Laporan Pendahuluan Demensia

26
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DIMENSIA 1. Pengertian Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas social dan okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). (Mickey Stanley, 2006). Sindrom demensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi kapasitas intelektual dapat diakibatkan oleh pnyakit di otak. Sindrom ini ditandai olah gangguan kognitif, emosional, dan psikomotor. (Lumbantobing, 2006). Demensia tipe alzhimer adalah proses degenerative yang terjadi pertama-tama pada sel yang terletak pada dasar otak depan yang mengirim informasi ke korteks serebral dan hipokampus. Sel yang terpengaruh pertama kali kehilangan kemampuannya untuk mengeluarkan asetilkolin lalu terjadi degenerasi. Jika degenerasi ini mulai berlangsung, dewasa ini tidak ada tindakan yang dapat dilakukan untuk menghidupkan kembali sel-sel atau menggantikannya.(Kushariyadi, 2010). Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan, dimana terjadi

description

Laporan Pendahuluan Demensia

Transcript of Laporan Pendahuluan Demensia

Page 1: Laporan Pendahuluan Demensia

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DIMENSIA

1. Pengertian

Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk

menggambarkan kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat

progresif dan mempengaruhi aktivitas social dan okupasi yang normal

juga aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). (Mickey Stanley, 2006).

Sindrom demensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi kapasitas

intelektual dapat diakibatkan oleh pnyakit di otak. Sindrom ini ditandai

olah gangguan kognitif, emosional, dan psikomotor. (Lumbantobing,

2006).

Demensia tipe alzhimer adalah proses degenerative yang terjadi

pertama-tama pada sel yang terletak pada dasar otak depan yang mengirim

informasi ke korteks serebral dan hipokampus. Sel yang terpengaruh

pertama kali kehilangan kemampuannya untuk mengeluarkan asetilkolin

lalu terjadi degenerasi. Jika degenerasi ini mulai berlangsung, dewasa ini

tidak ada tindakan yang dapat dilakukan untuk menghidupkan kembali sel-

sel atau menggantikannya.(Kushariyadi, 2010). Demensia adalah

penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara

perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan

kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran

kepribadian.

2. Epidemiologi

Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut

diatas 60 tahun adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta).

Peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan

meningkatnya harapan hidup suatu populasi. Kira-kira 5 % usia lanjut 65 –

70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun

mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasus

Page 2: Laporan Pendahuluan Demensia

demensia 0.5 –1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10

– 15% atau sekitar 3 – 4 juta orang. Demensia terbagi menjadi dua yakni

Demensia Alzheimer dan Demensia Vaskuler. Demensia Alzheimer

merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju Amerika dan Eropa

sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20%

sisanya 15- 35% disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan Cina

demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat penyakit

Alzheimer.

3. Etiologi

Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat

menyebabkan timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima.

Beberapa penyakit dapat disembuhkan sementara sebagian besar tidak

dapat disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar

peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari gejala

demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah),

demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen

diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.

Tiap penyakit yang melibatkan otak dapat menyebabkan demensia,

misalnya : gangguan peredaran darah di otak, radang, neoplasma,

gangguan metabolic, penyakit degenerative. Semua hal ini harus

ditelusuri. Gejala atau kelainan yang menyertai demensia kita teliti. Sering

diagnose – etiologi dapat ditegakkan melalui atau dengan bantuan kelainan

yang menyertai, seperti : hemiparese, gangguan sensibilitas, afasia,

apraksia, rigiditas, tremor. (Lumbantobing, 2006).

Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah

penyakit Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak

mati sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan

sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer

mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga

penurunan proses berpikir.

Page 3: Laporan Pendahuluan Demensia

4. Klasifikasi

a. Demensia Tipe Alzheimer

Dari semua pasien dengan demensia, 50 – 60 % memiliki demensia

tipe ini. Orang yang pertama kali mendefinisikan penyakit ini adalah

Alois Alzheimer sekitar tahun 1910. Demensia ini ditandai dengan

gejala :

- Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,

- Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia,

agnosia, gangguan fungsi eksekutif,

- Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,

- Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),

- Kehilangan inisiatif.

Demensia pada penyakit Alzheimer belum diketahui secara pasti

penyebabnya, walaupun pemeriksaan neuropatologi dan biokimiawi

post mortem telah ditemukan lose selective neuron kolinergik yang

strukturnya dan bentuk fungsinya juga terjadi perubahan.

b. Demensia Vaskuler

Penyakit ini disebabkan adanya defisit kognitif yang sama dengan

Alzheimer  tetapi  terdapat gejala-gejala / tanda-tanda neurologis fokal

seperti :

- Peningkatan reflek tendon dalam

- Respontar eksensor

- Palsi pseudobulbar

- Kelainan gaya berjalan

- Kelemahan anggota gerak.

Demensia vaskuler merupakan demensia kedua yang paling sering

pada lansia, sehingga perlu dibedakan dengan demensi Alzheimer.

Pencegahan pada demensia ini dapat dilakukan dengan menurunkan

Page 4: Laporan Pendahuluan Demensia

faktor resiko misalnya ; hipertensi, DM, merokok, aritmia. Demensia

dapat ditegakkan juga dengan MRI dan aliran darah sentral. Pedoman

diagnostik penyakit demensia vaskuler :

- Terdapat gejala demensia

- Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata

- Onset mendadak dengan adanya gejala neurologis fokal

5. Tanda dan Gejala

Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:

a. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia,

“lupa” menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.

b. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu,

bulan, tahun, tempat penderita demensia berada.

c. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang

benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,

mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali.

d. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat

sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang

dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan.

Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan

tersebut muncul.

e. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan

gelisah.

6. Patofisiologi

Penyakit Alzheimer mengakibatkan sedikitnya dua per tiga kasus

demensia. Penyebab spesifik penyakit Alzheimer belum diketahui,

meskipun tampaknya genetika berperan dalam hal itu. Teori-teori lain

yang pernah popular, tetapi saat ini kurang mendukung, antara lain adalah

efek toksik dari aluminium, virus yang berkembang perlahan sehingga

Page 5: Laporan Pendahuluan Demensia

menimbulkan respon atau imun, atau defisiensi biokimia. Dr. Alois

Alzheimer pertama kali mendeskripsikan dua jenis struktur abnormal yang

ditemukan pada otak mayat yang menderita penyakit Alzheimer:plak

amiloid dan kekusutan neurofibril trdapat juga penurunan neurotransmitter

tertentu, terutama asetilkolin. Area otak yang terkena penyakit Alzheimer

terutama adalah korteks serebri dan hipokampus, keduanya merupakan

bagian penting dalam fungsi kognitif dan memori.

Amiloid menyebabkan rusaknya jaringan otak. Plak amiloid

berasal dari protei yang lebih besar, protein precursor amiloid (amyloid

precursor protein[APP]). Keluarga-keluarga dngan awitan dini penyakit

Alzheimer yang tampak sebagaisesuatu yang diturunkan telah menjalani

penelitian, dan beberapa diantaranya mengalami mutasi pada gen APP-

nya. Mutasi genAPP lainnya yang berkaitan dengan awitan lambat AD dan

penyakit serebrovaskular juga telah diidentifikasi. Terdapat peningkatan

risiko awitan lambat penyakit Alzheimer dengan menurunnya alel apo E4

pada kromosom 19. Simpul neurofibriler adalah sekumpulan serat-serat sel

saraf yang saling berpilin,yang disebut pasangan filamen heliks. Peran

spesifik dari simpul tersebut pada penyakit ini sedang diteliti. Asetilkolin

dan neurotransmiter merupakan zat kimia yang diperlukan untuk mengirim

pesan melewati system saraf. Deficit neurotransmiter menyebabkan

pemecahan proses komunikasi yang kompleks di antara sel-sel pada

system saraf. Tau dalah protein dalam cairan srebrospinal yang jumlahnya

sudah meningkat sekalipun pada penyakit Alzheimer tahap awal. Temuan-

temuan yang ada menunjukan bahwa penyakit Alzheimer dapat bermula di

tingkat selular, dengan atau menjadi penanda molecular di sel-sel tersebut.

Demensia multi-infark adalah penyebab demensia kedua yang

paling banyak terjadi. Pasien-pasien yang menderita penyakit

serebrovaskular yang seperti namanya, berkembang menjadi infark

multiple di otak. Namun, tidak semua orang yang menderita infark

serebral multiple mengalami demensia. Dalam perbandingannya dengan

penderita penyakit Alzheimer, orang-orang dengan demensia multi infark

Page 6: Laporan Pendahuluan Demensia

mengalami awitan penyakit yang tiba-tiba, lebih dari sekedar deteriorasi

linear pada kognisi dan fungsi, dan dapat menunjukan beberapa perbaikan

di antara peristiwa-peristiwa serebrovaskular.

Sebagian besar pasien dengan penyakit Parkinson yang menderita

perjalanan penyakiy yang lama dan parah akan mengalami demensia. Pada

satu studi, pasien-pasien diamati selama 15 sampai 18 tahun setelah

memasuki program pengobatan levodopa, dan 80% di antaranya menderita

demensia sedang atau [parah sebelum akhirnya meninggal dunia. (Mickey

Stanley, 2006).

7. Pathway

Lansia Parkinson Alzheimer

Degeneratif

Penurunan fungsi otak

Melemahnya fungsi Organik

Termor

Perubahan cara berjalan

Kelemahan

Resiko terjatuh

Kematian sel neuron

Stroke

Penurunan neurotrnsmiter

MK : Resiko CederaKemunduranIntelektual

Defisit Kognitif Multipel

Disintegrasi kepribadian

Perubahan perilaku

Defisit neurotransmiter dan

Acetilkolin

Pemecahan proses komunikasi antara

sel

Gg. Memori

Depresi

Lebih

halusinasi Demensia

Page 7: Laporan Pendahuluan Demensia

Sulit mengingat kembali, mengambil keputusan, bertindak lebih lamban

MK : Intoleransi AktivitasBerkurangnya kemampuan fungsi sehari-hari.

sensitifMenarik

diri

Isolasi Sosial

MK : Gangguan Persepsi SensoriTidak dapat

melakukan aktivitas mandiri

Gg.Komunikasi

Disfungsi pada visual dan auditorius

Disorientasi

MK : Gangguan

Proses PikirPenurunan daya nilai

Penurunan daya ingat.

Tidak mampu berpikir abstrak

Degenerasiprogresif korteks

cerebral

Kekacauan mental kronis

MK : Defisit Perawatan Diri

Pathway Demensia dikembangkan dari : Copel ( 2007), Towsend ( 1998) ,( www.komnaslansia.co.id)

Page 8: Laporan Pendahuluan Demensia

8. DiagnosisDiagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:- Pembedaan antara delirium dan demensia- Bagian otak yang terkena- Penyebab yang potensial reversible- Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)- Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut- Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah- Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC- Pencitraan otak amat penting CT atau MRI.

9. PenatalaksanaanBeberapa kasus demensia dianggap dapat diobati karena jaringan

otak yang disfungsional dapat menahan kemampuan untuk pemulihan jika pengobatan dilakukan tepat pada waktunya. Riwayat medis yang lengkap, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium, termasuk pencitraan otak yang tepat, harus dilakukan segera setelah diagnosis dicurigai. Jika pasien menderita akibat suatu penyebab demensia yang dapat diobati, terapi diarahkan untuk mengobati gangguan dasar.

Pendekatan pengobatan umum pada pasien demensia adalah untuk memberikan perawatan medis suportif, bantuan emosional untuk pasien dan keluarganya, dan pengobatan farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk gejala perilaku yang mengganggu. Pemeliharaan kesehatan fisik pasien, lingkungan yang mendukung, dan pengobatan farmakologis simptomatik diindikasikan dalam pengobatan sebagian besar jenis demensia. Pengobatan simptomatik termasuk pemeliharaan diet gizi, latihan yang tepat, terapi rekreasi dan aktivitas, perhatian terhadap masalah visual dan audiotoris, dan pengobatan masalah medis yang menyertai, seperti infeksi saluran kemih, ulkus dekubitus, dan disfungsi kardiopulmonal. Perhatian khusus karena diberikan pada pengasuh atau anggota keluarga yang menghadapi frustasi, kesedihan, dan masalah psikologis saat mereka merawat pasien selama periode waktu yang lama.

Jika diagnosis demensia vaskular dibuat, faktor risiko yang berperan pada penyakit kardiovaskular harus diidentifikasi dan ditanggulangi secara terapetik. Faktor-faktor tersebut adalah hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, penyakit jantung, diabetes dan ketergantungan alkohol. Pasien dengan merokok harus diminta untuk berhenti, karena penghentian merokok disertai dengan perbaikan perfusi serebral dan fungsi kognitif. Obat untuk demensia:

Page 9: Laporan Pendahuluan Demensia

Cholinergic-enhancing agentsUntuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan

penelitian. Pemberian cholinergic-enhancing agents menunjukkan hasil yang lumayan pada beberapa penderita; namun demikian secara keseluruhan tidak menunjukkan keberhasilan sama sekali. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa demensia alzheimerntidak semata-mata disebabkan oleh defisiensi kolinergik; demensia ini juga disebabkan oleh defisiensi neurotransmitter lainnya. Sementara itu, kombinasi kolinergik dan noradrenergic ternyata bersifat kompleks; pemberian obat kombinasi ini harus hati-hati karena dapat terjadi interaksi yang mengganggu sistem kardiovaskular.

Cholinedan lecithinDefisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia

Alzheimer dan hipotesis tentang sebab dan hubungannya dengan memori mendorong peneliti untuk mengarahkan perhatiannya pada neurotransmitter. Pemberian prekursor, cholinedan lecithin merupakan salah satu pilihan dan memberi hasil lumayan, namun demikian tidak memperlihatkan hal yang istimewa. Dengancholine ada sedikit perbaikan terutama dalam fungsi verbal dan visual. Denganlecith in hasilnya cenderung negatif, walaupun dengan dosis yang berlebih sehingga kadar dalam serum mencapai 120 persen dan dalam cairan serebrospinal naik sampai 58 persen.

Neuropeptide, vasopressin dan ACTHPemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh

perhatian. Neuropeptida dapat memperbaiki daya ingat semantik yang berkaitan dengan informasi dan kata-kata. Pada lansia tanpa gangguan psiko-organik, pemberian ACTH dapat memperbaiki daya konsentrasi dan memperbaiki keadaan umum.

Nootropic agentsDari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering

digunakan dalam terapi demensia, ialahnicer goline dan co-dergocrine mesylate. Keduanya berpengaruh terhadap katekolamin. Co-dergocrine mesylate memperbaiki perfusi serebral dengan cara mengurangi tahanan vaskular dan meningkatkan konsumsi oksigen otak. Obat ini memperbaiki perilaku, aktivitas, dan mengurangi bingung, serta memperbaiki kognisi. Disisi lain,nicergoline tampak bermanfaat untuk memperbaiki perasaan hati dan perilaku.

Dihydropyridine

Page 10: Laporan Pendahuluan Demensia

Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type calcium channels menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic dihydropyridine bermanfaat untuk mengatasi kerusakan susunan saraf pusat pada lansia. Nimodipin bermanfaat untuk mengembalikan fungsi kognitif yang menurun pada lansia dan demensia jenis Alzheimer. Nimodipin memelihara sel-sel endothelial/kondisi mikrovaskular tanpa dampak hipotensif; dengan demikian sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif untuk lansia terutama yang mengidap hipertensi esensial.

10. Pencegahan dan PerawatanHal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya

demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti :- Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti

alkohol dan zat adiktif yang berlebihan- Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya

dilakukan setiap hari.- Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif- Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.- Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang

memiliki persamaan minat atau hobi- Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks

dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.-

B.   KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PengkajianTanda dan Gejala yang ditemukan pada saat melakukan

pengkajian pada pasien dengan demensia adalah sebagai berikut :- Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari- Pelupa- Sering mengulang kata-kata- Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan- Cepat marah dan sulit di atur.- Kehilangan daya ingat- Kesulitan belajar dan mengingat informasi baru- Kurang konsentrasi- Kurang kebersihan diri- Rentan terhadap kecelakaan: jatuh- Tremor

Page 11: Laporan Pendahuluan Demensia

- Kurang koordinasi gerakan.

2. Diagnosa keperawatana. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis

(degenerasi neuron ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau memori, hilang konsentrsi, tidak mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas dengan akurat.

b. transmisi atau integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi, gangguan tidur, nyeri) ditandai dengan cemas, apatis, gelisah, halusinasi.

c. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari ditandai dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah, tampak cemas, mudah tersinggung, tingkah laku defensive, kekacauan mental, tingkah laku curiga, dan tingkah laku agresif.

d. Perubahan pola tidur  berhubungan dengan perubahan pada sensori ditandai dengan keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu menentukan kebutuhan/ waktu tidur.

e. Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, frustasi atas kehilangan kemandiriannya ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan perawatan diri.

f. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan pemecahan masalah tidak adekuat ditandai dengan cepat marah, curiga, mudah tersinggung.

NO

Diagnosa keperawata

n

Tujuan dan kriteria hasil

Intervensi Rasional

1 Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi atau integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi, gangguan tidur, nyeri) ditandai

Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan perubahan persepsi sensori klien dapat berkurang atau terkontrol dengan KH:-          Mengalami penurunan halusinasi

-         

kembangkan lingkungan yang suportif dan hubungan perawat –klien terapeutik

Bantu klien untuk memahami halusinasi

beri informasi tentang sifat halusinasi ,hubungannya dengan stresor/pengalaman emosional yang traumatic,pengobatan dan cara mengatasi

kaji derajat sensori atau

Keterlibatan otak memperlihatkan masalah yang bersifat asimetris menyebabkan klien kehilangan kemampuan pada salah satu sisi tubuh (gangguan unilateral). Klien tidak dapat mengenali rasa lapar

Untuk menurunkan kebutuahan akan halusinasi

Meningkatkan masukan sensori,membatasi /menurunkan kesalahan

Page 12: Laporan Pendahuluan Demensia

dengan cemas, apatis, gelisah, halusinasi.

Mengembangkan strategi psikososial untuk mengurangi stress atau mengatur prilaku.

-          Mendemonstrasikan respon yang sesuai stimulasi

-          Perawat mampu mengidentifikasi factor eksternal yang berperan terhadap perubahan

-          kemampuan  persepsi sensori

gangguan persepsi dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi klien termasuk penurunan penglihatan atau pendengaran

ajarkan strategi untuk mengurangi stress

anjurkan untuk menggunakan kaca mata atau alat bantu pendengaran sesuai keperluan

Meningkatkan kenyamanan dan menurunkan kecemasan pada klien

Meningkatkan koping dan menurunkan halusinasi

Untuk membantu klien dalam memahami halusinasi

interpretasi stimulasi

2 Perubahan pola tidur  berhubungan dengan perubahan lingkungan ditandai dengan keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu menentukan kebutuhan/ waktu tidur.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi gangguan pola tidur pada klien dengan KH :-          Memahami factor penyebab gangguan pola tidur

-          Mampu menentukan penyebab tidur inadekuat

-          Mampu memahami

Jangan menganjurkan klien tidur siang apabila berakibat efek negative terhadap tidur pada malam hari

Evaluasi efek obat klien (steroid ,diuretik) yang mengganggu tidur

Tentukan kebiasaan dan rutinitas waktu tidur malam dengan kebiasaan klien (memberi susu hangat)

Memberika lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan tidur (mematikan lampu, ventilasi ruang adekuat, suhu yang sesuai,

Page 13: Laporan Pendahuluan Demensia

rencana khusus untuk menangani/mengoreksi penyebab tidur tidak adekuat

-          Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap pikiran yang melayang-layang (melamun)

-          Tampak atau melaporkan dapat beristirahat yang cukup

menghindari kebisingan)

Buat jadwal intervensi untuk memungkinkan waktu tidur lebih lama(memeriksa tanda vital, mengubah posisi)

Berikan kesempatan untuk tidur sejenak, anjurkan latihan saat siang hari, turunkan aktivitas mental/fisik pada sore hari

Hindari penggunaan “pengikatan” secara terus menerus

Evaluasi tingkat stress/orientasi sesuai perkembangan hari demi hari

Buat jadwal tidur secara teratur. Katakan pada klien bahwa saat ini adalah waktu untuk tidur

Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi, dan masase punggung

Turunkan jumlah minuman sore. Lakukan berkemih sebelum tidur

Putarkan musik yang lembut atau “suara yang jernih”

Irama sirkadian (siklus tidur-bangun)yang tersinkronisasi disebabkan oleh tidur siang yang singkat

Derangement psikis terjadi bila terdapat penggunaan kortikosteroid, termasuk

Page 14: Laporan Pendahuluan Demensia

perubahan mood, insomnia

Mengubah pola yang sudah terbiasa dari asupan makan klien pada malam hari terbukti mengganggu tidur

Hambatan kortikal pada formasi reticular akan berkurang selama tidur, emningkatkan respons otomatik, karenanya respons kardiovaskular terhadap suara meningkat selama tidur

Gangguan tidur terjadi dengan seringnya tidur dan mengganggu pemulihan sehubungan dengan gangguan psikologis dan fisiologis, sehingga irama sirkadian terganggu

Aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat meningkatkan kebingungan, aktivitas yang terprogram tanpa stimulasi berlebihan meningkatkan waktu tidur

Risiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan menghambat waktu istirahat

Peningkatan kebingungan, disorientasi, tingkah laku tidak kooperatif (sindrom sundower) dapat mengurangi tidur

Penguatan bahwa

Page 15: Laporan Pendahuluan Demensia

saatnya tidur dan mempertahankan kestabilan lingkungan. Catatan : penundaan waktu tidur diindikasikan agar klien membuang kelebihan energy dan memfasilitasi tidur

Meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk

Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk berkemih selama malam hari

Menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat suara lain dari lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur

3 Kurang perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas, menurunnya daya tahan dan kekuatan ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.

Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat merawat dirinya sesuai dengan kemampuannya dengan KH :-  Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan.

-  Mampu mengidentifikasi dan menggunakan sumber pribadi/ komunitas yang

Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri, seperti: keterbatasan gerak fisik, apatis/ depresi, penurunan kognitif seperti apraksia.

Identifikasi kebutuhan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai kebutuhan dengan perawatan rambut/kuku/ kulit, bersihkan kaca mata, dan gosok gigi.

Perhatikan adanya tanda-tanda nonverbal yang fisiologis.

d. Beri banyak waktu untuk melakukan tugas.

Bantu mengenakan

a. Memahami penyebab yang mempengaruhi intervensi. Masalah dapat diminimalkan dengan menyesuaikan atau memerlukan konsultasi dari ahli lain.b.Seiring perkembangan penyakit, kebutuhan kebersihan dasar mungkin dilupakan.c. Kehilangan sensori dan penurunan fungsi bahasa menyebabkan klien mengungkapkan kebutuhan perawatan diri dengan cara nonverbal, seperti terengah-engah, ingin berkemih dengan memegang dirinya.Pekerjaan yang tadinya

Page 16: Laporan Pendahuluan Demensia

dapat memberikan bantuan.

pakaian yang rapi dan indah.

mudah sekarang menjadi terhambat karena penurunan motorik dan perubahan kognitif.e. Meningkatkan kepercayaan untuk hidup.

4.

Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi ditandai dengan disorientasi tempat, orang dan waktu.

Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien tidak mengalami hambatan komunikasi verbal dengan kriteria hasil :-     Membuat teknik/metode komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi

Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi.

  Menentukan cara-cara berkomunikasi seperti mempertahankan kontak mata, pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak, menggunakan kertas dan pensil/bolpoint, gambar, atau papan tulis; bahasa isyarat, penjelas arti dari komunikasi yang disampaikan.

Letakkan bel/lampu panggilan di tempat mudah dijangkau dan berikan penjelasan cara menggunakannya. Jawab panggilan tersebut dengan segera. Penuhi kebutuhan klien. Katakan kepada klien bahwa perawat siap membantu jika dibutuhkan.

Kolaborasi

Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa.

Untuk menentukan tingkat kemampuan klien dalam berkomunikasi.

Untuk membantu proses berkomunikasi dengan klien, dan agar tidak terjadi miskomunikasi.

Untuk memudahkan klien dalam memanggil perawat saat membutuhkan bantuan.

Kolaborasi

Memberikan terapi bicara pada klien.

Page 17: Laporan Pendahuluan Demensia

DAFTAR PUSTAKA

Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika

Lumbantobing. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta: FKUI

Nugroho,Wahjudi.1999.  Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran. Jakarta: EGC

Stanley,Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. Jakarta: EGC