Askep typoid Zahrudin

15
LAPORAN PENDAHULUAN A. KONSEP PENYAKIT 1. PENGERTIAN Penyaki t inf eks i akut pada sal uran cer na (us us hal us) denagn gejal a demam > 1 minggu, gangguan saluran cera dan gangguan kesadaran. Thypoid adalah penyakit infeksi akut dengan demam yang disebabkan oleh kuman salmonella typi (Pedoman Diagnosis dan Therapi Lab /UPF Ilmu penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya) 2. PENYEBAB Basil/kuman salmonella Typhosa, Salmonela paratyphosa. 3. PATOFISIOLOGI : Penula ran s. Typ hy terja di mel alui mu lut ol eh maka nan yang t ercema r. Sebagi an kuman akan di musnahkan dalam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus, mencapai aringan limpoid dan ber kembang biak. Proses penyakit di bagi dalam 3 fase : Salmonela typhi melalui air dan makanan yang terkontaminasi masuk keadalam tubuh dengan mekanisme penyakitnya sebagai berikut: 1. Infasi ter hadap jar ingan limpoid inte st inal dan pr ol if erasi bac te ri . Fase ini  berlangsung 2 minggu; asimpthomatis.\ 2. Inf asi alir an dar ah bact era emi a menyeba bka n men ingkat nya suhu tubuh. Terj adi reaksi imunologi sampai fase berik utnya dalam 10 hari. Kult ur darah dan urine  positif selama periode febris. Antibodi S.Typhy tampak dalam darah. Test widal  positif pada akhir fase ini. 3. Lokali sasi bact eri dalam jar ingan limfoid inte stin al nodus mase nteri k gall bladder , hati, limpa. Terjadi nekrosis lokal reaksi hipersentifitas antigen antibodi. 4. TANDA DAN GEJALA a. Minggu I : inf eksi akut (demam, nyeri kepala, pusi ng, nyeri otot, mual, diare )  b. Minggu II : Gejala lebih jelas (demam, bradikardia relatif, lidah kotor, nafsu makan menurun, hepatomegali, ggn kesadaran). Lesi pada usus halus Kelainan patologic utama terjadi di usus halus terutama ileum ba gian distal tetapi dapat ditemukan pada jejunu dan colon. Seguelae Lesi sembuh dengan scaring yang minimal ulcerasi yang dalam pada usus hal us. Persisten cronic infeksi pada gall bladder atau ginjal “carries”. 1

Transcript of Askep typoid Zahrudin

7/28/2019 Askep typoid Zahrudin

http://slidepdf.com/reader/full/askep-typoid-zahrudin 1/14

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP PENYAKIT

1. PENGERTIAN

Penyakit infeksi akut pada saluran cerna (usus halus) denagn gejala demam > 1

minggu, gangguan saluran cera dan gangguan kesadaran.

Thypoid adalah penyakit infeksi akut dengan demam yang disebabkan oleh kuman

salmonella typi (Pedoman Diagnosis dan Therapi Lab /UPF Ilmu penyakit Dalam

RSUD Dr. Soetomo Surabaya)

2. PENYEBAB

Basil/kuman salmonella Typhosa, Salmonela paratyphosa.

3. PATOFISIOLOGI :

Penularan s. Typhy terjadi melalui mulut oleh makanan yang tercemar. Sebagian

kuman akan di musnahkan dalam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus,

mencapai aringan limpoid dan ber kembang biak.

Proses penyakit di bagi dalam 3 fase :

Salmonela typhi melalui air dan makanan yang terkontaminasi masuk keadalam tubuh

dengan mekanisme penyakitnya sebagai berikut:

1. Infasi terhadap jaringan limpoid intestinal dan proliferasi bacteri. Fase ini berlangsung 2 minggu; asimpthomatis.\

2. Infasi aliran darah bacteraemia menyebabkan meningkatnya suhu tubuh. Terjadi

reaksi imunologi sampai fase berikutnya dalam 10 hari. Kultur darah dan urine

 positif selama periode febris. Antibodi S.Typhy tampak dalam darah. Test widal

 positif pada akhir fase ini.

3. Lokalisasi bacteri dalam jaringan limfoid intestinal nodus masenterik gall bladder,

hati, limpa. Terjadi nekrosis lokal reaksi hipersentifitas antigen antibodi.

4. TANDA DAN GEJALA

a. Minggu I : infeksi akut (demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, mual, diare)

 b. Minggu II : Gejala lebih jelas (demam, bradikardia relatif, lidah kotor, nafsu

makan menurun, hepatomegali, ggn kesadaran).

Lesi pada usus halus

Kelainan patologic utama terjadi di usus halus terutama ileum bagian distal tetapi dapat

ditemukan pada jejunu dan colon.

Seguelae

Lesi sembuh dengan scaring yang minimal ulcerasi yang dalam pada usus halus.

Persisten cronic infeksi pada gall bladder atau ginjal “carries”.

1

7/28/2019 Askep typoid Zahrudin

http://slidepdf.com/reader/full/askep-typoid-zahrudin 2/14

WOC

Infeksi oleh S. Typhi per oral

Pada epitel bagian proksimal usus halus sel lekosit mononuklear 

Dalam limfokel pada lamina propria usus halus, plaque peyer  Pembuluh limfe

Peredaran darah dalam waktu 24 – 72 jam bakterimia pertama

Zat pirogen Organ – organ (hati, limpha, sumsum tulang) Hypertermia(panas meningkat)

Berkembang biak dalam retikuloendotelial endotoksin bakterimia kedua

Peredaran darah/bakterimia Ggn pemenuhan nutrisi

Lidah kotor Kelenjar limphoid usus halusDiare (tukak pd mukosa usus/plak)Bibir keringMual/muntah Ggn kebutuhan cairan

Endotoksin bahan prokoagulan

 

Bedrest Perdarahan (perforasi peritonitis) Ggn ADL, ketakutanKelemahan

Sumber: Depkes RI, 1993

2

7/28/2019 Askep typoid Zahrudin

http://slidepdf.com/reader/full/askep-typoid-zahrudin 3/14

5. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1) Peningaktan titer uji widal 4x selama 2-3 minggu demam

typhoid.

2) Reaksi widal dengan titer 0 1: 320, reaksi widal dengan titer 

H 1: 640

3) Jumlah leukosit normal / Leukopenia / Leukositisis.

4) Anemia ringan, LED meningkat, SGOT, SGPT dan Fosfatase alkali meningkat

5) Dalam minggu pertama biakan darah Salmonella typhi positif 75 – 85 %\

6) Biakan Tinja dalam minggu kedua dan ke tiga

7) Reaksi widal Titer O dan H meningkat sejak minggu kedua dan tetap posisitf 

selama beberapa bulan atau tahun

8) Biakan darah positif terhadap S. Typhi pada minggu pertama

9) Reaksi widal

Aglutinin O

Aglutinin H Diagnosis

Aglutinin Vi

Makin tinggi titernya makin besar kemungkinan klien menderita tyfoid. Pada infeksi

aktf, titer reaksi widal akan meningkat pada pemeriksaan ulang.

Faktor – faktor Yang mempengaruhi reaksi widal:

1. Keadaan umum

Gisi buruk menyumbat pembentukan antibodi

2. Pemeriksaan terlalu awal

Aglutinin baru di jumpai dalam darah setelah 1 minggu dan mencapai puncaknya

minggu ke 6.

3. Penyakit tertentu (leukimia, ca)

4. Obat – obat immunosuppresif atau kortikosteroid

5. Vaksinasi dengan hotipa / tipa

6. Infeksi klinis atau sub klinis oleh sallmonela.

Reaksi widal positif dengan titer rendah.

6. KOMPLIKASI

a. Perdarahan usus

 b. Perforasi usus

c. Ileus paralitik  

7. PENATALAKSANAAN

a. Perawatan bedrest

3

7/28/2019 Askep typoid Zahrudin

http://slidepdf.com/reader/full/askep-typoid-zahrudin 4/14

 b. Diet (pemberian makanan padat dini dengan lauk pauk rendah

selulosa).

c. Obat/terapi

B. Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan asuhan

keperawatan yang mempunyai empat tahapan yaitu pengkajian, perencanaan, palaksanaan

dan evaluasi.

Proses keperawatan ini merupakan suatu proses pemecahan masalah yang

sistimatik dalam memberikan pelayanan keperawatan serta dapat menghasilkan rencana

keperawatan yang menerangkan kebutuhan setiap klien seperti yang tersebut diatas yaitu

melalui empat tahapan keperawatan. (Proses keperawatan : 9 & 12)

8. Pengkajian

a. Pengumpulan data

1) Identitas klien

Meliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa,

agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan

diagnosa medik.

2) Keluhan utama

Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-

turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta

 penurunan kesadaran.

3) Riwayat penyakit sekarang

Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke

dalam tubuh.

4) Riwayat penyakit dahulu

Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.

5) Riwayat penyakit keluarga

Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.

6) Riwayat psikososial dan spiritual

Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan.

Gangguan dalam beribadat karena klien tirah baring total dan lemah.

7) Pola-pola fungsi kesehatan

- Pola nutrisi dan metabolisme

Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah

saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama

sekali.

- Pola eliminasi

4

7/28/2019 Askep typoid Zahrudin

http://slidepdf.com/reader/full/askep-typoid-zahrudin 5/14

Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah

 baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan,

hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam

tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak 

keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan

tubuh.

- Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak 

terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.

- Pola tidur dan istirahat

Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.

- Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan ketakutan

merupakan dampak psikologi klien.

- Pola sensori dan kognitif  

Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan

umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pad

klien.

- Pola hubungan dan peran

Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di

rumah sakit dan klien harus bed rest total.

- Pola reproduksi dan seksual

Gangguan pola ini terjadi pada klien yang sudah menikah karena harus

dirawat di rumah sakit sedangkan yang belum menikah tidak mengalami

gangguan.

- Pola penanggulangan stress

Biasanya klien sering melamun dan merasa sedih karena keadaan

sakitnya.

- Pola tatanilai dan kepercayaan

Dalam hal beribadah biasanya terganggu karena bedrest total dan tidak 

 boleh melakukan aktivitas karena penyakit yang dideritanya saat ini.

8) Pemeriksaan fisik  

- Keadaan umumDidapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 410

C, muka kemerahan.

- Tingkat kesadaran

Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).

- Sistem respirasi

5

7/28/2019 Askep typoid Zahrudin

http://slidepdf.com/reader/full/askep-typoid-zahrudin 6/14

Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan

gambaran seperti bronchitis.

- Sistem kardiovaskuler  

Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.

- Sistem integumen

Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak 

kusam

- Sistem gastrointestinal

Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual,

muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak,

 peristaltik usus meningkat.

- Sistem muskuloskeletal

Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.

- Sistem abdomen

Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi

lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut

kembung serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.

9) Pemeriksaan penunjang

- Pemeriksaan darah tepi

Didapatkan adanya anemi oleh karena intake makanan yang terbatas,

terjadi gangguan absorbsi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum

dan penghancuran sel darah merah dalam peredaran darah. Leukopenia

dengan jumlah lekosit antara 3000 – 4000 /mm3 ditemukan pada fase

demam. Hal ini diakibatkan oleh penghancuran lekosit oleh endotoksin.

Aneosinofilia yaitu hilangnya eosinofil dari darah tepi. Trombositopenia

terjadi pada stadium panas yaitu pada minggu pertama. Limfositosis

umumnya jumlah limfosit meningkat akibat rangsangan endotoksin. Laju

endap darah meningkat.

- Pemeriksaan urine

Didaparkan proteinuria ringan ( < 2 gr/liter) juga didapatkan peningkatan

lekosit dalam urine.

- Pemeriksaan tinja

Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahanusus dan perforasi.

- Pemeriksaan bakteriologis

Diagnosa pasti ditegakkan apabila ditemukan kuman salmonella dan

 biakan darah tinja, urine, cairan empedu atau sumsum tulang.

- Pemeriksaan serologis

6

7/28/2019 Askep typoid Zahrudin

http://slidepdf.com/reader/full/askep-typoid-zahrudin 7/14

Yaitu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin ). Adapun

antibodi yang dihasilkan tubuh akibat infeksi kuman salmonella adalah

antobodi O dan H. Apabila titer antibodi O adalah 1 : 20 atau lebih pada

minggu pertama atau terjadi peningkatan titer antibodi yang progresif 

(lebih dari 4 kali). Pada pemeriksaan ulangan 1 atau 2 minggu kemudian

menunjukkan diagnosa positif dari infeksi Salmonella typhi.

- Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi

akibat demam tifoid.

 b. Analisa data

Data yang sudah terkumpul dikelompokkan dan dianalisis untuk 

menentukan masalah klien. Untuk mengelompokkan data ini dilihat dari jenis data

yang meliputi data subyek dan dan data obyek. Data subyek adalah data yang

diambil dari ungkapan klien atau keluarga klien sedangkan data obyek adalah data

yang didapat dari suatu pengamatan atau pendapat yang digunakan untuk 

menentukan diagnosis keperawatan. Data tersebut juga bisa diperoleh dari

keadaan klien yang tidak sesuai dengan standart kriteria yang sudah ada. Untuk 

 perawat harus jeli dan memahami tentang standart keperawatan sebagai bahan

 perbandingan apakah keadaan kesehatan klien sesuai tidak dengan standart yang

sudah ada. (Lismidar, 1990)

c. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang

masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.

Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa dan interpretasi data yang

diperoleh dari pengkajian data. Demam menggambarkan tentang masalah

kesehatan yang nyata atau potensial dan pemecahannya membutuhkan tindakan

keperawatan sebagai masalah klien yang dapat ditanggulangi. (Lismidar, 1990)

Dari analisa data yang diperoleh maka diagnosa keperawatan yang muncul

 pada kasus demam tifoid dengan masalah peningkatan suhu tubuh adalah sebagai

 berikut.

1) Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses infeksi

kuman Salmonella typhi2) Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan)

sehubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan.

3) Gangguan rasa nyaman (kebutuhan tidur dan istirahat)

sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh.

7

7/28/2019 Askep typoid Zahrudin

http://slidepdf.com/reader/full/askep-typoid-zahrudin 8/14

4) Kecemasan sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

 penyakitnya.

5) Potensial terjadinya gangguan intregitas kulit sehubungan

dengan peningkatan suhu tubuh.

6) Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan pemasangan

infus.

9. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini meliputi penentuan prioritas diagnosa

keperawatan, menetapkan tujuan dan kriteria hasil, merumuskan rencana tindakan

dan mengemukakan rasional dari rencana tindakan. Setelah itu dilakukan

 pendokumentasian diagnosa aktual atau potensial, kriteria hasil dan rencana tindakan.

( Lismidar, 1990 : 34&44)

Rencana keperawatan yang digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan

klien pada dasarnya sesuai dengan masalah yang ditemukan pada klien dengan

demam tifoid dan hal ini sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ada.

Perencanaan berisi suatu tujuan pelayanan keperawatan dan rencana tindakan yang

akan digunakan itu untuk mencapai tujuan, kriteria hasil dan rasionalisai berdasarkan

susunan diagnosa keperawatan diatas, maka perencanaan yang dibuat sebagai

 berikut:

a. Diagnosa keperawatan I

Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses infeksi

1) Tujuan : suhu tubuh turun sampai batas normal

2) Kriteria hasil :

- Suhu tubuh dalam batas normal 36 – 37 0 C

- Klien bebas demam

3) Rencana tindakan

- Bina hubungan baik dengan klien dan keluarga

- Berikan kompres dingin dan ajarkan cara untuk memakai

es atau handuk pada tubuh, khususnya pada aksila atau lipatan paha.

- Peningkatan kalori dan beri banyak minuman (cairan)

- Anjurkan memakai baju tipis yang menyerap keringat.

- Observasi tanda-tanda vital terutama suhu dan denyut

nadi

- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan terutama anti piretik.

4) Rasional

- Dengan hubungan yang baik dapat meningkatkan

kerjasama dengan klien sehingga pengobatan dan perawatan mudah

dilaksanakan.

8

7/28/2019 Askep typoid Zahrudin

http://slidepdf.com/reader/full/askep-typoid-zahrudin 9/14

- Pemberian kompres dingin merangsang penurunan suhu

tubuh.

- Air merupakan pangatur suhu tubuh. Setiap ada

kenaikan suhu melebihi normal, kebutuhan metabolisme air juga meningkat

dari kebutuhan setiap ada kenaikan suhu tubuh.

- Baju yang tipis akan mudah untuk menyerap keringat

yang keluar.

- Observasi tanda-tanda vital merupakan deteksi dini

untuk mengetahui komplikasi yang terjadi sehingga cepat mengambil tindakan

- Pemberian obat-obatan terutama antibiotik akan

membunuh kuman Salmonella typhi sehingga mempercepat proses

 penyembuhan sedangkan antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh.

 b. Diagnosa keperawatan II

Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) sehubungan dengan

 pengeluaran cairan yang berlebihan.

1) Tujuan : kekurangan

2) Kriteria hasil :

- Mukosa mulut dan bibir tetap basah, turgor kulit normal.

- Tanda-tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah,

 pernafasan) dalam batas normal.

3) Rencana tindakan

- Monitor intake atau output tiap 6 jam

- Beri cairan (minum banyak 2 – 3 liter perhari) dan

elektrolit setiap hari.

- Masukan cairan diregulasi pertama kali karena adanya

rasa haus.

- Hindarkan sebagian besar gula alkohol, kafein.

- Timbang berat badan secara efektif.

- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan

secara intravena.

4) Rasional :

- Pemenuhan cairan (input) dan koreksi terhadap

kekurangan cairan yang keluar serta deteksi dini terhadap keseimbangan cairan.

- Cairan yang terpenuhi dapat membantu metabolismedalam keseimbangan suhu tubuh.

- Haluaran cairan di regulasi oleh kemampuan ginjal untuk  

memekatkan urine.

- Gula, alkohol dan kafein mengandung diuretik  

meningkatkan produksi urine dan menyebabkan dehidrasi.

9

7/28/2019 Askep typoid Zahrudin

http://slidepdf.com/reader/full/askep-typoid-zahrudin 10/14

- Kehilangan berat badan 2-5 % menunjukkan dehidrasi

ringan, 5-9 % menunjukkan dehidrasi sedang.

- Sebagai perawat melakukan fungsinya (independen)

sebaik-baiknya.

c. Diagnosa keperawatan III

Gangguan rasa nyaman (kebutuhan istirahat dan tidur) sehubungan dengan

 peningkatan suhu tubuh.

1) Tujuan : kebutuhan rasa nyaman (istirahat dan tidur)

terpenuhi

2) Kriteria hasil :

- Klien dapat/mampu mengekspresikan kemampuan untuk  

istirahat dan tidur.

- Kebutuhan istirahat dan tidur tidak terganggu.

3) Rencana tindakan

- Pertahankan tempat tidur yang hangat dan bersih dan

nyaman.

- Kebersihan diri (cuci mulut, gosok gig, mandi sebagian)

- Mengkaji rutinitas istirahat dan tidur klien sebelum dan

sesudah masuk rumah sakit.

- Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan atau

kebisingan.

- Batasi pengunjung selama peroide istirahat dan tidur.

- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi

(antipiretik).

4) Rasional :

- Tempat tidur yang nyaman dapat memberi kenyamanan

dalam masa istirahat klien.

- Kebersihan diri juga dapat memberikan rasa nyaman dan

dapat membantu kenyamanan klien dalam istirahat dan tidur.

- Dapat memantau gangguan pola tidur dan istirahat yang

dirasakan.

- Lingkungan yang tidak tenang, bagi klien akan cepat

menambah beban atau penderitaannya.

- Pengunjung yang banyak akan mengganggu istirahat dantidur klien.

- Antipiretik dapat menurunkan suhu yang tinggi sehingga

kebutuhan istirahat dan tidur klien terpenuhi atau gangguan yang selama ini

dialami akan berkurang.

10

7/28/2019 Askep typoid Zahrudin

http://slidepdf.com/reader/full/askep-typoid-zahrudin 11/14

d. Diagnosa keperawatan IV

Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakitnya.

1) Tujuan : cemas berkurang atau hilang

2) Kriteria hasil :

- Klien mengerti tentang penyakitnya, kecemasan hilang

atau berkurang.

- Klien menerima akan keadaan penyakit yang

dideritanya.

3) Rencana tindakan

- Beri penjelasan pada klien tentang penyakitnya

- Kaji tingkat kecemasan klien

- Dampingi klien terutama saat-saat cemas.

- Tempatkan pada ruangan yang tenang, kurangi kontak  

dengan orang lain, klien lain dan keluarga yang menimbulkan cemas.

4) Rasional :

- Klien mengerti dan merespon dari penjelasan secara

kooperatif.

- Dapat memberi gambaran yang jelas apa yang menjadi

alternatif tindakan yang direncanakan.

- Klien merasa diperhatikan dan dapat menurunkan tingkat

kecemasan.

- Dengan ruangan yang tenang dapat mengurangi

kecemasannya

e. Diagnosa keperawatan VPotensial terjadinya infeksi sehubungan dengan pemasangan infus.

1) Tujuan : tidak terjadi infeksi pada daerah pemasangan

infus.

2) Kriteria hasil :

- Tidak terdapat tanda-tanda infeksi

- Infeksi tidak terjadi.

3) Rencana tindakan

- Beri penjelasan pada klien dan keluarga tentang tanda-

tanda infeksi.

- Mengganti atau merawat daerah pemasangan infus.

- Lakukan pemasangan infus secara steril dan jangan lupa

mencuci tangan sebelum dan sesudah pemasangan.

11

7/28/2019 Askep typoid Zahrudin

http://slidepdf.com/reader/full/askep-typoid-zahrudin 12/14

- Cabut infus bila terdapat pembengkakan atau plebitis.

- Observasi tanda-tanda vital dan tand-tanda infeksi di

daerah pemasangan infus.

4) Rasional :

- Klien dapat mengetahui tanda-tanda infeksi dn

melaporkan segera bila terasa sakit di daerah pemasangan infus.

- Mencegah terjadinya infeksi karena pemasangan infus

yang lama.

- Dengan cara steril adalah tindakan preventif terhadap

kemungkinan terjadinya infeksi.

- Mencegah atau menghindari kondisi yang lebih buruk  

lagi akibat infeksi.

- Dengan observasi yang dilakukan akan dapat mengetahui

secara dini gejala atau tanda-tanda infeksi dan keadaan umum klien.

f. Diagnosa keperawatan VI

Potensial terjadi gangguan integritas kulit sehubungan dengan peningkatan

suhu tubuh

1) Tujuan : tidak terjadi gangguan intregitas kulit.

2) Kriteria hasil :

- Tidak terdapat tanda-tanda gangguan integritas kulit

(kemerahan, lecet).

- Tidak terjadi luka lecet.

3) Rencana tindakan

- Tingkatkan latihan rentang gerak dan mengangkat berat

 badan jika mungkin.

- Ubah posisi tubuh tiap 2 jam sekali.

- Anjurkan menjaga kulit tetap bersih dan kering.

- Jaga suhu dan kelembaban lingkungan yang berlebihan.

4) Rasional :

- Memperbaiki sirkulasi darah dan mengurangi penekanan

yang berlebihan .

- Merubah posisi tidur dapat memperbaiki sirkulasi darah

dan mengurangi penekanan yang berlebihan di daerah yang menonjol.

- Menjaga kulit tetap bersih dan kering dapat mengurangimasuknya penyakit yang menyebabkan infeksi.

- Panas tubuh / demam dengan kelembaban lingkungan

yang baik akan turun sesuai keadaan lingkungannya serta dapat mencegah

terjadinya infeksi.

10. Pelaksanaan

12

7/28/2019 Askep typoid Zahrudin

http://slidepdf.com/reader/full/askep-typoid-zahrudin 13/14

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang

spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan

kepada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun

tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan meliputi peningkatan kesehatan atau pencegahan penyakit, pemulihan

kesehatan dari fasilitas yang dimiliki.

Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika

klien mempunyai keinginan untuk berpartisiasi dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan. Selama perawatan atau pelaksanaan perawat terus melakukan

 pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan

kebutuhan klien. dan meprioritaskannya. Semua tindakan keperawatan dicatat ke

dalam format yang telah ditetapkan institusi.

11. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperewatan untuk melengkapi

 proses keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan telah berhasil dicapai, melalui

evaluasi memungkinkan perawatan untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama

tahap pengkajian, analisa perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Meskipun tahap

evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan , tetapi evaluasi merupakan

 bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Diagnosa juga perlu dievaluasi

untuk menentukan apakah realistik dapat dicapai dan efektif.

DAFTAR PUSTAKA

 Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta

13

7/28/2019 Askep typoid Zahrudin

http://slidepdf.com/reader/full/askep-typoid-zahrudin 14/14

Carolyn M. Hudak, Barbara M. Gallo (1996), Keperawatan Kritis; Pedekatan Holistik Volume II ,

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Donna D. Igatavicius, Kathy A. Hausman ( 1995), Medical Surgical Nursing: Pocket Companoin

For 2 nd  Edition, W. B. Saunders Company, Philadelphia

Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak FK Unud (1997), Buku Standar Diagnosis dan Terapi Ilmu

Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unud, Denpasar.

Lynda Juall Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis edisi 6 ,

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan

Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 ,

Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Ngastiyah (1997), Perawatan Anak Sakit , Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes RI (1993),  Asuhan Kesehatan Anak Dalam

Konteks Keluarga Cetakan II , Depkes RI, Jakarta

Soetjiningsih (2000), Tumbuh Kembang Anak , Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (1995), Buku Kuliah Jilid 2: Ilmu Kesehatan Anak ,

Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jakarta.

14