Laporan Praktikum Ilmu Material 1 Cold Curing Fix

download Laporan Praktikum Ilmu Material 1 Cold Curing Fix

of 16

Transcript of Laporan Praktikum Ilmu Material 1 Cold Curing Fix

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Ilmu Material 1 Cold Curing Fix

    1/16

    LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1

    Topik : Manipulasi Resin Akrilik Aktivasi Kimia ( Cold Cured )

    Kelompok : B1b

    Tanggal Praktikum : 3 Juni 2014

    Pembimbing : Helal Soekartono, drg.,MKes.

    Penyusun :

    1. Shafira Sheila Arbarani 021311133066

    2.

    Hana Arya Puspita 021311133067

    3. Mentari Zaurasari 021311133068

    4. Diajeng Ratih Wandasari 021311133069

    5. Yessy Andriani Fauziah 021311133070

    DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI

    FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

    UNIVERSITAS AIRLANGGA

    2014

    BARU

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Ilmu Material 1 Cold Curing Fix

    2/16

    1. TUJUAN

    Mahasiswa dapat memanipulasi resin akrilik aktivasi kimia dengan cara yang tepat

    sebagai bahan denture base dan dapat membedakan manipulasi resin akrilik aktivasi

    kimia yang digunakan sebagai denture base dan sebagai bahan reparasi.

    2. METODE KERJA

    2.1Bahan:

    a. Bubuk polimer dan cairan (Pro Base)

    b.Bubuk polimer dan cairan monomer (Hillon)

    c.

    Cairan CMS

    d.Malam perekat

    Gambar 2.1Alat praktikum A. Bubuk polimer dan cairan (Pro Base), B. Bubuk

    polimer dan cairan monomer (Hillon).

    A B

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Ilmu Material 1 Cold Curing Fix

    3/16

    2.2Alat:

    a. Pot porselin/mixing jar

    b. Pipet ukur

    c. Timbangan

    d. Pisau malam

    e. Plastik selopan

    f. Kuvet logam

    g. Press kuvet

    h. Kuas

    i. Bur dengan mata bur

    Gambar 2.2 Alat praktikum A. Pot porselin/mixing jar, C. Timbangan, D. Pisau

    malam, G. Press Kuvet.

    C

    A

    DG

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Ilmu Material 1 Cold Curing Fix

    4/16

    2.3Cara Kerja:

    1. Resin akrilik aktivasi kimia sebagai bahan dentu re base

    a. Cetakan (mould) diisi dengan adonan resin akrilik (packing).

    b. Siapkan bahan resin akrilik dan peralatan untukpacking.

    c.

    Permukaan moulddan sekitarnya diolesi dengan CMS memakai kuas

    dan ditunggu sampai kering.

    d. Cairan monomer diukur dengan menggunakan gelas ukur sebanyak 2,5

    ml (sesuai aturan pabrik) kemudian dituangkan ke dalam pot porselin.

    e. Bubuk polimer ditimbang sebanyak 4 gr, kemudian dimasukkan ke

    dalam pot porselin secara perlahan-lahan sedikit demi sedikit sampai

    sampai polimer terbasahi oleh monomer.

    f. Setelah tahap dough tercapai, adonan resin akrilik dimasukkan ke

    dalam cetakan (mould).

    g. Permukaan adonan resin akrilik dilapisi dengan plastik selopan

    kemudian kuvet atas dipasang dan dilakukan pengepresan. Setelah

    pengepresan kuvet dibuka, kertas selopan diangkat dan kelebihan resin

    akrilik dipotong dengan menggunakan pisau malam tepat pada tepi

    cetakan.

    h. Lakukan pengepresan kedua masih menggunakan kertas selopan dan

    kelebihan resin akrilik dipotong lagi.

    i. Pada pengepresan terakhir tidak menggunakan kertas selopan, kuvet

    atas dan bawah harus rapat kemudian dipindahkan pada pres masing-

    masing.

    j. Setelah di press minimal 30 menit, sampel diambil dari cetakan.

    2. Resin akrilik aktivasi kimia sebagai bahan reparasi dengan teknik salt

    and pepper

    a. Siapkan bahan resin akrilik dan peralatan untuk mereparasi plat

    akrilik.

    b. Permukaan moulddan sekitarnya diolesi dengan CMS memakai kuas

    dan ditunngu sampai kering.

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Ilmu Material 1 Cold Curing Fix

    5/16

    c. Ujung-ujung plat akrilik ditandai dengan tanda yang berbeda, juga

    tandai permukaan gip (ujung mould) sama dengan tanda pada plat

    akrilik.

    d. Sampel pada bagian yang patah diasah secukupnya untuk bahan

    tempat reparasi.

    e. Sampel dimasukkan ke dalam moulddengan menyesuaikan tanda pada

    akrilik dan pada permukaan gip, plat akrilik di fiksasi dengan

    menggunakan malam perekat.

    f. Bahan reparasi diaplikasikan pada daerah fraktur dengan

    menggunakan teknik salt and pepper.

    g. Pada bagian yang fraktur dibasahi dengan monomer, kemudian diberi

    polimer, selanjutnya diberi monomer lagi demikian seterusnya sampai

    daerah fraktur penuh dengan bahan tersebut.

    h. Sampel yang telah direparasi dimasukkan ke dalam air selama 20

    menit.

    3. Resin akrilik aktivasi kimia sebagai bahan reparasi dengan teknik wet

    packing

    a. Siapkan bahan resin akrilik dan peralatan untuk mereparasi plat

    akrilik.

    b. Permukaan mould dan sekitarnya diolesi dengan CMS memakai kuas

    dan ditunggu sampai kering.

    c. Ujung-ujung plat akrilik ditandai dengan tanda yang berbeda, juga

    tandai permukaan gip (ujung mould) sama dengan tanda pada plat

    akrilik.

    d. Sampel pada bagian yang patah diasah secukupnya untuk bahan

    tempat reparasi.

    e. Sampel dimasukkan ke dalam mouldkemudian tanda pada akrilik dan

    pada permukaan gip disesuaikan, plat akrilik difiksasi dengan

    menekankan ujung jari pada kedua ujung plat.

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Ilmu Material 1 Cold Curing Fix

    6/16

    f. Cairan monomer dituangkan secukupnya ke dalam pot, lalu bubuk

    polimer dituangkan ke dalam pot, keduanya diaduk hingga monomer

    dan polimer tercampur rata.

    g. Adonan akrilik diambil lalu diletakkan pada bagian akrilik yang patah

    dan diratakan sehingga seluruh permukaan akrilik yang patah tertutupi

    adonan

    h. Sampel yang telah direparasi dimasukkan ke dalam air selama 20

    menit.

    3. HASIL PRAKTIKUM

    Pada praktikum kali ini, dilakukan manipulasi resin akrilik dengan aktivasi kimia

    atau cold cured. Pada analisa ini akan membandingkan hasilnya dengan resin akrilik

    aktivasi panas (heat cured).

    Aktivasi kimia tidak memerlukan penggunaan energi thermal dan karenanya

    dapat dilakukan pada temperatur ruang. Cold curingmemiliki working timeyang lebih

    pendek dibanding heat curing. Untuk mencapai fase doughpada cold curing juga lebih

    cepat dibanding heat curing. Hal ini karena proses polimerisasi pada heat curing lebih

    sempurna dibanding cold curing. Perbedaan dasar antara resin aktivasi panas dan kimia

    adalah cara benzoil peroksida terrpisah untuk melepas radikal bebas. Semua faktor lain

    dalam proses ini tetap sama, misalnya, inisiator dan reaktor.

    Umumnya derajat polimerisasi yang dicapai dengan dengan menggunakan resin

    aktivasi kimia tidak sesempurna resin aktivasi panas. Ini menunjukkan ada monomer

    dalam jumlah besar yang tidak bereaksi. Resin yang terpolimerisasi secara kimia

    umumnya menunjukkan 3%-5% monomer bebas, sedangkan resin yang teraktivasi secara

    panas hanya menunjukkan 0,2%-0,5% monomer bebas. Monomer bebas dapat bertindak

    sebagai iritan jaringan yang potensial membatasi biokampatibilitas basis protesa. Bahan

    tersebut juga bisa sebagaiplasticizer, yang menyebabkan penurunan kekuatan transversal

    basis protesa.

    Dari sudut pandang fisik, resin aktivasi kimia menunjukkan pengerutan yang

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Ilmu Material 1 Cold Curing Fix

    7/16

    lebih sedikit dibandingkan dengan aktivasi panas karena polimerisasi yang kurang

    sempurna. Ini memberikan keakuratan dimensi yang lebih besar pada resin aktivasi

    kimia.

    Cara kerja dari cold curingjuga lebih praktis dan proses deflaskingnya juga lebih

    mudah karena tidak panas apabila dibandingkan dengan heat curing yang harus terlebih

    dahulu direbus hingga panas.

    Kemudian, dari praktikum ini, teknik reparasi dengan mengunakan cold curing

    acrylic menunjukkan hasil pada manipulasi dengan wet packing terlihat di tengah patahan

    adonan resin akriliknya timbul dan tidak rata dengan resin akrilik awalnya. Hal ini bisa

    terjadi karena resin akrilik yang ada di bowl sudah mulai mengalami proses setting.

    Sedangkan pada pengamatan yang telah dilakukan pada teknik salt and pepper, hasil

    perlekatannya lebih rapi karena penggabungan bubuk polimer dan cairan monomernya

    diakukan satu persatu. Sehinggasettingyang terjadi pun bisa diukur dan diperkirakan.

    Gambar 3.1 resin akrilik dengan aktivasi kimia atau cold cured

    4. PEMBAHASAN

    Resin akrilik adalah material yang paling sering digunakan dalam pembuatan

    basis gigi tiruan (Mc Cabe & Walls, p. 112). Resin akrilik sangat populer dipakai sebagai

    bahan basis gigi tiruan oleh karena bahan ini memiliki banyak kelebihan seperti memiliki

    penampilan yang baik, memiliki tingkat transisi temperature yang baik, murah, memiliki

    permukaan yang baik. Akan tetapi, resin akrilik juga memiliki kekurangan seperti

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Ilmu Material 1 Cold Curing Fix

    8/16

    menyisahkan sisa monomer yang bisa mengakibatkan alergi, memiliki impact strength

    yang rendah, memilikiflexural strength yang cukup rendah sehingga susah diaplikasikan

    pada model gigi tiruan yang buruk, fatique life terlalu rendah, radioluency (OBrien

    2002, p. 147).

    Resin akrilik dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu resin akrilik aktivasi

    panas (heat cured), resin akrilik aktivasi kimiawi, resin akriliki aktivasi gelombang

    mikro, dan resin akrilik aktivasi sinar tampak (Anusavice, 2013, p. 475, 484, 483, 485).

    Resin aktivasi kimiawi tidak memerlukan penerapan energi panas untuk

    aktivasinya, segingga manipulasi resin akrilik dapat diselesaikan dalam suhu kamar. Hal

    ini menyebabkan resin aktivasi kimia juga disebut sebagai self-curing resins,

    autoplymerizing resins, dan cold-curing resins(Anusavice, 2013, p. 483).

    Komponen resin akrilik aktivasi kimia ini tersedia dalam bentuk bubuk dan

    cairan. Komponen utama pada cairan adalah monomer methylmethacrylate (MMA)

    sedangkan komponen utama pada bubuk adalah butir-butir polymethylmethacrylate

    dengan diameter hingga 100 m.Polymethylmethacrylateini jernih, polimer seperti kaca,

    dan terkadang dalam bentuk seperti ini digunakan sebagai kontruksi basis gigi tiruan.

    Pada bubuk terdapat inisiator dan juga pigmen (Mc Cabe & Walls, hal 112).

    Cairan monomer memiliki sifat yang jernih, tidak berwarna, tidak kental dan

    memiliki bau yang menusuk serta menguap pada suhu ruangan. Normalnya, cairan juga

    memiliki cross-linking agentyang berfungsi untuk meningkatkan sifat fisik material set.

    Penambahan inhibitor dapat digunakan untuk memperpanjang masa simpan caira (Mc

    Cabe & Walls 2008, hal 113).

    Tabel 4.1Komposisi material resin akrilik.

    Cold curing acrylic sebenarnya hampir sama dengan tipe heat curing

    (waterbath) kecuali agen pereduksinya yang terkandung dalam monomernya. Cold

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Ilmu Material 1 Cold Curing Fix

    9/16

    curing resin biasa digunakan untuk repairing dan relining denture. Agen pereduksi

    biasanya adalah teriary aromatic amine, meskipun barbituric acid derivatesjuga sering

    digunakan. Agen pereduksi bereaksi dengan benzoyl peroxidepada suhu ruangan untuk

    memproduksi peroxy free radicals sebagai penginisiasi reaksi polimerisasi dari

    monomer pada denture base(O Brien 2002, p. 151).

    Polimerisasi pada resin akrilik cold cured terjadi segera setelah polimer dan

    monomer dicampur. Cairan monomer pada resin akrilik cold cured mengandung

    aktivator dimethyl p-toluidine. Aktivator ini akan bereaksi dengan initiator yang

    terkandung di dalam bubuk polimer (benzoyl peroxide) pada temperatur kamar. Reaksi

    antara dimethyl p-toluidine dan benzoyl peroxide menghasilkan radikal bebas lalu

    selanjutnya terjadi reaksi sama seperti akrilik heat cured.

    Proses polimerisasi dibagi menjadi dua macam, yaitu reaksi kondensasi dan reaksi

    adisi. Reaksi kondensasi merupakan reaksi antara dua molekul yang lebih dengan

    menghilangkan molekul yang lebih kecil, sedangkan reaksi adisi merupakan reaksi kimia

    antara dua molekul atau lebih untuk pembentukan molekul besar tanpa menghilangkan

    molekul yang lebih kecil. Reaksi adisi digunakan pada resin akrilik

    polymethylmethacrylate yang biasa dipakai sebagai bahan basis gigi tiruan lepasan.

    Terdapat 3 tahap pada polimerisasi adisi ini, yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi.

    Proses polimerisasi membutuhkan penggerak berupa radikal bebas yaitu suatu

    bahan yang sangat reaktif dan mempunyai inisiator. Radikal bebas ini dapat terbentuk

    karena proses penguraian peroksida. Pada reaksi ini satu molekul benzoyl peroxidedapat

    membentuk dua radikal bebas. Radikal bebas inilah yang akan menggerakkan terjadinya

    polimerisasi dan disebut inisiator. Radikal bebas diaktifkan dengan cara menguraikan

    peroksida melalui pemanasan atau pemberian bahan kimia lain, misalnya dimetil-p-

    toluidin atau merkaptan amin tersier maupun dengan penyinaran ultra violet atau radiasi

    gelombang elektromagnetik. Pada cold-curing resins radikal bebas ini didapatkan dari

    dekomposisi benzoyl peroxide oleh amina tersier berupa dimetil-p-toluidin. Proses ini

    disebut sebagai proses inisiasi dan aktivasi (OBrien 2002, hal 145).

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Ilmu Material 1 Cold Curing Fix

    10/16

    Gambar 4.1Proses inisiasi.

    Proses propagasi adalah pembentukan rantai polimer dari reaksi antara molekul

    yang aktif dengan molekul lain. Rantai penyebaran (propagasi) terjadi karena monomer

    yang diaktifkan bereaksi dengan monomer lainnya, demikian seterusnya sampai terjadi

    perpanjangan rantai dan monomer yang diaktifkan saling berikatan (OBrien 2002, hal146).

    Gambar 4.2Proses propagasi.

    Proses terminasi adalah proses pertambahan radikal bebas yang mengakibatkan

    beberapa mekanisme dan menghasilkan formasi dan cabang-cabang serta rantai yang

    menyilang. Pengakhiran terjadi ketika 2 radikal bebas berinteraksi dan membentuk suatu

    ikatan kovalen sehingga terbentuk molekul yang stabil (OBrien 2002, hal 146).

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Ilmu Material 1 Cold Curing Fix

    11/16

    Gambar 4.3Proses propagasi.

    Setelah pencampuran antara bubuk dan cairan, resin ini akan mengalami

    beberapa fase, seperti fase sandy, stringy, dough, rubbery, dan stiff. Setelah adonan

    mencapai fase dough, kemudian proses packing dilakukan. Adonan diletakan pada

    mould yang terdiri dari 2 bagian gypsum mould yang ditanam pada kuvet yang

    sebelumnya telah diolesi oleh CMS (Cold Mould Seal) sebagai bahan separator agar

    tidak lengket (Mc Cabe & Walls 2008, p. 114).

    Mould kemudian ditutup dan dilakukan pres menggunakan press hidrolik dengan

    tujuan untuk mengepaskan pada mould sesuai dengan ukuruan yang diinginkan.

    Kelebihan akrilik pada mould kemudian dipotong agar didapatkan bentuk yang sesuai

    dengan mould(Mc Cabe & Walls 2008, pp. 114,115). Setelah itu kuvet dibiarkan dalamkeadaan dipres selama 30 menit agar terjadi proses curing, yakni terjadinya polimerisasi

    resin akrilik. Setelah 30 menit, kuvet dibuka dan dilakukan proses deflasking.McCabe

    dan Walls menjelaskan bahwa ketika membuat denture base dari akrilik cold-cured ,

    bubuk dan cairan dicampur sama seperti pencampuran pada resin akrilik heat-cured (Mc

    Cabe, 2008, hal. 116).

    Resin Akrilik aktivasi kimia sebagai bahan reparasi dengan teknik salt and pepper

    dan wet packing

    Syarat suatu bahan yang patah dapat direparasi adalah bahan tersebut harus dapat

    direposisi. Setelah itu, pada bagian yang patah digrinding secukupnya sebagai tempat

    bahan reparasi. Bahan tersebut dimasukkan ke dalam mould yang sebelumnya sudah

    diolesi dengan cairan CMS. Polimer dan monomer dari resin akrilik aktivasi kimia

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Ilmu Material 1 Cold Curing Fix

    12/16

    diaplikasikan pada bagian yang patah dengan menggunakan teknik salt and pepper dan

    wet packing.

    Percobaan pertama

    Pada percobaan pertama dilakukan terhadap akrilik yang fraktur. Pada percobaan

    ini teknik yang digunakan adalahsalt and pepper.Pada teknik ini, pertama-tama akrilik

    yang akan disambung di haluskan terlebih dahulu pada bagian yang akan disambung

    hingga membentuk permukaan yang miring. Setelah itu, kedua patahan yang sudah

    dihaluskan tersebut diletakkan diatas basis dari gipsum. Setelah itu monomer di teteskan

    diatas patahan tersebut setelah itu diberi polimer, monomer dibiarkan membahasi polimer

    sebelum ditetesi lagi. Hal ini dilakukan berkali kali hingga daerah fraktur penuh dengan

    bahan tersebut.

    Percobaan kedua

    Pada percobaan kedua teknik yang digunakan adalah wet packing. Pada teknik ini

    monomer dan polimer dicampur di dalam wadah pot selanjutnya setelah tercampur rata

    letakkan pada bagian yang fraktur, sehingga seluruh bagian yang fraktur penuh dengan

    adonan. Setelah pengadukan, campuran lalu dituangkan diatas akrilik dan ditunggu

    hingga setting.

    Teknik wet packing pada resin akrilik self cured pada umumnya digunakan untuk

    mereparasi gigi tiruan yang patah. Pada teknik ini diawali dengan membentuk basedasar

    pada bagian yang patah dengan cara grinding. Kemudian adonan akrilik yang sudah

    mencapai tahap dough diletakkan pada bagian yang fraktur dan sudah digrinding.

    Sampel yang telah direparasi tersebut kemudian dimasukkan kedalam air untuk

    meredam panas yang dihasilkan (eksotermis). Syaratnya adalah resin akrilik sebagai

    bahan reparasi tersebut sudah mencapai tahap dough atau pada saat bahan reparasitersebut sudah mulai mengeras. Apabila dimasukkan ke dalam air dalam keadaan masih

    flow, akan timbul gelembung-gelembung udara yang menyebabkan porus.

    Perbedaan tekniksalt and pepper dan wet packingadalah pada metode wet packing,

    monomer dan polimer dimasukkan ke dalam pot porselin kemudian diaduk hingga

    homogen terlebih dahulu. Bagian basepada dentureyang patah ditutup dengan campuran

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Ilmu Material 1 Cold Curing Fix

    13/16

    akrilik ketika adonan memasuki tahapsandyhingga patahan tertutup secara keseluruhan

    dan rata. Setelah itu adonan dibiarkan hingga setting, lalu akan mendapat hasil reparasi

    yang sesuai. Setelah itu, denture yang telah direparasi direndam dalam air dengan maksud

    menghindari distorsi dan melepaskan monomer sisa yang berpotensi mengiritasi mukosa

    mulut.

    Pada umumnya manipulasi resin akrilik self cured dimulai dengan mencampurkan

    komponen bubuk dan cairan. Pengadukan kemudian akan menyebabkan peningkatan

    viskositas sampai tahap dough dicapai. Peningkatan viskositas ini disebabkan karena

    kombinasi perubahan fisis dan kimiawi yang muncul dalam adonan. Ketika pertemuan

    peroksida dari bubuk dan aktivator kimiawi dari cairan terjadi selama pengadukan,

    polimerisasi monomer terinisiasi. Oleh sebab itu, konversi monomer menjadi polimer

    menyebabkan peningkatan viskositas (McCabe 2008, hal 116)

    Pada saat pencampuran polimer dan monomer, aktivator dimetil p-toluidin akan

    bereaksi dengan inisiator benzoyl peroxide yang ada pada polimer, sehingga terjadi

    pelepasan radikal bebas sebagai sumber energi untuk memulai reaksi polimerisasi. Reaksi

    polimerisasi bersifat eksotermik (menghasilkan panas), panas yang dihasilkan ini dapat

    membantu proses polimerisasi.

    Untuk reparasi, adonan cold cure resin yang sangat cair digunakan. Penggunaan

    monomer yang banyak memastikan wetting fragmen yang akan direparasi dengan baik

    (McCabe 2008, p.117).

    Ketika polimer dan monomer diaduk dengan takaran dan perbandingan yang sesuai,

    dihasilkan massa yang dapat diproses. Ada lima tahap berbeda yang akan dilalui oleh

    massa tersebut, yaitusandy, stringy, dough, rubbery, danstiff. (Anusavice 2003, p. 727)

    1. Sandy stage

    Pada tahap ini hanya sedikit atau bahkan tidak ada interaksi pada tingkat molekuler.

    Butir-butir polimer tetap tidak berubah, serta konsistensi adukan dapat digambarkan

    sebagai kasar atau berbutir (Anusavice 2003, p.727).

    2. Stringy stage

    Selama tahap ini monomer menyerang permukaan masing-masing butiran polimer.

    Beberapa rantai polimer terdispersi dalam monomer cair. Rantai-rantai polimer ini

    melepaskan jalinan ikatan sehingga meningkatkan kekentalan adukan. Tahap ini

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Ilmu Material 1 Cold Curing Fix

    14/16

    mempunyai ciri berbenang atau lengket bila bahan disentuh atau ditarik (Anusavice 2003,

    p.727).

    3. Dough stage

    Dough stage atau tahap adonan pada tingkat molekul, jumlah rantai polimer yang

    memasuki larutan meningkat. Jadi, dibentuk suatu larutan monomer dan polimer terlarut.

    Secara klinis, massa bersifat seperti suatu adonan yang dapat dibentuk. Adukan tersebut

    tidal lagi seperti benang dan tidak melekat pada permukaan cawan atau spatula pengaduk.

    Karakteristik fisik dan kimia yang terlihat selama fase selanjutnya dari tahap ini adalah

    ideal untuk molding tekanan. Karena itu, bahan harus dimasukkan ke dalam mould

    selama fase berikutnya setelah dough stage (Anusavice 2003, p.727). Pada tahap inilah

    dapat dilakukanpacking.

    4. Rubbery stage

    Setelah melalui tahap adonan, adukan memasuki tahap rubbery yang

    monomernya dihabiskan dengan penguapan dan penembusan lebih jauh ke dalam butir-

    butir polimer yang tersisa. Secara klinis, massa dapat memantul apabila ditekan atau

    diregangkan. Karena massa tidak dapat lagi mengalir dengan bebas, mengikuti bentuk

    wadah, maka bahan ini tidak dapat dibentuk dengan teknik kompresi konvensional

    (Anusavice 2003, p.727).

    5. Stif f stage

    Tahap terakhir yang dilalui adalah adukan menjadi keras karena terjadinya penguapan

    monomer bebas. Secara klinis, adukan nampak sangat kering dan tahan terhadap

    deformasi mekanik (Anusavice 2003, p.727).

    Terdapat beberapa perbedaan antara heat-curing resins dan cold-curing

    resins berdasarkan derajat polimerisasi, kestabilan dimensi, kekuatan, dan kestabilan

    warna. Resin teraktivasi kimia memiliki derajat polimerisasi yang kurang sempurna

    dibandingkan dengan resin terkativasi panas. Hal tersebut disebabkan karena adanya

    monomer dalam jumlah lebih besar yang tidak bereaksi dalam resin teraktivasi kimia.

    Monomer yang tidak teraktivasi ini menyebabkan dua kesulitan utama. Pertama yaitu

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Ilmu Material 1 Cold Curing Fix

    15/16

    monomer residu berpotensi untuk bertindak sebagai iritan jaringan. Kedua yaitu bahan

    tersebut bertidak sebagai bahan elastis yang menyebabkan penurunan kekuatan

    transversal resin (Anusavice, 2013, p. 483).

    Berdasarkan kestabilan dimensi, cold-curing resins memiliki shrinkage

    yang lebih rendah dari heat-curing resins.Hal ini menunjukkan akurasi dimensi yang

    lebih tinggi untuk cold-curing resins(Anusavice, 2013, p. 483).

    Cold curing resins memiliki kekuatan yang lebih rendah dibandingkan heat

    curing resins. Hal tersebut dikarenakan, sifat plastis akibat dari monomer residu yang

    belum terjadi polimerisasi (Van Noort, 2007, p. 218)

    Kestabilan warna dari cold curing resins umumnya lebih rendah dibandingkan

    dengan heat curing resins. Sifat ini berkaitan dengan adanya amina tersier dalam cold

    curing resins. Gugus amina tersebut rentan terhadap oksidasi sehingga menyebabkan

    perubahan warna resin yang akan mempengaruhi penampilan resin. Perubahan warna

    resin tersebut dapat diminimalkan dengan cara menambahkan bahan stabilisator yang

    dapat mencegah oksidasi (Anusavice, 2013, p. 483).

    5. KESIMPULAN

    Resin akrilik aktivasi kimia atau cold curing resinsdapat digunakan sebagai basis

    gigi tiruan dan juga bahan reparasi. Resin tipe ini mengalami polimerisasi dengan

    menggunakan aktivasi kimia berupa dimetil-p-toluidin yang berbeda dengan resin

    aktivasi panas yang menggunakan panas sebagai aktivatornya. Pada resin akrilik aktivasi

    kimia sebagai basis gigi tiruan akan dimanipulasi dengan tahapan mixing, packing,

    curing, dan deflasking. Sedangkan pada resin kimia sebagai bahan reparasi dimanipulasi

    dengan menggunakan tekniksalt and pepperdan wet packing.

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Ilmu Material 1 Cold Curing Fix

    16/16

    6. DAFTAR PUSTAKA

    Annusavice,K. J., 2013, Philips Science of Dental Materials 11th

    , Florida : Elsevier

    Saunders.

    McCabe J.F and Walls W.G, 2008, Applied Dental Material 9th

    ed, Blackwell

    Munksgaard, United Kingdom.

    OBrien W.J, 2002,Dental Material and Their Selection 3rd

    ed, Quintessence Publishing

    Co Inc., Michigan.

    Van Noort, R. 2007. Introduction Dental Materials. Edinburgh. Mosby Elsevier Science

    Limited. p. 218.