tingkat

populasi awal 10 pasang perubahan kadar air beras IR-64 berbeda nyata dengan

beras Ketan Hitam dan Ketan Putih namun tidak berbeda nyata dengan beras IR-

42. Perubahan kadar air pada populasi awal 15 pasang tidak menunjukkan

perbedaan nyata pada keempat jenis beras. Perubahan kadar air tertinggi yaitu

pada Ketan Hitam dengan tingkat populasi awal 15 pasang (Tabel 7).

Tabel 7 Rata-rata perubahan kadar air (%) beras pada populasi awal yang berbeda.

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan arti yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji

Duncan pada taraf 5%

Pada tingkat populasi awal 15 pasang Ketan Hitam mengalami perubahan

kadar air yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan ketiga jenis beras lainnya.

Hal ini disebabkan karena populasi akhir yang diperoleh pada kultivar beras ini

lebih tinggi dibandingkan dengan populasi akhir beras lainnya. Dengan semakin

banyaknya populasi pada suatu tempat penyimpanan dapat menyebabkan

terjadinya peningkatan kadar air. Menurut Kalshoven (1981), perkembangan

Beras Populasi awal (pasang)

5 10 15

IR-42 0,48bc 0,59bc 1,34abc

IR-64 0,05c 0,22c 1,28abc

Ketan Putih 1,34abc 1,71ab 1,73ab

Ketan Hitam 0,70bc 1,73ab 2,27a

Page 29: jurnal tekben

18

populasi kumbang bubuk akan berlangsung cepat jika kadar air bahan simpan

lebih dari 15%.

Perubahan kadar air pada penyimpanan 45 hari menunjukkan terdapat

perbedaan nyata antara Ketan Putih dengan ketiga jenis beras lainnya, sedangkan

perubahan kadar air untuk IR-42, IR-64 dan Ketan Hitam tidak berbeda nyata.

Pada penyimpanan 60 hari, perubahan kadar air IR-42 dan IR-64 menunjukkan

perbedaan nyata dengan Ketan Putih, sedangkan IR-42, IR-64, dan Ketan Hitam

tidak menunjukkan perubahan kadar air yang berbeda nyata. Pada penyimpanan

90 hari, perubahan kadar air Ketan Hitam menunjukkan perbedaan yang nyata

pada ketiga jenis beras lainnya, sedangkan IR-42, IR-64, dan Ketan Putih tidak

menunjukkan perbedaan nyata. Ketan Hitam mengalami persentase perubahan

kadar air yang paling besar yaitu pada penyimpanan selama 90 hari sebesar 4,19%

dibandingkan ketiga kultivar lainnya. Sementara pada beras kultivar IR-42 dan

IR-64 dalam penyimpanan 60 hari, tanda negatif menunjukkan tidak terjadinya

peningkatan kadar air (Tabel 8).

Tabel 8 Rata-rata perubahan kadar air (%) beras pada waktu penyimpanan yang

berbeda.

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan arti yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji

Duncan pada taraf 5%

Selain faktor kepadatan populasi, lamanya waktu penyimpanan, suhu, dan

kelembaban lingkungan juga mempengaruhi perubahan kadar air beras. Ketan

Hitam mengalami perubahan kadar air terbesar pada waktu penyimpanan 90 hari.

Seiring peningkatan waktu penyimpanan maka aktivitas serangga di dalam bahan

simpan juga akan semakin besar. Hal ini akan mempengaruhi perubahan kadar air

di dalam dalam bahan simpan. Kadar air biji berkorelasi positif dengan ketahanan

hidup. Kadar air meningkat, kondisi lingkungan makin baik untuk serangga

sehingga ketahanan hidupnya pun meningkat. Sebaliknya, ketahanan hidup hama

pasca panen menurun bila kadar air biji rendah. Peningkatan suhu dan kadar air

Beras Waktu (hari)

45 60 90

IR-42 0,77de -0,05ef 1,69bc

IR-64 0,57de -0,31f 1,30bcd

Ketan Putih 1,81bc 1,02cd 1,95b

Ketan Hitam 0,03ef 0,49def 4,19a

Page 30: jurnal tekben

19

bahan simpan meningkatkan produksi telur, hanya saja produksi telur tertinggi

dan ketahanan hidup tertinggi tidak terjadi pada satu titik suhu atau kadar air yang

sama. Pada Tribolium, kombinasi ketahanan hidup dan produksi telur yang

menghasilkan tingkat reproduksi maksimum terjadi pada suhu 27 0C dan kadar air

16% (Anonim 2009).

Perubahan kadar air pada penyimpanan 45 hari menunjukkan bahwa pada

populasi awal 10 pasang terdapat perbedaan yang nyata dibandingkan dengan

populasi awal 5 dan 15 pasang. Pada waktu penyimpanan 60 hari pada populasi

awal 15 pasang terdapat perubahan kadar air yang berbeda nyata dengan populasi

awal 5 dan 10 pasang, sedangkan pada populasi awal 5 dan 10 pasang tidak

terdapat perubahan kadar air yang nyata. Pada waktu penyimpanan 90 hari

perbedaan yang nyata terhadap perubahan kadar air juga terjadi pada tingkat

populasi awal 15 pasang jika dibandingkan dengan populasi awal 5 dan 10

pasang, sedangkan pada populasi 5 dan 10 pasang tidak terdapat perbedaan yang

nyata. Perubahan kadar air pada waktu penyimpanan selama 90 hari dengan

tingkat populasi 15 pasang dapat menyebabkan peningkatan sebesar 3,53%

(Tabel 9).

Tabel 9 Rata-rata perubahan kadar air (%) pada populasi awal dan waktu

penyimpanan yang berbeda.

Populasi Awal

(pasang)

Waktu (hari)

45 60 90

5 0,76c 0,68cd 0,96c

10 -0,15d 0,52cd 0,48cd

15 1,32bc 2,00b 3,53a Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan arti yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji

Duncan pada taraf 5%

Persentase kadar air menunjukkan pola yang semakin meningkat terlebih

pada tingkat populasi 15 pasang dengan ketiga waktu penyimpanan. Adanya

aktivitas serangga dengan tingkat populasi yang semakin banyak dalam wadah

penyimpanan menyebabkan terjadinya peningkatan kadar air apalagi jika waktu

penyimpanannya semakin lama. Peningkatan kadar air ini juga dipengaruhi oleh

suhu dan kelembaban udara di tempat penyimpanan. Tanda negatif pada waktu

pengamatan 45 hari dengan populasi 10 pasang menunjukkan terjadinya

Page 31: jurnal tekben

20

penurunan kadar air akhir, mungkin disebabkan oleh waktu penyimpanan yang

belum terlalu lama dan populasi yang tidak begitu banyak serta suhu lingkungan

yang panas.

Perubahan Suhu Dalam Toples

Adanya aktivitas serangga pada wadah penyimpanan beras dapat

mempengaruhi suhu di dalam wadah tersebut. Aktivitas serangga ini diantaranya

makan, mencari pasangan, dan juga bereproduksi. Suhu di dalam wadah

penyimpanan juga dapat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban lingkungan di

sekitar penyimpanan.

23,00

24,00

25,00

26,00

27,00

28,00

29,00

5 10 15 5 10 15 5 10 15 5 10 15

Pulen Pera Ketan Putih Ketan

Hitam

Su

hu

da

lam

to

ple

s

(oC

)

Kultivar Beras

Suhu dalam toples penyimpanan 45 hari

Pengamatan I

Pengamatan II

Pengamatan III

Gambar 3 Suhu dalam toples selama 45 hari penyimpanan pada empat kultivar

beras dengan tiga tingkat populasi awal.

Tingkat Populasi

Page 32: jurnal tekben

21

23,00

24,00

25,00

26,00

27,00

28,00

29,00

30,00

5 10 15 5 10 15 5 10 15 5 10 15

Pulen Pera Ketan Putih Ketan Hitam

Suhu d

alam

to

ple

s

(oC

)

Kultivar Beras

Suhu dalam toples penyimpanan 60 hari

Pengamatan I

Pengamatan II

Pengamatan III

Pengamatan IV

Gambar 4 Suhu dalam toples selama 60 hari penyimpanan pada empat kultivar

beras dengan tiga tingkat populasi awal.

23,00

24,00

25,00

26,00

27,00

28,00

29,00

30,00

5 10 15 5 10 15 5 10 15 5 10 15

Pulen Pera Ketan Putih Ketan Hitam

Su

hu

da

lam

to

ple

s

(oC

)

Kultivar Beras

Suhu dalam toples penyimpanan 90 hari Pengamatan I

Pengamatan II

Pengamatan III

Pengamatan IV

Pengamatan V

Pengamatan VI

Gambar 5 Suhu dalam toples selama 90 hari penyimpanan pada empat kultivar

beras dengan tiga tingkat populasi awal.

Tingkat Populasi

Tingkat Populasi

Page 33: jurnal tekben

22

Ketiga gambar di atas adalah hasil pengamatan suhu di dalam toples selama

masa penyimpanan. Pada waktu penyimpanan selama 45 dan 60 hari terlihat pola

yang semakin meningkat mulai dari pengamatan awal sampai pengamatan akhir.

Pola ini juga terlihat pada waktu penyimpanan selama 90 hari mulai dari

pengamatan I sampai pengamatan V, namun pada pengamatan terakhir suhu

dalam toples terlihat menurun, mungkin hal ini disebabkan karena aktivitas

serangga yang mulai berkurang.

Page 34: jurnal tekben

KESIMPULAN

Populasi akhir Sitophilus zeamais mengalami peningkatan seiring dengan

pertambahan tingkat populasi awal dan lamanya masa penyimpanan. Pertambahan

populasi ini juga menyebabkan persentase penyusutan dan perubahan kadar air

yang terjadi pada empat kultivar beras akan semakin besar pula akibat aktivitas

serangga yang terjadi di dalam wadah penyimpanan. Pola pertumbuhan Sitophilus

zeamais pada keempat beras menunjukkan perbedaan satu sama lain. Pada setiap

kultivar beras, peningkatan populasi akhir dipengaruhi oleh faktor populasi awal

dan waktu penyimpanan. Namun kedua faktor tersebut hanya berpangaruh nyata

terhadap populasi akhir Ketan Putih saja. Berdasarkan hasil yang diperoleh, rata-

rata populasi akhir pada Ketan Hitam menunjukkan pertumbuhan yang relatif

tinggi jika dibandingkan dengan ketiga kultivar lainnya. Hal ini menunjukkan,

kumbang ini lebih baik pertumbuhannya pada Ketan Hitam sehingga

mengakibatkan susut berat dan perubahan kadar air yang terjadi lebih tinggi

dibandingkan ketiga kultivar lainnya.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian selanjutnya pada jenis bahan simpan yang tingkat

populasi serangga dan waktu yang berbeda untuk mengetahui pertumbuhan

populasi serangga, persentase susut, dan perubahan kadar air yang terjadi. Serta

dapat membandingkan pertumbuhan serangga pada berbagai jenis bahan simpan.

Page 35: jurnal tekben

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Kumbang jagung Sitophilus zeamais. Rentokil, Pest Control

Indonesia. http://www.rentokil.co.id/Techinical-A-Z-Pests-Maize-Weevil-

6.4.11.23.htm [20 Mei 2008].

Anonim. 2009. Ekologi hama pascapanen. http://abank-

udha123.tripod.com/ekologi_hama_pascapanen.htm [15 Juli 2009].

Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga.

Ed ke-6. Gadjah Mada University Press.

Ekawati IW. 2008. Pengaruh empat jenis ekstrak dan serbuk tanaman terhadap

aktivitas peneluran Sitophilus zeamais Motsch (Colepotera : Curculionidae)

[skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Fachry I. 2005. Keefektifan campuran ekstrak tumbuhan terhadap Sitophilus

zeamais Motschulsky (Colepotera : Curculionidae) [skripsi]. Bogor :

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Harahap I. 2006. Ekologi serangga hama gudang. Di dalam Prijono D,

Dharmaputra OS, Widayanti S, editor. Pengelolaan Hama Gudang Terpadu.

Bogor: KLH, UNIDO, SEAMEO BIOTROP. hlm 53-55.

Haryadi Y. 2008. Aneka ragam beras. http://kotacianjur.wordpress.com/2006/03

/03/aneka-ragam-beras/ [20 Mei 2008].

Hidayat P. 2006. Sampling dan monitoring serangga pada gudang penyimpanan.

Pengendalian Hama Gudang di Tempat Penyimpanan Bahan Pangan,

Pakan, dan Tembakau. Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu

Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB.

Imdad H, Nawangsih A. 1999. Menyimpan Bahan Pangan. Jakarta : Penebar

Swadaya.

Kalshoven,L.E.1981. The Pest of Crops in Indonesia. Rivised and translated by

P.A.Vander Laan with the assistance of G.L.H.Rothsild. Jakarta :

PT.Ikhtiar Baru-Van Hoeve.

Ladang YD, Ngamo TS, Ngassoum MB, Mapongmestsem PM dan Hance T.

Effect of sorghum cultivars on population growth and grain damages by the

rice weevil, Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae).

Lawrence JF, Briton EB. 1994. Australian Beetles. Melbourne University Press.

Lu BR. 1999. Taxonomy of the genus Oryza (Poaceae): historical

perspective and current status. Genetic Resources Center, IRRI.

Nainggolan K. 2007. Ketergantungan beras, antisipasi 2030.

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0706/04/sh04.html [17 Jun 2009].

Pranata RI. 1979. Pengantar Ilmu Hama Gudang. BIOTROP TROPICAL PEST

BIOLOGY and BOGOR Agriculture

Page 36: jurnal tekben

Rohayati A. 1992. Susut berat dua varietas beras dan gabah oleh beberapa

tingkat populasi Rhyzopertha dominica (F.) (Coleoptera : Bostrichidae)

[skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Saenong MS dan Hipi A. 2005. Hasil-hasil teknologi pengelolaan hama

kumbang bubuk Sitophilus zeamais Motsch (Coleoptera: Curculionidae)

pada tanaman jagung. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serelia Lain

dan Balai Penelitian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat.

Sunjaya dan Widayanti. 2006. Pengenalan serangga hama gudang. Di dalam

Prijono D, Dharmaputra OS, Widayanti S, editor. Pengelolaan Hama

Gudang Terpadu. Bogor: KLH, UNIDO, SEAMEO BIOTROP. hlm 44-45

Surtikanti. 2004. Kumbang bubuk Sitophilus zeamais Motsch (Coleoptera:

Curculionidae) dan strategi pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman

Serealia, Maros.

Tandiabang J, Tenrirawe A, dan Surtikanti.______. Pengelolaan Hama

Pascapanen Jagung Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.

Winarno FG. 1984. Padi dan Beras. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor.

Wilbur D dan Mills R. 1978. Stored grain insects. Di dalam: Pfadt RE, editor.

Fundamentals of Applied Entomology. Ed ke-3. New York: Mac Millian

Publishing Co, Inc. Hlm 592

Page 37: jurnal tekben

LAMPIRAN

Page 38: jurnal tekben

27

Lampiran 1 Output Populasi akhir

The SAS System 20:15 Wednesday, April 13, 2005 1

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

beras 4 1 2 3 4

populasi_awal 3 1 2 3

waktu 3 1 2 3

ulangan 3 1 2 3

Number of Observations Read 108

Number of Observations Used 108

Page 39: jurnal tekben

28

The SAS System 20:15 Wednesday, April 13, 2005 2

The GLM Procedure

Dependent Variable: pop_akhr

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 35 6013114.102 171803.260 4.37 <.0001

Error 72 2832423.333 39339.213

Corrected Total 107 8845537.435

R-Square Coeff Var Root MSE pop_akhr Mean

0.679791 61.09942 198.3412 324.6204

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

beras 3 1109560.991 369853.664 9.40 <.0001

populasi_awal 2 2113406.241 1056703.120 26.86 <.0001

waktu 2 1729460.574 864730.287 21.98 <.0001

beras*populasi_awal 6 375863.537 62643.923 1.59 0.1618

beras*waktu 6 205761.204 34293.534 0.87 0.5200

populasi_awal*waktu 4 428462.370 107115.593 2.72 0.0360

beras*populasi*waktu 12 50599.185 4216.599 0.11 0.9999

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

beras 3 1109560.991 369853.664 9.40 <.0001

populasi_awal 2 2113406.241 1056703.120 26.86 <.0001

waktu 2 1729460.574 864730.287 21.98 <.0001

beras*populasi_awal 6 375863.537 62643.923 1.59 0.1618

beras*waktu 6 205761.204 34293.534 0.87 0.5200

populasi_awal*waktu 4 428462.370 107115.593 2.72 0.0360

beras*populasi*waktu 12 50599.185 4216.599 0.11 0.9999

Page 40: jurnal tekben

29

The SAS System 20:15 Wednesday, April 13, 2005 3

The GLM Procedure

Level of -----------pop_akhr----------

beras N Mean Std Dev

1 27 295.888889 226.696906

2 27 253.481481 150.079817

3 27 251.629630 177.612835

4 27 497.481481 438.264529

Page 41: jurnal tekben

30

The SAS System 20:15 Wednesday, April 13, 2005 4

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for pop_akhr

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error

rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 72

Error Mean Square 39339.21

Number of Means 2 3 4

Critical Range 107.6 113.2 116.9

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N beras

A 497.48 27 4

B 295.89 27 1

B

B 253.48 27 2

B

B 251.63 27 3

Page 42: jurnal tekben

31

The SAS System 20:15 Wednesday, April 13, 2005 5

The GLM Procedure

Level of Level of -----------pop_akhr----------

populasi_awal waktu N Mean Std Dev

1 1 12 51.250000 38.544248

1 2 12 161.833333 75.331791

1 3 12 198.583333 86.970693

2 1 12 179.166667 174.844260

2 2 12 433.083333 225.439151

2 3 12 478.000000 224.958178

3 1 12 251.750000 131.349032

3 2 12 438.083333 195.377703

3 3 12 729.833333 462.264158

Page 43: jurnal tekben

32

Lampiran 2 Output susut berat

The SAS System 16:12 Tuesday, November 20, 2007 11 The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values beras 4 1 2 3 4 populasi_awal 3 1 2 3 waktu 3 1 2 3 ulangan 3 1 2 3 Number of Observations Read 108 Number of Observations Used 108 The SAS System 16:12 Tuesday, November 20, 2007 12 The GLM Procedure Dependent Variable: sus_berat Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 35 582.5818917 16.6451969 13.31 <.0001 Error 72 90.0310000 1.2504306 Corrected Total 107 672.6128917 R-Square Coeff Var Root MSE sus_berat Mean 0.866147 52.71200 1.118227 2.121389 Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F beras 3 70.3888028 23.4629343 18.76 <.0001 populasi_awal 2 215.1015500 107.5507750 86.01 <.0001 waktu 2 86.0203500 43.0101750 34.40 <.0001 beras*populasi_awal 6 111.2921833 18.5486972 14.83 <.0001 beras*waktu 6 21.7812278 3.6302046 2.90 0.0136 populasi_awal*waktu 4 71.0905667 17.7726417 14.21 <.0001 beras*populasi*waktu 12 6.9072111 0.5756009 0.46 0.9312

Page 44: jurnal tekben

33

Lampiran 3 Output kadar air

The SAS System 16:12 Tuesday, November 20, 2007 19 The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values beras 4 1 2 3 4 populasi_awal 3 1 2 3 waktu 3 1 2 3 ulangan 3 1 2 3 Number of Observations Read 108 Number of Observations Used 108

Page 45: jurnal tekben

34

The SAS System 16:12 Tuesday, November 20, 2007 20

The GLM Procedure Dependent Variable: kd_air Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 35 191.6686917 5.4762483 19.36 <.0001 Error 72 20.3638000 0.2828306 Corrected Total 107 212.0324917 R-Square Coeff Var Root MSE kd_air Mean 0.903959 47.47199 0.531818 1.120278 Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F beras 3 24.02081019 8.00693673 28.31 <.0001 populasi_awal 2 77.46610556 38.73305278 136.95 <.0001 waktu 2 18.69377222 9.34688611 33.05 <.0001 beras*populasi_awal 6 46.23388704 7.70564784 27.24 <.0001 beras*waktu 6 5.64670926 0.94111821 3.33 0.0060 populasi_awal*waktu 4 16.00875556 4.00218889 14.15 <.0001 beras*populasi*waktu 12 3.59865185 0.29988765 1.06 0.4059 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F beras 3 24.02081019 8.00693673 28.31 <.0001 populasi_awal 2 77.46610556 38.73305278 136.95 <.0001 waktu 2 18.69377222 9.34688611 33.05 <.0001 beras*populasi_awal 6 46.23388704 7.70564784 27.24 <.0001 beras*waktu 6 5.64670926 0.94111821 3.33 0.0060 populasi_awal*waktu 4 16.00875556 4.00218889 14.15 <.0001 beras*populasi*waktu 12 3.59865185 0.29988765 1.06 0.4059

Page 46: jurnal tekben

35

The SAS System 16:12 Tuesday, November 20, 2007 21

The GLM Procedure Level of ------------kd_air----------- beras N Mean Std Dev 1 27 0.51703704 1.11739331 2 27 0.80222222 1.03082989 3 27 1.59111111 0.59670463 4 27 1.57074074 2.13634830

Page 47: jurnal tekben

36

The SAS System 16:12 Tuesday, November 20, 2007 22

The GLM Procedure Duncan's Multiple Range Test for kd_air NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 72 Error Mean Square 0.282831 Number of Means 2 3 4 Critical Range .2886 .3036 .3135 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N beras A 1.5911 27 3 A A 1.5707 27 4 B 0.8022 27 2 B B 0.5170 27 1

Page 48: jurnal tekben

37

Lampiran 4 Uji Lanjut Populasi Akhir

Populasi*waktu

The SAS System 20:08 Wednesday, April 13, 2005 1

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

pw 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Number of Observations Read 108

Number of Observations Used 108

Page 49: jurnal tekben

38

The SAS System 20:08 Wednesday, April 13, 2005 2

The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 8 4271329.185 533916.148 11.56 <.0001

Error 99 4574208.250 46204.124

Corrected Total 107 8845537.435

R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean

0.482880 66.21625 214.9514 324.6204

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

pw 8 4271329.185 533916.148 11.56 <.0001

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

pw 8 4271329.185 533916.148 11.56 <.0001

Page 50: jurnal tekben

39

The SAS System 20:08 Wednesday, April 13, 2005 3

The GLM Procedure

Level of ------------respon-----------

pw N Mean Std Dev

1 12 51.250000 38.544248

2 12 161.833333 75.331791

3 12 198.583333 86.970693

4 12 179.166667 174.844260

5 12 433.083333 225.439151

6 12 478.000000 224.958178

7 12 251.750000 131.349032

8 12 438.083333 195.377703

9 12 729.833333 462.264158

Page 51: jurnal tekben

40

The SAS System 20:08 Wednesday, April 13, 2005 4

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for respon

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error

rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 99

Error Mean Square 46204.12

Number of Means 2 3 4 5 6 7 8 9

Critical Range 174.1 183.2 189.3 193.7 197.2 199.9 202.2 204.2

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N pw

A 729.83 12 9

B 478.00 12 6

B

B 438.08 12 8

B

B 433.08 12 5

C 251.75 12 7

C

D C 198.58 12 3

D C

D C 179.17 12 4

D C

D C 161.83 12 2

D

D 51.25 12 1

Page 52: jurnal tekben

41

Lampiran 5 Uji Lanjut Susut Berat

Interaksi beras*populasi

The SAS System 20:40 Saturday, July 2, 2005 1

The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values pw 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Number of Observations Read 108 Number of Observations Used 108

Page 53: jurnal tekben

42

The SAS System 20:40 Saturday, July 2, 2005 2

The GLM Procedure Dependent Variable: respon Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 11 178.1903806 16.1991255 3.15 0.0012 Error 96 494.4225111 5.1502345 Corrected Total 107 672.6128917 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.264923 106.9777 2.269413 2.121389 Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F pw 11 178.1903806 16.1991255 3.15 0.0012 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F pw 11 178.1903806 16.1991255 3.15 0.0012

Page 54: jurnal tekben

43

The SAS System 20:40 Saturday, July 2, 2005 3

The GLM Procedure Level of ------------respon----------- pw N Mean Std Dev 1 9 0.43444444 0.63004189 2 9 0.56111111 0.78358861 3 9 3.08333333 2.98554015 4 9 0.83111111 0.76856107 5 9 1.20555556 0.98371885 6 9 2.41222222 2.47143571 7 9 1.60888889 0.58464614 8 9 2.35666667 0.82874906 9 9 2.80333333 1.63934438 10 9 1.60444444 2.63210045 11 9 3.70555556 3.51837715 12 9 4.85000000 4.60315109

Page 55: jurnal tekben

44

The SAS System 20:40 Saturday, July 2, 2005 4

The GLM Procedure Duncan's Multiple Range Test for respon NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 96 Error Mean Square 5.150234 Number of Means 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Critical Range 2.124 2.235 2.308 2.362 2.404 2.438 2.466 2.490 2.510 2.528 2.543 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N pw A 4.850 9 12 A B A 3.706 9 11 B A B A C 3.083 9 3 B A C B D A C 2.803 9 9 B D C B D C 2.412 9 6 B D C B D C 2.357 9 8 B D C B D C 1.609 9 7 B D C B D C 1.604 9 10 D C D C 1.206 9 5 D C D C 0.831 9 4 D D 0.561 9 2 D D 0.434 9 1

Interaksi Populasi awal*Waktu

The SAS System 20:45 Saturday, July 2, 2005 1 The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values pw 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Page 56: jurnal tekben

45

Number of Observations Read 108 Number of Observations Used 108

Page 57: jurnal tekben

46

The SAS System 20:45 Saturday, July 2, 2005 2

The GLM Procedure Dependent Variable: respon Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 8 372.2124667 46.5265583 15.33 <.0001 Error 99 300.4004250 3.0343477 Corrected Total 107 672.6128917 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.553383 82.11309 1.741938 2.121389 Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F pw 8 372.2124667 46.5265583 15.33 <.0001 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F pw 8 372.2124667 46.5265583 15.33 <.0001

Page 58: jurnal tekben

47

The SAS System 20:45 Saturday, July 2, 2005 3

The GLM Procedure Level of ------------respon----------- pw N Mean Std Dev 1 12 0.87500000 0.95742553 2 12 0.96166667 0.95709630 3 12 1.20500000 0.68079499 4 12 0.47666667 1.16480457 5 12 1.38916667 2.05397379 6 12 1.84583333 1.75833836 7 12 2.00750000 1.78776206 8 12 3.52083333 2.47102650 9 12 6.81083333 2.65396944

Page 59: jurnal tekben

48

The SAS System 20:45 Saturday, July 2, 2005 4

The GLM Procedure Duncan's Multiple Range Test for respon NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 99 Error Mean Square 3.034348 Number of Means 2 3 4 5 6 7 8 9 Critical Range 1.411 1.485 1.534 1.570 1.598 1.620 1.639 1.655 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N pw A 6.8108 12 9 B 3.5208 12 8 C 2.0075 12 7 C C 1.8458 12 6 C C 1.3892 12 5 C C 1.2050 12 3 C C 0.9617 12 2 C C 0.8750 12 1 C C 0.4767 12 4

Interaksi Beras*Waktu

The SAS System 20:53 Saturday, July 2, 2005 1 The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values bw 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Page 60: jurnal tekben

49

Number of Observations Read 108 Number of Observations Used 108

Page 61: jurnal tekben

50

The SAS System 20:53 Saturday, July 2, 2005 2

The GLM Procedure Dependent Variable: respon Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 11 396.7825361 36.0711396 12.55 <.0001 Error 96 275.8303556 2.8732329 Corrected Total 107 672.6128917 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.589912 79.90337 1.695061 2.121389 Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F bw 11 396.7825361 36.0711396 12.55 <.0001 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F bw 11 396.7825361 36.0711396 12.55 <.0001

Page 62: jurnal tekben

51

The SAS System 20:53 Saturday, July 2, 2005 3

The GLM Procedure Level of ------------respon----------- bw N Mean Std Dev 1 9 0.76888889 0.55815420 2 9 0.61555556 1.62115014 3 9 2.69444444 2.99794976 4 9 1.08222222 0.57030206 5 9 0.38555556 0.37071253 6 9 2.98111111 2.16315998 7 9 2.05444444 0.46736258 8 9 1.44666667 0.65578198 9 9 3.26777778 1.39745105 10 9 0.15000000 0.50928872 11 9 2.50111111 2.66132695 12 9 7.50888889 2.73241855

Page 63: jurnal tekben

52

The SAS System 20:53 Saturday, July 2, 2005 4

The GLM Procedure Duncan's Multiple Range Test for respon NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 96 Error Mean Square 2.873233 Number of Means 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Critical Range 1.586 1.669 1.724 1.765 1.796 1.821 1.842 1.860 1.875 1.888 1.900 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N bw A 7.5089 9 12 B 3.2678 9 9 B C B 2.9811 9 6 C B C B D 2.6944 9 3 C B D C E B D 2.5011 9 11 C E B D F C E B D 2.0544 9 7 F C E D F C E G D 1.4467 9 8 F E G D F E G D 1.0822 9 4 F E G F E G 0.7689 9 1 F G F G 0.6156 9 2 F G F G 0.3856 9 5 G G 0.1500 9 10

Page 64: jurnal tekben

53

Lampiran 6 Uji Lanjut Kadar Air

Interaksi beras*populasi

The SAS System 21:04 Saturday, July 2, 2005 1

The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values bp 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Number of Observations Read 108 Number of Observations Used 108

Page 65: jurnal tekben

54

The SAS System 21:04 Saturday, July 2, 2005 2

The GLM Procedure Dependent Variable: respon Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 11 48.3612917 4.3964811 2.58 0.0065 Error 96 163.6712000 1.7049083 Corrected Total 107 212.0324917 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.228084 116.5534 1.305721 1.120278 Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F bp 11 48.36129167 4.39648106 2.58 0.0065 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F bp 11 48.36129167 4.39648106 2.58 0.0065

Page 66: jurnal tekben

55

The SAS System 21:04 Saturday, July 2, 2005 3

The GLM Procedure Level of ------------respon----------- bp N Mean Std Dev 1 9 0.04777778 0.56920510 2 9 0.21888889 0.53519726 3 9 1.28444444 1.56113830 4 9 0.47555556 0.82538038 5 9 0.59333333 0.67444422 6 9 1.33777778 1.35112710 7 9 1.33666667 0.47950495 8 9 1.71111111 0.49888487 9 9 1.72555556 0.75432273 10 9 0.70444444 1.66713160 11 9 1.73333333 1.95251120 12 9 2.27444444 2.60963652

Page 67: jurnal tekben

56

The SAS System 21:04 Saturday, July 2, 2005 4

The GLM Procedure Duncan's Multiple Range Test for respon NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 96 Error Mean Square 1.704908 Number of Means 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Critical Range 1.222 1.286 1.328 1.359 1.383 1.403 1.419 1.433 1.444 1.454 1.463 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N bp A 2.2744 9 12 A B A 1.7333 9 11 B A B A 1.7256 9 9 B A B A 1.7111 9 8 B A B A C 1.3378 9 6 B A C B A C 1.3367 9 7 B A C B A C 1.2844 9 3 B C B C 0.7044 9 10 B C B C 0.5933 9 5 B C B C 0.4756 9 4 C C 0.2189 9 2 C C 0.0478 9 1 INteraksi POP*WAKTU The SAS System 21:01 Saturday, July 2, 2005 1 The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values pw 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Page 68: jurnal tekben

57

Number of Observations Read 108 Number of Observations Used 108

Page 69: jurnal tekben

58

The SAS System 21:01 Saturday, July 2, 2005 2

The GLM Procedure Dependent Variable: respon Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 8 112.1686333 14.0210792 13.90 <.0001 Error 99 99.8638583 1.0087258 Corrected Total 107 212.0324917 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.529016 89.65218 1.004353 1.120278 Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F pw 8 112.1686333 14.0210792 13.90 <.0001 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F pw 8 112.1686333 14.0210792 13.90 <.0001

Page 70: jurnal tekben

59

The SAS System 21:01 Saturday, July 2, 2005 3

The GLM Procedure Level of ------------respon----------- pw N Mean Std Dev 1 12 0.75666667 0.84625736 2 12 0.67500000 0.89530594 3 12 0.96083333 0.65942755 4 12 -0.14916667 0.71330802 5 12 0.52000000 0.91598928 6 12 0.47750000 0.55330618 7 12 1.31583333 1.10078863 8 12 1.99750000 1.37416504 9 12 3.52833333 1.54009937

Page 71: jurnal tekben

60

The SAS System 21:01 Saturday, July 2, 2005 4

The GLM Procedure Duncan's Multiple Range Test for respon NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 99 Error Mean Square 1.008726 Number of Means 2 3 4 5 6 7 8 9 Critical Range .8136 .8562 .8845 .9052 .9212 .9342 .9450 .9541 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N pw A 3.5283 12 9 B 1.9975 12 8 B C B 1.3158 12 7 C C 0.9608 12 3 C C 0.7567 12 1 C C D 0.6750 12 2 C D C D 0.5200 12 5 C D C D 0.4775 12 6 D D -0.1492 12 4 Interaksi BEras*Waktu The SAS System 20:59 Saturday, July 2, 2005 1 The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values bw 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Number of Observations Read 108 Number of Observations Used 108

Page 72: jurnal tekben

61

The SAS System 20:59 Saturday, July 2, 2005 2

The GLM Procedure Dependent Variable: respon Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 11 147.7208028 13.4291639 20.05 <.0001 Error 96 64.3116889 0.6699134 Corrected Total 107 212.0324917 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.696689 73.06066 0.818482 1.120278 Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F bw 11 147.7208028 13.4291639 20.05 <.0001 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F bw 11 147.7208028 13.4291639 20.05 <.0001

Page 73: jurnal tekben

62

The SAS System 20:59 Saturday, July 2, 2005 3

The GLM Procedure Level of ------------respon----------- bw N Mean Std Dev 1 9 0.57333333 0.49056090 2 9 -0.31888889 0.34008986 3 9 1.29666667 1.49266540 4 9 0.77222222 0.59322799 5 9 -0.05111111 0.32670493 6 9 1.68555556 1.13877249 7 9 1.81111111 0.36967704 8 9 1.01555556 0.38144826 9 9 1.94666667 0.55287883 10 9 0.03333333 0.38800773 11 9 0.48555556 1.06980268 12 9 4.19333333 1.34769247

Page 74: jurnal tekben

63

The SAS System 20:59 Saturday, July 2, 2005 4

The GLM Procedure Duncan's Multiple Range Test for respon NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 96 Error Mean Square 0.669913 Number of Means 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Critical Range .7659 .8060 .8326 .8520 .8672 .8794 .8894 .8980 .9053 .9117 .9173 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N bw A 4.1933 9 12 B 1.9467 9 9 B C B 1.8111 9 7 C B C B 1.6856 9 6 C B C B D 1.2967 9 3 C D C D 1.0156 9 8 D E D 0.7722 9 4 E D E D 0.5733 9 1 E D F E D 0.4856 9 11 F E F E 0.0333 9 10 F E F E -0.0511 9 5 F F -0.3189 9 2

Page 75: jurnal tekben

64

Lampiran 7 Analisis Regresi

IR-64

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics

Multiple R 0.91

R Square 0.82

Adjusted R Square 0.77

Standard Error 147.78

Observations 25

ANOVA

df SS MS F Significance

F

Regression 2 2330294.10 1165147.05 53.35 0.00

Residual 23 502315.90 21839.82

Total 25 2832610

Coefficients Standard

Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%

Lower 95,0%

Upper 95,0%

Intercept 0 #N/A #N/A #N/A #N/A #N/A #N/A #N/A

X1 20.54 5.98 3.43 0.0023 8.17 32.91 8.17 32.91

X2 1.39 0.93 1.49 0.1503 -0.54 3.32 -0.54 3.32

Page 76: jurnal tekben

65

IR-42

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics

Multiple R 0.94

R Square 0.89

Adjusted R Square 0.84

Standard Error 95.18

Observations 25

ANOVA

df SS MS F Significance

F

Regression 2 1731300.37 865650.19 95.56 0.00

Residual 23 208348.63 9058.64

Total 25 1939649

Coefficients Standard

Error t Stat P-

value Lower 95% Upper 95%

Lower 95,0%

Upper 95,0%

Intercept 0 #N/A #N/A #N/A #N/A #N/A #N/A #N/A

X1 8.01 3.92 2.04 0.053 -0.10 16.13 -0.10 16.13

X2 2.80 0.64 4.34 0.000 1.46 4.13 1.46 4.13

Page 77: jurnal tekben

66

Ketan Putih

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics

Multiple R 0.91

R Square 0.82

Adjusted R Square 0.77

Standard Error 131.32

Observations 26

ANOVA

df SS MS F Significance

F

Regression 2 1874803.99 937402.00 54.36 0.00

Residual 24 413891.01 17245.46

Total 26 2288695

Coefficients Standard

Error t Stat P-

value Lower 95% Upper 95%

Lower 95,0%

Upper 95,0%

Intercept 0 #N/A #N/A #N/A #N/A #N/A #N/A #N/A

X1 11.24 5.13 2.19 0.038 0.65 21.84 0.65 21.84

X2 2.28 0.82 2.78 0.010 0.59 3.97 0.59 3.97

Page 78: jurnal tekben

67

Ketan Hitam

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics

Multiple R 0.93

R Square 0.87

Adjusted R Square 0.80

Standard Error 131.97

Observations 17

ANOVA

df SS MS F Significance

F

Regression 2 1780989.28 890494.64 51.13 0.00

Residual 15 261257.72 17417.18

Total 17 2042247

Coefficients Standard

Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0%

Upper 95,0%

Intercept 0 #N/A #N/A #N/A #N/A #N/A #N/A #N/A

X1 11.60 6.37 1.82 0.089 -1.99 25.18 -1.99 25.18

X2 3.52 0.92 3.83 0.002 1.56 5.47 1.56 5.47