Laporan Pendahuluan Hernia Doc

46
LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA UMBILIKALIS I. KONSEP PENYAKIT A. Definisi Hernia umbilikalis merupakan hernia congenital pada umbilicus yang hanya ditutup peritoneum dan kulit, berupa penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilicus akibat peninggian tekanan intra abdomen, biasanya jika bayi menangis. Angka kejadian hernia ini lebih tinggi pada bayi premature. Hernia umbilikalis pada orang dewasa merupakan lanjutan hernia umbilikalis pada anak. Peninggian tekanan karena kehamilan, obesitas atau asites merupakan factor predisposisi. B. Etiologi

description

Hernia

Transcript of Laporan Pendahuluan Hernia Doc

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA UMBILIKALIS

I. KONSEP PENYAKIT

A. Definisi

Hernia umbilikalis merupakan hernia congenital pada umbilicus yang hanya ditutup peritoneum dan kulit, berupa penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilicus akibat peninggian tekanan intra abdomen, biasanya jika bayi menangis. Angka kejadian hernia ini lebih tinggi pada bayi premature.

Hernia umbilikalis pada orang dewasa merupakan lanjutan hernia umbilikalis pada anak. Peninggian tekanan karena kehamilan, obesitas atau asites merupakan factor predisposisi.

B. EtiologiMenurut Black,J dkk (2002).Medical Surgical Nursing, edisi 4. Pensylvania: W.B Saunders, penyebab hernia adalah:1. Kelemahan otot dinding abdomen.

a. Kelemahan jaringan

b. Adanya daerah yang luas di ligamen inguinal

c. Trauma

2. Peningkatan tekanan intra abdominal.

a. Obesitas

b. Mengangkat benda berat

c. Mengejan dan Konstipasi

d. Kehamilan

e. Batuk kronik

f. Hipertropi prostate

3. Faktor resiko: kelainan kongenital

C. Manifestasi Klinik

a. Penonjolan di daerah umbilikalisb. Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi.

c. Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram dan distensi abdomen.

d. Terdengar bising usus pada benjolan

e. Kembung

f. Perubahan pola eliminasi BAB

g. Gelisah

h. Dehidrasi

i. Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat pasien berdiri atau mendorong.

D. Klasifikasi Banyak sekali penjelasan mengenai klasifikasi hernia menurut macam, sifat dan proses terjadinya.

1) Macam-macam hernia menurut letaknya :

a. InguinalHernia inguinal ini dibagi lagi menjadi :

(1) Indirek / lateralis: Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Hal ini umumnya terjadi pada pria dari pada wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali.

(2) Direk / medialis: Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien terlihat adanya massa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis.

b. Femoral : Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan strangulasi dengan tipe hernia ini.

c. Umbilikal : Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau kegemukan.

d. Incisional : Batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah.

2) Macam-macam Hernia berdasarkan terjadinya:

a. Hernia bawaan atau kongenital Patogenesa

b. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)

3) Macam-macam Hernia menurut sifatnya :

a. Hernia reponibel/reducible,yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.

b. Hernia ireponibel, yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri tonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.

c. Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer = penjara), yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi.Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata. Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera.

E. PatofisiologiHernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren (Oswari, E. 2000).F. Pathway

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan diameterDengan inspeksi, adanya benjolan pada umbilikus dan terlihat cukup jelas.2. Pemeriksaan lab:

a. Darah lengkap: Peningkatan jumlah sel darah putih dengan pergeseran diferensial.

b. Urinalis untuk mendeteksi adanya infeksi saluran kemih

3. Pemeriksaan rontgen a. Rontgen abdomen, untuk mendeteksi penyebab lain b. Rontgen dada, untuk mengesampingkan pneumoniaH. Penatalaksanaan

1. Konservatif

a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.

b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.

c. Istirahat baring

d. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.

e. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.

2. ReposisiReposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es diatas hernia. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.3. OperatifPengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioraphy.

a. HerniotomyPada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong

b. HernioraphyPada hernioplasti/hernioraphy dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti mencegah terjadinya residif. Dikenal berbagai metode hernioplastik seperti metode Bassini, atau metode McVay. Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.I. KomplikasiAkibat dari hernia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :

1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.

2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata.

3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis strangulata.

4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.

5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan obstipasi.

6. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,

7. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,

8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.9. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.II. Asuhan Keperawatan Pre, Intra dan Post Herniotomy

A. Pengkajian Umum1. IdentitasPengkajian umum terdiri dari identitas klien mencakup nama, umur, alamat, pendidikan, agama ,suku bangsa. Identitas penanggung jawab, meliputi nama , umur, alamat, pekerjaan,dan hubungan dengan klien. Riwayat Kesehatan Klien baik Riwayat kesehatan dahulu, sekarang dan riwayat kesehatan keluarga.

2. Pola kebiasaan

a. Nutrisi

Kaji pola makanan,kebiasaanmakanandan riwayat alergi terhadap makanan

b. Pola eliminasi

Kaji frekuensi BAB dan BAK, ada tidaknya gangguan BAK dan BAB, Keluhan riwayat Diare, konstipasi dll.

c. Pola aktivitas dan latihan

Kemampuan perawatan diri01234

Makan/ minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Mobilisasi di tempat tidur

Berpindah

Ambulasi ROM

Keterangan :

0 : mandiri

1 : alat bantu

2 : dibantu orang lain

3 : dibantu orang lain dan alat

4 : tergantung total

d. Pola tidur dan istirahat

Kaji pola tidur, tingkat kenyamaan saat istirahat, dan frekuensi tidur per hari

e. Pola persepsi diri

Kaji perasaan klien tentang dirinya, keadaan yang dialami saat ini

f. Pola peran dan hubungan

Kaji perubahan peran yang dialami saat sakit dan sebelum sakit,perubahan peran yang dialami saat sakit dan sebelum sakit

g. Pola manajemen koping stress

Kaji manajemen yang biasanya dilakukan klien saat mengalami masalah, tingkat manajemen koping dan pemecahan masalah

h. System nilai dan keyakinan

Kaji kebiasaan beribadah klien, system kepercayaan dan dan budaya klien

3. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum: Keadaan umum klien, Glasgow coma scale

b. Kulit

: Ada tidaknya perubahan warna, integritas dankulit

c. Kepala

: Bentuk Kebersihan Kulit kepala, dan warna rambut

d. Mata

: Ada tidaknya konjungtivitis dan ikterik padasclera

e. Telinga

: Ada tidaknya gangguan pendengaran, kebersihan, kesimetrisan

f. Hidung

: Kebersihan, atau kelainan lain

g. Mulut

: Kebersih, ada tidaknya caries, dan infeksi mulut lainnya

h. Leher

: JVP meningkat atau tidak, ada tidaknya pergerakan yang terganggu

i. Dada

: Kesimetrisan ekspansi dada normal, tidak ada nyeri tekan

j. Paru-paru

: ekspansi paru terlihat jelas

k. Abdomen

: datar, simetris, tidak teraba massa, tidak terdapat nyeri saat dipalpasi, tidak terdapat rasa mual maupun muntah

l. Genetalia

: Ada tidaknya kelalinan pada daerah genitalia

m. Anus dan rectum: Ada Tidaknya kelainan seperti terdapat hemoroid

n. Ektrimitas

: Kelengkapan ekstermitas atas dan bawah, ada tidaknya oedema, akral teraba dingin, da nada tidaknya penurunan fungsi pergerakan

B. Persiapan Pra Operatif

a. Informed consent (tanda persetujuan secara tertulis).

b. Penyuluhan pre operasi :

1. Menjelaskan apa yang akan dihadapi oleh pasien jika ia akan dioperasi.

2. Menjelaskan bagaimana tubuh akan tetap berfungsi setelah dilakukan Herniotomy.

3. Menjelaskan bahwa akan merasa sakit / nyeri pada daerah luka / insisi setelah operasi.

4. Untuk mencegah komplikasi pasca operasi (atelektasis) pasien diajarkan tentang kesehatan paru-paru, batuk efektif, menarik nafas dalam.

c. Persiapan fisik.

1. NutrisiPasien diberi makanan yang berkadar lemak rendah, tinggi karbohidrat, protein, vitamin dan kalori. Pasien harus berpuasa 12 18 jam sebelum operasi.

2. CairanPasien tidak boleh minum selama 8 jam sebelum operasi. Tindakan pemberian cairan dan elektrolit maupun plasma sebelum operasi. Perhatikan balance 6 8 jam pre operasi.

3. Hygiene

Pasien harus mandi sebelum operasi.

Kuku disikat dan cat kuku dibuang.

Mulut harus dibersihkan.

4. IstirahatMalam sebelum operasi diusahakan agar pasien dapat tidur nyenyak dan beristirahat, kalau perlu kolaborasi pemberian obat penenang.

5. Eliminasi

Kandung kencing harus kosong, sedapat mungkin kateterisasi harus dihindari.

Pengosongan isi usus dengan pemberian garam fisiologis atau di lavement.

6. Obat-obatan pre medikasi

Pre medikasi:

Adalah pemberian obat untuk menjamin anastesi dapat berjalan dengan baik dan lancar, dan bertujuan sebagai: Menghilangkan rasa gelisah dan takut sebelum operasi.

Menurunkan BM, mengurangi pemakaian O2 tubuh.

Melemahkan gerak refleks pada sistem saraf otonom untuk menahan keluarnya air liur dan sekresi di bagian atas tenggorok untuk mencegah konvulsi dan muntah.

Mengurangi pemakaian obat anestesi dasar (utama).

Analgesia, yang sering digunakan adalah:

a. Morfin untuk mengurangi perasan sakit.

b. Atrofin mengurangi sekresi dari mulut dan saluran pernafasan.

c. Obat anti muntah.

7. Kulit

Mencukur bagian yang akan dioperasi.

8. Observasi tanda-tanda vital

9. Transporting pasien

Pasien harus dibawa tepat pada waktunya, jangan terlalu cepat, sebab terlalu lama menunggu saat operasi akan menyebabkan pasien gelisah dan takut. Baju pasien diganti dengan baju khusus operasi, barang-barang berharga diserahkan pada keluarga.Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan

DiagnosaTujuanIntervensi

Kurang pengetahuan b.d prosedur/tindakan Herniatomy

Setelah diberikan penjelasan selama 2 x, tentang penyakit, pasien mengerti proses penyakitnya dan program perawatan serta Therapi yg diberikan dg:

Indikator:

Pasien mampu:

1. Menjelaskan kembali tentang penyakit,

2. Mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa cemasPengetahuan penyakit

1. Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya

2. Jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan gejala), identifikasi kemungkinan penyebab. Jelaskan kondisi tentangklien

3. Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif pengobantan

4. Diskusikan tentang terapi dan pilihannya

5. Tanyakan kembali pengetahuan klien tentang penyakit, prosedur operasi

Teaching : Preoperative

1. Informasikan klien waktu pelaksanaan prosedur operasi/perawatan

2. Informasikan klien lama waktu pelaksanaan prosedur operasi/perawatan

3. Jelaskan tujuan prosedur operasi/perawatan

4. Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan setelah prosedur operasi/perawatan

5. Pastikan persetujuan operasi telah ditandatangani

6. Lengkapi ceklist operasi

Kecemasan

Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam cemas ps hilang atau berkurang dg indikator:

1. Mengungkapkan cara mengatasi cemas

2. Mampu menggunakan coping

3. Dapat tidur

4. Mengungkapkan tidak ada penyebab fisik yang dapat menyebabkn cemas

Penurunan kecemasan

1. Bina Hub. Saling percaya

2. Libatkan keluarga

3. Jelaskan semua Prosedur

4. Hargai pengetahuan ps tentang penyakitnya

5. Bantu ps untuk mengefektifkan sumber support

6. Berikan reinfocement untuk menggunakan Sumber Coping yang efektif

C. Pengkajian Intra Operatif

Di ruang penerimaan perawat sirkulasi :a) Memvalidasi identitas klien.

b) Memvalidasi inform concent.

Chart Review :

a) Memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi kebutuhan actual dan potensial selama pembedahan Herniatomy.

b) Mengkaji dan merencanakan kebutuhan klien selama dan sesudah operasi.

Perawat menanyakan :

a) Riwayat allergi, reaksi sebelumnya terhadap anesthesia atau tranfusi darah.

b) Check riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.

c) Check pengobatan sebelumnya : therapy, anticoagulasi.

d) Check adanya gigi palsu, kontaks lens, perhiasan, wigs dan dilepas.

e) Kateterisasi.

Diagnosis keperawatan

DiagnosaTujuanIntervensi

Resiko infesi, dengan faktor resiko: Prosedur invasif: Herniatomy, infus, DCNOC: Kontrol infeksi

Selama dilakukan tindakan operasi tidak terjadi transmisi agent infeksi.

Indikator:

Alat dan bahan yang dipakai tidak terkontaminasiNIC: kontrol infeksi intra operasi

1. gunakan pakaian khusus ruang operasi

2. Pertahankan prinsip aseptic dan antiseptik

Resiko hipotermi dengan faktor resiko: Berada diruangan yang dinginNOC: control temperature

Kriteria:

1. Temperature ruangan nyaman

2. Tidak terjadi hipotermi

NIC: pengaturan temperature: intraoperatif

Aktivitas:

1. Atur suhu ruangan yang nyaman

2. Lindungi area diluar wilayah operasi

Resiko cedera dengan faktor resiko: Gangguan persepsi sensori karena anestesiNOC: control resiko

Indicator: tidak terjadi injuriNIC: surgical precousen

Aktifitas:

1. Tidurkan klien pada meja operasi dengan posisi sesuai kebutuhan

2. Monitor penggunaan instrumen, jarum dan kasa

3. Pastikantidak ada instrumen, jarum atau kasa yang tertinggal dalam tubuh klien

D. Pengkajian Post Operatif

Setelah menerima laporan dari perawat sirkulasi, dan pengkajian klien, perawat mereview catatan klien yang berhubungan dengan riwayat klien, status fisik dan emosi, sebelum pembedahan dan alergi.

Pemeriksaan Fisik Dan Manifestasi Klinik 1) System Pernafasan

Ketika klien dimasukan ke PACU, Perawat segera mengkaji klien:

a) Potency jalan nafas, ( meletakan tangan di atas mulut atau hidung.

b) Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < 10 X / menit ( depresi narcotic, respirasi cepat, dangkal ( gangguan cardiovasculair atau rata-rata metabolisme yang meningkat.

c) Auscultasi paru ( keadekwatan expansi paru, kesimetrisan.

d) Inspeksi: Pergerakan didnding dada, penggunaan otot bantu pernafasan diafragma, retraksi sternal ( efek anathesi yang berlebihan, obstruksi.

e) Thorax Drain.

2) Sistem Cardiovasculer.

a) Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tiap 15 menit ( 4 x ), 30 menit (4x). 2 jam (4x) dan setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi stabil.

b) Penurunan tekanan darah, nadi dan suara jantung ( depresi miocard, shock, perdarahan atau overdistensi.

c) Nadi meningkat ( shock, nyeri, hypothermia.

d) Kaji sirkulasi perifer (kualitas denyut, warna, temperatur dan ukuran ektremitas).

e) Homans saign ( trombhoplebitis pada ekstrimitas bawah (edema, kemerahan, nyeri).

3) Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit

a) Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit, balutan.

b) Ukur cairan ( NG tube, out put urine, drainage luka.

c) Kaji intake / out put.

d) Monitor cairan intravena dan tekanan darah.

4) Sistem Persyarafan

a) Respon pupil, kekuatan otot, koordinasi. Anesthesia umum ( depresi fungsi motor.

5) Sistem Perkemihan.

a) Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali setelah 6 8 jam post anesthesia inhalasi, IV, spinal.

Anesthesia, infus IV, manipulasi operasi ( retensio urine.

Pencegahan : Inspeksi, Palpasi, Perkusi( abdomen bawah (distensi buli-buli).

b) Dower catheter ( kaji warna, jumlah urine, out put urine < 30 ml / jam ( komplikasi ginjal.

6) Sistem Gastrointestinal.

a) Mual muntah

b) Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus.

c) Kaji paralitic ileus ( suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus

7) Sistem Integumen.

a) Luka bedah sembuh sekitar kurang lebih 2 minggu. Jika tidak ada infeksi, trauma, malnutrisi, obat-obat steroid.

b) Penyembuhan sempurna sekitar 6 bulan satu tahun.

c) Ketidak efektifan penyembuhan luka

Diagnosa dan Intervensi keperawatan Post Operasi

Diagnosa TujuanIntervensi

Gangguan pertukaran gas, berhubungan dengan efek sisa anesthesia, imobilisasi, nyeri.

NOC :

1. Respiratory Status : Gas exchange

2. Respiratory Status : ventilation

3. Vital Sign Status

Kriteria Hasil :

1. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat

2. Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan

3. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

4. Tanda tanda vital dalam rentang normal

NIC :

Airway Management

1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

4. Pasang mayo bila perlu

5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu

6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

8. Lakukan suction pada mayo

9. Berika bronkodilator bila perlu

10. Barikan pelembab udara

11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

12. Monitor respirasi dan status O2Respiratory Monitoring

1. Monitor rata rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi

2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal

3. Monitor suara nafas, seperti dengkur

4. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot

5. Catat lokasi trakea

6. Monitor kelelahan otot diagfragma ( gerakan paradoksis )

7. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan

8. Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama

9. Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka Herniatomy, drain dan drainage.

NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes

Kriteria Hasil :

1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)

2. Tidak ada luka/lesi pada kulit

3. Perfusi jaringan baik

4. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang

5. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

NIC :

Pressure Management

1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

2. Hindari kerutan padaa tempat tidur

3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali

5. Monitor kulit akan adanya kemerahan

6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan

7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

8. Monitor status nutrisi pasien

9. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

Nyeri akut berhubungan dengan incisi pembedahan Herniatomy dan posisi selama pembedahan Herniatomy.

NOC :

1. Pain Level,

2. Pain control,

3. Comfort level

Kriteria Hasil :

1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

5. Tanda vital dalam rentang normal

NIC

Pain Management

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

4. Kurangi faktor presipitasi nyeri

5. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)

6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

9. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

10. Tingkatkan istirahat

11. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

Risiko injury berhubungan dengan effect anesthesia, sedasi, analgesi.

NOC :

Risk Kontrol

kriteria hasil :

1. Klien terbebas dari cedera

2. Klien mampu menjelaskan cara/metode untukmencegah injury/cedera

3. Klien mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan/perilaku personal

4. Mampumemodifikasi gaya hidup untukmencegah injury

5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

6. Mampu mengenali perubahan status kesehatanNIC :

Environment Management (Manajemen lingkungan)

1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien

2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien

3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)

4. Memasang side rail tempat tidur

5. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

6. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.

7. Mengontrol lingkungan dari kebisingan

8. Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan

9. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan intra dan post operasi

NOC:

1. Fluid balance

2. Hydration

3. Nutritional Status : Food and Fluid Intake

Kriteria Hasil :

1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal

2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

3. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

NIC :

Fluid management

1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan

2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

3. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan

4. Monitor vital sign

5. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian

6. Lakukan terapi IV

7. Monitor status nutrisi

8. Dorong masukan oral

9. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

10. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk

Ketidak efektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan skresi NOC :

1. Respiratory status : Ventilation

2. Respiratory status : Airway patency

3. Aspiration Control

Kriteria Hasil :

1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

3. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafasNIC :

Airway suction

1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning

2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.

3. Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning

4. Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.

5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal

6. Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan

7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal

8. Monitor status oksigen pasien

9. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion

10. Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.

Airway Management

1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

4. Pasang mayo bila perlu

5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu

6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

8. Lakukan suction pada mayo

9. Berikan bronkodilator bila perlu

10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab

11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

12. Monitor respirasi dan status O2

DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansyur, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, EGC, Jaharta.

Brunner & Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 vol, EGC, Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall, 1995, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6, EGC, Jakarta

Carpenito, Lynda Juall, 1995, Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan Edisi 2, EGC, Jakarta

Engram, Barbara,1999, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I, EGC, Jakarta

Gayton & Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, EGC, Jakarta.

Gibson, John, MD, 1995, Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat, EGC, Jakarta

Hudak & Gallo, 1996, Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Edisi VI, EGC, Jakarta

Keliat, B.A. 1994, Proses Keperawatan, Arcan, Jakarta.

Made Kusala Girl, Farid Nur Mantu, 2000, Hernia Inguinalis Lateralis pada Anak-anak, Laboratorium Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang Marrilyn. E. Doengoes, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 EGC, Jakarta

Soeparman A. Sarwono Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam jilid II, UI, Jakarta.

Susan Martin Tucker, 1999, Standar Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.

Hiatus hernia

Obesitas batuk, kongental, mengedan, pengangkatan beban

Terdorong lewat dinding posterior canalis inguinal yang lemah

Cemas

Benjolan pada regio inguinal

Organ terdorong keluar melalui defek

Hernia umbikalis kongenital

Hernia inguinalis

Hernia para umbikalis

Hernia insisional

Kantung hernia keluar melalui umbikalis

Kantung hernia melewati dinding abdomen

Kantung hernia memasuki rongga thorak

Kantung hernia memasuki celah bekas insisi

Kantung hernia memasuki celah inguinal

Pembedahan

Kerusakan integritas kulit

Pemasangan elektroda

Dampak anestesi

Ekstremitas bawah tidak dapat digerakkan

SAB

Nyeri

Insisi bedah

Terputusnya kontuinitas jaringan

Luka terbuka

Mengeluarkan zat-zat proteolitik (Bradakini,histamine, prostaglandin)

Respon nyeri

Port de entry kuman

Resiko infeksi

Hambatan mobilitas fisik

Posisi tidak tepat

Resiko injury

Tekanan intra abdomen meningkat

Rusaknya integritas dinding otot perut

Hernia

Mengeluarkan zat-zat proteolitik (Bradakini,histamine, prostaglandin)

Respon nyeri

Nyeri

Abdomen terdesak

Mual, muntah

Asupan nutrisi kurang

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh