Common Cold
Click here to load reader
-
Upload
zuliaindri -
Category
Documents
-
view
231 -
download
0
Transcript of Common Cold
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Common Cold adalah suatu infeksi virus pada selaput hidung,
sinus dan saluran udara yang besar yang sering dijumpai pada bayi
dan anak. Dibedakan istilah nasofaringitis akut untuk anak dan
common cold untuk orang dewasa oleh karena manifestasi klinis
penyakit ini pada orang dewasa dan anak berlainan . Pada anak
infeksi lebih luas, mencakup daerah sinus paranasal, telinga tengah di
samping nasofaring, disertai demam yang tinggi. Pada orang dewasa
infeksi mencakup daerah terbatas dan biasanya tidak disertai demam
yang tinggi. 1,2
1.2 Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah virus, berbagai virus yang berbeda
menyebabkan terjadinya common cold: 2
Picornavirus (contohnya rhinovirus)
Virus influenza
2
Virus sinsisial pernafasan.
Ketiganya mudah ditularkan melalui ludah yang dibatukkan atau
dibersinkan oleh penderita.
Masa menular penyakit ini beberapa jam sebelum gejala
timbul sampai 1 – 2 hari sesudah hilangnya gejala. Komplikasi timbul
akibat invasi bakteri patogen biasanya Pneumococcus, Streptococcus
dan pada anak kecil H. Influenzae dan Staphylococcus. Masa tunas 1
– 2 hari. Virus Rinovirus menimbulkan sekitar sepertiga dari semua
kasus common cold. Rinovirus adalah famili Pikornaviridae 1,3
1.3 Patogenesis
Transmisi virus common cold lewat partikel udara dan lokasinya
ditraktus respiratorius. Penularannya bergantung pada ukuran partikel
( droplet ) yang membawa virus tersebut masuk kedalam saluran nafas.
Pada dosis infeksius 10 virus / droplet, 50% orang –orang yang terserang
dosis ini akan menderita common cold. Entry point utama untuk virus
biasanya hidung, tetapi juga dapat melalui mata (dalam hal ini drainase
ke nasofaring akan terjadi melalui saluran nasolacrimal)., kemudian
berpindah ke bagian belakang hidung dan daerah adenoid. Virus
kemudian menempel pada reseptor, ICAM-1, yang terletak di
permukaan sel-sel dari selaput nasofaring. Setelah berikatan dengan
reseptor, virus dibawa ke dalam sel dalam beberapa jam sudah
mengalami replikasi. Partikel – partikel virus baru ini kemudian akan
3
menggabungkan diri dekat permukaan sel, dan langsung dapat
meninggalkan sel untuk pindah ke sel lain. 2,3,4
1.4 Gejala klinis
Gejala mulai timbul dalam waktu 1-3 hari setelah terinfeksi.
Biasanya gejala awal berupa rasa tidak enak di hidung atau tenggorokan.
Kemudian penderita mulai bersin-bersin, hidung mengeluarkan cairan
tang encer dan jernih. Biasanya tidak timbul demam, tetapi demam yang
ringan bisa muncul pada saat terjadinya gejala. Hidung mengeluarkan
cairan yang encer dan jernih dan pada hari-hari pertama jumlahnya
sangat banyak sehingga mengganggu penderita. Selanjutnya sekret
hidung menjadi lebih kental, berwarna kuning-hijau dan jumlahnya tidak
terlalu banyak. Gejala biasanya akan menghilang dalam waktu 4-10 hari,
meskipun batuk dengan atau tanpa dahak seringkali berlangsung sampai
minggu kedua. 2
1.5 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinisnya dan
pemeriksaan fisik pada penderita common cold biasanya terbatas pada
hiperemia dan edem mukosa hidung serta mukosa faring. Namun
pemeriksaan fisik harus lebih teliti untuk mencari kemungkinan penyakit
lain yang lebih serius daripada common cold sederhana. 2,3,5
4
1.6 Diagnosa banding
Pertama kali harus diingat bahwa nasofaringitis timbul pada
keadaan dini dari banyak infeksi menular pada anak. Rinitis alergika
tidak disertai demam, sekret hidung biasanya tidak menjadi purulen,
bersin terus – menerus dan rasa gatal dihidung dan mata. Sekret hidung
yang purulo – sanguinous dengan gangguan pernafasan pada hidung
perlu dipikirkan difteria nasal, benda asing atau ulkus dalam hidung.
Rinitis khas dengan sekret mukosa purulen kadang – kadang berdarah
pada minggu pertama masa neonatus perlu dipikirkan sifilis kongenita. 1
1.7 Pengobatan
Hanya simptomatik, yaitu diberikan antipiretik untuk
menurunkan panas, ekspektoran untuk mengatasi batuk, dan sedativum
untuk menenangkan. Cara terbaik penyaluran sekret pada bayi ialah
dengan mengusahan posisi bayi dalam “ prone position “. Pada anak
yang lebih besar dapat diberikan tetes hidung larutan efedrin 1 %. Bila
ada infeksi sekunder hendaknya diberi antibiotika. Batuk yang produktif
( Pada bronkitis dan trakeitis ) merupakan kontra indikasi pemberian
antitusif karena terjadi depresi pusat batuk dan pusat muntah, mudah
terjadi penumpukan secret sehingga dapat terjadi bronkopneumonia. 1
5
BAB II
SIMULASI KASUS
2.1 Kasus
Ny. Marni, umur 25 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat
Jl. Kayumanis no.12 Banjarmasin, datang ke klinik jam 11.00 pagi
dengan keluhan pilek. Sejak 2 hari yang lalu, badan panas dingin, lalu
diikuti dengan bersin – bersin dan keluar cairan bening dari hidung. Tadi
malam diikuti dengan batuk, tapi tidak berdahak. Sudah makan
Vitacimin 3 biji, tapi keluhan tetap ada.
Pemeriksaan fisik :
TD : 110 / 70 mmHg
Nadi : 88 kali/ menit
Suhu : 38oC
Respirasi : 20 kali / menit
Mata : Konjungtiva agak hiperemi, gatal ( - ), tidak ada keluar
cairan
Hidung : Edem concha, ada secret serosa, bening.
Faring : tidak hiperemi
Thorak, abdomen, ekstremitas : tak ada kelainan
Diagnosa : Common cold
6
2.2 Tujuan Pengobatan
Pengobatan simptomatik untuk menghilangkan atau mengurangi
gejala akibat penyakit common cold.
2.3. Daftar Kelompok Obat Common Cold Beserta Jenisnya
Kelompok Obat Jenis obat
Antipiretik Parasetamol, Ibuprofen
Dekongestan Efedrin, Pseudoefedrin
Antitusif Dekstrometorfan, Kodein
Antihistamin Klorfenilramin maleat, Loratadin
2.4 Daftar Obat Beserta Jenisnya Untuk Kasus Tersebut6,7,8
Kelompok / Jenis Obat
Khasiat( Efek )
Keamanan BSO( Efek Samping )
Kecocokan(Kontra Indikasi BSO)
Antipiretik : Parasetamol
Sebagai analgesic dan antipiretik, mengurangi nyeri ringan sampai sedang dan untuk menghilangkan demam.
Sangat jarang dan biasanya ringan(eritem,urtikaria, demam,lesi mukosa )
Penderita dengan fungsi hati yang menurun, alergi derivat paraamiNofenol
Ibuprofen Menghambat reaksi inflamasi, demam dan nyeri dengan menurunkan sintesis prostaglandin.
Gangguan gastrointestinal, reaksi alergi, sakit kepala, trombositopenia, ambliopia toksik yang reversibel.
Hipersensitivitas, riwayat ulkus peptik, hipertensi, gagal jantung kongestif, penderita yang mendapat terapi antikoagulan, penurunan fungsi hati, ibu hamil dan menyusui.
7
DekongestanEfedrin
Untuk kongesti mukosa pada asma bronchial, dekongestan nasal, dan gangguan alergi tertentu.
Takikardi,ansietas,ketegangan dan insomnia sering terjadi,tremor,aritmia,mulut kering
Penyakit jantung,hipertensi dan hipertiroid.
Pseudoefedrin Kongesti hidung
Takikardi, peningkatan tekanan darah
Hipertensi, hipertiroidisme, penyakit jantung koroner, diabetes
AntihistaminKlorfenilramin maleat
Untuk gejala alergi, seperti urtikaria
Mengantuk, mual, muntah dan diare
Diberikan secara hati – hati pada pasien dengan BPH, retensi urin,glaukoma, epilepsy dan penyakit hepar
Loratadin Untuk gejala alergi
Efek sedasi dapat terjadi hipotensi, reaksi hipersensitifitas (bronchospasme,anafilaksis)
Asma akut, hamil dan menyusui, bayi premature dan bayi baru lahir.
AntitusifDekstrometorfan
Batuk kering yang tidak produktif
Psikosis pada dosis besar, depresi pernafasan pada dosis besar
Asma , batuk produktif , gangguan fungsi hati, penderita yang sensitif dekstrometorfan
Kodein Batuk kering atau batuk dengan nyeri
Konstipasi,depresi pernafasan pada pasien yang sensitive atau pada dosis besar.
Batuk berdahak, penyakit hepar dan gangguan ventilasi.
8
2.5. Pilihan Dan Alternatif Obat Yang Digunakan
Pengobatan simpatomimetik yang utama adalah Pseudoefedrin, obat
alternatifnya Efedrin 6,7,8,9.
Uraian Obat Pilihan Obat alternatif
Nama Obat Pseudoefedrin Efedrin
BSO ( Generik,Paten,
Kekuatan )
Generik : Pseudoefedrin
(tidak tersedia)
Paten Sudafet tablet 60
mg.
Generik : Efedrin
Tablet 25 mg. Paten
Erlande (Erela) tablet
25 mg
BSO yang diberikan dan
alasannya
Tablet, karena sesuai
dengan penderita dan
lebih mudah dalam
pemberiannya
Tablet,karena lebih
mudah dalam
pemberiannya dan
sesuai dengan
penderita
Dosis Referensi 60 mg, 3 kali sehari 15 - 30 mg, 3 kali
sehari
Dosis kasus tersebut dan
alasannya
60 mg/x, sesuai dosis
yang dianjurkan BSO
25 mg/hari, sesuai
dosis yang dianjurkan
BSO
Frekunsi Pemberiannya
dan alasannya
3 kali sehari pemberian 3 kali sehari pemberian
Cara Pemberiannya dan
alasannya
Peroral, sebab
penderitanya kooperatif
Peroral, sebab
penderitanya
kooperatif
Saat Pemberian Sesudah makan Sesudah makanLama Pemberian Selama gejala ada Selama gejala ada
9
Obat Simpatomatik yang lain adalah Parasetamol dan obat alternatif ibuprofen6,7,8,9
Uraian Obat Pilihan Obat Alternatif
Nama Obat Parasetamol Ibuprofen
BSO (Generik,Paten,
Kekuatan)
Generik : Parasetamol
(Tablet
100mg,500mg,sirup
120mg/5ml) Paten
Sanmol Tablet 500mg,
sirup 120mg/5ml.
Drops 80mg/0,8ml
Generik : Ibuprofen Tablet: 200 mg,400 mgPaten : ArthrifenKaptab 400 mg, tablet 200 mg
BSO yang diberikan
dan alasannya
Tablet karena sesuai
dengan keadaan
penderita dan lebih
mudah dalam
pemberiannya.
Tablet karena sesuai
dengan keadaan
penderita dan lebih
mudah
pemberiannya.
Dosis referensi 500mg/x 400 – 600 mg/x
Dosis kasus tersebut
dan alasannya
500mg/x 400 mg/x
Frekuensi
pemberiaannya dan
alasannya
3-4 kali sehari
pemberian bila badan
panas dan sakit kepala
3-4 kali sehari
pemberian bila badan
panas dan sakit
kepala
Cara pemberian dan
alasannya
Peroral,sesuai keadaan
penderita
Peroral,sesuai dengan
keadaan penderita
Saat pemberian Sebelum makan karena adanya makanan dapat menghambat absorpsi makanan
Sesudah makan untuk mengurangi efek iritasi lambung yang ditimbulkan
Lama Pemberian Selama gejala ada Selama gejala ada
10
Obat Simpatomatik yang lain adalah Dekstrometorfan dan kodein sebagai antitusif6,7,8,9
Uraian Obat Pilihan Obat alternative
Nama obat Dekstrometorfan Kodein
BSO ( Generik, Paten,
kekuatan )
Generik: Dekstrometorfan
tablet 10mg, dan sirup
10mg dan 15 mg/5ml.
Paten : Actifed DM, sirup
5 ml.
Generik : Kodein tablet
10,15, dan 30 mg.Paten :
Coditam bentuk tablet.
BSO yang diberikan dan
alasanya
Tablet karena lebih
praktis dan efektif
Tablet karena lebih
praktis dan efektif
Dosis Referensi 10-30 mg diberikan
3-4 kali sehari
10 mg/x
Dosis untuk kasus
tersebut
30mg/x 10 mg/x
Frekuensi pemberiannya
dan alasannya
3 kali sehari karena gejala
simptom saja
3 kali sehari karena
simptom saja
Cara pemberianya dan
alasanya
Peroral sebab penderita
dalam keadaan sadar dan
kooperatif
Peroral sebab penderita
dalam keadaan sadar dan
kooperatif
Saat pemberiaan dan
alasannya
Sesudah makan Sesudah makan
Lama pemberiaan dan
alasanya
Diberikan selama
simptom masih ada
Diberikan selama
simptom masih ada
11
Obat simpatomatik yang lain yaitu antihistamin6,7,8,9
Uraian Obat Pilihan Obat Alternatif
Nama Obat Klorfeniramin maleat Loratadin
BSO (Generik,
Paten,kekuatan)
Generik : Klorfeniramin
maleat BSO: tablet, sirup,
injeksi Paten :
Klorofen,klorofenon,kohistan
. Kekuatan Tablet 4mg,sirup
2,5mg/5ml,injeksi 10mg/ml
Generik :Loratadin
BSO : tablet,sirup
Paten :
Alloris,folerin,Claritin,
histaritin.Kekuatan :
Tablet 10 mg,sirup
5mg/5ml
BSO yang diberikan
dan alasannya
Tablet karena lebih praktis
dan efektif
Tablet karena lebih
praktis dan efektif
Dosis referensi 4mg tiap 4-6jam sekali 10mg/hari
Dosis untuk kasus
tersebut
4mg/kali 10mg/hari
Frekuensi
pemberian dan
alasannya
3 kali sehari kalau perlu
karena masa kerjanya 4-6jam
1 kali sehari ( kalau
perlu saja)
Cara pemberiaannya
dan alasannya
Peroral sebab penderita
sudah dewasa dan cukup
kooperatif
Peroral sebab penderita
orang dewasa dan
kooperatif
Saat pemberiaan
dan alasannya
Sesudah makan untuk
mengurangi efek samping
pada pencernaan
Sesudah makan untuk
mengurangi efek
samping pada
pencernaan
Lama pemberiaan
dan alasannya
Diberikan selama simptom
masih ada
Diberikan selama
symptom masih ada
12
2.6. Resep yang Benar dan Rasional Untuk Kasus di Atas
dr. MendzulSIP I1A005023
Alamat Praktek Alamat rumahJl. A. Yani Km 2 No. 51 Jl. A. Yani No 10Banjarmasin BanjarbaruTelp (0511)326007 Telp (0511)727244
Banjarbaru, 7 Februari 2010
R/ Flugesic kaplet No. XII
S.prn tdd kapl I p.c (pilek)
R/ Dekstrometrofan 30 mg No. IX
S.prn tdd tab I p.c (batu k )
Pro : Ny MarniUmur : 25 tahun Alamat : Jl. Kayumanis No12 Banjarmasin
13
2.7. Resep Alternatif Untuk Kasus di Atas
dr. MendzulSIP I1A005023
Alamat Praktek Alamat rumahJl. A. Yani Km 2 No. 51 Jl. A. Yani No 10Banjarmasin BanjarbaruTelp (0511)326007 Telp (0511)727244
Banjarbaru, 7 Februari 2010
R/ Efedrin tab 25 mg No. IX
S.prn tdd tab I p.c (pilek)
R/ Kodein tab 10 mg No. IX (Sembilan)
S.prn tdd tab I p.c (batuk)
R/ Ibuprofen tab 400 mg No.IX
S prn tdd tab I p.c (demam)
R/ Loratadin tab 10 mg No.III
S.prn sdd tab I pc (alergi)
Pro : Ny MarniUmur : 25 tahun Alamat : Kayumanis No12 Banjarmasin
14
2.8. Pengendalian Obat
Pengendalian obat terutama dilakukan dengan memperhatikan
dosis, frekuensi pemberian dan lama pemberian serta efek samping obat.
Dosis dan frekuensi pemberian yang kurang dapat menyebabkan
berkurang atau bahkan tidak adanya efek terapi obat, sedangkan jika
berlebih dapat menimbulkan efek samping berlebih bahkan dapat terjadi
toksisitas atau merusak organ tertentu.
Pemberian obat simptomatik diindikasikan untuk mengurangi
gejala klinis yang ada dan pemberiannya hendaknya sesingkat mungkin
dan diberikan kalau perlu saja yaitu apabila demam, batuk, dan lainnya.
Pada penderita common cold yang diperlukan selain obat-obatan juga
diperlukan istirahat karena dalam hal ini tidak ada terapi yang spesifik
untuk penyakit ini.
Paracetamol utamanya digunakan untuk menurunkan panas badan
yang disebabkan oleh karena infeksi atau sebab yang lainnya. Disamping
itu, paracetamol juga dapat digunakan untuk meringankan gejala nyeri
dengan intensitas ringan sampai sedang. Dosis Paracetamol adalah 500
mg/x, 3-4 kali / hari. Yang harus diperhatikan dalam pemakaian obat ini
adalah :10,11
Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita penyakit ginjal.
Bila setelah 2 hari demam tidak menurun atau setelah 5 hari nyeri tidak
menghilang, segera hubungi dokter.
15
Penggunaan obat ini pada penderita yang mengkonsumsi alkohol, dapat
mengakibatkan risiko kerusakan fungsi hati.
Beberapa reaksi alergi yang dilaporkan sering muncul antara lain :
kemerahan pada kulit, gatal, bengkak, dan kesulitan bernafas/sesak. Seperti
biasa, bila mengalami tanda tanda diatas setelah minum paracetamol,
segera ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.10,11
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menjalani pengobatan
dengan paracetamol antara lain, sebelum minum paracetamol, sampaikan
ke dokter anda kalau anda sebelumnya pernah mengalami alergi setelah
mengkonsumsi paracetamol atau alergi yang disebabkan oleh sebab lain.
Selain itu, informasikan pula ke dokter bila anda mempunyai riwayat
penyakit khronis seperti penyakit hati, ketergantungan alkohol, dan lain
lain. Paracetamol dapat merusak hati, maka bila ditambah dengan
mengkonsumsi alkohol secara berlebihan maka akan mempercepat
terjadinya kerusakan hati .10,12
Dekstrometrofan sebagai antitusif diindikasikan untuk pengobatan
batuk yang disebabkan oleh infeksi saluran napas atas oleh virus atau
inhalasi iritan. Paling efektif untuk batuk kronik nonproduktif. Kerja obat
ini dengan menekan reflek batuk pada pusat batuk di medulla. Secara
structural berhubungan dengan opioid namun tidak memiliki sifat
analgesic. Dosis dekstrometorfan adalah 10-20 mg tiap 4 jam atau 30 mg
tiap 6-8 jam. Yang harus diperhatikan dalam pemakaian obat ini adalah :13
16
a. Hipersensitivitas terhadap obat ini
b. Pasien yang mendapat inhibitor oksidase monoamine
c. Tidak boleh digunakan pada batuk kronik produktif
d. Beberapa produk mengandung alcohol dan harus dihindari pada pasien
yang diketahui mengalami intoleransi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menjalani pengobatan
dengan dekstrometorfan antara lain, penggunaan bersama inhibitor MAO
dapat menyebabkan eksitasi, hipotensi, dan hiperpireksia. Depresi SSP
dapat terjadi bila digunakan bersama antihistamin, alcohol, antidepresan,
sedative/hipnotik, atau anaklgesik opioid.11
Pseudoefedrin sebagai dekongestan diindikasikan untuk gejala
kongesti hidung yang berhubungan dengan infeksi virus akut pada saluran
atas. Digunakan dalam kombinasi dengan penatalaksanaan berbagai
kondisi alergi. Digunakan untuk membuka sumbatan tuba Eustachius pada
inflamasi atau infeksi telinga kronik. Kerja obat ini menstimulasi reseptor
adrenergic alfa dan beta, menghasilkan vasokontriksi pada mukosa saluran
pernapasan (stimulasi adrenergic beta). Dosis pseudoefedrin adalah 60 mg
tiap 4-6 jam. Yang harus diperhatikan dalam pemakaian obat ini adalah:13
a. Hipersensitifitas terhadap amin simpatomimetik.
b. Hipertensi, penyakit arteri koronaria yang parah
c. Penggunaan bersama terapi inhibitor MAO
17
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menjalani pengobatan
dengan pseudoefedrin adalah penggunaan bersama inhibitor MAO dapat
menyebabkan krisis hipertensi, dengan penyekat adrenergic beta dapat
menyebabkan hipertensi atau bradikardi.13
Klofeniramin maleat sebagai antihistamin diindikasikan pereda
gejala alergik yang disebabkan oleh pelepasan histamine, sangat
bermanfaat untuk alergi hidung dan kulit. Kerja obat ini menghambat efek
histamin berikut ini : vasodilatasi, peningkatan sekresi saluran GI,
peningkatan frekuensi denyut jantung, hipotensi. Dosis klofeniramin
maleat 4 mg tiap 4-6 jam. Yang harus diperhatikan dalam pemakaian obat
ini adalah :13
a. Hipersensitivitas
b. Serangan asma akut
c. Laktasi (menyusui)
d. Intoleransi alkohol
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menjalani pengobatan
dengan klorfeniramin maleat adalah interaksi dengan depresan SSP,
alcohol, analgesic opioid, dan sedative/hipnotik dapat menyebabkan
depresi SSP menjadi bertambah, interaksi dengan inhibitor MAO dapat
memperlama efek antikolinergik histamine.13