LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

34
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI A. Definisi Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001). Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna. Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995). B. Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi hipertensi menurut WHO, yaitu: 1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

A. Definisi Hipertensi

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,

hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90

mmHg. (Smeltzer, 2001).

Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC)

sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat

keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai

hipertensi maligna.

Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104

mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan

hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini

berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan

sistolik (Smith Tom, 1995).

B. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi menurut WHO, yaitu:

1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan

diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg

2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik

91-94 mmHg

3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160

mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.

Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and Treatment

of Hipertension, yaitu:

1. Diastolik

a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal

b. 85 – 99 mmHg : Tekanan darah normal tinggi

c. 90 -104 mmHg : Hipertensi ringan

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

d. 105 – 114 mmHg : Hipertensi sedang

e. >115 mmHg : Hipertensi berat

2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)

a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal

b. 140 – 159 mmHg : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi

c. > 160 mmHg : Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak

(sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita hipertensi, yg

membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi

dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata

(retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).

Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan

darah, diantaranya yaitu:

1. Hipertensi Emergensi

Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat

antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau

progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan

organ target yang progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam

kurun waktu menit/jam.

2. Hipertensi Urgensi

Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya

gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya gejala

yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan

dalam beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam

(penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam

sampai hari).

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

C. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik).

Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan

perifer.  Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:

1. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport  Na.

2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah

meningkat.

3. Stress Lingkungan.

4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran

pembuluh darah.

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

1. Hipertensi Primer

Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti

genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin

angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas. Ciri lainnya yaitu: umur (jika umur

bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan),

ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih), kebiasaan hidup (konsumsi garam

yang tinggi melebihi dari 30 gr, kegemukan atau makan berlebihan, stres, merokok,

minum alcohol, dan minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin).

2. Hipertensi Sekunder

Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal, diabetes

melitus, stroke.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-

perubahan pada:

1. Elastisitas dinding aorta menurun.

2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.

3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20

tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya

kontraksi dan volumenya.

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas

pembuluh darah perifer untuk oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah

perifer.

D. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf

simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla

spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan

dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia

simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang

serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya

noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti

kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun

tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang

menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,

yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin

merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,

suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh

korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung

mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan

fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah

yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya

elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi

volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan

curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”

disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff

sphygmomanometer (Darmojo, 1999).

Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel

jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan

pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan

Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada

terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan

darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi

natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan

tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung.

(Suyono, Slamet. 1996).

Pathway terlampir.

E. Tanda Dan Gejala

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri

kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai

kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni (2001) manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita

hipertensi yaitu: mengeluh sakit kepala, pusing lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual

muntah, epistaksis, kesadaran menurun.

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah:

1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.

2. Sakit kepala

3. Pusing / migraine

4. Rasa berat ditengkuk

5. Penyempitan pembuluh darah

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

6. Sukar tidur

7. Lemah dan lelah

8. Nokturia

9. Azotemia

10. Sulit bernafas saat beraktivitas

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:

1. Pemeriksaan yang segera seperti:

a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel

terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko

seperti: hipokoagulabilitas, anemia.

b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi

ginjal.

c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).

d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama

(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.

f. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat mengindikasikan

pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).

g. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan

hipertensi.

h. Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).

i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.

j. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi.

k. Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.

l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel

kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas,

peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan

terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran

jantung.

2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang

pertama):

a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim

ginjal, batu ginjal / ureter.

b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,

perbaikan ginjal.

d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.

e. USG untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien

G. Komplikasi

Efek pada organ, otak (pemekaran pembuluh darah, perdarahan, kematian sel otak:

stroke), ginjal (malam banyak kencing, kerusakan sel ginjal, gagal ginjal), jantung

(membesar, sesak nafas, cepat lelah, gagal jantung).

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

H. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat

komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan

tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:

1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi

ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa

obat ini meliputi: diet destriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr,

diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.

2. Penurunan berat badan

3. Penurunan asupan etanol

4. Menghentikan merokok

5. Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk

penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam

olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan

lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-

87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar

antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x

perminggu dan paling baik 5 x perminggu

6. Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:

a. Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada

subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek

dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik

seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti

kecemasan dan ketegangan.

b. Tehnik relaksasi

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk

mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk

dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan

Kesehatan (Penyuluhan).

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien

tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat

mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

7. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi

juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat

bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup

penderita.

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint

National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood

Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis

kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan

memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

I. Cara Pencegahan

1. Pencegahan Primer

Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya

hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi

garam yang berlebihan dianjurkan untuk:

a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi

hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.

b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.

c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.

d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita

hipertensi berupa:

a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan

tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.

b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan

stabil mungkin.

c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.

d. Batasi aktivitas.

J. Diit Hipertensi

1. Konsumsi lemak dibatasi

2. Konsumsi kolesterol dibatasi

3. Konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese

4. Makanan yang boleh dikonsumsi

a. Sumber kalori (beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula).

b. Sumber protein hewani (daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram

perhari, telur ayam,telur bebek paling banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak).

c. Sumber protein nabati (kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom).

d. Sumber lemak (santan kelapa encer dalam jumlah terbatas).

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

e. Sayuran (sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam,kangkung,buncis,

kacang panjang, taoge, labu siam, oyong, wortel).

f. Buah-buahan (semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah

terbatas).

g. Bumbu (pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam tidak

lebih 15 gram perhari).

h. Minuman (teh  encer, coklat encer, juice buah).

5. Makanan yang tidak boleh dikonsumsi

a. Makanan yang banyak mengandung garam.

b. Makanan yang banyak mengandung kolesterol

c. Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh.

d. Lemak hewan: sapi, babi, kambing, susu jenuh, cream, keju, mentega.

e. Makanan yang banyak menimbulkan gas.

6. Obat Tradisional Untuk Hipertensi

Banyak tumbuhan obat yang telah lama digunakan oleh masyarakat secara

tradisional untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal yang perlu

diinformasikan kepada masyarakat adalah cara penggunaannya, dosis, serta

kemungkinan adanya efek samping yang tidak diketahui. Obat – obat tradisional

tersebut diantaranya:

a. Buah Belimbing

Buah ini dapat mengontrol tekanan darah dalam keadaan normal dan juga

bisa menurunkan tekanan darah bagi mereka yang sudah mengalaminya. Caranya

yaitu buah belimbing yang sudah masak diparut halus. Kemudian parutan

belimbing diperas sehingga menjadi satu gelas sari belimbing. Air perasan ini

diminum setiap pagi, lakukan selama tiga minggu sampai satu bulan. Setelah satu

bulan sari belimbing ini dapat diminum dua hari sekali. Tidak perlu

menambahkan gula pasir atau sirup pada air perasan. Bagi mereka yang sudah

terlanjur menderita hipertensi, sebaiknya gunakan buah belimbing yang besar

sehingga air perasannya lebih banyak.

b. Daun Seledri

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun seledri sampai

halus, saring dan peras deengan kain bersih dan halus. Air saringan usahakan satu

gelas diamkan selama satu jam, kemudian diminum pagi dan sore dengan sedikit

ampasnya yang ada di dasar gelas. Menurut penelitian daun seledri bisa

memperkecil fluktuasi kenaikan tekanan darah.

c. Bawang Putih

Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang putih mentah setiap

pagi dan sore hari. Pilih bawang putih yang kulitnya berwarna coklat kehitaman

karena mutunya lebih baik. Jika tidak mau memakannya dalam keadaan mentah

bisa direbus atau dikukus dulu. Namun karena banyak zatnya yang bisa berkhasiat

yang dapat ikut larut ddalam air rebusannya, sebaiknya ditambaah menjadi 8

sampai 9 siung sekali makan.

d. Buah Mengkudu / Pace

Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi. Caranya hampir sama

dengan buah belimbing, yaitu dengan cara memarut halus, kemudian diperas

memakai kain kassa yang bersih, diambil airnya. Minum sari mengkudu setiap

pagi dan sore hari secara teratur

e. Avokad

Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus dengan 4 gelas

air putih. Tunggu air rebusan hingga menjaadi 2 gelas, saring. Satu gelas diminum

pagi hari, satu gelas lagi diminum sore hari.

f. Melon

g. Semangka

h. Mentimun

K. Pengkajian Keperawatan

1. Aktivitas / istirahat

Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

2. Sirkulasi

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

Gejala : giwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /   katup,

penyakit serebrovaskuler.

Tanda : kenaikan TD, nadi (denyutan jelas), frekuensi / irama (takikardia,

berbagai disritmia), bunyi jantung (murmur, distensi vena jugularis, ekstermitas,

perubahan warna kulit), suhu dingin (vasokontriksi perifer),  pengisian kapiler

mungkin lambat.

3. Integritas Ego

Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor

stress multiple (hubungsn, keuangan, pekerjaan).

Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan

yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan pola bicara.

4. Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obstruksi,  riwayat

penyakit ginjal).

5. Makanan / Cairan

Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,

lemak dan kolesterol, mual, muntah, riwayat penggunaan diuretik.

Tanda : BB normal atau obesitas, edema, kongesti vena, peningkatan JVP,

glikosuria.

6. Neurosensori

Gejala : keluhan pusing / pening, sakit kepala, episode kebas, kelemahan pada

satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (penglihatan kabur, diplopia), episode epistaksis.

Tanda : perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori

(ingatan), respon motorik (penurunan kekuatan genggaman), perubahan retinal optik.

7. Nyeri / ketidaknyamanan

Gejala : nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri

abdomen.

8. Pernapasan

Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea

nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok.

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

Tanda : distress respirasi / penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas

tambahan (krekles, mengi), sianosis.

9. Keamanan

Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan.

Tanda       : episode parestesia unilateral transien.

10. Pembelajaran / Penyuluhan

Gejala       : faktor resiko keluarga (hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,

penyakit serebrovaskuler, ginjal), faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon

lain, penggunaan obat / alkohol.

  

L. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan

afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan

kebutuhan oksigen.

3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.

4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang

diderita klien.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses

penyakit.

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI
Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

RENCANA KEPERAWATAN

DIANGOSA

KEPERAWATAN DAN

KOLABORASI

TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)

Resiko tinggi terhadap

penurunan curah jantung

berhubungan dengan

peningkatan afterload,

vasokonstriksi,

hipertrofi/rigiditas

ventrikuler, iskemia

miokard

NOC :

  Cardiac Pump effectiveness

  Circulation Status

  Vital Sign Status

Kriteria Hasil:

  Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan

darah, Nadi, respirasi)

  Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada

kelelahan

  Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada

asites

  Tidak ada penurunan kesadaran

NIC :

Cardiac Care

  Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)

  Catat adanya disritmia jantung

  Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput

  Monitor status kardiovaskuler

  Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung

  Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi

  Monitor balance cairan

  Monitor adanya perubahan tekanan darah

  Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia

  Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan

  Monitor toleransi aktivitas pasien

  Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu

  Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring

  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

  Catat adanya fluktuasi tekanan darah

  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri

  Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas

  Monitor kualitas dari nadi

  Monitor adanya pulsus paradoksus

  Monitor adanya pulsus alterans

  Monitor jumlah dan irama jantung

  Monitor bunyi jantung

  Monitor frekuensi dan irama pernapasan

  Monitor suara paru

  Monitor pola pernapasan abnormal

  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

  Monitor sianosis perifer

  Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI
Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,

Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA,

Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford: Oxford

University Press

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New

Jersey: Upper Saddle River

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.

New Jersey: Upper Saddle River

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima

Medika

Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta

Soeparman dkk,2007  Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta

Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,

Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang