Laporan Pendahuluan Demensia
description
Transcript of Laporan Pendahuluan Demensia
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DIMENSIA
1. Pengertian
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat
progresif dan mempengaruhi aktivitas social dan okupasi yang normal
juga aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). (Mickey Stanley, 2006).
Sindrom demensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi kapasitas
intelektual dapat diakibatkan oleh pnyakit di otak. Sindrom ini ditandai
olah gangguan kognitif, emosional, dan psikomotor. (Lumbantobing,
2006).
Demensia tipe alzhimer adalah proses degenerative yang terjadi
pertama-tama pada sel yang terletak pada dasar otak depan yang mengirim
informasi ke korteks serebral dan hipokampus. Sel yang terpengaruh
pertama kali kehilangan kemampuannya untuk mengeluarkan asetilkolin
lalu terjadi degenerasi. Jika degenerasi ini mulai berlangsung, dewasa ini
tidak ada tindakan yang dapat dilakukan untuk menghidupkan kembali sel-
sel atau menggantikannya.(Kushariyadi, 2010). Demensia adalah
penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara
perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan
kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran
kepribadian.
2. Epidemiologi
Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut
diatas 60 tahun adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta).
Peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan
meningkatnya harapan hidup suatu populasi. Kira-kira 5 % usia lanjut 65 –
70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun
mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasus
demensia 0.5 –1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10
– 15% atau sekitar 3 – 4 juta orang. Demensia terbagi menjadi dua yakni
Demensia Alzheimer dan Demensia Vaskuler. Demensia Alzheimer
merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju Amerika dan Eropa
sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20%
sisanya 15- 35% disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan Cina
demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat penyakit
Alzheimer.
3. Etiologi
Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat
menyebabkan timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima.
Beberapa penyakit dapat disembuhkan sementara sebagian besar tidak
dapat disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar
peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari gejala
demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah),
demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen
diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.
Tiap penyakit yang melibatkan otak dapat menyebabkan demensia,
misalnya : gangguan peredaran darah di otak, radang, neoplasma,
gangguan metabolic, penyakit degenerative. Semua hal ini harus
ditelusuri. Gejala atau kelainan yang menyertai demensia kita teliti. Sering
diagnose – etiologi dapat ditegakkan melalui atau dengan bantuan kelainan
yang menyertai, seperti : hemiparese, gangguan sensibilitas, afasia,
apraksia, rigiditas, tremor. (Lumbantobing, 2006).
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah
penyakit Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak
mati sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan
sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer
mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga
penurunan proses berpikir.
4. Klasifikasi
a. Demensia Tipe Alzheimer
Dari semua pasien dengan demensia, 50 – 60 % memiliki demensia
tipe ini. Orang yang pertama kali mendefinisikan penyakit ini adalah
Alois Alzheimer sekitar tahun 1910. Demensia ini ditandai dengan
gejala :
- Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,
- Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia,
agnosia, gangguan fungsi eksekutif,
- Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
- Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),
- Kehilangan inisiatif.
Demensia pada penyakit Alzheimer belum diketahui secara pasti
penyebabnya, walaupun pemeriksaan neuropatologi dan biokimiawi
post mortem telah ditemukan lose selective neuron kolinergik yang
strukturnya dan bentuk fungsinya juga terjadi perubahan.
b. Demensia Vaskuler
Penyakit ini disebabkan adanya defisit kognitif yang sama dengan
Alzheimer tetapi terdapat gejala-gejala / tanda-tanda neurologis fokal
seperti :
- Peningkatan reflek tendon dalam
- Respontar eksensor
- Palsi pseudobulbar
- Kelainan gaya berjalan
- Kelemahan anggota gerak.
Demensia vaskuler merupakan demensia kedua yang paling sering
pada lansia, sehingga perlu dibedakan dengan demensi Alzheimer.
Pencegahan pada demensia ini dapat dilakukan dengan menurunkan
faktor resiko misalnya ; hipertensi, DM, merokok, aritmia. Demensia
dapat ditegakkan juga dengan MRI dan aliran darah sentral. Pedoman
diagnostik penyakit demensia vaskuler :
- Terdapat gejala demensia
- Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata
- Onset mendadak dengan adanya gejala neurologis fokal
5. Tanda dan Gejala
Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:
a. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia,
“lupa” menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
b. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu,
bulan, tahun, tempat penderita demensia berada.
c. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,
mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali.
d. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat
sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang
dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan.
Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan
tersebut muncul.
e. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah.
6. Patofisiologi
Penyakit Alzheimer mengakibatkan sedikitnya dua per tiga kasus
demensia. Penyebab spesifik penyakit Alzheimer belum diketahui,
meskipun tampaknya genetika berperan dalam hal itu. Teori-teori lain
yang pernah popular, tetapi saat ini kurang mendukung, antara lain adalah
efek toksik dari aluminium, virus yang berkembang perlahan sehingga
menimbulkan respon atau imun, atau defisiensi biokimia. Dr. Alois
Alzheimer pertama kali mendeskripsikan dua jenis struktur abnormal yang
ditemukan pada otak mayat yang menderita penyakit Alzheimer:plak
amiloid dan kekusutan neurofibril trdapat juga penurunan neurotransmitter
tertentu, terutama asetilkolin. Area otak yang terkena penyakit Alzheimer
terutama adalah korteks serebri dan hipokampus, keduanya merupakan
bagian penting dalam fungsi kognitif dan memori.
Amiloid menyebabkan rusaknya jaringan otak. Plak amiloid
berasal dari protei yang lebih besar, protein precursor amiloid (amyloid
precursor protein[APP]). Keluarga-keluarga dngan awitan dini penyakit
Alzheimer yang tampak sebagaisesuatu yang diturunkan telah menjalani
penelitian, dan beberapa diantaranya mengalami mutasi pada gen APP-
nya. Mutasi genAPP lainnya yang berkaitan dengan awitan lambat AD dan
penyakit serebrovaskular juga telah diidentifikasi. Terdapat peningkatan
risiko awitan lambat penyakit Alzheimer dengan menurunnya alel apo E4
pada kromosom 19. Simpul neurofibriler adalah sekumpulan serat-serat sel
saraf yang saling berpilin,yang disebut pasangan filamen heliks. Peran
spesifik dari simpul tersebut pada penyakit ini sedang diteliti. Asetilkolin
dan neurotransmiter merupakan zat kimia yang diperlukan untuk mengirim
pesan melewati system saraf. Deficit neurotransmiter menyebabkan
pemecahan proses komunikasi yang kompleks di antara sel-sel pada
system saraf. Tau dalah protein dalam cairan srebrospinal yang jumlahnya
sudah meningkat sekalipun pada penyakit Alzheimer tahap awal. Temuan-
temuan yang ada menunjukan bahwa penyakit Alzheimer dapat bermula di
tingkat selular, dengan atau menjadi penanda molecular di sel-sel tersebut.
Demensia multi-infark adalah penyebab demensia kedua yang
paling banyak terjadi. Pasien-pasien yang menderita penyakit
serebrovaskular yang seperti namanya, berkembang menjadi infark
multiple di otak. Namun, tidak semua orang yang menderita infark
serebral multiple mengalami demensia. Dalam perbandingannya dengan
penderita penyakit Alzheimer, orang-orang dengan demensia multi infark
mengalami awitan penyakit yang tiba-tiba, lebih dari sekedar deteriorasi
linear pada kognisi dan fungsi, dan dapat menunjukan beberapa perbaikan
di antara peristiwa-peristiwa serebrovaskular.
Sebagian besar pasien dengan penyakit Parkinson yang menderita
perjalanan penyakiy yang lama dan parah akan mengalami demensia. Pada
satu studi, pasien-pasien diamati selama 15 sampai 18 tahun setelah
memasuki program pengobatan levodopa, dan 80% di antaranya menderita
demensia sedang atau [parah sebelum akhirnya meninggal dunia. (Mickey
Stanley, 2006).
7. Pathway
Lansia Parkinson Alzheimer
Degeneratif
Penurunan fungsi otak
Melemahnya fungsi Organik
Termor
Perubahan cara berjalan
Kelemahan
Resiko terjatuh
Kematian sel neuron
Stroke
Penurunan neurotrnsmiter
MK : Resiko CederaKemunduranIntelektual
Defisit Kognitif Multipel
Disintegrasi kepribadian
Perubahan perilaku
Defisit neurotransmiter dan
Acetilkolin
Pemecahan proses komunikasi antara
sel
Gg. Memori
Depresi
Lebih
halusinasi Demensia
Sulit mengingat kembali, mengambil keputusan, bertindak lebih lamban
MK : Intoleransi AktivitasBerkurangnya kemampuan fungsi sehari-hari.
sensitifMenarik
diri
Isolasi Sosial
MK : Gangguan Persepsi SensoriTidak dapat
melakukan aktivitas mandiri
Gg.Komunikasi
Disfungsi pada visual dan auditorius
Disorientasi
MK : Gangguan
Proses PikirPenurunan daya nilai
Penurunan daya ingat.
Tidak mampu berpikir abstrak
Degenerasiprogresif korteks
cerebral
Kekacauan mental kronis
MK : Defisit Perawatan Diri
Pathway Demensia dikembangkan dari : Copel ( 2007), Towsend ( 1998) ,( www.komnaslansia.co.id)
8. DiagnosisDiagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:- Pembedaan antara delirium dan demensia- Bagian otak yang terkena- Penyebab yang potensial reversible- Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)- Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut- Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah- Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC- Pencitraan otak amat penting CT atau MRI.
9. PenatalaksanaanBeberapa kasus demensia dianggap dapat diobati karena jaringan
otak yang disfungsional dapat menahan kemampuan untuk pemulihan jika pengobatan dilakukan tepat pada waktunya. Riwayat medis yang lengkap, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium, termasuk pencitraan otak yang tepat, harus dilakukan segera setelah diagnosis dicurigai. Jika pasien menderita akibat suatu penyebab demensia yang dapat diobati, terapi diarahkan untuk mengobati gangguan dasar.
Pendekatan pengobatan umum pada pasien demensia adalah untuk memberikan perawatan medis suportif, bantuan emosional untuk pasien dan keluarganya, dan pengobatan farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk gejala perilaku yang mengganggu. Pemeliharaan kesehatan fisik pasien, lingkungan yang mendukung, dan pengobatan farmakologis simptomatik diindikasikan dalam pengobatan sebagian besar jenis demensia. Pengobatan simptomatik termasuk pemeliharaan diet gizi, latihan yang tepat, terapi rekreasi dan aktivitas, perhatian terhadap masalah visual dan audiotoris, dan pengobatan masalah medis yang menyertai, seperti infeksi saluran kemih, ulkus dekubitus, dan disfungsi kardiopulmonal. Perhatian khusus karena diberikan pada pengasuh atau anggota keluarga yang menghadapi frustasi, kesedihan, dan masalah psikologis saat mereka merawat pasien selama periode waktu yang lama.
Jika diagnosis demensia vaskular dibuat, faktor risiko yang berperan pada penyakit kardiovaskular harus diidentifikasi dan ditanggulangi secara terapetik. Faktor-faktor tersebut adalah hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, penyakit jantung, diabetes dan ketergantungan alkohol. Pasien dengan merokok harus diminta untuk berhenti, karena penghentian merokok disertai dengan perbaikan perfusi serebral dan fungsi kognitif. Obat untuk demensia:
Cholinergic-enhancing agentsUntuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan
penelitian. Pemberian cholinergic-enhancing agents menunjukkan hasil yang lumayan pada beberapa penderita; namun demikian secara keseluruhan tidak menunjukkan keberhasilan sama sekali. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa demensia alzheimerntidak semata-mata disebabkan oleh defisiensi kolinergik; demensia ini juga disebabkan oleh defisiensi neurotransmitter lainnya. Sementara itu, kombinasi kolinergik dan noradrenergic ternyata bersifat kompleks; pemberian obat kombinasi ini harus hati-hati karena dapat terjadi interaksi yang mengganggu sistem kardiovaskular.
Cholinedan lecithinDefisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia
Alzheimer dan hipotesis tentang sebab dan hubungannya dengan memori mendorong peneliti untuk mengarahkan perhatiannya pada neurotransmitter. Pemberian prekursor, cholinedan lecithin merupakan salah satu pilihan dan memberi hasil lumayan, namun demikian tidak memperlihatkan hal yang istimewa. Dengancholine ada sedikit perbaikan terutama dalam fungsi verbal dan visual. Denganlecith in hasilnya cenderung negatif, walaupun dengan dosis yang berlebih sehingga kadar dalam serum mencapai 120 persen dan dalam cairan serebrospinal naik sampai 58 persen.
Neuropeptide, vasopressin dan ACTHPemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh
perhatian. Neuropeptida dapat memperbaiki daya ingat semantik yang berkaitan dengan informasi dan kata-kata. Pada lansia tanpa gangguan psiko-organik, pemberian ACTH dapat memperbaiki daya konsentrasi dan memperbaiki keadaan umum.
Nootropic agentsDari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering
digunakan dalam terapi demensia, ialahnicer goline dan co-dergocrine mesylate. Keduanya berpengaruh terhadap katekolamin. Co-dergocrine mesylate memperbaiki perfusi serebral dengan cara mengurangi tahanan vaskular dan meningkatkan konsumsi oksigen otak. Obat ini memperbaiki perilaku, aktivitas, dan mengurangi bingung, serta memperbaiki kognisi. Disisi lain,nicergoline tampak bermanfaat untuk memperbaiki perasaan hati dan perilaku.
Dihydropyridine
Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type calcium channels menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic dihydropyridine bermanfaat untuk mengatasi kerusakan susunan saraf pusat pada lansia. Nimodipin bermanfaat untuk mengembalikan fungsi kognitif yang menurun pada lansia dan demensia jenis Alzheimer. Nimodipin memelihara sel-sel endothelial/kondisi mikrovaskular tanpa dampak hipotensif; dengan demikian sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif untuk lansia terutama yang mengidap hipertensi esensial.
10. Pencegahan dan PerawatanHal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya
demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti :- Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti
alkohol dan zat adiktif yang berlebihan- Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya
dilakukan setiap hari.- Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif- Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.- Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang
memiliki persamaan minat atau hobi- Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks
dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.-
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PengkajianTanda dan Gejala yang ditemukan pada saat melakukan
pengkajian pada pasien dengan demensia adalah sebagai berikut :- Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari- Pelupa- Sering mengulang kata-kata- Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan- Cepat marah dan sulit di atur.- Kehilangan daya ingat- Kesulitan belajar dan mengingat informasi baru- Kurang konsentrasi- Kurang kebersihan diri- Rentan terhadap kecelakaan: jatuh- Tremor
- Kurang koordinasi gerakan.
2. Diagnosa keperawatana. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis
(degenerasi neuron ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau memori, hilang konsentrsi, tidak mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas dengan akurat.
b. transmisi atau integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi, gangguan tidur, nyeri) ditandai dengan cemas, apatis, gelisah, halusinasi.
c. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari ditandai dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah, tampak cemas, mudah tersinggung, tingkah laku defensive, kekacauan mental, tingkah laku curiga, dan tingkah laku agresif.
d. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori ditandai dengan keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu menentukan kebutuhan/ waktu tidur.
e. Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, frustasi atas kehilangan kemandiriannya ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan perawatan diri.
f. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan pemecahan masalah tidak adekuat ditandai dengan cepat marah, curiga, mudah tersinggung.
NO
Diagnosa keperawata
n
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi Rasional
1 Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi atau integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi, gangguan tidur, nyeri) ditandai
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan perubahan persepsi sensori klien dapat berkurang atau terkontrol dengan KH:- Mengalami penurunan halusinasi
-
kembangkan lingkungan yang suportif dan hubungan perawat –klien terapeutik
Bantu klien untuk memahami halusinasi
beri informasi tentang sifat halusinasi ,hubungannya dengan stresor/pengalaman emosional yang traumatic,pengobatan dan cara mengatasi
kaji derajat sensori atau
Keterlibatan otak memperlihatkan masalah yang bersifat asimetris menyebabkan klien kehilangan kemampuan pada salah satu sisi tubuh (gangguan unilateral). Klien tidak dapat mengenali rasa lapar
Untuk menurunkan kebutuahan akan halusinasi
Meningkatkan masukan sensori,membatasi /menurunkan kesalahan
dengan cemas, apatis, gelisah, halusinasi.
Mengembangkan strategi psikososial untuk mengurangi stress atau mengatur prilaku.
- Mendemonstrasikan respon yang sesuai stimulasi
- Perawat mampu mengidentifikasi factor eksternal yang berperan terhadap perubahan
- kemampuan persepsi sensori
gangguan persepsi dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi klien termasuk penurunan penglihatan atau pendengaran
ajarkan strategi untuk mengurangi stress
anjurkan untuk menggunakan kaca mata atau alat bantu pendengaran sesuai keperluan
Meningkatkan kenyamanan dan menurunkan kecemasan pada klien
Meningkatkan koping dan menurunkan halusinasi
Untuk membantu klien dalam memahami halusinasi
interpretasi stimulasi
2 Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan ditandai dengan keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu menentukan kebutuhan/ waktu tidur.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi gangguan pola tidur pada klien dengan KH :- Memahami factor penyebab gangguan pola tidur
- Mampu menentukan penyebab tidur inadekuat
- Mampu memahami
Jangan menganjurkan klien tidur siang apabila berakibat efek negative terhadap tidur pada malam hari
Evaluasi efek obat klien (steroid ,diuretik) yang mengganggu tidur
Tentukan kebiasaan dan rutinitas waktu tidur malam dengan kebiasaan klien (memberi susu hangat)
Memberika lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan tidur (mematikan lampu, ventilasi ruang adekuat, suhu yang sesuai,
rencana khusus untuk menangani/mengoreksi penyebab tidur tidak adekuat
- Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap pikiran yang melayang-layang (melamun)
- Tampak atau melaporkan dapat beristirahat yang cukup
menghindari kebisingan)
Buat jadwal intervensi untuk memungkinkan waktu tidur lebih lama(memeriksa tanda vital, mengubah posisi)
Berikan kesempatan untuk tidur sejenak, anjurkan latihan saat siang hari, turunkan aktivitas mental/fisik pada sore hari
Hindari penggunaan “pengikatan” secara terus menerus
Evaluasi tingkat stress/orientasi sesuai perkembangan hari demi hari
Buat jadwal tidur secara teratur. Katakan pada klien bahwa saat ini adalah waktu untuk tidur
Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi, dan masase punggung
Turunkan jumlah minuman sore. Lakukan berkemih sebelum tidur
Putarkan musik yang lembut atau “suara yang jernih”
Irama sirkadian (siklus tidur-bangun)yang tersinkronisasi disebabkan oleh tidur siang yang singkat
Derangement psikis terjadi bila terdapat penggunaan kortikosteroid, termasuk
perubahan mood, insomnia
Mengubah pola yang sudah terbiasa dari asupan makan klien pada malam hari terbukti mengganggu tidur
Hambatan kortikal pada formasi reticular akan berkurang selama tidur, emningkatkan respons otomatik, karenanya respons kardiovaskular terhadap suara meningkat selama tidur
Gangguan tidur terjadi dengan seringnya tidur dan mengganggu pemulihan sehubungan dengan gangguan psikologis dan fisiologis, sehingga irama sirkadian terganggu
Aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat meningkatkan kebingungan, aktivitas yang terprogram tanpa stimulasi berlebihan meningkatkan waktu tidur
Risiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan menghambat waktu istirahat
Peningkatan kebingungan, disorientasi, tingkah laku tidak kooperatif (sindrom sundower) dapat mengurangi tidur
Penguatan bahwa
saatnya tidur dan mempertahankan kestabilan lingkungan. Catatan : penundaan waktu tidur diindikasikan agar klien membuang kelebihan energy dan memfasilitasi tidur
Meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk
Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk berkemih selama malam hari
Menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat suara lain dari lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur
3 Kurang perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas, menurunnya daya tahan dan kekuatan ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat merawat dirinya sesuai dengan kemampuannya dengan KH :- Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan.
- Mampu mengidentifikasi dan menggunakan sumber pribadi/ komunitas yang
Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri, seperti: keterbatasan gerak fisik, apatis/ depresi, penurunan kognitif seperti apraksia.
Identifikasi kebutuhan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai kebutuhan dengan perawatan rambut/kuku/ kulit, bersihkan kaca mata, dan gosok gigi.
Perhatikan adanya tanda-tanda nonverbal yang fisiologis.
d. Beri banyak waktu untuk melakukan tugas.
Bantu mengenakan
a. Memahami penyebab yang mempengaruhi intervensi. Masalah dapat diminimalkan dengan menyesuaikan atau memerlukan konsultasi dari ahli lain.b.Seiring perkembangan penyakit, kebutuhan kebersihan dasar mungkin dilupakan.c. Kehilangan sensori dan penurunan fungsi bahasa menyebabkan klien mengungkapkan kebutuhan perawatan diri dengan cara nonverbal, seperti terengah-engah, ingin berkemih dengan memegang dirinya.Pekerjaan yang tadinya
dapat memberikan bantuan.
pakaian yang rapi dan indah.
mudah sekarang menjadi terhambat karena penurunan motorik dan perubahan kognitif.e. Meningkatkan kepercayaan untuk hidup.
4.
Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi ditandai dengan disorientasi tempat, orang dan waktu.
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien tidak mengalami hambatan komunikasi verbal dengan kriteria hasil :- Membuat teknik/metode komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi
Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi.
Menentukan cara-cara berkomunikasi seperti mempertahankan kontak mata, pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak, menggunakan kertas dan pensil/bolpoint, gambar, atau papan tulis; bahasa isyarat, penjelas arti dari komunikasi yang disampaikan.
Letakkan bel/lampu panggilan di tempat mudah dijangkau dan berikan penjelasan cara menggunakannya. Jawab panggilan tersebut dengan segera. Penuhi kebutuhan klien. Katakan kepada klien bahwa perawat siap membantu jika dibutuhkan.
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa.
Untuk menentukan tingkat kemampuan klien dalam berkomunikasi.
Untuk membantu proses berkomunikasi dengan klien, dan agar tidak terjadi miskomunikasi.
Untuk memudahkan klien dalam memanggil perawat saat membutuhkan bantuan.
Kolaborasi
Memberikan terapi bicara pada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika
Lumbantobing. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta: FKUI
Nugroho,Wahjudi.1999. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran. Jakarta: EGC
Stanley,Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. Jakarta: EGC