Laporan pendahuluan Halusinasi

download Laporan pendahuluan Halusinasi

of 66

description

laporan pendahuluan pada pasien dengan gangguan jiwa halusinasi stikes bina sehat ppni mojokerto

Transcript of Laporan pendahuluan Halusinasi

BAB 1PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG Halusinasi merupakan akibat adanya gangguan dalam proses berpikir dan orientasi realitas. Individu tidak mampu membedakan rangsangan internal dan eksternal. Halusinasi didefinisikan sebagai persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya suatu rangsangan dari luar. Gangguan persepsi ini meliputi seluruh panca indra. Disfungsi yang terjadi pada halusinasi menggambarkan hilangnya kemampuan menilai realitas, klien hidup dalam dunianya sendiri dan merasa terganggu dalam interaksi sosialnya sehingga menyebabkan gangguan berhubungan sosial, komunikasi susah, dan kadang-kadang membahayakan diri klien, orang lain maupun lingkungan, menunjukan bahwa klien memerlukan pendekatan asuhan keperawatan secara intensif dan komprenhensif.Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di ruang Perkutut, terdapat 70 % (dari 24 klien) yang mengalami halusinasi. Masalah keperawatan yang ada, yakni klien belum tahu bagaimana cara mengontrol halusinasinya, klien menunjukan perilaku menarik diri, hubungan interpersonal dan komunikasi kurang sebagai dampak dari timbulnya halusinasi.Menilik kondisi tersbut di atas kami kelompok terdorong mengambil topik Asuhan Keperawatan Klien S. dengan Masalah Utama Halusinasi Dengar dengan harapan dapat bersama-sama tim keperawatan ruang Perkutut pada khususnya untuk memberikan asuhan keperawatan klien halusinasi.1.2. TUJUAN Mengerti asuhan keperawatan klien halusinasi berdasarkan konsep dan teori yang benar. Menerapkan asuhan keperawatan klien halusinasi Menyebarluaskan asuhan keperawatan yang telah dilakukan kepada klien dengan halusinasi dengar.

BAB 2KONSEP DASAR

2.1. DEFINISI HALUSINASIMenurut Varcarolis, halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang paling sering adalah halusinasi prndengaran (Auditory-Hearing voices or sounds), penglihatan (Visual-seeing persons or things), penciuman (Olfactory-smelling odors), pengecapan (Gustatory-experiencing tastes) Halusinasi adalah persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa rangsang ensternal yang nyata. ( Barbara, 1997: 575 ).Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa ada rangsangan dari luaryang dapat mempengaruhi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu baik. (Carpenito, 1996).Halusinasi dengar merupakan persepsi sensoriyang salah terhadap stimulus dengar eksternal yang tidak mampu di identifikasi (Beck dan Wiliam, 1980).Halusinasi dengar merupakan adanya persepsi sensori pada pendengaran individu tanpa adanya stimulus eksternal yang nyata (Stuart dan Sundeen, 1984). Halusinasi adalah persepsi tentang obyek bayangan dan sensasi yang timbul tanpa stimulus eksternal. Individu mendengar suara tanpoa adanya rangsang akustik. Ia melihat seewkor kucing ditempat tidurnya tanpa adany seusatu yang dapa dilihat, atau mencium bau racun tanpa adanya sesuatu yang merangsang indra penciuman. (Wilson da Kneisl, 1983 hal. 406)Perubahan persepsi sensori adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami suatu perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang mendekati ( diprakarsai oleh internal atau eksternal ) dihubungkan dengan suatu kekurangan, kelebihan, penyimpangan atau kerusakan respon terhadap setiap stimulasi .( Townsend, 1998 hal 271 ).Halusinasi adalah hailangnya kemapuan manusia yang membedakan ranngsangan internal pikiran dan rangsangan eksternal ( dunia luar ), memberi persepsi atau pendapat tentang sesuatu tanpa ada objek atau rangsangan yang jelas .( Saseno, Suyabta, Erna erwati, 2002 )Halusinasi adalah persepsi sensori yang palsu yang tidak disertai dengan stimuli eksternal yang nyata, mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi waham tentang pengalaman halusinasi .(Kaplan dan sadock,1997)Halusinasi adalah penerapan tanpa adanya rangsangan apapun pada panen indra seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun dasarnya mungkin organik fungsional,psikotik atau histerik .(Maramis,1995)Dari beberapa pengertian halusinasi diatas,penulis dapat menyimpulkan bahwa halusinasi adalah persepsi sensoris yang timbul tanpa adanya rangsangan yang nyata,yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun Halusinasi merupakan salah satu disfungsi yang paling sering terjadi pada skizofrenia yang menggambarkan hilangnya kemampuan penilaian realitas. Pada waktu halusinasi klien mempunyai kesadaran penuh.

2.2. RENTANG RESPON NEUROBIOLOGISMenurut Stuart dan Sundeen (1998)dibawah ini merupakan rentang Respon Neurobiologis dari respon adaptif sampai dengan respon Maladaptif.

Respon adaptifRespon maladaptifBerdasarkan Gambar 1.1 diatas menurut Stuart dan sundeen (1998)A.Respon Adaptif 1)Pikiran logisPendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal. 2)Persepsi akuratPandangan dari seseorang tentang sesuatu peristiwa secara cermat 3)Emosi konsisten dengan pengalaman Kemantapan perasaan jiwa dengan peristiwa yang pernah dialami. 4)perilaku sesuai Kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak bertentangan dengan normal 5)Hubungan sosial Hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan ditengah-tengah masyarakat. B.Respon Transisi1) Pikiran kadang menyimpang Kegagalan dalam mengabstrakan dan mengambil kesimpulan.2)Ilusi Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori.3) Reaksi emosional berlebihan atau kurangEmosi yang diekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai.4)Perilaku ganjil atau tidak lazim.Perilaku aneh yang tidak enak dipandang,membingungkan,kesukaran mengelola dan tidak kenal orang lain.5)Menarik diriPerilaku menghindar dari orang lain. C.Respon Maladaptif1)DelusiKeyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentengan dengan realita sosial.2)HalusinasiPersepsi yang salah tanpa adanya rangsangan.3)Ketidak mampuan menalami emosiKetidak mampuan atau menurunnya kemanpuan untuk mengalami kesenangan,kebahagiaan,keakraban,dan kedekatan.4)Ketidak teraturanKetidak selarasan antara perilaku dan gerakan yang ditimbulkan.5)Isolasi SosialSuatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam.

2.3.TANDA DAN GEJALA1. Bicara, senyum / tertawa sendiri.2. Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, menghidu.3. Merusak diri sendiri / orang lain / lingkungan.4. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.5. Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi.6. Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.7. Sikap curiga dan bermusuhan.8. Ketakutan.9. Sulit membuat keputusan.10. Menarik diri, menghindari dari orang lain.11. Menyalahkan diri sendiri/ orang lain.12. Muka merah kadang pucat.13. Ekspresi wajah bingung.14. Tekanan darah naik.

2.4. PROSES TERJADINYA MASALAHHalusinasi dapat terjadi oleh karena berbagai faktor diantaranya gangguan mental, menarik diri, dan interaksi social, sidrome putus obat, keracunan obat, gangguan afektif dan gangguan tidur.Halusinasi klien timbul karena perubahan hubungan sosial. Perkembangan sosial yang tidak adekuat menyebabkan kegagalan individu untuk belajar dan mempertahankan komunikasi dengan orang lain. Akibatnya klien cenderung memisahkan diri dan hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak memerlukan kontrol orang lain. Sehingga timbulnya kesepian, isolasi sosial, hubungan yang dangkal dan tergantung (Haber, 1987).

2.5. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain

Gangguan persepsi sensori, halusinasi dengar

Isolasi sosial, menarik diri2.6. FAKTOR PENYEBAB HALUSINASI Faktor Predisposisi:a. Faktor perkembangan Tugas poerkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya control dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.b. Faktor sosio culturalSeseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.c. Faktor biokimia Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffoenon dan dimetytranverase atau DMP. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktifasinya neuro transmitter otak. Misalnya terjadi ketidak seimbangan asetilcholin dan dopamin.d. Faktor psikologisTipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada penyalah gunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruha pada ketidak mampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.e. Faktor genetic dan pola asuhPenetlitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubunghan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini. Faktor presipitasi: 1. Perilaku respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,perasaan tidak aman, gelisah, dan binggung, prilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak bisa mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan seseorang individu sebagai mahluk yang dibangun atas dasar unsure-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi yaitu

a. Dimensi fisikHalusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, pengunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alhokol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.b. Dimensi emosionalPerasaan cemas Yng berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sangup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu ketakutan tersebutc. Dimensi IntelektualDalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua prilaku klien.d. Dimensi socialKlien menglami gangguan interaksi social dalam fase awal dan comforting, klien menganggap, bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi social, control diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyatae. Dimensi spiritual Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk mensucikan diri.

2.7. TAHAPAN HALUSINASI a. Fase ConfortingTimbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, klien biasanya mengkompensasikan stressornya dengan koping imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman. Fase comforting ini dikatakan juga fase non-psikotik. b. Fase CondemingTimbul kecemasan moderate, cemas biasanya makin meninggi selanjutnya klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut mendengarkan apa-apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri (with drawl). Fase condeming ini sama halnya dengan fase comforting yaitu fase non-psikotik. c. Fase ControllingTimbul kecemasan berat, klien berusaha mengurangi suara yang timbul, tapi suara tersebut terus-menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang klien merasa sangat kesepian atau sedih. Fase controlling ini dikatakan juga fase psikotik. d. Fase Conqueringklien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti perilaku klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul perilaku suicide. Fase conquering ini sama dengan fase controlling yaitu fase psikotik.

2.8. MACAM-MACAM HALUSINASIMenurut Haber, Leach, Sdelan (1978 hal. 725) macam-macam halusinasi antara lain :a. Halusinasi dengarUcapan atau suara yang didenga r oleh klien, tetapi takl didengar dan tak ada hubungannya denagn obyek realita. Suara itu sering mencaci maki orang lain. Sering kali suara itu merupakan proyeksi dari ketidakmampuan klien menerima persepsi dari dalam dirinya yang kemudian dihibungkan dengan kekuatan luar. Contoh: Klien wanita mengalami kecemasan danm rasa bersalah untuk aborsinya yang telah dilakukan, ia mendengar Tuhan menghinanya karena tingkah laku seksual dan abortusnya. Halusinasi dengar sering terjadi pada skizofrenia.b. Halusinasi lihatBayangan atau sensasi visual yang dialami oleh klien tanpa adanya stimulus eksternal. Klien mungkin melihat bayangan dari figur obyek atau kejadian yang aneh sekali, menakutkjan atau menimbulkan rasa nyaman. Contoh : Klien laki-laki sering melihat dirinya dan keluarganya ditempakl mati oleh regu penembak untuk kejajhatan yang tidak diketahui. Gambaran ini melintas di depan matanya seperti layaknya menonton film. Halusinasi lihat sering terjadi pada klien dengan gangguan mental organik.c. Halusinasi bau atau hirupBau-bauan yang tercium berasal dari tempat yang spesifik atau tidak bisa diketahui. Contoh : Klien wanita merasa ia mempunyai personalitas yang busuk, ia mengeluh mencium daging busuk dan rambut yang terbakar berasal dari dirinya atau orang lain disekitarnya. Halusinasi ini sering terjadi pada seizure disorder.d. Halusinasi kecapYaitu rasa yang dialami tanpa ada dasarnya. Contoh : Klien laki-laki merasa isterinya telah membuatnya menderita. Setiap kali ia makan yang telah disiapkan oleh istewrinya ia merakan pahit di mulutnya. Halusinasi ini sering terjadi pada seizured disorder.e. Halusinasi rabaSensasi tubuh yang aneh dirasakan oleh klien. Halusinasi ini bisa merupakan bagian dari delusi, dan melibatkan salah persepsi terhadap bagian tubuh. Tipe halusinasi ini sering disebabkan oleh toksisiatas alkohol. Contoh : Klien wanita yang tidak memiliki anak dan sudah menopouse merasakan organ tubuhnya membatu dan ia merasakan suspensi yang sangat berat pada tubuh bagian bawah. Halusinasi ini sering terjadi pada akut alkohol withdrawl.

2.9. PENGKAJIAN KLIEN HALUSINASI Sangat penting untuk mengkaji perintah yang diberikan lewat isi halusinasi klien. Karena mungkin saja klien mendengar perintah menyakiti orang lain, membunuh, atau loncat jendela.1.) Membina Hubungan Saling Percaya dengan PasienTindakan pertama dalam melakukan pengkajian klien dengan halusinasi adalah membina hubungan saling percaya, sebagai berikut : Awali pertemuan dengan selalu mengucapkan salam. Misalnya: Assalamualaikum, selamat pagi/siang/malam atau sesuai dengan konteks agama pasien. Berkenalan dengan pasien. Perkenalkan nama lengkap dan nama panggilan perawat termasuk peran, jam dinas, ruangan, dan senang dipanggil dengan apa. Selanjutnya perawat menanyakan nama klien serta senang dipanggil dengan apa. Buat kontrak asuhan. Jelaskan kepada pasien tujuan kita merawat klien, aktivitas apa yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan itu, kapan aktivitas akan dilaksanakan, dan berapa lama akan dilaksanakan aktivitas tersebut. Bersikap empati yang ditunjukkan dengan: Mendengarkan keluhan pasien dengan penuh perhatian, tidak membantah dan tidak menyokong halusinasi pasien, segera menolong pasien jika pasien membutuhkan perawat.

2.) Mengkaji Data Objektif dan Subjektif Di rumah sakit jiwa Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusianasi suara, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penghidu, pengevap, dan perabaan. Mengkaji halusinasi dapat dilakukan dengan mengobservasi perilaku pasien dan menanyakan secara verbal apa yang sedang dialami oleh pasien. Berikut ini jenis-jenis halusinasi, data objektif dan subjektifnya. Data objektif dikaji perawat dengan cara mengobservasi perilaku pasien, memeriksa, mengukur, sedangkan data subjektif didapatkan dengan cara wawancara, curahan hati, ungkapan-ungkapan klien, apa-apa yang dirasakan dan didengar klien secara subjektif. Data ini ditandai dengan klien menyatakan atau klien merasa . Tipe halusinasi menurut Videbeck (2004: 31) sebagai berikut :Jenis HalusinasiData SubjektifData Objektif

Halusinasi Dengar (Auditory-hearing voices or sounds) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya. Mendengar suara atau bunyi Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap Mendengar seseorang yang sudah meninggal Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain atau suara lain yang membahayakan.

Mengarahkan telinga pada sumber suara. Bicara atau tertawa sendiri Marah-marah tanpa sebab Menutup telinga Mulut komat-kamit Ada gerakan tangan

Halusinasi Penglihatan (Visual-seeing persons or things) Melihat seseorang yang sudah meninggal, melihat makhluk tertentu, melihat bayangan, hantu atau sesuatu yang menakutkan, cahaya. Monster yang memasuki perawat

Tatapan mata pada tempat tertentu Menunjuk kea rah tertentu. Ketakutan pada objek yang dilihat

Halusinasi penghidup (Olfactory-smelling odors) Mencium sesuatu seperti bau mayat, darah, bayi,feses atau bau masakan, parfum yang menyenangkan. Klien sering mengatakan mencium bau sesuatu Tipe halusinasi ini sering menyertai klien demensia, kejang atau penyakit serebrovaskular

Ekspresi wajah seperti mencium sesuatu dengan gerakan cuping hidung, mengarahkan hidung pada tempat tertentu.

Halusinal perabaan (Tactile-feeling sensations) Klien mengatakan ada sesuatu yang menggerayai tubuh seperti tangan, binatang kecil, makhluk halus. Meraskan sesuatu di permukaan kulit, merasakan sangat panas atau dingin, merasakan tersengat aliran listrik

Mengusap, menggaruk-garuk, meraba-raba permukaan kulit. Terlihat menggerak-gerakan badan seperti merasakan sesuatu rabaan.

Halusinasi pengecapan (Gustatory-experincing tastes) Klien seperti sedang merasakan makanan tertentu, rasa tertentu atau mengunyah sesuatu. Seperti mengecap sesuatu. Gerakan mengunyah, meludah atau muntah

Cenesthetic & KInestetic hallucinations Klien melaporkan bahwa fungsi tubuhnya tidak dapat terdeteksi misalnya tidak adanya denyutan di otak, atau sensasi pembentukan urine dalam tubuhnya, perasaan tubuhnya melayang di atas bumi.

Klien terlihat menatap tubuhnya sendiri dan terlihat merasakan sesuatu yang aneh tentang tubuhnya.

3.) Mengkaji Waktu, Frekuensi dan Situasi Munculnya HalusinasiPerawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang dialami oleh pasien. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halunisasi. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.

4.) Mengkaji Respons Terhadap HalusinasiUntuk mengetahu dampak halusinasi pada klien dan apa respons klien ketika halusinasi itu muncul, perawat dapat menanyakan pada klien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan klien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi dampak halusinasi pada pasien jika halusinasi timbul.

5.) Perawat Mengkaji Tahapan Halusinasi KlienStage I : Sleep Disorder

Fase awal seseorang sebelum muncul halusinasiKlien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa sulit karena berbagai stressor terakumulasi, misalnya kekasih hamil, terlibat narkoba, dihianati kekasih, masalah di kampus, PHK di tempat kerja, penyakit, utang, nilai di kampus, drop out dsb. Masalah terasa menekan karena terakumulasi sedangkan support system kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk. Sulit tidur berlangsung terus-menerus sehingga terbiasa menghayal. Klien menganggap lamunan-lamunan awal tersebut sebagai pemecahan masalah.

Stage II : Comforting Moderate Level Of Anxiety

Halusinasi secara umum ia terima sebagai sesuatu yang alamiPasien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaan cemas, kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan pemikiran pada timbulnya kecemasan. Ia beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan sensorinya dapat ia control bila kecemasannya diatur, dalam tahap ini ada kecenderungan klien merasa nyaman dengan halusinasinya.

Stage III : Condemning Severe level of anxiety

Secara umum halusinasi mendatangi klienPengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami bias. Klien mulai merasa tidak mampu lagi mengontrolnya dan mulai berupaya menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang dipersepsikan klien mulai menarik diri dari orang lain dengan intensitas waktu yang lama.

Stage IV: Controlling Severa level of anxiety

Fungsi sensori menjadi tidak relevan dengan kenyataanKlien mencoba melawan suara-suara atau sensory abnormal yang datang. Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah dimulai fase gangguan Psychotic.

Stage V : Conquering Panic level of anxiety

Klien mengalami gangguan dalam menilai lingkungannyaPengalaman sensorinya terganggu, klien mulai merasa terancam dengan datangnya suara-suara terutama bila klien tidak daapt menuruti ancaman atau perintah yang di dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat berlangsung selama minimal 4 jam atau seharian bila klien tidak mendapatkan komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat.

2.10. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Risiko Tinggi Perilaku kekerasan2. Perubahan persepsi sensori halunisasi3. Isolasi social4. Harga diri rendah kronisBAB 3TRIGER CASE

3.1. KASUSBapak M, umur 41 th, duda, mempunyai satu anak perempuan berumur 15 th. Klien sudah 10 tahun bercerai. Klien beragama islam, pendidikan akademi tamat. Saat ini klien tidak bekerja. Klien tinggal di rumah hanya dengan anak perempuannya. Orang yang terdekat dangan klien adalah orang tua (ibu), tapi ibu klien telah meninggal 2 tahun yang lalu. Klien dirawat di RSJ untuk ke-3 kalinya dengan alasan amuk, merusak lingkungan dan tidak mengurus diri. Klien mengatakan bahwa dirinya tidak mampu menjadi kepala keluarga yang baik, dan tidak berdaya untuk melakukan apapun. Klien juga mengatakan bahwa ia sering mendengar suara-suara yang ingin membunuh dirinya. Suara-suara itu sangat menakutkan sehingga klien kesal dan ingin memukul-mukul, melempar barang-barang agar suara tersebut hilang. Dari observasi didapat data: rambut tidak disisir dan kotor, janggut dan kumis tdk terawat, kuku panjang dan hitam, baju kotor. Selama di RS, klien selalu menyendiri duduk di pojok atau tiduran di tempat tidur, kadang-kadang klien berjalan mondar-mandir. Klien sering berbicara sendiri.

3.2. PSIKODINAMIKAa. Predisposisi : Klien bercerai dengan istrinya 10 tahun yang lalu Klien dirawat di RSJ untuk yang ke-3 kalinya. Klien mengatakan dirinya tidak bisa menjadi kepala keluarga yang baik, dan tidak bisa melakukan apapun.b. Presipitasi : Bapak M kesal karena mendengar suara-suara yang ingin membunuh dirinya.

c. Penilaian primer : Bapak M merasa dirinya tidak berguna sehingga hal tersebut membuat dirinya minder. d. Sumber-sumber koping : Orang terdekat klien adalah ibunya, tapi ibunya 2 tahun yang lalu meninggal dan kini klien hanya tinggal dengan pembantu dan anaknya. Sehingga klien tidak mendapatkan dukungan dari keluarganya.e. Mekanisme koping : Maladaptif : klien sering amuk (marah), merusak lingkungan dan tiak mengurus dirinyaf.Model keperawatan : Model interpersonal : tidak adanya hubungan / komunikasi antara klien dan keluarga. Model eksistensi : aktualisasi diri klien terganggu, klien tidak bisa mengendalikan pikirannya dan psikologi dalam keluarganya, serta tidak bisa bereksplorasi diri.

3.3. PSIKOSOSIAL1. Genogram :klien meruapakan anak ke 5 dari 6 bersaudara, klien kini tinggal bersama anaknya dan seorang pembantu. Klien tidak bisa mengeksplorasikan perasaannya semenjak bercerai dengan istrinya 10 tahun yang lalu, klien selalu memendam masalahnya, klien tidak dapat mengambil keputusan. Setelah ibunya meninggal 2 tahun yang lalu, klien semakin merasa kesepian dan merasa sendiri, klien berfikir dirinya sudah tidak berguna dan tidak bisa menjadi kepala keluarga yang baik, hal tersebut membuat klien sering amuk dan merusak lingkungan, terlebih setelah dirinya sering mendengar suara-suara yang ingin membunuh dirinya.2. Konsep Diri : Citra tubuh :Klien tidak dapat menerima potensi dirinya serta fungsinya sebagai kepala keluarga. Ideal diri :Klien mempersepsikan bahwa dirinya tidak bisa mencaapi tujuan dalam hidup berkeluarga, klien gagal dalam pernikahannya dan tidak bisa menjadi kepala keluarga yang baik. Harga diri :Klien merasa tidak berguna untuk melakukan apapaun, klien merasa tidak mampu menjadi kepala keluarga yang baik. Penampilan peran :Klien saat ini tidak bekerja. Identitas diri :Klien merasa sebagai laki-laki klien tidak bisa bertangguang jawab dengan perannya sebagai kepala keluarga.3. Hubungan sosial :Setelah klien bercerai 10 tahun yang lalu dan ibunya meninggal klien tidak dapat mengeksplorasikan perasaannya, setiap kali ada masalah klien tidak punya teman untuk mengadu, bicara, minta bantuan dan tidak ada dukungan baik dari keluarganya baik berupa materi ataupun non materi. Dulu sebelum bercerai klien sering mengikuti kegiatan kemasyarakatan yang di adakan 1 minggu 1X, dalam kegiaatn tersebut klien termasuk orang terpecaya karena dirinya menjabat sebagai sekretariat kegiatan tersebut, tapi semenjak keluarganya hancur klien terpukul dan tidak pernah mengikuti kegiatan kemasyarakatan tersebut, klien juga lebih banyak berdiam diri di rumah, dan tidak mengurus dirinya. Klien sering melamun dan akhirnya mendengar suara-suara yang ingin membunuh dirinya, saat itu klien menjadi amuk dan sering merusak lingkungan bahkan tidak ada komunikasi sama sekali dengan tertangga ataupun keluarganya.4. Spiritual :Klien beragama islam, dalam norma budaya dan pandangan masyarakat setempat tentang gangguan jiwa adalah suatu yang membahayakan baik untuk penderita maupun orang lain.

3.4. STATUS MENTAL1. Penampilan :Rambut tidak di sisir dan kotor, janggut dan kumis tidak terawat, kuku panjang dan hitam, baju kotor.2. Pembicaraan :Klien selalu berbicara keras dan inkoheren.3. Psikomotorik :Klien tamapk tegang, gelisah, berjalan mondra-mandir dan isyarat tubuh yang tidak wajar.4. Afek dan emosi :Klien tampak ketakutan, putus asa, sedih, khawatir, cemas, agresif dan labil atau tidak sesuai. 5. Interaksi selama wawancara :Keadaan yang ditampilkan klien saat wawancara seperti bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung, kontak mata kurang dan curiga.6. Persepsi-Sensorik :klien sering mendengar suara-suara yang ingin membunuh dirinya, suara tersebut sangat menakutkan sehingga klien kesal dan ingin memukul-mukul, melempar barang agar suara tersebut hilang.7. Proses Pikir :Inkoheren, Klien merasa takut apabila suara itu datang kadang sering melampiaskan pada objek yang ada di depannya.8. Tingkat Kesadaran :Orientasi klien terhadap orang, waktu dan tempat tidak sesuai.9. Memori :Klien masih dapat mengingat kejadian di jangka panjang, pendek/ sesaat tapi klien tertup dan tidak mudah untuk mengeksplorasikannya.10. Tingkat konsentrasi dan berhitung :Tingkat konsentrasi klien mudah beralih dari satu objek ke objek lainnya. Klien selalu menatap penuh kecemasan dan rasa curiga.11. Kemampuan penilaian/ mengambil keputusan :Klien tidak dapat mengambil keputusan meskipun secara sederhana, dan mendapat bantuan orang lian.12. Daya Tilik Diri :Klien merasa bahwa lingkungan dan orang-orang di sekitarnya yang membuat dirinya sakit.

3.5. ANALISA DATASYMTHOMPETIOLOGIPROBLEM

DS :Klien mengatakan bahwa ia sering mendengar suara-suara yang ingin membunuh dirinya DO : Klien sering berbicara sendiri

Halusinasi pendengaran

Menarik diri

Perubahan sensori-perseptual: halusinasi pendengaran

DS :Klien dirawat di rumah sakit jiwa untuk ke-3 kalinya dengan alasan amuk dan merusak lingkungan. DO:Klien sering mengamuk, memukul-mukul, melempar barang-barang saat mendengar suara-suara yang ingin membunuh dirinya

Resiko tinggi perilaku kekerasan

Halusinasi pendengaran

Kekerasan, risiko tinggi

DS :Klien mengatakan bahwa dirinya tidak mampu menjadi kepala keluarga yang baik, dan tidak berdaya untuk melakukan apapun. DO:Selama di rumah sakit, klien selalu menyendiri duduk di pojok atau tiduran di tempat tidurMenarik diri

Harga diri rendah

Interaksi sosial, kerusakan: menarik diri

DS :Klien mengatakan bahwa dirinya tidak mampu menjadi kepala keluarga yang baik, dan tidak berdaya untuk melakukan apapun. DO: Klien suka menyendiri dan berjalan mondar-mandir

Harga diri rendah

Mekanisme koping inefektif

Harga diri rendah kronis

DS :Klien mengatakan tidak berdaya untuk melakukan apapun DO: Klien hanya berbaring di tempat tidur

Intoleran aktifitas

Mekanisme koping inefektif

Intoleransi aktivitas

DS: Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak mampu merawat diri DO: Rambut tidak disisir dan kotor, janggut dan kumis tidak terawat, kuku panjang dan hitam, baju kotor

Defisit perawatan diri

Intoleran aktifitas

Defisit perawatan diri

3.6. POHON MASALAH

Kekerasan, resiko tinggi (EFEK)

Perubahan sensori-perseptual:Halusinasi pendengaran(CP)

Intoleren aktivitasInteraksi sosial, kerusakan:Menarik diri

(PENYEBAB)

Defisit perawatan diriHarga diri rendahProses pemisahan memanjang

Orang tuanya (ibu) meninggalMekanisme koping inefektif

3.7. kerangka teoriMasalah bermula dari klien bercerai dengan istrinya, klien merasa kesepian, klien menganggap dirinya tidak bisa menjadi kepala keluarga yang baik, timbul perasaan berdosa, tapi klien mengkompensasinya dengan koping imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman. Hal ini merupakan tahap pertama / fase pertama halusinasi. Klien sering bercerita tentang masalahnya kepada ibunya, tapi setelah ibunya meninggal kecemasan klien semakin meninggi, proses pemisahan panjang menjadikan kejadian itu sangat berarti dan mengancamnya, klien merasa tidak berguna dan tidak berdaya melakukan apapun, klien merasa minder dan mulai menyendiri atau menarik diri dari lingkungannya, sejak itu klien sering mendengar suara-suara yang menakutkan, klien merasa takut apabila ada orang lain yang ikut mendengarkan apa yang dia rasakan, hal ini masuk fase ke 2 tahap halusinasi. Setelah hal itu lama terjadi timbul kecemasan berat, klien berusaha mengurangi suara-suara yang tiimbul, tapi suara tersebut terus-menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah berhubungan dengan orang lain, ini termasuk fase ke 3 dari tahap halusinasi. Klien selalu merasa takut dan cemas, suara atau ide yang datang menagncam apabila tidak diikuti perilaku klien dapat bersifat merusak dan menyakiti dirinya atau timbul perilaku kekerasan baik terhadap dirinya, orang lain maupun lingkungan sekita. Hal ini termasuk tahap ke 4 dari halusinasi. 3.8. Diagnosa Keperawatan1. Perubahan persepsi sensori : halusianasi dengar2. Kekerasan, risiko tinggi 3. Interaksi sosial, kerusakan: menarik diri 4. Harga diri rendah kronis 5. Intoleransi aktivitas 6. Defisit perawatan diri

22

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI PENDENGARAN TglDiagnosa KeperawatanPerencanaanIntervensiRasional

Tujuan Kriteria Hasil

Perubahan sensori-perseptual: halusinasi pendengaranTujuan Umum : Klien tidak menciderai diri sendiri atau orang lain ataupun lingkungan.

TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.Klien mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat, dengan kriteria hasil : membalas sapaan perawat ekspresi wajah bersahabat dan senang ada kontak mata mau berjabat tangan mau menyebutkan nama klien mau duduk berdampingan dengan perawat klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi 1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik : a. sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal b. perkenalkan diri dengan sopan c. tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan kesukaan kliend. jelaskan maksud dan tujuan interaksi e. berikan perhatian pada klien, perhatikan kebutuhan dasarnya2. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya 3. Dengarkan ungkapan klien dengan empatiHubungan saling percaya merupakan langkah awal menentukan keberhasilan rencana selanjutnya.

Untuk mengurangi kontak klien dengan halusinasinya dengan mengenal halusinasi akan membantu mengurangi dan menghilangkan halusinasi.

TUK 2 :Klien dapat mengenali halusinasinya. Klien mampu mengenali halusinasinya dengan kriteria hasil : klien dapat menyebutkan waktu, timbulnya halusinasi klien dapat mengidentifikasi kapan frekuensi situasi saat terjadi halusinasi klien dapat mengungkapkan perasaannya. 1. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap 2. Tanyakan apa yang didengar dari halusinasinya3. Tanyakan kapan halusinasinya datang 4. Tanyakan isi halusinasinya5. Bantu klien mengenalkan halusinasiny jika menemukan klien sedang berhalusinasi, tanyakan apakah ada suara yang didengar jika klien menjawab ada, laanjutkan apa yang dikatakan katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti klien katakan bahwa perawat akan membantu klien 6. Diskusikan dengan klien : situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi waktu, frekuensi terjadinya halusinasi 7. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan mengungkapkan perasaannyaMengetahui apakah halusinasi datang dan menentukan tindakan yang tepat atas halusinasinya.

Mengenalkan pada klien terhadap halusinasinya dan mengidentifikasi faktor pencetus halusinasinya.

Menentukan tindakan yang sesuai bagi klien untuk mengontrol halusinasinya

TUK 3 :Klien dapat mengontrol halusinasinya.Klien dapat mengidentifikasi tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya.1. Identifikasi bersama klien tindakan yang biasa dilakukan bila terjadi halusinasi 2. Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian

Klien dapat menunjukkan cara baru untuk mengontrol halusinasi.3. Diskusikan cara baik memutus atau mengontrol halusinasi katakan saya tidak mau dengar kamu (pada saat halusinasi terjadi) temui orang lain (perawat atau teman atau anggota keluarga) untuk bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang didengar membuat jadwal kegiatan sehari-hari meminta keluarga atau teman atau perawat untuk menyapa klien jika tampak berbicara sendiri, melamun atau kegiatan yang tidak terkontrol 4. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap 5. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dilatih. evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil. 6. Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok. jenis orientasi realita atau stimulasi persepsi.

TUK 4 :Klien dapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol halusinasinyaKlien dapat memilih cara mengatasi halusinasi.

Klien melaksanakan cara yang telah dipilih untuk memutus halusinasinya.

Klien dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok. 1. Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga jika mengalami halusinasi. 2. Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung atau kunjungan rumah)a. gejala halusinasi yang dialami klien b. cara yang dapat dilakuakan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi c. cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi di rumah : beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama. d. beri informasi wakto follow up atau kapan perlu mendapat bantuan halusinasi tidak terkontrol dan resiko menciderai orang lain. 3. Diskusikan dengan keluarga dan klien tentang jenis, dosis, frekuensi dan manfaat obat4. Pastikan klien minum obat sesuai dengan program dokter

Membantu klien menentukan cara mengontrol halusinasi.Periode berlangsungnya halusinasinya: 1. memberi support kepada klien 2. menambah pengetahuan klien untuk melakukan tindakan pencegahan halusinasi

Membantu klien untuk beradaptasi dengan cara alternatife yang ada.Memberi motivasi agar cara diulang.

TUK 5:Klien dapat menggunakan obat dengan benar untuk mengendalikan halusinasinyaKeluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda, tindakan untuk mengalihkan halusinasi1. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat2. Diskusikan akibat berhenti obat tanpa konsultasi3. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benarPartisipasi klien dalam kegiatan tersebut membantu klien beraktivitas sehingga halusinasi tidak muncul.

Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat.

Klien minum obat secara teratur.Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang obatMembantu mempercepat penyembuhan dan memastikan obat sudah diminum oleh klien.

Klien dapat informasi tentang manfaat dan efek samping obat. Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.Meningkatkan pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat.Mengetahui reaksi setelah minum obat. Ketepatan prinsip 5 benar minum obat membantu penyembuhan dan menghindari kesalahan minum obat serta membantu tercapainya standar.

BAB 3STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA Tn M DENGAN MASALAH HALUSINASI DENGAR

Pertemuan : Ke-1Tanggal : 17 September 2013Jam : 07.30 WIBA. PROSES KEPERAWATAN Kondisi : Klien jg mengatakan bahwa ia sering mendengar suara-suara yang ingin membunuh dirinya. Suara-suara itu sangat menakutkan sehingga klien kesal dan ingin memukul-mukul, melempar barang-barang agar suara tersebut hilang. Diagnosa : Halusinasi dengar TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. 2.Klien dapat mengenali halusinasinya. 3.Klien dapat mengontrol halusinasinya.Rencana Tindakan Keperawatan : SP 1 (pasien)a. BHSP.b. Mengenal halusinasi. c. Melatih mengontrol halusinasi dengan: menghardik.d. Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien. B.STRATEGI KOMUNIKASI 1. Orientasia. Salam Terapeutik Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Linda khurniawati. mas bisa panggil saya Suster Linda. Saya mahasiswa dari Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Saya praktik di sini selama satu minggu. Kalau boleh tau, nama bapak siapa ? Mas senang dipanggil apa?.

b. Evaluasi/validasi Bagaimana perasaan pak pagi ini? Bagaimana ceritanya sampai pak di bawa kesini?c. Kontrak Topik pak, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tantang perasaan yang sudah bapak alami selama ini? Tempat bapak maunya kita ngobrol dimana ? Bagaimana kalau di halaman saja pak? Waktu Mau berapa lama kita bercakap-cakapnya pak? Bagaimana kalau 15 menit?2. Kerja Apa yang menyebabkan pak di bawa kemari? Saya menerima keyakinan anda,tapi sulit bagi saya mempercayai hal itu terjadi? Apakah mas mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara itu? Apakah terus menerus terdengar atau sewaktu waktu? Kapan yang paling sering mas dengar suara? Berapa kali sehari mas alami ? pada keadaan apa suara terdengar? Apakah pada waktu sendiri? Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu ? Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara cara untuk mencegah suara suara itu muncul. bapak, ada empat cara untuk mencegah suara suara itu muncul, pertama dengan cara menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal. Dan yang keempat minum obat dengan teratur. Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik. Caranya pak ya saat suara suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi saya tidak mau dengar, pergi jangan ganggu saya, stop jangan ganggu saya. Begitu diulang ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba mbak peragakan! Nah begitu, bagus! Coba lagi! Ya bagus, bapak sudah dapat. 3. Terminasi a. Evaluasi subyektifBagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi ? kalau suara suara itu muncul lagi, silahkan coba cara tersebut! b. Evaluasi objektif Nah, sekarang coba bapak ulangi sekali lagi?4. Rencana Tindak Lanjut Bagaimana, apakah bapak ingin berlatih lagi cara mengontrol halusinasi dengan cara yang lain?5. Kontrak Topik Besok kita akan bertemu lagi untuk belajar cara mengontrol halusinasi dengan cara yang lain? bapak tidak keberatan kan?kalau begitu kita tulis jadwalnya disini ya pak/ Tempat Dimana besok kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat yang sama? Waktu Enaknya kita besok bertemu jam berapa? Bagaimana kalau jam 09.00 saja? Baiklah. Terimakasih pak, sampai jumpa besok dengan teman saya!

Pasien : Mufid Perawat : LindaNarrator : Ardiyanti STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)Pertemuan : ke 2 Tanggal : 18 September 2013Jam : 09.00A. PROSES KEPERAWATANKondisi : Klien mengatakan mendengar suara-suara yang ingin membunuh dirinya. Diagnosa : halusinasi dengarTUK : 3. klien dapat mengontrol halusinasinyaRencana tindakan keperawatan : SP 2 Evaluasi kegiatan yang lalu Melatih berbicara dengan orang lain saat halusinasi muncul Masukkan jadwalB.STRATEGI KOMUNIKASI1. Fase orientasia. Salam TerapeutikSelamat pagi pak, perkenalkan nama saya Ardiyanti. bapak bisa panggil saya Suster dyan. Saya mahasiswa dari Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Saya praktik di sini selama satu minggu. Kalau boleh tau, nama bapak siapa ? bapak senang dipanggil apa?.b. Evaluasi Validasi Bagaimana perasaan bapak pagi ini, kemarin malam tidurnya nyenyak? baiklah Apa saja kegiatan yang sudah dilakukan? bagus sekali

c. Kontrak Selamat pagi pak . Bagaimana perasaan bapak hari ini ? apakah suara-suara itu masih muncul ? apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih ? berkurangnya suara-suaranya ? Bagus ! Sesuai janji kita tadi, saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau dimana ? di sisni saja ?

2. KerjaCara kedua untuk mencegah atau mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi, kalau bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan bapak. Contohnya begini.. . tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya ! atau kalau ada orang dirumah misalnya, kakak, mbak, katakan, kak, ayo ngobrol dengan bapak, bapak sedang dengar suara-suara. Begitu mas. coba bapak lakukan seperti yang tadi saya lakukan. Ya, begitu bagus ! coba sekali lagi ! bagus ! nah, latih terus ya, pak!3. Terminasia. Evaluasi SubjektifBaiklah waktunya sudah habis pak, bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan tadi?b. Evaluasi ObjektifJadi kegiatan yang mana yang sering mas lakukan? bagus sekali, coba ulangi kegiatan itu pak. iya benar bagus sekalic.Rencana Tindak LanjutSelanjutnya bapak bisa mengisi waktu luang bapak dengan hal-hal yang positif ya pak !d. KontrakSelanjutnya besok pada jam 09.00. kita akan belajar mengontrol halusinasi dengan cara yang lain ya pak nanti anda bertemu dengan teman saya.

Pasien : RatihPerawat : ArdiyantiNarrator : Rudy

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)Pertemuan: ke 3Tgl/Jam: 19 September 2013 / 09.00A. PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi: Klien terkadang masih mendengar suara-suara yang ingin membunuh dirinya.2. Diagnosa: Halusinasi dengar3. Tujuan: TUK : 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya4. Rencana Tindakan Keperawatan Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1&2) Melatih kegiatan agar halusinasi tidak muncul Masukkan jadwal

B. STRATEGI KOMUNIKASI1. Orientasi a. Salam terapeutikSelamat pagi pak, perkenalkan nama saya Ratih ayu Wardhani. bapak bisa panggil saya Suster Ratih. Saya mahasiswa dari Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Saya praktik di sini selama satu minggu. Kalau boleh tau, nama bapak siapa ? bapak senang dipanggil apa?.b. Evaluasi/Validasi Bagaimana perasaan bapak pagi ini? Apakah kegiatan yang kita latih kemarin sudah dilakukan?bagus sekali Coba kita lihat jadwalnya, kita beri tanda ya pak, bahwa anda telah melakukan kegiatan ini. Hebat dong pak. c. Kontrak Topik: Nah, sekarang kita akan latihan lagi agar halusinasi tidak muncul kembali. Tempat: Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di tempat yang kemarin lagi. Waktu: Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?

2. Fase Kerja Nah, kegiatan kemarin sudah dicoba, dan hasilnya bagus sekali. Sekarang, mari kita praktikan lagi. Ikuti kita ya pak, dan nanti bapak mencobanya sendiri. Nah, sekarang bapak mencoba melakukan sendiri ya sambil kita bantu. Bagus sekali.3. Terminasi a. Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan bapak setelah mencobanya sendiri. Ya bagus sekalib. Evaluasi Objektif Jadi, sewaktu-waktu halusinasi muncul melakukan kegiatan yang sudah kita ajarkan ya pak. Coba ulangi kegiatan yang sudah kita ajarkan? Iya bagus.c. Rencana Tindak Lanjut Kegiatan yang barusan kita latih, tolong bapak lakukan secara teratur ya pak. Kita masukkan jadwal kegiatan harian ya pak.d. Kontrak Topik: Nah, sudah 3 kegiatan yang kita lakukan. Bagaimana kalau di pertemuan berikutnya kita melatih bagaimana cara menggunakan obat dengan benar? Tempat:Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat biasanya. Waktu: Bagaimana kalau besok jam 09:00 bertemu lagi dengan teman Saya.

Pasien : Linda Perawat : RatihNarrator : Mufid

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Pertemuan: ke-4 Tanggal: 20 September 2013 Jam : 09.00 WIBA. PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi: Klien terkadang masih mendengar suara-suara yangIngin membunuh dirinya.2. Diagnosa : halusinasi dengar 3. Tujuan : TUK 5: Klien dapat menggunakan obat dengan benar untuk mengendalikan halusinasinya1. Rencana tindakan keperawatan : SP 4 Evaluasi jadwal pasien yang lalu (SP 1,2,3) Menanyakan pengobatan sebelumnya. Menjelaskan tentang pengobatan (5 benar) Melatih pasien minum obat. Masukan jadwalB. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)1. Fase orientasia. Salam terapeutik Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Fardha Haniffarizza. bapak bisa panggil saya Suster Fardha. Saya mahasiswa dari Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Saya praktik di sini selama satu minggu. Kalau boleh tau, nama bapak siapa ? dan biasanya bapak di panggil dengan nama pangngilan siapa?b. Evaluasi/validasiBagaimana perasaan anda pagi ini?Apakah kegiatan yang kemarin sudah anda lakukan? (bagus sekali)Coba kita lihat jadwalnya, nah kita beri tanda di sini (dijadwal) bahwa anda telah melakukan. Hebat sekali anda sudah melakukan tiga cara yang telah kita latih kemarin.

c. KontrakTopik : sekarang kita akan membahas tentang obat yang setiap hari bapak minum, apa anda keberatan?Tempat : mau berbincang-bincang dimana kita pak? Bagaimana kalau ditempat ini saja atau ditaman?Waktu : mau berapa lama waktu kita biercabincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?2. KerjaSebelumnya bapak sudah minum obat apa saja? Coba tolong anda sebutkan? Bagus sekali Pengobatan apa saja yang sudah anda lakukan? Adakah bedanya setelah anda meminum obat secara teratur? Apakah suara-suara yang anda dengar sudah berkurang atau bahkan suda hilang? Minum obat sangat penting mbak agar suara-suara yang anda dengar selama ini tidak muncul lagi, pak saya mau menjelaskan beberapa macam obat yang harus anda minum, ini yang warna orange namanya (CPZ) diminum 3kali sehari pukul 7 pagi, pukul 1 siang dan pukul 7 malam gunanya untuk membuat pikiran anda tenang. Ini yang warnanya putih namanya (THP) diminum tiga kali sehari pada jam yang sama dengan obat yang warna orange pukul 7 pagi, pukul 1 siang, dan 7 malam gunannya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang warna merah jambu ini (HP) diminum 3 kali sehari, waktunya sama, gunannya untuk mengghilangkan suara-suara. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh berhenti diminum, nanti konsultasinya dengan dokter, sebab kalau putus obat anda akan mrngalami kelambuhan dan akan sulit untuk mengembalikan keadaan semula. Kalau obat habis anda dapat minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. Anda juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini, dan pastikan obatnya benar. Dan harus diperhatikan juga ada nama anda yang tercantum dalam kemasan obat jangan sampai tertukar dengan obat orang lain, pastikan obatnya diminum tepat pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tapat waktunya. bapak juga harus perhatikan jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari.

3. Terminasia. Evaluasi Subjektif:Bagaimana perasaannya bapak setelah melakukan sendiri? Ya bagus sekalib. Evaluasi objektif:Jadi anda sudah bisa melakukan minum obat sendiri? Ya bagus sekaliNanti anda bisa melakukan minum obat sendiri dirumah. Hebat sekali.c. Rencana tindak lanjut:Nah, bagaimana kegiatan minum obat apa sudah dilakukan secara teratur?Pak, bapak bisa melakukan sendiri kegiatan yang sudah kita pelajari bersama?, semoga anda bisa melakukan kegiatan minum obat dengan teratur dan baik! Kita masukkan jadwal kegiatan harian ya pak untuk pertemuan hari ini.d. Kontrak Topik : Nah, sudah 4 kegiatan yang kita lakukan. menggunakan obat dengan benar? Dan untuk pertemuan selanjutnya teman saya akan menjelaskan pada keluarga mbak bagaimana cara merawat mbak secara langsung.Tempat:Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat biasanya.Waktu: Bagaimana kalau besok jam 09:00 bertemu lagi dengan teman Saya.

Pasien : RudyPerawat : FardhaNarrator : Ratih

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)DALAM KELUARGAPertemuan: ke-5Tanggal : 21 September 2013Jam : 09.00 WIBA. PROSES KEPERAWATAN2. Kondisi :Klien terkadang masih mendengar suara-suara yangIngin membunuh dirinya3. Diagnosa : Halusinasi dengar4. TUK 4 : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.5. Rencana tindakan keperawatan : SP 1 (keluarga)a. BHSPb. Menjelaskan tentang halusinasi klien.c. Menjelaskan cara merawat klien. B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)1. Orientasia. Salam terapeutikSelamat pagi mbak apa benar mbak keluarga dari Tn M? Perkenalkan nama saya Rudy Adi Suwarno. Mbak bisa panggil saya Mas Rudy. Saya mahasiswa dari Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Saya yang merawat Tn B. Kalau boleh tau nama mbak siapa?.b. Evaluasi/validasiBagaimana kondisi Tn.M hari ini mbak?c. KontrakTopik : Baiklah mbak, kita akan membicarakan tentang cara merawat Tn. M Jika tiba tiba Tn. M kambuh dan tidak ada perawat.Tempat : Mau berbincang-bincang dimana kita mbak? Bagaimana kalau ditempat ini saja.?Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 25 menit?

2. KerjaMbak, menurut cerita Tn. M, Tn. M sering mendengar suara-suara yang menakutkan, inilah yang menjadi penyebab Tn M merobek robek bajunya hingga telanjang dan lari pergi ke luar rumah. Saya sudah mengajarkan cara-cara untuk mengontrol halusinasi. Jika mbak bercerita tentang halusinasinya, katakan bahwa mbak percaya dengan apa yang dikatakan Tn.M, namun mbak tidak mendengar suara itu. Kemudian, beri Tn M kegiatan untuk menyibukkan diri, jangan biarkan sendiri, ajaklah makan bersama, dan bepergian bersama, supaya meminimalisir munculnya halusinasi. Apa mbak bisa melakukannya? Bagus.

3. Terminasia. Evaluasi SubjektifBagaimana, apa mbak mengerti dengan yang saya jelaskan?b. Evaluasi objektifApa mbak bisa melakukan yang kita pelajari bersama tadi? Baik. c. Rencana tindak lanjutMbak bisa melakukan kegiatan yang kita pelajari hari ini di rumahd. Kontrak Topik: Kapan kita bisa bertemu lagi mbak? Tempat: Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat biasanya. Waktu: Bagaimana kalau jam 09:00 besok kita bertemu lagi dengan teman saya.

Keluarga : SilvanaPerawata : RudyNarrator : Khusnun

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)DALAM KELUARGAPertemuan: ke-6Tanggal : 22 September 2013Jam: 09.00 WIBA. PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi: klien bisa mengontrol halusinasi 2. Diagnosa : Halusinasi dengar3. Tujuan : TUK 44. Rencana tindakan keperawatan : SP 2 (keluarga)a. Evaluasi kemampuan keluarga (SP1)b. Latih keluarga merawat pasien.c. RTL keluarga untuk merawat pasienB. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)1. Orientasia. Salam terapeutikSelamat pagi mbak, apa benar mbak keluarga dari Tn M? Perkenalkan nama saya Khusnun Nadzifah. Mbak bisa panggil saya Suster Khusnun. Saya mahasiswa dari Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Saya yang merawat Tn M Kalau boleh tau nama mbak siapa?.b. Evaluasi/validasiBagaimana latihannya kemarin? Sudah dipraktikkan belum? Bagus.c. KontrakTopik : Mbak, kita akan mengevaluasi yang sudah kita lakukan kemarin.Tempat : Mau berbincang-bincang dimana kita mbak? Bagaimana kalau ditempat ini saja.?Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?

2. KerjaNah, coba sekarang mbak praktikan lagi bagaimana cara merawat Tn. M? Baik. Selain itu masih ada lagi mbak, jika Tn M tampak bicara sendiri atau melamun ataupun melakukan kegiatan yang tidak terkontrol, mbak bisa langsung menyapanya, supaya halusinasinya terhenti, tidak berlanjut. Apa mbak mengerti yang saya maksud? Bagus. Kemudian, berikan pujian jika Mbak bisa mengendalikan emosi dan mampu mengontrol halusinasinya.Kalau menurut mbak, mana yang lebih efektif untuk memutus halusinasinya bapak? Mengapa demikian?Baiklah, mbak bisa mempraktikkan juga.Coba sekarang mbak ulangi lagi. Bagus.

3. Terminasia. Evaluasi SubjektifBagaimana, apa mbak sekarang mulai bisa merawat Tn M sendiri? b. Evaluasi objektifBagaimana, apa mbak bisa melakukan yang kita pelajari bersama tadi? Baik. c. Rencana tindak lanjutMbak juga bisa mengajari anggota keluarga yang lain, sehingga nanti bisa mempermudah dan dapat membantu. Terimakasih atas waktunya mbak. d. Kontrak Topik: Kira-kira, kapan kita bisa bertemu lagi? Tempat: Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat biasanya. Waktu: Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi mbak, jam 09.00 Yaa mbak bertemu dengan teman saya.

Keluarga : ArdiyantiPerawat : KhusnunNarrator : Fardha

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)DALAM KELUARGAPertemuan: ke-7Tanggal : 23 September 2013Jam: 09.00 WIBB. PROSES KEPERAWATAN4. Kondisi: klien bisa mengontrol halusinasi 5. Diagnosa : Halusinasi dengar6. Tujuan : TUK 5 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar untuk mengendalikan halusinasnya.7. Rencana tindakan keperawatan : SP 2 (keluarga)a. Evaluasi kemampuan keluarga (SP4)b. Latih keluarga mengawasi meminum obat.c. RTL keluarga ~ Follow up~ RujukanC. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)1. Orientasia. Salam terapeutikSelamat pagi mbak, apa benar mbak keluarga dari Tn M? Perkenalkan nama saya Silvana Yuni Anggraini dan ini teman saya Mufid. Mbak bisa panggil saya Silvana. Saya mahasiswa dari Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Saya yang merawat Tn M. Kalau boleh tau nama mbak siapa?.b. Evaluasi/validasiBagaimana latihannya kemarin? Sudah dipraktikkan belum? Bagus.c. KontrakTopik : Mbak, kita akan mengevaluasi yang sudah kita lakukan kemarin.Tempat : Mau berbincang-bincang dimana kita mbak? Bagaimana kalau ditempat ini saja.?Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?

2. KerjaMbak disini saya akan memperjelas terapi obat Tn M, agar anda dapat berperan sebagai pengawas minum obat, ini yang warna orange namanya (CPZ) diminum 3kali sehari pukul 7 pagi, pukul 1 siang dan pukul 7 malam gunanya untuk membuat pikiran anda tenang. Ini yang warnanya putih namanya (THP) diminum tiga kali sehari pada jam yang sama dengan obat yang warna orange pukul 7 pagi, pukul 1 siang, dan 7 malam gunannya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang warna merah jambu ini (HP) diminum 3 kali sehari, waktunya sama, gunannya untuk mengghilangkan suara-suara. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh berhenti diminum, nanti konsultasinya dengan dokter, sebab kalau putus obat Tn M akan mrngalami kelambuhan dan akan sulit untuk mengembalikan keadaan semula. Kalau obat habis anda dapat minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. Anda juga harus memastikan bahwa obat-obatan ini sudah diminum Tn M, 3. Terminasia. Evaluasi SubjektifBagaimana, apa mbak sekarang mulai bisa mengawasi Tn M saat meminum obat? b. Evaluasi objektifBagaimana, apa mbak bisa melakukan yang kita pelajari bersama tadi? Baik. c. Rencana tindak lanjutMbak juga bisa mengajari anggota keluarga yang lain, sehingga nanti bisa mempermudah dan dapat membantu. Ini pertemuan kita yang terakhir mbak semoga tindakan apa saja yang kita lakukan dan kita jelaskan dapat bermanfaat bagi kesembuhan Tn M, Terimakasih atas waktunya mbak. Keluarga : Fardha Perawat : Silvana dan MufidNarrator : Linda

BAB 5TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASISESI 1: MENGENAL HALUSINASI

A. Tujuan 1. Klien mengenal isi halusinasi2. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi3. Klien mengenal frekuensi halusinasi 4. Klien mengenal perasaan bila mengalami halusinasiB. Setting 1. Kelompok berada di ruang yang tenang 2. Klien duduk melingkar C. Alat 1. Sound system2. Spidol 3. Papan tulis D. Metode1. Diskusi 2. Tanya Jawab E. Langkah-langkah Kegiatan 1. Persiapan a. Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu klien dengan perubahan sensori persepsi: Halusinasib. Membuat kontrak dengan klien c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan 2. Orientasi a. Salam terapeutik : terapis mengucapkan salam b. Evaluasi validasi : terapis menanyakan perasaan peserta hari inic. Kontrak1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan 2) Terapis menjelaskan aturan main a) Masing-masing klien memperkenalkan diri: nama, nama panggilanb) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin pada terapis c) Lama kegiatan 45 menit d) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir 3. Kerjaa. Terapis memperkenalkan diri (nama dan nama panggilan). terapis meminta klien memperkenalkan nama dan nama panggilan secara berurutan, dimulai dari klien yang berada di sebelah kiri terapis, searah jarum jam. Kemudian menulisnya di papan. b. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu masing-masing klien membagi pengalaman tentang halusinasi yang mereka alami dengan menceritakan : 1) Isi halusinasi 2) Waktu terjadinya 3) Frekuansi halusinasi 4) Perasaan yang timbul saat mengalami halusinasi c. Meminta klien menceritakan halusinasi yang dialami secara berurutan dimulai dari klien yang berada disebelah kiri terapis seterusnya bergiliran searah jarum jam. Kemudian menulisnya di papan. d. Setelah seorang klien menceritakan pengalaman halusinasi, terapis mempersilahkan klien yang lain untuk bertanya max 3 pertanyaan. e. Lakukan kegiatan (b) sampai semua klien selesai mendapat giliran. f. setiap kali klien bisa menceritakan halusinasinya, terapis memberikan pujian. 4. Terminasi a. Evaluasi 1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan anggota kelompokb. Rencana Tindak Lanjut 1) Terapis menganjurkan kepada peserta jika mengalami halusinasi segera menghubungi perawat atau teman lain. c. Kontrak yang akan datang 1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien kegiatan TAK berikutnya yaitu belajar mengontrol halusinasi 2) Terapis membuat kesepakatan dengan klien waktu dan tempat TAK berikutnya. F. Evaluasi dan DokumentasiNo.Aspek yang dinilaiNama peserta TAK

1.Menyebutkan isi halusinasi

2Menyebutkan waktu halusinasi

3.Menyebutkan frekuensi halusinasi

4.Menyebutkan perasaan bila halusinasi timbul

Petunjuk : Dilakukan = 1Tidak dilakukan = 0

TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSIANASISESI II: MENGONTROL HALUSINASI: MENGHARDIK

A. Tujuan 1. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakuan untuk mengatasi halusinasi.2. Klien dapat memahami dinamika halusinasi.3. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.4. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.B. Setting1. Klien duduk melingkar.2. Kelompok ditempatyang tenang.C. Alat1. Sound systemD. Metode1. Diskusi2. Tanya jawab3. SimulasiE. Langkah-langkah kegiatan1. Persiapana. Mempersiapkan alatb. Mempersiapkan tempat pertemuan2. Orientasi a. Salam terapiutik : terapis mengucapkan salam.b. Evaluasi/validasi:1) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini.2) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang telah terjadic. Kontrak1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan2) Terapis menjelaskan aturan main:a. Lama kegiatan 45 menit.b. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal dan akhir.c. Jika akan meninggalkan kelompok, klien harus meminta izin.3. Kerjaa. Terapis meminta masing-masing klien secara berurutan searah dengan jarum jam menceritakan apa yang dilakukan jika mengalami halusinasi dan apakah itu bias mengatasi halusinasinya.b. Setiap selesai klien menceritakan pengalamannya, terapis memberikan pujian dan mengajak peserta yang lain memberikan tepuk tangan.c. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi saat halusinasi muncul.d. Terapis memperlihatkan cara menghardik halusinasi.e. Terapis meninta masing-masing klien memperagakan menghardik halusinasi dimulai dari peserta disebelah kiri terapis berurutan jarum jam sampai semua peserta mendapatkan giliran.f. Terapis memberikan pujian dan mengajak klien bertepuk tangan saat klien selesai memperagakan menghardik halusinasi.4. Terminasia. Evaluasi1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.b. Rencana tindak lanjut1) Terapis mengajurkan klien untuk menerapkan cara yang sudah dipelajari jika halusinasi muncul.c. Kontrak yang akan dating1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien TAK berikutnya, yaitu belajar mengontrol halusinasi dengan cara lain.2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK.

F. Evaluasi dan Dokumentasi NoAspek yang dinilaiNama peserta TAK

1Menyebutkan cara yang selama ini digunakan untuk mengatasi halusinasi

2Menyebutkan efektivitas cara

3Menyebutkan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik

4Meperagakan mengahrdik halusinasi

TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROLHALUSINASISESI III: MENYUSUN JADWAL KEGIATAN

A. Tujuan 1. Klien dapat memahami pentingnya melakukan aktivitas untuk mencegah munculnya halusinasi.2. Klien dapat menyusun jadwal aktivitas dari pagi sampai tidur malam.

B. Setting1. Klien duduk melingkar mengelilingi meja.2. Lingkungan tenang dan nyaman.

C. Alat1. Kertas HVS sejumlah peserta2. Pensil3. Spidol white board4. White board

D. Metode1. Diskusi2. Latihan

E. Langkah-langkah kegiatan1. Persiapan:a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat TAK.b. Terapis membuat kontrak dengan klien.

2. Orientasi:a. Salam terapiutik: Terapis mengucapkan salam.b. Evaluasi / validasi:1) Terapis menanyakan keadaan klien hari ini.2) Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik halusinasi.c. Kontrak:1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan.2) Terapis menjelaskan aturan permainan:a) Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.b) Jika klien ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada terapis.c) Waktu TAK adalah 90 menit.

3. Kerjaa. Terapis menjelaskan langkah-langkah kegiatan.b. Terapis membagikan kertas satu lembar dan masing-masing sebuah pensil untuk masing-masing klien.c. Terapis menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur dalam mencegah terjadinya halusinasi.d. Terapis memberi contoh cara menyusun jadwal dengan menggambarkannya dipapan tulis.e. Terapis meminta masing-masing klien menyusun jadwal aktivitas dari bangun pagi sampai dengan tidur malam.f. Terapis membimbing masing-masing klien sampai berhasil menyusun jadwal.g. Terapis memberikan pujian kepada masing-masing klien setelah berhasil menyusun jadwal.

4. Terminasi:a. Evaluasi: 1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah bisa menyusun jadwal.2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.b. Tindak lanjut: Terapis menganjurkan klien melaksanakan jadwal aktivitas tersebut.c. Kontrak yang akan datang:1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien TAK berikutnya.2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK.

F. Evaluasi dan DokumentasiNoAspek yang di nilaiNama Peserta TAK

1Menyebutkan pentingnya aktivitas dalam mencegah halusinasi.

2Menyebutkan jadwal kegiatan harian.

Petunjuk: Dilakukan = 1 Tidak dilakukan = 0

TAK STIMULASI PERSEPI MENGONTROL HALUSINASISESI IV : CARA MINUM OBAT YANG BENARA. Tujuan 1. Klien dapat mengetahui jenis-jenis obat yang diminumnya. 2. Klien mengetahui perlunya minum obat secara teratur.3. Klien mengetahui 5 benar dalam minum obat.4. Klien mengetahui efek terapi dan efek samping obat.5. Klien mengetahui akibat jika putus obat.B. Setting 1. Klien duduk melingkar.2. Kelompok berada diruang yang tenang dan nyaman.C. Alat1. Contoh obat-obatan.2. Spidol white board3. White boardD. Metode 1. Diskusi2. Tanya jawab 3. SimulasiE. Langkah-langkah kegiatan1. Persiapan a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat.b. Terapis membuat kontrak dengan klien.2. Orientasia. Salam Terapeutik: terapis mengucapkan salam kepada klien.b. Evaluasi /validasi:1) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini.2) Terapis menanyakan apakah jadwal aktivitas telah dikerjakan (TL TAK sebelumnya)c. Kontrak 1) Terapis menjelaskan tujuan TAK.2) Terapis menjelaskan aturan main TAK: Klien mengikuti dari awal sampai akhir. Jika klien akan keluar dari kelompok, harus meminta izin kepada terapis. Lama waktu TAK 60 menit.3. Kerjaa. Terapis membagikan contoh obat, sesuai obat yang diberikan kepada masing-masing klien.b. Terapis menjelaskan pentingnya minum obat secara teratur, sesuai anjuran.c. Terapis meminta klien untuk menjelaskan ulang pentingnya minum obat, secara bergantian, searah jarum jam, dimulai dari klien yang berada disebelah kiri terapis. d. Terapis menjelaskan akibat jika tidakl minum obat secara teratur. e. Terapis meminta klien menyebutkan secara bergantian akibat jika tidak minum obat secara teratur.f. Terapis menjelaskan 5 benar ketika menggunakan obat: benar obat, benar klien, benar waktu, benar cara, benar dosis.g. Terapis menjelaskan efek terapi dan efek samping masing-masing obat sesuai contoh obat yang ada pada klien. h. Terapis meminta klien menyebutkan jenis obat, dosis masing-masing obat, cara menggunakan, waktu menggunakan dan efek obat ( efek terapi dan efek samping) sesuai dengan contoh obat yang ada ditangan klien masing-masing. Secara berurutan searah jarum jam, dimulai dari sebelah kiri terapis. i. Terapis memberikan pujian dan mengajak klien bertepuk tangan setiap kali klien menyebutkan dengan benar. 4. Terminasi a. Evaluasi 1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK2) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.b. Tindak lanjut1) Menganjurkan klien untuk meminum obat secara teratur.2) Menganjurkan jika ada pertanyaan lain tentang obat, klien dapat menghubungi perawat yang saat itu bertugas.c. Kontrak yang akan dating1) Terapis menyepakati kegiatanh TAK berikutnya.2) Terapis menyepakati tempat dan waktu TAK.F. Evaluasi dan DokumentasiNoAspek yang dinilai Nama Peserta TAK

1Menyebutkan pentingnya minum obat secara teratur.

2Menyebutkan akibat jika tidak minum obat secara teratur.

3Menyebutkan jenis obat

4Menyebutkan dosis obat

5Menyebutkan waktu minum obat

6Menyebutkan cara minum obat yang tepat

7Menyebutkan efek terapi obat

8Menyebutkan efek samping obat.

Petunjuk : Dilakukan = 1 Tidak dilakukan = 0

TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI SESI V: MENGONTROL HALUSINASI DENGAN BERCAKAP-CAKAP

A. Tujuan 1. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain 2. Klien menerapkan cara menghubungi orang lain ketika mulai mengalami halusinasi

B. Setting 1. Tempat TAK diruangan tenang dan nyaman.2. Klien duduk melingkar.

C. Alat 1. Spidol2. White Board

D. Metode 1. Diskusi kelompok2. Simulasi

E. Langkah-langkah1. Persiapana. Terapis mempersiapkan alat dan tempat TAKb. Terapis membuat kontrak dengan klien.

2. Orientasi a. Salam: terapis mengucapkan salam kepada klien.b. Evaluasi/validasi:1) Terapis menanyakan kabar klien hari ini.2) Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah menerapkan 3 cara lainnya (menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan terarah, dan minum obat secara teratur).c. Kontrak 1) Terapius menjelaskan tujuan TAK.2) Terapios menjelaskan waktu kegiatan adalah 60 menit.3) Terapis menjelaskan aturan main. Klien mengikuti dari awal sampai akhir kegiatan. Bila klien ingin keluar dari kelompok, harus meminta izin pada terapis.3. Kerjaa. Terapis menjelaskan pentingnya berbincang-bincang dengan orang lain untuk mengatasi halusinasi.b. Terapis meminta kepada klien situasi yang sering dialami sehingga mengalami halusinasi. Klien secara bergantian bercerita, dimulai dari sebelah kiri terapis searah jarum jam sampai semua klien mandapat giliran.c. Terapis m,emperagakan bercakap-cakap dengan orang lain jika ada tanda-tanda halusinasi muncul. d. Klien diminta memperagakan hal yang sama secara bergantian , dimulai dari klien yang duduk disebelah kiri terapis, searah jarum jam sampai semua mendapat giliran.e. Terapis memberikan pujian kepada klien setiap selesai memperagakan.4. Terminasi a. Evaluasi:1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai mengikuti TAK.2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.b. Tindak lanjut1) Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan bercakap-cakap dengan orang lain bila mulai mengalami halusinasi.2) Mendorong klien untuk memulai bercakap-cakap bila ada klien lain yang mulai mengalami halusinasi.

c. Kontrak yang akan datang1) Terapis menyepakati kegiatan TAK 2) Terapis menyepakati tempat dan waktu TAK berikutnya.

F. Evaluasi dan DokumentasiNoAspek yang Dinilai Nama Peserta TAK

1Menyebutkan pentingnya bercakap-cakap ketika halusinasi muncul

2Menyebutkan cara bercakap-cakap

3Memperagakan saat mulai bercakap-cakap

Petunjuk: Dilakukan = 1 Tidak dilakukan = 0