Tekben Hama Gudang & Penyakit Benih

18
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH HAMA GUDANG DAN PENYAKIT BENIH Disusun oleh: ` Nama : Astidhia Nadia NIM : 135040200111062 Kelas : C / C1 (Selasa, 12.30 WIB) Asisten : Kukuh Arif W. PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

description

Laporan Tekben

Transcript of Tekben Hama Gudang & Penyakit Benih

  • LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

    HAMA GUDANG DAN PENYAKIT BENIH

    Disusun oleh:

    ` Nama : Astidhia Nadia

    NIM : 135040200111062

    Kelas : C / C1 (Selasa, 12.30 WIB)

    Asisten : Kukuh Arif W.

    PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2015

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Hama merupakan hewan atau organisme yang aktivitasnya dapat menurunkan

    sekaligus merusak kualitas juga kuantitas produk pertanian. Hama berdasarkan tempat

    penyerangannya dibagi menjadi dua jenis yaitu hama lapang dan hama gudang/hama

    pasca panen. Hama lapang adalah hama yang menyerang produk pertanian pada saat

    masih di lapang. Hama gudang adalah hama yang merusak produk pertanian saat

    berada di gudang atau pada masa penyimpanan. Hama pasca panen merupakan salah

    satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan produksi. Hasil panen

    yang disimpan khususnya biji-bijian setiap saat dapat diserang oleh berbagai hama

    gudang yang dapat merugikan. Hama gudang hidup dalam ruang lingkup yang terbatas,

    yakni hidup dalam bahan-bahan simpanan di gudang. Umumnya hama gudang yang

    sering dijumpai adalah dari ordo Coleoptera (bangsa kumbang), seperti Tribolium sp.,

    Sitophilus oryzae, Callocobruchus chinensis, Sitophilus zaemays, Necrobia rufipes dan

    lain-lain.

    Penyakit pada benih (Seed Pathology) merupakan penyakit penting pada berbagai

    komoditas pertanian. Penyakit benih ini dapat menyebabkan kerusakan dalam bentuk

    perubahan warna, bentuk, nekrose, penurunan daya kecambah, dan mengurangi nilai

    biji (benih). Kehilangan hasil yang disebabkan penyakit benih mencapai lebih dari 5%,

    dan infeksinya dapat mencapai 50%. Penyebab utama kerusakan pada benih adalah

    jamur, bakteri, dan virus (patogen). Benih dapat diserang patogen sebelum biji (benih)

    berkecambah atau disebut pre emergence damping off, sedangkan apabila menyerang

    setelah muncul kecambah disebut post emergence damping off. Bentuk kerusakan

    karena serangan patogen sangat bervariasi, tergantung macam patogen, benih dan

    faktor lingkungan.

    1.2 Tujuan

    - Untuk mengetahui definisi dari penyakit benih

    - Untuk mengetahui macam-macam dari penyakit benih

  • - Untuk mengetahui definisi dari hama gudang

    - Untuk mengetahui morfologi dari Callosobruchus chinensis

    - Untuk mengetahui varietas benih kacang hijau mana yang lebih disukai imago

    Callosobruchus chinensis

    - Untuk mengetahui jenis patogen yang menyerang benih jagung

    1.3 Manfaat

    Dari beberapa tujuan yang telah diuraikan di atas, diharapkan agar praktikan lebih

    mengerti tentang hama dan penyakit yang memungkinkan untuk menyerang benih pada

    hasil produksi pasca panen.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Penyakit

    a. Seed pathology involves the study and management of diseases affecting seed

    production and utilization, as well as disease management practices applied to

    seeds(Munkvold GP, 2009).

    Terjemahan:

    Patologi Benih melibatkan studi dan pengelolaan penyakit yang mempengaruhi

    produksi benih dan pemanfaatan, serta praktek-praktek manajemen penyakit

    diterapkan untuk benih.

    b. Seed pathology may be defined as the study of seedborne disease and

    pathogens. It includes studies on the mechanisms of infection, seed

    transmission, the role of seedborne inocula in disease development, techniques

    for the detection of seedborne pathogens and nonpathogens, seed certification

    standards, deterioration due to storage fungi, mycotoxins, and mycotoxicoses,

    and control of seedborne inocula (S.T. NAMETH, 1998).

    Terjemahan:

    Patologi Benih dapat didefinisikan sebagai studi penyakit dan patogen

    seedborne. Ini mencakup studi pada mekanisme infeksi, transmisi benih, peran

    inokulum seedborne dalam perkembangan penyakit, teknik untuk mendeteksi

    patogen seedborne dan nonpathogens, standar sertifikasi benih, kerusakan

    karena jamur penyimpanan, mikotoksin, dan mycotoxicoses, dan pengendalian

    inokulum seedborne.

    c. The area of science that studies the relationship between pathogens and seeds

    is Seed Pathology. It does not only identify the pathogens, it also includes the

    role of the seed as source of inoculum, the survival of the pathogen and the

    actions taken to control the pathogens associated to it. It uses the knowledge of

    General Pathology, Microbiology and Seed Analysis (Nome, 2014).

    Terjemahan:

  • Bidang ilmu yang mempelajari hubungan antara patogen dan biji adalah

    Patologi Benih. Bidang iikmu ini tidak hanya mengidentifikasi patogen, tetapi

    juga termasuk peran benih sebagai sumber inokulum, kelangsungan hidup

    patogen dan tindakan yang dilakukan untuk mengontrol patogen terkait untuk

    itu. Ia menggunakan Pengetahuan Umum Patologi, Mikrobiologi dan Analisis

    Benih.

    2.2 Macam-Macam Penyakit Benih

    a. Damping-Off

    Damping-Off adalah suatu penyakit yang

    menyerang benih, kecambah, dan semaian. Secara

    tradisional, ada dua tipe jenis damping-off : pre-

    emergence damping-off, menyerang benih dan

    kecambah sebelum mereka muncul, dan post-

    emergence damping-off, menyerang semaian bibit

    muda sampai batang mereka menjadi berkayu.

    Bentuk kedua penyakit terjadi di dalam tempat

    penyimpanan benih dan disebabkan oleh kelompok fungi yang sama. Inang dari

    penyakit ini adalah semua jenis semaian dan benih dapat terkena. Penyebab

    cendawan Phytium sp., Rhizoctonia sp., Fusarium sp. Gejala penyakit ini

    bermacam-macam tergantung dari umur dan stadia perkembangan semai. Biji

    menjadi busuk sebelum berkecambah atau sebelum muncul dipermukaan tanah.

    Biji yang terinfeksi ini menyebabkan kualitas biji buruk (daya kecambah rendah).

    Busuk pangkal batang pada perkembangan semai biji terutama pada bagian yang

    dekat dengan tanah. Contohnya Damping off

    pada cabai (Kalshoven. 1981)

    b. Antraknosa

    Penyakit patek atau antraknosa menyerang

    berbagai jenis tanaman. Penyakit ini sangat sulit

    dikendalikan, terutama jika kelembaban areal

  • pertanaman sangat tinggi. Bagian tanaman yang terserang penyakit patek atau

    antraknosa pada umumnya adalah buah atau daun.Penyakit antraknosa sukar

    dikendalikan karena infeksi patogennya bersifat laten dan sistemik, penyebaran

    inokulum dilakukan melalui benih (seed borne) atau angin serta dapat bertahan

    pada sisa-sisa tanaman sakit dalam tanah.Contohnya antraknosa pada cabai

    (Cendawan Colletrotricum capsici) dapat menyerang inang pada segala fase

    pertumbuhan. Serangan patogen antraknosa pada fase pembungaan menyebabkan

    persentase benih terinfeksi tinggi walaupun benih tampak sehat (Kalshoven, 1981).

    2.3 Definisi Hama Gudang

    a. Post-harvest pests are destructive pests of agricultural products while in storage

    or during storage (Champ and Highley, 1985).

    Terjemahan :

    Hama pasca panen adalah hama yang merusak produk pertanian saat berada di

    gudang atau pada masa penyimpanan.

    b. Stored product pests include several beetles, moths, and a mite that can infest

    whole grains or processed foods (Munro, 1966).

    Terjemahan :

    Hama gudang meliputi beberapa kumbang, ngengat, dan tungau yang dapat

    mengerumuni biji-bijian atau makanan olahan.

    c. Stored product pests are pest that reduces grain weight, nutritional value, and

    germination of stored grain. Infestations also cause contamination, odor, mold,

    and heat-damage problems that reduce the quality of the grain and may make it

    unfit for processing into food for humans or animals (Cotton, 1963).

    Terjemahan :

    Hama gudang adalah hama yang mengurangi bobot biji, nilai gizi, dan

    perkecambahan biji-bijian yang disimpan. Pengerumunan tersebut juga dapat

    menyebabkan masalah kontaminasi, bau, jamur, dan kerusakan-suhu yang

    mengurangi kualitas gabah dan dapat membuatnya tidak layak untuk diproses

    menjadi makanan bagi manusia atau hewan.

  • 2.4 Morfologi Callosobruchus chinensis

    Menurut Kalshoven (1987), Callosobruchus chinensis L. diklasifikasikan sebagai

    berikut: Kingdom : Animalia

    Phylum : Arthropoda

    Class : Insekta

    Ordo : Coleoptera

    Family : Bruchidae

    Genus : Callosobruchus

    Species : Callosobruchus chinensis L.

    Kumbang ini menyerang kacang-kacangan dapat ditemukan pada berbagai tempat.

    Kacang-kacangan tersebut sudah terserang sejak masih di lapangan pada saat telah siap

    panen (Kalshoven, 1987).

    a. Telur

    Telur diletakkan

    pada permukaan biji,

    biasanya pada satu biji

    hanya diletakkan satu

    telur.Telur berwarna

    keputih-putihan. Jumlah

    telur yang diletakkan

    seekor kumbang betina

    berkisar antara 50-150

    butir. Telur berbentuk jorong dengan panjang rata-rata 0,57 mm, berbentuk cembung

    pada bagian dorsal serta rata pada bagian yang melekat dengan biji. Telur menetas

    antara 4-8 hari. Telur dapat dilihat

    pada gambar. (Sudarmo, 1991)

    b. Larva

    Larva yang baru menetas

    akan terus menggerek dengan cara

  • memakan kulit telur yang menempel pada biji dan kulit biji dan masuk ke dalam

    kotiledon. Larva hidup dengan cara memakan dan menggerek kulit biji. Larva

    berkembang sepenuhnya di dalam satu butir biji, membentuk satu lubang keluar persis

    di bawah kulit biji, berupa semacam jendela bulat yang terlihat dari luar, tetap tinggal

    di dalam biji sampai menjadi imago. Stadia larva berlangsung selama 10-13 hari. Larva

    dapat dilihat pada gambar (Bato dan Sanches, 1998).

    c. Pupa

    Larva instar keempat telah

    memakan isi biji dekat di bawah kulit

    biji, maka akhirnya larva menjadi

    pupa dan tetap berada pada tempat

    tersebut sampai menjadi dewasa. Pupa

    berwarna putih kekuningan. Stadia

    pupa berkisar antara 4-6 hari. Pupa dapat dilihat pada gambar (Mangoendihardjo,

    1997).

    d. Imago

    C. chinensis yang baru dewasa, beberapa hari tetap

    berada dalam biji kacang hijau, 2-3 hari keluar dari biji dengan

    cara mendorong kulit biji yang digores dengan mandibelnya

    sehingga terlepas dan terbentuklah lubang. Imago berukuran 5

    mm panjangnya dan berbentuk bulat telur, cembung pada

    bagian dorsal. Panjang tubuh kumbang jantan antara 2,40 -3

    mm, sedangkan betina 2,76-3,48 mm. Antena kumbang jantan bertipe sisir (pectinate)

    dan betina bertipe gergaji (serrate). Stadia imago antara 25-34 hari. Imago dapat dilihat

    pada gambar. (Greaves et al, 1998).

  • BAB III

    METODOLOGI

    3.1 Waktu dan Tempat

    Praktikum Teknologi Produksi Benih materi hama gudang dan penyakit benih

    berlangsung di laboratorium Pemuliaan Tanaman lantai 2 Gedung Budidaya Pertanian.

    Praktikum tersebut berlangsung pada tanggal 21 April 2015 pukul 12.30 -14.00 WIB

    3.2 Alat dan Bahan

    Alat

    Timbangan analitik : Menimbang benih kacang hijau

    Gelas Plastik : Menampung benih yang dimasukkan imago

    Pinset : Memindahkan jagung

    Api bunsen : Mensterilkan bibir cawan petri

    Cawan petri : Sebagai wadah media PDA

    Kamera : Mendokumentasikan hasil

    Bahan

    Benih kacang hijau var. komersil/konsumsi, vima, dan murai : Bahan perlakuan

    Benih jagung : Bahan perlakuan

    Imago Challosobruchus chinensis : Bahan perlakuan

    Kain : Untuk menutup gelas plastik

    Cholorx : Untuk mensterilkan benih dari

    Aquades : Untuk mensterilkan benih jagung

    Kertas Tissue : Meniriskan benih jagung

    Media PDA : Menutrisi benih jagung

    Plastik : Untuk mewrapping cawan petri

    3.3 Cara Kerja

    Hama

    Menimbang beberapa varietas benih kacang hijau (pasar/konsumsi, vima, dan

    murai) masing-masing 100 gr dan masukkan kedalam gelas plastik

  • Masukkan 10 imago Challosobruchus chinensis pada masing-masing gelas plastic

    lalu tutup dengan kain dan beri label

    Amati seminggu sekali selama 4 minggu dengan variabel pengamatan jumlah imago

    dan berat benih

    Catat hasil dan dokumentasikan

    Penyakit

    Sterilkan lingkungan

    Sterilkan benih jagung ke chlorox, alkohol dan aquades secara berurutan 1 menit

    Tiriskan dengan kertas tisu

    Buka wrap pada media PDA dan panaskan bibir cawan pada api bunsen

    Sterilkan pinset dengan alkohol dan bakar dengan api bunsen, dan letakkan benih

    Panaskan kembali bibir cawan di api bunsen dan lakukan wrapping

    Lakukan pengamatan setiap hari selama 1 minggu

    Catat hasil dan dokumentasikan

    3.4 Analisa Perlakuan

    Hama

    Pertama-tama siapkan alat dan bahan. Lalu timbang beberapa varietas benih

    kacang hijau (pasar/konsumsi, vima dan murai) masing-masing seberat 100 gr dan

  • masukkan ke dalam gelas plastik. Kemudian masukkan imago Challosobruchus

    chinensis ke dalam masing-masing gelas plastik yang berbeda varietasnya, lalu

    tutup dengan kain dan beri label dari setiap perlakuan. Lakukan pengamatan

    seminggu sekali selama 4 minggu dengan variabel pengamatan jumlah imago dan

    berat benih dan catat hasil serta dokumentasi setiap pengamatan.

    Penyakit

    Pertama-tama sterilkan lingkungan lalu siapkan alat dan bahan. Kemudian

    benih jagung disterilkan dengan chlorox, alcohol dan aquades secara berurutan

    kurang lebih selama semenit, setelah itu tiriskan dengan kertas tisu. Lalu buka wrap

    pada media PDA dan panaskan bibir cawan pada api bunsen. Sterilkan pinset

    dengan alkohol dan panaskan pada api bunsen lalu letakkan benih jagungnya,

    panaskan kembali bibir cawan di api bunsen dan me-wrapping. Pengamatan

    dilakukan setiap hari selama seminggu dan catat hasil serta dokumentasi

    pengamatan.

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil

    4.1.1 Tabel

    Hama

    Varietas

    Kacang Hijau

    Pengamatan Jumlah Hama

    Awal 7 Hari 14 Hari 21 Hari 28 Hari

    Konsumsi/Pasar 10 imago 5 7 10 23

    Murai 10 imago 5 6 11 15

    Vima 10 imago 4 8 17 26

    Varietas

    Kacang Hijau

    Pengamatan Berat Benih Kacang Hijau

    Awal 7 Hari 14 Hari 21 Hari 28 Hari

    Konsumsi/Pasar 10 gr 9,14 gr 8,91 gr 7,63 gr 6,80 gr

    Murai 10 gr 9,21 gr 9,07 gr 8,51 gr 7,73 gr

    Vima 10 gr 9,04 gr 8,83 gr 7,35 gr 6,54 gr

    Penyakit

    No Perlakuan Pathogen yang

    ditemukan Dokumentasi Keterangan

    1. Benih Jagung Tidak ada

    Tidak ditemukan

    patogen dalam

    benih jagung.

  • 4.1.2 Grafik

    Grafik Hasil Pengamatan Jumlah Imago Callosobruchus chinensis

    Grafik Hasil Pengamatan Berat Benih Kacang Hijau

    4.2 Pembahasan Praktikum

    Hama

    Pada praktikum ini terdapat dua variabel pengamatan pada imago hama

    Callosobruchus maculatus yaitu jumlah populasi hama dan berat benih kacang

    hijau pada tiap varietas yang berbeda. Bisa dilihat dari tabel dan grafik di atas

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    Awal 7 Hari 14 Hari 21 Hari

    Kc. Ijo Konsumsi/Pasar

    Kc. Ijo Murai

    Kc. Ijo Vima

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    Awal 7 Hari 14 Hari 21 Hari

    Kc. Ijo Konsumsi/Pasar

    Kc. Ijo Murai

    Kc. Ijo Vima

  • menunjukkan bahwa setelah 4 minggu pengamatan, jumlah populasi hama pada

    ketiga varietas itu berbeda, beda, pada varietas konsumsi/pasar, murai, dan vima

    berturut-turut jumlah hamanya sebanyak 23, 15, dan 26 ekor. Kemudian pada bobot

    benih kacang hijau masing-masing varietasnya juga mengalami penurunan bobot,

    dari semula 10 gram pada varietas konsumsi/pasar, murai, dan vima, secara

    berturut-turut bobotnya menjadi 6,80 gr, 7,73 gr, dan 6,54 gr. Dari data hasil

    pengamatan tadi bisa dikatakan bahwa meningkatnya jumlah populasi hama

    Callosobruchus maculatus diikuti dengan semakin menurunnya bobot benih

    kacang hijau tiap varietasnya.

    Benih kacang hijau seperti juga benih kacang-kacangan lainnya termasuk

    golongan benih ortodoks atau benih yang tidak tahan pada kondisi kadar air tinggi

    namun toleran terhadap kekeringan, oleh sebab itu pada saat penyimpanan benih

    tersebut apabila kondisi kadar air cukup tinggi bisa memicu munculnya serangan

    hama. Menurut Talekar (1987) dijelaskan bahwa benih kacang hijau sangat rentan

    terhadap serangan hama dari famili Bruchidae. Bruchidae ini merupakan hama

    primer yang telah menyerang benih kacang hijau sejak dari lapang pertanaman

    hingga gudang penyimpanan, dan kerusakan terbesar biasanya terjadi pada saat

    penyimpanan dan serangan hama gudang ini dapat menurunkan kualitas (viabilitas)

    maupun kuantitas dari benih kacang hijau.

    Pengemasan benih bertujuan untuk melindungi benih dari faktor-faktor biotik

    dan abiotik, mempertahankan kemurnian benih baik secara fisik maupun genetik,

    serta memudahkan dalam penyimpanan dan pengangkutan. Robiin (2007)

    mengatakan bahwa penggunaan bahan kemasan yang tepat dapat melindungi benih

    dari perubahan kondisi lingkungan simpan yaitu kelembaban relatif dan suhu.

    Kemasan yang baik dan tepat dapat menciptakan ekosistem ruang simpan yang baik

    bagi benih sehingga benih dapat disimpan lebih lama. Prinsip dasar pengemasan

    benih adalah untuk mempertahankan viabilitas dan vigor benih. Oleh karena itu,

    benih yang disimpan dalam ruang terbuka perlu dikemas dengan bahan kemasan

    yang tepat agar viabilitas dan vigor benih dapat dipertahankan.

  • Penyakit

    Pada praktikum ini, untuk mengetahui patogen dalam penyimpanan benih

    menggunakan benih jagung sebagai bahan perlakuan yang disimpan dalam media

    PDA (Potato Dextrose Agar), bisa dilihat dari tabel bahwa setelah seminggu

    penyimpanan tidak ditemukan adanya patogen, sehingga tidak adanya pembahasan

    pada bagian ini. Hal ini bisa disebabkan oleh bahan dan media yang telah

    disterilkan dan benih yang digunakan dalam kondisi sehat sebelumnya sehingga

    tidak memungkinkan adanya patogen.

  • BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa setelah 4

    minggu pengamatan, jumlah populasi hama pada ketiga varietas itu berbeda, beda,

    pada varietas konsumsi/pasar, murai, dan vima berturut-turut jumlah hamanya

    sebanyak 23, 15, dan 26 ekor. Kemudian pada bobot benih kacang hijau masing-

    masing varietasnya juga mengalami penurunan bobot, dari semula 10 gram pada

    varietas konsumsi/pasar, murai, dan vima, secara berturut-turut bobotnya menjadi

    6,80 gr, 7,73 gr, dan 6,54 gr. Dari data hasil pengamatan tadi bisa dikatakan bahwa

    meningkatnya jumlah populasi hama Callosobruchus maculatus diikuti dengan

    semakin menurunnya bobot benih kacang hijau tiap varietasnya. Selanjutnya, pada

    bagian penyakit benih, tidak ditemukannya adanya patogen pada benih jagung.

    5.2 Saran (Asisten dan Praktikum)

    Untuk asisten semoga bisa lebih baik lagi dan untuk praktikum kedepannya

    semoga bisa lebih kondusif lagi dan sebaiknya pengumpulan laporan tidak

    menumpuk di minggu terakhir praktikum sehingga tidak memberatkan praktikan,

    terima kasih

  • DAFTAR PUSTAKA

    Bato, S. M., and F. F. Sanches, 1998. The Biology and Chemical Control of

    Callosobruchus Chinensis L., Phillipina.

    Champ, B.R. and Z. Highley. 1985. Pesticides and humid tropical grain stroge

    system. Proceedings of an International Seminar in Manila, Philipines, 27-30

    Maros, 1985. Aciar Proceedings No. 41.

    Cotton, R.T. 1963. Pest Of Storet Grain And Grain Product. Burgerss Publishing Co.

    Minneapolis 15, Minn

    Greaves, J. H. P. Dobie and J. Bridge, 1998. Strocage in Pest Control in Tropical Grain

    Legumes. College House, Wrights Lane, London.

    Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest Of Crops Indonesian, Revised and translated by

    P.A. Vander loau with the assistance of. G.H.L. Roth Shild. Univ. of Amsterdam.

    P.T. Ikhtiar Baru, Van Hoeve, Jakarta Indonesia

    Kalshoven, L. G. E., 1987. Pest of Crops In Indonesia. PT. Ichtiar Baru. Van Hoeve,

    Jakarta.

    Mangoendihardjo, S., 1997. Hama-Hama Tanaman Pertanian di Indonesia. Yayasan

    Pembinaan Fakultas Pertanian. Universitas Gadja Mada, Yogyakarta

    Munro, J.W. 1966. Pests Of Storage Product. Hutehinsou of London

    Munkvold GP. 2009. Seed pathology progress in academia and industry. Department

    of Plant Pathology, Iowa State University, Ames, Iowa 50011, USA.. 47:285-

    311. doi: 10.1146/annurev-phyto-080508-081916. [email protected]

    Nome S. F, Dora Barreto, Delia M. Docampo. 2014. Seedborne Pathogens. Seeds:

    Trade, Production and Technology. Instituto de Fitopatologa y Fisiologa

    Vegetal, INTA, Camino 60 Cuadras km %1/2 (5119), Crdoba, Argentina.

    [email protected]

    Robiin. 2007. Perbedaan Bahan Kemasan dan Periode Simpan dan Pengaruhnya

    terhadap Kadar Air Benih Jagung dalam Ruang Simpan Terbuka. Buletin

    Teknik Pertanian. 12 (1) : 79.

  • S.T. NAMETH. 1998. PRIORITIES IN SEED PATHOLOGY RESEARCH. Dept. of

    Plant Pathology, The Ohio State University, Columbus, OH, 43210, USA. Sci.

    agric., Piracicaba, 55(Nmero Especial), p.94-97, agosto 1998

    Sudarmo, S. 1991. Pestisida. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

    Talekar,N. S. 1987. Biology, Damage and Control of Bruchid Pests of Mungbean. In

    Mungbean Proc. Second International Symposium. AVRDC. Taipei, Taiwan.