Laporan Pendahuluan Neonatus Joundice
-
Upload
agustina-kusumastuti -
Category
Documents
-
view
103 -
download
0
description
Transcript of Laporan Pendahuluan Neonatus Joundice
LAPORAN PENDAHULUANNEONATUS JOUNDICE
A. PENGERTIAN
Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah
yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada neonatus ditandai
joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh (Adi Smith, G, 1988).
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia)
yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C.
Smeltzer, 2002).
1. Ikterus
Adalah perubahan warna kuning pada kulit, membrane mukosa, sclera dan organ lain
yang disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin di dalam darah dan ikterus sinonim
dengan jaundice.
2. Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologis menurut Tarigan (2003) dan Callhon (1996) dalam Schwats (2005)
adalah ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Timbul pada hari kedua – ketiga
b) Kadar bilirubin indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg % pada
neonatus cukup bulan dan 10 mg % per hari pada kurang bulan
c) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg % perhari
d) Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg %
e) Ikterus hilang pada 10 hari pertama
f) Tidak mempunyai dasar patologis
3. Ikterus Pathologis/ hiperbilirubinemia
Ikterus patologis/hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar
konsentrasi bilirubin dalam darah mencapai nilai yang mempunyai potensi untuk
menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai
hubungan dengan keadaan yang patologis. Ikterus yang kemungkinan menjadi
patologis atau hiperbilirubinemia dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Menurut Surasmi (2003) bila :
1. Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran
2. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg % atau > setiap 24 jam
3. Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg % pada neonatus < bulan dan 12,5 %
pada neonatus cukup bulan
4. Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G6PD dan
sepsis)
5. Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu, asfiksia, hipoksia,
sindrom gangguan pernafasan, infeksi, hipoglikemia, hiperkapnia, hiperosmolalitas
darah.
b. Menurut tarigan (2003), adalah :
Suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang
mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan
baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan
hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin mencapai 12 mg % pada cukup bulan, dan 15 mg
% pada bayi yang kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg % dan 15 mg %.
4. Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak.
Kern Ikterus ialah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada neonatus
cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari 20 mg %) dan disertai penyakit
hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin pada otak. Kern ikterus
secara klinis berbentuk kelainan syaraf spatis yang terjadi secara kronik.
B. ETIOLOGI
1. Peningkatan bilirubin yang dapat terjadi karena; polycethemia, issoimun, hemolytic,
desease, kelainan struktur dan enzim sel darah merah, keracunan obat ( hemolosis
kimia; salisilat; kortikosteroid, klorampenikol), hemoolisis ekstravaskular,
cephalhematomaeccymossis.
2. Gangguan fungsi hati, defisiensi glukoronil transferase, obstruksi empedu/atresia
biliari, infeksi, masalah metabolic, galakto semia Hyperbilirubinemia jaundice ASI.
3. Komplikasi; asfiksia, hipotermi, hipoglimia, menurunnya ikatan albumin; lahir
premature, asidosis. ( Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, 1999)
4. Pembentukan bilirubin yang berlebihan.
5. Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam hati.
6. Gangguan konjugasi bilirubin.
7. Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah merah.
8. Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula timbul karena adanya
perdarahan tertutup.
9. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan, misalnya
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obatan tertentu.
10. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin
yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah seperti : infeksi
toxoplasma. Siphilis
C. PATOFISIOLOGI
Pigmen kulit ditemukan dalam empedu yang terbentuk dari pemecahan hemoglobin
oleh kerja hemeogsigenisasi, biliverdin reduktase, dan agen perediuksi nonenziamtik
dalam system retikoluendoteilial.
Setelah pemecahan hemoglobin, bilirubin tak terkonjungasi diambil oleh protein intra
seluller “ Y protein “ dalam hati. Pengambilan tergantung pada aliran darah hepatic
dan adanya ikatan protein.
Bilirubin yang tidak terkonjugasi dalam hati diubah atau terkonjungasioleh enzim
asam uridin difosfogglukuronat, urin diphosphoglucuronic acid (UDPGA) glukuronil
transfere menjadi bilirubin mono dan glucorinoda yang polar, larut dalam air
(bereaksi direk)
Bilirubin yang terkonjugasi yang larut dalam air dapat dieliminasi melalui ginjal.
Dengan konjugasi, bilirubin masuk dalam empedu melalui membrane kenalikuler.
Kemudian system gastrointestinal dengan diaktifkan oleh bakteri menjsadi
urbilinogen dalam tinja dan urin. Beberapa bilirubin diabsorsi kembali melalui
sirkulasi enterohepatik.
Warna kulit kuning akibat dari akumulasi pigmen bilirubin yang larut lemak, tak
terkonjugasi, non polar (bereaksi indirek)
Pada bayi dengan Hyperbilirubinemia kemungkinan merupakan hasil dari defisiensi
atau tidak aktifnya glukoronil transfere. Rendahnya pengambilan dalam hepatic
kemungkinkan karena penurunan protein hepatic sejalan dengan penurunan darah
hepatic.
Jaundice yang terkait dengan pemberian asli merupakan hasil dari hambatan kerja
glukoronil transferase oleh pregnanerdiol atau asam lemak bebas yang terdapat dalam
asi. Terjadi 4-7 hari setelah lahir. Dimana terdapat kenaikan bilirubun tak terkonjugasi
dengan kadar 25-20 mg/dl selam minggu ke 2- ke-3 biasanya dengan mencapai usia 4
minggu dan menurun 10 minggu. Jika pemberian asi dihentikan, kadar bilirubuin
serum akan turun dengan cepat, biasanya mencapai normal dalam beberapa hari.
Penghentian asi selama 1-2 hari dan penggantian asi denagns usu formula
mengakibatkan penurunan bilirubin serum dengan cepat, sesudahnya pemberian asi
dapat dimulai lagi dengan hiperbillirubin tidak akan kembali ke kadar yang tinggi
seperti sebelumnya.
Bilirubin yang patologis tampak ada kenaikan bilirubin dalam 24 jam pertama
kelahiran. Sedangkan untuk bayi dengan ikterus fisiologis, muncul antara 3-5 hari
sesudah lahir ( Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, 1999)
D. JENIS BILIRUBIN
Menuru Klous dan Fanaraft (1998) bilirubin dibedakan menjad dua jenis yaitu:
1) Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek atau bilirubin bebas yaitu
bilirubin tidak larut dalam air, berikatan dengan albumin untuk transport dan
komponen bebas larut dalam lemak serta bersifat toksik untuk otak karena bisa
melewati sawar darah otak.
2) bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk atau bilirubin terikat yaitu bilirubin
larut dalam air dan tidak toksik untuk otak.
E. KLASIFIKASI
a. Ikterus prehepatik: Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat
hemolisis sel darah merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan konjugasi
terbatas terutama pada disfungsi hati sehingga menyebabkan kenaikan bilirubin
yang tidak terkonjugasi.
b. Ikterus hepatic: Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat
kerusakan hati maka terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam
hati serta gangguan akibat konjugasi bilirubin yang tidak sempurna dikeluarkan ke
dalam doktus hepatikus karena terjadi retensi dan regurgitasi.
c. Ikterus kolestatik: Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga
empedu dan bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam usus halus.
Akibatnya adalah peningkatan bilirubin terkonjugasi dalam serum dan bilirubin
dalam urin, tetapi tidak didaptkan urobilirubin dalam tinja dan urin.
d. Ikterus neonatus fisiologi: Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan akan
sembuh pada hari ke-7. penyebabnya organ hati yang belum matang dalam
memproses bilirubin.
e. Ikterus neonatus patologis: Terjadi karena factor penyakit atau infeksi. Biasanya
disertai suhu badan yang tinggi dan berat badan tidak bertambah.
F. Manifestasi Klinis
1. Tampak ikterus; sclera, kulit atau kulit dan membrance. Jaundice yang tampak dalam
24 jam pertama disebabkan oleh penyakit hemolitik pada bayi yang baru lahir, sepsis
atau ibu dengan diabetic atau infeksi, jaundice yang tampak pada hari ke-2 atau hari
ke 3 dan mencapai puncak pada hari hari ke 3 sampai ke 4 dan menurun pada hari ke
5 sampai hari ke 7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologis.
2. Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang cenderung
tampak kuning kerang atau orange, ikterus pada tipe obstruksi (bilirubin direkk) kulit
tampak berwarna kuning kehijau-hijauan atau keruh. Perbedaan ini hnay dapat dilihat
pada ikteus yang berat.
3. Muntah, anoreksia, fatigue, warna urin gelap, warna tinja pucat.
1. Penilaian ikterus (secara klinik)
Pengalaman lebih baik dilakukan dalam pencahayaan matahari dengan menekan
sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warga karena pengaruh sirkulasi
darah. Secara klinis, ikterus dapat dinilai dengan kramer.
Daerah Luas Ikterus Kadar Billirubin (mg %)
1 Kepala dan leher 5
2 Daerah 1 (+) badan bagian atas 9
3 Daerah 1,2 (+) badan bagian bawah dan tungkai 11
4 Daerah 1,2,3 (+) lengan dan kaki bagian dengkul 12
5 Daerah 1,2,3,4 (+) tangan dan kaki 16
Contoh 1 : Kulit bayi di daerah kepala, leher dan badan bagian atas, berarti bilibirun kira-kira
9 mg/%
Contoh 2 : Kulit bayi kuning seluruh badan sampai kaki dan tangan, berarti jumlah biliburin
> mg%
1. Pemeriksaan diagnostic
i. Pemeriksaan bilirubin serum
Pada bayi yang cukup bulan billirubin mencapai puncak kira-kira 6 mg/dl, antara 2 dan
4 hari kehidupan. Apabila nilainya diatas 10 mg/dl, tidak fisiologis. Pada bayi dengan
premature kadar billirubin mencapai puncaknya 10-12 mg/dl antara 5-7 hari kehidupan.
Kadar bilirubin yang lebih dari 14 mg/dl adalah tidak fisiologis. Dari brown AK dalam text
books of pediatric 1996 : ikterus fisiologis pada bayi cukup bulan, bilirubin indirek
munculnya ikterus 2-3 hari dan hilang 4-5 hari dengan kadar bilibirum yang mencapai
puncak 10-12 mg/dl. Sedangkan pada bayi dengan premature, bilirubin indirek muncul 3-4
hari dan hilang 7-9 hari dengan bilirubin mencapai puncak 15 mg/dl/ hari. Pada ikterus
patologis meningkatnya bilirubin lebih dari 5 mg/dl/hari dan kadar bilirubin direk lebih dari 1
mg/dl. Maisetes 1994 dalam Whaley dan wong 1999 : Meningkatnya kadar serum total lebih
dari 12-13 mg/dl.
ii. Ultrasound untuk mengevalusi anatomi cabang kantong empedu.
iii. Radioisotope scan dapat digunakan untuk membantu membedakan hepatitis dari
atresia billary.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan bilirubin serum
a. Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4 hari
setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.
b. Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara 5-7
hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak fisiologis.
2. Pemeriksaan radiology: Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau
peningkatan diafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma.
3. Ultrasonografi: Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan
ekstra hepatic.
4. Biopsy hati: Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar
seperti untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic selain itu
juga untuk memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma.
5. Peritoneoskopi: Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto
dokumentasi untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit
ini.
6. Laparatomi: Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto
dokumentasi untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit
ini.
H. PENATALAKSANAAN TERAPEUTIK
1) Fototerapi; dilakukan apabila telah ditegakkan hyperbilirubinema patologis dan
berfungsi untuk menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan urin dengan
oksidasi foto pada bilirubin dari biliverdin. Walaupun cahaya biru memberikan
panjang gelombang yang tepat untuk fotoaktivitas bilirubin bebas, cahaya hijau dapat
mempengaruhi fotoreaksi bilirubin yang mengikat albumin. Cahaya menyebabkan
rekasi fotokimia dalam kulit (fotoismoerisasi) yang mengubah bilirubin tak
terkonjugasi ke dalam fotobilirubin, yang mana dieksresikan dalam hati kemudian ke
empedu. Kemudian produk akhir rekasi adalah reversible dan eksresikan ke dalam
empedu tanpa perlu konjugasi.
2) Fenobartital : mengeksresikan bilirubin dalam hati dan memperbesar konjugasi.
Meningkatkan sintesis hepatic glukoronil transferase yang mana dapat meningkatkan
bilirubin konjugasi dan clearance hepatic pada pigmen dalam empedu, sintesis protein
dimana dapat meningkatkan albumin untuk mengikat bilirubin. Fenobartital tidak
begitu sering dianjurkan.
3) Antibiotik ; apabila terakit dengan infeksi.
4) Transfuse tukar; apabila sudah tidak dapat ditangani dengan fototerapi dan
indikasinya.
a. Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek > 20 mg/%.
b. Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat yaitu 0,3 - 1 mg/%/jam.
c. Anemia yang berat pada bayi baru lahir dengan gejala gagal jantung.
d. Kadar Hb tali pusat > 14 mg/% dari uji cooms direk positif.
e. Ikterus disertai tinja (kotoran warna diempul ) harus segera dirujuk.
f. Pedoman penggunaan ikterus menurut waktu timbulnya dan kadar bilirubin
(modifikasi Maisels, 1972)
Billirubin(mg/%)
< 24 jam 24-48 jam 49-79 jam > 72 jam
<5 Pemberian makanan yang dini
5-9 Terapi sinar bila hemolisis Kalori cukup10-14 Transfusi tukar bila hemolisis Terapi sinar15-19 Transfusi tukar Transfuse tukar bila
hemolisisTerapi sinar
> 20 Transfusi tukarBilibirum < 5 mg/% selalu observasi, bilirubbin > 5 mg/ % penyebab perlu disekidiki.
Bagan penanganan ikterus bayi baru lahir
Tanda-tandaWarna kuning pada kulit dan selera mata (tanpa hepatomegali), pendarahan kulit dan kejang-kejang
Kategori Normal Fisiologik PatologikDaerah ikterus
(rumus Kramer)
1 1+2 1-4 1-5 1-5
Kuning hari ke 1-2 3 > 3 > 3 > 3
Kadar bilirubin < 5 mg / % 5-9 mg/%11-15 mg/%
>15 mg/%
>20 mg/%
Penanganan
Bidan atau Puskesmas
Terus diberi ASI
Jemur di matahari pagi jam 7-9 selama 10 menit. Badan bayi telanjang. Mata ditutup terus diberi ASI banyak minum
Rujuk ke Rumah Sakit Banyak minum
Rumah SakitSama dengan atas
Sama dengan diatas
Terapi sinar
Terapi sinar
Periksa golongan darah ibuPeriksa kadar bilirubin
Nasihat bila semakin kuning, kembaliWaspadai bila tukar darah bilirubin naik > 0,5 mg/jam Cooms test
Tukar darah
Tabel Terapi
Berikut tabel yang menggambarkan kapan bayi perlu menjalani fototerapi dan penanganan medis
lainnya, sesuai The American Academy of Pediaatrics (AAP) tahun 1994
Bayi lahir cukup bulan (38 – 42 minggu)
Usia bayi (jam)
Pertimbangan terapi sinar
Terapi sinar
Transfuse tukar bila terapi sinar intensif gagal
Transfuse tukar dan terapi sinar intensif
Kadar bilirubin Indirek serum
Mg/dl
<24
25 -48 >9 >12 >20 >25
49 – 72 >12 >15 >25 >30
>72 >15 >17 >25 >30
Bayi lahir kurang bulan perlu fototerapi jika:
Usia (jam) Berat lahir < 1500 g kadar bilirubin
BL 1500 – 2000 g kadar bilirubin
BL >2000 g kadar bilirubin
< 24 > 4 > 4 > 5
25 – 48 > 5 > 7 > 8
49 – 72 > 7 > 8 > 10
> 72 > 8 > 9 > 12
Panduan terapi sinar berdasarkan kadar bilirubin serum
Saat timbul ikterus
Bayi cukup bulan sehat kadar bilirubin, mg/dl: (µmol/l)
Bayi denagn factor resiko (kadar bilirubin, mg/dl:µmol/l)
Hari ke 1 Setiap terlihat ikterus Setiap terlihat ikterus
Hari ke 2 15 (260) 13 (220)
Hari ke 3 18 (310) 16 (270)
Hari ke 4 dst 20 (340) 17 290)
I. PENCEGAHAN
Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :
1.Pengawasan antenatal yang baik
2.Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi dan masa kehamilan
dan kelahiran, contoh :sulfaforazol, novobiosin, oksitosin.
3.Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus.
4.Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus.
5.Imunisasi yang baik pada bayi baru lahir
6.Pemberian makanan yang dini.
7.Pencegahan infeksi.
J. KOMPLIKASI
1.Retardasi mental - Kerusakan neurologist
2.Gangguan pendengaran dan penglihatan
3.Kematian.
4.Kernikterus.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas : Umur bayi untuk menentukan jenis icterik
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama ( keluhan yang tampak saat pengkajian ) Riwayat kesehatan
sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit)
b. Riwayat kesehatan yang lalu (pernah icterik sebelumnya atau tidak)
c. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau yang bersifat genetic
ibu terkena virus CMV atau toxoplasmosis)
3) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Kesadaran, vital sign, status nutrisi (BB,TB)
b. Pemeriksaan fisik :
1. Kulit : Warna kuning
2. Kepala :Bentuk normal / terdapat caput sucedaneum
3. Mata : Sclera ikterik / berwarna kuning
4. Hidung : Simetris, lender, lubang hidung dbn
5. Telinga : Simetris
6. Mulut : Mucosa kering / berlendir
7. Leher : Warna kuning
8. Dada : Bentuk simetris atau tidak, warna kuning
9. Jantung : Denyut jantung ( tachicardi / brodicardi)
10. Paru-paru : Frekuensi nafas (tachypnoe / bradipnoe)
11. Abdomen : Warna kuning
12. Ekstremitas : Warna kuning
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan medikasi (fototerapi)
b. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan paparan panas
c. Cemas berhubungan dengan kritis situasional / maturasional
d. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan reflek hisap lemah
e. Resiko kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan radiasi
f. Kurang pengetahuan klien / orang tua tentang hiperbilirubin berhubungan
dengan kurang informasi, keterbatasan kegnisi, tak familier dan sumber
informasi.
NoDoagnosa
KeperawatanNOC/Tujuan NIC/ Intervensi
1 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan medikasi (fototerapi)
Setelah dilaksanakan tindakan perawatan selama … x 24 jam volume cairan dan efek kelit seimbang Keseimbangan cairan criteria hasilNadi normalKeseimbangan masukan dan keluaran selama 24 jam BB stabilHidrasi kulit baik Kelembabab membrane mukasa baikSerum elekrolit DBNHidrasiTidak ada demamOut put urin DBNKontrol resikoPengetahuan tentang factor resiko Pantau factor resiko lingkunganPantau factor resiko perilaku pasienMengatur strategi untuk mngontrol resiko sesuai dengan kebutuhanKomitmen terhadap strategi control resiko - Pantau perub status kesehatan
Pemanfaatan cairan :Mengkoleksi dan menganalisa data pasien untuk mengatur keseimbangan cairanMenentukan riwayat jumlah dan tipe masukan cairan dan kebiasaan eliminasiMenentukan factor resiko ketidak seimbangan cairan (mis : hipertemia, terapi diuteric, patologis ginjal, gagal jantung, keringat, disfungsi liver, kegiatan yang berlebihan,Pantau berta badanPantau mesukan dan keluaranPantau serum dan nilai ekeltrolit urin dengan tepatPantau tekanan darah, kecepatan jantung, status respirasiPantau membrane mukosa, turgor kulit, kehausanPantau warna, jumlah, dan gravitasi spesifik dari urinKelola cairan dengan tepatPertahankan kecepatan aliran IVManajeman cairan : Meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi yang bersumber dari ketidak normalan atau kaetidak sesuaian tingkat cairan.Timbang berta badan setiap hariUkur Batau timbang popok dengan tepat Pantau status hidrasi (mis : kelambaban membrane mukosa ketidakuatan nadi, tekanan darah (ortostastik) dengan tepat.Pantau tanda-tanda vitalPantau pencernaan makanan dan cairan dan
hitung masukan kalori setiap hari dengan tepat.Kelola terapi IV dengan tepat- Menyiapkan pengelolaan produk darah.
2
Resiko ketidak seimbangan suhu tubuh berhubungan dengan paparan panas
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama … x 24 jam suhu tubuh DBNTermoregulasi (0800)Suhu kulit normal Suhu badan 36 0 – 37 0 CHidrasi adekuatTidak hanya menggigilGula darah DBNKeseimbangan asam basa DBN- Bilirubin DBN
Pengaturan suhu : mencapai dan atau mempertahankan suhu tubuh dalam range normal Pantau suhu tubuh setiap 2 jam dengan tepat.Pantau suhu bayi baru lahir sampai stabil Pantau tekanann darah, nasdi, dan pernafasan dengan tepatPantau warna warna dan suhu kulitPantau dan laporkan tanda dan gejala hipotermi dan hipertemi.Tingkatkan keadekuatan masukan cairan dan nurtisiTempatkan bayi baru lahir pada ruangan isolasi atau bawahpemanasPertahankan pans tubuh bayi Gunakan matras panas dan selimut hangat yang disesuaikan dengan kebutuhan. Berikan pengobatan dengan tepat untuk mencegah atau control menggigil- Gunakan mtras sejuk dan mandi dengan air hangat untuk mnyesuaikan dengan suhu tubuh dengan tepat.
3 Cemas berhubungan dengan kritis situasional/ maturasional.
Setelah tindakan perawatan … x 24 jam keluarga tidak mengalami cemas Kontrol cemasIdentifikasi dan memverbalisasi tanda dan gejala Mendemontasikan teknik urtuk mengontrol cemasVerbalisasi tidak adanya atau penurunan distrees subyektifTanda vital normal atau menurun dari stimulasi simpatikMengidentifikasi dan memverbalisasikan pencetus cemas konflik dan ancaman.Postur ekspresi wajahmerefleksikan
Mengurangi cemas :Meminimalkan ketakutan, cemas, kebosanan, atau rasa tidak nyaman sehubungan dengan sumber yang tidak teridentifikasi terhadap bahaya yang diantisipasi.Jelaskan semua prosedur, meliputi sensasi yang mungkin dialami selama prosedurSediakan informasi actual tentang diagnosis, penenganan dan prognosisTemani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa takutDukung keluarga untuk menemani anak deengan cara yang tepatDukung aktivitas yang tidak kompetitif dengan cara yang tepat.Dengarkan dengan penuh perhatianCiptakan atmosfer untuk memfasilitasi rasa percaya dukung verbalisasi dari perasaan, persepsi dan rasa takutBantu keluarga untuk mengidentifikasikan situasi yang menciptakan cemas Bantu keluarga untuk menjelaskan diskripsi
penurunan stessMenunjukkan beberapa kemampuan untuk menjamin diriKoping :Mengidentifikasi keefektifan pola kopling Mengidentifikasi ketidakefektifan pola koplingVerbalisasi pengontrolan perasaanMelaorkan penurunan stress Verbalisasi penerimaan situasi Mencari informasi yang berhubungan dengan penyakit.Modifikasi gaya hidup sesuai dengan kebutuhanDapat menyesuaikan diri dengan perkembanganMenggunakan ketersediaan dukungan socialIdentifikasi strategi koping yang banyakGunakan strategi koping yang efektif Hindari situasi stress yang berlebihanMencari bantuan professional dengan tepat Melaporkan penurunan gejala fisik dari stress- Melaporkan penurunan pikiran negatif
realistic deskripsi realistik tentang kejadian yang akan dialami.Instruksikan keluarga untuk menggunakan teknik relaksasi
4 Menyusui tidak efektif berhubungan dengan reflek hisap lemah.
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama … x 24 jam klien dapat merasakan kepuasan dalam menyusu dan menyusuiBreast feeding
Nic : Breastfeeding assistanceFasilitasi konytak ibu dengan bayi seawall mungkinMonitor kemampuan bayi untuk menghisap Dorong orang tua untuk meminta perawat menemani saat menyusuiMonitor kemampuan bayi untuk menggapai
maintenanceKlien menyusui dengan efektifBayi mencapai kepuasan dalam menyusuPertumbuhan bayi dbnPerkembangan bayi dbnIbu mengajukan harga diri yang positif dengan menyusuiBrestfeeding EsTablishment : IntantMampu mengenai areola dengan benar Mampu menekan areola dengan benarBenar penghisapan dan penempatan lidahMeneguk / menelan min 5-10 menit setiap menyusuiMinimal minta susu 8 x / hariMinimal BAK 6 X / hariBayi kenyang setelah minum ASI
puttingDorong ibu untuk tidak membatasi menyusuiMonitor integritas kulit sekitar puttingJelaskan penggunaan susu formula.
5
Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan radiasi
Setelah dilakukan tindakan perawatab selama … x 24 jam membrane dan mukosa kulit terjagaTissue integriti : Skin and muccos membraneTemperatur kulit dbnElastisitas kulit dbnKelembabab dbnPigmentasi kulit dbnWarna dbnTekstur dbnTidak ada lesi- Tidak ada tekanan
NIC N: Preeure managementGunakan pakaian yang longgarHindari kerutan pada tempat tidur / bedongan Jaga kebersihan kulit agartetap bersih dan kereingMobilisasi klien (ubah posisi klien tiap 2jam )Monitor kulit adanya kemerahanOleskan lation / baby oil pada daerah yang tertekanMonitor status nutrisi- Mandikan klien dengan sabun air hangat
6 Kurang Pengetahuan Klien/ orang tua tentang hiperbilinbin b.d.
Setelah didiskusikan penjelasan selama ….. x pertemuan orang tua mengetahui dan memahami tentang penyakit anaknya,
Teaching : Disease ProsesBerikan penilain tentang tingkat pengetahuan klien/ orang tua tentang proses penyakitnyaJelaskan fatofisiologi hiperbilirubinJelaskan tanda dan gejala yang biasanya
kuiranginformasi, keterbatasan mkognisi, tak familier dengan sumber informasi.
dengan kriteria :Knowledge : Disease Process-Mengetahui jenis/ namapenyakitMampu menjelaskanfactor resikoMampu menjelaskan efekpenyakit-Mampu menjelaskantanda dan gejala-Mampu menjelaskankomplikasi-Mampu menjelaskanbagaimana caramencegah komplikasiKnowledge : Healt Behaviuor-Mampu menjelaskan polanutrisi yang sehat-Mampu menjelaskanaktifitas yang bermanfaat-Mampu menjelaskanteknik menejemen stress-Mampu menjelaskan caramengurangi resiko penyakit
munculGambarkan proses penyakit hiperbilirubin dengan cara yang sesuaiIdentifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepatBerikan informasi,pada orang tua upaya mencegah hiperbilirubine,pemberian asi terus- menerusInstruksi klien untuk mengetahui tanda dan gejalaKuatkan informasi yang disediakan tim kesehatan yang lain dengan cara yang tepatTeaching Procedur/TeatmentInformasikan kepada klien prosedur pengobatan akan dilaksanakan 2.Informasikan seberapa lama akan dilakukan prosedur foto therapyInformasikan tentang peralatan yang akan digunakan dalam proses fototherapyJelaskan tujuan diadakan fototherapyAnjurkan kepada klien untuk kooperatif saat dilakukan foto therapyJelaskan tentangn perasaan, rewel, sering BAK, panas/peningkatan suhu tubuh saat dikakukan fotop therapy
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media Aesculapius
Budi Santosa. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Prima
Merdeka
Joanne C.Mc Closkey. 1996. Nursing Intervention Classifikation (NIC). Mosby-
Year Book
Judith M. Wilkinson. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Hand Book with
NIC Intervention and NOC Outcomes. New Jersey: Upper Saddle
River
Marion Johnson.2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby- Year
Book.
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, Vol 1. Edisi 15, Editor edisi bahasa Indonesia A.
Sanik Wahab, Jakarta,EGC,1999.