Laporan Tutorial Kasus 1 Hipertensi Ruang 15

75
LAPORAN TUTORIAL MODUL HIPERTENSI RUANG 15 FAKULTAS KEDOKTEAN

description

enjoy ittt

Transcript of Laporan Tutorial Kasus 1 Hipertensi Ruang 15

LAPORAN TUTORIAL

MODUL HIPERTENSI

RUANG 15

FAKULTAS KEDOKTEAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGIMANADO

2015

LAPORAN TUTORIAL

MODUL HIPERTENSI

RUANG 15LIVYA REGITA GONI

13011101091

KEVIN CALVARY TOMBOKAN

13011101219

MAGDALYA ASRI LUMENTE

13011101066

SARON K. A DULLU

13011101097

PIBI SATRIA DARMAWAN

13011101147

CECILLIA P. TANGKIN

13011101178

PETY TUNJUNG SARI

13011101224

INTAN PUTRI R. SOMPIE

13011101010

ALIF AKBAR PAWA

13011101182

WINDY D. P MASENGI

13011101228

ARYA PANDU ASTOGUNO

13011101259

ERYNNE G. M SHERIMAN

13011101200

REUNITA C. AMIMAN

13011101246

WAGIU MUTIARA BETANI

13011101198

KASUS 1

Seorang laki-laki berusia 54 tahun datang ke poliklinik Penyakit Dalam RSU karena tekanan darahnya masih 150/95 mmHg meskipun sudah 2 bulan mengkonsumsi obat captropil 25 mg.

Fungsi Ginjal masih normal, TB 170 cm, BB 70 kg, lingkar perut 95 cm.

Kata Sulit :

Dalam kasus ini tidak ditemukan kata sulit

Kata Kunci :

Laki-laki, 54 tahun

TD 150/95 mmHg

Riwayat pengobatan : Captopril 25 mg selama 2 bulan

Fungsi Ginjal Normal

TB 170 cm, BB 70 kg dan LP 95 cm

HASIL DISKUSI KASUS 11. Anamnesis: Identitas Pasien (Nama, Umur , Alamat, Pekerjaan) Keluhan Utama Keluhan Tambahan/Penyerta Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Keluarga Pola Hidup (Kebiasaan, Aktivitas Fisik, Pola Makan) Sosial Ekonomi Faktor Resiko lain yang mungkin berpengaruh

2. Pemeriksaan Fisik dan PenunjangPemeriksaan pada hipertensi menurut PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia) (2003), terdiri atas:

1. Riwayat penyakit:

Lama dan klasifikasi hipertensi

Pola hidup

Factor-faktor resiko kelainan kardiovaskular

Riwayat penyakit kardiovaskular

Gejala-gejala yang menyertai hipertensi

Target organ yang rusak

Obat-obatan yang sedang atau pernah digunakan

Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

Perhatikan pembesaran jantung, distensi vena jugularis, hepatomegali, dan edema perifer. Hal ini merupakan tanda-tanda gagal jantung

Perhatikan denyut nadi, jika berkurang atau hilang hal ini dapat mengindikasikan penyakit ateri perifer.

b. Hitung tekanan darah minimal 2 kali selang dua menit

c. Periksa tekanan darah lengan kontralateral

d. Tinggi dan berat badan

Dari penghitungan ini perlu dicari IMT pasien. Hal ini perlu dilakukan untuk membuat target pengobatan yang tepat bagi pasien jika membutuhkan penurunan berat badan. Pasien dengan status gizi obese memiliki predisposisi untuk kejadian penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi.

Perlu juga untuk menghitung lingkar pinggang. Hal ini dapat menentukan apakah pasien memiliki criteria sindrom metabolic atau beresiko untuk DM 2. Resiko tinggi pada pengukuran >102 cm untuk pria dan >88

e. Pemeriksaan funduskopi

Jika memungkinkan, pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat perubahan pada area mata untuk menemukan kelainan seperti xanthoma.

f. Pemeriksaan leher, jantung, abdomen dan ekstremitas

g. Reflex saraf

Pemeriksaan neurologi perlu dilakukan karena dapat mengungkapkan tanda dari stroke sebelumnya dan pengobatan yang harus diterapkan.

Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium:

Urinalisa

a. Albuminuria:

Jika terdapat albumin dalam urin, mengindikasikan kelainan ginjal dan juga dihubungkan dengan resiko kejadian kardiovaskular. Idealnya, rasio albumin/creatinine harus diperoleh. Uji dipstick dapat juga membantu hasil dari kadar albumin da creatinin

b. Sel darah merah dan putih:

Hasil yang positif dapat menandakan infeksi saluran kemih, batu ginjal, atau penyakit serius lainnya termasuk tumor kandung kemih.

Darah: Platelet, fibrinogen

Sebaiknya digunakan sampel gula darah puasa agar terlihat level GDP dan profil lipid yang lebih akurat.

Biokimia: potassium, sodium, creatinin, GDS, profil lipid, asam urat

a. Elektrolit:

Potassium: meningkat pada keadaan gangguan ginjal, juga creatinin yang meningkat. Menurun pada keadaan berlebihnya aldosteron

b. Konsentrasi gula darah puasa:

Jika meningkat, dapat mengindikasikan kelainan toleransi gula, atau jika sangat tinggi, mengarah pada diabetes. Jika tersedia, pengukuran hemoglobin glikat harus dilakukan untuk pemeriksaan lebih lanjut.

c. Serum creatinin dan urea nitrogen darah:

Meningkatnya level creatinin mengindikasikan kelainan pada ginjal

d. Profil lipid:

Pemeriksaan lipid meliputi kolesterol HDL dan LDL yang dapat dikaitkan dengan resiko kardiovaskular.

e. Hb/Ht

f. Tes fungsi hati

Bebrapa obat untuk hipertensi dapat mempengaruhi fungsi hati. Dan dapat mengidentifikasi steatorea pada pasien yang obese.

2. Pemeriksaan tambahan:

Foto rontgen dada

EKG 12 lead

Pemeriksaan EKG dapat memperlihatkan miokard infark sebelumnya atau hipertrofi atrium kiri dan ventrikel. EKG juga dapat mengidentifikasi cardiac aritmia seperti atrial fibrillation atau kondisi seperti heart block.

Ekokardiografi dapat juga membantu mendiagnosis hipertrofi ventrikel kiri dan menghitung kunatitas fraksi ejeksi pada pasien dengan suspek gagal jantung, meski tes ini tidak rutin bagi pasien hipertensi.

3. Diagnosa dan Diagnosa BandingDIAGNOSIS

Diagnosis hipertensi didasarkan pada peningkatan tekanan darah yang terjadi pada pengukuran yang berulang. Joint National Committee VII menuliskan diagnosis hipertensi ditegakan berdasarkan sekurang-kurangnya dua kali pengukuran tekanan darah pada saat yang berbeda. pengukuran pertama harus dikonfirmasi pada sedikitnya dua kunjungan lagi dalam waktu satu sampai beberapa minggu (tergantung dari tingginya tekanan darah tersebut).

Diagnosis hipertensi ditegakan bila dari pengukuran berulang-ulang tersebut diperoleh nilai rata-rata tekanan darah diastolik 90 mmHg dan atau tekanan darah sistolik 140 mmHg.

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut The Sevent Joint National

Committee on Prevention Detection Evaluation and Treatment of

High Blood Pressure (JNC7).

EVALUASI HIPERTENSI

Evaluasi pada pasien hipertensi bertujuan untuk :

1. Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskular lainnya atau menilai adanya penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan pengobatan.

2. Mencari penyebab kenaikan tekanan darah.

3. Menentukan ada tidaknya kerusakan target organ dan penyakit kardiovaskular.

Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.

Anamnesis meliputi:

1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah

2. Indikasi adanya hipertensi sekunder :

a. Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal

b. Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakaian obat-obat analgesik dan obat/bahan lain.

c. Episoda berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi (feokromositoma)

d. Episoda lemah otot dan tetani (aldosteronisme)

3. Faktor-faktor risiko

a. Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasien :

b. Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarganya

c. Riwayat diabetes melitus pada pasien atau keluarganya

d. Kebiasaan merokok

e. Pola makan

f. Kegemukan, intensitas olahraga

g. Kepribadian 4. Gejala kerusakan organ :

a. Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic attack, defisit sensoris atau motoris

b. Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuria

c. Jantung : palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki

d. Arteri perifer : ekstremitas dingin

5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya

6. Faktor-faktor pribadi, keluarga dan lingkungan.

Pemeriksaan fisik :

Selain memeriksa tekanan darah, juga untuk evaluasi penyakit penyerta, kerusakan organ target serta kemungkinan adanya hipertensi sekunder.

Pengukuran tekanan darah :

Pengukuran rutin di kamar periksa : posisi duduk dikursi istirahat 5 menit, kaki dilantai, lengan posisi setinggi jantung. Dilakukan 2 kali selang 5 menit.

Pengukuran 24 jam (ambulatory blood presure monitoring-ABPM)

Pengukuran sendiri oleh pasien

Untuk usia lanjut, dilakukan pengukuran tekanan darah dengan posisi berdiri untuk mempekirakan adanya hipotensi ortostatik atau tidak (indikasi DM atau kondisi lain).

Pemeriksaan penunjang

a. Tes darah rutin

b. Glukosa darah (sebaiknya puasa)

c. Kolesterol total serum

d. Kolesterol LDL dan HDL serum

e. Trigliserida serum (puasa)

f. Asam urat serum

g. Kreatinin serum

h. Kalium serum

i. Hemoglobin dan hematokrit

j. Urinalisis (Uji carik celup serta sedimen urin)

k. Elektrokardiogram.

l. Ekokardiogram

m. USG Karotis (dan femoral)

n. C-Reactive Proteinif

o. Mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/kreatinin urin

p. Proteinuria kuantitat (jika uji Carik (+))

q. Funduskopi (pada hipertensi berat) Pada pasien hipertensi, beberapa pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan organ target dapat dilakukan secara rutin, sedang pemeriksaan lainnya hanya dilakukan bila ada kecurigaan yang didukung oleh keluhan dan gejala pasien. Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan organ target meliputi:

1. Jantunga. Pemeriksaan fisikb. Foto polos dada (untuk melihat pembesaran jantung, kondisi arteri intrathoraks dan sirkulasi pulmoner)c. Elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia, gangguan konduksi, aritmia, serta hipertrofi ventrikel kiri)d. Ekokardiografi2. Pembuluh Daraha. Pemeriksaan fisik termasuk perhitungan pulse pressureb. Ultrasonografi (USG) karotisc. Fungsi endotel3. Otak a. Pemeriksaan neurologisb. Diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan cranial computed tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging (MRI) untuk pasien dengan keluhan gangguan neural, kehilangan memori atau gangguan kognitif.4. Mata : funduskopi5. Fungsi ginjal

a. Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria/mikro-makroalbuminuria serta rasio albumin kreatinin urin

b. Perkiraan LFG, yang untuk pasien dalam kondisi stabil dapat diperkirakan dengan menggunakan modifikasi rumus dari Cockroft-Gault sesuai dengan anjuran National Kidney Foundation (NKF) yaitu:

Klirens Kreatinin* = (140-umur) x Berat Badan x (0,85 untuk perempuan)

72 x Kreatinin Serum

*Glomerulus Filtration Rate (GFR)/LFG dalam ml/menit/1,73m2.

Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang barulah kita bisa mendiagnosa sebagai HIPERTENSI ESSENSIAL/HIPERTENSI PRIMER yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik dan pasien termasuk pada klasifikasi menurut JNC VII-HIPERTENSI STAGE 1.

DIAGNOSIS BANDING

1. Hipertensi sekunder : hiperaldosteronisme primer, feokromositoma, hipertensi dalam kehamilan, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, koarktasio, dan lain-lain.

2. Krisis Hipertensi

3. Kardiomiopati (LVH)

4. Hipertiroid

5. Sleep apnea

6. Gangguan kecemasan

7. Gagal jantung kongestif dan edema paru

8. Infark miokard

4. FisiologiSistem sirkulasiberperan dalam homeostasis dengan berfungsi sebagai sistem transportasi tubuh. Pembuluh darah mengangkut dan mendistribusikan darah yang di pompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan O2 dan nutrien,menyingkirkan zat-zat sisa,dan penyampaian sinyal hormon.Arteriyang sangat elastis mengangkut darah dari jantung ke jaringan dan berfungsi sebagai reservoir tekanan untuk terus mendorong darah sewaktu jantung sedang mengalami relaksasi dan pengisian.Tekanan darah arteri rata-ratadiatur secara ketat agar penyampaian darah ke jaringan adekuat. Jumlah darah yang mengalir melalui suatu jaringan bergantung pada kaliber arteriol (pembuluh yang banyak mengandung otot) yang memperdarahi jaringan tersebut.Kapiler,yaitu pembuluh berdinding tipis da berpori, merupakan tempat pertukaran antara darah dan jaringan sekitarnya. Sedangkanvenayang sangat lentur mengembalikan darah dari jaringan ke jantung dan juga berfungsi sebagai reservoir darah.

Pada tekanan darah,pengaturan tekanan arteri rata-rata bergantung pada curah jantung dan resistensi perifer total. Kontrol curah jantung tersebut bergantung pada pengaturan kecepatan denyut jantung danvolume sekuncup, sementara resistensi perifer total ditentukan oleh derajat vasokontriksi arteriol.

Dan akan ada pemantauan tekanan arteri rata-rata oleh refleks baroreseptor dan jika diditeksin ada penyimpangan dari keadaan normal, maka akan memberi sinyal pusat kardiovaskuler medula, yang berespon dengan menyesuaikan keluaran otonom ke jantung dan pembuluh darah untuk memulihkan tekanan darah ke tingkat normal.

Kontrol jangka panjang tekanan darah melibatkan pemeliharaan volume plasma yang sesuai melalui kontrol keseimbangan garam dan air oleh ginjal.5. Etiologi dan Faktor Resiko

Berdasarkan penyebabnya :1. Hipertensi esensial / hipertensi primer / hipertensi idiopatik : Multifaktorial (genetik, lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.)2. Hipertensi sekunder / hipertensi renal : Penyebab spesifik diketahui (penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yg berhubungan dgn kehamilan, dll).Faktor Resiko

1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasia. Keturunanb. Jenis kelaminc. Umur2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasia. Merokokb. Obesitasc. Stresd. Aktifitas Fisike. Asupan :

Asupan Natrium

Asupan Kalium Asupan Magnesium6. Epidemiologi

A. Distribusi Epidemiologi Penyakit Hipertensi Hipertensi dikenal sebagai salah satu penyebab kematian utama di Amerika, sekitar seperempat jumlah penduduk dewasa mengalami hipertensi dan insidennya lebih tinggi di kalangan afro Amerika setelah usia remaja. Penderita hipertensi tidak hanya berisiko tinggi mengalami penyakit jantung tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah.

Di Indonesia banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga merekacenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui factor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial.

Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini. Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telahbanyak dikumpulkan dan menunjukkan, di daerah pedesaanmasih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanankesehatan.

Survai penyakit jantung pada usia lanjut yang dilaksanakan Boedhi Darmojo, menemukan prevalensi hipertensi tanpa atau dengan tanda penyakitjantung hipertensi sebesar33,3% (81 orang dari 243 orang tua 50 tahun ke atas).Wanita mempunyai prevalensi lebih tinggi dari pada pria (p0,05). Dari kasus-kasus tadi, ternyata 68,4% termasuk hipertensi ringan (diastolik 95-104 mmHg), 28,1% hipertensi sedang (diastolik 105-129 mmHG) dan hanya 3,5% dengan hipertensi berat (diastolik sama atau lebih besar dengan 130 mmHg). Hipertensi pada penderita penyakit jantung iskemik ialah 16,1%, suatu persentase yang rendah bila dibandingkan dengan prevalensi seluruh populasi (33,3%),B. Distribusi epidemiologi penyakit hipertensi berdasarkan orang dan tempat :1. Person (orang)Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit hipertensi dilihat dari segi orang : UmurPenyakit hipertensi pada kelompok umur paling dominant berumur (31-55tahun). Hal ini dikarenakan seiring bertambahnya usia, tekanan darah cenderung meningkat. Yang man penyakit hipertensi umumnya berkembang pada saat umur seseorang mencapau paruh baya yakni cenderung meningkat khususnya yang berusia lebih dari 40 tahun bahkan pada usia lebih dari 60 tahun keatas. Jenis kelaminPenyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan pada perempuan meningkat seiring dengan bertambahnya usia yang mana pada perempuanmasa premenopause cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi daripada laki-laki penyebabnya sebelum menopause, wanita relatife terlindungi dari penyakit kardiovaskuler oleh hormone estrogen yang dimana kadar estrogen menurun setelah menopause. Status gizi : KeadaanZat gizi seperti karbohidrat, protein dan lemak .Kekuranganatau kelebihan salah satu unsur zat gizi akan menyebabkan kelainan atau penyakit. Oleh karena itu, perlu diterapkan kebiasaan makanan yangseimbang sejak usia dini dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu agar tercapai kondisi kesehatan yang prima.Dimana ini merupakan faktor penting sebagaizat pembangun atau protein ini penting untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel rusak yang didapatkan dari bahan makanan hewani atau tumbuh-tumbuhan (nabati).Sehingga inisebagai penunjang untuk membantu menyiapkan makanan khusus serta mengingatkan kepada penderita, makanan yang harus dihindari/dibatasi. Faktor psikokulturalPenyakit Hipertensi ada banyak hubungan antara psiko-kultural, tetapi belum dapat diambil kesimpulan.Namun pada dasarnyadapat berpengaruh apabaila terjadistres, psikososial akut menaikkan tekanan darah secara tiba-tiba yang mana ini merupakan penyebab utamaterjadinya penyakit hipertensi dan merupakan masalah kesehatan yang layak untuk perlu diperhatikan .2. Place (tempat)Tempat yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kasus hipertensi adalah merupakan wilayah yang berdominan dipesisir dari pada dipegunungan. Yang dimana penduduk yang berdomisil didaerah pesisir lebih rentan terhadap penyakit hipertensi karena tingkat mengkonsumsi garam lebih tinggi atau berlebihan dibanding daerah pegunungan yang kemungkinan lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan7. Patofisiologi

8. Manifestasi KlinikPeninggian tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi esensial. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung.

Gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing, atau migran sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi esensial. Pada survey hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala seperti berikut :

1. Pusing

2. Mudah marah

3. Telnga berdengung

4. Mimisan (jarang)

5. Sukar tidur

6. Sesak nafas

7. Rasa berat di tengkuk

8. Mudah lelah

9. Mata berkunang-kunang9. PenatalaksanaanJNC 7 ALGORITHM

JNC8 ALGORITMDiuretik

Bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dan menyebabkan ginjal meningkatkan ekskresi garam dan air. sehingga mengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel. TD turun akibat berkurangnya curah jantung, sedangkan resistensi perifer tidak berubah pada awal terapi. Pada pemberian kronik, volume plasma kembali tetapi masih kira-kira 5% dibawah nilai sebelum pengobatan. Curah jantung kembali mendekati normal.TD tetap turun karena sekarang resistensi perifer menurun. Vasodilatasi perifer yang terjadi kemudian tampaknya bukan efek langsung tiazid tetapi karena adanya penyesuaian pembuluh darah perifer terhadap pengurangan volume plasma yang terus-menerus. Kemungkinan lain adalah berkurangnya volume cairan interstisial berakibat berkurangnya kekakuan dinding pembuluh darah dan bertambahnya daya lentur (compliance) vaskular.

A. Diuretik Tiazid

Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada pars asendens ansa henle tebal, yang menyebabkan diuresis ringan. Suplemen kalium mungkin diperlukan karena efeknya yang boros kalium.

1. Tablet Hidroclorotiazide

Sediaan obat :Tablet

Mekanisme kerja :mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium sehingga volume darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer menurun. Dan menghambat reabsorpsi natrium dan klorida dalam pars asendens ansa henle tebal dan awal tubulus distal. Hilangnya K+, Na+, dan Cl- menyebabkan peningkatan pengeluaran urin 3x. Hilangnya natrium menyebabkan turunnya GFR.

Farmakokinetik :diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Didistribusi keseluruh ruang ekstrasel dan hanya ditimbun dalam jaringan ginjal.

Indikasi :digunakan untuk mengurangi udema akibat gagal jantung, cirrhosis hati, gagal ginjal kronis, hipertensi, Obat awal yang ideal untuk hipertensi, edema kronik, hiperkalsuria idiopatik. Digunakan untuk menurunkan pengeluaran urin pada diabetes inspidus (GFR rendah menyebabkan peningkatan reabsorpsi dalam nefron proksimal, hanya berefek pada diet rendah garam)

Kontraindikasi :hypokalemia, hypomagnesemia, hyponatremia, hipertensi pada kehamilan, hiperurisemia, hiperkalsemia, oliguria, anuria, kelemahan, penurunan aliran plasenta, alergi sulfonamide, gangguan saluran cerna.

Dosis : Dewasa 25 50 mg/hr, Anak 0,51,0 mg/kgBB/ 12 24 jamB. Loop Diuretic

Lebih potensial dibandingkan tiazid dan harus digunakan dengan hati-hati untuk menghindari dehidrasi. Obat-obat ini dapat mengakibatkan hipokalemia, sehingga kadar kalium harus dipantau ketat. (Furosemid/Lasix)

1. Furosemide

Sediaan obat :Tablet,capsul, injeksi.

Mekanisme kerja :mengurangi reabsorbsi aktif NaCl dalam lumen tubuli ke dalam intersitium pada ascending limb of henle dan menghambat reabsorpsi klorida dalam pars asendens ansa henle tebal. K+ banyak hilang ke dalam urin.

Indikasi :Diuretik yang dipilih untuk pasien dengan GFR rendah dan kedaruratan hipertensi. Juga edema, edema paru dan untuk mengeluarkan banyak cairan. Kadangkala digunakan untuk menurunkan kadar kalium serum.Edema paru akut, edema yang disebabkan penyakit jantung kongesti, sirosis hepatis, nefrotik sindrom, hipertensi.

Kontraindikasi :wanita hamil dan menyusui

Efek samping :pusing. Lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare. Hiponatremia, hipokalemia, dehidrasi, hiperglikemia, hiperurisemia, hipokalsemia, ototoksisitas, alergi sulfonamide, hipomagnesemia, alkalosis hipokloremik, hipovolemia.

Interaksi obat :indometasin menurunkan efek diuretiknya, efek ototoksit meningkat bila diberikan bersama aminoglikosid. Tidak boleh diberikan bersama asam etakrinat. Toksisitas silisilat meningkat bila diberikan bersamaan.

Dosis : Dewasa 40 mg/hr , Anak 2 6 mg/kgBB/hrC. Diuretik Hemat Kalium

Meningkatkan ekskresi natrium dan air sambil menahan kalium. Obat-obat ini dipasarkan dalam gabungan dengan diuretic boros kalium untuk memperkecil ketidakseimbangan kalium. (Spirinolactone)

1. Amilorid

Mekanisme Kerja: secara langsung meningkatkan ekskresi Na+ menurunkan sekresi K+ dalam tubulus kontortus distal.

Indikasi :Digunakan bersama diuretik lain karena efek hemat K+ mengurangi efek hipokalemik. Dapat mengoreksi alkalosis metabolik.

Efek tak diinginkan :Hiperkalemia, kekurangan natrium atau air. Pasien dengan diabetes militus dapat mengalami intoleransi glukosa.

2. Spironolakton

Mekanisme Kerja: antagonis aldosteron (aldosteron menyebabkan retensi Na+). Juga memiliki kerja serupa dengan amilorid.

Indikasi :digunakan dengan tiazid untuk edema (pada gagal jantung kongestif), sirosis, dan sindrom nefrotik. Juga untuk mengobati atau mendiagnosis hiperaldo-steronisme.

Efek tak diinginkan :seperti amilorid. Juga menyebabkan ketidakseimbangan endokrin (jerawat, kulit berminyak, hirsutisme, ginekomastia).

3. Triamterin

Mekanisme Kerja :secara langsung menghambat reabsorpsi Na+ serta sekresi K+ dan H+ dalam tubulus koligentes.

Indikasi :tidak digunakan untuk hiperaldosteronisme. Lain-lain seperti Spironolakton.

Efek tak diinginkan :dapat menyebabkan urin menjadi biru dan menurunkan aliran darah ginjal. Lain-lain seperti amilorid.

D. Diuretik Osmotik

Menarik air ke urin, tanpa mengganggu sekresi atau absorpsi ion dalam ginjal. (Manitol/Resectisol).

1. Manitol

Mekanisme kerja :secara osmotic menghambat reabsorpsi natrium dan air. Awalnya menaikkan volume plasma dan tekanan darah.

Indikasi :gagal ginjal akut, glaucoma, sudut tertutup akut, edema otak, untuk menghilangkan kelebihan dosis beberapa obat.

Efek tak diinginkan :sakit kepala, mual, muntah, menggigil, pusing, polidipsia, letargi, kebingungan, dan nyeri dada.

Anti Adrenergik

Agonis adrenergik meningkatkan tekanan darah dengan merangsang jantung (reseptor 1) dan/atau membuat konstriksi pembuluh darah perifer (reseptor 1). Pada pasien hipertensi, efek adrenergik dapat ditekan dengan menghambat pelepasan agonis adrenergik atau melakukan antagonisasi reseptor adrenergik.

1. Penghambat pelepasan adrenergik prasinaptik;

dibagi menjadi antiadrenergik sentral dan perifer. Antiadrenergik sentral mencegah aliran keluar simpatis (adrenergic) dari otak dengan mengaktifkan reseptor 2 penghambat. Antiadrenergik perifer mencegah pelepasan norepinefrin dari terminal saraf perifer (misal yang berakhir di jantung). Obat-obat ini mengosongkan simpanan norepinefrin dalam terminal-terminal saraf.

2. Blocker alfa dan beta

bersaing dengan agonis endogen memperebutkan reseptor adrenergik. Penempatan reseptor 1 oleh antagonis menghambat vasokontriksi dan penempatan reseptor 1 mencegah perangsangan adrenergik pada jantung.

A. Antagonis Reseptor Beta

Bekerja pada reseptor Beta jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.

1. Asebutol

Sediaan obat :tablet, kapsul.

Mekanisme kerja :menghambat efek isoproterenol, menurunkan aktivitas renin, menurunka outflow simpatetik perifer.

Indikasi :hipertensi, angina pectoris, aritmia,feokromositoma, kardiomiopati obtruktif hipertropi, tirotoksitosis.

Kontraindikasi :gagal jantung, syok kardiogenik, asma, diabetes mellitus, bradikardia, depresi.

Efek samping :mual, kaki tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, lesu

Interaksi obat :memperpanjang keadaan hipoglikemia bila diberi bersama insulin. Diuretic tiazid meningkatkan kadar trigleserid dan asam urat bila diberi bersaa alkaloid ergot. Depresi nodus AV dan SA meningkat bila diberikan bersama dengan penghambat kalsium

Dosis :2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr).

2. Atenolol

Golongan ini merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah bekerja dengan melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar pembuluh darah.

Sediaan obat :Tablet

Mekanisme kerja :pengurahan curah jantung disertai vasodilatasi perifer, efek pada reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor di ginjal.

Indikasi :hipertensi ringan sedang, aritmia

Kontraindikasi :gangguan konduksi AV, gagal jantung tersembunyi, bradikardia, syok kardiogenik, anuria, asma, diabetes.

Efek samping :nyeri otot, tangan kaki rasa dingin, lesu, gangguan tidur, kulit kemerahan, impotensi.

Interaksi obat :efek hipoglikemia diperpanjang bila diberikan bersama insulin. Diuretik tiazid meningkatkan kadar trigliserid dan asam urat. Iskemia perifer berat bila diberi bersama alkaloid ergot.

Dosis :2 x 40 80 mg/hr

3. Metoprolol

Sediaan obat :Tablet

Mekanisme kerja :pengurangan curah jantung yang diikuti vasodilatasi perifer, efek pada reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor beta 1 di ginjal.

Farmakokinetik :diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari.

Farmakodinamik :penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan darah.Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta dan dapat masuk ke ASI.

Indikasi :hipertensi, miokard infard, angina pectoris

Kontraindikasi :bradikardia sinus, blok jantung tingkat II dan III, syok kardiogenik, gagal jantung tersembunyi

Efek samping :lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia,mimpi buruk,diare

Interaksi obat :reserpine meningkatkan efek antihipertensinya

Dosis :50 100 mg/kg

4. Propranolol

Sediaan obat :Tablet

Mekanisme kerja :tidak begitu jelas, diduga karena menurunkan curah jantung, menghambat pelepasan renin di ginjal, menghambat tonus simpatetik di pusat vasomotor otak.

Farmakokinetik :diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari. Sangat mudah berikatan dengan protein dan akan bersaing dengan obat obat lain yang juga sangat mudah berikatan dengan protein.

Farmakodinamik :penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta dan dapat masuk ke ASI.

Indikasi :hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren, stenosis subaortik hipertrofi, miokard infark, feokromositoma

Kontraindikasi :syok kardiogenik, asma bronkial, brikadikardia dan blok jantung tingkat II dan III, gagal jantung kongestif. Hati hati pemberian pada penderita diabetes mellitus, wanita haminl dan menyusui.

Efek samping :bradikardia, insomnia, mual, muntah, bronkospasme, agranulositosis, depresi.

Interaksi obat :hati hati bila diberikan bersama dengan reserpine karena menambah berat hipotensi dan kalsium antagonis karena menimbulkan penekanan kontraktilitas miokard. Henti jantung dapat terjadi bila diberikan bersama haloperidol. Fenitoin, fenobarbital, rifampin meningkatkan kebersihan obat ini. Simetidin menurunkan metabolism propranolol. Etanolol menurukan absorbsinya.

Dosis :dosis awal 2 x 40 mg/hr, diteruskan dosis pemeliharaan.

B. Antagonis Reseptor Alfa

Menghambat reseptor alfa diotot polos vaskuler yang secara normal berespon terhadap rangsangan simpatis dengan vasokonstriksi.

1. Metil Dopa

Indikasi:Hipertensi, bersama dengan diuretika, krisis hipertensi jika tidak diperlukan efek segera.

Kontraindikasi:depresi, penyakit hati aktif, feokromositoma, porfiria, dan hipersensitifitas

Efek samping:mulut kering, sedasi, depresi, mengantuk, diare, retensi cairan, kerusakan hati, anemia hemolitika, sindrom mirip lupus eritematosus, parkinsonismus, ruam kulit, dan hidung tersumbat

Dosis dan aturan pakai:oral 250mg 2 kali sehari setelah makan, dosis maksimal 4g/hari, infus intravena 250-500 mg diulangi setelah enam jam jika diperlukan.

2. Reserpin

Mekanisme kerja :sebagian mengosongkan simpanan katekolamin pada system saraf perifer dan mungkin pada SSP. Menurunkan resistensi perifel total, frekuensi jantung, dan curah jantung.

Indikasi :jarang digunakan untuk hipertensi ringan sampai sedang. Tidak dianjurkan pada kelainan psikiatri.

Efek tak diinginkan :dominan parasimpatik (brakikardi, diare, bronkokonstriksi, peningkatan sekresi), penurunan kontraktilitas dan curah jantung, hipotensi postural (mengosongkan norepinefrin sehingga menghambat vasokonstriksi), ulkus peptikum, sedasi, dan depresi bunuh diri, gangguan ejakulasi, ginekomastia. Risiko hipertensi balik rendah karena durasi kerja lama.

3. Guanetidin

Mekanisme kerja :seperti guanetidin, tapi bekerja lebih cepat, melepaskan norepinefrin pada awalnya (peningkatan sementara tekanan darah), dan mempunyai aktivitas sedikit.

Indikasi :hipertensi ringan sampai sedang.

Efek tak diinginkan ;seperti guanetidin tapi kurang berat.

4. Pargilin

Mekanisme kerja :menghambat monoamine oksidase dalam saraf adrenergik. Menghambat pelepasan norepinefrin.

Indikasi :karena efek berbahaya, obat ini merupakan obat antihipertensi pilihan terakhir.

Efek tak diinginkan :efek yang mengancam jiwa (stroke, krisis hipertensi, infark miokardial, aritmia) dapat terjadi bila diminum bersama makanan (produk fermentasi, keju) dan obat-obat (pil diet, obat-obat flu) yang mengandung simpatomimetik.

C. Antagonis Kalsium

Menurunkan kontraksi otot polos jantung dan atau arteri dengan mengintervensi influks kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi. Penghambat kalsium memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menurunkan denyut jantung. Volume sekuncup dan resistensi perifer.

1. Diltiazem

Sediaan obat :Tablet, kapsul

Mekanisme kerja :menghambat asupan, pelepasan atau kerja kalsium melalui slow cannel calcium.

Indikasi :hipertensi, angina pectoris, MCI, penyakit vaskuler perifer.

Kontraindikasi :wanita hamil dan menyusui, gagal jantung.

Efek samping :bradikardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan saluran cerna.

Interaksi obat :menurunkan denyut jantung bila diberikan bersama beta bloker. Efek terhadap konduksi jantung dipengaruhi bila diberikan bersama amiodaron dan digoksin. Simotidin meningkatkan efeknya.

Dosis :3 x 30 mg/hr sebelum makan

2. Nifedipin

Sediaan obat :Tablet, kaplet

Mekanisme kerja :menurunkan resistensi vaskuler perifer, menurunkan spasme arteri coroner.

Indikasi :hipertensi, angina yang disebabkan vasospasme coroner, gagal jantung refrakter.

Kontraindikasi :gagal jantung berat, stenosis beratEfek samping :sakit kepala, takikardia, hipotensi, edema kaki.

Interaksi obat :pemberian bersama beta bloker menimbulkan hipotensi berat atau eksaserbasi angina. Meningkatkan digitalis dalam darah. Meningkatkan waktu protombin bila diberikan bersama antikoagulan. Simetidin meningkatkan kadarnya dalam plasma.

DOSIS :3 X 10 MG/HR

3. Verapamil

Sediaan obat :Tablet, injeksi

Mekanisme kerja :menghambat masuknya ion Ca ke dalam sel otot jantung dan vaskuler sistemik sehingga menyebabkan relaksasi arteri coroner, dan menurunkan resistensi perifer sehingga menurunkan penggunaan oksigen.

Indikasi :hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren.

Kontraindikasi :gangguan ventrikel berat, syok kardiogenik, fibrilasi, blok jantung tingkat II dan III, hipersensivitas.

Efek samping :konstipasi, mual, hipotensi, sakit kepala, edema, lesu, dipsnea, bradikardia, kulit kemerahan.

Interaksi obat :pemberian bersama beta bloker bias menimbulkan efek negative pada denyut, kondiksi dan kontraktilitas jantung. Meningkatkan kadar digoksin dalam darah. Pemberian bersama antihipertensi lain menimbulkan efek hipotensi berat. Meningkatkan kadar karbamazepin, litium, siklosporin. Rifampin menurunkan efektivitasnya. Perbaikan kontraklitas jantung bila diberi bersama flekaind dan penurunan tekanan darah yang berate bila diberi bersama kuinidin. Fenobarbital nemingkatkan kebersihan obat ini.

Dosis :3 x 80 mg/hr

Vasodilator

A. ACE Inhibitor

Berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Hal ini menurunkan tekanan darah baik secara langsung menurunkan resisitensi perifer. Dan angiotensin II diperlukan untuk sintesis aldosteron, maupun dengan meningkatkan pengeluaran netrium melalui urine sehingga volume plasma dan curah jantung menurun.

1. Captopril

Sediaan obat :Tablet

Mekanisme kerja :menghambat enzim konversi angiotensin sehingga menurunkan angiotensin II yang berakibat menurunnya pelepasan renin dan aldosterone.dan menghambat ACE pada paru-paru, yang mengurangi sintesis vasokonstriktor, angiotensin II. Menekan aldosteron, mengakibatkan natriuesis. Dapat merangsang produksi vasodilator (bradikinin, prostaglandin).

Indikasi :hipertensi, gagal jantung. hipertensi, terutama berguna untuk hipertensi dengan rennin tinggi. Obat yang disukai untuk pasien hipertensi dengan nefropatidiabetik karena kadar glukosa tidak dipengaruhi.

Kontraindikasi :hipersensivitas, hati hati pada penderita dengan riwayat angioedema dan wanita menyusui. Dan semua penghambat ACE : dosis pertama hipotensi, pusing, proteinuria, ruam, takikardi, sakit kepala. Kaptopril jarang menyebabkan agrunolositosis atau neutropenia.

Dosis :2 3 x 25 mg/hr.

2. Ramipril

Sediaan obat :Tablet

Mekanisme kerja :menghambat enzim konversi angiotensin sehingga perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II terganggu, mengakibatkan menurunnya aktivitas vasopressor dan sekresi aldosterone.

Indikasi :hipertensi

Kontraindikasi :penderita dengan riwayat angioedema, hipersensivitas. Hati hati pemberian pada wanita hamil dan menyusui.

Dosis :awal 2,5 mg/hr

Dietary Approch To Stop Hypertension

10. Komplikasi

Komplikasi Hipertensi:

1. Stroke

Hipertensi adalah faktor resiko yang penting dari stroke dan serangan transient iskemik. Pada penderita hipertensi 80% stroke yang terjadi merupakan stroke iskemik, yang disebabkan karena trombosis intra-arterial atau embolisasi dari jantung dan arteri besar. Sisanya 20% disebabkan oleh pendarahan (Haemorrhage), yang juga berhubungan dengan nilai tekanan darah yang sangat tinggi. Penderita hipertensi yang berusia lanjut cenderung menderita stroke dan pada beberapa episode menderita iskemia serebral yang mengakibatkan hilangnya fungsi intelektual secara progresif dan dementia. Studi populasi menunjukkan bahwa penurunan tekanan darah sebesar 5mmHg menurunkan terjadinya stroke.

2. Penyakit Jantung Koroner

Nilai tekanan darah menunjukan hubungan yang positif dengan resiko terjadinya penyakit jantung koroner (angina, infark miokard atau kematian mendadak), meskipun kekuatan hubungan ini lebih rendah dari pada hubungan antara nilai tekanan darah dan stroke. Kekuatan yang lebih rendah ini menunjukan adanya faktor-faktor resiko lain yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Meskipun demikian, suatu percobaan klinis yang melibatkan sejumlah besar subyek penelitian (menggunakan -Blocer dan tiazid) menyatakan bahwa terapi hipertensi yang adequate dapat menurunkan resiko terjadinya infark miokard sebesar 20%.

3. Gagal Jantung

Bukti dari suatu studi epidemiologik yang bersifat retrospektif menyatakan bahwa penderita dengan riwayat hipertensi memiliki resiko 6x lebih besar untuk menderita gagal jantung dari pada penderita tanpa riwayat hipertensi. Data yang ada menunjukkan bahwa pengobatan hipertensi, meskipun tidak dapat secara pasti mencegah terjadinya gagal jantung , namun dapat menunda terjadinya gagal jantung selama beberapa dekade.

4. Hipertrofi Ventrikel Kiri

Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respon kompensasi terhadap peningkatan afterload terhadap jantung yang disebabkan oleh tekanan darah yang tinggi. Pada akhirnya peningkatan massa otot melebihi suplai oksigen, dan hal ini bersamaan dengan penurunan cadangan pembuluh darah koroner yang sering dijumpai pada penderita hipertensi, dapat menyebabkan terjadinya iskemik miokard. Penderita hipertensi dengan hipertrofi ventrikel kiri memiliki peningkatan resiko terjadinya cardiac aritmia (fibrilasi atrial dan aritmia ventrikular) dan penyakit Atherosklerosis Vaskular (penyakit koroner dan penyakit arteri perifer).

5. Penyakit Vaskular

Penyakit vaskular meliputi abdominal aortic aneurysm dan penyakit vaskular perifer. Kedua penyakit ini menunjukan adanya Atherosklerosis yang diperbesar oleh hipertensi. Hipertensi juga meningkatkan terjadinya lesi Atherosklerosis pada arteri carotid, dimana lesi Atherosklerosis yang berat seringkali merupakan penyebab terjadinya stroke.

6. Retinopati

Hipertensi dapat menimbulkan perubahan vaskular pada mata yang disebut retinopati hipersensitif. Perubahan tersebut meliputi bilateral retinalfalmshaped haemorrhages, cotton woll spots, hard exudates dan papiloedema. Pada tekanan yang sangat tinggi (diastolic >120 mmHg, kadang-kadang setinggi 180 mmHg atau bahkan lebih) cairan mulai bocor dari arteriol-arteriol kedalam retina, sehingga menyebabkan pandangan kabur, dan bukti nyata pendarahan otak yang sangat serius, gagal ginjal atau kebutaan permanent karena rusaknya retina.

7. Kerusakan Ginjal Ginjal merupakan organ penting yang sering rusak akibat hipertensi. Dalam waktu beberapa tahun hipertensi parah dapat menyebabkan insufiensi ginjal, kebanyakan sebagai akibat nekrosis febrinoid insufisiensi arteri ginjal kecil. Pada hipertensi yang tidak parah, kerusakan ginjal akibat Arteriosklerosis yang biasanya agak ringan dan berkembang lebih lambat. Perkembangan kerusakan ginjal akibat hipertensi biasanya ditandai oleh proteinuria. Proteinuria merupakan faktor resiko bebas untuk kematian akibat semua penyebab, dan kematian akibat penyakit kardiovaskular. Proteinuria dapat dikurangi dengan menurunkan tekanan darah11. Prognosis dan Edukasi

Prognosis : Tergantung pengontrolan tekanan darah pasien. Jika pasien selalu mengontrol tekanan darahnya dengan meminum obat dan menghindari faktor-faktor resiko terjadinya hipertensi kemungkinan prognosis baik walaupun hipertensi tidak sembuh.

Edukasi :

1. Olahraga yang cukup : Olahraga yang di anjurkan bagi orang yang resiko tinggi terkena hipertensi : aerobik, meliputi jalan santai, jogging, bersepeda, renang secara teratur olahraga rileks seperti yoga dan meditasiSelain dapat memperlancar peredaran darah, olahraga dapat membakar lemak sehingga tidak kelebihan berat badan.

Latihan olahraga yang di anjurkan meliputi tahap-tahap : pemanasan, peregangan, latihan inti, pendinginan/cool down, perengangan. Olahraga yang baik yaitu dapat membakar energi 10 sampai 20 kalori/kg berat badan. Denyut nadi optimal setelah berkisar 65 sampai 80%. Sebelum olahraga, rencanakan secara seksama yaitu latihan yang akan di kerjakan, frekuensi latihan, intensitas latihan dan lama latihan.2. Tidak merokokCara untuk menghindari pengaruh rokok yaitu :a. Sebaiknya menghindari daerah yang terkena asap tokok, atau tutuplah hidung jika terpaksa melintas di daerah dengan asap rokokb. Jika anda seorang perokok, kurangilah jumlah batang rokok, lama menghisap, kekuatab menghisap dan banyak hisapan.c. Jika anda pernah merokok, berhentilah merokok sama sekali dengan niat yang penuh. Menghentikan merokok secara total mungkin sulit dilakukan, tetapi peluang untuk kembali merokok lebih kecil jika di banding dengan cara mengurangi perlahan-lahan. Suksesnya seseorang untuk berhenti merokok tergantung pada niat dari dalam diri perokok itu sendiri .3. Tidak minum alcohol Hipertensi dapat di hindari dengan tidak mengkonsumsi alkohil. Minuman beralkohol banyak macamnya, baik yang di buat oleh pabrik maupun tradisional. Semuanya akan membahayakan bagi penderita hipertensi. Oleh karena itu hindarilah minum minuman beralkohol.4. Mengatur pola makan Perbanyaklah minum air putih. Cara makan yang baik adalah sedikit-sedikit tetapi sering, bukan makan banyak tapi jarang. Kandungan zat dalam menu makanan juga harus diperhatikan, meliputi :

Diet rendah garamAsupan garam yang diperlukan pada orang sehat sekitar 3-5gram (setara 1 sendok teh) per hari . Jika tubuh banyak berkeringat, sering buang air kecil serta diare naka memerlukan asupan garam yang lebih. Kelebihan garam dapat menyebabkan hipertensi, resiko dehidrasi dan kram, darah mengental (penyebab penyakit jantung dan stroke), mengikat cairan yang banyak serta dapat mengendap di pergelangan kaki dan daerah tengah tubuh.

Diet rendah garam diperlukan terutama pada orang yang punya potensi tinggi hipertensi, dapat dilakukan dengan cara :1. Gunakan garam sebagai bumbu masakan secukupnya saja, pebangan rempah dan kurang garam.2. Jangan menambahkan garam pada hidangan yang siap di santap. Jauhkan dari meja makan.3. Kurangi minum minuman bersida, minuman kaleng dan botol. Minuman bersida dan berpengawet banyak mengandung sodium (natrium)4. Kurangi makan daging,ikan kerang , kepiting dan shsh, camilan/snack yang asin dna gurih.5. Hindari makan makanan ikar asin, telur asin, otak, vetsin (MSG), soda kue, jeroan, sarden, udang dan cumicumi.Diet rendah kolestrolMakanan yang dimakan sebaiknya mebgandung lemak baik (meningkatkan HDL) dan sedikit mengandung lemak jahat seperti kolestrol ( menurunkan LDL). Diet rendah kolestrol dapat dilakukab dengan cara :1. Kurangi makan makanan yang mengandung gula murni, daging, ayam, kuning telur dan sarden.2. Hindari makan makanan seafood , otak, jeroan, lemak hewani, mentega, susu full cream3. Makanan yang di anjurkan meliputi sayuran, buah, minyak nabati (kecuali minyak kelapa), putih telur, ikan, kacang-kacangan dna minyak zaitun jika sudah mencapai berat badan ideal, jangan melakukan diet terlalu keras.4. Imbangi dengan pola makan sehat, mengandung sumber energi, pembangun tubuh, pelindung serta pengatur tubuh. Sumber energi idea adalah 12-15# protein, 30-35% lemak dan 50-60% karbohidratIstirahat cukup tidak stress : Istirahat dapat mengurangu ketengan dan kelelahan otot bekerja sehingga mengembalikan kesegarab tubuh dan pikiran. Istirahat dengan posisi badan berbaring dapat mengembalikan aliran darah ke otak. Berusahalah untuk beristirahat setelag beberapa saat melakukan kesibukan rutinitas. Oleh karena tekanan darah dapat meningkat jika orang terkena stress, maka hindarkanlag kegiatan dan tempat-tempat yang dapat menyebabkan stress. Rekreasi ke tempat-tempat sejuk, rindang, alam bebas dan daerah yang berbeda dengan kegiatan sehari-hari dapat pula menjadi pilihan mengurangi stress.

Kontrol tekanan darah : Jika seseorang sudah mengidap hipertensi seumur hidup, harus di kontrol tiap saat. Hipertensi tidak bisa sembuh total tetapi hanya dapat dikontrol dengan obat. Jadi perku seseorang tersebut periksa tekanan darah sehari sekali agar tekanan darah dapat terkontrol dengan baik dan akan terhindar dari penyakit-penyakit kardiovaskularKESIMPULAN :

Laki-laki 54 tahun pada kasus diatas mengalami Hipertensi esensial (TD 150/95 mmHg) dengan klasifikasi hipertensi grade 1 (menurut JNC 7).DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara: Chaper 2 HIpertensi

Journal of American Society of Hypertension, Inc

Aru w.sudoyo, Bambang Setiyohadi, Indus Alwi, Marcellus S.K, Siti Setiati. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jilid II. Hal 1081-1082. Jakarta; Internal Publishing. Meena S Madhur, MD, PhD. Assistant Professor, Department of Medicine, Divisions of Clinical Pharmacology and Cardiology, Vanderbilt University School of Medicine. September 30 2014. www.medscape.com/Hypertention/DDx.