Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan

download Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan

of 9

description

lp

Transcript of Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEBIDANAN

OLEH :UMIYANAH201302134

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANANSTIKES BINA SEHAT PPNIMOJOKERTO2015

LAPORAN PENDAHULUANHIPERTERMIA. Konsep Dasar Teori1. Pengertiana. Hipertermi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami atau berisiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-menerus lebih tinggi dari 370C (peroral) atau 38.80C (perrektal) karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal (Linda Juall Corpenito)b. Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal (NANDA International 2009-2011)c. Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari jangkauan normald. (Doenges Marilynn E.)Mekanise kehilangan panas1) Radiasi Mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gel. Panas inframerah (panjang gelombang 5 20 mm), tanpa adanya kontak langsung Mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60% ) Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat dipindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit2) Konduksi Perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda benda yg ada disekitar tubuh Proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus Perpindahan langsung dari badan ke obyek tanpa gerakan : kompres3) Evaporasi Perpindahan panas dengan penguapan (cairan gas) Selama suhu kulit >> tinggi suhu lingkungan panas hilang melalui radiasi & konduksi, tetapi ketika suhu lingkungan >> tinggi suhu kulit , tubuh melepaskan panas dengan evaporasi @ 1 gram air yg mengalami evaporasi kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilo kalori Kondisi tidak berkeringat, evaporasi berlangsung 450 600 ml/hari kehilangan panas terus menerus dgn kec. 12 16 kalori/jam Evaporasi tidak dapat dikendalikan o/k terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit & sistem pernafasan (IWL)4) Konveksi Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan. Kehilangan panas melalui konveksi sekitar 15% Melalui sirkulasi : kipas angina2. PatofisiologiDengan adanya peningkatan titik patokan tersebut, maka hipotalamus mengirim sinyal untuk menaikkan suhu tubuh. Tubuh berespon dengan menggigil dan peningkatan metabolisme basal.Demam timbul sebagai respon terhadap pembentukkan interleukin-1, yang disebut pirogen endogen. Interleukin-1 dibebaskan oleh neurofil aktif, makrofag, dan sel- sel yang mengalami cedera. Interleukin-1 tampakanya menyebabkan panas dengan menghasilkan prostaglandin, yang merangsang hipotalamus.Tipe-tipe Demama. Demam SeptikPada demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada mlam hari dan turun kembali ketingkat yang diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik. b. Demam RemitenPada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhuyang dicatat pad demam septic. c. Demam IntermitenPada tipe demam intermiten, suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali, disebut tersiana dan bila terjadi duahari bebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana. d. Demam KontinyuPada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menrus tinggi sekali disebut hiperpireksia. e. Demam SiklikPada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari ayng diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.3. Etiologi1) Dehidrasi Perubahan mekanisme pengaturan panas sentral yang berhubungan dengan trauma lahir dan obat-obatan Infeksi oleh bacteria, virus atau protozoa.2) Peradangan Ketidak efektifan suhu sekunder pada usia lanjut Kerusakan jaringan misalnya demam rematik pada pireksia, terdapat peningkatan produksi panas dan penurunan kehilangan panas pada suhu febris.

4. Manifestasi Klinis Suhu tinggi 37.80C (1000F) peroral atau 38.80C (1010F) Taki kardia Kulit kemerahan Hangat pada sentuhan Menggigil Dehidrasi Kehilangan nafsu makan Proses TerjadiFase I: awal (awitan dingin atau menggigil) Peningkatan denyut jantung Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot Kulit pucat dan dingin karena vasokontriksi Merasakan sensasi dingin Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontriksi Rambut kulit berdiri Pengeluaran keringat berlebihan Peningkatan suhu tubuhFase II: proses demam Proses menggigil lenyap Kulit terasa hangat / panas Merasa tidak panas atau dingin Peningkatan nadi dan laju pernafasan Peningkatan rasa haus Dehidrasi ringan hingga berat Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf Lesi mulut herpetik Kehilangan nafsu makan ( jika demam memanjang ) Kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme proteinFase III: pemulihan Kulit tampak merah dan hangat Berkeringat Menggigil ringanKemungkinan mengalami dehidrasiPada mekanisme tubuh alamiah, demam yang terjadi dalam diri manusia bermanfaat sebagai proses imun. Pada proses ini, terjadi pelepasan interleukin-1 yang akan mengaktifkan sel T. suhu tinggi (demam) juga berfungsi meningkatkan keaktifan (kerja) sel T dan B terhadap organisme pathogen. Namun konsekuensi demam secara umum timbul segera setelah pembangkitan demam (peningkatan suhu). Perubahan anatomis kulit dan metabolisme menimbulkan konsekuensi berupa gangguan keseimbangan cairan tubuh, peningkatan metabolisme, juga peningkatan kadar sisa metabolisme. Selain itu, pada keadaan tertentu demam dapat mengaktifkan kejang.5. KomplikasiPengaruh hipertermia terhadap sawar darah otak/ BBB adalah meningkatkan permeabilitas BBB yang berakibat langsung baik secara partial maupun komplit dalam terjadinya edema serebral (Ginsberg, et al, 1998). Selain itu hipertermia meningkatkan metabolisme sehingga terjadi lactic acidosis yang mempercepat kematian neuron (neuronal injury) dan menambah adanya edema serebral (Reith, et al, 1996). Edema serebral (ADO Regional kurang dari 20 ml/ 100 gram/ menit) ini mempengaruhi tekanan perfusi otak dan menghambat reperfusi adekuat dari otak, dimana kita ketahui edema serebral memperbesar volume otak dan meningkatkan resistensi serebral. Jika tekanan perfusi tidak cukup tinggi, aliran darah otak akan menurun karena resistensi serebral meninggi. Apabila edema serebral dapat diberantas dan tekanan perfusi bisa terpelihara pada tingkat yang cukup tinggi, maka aliran darah otak dapat bertambah (Hucke, et al, 1991).Dengan demikian daerah perbatasan lesi vaskuler itu bisa mendapat sirkulasi kolateral yang cukup aktif, kemudian darah akan mengalir secara pasif ke tempat iskemik oleh karena terdapatnya pembuluh darah yang berada dalam keadaan vasoparalisis. Melalui mekanisme ini daerah iskemik sekeliling pusat yang mungkin nekrotik (daerah penumbra) masih dapat diselamatkan, sehingga lesi vaskuler dapat diperkecil sampai daerah pusat yang kecil saja yang tidak dapat diselamatkan lagi/nekrotik (Hucke, et al, 1991).Apabila sirkulasi kolateral tidak dimanfaatkan untuk menolong daerah perbatasan lesi iskemik, maka daerah pusatnya yang sudah nekrotik akan meluas, sehingga lesi irreversible mencakup juga daerah yang sebelumnya hanya iskemik saja yang tentunya berkorelasi dengan cacat fungsional yang menetap, sehingga dengan mencegah atau mengobati hipertermia pada fase akut stroke berarti kita dapat mengurangi ukuran infark dan edema serebral yang berarti kita dapat memperbaiki kesembuhan fungsional (Hucke, et al, 1991).6. Pemeriksaan Diagnostika. Pemeriksaan Laboratoriumb. Penatalaksanaanc. Penatalaksanaan medis yang diberikan yaitu:d. Beri obat penurun panas seperti paracetamol, asetaminofen.e. Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan yaitu:f. Beri pasien banyak minum. pasien menjadi lebih mudah dehidrasi pada waktu menderita panas. Minum air membuat mereka merasa lebih baik dan mencegah dehidrasi.g. Beri pasien banyak istirahat, agar produksi panas yang diproduksi tubuh seminimal mungkin.h. Beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan paha, leher belakang.

B. Konsep Dasar Askep HipertermiPengkajianData Subyektif Pasien mengatakan badannya panas Data Obyektif Suhu tubuh pasien meningkat Pasien terlihat lemas Mukosa tampak keringDiagnosa KeperawatanPeningkatan suhu tubuh berhubunga dengan proses infeksi ditandai dengan: Pasien mengatakan badannya terasa panas Mukosa bibir kering Wajah pasien tampak merahPerencanaan / Intervensia. Rencana TujuanSetelah diberikan ASKEP selama 324 jam diharapkan hipertermi dapat teratasi dengan kriteria hasil: Suhu tubuh pasien turun Suhu 36-37,5 Mukosa bibir pasien tidak kering lagi Kulit pasien tidak hangat bila disentuh Pasien tidak lemas7. Observasi KU pasien Berikan kompres hangat Berikan minum air putih yang banyak Anjurkan pasien untuk memakai baju tipis dan menyerap keringat Kolaborasi pemberian obat antipiretikUntuk mengetahui perkembangan pasien Untuk mengetahui perkembangan pasien Kompres hangat mampu menurunkan suhu tubuh pasien agar kembali normal Mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dan mengganti cairan yang hilang akibat hipertermi Untuk mempercepat proses penguapan panas Dengan pemberian obat tersebut dapat menetralkan panas tubuh dan membantu antibody melawan infeksi8. PelaksanaanSesuai dengan rencana tindakan yang akan diberikan9. Evaluasia. Suhu tubuh pasien turunb. Suhu 36-37,5c. Mukosa bibir pasien tidak kering lagid. Kulit pasien tidak hangat pada sentuhane. Pasien tidak lemas

DAFTAR PUSTAKALynda Juall Corpenito.1998.Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis.Jakarta.EGCDoenges M.E.1999.Rencana Keperawatan Edisi 3. Jakarta.EGCNanda International.2009-2011.Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.Jakarta.EGC