Laporan Pl Chem 3

44
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang sudah tidak asing keberadaannya di indonesia, bahkan dunia. Diare didefinisikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam (Ciesla,et al, 2003). Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah (Riandari, et al, 2011). Diare dapat diderita oleh semua umur, namun lebih sering dijumpai pada anak anak. Yang ada di pandangan masyarakat awam, bahkan para tenaga terdidik, kadang masih ada anggapan bahwa diare hanyalah penyakit yang identik dengan tidak bersihnya lingkungan, berkenaan dengan kotoran, dan bakteri saja. Padahal, etiologi atau penyebab penyakit ini dapat dikatakan beragam. Mulai dari virus, bakteri, sistem imun yang rendah bahkan segi psikologis juga ikut berperan (Guandalini, 2012). Stigma di masyarakat sekarang berkata bahwa diare merupakan penyakit masyarakat desa. Penderitanya dapat dikatakan hanya berkutat di kalangan menengah 1

Transcript of Laporan Pl Chem 3

Page 1: Laporan Pl Chem 3

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare merupakan penyakit yang sudah tidak asing keberadaannya di

indonesia, bahkan dunia. Diare didefinisikan sebagai buang air besar (defekasi)

dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air

tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam (Ciesla,et

al, 2003). Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer

lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai

lendir dan darah (Riandari, et al, 2011).

Diare dapat diderita oleh semua umur, namun lebih sering dijumpai pada

anak anak. Yang ada di pandangan masyarakat awam, bahkan para tenaga

terdidik, kadang masih ada anggapan bahwa diare hanyalah penyakit yang

identik dengan tidak bersihnya lingkungan, berkenaan dengan kotoran, dan

bakteri saja. Padahal, etiologi atau penyebab penyakit ini dapat dikatakan

beragam. Mulai dari virus, bakteri, sistem imun yang rendah bahkan segi

psikologis juga ikut berperan (Guandalini, 2012).

Stigma di masyarakat sekarang berkata bahwa diare merupakan penyakit

masyarakat desa. Penderitanya dapat dikatakan hanya berkutat di kalangan

menengah ke bawah saja. Maka dengan pola pikir masyarakat dewasa ini, tak

mengherankan bahwa diare dipandang sebagai penyakit sepele yang tidak

berbahaya. Namun, fakta membuktikan bahwa kematian akibat diare di dunia

internasional walaupun mengalami penurunan, masih tergolong tinggi.

Beberapa estimasi mengatakan bahwa diare tetap sebagai pembunuh terbesar di

dunia anak-anak dengan 18% dari 10.6 juta angka kematian anak dibawah 5

tahun.(Guandalini, 2012) .

Fakta yang terpapar di atas mampu menarik minat penulis untuk

membuat sebuah karya mengenai keterkaitan diare dan faktor resikonya.

Penelitian akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas II Baturraden, yang

terletak di kabupaten Banyumas, kecamatan Baturaden dengan cakupan 6 desa.

1

Page 2: Laporan Pl Chem 3

1.2 Tujuan

a. Mengidentifikasi penyebaran kejadian diare di Wilayah Kerja Puskesmas II

Baturraden

b. Mengidentifikasi faktor-faktor resiko dari penyakit diare, baik dari faktor

perilaku,pengetahuan, lingkungan maupun lingkungan di Wilayah Kerja

Puskesmas II Baturraden

2

Page 3: Laporan Pl Chem 3

2 GAMBARAN UMUM

2.1 Keadaan Geografi

Puskesmas II Baturraden berada di dalam wilayah Kecamatan

Baturraden. Wilayah administrasi Kecamatan Baturraden mencakup dua belas

desa yaitu Desa Purwosari, Desa Kutasari, Desa Pandak, Desa Pamijen, Desa

Rempoah, Desa Kebumen, Desa Karang Tengah, Desa Kemutug Kidul, Desa

Karangsalam, Desa Kemutug Lor, Desa Karang Mangu, dan Desa Ketengger.

Luas wilayah Kecamatan Baturraden adalah 45,53 Km2. Kecamatan

Baturraden berbatasan dengan Kabupaten Tegal di sebelah utara, Kecamatan

Purwokerto Utara di sebelah selatan, Kecamatan Sumbang di sebelah timur,

dan Kecamatan Kedung Banteng di sebelah barat. Wilayah kerja Puskesmas II

Baturraden sendiri mencakup 8 desa yaitu Desa Karangsalam, Kemutug Lor,

Kemutug Kidul, Pandak, Rempoah, dan Karang Mangu.

2.2 Keadaan Demografi

Berdasarkan data kependudukan, dari 6 desa seperti yang dalam tabel

kependudukan, jumlah keseluruhan penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas

Baturraden II pada tahun 2010 adalah sebesar 47.346 orang. Laju

pertumbuhan penduduk pada tahun 2010 sebesar 1,49% dengan jumlah

pertambahan penduduk sebesar 707 orang. Pada wilayah kerja Puskesmas II

Baturraden, Desa Rempoah merupakan desa dengan kepadatan penduduk

tertinggi sedangkan Desa Pandak merupakan desa dengan kepadatan

penduduk terendah. Jumlah penduduk terbesar berada di Desa Rempoah

3

Tabel 1. Data Kependudukan Usia pada Wilayah Kerja Puskesmas II Baturraden Tahun 2010

Page 4: Laporan Pl Chem 3

sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Desa Karangsalam. Jumlah

kelahiran dan kematian rata-rata pada ke enam desa di wilayah kerja

Puskesman II Baturraden masing-masing sebesar 66 dan 26 dengan rata-rata

angka kelahiran dan kematian kasar masing-masing sebesar 19,31 dan 7,09.

2.3 Sosial Ekonomi

Tabel 2. Data Mata Pencaharian Penduduk Desa Wilayah Cakupan Kerja

Puskesmas II Baturraden

Mata

Pencaharian

Desa

Pandak Rempoah Kemutug

Kidul

Karangsalam Kemutug

Lor

Karang

Mangu

Jumlah

Petani sendiri 75 575 279 279 515 23 1743

Buruh Tani 57 536 0 91 675 38 1397

Pengusaha 29 25 82 4 4 121 265

Buruh Industri 68 79 154 15 25 4 345

Buruh Bangunan 86 69 80 128 75 27 465

Pedagang 204 300 82 23 130 130 869

Pengangkutan 19 111 25 2 15 20 192

PNS 39 181 22 40 75 98 455

ABRI 4 33 3 0 7 6 53

Pegawai BUMN 18 3 2 18 5 12 58

Pensiunan 47 56 8 17 116 50 294

Penggalian 4 0 0 15 0 2 21

Jasa Sosial 30 82 32 28 56 215 443

Lain-lain 23 217 8 57 120 18 443

Nelayan 0 0 0 0 0 0 0

Terkecil 0 0 0 0 0 0 0

Terbesar 204 575 279 276 675 215 1743

Berdasarkan tabel tersebut, sebagian besar penduduk pada wilayah

kerja Puskesmas II Baturraden bekerja sebagai petani sendiri. Setelah itu

diikuti dengan buruh tani sebesar 1397 orang dan pedagang sebesar 869

orang. Di Desa Pandak mayoritas penduduk bekerja sebagai pedagang. Di

Desa Rempoah, Kemutug Kidul, dan Karangsalam sebagian besar

4

Page 5: Laporan Pl Chem 3

penduduk bermata pencaharian sebagai petani sendiri. Sedangkan di Desa

Kemutug Lor sebagian besar penduduk bekerja sebagai buruh tani dan

sebagian besar penduduk Karangmangu banyak yang bekerja sebagai

pekerja jasa sosial.

3 PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN

5

Page 6: Laporan Pl Chem 3

3.1 Derajat Kesehatan Masyarakat

Pada program kesehatan pada masyarakat kecamatan Baturaden antara

lain melaksanakan imunisasi pada balita secara rutin, pemakaian air minum

bersih untuk kebutuhan sehari-hari, serta mengerti kebersihan mencuci tangan

secara benar. Puskesmas juga sudah merekap data-data penyakit yang sedang

mewabah sehingga dapat merencanakan program-program pencegahan serta

penanggulangan penyakit. Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi

oleh banyak faktor, faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor

kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasana

kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan,

lingkungan sosial, keturunan dan faktor lain. Pada umumnya derajat

kesehatan masyarakat cukup baik. Seperti tingkat pengetahuan masyarakat

tentang penyakit, untuk lingkungan pedesaan yang kebanyakan mempunyai

kolam ikan hampir di setiap rumah digunakan untuk jamban yang airnya

berasal dari satu sumber, Berkaitan dengan tingkat gizi sudah baik. Tidak ada

yang menderita gizi buruk, berkaitan dengan tingkat ekonomi kebanyakan

sudah baik.

3.2 Perilaku Masyarakat

Dari hasil pengisian data kuesioner kebanyakan masyarakat berkunjung

ke puskesmas untuk melakukan pemeriksaan. Hal ini menunjukkan adanya

kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan sangat baik.

3.3 Kesehatan Lingkungan

1. Rumah

Di Kecamatan Baturaden , dari 12.004 rumah, yang memenuhi syarat

kesehatan sebesar 74.18 % yaitu 8.905 rumah, rumah yang tidak

memenuhi syarat kesehatan sebanyak 3099 rumah.

2. Sampah

Untuk Pengelolaan sampah pada Kecamatan Baturaden khususnya di

TPA Kemutug Lor tidak difungsikan sebagai TPA, karena letaknya di

Kecamatan Baturraden dan berdekatan dengan sumber air, serta berada di

wilayah konservasi alam. Para masyarakat kebanyakan menimbun

6

Page 7: Laporan Pl Chem 3

sampah, karena pengambilan sampah oleh petugas dilakukan seminggu

sekali.

3. Pengairan

Tabel 3. Banyaknya Prasarana Pengairan Per Desa Di Kecamatan

Baturraden

No NamaDesa DAM Air Terjun Sungai PAM

1 Pandak 5 - 2 35

2 Rempoah 5 1 3 681

3 KemutugKidul 5 4 3 18

4 Karangsalam 3 4 2 -

5 KemutugLor 5 - 3 75

6 Karangmangu 3 - 1 271

Jumlah 26 9 14 1080

4. Sanitasi

Keadaan sanitasi di Kecamatan Baturaden :

JSP (Akses Jamban Sehat Permanen) = 6.412

JSSP (Akses Jamban Sehat Semi Permanen) = 0

Sharing (Masih Numpang ke Jamban Sehat) = 198

BABS (Masih Buang Air Besar Sembarangan) = 6968

3.4 Pelayanan Kesehatan

Tabel 4. Banyaknya Sarana Kesehatan PerDesa Di Kecamatan Baturraden

No NamaDesa Puslin PKDPolidesPuskesmas Puskesmas Posyandu

7

Page 8: Laporan Pl Chem 3

g

1 Pandak - 1 - 4

2 Rempoah - 2 2 11

3 KemutugKidul - 1 - 5

4 Karangsalam - 1 - 4

KemutugLor - 1 - 5

6 Karangmangu - 1 - 6

Jumlah 0 7 2 35

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana

pelayanan kesehatan yang paling penting di Indonesia. Yang dimaksud dengan

Puskesmas adalah unit pelaksanaan fungsional yang berfungsi sebagai pusat

pembangun kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang

kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

menyelenggarakan kegiatan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan

pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu.

Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama di Indonesia, pengelolaan

program kerja puskesmas berpedoman kepada 4 asas pokok yakni :

a. Asas pertanggungjawaban wilayah

Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus melaksanakan

asas pertanggungjawaban wilayahnya. Artinya, Puskesmas harus bertanggung

jawab atas semua masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerjanya.

b. Asas peran serta masyarakat

Puskesmas harus berupaya mengikutsertakan masyarakat dalam program-

program yang dilakukan oleh puskesmas.

c. Asas keterpaduan

Puskesmas tidak hanya berkutat pada masalah kesehatan saja, melainkan

dapat memadukan dengan program-program di sektor lain.

d. Asas rujukan

Apabila puskesmas tidak mampu mengatasi suatu masalah kesehatan maka

harus merujuk ke sarana kesehatan yang lebih mampu. Untuk pelayanan

kedokteran jalur rujukannya adalah rumah sakit.

8

Page 9: Laporan Pl Chem 3

Selain itu, Puskesmas memiliki program Basic Six yang penting dalam

Pelayanan kesehatan di puskesmas, diantaranya :

a. Promosi Kesehatan

b. Kesehatan Lingkungan

c. Upaya Pelayanan Gizi Masyarakat (UPGM)

d. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak serta KB

e. Pemberantasan Penyakit Menular

f. Pengobatan

Sesuai dengan pernyataan tersebut, pengelolaan program kerja Puskesmas

II Baturaden juga berpedoman kepada 4 asas pokok dan mencanangkan 6 program

pokok Puskesmas. Puskesmas II Baturraden merupakan satu-satunya Puskesmas

di Kabupaten Banyumas yang memiliki Klinik Keperawatan Terpadu. Klinik ini

memberikan pelayanan khusus keperawatan pada individu, keluarga dan

masyarakat atau sering disebut Keperawatan Kesehatan Masyarakat, sedangkan di

Puskesmas hanya melayani pemeriksaan saja artinya tidak merawat pasien. Jadi

Praktek di Klinik Keperawatan Terpadu dengan Puskesmas aplikasinya berbeda.

9

Page 10: Laporan Pl Chem 3

IV. ANALISIS MASALAH

4.1 Analisis Masalah

Berdasarkan data Puskesmas II Baturraden, sepuluh penyakit dengan jumlah

tertinggi di wilayah kerja puskesmas baturraden 2 adalah ISPA, dispesia,

hipertensi, dermatitis, mialgia, asma, diare, reumatoid artritis, edem, dan

gangguan mata. Berdasarkan data yang kami terima, diare sepanjang tahun

2012 berada pada sepuluh besar penyakit terbanyak yang diderita oleh

penduduk di wilayah kerja Puskesmas II Baturraden. Prevalensi diare pada

suatu daerah dipengaruhi oleh sistem sanitasi yang buruk sehingga pada

keluarga yang memiliki sistem sanitasi yang tidak baik atau memiliki

kebiasaan membuang kotoran dengan cara yang tidak saniter akan memiliki

resiko lebih besar terkena diare (Wasito, et al., 1989). Selain itu, sumber air

minum yang tidak sehat juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya

diare. Pendidikan orang tua yang rendah juga berhubungan dengan

peningkatan resiko diare. Status ekonomi juga memiliki hubungan yang

bermakna dengan peningkatan kejadian diare (Mubasyiroh, 2010). Melihat

banyaknya faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare, kami ingin

mengetahui faktor resiko apa saja yang bisa mempengaruhi kejadian diare di

wilayah kerja Puskesmas II Baturraden.

4.2 Perumusan Masalah

1. Apakah faktor lingkungan menjadi faktor risiko kejadian diare di cakupan

wilayah kerja Puskesmas Baturraden II?

2. Apakah faktor pengetahuan menjadi faktor risiko kejadian diare di wilayah

kerja Puskesmas Baturraden II?

3. Apakah faktor PHBS menjadi faktor risiko kejadian diare di cakupan

wilayah kerja Puskesmas Baturraden II?

4. Apakah faktor sosial ekonomi menjadi faktor risiko kejadian diare di

cakupan wilayah kerja Puskesmas Baturraden II?

10

Page 11: Laporan Pl Chem 3

4.3 Prioritas Masalah

1. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan memiliki proporsi dalam faktor risiko terjadinya

diare di masyarakat Kecamatan Baturraden 2. Pengolahan limbah

yang buruk dapat mencemari lingkungan yang akan dapat menjadikan

lingkungan tersebut sebagai media tumbuh dan berkembangbiak dari

agen penyebab diare. Hal ini dapat mempermudah jalur infeksi agen

terhadap manusia. Air minum yang aman merupakan kebutuhan hidup

yang esensial, namun juga dapat berperan sebagai media transmisi

penyakit diare terutama apabila sumber air sudah tercemar (Wibowo,

2004). Selain itu, faktor pembuangan tinja dengan jamban dan

pengolahan sampah yang benar juga berpengaruh pada faktor risiko

diare oleh lingkungan.

2. Faktor Sosial Ekonomi

Faktor sosial ekonomi merupakan salah satu faktor risiko pada

terjadinya penyakit diare di masyarakat. Rendahnya jenjang

pendidikan yang dimiliki masyarakat menyebabkan rendahnya

pengetahuan masyarakat terhadap diare, utamanya pada faktor

penyebab diare itu sendiri sehingga upaya pencegahan yang dilakukan

masyarakat terhadap diare sangat kurang. Kesalahan pada pola pikir

serta pemahaman masyarakat terhadap faktor pencetus diare

menyebabkan penyimpangan perilaku oleh ketidaktahuan itu sendiri.

Misalnya, masih banyak orang yang beranggapan bahwa diare berasal

dari makanan yang pedas semata, tanpa berpikir bahwa faktor lain

seperti sanitasi dan higiene seseorang juga penting dalam

menjembatani penyakit diare oleh suatu agen. Angka penghasilan

masyarakat yang relatif lebih rendah dari angka kebutuhan yang harus

diakomodir dari jumlah tanggungan keluarga yang banyak juga

menyebabkan masalah. Selain itu, jenis pekerjaan orangtua biasanya

berkaitan dengan tingkat pendidikan dan penghasilan (Wulandari,

2010). Orang yang bekerja sebagai pegawai negeri ataupun swasta

11

Page 12: Laporan Pl Chem 3

biasanya memiliki status pendidikan yang tinggi jika dibandingkan

dengan buruh atau petani.

3. Faktor Pengetahuan

Faktor pengetahuan juga menjadi faktor risiko dalam terjadinya

penyakit diare. Rendahnya pengetahuan masyarakat akan pengertian,

cara penularan, dan cara mencegah diare menyebabkan tingginya

angka kesakitan diare di masyarakat. Diare dapat menular dan

terdistribusi dengan cepat apabila masyarakat tidak memiliki

pengetahuan tentang penyakit diare serta jalur penularannya untuk

segera diberlakukan pencegahan yang tepat terhadap diare. Menurut

penelitian, faktor pendidikan kelompok ibu yang memiliki status

pendidikan diatas SMP memiliki kemungkinan 1,25 kali lebih baik

dalam pemberian cairan rehidrasi oral pada balita dibandingkan

dengan kelompok ibu dengan status pendidikan dibawah SD

(Wulandari, 2010). Semakin tinggi tingkat pendidikan orangtua,

semakin baik tingkat kesehatan yang dimiliki anak.

4. Faktor Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Faktor perilaku masyarakat akan hidup bersih dan sehat berpengaruh

pada faktor risiko terjadinya diare di masyarakat. Pengetahuan

masyarakat akan pentingnya kebiasaan mencuci tangan yang baik dan

benar masih terbilang rendah terutama pada saat setelah buang air

besar dan sebelum serta sesudah makan dimana tangan merupakan

media transmisi agen penyebab diare yang mudah untuk menularkan

ke hospes lain. Kontak langsung penderita pada host lain, misalnya

melalui tangan ke tangan kemudian memegang dan memasukkan

makanan tanpa cuci tangan terlebih dahulu, akan meningkatkan risiko

penularan kuman penyebab diare (Wulandari, 2010). Selain itu, masih

banyak masyarakat yang tidak menggunakan sabun untuk mencuci

tangan. Permasalahan menjadi sangat vital ketika kebiasaan tidak

mencuci tangan ini membudaya di masyarakat.

12

Page 13: Laporan Pl Chem 3

4.4 Analisis Penyebab Masalah

Berdasarkan Tabel 1 jumlah penduduk dalam cakupan wilayah

Puskesmas II Baturraden pada tahun 2010 adalah sebesar 47.346 orang.

Diperkirakan sebanyak 8,46% dari warga menderita diare setiap tahunnya.

Beberapa faktor penyebab terjadinya diare adalah faktor lingkungan,

faktor pengetahuan, faktor perilaku bersih dan sehat serta faktor sosial

ekonomi. Dalam praktek lapangan blok CHEM III bertujuan untuk

mengetahui faktor risiko yang menyebabkan kejadian diare di wilayah

Puskesmas II Baturraden.

1. Faktor Lingkungan dengan Kejadian Diare

Gambar 1. Faktor Lingkungan

Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa sebanyak 50%

responden mempunyai lingkungan yang dikategorikan baik dan 50%

responden mempunyai lingkungan yang dikategorikan buruk. Faktor

lingkungan meliputi sumber air minum, jenis tempat pembuangan tinja

dan perilaku membuang sampah yang mempengaruhi angka kejadian

diare di wilayah Puskesmas Baturaden II. Hasil penelitian ini berbeda

dengan Wulandari (2009) tentang hubungan antara faktor lingkugan

dan faktor sosiodemografi dengan kejadian diare pada balita di Desa

Blimbing, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen yang menyatakan

bahwa terdapat hubungan antara faktor lingkungan dengan kejadian

diare (p=0,001) serta penelitian Hartojo (2003) tentang hubungan

13

50%50%

Baik Buruk

Page 14: Laporan Pl Chem 3

faktor-faktor lingkungan keluarga dan kejadian diare di wilayah kerja

Puskesmas Langensari, Kabupaten Ciamis yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan antara keadaan sarana penyediaan air bersih dengan

kejadian diare (p=0,027) dan terdapat hubungan antara keadaan jamban

dengan kejadian diare (p=0,024).

Pada penelitian ini mungkin terjadi bias saat pengambilan data

kuesioner dari responden karena data diambil saat responden telah

mendapat penyuluhan dari pihak puskesmas atau tenaga kesehatan

tentang faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya diare.

Sebagai kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal

oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut,

cairan atau benda yang tercemar degan tinja akibat masyarakat yang

kurang menjaga lingkungan (Depkes RI, 2000).

2. Faktor Pengetahuan dengan Kejadian Diare

70%

30%

Baik Buruk

Gambar 2. Faktor Pengetahuan

Pada hasil penelitian responden yang memiliki pengetahuan

tentang diare, cara penularan serta penanggulannya cukup tinggi yaitu

sebesar 70%. Hal ini berbeda dengan penelitian deskriptif yang

dilakukan oleh Syania (2007) tentang gambaran pengetahuan, sikap dan

perilaku ibu yang memiliki balita terhadap penyakit diare di Keluarahan

Sukawarna Wilayah Kerja Puskesmas Sukawarna Kota Bandung yang

menyatakan tingkat pengetahuan responden tergolong kurang (53,9%).

14

Page 15: Laporan Pl Chem 3

Seharusnya responden yang mengalami diare memiliki tingkat

pengetahuan yang rendah tentang pencegahan, penularan dan

penganganan diare. Terdapat bias pengambilan data dikarenakan jarak

waktu responden menderita diare dengan pengambilan data melalui

kuesioner oleh peneliti cukup jauh sehingga responden telah

mendapatkan pengetahuan tentang diare tersebut. Menurut

Notoatmodjo (2003), tingkat pendidikan seseorang dapat meningkatkan

pengetahuannya tentang kesehatan. Salah satu faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah tingkat pendidikan.

Pendidikan akan memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan

perilaku positif yang meningkat. Menurut Widyastuti (2005), orang

yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih berorientasi pada

tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan

dan memiliki status kesehatan yang lebih baik. Tetapi menurut Sander

(2005) yang melakukan penelitan tentang hubungan faktor sosio budaya

dengan kejadian diare di Kecamatan Sidoarjo mengatakan bahwa tidak

ada hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian diare.

3. Faktor Perilaku Bersih dan Sehat dengan Kejadian Diare

75%

25%

Baik Buruk

Gambar 3. Faktor Perilaku Bersih dan Sehat

Dari gambar 3 tersebut dapat disimpulkan bahwa sebanyak 75%

responden memiliki faktor perilaku bersih dan sehat yang masuk ke

dalam kategori baik, sedangkan responden yang mempunyai perilaku

15

Page 16: Laporan Pl Chem 3

bersih dan sehat yang buruk hanya sebesar 25%. Hasil penelitian ini

berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2012) tentang

faktor risiko kejadian diare balita di sekitar TPS Banaran Kampus

Unnes bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara PHBS terhadap

kejadian diare (p=0,001). Bias pengambilan data kuesioner mungkin

terjadi dikarenakan responden yang sudah terkena diare melakukan

pencegahan pada perilaku hidup bersih dan sehatnya untuk mencegah

penyakit diare terulang kembali.

Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health

behavior) adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai

determinan kesehatan manusia. Perilaku kesehatan lingkungan ini

meliputi : (1) Perilaku sehubungan dangan air bersih, termasuk di

dalamnya komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih untuk

kepentingan kesehatan, (2) Perilaku sehubungan dengan pembuangan

air kotor, yang menyangkut segisegi higiene, pemeliharaan, teknik dan

penggunaannya, (3) Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah

padat maupun limbah cair. Termasuk di dalamnya sistem pembuangan

sampah dan air limbah yang sehat, serta dampak pembuangan limbah

yang tidak baik, (4) Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat,

yang meliputi ventilasi, pencahayaan, lantai dan sebagainya, (5)

Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk

(vektor), dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

4. Faktor Sosial Ekonomi

16

Page 17: Laporan Pl Chem 3

18%

83%

Baik Buruk

Gambar 4. Faktor Sosial Ekonomi

Pada gambar 4 menunjukkan bahwa responden yang memiliki

faktor sosial ekonomi baik sebanyak 17% dan yang buruk sebesar 83%.

Responden yang terkena diare memiliki faktor sosial dan ekonomi yang

buruk dikarenakan keterbatasan mengakses sarana kesehatan yang

memadai, penyediaan air bersih untuk dikonsumsi serta tingkat

pendidikan yang rendah dari responden sehingga menyebabkan

keterbatasan mengakses pengetahuan tentang penyakit diare.

17

Page 18: Laporan Pl Chem 3

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Wilayah kerja Puskesmas II Baturraden meliputi desa Pandak, desa

rempoah, desa Karang Salam, desa Karang Mangu, desa Kemutug Kidul

dan Kemutug Lor. Di setiap desa tersebut selalu ada warga yang pernah

mengalami diare. Presentase penderita diare di wilayah kerja Puskesmas

Baturraden sebesar 8,46%.

b. Faktor risiko terjadinya diare secara umum dapat dilihat dari faktor

lingkungan, faktor pengetahuan, faktor perilaku hidup bersih dan sehat,

serta faktor sosial ekonomi. Di wilayah kerja Puskesmas II Baturraden,

50% warga desa nya memiliki lingkungan yang cukup baik dan 50% nya

lagi masih belum memiliki lingkungan yang baik. Masyarakat di wilayah

cakupan Puskesmas II Baturraden juga sudah memiliki pengetahuan yang

cukup baik. Sebesar 70% sudah bsia dikategorikan baik dan 30% nya

masih belum baik. Untuk faktor perilaku hidup bersih dan sehat,

masyarkata di wilayah ini pun sudah cukup baik, 75% diantaranya sudah

menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupans sehari-hari.

Untuk sosial ekonomi, 17% diantaranya memiliki sosial ekonomi yang

cukup baik.

c. Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian, diantaranya adalah

ketika pengambilan data, mungkin responden sudah mendapatkan

penyuluhan dari pihak puskesmas tentang bagaimana mengatasi kejadian

diare ,selain itu, data juga diambil ketika responden sudah tidak

mengalami diare sehingga sulit untuk membuktikan bahwa beberapa faktor

risiko tersebut merupakan faktor risiko terjadinya diare.

18

Page 19: Laporan Pl Chem 3

5.2 Saran

a. Bagi Institusi

1. Dinas Kesehatan

Dinas Kesehatan sebaiknya meningkatkan program kesehatan

lingkungan contohnya peningkatan kualitas air bersih, penyediaan

tempat pembuangan limbah atau sampah dan meningkatkan promosi

kesehatan.

2. Puskesmas

Puskesmas sebaiknya meningkatkan kegiatan surveilance dalam

pengambilan keputusan penanggulangan penyakit diare bagi

masyarakat. Selain itu, sebaiknya puskesmas memliki data rekam

medis yang lebih lengkap untuk bisa mendukung kegiatan

surveilance ataupun kegiatan lain yang dilakukan.

3. FKIK

Penelitian yang dilakukan dapat digunakan sebagai tindak lanjut

untuk sarana penelitian bagi para mahasiswa FKIK.

b. Bagi Masyarakat

1. Praktek lapangan ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk

menambah informasi dan pengetahuan bagi tentang peranan sarana

kesehatan lingkungan dalam melindungi masyarakat dari diare.

19

Page 20: Laporan Pl Chem 3

DAFTAR PUSTAKA

Ciesla WP, Guerrant RL. Infectious Diarrhea. In: Wilson WR, Drew WL, Henry NK, et al editors. 2003. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. New York: Lange Medical Books. 225 – 68

Depkes, R. I. 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta: Ditjen PPM dan PL

Entjang, I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, cetakanke XIII. Bandung: PT Citra AdityaBakti.

Guandalini, Stefano. 2012. Diarrhea. Chicago: Department of Pediatrics, University of Chicago Medical Center

Hartojo, Ade. 2003. Hubungan Faktor-Faktor Lingkungan Keluarga dengan Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Langensari Kabupaten Ciamis, Agustus-September 2003. Thesis. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang (Abstrak).

Mubasyiroh, Rofingatul. 2010. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita di Beberapa Regional Indonesia Tahun 2007. BuletinPenelitianKesehatan. Suplemen : 24-31

Notoatmodjo, S. 2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta

Riandari,F dan Priyantini,S. 2011. The Length of Stay Difference between Under 5 Years Patient with Acute Diarrhoea Treated With and Without Probiotic : An Analytical Study in RSUD Kota Semarang during the Period January to December 2007. Semarang : Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung

Sander, M, A. 2005. Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo. Jurnal Medika. Vol 2. No 2. Juli-Desember 2005 : 163-193

Sukarni, M. 2002. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Bandung : Kanisius

Syania, Puti. 2008. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu yang Memiliki Balita Terhadap Penyakit Diare di RW. 03 Kelurahan Sukawarna Wilayah Kerja Puskesmas Sukawarna Kota Bandung. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranantha (Abstrak).

20

Page 21: Laporan Pl Chem 3

Wasito, Sidik, Sri SoewastiSoesanto, & Ida Bagus Indra Gotama. 1989. Dampak Perbaikan Air Minum Pada Kesehatan Anak : Tinjauan dari Segi kejadian dan Hubungannya dengan Kebiasaan Membuang Kotoran dan Sampah. Buletin Penelitian Kesehatan. 16 (4)

Wibowo, Tony. 2004. Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Bayi dan Anak Balita di Indonesia. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Widyastuti, P. (ed). 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2. Jakarta : EGC

Wijaya, Yulianto. 2012. Faktor Risiko Kejadian Diare balita di Sekitar TPS Banaran Kampus Unnes. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang (Diterbitkan).

Wulandari, Anjar. 2009. Hubungan Antara Faktor Lingkungan dan Faktor Sosial Ekonomi dengan Kejadian Diare Pada Balita di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (Diterbitkan).

Wulandari, Atik Sri. 2010. Hubungan Kasus Diare dengan Faktor Sosial Ekonomi dan Perilaku. Bagian Imu Kesehatan Masyarakat. Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

21

Page 22: Laporan Pl Chem 3

Lampiran 1. Kuesioner

DAFTAR PERTANYAAN

FAKTOR RISIKO DIARE

PUSKESMAS II BATURADEN BULAN NOVEMBER 2012

Pewawancara :

Hasil/tgl wawancara :

No. ID :

Paraf tutor :

IDENTITAS PENDERITA

Nama :

Jenis Kelamin :

Jumlah saudara kandung :

TTL :

Alamat :

Jumlah penghasilan keluarga :

IDENTITAS ORANG TUA/RESPONDEN

Ayah

Nama :

Usia :

Pekerjaan :

Pendidikan terakhir :

Jumlah tanggungan :

Ibu

Nama :

Usia :

Pekerjaan :

Pendidikan terakhir :

22

Page 23: Laporan Pl Chem 3

Lingkari jawaban yang anda pilih (Jawaban diperbolehkan lebih dari 1)

FAKTOR RISIKO

A. FAKTOR LINGKUNGAN (ENVIROMENTAL FACTORS)

1. Darimana sumber air untuk keperluan sehari-hari

a. Air PAM

b. Sumur pompa

c. Sumur gali

d. Air kemasan

e. Sungai

f. Lain-lain

2. Bagaimana keadaan air sebelum anda pergunakan

a. Jernih

b. Berbau

c. Keruh

d. Berasa

e. Lain-lain

3. Apakah jenis air minum yang anda gunakan

a. Air isi ulang

b. Air yang dimasak

c. Air yang tidak dimasak

4. Apakah anda mempunyai jamban di rumah

a. Ya

b. Tidak

5. Jika anda tidak mempunyai jamban di rumah, dimanakah tempat anda

MCK

a. WC umum

b. Sungai

c. Kebun

d. Empang

6. Jikaya, jenis jamban apa yang digunakan?

a. Leherangsa

23

Page 24: Laporan Pl Chem 3

b. Cemplung atau lubang gali

c. Sungai atau tanah

7. Apakah jamban anda mempunyai lantai kedap air

a. Ya

b. Tidak

8. Berapakah jarak jamban dari sumber air minum terdekat

a. > 10 meter

b. < 10 meter

c. Tidak tahu

9. Apakah ada tempat pembuangan sampah di rumah

a. Ya

b. Tidak

10. Apabila tidak, dimana sampah dibuang?

a. Ditimbun

b. Sembarang tempat

c. Dibakar

d. Dibuang ke sungai

11. Apakah tempat sampah tertutup?

a. Ya

b. Tidak

12. Berapa kali tempat sampah dikosongkan?

a. 1x 24 jam

b. 1 kali dalam 2 hari

c. Semaunya

13. Berapa jumlah penghuni dalam satu rumah

a. Satu

b. Dua

c. Tiga

d. Lain lain,…..

14. Berapa jumlah kamar dalam satu rumah

a. satu

b. dua

24

Page 25: Laporan Pl Chem 3

c. tiga

d. Lain lain ,…..

B. PENGETAHUAN PASIEN TERHADAP PENYAKITNYA

1. Apakah pendidikan terakhir anda

a. Tidak sekolah

b. Sekolah dasar (SD)

c. Sekolah Menengah Pertama (SMP)

d. Sekolah Menengah Atas (SMA)

e. Universitas

2. Apakah anda tahu tentang diare?

a. Ya

b. Tidak

3. Anda mengetahui diare dari siapa?

a. Keluarga

b. Saudara

c. Puskesmas atau balai pengobatan

d. Media cetak atau elektronik

e. Tetangga

f. Lain-lain.......................................

4. Menurut anda penyakit diare disebabkan oleh apa?

a. Bakteri

b. Virus

c. Jamur

d. Cacing

e. Tidak tahu

5. Menurut anda apakah penyakit diare itu berbahaya?

a. Ya

b. Tidak

6. Apakah anda tahu gejala awal diare seperti apa?

a. Berak encer lebih dari 3 kali dalam sehari

b. Berak kurang dari 3 kali dalam sehari

c. Tidak tahu

25

Page 26: Laporan Pl Chem 3

7. Apakah sebelumnya ada anggota keluarga anda yang memiliki gejala di

atas?

a. Ya

b. Tidak

8. Menurut anda, selain penyebab di atas (bakteri, virus, dll) adakah hal lain

yang bisa menyebabkan diare?

a. Keracunan makanan/minuman

b. Kurang gizi

c. Alergi susu

d. Sistem imun menurun

e. Tidak tahu

f. Lain-lain ….

9. Apakah anda mengetahui cara penularan diare?

a. Ya

b. Tidak

10. Jika ya, menurut anda apakah yang dapat menjadi penyebab penularan

diare?

a. Dari makanan/minuman yang terkontaminasi tinja/muntahan penderita

diare

b. Tidak cuci tangan setelah melakukan kegiatan MCK

c. Tidak tahu

d. Lain-lain…

11. Apakah menurut anda diare berbahaya?

a. Ya

b. Tidak

12. Jika ya, apakah menurut anda diare dapat menyebabkan kematian?

a. Ya.

b. Tidak

13. Jikaiya, apa yang menyebabkan kematian

a. Dehidrasi

b. Infeksi

c. Lain lain,…..

26

Page 27: Laporan Pl Chem 3

14. Menurut anda apa tindakan awal untuk penderita diare?

a. Istirahat

b. Minum air minum yang banyak

c. Minum oralit

d. Minum obat warung

e. Dibawa ke Pelayanan Kesehatan

f. Dibawa ke dukun

g. Dibiarkan

15. Apakah anda tahu apa yang dimaksud dengan oralit?

a. Ya

b. Tidak

16. Menurut anda, bagaimana cara menanggulagi diare?

a. Dibiarkansaja

b. Istirahat yang cukup

c. Diberioralit

d. Dibawakepelayanankesehatan

e. Dibawakedukun

17. Menurut anda apakah diare bisa dicegah

a. Ya

b. Tidak

18. Apakah pada waktu kecil pernah mendapatkan vaksin atau imunasasi

a. Ya

b. Tidak

C. FAKTOR PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

1. Apakah anda menderita diare?

a. Ya

b. Tidak

2. Jika ya, kapan terakhir anda menderita diare?

a. Kurang dari 1 bulan yang lalu

b. Lebih dari 1 bulan yang lalu

c. Lain-lain (sebutkan).........................

3. Apakah anda menyediakan sabun di jamban anda?

27

Page 28: Laporan Pl Chem 3

a. Ya

b. Tidak

4. Apakah anda biasa mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah anda mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah makan?

a. Ya

b. Tidak

6. Apakah anda mengetahui cara mencuci tangan yang benar?

a. Ya

b. Tidak

7. Dimana biasanya anda buang air besar?

a. WC

b. Sungai

8. Darimana sumber air yang anda pakai untuk mencuci piring, memasak,

dan minum?

a. PAM

b. Sumur, lain-lain

9. Bila dari sumur, apakah jarak sumur ke sungai minimal adalah 10 m?

a. Ya

b. Tidak

10. Apakah anda biasa menutup makanan dengan tudung saji?

a. Ya

b. Tidak

11. Apakah tersedia tempat sampah di dalam atau luar rumah?

a. Ya

b. Tidak

12. Bila responden anak, apakah orang tua memberikan ASI ekslusif (ASI

sajatanpamakananpendamping ASI) sampai berusia 6 bulan?

a. Ya

b. Tidak

13. Jika Tidak, apakah bayi diberi makanan pengganti ASI?

28

Page 29: Laporan Pl Chem 3

a. Ya

b. Tidak

14. Apakahjenismakananpendamping ASI yang andaberikan

a. Air putih

b. Buah – buahan

c. Sayur – sayuran

d. Jajanan (biskuit)

e. Lain – lain,…

15. Apakah suka membeli makanan/jajanan di pinggir jalan?

a. Ya

b. Tidak

16. Apakah anda mengkonsumsi air matang untuk minum?

a. Ya

b. Tidak

17. Apakah buah/sayur yang hendak diolah telah dicuci bersih?

a. Ya

b. Tidak

18. Apakah makanan selalu habis sekali masak?

a. Ya

b. Tidak

19. Apakah makanan sisa dipanaskan kembali sebelum dimakan?

a. Ya

b. Tidak

20. Bila pasien usia 0-18 bulan, apakah suka memasukkan mainan ke dalam

mulut?

a. Ya

b. Tidak

D. FAKTOR SOSIAL EKONOMI

1. Pendidikan tertinggi responden:

a) Tidak tamat SD

b) Tamat SD

29

Page 30: Laporan Pl Chem 3

c) Tamat SMP atau lebih

2. Pekerjaan pokok:

a) Petani, buruh

b) Karyawan swasta

c) PNS, BUMN

3. Penghasilan keluarga rata-rata/bulan

a) ≤Rp 650.000,-

b) Rp 700.000-1.500.000,-

c) Rp>1.500.000

4. Jumlah anggota keluarga

a) >3 orang

b) 3 orang

c) 2 orang

5. Kepemilikan barang

a) 0

b) 1-7

c) >7

6. Bahan bakar

a) arang/kayu

b) minyak tanah

c) gas/listrik

7. Sarana air minum

a) Di luar rumah

b) Di pekarangan

c) Di rumah

8. Luas lantai

a) <30 m2

b) 30-69 m2

c) >70 m2

30