Laporan Pendahuluan Klien Dengan Ansietas
-
Upload
dian-agustin -
Category
Documents
-
view
119 -
download
22
description
Transcript of Laporan Pendahuluan Klien Dengan Ansietas
LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANSIETASPAPER
Oleh:
KELOMPOK 1PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNVERSITAS JEMBER2015
LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANSIETASPAPER
diajukan sebagai pemenuhan tugas Keperawatan Klinik VIII dengan dosen: Ns. Emi Wuri Wuryaningsih,M.Kep. Sp.Kep. J
Oleh:Tediy Junianto112310101033
Ervi Fitri Faradiana 122310101001
Mahbub Ramadhani 122310101003
Siti Zumrotul Mina 122310101005
Jamilatus Sholihah 122310101007
Amadea Yollanda 122310101009
Raras Rachmatichasari 122310101011
Eka Yuliana 122310101013
Ananta Erfrandau 122310101015
Listya Pratiwi 122310101017
Desi Rahmawati 122310101021
Riska Umaroh 122310101023
Alifia Rizqi P.D 122310101025
Retno Puji A. 122310101027
Lina Nur Khumairoh 122310101029
Aris Kurniawan 122310101033
Made Estini S.P 122310101035
Dina Amalia 122310101037
Ary Januar Pranata P 122310101039PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNVERSITAS JEMBER
2015
PEMBAHASANI. DIAGNOSA KEPERAWATAN : AnsietasII. TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Ansietas atau kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal (Suliswati, 2005). Ansietas merupakan suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien (Mansjoer, 1999). Ansietas yaitu keadaan dimana seorang mengalami perasaan gelisah/cemas dan aktivasi sistem syaraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas, tak spesifik. Seseorang yang mengalami ansietas tidak dapat mengidentifikasi ancaman. Ansietas dapat terjadi tanpa rasa takut namun ketakutan biasanya tidak terjadi tanpa ansietas. (Capernito, Linda jual,1999). Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, keadaan emosi ini tidak dimiliki obyek yang spesifik, kondisi dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal (Stuart & Sundeen, 1998).Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus ansietas (Corner, 1992). Kecemasan adalah satu perasaan subjektif yang dialami seseorang terutama oleh adanya pengalaman baru, termasuk pada pasien yang akan mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami cemas karena hospitalisasi, pemeriksaan dan prosedur tindakan medik yang menyebabkan perasaan tidak nyaman (Rawling, 1984)Cemas (ansietas) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas individu merasa tidak nyaman takut dan memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Ansietas merupakan alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu (Videbeck, 2008)Ansietas adalah keadaan ketika individu/kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivitas system sarafautonom dalam berespons terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik (Carpenito & Lynda, 2007)
Ansietas adalah perasaan gelisah yang samar-samar dari ketidaknyamanan atau ketakutan yang mengiringi respons autonom (alasannya sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh penderita); rasa ketakutan yang disebabkan oleh karena mengantisipasi keadaan yang berbahaya. Ini merupakan tanda yang memperingatkan akan bahaya yang akan terjadi yang mana memungkinkan penderita untuk mengukur dan mengatasi ancama tersebut (NANDA, 2010)Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ansietas merupakan respons emosi tanpa objek, berupa perasaan takut dan kekhawatiran yang tidak jelas dan berlebihan dan disertai berbagai gejala sumatif yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau penderitaan yang jelas bagi pasien.B. Faktor Prediposisi Dan Presipitasi Faktor Predisposisi
Menurut Stuart and Sundeen (1998), teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab kecemasan adalah
a. Teori psikoanalitik
Menurut Freud struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu id, ego, dan super ego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif, super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari id dan super ego. Ansietas merupakan konflik emosional antara id dan super ego yang berfungsi untuk memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi.
b. Teori interpersonal
Kecemasan terjadi dari ketakutan akan pola penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa perkembangan atau pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami kecemasan berat (Stuart&Sundeen, 1998).
c. Teori perilaku
Kecemasan merupakan hasil frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli perilaku menganggap ansietas merupakan sesuatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan untuk menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan ansietas yang berat pada kehidupan masa dewasanya (Smeltzer&Bare, 2001).d. Teori keluarga
Intensitas cemas yang dialami oleh individu kemungkinan memiliki dasar genetik. Orang tua yang memiliki gangguan cemas tampaknya memiliki resiko tinggi untuk memiliki anak dengan gangguan cemas. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang bisa ditemui dalam suatu keluarga.
e. Kajian biologis
Kajian biologi menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan. Penghambat asam aminobutirik-gamma neroregulator (GABA) dan endorfin juga memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan. Faktor PresipitasiKecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dielakkan pada kehidupan manusia dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman ansietas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien pre operasi :a. Faktor eksternal
1) Ancaman integritas fisik, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik, jenis pembedahan yang akan dilakukan).2) Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitas diri, harga diri, dan hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status atau peran (Stuart and Sundeen, 1998).b. Faktor internal
Menurut Stuart and Sundeen (1998) kemampuan individu dalam merespon terhadap penyebab kecemasan ditemukan oleh :
1) Potensi stressorStressor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi (Smeltzer&Bare, 2001).2) Maturitas Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu yang matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan (Hambly, 1995).
3) Pendidikan dan status ekonomiTingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah akan menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah yang baru (Stuart&Sundeen, 1998).4) Keadaan fisikSeseorang yang akan mengalami gangguan fisik seperti cidera, operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah mengalami kecemasan, di samping itu orang yang mengalami kelelahan fisik mudah mengalami kecemasan.5) Tipe kepribadianOrang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan kepribadian B. Adapun ciri- ciri orang dengan kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, merasa diburu waktu, mudah gelisah, tidak dapat tenang, mudah tersinggung, otot- otot mudah tegang. Sedang orang dengan tipe kepribadian B mempunyai ciri- ciri berlawanan dengan tipe kepribadian A. Karena tipe keribadian B adalah orang yang penyabar, teliti, dan rutinitas (Stuart&Sundeen, 1998).
6) Lingkungan dan situasiSeseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan yang biasa dia tempati (Hambly, 1997).7) Umur Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya (Varcoralis, 2000).8) Jenis kelaminGangguan panik merupakan suatu gangguan cemas yang ditandai oleh kecemasan yang spontan dan episodik. Gangguan ini lebih sering dialami oleh wanita daripada pria (Varcoralis, 2000).
C. Rentang Respon
D. Penentuan Diagnosa Batasan Karakteristik1. Perilaku : penurunan produktivitas, gelisah, pergerakan yang irelevan, insomnia, meihat sepintas, kontak mata yang buruk, agitasi, mengintai, mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup, tampak waspada.2. Afektif: kesedihan yang mendalam, ketakutan, gugup, mudah tersinggung,perasaan tidak adekuat, iritabilitas, peningkatan kewaspadaan, senang berlebihan, rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan, peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten, fokus pada diri sendiri, distres, khawatir, bingung, menyesal, ragu/tidak percaya diri, gelisah.3. Fisiologis: wajah tegang, gemetar, suara gemetar, tremor, keringat banyak, peningkatan ketengangan, tremor tangan.
4. Simpatik: ekstitasi kardiovaskular, wajah merah, jantung berdebar-debar, peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, perningkatan frekuensi pernapasan, anoreksia, peningkatan refleks, diare, mulut kering, pupil melebar, kesulitan bernapas, vasokontriksi superfisial, kedutan pada otot, lemah.5. Parasimpatik: nyeri abdomen, mual, sering berkemih, dorongan segera berkemih, diare, penurunan tekanan darah, penurunan denyut nadi, vertigo, letih, gangguan tidur, kesemutan pada ekstremitas, anyang-anyangan.
6. Kognitif: menyadari gejala fisiologis, bloking pikiran, konfusi, penurunan lapang persepsi, kesulitan berkonsentrasi, penurunan kemampuan untuk belajar, penurunan kemampuan memecahkan masalah, ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak spesifik, khawatir, lupa, gangguan perhatian, melamun, cenderung menyalahkan orang lain (Nanda, 2012)III. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan : Ansietas
Domain 9: Koping/Toleransi Stress
Kelas 2: Respons Koping
Definisi : Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman. (NANDA, 2012).
IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NoDiagnosaRencana Tindakan KeperawatanRasional
KeperawatanTujuanKriteria EvaluasiIntervensi
1AnsietasTUM :
Pasien dapatmengontrol
bahkanterbebasdari
ansietas
TUK 1 :Setelah dilakukan interaksi1.Kaji tingkat ansietas (mis. kemampuanPentingbagiperawat
Pasiendapatmengalamidengan pasien selama 1x24untuk memahami,kemampuan pemecahanuntukmengurangtingka
penurunantingkatjam,pasiendapatmasalah, dll)ansietassampaike
ansietas, sedikitnyasatumengalamipenurunan2.Pertahankan lingkungan yg aman dan tenangtingkatsedang, rendah,
tingkat.gejalaansietasdengan3.Kurangi rangsangatauhilangsehingga
kriteria hasil:4.Bicara dan tenangkan pasienpasiendapatmulai
a. Tidak tampak tanda-5.Dorongketerlibatandalamaktivitas,berkonsentrasipada
tandaansietas sepertibergantung pada tingkat ansietaskeikutsertaandalam
ketegangan,ketakutan,6.Pandu keikutsertaan dalam perawatan dirimengembangkan rencana
insomnia,tremor, peka7.Arahkan kembali sesuai kebutuhanperawatan danmencapai
rangsang,isolasi,8.Bantupasiendalamperubahan perilaku
keletihan,gelisah,mengidentifikasikemungkinan sumber stress
penyimpangan persepsi.9.Kenalkan humor dalam mengurangi ansietas
10.Berikanpenyuluhankesehatantentang
ansietas (dampak terhadap tubuh, tingkat
ansietas, dampak kimiawi pada tubuh)
11.Kaji penggunaan alcohol, kafein, nikotin,
dan obat-obatan lain.
TUK 2 :Setelah dilakukan interaksi1.BantupasienuntukmenghubungkanUntukdapatmengenali
Pasiendapatmengenalidengan pasien selama 1x24perilaku dengan perasaanansietas pada diri pasien
ansietasnya sendiridanjam,pasienmampu2.Beridoronganpadapasienuntuksendiridiperlukan
ikutsertadalammengenaliansietasnyamembicarakan perasaan tenang ansietasbantuandaritenaga
mengembangkansendiridengankriteria3.Dapatkan persepsipasien tentangansietasmedis khusunya perawat.
perawatanuntukhasil:yang dialamiKetikapasientelah
memberikan perubahana. Pasienmampu4. Focus pada saat ini dan di sinimengenalitingkat
mendiskusikandan5. Kembangkan rencana ruang dengan pasienansietasnyadiharapkan
memantauperilaku(mis. tetap di luar ruangan selama 50 menitpasienmampu
sendiri setiap shiftsetiap jam)melakukanperawatan
b. Mampu mengidentifikasi6.Bantupasien mengidentifikasi bagaimanauntukmemberikan
stressoransietas dimanifestasikan melalui perilakuperubahanpadatingkat
c. Secara aktif ikut serta7.Gali dengan pasien cara mengantisipasiansietas yang dialami
dalam aktivitas unitansietas
d. Melakukaninteraksi8. Berikan penyuluhan kesehatantentang
dengan sebayapenatalaksanaa stress dan penetapan tujuan
e. Mengembangkan tujuan
yang realistis
f. Menghubungkan
perilakudengan
perasaan(mis.
kehilangan pekerjaan)
TUK 3:Setelah dilakukan interaksi1.Berikan penyuluhan kesehatan tentang prosesProsespenuaandapat
Pasien dapat menerimadengan pasien selama 1x24penuaan termasuk reaksi berdukamembangkitkanansietas
perubahanfisikdanjam,pasienmampu2.Beri dorongan pada pasien untuk berfungsipada beberapa orang
emosipadaprosesmenerimaperubahan fisiksemandiri mungkin
penuaandanemosi padaproses3.Beridoronganpadapsienuntuk
penuaandengankriteriamendiskusikan perasaan/ketakutan
hasil:4.Bantu pasien dalam mengidentifikasi strategi
a.Pasienmampukoping yang efektif
mengenali keterbatasan5.Bantu pasien dalam mengidentifikasi sistem
b.Mengungkapkanpendukung
ketakutantentang6.Gali dengan pasien penggunaan sistem
proses penuaanpendukung secara efektif
c. Berfungsi pada tingkat optimal
d. Menggunakan kekuatan untuk mengembangkan koping terhadap proses penuaan
TUK 4:Setelah dilakukan interaksi Ikut serta dalam merencanakan pulangSalah satumanfaat dari
Pasiendapatdengan pasien selama 1x241.Gali mekanisme koping dengan pasien;relaskasiadalah untuk
menunjukkanstrategijam,pasienmampubantupasienuntukmengidentifikasimenurunkankecemasan
kopingefektifdalammenunjukkanstrategimekanisme koping yang telah berhasildengan caramengatur
hubungannyadengankopingefektifdalammengurangi ansietaspernapasandan
krisismaturasidanhubungannya dengan krisis2.Bantupasienuntukmengidentifikasimerieksasikanotot-otot
situasi.maturasi dan situasi denganmekanismekopingadaptifdalmpada bagian tubuh.
kriteria hasil:pengharapan cultural pasien sendir
a.Pasienmampu3.Bicarakanpentingnyaprogramlatihan
mengembangkanteratur
rencana pribadi untuk4.Berikanpenyuluhankesehatandalam
menurunkanansietasprosespemecahanmasalah(mis.
dengan menggunakanmengatur, memprioritaskan, menerapkan,
prosespemecahanmengevaluasi)
masalah Menggunakanteknikrelaksasi termasuk
b.Mengidentifikasinapas dalam
dukungan/sumber1.Instruksikan pasien untuk napas lambat
komunitasdan dalam (mata dapat terpejam atau
c.Memperagakan teknikterbuka)
relaksasi2.Minta pasien untuk duduk atau berbaring
d.Memenuhikebutuhandalam posisi yang nyaman dalam ruangan
perawatan diriyang tenang (pasienharus memejamkan
e.Membentuk hubunganmatakecualitindakan ini membuatnya
interpersonalmerasa tidak nyaman)
f.Ikutsertadalam3. Padaperiodesepanjanglatihan minta
merencanakan pulangpasien untuk berfokus pada pernapasan
(lambat dan dalam)
4. Untuk memulai latihan, instruksikan pasien untuk mengambil posisi yang nyaman dan bayangkan sedang berada pada tempat yang nyaman (mis. di pantai). Kemudian instruksikan pasien untuk menegangkan dengan perlahan (selama 5 detik) (tanpa cedera) dan kemudian rileks setiap kelompok otot (10-15 detik)
5. Mulai dengan ibu jari kaki dan kaki dan beralih secara progresif ke atas-betis, paha, bokong, pinggang, tangan (buat genggaman), lengan bawah, lengan atas, bahu, leher, dan berakhir dengan wajah (meringis). Setelah merelaksasikan wajah, pasen harus tetap tenang selama 15 menit (atau selama yang dapat ditoleransi oleh pasien), berkonsentrasi dengan dami, tenang dan pernapasan.
6. Instruksikan pasien untuk menggunakan keseluruhan latihan atau hanya untuk area yang tegang bila waktu memungkinkan
7. Instruksikan pasien untuk menggunakanprosi napas dalam bila waktu terbatas
No.Diagnosa
KeperawatanRencana Tindakan KeperawatanRasional
Tujuan Kriteria EvaluasiIntervensi
TUK 5:
Klien dapat memperluas kesadarannya terhadap perkembangan ansietasSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam, klien mengetahui perkembangan ansietas dengan kriteria hasil:
1. Klien mampu memahami situasi dan interaksi yang menyebabkan ansietas
2. Klien mampu menganalisis pengalaman masa lalu terhadap ansietas1. Bantu klien menjelaskan situasi dan interaksi yang dapat segera menimbulkan ansietas
2. Bersama klien meninjau kembali penilaian klien terhadap stressor yang dirasakan mengancam dan menimbulkan konflik
3. Kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa lalu yang relevanPenting bagi perawat untuk membantu klien memperluas kesadarannya terhadap perkembangan ansietas dari pengalaman masa lalu. Hal ini dapat mempermudah proses intervensi kepada klien.
TUK 6:
Klien dapat menggunakan teknik relaksasiSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam, klien dapat menggunakan teknik relaksasi dengan kriteria hasil:
1. Tingkat ansietas klien berkurang
2. Klien mampu mengulangi teknik relaksasi yang telah diajarkan perawat1. Ajarkan klien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri.
2. Dorong klien untuk menggunakan relaksasi dalam menurunkan tingkat ansietasBantuan teknik relaksasi dapat mengurangi tingkat ansietas kepada klien. Teknik relaksasi sangat pentign diajarkan oleh perawat agar klien merasa nyaman dengan kondisinya.
DAFTAR PUSTAKACapernito, Linda Juall. 1995. Nursing Care Plans and Documentation. Jakarta : EGC.Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih bahasa oleh Yasmin Asih. Jakarta: EGC.Hambly, K. 1997. Bagaimana Meningkatkan Rasa Percaya Diri. Jakarta: Arcan. Istiqomah. Jakarta: EGC.Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta : Penerbit Aesculapius.NANDA. 2010. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Ahli bahasa Fatiah.
Smeltzer, S.C. and Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol.2. Jakarta : EGC.Stuart, G. W and Sudden, S. J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3 Cetakan I. Alih Bahasa: Achir Yani. S. Hamid. Jakarta: EGC.
Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.Varcarolis, E.M. 2000. Psychiatric Nursing Clinical Guide: Assessment Tools & Diagnosis. Philadelphia: W.B. Saunders Company.Videbeck, Sheila I. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.Predisposisi
Psikologis
Fisiologis
Pandangan Psikoanalitis
Pandangan Interpersonal
Pandangan Perilaku
Faktor eksternal:
Dari lingkungan
Ketidaknyamanan akan kemampuan diri
Threat (ancaman)
Konflik
Fear (ketakutan)
Unflued need (kebutuhhan yang tidak terpenuhi)
Faktor Internal:
Tidak memiliki keyakinan akan kemampuan diri
Sesuatu yang mengganggu kemapuan individu
Perasaan takut terhadap ketidakpastian dan penolakan interpersonal
Superego
Id
ANSIETAS
Etiologi
Psikologis
Gg. Proses Pikir
Fisiologis
Persepsi penilaian diri buruk
Harga Diri Rendah
Vasokontriksi PD dan peningkatan denyut
Peningkatan curah jantung
Peningkatan Pertahanan Diri
Munculnya Aktivitas involunter
Kelenjar adrenal melepas adrenalin (epinefrin)
Malu untuk bersosialisasi
Kesulitan Berfikir Logis
Isolasi Sosial
Rasa takut akan adanya ancaman
Faktor Predisposisi
Faktor Presipitasi
Tanda Gejala
Diagnosa : Ansietas