Pendahuluan Laporan Ulil PL New Fix1
-
Upload
ucupjenggot -
Category
Documents
-
view
979 -
download
3
description
Transcript of Pendahuluan Laporan Ulil PL New Fix1
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri perikanan di Indonesia merupakan salah satu industri yang patut
di perhitungkan. Industri perikanan diharapkan dapat menjadi sumber devisa
negara. Produksi perikanan Indonesia mencapai 15,26 juta ton sedangkan, volume
produksi tersebut terdiri dari 5,81 juta ton perikanan tangkap dan 9,45 juta ton
produksi perikanan budidaya. Dari hasil produksi perikanan tersebut, yang
dikonsumsi di dalam negeri sekitar 70% dan sisanya 30% untuk pasar ekspor
(KKP, 2012).
Standar mutu adalah persyaratan produk yang memenuhi ketentuan
spesifikasi teknis meliputi indentitas, higienis, kimiawi, keseragaman mengenai
ukuran, berat atau isi, jumlah, rupa, label dan sebagainya yang disusun
berdasarkan konsesus semua pihak sebagaimana keputusan Presiden Nomor 7
tahun 1989 Dewan Standarisasi Nasional dengan memperhatikan syarat-syarat
kesehatan, keselamatan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penetapan mutu ikan didasarkan pada hasil pengujian laboratorium penguji sesuai
dengan instruksi Presiden. Menjamin mutu ikan diperlukan persyaratan teknis
yang meliputi: penanganan ikan, unit pengolahan ikan, produk akhir, pengemasan,
penyimpanan, pengangkutan dan distribusi (Anonimous, 2012).
Dengan memenuhi persyaratan dalam penanganan maupun pengolahan
maka diharapkan hasil pengolahan dapat memenuhi standar mutu yang ditetapkan
baik secara nasional maupun internasional. Kontinuitas mutu produk sangat
penting guna meningkatkan kepercayaan luar negeri terhadap mutu suatu produk
sehingga produk tersebut dapat ditemui di pasar Internasional. Oleh karena itu
dibutuhkan kajian atau rencana dalam suatu produksi pengalengan ikan sehingga
diperoleh mutu produk akhir yang diinginkan konsumen. Pengolahan Ikan sarden
kaleng yang diproduksi oleh PT. Maya Muncar menggunakan medium saus yang
diisi didalam kaleng, diharapkan dengan adanya ikan sarden kaleng ini memiliki
nilai jual yang tinggi dan memenuhi gizi yang baik bagi konsumen.
Universitas Sriwijaya
2
1.2 Tujuan
Tujuan umum dari pelaksanaan praktek lapang ini adalah untuk menambah
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan mahasiswa dalam kegiatan kajian
mutu produk akhir ikan sarden kaleng (Sardinella lemuru) di PT. Maya Muncar
Banyuwangi, Jawa Timur.
Universitas Sriwijaya
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Ikan Lemuru (Sardinella Lemuru)
Lemuru merupakan ikan-ikan yang dalam bahasa inggris lebih dikenal
dengan sardinella. Lemuru biasanya hidup bergerombol. Badannya langsing
dengan warna biru kehijau-hijauan pada bagian punggung dan keperak-perakan
pada bagian bawahnya. Makanan utamanya adalah plankton. Untuk itu, ikan ini
dilengkapi dengan tapis insang (gill rakers) untuk menapis atau menyaring
plankton makanannya. Klasifikasi dari ikan lemuru itu sendiri menurut Saanin
(1986), adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Clupeiformes
Famili : Clupeidae
Genus : Sardinella
Spesies : Sardinella lemuru
Gambar 1. Gambar Ikan Sarden Lemuru
Universitas Sriwijaya
4
Ikan ini memiliki tubuh elongasi dengan warna kuning keemasan pada
linea lateralisnya. Memiliki 13 – 21 jari-jari lunak sirip punggung dan 12 – 23
jari-jari lunak sirip anal. Yang membedakan dengan satu famili di ikan clupeidae
ini adalah memiliki 8 jari-jari sirip perut. Penyebarannya berada di Samudera
Hindia sebelah timur, Thailand, pantai Selatan Jawa Timur dan Bali, Laut Jawa
hingga Selatan Jepang.
2.1.1 Morfologi Ikan Sarden
Sumber daya hayati perikanan yang bisa dimanfaatkan diantaranya ikan
lemuru (sardinella longiceps) dan ikan lemuru tersebar di lautan lndia bagian
timur yaitu Phuket, Thailand, di pantai-pantai sebelah selatan Jawa Timur dan
Bali; Australia sebelah barat, dan lautan Pasifik sebelah barat (Laut Jawa ke utara
sampai Filiphina, Hong Kong,Pulau Taiwan sampai Jepang bagian selatan). Ikan
lemuru memiliki ukuran dan berat maksimum sebesar 21-23 cm dan 200 gram dan
mampu hidup selama satu tahun. Ciri-ciri fisik dari ikan lemuru antara lain :
Warna badan biru kehijauan pada bagian atas (punggung), putih keperakan pada
bagian bawah. Sirip berwarna abu-abu kekuningan. Warna sirip ekor kehitaman
demikian juga pada ujung moncongnya. Pada bagian atas tertutup insang sampai
pangkal ekor terdapat sebaris bulatan hitam sebanyak 10-20 buah (Anonimus,
2005).
2.1.2 Komposisi Ikan Lemuru
Ikan lemuru yang sering yang dipandang sebelah mata itu ternyata dari
studi literatur memiliki kandungan EPA (eicosa pentaenoic acid) dan DHA
(dokosa heksaenoat acid) cukup tinggi. Kandungannya tidak kalah dengan ikan
salmon dan ikan cod, kata Ali Taqwim. Penelitian mereka dengan mengacu hasil
penelitian mengungkapkan, kandungan Omega 3 dalam minyak ikan lemuru bisa
menguatkan gigi, meski sedang dipasangi kawat. Ini terungkap dari karya tulis
ilmiah berjudul, Potensi Asam lemak Omega 3 Minyak Ikan Lemuru Dalam
Mencegah Relaps Pasca Perawatan Ortodentik . Kandungan EPA dalam Omega 3,
menurut Putri Kharisma, memiliki fungsi penambah daya tahan tubuh dan
Universitas Sriwijaya
5
memperkuat tulang, sedangkan DHA bermanfaat menambah kecerdasan otak
(Anonimous 1970). Berdasarkan kementerian kesehatan Republik Indonesia
komposisi Kimia sarden, Anonimous 1970.
Tabel 1. Gizi ikan Lemuru
Informasi Gizi 100gr ikan lemuruEnergi 112 kkalLemak 3 gLemak Jenuh 0,183 gKolesterol 17 mg
Informasi Gizi 100gr ikan lemuruKarbohidrat 0 gSerat 0 gGula 0 gSodium 61 mgKalium 20 mgFosfor 100 mgZat besi 1 mgVitamin A 100 IUVitamin B1 0,05 mgVitamin C 0 mg
2.1.3 Perkembangan Ikan Lemuru Di Wilayah Muncar
Salah satu pelabuhan perikanan di Kabupaten Banyuwangi adalah PPP
Muncar yang memiliki daerah penangkapan ikan yang relatif dekat, yaitu
diperairan sekitar Banyuwangi. Perairan Banyuwangi masih memiliki peluang
potensi perikanan yang amat besar untuk dioptimalkan. Peluang ini terlihat dari
peningkatan hasil tangkapan dari beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2004
perairan Banyuwangi telah berkontribusi sebesar 27.489.772 kg dengan nilai
Rp59,3 milyar, lalu pada tahun 2006 naik menjadi 62.294.281 kg dengan nilai
93,2 milyar (Martadi, 2009). Menurut Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumber
Daya Ikan Laut atau KNPSSDIL, perairan Banyuwangi termasuk di dalam
sebagian wilayah pengelola perikanan (WPP) Samudera Hindia yang meliputi
perairan selatan Jawa dan Selat Bali. Perairan Selatan Jawa dan Selat Bali
memiliki potensi lestari sumber daya ikan sebesar 743,83 ribu ton per tahun
(Anonymous 1998, vide Wijaya, 2002).
Daerah penangkapan nelayan Muncar berada diperairan Selat Bali yang
berhubungan langsung dengan Samudera Hindia dimana potensi sumber daya
Universitas Sriwijaya
6
ikannya masih dapat dimanfaatkan dan berkualitas ekspor.Menurut Indrawati
(2000), Perairan Selat Bali merupakan fishing ground bagi armada penangkapan
ikan yang tersebar di Jawa Timur bagian Timur, dimana Selat Bali merupakan
salah satu daerah penangkapan ikan di perairan Indonesia yang mempunyai
potensi sumber daya yang cukup besar dalam bidang perikanan. Sebagian besar
produksi ikan hasil tangkapan di Muncar diproses atau diolah kembali di daerah
Muncar. Sektor perikanan laut di Muncar dapat mendukung pengembangan
industri pengolahan ikan sehingga selain ketersediaan bahan bakunya harus
kontinyu, kualitasnya juga harus terjamin. Muncar merupakan daerah yang
mempunyai produksi perikanan terbesar didaerah Banyuwangi, dimana lebih dari
90% seluruh produksi perikanan Banyuwangi didaratkan di Muncar (Rasyid,
2008).
Beberapa waktu lalu diterbitkan Peraturan Menteri (Permen) Kelautan
dan Perikanan Nomor 5 Tahun 2008. Ketentuan tersebut mewajibkan semua ikan
yang ditangkap di perairan Indonesia dibongkar dan diolah di wilayah negara ini.
Artinya, tidak ada lagi ekspor ikan segar atau gelondongan, kecuali 14 jenis ikan,
seperti tuna dan kerapu bebek, untuk keperluan sashimi (Wawa, 2007).
2.2 Pengawasan Mutu
Pengendalian mutu adalah kegiatan terpadu mulai dari pengendalian
standar mutu bahan, standar proses produksi, barang setengah jadi, barang jadi,
sampai standar pengiriman produk akhir ke konsumen, agar barang dan jasa yang
dihasilkan sesuai dengan spesifikasi mutu yang direncanakan(Prawirosentono,
2001).
Secara umum pengendalian atau pengawasan mutu terpadu dalam suatu
perusahaan dilakukan secara bertahap sebagai berikut :
1. Pemeriksaan dan pengawasan kualitas bahan mentah (bahan baku, bahan
baku penolong, dan sebagainya).
2. Pemeriksaan atas produk sebagai proses pembuatan. Hal ini berlaku untuk
barang setengah jadi maupun barang jadi.
3. Pemeriksaan cara pengepakan dan pengiriman barang ke konsumen.
Universitas Sriwijaya
7
4. Mesin, tenaga kerja, dan fasilitas lain yang dipakai dalam proses produksi
harus juga diawasi sesuai standar kebutuhan.
Menurut Prawirosentono (2001) secara garis besar pengendalian mutu
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Pengendalian mutu bahan baku
Mutu bahan baku akan sangat mempengaruhi hasil akhir dari barang yang
akan dibuat. Bahan baku dengan mutu yang jelek akan menghasilkan mutu barang
yang jelek. Sebaliknya, bahan baku yang baik dapat menghasilkan barang yang
baik. Pengendalian mutu bahan baku harus dilakukan sejak permintaan bahan
baku digudang, selama penyimpanan, dan waktu bahan baku akan dimasukkan
dalam proses produksi. Kelainan mutu bahan baku akan memberikan akibat mutu
produk yang dihasilkan berada diluar standar mutu yang direncanakan.
2. Pengendalian mutu dalam proses pengolahan
Sesuai dengan diagram alur produksi dapat dibuat tahap-tahap
pengendalian mutu sebelum proses produksi berlangsung. Tiap proses produksi
diawasi sehingga kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam proses produksi
bersangkutan dapat diketahui untuk selanjutnya segera dilakukan perbaikan.
Terdapat beberapa cara pengendalian mutu selama proses produksi
berlangsung. Misalnya melalui contoh (sampel), yakni hasil yang diambil pada
selang waktu yang sama. Sampel tersebut dianalisa secara statistik untuk
memperoleh gambaran apakah sampel tersebut sesuai dengan yang direncanakan
atau tidak. Bila tidak sesuai berarti proses produksinya salah. Pengawasan
dilakukan terhadap seluruh tahapan proses produksi dari awal sampai akhir tanpa
kecuali. Bila salah satu tahapan produksi diabaikan berarti pengendalian mutu
tidak cermat.
3. Pengendalian mutu produk akhir
Produk akhir harus diawasi mutunya sejak keluar dari proses produksi
hingga tahap pembungkusan, penggudangan, dan pengiriman ke konsumen.
Dalam pemasaran produk, perusahaan harus berusaha menampilkan produk yang
bermutu. Hal ini hanya dapat dilaksanakan bila produk akhir tersebut dilakukan
pengecekan mutu agar produk rusak tidak sampai ke tangan konsumen.
Universitas Sriwijaya
8
Jadi secara keseluruhan tahap pengendalian mutu meliputi hal-hal sebagai
berikut :
a. Pemeriksaan mutu bahan baku, mutu bahan dalam proses, dan mutu produk
jadi. Demikian pula standar jumlah dan komposisi.
b. Pemeriksaan yang dilakukan tersebut memberi gambaran apakah proses
produksi berjalan seperti yang telah ditetapkan atau tidak.
c. Melakukan analisa fakta untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan
yang mungkin terjadi.
d. Apabila terjadi penyimpangan, harus segera dilakukan koreksi agar produk
yang dihasilkan memenuhi standar yang direncanakan.
Secara umum pengawasan mutu dapat digambarkan sebagai suatu kegiatan
inspeksi bertahap dari mulai mengamati lalu mengumpulkan fakta, kemudian
melakukan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan (Prawirosentono, 2001).
Tujuan pokok dari pengendalian mutu adalah untuk mengetahui sampai
sejauh mana dan hasil produk (jasa) yang dibuat sesuai dengan standar yang
ditetapkan perusahaan. Pengendalian mutu merupakan upaya untuk mencapai dan
mempertahankan standar bentuk, kegunaan, dan warna yang direncanakan.
Dengan perkataan lain, pengendalian mutu ditinjau untuk mengupayakan agar
produk akhir sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya
(Prawirosentono, 2001).
2.3 Proses Pengalengan Ikan Sarden
Proses pengolahan pengalengan ikan sarden pada prinsipnya sama dengan
ikan tuna. Bahan baku ikan sarden memiliki kesamaan sifat bahan baku dengan
ikan tuna karna keduanya memiliki dua jenis daging yakni daging putih dan
daging merah. Syarat mutu ikan kaleng saus tomat Berdasarkan SNI 01-2712.2-
1992, teknik pengalengan tuna adalah sebagai berikut :
1. Penerimaan bahan baku
Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan ikan dalam kaleng
adalah ikan lemuru. Ikan lemuru didapatkan dari pasar lokal (Banyuwangi) dan
juga diimpor dari China, Pakistan, dan jepang. Setiap hari dalam satu kali proses
Universitas Sriwijaya
9
PT. Maya Muncar menggunakan ± 15 ton ikan, banyak sedikitnya bahan baku
yang digunakan tergantung pada ketersediaan bahan yang ada.
2. Persiapan
Apabila bahan baku masih dalam keadaan beku maka dilakukan pelelehan
(thawing) dalam air yang bersuhu 100 °C – 150 °C. Untuk ikan dalam keadaan
utuh, dilakukan pemotongan kepala, sirip dan pembuangan isi perut. Sedangkan
ikan yang berukuran besar dilakukan pemotongan bagian badan menjadi ukuran
yang sesuai dengan alat precooking dan selanjutnya ditempatkan dalam rak pre-
cooking.
3. Pembersihan daging
Daging ikan dibersihkan dari sisik, kulit, tulang dan daging merah
menggunakan pisau yang tajam. Kulit, tulang dan daging merah yang terbuang
ditampung dalam wadah yang terpisah.
4. Pemotongan
Daging ikan yang telah bersih dari kulit, dipotong-potong dengan ukuran
yang disesuaikan dengan ukuran kaleng. Pada tahap pemotongan ini sekaligus
dilakukan sortasi terhadap daging yang rusak. Daging ikan yang telah dipotong
secepatnya harus dimasukkan atau diisikan ke dalam kaleng..
5. Pengisian
Pengisian ikan kedalam kaleng dilakukan dengan cara menata daging ikan
dikaleng sesuai dengan tipe produknya dan pengisian dan penataan ikan didalam
kaleng mempengaruhi jumlah dari isi ikan didalam kaleng tersebut. Aspek
kontrol pada proses pengisian adalah keseragaman berat dari masing-masing
kemasan. Selama proses pengisian dilakukan pengecekan terhadap berat ikan
dengan melakukan penimbangan.
6. Pemasakan pendahuluan (pre-cooking)
Ikan sarden yang telah disiapkan dalam rak dimasukkan ke dalam alat
pemasak menggunakan uap panas (steam). Waktu yang dibutuhkan untuk
pemasakan pendahuluan tergantung pada ukuran ikan, namun umumnya berkisar
1-4 jam (mampu mereduksi 17,5 % kadar air dari daging ikan) dengan suhu
pemasakan 1000 – 1050 °C. Tingkat kematangan ikan menjadi salah satu aspek
Universitas Sriwijaya
10
kontrol dalam proses ini, untuk itu sebelum dilakukan exhausting dilakukan
pengecekan terhadap suhu ikan. Setelah kaleng keluarr dariexhaust box kemudian
dilakukan pengecekan suhu dan dibandingkan dengan suhu standar 75 – 85 oC.
7. Penambahan medium
Medium ditambahkan sesaat sebelum kaleng ditutup. Suhu medium antara
70 - 800 °C. Pengisian media hingga batas head space atau antara 6-10% dari
tinggi kaleng yang digunakan. Head space diatur secara manual dengan cara
menambah atau mengurangi saus menggunakan sendok oleh karyawan.
9. Penutupan kaleng
Penutupan kaleng dilakukan dengan sistem double seaming. Cara
penutupan kaleng yang tepat dan benar merupakan salah satu tahap paling penting
dalam seluruh proses pengalengan. Penutupan wadah kaleng dilakukan dengan
menggunakan prinsip double seam. Proses pertama membentuk lipatan tutup
kaleng dan proses yang kedua menghimpit tutup kaleng sehingga didapatkan
proses penutupan yang hermetic dan tidak ada kebocoran yang dapat merusak
produk didalamnya.
10. Sterilisasi
Sterilisasi dilakukan di dalam retort dengan nilai Fo sesuai dengan jenis
dan ukuran kaleng, media dan tipe produk dalam kemasan atau equivalen dengan
nilai Fo > 2,8 menit pada suhu 1200 °C. Pada setiap sterilisasi harus dilakukan
pencatatan suhu secara periodik.
11. Penurunan suhu dan pencucian
Penurunan suhu dan pencucian menggunakan air yang mengandung residu
klor 2 ppm. Setelah dikeluarkan dari retort, kaleng dipindahkan ke tempat yang
terlindung (restricted area) untuk pendinginan dan pencucian.
12. Pemeraman atau Penyimpanan
Kaleng yang telah dingin dimasukkan kedalam suatu ruang dengan suhu
kamar dan diletakkan dengan posisi terbalik, dan kemudian dilakukan pengecekan
terhadap kerusakan kaleng. Kaleng yang dianggap rusak adalah kaleng yang
menggembung atau bocor. Pemeraman dilakukan minimal selama 7 (tujuh)
hari.Adapun syarat mutu pada ikan sardin kaleng sebagai berikut.
Universitas Sriwijaya
11
Tabel 2. Syarat Mutu Ikan Kaleng Sarden Berdasarkan BSN NO. Uraian Satuan Syarat Mutu
1. Keadaan kaleng Dalam kondisi normal ( sebelum dan sesudah dieram ) tidak bocor, tidak kembung, tidak berkarat, permukaan dalam tidak bernoda, lipatan kaleng baik.
2. Kehampaan mm Hg Min 50
3. Keadaan isi Sesuai dengan
SNI 01 – 2345 – 1991
4. Media
4.1 Jenis Saus tomat
4.2 Kepekatan Brix Min 11
5. Ph 4,6 – 6
6. Ruang kosong ( Head
Space ), % v/v Maks. 10
7. Bobot tuntas, % b/b Min. 70
8. Zat warna makanan Sesuai dengan
Tambahan SNI 01 – 0222 – 1987
9. Cemaran logam
9.1 Cu mg/kg Maks. 20,0
9.2 Pb mg/kg Maks. 2,0
9.3 Hg mg/kg Maks. 0,5
9.4 Zn mg/kg Maks. 100,0
9.5 Sn mg/kg Maks. 250,0
10. Cemaran As mg/kg Maks. 1,0
Sumber : SNI 01 – 3548 – 1994
Universitas Sriwijaya
12
2.4 Bahan Pembantu
Kualitas bahan pembantu yang digunakan sangat menentukan hasil dari
produk sarden. Bahan pembantu yang digunakan terdiri dari bahan untuk media
(saus), kaleng dan tutup, karton dan plagband.
2.4.1 Bahan untuk media
Pemberian medium pengalengan dapat memberikan cita rasa pada produk
kalengan, selain itu untuk mengurangi waktu sterilisasi, dengan cara
meningkatkan proses perambatan panas, serta dapat mengurangi korosi kaleng
dengan cara menghilangkan udara. Bahan baku dalam pembuatan saus yaitu:
a. Tomato pasta
Tomato pasta yang digunakan didatangkan dari Turki dan China
dalam kemasan drum plastik, dengan berat 226 kg/drum.
b. Starch
Tepung pengental yang digunakan adalah tepung pengental merk MR
300 yang diproduksi Thailand dengan berat 20kg per karung.
c. Garam
Garam merupakan bahan pengawet alami yang biasa ditambahkan
dalam bahan pangan,
Garam juga dapat menambah cita rasa pada produk.
d. Gula
Gula merupakan bahan pemanis yang didatangkan dari pasar lokal
(Banyuwangi).
e. Air
Air merupakan salah satu bahan yang sangat mutlak berpengaruh
terhadap proses pembekuan ikan. Volumenya harus dapat menunjang
efisiensi produksi terutama dalam proses pencucian maupun sebagai
media pembeku. Volume air yang tersedia kira-kira 3-4 kali volume
bahan baku yang diproduksi.
Air yang digunakan harus memenuhi syarat standar air minum,
diantaranya tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
Universitas Sriwijaya
13
f. Es
Es yang digunakan untuk ikan harus higienis dari air bersih. Dalam
menggunakan es harus ditangani dan disimpan dengan baik agar
terhindar dari penularan dan kontaminasi. Pencucian di lakukan
dengan menggunakan larutan air, es, chlorin dengan kadar 5 ppm.
Es juga memainkan peran penting dalam mencegah dehidrasi ikan
selama penyimpanan. Pelapisan es pada ikan dengan baik sangat
penting untuk menjaga jumlah bakteri tetap rendah. Hal tersebut
penting untuk memastikan bahwa suhu ikan akan turun dengan
cepat dan tetap berada sedekat mungkin dengan titik cair es selama
durasi perjalanan.
g. Garam
Garam merupakan bahan pengawet alami yang biasa ditambahkan
dalam bahan pangan,
garam juga dapat menambah cita rasa pada produk.
h. Gula
Gula merupakan bahan pemanis yang didatangkan dari pasar
lokal (Banyuwangi).
2.5 Peralatan dan Perlengkapan
Peralatan di tempat kerja meliputi wadah, tangki, serta peralatan yang
terdapat diruangan pengolahan, terbuat dari dari bahan kedap air yang memiliki
sifat tahan karat, permukaannya rata/halus yang dirancang sesuai kegunaannya
dan mudah dibersihkan. Macam-macam perlatan dan perlengkapan yang
digunakan antara lain:
2.5.1 Tangki penampungan
Tangki ini terbuat dari besi yang berbentuk balok dengan ukuran 2x1x1 m.
Tangki ini digunakan untuk wadah/ penampungan ikan sementara sebelum
diproses. Tangki ini juga dapat dipakai sebagai tempat penggaraman dan proses
thawing
Universitas Sriwijaya
14
2.5.2 Fish head conveyor
Suatu meja panjang yang berbahan dasar stainless steel dan terdiri dari tiga
bagian, antara lain :
a Di bagian atas terdapat talang air yang berfungsi sebagai pencucian ikan
yang telah dipotong-potong dan dipasang dengan kemiringan tertentu
bertujuan untuk mengalirkan ikan ke tempat penampungan ikan
(keranjang plastik).
b Di tengah merupakan meja tempat ikan yang dilengkapi dengan
conveyor yang sesekali berjalan untuk memudahkan pekerja dalam
pengambilan ikan yang akan dipotong.
c Dibagian bawah terdapat kanal meja yang dipasang secara miring,
digunakan sebagai tempat pembuangan sisa pemotongan (kepala, ekor
dan isi perut). Air pada kanal meja ini merupakan air sisa proses
pencucian pada talang meja.
2.5.2 Rotary drum
Drum pembersih ikan berbentuk balok dan terdapat jaring yang terbuat dari
stainless steel berbentuk tabung dan dalam jarring tersebut terdapat spiral yang
akan terus berputar untuk pembersihan ikan dari sisa kotoran, terutama sisik pada
ikan lemuru. Air yang digunakan dalam proses ini adalah air mengalir.
2.5.3 Packing conveyor
Packing conveyor adalah meja/tempat pengisian ikan dalam kaleng yang
terdiri dari 3 bagian yaitu :
a. Bagian atas tempat penerimaan kaleng dari alat penyuplay kaleng dan
tempat menaruh kaleng yang telah diisi ikan yang akan berjalan menuju
tahap selanjutnya.
b. Bagian tengah tempat persediaan kaleng yang telah disuplay, dari bagian
atas meja diambil dan ditaruh di bagian meja.
c. Bagian bawah, sebagai tempat suplay yang akan terus berjalan sehingga
mempermudah pekerja dalam pengisian ikan.
Universitas Sriwijaya
15
2.5.4 Timbangan
Timbangan adalah suatu alat yang digunakan untuk pengukuran bobot suatu
produk/bahan sehingga didapatkan hasil pengukuran bobot yang seragam pada
produk. Menggunakan timbangan manual yang dibantu dengan pembanding yang
berbeda-beda pada setiap jenis produk.
2.5.5 Exhaust box
Alat pemasakan awal (pre cooking) yang tertutup dan dilengkapi dengan
thermometer sebagai pengontrol suhu dan conveyoryang akan terus berjalan
dengan panjang ± 8 meter, waktu jalannya conveyor ± 12 menit. Terdapat 5 buah
exhaust box dalam ruang produksi. Cara kerja exhaust box ini adalah ikan yang
berada dalam kaleng dilewatkan pada lorong exhaust box dengan disemprotkan
uap panas yang keluar melalui lubang-lubang pipa pada exhaust box.
2.5.6 Alat penirisan
Alat penirisan terdiri dari 2 buah yaitu alat penirisan secara otomatis, kaleng
akan berjalan dengankemiringan 93o sehingga air dan minyak ikan yang berada
dalam kaleng dapat keluar. Kemudian kaleng akan berjalan kembali pada posisi
semula (tegak).
2.5.7 Steam jacket kettle
Bejana besar berbahan dari stainless steel yang dilengkapi dengan motor
penggerak mixer yang digunakan sebagai tempat pembuatan saus. Saus dialirkan
menuju tangki atau bejana yang selanjutnya akan dialirkan untuk mengisi kaleng
melalui pipa-pipa saus (filler).
2.5.7 Ink jet printer operator pocket book
Alat yang digunakan untuk pencetakan kode pada tutup kaleng, kecepatan
alat maksimal 550 tutup per menit.
2.5.8 Alat penutup kaleng (seamer)
Alat penutupan kaleng, dengan prinsip kerja double seam. Terdapat 6 alat
seamer, 2 seamer untuk ukuran kaleng besar dan 3 seamer untuk ukuran kaleng
kecil dan 1 seamer untuk kaleng bentuk kotak.
Universitas Sriwijaya
16
2.5.9 Can washer
Can washer adalah alat yang berfungsi sebagai pencuci kaleng setelah
dilakukan proses seaming. Can washer terdiri dari bak tempat deterjen (sabun)
dan saluran tempat pencucian kaleng. System kerja can washer adalah system
bolak balik, dimana air bak sabun dipompa menuju saluran can washer dan
disemprotkan ke kaleng yang bergerak. Air hasil semprotan akan ditampung
kembali oleh bak sabun, can washer berjumlah 2 buah.
2.5.10 Retort
Retort adalah alat sterilisasi bertekanan tinggi yang berbentuk tabung
dan dilengkapi dengan thermometer, drain, venting sebagai pengatur tekanan
uap. Kapasitas satu retort adalah berisi 5 keranjang.
2.5.11 Keranjang (basket)
Keranjang adalah suatu wadah yang menyerupai keranjang yang berukuran
besar terbuat dari stainless steel. Kapasitas keranjang untuk ukuran kaleng 202 x
308 berisi 2200 dan untuk kaleng 300 x 407 berisi 896 kaleng.
2.5.12 Gunting
Gunting digunakan pada proses pemotongan ikan. Gunting ini terbuat dari
besi dan berukuran ±17 cm, dan harus tajam agar memudahkan dalam proses
pemotongan.
2.5.13 Pallet
Pallet adalah alat yang terbuat dari kayu berfungsi sebagai alas utnuk
menjaga kelembapan pada produk maupun bahan pengemas (kaleng dan tutup
kaleng), selain itu memudahkan pemindahan ke tempat lain.
2.5.14 Forklift
Adalah alat yang digunakan untuk mengangkat dan memindahkan barang
berat atau susunan pada pallet. Terdapat 6 buah forklift, 4 buah digunakan dalam
ruang produksi dan 2 buah di cold storage.
3.6 Fasilitas Penunjang Produksi
3.6.1 Laboratorium
Tempat pengujian produk(inspection) seperti : bobot, pH produk, kondisi
fisik, tekanan (vacuum), oBrix, dan lain-lain. Pengujian dilakukan setiap sehari
sesudah proses produksi dan sampel diambil secara acak.
Universitas Sriwijaya
17
3.6.2 Cold storage
Suatu tempat penyimpanan bahan baku dengan suhu rendah. Cold storage
tersebut dibangun pada bulan Oktober 1994, yang terdiri dari 3 ruangan. 2
ruangan cool room, dan 1 ruang anteroom. Kapasitas cool room tersebut adalah
600 ton dan maksimal mencapai 800 ton. Suhu cool room mencapai –19 oC
sampai –25 oC dan suhu anteroom mencapai 0 oC.
3.6.3 Gudang pembongkaran
Gudang ini digunakan untuk pengemasan produk dalam karton sekaligus
pengecekan produk terhadap kerusakan, terutama fisik.
3.6.4 Gudang penyimpanan
Tempat penyimpanan produk sebelum dikirim menggunakan suhu kamar
dan dialasi dengan pallet untuk mencegah kelembapan. Gudang ini juga berfungsi
sebagai tempat inkubasi produk, sehingga jika ada kerusakan sebelum
pendistribusian dapat diketahui terlebih dahulu.
3.6.5 Gudang Kaleng
Tempat penyimpanan stok kaleg dari supplier dan ruangan ini sama halnya
dengan gudang penyimpanan.
4.1 Produk-produk Perusahaan
PT. Maya Muncar mempunyai produk ikan dalam kaleng seperti sardines
dan mackerel, yang ditunjukkan oleh Tabel 4.1
Tabel 3. Jenis Produk Ikan Dalam Kaleng PT. Maya Muncar
Sardines MackerelMaya sardines kecil (MSK) Botan mackerel besar
(BMB)Maya sardines besar (MSB) Botan mackerel kecil
(BMK)Maya sardines chilli kecil (MSCK)
Pesca mackerel besar
Maya sardines chilli besar (MSCB)
Pesca mackerel kecil
Botan sardines besarBotan sardines kecil
Sumber : PT Maya Muncar, 2014
Universitas Sriwijaya
18
4.2 Proses Pengolahan
Proses pengolahan merupakan serangkaian tahapan proses yang menentukan
terhadap terciptanya suatu produk. Proses produksi pada PT. Maya Muncar
meliputi penerimaan bahan baku, penanganan bahan baku, pemotongan ikan,
pengisian, pemasakan pendahuluan, penirisan, pengisian media (saus), penutupan
kaleng, pencucian kaleng, sterilisasi, pendinginan dan pengemasan.
4.2.1 Penerimaan bahan baku
Penerimaan bahan baku dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu sebelum ikan
diterima. Pemeriksaan meliputi menginventarisasi nama supplier, asal ikan, size
(sizing) dan keadaan fisik ikan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh ikan yang
segar dan berkualiats serta tidak berbahaya bagi kesehatan konsumen, juga untuk
menentukan proses penanganan dan perencanaan kapasitas produksi harian.
4.2.2 Pengujian size ikan (sizing)
Tujuan dari sizing adalah untuk mengetahui ukuran ikan termasuk size kecil
atau size besar. Prosedur sizing adalah sebagai berikut:
1. Sampel diambil 10 kg pada tiap coolbox yang terdapat pada masing-
masing truk supplier
2. Dikelompokkan (dipisah secara acak) ikan-ikan tersebut, dalam satu
kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor ikan
3. Kelompok ikan yang terkumpul kemudian dihitung dan dikalikan dengan
10 (jumlah ikan dalam satu kelompok). Hal ini untuk mengetahui jumlah
ikan dari 10 kg ikan.
4. Sampel dibandingkan dengan standar size yang ada :
- Ikan kecil : jumlah ikan 250 – 300 ekor / 10 kg ikan, size 25-30
- Ikan besar : jumlah ikan ≤ 250 ekor / 10 kg ikan, size ≤ 25.
4.2.3 Pengujian fisik ikan
Pada saaat sizing ikan juga dilakukan pemeriksaan keadaan fisik ikan
meliputi insang, mata, kulit (sisik), bau, kerusakan fisik, serta tekstur daging dan
perut. Standar mutu ikan yang digunakan untuk proses produksi di PT. Maya
Muncar yaitu kelas A, B. C, dan D dapat dilihat pada Tabel 6. Ikan yang
Universitas Sriwijaya
19
termasuk kelas C dan D tidak digunakan dalam proses produksi dan dikembalikan
pada supplier.
Berikut karakteristik fisik ikan yang dimiliki PT. Maya Muncar:
Tabel 6. Standar Klasifikasi Bahan Baku IkanSumber: PT. Maya Muncar, 2014
Setelah ikan selesai dilakukan sizing dan pemeriksaan keadaan fisik, maka dapat
dilakukan proses selanjutnya. Jika selama proses sortasi ditemukan ikan yang tidak
memenuhi standar mutu yang dikehendaki maka ikan yang tidak lolos sortasi (afkir)
tersebut dipisahkan dan dijual untuk dijadikan tepung ikan.
4.2.3 Thawing
Thawing adalah proses mencairkan kandungan es pada ikan beku. Dari proses ini
diharapkan ikan dalam kondisi normal. Berikut tahapan dalam thawing :
1. Isi tangki dengan air ¼ sampai 1/3 bagian
2. Ikan dikeluarkan dari kemasannya
3. Ikan dimasukkan ke dalam tangkithawing
4. Lakukan pengkontrolan secara berkala terhadap suhu air agar tetap 4 °C,
jika terjadi peningkatan suhu lakukan penambahan ice flakes.
Penambahan ice flakes ini dapat mendinginkan ikan lebih cepat dan efisien.
Cara ideal mencampur ikan dengan es yaitu dengan membuat lapisam pada dasar,
Universitas Sriwijaya
Parameter A B C DInsang Cerah, merah
darahMerah kecoklatan Coklat gelap mengarah
kecoklat kekuninganKuning keputihan, berlendir
Mata Cemerlang Cekung kemerahan Cekung merah sekali HilangKulit (sisik) Bersih dan
mengkilapWarna pudar dan berlendir
Warna kulit normal hilang, daging nampak
Perubahan warna, kulit tidak normal, pembusukan
Bau Khas ikan segar Bau khas ikan mulai hilang
Bau mulai busuk tapi tidak asam(tengik)
Bau asam, tengik, bau asing
Kerusakan fisik
Tidak ada perubahan
Ada perubahan (tidak terkoyak)
Ada beberapa koyakan pada ikan, kerusakan ringan/memar
Rusak dan berubah
Tekstur daging dan perut
Kompak dan elastis
Kompak dan tidak elastic
Lunak (lembek/lemas) Sangat lunak dan hancur
20
kemudian diatasnya selapis ikan, dilanjutkan dengan es lagi, demikian seterusnya
dan tanda derajat pada bagian lapisan atas ditutup dengan es (Adawyah, 2007).
Gambar 5. Proses thawing ikan
Aspek kontrol selama thawing adalah suhu air, yaitu suhu harus
dipertahankan 4oC. Untuk itu dilakukan pengecekan berkala terhadap suhu air pada
tangki thawing. Pada thawing ikan lokal (lemuru) dilakukan penambahan garam (brine)
yang berfungsi sebagai pengawet. Penggaraman ini disesuaikan dengan kondisi perairan
tempat ikan tersebut ditangkap, jika dirasa sudah cukup asin makan tidak perlu ditambah
garam.
4.2.4 Pemotongan(trimming)
Trimming atau pemotongan adalah salah satu proses dalam pengolahan ikan dalam
kaleng. Dimensi ukuran ikan akan mempengaruhi isi kemasan ikan. Pemotongan
bertujuan untuk menghilangkan bagian-bagian yang tidak diperlukan (kepala, ekor, dan
isi perut). Hasil dari pemotongan ini diharapkan ikan tanpa ekor, kepala dan isi perut.
Berikut tahapan pemotongan ikan (trimming) :
a. Ambil ikan telahdithawing
b. Gunting bagian ekor, bagian pre dorsal (dekat dengan kepala) kebawah
tidak terputus total kemudian sedikit ditarik untuk mengeluarkan isi perut
ikan.
c. Potong ikan, sesuaikan dengan ukuran kemasan.
d. Masukkan potongan ikan pada talang air mengalir yang sekaligus
berfungsi sebagai tempat pencucian ikan. Berikut standar panjang hasil
pemotongan ikan :
- Kaleng 200 : panjang badan antara 7 – 8,5 cm
- Kaleng 300 : panjang badan antara 9 – 11,5 cm
Universitas Sriwijaya
21
Aspek kontrol dalam pemotongan adalah tahap pengeluaran isi perut ikan.
Selama pemotongan, pengeluaran isi perut masih belum sempurna, (masih
terdapat kotoran yang tertinggal di perut ikan).Oleh karena itu, perlu dilakukan
pembersihan hingga benar-benar bersih, karena hal ini akan mempengaruhi mutu
produk. Pemotongan perlu dilakukan secara cepat, sehingga mempersingkat
waktu tunggu ikan setelah proses thawingsehingga kerusakan ikan dapat
diperlambat. Selain itu,ukuran potongan ikan harus diperhatikan karena akan
berpengaruh pada tahapan selanjutnya yaitu pengisian ikan, agar diperoleh berat
yang seragam.
Gambar 6. Proses pemotongan tubuh ikan
4.2.5 Pengisian dalam kaleng (filling)
Tahap selanjutnya adalah pengisian ikan dalam kaleng/kemasan. Prinsipnya
adalah memasukkan potongan ikan ke dalam kaleng. Pengisian dilakukan secara
manual oleh pekerja. Hasil yang diharapkan adalah berat ikan dalam kaleng sesuai
standar yaitu 285 gram ± 5 setiap kemasan. Berikut tahapan dalam pengisian ikan:
a. Ambil kaleng yang telah tersedia
b. Masukkan potongan ikan ke dalam kaleng
c. Timbang dan sesuaikan dengan berat standar
d. Letakkan kaleng yang terisi ikan diatas belt conveyor untuk diproses lebih
lanjut
Setelah dilakukan pengisian dilakukan penimbangan dengan standar sebagai
berikut :
- Kaleng 202 : berat kaleng + ikan = 129 gram
- Kaleng 300 : berat kaleng + ikan = 344 gram
Universitas Sriwijaya
22
Aspek kontrol pada proses pengisian adalah keseragaman berat dari masing-
masing kemasan. Selama proses pengisian dilakukan pengecekan terhadap berat
ikan dengan melakukan penimbangan setiap 2 jam sekali.
Gambar 7. Pengisian ikan pada kaleng
4.2.6 Exhausting (pre cooking)
Pemasakan awal bertujuan untuk mematangkan ikan dan mengeluarkan
oksigen dari dalam kaleng. Proses ini dilakukan dengan melewatkan kaleng-
kaleng yang berisi ikan ke dalam exhaust box bersuhu 100 oC, ikan dimasak
dengan uap panas yang dihasilkan oleh boiler selama ± 12 menit. Tingkat
kematangan ikan menjadi salah satu aspek kontrol dalam proses ini, untuk itu
sebelum dilakukan exhausting dilakukan pengecekan terhadap suhu ikan. Setelah
kaleng keluarr dariexhaust box kemudian dilakukan pengecekan suhu dan
dibandingkan dengan suhu standar 75 – 85 oC.
Gambar 8. Proses pemasukan kaleng pada exhaust box
Pada proses ini terjadipenguapan sehingga udara yang terperangkap dalam
ikan dan kaleng akan keluar (penghampaan dalam kaleng). Menurut Murniyati,
A.S dan Sunarman (2000), penghampaan bermanfaat untuk mengurangi tekanan
dalam kaleng sehingga kaleng tidak pecah selama sterilisasi, meniadakan oksigen
Universitas Sriwijaya
23
untuk mengurangi kemungkinan oksidasi isi kaleng dan korosi (pengkaratan) pada
bagian dalam kaleng karena pengkaratan dapat menyebabkan kebocoran kaleng,
mengurangi kehidupan bakteri anaerob.
4.2.7 Penirisan
Penirisan bertujuan untuk mengeluarkan air dan minyak ikan yang
dihasilkan selama proses pre cooking. Hasil yang diharapkan adalah ikan yang
telah berkurang kandungan minyak dan airnya. Air yang dihasilkan merupakan
hasil kondensat sedangkan minyak ikan berasal dari dalam tubuh ikan yang
meleleh akibat pemanasan dan keluar bercampur dengan air hasil kondensat.
Proses berlangsung secara otomatis, kaleng yang berisi ikan akan berjalan pada
kemiringan ± 93o sehingga air dan minyak ikan akan tertumpah dan tertampung
pada talang yang selanjutnya akan diteruskan ke penampungan limbah cair
(minyak ikan). Aspek kontrol dalam proses ini adalah sudut kemiringan kaleng.
Salah satu yang menjadi masalah selama proses penirisan adalah terjadi
penumpukan kaleng. Hal ini dapat mengganggu proses, untuk itu aliran kaleng
perlu diperhatikan agar tidak terjadi penumpukan.
4.2.8 Pengisian medium (saus)
Prinsip dari proses ini adalah pemberian medium (saus) ke dalam kaleng
sesuai takaran yang telah ditentukan (head space = 7 mm). Tujuan dari penentuan
headspace adalah memberi ruang pengembangan isi saat proses sterilisasi.
Standar untuk berat total adalah :
- Kaleng 202 : kaleng + tutup + ikan + saus = 210 gram (± 10 gram)
- Kaleng 300: kaleng + tutup + ikan + saus = 501 gram (± 10 gram)
Gambar 9. Pengisian saus tomat
Universitas Sriwijaya
24
Suhu saus merupakan aspek kontrol yang harus diperhatikan, saus harus
dijaga pada suhu 70 oC. Selain itu banyak sedikitnya saus juga harus diperhatikan,
karena akan berpengaruh pada headspace. Kelebihan saus dapat menyebabkan
kaleng menggembung setelah sterilisasi, dikarenakan di dalam kaleng sudah tidak
ada ruang untuk pengembangan isi sehingga akan terjadi tekanan pada tutup
kaleng yang menyebabkan kaleng menggembung. Head space diatur secara
manual dengan cara menambah atau mengurangi saus menggunakan sendok.
4.2.9 Penutupan wadah kaleng (seaming)
Cara penutupan kaleng yang tepat dan benar merupakan salah satu tahap
paling penting dalam seluruh proses pengalengan. Penutupan wadah kaleng
dilakukan dengan menggunakan prinsip double seam. Proses pertama membentuk
lipatan tutup kaleng dan proses yang kedua menghimpit tutup kaleng sehingga
didapatkan proses penutupan yang hermetic dan tidak ada kebocoran yang dapat
merusak produk didalamnya.
Sambungan ganda atau double seam yang dilakukan pada kaleng akan
menghasilkan suatu penutupan yang hermitis (tahan bocor) diantara badan kaleng
dan tutupnya. Sambungan ganda terbentuk dari lipatan yang saling mengunci
antara lekukan (curl), tutup(lid), dengan lekukan bibir (flange) badan kaleng.
Gambar 10. Penutupan kaleng
Besar kecilnya headspace dalam wadah sangat penting, bila terlalu kecil
akan berbahaya karena ujung kaleng akan pecah akibat pengembangan isi selama
pengolahan. Bila headspace tidak cukup, kecepatan pemindahan panas menurun,
dengan demikian waktu pengolahan akan lebih lama. Sebaliknya apabila
headspace terlalu besar, udara yang terkumpul di ruangan tersebut lebih banyak,
Universitas Sriwijaya
25
sehingga dapat menyebabkan oksidasi dan perubahan warna bahan yang
dikalengkan.
Kecepatan yang digunakan bervariasi. Double seamer untuk kemasan
kaleng untuk ukuran 300 dioperasikan dengan kecepatan penutupan 90 kaleng per
menit, double seamer untuk kaleng kecil 200 dioperasikan dengan kecepatan
penutupan 160 kaleng permenit.Tutup kaleng terlebih dahulu diberi kode tanggal
kadaluarsa diruang jet print. Jangka waktu kadaluarsa telah ditentukan oleh pihak
perusahaan berdasarkan pengujian makanan yang dilakukan di departemen
kesehatan. Produk yang diproduksi oleh PT. Maya Muncar mempunyai masa
simpan ± 3 tahun. Tahapan penutupan kaleng merupakan tahapan paling kritis
yang harus diperhatikan, terutama kerapatan pada saat penutupan kaleng.
Apabila suatu kemasan kaleng itu mengalami kerusakan maka akan
berpengaruh pada mutu dari produk itu sendiri. Jika terjadi kebocoran pada kaleng
dikhawatirkan akan menyebabkan kontaminasi silang pada produk. Untuk itu
dilakukan pemeriksaan terhadap hasil penutupan kalengsetiap 2 jam sekali dengan
cara memasukkan kaleng kosong ikut dalam proses penutupan, kemudian
dilakukan pengecekan terhadap dimensi luar dan dimensi dalam kaleng. Berikut
uraian pemeriksaan yang dilakukan selama proses penutupan ini berlangsung:
1. Pemeriksaan dimensi luar, antara lain :
a. Tinggi kaleng (Ca, H)
Tinggi kaleng diukur dari tutup kaleng atas sampai kaleng bawah.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong, diambil 3 titik yang
berbeda. Standar ukuran tinggi kaleng untuk kaleng (200 x 308) adalah 88.37 ±
0.30 mm dan untuk kaleng besar (300 x 407)113.07 ± 0.30 mm. Jika tinggi kaleng
(Ca. H) kurang dari standar maka perlu dilakukan penyetingan alat (seamer).
b. Tebal penutupan (thickness = T)
Pengukuran seam thickness merupakan indikasi terhadap kekencangan
double seam. Seam thickness adalah dimensi maksimal yang diukur secara tegak
lurus terhadap lapisan yang membentuk seam. Pengukuran dilakukan
menggunakan mikrometer secara horizontal pada lipatan tutup kaleng sebanyak
tiga titik yang berbeda.Standar tebal penutupan kaleng adalah 1.17 ± 0.1 mm
Universitas Sriwijaya
26
untuk kaleng kecil dan 1.25 ± 0.1 untuk kaleng besar. Jika tebal penutupan kaleng
kurang dari standar maka perlu dilakukan penyettingan alat.
c. Lebar penutupan (width =W)
Pengukuran dilakukan menggunakan mikrometer secara vertikal pada
lipatan tutup kaleng sebanyak tiga titik yang berbeda. Standar lebar penutupan
(W) untuk kaleng kecil adalah 2.70 ± 0.15 mm dan kaleng besar 2.90 ± 0.15 mm.
Jika lebar penutupan kaleng kurang dari standar maka perlu dilakukan
penyettingan alat.
d. Counter sink (CS)
Pengukuran dilakukan menggunakan jangka sorong pada lipatan tutup
dengan cara ujung jangka sorong diletakkan pada mulut kaleng secara vertikal
sebanyak tiga titik yang berbeda. Menurut Winarno (1994) pada umumnya,
countersink seharusnya sama dengan thickness. Standar countersink 3 ± 0.35 mm
untuk kaleng kecil maupun kaleng besar. Jika countersink kurang dari standar
maka dilakukan penyettingan alat.
2. Pemeriksaan dimensi dalam, antara lain :
a. Body Hook (BH)
Pengukuran dilakukan menggunakan micrometer pada bagian lipatan mulut
kaleng sebanyak tiga ulangan dengan titik yang berbed. BH yang terlalu panjang
atau pendek akan mempengaruhi overlap dan hasil akhir dari double seam.
Standar pengukuran BH untuk kaleng kecil adalah 1.90 ± 0.20 dan kaleng besar
2.00 ± 0,20. Jika BH kurang dari standar maka dilakukan penyettingan alat.
b. Cover Hook (CH)
Menurut Winarno (1994) cover hook yang terlalu panjang atau pendek akan
mempengaruhi kondisi over lap dan hasil akhir double seam. Pengukuran CH
dilakukan menggunakan micrometer pada bagian mulut kaleng sebanyak tiga kali
ulangan dengan titik yang berbeda. Standar yang digunakan adalah 1.80 ± 0.20
untuk kaleng kecil dan 1.90 ± 0.20 untuk kaleng besar. Jika cover hook kurang
dari standar maka perlu dilakukan penyettingan alat.
c. Over Lap (OL)
Panjangnya bagian yang saling tindih dengan cover hook disebut internal
seam overlap. Overlap diusahakan tidak mengalami penyimpangan atau
Universitas Sriwijaya
27
disesuaikan standar yang ditetapkan. Standar overlap minimal 1.1 mm baik untuk
kaleng kecil maupun kaleng besar. Jika overlap kurang dari standar maka perlu
dilakukan penyettingan alat.
d. Over Lap %(OL %)
Overlap %merupakan kisaran besarnya overlap yang terbentuk. Semakin
tinggi overlap semakin sempurna proses seaming. Standar overlap minimal 55 %.
Jika nilai OL % dibawah standar, menunjukkan proses seaming yang tidak
sempurna, yaitu pada saat operasi kedua, penekanan antara body hook dan cover
hook kurang, sehingga menyebabkan hasil penutupan agak longgar yang
memungkinkan udara dan air dapat masuk ke dalam kaleng. Oleh sebab itu
dilakukan tindakan dengan menghentikan mesin untuk sementara dan melakukan
perbaikan terhadapa mesin agar OL %sesuai dengan standar yang ditetapkan.
e. Seam Thickness (ST)
Pemeriksaan visual terhadap derajat kekencangan (thickness rating) sangat
penting dan harus dilakukan dengan teliti. Penilaian kekencangan double seam
dilakukan dengan memeriksa adanya kerutan (wrinkle) dalam cover hook.
Pengkerutan terbentuk sewaktu proses pembentukan double seam, yaitu pada saat
diameter kaleng tereduksi ketika menyesuaikan dengan flange. Kerutan biasa
terjadi secara merata dan tersebar melingkari tutup kaleng.
Semakin kuat tekanan pada operasi kedua, semakin dangkal kerutan yang
terbentuk. Kondisi ini dapat dievaluasi secara visual, kemudian dicatat dengan
kisaran skala bulat mendekati puluhan persen. Semakin dalam kerutan, semakin
longgar tutup kaleng. Angka kekencangan minimal 75 %. Standar tersebut
menunjukkan bahwa kerutan yang terjadi semakin kecil atau dapat dikatakan
proses seaming berjalan sempurna (tekanan pada operasi kedua kuat).
f. End Hook Juncture (EJ)
Pengukuran EJ dilakukan dengan melihat banyak sedikitnya lipatan yang
menonjol pada tutup kaleng. Semakin banyak lipatan yang menonjol maka
semakin jelek lipatannya. EJ dapat diketahui secara visual, kemudian dicatat
dengan kisaran bulat yang mendekati puluhan persen. Nilai EJ 100 % berarti tidak
ada lipatan yang menonjol pada tutup kaleng. Standar EJ minimal 75 %.
Universitas Sriwijaya
28
4.2.10 Pencucian kaleng
Pencucian kaleng bertujuan untuk membersihkan kotoran yang berasal
dari sisa saus yang masih menempel pada kaleng pada saat pengisian medium
(saus). Pencucian kaleng dilakukan menggunakan canwasher conveyor,
menggunakan sabun khusus merk “Tepol”. Kaleng- kaleng berjalan melewati alat
tersebut akan disemprot dengan air sabun, dan kemudian ditampung dalam
keranjang retort yang berada di dalam bak penampung berisi air. Hal ini bertujuan
untuk menghindari terjadinya kerusakan kaleng (penyok) akibat benturan antar
kaleng pada saat memasuki keranjang.
Gambar 11. Pencucian kaleng
4.2.11 Sterilisasi (retorting)
Sterilisasi merupakan proses utama pada produksi pangan steril komersial,
khususnya untuk menjamin tercapainya keamanan pangan steril komersial. Waktu
dan suhu yang diperlukan untuk proses sterilisasi biasanya tergantung pada
konsistensi atau ukuran partikel bahan, derajat keasaman isi kaleng, ukuran
headspace, besar dan ukuran kaleng, kemurnian uap air (steam) yang digunakan,
dan kecepatan perambatan panas. Setiap siklus sterilisasi menggunakan retort
harus berlangsung mengikuti secara ketat sesuai scheduledprocess yang telah
ditetapkan. Suhu sterilisasi yang digunakan adalah 116oC dengan waktu 85 menit
untuk kaleng kecil dan 95 menit untuk kaleng besar.
Prinsip sterilisasi adalah pemanasan untuk mematikan mikroorganisme.
Hasil yang diharapkan dari proses ini adalah produk yang steril. Berikut prosedur
dalam pelaksanaan sterilisasi (retorting):
a. Letakkan keranjang retort ke dalam bak penampung.
b. Kaleng akan masuk ke dalam keranjang retort setelah proses
pencucian.
Universitas Sriwijaya
29
c. Jika keranjang sudah penuh, angkat dan masukkan keranjang ke dalam
retort.
d. Lakukan pengaturan suhu dan waktu sterilisasi.
e. Setelah sterilisasi selesai,dilakukan proses pendinginan, dapat dilakukan
di dalam retort atau di luar retort.
Gambar 12. Proses sterilisasi
Aspek kontrol pada sterilisasi yang harus diperhatikan yaitu suhu dan
waktu pendinginan. Pendinginan dilakukan setelah sterilisasi berakhir.
Pendinginan ini menyebabkan rekontaminasi dari air pendingin ke dalam produk.
Untuk itu perlu dipastikan bahwa air pendingin yang digunakan memenuhi syarat
mikrobiologis.
Masalah yang mungkin muncul pada saat sterilisasi berlangsung yaitu
suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengantisipasi masalah tersebut yaitu dengan melakukan pengecekan suhu secara
berkala.
4.2.11 Pendinginan (cooling)
Pendinginan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara otomatis di
dalam retort dan secara manual dilakukan di luar retort. Pendinginan di dalam
retort dilakukan sesaat setelah katup uap dimatikan segera dibuka katup air dingin.
Cara otomatis ini harus memperhatikan besar kecilnya kaleng yang digunakan,
untuk ukuran kaleng yang besar maka tekanan udara dalam retort perlu
dikendalikan sehingga tidak menyebabkan kalengmenggelembung dan rusak.
Cara kedua adalah dengan cara manual yaitu dengan merendamdalam bak
pendingin yang bervolume 16.5 m3. Setelah sterilisasi selesai, keranjang yang
berisi kaleng diangkat menggunakan katrol menuju bak pendinginan yang berisi
larutan klorin 1 ppm. Pendinginan dilakukan selama 15 menit. Pendinginan yang
Universitas Sriwijaya
30
dilakukan di PT. Maya Muncar adalah kedua cara tersebut. Hal ini tergantung
kapasitas produksi pada saat itu, apabila produksi ikan banyak maka dilakukan
pendinginan di luar retort.
Untuk pendinginan secara otomatis (pendinginan tekanan), tekanan dalam
retort dipertahankan selama pendinginan berlangsung hingga tekanan internal di
dalam kaleng mencapai tingkat yang aman. Tidak ada waktu tertentu untuk
pendinginan tekanan karena banyak faktor yang mempengaruhi seperti jenis
produk, ukuran kaleng, suhu proses, suhu air, dan jumlah air yang digunakan.
Pendinginan pasca sterilisasi dapat menyebabkan rekontaminasi dari air
pendingin ke dalam produk. Untuk itu perlu dipastikan bahwa air pendingin yang
digunakan memenuhi persyaratan mikrobiologis. Pendinginan dilakukan
secepatnya setelah proses sterilisasi selesai untuk mencegah pertumbuhan kembali
bakteri, terutama bakteri termofilik. Pendinginan dinyatakan selesai bila suhu air
dalam retort telah mencapai 38 – 42oC. Suhu tersebut dapat dilihat pada catatan
rekorder. Produk setelah didinginkan diistirahatkan terlebih dahulu ditempat
pengistirahatan (restedarea) untuk menunggu giliran pengepakan (packing).
4.2.12 Pengemasan (packing)
Pengemasan adalah tahap memasukkan kaleng dalam karton sesuai dengan
jumlah yang telah ditetapkan.Sebelumnya dilakukan pengecekan kondisi kaleng
seperti kaleng kotor, pesok, cembung, melet, dan lain-lain. Penyusunan kaleng
dalam karton antara lain :
- Kaleng 202
Ukuran karton : 27,5 x 54,5 x 18,5 cm
4.2.12.1.1 karton : 100 kaleng x 155 gram
Penyusunan dalam karton terdiri dari 5 x 10 baris dalam 2 susunan
- Kaleng 300
Ukuran karton : 31 x 46 x 23,5 cm
1 karton : 48 kaleng x 425 gram
Penyusunan dalam karton terdiri dari 4 x 6 baris dalam 2 susunan.Setelah
barang jadi masuk karton, kemudian di stempel “passed” dan di plagband serta
ditumpuk dengan dialasi pallet dan dihitung jumlahnya.
Universitas Sriwijaya
31
- Kaleng 202, satu pallet terdiri dari 72 karton
- Kaleng 300, satu pallet terdiri dari 34 karton
Tumpukan karton disimpan dalam gudang pengepakan sambil menunggu
masa inkubasi selama 3-5 hari, inkubasi ini dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya kebocoran kaleng.
Gambar 13. Proses pengemasan
Karton adalah bahan pengemas sekunder yang berfungsi untuk menghindari dari
kerusakan kaleng akibat gesekan dan mempermudah dalam pengangkutan atau distribusi.
Ukuran karton sesuai dengan ukuran kaleng yang dikemas. Karton-karton tersebut
berukuran :
- 27,5 x 54,5 x 18,5 cm untuk kaleng kecil ukuran 202
- 31 x 46 x 23,5 cm untuk kaleng besar ukuran 300
Plagband digunakan untuk merekatkan karton dalam pengemasan produk jadi.
Plagband yang digunakan adalah plagband berwarna coklat dengan ukuran ± 5 cm
dengan merk “Superfix” yang dipasok dari Surabaya.Jika terdapat kaleng yang
mengalami kerusakan maka akan dilakukan repacking (diganti dengan kaleng
yang baru dan dilakukan pemasakan ulang). PT. Maya Muncar memiliki gudang
penyimpanan dengan suhu kamar yang dapat mempertahankan kualitas bahan
yang disimpan adalah 27 – 30 oC dan tidak lembab karena tiap produk dalam
karton dialasi dengan palet. Setelah dilakukan pengecekan, karton diberi lem dan
ditutup dengan plagband. Barang jadi yang sudah diplagband kemudian di stafel.
Barang jadi ditata/ditumpuk seperti semula (disusun sesuai ketentuan untuk tiap
paletnya) dan siap untuk didistribusikan.
4.3 Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu pada proses pengalengan ikan terdapat serangkaian
proses yang dilakukan dari proses awal penerimaan bahan baku (raw material)
Universitas Sriwijaya
32
hingga produk akhir yaitu ikan yang dikalengkan. Bahan baku yang digunakan
harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan. Selain
itu, yang harus diperhatian dalam proses pengolahan produk ikan kaleng ini
adalah mesin dan peralatan yang digunakan. Bagian terpenting dalam kemasan
adalah penutupan kaleng (seaming). Bagian penutup sering merupakan bagian
terlemah dari sistem perlindungan terhadap gangguan dari luar, sehingga
penutupan wadah harus benar-benar dipastikan tepat.
Pengawasan mutu yang dilaksanakan oleh PT. Maya Muncar meliputi
pengawasan mutu bahan baku, bahan pembantu, kaleng, selama proses dan
produk akhir. Pengawasan mutu ini bertujuan untuk memperoleh produk akhir
yang baik. Oleh karena itu, pengawasan mutu perlu dilakukan secara kontinyu.
Tahapan proses memegang peranan penting dalam menentukan mutu
produk akhir oleh karena itu pengawasan mutu proses dilakukan sejak awal
penanganan. Pengawasan dilakukan selama proses pengolahan meliputi:
pengawasan tahap penyiangan dan pencucian, pengisian, pemanasan pendahuluan,
pengisian saus,penutupan kaleng, sterilisasi dan pendinginan.
Tujuan dari pengendalian proses adalah untuk mengevaluasi tiap tahapan
proses sehingga dapat diketahui kekurangan dan penyebab penurunan kualitas.
Selama proses pengolahan ikan setiap tahap proses selalu dilakukan pengawasan
dengan cara sortasi. Tahap sortasi awal dilakukan oleh bagian penerimaan bahan
baku untuk memisahkan ikan segar dengan ikan tidak segar/rusak.
4.4 Pengawasan Mutu Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan pada proses pengalengan ikan mackerel yaitu
jenis ikan selengseng yang diimpor dari China. Ikan yang diterima disimpan
dalam cold storage. Untuk ikan yang akan diproses harus direndam pada air yang
mengalir (thawing) terlebih dahulu agar mudah dalam proses sortasi dan
pemotongan. Suhu air dalam bak dipertahankan hingga 1 – 4 °C.
Pengawasan bahan baku dilakukan secara fisik, yaitu dengan cara
pengambilan sampel ikan dan dilihat kesegarannya dengan parameter yang telah
ditentukan antara lain: mata, tekstur, insang dll yang dikategorikan dalam kelas-
Universitas Sriwijaya
33
kelas seperti Kelas A, Kelas B, Kelas C dan Kelas D. Ikan yang diterima oleh PT.
Maya Muncar adalah ikan dengan kategori Kelas A, B dan C. Disamping itu
pengawasan secara fisik juga dilakukan dengan membedakan ukuran ikan
(sizing). Sizing adalah pembedaan dan pengelompokan ukuran yang bertujuan
untuk menentukan jenis kaleng yang akan diproduksi. Size di atas 30 digunakan
untuk kaleng besar, sedangkan size 25 sampai 27 digunakan untuk mengisi kaleng
kecil.Bahan baku yang tidak memenuhi syarat perusahaan maka ikan tersebut
akan dijual.
Kegiatan pengawasan mutu terhadap bahan baku dilakukan ketika ikan
tiba di pabrik. Bahan baku yang baik diharapkan akan menghasilkan produk yang
baik pula. Selain pengawasan terhadap bahan baku juga dilakukan pengawasan
terhadap air yang digunakan. Air yang digunakan berasal dari sumur bor. Syarat
mutu air yang digunakan harus sama dengan syarat mutu air minum.
4.5 Pengawasan Mutu Thawing
Pengawasan mutu pada saat thawing atau pencairan penting karena bila
proses pencairan dilakukan dengan benar maka produk akhir yang dihasilkan akan
baik. Pengawasan pada saat thawing adalah sebagai berikut:
1. Proses thawing bahan baku menggunakan air bersih yang keluar dari
kran dan tidak boleh menggunakan air bekas cucian.
2. Proses thawing ikan beku dikeluarkan dari cold storage tidak boleh
dibiarkan lebih dari 4 jam sebelum memasuki proses permulaan.
3. Batas suhu ikan pada akhir proses pencairan maksimum 4 °C dan tekstur
ikan tersebut haruslah cukup lunak agar memudahkan proses
pemotongan.
4. Banyaknya ikan yang dikeluarkan dari cold storage untuk dithawing
harus dicatat jumlahnya.
4.6 Pengawasan Mutu Proses Pemotongan (Trimming)
Sebelum bahan baku dipotong terlebih dahulu dilakukan penimbangan.
Penimbangan bertujuan agar jumlah dari masing-masing keranjang dapat
Universitas Sriwijaya
34
diketahui dan dicocokan dengan keterangan supplier. Pengawasan pada saat
penimbangan mempunyai persyaratan sebagai berikut:
a. Ikan yang ditimbang dalam keranjang plastik masing-masing ditimbang
beratnya dan hasil timbangan serta jumlah keranjang yang digunakan
harus dicatat dengan jelas.
b. Pembongkaran dari bak thawing ke dalam keranjang untuk ditimbang
harus dilakukan dengan hati-hati agar ikan tidak rusak.
c. Plastik bekas kemasan ikan harus dibuang dan tidak boleh ikut
ditimbang.
Pengawasan pada tahap pemotongan dilakukan agar tidak ada isi perut
yang tertinggal. Pada tahap ini pemotongan harus dilakukan dengan hati-hati agar
kerusakan tekstur ikan dapat dihindari. Pengawasan pada tahap pemotongan juga
dilakukan dengan cara penyortiran yang bertujuan agar ikan yang akan diolah
sesuai dengan yang diinginan. Pengawasan pada saat pemotongan mempunyai
syarat sebagai berikut :
a. Ikan dipotong bagian pre dorsal(dekat kepala) dan ekor serta isi perut
harus dibuang dengan bersih.
b. Sebelum dan sesudah pemotongan ikan harus dicuci bersih dengan
menggunakan air bersih dari kran.
c. Bila ikan yang dipotong didalamnya terdapat telur maka telur ikan
tersebut boleh diikutkan.
d. Potongan ikan harus disesuaikan dengan ukuran kaleng yang akan
digunakan.
e. Ikan yang jelek (ikan yang dagingnya lunak dan mulai berbau busuk,
insang pada ikan berwarna keruh, kulit ikan sudah robek) harus
dipisahkan dan tidak boleh ikut dipotong. Ikan yang jelek tersebut
ditimbang dan hasilnya dicatat dengan jelas.
Pengawasan yang dilakukan pada proses pemotongan ikan bertujuan untuk
mengetahui rendemen harian agar tidak banyak bahan baku yang terbuang.
Pengawasan mutuini dilakukan dengan cara mengontrol berat dari potongan
kepala dan ekor. Dari produksi per jamnya diambil sampel untuk 10 kali ulangan
Universitas Sriwijaya
35
bagian kepala dan ekor. Penimbangan dilakukan tiap 5 ekor ikan, ditimbang
bagian kepala dan ekornya. Kemudian dihitung rata-rata dan range maksimal dan
minimalnya. Dari size ikan tertentu dapat dihitung jumlah kepala, isi perut dan
ekor, sehingga dapat diketahui total bagian yang tidak dapat dimakan yang
nantinya akan dijual sebagai bahan baku tepung ikan. Standart rendemen total
affal tidak boleh lebih dari 50% kecuali untuk jenis tertentu.
Selain untuk menghitung besarnya rendemen dalam proses ini juga
dikontrol kesegaran ikan dengan mencantumkan nilai berupa:
a. A –A1 :100 – 80 baik
b. B – B1 :79 – 60 cukup baik
c. C :<60 tidak baik
Jumlah pekerja dalam tiap linenya juga dilakukan pencatatan absensi. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui adanya penyimpangan perhitungan rendemen dan
kecepatan pemotongan ikan. Tindakan koreksi yang pernah terjadi yaitu
pemotongan kepala terlalu besar dapat meningkatkan total affal, maka tindakan
koreksi yang dilakukan adalah mengecek kerja pekerja padabagian pemotongan
dan memberi teguran agar hasil pemotongan bisa mencapai standar.
4.7 Pengawasan Mutu Proses Pengisian dalam Kaleng (Filling)
Pengawasan mutu pada saat pengisian penting dilakukan karena penataan
ikan yang teratur membantu memberikan penampilan yang baik pada saat kaleng
dibuka dan agar tidak tampak berantakan saat kaleng dibuka. Pengisisan
dilakukan secara manual dengan berat sesuai dengan ukuran kaleng. Cara
pengisisan ikan harus diselingi antar ekor dan bagian dada dan apabila dalam
perut ikan masih ada kotoran maka harus dibuang.
Pengawasan mutu pada pengisian ikan dalam kaleng ini yaitu keseragaman
ukuran potongan ikan serta berat ikan dalam kaleng harus sesuai dengan standar.
Pengontrolan bobot ikan dalam kaleng dilakukan dengancara mengambil sampel
minimal 10, yang kemudian ditimbang dan dihitung rata-ratanya. Standart berat
ikan untuk kaleng besar adalah 344 gram, sedangkan untuk kaleng kecil 129
gram. Jumlah ikan yang diisikan ke dalam kaleng tergantung size ikan. Setiap
Universitas Sriwijaya
36
pekerja pada bagian pengisian diberikan timbangan yang dilakukan kalibrasi
setiap harinya sehingga penyimpangan berat dapat dicegah.
Kaleng yang beratnya tidak sesuai standart harus diulangi proses
pengisiannya kemudian ditimbang ulang sampai beratnya mencapai standart.
Pengawasan timbangan perlu dilakukan untuk mengetahui apakah filling sudah
sesuai dengan ketentuan, apabila timbangannya lebih maka harus dikurangi dan
apabila timbangan kurang maka harus ditambah.
4.8 Pengawasan Mutu Proses Exhausting(Pre cooking)
Tujuan pemasakan pendahuluan ini adalah untuk mematangkan ikan agar
memiliki tekstur yang lunak, serta untuk mengeluarkan udara dan minyak yang
ada pada tubuh ikan, sehingga dapat mengurangi faktor penyebab kerusakan ikan.
Pre-cooking dilakukan denganexhaust box yang bersuhu 100 °C selama 12menit.
Waktu dan suhu pemanasan yang digunakan harus tepat karena jika berlebihan
ikan akan hancur dan jika suhu yang digunakan kurang maka ikan yang dihasilkan
masih mentah, untuk menghindari penyimpangan tersebut kecepatan yang
digunakan sudah diatur dengan waktu dan uap panas yang keluar sudah diatur
sedemikian ruapa. Suhu harus dikontrol secara berkala agar tidak terjadi
penurunan suhu.
Pengawasan mutu yang dilakukan pada proses ini yaitu jika suhu intial
ikan tidak sesuai dengan standar yaitu 75 – 85 °C maka perlu dilakukan pre
cooking ulang, sampai suhu sesuai dengan standar. Cara mengontrol suhu intial
ikan dengan menggunakan thermometer yang diletakkan pada tulang punggung
ikan. Tiap sekali proses diambil beberapa sampel untuk diukur suhu intialnya.
4.9 Pengawasan Mutu Proses Penirisan
Penirisan dilakukan bertujuan untuk membuang minyak dan air hasil dari
pemasakan awal. Minyak dan air yang ada dalam ikan dapat mempercepat
kerusakan pada ikan dalam kaleng, oleh karena itu perlu adanya proses penirisan.
Selain itu dengan adanya proses penirisan ini akan mengurangi kadar air produk
sehingga tidak mempengaruhi kekentalan saus. Penirisan dilakukan secara
otomatis, yaitu kaleng akan berjalan pada kemiringan ± 93 derajat sehingga sir
Universitas Sriwijaya
37
dan minyak di dalamnya akan tertumpah keluar. Penirisan ini dilakukan sampai
tuntas agar minyak dan air yang ada dalam kaleng benar-benar habis. Penirisan ini
juga dilakukan dengan cepat agar suhu intial ikan dapat dipertahankan. Hal ini
bertujuan agar udara tidak banyak yang masuk kembali ke dalam kaleng. Agar hal
ini tidak terjadi maka harus diperhatikan pola aliran kaleng agar tidak terjadi
penumpukan kaleng yang dapat menurunkan suhu.
4.10 Pengawasan Mutu Proses Pengisian Medium (Saus)
Pengisian medium berupa saus bertujuan untuk memberikan cita rasa
produk, selain itu juga untuk mengisi ruang kosong dalam kaleng. Hal ini
disebabkan ruang kosong yang ada dalam kaleng tidak boleh terisi udara yang
dapat menyebabkan produk kaleng cekung akibat tekanan udara dalam kaleng
selama sterilisasi.
Pengawasan mutu saus dilakukan jika proses sudah berlangsung selama 1
jam dari awal pengisian saus dan pemeriksaan dilakukan setiap 1 jam sekali.
Pemeriksaan mutu saus meliputi suhu, warna, rasa dan kekentalan. Suhu saus
yang digunakan ± 60 – 70 °C agar bakteri thermofilik dapat tereduksi sehingga
mutu saus dapat terjaga. Bahan-bahan saus yang digunakan seperti tomat pasta,
pengental, garam harus terjaga kebersihannya.
Peralatan untuk proses pengisisan saus harus selalu dibersihkan baik
sebelum pemakaian maupun setelah pemakaian. Pengawasan mutu saus juga
dilakukan terhadap banyaknya saus yang masuk ke dalam kaleng karena akan
berpengaruh terhadap besarnya head space. Jumlah saus yang dibuat dan dipakai
dicatat pada laporan harian, untuk mengetahui berapa banyaknya jumlah saus
yang digunakan pada setiap harinya.
Pengawasan mutu proses pengisian medium ini dilakukan tiap jumlahnya,
dengan mengambil sampel minimal 10 kaleng per seamer. Pengawasan ini
dilakukan untuk mengontrol head space atau jarak medium dengan mulut kaleng.
Standar head space harus mencapai 7 mm, tidak boleh terlalu berlebih atau
kurang. Head space yang berlebihan berpengaruh terhadap proses seaming,
sedangkan head space yang kurang berpengaruh terhadap proses sterilisasi.
Universitas Sriwijaya
38
Pengaturan head space dilakukan secara manual menggunakan sendok dengan
menambah atau mengurangi saus dalam kaleng.
4.11 Pengawasan Mutu Proses Pentupan Kaleng (Seaming)
Pengawasan pada proses penutupan kaleng dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan mesin seamer sebelum proses pengalengan dimulai. Pengujian diawali
dengan pemeriksaan komponen mesin seamerkemudian dilanjutkan pengujian operasi
penutupan tahap pertama dan tahap kedua, bila hasil penutupan sudah baik maka operasi
pengalengan dimulai dan jika terjadi penyimpangan selama proses maka proses
dihentikan dan mesin tutup diperbaiki untuk menghindari kerusakan yang lebih fatal.
Pengawasan mutu pada proses penutupan kaleng mempunyai syarat sebagi berikut:
a. Pada saat proses seaming berlangsung harus diperiksa hasilnya agar tingkat
kehalusan dan kekuatan pada kaleng dapat diketahui, pada kasus lain jika
terjadi kerusakan pada pemukaan kaleng seperti lecet, kasar, mengkerut dll
maka mesin seaming harus dihentikan dan dilakukan tindakan perbaikan.
b. Sedikitnya setiap 4 jam sekali, diambil sampeldan diperiksa dengan
membuka tutup kaleng bagian atas untuk mengetahui apakah proses seaming
tersebut telah memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
c. Setelah proses seaming selesai, kaleng-kaleng tersebut harus dibilas dengan
air panas yang dicampur dengan sabun khusus merk “Tepol” dengan tujuan
untuk menghilangkan sisa-sisa saus yang tertinggal pada kaleng.
d. Sebelum masuk retort kaleng masuk ke keranjang retort yang diletakan
dalam bak penampungan berisi air untuk menghindari terjadinya benturan
antar kaleng.
Tahap yang dilakukan setelah penutupan kaleng adalah tahap pencuciankaleng.
Tahap pencucian kaleng dilakukan menggunakan air panas dengan suhu 70 – 80
°C.Proses penutupan kalengmenggunakan sistem double seamer. Kualitas lipatan kaleng
sangat berpengaruh terhadap produk kaleng yang dihasilkan, karena hasil lipatan ini
mempengaruhi terhadap masuknya udara dan kontaminasi dari luar. Pengawasan selama
proses seaming dilakukan mulai awal mesin dijalankan. Dimulai dari pengecekan mesin
dan kaleng kosong.
Universitas Sriwijaya
39
Pengecekan kaleng kosong dilakukan setiap 1 jam sekali. Adapun pengecekan
yang dilakukan adalah dimensi luar (Ca.H, H, T, W dan CS) dan dimensi dalam (BH,
CH, OL, %OL, ST dan EJ). Hasil seamer diusahakan mencapai standar yang ditetapkan
sesuai jenis dan asal kaleng. Oleh karena itu perlu diketahui rencana produksi harian oleh
pengawas yang bertugas dibagian proses ini.
4.12 Pengawasan Mutu Proses Sterilisasi (Retorting)
Sterilisasi pada pengalengan ikan adalah proses pemanasan wadah serta isinya pada
suhu dan jangka waktu tertentu untuk menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor
penyebab kerusakan makanan, tanpa menimbulkan gejala lewat pemasakan (over
cooking) pada makanannya. Suhu yang digunakan biasanya 121 °C selama 20 – 40 menit,
tergantung dari jenis bahan makanan. Pada umumnya suhu sterilisasi yang biasanya
dilakukan pada sayur-sayuran, daging atau unggas di atas 100 °C, sedangkan untuk buah-
buahan pada suhu 100 °C.
Pengawasan pada tahap sterilisasi dilakukan terhadap waktu mulai pemanasan,
sterilisasi dan pendinginan :
a. Peralatan, waktu dan catatan yang dibuat harus memenuhi peraturan yang
ditentukan.
b. Alat perlengkapan retort seperti: thermometer, pencatat suhu, steam
inletdll harus dalam keadaan bersih.
c. Suhu sterilisasi yang digunakan adalah 116 °C selama 85 menit untuk
kaleng kecil dan 95 menit untuk kaleng besar.
d. Prosedur proses harus dipaparkan dalam papan khusus dan berada di
sekitar daerah retort serta ditandatangani oleh manager pengolahan.
Proses sterilisasi yang dilakukan setiap harinya, perlu dilakukan pengecekan atau
kalibrasi pada mesin, karena setiap proses produksi terkadang mesin mengalami beberapa
permasalahan yang menyebabkan penyimpangan mutu kualitas produk kaleng. Selama
pelaksanaan sterilisasi di PT. Maya Muncar kerusakan yang pernah terjadi beserta
tindakan koreksinya adalah sebagai berikut:
a. Kerusakan pintu retort berupa pecahnya karet perekat pintu, tindakan
koreksi yang dilakukan adalah melakukan sterilisasi ulang.
Universitas Sriwijaya
40
b. Katup uap otomatis tidak bekerja (mati), tindakan koreksi adalah
membongkar katup uap otomatis dan memperbaikinya.
c. Kelebihan atau kekurangan suplay uap, tindakan koreksi adalah
melakukan sterilisasi ulang
d. Kontrol tekanan dan suhu tidak sesuai standar. Misalnya suhu
tercapaitetapi tekanan nol. Tindakan koreksi yang dilakukan adalah
melakukan sterilisasi ulang.
e. Pipa pembuangan uap bocor, tindakan koreksi yang dilakukan adalah
mengganti pipa.
Setiap kerusakan yang menyebabkan adanya penyimpangan produk
maupun kerja mesin cukup berat, maka harus segera dilakukan kalibrasi total atau
secara menyeluruh. Satu mesin retort yang mengalami kerusakan maka proses
kalibrasi dilakukan pada setiap mesin. Proses kalibrasi dilakukan minimal 6 bulan
sekali.
4.13 Pengawasan Mutu Proses Pendinginan (Cooling)
Pendinginan kaleng tergantung dari kapasitas produksi pada saat itu. Jika
kapasitas produksi kecil, memungkingkan untuk dilakukan pendinginan di dalam retort,
tetapi jika kapasitas produksi besar pendinginan dilakukan di luar retort, yaitu di dalam
bak pendingin.
Pendinginan kaleng dilakukan selama 15 menit setelah proses sterilisasi. Air
yang digunakan untuk proses pendinginan kaleng harus memenuhi kondisi kebersihan, air
diklorinasi 1 ppm. Pada akhir proses pendinginan residu klorin harus dapat dideteksi (0,3
– 0,5 ppm).Suhu kaleng setelah didinginkan harus mencapai 38 – 42 oC. Kaleng yang
telah didinginkan kemudian dikeringkan ditempat terpisah. Tempat pengeringan harus
bebas dari kontaminasi seperti minyak, debu dan kotoran lain.
4.14 Pengawasan Mutu Proses Pengemasan (Packing)
Proses ini merupakan proses akhir dari keseluruhan proses produksi. Pada proses
ini pengontrolan dilakukan tidak hanya menghitung jumlah kaleng dalam setiap kardus,
akan tetapi juga dilakukan proses sortasi pada kaleng rusak, cacat, cembung pesok mau
pun rusak berat. Setiap kaleng yang mengalami kerusakan dicatat jumlahnya dan jenis
produknya. Produk kaleng yang rusak atau cacat dan kerusakan kode, akan dilakukan
Universitas Sriwijaya
41
repacking dengan cara mengganti kaleng dan saus baru serta serta dilakukan exhausting,
filling media, penutupan dan sterilisasi ulang. Pengemasan harus tertanda dengan jelas
menurut label yang tertulis pada kaleng yang mencantumkan penetapan produksi seperti
nama produk, tanggal, bulan, tahun produksi.
4.15 Pengawasan Mutu Proses Penyimpanan
Pengawasan pada saat proses penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan
tempat penyimpanan harus terhindar dari serangga. Bahan untuk pengemasan harus
dalam keadaan kering, jauh dari air, jauh dari debu dan kotoran. Pengawasan pada
penyimpanan ditujukan terhadap pelaksaanaan sortasi, pembersihan kaleng, pengepakan
dan penyimpanan. Penyimpanan di gudang sangat berpengaruh pada produk akhir, oleh
karena itu penyimpanan perlu diperhatikan terutama untuk penyimpanan jangka panjang
karena mutu dari produk dapat berubah seiring denganberjalannya waktu. Penurunan
mutu dalam proses penyimpanan di gudang disebabkan olaeh beberapa faktor yaitu suhu,
kelembaban, kebocoran dan pencemaran serangga.
4.16 Pengawasan Mutu Total harian (Inspeksi)
Inspeksi dilakukan setiap hari. Produk kaleng yang dilakukan inspeksi hari ini
adalah produk kaleng hasil produksi kemarin. Adapun beberap faktor yang diinspeksi
adalah :
1. Tekanan udara dalam kaleng (vacuum)
2. Berat bersih ikan (drain weight)
3. Berat saus tomat (tomato sauce weight)
4. Berat total produk kaleng (total weight)
5. Kenampakan warna daging ikan (opened appearance). Penilaian kenampakan
hasil produksi dinilai dengan menggunakan skor yaitu:
a. A – A1:100 – 80 baik
b. B – B1 :79 – 60 cukup baik
c. C :< 60 tidak baik
6. Warna saus tomat (tomato sauce colour). Penilaian dilakukan dengan sistem
skor. Penilaian warna saus tomat didasarkan pula pada kekentalan dan brix
(%) yang dicapai.
Universitas Sriwijaya
42
7. Bentuk ikan (shape). Penilaian bentuk ikan didasarkan pada lurus atau
melengkungnya hasil pengalengan ikan. Penilaian menggunakan sistem skor.
8. Saus Ikan (flavor). Penilaian ikan dilakukan dengan menggunakan sistem
skor.
9. Kesegaran ikan (freshness). Penilaian kesegaran ikan dilihat dari kondisi
daging. Daging ditekan, apakah mudah hancur atau agak keras. Penilaian
dilakukan menggunakan sistem skor.
10. Jumlah ikan dalam kaleng (fish pos count). Penilaian dilakukan bertujuan
untuk mengetahui rata-rata jumlah tiap kaleng per sizenya.
11. Lainnya (other). Form ini diisi jika ada penyimpangan produk, seperti adanya
kotoran.
Sampel inspeksi yang di ambil adalah sampel dari hasil produksi pertama dan
produksi kaleng terakhir, minimal diambil 2 sampel tiap produknya, serta dicatat
waktu pengambilan sampel, tanggal sampel dan petugas inspeksi.
4.17 Pengawasan Mutu Kaleng
PT. Maya Muncar selain melakukan pengawasan terhadap proses juga melakuan
pengawasan terhadap kaleng yang akan digunakan. Pengawasan terhadap kaleng
bertujuan agar produk akhir yang didapat dikenali secara visual, pemerikasan terhadap
kaleng dilakukan oleh can quality control dan dibantu oleh bagian mesin tutup.
Pengawasan mutu kaleng meliputi pengawasan mutu kaleng baru, uji kekuatan kaleng, uji
setelah penutupan kaleng.
Pengawasan terhadap kaleng baru dimulai dengan melihat sambungan body
kaleng (soldering) dan bibir kaleng bagian bawah. Penyolderan yang rata, tidak
bergelembung dan tidak bocor menandakan bahwa solderan tersebut baik sedangkan bibir
kaleng bagian bawah yaitu sambungan antar alas dan badan kaleng harus rata tidak
menonjol bagian “vue” dan “droop”. Droop terjadi apabila bagian alas kurang masuk ke
dalam seam sehingga terlihat dari luar seam seperti bergelembung, jika droop terjadi
dalam bentuk kecil disebut vue karena berbentuk V. Terjadinya droop atau vue antara lain
disebabkan oleh body tidak baik, kedudukan kaleng tidak stabil sewaktu proses
penutupan kaleng.
Pengukuran kaleng juga sangat diperhatikan karena pengukuran ini bertujuan
untuk mendapatkan kaleng-kaleng yang seragam sehingga mesin tutup dapat bekerja
Universitas Sriwijaya
43
secara normal, jika hasil pengukuran menyimpang maka kaleng tersebut tidak digunakan.
Pengukuran kaleng biasanya menggunakan jangka sorong. Selain pengukuran kaleng juga
dilakukan penyortiran tutup kaleng sebelum pemberian kode produksi, caranya dengan
melihat keadaan kaleng. Tutup kaleng yang digunakan tidak berkarat, tidak penyok dan
kondisi lateksnya normal. Lateks normal adalah tidak terputus, tidak menggelembung dan
tidak robek.
4.18 Pengawasan Mutu Kebersihan
Selain melakukan pengawasan selama proses produksi berlangsung juga
memperhatikan hal-hal lainnya seperti kebersihan pekerja, lingkungan di sekitar pabrik,
kebersihan ruang produksi dan perlengkapan pekerja. PT. Maya Muncar mempunyai
standar operasional prosedur kebersihan yang meliputi :
1. Kebersihan peralatan
a. Peralatan dibersihkan dan dicuci dengan air bersih yang dicampur
dengan larutan klorin 100 ppm
b. Air yang digunakan harus air bersih dari kran yang bertekanan
tinggi
c. Pencucian dilakukan pada saat, sedang dan akhir proses
2. Kebersihan lantai dan dinding
a. Lantai, tembok dibersihkan dan dicuci dengan air bersih, larutan
klorin, sapu dan sikat
b. Pembersihan lantai dan dinding dilakukan pada saat akan, sedang,
akhir proses serta saat istirahat
3. Pakaian dan topi
a. Semua pekerja diwajibkan menggunakan pakaian pelindung dari
plastik (afron) dan topi saat bekerja dan dibersihkan secara teratur
b. Quality control akan memeriksa semua pekerja sebelum masuk
ruangan kerja untuk memastikan para pekerja memakai pakaian
kerja yang sesuai.
4. Bak pencuci tangan dan kaki
a. Terletak pada pintu keluar masuk ruang produksi
Universitas Sriwijaya
44
b. Larutan klorin 10 ppm digunakan untuk mencuci tangan dan
dilengkapi dengan sabun cair dan pengering tangan (hand dryer)
c. Larutan klorin 100 ppm digunakan untuk cuci kaki
5. Kesehatan personel
a. Pekerja baru harus mendapatkan sertifikat kesehatan dan tidak
terkena penyakit infeksi
b. Pekerja yang sakit harus dilaporkan dan tidak diperbolehkan untuk
mengurusi produksi
c. Pekerja diberi pengarahan mengenai kesehatan pribadi
d. Pekerja dilarang meludah, makan, minum dan merokok di dalam
e. ruang produksi
6. Toilet
a. Toilet dijaga agar tetap dalam keadaan bersih dan tetap berfungsi
dengan baik
b. Tersedia peralatan cuci (bak air, sabun dan gayung)
c. Air yang digunakan harus bersih yang meliputi syarat-syarat
kesehatan
d. Sanitasi toilet bertanggung jawab untuk membersihkan dan
menjaganya agar tetap dalam keadaan bersih dan alat-alat untuk
fasilitas toilet semuanya lengkap.
Universitas Sriwijaya
45
BAB 3
METODELOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktek lapangan ini dilaksanakan di PT. Maya Muncar Banyuwangi,
Jawa Timur Waktu pelaksanaan praktek lapangan ini adalah pada bulan Januari
2014 sampai dengan selesai.
3.2 Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam melaksanakan praktek lapang ini adalah
pengumpulan data primer dan data sekunder.
3.2.1 Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi yaitu pengamatan
langsung kegiatan pengawasan mutu proses produksi dan wawancara dengan
pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan kegiatan pengawasan mutu pada
proses produksi. Partisipasi mengenai kegiatan yang berhubungan dengan
pengawasan mutu. Data primer dapat berupa opini subyek (orang) secara individu
atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik) dan partisipasi aktif.
Kelebihan penggunaan sumber data primer adalah peneliti dapat mengumpulkan
data sesuai dengan yang diinginkan karena data yang tidak relevan dapat
dikurangi. Wawancara pada praktek kerja lapang ini dilakukan untuk memperoleh
informasi tentang sejarah pendirian perusahaan, struktur organisasi,
ketenagakerjaan perusahaan, pemasaran, teknik pengalengan ikan sarden dan
hambatan yang dihadapi dalam proses pengalengan ikan langsung di PT. Maya
Muncar.
3.2.2 Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara. Data sekunder yang didapatkan pada praktek
kerja lapang ini berupa dokumentasi, buku catatan atau laporan yang
dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan Pengumpulan data informasi dari
data perusahaan, lembaga dan instansi terkait dalam kegiatan praktek lapang ini
serta studi pustaka dari berbagai literatur pengawasan mutu ikan kaleng.
Universitas Sriwijaya
46
BAB 4
PROFIL PERUSAHAAN
4.1 Sejarah Perusahaan
Produk pengalengan ikan merupakan produk pangan yang telah lama
populer diberbagai kalangan. PT Maya muncar didirikan pada tanggal 22
September 1978 di Bogor dengan akte notaris Esther Daniar Iskandar, SH No. 12
pada tahun 1981. Perusahaan aktif berproduksi dengan mengambil lokasi di
Dukuh Sampangan, Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi dan
memiliki areal seluas 13.840 m2. Hasil produk pengalengan di PT Maya Muncar
terdiri dari jenis ikan sardines, mackerel dan tuna.
Perkembangan PT Maya Muncar setelah didirikan antara lain:
1. Melakukan kerjasama dengan MITSUI Co, dan ltd, salah satu perusahaan
besar di Jepang yang memberi lisensi untuk produksi ikan kaleng merk
“BOTAN” untuk jenis ikan Sardines dan Mackerel.
2. Pada bulan Juni 1988 PT. Maya Muncar mulai mengembangkan usahanya
dengan memproduksi ikan tuna kaleng dan pet food sebagai produk ekspor.
3. Awal tahun 1994 dilakukan lagi pengembangan usaha dengan menambah
beberapa produk ikan tuna kaleng yang bermerk “MAYA” untuk produk lokal
dengan pemasaran domestik.
4. PT. Maya Muncar menghasilkan produk antara lain : Maya sardines kecil
(MSK), Maya sardines besar (MSB), Maya sardines chilli kecil (MSCK), Maya
sardines chilli besar (MSCB), Botan sardines besar, Botan sardines kecil,
Botan mackerel besar (BMB), Botan mackerel kecil (BMK), Pesca mackerel
besar, Pesca mackerel kecil.
4.2 Lokasi Perusahaan
PT Maya Muncar beralamatkan di Jalan Sampangan No. 22 Desa
Kedungrejo RT. 1 RW. XII Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi. Muncar
merupakan suatu kota yang berada di ujung timur pulau jawa dan terletak di tepi
pantai dengan ketinggian 200 meter dari permukaan laut. Jarak Muncar-
Universitas Sriwijaya
47
Banyuwangi sekitar ±24 km.Adapun batas-batas lokasi PT Maya Muncar adalah
sebagi berikut:
a. Sebelah Timur berbatasan dengan pabrik pakan udang PT. Sarifeed Indojaya
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Kalimati
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan pemukiman penduduk dan PT.
Blambangan
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan PT. Sumber Yala Samudra
4.3 Struktur Organisasi Perusahaan
Seperti perusahaan pada umumnya, PT Maya Muncar dipimpin oleh
seorang Presiden Direktur dengan Wakil Persidrn Direktur yang berkedudukan di
Jakarta. Seorang internal audit yang berkedudukan setara dengan wakil presiden
direktur bertugas mengawasi dan memeriksa masalah administrasi perusahaan.
Dalam pelaksanaan tugas harian presiden direktur dibantu oleh direktur umum,
direktur produksi dan direktur keuangan. Struktur organisasi di PT. Maya Muncar
mempunyai tugas dan tanggungjawab yang dilakukan masinh-masing bagian
berdasarkan ketetuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Adapun struktur
organisasi pada PT Maya Muncar dapat dilihat pada lampiran.
4.4 Ketenagakerjaan
Jumlah keseluruhan tenaga kerja di PT Maya Muncar (unit pengolahan
tuna dan sarden dan mackerel) adalah ± 800 orang dimana 80% adalah tenaga
kerja wanita. Dari jumlah ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
a. Tenaga kerja bulanan, yaitu tenang kerja yang penghasilannya dihitung
perbulan dan diberikan tiap akhir bulan
b. Tenaga kerja harian, yaitu tenaga kerja yang penghasilannya dihitung per
hari dan diberikan tiap hari sabtu. Tenaga kerja harian ini dibagi menjadi:
1) Harian tetap, yaitu tenaga kerja yang kerjanya penuh selama jam kerja,
misalnya utuk posisi supervisor, operator dan pengawas.
2) Harian lepas, yaitu tenaga kerja yang kerjanya tergantung produksi pada saat
ini dan upahnya dihitng per jam selama aktivitas berkerja.
a. Pengaturan jam kerja
Universitas Sriwijaya
48
Hari dan jam kerja yang berlaku untuk karyawan diatur dan dilaksankan
sebagai berikut:
1. Hari senin-jumat
Jam 07.00 – 15.00 WIB waktu bekerja
Jam 11.00 – 12.00 WIB waktu istirathat
2. Hari sabtu
Jam 07.00 – 14.00 WIB waktu bekerja
Jam 11.00 – 12.00 WIB waktu istirathat
Apabila perusahaan memerlukan kerja lembur maka karyawan harus
bersedia untuk melakukan kerja lembur. Sedangkan perhitungan kerja lembur
untuk karyawan harian dan lepas diatur dengan ketentuan perundangan yang
berlaku. Untuk karyawan bulanan akan diatur secara tersendiri.
b. Kesejahteraan karyawan
Kesejahteraan karyawan diberikan perusahaan untuk memacu semangat dan
kualitas kerja loyalitas dari karyawan. Kesejahteraan karyawan diberikan melalui
fasilitas antara lain jaminan sosial tenaga kerja, cuti, THR, pakaian kerja dan
koperasi karyawan.
c. Kegiatan pokok perusahaan
PT Maya Muncar merupakan perusahaan yang begerak di bidang
pengalengan ikan. Kegiatan pokok usaha yang dilakukan berupa membeli bahan
baku ikan, khususnya ikan untuk sardines dan mackerel dari para supplier, baik
yang berasal dari import, luar kota maupun dari pelabuhan Muncar itu sendiri.
Jenis ikan yang dibeli dari para supplier lokal berupa jenis ikan lemuru dan
tamban yang berupa bahan baku produk sardines, sedangkan ikan yang
didatangkan secara import dari Korea dan Jepang adalah ikan jenis selengseng
yang digunakan untuk produk mackerel serta ikan jenis tuna.
4.5 Fasilitas Bangunan Perusahaan
Fasilitas bangunan yang dimiliki PT Maya Muncar di antaranya yaitu:
a. Dua ruangan produksi yang terdiri dari ruang produksi untuk ikan sardines
dan ikan tuna.
Universitas Sriwijaya
49
Gambar 3. Ruang Produksi
b. Tiga gudang penyimpanan yang terdiri dari gudang penyimpanan produk
tuna dan sardines serta gudang penyimpanan kaleng kosong
Gambar 4. Gudang Penyimpanan
c. Ruang kantor utama
d. Laboratorium
e. Pos keamanan
f. Mushola
g. Toilet untuk karyawan kantor dan toilet umum
h. Tempat parkir kendaraan pengangkut bahan baku dan temapt parkir untuk
karyawan
i. Ruang mekanik dan bengkel
j. Ruang makan (kantin)
Universitas Sriwijaya
50
Universitas Sriwijaya