DP Neonatus
-
Author
surya-nirmala-dewi -
Category
Documents
-
view
58 -
download
15
Embed Size (px)
description
Transcript of DP Neonatus
Pemeriksaan Fisik NeonatusSebelum melakukan pemeriksaan fisik pada neonates, dilakukan anamnesis yang cermat untuk mengetahui hal-hal berikut ini: Riwayat penyakit keturunan Riwayat kehamilan-kehamilan sebelumnya Riwayat kehamilan sekarang Riwayat persalinan sekarang Informasi ini sangat membantu dalam menilai kelainan yang ditemukan dalam periksaan fisik. Pemeriksaan bayi dilakukan dalam keadaan telanjang dibawah lampu yang terang, yang berfungsi sebagai pemanas untuk mencegah kehilangan panas. Tangan serta alat yang dipergunakan untuk pemeriksaan fisik harus bersih dan hangat
Pemeriksaan fisis pada neonatus dilakukan kurang lebih 3 kali, yakni: I. II. III. Pada saat lahir Pemeriksaan lanjutan yang dilakukan dalam 24 jam atau hari berikutnya Pemeriksaan pada waktu pulang.
I. Pemeriksaan Pada Saat Lahir Tujuan pemeriksaan: Untuk menilai adaptasi neonates dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin Untuk mencari kelainan congenital terutama yang perlu penanganan segera Vital sign Keadaan umum Kepala dan leher Thorax Abdomen Urogenital Ekstremitas & spine
Penilaian adaptasi neonates Sebelum melakukan penilaian terhadap adaptasi neonatus, dilakukan resusitasi terhadap neonates terlebih dahulu baru kemudian menghitung APGAR Score. Langkah-langkah resusitasi berupa: Hangatkan bayi Atur posisi kepala sedikit ekstensi Hisap lender atau sisa ketuban Atur posisi kepala kembali
Penilaian adaptasi neonates dilakukan dengan cara menghitung APGAR Score. Criteria yang dinilai adalah Appereance atau warna kulit Pulse atau laju jantung Grimace atau reflex Activity atau tonus otot Respiration atau usaha bernapas TABEL 1. NILAI APGARTanda Laju jantung (Pulse) Usaha bernapas (Respiration) Tonus otot (Activity) Refleks (Grimace) Warna Kulit (Appereance) Seluruh biru/pucat Tidak bereaksi Tidak ada (apnea) Lumpuh Lambat (menggap-menggap) Ekstremitas sedikit Gerakan sedikit (menyeringai) tubuh Tubuh Reaksi melawan (bersin/batuk) tubuh fleksi Gerakan aktif Menangis kuat 0 Tidak ada 1 100
kemerahan, Seluruh kemerahan.
ekstremitas biru
Setiap criteria diatas diberi nilai 0,1 atau 2 sehingga neonates dapat memperoleh nilai 0 sampai 10. Penilaian ini dilakukan pada menit pertama setelah lahir yang memberikan petunjuk adaptasi neonatal. Hasil penilaiannya berarti: Nilai 7-10 Nilai 4-6 Nilai 0-3 : : : Neonatus beradaptasi dengan baik Neonatus dalam keadaan asfiksia ringan sampai sedang Neonatus dalam keadaan derajat asfiksia berat
Penilaian Apgar ini perlu diulang setelah 5 menit untuk mengevaluasi apakah tindakan resusitasi kita sudah adekuat atau belum. Bila belum, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lain. Nilai Apgar 5 menit ini mempunyai nilai prognostic karena berhubungan dengan morbiditas neonatal. Mencari kelainan congenital Pada anamnesis perlu ditanyakan: Apakah ibu menggunakan obat-obat teratogenik, terkena radiasi atau infeksi virus pada trimester pertama? Apakah ada kelainan bawaan pada keluarga? Apakah ibu menderita penyakit yang dapat menggangku pertumbuhan janin, seperti: diabetes mellitus, asma bronchial, dll Sebelum memeriksa bayi, perlu diperiksa cairan amnion, tali pusat dan placenta. Cairan amnion Volume cairan amnion perlu diukur. Bila volumenya lebih dari 2000ml disebut polihidramnion atau hidramnion saja. Apabila volumenya kurang dari 500ml disebut sebagai oligohidramnion. Polihidramnion biasa terdapat pada bayi dengan obstruksi pada traktus intestinalis bagian atas, anensefalus, bayi dari ibu diabetes atau eklamsi. Pada Oligohidramnion, perhatikan juga ekstremitas bawah akan kemungkinan adanya pes equanovarus atau valgus congenital. Tali Pusat Perhatikan kesegaran tali pusat, ada tidaknya simpul pada tali pusat. Perhatikan juga pada potongan tali pusat, apakah ada satu vena dan dua arteri. Bila hanya mempunyai
satu arteri umbilikalis, dapat memberikan probabilitas untuk terjadinya kelainan congenital terutama pada system pencernaan, urogenital, respiratorik atau
kardiovaskular. Plasenta Plasenta harus ditimbang dan perhatikan adanya pekapuran, nekrosis dsb. Pada bayi kembar, harus ditelit apakah terdapat satu atau dua korion (untuk menentukan kembar identik atau tidak). Selain itu, perhatikan juga adanya anastomosis vascular antara kedua amnion, bila ada perlu diperhatikan kemungkinan terjadi transfuse feto-fetal Setelah pemeriksaan cairan amnion, tali pusat dan placenta kemudian dilakukan pemeriksaan bayi secara tepat tetapi menyeluruh o Berat lahir dan masa kehamilan Bayi dikatakan mempunyai berat badan rendah apabila berat badannya 60x/m : 1. kelainan paru 2. kelainan jantung 3. kelainan metabolik
Pola nafas 1. normal : pola nafas abdominal (inspirasi bagian dada tertarik ke dalam & pada saat yang sama perut bayi membuncit) 2. abnormal : gasping Evaluasi gawat Nafas (Downes score)
Pemeriksaan Nadi/Heart Rate Bayi aterm : 1. Saat tidur : 90x/menit 2. Saat aktif : 180x/menit Bayi prematur : 140-150x/menit (tidur) Harus diperiksa pada 4 ekstremitas Kelainan nadi : 1. Nadi lemah : curah jantung buruk/vasokonstriksi perifer 2. Nadi femoral lemah/(-) : lesi jantung koartasio aorta Suhu Tempat pemeriksaan : axila dan rectal Suhu normal : 36,5 37,5C Abnormal : 1. Febris/hipertermia : dehidrasi, gangguan serebral, infeksi, kenaikan suhu lingkungan
2. Hipotermia : suhu dibawah normal : sepsis (apabila ekstremitas dingin dan tubuh panas), kedinginan II. Pemeriksaan lanjutan Pemeriksaan lanjutan dilakukan setelah neonatus berada dalam keadaan stabil. pemeriksaan lanjutan terdiri dari: pemeriksaan umum, pemeriksaan sistematik secara rinci,pemeriksaan usia kehamilan. a. Pemeriksaan umum o Warna kulit Kulit neonatus normalnya berwarna kemerahan, kadang-kadang terlihat sianosis pada ujung-ujung jari pada hari pertama. Cyanosis :Warna kebiruan pada kulit dan mukosa Klasifikasi : Cyanosis sentral : kelainan jantung (TF) Cyanosis perifer : kedinginan
Warna kulit pucat terdapat pada anemia berat atau asfiksia palida. Plethora tampak pada polisitemia. Anemia Refleksi kekurangan Hemoglobin dalam sirkulasi secara klinis Penyebab : Kekurangan aliran darah dari ibu ke bayi (intrauterine) Perdarahan tali pusat (ikatan kurang erat) Transfusi fetal to maternal (posisi bayi diatas posisi ibu saat lahir sebelum tali pusat diikat ) Infeksi sistemik (sepsis)
G6PD defisiensi Anemia of prematurity
Warna kulit yang kuning (ikterus) disebabkan oleh kadar bilirubin yang tinggi dalam serum darah, atau pewarnaan oleh mekonium. Kenaikan kadar bilirubin indirek member warna kuning-jingga sedang penumpukan bilirubin direk memberikan warna kuning kehijauan. Pada neonatus yang berkulit gelap, ikterus sebaiknya diperiksa pada mukosa. Identifikasi : o inspeksi (Kramer) o pemeriksaan lab : HvdB(evaluasi BT, BD, BI)
Icterus fisiologis : icterus normal pada bayi Ciri : 1. kramer I-II 2. keadaan umum baik (gerak tangis normal, minum normal)
Icterus patologis : Ciri : 1. Kramer >II 2. Bayi malas minum 3. Terlalu banyak tidur 4. Kejang, iritabel 5. BAB acholis (pucat) 6. Perut distended Rhesus inkompatibilitas G6PD defisiensi Sepsis Cholestasis ABO inkompatibilitas
TORCH infeksi Pada orang kulit berwarna, dalam keadaan normal dapat terlihat warna kebiruan pada punggung dan bokong yang disebut Mongolian spot.
o Keaktifan Keaktifan neonatus dinilai dengan melihat posisi, gerakan tungkai dan lengan. Pada neonatus cukup bulan yang sehat, posisi ekstremitas adalah dalam keadaan fleksi, sedang gerakan tungkai dan lengannya aktif dan simetris. Bila ada asimetri pikirkan adanya kelumpuhan atau patah tulang. Apabila neonatus diam saja, mungkin terdapat depresi susunan saraf pusat atau akibat obat, akan tetapi masih mungkin juga bayi dalam keadaan tidur nyenyak. o Tangisan bayi Tangisan bayi dapat memberikan keterangan keadaan bayi, misalnya tangisan yang melengking menunjukkan bayi bayi dengan kelainan neurologis, sedangkan tangisan yang lemah atau merintih terdapat pada bayi dengan kesukaran pernapasan. Dyspnea Definisi : kesulitan bernafas Identifikasi : 1. Respirasi rate/menit meningkat 2. Pernafasan cuping hidung 3. Retraksi subcostal 4. Retraksi suprasternal 5. Retraksi intercostal space o Wajah neonatus Wajah neonatus dapat menunjukkan kelainan yang khas misalnya pada wajah pasien sindrom down, sindrom Pierre-Robin, kretinisme, dan sebagainya. o Keadaan gizi Keadaan gizi neonatus dinilai dari berat badan serta panjang badannya disesuaikan dengan masa kehamilan, tebalnya lapisan subkutan, serta kerutan pada kulit. b. Pemeriksaan secara rinci o Kulit Perhatikan terdapatnya petekie atau ekimosis yang dapat disebabkan trauma lahir atau oleh sepsis, penyakit perdarahan, atau trombositopenia.Penyebab : 1. gangguan paru primer : HMD (Hyaline Membrane Disease) Atelektasis Pneumonia Meconeal aspiration syndrome Transient tachypnea of the neorn 2. Gangguan jantung : CHD kompleks
Perhatikan terdapatnya tumor di kulit. Catat ukuran, bentuk, konsistensi serta warnanya. Perhatikan apakah ada kelainan bawaan lain pada kulit. Turgor kulit yang jelek atau kulit yang keriput menandakan terdapatnya dehidrasi atau gizi buruk. Pada lebih kurang 40% neonatus cukup bulan, di kulit hidung dan pipi terlihat bintikbintik putih kekuningan yang disebut milia, yaitu kista epidermal yang berisi materi keratin, yang biasanya menghilang dalam beberapa minggu. Kadang di daerah sekitar dahi dan ketiak terlihat miliara kristalina yaitu vesikula jernih yang disebabkan oleh retensi keringat akibat obstruksi saluran keringat.
o Kepala dan leher Kepala Ukuran kepala : kurva Nellhouse 1. Mikrosefalia : < -2SD 2. Makrosefalia : > +2SD 3. Normal : -2SD s/d +2SD Bentuk kepala : tergantung macam persalinan 1. Pervaginam : moulage Saling menumpuk 2. Sectio caesaria/sungsang : bulat Fontanella mayor : terbuka, ukuran 3x3cm Sutura : terbuka 0,5cm Trauma lahir : 1. Caput sucudaneum: - Benjolan melewati garis tengah - Benjolan berisi air 2. Cephal hematom: - Benjolan tidak melewati garis tengah - Benjolan berisi darah - Tidak perlu diberikan terapi - Perlu anamnesa riwayat kelahirannya 3. Perdarahan subaponeurotik Fontanella mayor Besar Akondroplasia Sindroma alpert Hipotiroid/atiroid Hidrosefalus
Prematuritas Sindroma rubella Wajah Seringkali wajah neonatus tampak asimetris karena posisi janin intrauterine. Kelainan wajah yang khas terdapat pada beberapa sindrom seperti sindrom Down atau sindrom Pierre-Robin yang mudah dikenal. Perhatikan kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresis N.fasialis atau patah tulang zigomatikus. Mata Pemeriksaan mata pada neonatus seringkali sulit dilakukan karena biasanya matanya tertutup.Dengan menggoyang-goyangkan kepala nya secara perlahan-lahan mata neonatus akan terbuka sehingga dapat diperiksa.
Mikroftalmia kongenital dapat ditemukan dengan cara inspeksi dan palpasi Glaukoma kongenital mulanya terlihat pembesaran kemudian sebagai kekeruhan kornea Katarak kongenital terlihat pupil berwarna putih Trauma pada mata terlihat edema palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina Perhatikanlah adanya sekret mata Konjungtivitis oleh kuman gonokok dapat cepat menjadi panoftalmka dan menyebabkan buta. sekretnya purulen, pus sangat banyak, perlu diirigasi sesering mungkin dengan NaCl untuk mencegak panoftalmika dan kebutaan.
Telinga Perhatikan letak daun telinga. Letak daun telinga normal: simetris dengan orbita Daun telinga yang letak rendah (low set ear) antara lain merupakan sindrom Pierre-Robin. Sinus yang terdapat di tengah adalah sisa dari branchial cleft, kadang terlihat auricle tag (dilapisi kulit). Pemeriksaan membran timpani pada neonatus, jarang dilakukan. Tapi bila ada infeksi periksalah membrane timpani. Hidung Neonates bernafas melalui hidung.
Bila bernafas melalui : Mulut : terdapatnya obstruksi jalan nafas karena atresia koana bilateral atau fraktur hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring. Pernafasan cuping hidung : adanya gangguan paru. Hidung tersumbat oleh secret mukopurulen kadang berdarah: sifilis congenital. Mulut Pemeriksaan mulut dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi: o Adanya labio dan gnatoskisis, adanya gigi atau ranula yaitu kista lunak yang berasaldari dasar mulut. o Lidah yang membesar seperti pada sindrom Beckwith atau selalu bergerak seperti pada Sindrom Down. o Lidah keluar masuk (tanda foote) pada neonates dengan edema otak atau tekanan intracranial meninggi. o Tanda hipersaliva pada neonatus dengan kasus atresia esophagus dengan atau tanpa fistula trakeo esofagus. Palpasi: Adanya high arch palate, palatopsikis, dan baik tidaknya refleks isap. Leher Pada neonatus leher tampak pendek dan pergerakannya baik. Apabila ada keterbatasan pergerakan pikirkan kelainan tulang leher. Tumor pada leher seperti tiroid, hemangioma, higroma kistik dapat menekan trakea dan perlu tindakan segera. Trauma leher pada persalinan sulit menyebabkan kerusakan pleksus brakialis sehingga terjadi paresis pada tangan, lengan, atau diafragma. Dapat terjadi perdarahan m.sternocleidomastoideus yang bila tidak ditangani dengan baik menyebabkan tortikolis. Terdapat pula Webbed neck pada turner sindrom. o Dada Inspeksi Laju nafas : 40-60x/menit Bentuk dada : tong, kadang pektus ekskavatum atau karinatum tapi tidak punya arti klinis. Respirasi : dinding dada bergerak bersama dengan dinding perut. Gangguan pernapasan terlihat pernapasan paradoksal dan retraksi saat inspirasi. Gerakan dada harus simetris, gerak tidak simetris pada pneumotorak, paresis diafragma, hernia diafragmatika. Palpasi Dapat ditemukan fraktur klavikula serta meraba iktus kordis.
Perkusi Pada neonatus jarang dilakukan perkusi dada.
Auskultasi Laju jantung : 120-160x/menit Bunyi napas : bronkovesikuler Adanya bising usus pada dada menunjukkan adanya hernia diafragmatika.
o Abdomen Dinding perut pada neonatus lebih datar dibandingkan dinding dadanya Cekung : hernia diafragmatika Buncit : hepatosplenomegali atau tumor lainnya atau cairan dalam rongga perut. Kembung : enterokolitis nekrotikans, perforasi usus atau ileus. omfalokel, atau duktus omfaloenterikus persisten. Hati teraba 2-3cm di bawah arcus kosta kanan. Limpa teraba 1cm di bawah arkus kosta kiri. Ginjal dapat teraba bila posisi bayi terlentang dan tungkai bayi dilipat yaitu setinggi umbilicus diantara garis tengah dan tepi perut, bagian ginjal dapat diraba sekitar 23cm. Trauma pada abdomen bisa karena kelainan yang sukar misalnya letak sungsang, dapat mengakibatkan perdarahan hati, limpa, atau kelenjar adrenal. o Genitalia Eksterna Bayi perempuan (cukup bulan) : Labia minora tertutup oleh labia mayora Lubang uretra terpisah dari lubang vagina Kadang tampak secret yang berdarah dari vagina karena pengaruh hormon ibu.
Bayi laki-laki : Biasanya fimosis Ukuran penis antara 3-4cm (panjang) dan 1-1,3cm (lebar)
Skrotum biasanya besar dan punya banyak rugae dengan testis sudah turun ke dalam skrotum
Kelainan-kelainan yang sering ditemukan: Hipospadia : defek pada bagian ventral ujung penis saja atau berupa defek sepanjang penisnya. Epipadia : defek pada dorsum penis Hidrokel Pada bayi kurang bulan sering ditemukan kriptorkismus yaitu testis belum turun ke dalam kantong skrotum Torsi testis terjadi in utero dan dapat dilihat pada saat lahir berupa testis yang membesar dan keras
Pada beberapa kasus sulit membedakan jenis kelamin neonatus. Misalnya pada bayi perempuan dengan klitoris yang besar dan labia mayora berfusi dan berpigmen banyak. Pada bayi laki-laki dengan penis kecil dan skrotum terpisah.
o Anus Untuk mengetahui: Ada atau tidaknya atresia ani Fistula besar yang terletak di depan atau belakang anus yang normal Mekonium biasanya terjadi 24jam pertama. Bila setelah 48 jam belum keluar mekonium kemungkinan mekonium plug sindrom, megakolon, atau obstruksi saluran pencernaan. o Tulang Belakang dan Ekstremitas Neonatus diletakkan dalam posisi tengkurap. Tanban pemeriksa meraba sepanjang tulang belakang untuk mencari adanya skoliosis, meningokel, spina bifida okulta atau pilonidalis. Pada ekstremitas, Perhatikan : Pergerakan ekstremitas Asimetri pada patah tulang atau kelumpuhan saraf
Tonus ekstremitas
Hipotonia umum (floppy infant) pada kelainan susunan saraf pusat
Posisi kedua kaki Apakah ad apes equinovarus atau valgus
Keadaan jari-jari tangan dan kaki Apakah ada polidaktili, sindaktili, atau clawhand atau clawfeet
o Ukuran Antopometrik Neonatus cukup bulan yang sesuai untuk masa kehamilannya mempunyai ukuran badan sebagai berikut : Berat antara 2500 sampai 4000gram Panjang 45 sampai 54 cm Lingkaran kepala 33 sampai 37 cm Lingkar dada 2cm lebih kecil dari lingkar kepala
o Pemeriksaan Neurologis Inspeksi Perhatikan adanya malformasi, trauma fisis, dan kejang. Pada neonatus normal dengan masa kehamilan 32-40 minggu terlihat abduksi pada paha, dan fleksi pada sendi anggota gerak, simetris kanan-kiri. Pada neonatus dengan masa kehamilan 25-30 minggu terlihat lengan dalam keadaan fleksi, dan tungkai dalam fleksi atau ekstensi. Pemeriksaan Kepala Diameter ubun-ubun besar : 2,1 cm dan sutura tidak dapat dimasuki ujung jari. Sutura yang lebar,dengan ubun-ubun besar tegang dan membonjol terdapat pada tekanan intrakranial yang meninggi pada hidrosefalus Ubun-ubun besar yang tegang dan membonjol pada bayi dalam keadaan tidur berarti tidak normal Ubun-ubun besar tegang tidak selalu abnormal , mungkin juga normal karena edema,molding berlebihan,perdarahan subgaleal atau berkas infuse yang salah Tingkat kesadaran terdiri atas sadar, apatik/letargi, somnolen, spoor, koma
Ada keadaan yang disebut jitteriness/tremulousness, gerakan gemetaran pada angggota gerak dan rahang, keadaan ini dapat dibedakan dengan kejang dengan monitoring EEG atau dengan criteria klinis berupa tidak adanya gerakan bola mata, tidak ada perubahan pernapasan, timbulnya dapat diprovokasi, dan gerakan berhenti bila anggota gerak difleksikan secara pasif
-
Pemeriksaan Saraf Otak Pemeriksaan saraf otak neonatus berbeda dengan pada anak. 1. Saraf VII, XII, dan IX Pada saat pasien bangun dan menangis, perhatikan : mata dan sudut mulut untuk memeriksa saraf otak VII (fasialis). Paresis bila mulut mencong ke sisi sehat, mata tidak dapat menutup. Lidah dan langit-langit Pada lidah perhatikan ukuran dan gerakannya, apakah ada fasikulasi (saraf XII) Pada langit-langit perhatikan arkus farings dan uvula. Paresis saraf IX bila arkus sisi paresis tertinggal 2. Saraf V, VII dan XII Reflex rooting diperiksa dengan menyentuhkan ujung jari di sudut mulut pasien, maka pasien akan menoleh kearah rangsangan dan berusaha memasukkan ujung jari ke dalam mulut. Bila ujung jari dimasukkan 3cm akan diisap (sucking reflex). 3. Saraf IX dan X dengan pemeriksaan reflex menelan. 4. Saraf III, IV, dan VI Dengan memperhatikan pada saat mengisap mata bayi biasanya terbuka spontan. Pada saat itu lakukan pemeriksaan pergerakan bola mata 5. Saraf VIII Dolls eye maneuver dilakukan dengan memutar kepala pasien ke kiri dan ke kanan. 6. Saraf I, II, XI sulit dilakukan pada neonatus.
-
Pemeriksaan motor Tonus fasik : tonus fasik diperiksa dengan menguji tahanan anggota
gerak untuk bergerak dan aktivasi reflex tendon,pada neonatus predominan dalam posisi fleksi,reflex tendon yang selalu ada pada neonatus reflex patella.selain itu terdapat reflex hammer, reflex biceps dan Achilles. Tonus postural : tahanan terhadap tarikan gaya berat.Terdapat 3 macam
pemeriksaan tonus postural, yaitu reaksi tarika, suspense vertikal dan horizontal.Reaksi tarikan yang paling sensitive dan berguna dapat dilakukan saat pasien dengan endotracheal tube.Suspensi horizontal dilakukan memegang toraks pasien dan mengangkat horizontal, suspense vertical digunakan untuk memeriksa deviasi mata ke lateral. Pemeriksaan Refleks Neonatal Primer 1. Refleks Moro Reaksi kejutan yang menimbulkan rasa jatuh pada bayi. Cara : Bayi dalam posisi terlentang, dan kepalanya dibiarkan jatuh dengan cepat beberapa sentimeter dengan hati-hati ke tangan pemeriksa. reaksi : bayi akan kaget, lengandirentangkan dalam posisi abduksi ekstensi, tangan dibuka dan gerakan lengan adduksi dan fleksi. 2. Refleks Withdrawal Cara : dilakukan dengan jarum untuk metrangsang telapak kaki Reaksi : fleksi pada tungkai yang dirangsang dan ekstensi tungkai kontralateral. 3. Refleks Plantar Grasp Cara : meletakkan jari pemeriksa pada telapak kaki pasien Reaksi : reflek jari-jari kaki 4. Refleks Palmar Grasp Cara : meletakkan jari pemeriksa pada telapak tangan pasien Reaksi : fleksi jari-jari tangan Pemeriksaan oftalmologi Pemeriksaan oftalmologi dilakukan secara indirek dengan obat midriatikum atau secara
direk tanpa obat.Pemeriksaan direk lebih baik dilakukan pada pasien sedang menyusu, oleh karena biasanya mata tebuka. Pemeriksaan Sensibilitas Jarang dilakukan. Namun pada pemeriksaan refleks rooting, refleks sentuhan dan rangsang sakit yang dapat menyebabkan bayi menangis dapat pula sebagai cara untuk uji sensibilitas. o Pemeriksaan usia kehamilan Mengetahui usia kehamilan dan keadaan gizi neonatus penting untuk mengkategorikan neonatus cukup bulan, kurang bulan, atau lebih bulan. Dan apakah sesuai, lebih kecil, atau lebih besar untuk usia kehamilannya. III. PEMERIKSAAN PADA WAKTU MEMULANGKAN Untuk meyakinkan bahwa tidak ada kelainan kongenital atau kelainan akibat trauma. Perhatikan : Susunan saraf pusat : aktifitas bayi, ketegangan ubun-ubun. Kulit : adanya ikterus, pioderma. Jantung : adanya bising yang baru timbul kemudian. Abdomen : adanya tumor yang tidak terdeteksi sebelumnya Tali pusat : adanya infeksi.
Perhatikan juga apakah bayi sudah bisa menyusu dan ibu sudah mengerti cara pemberian ASI yang benar.