ASUHAN KEBIDANAN ikterus

37
ASUHAN KEBIDANAN PADA By. Ny. V USIA 3 HARI DENGAN IKTERUS NEONATORUM DI RUANG BAYI RS MUHAMMADIYAH SURABAYA Disusun Oleh : Sumliyawati NPM: 03021005

Transcript of ASUHAN KEBIDANAN ikterus

Page 1: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

ASUHAN KEBIDANAN

PADA By. Ny. V USIA 3 HARI DENGAN IKTERUS NEONATORUM

DI RUANG BAYI RS MUHAMMADIYAH

SURABAYA

Disusun Oleh :

Sumliyawati NPM: 03021005

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN JALUR ASEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN UNGGUL

SURABAYATAHUN AJARAN 2009/2010

Page 2: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui dan disahkan laporan yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada

By. Ny. M Usia 3 Hari Dengan Ikterus Neonatorum Fisiologis Di Ruang Bayi

Muhammadiyah Surabaya”. Periode 01 Januari 2010 sampai dengan 12 Februari 2010.

Surabaya, 11 Februari Mahasiswa STIKES Insan Unggul

Surabaya

Sumliyawati

Disetujui oleh:

Pembimbing Praktek Pembimbing Akademik

Suciwati, Amd.Keb Faridah, SST, M.Mkes

Mengetahui :

Ketua Program Studi D IV KebidananSTIKES Insan Unggul Surabaya

Endang Sri Resmiati, S.H, SST, M.Mkes

Page 3: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia-

Nya, sehingga tersusun laporan proses belajar tentang penerapan asuhan kebidanan yang

berjudul “ Asuhan Kebidanan pada By. Ny. M Usia 3 Hari Dengan Ikterus

Neonatorum Fisiologis Di Ruang Bayi Muhammadiyah Surabaya “, Asuhan

kebidanan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tuigas di lapangan atau lahan praktek.

Penyusunan tugas ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :.

1. Ibu Endang Sri Resmiati, S.H, S. ST selaku Plh. Ketua program studi D-IV

Kebidanan STIKES Insan Unggul Surabaya.

2. Ibu Faridah, SST, M.Mkes selaku pembimbing akademik STIKES Insan Unggul

Surabaya.

3. Suciwati, Amd.Keb selaku pembimbing praktek di RS Muhammadiyah Surabaya.

4. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan materi maupun spiritual.

5. Rekan- rekan mahasisiwa STIKES INSAN UNGGUL yang telah banyak memberikan

dukungan, masukan pada penulisan Asuhan Kebidanan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari

kesempurnaan, karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif

untuk perbaikan laporan ini dan juga laporan selanjutnya. Penulis berharap semoga

laporan ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada

khususnya.

Surabaya,11 Februari 2010

Penulis

Page 4: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya kehadiran bayi normal cukup dihadiri oleh bidan yang

dapat diberi tanggung jawab penuh terhadap keselamatan ibu dan bayi pada

persalinan normal. Maka seorang bidan harus mengetahui dengan segera timbulnya

perubahan-perubahan pada ibu dan bayi dan bila perlu memberikan pertolongan

pertama seperti, memberikan oksigen dan melakukan pernapasan buatan sampai ibu

atau bayi tersebut dilihat oleh seorang dokter atau dibawa ke rumah sakit yang

mempunyai perlengkapan serta perawatan yang baik, sehingga pengawasan dan

pengobatan dapat dilakukan sebaik-baiknya.

Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi

dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan, sebagian besar bayi

baru lahir mengalami ikterus neonatorum sampai tingkat yang bisa dilihat mata.

Ikterus yang tampak mata memperlihatkan kadar bilirubin paling tidak 5 – 7 mg/dl.

Terdapat banyak sebab fisiologis timbulnya ikterus selama minggu pertama setelah

lahir.

Tatalaksana ikterus bergantung pada apakah ikterus bersifat fisiologis atau

patologis. Bidan harus belajar membedakan dua proses ini dan harus didorong

dalam penerapan perawatan bayi yang meningkatkan hilangnya ikterus.

Ikterus fisiologi lebih lazim dijumpai pada beberapa keadaan. Bayi-bayi

Asia mempunyai insidensikterus yang lebih tinggi. Bayi-bayi yang menyusu badan

mempunyai insidens ikterus fisiologis yang lebih tinggi daripada bayi-bayi yang

mendapat makanan lewat botol.

Seluruh orang tua harus mendapatkan informasi mengenai tingginya

frekuensi ikterus pada bayi baru lahir. Mereka dapat dinasehati untuk memberi

makan bayi sesering mungkin selama hari-hari pertama kehidupan agar merangsang

pengeluaran mekoneum. Mekoneum mempunyai kandungan tinggi bilirubin dan

pengeluarannya yang lambat meningkatkan penyerapanulang bilirubin sebagai

bagian dari proses pintas enterohepatik.

Page 5: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Penulis dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah

dalam memberikan asuhan kebidanan secara nyata serta mendapatkan

pengetahuan dalam memecahkan masalah khusunya pada “Asuhan

Kebidanan Pada By. Ny. V Usia 3 Hari Dengan Ikterus Neonatorum

Fisiologis” Di BPRSD Dr. Mochamad Swandhie Surabaya.

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang akan dicapai adalah mampu melakukan :

1. Pengkajian dan menganalisa data pada bayi dengan ikterus

neonatorum.

2. Merumuskan diagnosa kebidanan dan menetukan prioritas masalah

pada bayi dengan ikterus neonatorum.

3. Menyusun rencana kebidanan.

4. Melaksanakan tindakan kebidanan.

5. Evaluasi asuhan kebidanan.

1.3 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam proses penyusunan laporan ini adalah :

1. Metode pendekatan deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan

peristiwa dan gejala yang terjadi.

2. Teknik pengumpulan data dan pengidentifikasian data melalui observasi,

wawancara, pemeriksaan fisik, studi dokumen dan studi kepustakaan.

3. Sumber data primer dari klien dan data sekunder dari keluarga dan petugas

kesehatan.

Page 6: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

1.4 Lokasi Dan Waktu

1.4.1 Lokasi

Asuhan kebidanan ini disusun saat penulis melaksanakan praktek lapangan

di rRuang Bayi BPRSD Dr. Mochamad Swandhie Surabaya..

1.4.2 Waktu

Penyusunan asuhan kebidanan ini dilakukan pada saat jam kerja pagi ruang

bersalin yaitu pukul 07.00 s/d 14.00 WIB.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari :

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan yang terbagi

dalam tujuan umum dan tujuan khusus, metode penulisan, lokasi

dan waktu, serta sistematika penulisan.

BAB II Landasan teori meliputi konsep dasar teori, dan manajemen asuhan

kebidanan.

BAB III Tinjauan kasus meliputi pengkajian data yang terdiri dari

identitas/biodata, data subyektif, data obyektif, dan uji diagnostik.

Interpretasi data yang terdiri dari diagnosa, masalah, dan

kebutuhan. Identifikasi diagnosa dan masalah potensial,

identifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi,

merencanakan asuhan yang menyeluruh, pelaksanaan, serta

evaluasi.

BAB IV Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

Page 7: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Teori Ikterus Neonatorum

2.2.1.Definisi

Ikterus adalah warna kuning yang sering dijumpai pada bayi baru lahir dalam

batas normal pada hari kedua sampai hari ketiga dan menghilang pada hari

kesepuluh (Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG, 1998: 325).

2.2.3.Klasifikasi

Jenis-jenis ikterus neonatorum:

1. Ikterus fisiologik

Terutama dijumpai pada bayi dengan berat badan lahir rendah. Ikterus ini

biasanya timbul pada hari kedua lalu menghilang setelah sepuluh hari atau pada

akhir minggu kedua.

2. Ikterus patologik

Ikterus yang patologik timbul segera dalam 24 jam pertama, dengan bilirubin

serum meningkat lebih dari 5 mg% perhari, kadarnya diatas 10 mg% pada bayi

matur atau 15 mg% pada bayi premature, dan menetap setelah minggu pertama

kelahiran. Selain itu juga ikterus dengan bilirubin langsung diatas 1 mg% setiap

waktu. Ikterus seperti ini ada hubungannya dengan penyakit hemolitik, infeksi dan

sepsis. Ikterus patologik memerlukan penanganan dan perawatan khusus.

3. Kern ikterus

Adalah ikterus berat dengan disertai gumpalan bilirubin pada ganglia basalis.

Kernikterus biasanya disertai naiknya kadar bilirubin indirek dalam serum. Pada

neonatus cukup bulan kadar bilirubin diatas 20 mg% sering berkembang menjadi

kern ikterus, sedangkan pada bayi premature bila melebihi 18 mg%.

Hiperbilirubinemia dapat menimbulkan ensefalopati dan ini sangat berbahaya bagi

Page 8: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

bayi. Untuk terjadinya kern ikterus tergantung pula pada keadaan umum bayi. Bila

bayi menderita hipoksia, asidosis, dan hipoglikemia, kern ikterus dapat timbul

walaupun kadar bilirubin di bawah 16 mg%. Pengobatannya adalah dengan

transfuse tukar darah.

4. Ikterus hemolitik

Hal ini dapat disebabkan oleh inkompatibilitas rhesus, golongan darah ABO,

golongan darah lain, kelainan eritrosit congenital, atau defisiensi enzim G-6-PD.

5. Ikterus obstruktif

Terjadi karena sumbatan penyaluran empedu baik dalam hati maupun diluar hati.

Akibatnya kadar bilirubin direk dan indirek meningkat. Bila kadar bilirubin direk

diatas 1 mg% kita harus curiga akan adanya obstruksi penyaluran empedu.

Penanganannya adalah dengan tindakan operatif, bila keadaan bayi mengizinkan.

2.2.4.Patogenesis

Ikterus disebabkan hemolisis darah janin dan selanjutnya diganti menjadi

darah dewasa. Pada janin menjelang persalinan terdapat kombinasi antara darah

janin dan darah dewasa yang mampu menarik O2 dari udara dan mengeluarkan CO2

melalui paru-paru. Penghancuran darah janin inilah yang menyebabkan terjadi

ikterus yang sifatnya fisiologis. Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa kadar

billirubin indirek bayi cukup bulan sekitar 15 mg%. Diatas angka tersebut dianggap

hiperbilirubinemia, yang dapat menimbulkan kern ikterus.

Kern ikterus adalah tertimbunnya bilirubin dalam jaringan otak sehingga dapat

mengganggu fungsi otak dan menimbulkan gejala klinis sesuai tempat timbunan itu.

Gambaran kliniknya sebagai berikut:

Mata berputar

Tertidur-kesadaran turun

Sukar mengisap

Tonus otot meninggi

Leher kaku

Page 9: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

Akhirnya kaku seluruhnya

Pada kehidupan lebih lanjut ada kemungkinan terjadi spasme otot dan kekakuan

otot seluruhnya

Kejang-kejang

Tuli

Kemunduran mental.

2.2.5.Penanganan Ikterus Neonatorum

Biarkan bayi sering menyusu. Ini mungkin membantu mengeluarkan cairan

kimia kuning dari tubuh bayi.

Minta pertolongan dokter segera jika bayi tampak mengantuk atau tidak

menyusu dengan baik atau jika bayi terasa dingin ketika disentuh (atau sehu

badannya turun dibawah 36º C atau 97º F).

2.2. Konsep Dasar Managemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

2.3.1.Pengertian

Manajemen kebidanan adalah: Proses pemecahan masalah yang digunakan

sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori

ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang

logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. Menurut Hellen

Varney (1997) terdiri dari 7 langkah yang berurutan membentuk kerangka yang

lengkap dan bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Setiap langkah berisi tugas-

tugas tertentu dan bervariasi sesuai dengan kondisi klien. Secara berurutan langkah-

langkah tersebut adalah:

2.3.2.Langkah pertama (Pengumpulan Data)

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Data yang

dikumpulkan terdiri dari data subjektif dan data objektif.

Page 10: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

2.3.2.1.Data subjektif terdiri dari:

1. Biodata

Berisikan identitas bayi dan orang tua meliputi nama, umur, jenis kelamin,

tanggal lahir, jenis persalinan, nama orang tua (ayah dan ibu), umur ibu, agama,

suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat, tujuannya untuk

mengetahui secara lengkap dan luas sasaran asuhan kebidanan.

2. Riwayat Ante Natal

Kemungkinan gravida empat atau lebih.

HPHT tidak sesuai dengan umur kehamilan saat persalinan. Tidak pernah periksa

kehamilan atau periksa tidak teratur serta periksa pada petugas yang tidak

berwenang, tidak pernah mendapat imunisasi. Sewaktu hamil menderita penyakit

pembuluh darah misalnya hipertensi, hipotensi, menderita penyakit jantung, paru-

paru, diabetes serta pengobatan yang didapat.

3. Riwayat Neonatus

Meliputi beberapa APGAR score pada 1 menit dan 5 menit pertama. Bagaimana

ketubannya keruh atau jernih, dengan cara apa bayi dilahirkan: SC, VE, FE, spontan

dan lain-lain. Berapa usia kehamilan, adanya bayi kembar.

4. Riwayat Maternal dan Perinatal

Berapa usia ibu saat hamil ini, taksiran persalinan kapan. Bagaimana kondisi dan

kebiasaan selama hamil. Berapa kali memeriksakan kehamilannya, adakah penyakit

yang diderita selama hamil.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit kronis seperti hipertensi,

asma, DM, penyakit menular dan penyakit lainnya selain itu juga perlu ditanyakan

apa ada keturunan kembar.

Page 11: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

6. Riwayat Sosial Budaya

Untuk mengetahui keadaan psikologi dan emosional ibu pada kehamilan,

persalinan, bagaimana hubungan suami istri serta keluarga, harapan kehamilan serta

kepercayaan yang dianut juga perlu ditanyakan bagaimana status ekonominya.

Kebiasaan merokok, alkoholik, pemberian ASI.

7. Nutrisi

Nutrisi terbaik untuk bayi baru lahir adalah ASI yang dapat diberikan segera

setelah bayi lahir, pemberiannya ondeman. Bayi aspiksia sedang yang mengalami

gangguan pernapasan ASI dapat diberikan personde dengan memperhatikan jumlah

kebutuhan dan retensinya. Kebutuhan cairan neonatus yaitu:

Hari I : 60cc/kgBB/hari

Hari II : 90cc/kgBB/hari

Hari III : 120cc/kgBB/hari

Hari IV : 150cc/kgBB/hari

Selanjutnya ditambah sedikit-sedikit sampai hari ke 14 mencapai 200 cc/kgBB/hari.

Jumlah cairan ini dikonsumsi dari ASI atau PASI, juga cairan perinfus sesuai

kondisi bayi. Frekuensi pemberiannya tergantung dari berat badannya, yaitu:

BB < 1250 gr : 24 x/hari tiap jam

BB 1250-<2000 gr : 12 x/hari tiap jam

BB >2000 gr : 8 x/hari tiap jam

8. Pola Eliminasi

Neonatus akan buang air kecil selama 6 jam setelah kelahirannya, buang air besar

pertama kalinya dalam 24 jam pertama berupa mekoneum perlu dipikirkan

kemungkinan mekoneum Plug Syndrome, megakolon, obstruksi saluran

pencernaan.

9. Hubungan Psikologi

Bayi baru lahir bila kondisi memungkinkan di rawat gabung dengan ibunya

dengan tujuan bayi mendapat kasih sayang, perhatian, mempererat hubungan

Page 12: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

psikologis ibu dan bayi. Bayi aspiksia memerlukan perawatan intensif sehingga

harus berpisah dengan ibunya.

2.3.2.2.Data objektif

Yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan

menggunakan standar yang diakui atau berlaku (Effendy Nasrul, 1995:20).

Pada bayi premature aspiksia sedang didapatkan data objektif sebagai berikut:

1. Keadaan Umum

2. Tanda-tanda vital

3. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir

1. Posisi:

2. Kulit:

3. Kepala:

4. Mata:

5. Hidung:

6. Mulut:

7. Telinga:

8. Leher:

9.Thoraq:

10.Paru-paru:

11.Jantung:

12. Abdomen:

13. Umbilikus:

14. Genetalia:

15. Anus:

16. Kstremiras :

17. Refleks

18. Pemeriksaan penunjang

19.Gas darah Arteri

20. Darah Lengkap

Page 13: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

“Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dngan criteria

hasil yang dibuat pada tahap perencanaan, klien keluar dari siklus proses

keperawatan apabila criteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke

dalam siklus apabila criteria hasil belum dicapai” (Allen Carol Vestal, 1998: 123).

Dalam melakukan evaluasi, sesuai dengan waktu dan tanggal yang telah

ditetapkan dalam pernyataan tujuan. Hal-hal yang dievaluasi adalah kemampuan

pasien menunjukkan perilaku sesuai dengan yang ditetapkan dalam tujuan rencana

keperawatan.

Ada tiga alternative yang dapat dipakai oleh bidan dalam memutuskan atau

menilai, sejauh mana tujuan yang tekah ditetapkan itu tercapai, yaitu tujuan

tercapai, tujuan sebagian tercapai, tujuan tidak tercapai. Tujuan tercapai jika pasien

mampu menunjukkan perilaku pada waktu atau tanggal yang telah ditentukan,

sesuai dengan pernyataan tujuan. Tujuan sebagian tercapai jika pasien mampu

menunjukkan perilaku tapi tidak seluruhnya sesuai pernyataan tujuan yang telah

ditentukan. Tujuan tidak tercapai jika pasien tidak mampu atau tidak mau sama

sekali menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai tujuan yang telah ditentukan.

Secara umum evaluasi dikatakan berhasil, bila:

1. Aspiksia tidak terjadi lagi

2. Tidak terjadi hipotermi

3. Kebutuhan nutrisi terpenuhi

4. Tidak terjadi infeksi

5. Tidak terjadi hypoglikemia.

Page 14: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1. PENGKAJIAN

Tanggal : 9 Januari 2010

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Ruang Bayi Muhammadiyah Surabaya

A. Data Subjektif

1. Biodata

Nama Bayi : By. Ny. V

Tgl. Lahir : 6 Januari 2010

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 3 hari

Alamat : Tambak Sari

Nama Ibu : Ny. V Nama Ayah : Tn. K

Umur : 24 tahun Umur : 25 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/ Bangsa : Madura Jawa : Madura

Pendidikan : SMP Pendidikan : STM

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat :Sawah Pulo Alamat : Sawah Pulo

2. Alasan MRS

Kiriman dari BPS Tambak sari.

3. Keluhan Utama

Bayi kuning pada muka, leher, dada dan abdomen sejak tgl 6 Januari 2010.

4. Riwayat Natal

Page 15: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

Ibu melahirkan bayi laki-laki secara normal 3 hari yang lalu yaitu tanggal 6

januari 2010 jam 19.00 WIB dengan BB: 3400 gr PB: 50 cm AS: 6-7, KPP

2 jam, ketuban hijau keruh, tangisan tak adekuat, lingkar dada: 31 cm,

lingkar kepala: 31 cm, lingkar lengan atas: 10 cm. Usia bayi saat ini 3 hari.

5. Riwayat Post Natal

K/U Bayi lemah

TTV: RR: 50 x/menit S: 36,8ºC N: 134 x/menit

Bayi belum mendapatkan imunisasi, tali pusat terbungkus kasa steril dengan

alcohol 70%. Muka, leher, dada dan abdomen ikterus sejak tgl 6 Januari

2010. BB mengalami penurunan dari BBL : 3400 gr menjadi 3000 gr.

6. Kebutuhan Dasar

a. Pola nutrisi

Setelah bayi lahir tidak langsung disusukan karena keadaan bayi kurang

baik, bayi dipuasakan sampai dengan tanggal 6 Januari 20101 dan mulai

diberikan PASI (Pendamping Air Susu Ibu) yaitu D5% pada pukul 23.00

WIB sebanyak 8 x 10 cc.

b. Pola eliminasi

Sampai saat ini tgl 6 Januari 2010 bayi sering BAK warna kuning bau

khas, ± 30-40 cc setiap kali kencing. BAB sering warna kuning,

konsistensi agak padat.

c. Pola istirahat

Bayi lebih banyak tidur, bangun ketika BAB atau BAK dan saat merasa

kurang nyaman.

d. Pola aktivitas

Bayi merintih, tangisan tak adekuat, jarang menggerakkan

ekstremitasnya.

7. Terapi yang sudah diberikan

Tgl 6 Januari 2010, Jam 17.00 WIB

Page 16: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

1. Bayi dipuasakan

2. Injeksi viccilin 2 x 175 mg

3. Pasang O2 masker 5 L/menit.

Tgl 11Januari 2010, Jam 08.00 WIB

1. D5% 8 x 10 cc

2. O2 nasal 2 L/menit

3. Cek laboratorium DL dan CRP, hasil:

- Lekosit : 19.000 N: 4.000-10.000/mm³

- Hemoglobin : 11,9 N: L: 13,0-17 g%

P: 11,5-16 g%

- Thrombosit : 202.000 N: 150-400 ribu/mm³

- Gol Darah : A Rh +

- Eosinofil : - N: 1-3 %

- Basofil : - N: 0-1 %

- STAB : 3 N: 2-6 %

- Segmen : 70 N: 50-70 %

- Limposit : 20 N: 20-40 %

- Monosit : 7 N: 2-8 %

B. Data Objektif

1. Keadaan Umum

Kemampuan menghisap: Lambat

Warna Kulit : Muka dan tubuh ikterus

Gerak : Pasif (ekstremitas jarang gerak dan sedikit fleksi)

2. Tanda-tanda vital

S : 36,8ºC RR: 50 x/menit N: 134 x/menit

3. Pemeriksaan fisik

Page 17: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

Inspeksi

Kepala : Rambut hitam tipis, tidak terlihat adanya caput

suksedaneum maupun cepal hematoma.

Muka : Simetris, kulit ikterus.

Mata : Simetris, conjungtiva tidak anemis, sclera ikterus, tidak

ada hematoma.

Hidung : Simetris, tidak terlihat adanya polip, tidak terlihat adanya

pernapasan cuping hidung.

Telinga : Simetris, bersih, tidak ada kelainan.

Mulut : Bibir tidak sumbing, simetris, refleks menghisap lambat,

belum tumbuh gigi, lidah bersih, tidak terlihat adanya

cyanosis.

Leher : Tidak terlihat adanya pembesaran kelenjar thyroid

maupun vena jugularis, terlihat ikterus.

Dada : Simetris, tidak terlihat adanya retraksi intercostae, terlihat

ikterus.

Abdomen : Tidak terlihat adanya pembesaran hepar, tali pusat basah,

tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat, terlihat

ikterus.

Punggung : Simetris, tidak terlihat adanya spina bifida.

Genetalia : Testis sudah masuk dalam scrotum, terlihat adanya penis.

Anus : Terlihat adanya lubang anus.

Ekstremitas : Simetris, jumlah jari kaki dan tangan lengkap, tidak ada

polidaktil/sindaktil, tidak terjadi cyanosis.

Palpasi

Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, tidak teraba

pembesaran vena jugularis.

Dada : tidak teraba retraksi.

Abdomen : Tidak teraba pembesaran kelenjar lien, tidak teraba

pembesaran hepar.

Page 18: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

Ekstremitas atas dan bawah : Tidak ada bekas tekanan pada daerah tibia

(tidak ada oedema).

Auskultasi

Dada : Tidak terdengar wheezing, tidak terdengar ronchi.

Perkusi

Perut : Tidak kembung

4. Pemeriksaan Neurologis

1. Reflek moro : ketika bayi diberi sentuhan mendadak khususnya

denga jari tangan menimbulkan gerak terkejut pada bayi.

2. Reflek menggenggam: ketika telapak tangan bayi disentuh dengan jari

pemeriksa, bayi lambat/tidak langsung menggenggam jari pemeriksa.

3. Reflek rotting : ketika pipi bayi disentuh dengan jari pemeriksa,

bayi menolehkan kepalanya mencari sentuhan itu.

4. Reflek menghisap : saat diberi susu dengan menggunakan sendok/dot,

bayi tidak langsung berusaha menghisap.

5. Glabella reflek : saat daerah os glabella atau pangkal hidung

disentuh dengan jari tangan, bayi mengerutkan keningnya dan

mengedipkan matanya.

6. Gland reflek : saat disentuh pada lipatan paha kanan dan kiri

dengan jari tangan, bayi mengangkat kedua pahanya.

7. Conjungtiva mandibularis reflek: saat diberi rangsangan dari pangkal

kelopak mata keatas dan membentuk garis lurus menuju mandibularis.

Bayi menutup mata kemudian membuka dan disertai reflek mengangkat

pipi.

5. Pemeriksaan Penunjang

- Cek laboratorium DL/CRP ulang tgl 19 Oktober 2005, hasilnya CRP :

34 mg/L.

Page 19: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

6. Pemeriksaan Antropometri

BB : 3400 gr

PB : 50 cm

Lingkar Kepala : 31 cm

Lingkar lengan atas: 10 cm

Lingkar dada : 31 cm

3.2. INTERPRETASI DIAGNOSA MASALAH DAN KEBUTUHAN

Tgl Diagnosa/Masalah Data Dasar

11

Januari

2010

Jam

07.30

WIB

Bayi umur 3 hari dengan ikterus

neonatorum.

Masalah :

Tidak ada

DS : -

DO :

K/U: lemah

Bayi lahir tgl 6 Januari 2010, pkl.

19.00 WIB

S: 36,8ºC N: 134 x/menit

RR: 50 x/menit

PB/BB: 50 cm/3400 gr, lingkar dada:

31 cm, lingkar kepala: 31 cm, LILA:

10 cm

Ikterus pada muka, leher, dada dan

abdomen

3.3. IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL

1. Potensial terjadi infeksi

DS :-

DO : - Tali pusat masih basah

- KPP 2 jam

- Ketuban hijau keruh

- KU lemah

Page 20: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

- Bayi ikterus

2. Potensial terjadi ikterus patologis

DS : -

DO : - KU lemah

- Bayi ikterus

3.4. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

1. Pasang infuse D10%

2. Photo terapi 1 x 24 jam

3. Perawatan Bayi agar tidak terjadi infeksi

3.5. PERENCANAAN

Tgl Diagnosa

Kebidanan

Tujuan Intervensi Rasionalisasi Jam

(WIB)

Implementasi Evaluasi

11 Januari

2010

Jam 07.45

WIB

Bayi umur 3

hari dengan

ikterus

neonatorum.

Jangka

Pendek:

Setelah

dilakukan

asuhan

kebidanan

selama ± 7

hari

diharapkan

ikterus

hilang

dengan

criteria:

Warna

kulit

kemerah

1.Lakukan

pendekatan

terapeutik

2.Kolaborasi

dengan

1.Dengan

melakukan

pendekatan

terapeutik akan

menciptakan

hubungan

kerjasama yang

baik dan bayi

akan lebih

kooperatif dalam

setiap tindakan

yang dilakukan

petugas.

2.Dengan asuhan

kolaborasi akan

07.45

08.00

1.Melakukan

pendekatan

terapeutik

pada bayi

dengan cara:

Memberikan

kasih

sayang,

pelukan,

sentuhan

lembut pada

bayi.

2.Melakukan

kolaborasi

Tgl 11 Oktober

2010

Jam 09.30 WIB

S:-

O:

Keadaan

umum lemah

TTV:

S: 38,8º C

N: 136 x/menit

RR: 46

x/menit

BAK:2x

BAB: 1x

Cek

laboratorium

Page 21: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

an

Tanda-

tanda

vital

dalam

batas

normal

Semua

refleks

normal

Jangka

Panjang:

Bayi dapat

sembuh

tanpa

komplikasi

dengan

criteria:

KU baik

Tidak

terjadi

ikterus

patologis

dokter

3.Observasi

TTV, BAK,

BAB

4.Berikan

PASI pada

bayi

5.Perawatan

tali pusat

mempercepat

penyembuhan

dan dapat

diberikan terapi

sebagai

penunjang.

3.Untuk

mengantisipasi

kegawatdaruratan

dan komplikasi

4.Asupan nutrisi

yang cukup akan

memperlancar

proses

metabolisme.

5.Agar tidak

terjadi infeksi.

08.45

09.00

09.30

dengan dokter

dengan cara:

Konsultasi

kepada

dokter anak

3.Melakukan

observasi

TTV, BAK,

BAB.

S: 36,8ºC

N:134

x/menit

RR: 50

x/menit

BAK: +

BAB: +

4.Memberikan

PASI pada

bayi

D5% 10 cc

5.Merawat tali

pusat.

Membungkus

tali pusat

dengan kasa

steril.

DL/CRP

ulang, hasilnya

CRP : 34

mg/L.

Bayi masih

terlihat ikterus

A: Bayi Ny. M

Usia 3 hari

dengan ikterus

neonatorum.

P:

Lanjutkan

tindakan

Observasi

TTV, BAK,

BAB

Membersihkan

dan merapikan

bayi

Page 22: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl Diagnosa Catatan Perkembangan

11 Januari

2010

Jam 12.00

WIB

11 Januari

2010

Jam 12.20

WIB

Bayi umur 3 hari

dengan ikterus

neonatorum.

Bayi umur 3 hari

dengan ikterus

neonatorum.

S: -

O:

Keadaan umum lemah

TTV:

S: 38,8º C

N: 136 x/menit

RR: 46 x/menit

BAK:2x BAB: 1x

Visite dr. Erny a/p:

1. Infuse D5% 220cc/24 jam

2. PASI 12 x 10 cc

3. Injeksi viccilin 2 x 175 mg

4. Photo Terapi 1 x 24 jam

5. O2 aff

Bayi masih terlihat ikterus

A: Bayi Ny. V Usia 3 hari dengan ikterus

neonatorum.

P:

- Lanjutkan rencana sebelumnya

- Laksanakan terapi dari dokter

S: -

O:

Keadaan umum lemah

TTV:

Page 23: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

S: 36,6º C

N: 135 x/menit

RR: 46 x/menit

BAK:1x

BAB: -

Bayi masih terlihat ikterus

Terpasang infuse D5%

Injeksi viccilin 175 mg (I)

Bayi di photo terapi 1 x 24 jam

A: Bayi Ny. M Usia 3 hari dengan ikterus

neonatorum.

P: Lanjutkan rencana.

BAB IV

Page 24: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

P E N U T U P

4.1. KESIMPULAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada By. Ny. V, dapat ditarik

beberapa kesimpulan :

1. Dalam melakukan pengkajian diperlukan adanya ketelitian, kepekaan dan

peranan dari pasien sehingga diperoleh data yang menunjang untuk mengangkat

diagnosa kebidanan.

2. Dalam analisa data dan menegakkan diagnosa kebidanan pada dasarnya mengacu

pada tinjauan pustaka dan adanya perubahan serta keseimbangan dengan tinjauan

pustaka tergantung pada kondisi pasien.

3. Pada dasarnya perencanaan yang ada pada tinjauan pustaka tidak semuanya

dapat direncanakan pada tinjauan kasus nyata, karena dalam perencanaan

disesuaikan dengan masalah yang ada pada saat itu, sehingga masalah yang ada

pada tinjauan pustaka tidak akan direncanakan jika tidak ada tinjauan kasus

nyata.

4. Pada dasarnya pelaksanaan merupakan perwujudan dari perencanaan akan tetapi

tidak dilaksanakan seperti perawatan payudara dalam kasus nyata hanya

dilakukan penyuluhan saja sehingga klaien melakukan sendiri dirumah sesuai

petunjuk.

5. Setelah penulis mengadakan evaluasi pada By. Ny. V, maka sebagian dari semua

masalah dapat diatasi. Keberhasilan dalam mengatasi masalah pasien didukung

oleh beberapa faktor diantaranya sarana yang memadai, adanya tindakan yang

yang komprehensif serta adanya kesadaran pasien dan keluarga.

4.2. SARAN

Page 25: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

Bagi petugas

Bidan dalam fungsinya sebagai pelaksana pelayanan kebidanan harus meningkatkan

kemampuan, ketrampilan dan kepribadian yang baik sehingga dapat bekerja sama

yang baik dengan petugas kesehatan yang lain, pasien dan keluarga.

Bagi pasien

Pasien harus dapat bekerja sama dengan baik dengan tenaga kesehatan agar

keberhasilan dalam asuhan kebidanan dapat tercapai serta semua masalah pasien

dapat diatasi.

Bagi pendidikan.

Tenaga kesehatan yang berada disuatu instansi kesehatan supaya lebih

memperhatikan dan memberikan bimbingan kepada calon tenaga kesehatan pada

umumnya serta supaya melengkapi buku- buku yang ada di perpustakaan yang

merupakan gudang ilmu bagi para anak didik.

Bagi Rumah Sakit.

Rumah sakit harus berusaha untuk memperthankan pelayanan yang sudah ada dan

selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Page 26: ASUHAN  KEBIDANAN ikterus

Manuaba, Ida Bagus Gde, 1987 “ Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan

Keluarga Berencana”, EGC, Jakarta

Mochtar, Rustam. 1998. “Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi Jilid I”, EGC,

Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono.1997. “Ilmu Kebidanan”. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono.2002. “Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal Neonatal”. Jakarta. NBP-SP

Sastrawinata, Sulaiman. 1983. “Obstetri Fisiologi” Fakultas Kedokteran Universitas

Padjajaran. Bandung