Laporan Pendahuluan Demam Typoid

176
Laporan Pendahuluan Demam Thypoid A. Pengertian Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Nursalam dkk., 2005, hal 152). Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Rampengan, 2007). Demam thypoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi salmonella typhi (Ovedoff, 2002: 514). B. Etiologi Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonella thypi. Bakteri salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI. Dalam serum penderita, terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh

description

tifus

Transcript of Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Page 1: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Laporan Pendahuluan

Demam Thypoid

A.           Pengertian

Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya 

mengenai saluran  pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,

gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Nursalam dkk., 2005, hal

152).

Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan

gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan

dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Rampengan, 2007).

Demam thypoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi

salmonella typhi (Ovedoff, 2002: 514).

B.            Etiologi

Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonella thypi. Bakteri

salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar,

tidak berspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang

terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI.

Dalam serum penderita, terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen

tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-

41°C (optimum 37°C) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah

lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman yang

terkontaminasi, fomitus, dan lain sebagainya.

C.            Manifestasi klinis

Menurut ngastiyah (2005: 237), demam thypoid pada anak biasanya lebih

ringan daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika

infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30

hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak

Page 2: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian

menyusul gejala klinis yang biasanya ditemukan, yaitu:

1.    Demam

Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan

suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik

setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.

Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.

2.    Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah

(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya

kemerahan. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan

limpa membesar disertai nyeri dan peradangan.

3.    Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang

terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat

mendapatkan pengobatan). Gejala lain yang juga dapat ditemukan pada punggung

dan anggota gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintik-bintik kemerahan karena

emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam,

kadang-kadang ditemukan pula trakikardi dan epistaksis.

4.    Relaps

Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan tetap

berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah suhu

badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadi

karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik

oleh obat maupun oleh zat anti.

D.           Patofisiologi

1.    Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar

oleh salmonella (biasanya >10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat

Page 3: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

dimusnahkan oleh asam hcl lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika

respon imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka basil salmonella

akan menembus sel-sel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina propia dan

berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelejar getah

bening mesenterika.

2.    Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami

hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui ductus

thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikulo endotalial tubuh, terutama hati,

sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portar dari usus.

3.    Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma, dan sel

mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali).

Di organ ini, kuman salmonlla thypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah

lagi, sehingga mengakibatkan bakterimia kedua yang disertai tanda dan gejala

infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas

vaskuler, dan gangguan mental koagulasi).

4.    Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak

peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini

dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan

perforasi usus. Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan

dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik

kardiovaskuler, pernapasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama

timbulnya penyakit, terjadi hyperplasia plak peyeri. Disusul kemudian, terjadi

nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi plak peyeri pada minggu ketiga.

Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus

dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut).

Sedangkan penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai

cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku),

Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.

E.            Komplikasi

1.    Komplikasi intestinal

Page 4: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

a.    Perdarahan usus

b.    Perporasi usus

c.    Ilius paralitik

2.    Komplikasi extra intestinal

a.    Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis,

trombosis, tromboplebitis.

b.    Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia

hemolitik.

c.    Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

d.   Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.

e.    Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.

f.     Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.

g.    Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis

perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.

F.             Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan

laboratorium, yang terdiri dari :

1.    Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat

leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah

sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada

sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat

leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu,

pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

2.    Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi

dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

3.   Biakan darah

Page 5: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila

biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid.

Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :

1.    Teknik pemeriksaan laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal

ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu

pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat

bakteremia berlangsung.

2.    Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit

Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama

dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh

biakan darah dapat positif kembali.

3.    Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan

antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga

biakan darah negatif.

4.    Pengobatan dengan obat anti mikroba

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba

pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin

negatif.

4.    Uji widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi

(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam

serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan.

Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah

dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk

menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita

typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau

aglutinin yaitu :

a.    Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh

kuman).

Page 6: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

b.    Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel

kuman).

c.    Aglutinin VI, yang dibuat karena rangsangan antigen VI (berasal dari simpai

kuman)

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan

titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita

typhoid.

G.           Terapi dan pengobatan

1.    Perawatan

a.    Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah

komplikasi perdarahan usus.

b.    Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada

komplikasi perdarahan.

2.    Diet

a.    Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein

b.    Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

c.    Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.

d.   Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.

3.    Obat-obatan

Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit thypoid. Waktu

penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Antibiotika, seperti

ampicillin, kloramfenikol, trimethoprim sulfamethoxazole, dan ciproloxacin

sering digunakan untuk merawat demam tipoid di negara-negara barat. Obat-obat

antibiotik adalah

a.    Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali

pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari.

b.    Bilamana terdapat indikasi kontra pemberian kloramfenikol, diberi ampisilin

dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian intravena saat

belum dapat minum obat, selama 21 hari.

Page 7: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

c.    amoksisilin amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali.

Pemberian oral/intravena selama 21 hari.

d.   kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2-3 kali

pemberian, oral, selama 14 hari.

e.    Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50 mg/kg BB/kali dan

diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7

hari.

f.     Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah

meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.

Bila tak terawat, demam thypoid dapat berlangsung selama tiga minggu

sampai sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30% dari kasus yang tidak

terawat. Vaksin untuk demam thypoid tersedia dan dianjurkan untuk orang yang

melakukan perjalanan ke wilayah penyakit ini biasanya berjangkit (terutama di

Asia, Afrika, dan Amerika Latin).

Pengobatan penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan dengan

manifestasi nerologik menonjol, diberi Deksametason dosis tinggi dengan dosis

awal 3 mg/kg BB, intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul

pemberian dengan dosis 1 mg/kg BB dengan tenggang waktu 6 jam sampai 7 kali

pemberian. Tatalaksana bedah dilakukan pada kasus-kasus dengan penyulit

perforasi usus.

H.           Asuhan keperawatan

1.    Pengkajian

a.    Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama,

status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa

medik.

Page 8: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

b.    Keluhan utama

Keluhan utama demam thypoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun,

nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan

kesadaran.

c.    Riwayat penyakit sekarang

Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi  ke dalam

tubuh.

d.   Riwayat penyakit dahulu

Apakah sebelumnya pernah sakit demam thypoid.

e.    Riwayat penyakit keluarga

Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.

f.     Pola-pola fungsi kesehatan

1)   Pola nutrisi dan metabolisme

Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah  saat

makan  sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan  sama sekali.

2)   Pola eliminasi

Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama.  Sedangkan

eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning

kecoklatan.   Klien dengan demam thypoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang

berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan

kebutuhan cairan tubuh.

3)   Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi

komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.

4)   Pola tidur dan istirahat

Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.

5)   Pola persepsi dan konsep diri

Page 9: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit anaknya.

6)   Pola sensori dan kognitif

Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya

tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pada klien.

7)   Pola hubungan dan peran

Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit

dan klien harus bed rest total.

8)   Pola penanggulangan stress

Biasanya orang tua akan nampak cemas

g.    Pemeriksaan fisik

1)   Keadaan umum

Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 410C, muka

kemerahan.

2)   Tingkat kesadaran

Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).

3)   Sistem respirasi

Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran

seperti bronchitis.

4)   Sistem kardiovaskuler

Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.

5)   Sistem integumen

Kulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam

6)   Sistem gastrointestinal

Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah,

anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus

meningkat.

7)   Sistem muskuloskeletal

Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.

8)   Sistem abdomen

Page 10: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta

nyeri tekan pada abdomen.  Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada

auskultasi peristaltik usus meningkat.

2.    Diagnosa keperawatan

a.    Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan usus halus

b.    Kurangnya volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh, intake

cairan peroral yang kurang (mual, muntah)

c.    Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan proses peradangan pada usus halus

d.   Perubahan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh berhubungan dengan mual,

muntah, anoreksia

e.    Intoleransi aktivitas terutama dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam hal

nutrisi, eliminasi, personal hygiene berhubungan dengan kelemahan dan

imobilisasi

f.     Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradangan.

g.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demam

h.    Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen

dengan kebutuhan, dispnea.

i.      Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran

j.      Kelemahan berhubungan dengan intake inadekuat, tirah baring

k.    Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit

dan kondisi anaknya.

3.    Implementasi

a.    Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan usus halus

Tujuan : suhu tubuh kembali normal

Kriteria hasil ;

1)   Tidak demam

2)   Tanda-tanda vital dalam batas normal

Intervensi:

1)   Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh tiap 2 – 4 jam.

Page 11: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

R/: Mengetahui keadaan umum pasien

2)   Berikan kompres dingin.

R/: Mengurangi peningkatan suhu tubuh

3)   Atur suhu ruangan yang nyaman.

R/: Memberikan suasana yang menyenangkan dan menghilangkan ketidaknyamanan.

4)   Anjurkan untuk banyak minum air putih

R/: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan sehingga perlu diimbangi

dengan asupan cairan yang banyak

5)   Kolaborasi pemberian antiviretik, antibiotik

R/: Mempercepat proses penyembuhan, menurunkan demam. Pemberian antibiotik

menghambat pertumbuhan dan proses infeksi dari bakteri

b.    Kurangnya volume cairan b/d peningkatan suhu tubuh, intake cairan peroral yang

kurang (mual, muntah)

Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi

Kriteria hasil :

1)   Tidak mual

2)   Tidak demam

3)   Muntah

4)   Suhu tubuh dalam batas normal

Intervensi:

1)   Jelaskan kepada pasien tentag pentingnya cairan

R/: Agar pasien dapat mengetahui tentang pentingnya cairan dan dapat memenuhi

kebutuhan cairan.

2)   Monitor dan catat intake dan output cairan

R/: Untuk mengetahui keseimbangan intake da output cairan

3)   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antiemetic

R/: Untuk mengetahui pemberian dosis yang tepat

4)   Kaji tanda dan gejala dehidrasi hypovolemik, riwayat muntah, kehausan dan

turgor kulit

Page 12: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

R/: Hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan atau efek

dari kehilangan cairan

5)   Observasi adanya tanda-tanda syok, tekanan darah menurun, nadi cepat dan

lemah

R/: Agar segera dilakukan tindakan/ penanganan jika terjadi syok

6)   Berikan cairan peroral pada klien sesuai kebutuhan

R/: Cairan peroral akan membantu memenuhi kebutuhan cairan

7)   Anjurkan kepada orang tua klien untuk mempertahankan asupan cairan secara

dekuat

R/: Asupan cairan secara adekuat sangat diperlukan untuk menambah volume cairan

tubuh

8)   Kolaborasi pemberian cairan intravena

R/: Pemberian intravena sangat penting bagi klien untuk memenuhi kebutuhan cairan

yang hilang

c.    Gangguan pola eliminasi b/d proses peradangan pada usus halus

Tujuan : pola eliminasi sesuai dengan kebiasaan sehari-hari

Kriteria hasil : konsistensi normal

Intervensi:

1)   Kaji pola eliminasi pasien

R/: Untuk mengetahui output dan dapat ditentukan intake yang sesuai

2)   Berikan minuman oralit

R/: Untuk menyeimbangkan elektrolit

3)   Kolaborasi dengan dokter dalam obat

R/ : Untuk mengetahui dosis yang tepat menghentikan diare

4)   Auskultasi bising usus

R/: Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan

fekalit

5)   Selidiki keluhan nyeri abdomen

Page 13: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

R/: Berhubungan dengan distensi gas

6)   Observasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah feses

R/: Indikator kembalinya fungsi gi, mengidentifikasi ketepatan intervensi

7)   Anjurkan makan makanan lunak, buah-buahan yang merangsang bab

R/: Mengatasi konstipasi yang terjadi

8)   Kolaborasi berikan pelunak feses, supositoria sesuai indikasi

R/: Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan

d.   Perubahan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh b/d mual, muntah, anoreksia

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil :

1)   Tidak demam

2)   Mual berkurang

3)   Tidak ada muntah

4)   Porsi makan tidak dihabiskan

Intervensi:

1)   Berikan makanan yang tidak merangsang saluran cerna, dan sajikan dalam

keadaan hangat

R/: Untuk menimbulkan selera pasien dan mengembalikan status nutrisi

2)   Monitor dan catat makanan yang dihabiskan pasien

R/ : Untuk mengetahui keseimbangan haluaran dan masukan

3)   Kaji kemampuan makan klien

R/: Untuk mengetahui perubahan nutrisi klien dan sebagai indikator intervensi

selanjutnya

4)   Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering

R/: Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan meminimalkan rasa mual dan muntah

5)   Beri nutrisi dengan diet lunak, tinggi kalori tinggi protein

R/: Memenuhi kebutuhan nutrisi adekuat

6)   Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk memberikan makanan yang

disukai

Page 14: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

R/: Menambah selera makan dan dapat menambah asupan nutrisi yang dibutuhkan

klien

7)   Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk menghindari makanan yang

mengandung gas/asam, peda

R/: Dapat meningkatkan asam lambung yang dapat memicu mual dan muntah dan

menurunkan asupan nutrisi

8)   Kolaborasi berikan antiemetik, antasida sesuai indikasi

R/: Mengatasi mual/muntah, menurunkan asam lambung yang dapat memicu

mual/muntah

e.    Intoleransi aktivitas terutama dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam hal

nutrisi, eliminasi, personal hygiene b/d kelemahan dan imobilisasi

Tujuan : kebutuhan sehari-hari terpenuhi setelah diberi tindakan keperawatan

Kriteria hasil :

1)   Pasien mengatakan tidak lemah

2)   Tampak rileks

Intervensi:

1)   Kaji kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

R/ : Untuk mengetahui tingkat kemampuan pasien

2)   Bantu pasien dalam melakukan aktivitas

R/ : Agar kebutuhan pasien dapat terpenuhi

f.     Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradangan

Tujuan : nyeri hilang/berkuran

Kriteria hasil     :

1)   Tidak ada keluhan nyeri

2)   Wajah tampak tampak rileks

3)   Ttv dalam batas normal

Intervensi:

Page 15: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

1)   Kaji tingkat nyeri, lokasi, sifat dan lamanya nyeri

R/: Sebagai indikator dalam melakukan intervensi selanjutnya dan untuk mengetahui

sejauh mana nyeri dipersepsikan.

2)   Berikan posisi yang nyaman sesuai keinginan klien.

R/: Posisi yang nyaman akan membuat klien lebih rileks sehingga merelaksasikan

otot-otot.

3)   Ajarkan   tehnik   nafas    dalam

R/: Tehnik nafas dalam dapat merelaksasi otot-otot sehingga mengurangi nyeri

4)   Ajarkan kepada orang tua untuk menggunakan tehnik relaksasi misalnya

visualisasi, aktivitas hiburan yang tepat

R/: Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian

5)   Kolaborasi obat-obatan analgetik

R/: Dengan obat analgetik akan menekan atau mengurangi rasa nyeri

g.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demam

Tujuan : pola tidur efektif

Kriteria hasil        :

1)   Melaporkan tidur nyenyak

2)   Klien tidur 8-10 jam semalam

3)   Klien tampak segar

Intervensi:

1)   Kaji pola tidur klien

R/: Mengetahui kebiasaan tidur klien, mengetahui gangguan yang dialami,

memudahkan intervensi selanjutnya

2)   Berikan bantal yang nyaman

R/: Meningkatkan kenyamanan meningkatkan pemenuhan istirahat tidur

3)   Berikan lingkungan yang nyaman, batasi pengunjung

R/: Mengurangi stimulus yang dapat mengganggu istirahat tidur

Page 16: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

4)   Anjurkan untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam/masase punggung

sebelum tidur

R/: Meningkatkan relaksasi menstimulasi istirahat tidur yang nyaman

h.    Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen

dengan kebutuhan, dispnea.

Tujuan : jam pola napas efektif

Kriteria hasil  :

1)   Pola napas efektif

2)   Tidak terdapat pernapasan cuping hidung

3)   Tidak ada keluhan sesak

4)   Frekuensi pernapasan dalam batas normal

Intervensi:

1)   Kaji frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan

R/: Pernapasan dangkal, cepat/dispnea sehubungan dengan peningkatan kebutuhan

oksigen

2)   Selidiki perubahan kesadaran

R/: Perubahan mental dapat menunjukkan hipoksemia dan gagal  pernapasan

3)   Pertahankan kepala tempat tidur tinggi. Posisi miring

R/: Memudahkan pernapasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma

4)   Dorong penggunaan teknik napas dalam

R/: Membantu memaksimalkan ekspansi paru

5)   Kolaborasi berikan tambahan okseigen sesuai indikasi

R/ : Perlu untuk mengatasi/mencegah hipoksia.

i.      Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran

Tujuan                : persepsi sensori dipertahankan

Kriteria hasil       :

Page 17: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

1)   Tidak terjadi gangguan kesadaran

Intervensi:

1)   Kaji status neurologis

R/: Perubahan endotoksin  bakteri dapat merubah elektrofisiologis otak

2)   Istirahatkan hingga suhu dan tanda-tanda vital stabil

R/: Istirahat yang cukup mampu membantu memulihkan kondisi pasien

3)   Hindari aktivitas yang berlebihan

R/: Aktivitas yang berlebihan mampu memperburuk kondisi dan meningkatkan resiko

cedera

4)    Kolaborasi kaji fungsi ginjal/elektrolit

R/: Ketidakseimbangan mempengaruhi fungsi otak dan memerlukan perbaikan

sebelum intervensi terapeutik dapat dimulai

j.      Kelemahan berhubungan dengan intake inadekuat, tirah baring

Tujuan                : Tidak terjadi kelemahan

Kriteria hasil       :

1)   Klien mampu melakukan aktivitas sehari-sehari secara mandiri

Intervensi:

1)   Kaji tingkat intoleransi klien

R/: Menetapkan intervensi yang tepat

2)   Anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi aktivitas kebutuhan sehari-hari

R/: Mengurangi penggunaan energi yang berlebihan

3)   Bantu mengubah posisi tidur minimal tiap 2 jam

R/: Mencegah dekubitus karena tirah baring dan meningkatkan kenyamanan

4)   Tingkatkan kemandirian klien yang dapat ditoleransi

R/: Meningkatkan aktivitasringan dan mendorong kemandirian sejak dini

k.    Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit

dan kondisi anaknya.

Tujuan                : kecemasan teratasi

Kriteria hasil    :

Page 18: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

1)   ekspresi tenang

2)   orang tua klien tidak lagi sering bertanya tentang kondisi anaknya

intervensi:

1)   Kaji tingkat kecemasan yang dialami orang tua klien

R/: Untuk mengeksplorasi rasa cemas yang dialami oleh orang tua klien yang menjadi

indikaor untuk menentukan intervensi selanjutnya

2)   Beri penjelasan pada orang tua klien tentang penyakit anaknya

R/: Meningkatkan pengetahuan orang tua klien tentang penyakit anaknya

3)   Beri kesempatan pada orang tua untuk mengungkapkan perasaannya

R/: Mendengarkan keluhan orang tua agar merasa lega dan merasa diperhatikan

sehingga beban yang dirasakan berkurang

4)   Libatkan orang tua klien dalam rencana keperawatan terhadap anaknya

R/: Keterlibatan orang tua dalam perawatan anaknya dapat mengurangi kecemasan

5)   Berikan dorongan spiritual

R/: Meyakinkan orang tua klien bahwa selain perawatan/ pengobatan masih ada yang

lebih kuasa yang dapat menyembuhkan

Page 19: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Daftar Pustaka

Arif mansjoer, dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran. Penerbit      media aesculapius.

Jakarta : fkui

Donna l.wong, dkk. 2002 .buku ajar leperawatan pediatrik ed 6. Jakarta : egc

Herdman t. Heather. 2010. Diagnosis keperawatan. Jakarta : egc

Wong, dona l. 2008. Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta : egc

Http://julismuharram.blogspot.com/

Http://ismiodewade.blogspot.com/2013/10/asuhan-keperawatan-anak-dengan-

demam.html

Page 20: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

http://fahrinnizami.blogspot.com/2014/11/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan.html

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DEMAM THYPPOID DI RUMAH SAKIT SYEKH YUSUF GOWA

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DEMAM THYPPOID

 DI RUMAH SAKIT SYEKH YUSUF GOWA  

OLEHISMI

14220100220             CI  LAHAN                                                                                CI  INSTITUSI

(……………………………..)                                                     (………………………….....)

PRAKTIK KLINIK PROGRAM AKADEMIKPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Page 21: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

MAKASSAR2013

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMEM THYPOID

A.   DEFENISI

Demam tifoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang

biasanya  mengenai saluran  pencernaan dengan gejala demam yang

lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan

kesadaran (Nursalam dkk.,2005, hal 152).

Demam tifoid merupakan penyakti infeksi akut pada usus halus

dengan gejala demam satu minggu atau lebih desertai gangguan pada

saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.

(Rampengan, 2007).

Demam typoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan

oleh infeksi salmonella typhi”. ( Ovedoff, 2002: 514).

B.   ETIOLOGI

Etiologi demam tifoid adalah salmonella typhi yang berhasil di isolasi pertama kali dari seorang pasien demam typhoid oleh Geffkey di Jerman pada tahun 1884.mikroorganisme ini merupakan bakteri gram negative yang motil, bersifat aerob dan tidak membentuk spora.salmonella typhi, dapat tumbuh dalam semua media, pada media yang selektif bakteri ini memfermentasi glukosa dan manosa,tetapi tidak dapat mempermentasikan laktosa.Bakteri ini mempunyai beberapa komponen antigen yaitu :a.    Antigen dinding sel (O) yang merupakan lipop[olisakarida dan berifat sfesifik group.b.    Antigen flagella (H) yang merupakan komponen protein berada dalam flagella dan bersifat       spesifik spesies.c.    Antigen virulen (Vi) merupakan polisakarida dan berada di kapsul yang melindungi seluruh permukaan sel.d.    Outer Membrane protein (OMP), Antigen OMP S. typhi merupakan bagian dari dinding terluar yang terletak di luar membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel dengan lingkungan sekitarnya.OMP berfungsi sebagai barier fisik yang mengendalikan zat dan cairan kedalam membrane sitoplasma.

Page 22: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Salmonella thypi hanya dapat hidup pada tubuh manusia maupun suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu 7000C dan antiseptik.. sumber penularan berasal dari tinja dan urine karier, dari penderita pada fase akut dan penderita dalam fase penyembuhan. (Soegeng Soegijanto, 2002)

C.   MANIFESTASI KLINIS

Menurut Ngastiyah (2005: 237), demam typoid pada anak

biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari,

yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika

melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin

ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri

kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis

yang biasanya ditemukan, yaitu:

         Demam

Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris

remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh

berangsur-angsur naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat

lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur

turun dan normal kembali.

         Gangguan Pada Saluran Pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-

pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung

dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut

kembung. Hati dan limpa membesar disertai nyeri dan peradangan.

         Gangguan Kesadaran

Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen.

Jarang terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan

terlambat mendapatkan pengobatan). Gejala lain yang juga dapat

ditemukan, pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol,

yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit, yang

ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-kadang ditemukan pula

trakikardi dan epistaksis.

Page 23: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

         Relaps

Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam typoid, akan

tetap berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua

setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan.

Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ

yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti.

D.   PATOFISIOLOGI

Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi urin/feses dari penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids) dapat menyebarkan kuman kemakanan, susu, buah dan sayuran yang sering dimakan tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan penyakit. Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yangdikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonellathypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat,dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencucitangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orangyang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usushalus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. setelah berada dalam usus halus mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus (terutama plak peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis setempat kuman lewat pembuluh limfe masuk ke darah (bakteremia primer) menuju organ retikuloendotelial sistem (RES) terutama hati dan limpa. Di tempat ini kuman difagosit oleh sel-sel fagosit retikuloendotelial sistem (RES) dan kuman yang tidak difagosit berkembang biak.

Pada akhir masa inkubasi 5-9 hari kuman kembali masuk ke darah menyebar ke seluruh tubuh (bakteremia sekunder) dan sebagian kuman masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu yang selanjutnya kuman tersebut dikeluarkan kembali dari kandung empedu ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi usus. Dalam masa bakteremia ini kuman mengeluarkan endotoksin. Endotoksin ini merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang meradang. Selanjutnya zat pirogen yang beredar di darah mempengaruhi pusat

Page 24: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

termoregulator di hipothalamus yang mengakibatkan timbulnya gejala demam.

Makrofag pada pasien akan menghasilkan substansi aktif yang disebut monokines yang menyebabkan nekrosis seluler dan merangsang imun sistem, instabilitas vaskuler, depresi sumsum tulang dan panas. Infiltrasi jaringan oleh makrofag yang mengandung eritrosit, kuman, limfosist sudah berdegenerasi yang dikenal sebagai tifoid sel. Bila sel ini beragregasi maka terbentuk nodul terutama dalam  usus halus, jaringan limfe mesemterium, limpa, hati, sumsum tulang dan organ yang terinfeksi.

Di dalam jaringan limpoid inikuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-selretikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman kedalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan olehendotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwaendotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid.Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu prosesinflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi danendotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

E.   PENYIMPANGAN KDM

Page 25: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

F.    PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan

laboratorium, yang terdiri dari :

1.    Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat

leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia

tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah

leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan

kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau

infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak

berguna untuk diagnosa demam typhoid.

2.    Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi

dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

3.    Biakan darah

Page 26: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila

biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam

typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa

faktor :

         Teknik pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang

lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang

digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam

tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

         Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit

Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu

pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada

waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.

         Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat

menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan

bakteremia sehingga biakan darah negatif.

         Pengobatan dengan obat anti mikroba

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti

mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil

biakan mungkin negatif.

4.    Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi

(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat

dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah

divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi

salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari

uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien

yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi,

klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

Page 27: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

         Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari

tubuh kuman).

         Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari

flagel kuman).

         Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari

simpai kuman)

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan

titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita

typhoid.

A.   TERAPI DAN PENGOBATAN

a.    Perawatan.

-          Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.-          Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.b.    Diet.-          Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein-          Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.-          Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.-          Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.c.    Obat-obatan.-          KlorampenikolKeuntungannya adalah dapat menurunkan panas dengan cepat, harga murah,masa toksik lebih singkat, gejala / keluhan lebih cepat hilang, menurunkankomplikasi.Indikasi penggunaan kloramfenikol adalah :a.    Typus yang pertama, bukan yang relaps / karier  b.    T i d a k a d a p e n s i t o p e n ic.    L e k o s i t > 3 0 0 0 / m m 4.Wan i ta t idak hami l ( ka rena dapa t sebabkan Gray Baby Sindrom)Dosis yang dianjurkan adalah 50-100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3 dosis.Jika tidak bisa peroral maka diberikan secara iv dengan dosis 50 mg, neonates-          TiampenikolMempunya i e fek yang sama dengan k lo ramfen iko l ,     meng inga t susunan kimianya hampir sama, hanya komplikasi hematogen pada tiamfenikol lebih jarang dilaporkan.Dosis oral yang dianjurkan 50-100 mg/KgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis.Indikasi untuk

Page 28: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

pengobatan demam tifoid relaps / karier (sebab disekrasikan lewat empedu dalam bentuk aktif)-          KotrimoxazolEfektifitasnya terhadap demam tyiphoid masih banyak yang controversial. kelebihan kotrimoxaol antara lain dapat digunakan dapa t d igunakan un tuk kasus yang resisten terhadap kloramfenikol.Penyerapan di usus cukup baik, kemungkinantimbulnya kekambuhan pengobatan lebih kecil dibandingkan kloramfenikol. Ke lemahan oba t in i ada lah te r jad inya sk in rash (1 -5%) ,S teven t Jhonson Sindrom, Agranulositosis, Trombositopeni, Megaloblastik anemia. Hemolisiseritrosit terutama pada penderita defesiensi G6PD. Dos is o ra l oba t in i ada lah 30-40 mg/Kg/KgBB/har i un tuk t r imet ropr im, diberikan dalam 2 kali pemberiaan-          Amoxilin dan ampicillinAmpis i l i n u tamanya leb ih lambat menurunkan demam b i la d iband ingkandengan klorampenikol, tetapi lebih efektif untuk mengobati karier serta kurngt o k s i k . K e l e m a h a n n y a d a p a t t e r j a d i s k i n r a s h ( 3 - 1 8 % ) , d i a r e ( 1 1 % ) . Amoksisilin mempunyai daya anti bakteri yang sama dengan ampisilin, tetapi penyerapan per o ra l l eb ih ba ik , seh ingga kadar oba t yang mencapa i 2 ka l i lebih tinggi, timbulnya kekambuhan lebih sedikit (2-5%) dan karier (0-5%).Dosis yang dilanjutkan pada obat ini adalah :a)    Ampisilin 100-200 mg/kgBB/hari

b)    Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari           

H. ASUHAN KEPERAWATAN

1.   Pengkajian

a.   Identitas klien

Meliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik.b.  Keluhan utamaKeluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.c.   Riwayat penyakit sekarangPeningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi  ke dalam tubuh.d.   Riwayat penyakit dahul      Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.e.   Riwayat penyakit keluarga      Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.f.    Pola-pola fungsi kesehatan

Page 29: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

         Pola nutrisi dan metabolismeKlien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah  saat makan  sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan  sama sekali.          Pola eliminasiEliminasi alvi.  Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama.  Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan.   Klien dengan demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.           Pola aktivitas dan latihan Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.         Pola tidur dan istirahatPola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.         Pola persepsi dan konsep diriBiasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit anaknya.         Pola sensori dan kognitifPada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pad klien.           Pola hubungan dan peranHubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest total.          Pola penanggulangan stressBiasanya orang tua akan nampak cemas

g.   Pemeriksaan fisik         Keadaan umumDidapatkan  klien   tampak   lemah,   suhu   tubuh   meningkat     38 – 410

C, muka kemerahan.         Tingkat kesadaranDapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).         Sistem respirasiPernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran seperti bronchitis.         Sistem kardiovaskulerTerjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.          Sistem integumenKulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam         Sistem gastrointestinal

Page 30: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus meningkat.         Sistem muskuloskeletalKlien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.         Sistem abdomenSaat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen.  Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.

2.   Diagnosa keperawatan

1.    Peningkatan suhu tubuh b/d proses peradangan usus halus

2.    Kurangnya volume cairan b/d peningkatan suhu tubuh, intake cairan

peroral yang kurang (mual, muntah)

3.    Gangguan pola eliminasi b/d proses peradangan pada usus halus

4.    Perubahan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh b/d mual,

muntah, anoreksia

5.    Intoleransi aktivitas terutama dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

dalam hal nutrisi, eliminasi, personal hygiene b/d kelemahan dan

imobilisasi

6.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradangan.7.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demam8.    Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan, dispnea.9.    Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran10. Kelemahan berhubungan dengan intake inadekuat, tirah baring11. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan kondisi anaknya.

3.   Implementasi

1.    Peningkatan suhu tubuh b/d proses peradangan usus halus

Tujuan : Suhu tubuh kembali normal Criteria hasil ;

-          tidak demam-          tanda-tanda vital dalam batas normala.    Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh tiap 2 – 4 jam.      R/ : Mengetahui keadaan umum pasien

Page 31: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

b.    Berikan kompres dingin.      R/: Mengurangi peningkatan suhu tubuhc.    Atur suhu ruangan yang nyaman.      R/ : Memberikan suasana yang menyenangkan dan menghilangkan ketidaknyamanan.d.    Anjurkan untuk banyak minum air putihR/: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak

e.    Kolaborasi pemberian antiviretik, antibiotikR/: Mempercepat proses penyembuhan, menurunkan demam. Pemberian antibiotik menghambat pertumbuhan dan proses infeksi dari bakteri2.    Kurangnya volume cairan b/d peningkatan suhu tubuh, intake cairan

peroral yang kurang (mual, muntah)

Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi Criteria hasil :

-          tidak mual-          tidak demam-          muntah-          suhu tubuh dalam batas normala.    Jelaskan kepada pasien tentag pentingnya cairan      R/ : Agar pasien dapat mengetahui tentang pentingnya cairan dan dapat memenuhi kebutuhan cairan.b.    Monitor dan catat intake dan output cairan      R/ : Untuk mengetahui keseimbangan intake da output cairanc.    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antiemetic      R/ : Untuk mengetahui pemberian dosis yang tepatd.    Kaji tanda dan gejala dehidrasi hypovolemik, riwayat muntah, kehausan dan turgor kulitR/: Hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan atau efek dari kehilangan cairane.    Observasi adanya tanda-tanda syok, tekanan darah menurun, nadi cepat dan lemahR/: Agar segera dilakukan tindakan/ penanganan jika terjadi syokf.     Berikan cairan peroral pada klien sesuai kebutuhanR/: Cairan peroral akan membantu memenuhi kebutuhan cairang.    Anjurkan kepada orang tua klien untuk mempertahankan asupan cairan secara dekuatR/: Asupan cairan secara adekuat sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuhh.    Kolaborasi pemberian cairan intravenaR/: Pemberian intravena sangat penting bagi klien untuk memenuhi kebutuhan cairan yang hilang3.    Gangguan pola eliminasi b/d proses peradangan pada usus halus

Tujuan : Pola eliminasi sesuai dengan kebiasaan sehari-hari

Page 32: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Criteria hasil : konsistensi normal

a.    Kaji pola eliminasi pasien

      R/ : Untuk mengetahui output dan dapat ditentukan intake yang sesuai

b.    Berikan minuman oralit

      R/ : Untuk menyeimbangkan elektrolit

c.    Kolaborasi dengan dokter dalam obat

      R/ : Untuk mengetahui dosis yang tepat menghentikan diare

d.    Auskultasi bising usus

R/: Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi,

penumpukan fekalit

e.    Selidiki keluhan nyeri abdomenR/: Berhubungan dengan distensi gasf.     Observasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah fesesR/: Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensig.    Anjurkan makan makanan lunak, buah-buahan yang merangsang BABR/: Mengatasi konstipasi yang terjadih.    Kolaborasi Berikan pelunak feses, supositoria sesuai indikasiR/: Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan4.    Perubahan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh b/d mual,

muntah, anoreksia

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Criteria hasil : -          tidak demam-          mual berkurang-          tidak ada muntah-          porsi makan tidak dihabiskana.    Berikan makanan yang tidak merangsang saluran cerna, dan sajikan dalam keadaan hangat      R/ : Untuk menimbulkan selera pasien dan mengembalikan status nutrisib.    Monitor dan catat makanan yang dihabiskan pasien      R/ : Untuk mengetahui keseimbangan haluaran dan masukanc.    Kaji kemampuan makan klienR/: Untuk mengetahui perubahan nutrisi klien dan sebagai indikator intervensi selanjutnyad.    Berikan makanan dalam porsi kecil tapi seringR/: Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan meminimalkan rasa mual dan muntahe.    Beri nutrisi dengan diet lunak, tinggi kalori tinggi protein

Page 33: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

R/: Memenuhi kebutuhan nutrisi adekuatf.     Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk memberikan makanan yang disukaig.    R/: Menambah selera makan dan dapat menambah asupan nutrisi yang dibutuhkan klienh.    Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk menghindari makanan yang mengandung gas/asam, pedaR/: dapat meningkatkan asam lambung yang dapat memicu mual dan muntah dan menurunkan asupan nutrisii.      Kolaborasi Berikan antiemetik, antasida sesuai indikasiR/: Mengatasi mual/muntah, menurunkan asam lambung yang dapat memicu mual/muntah5.    Intoleransi aktivitas terutama dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

dalam hal nutrisi, eliminasi, personal hygiene b/d kelemahan dan

imobilisasi

Tujuan : Kebutuhan sehari-hari terpenuhi setelah diberi tindakan

keperawatan

Kriteria hasil :-          pasien mengatakan tidak lemah-           tampak rileks

a.    Kaji kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

      R/ : Untuk mengetahui tingkat kemampuan pasien

b.    Bantu pasien dalam melakukan aktivitas

      R/ : Agar kebutuhan pasien dapat terpenuhi

6.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses

peradangan

Tujuan : nyeri hilang/berkuran

Kriteria hasil     :

-          Tidak ada keluhan nyeri

-          Wajah tampak tampak rileks

-          TTV dalam batas normal

a.    Kaji tingkat nyeri, lokasi, sifat dan lamanya nyeri

      R/: Sebagai indikator dalam melakukan intervensi selanjutnya dan untuk mengetahui sejauh mana nyeri dipersepsikan.b.    Berikan posisi yang nyaman sesuai keinginan klien.      R/: Posisi yang nyaman akan membuat klien lebih rileks sehingga merelaksasikan otot-otot.

Page 34: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

c.    Ajarkan   tehnik   nafas    dalam       R/: Tehnik nafas dalam dapat merelaksasi otot-otot sehingga mengurangi nyerid.    Ajarkan kepada orang tua untuk menggunakan tehnik relaksasi misalnya visualisasi, aktivitas hiburan yang tepat      R/: Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatiane.    Kolaborasi obat-obatan analgetik      R/: Dengan obat analgetik akan menekan atau mengurangi rasa nyeri7.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demam

Tujuan : pola tidur efektif

Kriteria hasil        :

-          Melaporkan tidur nyenyak

-          Klien tidur 8-10 jam semalam

-          Klien tampak segar

a.    Kaji pola tidur klienR/: Mengetahui kebiasaan tidur klien, mengetahui gangguan yang dialami, memudahkan intervensi selanjutnyab.    Berikan bantal yang nyamanR/: Meningkatkan kenyamanan meningkatkan pemenuhan istirahat tidurc.    Berikan lingkungan yang nyaman, batasi pengunjungR/: Mengurangi stimulus yang dapat mengganggu istirahat tidurd.    Anjurkan untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam/masase punggung sebelum tidurR/: Meningkatkan relaksasi menstimulasi istirahat tidur yang nyaman8.    Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan, dispnea.Tujuan : jam pola napas efektifKriteria hasil  :  -          Pola napas efektif-          Tidak terdapat pernapasan cuping hidung-          Tidak ada keluhan sesak-          Frekuensi pernapasan dalam batas normala.    Kaji frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan      R/: Pernapasan dangkal, cepat/dispnea sehubungan dengan peningkatan kebutuhan oksigenb.  Selidiki perubahan kesadaran     R/: Perubahan mental dapat menunjukkan hipoksemia dan gagal  pernapasanc.  Pertahankan kepala tempat tidur tinggi. Posisi miring     R/: Memudahkan pernapasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma d.  Dorong penggunaan teknik napas dalam     R/: Membantu memaksimalkan ekspansi paru

Page 35: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

e.  Kolaborasi Berikan tambahan okseigen sesuai indikasi     R/ :Perlu untuk mengatasi/mencegah hipoksia. 9.    Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan

kesadaran

Tujuan                : persepsi sensori dipertahankan

Kriteria hasil       :

-          Tidak terjadi gangguan kesadaran

a.    Kaji status neurologis      R/: Perubahan endotoksin  bakteri dapat merubah elektrofisiologis otakb.    Istirahatkan hingga suhu dan tanda-tanda vital stabil      R/: Istirahat yang cukup mampu membantu memulihkan kondisi pasienc.    Hindari aktivitas yang berlebihan      R/: Aktivitas yang berlebihan mampu memperburuk kondisi dan meningkatkan resiko cederad.    Kolaborasi Kaji fungsi ginjal/elektrolit      R/: Ketidakseimbangan mempengaruhi fungsi otak dan memerlukan perbaikan sebelum intervensi terapeutik dapat dimulai10. Kelemahan berhubungan dengan intake inadekuat, tirah baring

Tujuan                : tidak terjadi kelemahan

Kriteria hasil       :

-          Klien mampu melakukan aktivitas sehari-sehari secara mandiri

a.    Kaji tingkat intoleransi klien      R/: Menetapkan intervensi yang tepatb.    Anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi aktivitas kebutuhan sehari-hari      R/: Mengurangi penggunaan energi yang berlebihan c.    Bantu mengubah posisi tidur minimal tiap 2 jam      R/: Mencegah dekubitus karena tirah baring dan meningkatkan kenyamanan

d.    Tingkatkan kemandirian klien yang dapat ditoleransi      R/: Meningkatkan aktivitasringan dan mendorong kemandirian sejak dini11. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan

tentang penyakit dan kondisi anaknya.

Tujuan                : kecemasan teratasi

Kriteria hasil    : 

Page 36: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

-          ekspresi tenang

-          Orang tua klien tidak lagi sering bertanya tentang kondisi anaknya

a.    Kaji tingkat kecemasan yang dialami orang tua klien      R/: Untuk mengeksplorasi rasa cemas yang dialami oleh orang tua klien yang menjadi indikaor untuk menentukan intervensi selanjutnyab.    Beri penjelasan pada orang tua klien tentang penyakit anaknya      R/: Meningkatkan pengetahuan orang tua klien tentang penyakit anaknyac.    Beri kesempatan pada orang tua untuk mengungkapkan perasaannya      R/: Mendengarkan keluhan orang tua agar merasa lega dan merasa diperhatikan sehingga beban yang dirasakan berkurangd.    Libatkan orang tua klien dalam rencana keperawatan terhadap anaknya      R/: Keterlibatan orang tua dalam perawatan anaknya dapat mengurangi kecemasane.    Berikan dorongan spiritual      R/: Meyakinkan orang tua klien bahwa selain perawatan/ pengobatan masih ada yang lebih kuasa yang dapat menyembuhkan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Demam Thypoid.

http://cnennisa.files.wordpress.com/2007/08/ demam-   thypoid.pdf

(diakses pada tanggal 27 Januari 2012, Jam 21.00 WITA)

Arif Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit      Media

Aesculapius.     Jakarta : FKUI

Page 37: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Donna L.Wong, dkk. 2002 .Buku Ajar Leperawatan Pediatrik Ed 6. Jakarta

: EGC

Herdman T. Heather. 2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC

suriadi dan Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan pada anak. Jakarta : Cv

Sagung Seto

Soegeng Soegijanto. 2002. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan

Penatalaksanaan.            Jakarta : Salemba Medika

Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 7.

Jakarta : EGC

Wong, Dona L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

ismiodewadeha Diposkan oleh Ismi Ode Wade di 5:03:00 AM http://ismiodewade.blogspot.com/2013/10/asuhan-keperawatan-anak-dengan-demam.html

LAPORAN PENDAHULUAN

 

DEMAM TIFOID

Di Ruang Anggrek RSUD Kota Salatiga

 

Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak Semester VI

 

Pembimbing Klinik : Ns. Wiji Tri Lestari, S.Kep

Pembimbing Akademik: Ns. Meira Erawati, Msi Med

Page 38: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

 

 

 

Oleh :

Siti Munadliroh

NIM 22020111130099

PRAKTIK KEPERAWATAN ANAK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2014

DEMAM TIFOID

 

1. Definisi

Demam tifoid atau typhoid fever atau typhus abdominalis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhii yang merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang yang masuk melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Tapan, 2004). Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri Salmonella typhii dan bersifat endemik yang termasuk dalam penyakit menular (Cahyono, 2010). Demam tifoid adalah infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella typhii (Elsevier, 2013.) Jadi, demam tifoid merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri gram negatif yang menurunkan sistem pertahanan tubuh dan dapat menular pada orang lain melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.

1. Etiologi

Etiologi dari penyakit ini antara lain:

1. Salmonella typhii2. Paratyphii A, S. Paratyphii B, S. Paratyphii C.3. S typhii atau paratyphii hanya ditemukan pada manusia

Page 39: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

4. Demam bersumber dari makanan-makanan atau air yang terkontaminasi5. Di USA, kebanyakan kasus demam bersumber baik dari wisatawan

mancanegara atau makanan yang kebanyakan diimpor dari luar.

Salmonella typii, Salmonella paratyphii A, Salmonella Paratyphii B, Salmonella Paratyphii C merupakan bakteri penyebab demam tifoid yang mampu menembus dinding usus dan selanjutnya masuk ke dalam saluran peredaran darah dan menyusup ke dalam sel makrofag manusia. Bakteri ini masuk melalui air dan makanan yang terkontaminasi dari urin dan feses yang terinfeksi dengan masa inkubasi 3-25 hari. Pemulihan mulai terjadi pada minggu ke-4 dalam perjalanan penyakit. Orang yang pernah menderita demam tifoid akan memperoleh kekebalan darinya, sekaligus sebagai karier bakteri. Jadi, orang yang pernah menderita demam tifoid atau tifus akan menjadi orang yang menularkan tifus pada yang belum pernah menderita tifus.  

1. Patofisiologi

Bakteri Salmonella typhi bersama makanan atau minuman masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH < 2) banyak bakteri yang mati. Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor histamin H2, inhibitor pompa proton atau antasida dalam jumlah besar, akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus halus, bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan kemudian menginvasi mukosa dan menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan jejunum. Sel-sel M, sel epitel khusus yang melapisi Peyer’s patch, merupakan tempat internalisasi Salmonella typhi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik sampai ke jaringan RES di organ hati dan limpa. Salmonella typhi mengalami multiplikasi di dalam sel fagosit mononuklear di dalam folikel limfe, kelenjar limfe mesenterika, hati dan limfe (Soedarmo, dkk, 2012). Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons imun pejamu maka Salmonella typhi akan keluar dari habitatnya dan melalui duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini organisme dapat mencapai organ manapun, akan tetapi tempat yang disukai oeh Salmonella typhi adalah hati, limpa, sumsum tulang belakang, kandung empedu dan Peyer’s patch dari ileum terminal. Invasi kandung empedu dapat terjadi baik secara langsung dari darah atau penyebaran retrograd dari empedu. Ekskresi organisme di empedu dapat menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui tinja. Peran endotoksin dalam patogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut terbukti dengan tidak terdeteksinya endotoksindalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin dari Salmonella typhi menstimulasi makrofag di dalam hati, limpa, folikel limfoma usus halus dan kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi sitokin dan zat-zat lain. Produk dari makrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel, sistem vaskular yang tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang belakang, kelainan pada darah dan juga menstimulasi sistem

Page 40: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

imunologik (Soedarmo, dkk, 2012). Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks Peyer. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks Peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesenterial dan limpa membesar (Suriadi & Rita, 2006).

1. Manifestasi Klinik

Masa inkubasi biasanya 7-14 hari, tetapi dapat berkisar antara 3-30 hari tergantung pada besar inokulum yang tertelan. Tanda dan gejala yang dapat muncul pada demam tifoid antara lain:

1. Anak Usia Sekolah dan Remaja

Gejala awal demam, malaise, anokreksia, mialgia, nyeri kepala dan nyeri perut berkembang selama 2-3 hari. Mual dan muntah dapat menjadi tanda komplikasi, terutama jika terjadi pada minggu kedua atau ketiga. Pada beberapa anak terjadi kelesuan berat, batuk, dan epistaksis. Demam yang terjadi bisa mencapai 40 derajat celsius dalam satu minggu. Pada minggu kedua, demam masih tinggi, anak merasa kelelahan, anoreksia, batuk, dan gejala perut bertambah parah. Anak tampak sangat sakit, bingung, dan lesu disertai mengigau dan pingsan (stupor). Tanda-tanda fisik berupa bradikardia relatif yang tidak seimbang dengan tingginya demam. Anak mengalami hepatomegali, splenomegali dan perut kembung dengan nyeri difus. Pada sekitar 50% penderita demam tifoid  dengan demam enterik, terjadi ruam makulaatau makulo popular (bintik merah) yang tampak pada hari ke tujuh sampai ke sepuluh. Biasanya lesi mempunyai ciri tersendiri, eritmatosa dengan diameter 1-5 mm. Lesi  biasanya berkhir dalam waktu 2 atau 3 hari. Biakan lesi 60% menghasilkan organisme Salmonella.

2. Bayi dan balita

Pada balita dengan demam tifoid sering dijumpai diare, yang dapat menimbulkan diagnosis gastroenteritis akut.

3. Neonatus

Demam tifoid dapat meyerang pada neonatus dalam usia tiga hari persalinan. Gejalanya berupa muntah, diare, dan kembung. Suhu tubuh bervariasi dapat mencapai 40,5 derajat celsius. Dapat terjadi kejang, hepatomegali, ikterus, anoreksia, dan kehilangan berat badan.  

1. Pemeriksaan Penunjang2. Pemeriksaan Fisik

Page 41: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Pemeriksaan fisik pada penderita demam tipoid dilakukan secara berulang dan regular. Semua tanda-tanda vital merupakan petunjuk yang relevan. Perhatian khusus harus diberikan pada pemeriksaan jasmani harian yang kadang-kadang harus dilakukan lebih sering sampai kepastian diagnosis didapat dan respon yang diperkirakan terhadap pengobatan penyakitnya sudah tercapai. Begitu juga dilakukan pemeriksaan secara teliti pada kulit, kelenjar limfe, mata, dasar kuku, sistem kardiovaskuler, dada, abdomen, sistem musculoskeletal dan sistem saraf.

2. Pemeriksaan Laboratorium3. Hematologi

Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus.

1. Kimia darah

Pemeriksaan elektrolit, kadar glukosa, blood urea nitrogen dan kreatinin harus dilakukan.

1. Imunorologi

Uji widal adalah pemeriksaan serologi yang ditujukan untuk mendeteksi adanya antibody di dalam darah terhadap antigen kuman Salmonella typhi. Hasil positif dinyatakan dengan adanya aglutinasi. Hasil negative palsu dapat disebabkan oleh karena antara lain penderita sudah mendapatkan terapi antibiotika, waktu pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit, keadaan umum pasien buruk, dan adanya penyakit imunologik lain.

1. Urinalis

Protein: bervariasi dari negative sampai positif (akibat demam). Leukosit dan eritrosit normal : bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit.

1. Mikrobiologi

Sediaan apus dan kultur dari tenggorok, uretra, anus, serviks dan vagina harus dibuat dalam situasi yang tepat. Pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien yang demam disertai batuk-batuk. Pemeriksaan kultur darah dan kultur cairan abnormal serta urin diperlukan untuk mengetahui komplikasi yang muncul.

1. Radiologi

Pembuatan foto toraks biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan untuk setiap penyakit demam yang signifikan.

1. Biologi molekuler

Page 42: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Dengan PCR (Polymerase Chain Reaction), dilakukan dengan perbanyakan DNA kuman yang kemudian diidentifikasi dengan DNA probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat dalam jumlah sedikit (sensifitas tinggi) serta kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula. Specimen yang digunakan dapat berupa darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi.

1. Pathway

Terlampir  

1. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan pada demam tifoid adalah sebagai berikut:

1. Perawatan

Pasien dengan demam  tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih 14 hari. Mobilisasi pasien harus dilakukan secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus. Defekasi dan buang air kecil perlu di perhatikan karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi air kemih.

2. Diet

Makanan yang dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak banyak serat.

3. Obat4. Obat-obat antimikroba yang sering dipergunakan ialah:

Kloramfenikol

Menurut Damin Sumardjo (2009), kloramfenikol atau kloramisetin adalah antibiotik yang mempunyai spektrum luas, berasal dai jamur Streptomyces venezuelae. Dapat digunakan untuk melawan infeksi  yang disebabkan oleh beberapa bakteri gram posistif dan bakteri gram negatif. Kloramfenikol dapat diberikan secara oral. Rektal atau dalam bentuk salep. Efek samping penggunaan antibiotik kloramfenikol yang terlalu lama dan dengan dosis yang berlebihan adalah anemia aplastik. Dosis pada anak : 25 – 50 mg/kg BB/hari per oral atau 75 mg/kg BB/hari secara intravena dalam empat dosis yang sama.

Thiamfenikol

Page 43: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Menurut Tan Hoan Tjay dan Kirana Raharja (2007, hal: 86), Thiamfenikol (Urfamycin) adalah derivat p-metilsulfonil (SO2CH3) dengan spektrum kerja dan sifat yang mirip kloramfenikol, tetapi kegiatannya agak lebih ringan. Dosis pada anak: 20-30 mg/kg BB/hari.

Ko-trimoksazol

Adalah suatu kombinasi dari trimetoprim-sulfametoksasol (10 mg TMP dan 50 mg SMX/kg/24 jam). Trimetoprim memiliki daya kerja antibakteriil yang merupakan sulfonamida dengan menghambat enzim dihidrofolat reduktase. Efek samping yang ditimbulkan adalah kerusakan parah pada sel – sel darah antara lain agranulositosis dan anemia hemolitis, terutama pada penderita defisiensi  glukosa-6-fosfodehidrogenase. efek samping lainnya adalah reaksi alergi antara lain urticaria, fotosensitasi dan sindrom Stevens Johnson, sejenis eritema multiform dengan risiko kematian tinggi terutama pada anak-anak. Kotrimoksazol tidak boleh diberikan pada bayi di bawah usia 6 bulan.  Dosis pada anak  yaitu trimetoprim-sulfametoksasol (10 mg TMP dan 50 mg SMX/kg/24 jam, secara oral dalam dua dosis). Pengobatan dengan dosis tepat harus dilanjutkan minimal 5-7 hari untuk menghindarkan gagalnya terapi dan cepatnya timbul resistensi, (Tan Hoan Tjay & Kirana Rahardja, 2007, hal:140).

Ampisilin dan Amoksilin

Ampisilin: Penbritin, Ultrapen, Binotal. Ampisilin efektif terhadap E.coli, H.Inflienzae, Salmonella, dan beberapa suku Proteus. Efek samping, dibandingkan dengan perivat penisilin lain, ampisilin lebih sering menimbulkan gangguan lambung usus yang mungkin ada kaitannya dengan penyerapannya yang kurang baik. Begitu pula reaksi alergi kulit (rash,ruam) dapat terjadi. Dosis ampisilin pada anak (200mg/kg/24 jam, secara intravena dalam empat sampai enam dosis). Dosis amoksilin pada anak (100 mg/kg/24 jam, secara oral dalam tiga dosis), (Behrman Klirgman Arvin, 2000, hal:942).

1. Obat – obat simptomatik:

Antipiretika (tidak perlu diberikan secara rutin) Kortikosteroid (dengan pengurangan dosis selama 5 hari) Vitamin B komplek dan C sangat di perlukan untuk menjaga kesegaran

dan kekutan badan serta berperan dalam kestabilan pembuluh darah kapiler.

Secara fisik penatalaksanaannya antara lain:

1. Mengawasi kondisi klien dengan : pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik keatas, atau apakah anak mengalami kejang-

Page 44: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya sulai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel otak. Dalam kedaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya intelektual tertentu.

1. Buka pakaian dan selimut yang berlebihan2. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan3. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke

otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.4. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak- Minuman yang diberikan

dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannya agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.

5. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang6. Kompres dengan air hangat pada dahi, ketiak, dan lipatan Tujuannya untuk

menurunkan suhu tubuh di permukaan tubuh anak.

 

1. Proses Keperawatan2. Pengkajian3. Data demografi

Klien / pasien Tanggal pengkajian : Tanggal masuk                    : Ruangan                              : Identitas Nama                                  : Tanggal lahir / umur            : Jenis kelamin                       : Agama                                : Suku                                    : Diagnosa                             :     Orangtua / penanggung jawab Nama                                  : Hubungan dengan klien      : Suku                                    : Agama                                : Alamat                                : No. Telepon                        :

1. Alasan datang ke rumah sakit2. Riwayat penyakit sekarang

Mengalami muntah-muntah, BAB hingga 3 kali lebih, anak sering rewel, dan badan lemas.

2. Riwayat penyakit dahulu

Pernah mengalami diare atau pernah menderita penyakit pencernaan.

Prenatal o Pemeriksaan rutin

Page 45: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Umur kehamilan 1-28 minggu      : setiap 4 minggu sekali Umur kehamilan 28-36 minggu    : setiap 2 minggu sekali Umur kehamilan > 36 minggu      : setiap 1 minggu sekali

Keluhan selama hamil

Keluhan mual dan muntah selama hamil trimester awal yang dirasakan oleh ibu, dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dengan jumlah lebih banyak dari sebelum hamil namun proses makan dilakukan sedikit tetapi sering.

Riwayat terkena radiasi

Apakah selama hamil ibu klien pernah menjalani pemeriksaan radiologi.

Riwayat kenaikan berat badan selama hamil

IMT rendah < 18,5 IMT normal 18,5-24,9 IMT tinggi 25-29,9 IMT obesitas > 3014 – 20 kg 12,5 – 17,5 kg 7,5 – 12,5 kg 5,5 – 10 kg

 

Natal Tempat melahirkan

Puskesmas, rumah sakit, rumah bersalin

Jenis persalinan

Jenis persalinan adalah normal dan SC dengan presentasi kepala atau bokong

Penolong persalinan

Bidan, dokter, dukun bayi.

Komplikasi saat melahirkan

Ada atau tidak komplikasi saat melahirkan

Komplikasi setelah melahirkan

Ada atau tidak komplikasi setelah melahirkan

Post natal Kondisi Neonatus

Page 46: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Warna kulit klien saat lahir berwarna kemerahan dan bayi langsung menangis secara spontan dan keras serta bergerak aktif ketika pertama kali keluar atau dilahirkan.

Imunisasi

Jenis Imunisasi

Umur0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

BCGHepatitis 1Hepatitis 2Hepatitis 3DPT 1DPT 2DPT 3Polio 1Polio 2Polio 3Polio 4Campak

 

Pertumbuhan Fisik

Berat badan: 2500 – 4000 gram Tinggi badan: ±50 cm

Perkembangan tiap tahap

Berguling              : 6 bulan Duduk                   : 7 bulan Merangkak            : 8 bulan Berdiri                   : 10 bulan Berjalan                 : 10 bulan

3. Riwayat penyakit keluarga

Genogram         Keterangan: : sudah meninggal   : perempuan   : laki-laki                                                                     : perkawinan   : tinggal satu atap                                                        : keturunan   : Klien / An. A

1. Pengkajian Kebutuhan Dasar Manusia menurut Virginia Henderson2. Kebutuhan Oksigenasi

Saat di rumah: Apakah klien pernah mengalami masalah dengan pernafasannya . Berapa denyut nadi klien . Rentang normal berkisar antara 80 – 120 kali permenit untuk dewasa. 120-130 kali permenit untuk anak-anak. Frekuensi pernapasan

Page 47: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

normal berkisar antara 20-24 kali permenit untuk dewasa. 30-40 kali permenit untuk anak-anak. Apakah klien mengalami sesak napas. Saat dikaji: Apakah klien menggunakan alat bantu pernapasan. Berapa frekuensi pernapasan dan denyut nadi klien.  Apakah klien terlihat kesulitan ketika bernapas, kedalaman napas klien normal atau tidak.  

2. Kebutuhan Aktivitas dan Latihan

Sebelum sakit: Apa saja aktivitas yang biasa dilakukan klien selama satu hari. Saat dikaji: Apa saja aktivitas yang biasa dilakukan klien selama satu hari saat dirumah sakit. Apakah klien lemas atau sudah mulai bisa beraktivitas seperti sebelum sakit. Tabel Tingkat Kemandirian

Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4Makan/minumToiletingBerpakaianMobilitas di tempat tidurBerpindah

Keterangan : 0 = mandiri                                          3 = dibantu orang lain dan alat 1 = dengan alat bantu                         4 = tergantung total 2 = dibantu orang lain

3. Kebutuhan Hygiene Integritas Kulit

No Pembanding Sebelum Sakit Saat DikajiMandi Berapa kali sehari Berapa kali sehariKeramas Berapa hari sekali Berapa hari sekaliGanti pakaian Berapa kali sehari Berapa kali sehariSikat gigi Berapa kali sehari Berapa kali sehari

Memotong kukuBerapa kali seminggu

Berapa kali seminggu

 

4. Kebutuhan Istirahat Tidur

Sebelum sakit: Klien biasa tidur berapa jam dalam sehari. Kualitas tidur klien terpenuhi atau tidak. Adakah keluhan ketika bangun tidur. Saat dikaji: Klien biasa tidur berapa jam dalam sehari. Kualitas tidur klien terpenuhi atau tidak. Adakah keluhan ketika bangun tidur.

5. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan

Klien terpasang saluran infus dengan cairan apa.

Page 48: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Pembanding Sebelum sakit Saat dikajiFrekuensi makanan Berapa kali sehari Berapa kali sehari

Jumlah makananBerapa porsi, habis atau tidak

Berapa porsi, habis atau tidak

Jenis makananApa makanan yang dikonsumsi.

Apa makanan yang dikonsumsi.

Alergi makananAdakah makanan yang menyebabkan klien alergi

Adakah makanan yang menyebabkan klien alergi

Nafsu makan Baik/ berkurang/buruk Baik/ berkurang/burukBerat Badan Berapa kg Berapa kgTinggi Badan Berapa Cm Berapa Cm

Makanan PantanganAdakah makanan pantangan

Adakah makanan pantangan

Kebiasaan minum Berapa gelas perhari Berapa gelas perhari

Jenis minumApa minuman yang dikonsumsi

Apa minuman yang dikonsumsi

Perasaan hausBiasa/ bertambah/ berkurang

Biasa/ bertambah/ berkurang

 

6. Kebutuhan Eliminasi

BAB

Pembanding Sebelum sakit Saat dikajiFrekuensi Berapa kali sehari Berapa kali sehariWarna Apa warna dari feses Apa warna dari fesesBau Normal berbau amoniak Normal berbau amoniakKonsistensi Padat/cair/keras Padat/cair/keras

BAK

Pembanding Sebelum sakit Saat dikajiFrekuensi Berapa kali sehari Berapa kali sehariWarna Kuning jernih/pekat Kuning jernih/pekatBau Amoniak (normal) Amoniak (normal)Perasaan Sakit atau tidak Sakit atau tidak

 

7. Kebutuhan Persepsi Sensori dan Kognitif

Page 49: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Penglihatan             : Apakah menggunakan kacamata pada aktivitas sehari- hari. Bisa melihat jarak jauh dan dekat dengan jelas atau tidak. Pendengaran         : Apakah klien masih dapat mendengar dengan jelas, dan tidak mengeluh masalah pendengarannya. Apakah klien bisa mendengar suara pelan seperti bisikan dan suara yang keras. Penciuman             : Apakah klien masih dapat mencium bau-bauan dan tidak ada masalah dengan indera penciumannya. Klien bisa mencium bau busuk dan harum atau tidak. Pengecapan           : Apakah klien masih dapat membedakan rasa pahit, manis, asam dan asin. Perabaan                : Apakah klien bisa merasakan sensasi ketika disentuh ataupun dicubit.

8. Kebutuhan Termoregulasi

Adakah demam pada klien dan berapa suhunya . Suhu normal 36-36,5oC untuk dewasa. 36,5oC – 37,5oC untuk anak-anak.

9. Kebutuhan Konsep Diri

Citra tubuh    : Apakah klien sudah mulai memperhatikan tubuhnya. Identitas        : Apakah klien sudah mengetahui identitas dirinya. Harga diri     : Apakah klien sudah mengetahui tentang harga dirinya. Klien percaya diri atau masih malu. Peran              : Apakah klien sudah mengetahui mengenai peran dirinya. Bagaimana peran klien dalam kehidupan sehari-hari. Ideal Diri       : Bagaimana ideal diri klien. Klien ingin cepat sembuh.

1. Kebutuhan Stress Koping

Sebelum sakit: Apakah klien senang bermain,bercanda atau bersosialisasi dengan orang lain. Saat dikaji: Apakah klien senang bermain,bercanda atau bersosialisasi dengan orang lain.

1. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman

Jika klien mempunyai keluhan nyeri, kaji nyeri klien dengan pengkajian PQRST. P : penyebab rasa nyeri Q : seperti apa kualitas nyeri ; tersayat, terbakar,diremas-remas dll. R : dimana nyeri dirassakan S : berapa skala nyeri (0-10) T : kapan nyeri dirasakan

2. Kebutuhan Seksual – Reproduksi

Apakah klien sudah mengetahui jenis kelaminnya. Adakah kebutuhan seksual-reproduksi klien

3. Kebutuhan Komunikasi – Informasi

Page 50: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Sebelum sakit : Bagaimana komunikasi klien dengan teman dan orang-orang di lingkungannya. Saat dikaji : Bagaimana komunikasi klien dengan teman dan orang-orang di lingkungannya.

4. Kebutuhan Rekreasi – Spiritual 1. Rekreasi

Sebelum sakit : Apakah klien biasanya bermain dan berinteraksi dengan orang lain dilingkungannya. Apakah klien biasa berwisata dengan keluarga atau orang di lingkungannya. Apa yang dilakukan klien untuk menyenangkan hatinya. Saat dikaji : Apakah klien biasanya bermain dan berinteraksi dengan orang lain dilingkungannya. Apakah klien biasa berwisata dengan keluarga atau orang di lingkungannya. Apa yang dilakukan klien untuk menyenangkan hatinya.

1. Spiritual

Sebelum sakit : Apakah klien sudah mengerti mengenai agama yang dianutnya. Apa saja ibadah yang dilakukan klien dalam sehari. Saat dikaji : Apakah klien sudah mengerti mengenai agama yang dianutnya. Apa saja ibadah yang dilakukan klien dalam sehari.

1. Pemeriksaan fisik2. Pengkajian Umum

1. Tingkat Kesadaran

Eyes

Spontan 4Dengan perintah 3Rangsangan nyeri 2Tidak berespon 1

Motorik

Menurut perintah 6Melokalisasi nyeri (menunjuk)

5

Reaksi menghindari nyeri 4Fleksi abnormal 3Ekstensi abnormal 2Tidak berespon 1

Verbal

Terorientasi 5Bingung 4Kata-kata tidak dimengerti 3Suara tidak jelas 2Tidak berespon 1

Keterangan : Compos mentis : 14-15 Apatis                : 12-13 Somnolen          : 10-11 Delirium            : 7-9 Sporo coma       : 4-6 Coma                 : 3

Page 51: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

1. Keadaan Umum 1. Tanpa dehidrasi : baik, sadar2. Dehidrasi ringan / sedang : gelisah, rewel3. Dehidrasi berat : lesu, lunglai / tidak sadar

2. Tanda-tanda Vital

1. Suhu : 36,5oC – 37,5oC untuk anak-anak. 36 oC -36,5 oC untuk dewasa.2. Nadi :120-130 kali per menit untuk anak-anak. 80- 120 kali per menit

untuk dewasa.3. RR : 30-40 kali per menit untuk anak-anak. 20-24 kali per untuk dewasa.

 

2. Antropometri

LILA

Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh. Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.

Klasifikasi Batas UkurWanita Usia SuburKEK < 23,5 cmNormal  23,5 cmBayi Usia 0-30 hariKEP < 9,5 cmNormal  9,5 cmBalitaKEP < 12,5 cmNormal 12,5 cm

IMT

IMT     = Berat badan (kg)/ (tinggi badan (cm) / 100)2

IMT Status Gizi Kategori< 17.0 Gizi Kurang Sangat Kurus17.0 – 18.5 Gizi Kurang Kurus18.5 – 25.0 Gizi Baik Normal25.0 – 27.0 Gizi Lebih Gemuk> 27.0 Gizi Lebih Sangat Gemuk

Page 52: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

 

Z-score

Z-score  = BB – Median BB/U SD reference

Nilai Z-Score KlasifikasiZ-score ≥ +2 Obesitas+1 ≤ Z-score < +2 Gemuk-2 ≤ Z-score < +1 Normal-3 ≤ Z-score < -2 KurusZ-score < -3 Sangat Kurus

 

3. Pengkajian head to toe4. Pemeriksaan Kepala

I: bentuk kepala mesocepal, simetris kanan kiri atau tidak, terdapat benjolan pada kepala atau tidak, kulit kepala bersih/kotor, rambut tebal/tipis dan lurus/kriting, distribusi rambut merata atau tidak dan berminyak atau tidak. Pa: adakah nyeri tekan.

1. Pemeriksaan Mata

I: Apakah memakai alat bantu penglihatan. Terdapat kantung mata atau tidak. Kelopak mata : simetris kanan dan kiri atau tidak, adakah lesi, apakah penyebaran rambut alis merata. Konjungtiva dan sclera : konjunctiva anemis atau tidak, sclera ikterik atau tidak Kornea : jernih atau keruh Pupil dan iris : ukuran pupil isokor kanan kiri atau tidak. Pa: Adakah nyeri tekan pada kedua mata klien.

1. Pemeriksaan Hidung

I: bentuk hidung klien kecil/besar, warna kulit sama dengan warna bagian wajah lain atau tidak. Adakah deviasi atau pembengkakan tulang hidung, lubang hidung simetris kanan kiri atau tidak. Apakah terdapat secret dan pelebaran nares. Pa: Adakah nyeri tekan pada batang dan jaringan lunak hidung.

1. Pemeriksaan Mulut

I : Apakah bibir simetris atas bawah, bibir kering atau lembab, mukosa pucat/kering/lembab. Berapa jumlah gigi klien. Apakah terdapat bau mulut, pembesaran tonsil dan permukaan lidah kotor/bersih. Pa : Adakah nyeri tekan pada kedua dinding mulut.

Page 53: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

1. Pemeriksaan Telinga

I: Apakah posisi telinga simetris kanan dan kiri, kulit bersih, liang telinga kotor/bersih. Apakah menggunakan alat bantu pendengaran dan adakah benjolan. Pa: Adakah nyeri tekan pada kedua telinga klien.

1. Pemeriksaan Leher

I : Apakah ada pembengkakan kelenjar tiroid, jika digerakkan fleksi ekstensi terdapat terdapat nyeri atau tidak dan adakah nyeri telan. Pa: Adakah nyeri tekan, benjolan dan pembesaran kelenjar tiroid.

1. Pemeriksaan dada dan paru

I : Apakah bentuk dada simetris kanan dan kiri,  barel, fanel atau pigeon chest. Ekspansi dada simetris atau tidak. Pa: Apakah vokal fremitus fibrasinya lebih terasa di sebelah  kanan. Apakah terdapat nyeri tekan bagian dada depan maupun belakang. Pe : apakah terdengar suara sonor pada kedua lapang paru. Au : Apakah terdengar suara dasar vesikular, ronchi, wheezing atau crackles

1. Pemeriksaan jantung

I: Apakah bentuk dada simetris kanan kiri. Adakah jaringan parut dan lesi. Apakah terlihat ictus cordis pada rongga thoraks dan apakah iramanya teratur. Pe: Apakah terdengar bunyi pekak. Dilakukan untuk mengetahui batas jantung Pa: Adakah nyeri tekan. Au : Bunyi jantung 1 = Bunyi jantung 2. Apakah terdapat bunyi mur-mur.

1. Pemeriksaan Abdomen

I  : Apakah perut buncit, warna kulit sama dengan  warna kulit di sekitarnya, bersih/kotor dan terdapat jaringan parut atau tidak, warna ikterik/tidak. Apakah umbilikus mengalami inflamasi, posisi umbilicus tepat ditengah garis tubuh/tidak. Au : Berapa frekuensi bising usus, normalnya 8-12 kali permenit Pe : Apakah terdengar bunyi timpani. Pa : Apakah terdapat nyeri tekan.

1. Pemeriksaan Genetalia

I : Apakah terpasang kateter, terdapat luka/tidak dan terdapat radang pada area genetalia atau tidak. Pa : Adakah nyeri tekan

1. Pemeriksaan Neurologis dan Ekstremitas

Status kesadaran: GCS dan kekuatan otot 5    5 5    5

1. Pemeriksaan Ekstremitas

Page 54: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Atas: Apakah simetris kanan dan kiri. Apakah klien dapat melakukan Range of motion aktif pada tangan kanan dan kiri, terdapat nyeri pada sendi atau tidak. Adakah edema dan akral dingin. Bawah: Apakah simetris kanan dan kiri. Apakah klien dapat melakukan Range of motion aktif pada tangan kanan dan kiri, terdapat nyeri pada sendi atau tidak. Adakah edema dan akral dingin.

1. Pemeriksaan kulit dan kuku

I: Bagaimana warna kulit klien, mukosa mulut pucat/tidak . Adakah  edema dan bagaimana elastisitas kulit dan kebersihan kuku. P: Adakah nyeri tekan. Berapa capilary refill time normalnya < 3 detik

1. Analisa Data Keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul antara lain:

1. Hipertemia (00007)

DS : Ibu klien mengatakan anaknya panas DO :

1. Suhu tubuh klien lebih dari 36,50C2. Kulit terasa hangat3. Kulit terlihat kemerahan4. Nadi klien lebih dari batas normal {anak,-anak (>120x/menit), prasekolah

(>140x/menit), di bawah 3 tahun (>150x/menit), bayi (>160x/menit)}5. Nafas klien lebih dari batas normal {anak-anak (>30x/menit), prasekolah

(>34x/menit), di bawah 3 tahun (40x/menit), bayi (60x/menit)}6. Terjadi kejang7. Kekurangan volume cairan (00027)

DS :

1. Ibu klien mengatakan anaknya susah minum2. Klien mengatakan anaknya buang air kecil terus

DO :

1. Bibir klien terlihat pecah-pecah2. Mukosa klien kering dan pucat3. Penurunan tugor kulit4. Kulit klien terlihat lembab5. Peningkatan konsentrasi urin6. Klien terlihat lemas7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)

DS :

Page 55: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

1. Ibu klien mengatakan anaknya susah makan2. Klien mengatakan anaknya mengalami muntah

DO :

1. Klien tampak lemas dan tak memiliki stamina2. Berat badan klien mengalami penurunan3. Klien terlihat tidak memilki nafsu makan4. Membra mukosa klien pucat5. Adanya sariawan6. Klien tanpak menghindari makanan

 

1. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil IntervensiHipertermia (00007) NOC:

1. Hidration2. Adherence behavior3. Immune status4. Risk control5. Risk detection

Kriteria hasil:

1. Keseimbangan antara produksi panas, panas yang diterima, dan kehilangan panas

2. Seimbang antara produksi panas, panas yang diterima, dan kehilangan panas selama 28 hari pertama kehidupan

3. Keseimbangan asam basa bayi baru lahir

4. Temperature stabil : 36,5 – 37,5°C

5. Tidak ada kejang6. Tidak ada perubahan

warna kulit7. Pengendalian risiko:

hipertermia

NIC: Temperature regulation (pengaturan suhu)

1. Monitor suhu minimal tiap dua jam

2. Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu

3. Monitor tekanan darah, nadi dan respiratory rate

4. Monitor warna dan suhu kulit5. Monitor tanda-tanda hipertermi

dan hipotermi6. Tingkatkan intake cairan dan

nutrisi7. Selimuti pasien untuk mencegah

hilangnya kehangatan tubuh8. Ajarkan pada orang tua pasien

cara mencegah keletihan akibat panas

9. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negative dari kedinginan

10. Beritahu tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganann emergency yang diperlukan

11. Ajarkan indikasi dari hipotermia dan penanganan yang diperlukan

Page 56: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

8. Pengendalian risiko: hipotermia

9. Pengendalian risiko: proses menular

10. Pengendalian risiko: paparan sinar matahari

yang diperlukan12. Berikan anti piretik jika

diperlukan13.

Kekurangan volume cairan (00027)

NOC

1. Fluid balance2. Hydration3. Nutritional status:

food and fluid intake

Kriteria hasil:

1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan berat badan, berat jenis urine normal , HT normal

2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.

NIC Fluid management

1. Timbang popok jika perlu2. Pertahankan catatan intake dan

output yang akurat3. Monitor status hidrasi

(kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik) jika diperlukan

4. Monitor vital sign5. Monitor masukan makanan atau

cairan dan hitung intake kalori harian

6. Kolaborasikan pemberian cairan IV

7. Berikan cairan IV pada suhu ruangan

8. Dorong masukan oral9. Berikan nasogastrik sesuai output10. Dorong keluarga untuk membantu

pasien makan11. Tawarkan makanan ringan (jus

buah, buah segar) untuk anak usia bermain sampai remaja/dewasa

12. Kolaborasi dengan dokter apabila diperlukan transfusi

Hypovolemia management

1. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan

2. Pelihara IV line3. Monitor tingkat Hb dan Ht4. Monitor tanda vital5. Monitor respon pasien terhadap

penambahan cairan6. Monitor berat badan7. Dorong pasien atau orang tua

Page 57: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

pasien untuk menambah intake oral

8. Pemberian cairan IV monitor untuk mengindikasi adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan yang diberikan

9. Monitor adanya tanda gagal ginjal10.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)

NOC:

1. Nutritional status2. Nutritional status:

Food and fluid intake3. Nutritional status:

nutrient intake4. Weight control

Kriteria Hasil:

1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

4. Tidak ada tanda malnutrisi

5. Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan

6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

NIC Weight Management (1260)

1. Bina hubungan dengan keluarga klien

2. Jelaskan keluarga klien mengenai pentingnya pemberian makanan, penambahan berat badan dan kehilagan berat badan

3. Jelaskan kelurga klien tentang kondisi berat badan klien

4. Jelaskan resiko dari kekurangan berat badan

5. Berikan motivasi keluarga klien untuk meningkatkan berat badan klien

6. Pantau porsi makan klien7. Anjurkan klien makan teratur

 

                                            DAFTAR PUSTAKA   Cahyono, J.B. Suharyo B. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta: Kanisius Damin, Sumardjo. 2009. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksata. Jakarta : EGC Muslim. 2009. Patofisiologi untuk Keperawatan . Jakarta : EGC Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Page 58: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Medis NANDA & NIC-NOC. Jakarta: Mediaction Publishing Rubenstein, David. et all. 2007. Kedokteran Klinis. Jakarta : Erlangga Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI Sukandarrumidi. 2010. Bencana Alam dan Bencana Anthoropogene. Yogyakarta: Kanisius Tapan, Erik. 2004. Flu, HFMD, Diare pada Pelancong, Malaria, Demam Berdarah, Tifus. Jakarta: Pustaka Populer Obor Team Elsevier. 2013. Ferri’s Clinical Advisor 2013: 5 Books in 1. Philadelphia: Elsevier, Inc. Tjay, Tan Hoan dan Raharja, Kirana. 2007. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek – Efek Sampingnya, Ed. Ke – 6. Jakarta : EGC Weller, Barbara F. 2005. Kamus Saku Perawat. Jakarta: EGC http://www.slideshare.net/septianraha/penatalaksanaan-medik. diakses pada hari Senin, 3 Maret 2014, 16:05 WIB.

https://sitimunadliroh69.wordpress.com/materi-kuliah/kumpulan-lp-stase-anak/lp-demam-tifoid/

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Demam Thypoid merupakan salah satu jenis penyakit gangguan pada

system pencernaan yang dapat mengganggu mekanisme system pencernaan.

Demam Thypoid dapat disebabkan oleh bakteri salmonella typhi, atau jenis yang

virulensinya lebih rendah yaitu Salmonella paratyphi. Demam typhoid ditularkan

atau ditransmisikan kebanyakan melalui jalur fecal-oral. Penyebaran demam

typhoid dari orang ke orang sering terjadi pada lingkungan yang tidak higienis dan

pada lingkungan dengan jumlah penduduk yang padat, hal ini dikarenakan pola

penyebaran kuman S.typhi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi

biasanya melalui feses penderita. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas

kasus demam thypoid ini.

1.2  TUJUAN

a.       Mampu melakukan Pengkajian pada pasien demam Thypoid

b.      Mampu menegakkan diagnosis yang muncul

c.       Mampu menyusun rencana keperawatan

d.      Mampu melaksanakan rencana keperawatan yang telah dibuat

Page 59: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

e.       Mampu mengevaluasi hasil kerja

BAB II

PEMBAHASAN

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1  PENGERTIAN

Page 60: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Demam Thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran

pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada

pencernaan dan gangguan kesadaran ( Nursalam dkk, 2005 : 152 ). Dan pada anak

biasanya lebih ringan dari pada orang dewasa, masa inkubasi 10 – 20 hari, yang

tersingkat 4 hari jika inpeksi terjadi melalui makanan ( Ngastiyah , 1995 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi

salmonella thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang

sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman

salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ). Demam tifoid dan paratifoid merupakan

penyakit infeksi akut usus halus. Nama lain dari demam tifoid dan paratifoid

adalah typhoid dan paratyphoid fever, enteric fever, tifus, dan paratifus

abdominalis.

2.2  ETIOLOGI

Demam Thypoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Selain oleh

Salmonella typhi, demam typhoid juga bisa disebabkan oleh Salmonella

paratyphi A, B dan C namun gejalanya jauh lebih ringan.

Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam

typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam

typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih

selama lebih dari 1 tahun.

2.3  MANIFESTASI KLINIS

a.       Prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan

b.      Lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat

c.       Nafsu makan berkurang

d.      Bibir kering dan pecah-pecah

e.       Perut Kembung

Page 61: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

f.       Sulit BAB

g.      Gangguan kesadaran ( apatis dan somnolen)

Masa tunas typhoid 10 – 14 hari

a.       Minggu I

Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari.

Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual,

batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.

b.      Minggu II

Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah

yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus,

penurunan kesadaran.

2.4  PATOFISIOLOGI

Kuman salmonella thypi, salmonella paratyphy yang menjadi penyebab

demam thypoid masuk ke saluran cerna. Saat berada dalam saluran cerna sebagian

diantaranya dimusnahkan dalam asam lambung, namun sebagian lagi masuk

kedala usus halus, dan membentuk limfoid plaque peyeri. Ada yang hidup dan

bertahan ada juga yang menembus lamina propia dan masuk ke aliran limfe serta

masuk ke kelenjar limfe dan menembus aliran darah sehingga bersarang dihati dan

limfa. Dan terjadi hepatomegali yang akan menimbulkan nyeri tekan dan infeksi

yang menyebabkan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan meradang dan ini yang

menyebabkan demam tifoid sehingga terjadi peningkatan suhu badan atau panas.

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang

dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus

(muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman

salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui

perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh

Page 62: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan

dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella

thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk

ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan

sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid.

Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran

darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini

kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan

bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.

Tanda-tanda Gejala Sistemik

 

 

                                                                                         Berkembang biak

Page 63: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Lumen Usus

                                                                              Menembus usus lagi

                                                                             reaksi Seperti Semula

Melepas Sitokin reaksi

Inflamasi sistemik                                           Reaksi Hiprsensitifitas

feses 

Page 64: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

                                                                        Tipe lambat                

                                                                                                Akumulasi

                                                                                                Mononuclear

                                                                                                Diradang usus

                        Gejala-gejala

 

Perforasi 

Menembus lap. Mukosa dan otot

 

Proses berjalan Terus

Page 65: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

2.5  PEMERIKSAAN PENUNJANG

a.      Pemeriksaan Darah Perifer LengkapDapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit

normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

b.      Pemeriksaan SGOT dan SGPTSGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah

sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus

c.       Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila

biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid.

Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :

1.      Teknik pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang

lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan.

Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada

saat bakteremia berlangsung.

2.      Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.

Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu

pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh

biakan darah dapat positif kembali.

Page 66: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

3.      Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan

antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga

biakan darah negatif.

4.      Pengobatan dengan obat anti mikroba.

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba

pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin

negatif.

d. Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi

(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam

serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan.

Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah

dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk

menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita

typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau

aglutinin yaitu :

1.      Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh

kuman).

2.      Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel

kuman).

3.      Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai

kuman)

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan

titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita

typhoid.

Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :

a.       Faktor yang berhubungan dengan klien :

1.      Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.

Page 67: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

2.      Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam

darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5

atau ke-6.

3.      Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai

demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti

agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.

4.      Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti mikroba

dapat menghambat pembentukan antibodi.

5.      Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat

menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem

retikuloendotelial.

6.      Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa

atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya

menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun

perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang

yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.

7.      Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan ini

dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang

rendah.

8.      Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap

salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid pada

seseorang yang pernah tertular salmonella di masa lalu.

b.      Faktor-faktor Teknis

1.      Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen O dan

H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan

reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.

2.      Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal.

3.      Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang

berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella

setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.

Page 68: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

2.6  PENATALAKSAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN

a.      Pencegahan

Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan

setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan,

hindari minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air

mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas

b.      Istirahat dan Perawatan

Bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.

Tirah baring dengan perawatan dilakukan sepenuhnya di tempat seperti makan,

minum, mandi, dan BAB/BAK. Posisi pasien diawasi untuk mencegah dukubitus

dan pnemonia orthostatik serta higiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan

dijaga.

c.       Diet dan Terapi Penunjang

1.      Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat.

2.      Memberikan diet bebas yang rendah serat pada penderita tanpa gejala

meteorismus ( kembung perut), dan diet bubur saring pada penderita dengan

meteorismus. Hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran

cerna dan perforasi usus. Gizi penderita juga diperhatikan agar meningkatkan

keadaan umum dan mempercepat proses penyembuhan.b. Cairan yang adequat

untuk mencegah dehidrasi akibat muntah dan diare.

3.      Primperan (metoclopramide) diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah

dengan dosis 3 x 5 ml setiap sebelum makan dan dapat dihentikan kapan saja

penderita sudah tidak mengalami mual lagi.

d.      Pemberian Antimikroba

Obat – obat antimikroba yang sering digunakan dalam melakukan tatalaksana

tifoid adalah:

Page 69: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

1.      Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan

secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas

2.       Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.

3.      Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg

sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim)

4.      Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu

5.      Sefalosporin Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan

selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari

6.      Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001)

7.    Vit B komplek dan Vit C sangat diperlukan untuk menjaga kesegaran dan

kekuatan badan serta berperan dalam kestabilan pembuluh kafiler.

2.7  KOMPLIKASI

Komplikasi intestinal

a.       Perdarahan usus

b.      Perporasi usus

c.       Ilius paralitik

Komplikasi ekstra intestinal

a.       Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis,

trombosis, tromboplebitis.

b.      Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia

hemolitik.

c.       Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

d.      Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.

e.       Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.

f.       Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.

g.      Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis

perifer.

Page 70: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Perforasi usus terjadi pada 0,5-3% dan perdarahan berat pada 1-10%

penderita demam tifoid. Kebanyakan komplikasi terjadi selama stadium ke-2

penyakit dan umumnya didahului oleh penurunan suhu tubuh dan tekanan darah

serta kenaikan denyut jantung.Pneumonia sering ditemukan selama stadium ke-2

penyakit, tetapi seringkali sebagai akibat superinfeksi oleh organisme lain selain

Salmonella. Pielonefritis, endokarditis, meningitis, osteomielitis dan arthritis

septik jarang terjadi pada hospes normal. Arthritis septik dan osteomielitis lebih

sering terjadi pada penderita hemoglobinopati. (Behrman Richard, 1992)

2.8  ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

1.      Biodata Klien dan penanggung jawab (nama, usia, jenis kelamin, agama,

alamat)

2.      Riwayat Kesehatan

a.       Keluhan utama

Biasanya klien dirawat di rumah sakit dengan keluhan sakit kepala, demam, nyeri

dan pusing

b.      Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya klien mengeluh kepala terasa sakit, demam,nyeri dan pusing, berat

badan berkurang, klien mengalami mual, muntah dan anoreksia, klien merasa

sakit diperut dan diare, klien mengeluh nyeri otot.

c.       Riwayat Kesehatan Dahulu

Kaji adanya riwayat penyakit lain/pernah menderita penyakit seperti ini

sebelumnya

d.      Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama (penularan).

3.      Pemeriksaan Fisik

Pengkajian umum

a.       Tingkat kesadaran : composmentis, apatis, somnolen,supor, dan koma

Page 71: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

b.      Keadaan umum : sakit ringan, sedang, berat

c.       Tanda-tanda vital, normalnya:

Tekanan darah       : 95 mmHg

Nadi                      : 60-120 x/menit

Suhu                      : 34,7-37,3 0C

Pernapasan            : 15-26 x/menit

Pengkajian sistem tubuh

a.       Pemeriksaan kulit dan rambut

Kaji nilai warna, turgor, tekstur dari kulit dan rambut pasien

b.      Pemeriksaan kepala dan leher

Pemeriksaan mulai dari kepala, mata, hidung, telinga, mulut dan leher. Kaji

kesimetrisan, edema, lesi, maupun gangguan pada indera.

c.       Pemeriksaan dada

1)      Paru-paru

Inspeksi           : kesimetrisan, gerak napas

Palpasi : kesimetrisan taktil fremitus

Perkusi            : suara paru (pekak, redup, sono, hipersonor, timpani)

2)      Jantung

Inspeksi           : amati iktus cordis

Palpalsi            : raba letak iktus cordis

Perkusi            : batas-batas jantung

d.      Pemeriksaan abdomen

Inspeksi           : keadaan kulit, besar dan bentuk abdomen, gerakan

Palpasi : hati, limpha teraba/tidak, adanya nyeri tekan

Perkusi            : suara peristaltic usus

Auskultasi       : frekuensi bising usus

e.       Pemeriksaan ekstremitas

Kaji warna kulit, edema, kemampuan gerakan dan adanya alat bantu.

4.      Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan

Page 72: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

a.       Riwayat prenatal : ibu terinfeksi TORCH selama hamil, preeklamsi, BB ibu tidak

naik, pemantauan kehamilan secara berkala. Kehamilan dengan resiko yang tidak

dipantau secara berkala dapat mengganggu tumbang anak

b.      Riwayat kelahiran : cara melahirkan anak, keadaan anak saat lahir, partus

lamadan anak yang lahir dengan bantuan alat/ forcep dapat mengganggu tumbang

anak

c.       Pertumbuhan fisik : BB (1,8-2,7kg), TB (BB/TB, BB/U, TB/U), lingkar kepala

(49-50cm), LILA, lingkar dada, lingkar dada > dari lingkar kepala,

d.      Pemeriksaan fisik : bentuk tubuh, keadaan jaringan otot (cubitan tebal untuk pada

lengan atas, pantat dan paha mengetahui lemak subkutan), keadaan lemak (cubitan

tipis pada kulit dibawah tricep dan subskapular), tebal/ tipis dan mudah / tidak

akarnya dicabut, gigi (14- 16 biji), ada tidaknya udem, anemia dan gangguan

lainnya.

e.       Perkembangan : melakukan aktivitas secara mandiri (berpakaian) , kemampuan

anak berlari dengan seimbang, menangkap benda tanpa jatuh, memanjat,

melompat, menaiki tangga, menendang bola dengan seimbang, egosentris dan

menggunakan kata ” Saya”, menggambar lingkaran, mengerti dengan kata kata,

bertanya, mengungkapkan kebutuhan dan keinginan, menyusun jembatan dengan

kotak –kotak.

f.       Riwayat imunisasi

5.      Riwayat sosial: bagaimana klien berhubungan dengan orang lain.

Tumbuh kembang pada anak usia 6-12 tahun

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik

berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi

tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah

mulai mengembangkan ciri sex sekundernya. Perkembangan menitik beratkan

pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.

a. Motorik kasar

1) Loncat tali

2) Badminton

Page 73: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

3) Memukul

4) Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap

meningkatkan irama dan kehalusan.

b. Motorik halus

1) Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan

2) Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat

musik.

c. Kognitif

1) Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi

2) Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah

3) Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal

4) Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang

d. Bahasa

1) Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak

2) Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata

penghubung dan kata depan

3) Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal

      4) Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan

6.      Pengkajian Pola Fungsional Gordon

a.      Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan

Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola sehat – sejahtera yang dirasakan,

pengetahuan tentang gaya hidup dan berhubungan dengan sehat, pengetahuan

tentang praktik kesehatan preventif, ketaatan pada ketentuan media dan

keperawatan. Biasanya anak-anak belum mengerti tentang manajemen kesehatan,

sehingga perlu perhatian dari orang tuanya.

b.      Pola nutrisi metabolik

Yang perlu dikaji adalah pola makan biasa dan masukan cairan klien, tipe

makanan dan cairan, peningkatan / penurunan berat badan, nafsu makan, pilihan

makan.

c.       Pola eliminasi

Page 74: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Yang perlu dikaji adalah pola defekasi klien, berkemih, penggunaan alat

bantu, penggunaan obat-obatan.

d.      Pola aktivas latihan

Yang perlu dikaji adalah pola aktivitas klien, latihan dan rekreasi,

kemampuan untuk mengusahakan aktivitas sehari-hari (merawat diri, bekerja),

dan respon kardiovaskuler serta pernapasan saat melakukan aktivitas.

e.       Pola istirahat tidur

Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola tidur klien selama 24 jam,

bagaimana kualitas dan kuantitas tidur klien, apa ada gangguan tidur dan

penggunaan obat-obatan untuk mengatasi gangguan tidur.

f.       Pola kognitif persepsi

Yang perlu dikaji adalah fungsi indra klien dan kemampuan persepsi klien.

g.      Pola persepsi diri dan konsep diri

Yang perlu dikaji adalah bagaimana sikap klien mengenai dirinya, persepsi

klien tentang kemampuannya, pola emosional, citra diri, identitas diri, ideal diri,

harga diri dan peran diri. Biasanya anak akan mengalami gangguan emosional

seperti takut, cemas karena dirawat di RS.

h.      Pola peran hubungan

Kaji kemampuan klien dalam berhubungan dengan orang lain. Bagaimana

kemampuan dalam menjalankan perannya.

i.        Pola reproduksi dan seksualitas

Kaji adakah efek penyakit terhadap seksualitas anak.

j.        Pola koping dan toleransi stress

Yang perlu dikaji adalah bagaimana kemampuan klien dalam

manghadapai stress dan adanya sumber pendukung. Anak belum mampu untuk

mengatasi stress, sehingga sangat dibutuhkan peran dari keluarga terutama orang

tua untuk selalu mendukung anak.

k.      Pola nilai dan kepercayaan

Kaji bagaimana kepercayaan klien. Biasanya anak-anak belum terlalu

mengerti tentang kepercayaan yang dianut. Anak-anak hanyan mengikuti dari

orang tua.

Page 75: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

ANALISA DATA

Data objektif/subjektif Etiologi Masalah

keperawatan

Data objektif:

       Suhu tubuh klien

meningkat

       Lidah terlihat

kotor/berselaput

didaerah tengah fdan

tepi serta tremor pada

ujungnya

Data subjektif:

       Klien mengeluh kepala

terasa sakit, demam

       Klien mengeluh kepala

terasa nyeri dan pusing

Kuman

salmonella thypi

saluran cerna

bersarang dihati

dan limfa

hepatomegali

zat pirogen oleh

leukosit pada jaringan

meradang

demam

suhu

meningkat

Hipertermi b.d proses

infeksi salmonella

thypi

Data objektif:

       Suhu klien meningkat

       Klien diare

       Mukosa bibir pucat,

bibir kering dan pecah-

pecah

Peningkatan suhu

tubuh

Ektravasasi cairan

Intake kurang

 

Kekurangan volume

cairan berhubungan

dengan muntah

Page 76: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Data subjektif:

       klien mengeluh mual

dan muntah

       Klien mengeluh haus

       Klien mengeluh lemas

Volume plasma

berkurang

Penurunan volume

cairan tubuh

Data objektif:

       BB klien menurun

       Klien mual

       Klien anoreksia

       Mukosa bibir pucat,

bibir kering dan pecah-

pecah

       Turgor kulit jelek, kulit

kering

Data subjektif:

       Klien mengatakan tidak

nafsu makan

       Klien mengatakan tidak

tertarik dengan makanan

Nafsu makan

menurun

Intake nutrisi

tidak adekuat

Nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan

dengan intake tidak

adekuat.

NURSING CARE PLAN

NANDA NOC NIC

Hipertermi b.d proses

infeksi salmonella thypi

Indikator:

      Suhu  36,5 – 37,5oC

      Bibir lembab

      Kulit tidak teraba

      Identifikasi penyebab

/ factor yang dapat

menyebabkan

Page 77: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

panas

      Aktifitas sesuai

kemampuan

hipertermi

      Observasi cairan

masuk dan keluar,

hitung balance cairan

      Beri cairan sesuai

kebutuhan bila tidak

bila kontraindikasi

      Berikan kompres air

hangat.

      Anjurkan pasien

untuk mengurangi

aktifitas yang

berlebihan saat suhu

naik / bedrest total

      Anjurkan pasien

menggunakan

pakaian yang mudah

menyerap keringat

      Ciptakan lingkungan

yang nyaman

Kolaborasi :

      Pemberian antipiretik

      Pemberian antibiotic

Kekurangan volume

cairan berhubungan

dengan muntah

Defenisi : penurunan

cairan intravaskuler

intestinal dan atau

intraseluler, contohnya

Keseimbangan

cairan

Indikator:

       Keseimbangan intake

dan output 24 jam

       Berat badan stabil

       Tidak ada rasa haus

Pengelolaan cairan

Aktifitas:

       Pantau berat badan

biasanya dan

kecendrungannya

       Mempertahankan

intake dan output

Page 78: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

dehidrasi, kehilangan

cairan tanpa perubahan

sodium.

Batasan karakteristik :

Kelelahan, kehilangan

berat badan.

yang berlebihan

       Elektrolit serum

dalam batas normal

       Hidrasi kulit tidak ada

pasien

       Pantau ststus hidrasi

       Memonitor status

hemodynamic

termasuk CVP, MAP,

PAP, dan PCWP

       Pantau tanda-tanda

vital pasien

       Pantau status nutrisi

pasien

Ketidakseimbangan

Nutrisi Kurang dari

Kebutuhan Tubuh

berhubungan dengan

intake tidak adekuat

Defenisi: ketidak

cukupan intake nutrisi

untuk kebutuhan

metabolik.

Batasan karakteristik

       Berat badan 20%

berkurang dari ideal

       Lemahnya kesehatan

otot

Status nutrisi

Indikator:

       Intake nutrisi

       Intake makanan dan

cairan

       Energi

       Berat tubuh

Mengontrol Nutrisi

Aktivitas:

       Menimbang berat

badan pasien pada

jarak yang ditentukan

       Memantau gejala

kekurangan dan

penambahan berat

badan

       Memantau respon

emosional pasien

ketika ditempatkan

pada situasi yang

melibatkan makanan

dan makan

       Memantau interaksi

Page 79: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

       Tidak nafsu makan orang tua/anak

selama makan, jika

diperlukan

       Mengontrol keadaan

lingkungan ketika

makan

       Mengontrol turgor

kulit, jika diperlukan

       Memantau

kekeringan, tipisnya

rambut sehingga

mudah rontok

       Memantau gusi saat

menelan, karang gigi,

dan penambahan luka

       Mengontrol mual dan

muntah

       Memantau tingkat

energy, rasa tidak

nyaman, kelelahan,

dan kelemahan

       Memantau jaringan

yang pucat, memerah,

dan kering

       Memantau

kemerahan, bengkak,

dan retak pada

mulut/bibir

2.9  LAPORAN KASUS

Pengkajian

Page 80: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

a.      Biodata Klien

Nama               :  anak A

Umur               : 6 tahun

Jemis kelamin  : Perempuan

Pendidikan      : Kelas 1 SD

Biodata ayah

Nama               : Tn J

Umur               : 43 tahun

Jenis kelamin   : Laki-laki

Pendidikan      : SMP

Pekerjaan         : Tani

Agama             : Islam

Alamat            : Jorong Air Putih, kecamatan Harau, kabupaten 50 kota

Biodata ibu

Nama               : Ny A

Umur               : 38 tahun

Jenis kelamin   : Perempuan

Pendidikan      : SD

Pekerjaan         : Ibu rumah tangga

Agama             : Islam

Alamat            : Jorong Air Putih, kecamatan Harau, kabupaten 50 kota

b.      Riwayat Kesehatan

1.      Keluhan utama

Klien telah demam sejak 1 minggu yang lalu. menurut ibu klien, klien

sebelumnya jatuh dan tangannya terkilir namun telah membaik setelah di urut.

Klien awal sakit mengeluh sakit perut, pusing, tidak nafsu makan dan merasa

lemas. Setelah diperiksa dipuskesmas terdekat, klien dinyatakan terkena gejala

tifus.

Page 81: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

2.      Riwayat Kesehatan Sekarang

Saat dilakukan pengkajian kondisi klien sudah mulai membaik. Sakit perut

klien sudah hilang namun klien masih tidak nafsu makan dan kadang

memuntahkan kembali makanannya. Klien juga masih terlihat lemah dan tidak

bersemangat.

3.      Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien sebelumnya belum pernah menderita penyakit ini. Menurut orang tua

klien, klien adalah anak yang jarang sakit. Kalau demam, biasanya klien akan

membaik setelah dibawa ke tukang urut.

4.      Riwayat Kesehatan Keluarga

Menurut ibu klien, beliau juga pernah dulu terkena tifus waktu berumur 5

tahun. Namun ayah klien dan keluarga yang lain tidak pernah menderita penyakit

ini ataupun sakit lainnya.

c.       Pemeriksaan Fisik

Pengkajian umum

1.      Tingkat kesadaran             : composmentis

2.      Keadaan umum                 : sedang

3.      Tanda-tanda vital              :

Tekanan darah                   : 80/50 mmHg (N=95 mmHg)

Nadi                                  : 124x/menit (N=60-120 x/menit)

Pernapasan                        : 30x/menit (N=15-26 x/menit

Suhu                                  : 36,5 0 C (N=34,7-37,3 0C)

4.      Tinggi badan                     : 95 cm

5.      Berat badan                       : 12 kg

Pengkajian sistem tubuh

1.      Pemeriksaan kulit dan rambut

Page 82: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Warna kulit sawo matang, kulit dan rambut klien kering. Normalnya tekstur kulit

anak yang masih kecil sangat halus,agak kering, dan tidak berminyak atau

lembab.

2.      Pemeriksaan kepala dan leher

Kepala       : tidak ada tanda-tanda trauma atau luka.

Muka         : agak pucat.

Mata          : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, reflek cahaya (+), tidak ada

gangguan penglihatan

Hidung      : tidak ada tanda-tanda trauma, lesi, maupun perdarahan, tidak ada

kelainan penciuman

Mulut        : mukosa bibir pucat, bibir kering dan pecah-pecah, tonsil tidak

membesar

Telinga      :simetris, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada gangguan pendengaran

3.      Pemeriksaan dada

Paru-paru

Inspeksi           : simetris

Palpasi             : taktil fremitus kiri=kanan

Perkusi            : suara paru sonor

Jantung

Inspeksi           : iktus cordis tidak tampak

Palpalsi            : letak iktus cordis normal

Perkusi            : batas-batas jantung normal

4.      Pemeriksaan abdomen

Inspeksi           : tdak ada trauma ataupun ascites

Palpasi             : tidak ada teraba massa

Perkusi            : timpani

Auskultasi       : frekuensi bising usus normal

5.      Pemeriksaan ekstremitas: tidak ada kelainan

6.      Neurologis: refleks normal

Page 83: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

d.      Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan

1.      Riwayat prenatal : ibu tidak ada sakit selama hamil, BB ibu tidak naik, ibu ada

melakukan pemantauan kehamilan secara berkala ke puskesmas, namun ibu tidak

pernah meminum susu ataupun makanan bergizi yang lainnya selama sakit. Ibu

klien hanya makan dan minum seadanya saja.

2.      Riwayat kelahiran : klien dilahirkan secara normal di puskesmas. Keadaan klien

saat lahir juga normal. Klien menyusui selama 2 tahun dan tidak ada diberikan

susu tambahan maupun bubur.

3.      Pertumbuhan fisik :

BB             : 12 kg

TB             : 95 cm

BB/TB       : 12/95

BB/U         :12/6

TB/U         : 95/6

4.      Perkembangan : klien sebelum sakit dapat melakukan aktivitas secara mandiri

(seperti berpakaian, mandi, dan lain-lain), klien mampu berlari dengan seimbang,

menangkap benda tanpa jatuh, memanjat, melompat, menaiki tangga, menendang

bola dengan seimbang, menggambar, mengerti dengan kata kata, bertanya,

mengungkapkan kebutuhan dan keinginan. Saat ini klien tidak mampu bermain

seperti biasa karena kondisi yang lemah.

5.      Riwayat imunisasi: menurut ibu klien, klien selalu dibawa untuk di imunisasi.

Klien telah melakukan imunisasi lengkap.

e.       Riwayat sosial

Menurut ibu klien, klien adalah anak yang periang. Klien anak yang lincah dan

suka bermain kemana-mana. Klien malah jarang berada dirumah. Biasanya yang

menjaga klien sementara orang tua bekerja adalah kakaknya.

f.       Pengkajian Pola Fungsional Gordon

Pola

Gordon

Kebutuhan

Normal

Fakta Analisa

(normal/tidak)

Persepsi- Orang tua klien Orang tua klien Tidak normal

Page 84: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

manajemen

kesehatan

mengetahui pola

sehat,

pengetahuan

tentang gaya

hidup yang

berhubungan

dengan sehat,

pengetahuan

tentang praktik

kesehatan

preventif

kurang

mengtahui

seperti apa pola

hidup sehat.

Orang tua klien

tidak terlalu

memikirkan

tentang gizi

dalam makanan.

Biasanya kalau

klien sakit, hanya

dibawa ke

tukang urut atau

ke orang pintar

saja.

Hendaknya

diberikan

penyuluhan

kepada orang

tua klien

pentingnya

pengetahuan

gizi untuk anak

Pola nutrisi

metabolic

Kebutuhan kalori

(umur 6 tahun):

40-45 kal/kg,

protein 32 gr,

VIT A 360, B1

0,7 mg, B2 0,9

mg, niasin 7,6

mg, B12 0,7 mg,

vit C 25 mg. Ca

500 mg, fosfor

350 mg, besi 9

mg, seng 10 mg,

iodium 100 mg.

Klien jarang

makan, apalagi

semenjak sakit.

Klien hanya mau

makan lontong

sedikit dan

kadang

dimuntahkan

lagi. Biasanya

hanya jajan

makanan ringan

seperti es kiko,

sosis, dan mie.

Klien biasanya

suka makan

dengan sambal

Tidak normal

Page 85: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

rending. Minum

klien tidak ada

masalah.

Pola

eliminasi

BAK dan BAB

klien lancar

BAK dan BAB

klien lancar

Normal

Pola aktivas

latihan

Aktivitas klien

tidak terganggu,

kemampuan

untuk

mengusahakan

aktivitas sehari-

hari (merawat

diri, bekerja), dan

respon

kardiovaskuler

serta pernapasan

baik saat

melakukan

aktivitas.

Klien tidak bisa

melakukan

aktivitas seperti

biasa karena

masih lemah.

Klien hanya

merengek di

gendongan

ibunya.

Tidak normal

Pola

istirahat

tidur

Tidur klien tidak

mengalami

gangguan. Klien

dapat tidur 8-10

jam per hari.

Dua hari ini klien

sudah bisa tidur

dengan nyaman

karena tidak

sakit perut lagi.

Klien juga tidur

siang selama 2-3

jam sehari.

Normal

Pola kognitif

persepsi

Fungsi indra

klien dan

kemampuan

persepsi klien

Klien tidak ada

gangguan pada

indra dan

Normal

Page 86: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

normal persepsinya.

Pola

persepsi diri

dan konsep

diri

Persepsi klien

tentang

kemampuannya,

pola emosional,

citra diri,

identitas diri,

ideal diri, harga

diri dan peran diri

klien tidak ada

gangguan

Klien merasa

takut dan cemas

ketika dijenguk

oleh orang lain.

Klien menangis

ketika diperiksa.

Tidak normal

Pola peran

hubungan

Klien dapat

berhubungan

dengan orang lain

dengan lancer

dan dapat

menjalankan

perannya.

Hubungan klien

dengan teman

dan orang sekitar

terganggu. Klien

semenjak sakit

tidak ada keluar

rumah lagi.

Tidak normal

Pola

reproduksi

dan

seksualitas

Tidak ada

gangguan

seksualitas.

Klien tidak ada

mengalami

gangguan

seksualitas

Normal

Pola koping

dan toleransi

stress

Klien mampu

dalam

manghadapai

stress dan adanya

sumber

pendukung

Jika klien mulai

merengek, ibu

klien akan

memberikan

mainan sehingga

klien akan sibuk

dengan

mainannya

Normal

Anak-anak

belum bisa

melskukan

koping stress,

sehingga peran

orang tua

sangat penting

Pola nilai Klien tahu Klien masih Normal

Page 87: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

dan

kepercayaan

tentang nilai dan

kepercayaan yang

dianutnya

belum terlalu

tahu tenatang

kepercayaannya.

Klien kadang-

kadang menuruti

orang tuanya

ketika

melaksanakan

ibadah

Anak-anak

belum terlalu

mengerti

tentang nilai

dan

kepercayaan.

Orang tua

hendaknya

membimbing

anak semenjak

dini.

ANALISA DATA

Data objektif/subjektif Etiologi Masalah

keperawatan

Data objektif:

       Mukosa bibir pucat,

bibir kering dan pecah-

pecah

       Turgor kulit kering

Data subjektif:

       Klien mengeluh haus

       Klien mengeluh lemas

Peningkatan suhu

tubuh

Ektravasasi cairan

Intake kurang

 

Volume plasma

berkurang

Penurunan volume

cairan tubuh

Kekurangan volume

cairan berhubungan

dengan muntah

Data objektif:

       Klien anoreksiaNafsu makan

Perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan

Page 88: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

       Mukosa bibir pucat,

bibir kering dan pecah-

pecah

       Turgor kulit jelek, kulit

kering

Data subjektif:

       Klien mengatakan tidak

nafsu makan

       Klien mengatakan tidak

tertarik dengan makanan

menurun

Intake nutrisi

tidak adekuat

Nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

tubuh berhubungan

dengan intake tidak

adekuat.

http://bangeud.blogspot.com/search/label/KEPERAWATAN%20ANAK

Diposkan oleh Cicilia Uzumaki di 08.07 1 komentar

LAPORAN PENDAHULUANTHYPOID

A.   Definisi

Thypoid fever/demam tifoid atau thypus abdominalis merupakan penyakit

infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai

gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.

Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang

terkontaminasi. (I.R. Laurentz, 2005)

Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai

dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus,

pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng

Soegijanto, 2002)

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh

kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit

ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, (Syaifullah Noer, 1996 ).

B.   Etiologi

Page 89: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Samonella Thposa/Eberthela

Thyposa  yang  merupakan  kuman  negatif,  motil  dan  tidak  menghasilkan

spora, hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang lebih rendah

sedikit serta mati pada suhu 700C dan antiseptik. Salmonella mempunyai tiga

macam antigen, yaitu Antigen O=Ohne Hauch=somatik antigen (tidak menyebar)

ada dalam dinding sel kuman, Antigen H=Hauch (menyebar), terdapat pada

flagella dan bersifat termolabil dan Antigen V1=kapsul ; merupakan kapsul yang

meliputi tubuh kuman dan melindungi O antigen terhadap fagositosis. Ketiga jenis

antigen ini di manusia akan menimbulkan tiga macam antibodi yang lazim disebut

aglutinin. (Ranuh, Hariyono, dkk, 2001)

Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasif yang ditandai oleh

demam,  toksemia,  nyeri  perut,  konstipasi/diare.  Komplikasi  yang  dapat

terjadi  antara  lain:  perforasi  usus,  perdarahan,  toksemia  dan  kematian.

(Ranuh, Hariyono, dkk, 2001)

C.   Patofisiologi

Kuman salmonella typhosa masuk kedalam saluran cerna, bersama

makanan dan minuman, sabagian besar akan mati oleh asam lambung HCL dan

sebagian ada yang lolos (hidup), kemudian kuman masuk kedalam usus (plag

payer) dan mengeluarkan endotoksin sehingga menyebabkan bakterimia primer

dan mengakibatkan perdangan setempat, kemudian kuman melalui pembuluh

darah limfe akan menuju ke organ RES terutama pada organ hati dan limfe.

Di organ RES ini sebagian kuman akan difagosif dan sebagian yang tidak

difagosif akan berkembang biak dan akan masuk pembuluh darah sehingga

menyebar ke organ lain, terutama usus halus sehingga menyebabkan peradangan 

yang  mengakibatkan  malabsorbsi  nutrien  dan  hiperperistaltik usus sehingga

terjadi diare. Pada hipotalamus akan menekan termoregulasiyang  mengakibatkan 

demam  remiten  dan  terjadi  hipermetabolisme  tubuh akibatnya tubuh menjadi

mudah lelah.

Selain itu endotoksin yang masuk kepembuluh darah kapiler menyebabkan

roseola pada kulit dan lidah hiperemi. Pada hati dan limpa akan terjadi

Page 90: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

hepatospleno megali. Konstipasi bisa terjadi menyebabkan komplikasi intestinal

(perdarahan usus, perfarasi, peritonitis) dan ekstra intestinal (pnemonia,

meningitis, kolesistitis, neuropsikratrik).

D.   Manifestasi Klinis

Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika

dibandingkan  dengan  penderita  dewasa.  Masa  tunas  rata-rata  10-20  hari.

Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang

terlama 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin

ditemukan  gejala  prodomal  yaitu  perasaan  tidak  enak  badan,  lesu,  nyeri

kepala, pusing dan tidak bersamangat kemudian menyusul gejala klinis sbb:

1. Demam

Berlangsung  selama  3  minggu,  bersifat  febris  remiten  dan  suhu  tidak

terlalu tinggi. Selama minggu pertama duhu berangsur-angsur meningkat,

biasanya turun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada

minggu ke-2 penderita terus demam dan minggu ke-3 penderita demamnya

berangsur-angsur normal.

2. Gangguan pada saluran pencernaan

Nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah putih kotor

(coated tongue) ujung dan tepi kemerahan, perut kembung, hati dan limpa

membesar. disertai nyeri pada perabaan.

3. Gangguan kesadaran

Kesadaran menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu apatis sampai

samnolen.

E.   Pathways

F.Komplikasi

Dapat terjadi pada:

1.   Usus halus

Umumnya jarang terjadi, akan tetapi sering fatal yaitu:

Page 91: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

a.       Perdarahan usus bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja

dengan benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat

disertai perasaan nyari perut dengan tanda-tanda rejatan

b.      Perforasi usus

c.       Peritonitis ditemukan gejala abdomen akut yaitu: nyeri perut yang hebat, diding

abdomen dan nyeri pada tekanan

2.   Diluar anus

Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterimia) yaitu

meningitis,  kolesistitis,  ensefelopati.  Terjadi  karena  infeksi  sekunder yaitu

bronkopneumonia

G.   Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan

laboratorium, yang terdiri dari :

a.   Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat

leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah

sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada

sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat

leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu

pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

b.   Pemeriksaan SGOT DAN SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat

kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

c.   Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila

biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid.

Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :

a.   Teknik pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang 

lain,  hal  ini  disebabkan  oleh  perbedaan  teknik  dan  media biakan yang

Page 92: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi

yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

b.   Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.

Biakan  darah  terhadap  salmonella  thypi  terutama  positif  pada minggu

pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh

biakan darah dapat positif kembali.

c.   Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan  

antibodi   dalam   darah   klien,   antibodi   ini   dapat menekan bakteremia

sehingga biakan darah negatif.

d.   Pengobatan dengan obat anti mikroba.

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti

mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan

mungkin negatif.

d.   Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi

(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam

serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan.

Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah

dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk

menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita

typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau

aglutinin yaitu :

a.   Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh

kuman).

b.   Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel

kuman).

c.   Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai

kuman)

Page 93: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan

titernya  untuk  diagnosa,  makin  tinggi  titernya  makin  besar  klien menderita

typhoid.

H.  Pengkajian Keperawatan

1.    Pengumpulan data

a.       Identitas klien

Meliputi  nama,,  umur,  jenis  kelamin,  alamat,  pekerjaan, suku/bangsa, agama,

status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa

medik.

b.      Keluhan utama

Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun, 

nyeri  perut,  pusing kepala,  mual,  muntah,  anoreksia, diare serta penurunan

kesadaran.

c.       Riwayat penyakit sekarang

Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam

tubuh.

d.      Riwayat penyakit dahulu

Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.

e.      Riwayat penyakit keluarga

Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.

f.        Riwayat psikososial dan spiritual

Biasanya   klien   cemas,   bagaimana   koping   mekanisme   yang digunakan.   

Gangguan  dalam  beribadat  karena  klien  tirah  baring total dan lemah.

g.       Pola-pola fungsi kesehatan

1)  Pola nutrisi dan metabolisme

Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah

saat makan  sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan  sama sekali.

Page 94: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

2)  Pola eliminasi

Eliminasi alvi.   Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring

lama.  Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan,  hanya  warna 

urine  menjadi  kuning  kecoklatan. Klien dengan demam tifoid terjadi

peningkatan suhu tubuh yang berakibat  keringat  banyak  keluar  dan  merasa 

haus,  sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.

3)  Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak

terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.

4)  Pola tidur dan istirahat

Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.

5)  Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan ketakutan

merupakan dampak psikologi klien.

6)  Pola sensori dan kognitif

Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan

umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pad klien.

7)  Pola hubungan dan peran

Hubungan  dengan  orang lain  terganggu  sehubungan  klien  di rawat di

rumah sakit dan klien harus bed rest total.

8)  Pola reproduksi dan seksual

Gangguan    pola  ini  terjadi  pada  klien  yang  sudah  menikah karena

harus dirawat di rumah sakit sedangkan yang belum menikah tidak mengalami

gangguan.

9)  Pola penanggulangan stress

Biasanya  klien  sering  melamun  dan  merasa  sedih  karena keadaan

sakitnya.

10) Pola tatanilai dan kepercayaan

Dalam hal beribadah biasanya terganggu karena bedrest total dan tidak

boleh melakukan aktivitas karena penyakit yang dideritanya saat ini.`

Page 95: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

     

h.   Pemeriksaan fisik

1)  Keadaan umum

Didapatkan  klien   tampak   lemah,   suhu   tubuh   meningkat 380 C – 410 C,

muka kemerahan.

2)  Tingkat kesadaran   

Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).

3)  Sistem respirasi

Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan

gambaran seperti bronchitis.

4)  Sistem kardiovaskuler

Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.

5)  Sistem integumen

Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak

kusam

6)  Sistem gastrointestinal

Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual,

muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik

usus meningkat.

7)  Sistem muskuloskeletal

Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.

8)  Sistem abdomen

Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak

serta nyeri tekan pada abdomen.  Pada perkusi didapatkan perut kembung serta

pada auskultasi peristaltik usus meningkat.

I.    Diagnosa Keperawatan

1.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d arbsorpsi nutrisi

2.       Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus

3.       Resiko  tinggi  kurang  volume  cairan  b/d  kehilangan  cairan  sekunder terhadap

diare

Page 96: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

4.       Intoleransi aktivitas b/d peningkatan kebutuhan metabolisme sekunder terhadap

infeksi akut

5.       Kurang   pengetahuan   mengenai   kondisi   b/d   kesalahan   interpretasi

informasi, kurang mengingat

J.    Fokus Intervensi

1.  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d arbsorpsi nutrisi

      Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi

      Intervensi:

a.       Dorong tirah baring

Rasional:  Menurunkan  kebutuhan  metabolic  untuk  meningkatkan penurunan

kalori dan simpanan energi

b.      Anjurkan istirahat sebelum makan

Rasional: Menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi makan

c.       Berikan kebersihan oral

Rasional : Mulut bersih dapat meningkatkan nafsu makan

d.      Sediakan    makanan    dalam    ventilasi    yang    baik,    lingkungan

menyenangkan

Rasional:   Lingkungan   menyenangkan   menurunkan   stress   dan konduktif

untuk makan

e.      Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat

Rasional: Nutrisi yang adekuat akan membantu proses

f.        Kolaborasi pemberian nutrisi, terapi IV sesuai indikasi

Rasional:  Program  ini  mengistirahatkan  saluran  gastrointestinal, sementara

memberikan nutrisi penting.

2.  Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus

                   Tujuan: Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal

                   Intervensi:

a.       Pantau suhu klien

Page 97: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Rasional: Suhu 380 C sampai 41,10 C menunjukkan proses peningkatan infeksius

akut

b.      Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai dengan

indikasi

Rasional: Suhu ruangan atau jumlah selimut harus dirubah, mempertahankan suhu

mendekati normal

c.       Berikan kompres mandi hangat

Rasional : Dapat membantu mengurangi demam

d.      Kolaborasi pemberian antipiretik

Rasional: Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya hipotalamus

3.  Resiko  tinggi  kurang  volume  cairan  b/d  kehilangan  cairan  sekunder

terhadap diare

Tujuan: Mempertahankan volume cairan adekuat dengan membran mukosa,

turgor kulit baik, kapiler baik, tanda vital stabil, keseimbangan dan kebutuhan urin

normal.

      Intervensi:

a.       Awasi masukan dan keluaran perkiraan kehilangan cairan yang tidak terlihat

Rasional: Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan dan elektrolit 

penyakit  usus  yang  merupakan  pedoman  untuk penggantian cairan.

b.      Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa turgor kulit dan

pengisian kapiler.

Rasional: Menunjukkan kehilangan cairan berlebih atau dehidrasi

c.       Kaji tanda-tanda vital

Rasional : Dengan menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan

d.      Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring

Rasional: Kalau diistirahkan utnuk penyembuhan dan untuk penurunan

kehilangan cairan usus

e.      Kolaborasi utnuk pemberian cairan parenteral

Rasional: Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan cairan untuk

mempertahankan kehilangan

Page 98: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

4. Intoleransi aktivitas b/d peningkatan kebutuhan metabolisme sekunder terhadap

infeksi akut

      Tujuan:   Melaporkan   kemampuan   melakukan   peningkatan   toleransi

aktivitas

                   Intervensi:

a.       Tingkatkan tirah baring dan berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung

Rasional: Menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan

b.      Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik

Rasional: Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area

tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan

c.       Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi

Rasional : Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan karena keterbatasan

aktifitas yang menganggu periode istirahat

d.      Berikan aktifitas hiburan yang tepat (nonton TV, radio)

Rasional: Meningkatkan relaksasi dan hambatan energi

5.  Kurang   pengetahuan   mengenai   kondisi   b/d   kesalahan   interpretasi

informasi, kurang mengingat

      Tujuan: Dapat menyatakan pemahaman proses penyakit

Intervensi:

a.       Berikan    nformasi    tentang   cara    mempertahankan    pemasukan makanan

yang memuaskan dilingkungan yang jauh dari rumah

Rasional: Membantu individu untuk mengatur berat badan

b.      Tentukan persepsi tentang proses penyakit

Rasional: Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan

belajar individu

c.       Kaji ulang proses penyakit, penyebab/efek  hubungan  faktor  yang menimbulkan

gejala dan mengidentifikasi cara menurunkan faktor pendukung

Rasional : Faktor pencetus/pemberat individu, sehingga kebutuhan pasien  untuk 

waspada  terhadap  makanan,  cairan  dan  faktor  pola hidup dapat mencetuskan

gejala

Page 99: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J (1997). Buku Saku Keperawatan. Edisi VI.EGC: Jakarta

Doengoes M.E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III. EGC : Jakarta

Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi XII. EGC : Jakarta

Soegeng    Soegijanto.    2002.    Ilmu    Penyakit    Anak,    Diagnosa   

danPenatalaksanaan. Jakarta: Salemba Medika.

Diposkan oleh Iva Agustin di 03.45 http://communityofnurse.blogspot.com/2013/10/laporan-pendahuluan-thypoid-a.html

Demam Tifoid Tweet

Filled under: Catatan Co-ass Anak

Page 100: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Penyebab utama : Salmonella thypi.Gejala utama : Demam, gangguan saraf pusat/kesadaran.

Trias nya :

- Demam > 7 hari- Gangguan Saluran Pencernaan- Gangguan Kesadaran/Apati

Masa inkubasi : 7-20 hari (1-3 minggu)Inkubasi terpendek : 3 hariInkubasi terpanjang : 60 hari

Klasifikasi Demam :

1. Demam Remitten : Fluktuasi > 1 C, Tidak pernah Normal

2. Demam Intermitten Fluktuasi > 1 C, Pernah Normal

3. Demam Continous Fluktuasi < 1 C, Tidak pernah Normal

Patomekanisme :

Kuman dari makanan yang dikonsumsi --> Masuk ke lambung --> Masuk ke Usus --> Berkembang biak di usus --> Di usus kuman hidup dalam Makrofag --> Masuk ke kelenjar getah bening mesenterica --> Masuk ke duktus toracicus --> Masuk ke peredaran

Page 101: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

vaskuler --> Terjadi Bakteremia I asimptomatik --> Menuju RES --> Masuk ke HATI, LIMPA, dan Peredaran Vaskuler --> Masuk ke Vesica Fellea dari HATI --> Keluar dg cairan empedu --> Masuk ke usus lagi --> Keluar bersama feses dan menjadi sumber penularan baru --> Yg masuk ke darah lagi menyebabkan Bakteremia I simptomatik.

Penurunan kesadaran pada pasien DT disebabkan karena toksin dan bakteri.

Makrofag teraktivasi pada saat bakteremia II shg menimbulkan reaksi inflamasi sistemik spt : Demam, Malaise, Mialgia, Sakit Kepala, Sakit perut, Instabilitas Vascular, gangguan koagulasi.

I. Demam --> Remitten

Minggu I : Meningkat, berangsur Minggu II : Merata Minggu III : Menurun, berangsur

Demam pada sore ato malam hari > tinggi dari pagi ato siang hari krn pola kumannya yang aktif pada malam hari. Tanda khas Demam > 7 hari.

II. Gangguan Saluran Cerna

- Foeter Ex Ore ato Halitosis ato Oral Malodor ato Bau Mulut - Bibir Kering - Lidah Kotor - Anoreksia - Mual Muntah --> Harus diinfus - Meteorismus ato Perut Kembung - Konstipasi ato Diare - Hepatomegali / Splenomegali

III. Gangguan Kesadaran

Status Tifosa :

- Penurunan Kesadaran : GCS 14/13- Rambut & Kulit Kering- Bibir Kering & Pecah-Pecah

Page 102: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

- Lidah Kotor + Tremor + Tepi Hiperemis- Muka Pucat (Anemia)

http://www.catatandokter.com/2012/11/demam-tifoid.html

Klasifikasi dan Kategori Demam Perubahan cuaca biasanya berdampak pula untuk kesehatan manusia.Akibat cuaca di Indonesia yang saat ini sangat sulit diprediksi, dimana terkadang pada siang hari cuaca begitu terik, namun tiba-tiba saja beberapa jam setelahnya hujan turun dengan derasnya.

Musim Pancaroba.Cuaca berubah seketika menjadi hujan, lembab atau dingin.Perubahan cuaca yang ekstrim ini sering disebut dengan MUSIM PANCAROBA. Dalam kondisi yang demikian, kondisi yang tidak menentu, tubuh kita rentan terhadap penyakit, yang biasanya diawali dengan demam dan sakit kepala serta nyeri pada bagian tubuh tertentu.

Peluang untuk menjadi sakit makin besar bila kita mengalami stres, akibat pekerjaan tinggi, akibat kemacetan di jalan dan lain sebagainya. Bila seseorang sakit, biasanya akan disertai demam, nyeri atau sakit kepala.

Demam sendiri dapat dikategorikan dalam beberapa klasifikasi:1. Demam Remiten atau Demam Tifoid.Yaitu naik turun suhu rentang 1 derajat celcius, akan tetapi penurunannya tidak pernah mencapai suhu normal.2. Demam Intermen atau Demam Malaria.Yaitu naik turun suhu, bisa mencapai batas normal.3. Demam Kontinyu atau Demam Pneumonia.

Page 103: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Yaitu demam yang terjadi terus menerus dan disebabkan oleh infeksi bakteri.4. Demam Bifasik atau Demam Berdarah.Yaitu demam dengan bentuk pelana kuda.5. Demam Pel-Ebstein atau Penyakit Hodgkin.Yaitu demam lama 1 minggu diselingi dengan periode tidak demam dengan jumlah ahri yang sama, dan siklus berulang.

Saat ini banyak beredar obat sakit demam dan sakit kepala, namun harusnya kita jeli dalam memilihnya.Pilih saja obat demam dan sakit kepala yang mengandung Paracetamol, karena paracetamol ini sudah diapprove oleh pemerintah Indonesia sebagai obat yang aman untuk dikonsumsi. Terutama bagi anak-anak, tidak menimbulkan iritasi pada lambung. Sesuaikan dosis menurut petunjuk dokter.

Dosis paracetamol yang diberikan pada umumnya untuk dewasa 500mg/tablet dan 120mg/5mg bentuk sirup untuk anak-anak. Namun relatif juga sih, tergantung dokter yang memberikan.

http://obatsakit2011.blogspot.com/2011/12/klasifikasi-dan-kategori-demam.html

Page 104: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

http://infoaskepgratis.blogspot.com/2012/02/pathway-woc-demam-typoid.html

Page 105: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

PENYUSUN:MUHAMMAD SAZILI

51110054

FAKULTAS KESEHATAN DAN ILMU KEDOKTERANPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN  (PSIK B )

UNIVERSITAS BATAMTAHUN AJARAN 2010/2011

Page 106: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan taufik serta

hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dengan judul “ Asuhan

Keperawatan Dengan Typhoid Pada Anak “.

Selawat dan salam kita hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah

membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang penuh dengan

ilmu pengetahuan seperti kita rasakan saat ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Keperawatan Anak I yaitu

Ibu Ns. Eka Roza Wijaya,S.Kep., sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini

sesuai dengan sesuai harapan.

Penulis menyadari sebagai manusia biasa, tentunya banyak kesalahan dan

kekurangan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun dari pembaca, untuk perbaiki tugas selanjutnya.

                                                                                    Batam, 05 April 2012

                                                                                                Penyusun

Page 107: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi

2.2 Etiologi

2.3 Manifestasi klinis

2.4 Patofisiologi

2.5 Penatalaksanaan

2.6 Asuhan Keperawatan

2.7 DiagnosaKeperawatan , Tujuan , dan Intervensi

BAB III PENUTUP

            3.1  Kesimpulan

            3.2  Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 108: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

BAB IPENDAHULUAN

LATAR BELAKANGDemam typhoid merupakan permasalahan kesehatan penting dibanyak negaraberkembang. Secara global, diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit ini tiap tahunnya. DiIndonesia diperkirakan insiden demam typhoid adalah 300 – 810 kasus per 100.000 penduduk pertahun, dengan angka kematian 2%. Demam typhoid merupakan salah satu dari penyakitinfeksi terpenting. Penyakit ini di seluruh daerah di provinsi ini merupakan penyakit infeksiterbanyak keempat yang dilaporkan dari seluruh 24 kabupaten. Di Sulawesi Selatan melaporkandemam typhoid melebihi 2500/100.000 penduduk (Sudono, 2006).Demam tifoid atau typhus abdominalls adalah suatu infeksi akut yang terjadi pada ususkecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi. Typhi dengan masa tunas 6-14 hari.Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan peroranganyang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya adalahbaik. Di Indonesia penderita Demam Tifoid cukup banyak diperkirakan 800 /100.000 penduduk per tahun dan tersebar di mana-mana. Ditemukan hampir sepanjang tahun, tetapi terutama padamusim panas. Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering padaanak besar, umur 5- 9 tahun dan laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan perbandingan 2-3: 1.12 Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai dapatmengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi kurangbersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam tifoid bila terdapat demam terus-menerus lebihdari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan obat demam dan diperkuat dengan kesan anak baring pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak buang air besar atau diare beberapa hari (BahtiarLatif, 2008).B. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang dan judul karya tulis di atas dapat diidentifikan masalah keperawatandemam thypoid mulai dari pengkajian, riwayat kesehatan, pola fungsional, pemeriksaan fisik danpemeriksaan laboratorium yang berguna untuk menunjang dalam pemberian asuhankeperawatan. Asuhan keperawatan ditentukan berdasarkan data focus yang diperoleh darikeluhan-keluhan yang dirasakan oleh pasien dan keluarga. Dari keluhan yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas masalah keperawatan yang muncul, menentukan intervensi,implementasi keperawatan dan mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan.

C. TujuanTujuan penulisan karya tulis Ilmiah ini adalah:1. Tujuan UmumUntuk mengetahui seluk beluk tentang demam thypoid pada para pembaca sehingga dapatmenjadi referensi untuk pembelajaran atau upaya preventif mencegah penyakit demam thypoid.

Page 109: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

2. Tujuan KhususTujuan khusus laporan keperawatan ini adalah untuk: Untuk mengetahui secara lebih mendalammengenai berbagai hal yang berhubungan dengan penyakit demam thypoid untuk diusahakanmencari data-data beserta pemecahanya kemudian mencocokan berdasarkan teori yang telah diperoleh dari kuliah maupun literature.D. Manfaat1. Bagi Rumat Sakita. Memberi tambahan referensi bagi tenaga medis atau petugas kesehatan untuk memberikan informasi tentang demam thypoid bila ada yang membutuhkan informasi.b. Memberi masukan pada tenaga medis atau petugas kesehatan untuk memperbaikiintervensi bila ada klien dengan demam thypoid sesuai dengan standar operasionalprosedur.2. Bagi Masyarakat (pembaca)Menambah wawasan untuk para pembaca yang memiliki keluarga denan demam thypoidmaupun yang berkemauan untuk mencegah keluarga dan orang terdekat dari demam thypoid.3. Bagi InstitusiMengembangkan ilmu Keperawatan anak dan menambah literature tentang demam thypoid.4. Bagi PenulisMenambah pengetahuan dan wawasan tentang demam thypoid yang dapat dijadikan tambahanreferensi untuk persiapan memasuki dunia kerja di bidang keperawatan

Page 110: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

BAB IITINJAUAN TEORITIS

1.1.   Konsep Dasar1. Defenisi

Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.(Ilmu Kesehatan Anak,jilid 2,2003)

Demam typoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa,salmonella tipe A,B dan C.Penularan terjadi secara fecal,oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.(Mansjoer Arief,2000)Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)

2. Etiologi1.  96 % disebabkan oleh salmonella typhi, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora mempunyai sekuran-kurangnya 3 macam antigen, yaitu :

a)      Antigen O (somatic terdiri dari zat kompleklipolisakarida)b)      Antigen (flagella)c)      Antigen VI dan protein membrane hialin

2.  Salmonella paratyphi A3.  Salmonella paratyphi B4.  Salmonella  paratyphi C5.  Feces dan urin  yang terkontaminasi dari penderita typus  (Rahmad Juwono,2002)

2. Anatomi FisiologiSusunan saluran pencernaan terdiri dari :oris (mulut), faring (tekak),

esofagus (kerongkongan),ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus), intestinum mayor(usus besar), rectum dan anus. Pada kasus typoid, salmonella typi berkembang biak diusus halus.

Usus Halus adalah bagian dari system pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada seikum, panjangnya lebih kurang 6 cm, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi

Page 111: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

hasil pencernaan yang terdiri dari : Lapisan usus halus, lapisan mukosa (sebelah dalam ), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (muskulus longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).

Usus halus terdiri dari duodenum (usus 12 jari), yeyenum dan ileum. Duodenum disebut juga usus dua belas jari, panjangnya lebih kurang 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pancreas. Dari bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lender yang membukit yang disebut dengan papilla vateri. PAda papilla vateri ini bermuara saluran empedu (duktus koledikus) dan saluran pancreas (duktus pankreatikus). Dinding duodenum ini mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar. Kelenjar ini disebut kelenjar brunner yang berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.

Yeyenum dan ileum mempunyai panjang lebih kurang 6 meter. Dua per lima bagian atas adalah yeyenum dengan panjang lebih kurang  23 meter dari ileum dengan panjang 4 – 5 meter. Lekukan yeyenum dan ileum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium. Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritoneum yang membentuk mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung dibawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantaraan lubang yang bernama orifisium ileoseikalis. Orifisium ini diperlukan oleh spinter ileosseikalis dan pada bagian ini terdapat katup valuva seikalis atau valuva baukhim yang berfungsi  untuk mencegah cairan dalam asendens tdak masuk kembali ke dalam ileum.

Mukosa usus halus, permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan dan absorpsi. Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan sub mukosa yang dapat memperbesar permukaan usus. Pada penampang melintang vili dilapisi oleh epitel dan kripta yang menghasilkan bermacam – macam hormon jaringan dan enzim yang memegang peranan aktif dalam pencernaan. Di dalam dinding mukosa terdapat berbagai ragam sel termasuk banyak leukosit. Disana – disini terdapat beberapa nodula jaringan limfe yang disebut kelenjar.

4. Manifestasi KlinisGejala Klinis demam typoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata – rata 10 – 20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama sampai  30 hari

Page 112: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

jika infeksi melalui minuman selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak semangat.Gejala Klinis yang biasa ditemukan, yaitu :1.  DemamPada kasus – kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remitten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur – angsur meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua,penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur – angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.2.  Gangguan pada saluran pencernaanPada mulut terdapat nafas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah – pecah. Lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung ditemukan kemerahan , jarang ditemui tremor.Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limfa membesar disertai nyeri pada perabaan.Biasanya didapatkan konstipasi  akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.3.  Gangguan keasadaranUmumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu apatis sampai samnolen. Jarang stupor, koma atau gelisah.Disamping gejala – gejala yang biasanya ditemukan tersebut, mungkin pula ditemukan gejala lain. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan bintik – bintik kemerahan karena emboli basil dalam  kapiler kulit.Biasanya dtemukan alam minggu pertama demam kadang – kadang ditemukan bradikardia pada anak besar dan mungkin pula ditemukan epistaksis. .(Ilmu Kesehatan Anak,jilid 2,2003

Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi urin/feses dari penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier.Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids) dapat menyebarkan kumanke makanan, susu, buah dan sayuran yang sering dimakan tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan penyakit terutama terdapat dinegara-negara yang sedang berkembang dengan kesulitan pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi) yang andal. (Samsuridjal D dan heru S, 2003) Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasiantara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selamamasa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto,2002)

Page 113: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

5. WOC Patofisiologi

6. Pemeriksaan Laboratorium1.  Pemeriksaan LeukositMenurut buku – buku disebutkan pada demam typoid terdapat leucopenia dan limfositosis relative, tetapi kenyataan leucopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada batas- batas normal, malahan kadang-kadang terdapat leukositosis. Walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu, pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosis demam typoid.

2.  Pemeriksaan SGOT dan SGPT

Page 114: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

SGOT dan SGPT seringkali meningkat tetapi kembali ke normal setelah sembuhnya demam typoid. KEnaikan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan pembatasan pengobatan.

3.  Biakan DarahBiakan darah positif memastikan demam typoid, tetapi biakan darah negatif menyingkirkan demam typoid. Hal ini disebabkan karena hasil biakan darah bergantung pada beberapa factor antara lain :

a)      Teknik Pemeriksaan LaboratoriumHasil pemeriksaan laboratorium berbeda dengan yang lain, malahan hasil satu laboratorium biasa berbeda dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan, karena jumlah kuman yang berada dalam darah hanya sedikit, yaitu kurang dari 10 kuman/ml darah, maka untuk keperluan pembiakan. Pada anak – anak 2 – 5 ml. Bila darah yang dibiak terlalu sedikit hasil biakan biasa negative,terutama pada orang yang sudah mendapat pengobatan spesifik .Selain ini darah tersebut harus langsung dikirim ke laboratorium. Waktu pengambilan darah paling baik adalah saat demam tinggi pada waktu bakterimia berlangsung.

b)      Saat pemeriksaan selama berjalan penyakitPada demam typoid biakan darah terhadap S.Typhi terutama positif pada minggu pertama penyakit dan berkurang  pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan bias positif lagi.

c)      Vaksinasi dimasa lampauVaksinasi terhadap demam typoid dimasa lampau menimbulkan antibody dalam darah pasien. Antibodi ini dapat menekan bakteriemia

d)     Pengobatan dengan antimikrobaBila pasien sebelum pembiakan darah sudah mendapat obat antimikroba, pertumbuhan kuma dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negative.

4.  Uji Widal                  Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody, aglutinin yang spesifik terhadap salmonella terdapat dalam serum pasien demam typoid pada orang yang pernah ketularan salmonella dan pada orang yang pernah divaksinasi terhadap demam typoid.                  Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah laboratorium.Maksud uji widal adalah

Page 115: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

menentukan adanya agglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita demam typoid.Akibat infeksi oleh S.Typhi, pasien membuat anti bodi (aglutini),yaitu:a. Aglutinin O,yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).b. Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari flagela kuman).c. Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi (berasal sari simapi kuman)                  Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosis. Mungkin tinggi titernya, mungkin besar kemungkinan pasien menmderita demam typoid. Pada infeksi yang aktif, titer uji widal akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang paling sedikit 5 hari.                  Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640. Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+). - Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan titer. Jika ada, maka dinyatakan (+).Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada pasien dengan gejala klinis khas.

7. DiagnosisBiakan darah positif memastikan demam typoid, tetapi biakan negative tidak menyingkirkan demam typoid. Biakan tinja positif menyokong diagnosis klinis demam typoid. Peningkatan titer uji widal empat kali lipat selama 2 samapi 3 minggu memastikan diagnosis demam typoid. Reaksi widal dengan titer antibodi O  1/320 atau titer antibodi H 1/640 menyokong diagnosis demam typoid pada pasien dengan gambaran klinis yang khas. Pada beberapa pasien uji widal tetap negatif pada pemeriksaan ulang, walaupun biakan darah positif.

8. KomplikasiKomplikasi demam typoid terbagi atas dua, yaitu :1.1.9.1.  Komplikasi IntestinalPendarahan usus,perforasi usus.1.1.9.2.  Komplikasi Ekstra IntestinalTypoid encepalogi, meningitis pneumonia,endocarditis

Page 116: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

9. Penatalaksanaan1.1.10.1 Medis

a.       Anti Biotik (Membunuh Kuman)1)        Klorampenicol2)        Amoxicilin3)        Kotrimoxasol4)        Ceftriaxon5)        Cefiximb.      Antipiretik (Menurunkan panas)1)      Paracetamol

1.1.10.2. Perawatan1)     Isolasi, observasi dan pengobatan2)     Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam atau kurang lebih

dari selam 14 hari. MAksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi perforasi usus.

3)     Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.4)     Pasien dengan kesadrannya yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah

poada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipopastatik dan dekubitus.

5)     Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi konstipasi dan diare.1.1.10.3. Diet

1)       Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.2)       Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.3)       Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim4)       Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.

10. PrognosisPrognosis demam typoid tergantung dari umur,keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi salmonella serta cepat dan tepatnya pengobatan.Angka kematian pada anak-anak 2.6 % dan pada orang dewasa 7.4%

2.   Asuhan Keperawatan Teoritis2.1.        Pengkajian1.  IdentitasDidalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no register, agama, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medis dan penanggung jawab.2.  Alasan Masuk

Page 117: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

Biasanya klien masuk dengan alasan demam, perut tersa mual dan kembung, nafsu makan menurun, diare/konstipasi, nyeri kepala.3.  Riwayat Kesehatan

a)               Riwayat Kesehatan SekarangPada umumnya penyakit pasien typoid adalah demam, anorexia, mual , muntah, diare, perasaan tidak enak diperut, pucat, nyeri kepala, nyeri otot, lidah kotor, gangguan kesadaran berupa samnolen sampai koma.

b)              Riwayat Kesehatan DahuluApakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit demam typoid atau pernah menderita penyakit lainnya?

c)               Riwayat Kesehatan KeluargaApakah dalam keluarga ada yang pernah menderita penyakit demam typoid atau penyakit keturunan?4.  Pemeriksaan Fisik

a.       Keadaan umum                   : Biasanya badan lemahb.      TTV                                    : peningkatan suhu,perubahan nadi, respirasic.       Kesadaran                           : Dapat mengalami penurunan kesadaran.d.      Pemeriksaan Head To toe1)      Kepala

Keadaan kepala cukup bersih, tidak ada lesi / benjolan, distribusi rambut merata dengan warna warna hitam, tipis, tidak ada nyeri tekan.

2)      MataKebersihan mata cukup, bentuk mata simetris kiri dan kanan, sclera tidak ikterik konjungtiva kemerahan / tidak anemis.Reflek pupil terhadap cahaya baik. 

3)      TelingaKebersihan telinga bersih, bentuk tidak ada kelainan, tidak terdapat peradangan.

4)      HidungKebersihan hidung cukup, bentuk tidak ada kelainan, tidak terdapat tanda-tanda peradangan pada mocusa hidung.Tidak terlihat pernafasan cuping hidung taka ada epistaksis.

5)      Mulut dan gigiKebersihan mulut kurang dijaga, lidah tampak kotor, kemerahan, mukosa mulut/bibir kemerahan dan tampak kering.

6)      LeherKebersihan leher cukup, pergerakan leher tidak ada gangguan.

7)      DadaKebersihan dada cukup, bentuk simetris, ada nyeri tekan.tidak ada sesak., tidak ada batuk.

Page 118: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

8)      AbdomenKebersihan cukup ,bentuk simetris,tidak ada benjolan/nnyeri tekan,bising usus 12x /menit,terdapat pembesaran hati dan limfa  

9)      EkstremitasTidak ada kelainan bentuk antara kiri dan kanan,atas dan bawah,tidak terdapat fraktur,genggaman tangan kiri dan kanan sama kuat

5.  Data Psikologis            Biasanya pasien mengalami ansietas, ketakutan , perasaan tak berdaya dan depresi.6.  Pemeriksaan Penunjang

a.       DarahPada penderita demam tifoid bisa didapatkan anemia, jumlah leukosit normal, bisa menurun atau meningkat.Penelitian oleh beberapa ilmuwan mendapatkan bahwa hitung jumlah dan jenis leukosit serta laju endap darah tidak mempunyai nilai sensitivitas, spesifisitas dan nilai ramal yang cukup tinggi untuk dipakai dalam membedakan antara penderita demam tifoid atau bukan, akan tetapi adanya leukopenia dan limfositosis relatif menjadi dugaan kuat diagnosis typoid

b.      SGOT, SGPTSGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus

c.       Uji WidalTiter 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu ke depan, apakah ada kenaikan titernya. Jika ada maka dinyatakan (+).Jika 1x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640,langsung dinyatakan (+) pada pasien dengan gejala khas.2.2.        Diagnosa Keperawatan

a.     Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhi.b.    Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.c.     Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit  kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan out put yang berlebihan.d.    Defisit perawatan diri berhubungan dengan bedrest totale.     Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan fisik

(Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. )2.3.        Intervensi Keperawatan           

No Diagnosa Keperawatan Intervensi

1 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella  Typhi  

Tujuan          : suhu tubuh kembali normalKriteria hasil :  - Suhu turun 360 – 370 C

     Nadi, RR dalam batas normal

Page 119: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

-     Klien mengatakan badan tidak panas lagi .Rencana Tindakan

  1. Kaji pengetahuan pasien tentang hipertermia      R/ Pemahaman tentang hipertermi membantu memudahkan

tindakan.   2.       Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang

penngkatan suhu tubuh.R/ agar klien dan keluarga mengetahui sebab dari peningkatan suhu dan membantu mengurangi kecemasan yang timbul

  3.       Anjurkan klien menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat .R/ untuk menjaga agar klien merasa nyaman, pakaian tipis akan membantu mengurangi penguapan tubuh.

  4.         Batasi pengunjung     R/ Agar klien merasa tenang dan udara di dalam ruangan

tidak terasa panas.   5.         Observasi TTV tiap 4 jam sekali      R/ Tanda- tanda vital merupakn acuan untuk mengetahui

keadaan umum pasien   6.         Anjurkan pasien minum 2.5 liter/24 jam     R/ Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh

meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak

   7.         Berikan kompres hangat     R/  R/ Untuk membantu menurunkan suhu tubuh

K   8.   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antibiotik dan antipiretik

  R/ antibiotik untuk mengurangi infeksi dan antipiretik untuk mengurangi panas.

2 Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

Tujuan             : Nutrisi klien terpenuhiKriteria Hasil   : - Nafsu makan meningkat

-    Pasien dapat menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan.

-    BB dalam batas normalRencana Tindakan

    1.       Kaji nutrisi pasien        R/ mengetahui langkah pemenuhan nutrisi.

Page 120: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

  2.       Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang manfaat makanan/nutrisi.R/ Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi sehingga motivasi makan meningkat.

     3.       Timbang berat badan klien setiap 2 hari     R/ Untuk mengetahui peningkatan dan penurunan berat

badan.  4.       Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandung

banyak serat, tidak merangsang maupun menimbulkan banyak gas dan dihidangkan saat masih hangat.

      R/untuk meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.

     5.       Beri makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.     R/ Untuk menghindari mual dan muntah   6.       Lakukan oral hygiene dan anjurkan klien menggosok

gigi setiap hari    R/ Dapat mengurangi kepahitan selera dan menambah rasa

nyaman di mulut    7.       Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antasida

dan pemberian nutrisi parenteral      R/ Antasida mengurangi rasa mual dan muntah. Nutrisi

parenteral  dibutuhkan terutama jika kebutuhan nutrisi per oral sangat kurang.

3 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan out put yang berlebihan

  Tujuan     : tidak terjadi gangguan keseimbangan   cairanKriteria Hasil : - Turgor kulit baik

    Wajah tidak tampak pucatRencana Tindakan

 1. Berikan penjelasan tentang pentingnya kebutuhan cairan pada pasien dan keluarga.

       R/ untuk mempermudah pemberian cairan  (minum) pada pasien.

    2.       Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan          R/ Untuk mengetahui keseimbangan cairan.    3.Anjurkan pasien utuk minum 2.5 liter/24 jam       R/ Untuk pemenuhan kebutuhan cairan    4.       Observasi kelancaran tetesan infuse     R/ untuk pemenuhan kebutuhan cairan dan mencegah

adanya edema

Page 121: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

 5.       Kolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan (oral / parenteral)

      R/ untuk pemenuhan kebutuhan cairan yang  terpenuhi  (secara parenteral)

4 Defisit perawatan diri berhubungan dengan bedrest total

Tujuan : Klien dapat melakukan perawatan diri sendiri tanpa bantuan keluargaKriteria Hasil : - Personal hygiene klien terpenuhi

        -    Klien tampak bersihRencana Tindakan

1.       Kaji tingkat personal hygiene klien      R/ Mengetahui tindakan personal hygiene yang akan

dilakukan.2.       Bantu Klien dalam melakukan perawatan diri seperti:

mandi, gosok gigi, cuci rambut dan potong kuku     R/ Membantu untuk memenuhi kebutuhan personall hygiene

klien.3.       Berikan motivasi pada klien untuk dapat beraktifitas

secara bertahap.      R/ Terwujudnya perawatan diri secara bertahap secara

mandiri.

5 Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan fisik

Tujuan     : Pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari secara optimal.Kriteria Hasil     : Dapat melakukan gerakan yang bermanfaat bagi tubuhRencana Tindakan

1.       Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas (makan dan minum)

      R/ Untuk mengetahui sejauh mana kelemahan yang terjadi2.       Beri motivasi pada pasien dan keluarga untuk melakukan

mobilisasi sebatas kemampuan (misalnya miring kanan, miring kiri).

      R/ Agar pasien dan keluarga mengetahui pentingnya mobilisasi bagi pasien yang bedrest.

3.       Dekatkan keperluan pasien dalam jangkauannya.      R/ Untuk mempermudah pasien dalam  melakukan aktivitas4.       Berikan latihan mobilisasi secara bertahap sesudah

demam hilang.       R/ Untuk menghindari kekakuan sendi dan mencegah

Page 122: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

adanya dekubitus.

                                               

Page 123: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

2.4.        ImplementasiSetelah semua rencana  tindakan keperawatan disusun, maka langkah selanjutnya melaksanakan dalam tindakan yang nyata yang bertujuan untuk mengatasi masalah klien. Melaksanakan secara langsung, bekerja sama dengan profesi lain, tenaga keperawatan lainnya. Untuk kelanjutan pelayanan keperawatan secara berkesinambungan.

2.5.        EvaluasiMerupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan atau penilaian akhir dari proses keperawatan yang telah dilaksanakan. Dimana perawat mencari kepastian keberhasilan dan juga mengetahui sejauh mana masalah klien dapat diatasi. Jika belum berhasil dengan baik dilakukan kajian ulang atau merevisi rencanatindakan

Page 124: Laporan Pendahuluan Demam Typoid

DAFTAR PUSTAKA

1.      Arif Mansjoer, Suprohaitan, Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta

Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. FKUI Jakarta. 2000.

2.      Arjatmo Tjokronegoro & Hendra Utama. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid

I. Edisi ke Tiga. FKUI. Jakarta. 1997.

3.      Behrman Richard. Ilmu Kesehatan Anak. Alih bahasa: Moelia Radja Siregar &

Manulang. Editor: Peter Anugrah. EGC. Jakarta. 1992.

4.      Joss, Vanda dan Rose, Stephan. Penyajian Kasus pada Pediatri. Alih bahasa

Agnes Kartini. Hipokrates. Jakarta. 1997.

5.      Ranuh, Hariyono dan Soeyitno, dkk. Buku Imunisasi Di Indonesia, edisi

pertama. Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2001.

6.      Samsuridjal Djauzi dan Heru Sundaru. Imunisasi Dewasa. FKUI. Jakarta. 2003.

7.      Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta. 1998.

8.      Soegeng Soegijanto. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan.

Salemba Medika. Jakarta. 2002.

9.      Suriadi & Rita Yuliani. Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan

pada Anak.Edisi I. CV Sagung Seto. Jakarta. 2001.

10.  Widiastuti Samekto. Belajar Bertolak dari Masalah Demam Typhoid. Badan

Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2001.

11.  http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/jawamadura/2005/02/03brk

Diposkan 31st May 2012 oleh Jili Oetamey http://jilioetamey.blogspot.com/2012/05/asuhan-keperawatan-dengan-typhoid-pada.html#!/2012/05/asuhan-keperawatan-dengan-typhoid-pada.html