Laporan Pl Chem 3
-
Upload
previasari-zahra-pertiwi -
Category
Documents
-
view
60 -
download
1
Transcript of Laporan Pl Chem 3
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare merupakan penyakit yang sudah tidak asing keberadaannya di
indonesia, bahkan dunia. Diare didefinisikan sebagai buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air
tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam (Ciesla,et
al, 2003). Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer
lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai
lendir dan darah (Riandari, et al, 2011).
Diare dapat diderita oleh semua umur, namun lebih sering dijumpai pada
anak anak. Yang ada di pandangan masyarakat awam, bahkan para tenaga
terdidik, kadang masih ada anggapan bahwa diare hanyalah penyakit yang
identik dengan tidak bersihnya lingkungan, berkenaan dengan kotoran, dan
bakteri saja. Padahal, etiologi atau penyebab penyakit ini dapat dikatakan
beragam. Mulai dari virus, bakteri, sistem imun yang rendah bahkan segi
psikologis juga ikut berperan (Guandalini, 2012).
Stigma di masyarakat sekarang berkata bahwa diare merupakan penyakit
masyarakat desa. Penderitanya dapat dikatakan hanya berkutat di kalangan
menengah ke bawah saja. Maka dengan pola pikir masyarakat dewasa ini, tak
mengherankan bahwa diare dipandang sebagai penyakit sepele yang tidak
berbahaya. Namun, fakta membuktikan bahwa kematian akibat diare di dunia
internasional walaupun mengalami penurunan, masih tergolong tinggi.
Beberapa estimasi mengatakan bahwa diare tetap sebagai pembunuh terbesar di
dunia anak-anak dengan 18% dari 10.6 juta angka kematian anak dibawah 5
tahun.(Guandalini, 2012) .
Fakta yang terpapar di atas mampu menarik minat penulis untuk
membuat sebuah karya mengenai keterkaitan diare dan faktor resikonya.
Penelitian akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas II Baturraden, yang
terletak di kabupaten Banyumas, kecamatan Baturaden dengan cakupan 6 desa.
1
1.2 Tujuan
a. Mengidentifikasi penyebaran kejadian diare di Wilayah Kerja Puskesmas II
Baturraden
b. Mengidentifikasi faktor-faktor resiko dari penyakit diare, baik dari faktor
perilaku,pengetahuan, lingkungan maupun lingkungan di Wilayah Kerja
Puskesmas II Baturraden
2
2 GAMBARAN UMUM
2.1 Keadaan Geografi
Puskesmas II Baturraden berada di dalam wilayah Kecamatan
Baturraden. Wilayah administrasi Kecamatan Baturraden mencakup dua belas
desa yaitu Desa Purwosari, Desa Kutasari, Desa Pandak, Desa Pamijen, Desa
Rempoah, Desa Kebumen, Desa Karang Tengah, Desa Kemutug Kidul, Desa
Karangsalam, Desa Kemutug Lor, Desa Karang Mangu, dan Desa Ketengger.
Luas wilayah Kecamatan Baturraden adalah 45,53 Km2. Kecamatan
Baturraden berbatasan dengan Kabupaten Tegal di sebelah utara, Kecamatan
Purwokerto Utara di sebelah selatan, Kecamatan Sumbang di sebelah timur,
dan Kecamatan Kedung Banteng di sebelah barat. Wilayah kerja Puskesmas II
Baturraden sendiri mencakup 8 desa yaitu Desa Karangsalam, Kemutug Lor,
Kemutug Kidul, Pandak, Rempoah, dan Karang Mangu.
2.2 Keadaan Demografi
Berdasarkan data kependudukan, dari 6 desa seperti yang dalam tabel
kependudukan, jumlah keseluruhan penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas
Baturraden II pada tahun 2010 adalah sebesar 47.346 orang. Laju
pertumbuhan penduduk pada tahun 2010 sebesar 1,49% dengan jumlah
pertambahan penduduk sebesar 707 orang. Pada wilayah kerja Puskesmas II
Baturraden, Desa Rempoah merupakan desa dengan kepadatan penduduk
tertinggi sedangkan Desa Pandak merupakan desa dengan kepadatan
penduduk terendah. Jumlah penduduk terbesar berada di Desa Rempoah
3
Tabel 1. Data Kependudukan Usia pada Wilayah Kerja Puskesmas II Baturraden Tahun 2010
sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Desa Karangsalam. Jumlah
kelahiran dan kematian rata-rata pada ke enam desa di wilayah kerja
Puskesman II Baturraden masing-masing sebesar 66 dan 26 dengan rata-rata
angka kelahiran dan kematian kasar masing-masing sebesar 19,31 dan 7,09.
2.3 Sosial Ekonomi
Tabel 2. Data Mata Pencaharian Penduduk Desa Wilayah Cakupan Kerja
Puskesmas II Baturraden
Mata
Pencaharian
Desa
Pandak Rempoah Kemutug
Kidul
Karangsalam Kemutug
Lor
Karang
Mangu
Jumlah
Petani sendiri 75 575 279 279 515 23 1743
Buruh Tani 57 536 0 91 675 38 1397
Pengusaha 29 25 82 4 4 121 265
Buruh Industri 68 79 154 15 25 4 345
Buruh Bangunan 86 69 80 128 75 27 465
Pedagang 204 300 82 23 130 130 869
Pengangkutan 19 111 25 2 15 20 192
PNS 39 181 22 40 75 98 455
ABRI 4 33 3 0 7 6 53
Pegawai BUMN 18 3 2 18 5 12 58
Pensiunan 47 56 8 17 116 50 294
Penggalian 4 0 0 15 0 2 21
Jasa Sosial 30 82 32 28 56 215 443
Lain-lain 23 217 8 57 120 18 443
Nelayan 0 0 0 0 0 0 0
Terkecil 0 0 0 0 0 0 0
Terbesar 204 575 279 276 675 215 1743
Berdasarkan tabel tersebut, sebagian besar penduduk pada wilayah
kerja Puskesmas II Baturraden bekerja sebagai petani sendiri. Setelah itu
diikuti dengan buruh tani sebesar 1397 orang dan pedagang sebesar 869
orang. Di Desa Pandak mayoritas penduduk bekerja sebagai pedagang. Di
Desa Rempoah, Kemutug Kidul, dan Karangsalam sebagian besar
4
penduduk bermata pencaharian sebagai petani sendiri. Sedangkan di Desa
Kemutug Lor sebagian besar penduduk bekerja sebagai buruh tani dan
sebagian besar penduduk Karangmangu banyak yang bekerja sebagai
pekerja jasa sosial.
3 PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN
5
3.1 Derajat Kesehatan Masyarakat
Pada program kesehatan pada masyarakat kecamatan Baturaden antara
lain melaksanakan imunisasi pada balita secara rutin, pemakaian air minum
bersih untuk kebutuhan sehari-hari, serta mengerti kebersihan mencuci tangan
secara benar. Puskesmas juga sudah merekap data-data penyakit yang sedang
mewabah sehingga dapat merencanakan program-program pencegahan serta
penanggulangan penyakit. Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi
oleh banyak faktor, faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor
kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasana
kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan,
lingkungan sosial, keturunan dan faktor lain. Pada umumnya derajat
kesehatan masyarakat cukup baik. Seperti tingkat pengetahuan masyarakat
tentang penyakit, untuk lingkungan pedesaan yang kebanyakan mempunyai
kolam ikan hampir di setiap rumah digunakan untuk jamban yang airnya
berasal dari satu sumber, Berkaitan dengan tingkat gizi sudah baik. Tidak ada
yang menderita gizi buruk, berkaitan dengan tingkat ekonomi kebanyakan
sudah baik.
3.2 Perilaku Masyarakat
Dari hasil pengisian data kuesioner kebanyakan masyarakat berkunjung
ke puskesmas untuk melakukan pemeriksaan. Hal ini menunjukkan adanya
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan sangat baik.
3.3 Kesehatan Lingkungan
1. Rumah
Di Kecamatan Baturaden , dari 12.004 rumah, yang memenuhi syarat
kesehatan sebesar 74.18 % yaitu 8.905 rumah, rumah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan sebanyak 3099 rumah.
2. Sampah
Untuk Pengelolaan sampah pada Kecamatan Baturaden khususnya di
TPA Kemutug Lor tidak difungsikan sebagai TPA, karena letaknya di
Kecamatan Baturraden dan berdekatan dengan sumber air, serta berada di
wilayah konservasi alam. Para masyarakat kebanyakan menimbun
6
sampah, karena pengambilan sampah oleh petugas dilakukan seminggu
sekali.
3. Pengairan
Tabel 3. Banyaknya Prasarana Pengairan Per Desa Di Kecamatan
Baturraden
No NamaDesa DAM Air Terjun Sungai PAM
1 Pandak 5 - 2 35
2 Rempoah 5 1 3 681
3 KemutugKidul 5 4 3 18
4 Karangsalam 3 4 2 -
5 KemutugLor 5 - 3 75
6 Karangmangu 3 - 1 271
Jumlah 26 9 14 1080
4. Sanitasi
Keadaan sanitasi di Kecamatan Baturaden :
JSP (Akses Jamban Sehat Permanen) = 6.412
JSSP (Akses Jamban Sehat Semi Permanen) = 0
Sharing (Masih Numpang ke Jamban Sehat) = 198
BABS (Masih Buang Air Besar Sembarangan) = 6968
3.4 Pelayanan Kesehatan
Tabel 4. Banyaknya Sarana Kesehatan PerDesa Di Kecamatan Baturraden
No NamaDesa Puslin PKDPolidesPuskesmas Puskesmas Posyandu
7
g
1 Pandak - 1 - 4
2 Rempoah - 2 2 11
3 KemutugKidul - 1 - 5
4 Karangsalam - 1 - 4
KemutugLor - 1 - 5
6 Karangmangu - 1 - 6
Jumlah 0 7 2 35
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana
pelayanan kesehatan yang paling penting di Indonesia. Yang dimaksud dengan
Puskesmas adalah unit pelaksanaan fungsional yang berfungsi sebagai pusat
pembangun kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan kegiatan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan
pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama di Indonesia, pengelolaan
program kerja puskesmas berpedoman kepada 4 asas pokok yakni :
a. Asas pertanggungjawaban wilayah
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus melaksanakan
asas pertanggungjawaban wilayahnya. Artinya, Puskesmas harus bertanggung
jawab atas semua masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerjanya.
b. Asas peran serta masyarakat
Puskesmas harus berupaya mengikutsertakan masyarakat dalam program-
program yang dilakukan oleh puskesmas.
c. Asas keterpaduan
Puskesmas tidak hanya berkutat pada masalah kesehatan saja, melainkan
dapat memadukan dengan program-program di sektor lain.
d. Asas rujukan
Apabila puskesmas tidak mampu mengatasi suatu masalah kesehatan maka
harus merujuk ke sarana kesehatan yang lebih mampu. Untuk pelayanan
kedokteran jalur rujukannya adalah rumah sakit.
8
Selain itu, Puskesmas memiliki program Basic Six yang penting dalam
Pelayanan kesehatan di puskesmas, diantaranya :
a. Promosi Kesehatan
b. Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Pelayanan Gizi Masyarakat (UPGM)
d. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak serta KB
e. Pemberantasan Penyakit Menular
f. Pengobatan
Sesuai dengan pernyataan tersebut, pengelolaan program kerja Puskesmas
II Baturaden juga berpedoman kepada 4 asas pokok dan mencanangkan 6 program
pokok Puskesmas. Puskesmas II Baturraden merupakan satu-satunya Puskesmas
di Kabupaten Banyumas yang memiliki Klinik Keperawatan Terpadu. Klinik ini
memberikan pelayanan khusus keperawatan pada individu, keluarga dan
masyarakat atau sering disebut Keperawatan Kesehatan Masyarakat, sedangkan di
Puskesmas hanya melayani pemeriksaan saja artinya tidak merawat pasien. Jadi
Praktek di Klinik Keperawatan Terpadu dengan Puskesmas aplikasinya berbeda.
9
IV. ANALISIS MASALAH
4.1 Analisis Masalah
Berdasarkan data Puskesmas II Baturraden, sepuluh penyakit dengan jumlah
tertinggi di wilayah kerja puskesmas baturraden 2 adalah ISPA, dispesia,
hipertensi, dermatitis, mialgia, asma, diare, reumatoid artritis, edem, dan
gangguan mata. Berdasarkan data yang kami terima, diare sepanjang tahun
2012 berada pada sepuluh besar penyakit terbanyak yang diderita oleh
penduduk di wilayah kerja Puskesmas II Baturraden. Prevalensi diare pada
suatu daerah dipengaruhi oleh sistem sanitasi yang buruk sehingga pada
keluarga yang memiliki sistem sanitasi yang tidak baik atau memiliki
kebiasaan membuang kotoran dengan cara yang tidak saniter akan memiliki
resiko lebih besar terkena diare (Wasito, et al., 1989). Selain itu, sumber air
minum yang tidak sehat juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya
diare. Pendidikan orang tua yang rendah juga berhubungan dengan
peningkatan resiko diare. Status ekonomi juga memiliki hubungan yang
bermakna dengan peningkatan kejadian diare (Mubasyiroh, 2010). Melihat
banyaknya faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare, kami ingin
mengetahui faktor resiko apa saja yang bisa mempengaruhi kejadian diare di
wilayah kerja Puskesmas II Baturraden.
4.2 Perumusan Masalah
1. Apakah faktor lingkungan menjadi faktor risiko kejadian diare di cakupan
wilayah kerja Puskesmas Baturraden II?
2. Apakah faktor pengetahuan menjadi faktor risiko kejadian diare di wilayah
kerja Puskesmas Baturraden II?
3. Apakah faktor PHBS menjadi faktor risiko kejadian diare di cakupan
wilayah kerja Puskesmas Baturraden II?
4. Apakah faktor sosial ekonomi menjadi faktor risiko kejadian diare di
cakupan wilayah kerja Puskesmas Baturraden II?
10
4.3 Prioritas Masalah
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan memiliki proporsi dalam faktor risiko terjadinya
diare di masyarakat Kecamatan Baturraden 2. Pengolahan limbah
yang buruk dapat mencemari lingkungan yang akan dapat menjadikan
lingkungan tersebut sebagai media tumbuh dan berkembangbiak dari
agen penyebab diare. Hal ini dapat mempermudah jalur infeksi agen
terhadap manusia. Air minum yang aman merupakan kebutuhan hidup
yang esensial, namun juga dapat berperan sebagai media transmisi
penyakit diare terutama apabila sumber air sudah tercemar (Wibowo,
2004). Selain itu, faktor pembuangan tinja dengan jamban dan
pengolahan sampah yang benar juga berpengaruh pada faktor risiko
diare oleh lingkungan.
2. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi merupakan salah satu faktor risiko pada
terjadinya penyakit diare di masyarakat. Rendahnya jenjang
pendidikan yang dimiliki masyarakat menyebabkan rendahnya
pengetahuan masyarakat terhadap diare, utamanya pada faktor
penyebab diare itu sendiri sehingga upaya pencegahan yang dilakukan
masyarakat terhadap diare sangat kurang. Kesalahan pada pola pikir
serta pemahaman masyarakat terhadap faktor pencetus diare
menyebabkan penyimpangan perilaku oleh ketidaktahuan itu sendiri.
Misalnya, masih banyak orang yang beranggapan bahwa diare berasal
dari makanan yang pedas semata, tanpa berpikir bahwa faktor lain
seperti sanitasi dan higiene seseorang juga penting dalam
menjembatani penyakit diare oleh suatu agen. Angka penghasilan
masyarakat yang relatif lebih rendah dari angka kebutuhan yang harus
diakomodir dari jumlah tanggungan keluarga yang banyak juga
menyebabkan masalah. Selain itu, jenis pekerjaan orangtua biasanya
berkaitan dengan tingkat pendidikan dan penghasilan (Wulandari,
2010). Orang yang bekerja sebagai pegawai negeri ataupun swasta
11
biasanya memiliki status pendidikan yang tinggi jika dibandingkan
dengan buruh atau petani.
3. Faktor Pengetahuan
Faktor pengetahuan juga menjadi faktor risiko dalam terjadinya
penyakit diare. Rendahnya pengetahuan masyarakat akan pengertian,
cara penularan, dan cara mencegah diare menyebabkan tingginya
angka kesakitan diare di masyarakat. Diare dapat menular dan
terdistribusi dengan cepat apabila masyarakat tidak memiliki
pengetahuan tentang penyakit diare serta jalur penularannya untuk
segera diberlakukan pencegahan yang tepat terhadap diare. Menurut
penelitian, faktor pendidikan kelompok ibu yang memiliki status
pendidikan diatas SMP memiliki kemungkinan 1,25 kali lebih baik
dalam pemberian cairan rehidrasi oral pada balita dibandingkan
dengan kelompok ibu dengan status pendidikan dibawah SD
(Wulandari, 2010). Semakin tinggi tingkat pendidikan orangtua,
semakin baik tingkat kesehatan yang dimiliki anak.
4. Faktor Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Faktor perilaku masyarakat akan hidup bersih dan sehat berpengaruh
pada faktor risiko terjadinya diare di masyarakat. Pengetahuan
masyarakat akan pentingnya kebiasaan mencuci tangan yang baik dan
benar masih terbilang rendah terutama pada saat setelah buang air
besar dan sebelum serta sesudah makan dimana tangan merupakan
media transmisi agen penyebab diare yang mudah untuk menularkan
ke hospes lain. Kontak langsung penderita pada host lain, misalnya
melalui tangan ke tangan kemudian memegang dan memasukkan
makanan tanpa cuci tangan terlebih dahulu, akan meningkatkan risiko
penularan kuman penyebab diare (Wulandari, 2010). Selain itu, masih
banyak masyarakat yang tidak menggunakan sabun untuk mencuci
tangan. Permasalahan menjadi sangat vital ketika kebiasaan tidak
mencuci tangan ini membudaya di masyarakat.
12
4.4 Analisis Penyebab Masalah
Berdasarkan Tabel 1 jumlah penduduk dalam cakupan wilayah
Puskesmas II Baturraden pada tahun 2010 adalah sebesar 47.346 orang.
Diperkirakan sebanyak 8,46% dari warga menderita diare setiap tahunnya.
Beberapa faktor penyebab terjadinya diare adalah faktor lingkungan,
faktor pengetahuan, faktor perilaku bersih dan sehat serta faktor sosial
ekonomi. Dalam praktek lapangan blok CHEM III bertujuan untuk
mengetahui faktor risiko yang menyebabkan kejadian diare di wilayah
Puskesmas II Baturraden.
1. Faktor Lingkungan dengan Kejadian Diare
Gambar 1. Faktor Lingkungan
Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa sebanyak 50%
responden mempunyai lingkungan yang dikategorikan baik dan 50%
responden mempunyai lingkungan yang dikategorikan buruk. Faktor
lingkungan meliputi sumber air minum, jenis tempat pembuangan tinja
dan perilaku membuang sampah yang mempengaruhi angka kejadian
diare di wilayah Puskesmas Baturaden II. Hasil penelitian ini berbeda
dengan Wulandari (2009) tentang hubungan antara faktor lingkugan
dan faktor sosiodemografi dengan kejadian diare pada balita di Desa
Blimbing, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara faktor lingkungan dengan kejadian
diare (p=0,001) serta penelitian Hartojo (2003) tentang hubungan
13
50%50%
Baik Buruk
faktor-faktor lingkungan keluarga dan kejadian diare di wilayah kerja
Puskesmas Langensari, Kabupaten Ciamis yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara keadaan sarana penyediaan air bersih dengan
kejadian diare (p=0,027) dan terdapat hubungan antara keadaan jamban
dengan kejadian diare (p=0,024).
Pada penelitian ini mungkin terjadi bias saat pengambilan data
kuesioner dari responden karena data diambil saat responden telah
mendapat penyuluhan dari pihak puskesmas atau tenaga kesehatan
tentang faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya diare.
Sebagai kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal
oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut,
cairan atau benda yang tercemar degan tinja akibat masyarakat yang
kurang menjaga lingkungan (Depkes RI, 2000).
2. Faktor Pengetahuan dengan Kejadian Diare
70%
30%
Baik Buruk
Gambar 2. Faktor Pengetahuan
Pada hasil penelitian responden yang memiliki pengetahuan
tentang diare, cara penularan serta penanggulannya cukup tinggi yaitu
sebesar 70%. Hal ini berbeda dengan penelitian deskriptif yang
dilakukan oleh Syania (2007) tentang gambaran pengetahuan, sikap dan
perilaku ibu yang memiliki balita terhadap penyakit diare di Keluarahan
Sukawarna Wilayah Kerja Puskesmas Sukawarna Kota Bandung yang
menyatakan tingkat pengetahuan responden tergolong kurang (53,9%).
14
Seharusnya responden yang mengalami diare memiliki tingkat
pengetahuan yang rendah tentang pencegahan, penularan dan
penganganan diare. Terdapat bias pengambilan data dikarenakan jarak
waktu responden menderita diare dengan pengambilan data melalui
kuesioner oleh peneliti cukup jauh sehingga responden telah
mendapatkan pengetahuan tentang diare tersebut. Menurut
Notoatmodjo (2003), tingkat pendidikan seseorang dapat meningkatkan
pengetahuannya tentang kesehatan. Salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah tingkat pendidikan.
Pendidikan akan memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan
perilaku positif yang meningkat. Menurut Widyastuti (2005), orang
yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih berorientasi pada
tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan
dan memiliki status kesehatan yang lebih baik. Tetapi menurut Sander
(2005) yang melakukan penelitan tentang hubungan faktor sosio budaya
dengan kejadian diare di Kecamatan Sidoarjo mengatakan bahwa tidak
ada hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian diare.
3. Faktor Perilaku Bersih dan Sehat dengan Kejadian Diare
75%
25%
Baik Buruk
Gambar 3. Faktor Perilaku Bersih dan Sehat
Dari gambar 3 tersebut dapat disimpulkan bahwa sebanyak 75%
responden memiliki faktor perilaku bersih dan sehat yang masuk ke
dalam kategori baik, sedangkan responden yang mempunyai perilaku
15
bersih dan sehat yang buruk hanya sebesar 25%. Hasil penelitian ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2012) tentang
faktor risiko kejadian diare balita di sekitar TPS Banaran Kampus
Unnes bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara PHBS terhadap
kejadian diare (p=0,001). Bias pengambilan data kuesioner mungkin
terjadi dikarenakan responden yang sudah terkena diare melakukan
pencegahan pada perilaku hidup bersih dan sehatnya untuk mencegah
penyakit diare terulang kembali.
Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health
behavior) adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai
determinan kesehatan manusia. Perilaku kesehatan lingkungan ini
meliputi : (1) Perilaku sehubungan dangan air bersih, termasuk di
dalamnya komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih untuk
kepentingan kesehatan, (2) Perilaku sehubungan dengan pembuangan
air kotor, yang menyangkut segisegi higiene, pemeliharaan, teknik dan
penggunaannya, (3) Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah
padat maupun limbah cair. Termasuk di dalamnya sistem pembuangan
sampah dan air limbah yang sehat, serta dampak pembuangan limbah
yang tidak baik, (4) Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat,
yang meliputi ventilasi, pencahayaan, lantai dan sebagainya, (5)
Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk
(vektor), dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
4. Faktor Sosial Ekonomi
16
18%
83%
Baik Buruk
Gambar 4. Faktor Sosial Ekonomi
Pada gambar 4 menunjukkan bahwa responden yang memiliki
faktor sosial ekonomi baik sebanyak 17% dan yang buruk sebesar 83%.
Responden yang terkena diare memiliki faktor sosial dan ekonomi yang
buruk dikarenakan keterbatasan mengakses sarana kesehatan yang
memadai, penyediaan air bersih untuk dikonsumsi serta tingkat
pendidikan yang rendah dari responden sehingga menyebabkan
keterbatasan mengakses pengetahuan tentang penyakit diare.
17
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Wilayah kerja Puskesmas II Baturraden meliputi desa Pandak, desa
rempoah, desa Karang Salam, desa Karang Mangu, desa Kemutug Kidul
dan Kemutug Lor. Di setiap desa tersebut selalu ada warga yang pernah
mengalami diare. Presentase penderita diare di wilayah kerja Puskesmas
Baturraden sebesar 8,46%.
b. Faktor risiko terjadinya diare secara umum dapat dilihat dari faktor
lingkungan, faktor pengetahuan, faktor perilaku hidup bersih dan sehat,
serta faktor sosial ekonomi. Di wilayah kerja Puskesmas II Baturraden,
50% warga desa nya memiliki lingkungan yang cukup baik dan 50% nya
lagi masih belum memiliki lingkungan yang baik. Masyarakat di wilayah
cakupan Puskesmas II Baturraden juga sudah memiliki pengetahuan yang
cukup baik. Sebesar 70% sudah bsia dikategorikan baik dan 30% nya
masih belum baik. Untuk faktor perilaku hidup bersih dan sehat,
masyarkata di wilayah ini pun sudah cukup baik, 75% diantaranya sudah
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupans sehari-hari.
Untuk sosial ekonomi, 17% diantaranya memiliki sosial ekonomi yang
cukup baik.
c. Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian, diantaranya adalah
ketika pengambilan data, mungkin responden sudah mendapatkan
penyuluhan dari pihak puskesmas tentang bagaimana mengatasi kejadian
diare ,selain itu, data juga diambil ketika responden sudah tidak
mengalami diare sehingga sulit untuk membuktikan bahwa beberapa faktor
risiko tersebut merupakan faktor risiko terjadinya diare.
18
5.2 Saran
a. Bagi Institusi
1. Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan sebaiknya meningkatkan program kesehatan
lingkungan contohnya peningkatan kualitas air bersih, penyediaan
tempat pembuangan limbah atau sampah dan meningkatkan promosi
kesehatan.
2. Puskesmas
Puskesmas sebaiknya meningkatkan kegiatan surveilance dalam
pengambilan keputusan penanggulangan penyakit diare bagi
masyarakat. Selain itu, sebaiknya puskesmas memliki data rekam
medis yang lebih lengkap untuk bisa mendukung kegiatan
surveilance ataupun kegiatan lain yang dilakukan.
3. FKIK
Penelitian yang dilakukan dapat digunakan sebagai tindak lanjut
untuk sarana penelitian bagi para mahasiswa FKIK.
b. Bagi Masyarakat
1. Praktek lapangan ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
menambah informasi dan pengetahuan bagi tentang peranan sarana
kesehatan lingkungan dalam melindungi masyarakat dari diare.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ciesla WP, Guerrant RL. Infectious Diarrhea. In: Wilson WR, Drew WL, Henry NK, et al editors. 2003. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. New York: Lange Medical Books. 225 – 68
Depkes, R. I. 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta: Ditjen PPM dan PL
Entjang, I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, cetakanke XIII. Bandung: PT Citra AdityaBakti.
Guandalini, Stefano. 2012. Diarrhea. Chicago: Department of Pediatrics, University of Chicago Medical Center
Hartojo, Ade. 2003. Hubungan Faktor-Faktor Lingkungan Keluarga dengan Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Langensari Kabupaten Ciamis, Agustus-September 2003. Thesis. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang (Abstrak).
Mubasyiroh, Rofingatul. 2010. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita di Beberapa Regional Indonesia Tahun 2007. BuletinPenelitianKesehatan. Suplemen : 24-31
Notoatmodjo, S. 2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta
Riandari,F dan Priyantini,S. 2011. The Length of Stay Difference between Under 5 Years Patient with Acute Diarrhoea Treated With and Without Probiotic : An Analytical Study in RSUD Kota Semarang during the Period January to December 2007. Semarang : Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Sander, M, A. 2005. Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo. Jurnal Medika. Vol 2. No 2. Juli-Desember 2005 : 163-193
Sukarni, M. 2002. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Bandung : Kanisius
Syania, Puti. 2008. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu yang Memiliki Balita Terhadap Penyakit Diare di RW. 03 Kelurahan Sukawarna Wilayah Kerja Puskesmas Sukawarna Kota Bandung. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranantha (Abstrak).
20
Wasito, Sidik, Sri SoewastiSoesanto, & Ida Bagus Indra Gotama. 1989. Dampak Perbaikan Air Minum Pada Kesehatan Anak : Tinjauan dari Segi kejadian dan Hubungannya dengan Kebiasaan Membuang Kotoran dan Sampah. Buletin Penelitian Kesehatan. 16 (4)
Wibowo, Tony. 2004. Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Bayi dan Anak Balita di Indonesia. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Widyastuti, P. (ed). 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2. Jakarta : EGC
Wijaya, Yulianto. 2012. Faktor Risiko Kejadian Diare balita di Sekitar TPS Banaran Kampus Unnes. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang (Diterbitkan).
Wulandari, Anjar. 2009. Hubungan Antara Faktor Lingkungan dan Faktor Sosial Ekonomi dengan Kejadian Diare Pada Balita di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (Diterbitkan).
Wulandari, Atik Sri. 2010. Hubungan Kasus Diare dengan Faktor Sosial Ekonomi dan Perilaku. Bagian Imu Kesehatan Masyarakat. Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
21
Lampiran 1. Kuesioner
DAFTAR PERTANYAAN
FAKTOR RISIKO DIARE
PUSKESMAS II BATURADEN BULAN NOVEMBER 2012
Pewawancara :
Hasil/tgl wawancara :
No. ID :
Paraf tutor :
IDENTITAS PENDERITA
Nama :
Jenis Kelamin :
Jumlah saudara kandung :
TTL :
Alamat :
Jumlah penghasilan keluarga :
IDENTITAS ORANG TUA/RESPONDEN
Ayah
Nama :
Usia :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
Jumlah tanggungan :
Ibu
Nama :
Usia :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
22
Lingkari jawaban yang anda pilih (Jawaban diperbolehkan lebih dari 1)
FAKTOR RISIKO
A. FAKTOR LINGKUNGAN (ENVIROMENTAL FACTORS)
1. Darimana sumber air untuk keperluan sehari-hari
a. Air PAM
b. Sumur pompa
c. Sumur gali
d. Air kemasan
e. Sungai
f. Lain-lain
2. Bagaimana keadaan air sebelum anda pergunakan
a. Jernih
b. Berbau
c. Keruh
d. Berasa
e. Lain-lain
3. Apakah jenis air minum yang anda gunakan
a. Air isi ulang
b. Air yang dimasak
c. Air yang tidak dimasak
4. Apakah anda mempunyai jamban di rumah
a. Ya
b. Tidak
5. Jika anda tidak mempunyai jamban di rumah, dimanakah tempat anda
MCK
a. WC umum
b. Sungai
c. Kebun
d. Empang
6. Jikaya, jenis jamban apa yang digunakan?
a. Leherangsa
23
b. Cemplung atau lubang gali
c. Sungai atau tanah
7. Apakah jamban anda mempunyai lantai kedap air
a. Ya
b. Tidak
8. Berapakah jarak jamban dari sumber air minum terdekat
a. > 10 meter
b. < 10 meter
c. Tidak tahu
9. Apakah ada tempat pembuangan sampah di rumah
a. Ya
b. Tidak
10. Apabila tidak, dimana sampah dibuang?
a. Ditimbun
b. Sembarang tempat
c. Dibakar
d. Dibuang ke sungai
11. Apakah tempat sampah tertutup?
a. Ya
b. Tidak
12. Berapa kali tempat sampah dikosongkan?
a. 1x 24 jam
b. 1 kali dalam 2 hari
c. Semaunya
13. Berapa jumlah penghuni dalam satu rumah
a. Satu
b. Dua
c. Tiga
d. Lain lain,…..
14. Berapa jumlah kamar dalam satu rumah
a. satu
b. dua
24
c. tiga
d. Lain lain ,…..
B. PENGETAHUAN PASIEN TERHADAP PENYAKITNYA
1. Apakah pendidikan terakhir anda
a. Tidak sekolah
b. Sekolah dasar (SD)
c. Sekolah Menengah Pertama (SMP)
d. Sekolah Menengah Atas (SMA)
e. Universitas
2. Apakah anda tahu tentang diare?
a. Ya
b. Tidak
3. Anda mengetahui diare dari siapa?
a. Keluarga
b. Saudara
c. Puskesmas atau balai pengobatan
d. Media cetak atau elektronik
e. Tetangga
f. Lain-lain.......................................
4. Menurut anda penyakit diare disebabkan oleh apa?
a. Bakteri
b. Virus
c. Jamur
d. Cacing
e. Tidak tahu
5. Menurut anda apakah penyakit diare itu berbahaya?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda tahu gejala awal diare seperti apa?
a. Berak encer lebih dari 3 kali dalam sehari
b. Berak kurang dari 3 kali dalam sehari
c. Tidak tahu
25
7. Apakah sebelumnya ada anggota keluarga anda yang memiliki gejala di
atas?
a. Ya
b. Tidak
8. Menurut anda, selain penyebab di atas (bakteri, virus, dll) adakah hal lain
yang bisa menyebabkan diare?
a. Keracunan makanan/minuman
b. Kurang gizi
c. Alergi susu
d. Sistem imun menurun
e. Tidak tahu
f. Lain-lain ….
9. Apakah anda mengetahui cara penularan diare?
a. Ya
b. Tidak
10. Jika ya, menurut anda apakah yang dapat menjadi penyebab penularan
diare?
a. Dari makanan/minuman yang terkontaminasi tinja/muntahan penderita
diare
b. Tidak cuci tangan setelah melakukan kegiatan MCK
c. Tidak tahu
d. Lain-lain…
11. Apakah menurut anda diare berbahaya?
a. Ya
b. Tidak
12. Jika ya, apakah menurut anda diare dapat menyebabkan kematian?
a. Ya.
b. Tidak
13. Jikaiya, apa yang menyebabkan kematian
a. Dehidrasi
b. Infeksi
c. Lain lain,…..
26
14. Menurut anda apa tindakan awal untuk penderita diare?
a. Istirahat
b. Minum air minum yang banyak
c. Minum oralit
d. Minum obat warung
e. Dibawa ke Pelayanan Kesehatan
f. Dibawa ke dukun
g. Dibiarkan
15. Apakah anda tahu apa yang dimaksud dengan oralit?
a. Ya
b. Tidak
16. Menurut anda, bagaimana cara menanggulagi diare?
a. Dibiarkansaja
b. Istirahat yang cukup
c. Diberioralit
d. Dibawakepelayanankesehatan
e. Dibawakedukun
17. Menurut anda apakah diare bisa dicegah
a. Ya
b. Tidak
18. Apakah pada waktu kecil pernah mendapatkan vaksin atau imunasasi
a. Ya
b. Tidak
C. FAKTOR PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
1. Apakah anda menderita diare?
a. Ya
b. Tidak
2. Jika ya, kapan terakhir anda menderita diare?
a. Kurang dari 1 bulan yang lalu
b. Lebih dari 1 bulan yang lalu
c. Lain-lain (sebutkan).........................
3. Apakah anda menyediakan sabun di jamban anda?
27
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda biasa mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah makan?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda mengetahui cara mencuci tangan yang benar?
a. Ya
b. Tidak
7. Dimana biasanya anda buang air besar?
a. WC
b. Sungai
8. Darimana sumber air yang anda pakai untuk mencuci piring, memasak,
dan minum?
a. PAM
b. Sumur, lain-lain
9. Bila dari sumur, apakah jarak sumur ke sungai minimal adalah 10 m?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah anda biasa menutup makanan dengan tudung saji?
a. Ya
b. Tidak
11. Apakah tersedia tempat sampah di dalam atau luar rumah?
a. Ya
b. Tidak
12. Bila responden anak, apakah orang tua memberikan ASI ekslusif (ASI
sajatanpamakananpendamping ASI) sampai berusia 6 bulan?
a. Ya
b. Tidak
13. Jika Tidak, apakah bayi diberi makanan pengganti ASI?
28
a. Ya
b. Tidak
14. Apakahjenismakananpendamping ASI yang andaberikan
a. Air putih
b. Buah – buahan
c. Sayur – sayuran
d. Jajanan (biskuit)
e. Lain – lain,…
15. Apakah suka membeli makanan/jajanan di pinggir jalan?
a. Ya
b. Tidak
16. Apakah anda mengkonsumsi air matang untuk minum?
a. Ya
b. Tidak
17. Apakah buah/sayur yang hendak diolah telah dicuci bersih?
a. Ya
b. Tidak
18. Apakah makanan selalu habis sekali masak?
a. Ya
b. Tidak
19. Apakah makanan sisa dipanaskan kembali sebelum dimakan?
a. Ya
b. Tidak
20. Bila pasien usia 0-18 bulan, apakah suka memasukkan mainan ke dalam
mulut?
a. Ya
b. Tidak
D. FAKTOR SOSIAL EKONOMI
1. Pendidikan tertinggi responden:
a) Tidak tamat SD
b) Tamat SD
29
c) Tamat SMP atau lebih
2. Pekerjaan pokok:
a) Petani, buruh
b) Karyawan swasta
c) PNS, BUMN
3. Penghasilan keluarga rata-rata/bulan
a) ≤Rp 650.000,-
b) Rp 700.000-1.500.000,-
c) Rp>1.500.000
4. Jumlah anggota keluarga
a) >3 orang
b) 3 orang
c) 2 orang
5. Kepemilikan barang
a) 0
b) 1-7
c) >7
6. Bahan bakar
a) arang/kayu
b) minyak tanah
c) gas/listrik
7. Sarana air minum
a) Di luar rumah
b) Di pekarangan
c) Di rumah
8. Luas lantai
a) <30 m2
b) 30-69 m2
c) >70 m2
30