Simulasi Numeric Cold Storage

29
BAB IV SIMULASI NUMERIK DISTRIBUSI UDARA DALAM COLD STORAGE Simulasi numerik pada penelitian ini digunakan untuk menyimulasikan distribusi temperatur dan kelembaban relatif cold storage (ruang pendingin / gudang beku) yang terjadi. Temperatur dan kelembaban adalah parameter termodinamik yang penting untuk cold storage penyimpanan ikan. Dalam uraian awal pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa temperatur ruang pendingin memegang peranan yang paling utama untuk menjamin agar mutu ikan tetap dalam keadaan baik. Temperatur penyimpanan ikan beku yang baik adalah antara 29 °C sampai 23°C [1] . Kelembaban relatif untuk menjaga keadaan fisik ikan diusahakan agar dapat mencapai 90 % ± 10 % [3] . Dalam penelitian ini akan disimulasikan 2 (dua) konfigurasi sistem distribusi udara untuk cold storage. Model cold storage dibuat dengan menggunakan bantuan program Gambit 2.2.30 sedangkan simulasi numerik menggunakan bantuan progam Fluent 6.1. Program ini merupakan salah satu jenis program CFD (Computational Fluid Dinamic) yang salah satu kegunaannya adalah dapat digunakan untuk menyimulasikan kondisi udara dalam ruangan seperti temperatur, kelembaban relatif, kecepatan dan tekanan. Selain itu juga dapat digunakan untuk mengevaluasi pola perpindahan panas dalam ruangan. Urutan pembuatan model cold storage dengan menggunakan gambit 2.2.30 dapat dilihat pada diagram alir pemodelan cold storage gambar IV.1 dan tahapan simulasi numerik dengan Fluent 6.1 diperlihatkan dengan diagram alir simulasi cold storage gambar IV .2.

description

Simulasi Aliran udara pada cold storage dengan menggunakan CFD

Transcript of Simulasi Numeric Cold Storage

  • BAB IV

    SIMULASI NUMERIK DISTRIBUSI UDARA DALAM COLD STORAGE

    Simulasi numerik pada penelitian ini digunakan untuk menyimulasikan distribusi

    temperatur dan kelembaban relatif cold storage (ruang pendingin / gudang beku)

    yang terjadi. Temperatur dan kelembaban adalah parameter termodinamik yang

    penting untuk cold storage penyimpanan ikan. Dalam uraian awal pada bab

    sebelumnya telah dijelaskan bahwa temperatur ruang pendingin memegang

    peranan yang paling utama untuk menjamin agar mutu ikan tetap dalam keadaan

    baik. Temperatur penyimpanan ikan beku yang baik adalah antara 29 C sampai

    23C[1]. Kelembaban relatif untuk menjaga keadaan fisik ikan diusahakan agar

    dapat mencapai 90 % 10 % [3].

    Dalam penelitian ini akan disimulasikan 2 (dua) konfigurasi sistem distribusi

    udara untuk cold storage. Model cold storage dibuat dengan menggunakan

    bantuan program Gambit 2.2.30 sedangkan simulasi numerik menggunakan

    bantuan progam Fluent 6.1. Program ini merupakan salah satu jenis program CFD

    (Computational Fluid Dinamic) yang salah satu kegunaannya adalah dapat

    digunakan untuk menyimulasikan kondisi udara dalam ruangan seperti

    temperatur, kelembaban relatif, kecepatan dan tekanan. Selain itu juga dapat

    digunakan untuk mengevaluasi pola perpindahan panas dalam ruangan.

    Urutan pembuatan model cold storage dengan menggunakan gambit 2.2.30 dapat

    dilihat pada diagram alir pemodelan cold storage gambar IV.1 dan tahapan

    simulasi numerik dengan Fluent 6.1 diperlihatkan dengan diagram alir simulasi

    cold storage gambar IV .2.

  • 63

    Mulai

    Data geometri ruangan

    Pembuatan geometri model ruangan

    Diskritisasi model

    Pemilihan solver

    Penentuan tipe zona : Tipe batas

    Tipe Kontinum

    Selesai

    Ekspor grid model ke fluent

    Gambar IV .1 Diagram alir pemodelan cold storage pada Gambit

  • 64

    Mulai

    Impor grid model dari gambit

    Spesifikasi model dan pemilihan persamaan dasar proses

    Spesifikasi material, kondisi operasi dan kondisi batas

    Penentuan parameter kontrol solusi

    Selesai

    Gambar IV .2 Diagram alir proses simulasi cold storage pada Fluent

    Inisialisasi proses iterasi

    Proses iterasi

    Cek hasil itetasi

    Tidak

    Baik

    Distribusi temperatur dan kelembaban ruangan

  • 65

    IV.1 Pemodelan cold storage

    Penggambaran cold storage untuk kepentingan pemodelan didasarkan pada data

    data teknik yang didapat dari perusahaan penangkapan ikan di Sulawesi Utara.

    Ukuran cold storage adalah 16,3 m ( panjang ) x 12,50 m ( lebar ) x 5,05 m

    (tinggi).

    Dalam penelitian ini, disimulasikan 2 ( dua ) alternatif sistem distribusi udara

    untuk cold storage. Pada alternatif pertama penempatan difuser dan grille pada

    cold storage diletakkan di atas langit langit cold storage. Difuser yang

    berjumlah 12 buah diletakkan secara simetris di tengah tengah langit langit

    cold storage, sedangkan grille yang berjumlah 6 buah diletakkan di pinggiran kiri

    dan kanan difuser. Pada alternatif kedua hanya difuser yang diletakkan di atas

    langit langit cold storage sedangkan penempatan grille diletakkan di bagian

    bawah di sisi kiri dan kanan dinding cold storage. Gambar model cold storage

    untuk dua alternatif tersebut secara lengkap dapat dilihat pada gambar IV.3 dan

    gambar IV.4

    Gambar IV.3 Model cold storage alternatif pertama

  • 66

    Gambar IV.4 Model cold storage alternatif kedua

    IV.2 Analisis Psikrometrik

    Sebelum dilakukan simulasi, dilakukan dahulu analisis psikrometrik. Analisis

    psikrometrik dilakukan untuk mengetahui tingkat keadaan pasokan udara ke

    dalam ruangan. Analisis psikrometrik pada bagian ini dilakukan pada cold

    storage.

    Data data untuk analisis psikrometrik :

    - Kondisi perancangan pasokan udara

    Te = - 30 C dan RH = 90 %

    - Kondisi perancangan udara dalam ruangan yang diinginkan

    T = - 25 C dan RH = 90 %

    - Kapasitas aliran udara

    Vud = 8400 cfm

    Selanjutnya dari data data tersebut dimasukan dalam diagram psikrometrik dan

    didapat hasil seperti yang terlihat pada gambar IV.5

  • 67

    Gambar IV.5 Diagram psikrometrik tingkat keadaan udara dalam cold storage

    Dalam diagram psikrometrik terlihat bahwa temperatur pasokan udara yang

    berasal dari saluran udara ( duct ) adalah -30 C dan RH = 90 % , ketika

    memasuki cold storage dengan kondisi temperatur di dalam ruangan dirancang

    sebesar - 25 C dan RH = 90 % terjadi proses pemanasan udara suplay di dalam

    cold storage hal ini karena terjadi karena adanya perbedaan temperatur. Bila cold

    storage yang kosong diasumsikan tidak ada sumber uap air lain di dalam cold

    storage maka ketika terjadi kenaikan temperatur di dalam cold storage maka akan

    terjadi penurunan kelembaban relatif, RH dan dalam analisa ini terlihat dalam

    diagram psikrometrik bahwa terjadi penurunan kelembaban relatif menjadi sekitar

    55 %. (Analisa psikrometik ini dilakukan dengan menggunakan bantuan software

    HCB dan CATT2)

    Proses penguapan terjadi terutama disebabkan oleh adanya perbedaan konsentrasi

    uap air antara benda (produk ikan) dengan udara di dalam ruangan. Makin besar

    perbedaan konsentrasi uap air maka proses penguapan yang terjadi akan semakin

    besar. Dalam cold storage, pada awalnya diberikan suplay udara dengan

    temperatur - 30 C dan persentase kelembaban relatif sebesar 90 % , ketika

    dimasukkan ke dalam ruangan maka terjadi pemanasan yang antara lain berasal

    dari dinding dinding cold storage sehingga apabila tidak ada sumber uap air lain

  • 68

    di dalam cold storage maka terjadi penurunan persentase kelembaban relatif

    menjadi sekitar 55 %. Ketika produk ikan dimasukkan ke dalam cold storage

    maka akan terjadi proses penguapan karena adanya perbedaan konsentrasi uap air

    antara cold storage dengan produk ikan sebab produk ikan biasanya mengandung

    uap air yang tinggi, bahkan untuk mempertahankan kandungan airnya, produk

    ikan biasanya di glazing . Glazing adalah pemberian lapisan es pada permukaan

    ikan, lapisan es tersebut berupa es balok yang dihancurkan sedemikian rupa

    sehingga menjadi kristal kristal es lalu disebarkan secara merata di atas produk

    ikan. Selanjutnya proses penguapan ini menyebabkan kandungan air dari produk

    ikan akan menguap sehingga akan menyebabkan kenaikan kelembaban relatif di

    dalam cold storage sampai terjadinya keseimbangan. Kelembaban relatif yang

    diinginkan dalam cold storage adalah sekitar 90 % ( 10% ) .

    Selanjutnya untuk simulasi cold storage dilakukan 2 (dua) tahap pelaksanaan,

    yang pertama untuk cold storage dalam keadaan kosong dan yang kedua untuk

    cold storage dalam keadaan telah terisi ikan ( dengan cara injeksi uap air ).

    VI.3 Data Simulasi

    Data data yang dibutuhkan dalam simulasi berasal dari perhitungan ruang

    pendingin kemudian dari data data tersebut diperoleh laju aliran massa udara,

    tingkat keadaan udara , tekanan udara pada outlet dan data data lainnya. Data

    data selengkapnya untuk masukan simulasi adalah sebagai berikut :

    - Data kondisi batas

    Tipe Nilai

    Difuser mass flow inlet temp - 30 C, fraksi massa uap air 0,000213

    laju aliran massa 0,405 kg/s

    Grille sirkulasi pressure outlet temp - 25 C, fraksi massa uap air 0,000355

    tekanan 0 Pa Dinding depan wall fluks panas 19,17 w/m2 Dinding belakang wall fluks panas 19,17 w/m2 Dinding kiri wall fluks panas 19,17 w/m2 Dinding kanan wall fluks panas 19,17 w/m2 Atap wall fluks panas 9,59 w/m2 Lantai wall fluks panas 4,62 w/m2

  • 69

    - Data model

    Solver segregated Energi enable Viscous k - standard Species species transport non reacting (2 species) Time steady

    - Data material

    Udara campuran udara - uap air Massa jenis 1,225 kg/m3 volume- weighted Cp 1006,43 J/kg-k mixing - law konduktivitas termal 0,0242 w/m-k mass-weighted viscositas 1,78 x 10-5 kg/m-s mass-weighted difusivitas massa kinetic theory Uap air Massa jenis 0,5542 kg/m3 volume- weighted Cp 2014 J/kg-k mixing - law konduktivitas termal 0,261 w/m-k mass-weighted viskositas 1,34 x 10-5 kg/m-s mass-weighted difusivitas massa kinetic theory

    - Data kondisi operasi

    Tekanan operasi 101,325 kPa Lokasi 1080 dpl Percepatan gravitasi 9,81 m/s2

    VI.4 Simulasi Model Cold Storage Alternatif Pertama

    Dalam simulasi ini kondisi udara yang menjadi parameter simulasi adalah

    temperatur dan kelembaban udara. Sesuai dengan kriteria perancangan yang telah

    dijelaskan maka kondisi udara yang diinginkan adalah :

    - Temperatur udara cold storage adalah 29 C sampai 23 C

    - Kelembaban udara relatif cold storage adalah 55 % dengan toleransi 10 %

    ( kelembaban relatif untuk cold storage dalam keadaan kosong )

    Untuk membuat simulasi ini, model cold storage tersebut harus dibuat diskritisasi

    model. Model cold storage alternatif pertama yang telah didiskritisasi dalam

    bentuk sel sel heksahedral dengan interval size 20 cm mendapatkan jumlah sel

  • 70

    sebanyak 129150 sel. Hasil dari model cold storage dapat dilihat pada gambar

    IV.6.

    Ket :

    = difuser = grille

    Gambar IV.6 Diskritisasi model cold storage alternatif pertama

    Hasil simulasi ditampilkan secara visual dalam beberapa gambar kontur

    temperatur ( kontur temperatur diperlihatkan pada ketinggian 1 m dan 3 m untuk

    mendapatkan gambaran temperatur pada bagian bawah dan tengah dari cold

    storage sebagai contoh visual untuk memperlihatkan keseragaman temperatur

    terhadap ketinggian ) dan kontur kelembaban relatif serta grafik kontur distribusi

    temperatur berdasarkan ketinggian cold storage.

    VI.5 Hasil Simulasi Model Cold Storage Alternatif Pertama

    Simulasi dengan menggunakan fluent ( pada penelitian ini digunakan fluent 6.1)

    pada prinsipnya adalah untuk menyelesaikan persamaan diferensial neraca massa

    dan energi. Pada prakteknya simulasi ataupun proses perhitungan dikatakan telah

    selesai apabila hasil perhitungan telah konvergen. Suatu proses perhitungan atau

    iterasi dikatakan telah selesai apabila residu seluruh besaran dalam persamaan

    telah mencapai kriteria kekonvergenannya masing masing. Kriteria

  • 71

    kekonvergenan menurut fluent pada umumnya adalah 10-3 untuk kontinuitas serta

    besaran lainnya seperti kecepatan, k, epsilon serta 10-6 untuk energi.

    Dalam pelaksanaan simulasi, meskipun proses iterasi telah selesai namun terjadi

    ketidakseimbangan pada neraca massa dan energi yang besar, maka solusinya

    adalah menurunkan derajat kekonvergenan dari satu atau keseluruhan komponen

    perhitungan, setelah itu iterasi dilakukan kembali hingga mendapatkan nilai

    ketidakseseimbangan neraca massa dan energi yang kecil. Umumnya kriteria

    ketidakseimbangan neraca massa dan energi yang lebih kecil dari 1 % dapat

    diterima. Hasil neraca massa dan energi dapat dilihat pada tabel IV.1.

    Tabel IV.1 Neraca massa dan energi hasil simulasi untuk

    model cold storage alternatif pertama

    Sisi masuk Sisi keluar Ketidak seimbangan

    Massa [ kg/s ] 4,86 4,860056 0,000056

    Energi [ W ] 269411,5 269450,9 39,4

    Dengan membandingkan ketidakseimbangan yang terjadi pada nilai massa dan

    energi pada sisi masuk dan sisi keluar, maka diperoleh ketidakseimbangan nilai

    massa dan energi sebagai berikut:

    Ketidakseimbangan massa : 0,0012 % Ketidakseimbangan energi : 0,0146 %

    Selanjutnya hasil simulasi berupa gambar visual untuk kontur temperatur dan

    kelembaban relatif dapat dilihat pada gambar gambar berikut ini :

  • 72

    Gambar IV.7 Kontur temperatur pada permukaan cold storage alternatif pertama

    Gambar IV.8 Kontur temperatur pada ketinggian 1 m ( C )

  • 73

    Gambar IV.9 Kontur temperatur pada ketinggian 3 m ( C )

    Gambar IV.10 Kontur kelembaban relatif pada ketinggian 1 m ( C )

  • 74

    Gambar IV.11 Kontur kelembaban relatif pada ketinggian 3 m ( C )

    Gambar IV.12 Distribusi temperatur terhadap ketinggian cold storage ( C )

    VI.6 Analisa Hasil Simulasi Model Cold Storage Alternatif Pertama

    Hasil simulasi yang ditunjukkan pada gambar IV.7 sampai gambar IV.9

    merupakan gambaran visual dari kontur temperatur cold storage. Pada gambar

    IV.7 ditunjukkan gambaran visual untuk permukaan pada keseluruhan cold

  • 75

    storage dimana batas temperatur terendah dan tertinggi adalah 30 C dan 0,48

    C. Temperatur terendah terjadi pada keluaran difuser yang merupakan tempat

    pemasukan awal udara ke dalam ruangan dan temperatur tertinggi terjadi di

    bagian bagian ujung langit langit cold storage. Selanjutnya pada gambar IV.8

    dan gambar IV.9 menunjukkan gambaran visual untuk kontur temperatur pada

    ketinggian 1 (satu) meter dan 3 (tiga) meter yang mewakili gambaran visual untuk

    distribusi temperatur terhadap ketinggian dan selanjutnya untuk distribusi

    temperatur secara lengkap diberikan pada gambar IV.12.

    Dalam gambar gambar visual dan grafik, terlihat bahwa kontur temperatur

    sudah memenuhi ketentuan ( dengan batas temperatur di dalam cold storage

    adalah -30 C sampai -24 C ) dimana keseragaman temperatur sudah tercapai,

    hal ini ditandai dengan dominasi warna biru yang menyebar secara seragam pada

    gambar kontur temperatur yang ditampilkan. Temperatur rata rata dalam

    ruangan sekitar 28 C ( batas temperatur yang diinginkan untuk produk ikan

    beku adalah antara 29 C sampai 23 C ) sedangkan daerah yang berbatasan

    dengan dinding memperlihatkan temperatur sekitar 23 C ( terlihat seperti garis

    di pinggiran cold storage yang berwarna biru muda ), perbedaan temperatur ini

    hal ini disebabkan karena pengaruh temperatur dari luar ruangan.

    Gambaran visual untuk kelembaban relatif diberikan pada gambar IV.10 dan

    gambar IV.11 yang secara berurutan adalah mewakili ketinggian 1 (satu) meter

    dan 3 (tiga) meter, tampilan tersebut disesuaikan dengan tampilan gambaran

    visual temperatur. Batas kelembaban terendah dan tertinggi secara berurutan

    adalah sekitar 52 % dan 62 %. Kelembaban relatif tertinggi terjadi di bagian

    tengah ruangan sedangkan kelembaban relatif terendah terjadi pada bagian sudut

    sudut ruangan.

    Kelembaban relatif yang ditampilkan sebenarnya telah memenuhi kriteria

    kelembaban yang diinginkan (kelembaban relatif yang ditunjukkan

    memperlihatkan kelembaban relatif rata rata adalah sekitar 60 % ), namun pada

    gambaran visual kelembaban relatif tersebut memperlihatkan bahwa kelembaban

  • 76

    relatif tertinggi cenderung untuk berkumpul di tengah ruangan dan tidak

    terdistribusi secara seragam (terlihat dari warna jingga yang menunjukkan

    kelembaban relatif tertinggi mengumpul di tengah ruangan ).

    VI.7 Simulasi Model Cold Storage Alternatif Kedua

    Serupa dengan model cold storage alternatif pertama, untuk membuat simulasi

    ini, model cold storage tersebut harus dibuat diskritisasi model. Model cold

    storage alternatif kedua yang telah didiskritisasi dalam bentuk sel sel

    heksahedral dengan interval size 20 cm mendapatkan jumlah sel sebanyak 129150

    sel. Hasil dari model cold storage dapat dilihat pada gambar IV.13.

    Data data yang dipakai adalah sama dengan data data yang digunakan pada

    model cold storage alternatif pertama.

    Ket :

    = difuser = grille

    Gambar IV.13 Diskritisasi model cold storage alternatif kedua

    VI.8 Hasil Simulasi Model Cold Storage Alternatif Kedua

    Pada model cold storage alternatif kedua akan diperlihatkan neraca massa dan

    energi yang dihasilkan serta gambaran visual dan grafis yang didapatkan. Neraca

    massa dan energi hasil simulasi dapat dilihat pada tabel IV.2

  • 77

    Tabel IV.2 Neraca massa dan energi hasil simulasi untuk

    model cold storage alternatif kedua

    Sisi masuk Sisi keluar Ketidak seimbangan

    Massa [ kg/s ] 4,86 4,860053 0,000053

    Energi [ W ] 269458,2 269497,3 39,1

    Dengan membandingkan ketidakseimbangan yang terjadi pada nilai massa dan

    energi pada sisi masuk dan sisi keluar, maka diperoleh ketidakseimbangan nilai

    massa dan energi sebagai berikut:

    Ketidakseimbangan massa : 0,0011 % Ketidakseimbangan energi : 0,0145 % Selanjutnya hasil simulasi berupa gambar visual untuk kontur temperatur dan

    kelembaban relatif dari model cold storage alternatif kedua dapat dilihat pada

    gambar gambar berikut ini :

    Gambar IV.14 Kontur temperatur pada permukaan cold storage alternatif kedua

  • 78

    Gambar IV.15 Kontur temperatur pada ketinggian 1 m ( C )

    Gambar IV.16 Kontur temperatur pada ketinggian 3 m ( C )

  • 79

    Gambar IV.17 Kontur kelembaban relatif pada ketinggian 1 m ( C )

    Gambar IV.18 Kontur kelembaban relatif pada ketinggian 3 m ( C )

  • 80

    Gambar IV.19 Distribusi temperatur terhadap ketinggian cold storage ( C )

    VI.9 Analisa Hasil Simulasi Model Cold Storage Alternatif Kedua

    Hasil simulasi untuk cold storage altenatif kedua ini ditunjukkan pada gambar

    4.14 sampai gambar 4.16 untuk gambaran visual kontur temperatur cold storage

    serta gambar 4.19 untuk distribusi temperatur terhadap ketinggian cold storage.

    Seperti pada model sebelumnya, pada gambar 4.14 mempelihatkan gambaran

    visual untuk permukaan pada keseluruhan cold storage dimana batas temperatur

    tertinggi dan terendah adalah 30 C dan 4,35 C, dengan temperatur terendah

    terjadi pada keluaran difuser dan temperatur tertinggi terjadi di bagian bagian

    sisi atas langit - langit cold storage ( diperlihatkan dengan bagian warna merah ),

    kondisi temperatur tertinggi tersebut tidak mempengaruhi terlalu mempengaruhi

    kondisi keseluruhan cold storage karena hanyalah merupakan bagian yang kecil

    dari keseluruhan cold storage.

    Pada model ini, gambar gambar visual dan grafik ( pada gambar IV.15 dan

    gambar IV.16 untuk kontur temperatur pada ketinggian 1 (satu) meter dan 3 (tiga)

    meter ) terlihat bahwa kontur temperatur sudah memenuhi ketentuan ( dengan

    batas temperatur di dalam cold storage adalah -30 C sampai -23 C ) dimana

    keseragaman temperatur sudah tercapai, hal ini ditandai dengan dominasi warna

    biru pada gambar kontur temperatur yang ditampilkan, dengan temperatur rata

  • 81

    rata dalam ruangan sekitar 28 C sedangkan daerah yang berbatasan dengan

    dinding memperlihatkan temperatur sekitar 23 C, terjadi sedikit perbedaan pada

    garis distribusi temperatur dengan model sebelumnya yaitu grafik IV.19 mengenai

    distribusi temperatur terhadap ketinggian cold storage yaitu tidak semua garis

    distribusi temperatur teratur secara vertikal karena garis distribusi temperatur

    grille nya adalah secara horisontal, hal ini menyebabkan garis distribusi

    temperatur terlihat agak menumpuk.

    Kelembaban relatif yang ditampilkan gambar 4.17 dan 4.18 memperlihatkan nilai

    tertinggi dan terendah secara berturut turut adalah sekitar 50 % dan 62 %

    dengan kelembaban relatif rata rata adalah sekitar 58 %.

    VI.10 Analisa Perbandingan Hasil Simulasi Kedua Model Cold Storage

    Dari kedua model cold storage yang disimulasikan dapat dibuat tabel

    perbandingan hasil simulasi sebagai berikut :

    Tabel IV.3 Perbandingan hasil simulasi terhadap temperatur

    Model

    Cold

    storage

    Batas

    Temperatur

    di permukaan cold storage, (C)

    Batas Temperatur

    di dalam

    Cold storage, (C)

    Temperatur

    Rata rata

    (C)

    Distribusi

    Temperatur

    Alternatif 1 30 s/d 0,48 -30 s/d -24 - 28 seragam

    Alternatif 2 30 s/d 4,35 -30 s/d -23 - 28 seragam

    Tabel IV.4 Perbandingan hasil simulasi terhadap kelembaban relatif

    Model

    Cold

    storage

    Batas RH di

    dalam cold storage

    (%)

    RH

    Rata - rata

    (%)

    Distribusi

    RH

    Alternatif 1 52 s/d 62 60 Mengumpul di tengah

    Alternatif 2 50 s/d 62 58 Relatif seragam

    Perbandingan hasil simulasi kedua model cold storage terhadap temperatur yang

    diperlihatkan pada tabel IV.4 terlihat bahwa kedua model tersebut menghasilkan

  • 82

    ditribusi temperatur yang seragam. Perbedaan yang cukup besar hanya terjadi

    pada temperatur pada permukaan cold storage, namun hal ini tidak memberikan

    pengaruh yang besar untuk temperatur di dalam cold storage lagipula temperatur

    di dalam cold storage masih dalam batas yang diijinkan sehingga untuk

    perbandingan hasil temperatur tidak memberikan perbedaan yang signifikan.

    Perbandingan hasil simulasi kedua model cold storage terhadap kelembaban

    relatif yang diperlihatkan pada tabel IV.5 terlihat bahwa perbedaan kelembaban

    relatif di dalam cold storage tidak terlalu besar, begitu pula untuk kelembaban

    relatif rata rata hanya berbeda sekitar 2 %. Namun perbedaan yang terbesar

    terlihat dari distribusi kelembaban relatif dimana distribusi RH untuk alternatif

    pertama adalah mengumpul di tengah dengan nilai RH sebesar 62 % sedangkan

    untuk distribusi kelembaban relatif untuk alternatif kedua adalah relatif

    terdistribusi secara seragam dengan nilai sebesar 60 %.

    Dari hasil perbandingan kedua model cold storage tersebut maka dipilih model

    cold storage alternatif kedua karena baik temperatur dan kelembaban relatifnya

    terdistribusi secara seragam di dalam cold storage.

    VI.11 Perbandingan Hasil Simulasi dengan berbagai jenis model aliran

    Model cold storage yang dipilih adalah model cold storage alternatif kedua.

    Seperti dengan model cold storage alternatif pertama, model cold storage

    alternatif kedua juga telah disimulasikan dengan model aliran k - standard.

    Dalam pelaksanaan simulasi digunakan ditentukan dulu model aliran yang

    digunakan. Untuk model aliran turbulen ada beberapa jenis aliran yang digunakan,

    dalam simulasi ini digunakan model aliran k - standard , dimana dalam

    penjelasan fluent dikatakan bahwa jenis inilah yang paling sering digunakan untuk

    simulasi aliran fluida dan perpindahan panas. Namun untuk memberikan

    informasi pendukung yang lebih baik, ditampilkan juga perbandingan hasil

    simulasi secara umum antara model cold storage alternatif kedua yang

    menggunakan model aliran k - standard dengan model aliran lainnya.

  • 83

    Hasil perbandingan simulasi untuk berbagai model aliran ditampilkan pada tabel

    IV.5.

    Tabel IV.5 Perbandingan hasil simulasi berbagai jenis aliran

    Model aliran

    Jumlah iterasi

    Batas temperatur

    Batas kelembaban

    relatif

    Temperatur rata- rata

    KelembabanRelatif

    Rata - rata ( C ) (%) ( C ) (%)

    k - standard 1397 -30 s/d 4,35 36,21 s/d 67,13 - 28 58 k - RNG 1371 -30 s/d 3,11 36,69 s/d 67,09 -28,5 57,5 Spalart - allmaras 356 -30 s/d 50,14 34,19 s/d 67,08 -26 50 k - standard 251 -30 s/d 5,46 35,82 s/d 67,34 -27,5 52,5 k - SST 360 -30 s/d 1,55 38,35 s/d 67,12 -28 55

    Perbandingan hasil simulasi pada tabel 4.5 diperlihatkan bahwa model aliran

    turbulen jenis spalart allmaras mendapatkan nilai batas yang berbeda jauh dari ke

    empat model aliran yang digunakan terutama untuk batas temperaturnya, hal ini

    disebabkan model aliran spalart allmaras adalah model yang hanya digunakan

    untuk penentuan perhitungan secara kasar ( karena persamaan yang digunakan

    hanya 1 (satu) persamaan ).

    Nilai dari empat model aliran lainnya relatif sama, namun yang paling mendekati

    nilai dari model yang digunakan adalah model aliran k - RNG , hal ini disebakan

    model tersebut adalah pengembangan dari model k standard yang digunakan

    tapi model ini lebih akurat untuk aliran yang terhalang secara tiba tiba. Dari

    hasil perbandingan ini dapat disimpulkan bahwa model k standard dapat

    memberikan hasil yang baik untuk proses simulasi pada penelitian ini.

    IV.12 Simulasi Model Cold Storage Alternatif Kedua dengan injeksi uap air

    Simulasi model cold storage alternatif kedua dengan injeksi uap air dibuat untuk

    memperlihatkan pengaruh penguapan dari produk ikan yang telah dimasukkan

    dalam cold storage tersebut terutama terhadap kelembaban relatif cold storage.

    Injeksi uap air di sini dianggap sebagai penguapan yang berasal dari produk ikan.

    Dalam simulasi uap air yang dimasukkan dari bagian lantai karena produk ikan

  • 84

    diletakkan di atas lantai cold storage.

    Pada awal simulasi model cold storage diasumsikan tidak ada sumber uap air lain

    di dalam cold storage ( cold storage dalam keadaan kosong ) sehingga ketika

    terjadi kenaikan temperatur di dalam cold storage maka akan terjadi penurunan

    kelembaban relatif. Dengan adanya produk ikan yang dimasukkan ke dalam cold

    storage maka akan terjadi penguapan yang berasal dari produk ikan disebabkan

    karena perbedaan temperatur dan kandungan uap air dari produk ikan dengan

    udara di dalam cold storage.

    Pada diagram psikrometrik terdahulu terlihat bahwa kelembaban relatif yang

    terjadi adalah 55 % karena dianggap tidak adanya sumber uap air lain di dalam

    cold storage. Ketika dimasukkan produk ikan akan terjadi penguapan terutama

    disebabkan oleh perbedaan kandungan uap air dimana produk ikan membawa

    kandungan uap air yang lebih besar daripada kandungan uap air yang berada

    dalam cold storage . Untuk mendapatkan kelembaban relatif yang diinginkan

    (90% 10%) maka injeksi uap air yang dimasukkan merupakan selisih dari fraksi

    massa uap air yang dibutuhkan pada temperatur -25 C (sebesar 0,000355 kg

    uap air / kg udara ) dengan fraksi massa uap air yang telah ada ada di dalam cold

    storage (sebesar 0,000213 kg uap air / kg udara ) yaitu sebesar 0,000142 kg uap

    air / kg udara. Sehingga total fraksi massa uap air yang diinjeksikan adalah :

    Wti = Wu + Wi

    = (0,000355 + 0,000142) kg uap air / kg udara

    = 0,000497 kg uap air / kg udara

    dimana

    Wti = Total fraksi massa injeksi uap air [kg uap air / kg udara]

    Wu = Fraksi massa uap air [kg uap air / kg udara]

    Wi = Fraksi massa uap injeksi uap air [kg uap air / kg udara]

  • 85

    Gambar IV.20 Model Cold storage alternatif kedua dengan injeksi uap air

    Gambar VI.21 Diskritisasi model cold storage alternatif kedua dengan injeksi uap

    air

    Model cold storage alternatif kedua dengan injeksi uap air yang telah

    didiskritisasi dalam bentuk sel sel heksahedral dengan interval size 20 cm

    mendapatkan jumlah sel sebanyak 129150 sel. Injeksi uap air dilakukan melalui

    bagian lantai. Model cold storage ini dapat dilihat pada gambar IV.21.

  • 86

    Data data yang dipakai adalah sama dengan data data yang digunakan pada

    model cold storage alternatif kedua ditambah dengan total fraksi massa injeksi

    uap air sebesar 0,000497 kg uap air / kg udara.

    Hasil simulasi diperlihatkan melalui perbandingan neraca massa dan energi yang

    dihasilkan serta gambaran visual mengenai kontur temperatur dan kelembaban

    relatif. Neraca massa dan energi hasil simulasi dapat dilihat pada tabel IV.6.

    Tabel IV.6 Neraca massa dan energi hasil simulasi untuk model cold storage

    alternatif kedua dengan injeksi uap air

    Sisi masuk Sisi keluar Ketidak seimbangan

    Massa [ kg/s ] 5,264985 5,263875 0,00111

    Energi [ W ] 280426,4 280394 32,40208

    Dengan membandingkan ketidakseimbangan yang terjadi pada nilai massa dan

    energi pada sisi masuk dan sisi keluar, maka diperoleh ketidakseimbangan nilai

    massa dan energi sebagai berikut:

    Ketidakseimbangan massa : 0,0211 % Ketidakseimbangan energi : 0,0116 %

    Umumnya kriteria ketidakseimbangan neraca massa dan energi yang lebih kecil

    dari 1 (satu) % dapat diterima sehingga hasil ketidakseimbangan untuk simulasi

    ini dapat diterima.

    Selanjutnya hasil simulasi diberikan dalam bentuk gambar visual untuk kontur

    temperatur dan kelembaban relatif dari model cold storage alternatif kedua

    dengan injeksi uap air dapat dilihat pada gambar gambar berikut ini :

  • 87

    Gambar IV.22 Kontur temperatur pada permukaan cold storage

    Gambar IV.23 Kontur temperatur pada ketinggian 1 m ( C )

  • 88

    Gambar IV.24 Kontur temperatur pada ketinggian 3 m ( C )

    Gambar IV.25 Kontur kelembaban relatif pada ketinggian 1 m ( C )

  • 89

    Gambar IV.26 Kontur kelembaban relatif pada ketinggian 3 m ( C )

    Hasil simulasi yang ditunjukkan pada gambar IV.22 sampai gambar IV.24

    merupakan gambaran visual dari kontur temperatur cold storage. Pada gambar

    IV.22 ditunjukkan gambaran visual untuk permukaan pada keseluruhan cold

    storage dimana batas temperatur terendah adalah 30 C dan tertinggi adalah

    2,45 C. Temperatur terendah terjadi pada keluaran difuser yang merupakan

    tempat pemasukan awal udara ke dalam ruangan dan temperatur tertinggi terjadi

    di bagian bagian ujung langit langit cold storage . Sedangkan gambar IV.23

    dan gambar IV.24 menunjukkan gambaran visual untuk kontur temperatur pada

    ketinggian 1 (satu) meter dan 3 (tiga) meter dari lantai yang mewakili gambaran

    visual untuk distribusi temperatur terhadap ketinggian.

    Serupa dengan simulasi sebelumnya kontur temperatur sudah memenuhi

    ketentuan ( dengan batas temperatur di dalam cold storage adalah -30 C sampai

    -24 C ) dimana keseragaman temperatur sudah tercapai. Temperatur rata rata

    dalam ruangan sekitar 28 C. Dari hasil ini tidak terjadi perbedaan temperatur

    antara simulasi cold storage alternatif kedua dan simulasi cold storage alternatif

    kedua dengan injeksi uap air.

  • 90

    Perbedaan yang signifikan terjadi pada kelembaban relatif di dalam cold storage.

    Gambaran visual untuk kelembaban relatif diberikan pada gambar 4.25 dan

    gambar 4.26 yang secara berurutan adalah mewakili ketinggian 1 (satu) meter dan

    3 (tiga) meter dari lantai. Pada simulasi sebelumnya untuk cold storage alternatif

    kedua terlihat bahwa kelembaban relatif bervariasi sekitar 50 % sampai 62 %

    sedangkan untuk cold storage alternatif kedua dengan injeksi uap air, kelembaban

    relatif di dalam cold storage bervariasi sekitar 77 % sampai 90 %. Kelembaban

    relatif yang tertinggi terdapat pada masukan injeksi uap air yaitu sekitar 98 %

    (nilai ini hanya terdapat pada masukan injeksi uap air sehingga tidak dimasukan

    sebagai batas variasi kelembaban relatif) sedangkan kelembaban relatif yang

    paling rendah terletak di tengah cold storage yaitu sekitar 77 %. Perbedaan

    kelembaban relatif ini terjadi karena adanya penambahan uap air yang berasal dari

    produk ikan. Kelembaban relatif rata rata untuk ketinggian 1 (satu) meter adalah

    sekitar 83 % sedangkan kelembaban relatif untuk ketinggian 3 (tiga) meter adalah

    sekitar 80 %. Kelembaban relatif ini telah memenuhi kriteria untuk kelembaban

    cold storage yang diinginkan yaitu 90 % 10%.

    VI.13 Validasi

    Bentuk dan ukuran cold storage yang digunakan berdasarkan data cold storage

    yang diambil di lapangan yaitu data cold storage di Sulawesi Utara. Pengukuran

    temperatur dilakukan dengan menempatkan termometer di atas pintu cold storage

    yang dianggap merupakan jarak terjauh dari mesin pendinginnya ( dianggap

    merupakan tempat yang paling tidak dingin ). Dari pengukuran termometer

    tersebut diperoleh data temperatur yang sesuai keinginan yaitu sekitar 25 C.

    |ijHpV,wQz%,$C