Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi IKterus

download Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi IKterus

of 21

description

Asuhan Bayi Ikterus

Transcript of Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi IKterus

BABIPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKemampuan pelayanan kesehatan suatu Negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan kematian bayi. Untuk itu dalam menurunkan angka kematian perinatal dibidang pelayanan keperawatan memerlukan perhatian yang serius, karena pelayanan yang tidak adekuat pada bayi baru lahir dapat menyebabkan meningginya angka kematian pada perinatal.Angka kematian neonatus di Negara-negara berkembang merupakan masalah besar, namun angka kematian yang cukup besar ini tidak dilaporkan serta dicatat secara resmi dalam statistik kematian neonatus. Menurut survey demografidan kesehatan Indonesia tahun 2008 angka kematian perinatal adalah 35 per 1000 kelahiran hidup, itu artinya dalam satu tahun sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun. (http://www.kapanlagi.com)Ikhterus adalah perubahan warna kulit / sclera mata (normal beerwarna putih) menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikhterus pada bayi yang baru lahir dapat merupakan suatu hal yangfisiologis(normal), terdapat pada 25% 50% pada bayi yang lahir cukup bulan. Tapi juga bisa merupakan hal yangpatologis(tidak normal) misalnya akibat berlawanannya Rhesus darah bayi dan ibunya, sepsis (infeksi berat), penyumbatan saluran empedu, dan lain-lain. (Widya,1999).Di Negara maju seperti Amerika Serikat terdapat sekitar 60% bayi menderita ikhterus sejak lahir, lebih dari 50% bayi tersebut mengalami hiperbilirubin, sedangkan di RSCM proporsi ikhterus neonatorum pada bayi cukup bulan sebesar 32,1% dan pada bayi kurang bulan sebesar 42,9%. Bagi tenaga kesehatan hal ini tidak dapat dianggap sepele, karena kejadian ikhterus pada neonatus dapat berakibat buruk bagi kelangsungan hidup neonatus nantinya.(www.artikelkedokteranpediatrik.com)Berdasarkan hal tersebut, kami mahasiswa D III Kebidanan tertarik untuk menganalisis kasus, agar dapat melakukan asuhan kebidanan dengan benar yaitu dengan menegakkan diagnosa secara tepat, sehingga dapat mengetahui penanganan yang cepat dan tepat dari kasus tersebut.

1.2 Rumusan Masalah1. Apa definisi dari ikhterus?2. Bagaimana klasifikasi ikhterus?3. Bagaimana etiologi dan faktor risiko ikhterus?4. Bagaimana patofisiologi ikhterus?5. Apa tanda-tanda dan gejala ikhterus?6. Bagaimana penilaian secara klinis ikhterus?7. Bagaimana komplikasi ikhterus?8. Apa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada ikhterus?9. Bagaimana penatalaksanaan ikhterus?

1.3 TujuanA. Tujuan UmumTujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui Ikhterus pada Bayi Baru Lahir B. Tujuan KhususTujuan khusus dari penulisan makalah ini :1. Menjelaskan definisi dari ikhterus2. Menjelaskan klasifikasi ikhterus3. Menjelaskan etiologi dan faktor risiko ikhterus4. Menjelaskan patofisiologi ikhterus5. Menjelaskan tanda-tanda dan gejala ikhterus6. Menjelaskan penilaian secara klinis ikhterus7. Menjelaskan komplikasi ikhterus8. Menjelaskan pemeriksaan yang dapat dilakukan pada ikhterus9. Menjelaskan penatalaksanaan ikhterus

1.4 Sistematika PenulisanMakalah ini disusun secara sistematika terdiri dari :BAB I : PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang1.2 Rumusan Masalah1.3 Tujuan Penulisan1.4 Sistematika PenulisanBAB II: TINJAUAN TEORI2.1 Konsep Ikhterus Neonatorum2.2 Konsep Menejemen Asuhan KebidananBAB III: PENUTUP3.1 Kesimpulan dan saranDAFTAR PUSTAKA

BAB IITINJAUANTEORI

2.1 Konsep Ikhterus Neonatorum2.1.1 Pengertian IkhterusIkhterus neonatorum adalah menguningnya sklera, kulit, atau jaringan lain akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh. Keadaan ini merupakan tanda penting penyakit hati atau kelainan fungsi hati, saluran empedu dan penyakit darah. Bila kadar bilirubin darah melebihi 2 mg%, maka ikhterus akan terlihat. Namun pada neonatus ikhterus masih belum terlihat meskipun kadar bilirubin darah sudah melampaui 5 mg%. ikhterus terjadi karena peninggian kadar bilirubin indirect (unconjugated) dan kadar bilirubin direct (conjugated). Bilirubin indirect akan mudah melewati darah otak apabila bayi terdapat keadaan berat badan lahir rendah, hipoksia dan hipoglikemia (Markum H, 2005).Ikhterus neonatorum adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa oleh karena adanya bilirubin pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikhterus neonatorum ialah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir.Ikhterus neonatorum ialah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir yang terbagi menjadi ikhterus fisiologi dan ikhterus patologi.Ikhterus disebabkan hemolisis darah janin dan selanjutnya diganti menjadi darah dewasa. Pada janin menjelang persalinan terdapat kombinasi antara darah janin dan darah dewasa yang mampu menarik O2dari udara dan mengeluarkan CO2melalui paru-paru. Pengahncuran darah janin inilah yang menyebabkan terjadi icterus yang sifatnya fisiologis. Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa kadar bilirubin indirek bayi cukup bulan sekitar 15 mg % sedangkan bayi cukup bulan 10 mg %. Di atas angka tersebut dianggap hiperbilirubinemia, yang dapat membedakan kernikhterus. (Manuaba, 2010)Kernikhterus adalah suatu sindroma neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan bilirubin tak terkonyugasi dalam sel-sel otak. Bahaya yang timbul pada bayi yang menderita penyakit eritroblastosis foetalis berhubungan langsung dengan kadar bilirubin serum. Mungkin hal ini sama untuk bayi yang mengalami hiperbilirubinemia, apapun penyebabnya (Nelson, 1988)

2.1.2Macam-macamIkhterusMacam-macam ikhterusmenurut Ngastiyah (2005) adalah sebagai berikut:1.Ikhterus FisiologiIkhterus Fisiologi adalah ikhterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga yang mempunyai dasar patologik, kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan, atau mempunyai potensi menjadi kern-ikhterus dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikhterus ini biasanya menghilang pada akhir minggu pertama atau selambat-lambatnya 10 hari pertama.Ikhterus dikatakan Fisiologis bila :1. Timbul pada hari kedua sampai ketiga kelahiran.2.Kadar bilirubin indirek sesudah 2-24 jam tidak melewati 12 mg % pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada neonatus kurang bulan.3.Kecepatan peninakatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg % perhari.4.Ikhterus menghilang pada 10 hari pertama5.Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik (kern ikhterus)6.Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.

2.Ikhterus PatologikIkhterus Patologik adalah ikhterus yang mempunyai dasar patologik atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Dasar patologik ini misalnya, jenis bilirubin, saat timbulnya dan menghilangnya ikhterus dan penyebabnya.Menurut Ngastiyah (2005)Ikhterus dikatakan Patologis bila :1. Ikhterus terjadi dalam 24 jam pertama2. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan.3. Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% perhari.4. Ikhterus menetap 10 mg % pada neonatus cukup bulan dan 14 mg % pada neonatus kurang bulan.5. Kadar bilirubin direct melebihi 1 mg%.6. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik.

2.1.3Etiologidan Faktor Resiko1. EtiologiEtiologi ikhterus pada neonatus dapat berdiri sendiri atau disebabkan oleh beberapa faktormenurut (Ngastiyah, 2005):1) Produksi yang berlebihan Golongan darah Ibu - bayi tidak sesuai Hematoma, memar Spheratisosis kongental Enzim G6PD rendah2) Gangguan konjugasi hepar Enzim glukoronil tranferasi belum adekuat (prematur)3) Gangguan transportasi Albumin rendah Ikatan kompetitif dengan albumin Kemampuan mengikat albumin rendah4) Gangguan ekresi Obstruksi saluran empedu Obstruksi usus Obstruksi pre hepatik2. Faktor Resiko IkhterusPeningkatan kadar bilirubin yang berlebih (ikhterus nonfisiologis) menurut Moeslichan (2004) dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dibawah ini :a) Faktor Maternal1) Rasatau kelompok etnik tertentu.2) Komplikasi dalam kehamilan (DM, inkontambilitas ABO, Rh)3) Penggunakan oksitosin dalam larutan hipotonik.4) ASI5) Mengonsumsi jamu-jamuanb) Faktor perinatal1) Trauma lahir (chepalhematom, ekamosis)2) Infeksi (bakteri, virus, protozoa)c) Faktor Neonatus1) Prematuritas2) Faktor genetik3) Obat (Streptomisin, kloramfenikol, benzylalkohol, sulfisoxazol)4) Rendahnya asupan ASI (dalam sehari min. 8 kali sehari)5) Hipoglikemia6) Hiperbilirubinemia

Faktor yang berhubungan dengan ikhterus menurut Prawihardjo (2005) :1. Usia Ibu2. Tingkat pendidikan3. Tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan bayi ikhterus4. Riwayat kesehatan Ibu5. Masa gestasi6. Jenis persalinan7. Inkomtabilitas Rhesus8. Inkomtabilitas ABO9. Berat badan lahir10. Asfiksia11. Prematur12. APGAR score13. Asupan ASI14. Terpapar sinar matahari

2.1.4 PatofisiologiPeningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang terlalu berlebihan, hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit polisitema, memendeknya umur eritrosit jalan/bayi. Meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik.Gangguan ambilan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi bila kadar protein Y berkurang atau gangguan pada keadaan protein Y dan protein Z terikat oleh anion lain dan pada gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim glukoranil transperase) atau bayi yang menderita gangguan ekskresi. (Alimul Aziz, 2005)

2.1.5 Tanda dan Gejala1.Tanda-TandaTanda dan gejala yang timbul dari ikhterus menurut Surasmi (2003) yaitu :a. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putarb. Letargis (lemas)c. Kejangd. Tidak mau menghisape. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mentalf. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot, episiototonus, kejang, stenosis yang disertai ketegangan ototg. Perut membuncith. Pembesaran pada hatii. Feses berwarna seperti dempulj. Tampak ikhterus: sclera, kuku, kulit dan membrane mukosa.k. Muntah, anoreksia, fatigue, warna urin gelap, warna tinja gelap.2.GejalaGejala menurut Surasmi (2003) gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi :a.Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernicterus pada neonatus adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.b.Gejala kronik : tangisan yang melenking (high pitch cry) meliputi hipertonus dan opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis, gangguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan dysplasia dentalis).Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :a.Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan bayi pada saat kelahiran.b.Bila ibu mempunyai golongan darah O dianjurkan untuk menyimpan darah tali pusat pada setiap persalinan untuk pemeriksaan lanjutan yang dibutuhkan.c.Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan ikhterus pada 24 jam pertama kelahiran.

2.1.5PenilaianPenilaian ikhterus secara klinis dengan menggunakan rumus KRAMER(Sri agung Lestari, 2009) :DerajatLuas IkhterusKadar bilirubin (mg%)

1Kepala dan leher5

2Daerah 1 dan badan bagian atas9

3Daerah 1,2 + badan bagian bawah dan tungkai11

4Daerah 1,2,3 dan lengan dan kaki di bawah dengkul12

5Daerah 1,2,3,4 + tangan dan kaki16

2.1.6Komplikasi (Kern Ikhterus)Kernikhterus adalah suatu sindroma neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan bilirubin tak terkonyugasi dalam sel-sel otak. Bahaya yang timbul pada bayi yang menderita penyakit eritroblastosis foetalis berhubungan langsung dengan kadar bilirubin serum. Mungkin hal ini sama untuk bayi yang mengalami hiperbilirubinemia, apapun penyebabnya. Kadar bilirubin indirek atau bilirubin bebas darah yang tepat, yang bila dilewati bersifat toksik terhadap bayi, tidak dapat diramalkan (Nelson, 1988).Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikhterus biasanya mulai timbul 2-5 hari setelah kelahiran bayi aterm dan sampai hari ke 7 pada bayi prematur, tetapi hiperbilirubinemia dapat menimbulkan sindroma setiap saat selama periode neonatus dan sangat jarang selama masa anak-anak lanjut. Tanda-tanda dini mungkin sangat ringan dan tidak dapat dibedakan dari tanda-tanda akibat sepsis, asfiksia, hipoglikemia, perdarahan intracranial, dan penyakit sistemik akut lain yang terdapat pada bayi neonatus. Letargi, nafsu makan buruk dan hilangnya refleks moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim ditemukan. Selanjutnya bayi kelihatan sakit berat dan melemah badannya, disertai penurunan refleks tendon dan timbulnya kesulitan pernapasan. Opistotonus, yang disertai dengan fontanela yang membonjol, kedutan pada wajah dan anggota gerak dan tangisan yang melengking tinggi. Pada kasus yang lanjut akan timbul kejang-kejang dan spasme, dengan bayi merentangkan lengan, disertai ekstensi dan endorotasi lengandan tangan dikepalkan. Kekauan jarang ditemukan pada tingkat lanjut ini (Nelson, 1988).2.1.7Pemeriksaan diagnostik1. Pemeriksaan bilirubin serumPada bayi yang cukup bulan billirubin mencapai puncak kira-kira 6 mg/dl, antara 2 dan 4 hari kehidupan. Apabila nilainya diatas 10 mg/dl, tidak fisiologis. Pada bayi dengan premature kadar billirubin mencapai puncaknya 10-12 mg/dl antara 5-7 hari kehidupan. Kadar bilirubin yang lebih dari 14 mg/dl adalah tidak fisiologis.Dari brown AK dalam text books of pediatric 1996 : ikhterus fisiologis pada bayi cukup bulan, bilirubin indirek munculnya ikhterus 2-3 hari dan hilang 4-5 hari dengan kadar bilibirum yang mencapai puncak 10-12 mg/dl. Sedangkan pada bayi dengan premature, bilirubin indirek muncul 3-4 hari dan hilang 7-9 hari dengan bilirubin mencapai puncak 15 mg/dl/ hari. Pada ikhterus patologis meningkatnya bilirubin lebih dari 5 mg/dl/hari dan kadar bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl. Dari Maisetes 1994 dalam Whaley dan wong 1999 : Meningkatnya kadar serum total lebih dari 12-13 mg/dl.2. Golongan darah ibu dan bayi untuk mengetahui golongan darah ABo dan Tipe Rh terhadap kemungkinan inkompabilitas (Buku Ajar Bidan-Diane Fraser, 2009)3. Hitung darah lengkapHb mungkin rendah (1500 g :1) Hari 1: 60cc/kgBB/hari2) Hari 2: 80cc/kgBB/hari3) Hari 3: 100cc/kgBB/hari4) Hari 4: 120cc/kgBB/hari5) Hari 5: 150cc/kgBB/hari Eliminasi: untuk mengetahui apakah pola eliminasi klien teratur/tidak.Miksi:Kemungkinan warna urine gelap pekat- hitam kecoklatanMekonium/feces:Kemungkinan lunak dan berwarna coklat kehijauan Aktifitas: Bayi dapat bergerak aktif (ikhterus fisiologis), bayi lemah dan kurang bergerak aktif (ikhterus patologis)B. Data Objektifa. Pemeriksaan UmumKeadaan umum: cukup lemahKesadaran: composmentis/apatis/somnolenTTV:Suhu: pada bayi ikhterus suhu tubuh tidak stabil karena hipotermi/hipertermi (suhu normal ( 36,5-37C)RR: normal 40-60x / menitNadi: normal 100-160x /menitBBL: pada bayi ikhterus biasanya BB turunb. Pemeriksaan fisik1. Inspeksia) Kepala:Dilihat besar, bentuk, molding, sutura, adakah caput ikhterus terjadi pada pendarahan intra kranial/ sefal hematom (sebagai faktor resiko perinatal ikhterus) Muka: pucat, warna kulit muka kuning Mata:sklera kuning, konjungtiva pucat Telinga: warna pucat kekuningan Mulut: mukosa kering, bibir pucat Hidung: Ada sumbatan atau kelainan lain seperti cuping hidung/tidak, warna kulit kuning Leher: warna kulit leher kuning Dada: pernafasan spontan/ tidak, warna kulit dada kuningb) Tali pusat dan abdomen :Apakah ada tanda-tanda infeksi/ tidak, warna kulit abdomen kuningc) Genitalia : Pada bayi laki-laki testis sudah menurun/ belum dan terdapat lubang uretra/ tidak pada bayi perempuan labia rnayora telah menutupi labia minora/ belum, Lubang vagina ada/ tidakd) Anus: Ada/ tidaknya lubang anuse) Reflek Neurologis : 1. Mencari (rooting): lemah2. Menghisap (sucking): lemah3. Menelan: lemah4. Moro: lemahR/ : penyimpangan reflek tersebut menimbulkan ketidak adekuatan masukan nutrien.f) Ekstremitas: warna kuku pucat,kulit dan kaki kekuningan2. PalpasiKepala: Teraba benjolan abnormal/tidak(sebagai faktor resiko perinatal ikhterus)Abdomen: pada ikhterus terdapat pembesaran limfe dan heparIntegumen: turgor kulit baik/ tidak.

3. AuskultasiDada: Terdengar bunyi ronchi/ wheezing/ tidak,detak jantung teratur/ tidakAbdomen: Terdengar bising usus/ tidak

Pemeriksaan Penunjang1. Bilirubin totalR/: Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5 mg/dl yang mungkin dihubungkan dengan sepsis. Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi 5mg/dl dalam 24 jam atau tidak boleh lebih dari 20mg/dl pada bayi cukup bulan atau 1,5 mg/dl pada bayi praterm tergantung berat badan. 2. Hitung darah lengkapR/: Hb mungkin rendah (