LAPORAN PRAKTIKUM 2
-
Upload
indah-ayuningtyas-wardani -
Category
Documents
-
view
294 -
download
13
Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM 2
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
BILANGAN REYNOLD
Oleh:Indah Ayuningtyas Wardani
NIM A1H010096
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2011
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mekanika fluida adalah ilmu mekanika dari zat cair dan gas yang
didasarkan pada prinsip yang sama dengan prinsip yang dipakai pada zat padat.
Kecepatan dari tiap parttikel fluida pada satu titik tertentu adalah tetap. Mengikuti
gerak partikel di dalam fluida adalah untuk menyatakan gerak fluida. Ditinjau dari
mekanika fluida, terdapat dua macam aliran yaitu aliran fluida saluran tertutup
dan aliran fluida saluran terbuka. Dua macam aliran tersebut dalam banyak hal
memiliki kesamaan tetapi berbeda satu ketentuan penting. Perbedaan tersebut
adalah pada keberadaan permukaan bebas. Aliran saluran terbuka mempunyai
permukaan bebas, sedangkan aliran saluran tertutup tidak mempunyai permukaan
bebas karena air mengisi seluruh penampang saluran. Gerakan fluida dapat
diamati sehingga dapat mengambil suatu pemahamam dari gerakan fluida yang
diamati. Pergerakan dari suatu partikel fluida merupakan identifikasi mengenai
jenis aliran yang timbul/terjadi. Beberapa jenis aliran yang dapat terjadi yaitu
aliran laminer, aliran transisi, dan aliran turbulen. Jenis aliran fluida inilah yang
akan dibahas dalam praktikum ini.
B. Tujuan
Menghitung besarnya bilangan Reynold pada suatu aliran air.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya
viskos (μ/L) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan
suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan ini digunakan untuk mengidentikasikan
jenis aliran yang berbeda, misalnya laminer dan turbulen. Bilangan Reynold (Re)
merupakan suatu nilai yang dipakai untuk menunjukkan jenis aliran , yaitu aliran
laminar atau turbulen. Untuk aliran didalam pipa, aliran bersifat laminar bila
Re< 2000 dan aliran bersifat turbulen jika Re>2000. Bilangan Reynold
dipengaruhi oleh dimensi saluran, kecepatan aliran, rapat masa dan viskositas dari
fluida yang mengalir. Secara matematis bilangan ini dapat di tulis: (Church, 1986)
Dimana:
ρ = densitas (kg/m3)
μ = viskositas dinamis (N. s/m2)
d = diameter dalam dari saluran (m)
v = viskositas kinematis (m2/s)
γ = berat jenis fluida (N/m3)
Berdasarkan bilangan Reynold-nya, aliran dapat dikelompokkan sebagai
berikut (White, 1986):
0 < Re < 1 = gerak nerayap berlapis yang sangat kental.
1 < Re < 102 = berlapis, sangat tergantung pada bilangan Reynold
102 < Re < 103 = berlapis
103 < Re < 104 = transisi ke aliran turbulen
104 < Re < 106 = bergolak, agak tergantung pada bilangan Reynold
Re > 106 = bergolak
Bilangan Reynolds untk saluran tertutup dinyatakan sebagai berikut :
Dimana :
V = kecepatan rata-rata aliran.
l = panjang karakteristik (m).
h untuk aliran terbuka.
D untuk aliran tertutup.
= viskositas kinematik (m2/detik).
Viskositas kinematis adalah perbandingan antara viskositas dinamis
dengan densitas ( Orianto, 1989).
Dimana :
υ = Viskositas kinematis (m2/det)
μ = Viskositas dinamis (N.s/m2)
ρ = Densitas (kg/m3)
Aliran fluida dalam pipa, berdasarkan besarnya bilangan Reynold
dibedakan atas aliran laminar, turbulen, dan aliran transisi. Aliran laminar adalah
aliran yang bergerak dalam lapisan-lapisan atau lamina-lamina, tukar menukar
momentum secara molekuler saja. Dalam hal ini, jika nilai Re kecil, aliran akan
meluncur di atas lapisan lain. Peninjauan dengan pesawat pezometer yang
dipasangkan pada sebuah pipa dengan aliran zat cair yang laminar akan
menunjukkan tekanan ynag tetap. Jadi aliran laminar adalah beraturan untuk
tinggi kenaikan yang tetap stasioner.
Aliran laminer adalah aliran yang bergerak dalam lapisan–lapisan atau
lamina–lamina, tukar menukar momentum secara molekuler saja. Aliran turbulen
mempunyai gerakan partikel–partikel fluida yang sangat tidak menentu, dengan
saling tukar menukar momentum dalam arah melintang. Namanya diambil dari
Osborne Reynolds (1842–1912) yang mengusulkannya pada tahun 1883.
Aliran turbulen mempunyai gerakan partikel-partikel fluida yang sangat
tidak menentu atau aliran-alirannya tidak terdapat garis edar tertentu yang dapat
dilihat, dengan saling tukar menukar momentum dalam arah melintang.
Laminer Re < 2100 Laminer Re > 4000
Gambar 1. Aliran Laminer dan Turbulen
Pada pipa :
- Aliran Laminer terjadi jika Re < 2100
- Aliran Turbulen terjadi jika Re > 4000
Untuk kondisi 2100 < Re < 4000 aliran ini diklasifikasikan sebagai aliran transisi.
Reynold membedakan aliran laminar dan aliran turbulen menurut kecepatan
alirannya yang disebut dengan kecepatan kritis dari Reynold melakukan
percobaan-percobaan dimana kecepatan kritis Reynold sebanding dengan
viskositas kenematisnya (υ) dan berbanding terbalik dengan diameter pipanya.
Vcr = K .
Dimana K adalah konstanta kesebandingan, tanpa satuan yang harganya sama
untuk semua zat cair dan gas pada setiap penampang pipa. Ini berarti bahwa
perubahan dalam aliran mengambil tempat pada setiap perbandingan tertentu
antara kecepatan, diameter dan kekentalan.
K =
Dimana K ini disebut angka kritis dari Reynold dan biasanya dinyatakan sebagai:
REcr =
Menurut Reynold, bahwa dengan percobaan- percobaannya Recr ini sekitar 2300.
untuk aliran khusus angka reynold dinyatakan:
Re =
Sifat pokok aliran serta posisi relatifnya ditunjukkan oleh bilangan
Reynold. Persamaan yang lebih umum, yang memperhitungkan viskositas telah
dikembangkan dengan menyertakan tegangan geser. Eksperimen dari seseorang
peneliti didapatkan bahwa ada 4 faktor yang menentukan apakah suatu aliran
bersifat laminar atau turbulen. Kombinasi dari empat faktor ini disebut bilangan
Reynold, NR dan didefinisikan dari:
NR =
dengan ρ adalah rapat massa fluida, v kecepatan rata-ratanya, η viskositas, dan D
adalah garis tengah pipa.
Bilangan Reynold adalah bilangan tanpa dimensi, sehingga harganya tidak
tergantung pada sistem satuan yang dipakai. Hasil- hasil eksperimen menunjukkan
bahwa jika suatu aliran harga bilangan reynold adalah antara 0 dan 2000, maka
aliran tersebut bersifat laminar, sedangkan di atas 3000 aliran bersifat turbulen
dan untuk bilangan reynold antara 2000 dan 3000 terdapat daerah transisi, aliran
dapar berubah keadaan dari laminar menjadi turbulen atau sebaliknya.
III. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
1. Selang
2. Penggaris
3. Stopwatch
4. Alat penguji
5. Tempat penampung air
6. Air
7. Tinta
B. Cara Kerja
1. Alat penguji aliran fluida dipasang dengan benar.
2. Tabung penguji (no.2) diisi dengan air sampai penuh. Tinta dimasukkan ke
dalam tabung (no.1).
3. Kran air dibuka dengan mengaturnya, untuk mengalirkan air dalam tabung
penguji (no.2). Katup yang terpasang dibawah tempat tinta (no.3) dibuka
untuk mengalirkan tinta. Katup diatur, agar aliran tinta pada saat kran air
dibuka penuh dan tidak penuh dapat dibedakan (membentuk benang atau
tidak).
4. Aliran tinta dalam pipa diamati. Apakah membentuk benang, atau tinta
bercampur dengan air.
5. Aliran air yang keluar dari kran no.4 ditampung untuk mengetahui debit
(Q) dan dicatat lama proses penampungan tersebut (t).
6. Percobaan dilakukan sampai 2 kali.
IV. HASIL dan PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Data Pengamatan
a. T1 = 10 detik
b. T2 = 15 detik
c. V1 = 1415 ml = 1.415 L = 1.415 x 10-3 m3
d. V2 = 2700 ml = 2.7 L = 2.7 x 10-3 m3
2. Perhitungan
a. A = ¼ π D2
= ¼ π (0.025)2
= 4.91 × 10-4 m2
b.
= 288.18 × 10-3 m/s
c.
= 366.6 × 10-3 m/s
d. Vrata-rata
= 327.39 × 10-3 m/s
e. Re = =
= 5.39 (Aliran laminer)
B. Pembahasan
Bilangan Reynolds adalah parameter tidak berdimensi untuk menentukan
apakah aliran yang terjadi laminer atau turbulen yang tergantung dari besarnya
bilangan tersebut. Sebuah aliran dikatakan laminer jika fluida bergerak secara
lapisan-lapisan secara teratur atau nilai bilangan Reynoldsnya kurang dari 2000,
(Kreith, 1997). Dan daerah bilangan Reynolds antara 2100 sampai 4000 terjadi
peralihan dari aliran laminer ke aliran turbulen aliran ini disebut aliran peralihan
(transisi). Sedangkan aliran dikatakan turbulen jika fluida bergerak dengan tidak
menentu ditandai dengan timbulnya ulakan-ulakan pada aliran atau nilai bilangan
Reynoldsnya lebih dari 4000, (Kreith, 1997). Untuk mengetahui sifat dari aliran
tersebut laminer atau turbulen ditunjukkan dengan bilangan Reynolds (Re).
1. Aliran laminer
Aliran laminar terjai bila zat cair bergerak pada tempat yang berlapis-lapis
tanpa terjadi fluxtuasi kecepatan. Bentuk stream line ditentukan oleh bentuk dari
pipa dimana zat cair mengalir. Dalam aliran laminar yang melalui pipa lurus
dengan penampang yang beraturan maka seluruh stream line merupakan garis-
garis lurus yang sejajar dengan sumbu pipa. Pada aliran laminar tidak terdapat
perubahan pemindahan bagian zat cair dan zat cair dalam keadaan beraturan (tidak
tercampur). Pada suatu saat aliran laminar tidak dapat dianggap sebagai aliran
yang tanpa olakan (pusaran) sama sekali. Kerena walaupun didalam aliran tidak
dapat dijunjukkan tanda-tanda adanya pusaran, tetapi aliran laminar mempunyai
gerak translasi dan rotasi pada bagian pusatnya dan kecepatan sudutnya
merupakan harga yang rill. Pada aliran laminer partikel fluida bergerak pada
lintasan yang halus (smooth) berbentuk lapisan-lapisan dimana satu lapis fluida
bergerak secara smooth diatas lapisan yang lain. Dalam aliran laminer pengaruh
viskositas akan meredam kecenderungan adanya turbulensi (Sudarja, 2002).
2. Aliran turbulen
Aliran disebut turbulen bila zat cair mengalir dengan kecepatan dan
tekanan yang berfluktuasi. Garis stream line hanya mendekati saja dan di tukar
dengan bentuk kanalnya. Gerak zat cair tidak teratur dan garis-garis aliran
merupakan lengkungan tegak(Suharto, 1991). Pada aliran turbulen partikel fluida
bergerak dalam lintasan yang tidak teratur yang menyebabkan terjadinya
pertukaran momentum dari satu bagian fluida ke bagian fluida yang lain. Pada
aliran turbulen, tegangan geser yang timbul akan relatif lebih besar dari pada
aliran laminer, sehingga kerugiannyapun juga lebih besar. Ciri aliran turbulen
adalah kecepatan aliran yang tinggi, dimensi linear yang besar dan viskositas
fluida yang rendah.
Aliran fluida yang dilakukan pada praktikum ini merupakan aliran fluida
dalam pipa. Aliran pada saat praktikum memperlihatkan aliran laminer, dimana
pada aliran tersebut bentuk aliran berupa garis- garis lurus yang sejajar. Hasil dari
perhitungan data yang diperoleh didapat nilai Re sebesar 5.39. Dilihat dari hasil
yang didapat dalam perhitungan maka nilai Re < 2100 yang berarti aliran tersebut
adalah aliran laminer. Hasil dari perhitungan bilangan Reynold diatas telah dapat
menunjukkan jenis aliran yang terjadi. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
perhitungan nilai Re dari hasil pengukuran, dimana nilai Re dari percobaan
kurang dari 2000. Berdasarkan referensi jenis alirannya dibedakan menjadi 3 yaitu
aliran laminer, aliran transisi, dan aliran turbulen. Aliran laminer terjadi jika Re <
2100, aliran trasisi terjadi jika 2100 < Re < 4000, dan aliran turbulen terjadi jika
Re > 4000 (Suharto, 1991). Hasil yang didapat dari perhitungan bilangan Reynold
lebih akan meyakinkan, karena dari hasil perhitungan aliran yang terjadi pada
praktikum ini berupa aliran laminer dan memiliki kesesuaian dengan aliran yang
terlihat secara langsung.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Bilangan Reynold (Re) merupakan perbandingan gaya-gaya yang
disebabkan oleh gaya inersia, gravitasi, dan kekentalan (viskositas). Bilangan
Reynold digunakan untuk menentukan jenis aliran yang terjadi pada suatu
fluida.
2. Hasil dari perhitungan data yang diperoleh didapat nilai Re sebesar
5,9.
3. Hasil pengamatan secara sederhana melalui pengamatan pergerakan
aliran tinta dan hasil perhitungan didapat hasil yang sama yaitu aliran yang
terjadi pada praktikum ini adalah aliran laminer.
4. Ada dua macam aliran menurut reynold yaitu:
a. Aliran laminer dengan bilangan reynold Re < Recr < 2100
b. Aliran turbulen dengan bilangan reynold Re > Recr> 2100
B. Saran
Sebaiknya dalam praktikum ini efisiensi waktu diperhatikan dan keaktifan
mahasiswa juga lebih diperhatikan, sehingga mahasiswa benar-benar mendapat
manfaat yang positf setelah melaksanakan praktikum ini. Kemudian dalam
praktikum ini sebaiknya menggunakan alat-alat yang dapat lebih mendukung
terjalannya praktikum karena terdapat sedikit hambatan yang ditemui dalam
melaksanakan praktikum ini yang diakibatkan oleh alat yang kurang mendukung.
DAFTAR PUSTAKA
Harsoyo, B. 1977. Pengelolaan Air Irigasi. Dinas Pertanian, Jawa Timur.
Kartasapoetra, A.G. dan Sutedjo Mulyani. 1986. Teknologi Pengairan Pertania Penerbit Bina Aksara, Jakarta.
Nugroho, Anggun. 2006. Analisis Distribusi Tekanan Fluida Cair yang Melalui Elbow 90° dengan Variasi Jari-jari Kelengkungan dan Kapasitas Aliran Fluida. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH900c.dir/doc.pdf. Diakses 27 Mei 2011.
Prayogo, Priyo. 2006. Analisis Variasi Ukuran Diameter Leher (throat) dan Panjang Bagian Konvergen dan Divergen Terhadap Karakteristik Venturimeter. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH8693.dir/doc.pdf. Diakses 27 Mei 2011.
Sosrodarsono, S. 1985. Hidrologi Untuk Pengairan.Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta.
Suharto. 1991. Dinamika dan Mekanika untuk Prguruan Tinggi. Rineka Cipta, Jakarta.