ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BY. NY...

87
i ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BY. NY. S DENGAN IKTERUS NEONATORUM DERAJAT II DI RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Akhir Pendidikan D III Kebidanan Disusun Oleh: PRENI YUNITASARI NIM BII 042 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014

Transcript of ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BY. NY...

i

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BY. NY. S

DENGAN IKTERUS NEONATORUM DERAJAT II

DI RSUD Dr. MOEWARDI

TAHUN 2014

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Akhir

Pendidikan D III Kebidanan

Disusun Oleh:

PRENI YUNITASARI

NIM BII 042

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

ii

iii

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada By.

Ny. S dengan Ikterus Neonatorum Derajat II di RSUD Dr. Moewardi Tahun

2014”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas

akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi DIII Kebidanan

STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai

pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena

itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta.

2. Ibu Retno Wulandari, SST, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan

STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Ernawati, SST, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu

untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

4. Bapak Bambang Sugeng Wijonarko, selaku Kepala Bagian Pendidikan dan

Penelitian RSUD Dr. Moewardi Surakarta, yang telah bersedia memberi ijin

pada penulis dalam pengambilan data.

5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada

Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.

v

6. Ny. S yang telah bersedia menjadi responden dalam studi kasus untuk Karya

Tulis Ilmiah.

7. Bagian perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh

referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis membuka saran demi kemajuan studi kasus selanjutnya.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juni 2014

Penulis

vi

Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta

Karya Tulis ilmiah, Juni 2014

Preni Yunitasari

B11.042

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BY. NY. S

DENGAN IKTERUS NEONATORUM DERAJAT II

DI RSUD Dr. MOEWARDI

TAHUN 2014

(xiii + 72 halaman + 1 gambar + 4 tabel + 13 lampiran)

INTISARI

Latar Belakang : Angka Kematian Bayi (AKB) 34/1000 kelahiran hidup, terjadi

stagnasi yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup. Studxi pendahuluan dari rekam medik

di RSUD Dr.Moewardi Surakarta pada bulan Januari sampai Oktober tahun 2013

jumlah bayi baru lahir sebanyak 2593 bayi, 1984 (76,51%) bayi lahir normal, 329

(12,68%) berat badan lahir rendah (BBLR), 274 (10,56%) bayi dengan ikterus,

postmatur 4 (0,15%), bayi dengan kelainan kongenital 2 (0,07%). Dari 329 bayi,

BBLR dengan asfiksia sebanyak 78 (3,00%), tanpa komplikasi sebanyak 251

(9,67%).

Tujuan : Untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan

pengalaman nyata penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru

lahir dengan ikterik derajat II melalui pendekatan manajemen kebidanan 7

langkah Varney. Penulis mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus

Bayi Baru Lahir dengan ikterus derajat II termasuk faktor pendukung dan

penghambat. Penulis mampu member alternatif pemecahan masalah pada Bayi

Baru Lahir dengan ikterus derajat II.

Metode : Penyusunan Karya Tulis Ilmiah menggunakan metode deskriptif dengan

studi kasus, dilakukan di RSUD Dr. Moewardi subyek studi kasus adalah By. Ny.

S dengan ikterus derajat II dan dilaksanakan pada tanggal 24 - 28 April 2014

dengan menggunakan format asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan 7 langkah.

Teknik pengumpulan data Data Primer, Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi,

Perkusi), Wawancara, Observasi, Data Sekunder (Studi dokumentasi, Studi

kepustakaan).

Hasil : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 5 hari yaitu dengan asuhan

memeriksa keadaan umum, memeriksa ikterik, pemberian ASI yang adekuat,

pemeriksaan laboratorium kadar bilirubin, sehingga didapatkan hasil keadaan

umum baik, kesadaran composmentis, kadar bilirubin turun, bayi dapat menyusu

dengan baik, berat badan naik.

Kesimpulan : Dari asuhan kebidanan 7 langkah varney terjadi kesenjangan antara

teori dan praktek dilapangan, yaitu pada antisipasi tidak dilakukan tranfusi darah,

pada perencanaan dan pelaksanaan tidak dilakukan kolaborasi dengan dokter

spesialis anak untuk melakukan terapi selanjutnya yaitu terapi sinar dan tranfusi

tukar karena kadar bilirubin bayi sudah turun tanpa dilakukan terapi sinar dan

tranfusi tukar.

Kata Kunci : Asuhan kebidanan, bayi baru lahir, Ikterus derajat II.

Kepustakaan : 32 literatur (2003-2012).

vii

MOTTO

1. Jangan pernah menuruti rasa malasmu, karena itu tidak akan membuat

hidupmu maju. (Penulis)

2. Kebahagiaan yang sejati adalah kebahagian yang didapat dengan

perjuangan, kerja keras dan do’a. (Penulis)

3. Allah merahasiakan masa depan, untuk menguji kita agar berprasangka

baik , berusaha yang terbaik serta bersyukur dan bersabar. (Penulis)

4. La tahzan, Innalaha ma’ana. (Penulis)

PERSEMBAHAN

Dengan segala rendah hati, Karya Tulis Ilmiah ini

penulis persembahkan:

1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan

kemudahan dan keajaiban disetiap kesulitan yang

saya hadapi.

2. Kepada Ayah Eko Ardianto dan Mama yang amat

saya cintai dan yang selalu memberikan segalanya

untukku.

3. Kepada kedua adikku Wiwin Diah Ayu Agus Tina

dan Risky Gian Rahmat yang selalu menjadi

penghibur hatiku dikala rasa jenuh dan letih

melandaku.

4. Kepada sahabat-sahabatku Nurroisida, Rahayu

Sukma Asih, Tria Ardianti yang selalu

menghadirkan tawa dan menjadi kado terindah

dimasa-masa kuliahku.

5. Kepada Kekasihku tersayang yang selalu

memberikan doa dan dukungannya.

6. Almamater tercinta.

viii

CURICULUM VITAE

Nama : Preni Yunitasari

Tempat / Tanggal Lahir : Ternate, 21 Juni 1994

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Randu Kuning RT 05/01, Krebet, Masaran, Sragen

Riwayat Pendidikan :

1. SD N Krebet 1, Sragen LULUS TAHUN 2005

2. SMP N 1 Masaran, Sragen LULUS TAHUN 2008

3. SMA N 1 Galela, Halmahera Utara LULUS TAHUN 2011

4. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2011

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv

INTISARI ............................................................................................................ vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii

CURICULUM VITAE ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi

DAFTAR TABEL................................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ..................................................................... 3

C. Tujuan Studi Kasus ...................................................................... 3

D. Manfaat Studi Kasus .................................................................... 5

E. Keaslian Studi Kasus.................................................................... 5

F. Sistematika Penulisan................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis .................................................................................. 9

B. Teori Manajemen Kebidanan ....................................................... 19

x

C. Landasan Hukum ......................................................................... 34

BAB III METODOLOGI STUDI KASUS

A. Jenis Studi Kasus..................................................................... 35

B. Lokasi Studi Kasus .................................................................. 35

C. Subjek Studi Kasus ................................................................. 35

D. Waktu Studi Kasus .................................................................. 36

E. Instrumen Studi Kasus ............................................................ 36

F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 36

G. Alat-Alat Yang Dibutuhkan .................................................... 39

H. Jadwal Penelitian ..................................................................... 40

BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus ....................................................................... 41

B. Pembahasan ............................................................................ 64

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 69

B. Saran ....................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi

DAFTAR GAMBAR

Pembagian derajat ikterik dan daerah kulit bayi yang berwarna kuning untuk

penerapan rumus kramer .................................................................................. 16

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rumus Kramer ................................................................................. 17

Table 2.2 Pedoman Pengelolaan Ikterus .......................................................... 18

Tabel 4.1 Apgar Score By. Ny. S ..................................................................... 45

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium ..................................................... 48

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penyusunan KTI

Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan

Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan

Lampiran 6. Lembar Surat Permohonan Menjadi Pasien

Lampiran 7. Lembar Persetujuan Pasien dalam pengambilan kasus

Lampiran 8. Lembar Observasi

Lampiran 9. Satuan Acara Penyuluhan Tentang ASI Eksklusif

Lampiran 10. Leaflet ASI Eksklusif

Lampiran 11. Satuan Acara Penyuluhan Cara Menyusui Yang Benar

Lampiran 12. Leaflet Cara Menyusui Yang Benar

Lampiran 13. Lembar Konsultasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Angka kematian neonatal adalah kematian bayi yang lahir hidup

dalam minggu pertama setelah kelahiran hidup (Manuaba, 2007). Angka

Kematian Bayi (AKB) 32 per 1000 kelahiran hidup, dan kematian balita

40 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Angka Kematian Bayi (AKB)

merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat

kesehatan masyarakat. Anak-anak terutama bayi lebih rentan terhadap

penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat, oleh karena itu tujuan

keempat MDGs adalah menurunkan angka kematian bayi menjadi 23 per

1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Prasetyawati, 2012).

Angka Kematian Bayi di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012

sebesar 10,75/1000 kelahiran hidup, meningkat bila dibandingkan dengan

tahun 2011 sebesar 10,34/1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di

Surakarta sebesar 5,33/1000 kelahiran hidup. AKB menggambarkan

tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor

penyebab kematian bayi yaitu tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu

hamil, tingkat kebersihan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan

dan sosial ekonomi (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2012).

Keadaan bayi sangat bergantung pada pertumbuhan janin di dalam

uterus, kualitas pengawasan antenatal, penanganan dan perawatan setelah

2

lahir. Penanggulangan bayi tergantung pada keadaannya apa dia normal

atau tidak. Diantara bayi yang normal ada yang membutuhkan pertolongan

medik segera seperti bayi baru lahir dengan asfiksia, perdarahan, ikterik

(Winkjosastro, 2010).

Ikterik disebabkan adanya warna kuning pada kulit, konjungtiva,

dan mukosa akibat penumpukan bilirubin (Mansjoer,2008). Ikterik pada

bayi baru lahir terdapat pada 25-50 % neonatus cukup bulan dan lebih

tinggi lagi pada neonatus kurang bulan. Ikterik pada bayi baru lahir dapat

merupakan suatu gejala fisiologis atau dapat merupakan hal yang

patologis, misalnya pada inkompatibilitas rhesus dan ABO sepsis,

penyumbatan saluran empedu dan sebagainya (Sarwono,2008).

Kematian perinatal pada bayi baru lahir dengan ikterus adalah

jumlah bayi lahir-mati dan kematian bayi dalam tujuh hari pertama

sesudah lahir (early neonatal) yang terjadi dari masa kehamilan ibu 28

minggu atau lebih. Adapun angka kematian perinatal adalah jumlah lahir

mati (umur bayi 0-7 hari) perjumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama

dikali 1000 (Winkjosastro,2006).

Studi pendahuluan dari rekam medik di RSUD Dr.Moewardi

Surakarta pada bulan Januari sampai Oktober tahun 2013 jumlah bayi baru

lahir sebanyak 2593 bayi, 1984 (76,51%) bayi lahir normal, 329 (12,68%)

berat badan lahir rendah (BBLR), 274 (10,56%) bayi dengan ikterus,

postmatur 4 (0,15%), bayi dengan kelainan kongenital 2 (0,07%). Dari 329

3

bayi, BBLR dengan asfiksia sebanyak 78 (3,00%), tanpa komplikasi

sebanyak 251 (9,67%).

Dari studi pendahuluan ini penulis tertarik membuat Karya Tulis

Ilmiah dengan judul “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada By. Ny. S

dengan Ikterus Neonatorum derajat II di RSUD Dr.Moewardi”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan

“Bagaimana Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada By. Ny. S dengan

Ikterus Neonatorum derajat II di RSUD Dr.Moewardi?”

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, dan

pengalaman nyata penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan bayi

baru lahir pada By. Ny. S dengan Ikterus neonatorum derajat II melalui

pendekatan manajemen 7 langkah varney.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu

1) Melakukan pengkajian pada Bayi Baru Lahir By. Ny. S dengan

ikterus derajat II.

4

2) Menginterpretasikan data serta menemukan diagnosa

kebidanan, masalah dan kebutuhan pada Bayi Baru Lahir By.

Ny. S dengan ikterus derajat II.

3) Mengidentifikasikan diagnosa potensial pada Bayi Baru Lahir

By. Ny. S dengan ikterus derajat II.

4) Melakukan antisipasi atau tindakan segera pada Bayi Baru

Lahir By. Ny. S dengan ikterus derajat II.

5) Mengidentifikasi rencana tindakan asuhan kebidanan atau

intervensi pada Bayi Baru Lahir By. Ny. S dengan ikterus

derajat II.

6) Menerapkan rencana tindakan yang telah disusun dalam bentuk

pelaksanaan tindakan pada Bayi Baru Lahir By. Ny. S dengan

ikterus derajat II.

7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir

By. Ny. S dengan ikterus derajat II.

b. Penulis mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus

Bayi Baru Lahir pada By. Ny. S dengan ikterus derajat II termasuk

faktor pendukung dan penghambat.

c. Penulis mampu memberi alternatif pemecahan masalah pada Bayi

Baru Lahir pada By. Ny. S dengan ikterus derajat II.

5

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Diri Sendiri

Untuk mendapatkan pengetahuan,wawasan, dan keterampilan penulis

dalam mengatasi dan melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi

dengan Ikterus derajat II serta mendapatkan pengalaman yang nyata

dalam penanganan kasus pada bayi dengan Ikterus derajat II.

2. Bagi Profesi

Dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan asuhan

kebidanan pada bayi dengan ikterus derajat II.

3. Bagi Institusi

a. Rumah Sakit

Sebagai pedoman untuk meningkatkan mutu pelayanan Asuhan

Kebidanan pada bayi dengan ikterus derajat II.

b. Pendidikan

Sebagai tambahan / menambah referensi tentang asuhan kebidanan

pada bayi dengan ikterus derajat II.

E. Keaslian Studi Kasus

1. Tiana Mustika (2010), dengan judul “ Asuhan Kebidanan pada Bayi

Baru Lahir dengan Ikterik Neonatorum derajat II di RS Panti Waluyo

Surakarta” dengan hasil asuhan selama 5 hari tindakan pemberian ASI

yang cukup, observasi keadaan umum bayi, penjemuran bayi dengan

sinar matahari pada pukul 07.30 WIB, kolaborasi dengan dokter

6

spesialis anak untuk pemberian terapi, didapat kadar bilirubin turun

dari 9 mg % menjadi 5 mg % dan keadaan umum bayi baik.

2. Fitria Kurnia Sari Wulaningrum (2008), dengan judul “ Asuhan

Kebidanan pada bayi Ny.S dengan Ikterik derajat II di RSU Assalam

Gemolong” dengan hasil asuhan selama 6 hari dengan tindakan

pemberian ASI / PASI 10 cc tiap 3 jam, observasi suhu incubator

32°C, Pemberian infus microdrip 7 tetes/menit, memberikan program

terapi injeksi ( kalmetason 3 x 0,5 mg, Aminopheline 3 x 0,25 mg tiap

8 jam dan kalfoxim 2 x 40 mg tiap 12 jam secara IV), member rasa

nyaman pada bayi dengan memenuhi seluruh kebutuhan,

mengobservasi keadaan umum, keadaan bayi lebih baik dan bayi tidak

rewel. Di dapat kadar bilirubin menurun dari 10 mg% menjadi 3 mg%.

Perbedaan studi kasus terdahulu dengan yang sekarang yaitu

pada tempat, subyek, waktu, terapi dan asuhan studi kasus sedangkan

persamaan studi kasus yang terdahulu dengan yang sekarang pada

judulnya.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 5 BAB, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang, perumusan

masalah, tujuan studi kasus, manfaat studi kasus, keaslian

studi kasus, serta sistematika penulisan.

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi teori medis ikterik meliputi : pengertian,

etiologi, patofisiologi, manisfestasi klinis, penilaian,

penatalaksanaan dan teori manajemen kebidanan menurut 7

langkah Varney meliputi : pengkajian data, interprestasi

data, diagnosa potensial, antisipasi, rencana tindakan,

pelaksanaan, evaluasi, serta data perkembangan melalui

SOAP pada kasus Bayi Baru Lahir dengan Ikterus Derajat

II, landasan hukum.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi jenis studi kasus, lokasi studi kasus, subyek

studi kasus, waktu studi kasus, instrument studi kasus,

teknik pengumpulan data dan alat-alat yang dibutuhkan,

jadwal penelitian.

BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang tinjauan kasus asuhan kebidanan

pada By. Ny. S dengan Ikterus derajat II secara nyata sesuai

dengan manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney

yang dimulai dari pengkajian sampai evaluasi dan data

perkembangan menurut SOAP. Sedangkan pembahasan

kasus penulis menjelaskan tentang masalah – masalah

antara teori dan kasus yang penulis temukan di lapangan.

8

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang

disampaikan oleh penulis.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI MEDIS

1. Bayi baru lahir (BBL)

a. Definisi

1) Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi usia 0 – 28 hari

(Kemenkes, 2010; h.34)

2) Bayi baru lahir adalah bayi dalam usia bulan pertama

kehidupan

( Saifuddin, 2004)

3) Bayi cukup bulan (term infant) adalah bayi dengan usia gestasi

37 minggu sampai dengan 42 minggu (259-294 hari)

(Wafi, 2010)

b. Ciri – ciri bayi normal

Menurut straight (2005), ciri bayi normal adalah :

1) Berat badan 2500 – 4000 gram

2) Panjang badan lahir 48 – 52 cm

3) Lingkar dada 30 – 38 cm

4) Lingkar kepala 33 – 35 cm

5) Genetalia pada laki-laki testis sudah turun berada dalam

skrotum, sedangkan pada perempuan labia mayora sudah

menutupi labia minora

10

6) Kriteria neurologik neonatus normal

7) Eliminasi baik urine dan mekonium yang keluar dalam 24 jam

pertama berwarna hitam kecoklatan seperti pasta.

c. Klasifikasi bayi baru lahir

Menurut Winkjosastro (2007), klasifikasi bayi baru lahir menurut

usia gestasi yaitu :

1) Premature : Kurang dari 37 minggu lengkap (kurang

dari 259 hari)

2) Matur : Mulai dari 37 minggu sampai kurang dari

42 minggu lengkap (259 hari sampai 293

hari)

3) Postmature : 42 minggu lengkap atau lebih (294 hari

atau lebih)

2. Bayi baru lahir dengan ikterus derajat II

a. Pengertian

1) Ikterus adalah warna kuning yang dapat terlihat sklera mata,

mukosa, dan kulit atau organ lain. Ini menunjukan adanya

peningkatan kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya

lebih dari normal (Suriadi & Rita, 2010).

2) Ikterus adalah pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva, mukosa,

yang terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah.

Klinis ikterus tampak bila kadar bilirubin dalam serum adalah ≥

5 mg/dL (Depkes RI, 2007).

11

3) Ikterus derajat II adalah warna kuning yang dapat terlihat pada

sklera, selaput lendir, kulit atau pada kepala sampai pada

umbilicus akibat penumpukan billirubin dengan kadar bilirubin

9 mg/dL (Marmi, 2012).

4) Ikterus derajat II adalah warna kuning yang terdapat pada

bagian kepala, leher sampai umbilicus (Wafi, 2010).

5) Ikterus derajat II yaitu kuningnya warna kulit, pada daerah

kepala, leher dan badan bagian atas denan kadar bilirubin

9mg/dL (Prawiroharjo, 2006).

Menurut Saifuddin (2006) , ikterik ada 2 macam yaitu :

1) Ikterik fisiologis ialah :

a) Ikterik yang timbul pada hari kedua dan ketiga

b) Tidak mempunyai dasar patologis.

c) Kadarnya tidak melampaui kadar yang membahayakan.

d) Tidak mempunyai potensi menjadi kern-icterus

e) Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi Ikterik

baru dapat dikatakan fisiologis apabila sesudah pengamatan

dan pemeriksaan selanjutnya tidak menunjukkan dasar

patologis dan tidak mempunyai potensi berkembang

menjadi kern-icterus. Ken-icterus (ensefalopati biliaris)

ialah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin

indirek pada otak.

12

2) Ikterik Patologis

a) Ikterik yang terjadi pada 24 jam pertama setelah lahir

b) Peningkatan kadar bilirubin serum sebanyak 5 mg/dl atau

lebih setiap 24 jam

c) Ikterik yang disertai :

a) Berat lahir < 2.000 gram

b) Masa gestasi < 36 minggu

c) Asfiksia, hipoksia, sindrom gawat panas pada neonatus

d) Infeksi

e) Trauma lahir pada kepala

f) Hipoglikemia, hiperkarbia

g) Hiperosmolaritas darah

h) Proses hemolisis (inkomtabilitas darah,defisiensi

G6PD,atau sepsis)

d) Ikterik klinik yang menetap setelah bayi berusia > 8 hari

b. Etiologi

Menurut Mansjoer (2008), Etiologi ikterik adalah :

1) Produksi kadar bilirubin yang berlebihan

2) Gangguan pengambilan dan pengangkutan bilirubin dalam

Hepatosit

3) Gagalnya proses konjugasi dalam mikrosom hepar

4) Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver

(karena infeksi atau kerusakan sel liver)

13

5) Peningkatan reabsorpsi dari saluran cerna (siklus

enterohepatik)

c. Patofisiologi Ikterik

Menurut Suriadi & Rita (2010), Patofisiologi ikterik adalah :

1) Pigmen kuning ditemukan dalam empedu yang berbentuk dari

pemecahan hemoglobin oleh kerja heme oksigenase, biliverdin

reduktase, dan agen pereduksi nonenzimatik dalam system

retikuloendotelial.

2) Setelah pemecahan hemoglobin, bilirubin tak terkonjugasi

diambil oleh protein intraseluler “Y protein” dlam hati.

Pengambilan tergantung pada aliran darah hepatik dan adanya

ikatan protein.

3) Bilirubin yang tak terkonjugasi yang larut dalam hati diubah

atau terkonjugasi oleh enzim asam uridin difosfoglukuronat

uridin diphosphoglucuronic acid (UPGA) glukuronil

transferase menjadi bilirubin mono dab glucuronida yang polar,

larut dalam air.

4) Bilirubin terkonjugasi yang larut dalam air dapat dieliminasi

melalui ginjal. Dengan konjugasi, bilirubin masuk dalam

empedu melalui membrane kanalikular. Kemudian ke system

gastrointestinal dengan diaktifkan oleh bakteri menjadi

urobilinogen dalam tinja dan urine. Beberapa bilirubin

diabsorbsi kembali melalui sirkulasi enterohepatik.

14

5) Warna kuning dalam kulit akibat dari akumulasi pigmen

bilirubin yang larut lemak, tak terkonjugasi, nonpolar (bereaksi

indirek).

6) Pada bayi dengan ikterik kemungkinan merupakan hasil dari

defisiensi atau tidak aktifnya glukuronil transferase. Rendahnya

pengambilan dalam hepatik kemungkinan karena penurunan

protein hepatik sejalan dengan penurunan aliran darah hepatik.

7) Warna kuning yang terkait dengan pemberian ASI merupakan

hasil dari hambatan kerja glikuronil transferase oleh

pregnanediol atau asam lemak bebas yang terdapat dalam ASI.

Terjadi 4 sampai 7 hari setelah lahir. Dimana terdapat kenaikan

bilirubin tak terkonjugasi dengan kadar 25 sampai 30 mg/dl

selama minggu ke 2 sampai 3. Biasanya dapat mencapai usia 4

minggu dan menurun 10 minggu. Jika pemberian dilanjutkan,

ikterik akan menurun berangsur –angsur dapat menetap selama

3 sampai 10 minggu pada kadar yang lebih rendah. Jika

pemberian ASI dihentikan, kadar bilirubin serum akan turun

dengan cepat, biasanya mencapai normal dalam beberapa hari.

Penghentian ASI selama 1 sampai 2 hari dan penggantian ASI

dengan formula mengakibatkan penurunan bilirubin serum

dengan cepat, sesudahnya pemberian ASI dapat dimulai lagi

dan ikterik tidak kembali ke kadar yang tinggi seperti

sebelumnya.

15

8) Bilirubin yang patologis tampak ada kenaikan bilirubin dalam

24 jam pertama kelahiran. Sedangkan untuk bayi dengan

ikterik fisiologis muncul antara 3 sampai 5 hari sesudah lahir.

d. Manifestasi klinis

Menurut Suriadi & Rita (2010), manifestasi klinis ikterik adalah :

1) Tampak ikterik : sclera, kuku,atau kulit dan membrane mukosa.

Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh

penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan

diabetik atau infeksi. Jaundice yang tampak pada hari ke dua

atau ke tiga, dan mencapai puncak pada hari ke tiga sampai hari

ke empat dan menurun pada hari ke lima sampai hari ke tujuh

yang biasanya merupakan jaundice fisiologis.

2) Ikterik adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit

yang cenderung tampak kuning terang atau orange, ikterik pada

tipe obstruksi (bilirubin direk) kulit tampak berwarna kuning

kehijauan atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada

ikterik yang berat.

3) Muntah, anoreksia, fatigue, warna urine gelap, warna tinja

pucat.

e. Penilaian kadar bilirubin

Menurut Prawirohardjo (2006), Penilaian kadar billirubin adalah:

Pengamatan ikterik kadang-kadang agak sulit apalagi dalam cahaya

buatan. Paling baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahari

16

dan dengan menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk

menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi darah. Ada

beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus yang merupakan

resiko terjadinya kern-icterus, misalnya kadar bilirubin bebas;

kadar bilirubin 1 dan 2, atau secara klinis dilakukan di bawah sinar

biaya (day light). Sebaliknya penilaian ikterik dilakukan secara

laboratories, apabila fasilitas tidak memungkinkan dapat dilakukan

secara klinis.

Gambar 2.1

Pembagian derajat ikterik dan daerah kulit bayi yang berwarna kuning untuk

penerapan rumus Kramer (Prawiroharjo, 2006)

17

Tabel 2.1 Rumus Kramer

Daerah (lihat gambar) Luas Ikterus Kadar Bilirubin (mg / dL)

1 Kepala dan leher 5

2 Daerah 1 9

(+)

Badan bagian atas

3 Daerah 1,2 11

(+)

Badan bagian bawah dan

Tungkai

4 Daerah 1,2,3 12

(+)

Lengan dan kaki di

bawah dengkul

5 Daerah 1,2,3 16

(+)

Tangan dan kaki

Sumber : Prawiroharjo, (2006).

f. Penanganan Ikterus derajat II

Penanganan Ikterus derajat II pada bayi baru lahir menurut Varney

(2007), antara lain :

1) Memenuhi kebutuhan atau nutrisi

a) Beri minum sesuai kebutuhan. Karena bayi malas minum,

berikan berulang-ulang, jika tidak mau menghisap dot

berikan pakai sendok. Jika tidak dapat habis berikan

melalui sonde.

b) Perhatikan frekuensi buang air besar, mungkin susu tidak

cocok (jika bukan ASI) mungkin perlu ganti susu.

18

2) Mengenal gejala dini mencegah meningkatnya ikterus

a) Jika bayi terlihat mulai kuning, jemur pada matahari pagi

(sekitar pukul 7 – 8 selama 15 – 30 menit).

b) Periksa darah untuk bilirubin, jika hasilnya masih dibawah

7 mg% ulang esok harinya.

c) Berikan banyak minum.

d) Perhatikan hasil darah bilirubin, jika hasilnya 7 mg% lebih

segera hubungi dokter, bayi perlu terapi.

3) Gangguan rasa aman dan nyaman akibat pengobatan

a) Mengusahakan agar bayi tidak kepanasan atau kedinginan

b) Memelihara kebersihan tempat tidur bayi dan

lingkungannya.

c) Mencegah terjadinya infeksi (memperhatikan cara bekerja

aseptik).

Table 2.2

Pedoman pengelolaan ikterus menurut waktu timbulya dan kadar bilirubin

Bilirubin (mg %) < 24 jam 24 – 48 jam 49 – 72 jam >72 jam

< 5 Pemberian

makanan yang dini

5 – 9 Terapi sinar bila Kalori cukup

Hemolisis

10 – 14 Transfusi tukar* Terapi sinar

Bila hemolisis

15 – 19 Trnsfusi tukar* Transfusi tukar Terapi sinar +

Bila hemolisis

>20 Transfusi tukar +

Sumber : Prawiroharjo, (2006).

19

* Sebelum dan sesudah tranfusi tukar → baru terapi sinar

+ Bila tak berhasil → transfuse tukar

Bil < 5mg% selalu observasi

Bil > 5mg% penyebab ikterus perlu diselidiki ( Prawiroharjo, 2006).

Teradapat perbedaan tatalaksana ikterus pada neonatus cukup bulan dan

neonarus kurang bulan.

B. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah metode pendekatan dengan

menggunakan langkah - langkah pemecahan masalah sehingga

merupakan alur kerja dan pengorganisasian, pemikiran serta langkah-

langkah dalam suau urusan yang logis, yang menguntungkan baik buat

klien maupun bidan (Varney, 2007)

2. Langkah - langkah Asuhan Kebidanan

Dalam studi kasus ini mengacu pada pola fikir Varney karena

metode dan pendekatannya sistematik dan analitik sehingga

memudahkan dalam pengarahan pemecahan masalah terhadap klien.

Proses menurut Hellen Varney ada 7 langkah dimulai dari

pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.

Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut :

Langkah 1 : Pengkajian Data

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

20

klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa,

pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-

tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang

(Varney, 2007).

Proses pengumpulan data mencakup data subyektif dan obyektif

adalah sebagai berikut:

a. Data subyektif

Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat

terhadap suatu situasi informasi tidak dapat ditentukan oleh tenaga

keesehatan secara independent tetapi melalui suatu interaksi atau

komunikasi. (Nursalam, 2007).

1) Biodata menurut Nursalam 2007, meliputi :

a) Nama bayi : Untuk memastikan bahwa yang

diperiksa benar-benar bayi yang

dimaksud.

b) Umur bayi : untuk mengetahui umur bayi yang

nantinya disesuaikan dengan

tindakan yang akan dilakukan.

c) Tanggal/jam/lahir : untuk mengetahui kapan bayi lahir

yang nantinya disesuaikan dengan

tindakan yang akan dilakukan.

d) Berat badan : Untuk mengetahui kesesuaian

antara berat badan umur kehamilan

21

e) Panjang badan : Untuk mengetahui kesesuaian

antara panjang badan dengan umur

kehamilan.

f) Nama Orang tua : Untuk mengetahui nama terang

bayi dari penanggung jawab.

g) Umur Orang tua : Untuk mengetahui berapa umur

orang tua.

h) Agama : Untuk mengetahui kemungkinan

pengaruhnya terhadap kebiasaan

kesehatan pasien.

i) Suku bangsa : Untuk mengetahui faktor bawaan

atau ras.

j) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat

intelektual .

k) Pekerjaan : Mengetahui pengaruh pekerjaan

terhadap masalah pasien.

l) Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal

pasien dan lingkungannya.

b. Keluhan utama waktu masuk

Mengkaji keluhan yang dirasakan pada pasien untuk menentukan

tindakan yang akan dilakukan (Nursalam, 2007). Pada kasus bayi

dengan ikterus derajat II keluhan utama yaitu pada hari ketiga

setelah lahir bayinya terlihat kuning dan bayinya malas minum

22

(Surasmi, 2003).

c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Dikaji untuk megetahui pada tanggal, bulan, tahun berapa anaknya

lahir, tempat pesalinan, umur kelahiran, umur kehamilan, jenis

persalinan, penolong persalianan, penyulit, jenis kelamin, berat

badan lahir, panjang badan lahir, riwayat nifas yang lalu, keadaan

anak sekarang (Prawirohardjo, 2005).

d. Riwayat penyakit

1) Riwayat penyakit sekarang

Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini, apakah pada

keadaan saat ibu hamil menderita sakit flu, batuk dan demam

(Wiknjosastro, 2005).

2) Riwayat penyakit sistemik

Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit sistemik pada ibu

hamil diantaranya jantung, ginjal, asma/TBC, hepatitis,

diabetes melitus, hipertensi, dan epilepsi yang dapat

mempengaruhi kehamilan (Wiknjosastro, 2005).

3) Riwayat penyakit keluarga

Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit menurun dalam

keluarga seperti asma, DM, hipertensi, jantung dan riwayat

penyakit menular seperti TBC dan hepatitis, baik dalam

kelurga ibu maupun ayah yang dapat mempengaruhi kehamilan

(Prawiroharjo, 2005).

23

4) Riwayat keturunan kembar

Dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang

mempunyai riwayat keturunan kembar (Saifuddin, 2004).

5) Riwayat operasi

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah dilakukan tindakan

operasi atau belum, yang sekiranya dapat mengganggu dalam

proses kehamilan ini (Prawirohardjo, 2006).

e. Menurut Prawirohardjo (2010), pemeriksaan fisik bayi melalui data

obyektif

Data obyektif adalah data yang diperoleh dari pengkajian dan

pemeriksaan fisik pasien guna menegakkan diagnose. Pada

pemeriksaan bayi meliputi pemeriksaan sebagai berikut :

1) Pemeriksaan khusus (apgar score), yang dinilai antara lain:

a) Denyut jantung, dengan nilai batas normal adalah 120-

160kali/menit.

b) Pernafasan, dengan nilai batas normal adalah 20-60

kali/menit.

c) Tonus otot, dengan batas normal adalah bayi dapat bergerak

normal dan aktif.

d) Reaksi pengisapan, dengan batas normal adalah dapat

menghisap dengan baik, pada saat menetek atau pada saat

pemeriksaan fisik.

24

e) Warna kulit, dengan nilai batas normal adalah merah muda

dan tidak kebiru-biruan.

2) Pemeriksaan umum yang dikaji adalah :

a) Suhu, dengan nilai batas normal adalah 36°C- 37°C

b) Nadi, dengan nilai batas normal adalah 120 – 160

kali/menit

c) Pernafasan, dengan batas normal adalah 30 – 60 kali/menit

d) Keaktifan, dengan batas normal adalah bayi aktif bergerak.

3) Menurut Alimul (2006), pemeriksaan fisik secara sistematis

Pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis yang dimulai dari

kepala sampai kaki (head to toe).

Pemeriksaan fisik sistematis :

a) Kepala : Ada/tidak caput atau cephal

(Hidayat, 2009). Pada kasus kepala terlihat

kuning (Saifuddin, 2004).

b) Muka : Simetris/tidak simetris / nampak

Kekuningan (Hidayat, 2009). Pada kasus

muka terlihat kuning (Saifuddin, 2004).

c) Mata : Sclera dan conjungtiva normal, nampak

Kekuningan (Hidayat, 2009). Pada kasus

sclera terlihat kuning (Saifuddin, 2004).

d) Telinga : Simetris atau tidak bagian kanan atau kiri

(Hidayat, 2009). Pada kasus telinga terlihat

25

kuning (Saifuddin, 2004).

e) Mulut : Ada atau tidak ada labiopalatoskisis

(Hidayat, 2009). Pada kasus mulut terlihat

kuning (Saifuddin, 2004).

f) Hidung : Ada atau tidak ada benjolan, nampak

Kekuningan (Hidayat, 2009). Pada kasus

hidung terlihat kuning (Saifuddin, 2004).

g) Leher : Ada atau tidak ada pembesaran kelenjar

tyroid dan kelenjar parotis, Nampak

Kekuningan (Hidayat, 2009). Pada kasus

leher terlihat kuning (Saifuddin, 2004).

h) Dada : Simetris atau tidak bagian kanan dan kiri

(Hidayat, 2009). Pada kasus dada terlihat

kuning (Saifuddin, 2004).

i) Perut : Kembung atau tidak kembung

(Hidayat, 2009). Pada kasus perut terlihat

buncit dan berwarna kuning, terdapat

pembesaran hati (Saifuddin, 2004).

j) Tali pusat : Terbungkus kassa steril atau tidak

(Hidayat, 2009).

k) Punggung : Ada spina bifida atau tidak, nampak

Kekuningan (Hidayat, 2009).

l) Ekstremitas : Lengkap atau tidak, nampak kekuningan

26

(Hidayat, 2009).

m) Genetalia : Laki – laki: testis sudah turun atau belum

(Hidayat, 2009).

Perempuan : Labia mayor sudah menutupi

labia minor atau belum (Hidayat, 2009).

n) Anus : Atresia ani ada atau tidak ada

(Farrer, 2007).

o) Warna kulit : Sianosis atau tidak (Farrer, 2007). Pada

kasus kulit berwarna kuning dari kepala,

leher, badan sampai umbilicus

(Saifuddin, 2004).

4) Pemeriksaan Reflek

a) Reflek Moro

Lengak ekstensi dengan ibu jari dan jari telunjuk bentuk

huruf C diikuti dengan ekstremitas kembali ke fleksi jika

posisi bayi berubah tiba-tiba atau jika bayi diletakkan

terlentang pada permukaan yang datar (Strigh, 2005).

Reflek moro pada bayi ikterus derajat II biasanya lemah

(Farrer, 2007).

b) Reflek Menggenggam atau reflek Grasping

Reflek menggegam kuat sekali dan kadang – kadang dapat

diangkat dari permukaan meja atau tempat tidurnya

sementara I berbaring terlentang dan menggenggam jari

27

tangan si pemeriksa (Hidayat, 2008). Reflek grasping pada

bayi ikterus derajat II biasanya lemah (Farrer, 2007).

c) Reflek Menghisap atau reflek Suching

Bayi normal yang cukup bulan akan berupaya untuk

menghisap setiap benda yang menyentuh bibirnya. Reflek

ini menelan juga dapat (Hidayat, 2008). Reflek suching

pada bayi ikterus derajat II biasanya lemah (Farrer, 2007).

d) Reflek mencari atau Rooting

Kalau pipi bayi disentuh akan menoleh kepalanya ke sisi

yang disentuh untuk mencari putting susu (Hidayat, 2008).

Reflek rooting pada bayi ikterus derajat II biasanya lemah

(Farrer, 2007).

e) Reflek Melangkah atau reflek plantar

Jika bayi didirikan dengan memegang badannya dibawah

kedua lengannya sedemikian rupa sehingga kedua kakinya

menyentuh suatu permukaan yang keras, maka ia akan

mengangkat malu-malu tungkai yang satu dan kemudian

tungkai yang lainnya seperti mencoba berjalan atau

melangkah (Hidayat, 2008). Reflek plantar pada bayi

ikterus derajat II biasanya lemah (Farrer, 2007).

f) Reflek Tonik Neck

Bila bayi maka kepala akan menengadah ke atas dan

berputar (Wong, 2004). Reflek Tonik Neck pada bayi

28

ikterus derajat II biasanya lemah (farer, 2007).

5) Pemeriksaan Anropometri

a) Lingkar kepala : Variasi normal antara 33 sampai

37cm (Matondang, 2003).

b) Lingkar dada : Lingkar pada biasanya 2 cm lebih

kecil dari pada lingkar kepala

(Matondang, 2003).

c) Berat badan : Berat badan bayi normal antara

2500 sampai 4000 gram

(Pusponegoro, 2005).

d) Panjang badan : Variasi normal antara 45 sampai 59

cm (Matondang, 2003).

6) Eliminasi

Pada pemeriksan ini yang dikaji antara lain eliminasi urine dan

mekonium terutama pada 24 jam pertama baik frekuensi, warna

dan kondisi eliminasinya. Pada keadaan normal urine dan

mekonium sudah keluar pada 24 jam. Pada kasus ikterus

derajat II facesnya seperti dempul, urine berwarna gelap

(Prawirohardjo, 2008).

f. Data Penunjang

Data penunjang ini diperoleh dari pemeriksaan laboratorium antara

lain : pemeriksaan Hb dan golongan darah, serta kadar billirubin

dalam darah (Wiknjosastro, 2007).

29

Langkah II Interpretasi Data

Interprestasi data yang telah dikumpulkan pada pengkajian mengacu

pada :

a. Diagnosa kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam

lingkup kebidanan (Varney, 2007)

Diagnosa : Bayi Baru Lahir umur …. jam dengan Ikterus Derajat II

DS : Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal…..

Ibu mengatakan ini anak yang ke…..

Ibu mengatakan pernafasan bayinya kadang tidak teratur bayi

belum bisa minum.

DO : Bayi baru lahir normal cukup bulan umur …. jam, reflek

menghisap dan menelan masih lemah, sclera, konjungtiva,

kulit kelihatan kuning, bayi nampak lemah.

(Wiknjosastro, 2004).

b. Masalah

Masalah adalah hal yang berkaitan dengan pernyataan pasien

yang ditemukan dari hasil pengkajian dan diagnose (Varney, 2004).

Masalah yang sering dijumpai pada bayi dengan ikterus adalah

gangguan kebutuhan cairan dan reflek hisap serta menelan lemah

(Runny, 2009).

30

c. Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal yang dibutuhkan klien dan belum

teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan

dengan analisis data (Varney, 2004). Kebutuhan bayi Ikterus antara

lain pemberian rasa nyaman dan hangat, pemenuhan nutrisi yang

adekuat (Varney, 2004).

Langkah III Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi dengan kritis tanda dan

gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu pasien

mengatasi dan mencegah masalah (Varney, 2004).

Masalah potensial pada bayi baru lahir dengan ikterus derajat II

akan muncul apabila kadar bilirubin semakin meningkat dan menyebabkan

kern ikterus (Wiknjosastro, 2007).

Langkah IV Antisipasi

Langkah bidan dituntut untuk mengantisipasi masalah potensial dan

merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial

tidak terjadi (Varney, 2007). Antisipasi muncul jika diagnosa muncul

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan segera.

a. Antisipasi pemenuhan cairan

1) Pertahankan intake (pemasukan) cairan

2) Berikan minum sesuai jadwal

3) Monitor intake dan output (pemasukan dan pengeluaran)

4) Berikan terapi infus sesuai program bila indikasi meningkatnya

31

temperatur, meningkatnya konsentrasi urine dan cairan hilang

berlebihan

5) Kaji dehidrasi : membran mukosa, ubun-ubun, turgor kulit, mata

6) Monitor temperatur setiap 2 jam

(Suriadi, 2010)

b. Antisipasi terjadi infeksi

Perlindungan terhadap bayi baru lahir dengan ikterik tidak boleh

kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun. Digunakan

baju khusus dalam penanganan bayi, perlukaan tali pusat, perawatan

mata, hidung, kulit, tindakan antiseptik alat-alat yang digunakan,

isolasi pasien, jumlah pasien ideal, mengatur kunjungan, mencegah

terjadinya asfiksia, dan pemberian antibiotik yang tepat

(Atikah & Cahyo, 2010).

c. Antisipasi terjadi kern ikterik

1) Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi

2) Transfusi tukar darah (Prawiroharjo, 2006)

Langkah V Perencanaan

Perencanaan adalah merupakan kelanjutan manajemen terhadapat

diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada

langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus

rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up

to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan

32

dilakukan klien (Varney, 2007).

Rencana Asuhan dari diagnosa yang akan diberikan dalam kasus bayi

baru lahir dengan ikterik derajat II (Ngasiyah, 2005) antara lain :

1) Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital

2) Memenuhi kebutuhan oksigen sesuai terapi dan memenuhi kebutuhan

cairan yang cukup.

3) Menjemur bayi pada sinar matahari pagi, jam 7- 8 pagi selama 15

sampai 30 menit.

4) Memeriksa bilirubin dalam darah dengan pemeriksa laboratorium.

5) Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk melakukan

terapi selanjutnya untuk melakukan terapi sinar dan transfusi tukar.

Langkah VI Pelaksanaan (Implementasi)

Menurut Varney (2007), pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh

seperti yang diuraikan pada langkah kelima, dilaksanakan secara efisien

dan aman. Penatalaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh atau

sebagian oleh klien atau tenaga kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak

melakukannya sendiri tetapi dia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan penatalaksanaannya manajemen yang efisien akan

menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan pada

bayi baru lahir dengan ikterus.

Langkah VII Evaluasi

Sebuah perbandingan antara hasil yang aktual dengan hasil yang

diharapkan. Dilakukan penelitian apakah rencana tindakan asuhan yang

33

telah disusun dapat terlaksana dan terpenuhi kebutuhannya meliputi

kebutuhan terpenuhi, kadar bilirubin atau derajat ikterus menurun, kondisi

umum bayi baik, berat badan naik, reflek menghisap dan reflek gerak baik

atau kuat, dan bayi tidak kesulitan dalam menyusu (Ngasiyah, 2005). Hasil

dari pemberian asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus yaitu

kadar bilirubin menurun, berat badan naik, bayi sudah mau menyusu.

Di dalam memberikan asuhan lanjutan digunakan tujuh langkah

manajemen Varney, sebagai catatan perkembangan dilakukan asuhan

kebidanan SOAP dalam pendokumentasian. Menurut Varney (2007)

sistem pendokumentasian asuhan kebidanan dengan menggunakan SOAP

yaitu :

a) S (Subyektif) : Menggambarkan dan mendokumentasikan hasil

pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai

langkah satu Varney.

b) O (Obyektif) : Menggambarkan dan mendokumentasikan hasil

pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes

diagnostik lain yang dirumuskan dalam data focus

untuk mendukung asuhan langkah satu Varney.

c) A (Assesment) : Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa

dan intepretasi data subyektif dan obyektif suatu

identifikasi:

1) Diagnosa atau masalah

2) Antisipasi diagnosa atau masalah

34

3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,

konsultasi atau kolaborasi dan atau rujukan

sebagai langkah II, III, IV Varney.

d) P (Planning) : Mengambarkan pendokumentasian dari tindakan dan

evaluasi, perencanaan berdasarkan assessment

sebagai langkah V, VI, VII Varney.

C. LANDASAN HUKUM

Menurut keputusan Permenkes RI No. 149/Menkes/2010 tentang

registrasi praktek bidan pada kompetensi 6 dan 7. Seorang bidan

berwenang untuk memberikan asuhan kebidanan pada bayi dengan ikterik

neonatus grade II, sesuai dengan :

1. Kompetensi 6 :

Komplikasi pada bayi bari lahir normal seperti hipoglikemia,

hipotermi, dehidrasi, diare, infeksi dan ikterus.

2. Kompetensi 7 :

Keterampilan melakukan tindakan pertolongan kegawatdaruratan pada

bayi dan anak serta penatalaksanaannya.

Pasal 16

Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi : pemeriksaan bayi baru lahir,

perawatan tali pusat, perawatan bayi, resusitasi bayi baru lahir,pemantauan

tumbuh kembang anak, pemberian imunisasi, pemberian penyuluhan

(Kepmenkes RI, 2010).

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Studi Kasus

Laporan ini merupakan jenis studi kasus. Studi kasus adalah studi yang

dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu proses yang

terdiri dari unit tunggal, yaitu satu orang, sekelompok penduduk yang terkena

suatu masalah (Notoatmodjo, 2005). Studi kasus ini menggunakan metode

deskriptif asuhan kebidanan manajemen Varney yang terdiri dari tujuh langkah.

Metode deskriptif adalah jenis suatu metode dalam meneliti status sekelompok

manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau suatu kelas

peristiwa pada masa sekarang (Arikunto, 2006).

Pada studi kasus ini akan menggambarkan tentang asuhan kebidanan bayi

baru lahir pada By. Ny. S dengan ikterus neonatorum derajat II di RSUD Dr.

Moewardi.

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi merupakan tempat pengambilan kasus akan dilaksanakan

(Notoatmodjo, 2005). Studi kasus ini dilaksanakan di RSUD Dr.Moewardi.

C. Subyek Studi Kasus

Dalam penulisan studi kasus ini subyek merupakan orang yang dijadikan sebagai

responden untuk mengambil kasus ( Notoatmodjo, 2005). Subyek laporan kasus

ini By.Ny. S dengan ikterus derajat II.

36

D. Waktu Studi Kasus

Waktu studi kasus merupakan kapan pelaksanaan pengambilan studi kasus

dilaksanakan (Notoatmodjo, 2005). Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal

Pengambilan dan pelaksanaan Asuhan Kebidanan ini dilakukan pada tanggal 24 -

28 April 2014.

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data (Arikunto, 2006). Pada kasus ini instrumen yang digunakan

untuk mendapatkan data adalah format asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

dengan langkah Varney dan SOAP untuk data perkembangan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Setelah mendapat ijin dari RSUD Dr. Moewardi, pengumpulan data pada

BBL dengan ikterus menggunakan :

1. Data primer

Data primer adalah data yang diambil secara langsung diambul dari

objek/objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi

(Riwidikdo, 2006).

Data primer diperoleh dengan cara :

a. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui empat teknik, yaitu :

1) Inspeksi

Inspeksi adalah proses observasi yang dilaksanakan secara

sistematik. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indera

penglihatan, pendengaran dan penciuman. Secara sistematis dari

37

kepala sampai kaki (Nursalam, 2008). Pada kasus ikterus derajat II

Inspeksi dilakukan secara berurutan mulai dari kepala, muka, mata,

hidung, telinga, mulut, leher, perut warna kuning

(Saifuddin, 2004).

2) Palpasi

Palpasi adalah teknik pemeriksaan menggunakan indera peraba.

Pada kasus bayi baru lahir dengan ikterus palpasi dilakukan pada

turgor kulit ( Nursalam, 2008). Pada studi kasus asuhan kebidanan

pada bayi baru lahir By. Ny. S dengan ikterus derajat II palpasi

dilakukan untuk memeriksa turgor kulit bayi, perut, leher dan dada

(Saifuddin, 2004).

3) Perkusi

Perkusi adalah teknik pemeriksaan dengan mengetuk-ngetukkan

jari ke bagian tubuh klien yang akan dikaji untuk membandingkan

bagian yang kiri dengan yang kanan dengan tujuan untuk

menghasilkan suara. Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi

lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan (Nursalam, 2008).

Pada studi kasus asuhan kebidanan pada bayi baru lahir By Ny. S

dengan ikterus derajat II perkusi dilakukan pada perut

(Saifuddin, 2004).

38

4) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop

untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi frekuensi jantung

(Nursalam, 2008). Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi

detak jantung dan untuk mengetahui pernafasan bayi

(Saifuddin, 2004).

b. Wawancara

Wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau

peneliti secara lisan dari seseorang responden atau sasaran peneliti atau

bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut

(face to face) (Notoatmodjo, 2005). Pada studi kasus ini wawancara

dilakukan pada orang tua pasien, keluarga, bidan.

c. Pengamatan (Observasi)

Kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan

menggunakan seluruh alat indera mengobservasi dapat dilakukan

melalui penglihatan, penciuman, pendengaran peraba dan pengecap

(Arikunto, 2006). Dalam studi kasus ini observasi pada bayi dengan

Ikterus derajat II dilakukan pemeriksaan umum, tanda-tanda vital bayi,

pemeriksaan reflek, warna kulit, observasi intake dan outake serta

terapi (Mansjoer, 2005).

39

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah dokumentasi catatan medis merupakan sumber

informasi yang penting bagi tenaga kesehatan untuk mengidentifikasi

masalah untuk menegakkan diagnosa, merencanakan tindakan kebidanan

dan memonitor respon pasien terhadap tindakan (Notoatmodjo, 2005).

a. Studi dokumentasi

Yaitu semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan

dokumen (Notoatmodjo, 2004). Dalam kasus ini dokumentasi

dilakukan dengan mengumpulkan data yang diambil dari catatan

rekam medik klien di RSUD Dr.Moewardi berupa data bayi lahir

normal, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), bayi dengan

ikterus, bayi dengan postmatur, bayi dengan kelainan kongenital.

b. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan adalah bahan-bahan pustaka yang sangat penting

dalam menunjang latar belakang teoritis dalam suatu penelitian

(Notoatmodjo, 2005). Studi kepustakaan pada Bayi Lahir dengan

Ikterus derajat II mengambil dari buku-buku kesehatan tahun

2003 – 2012.

G. Alat – alat yang Dibutuhkan

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data antara

lain :

1. Alat dan bahan untuk pemeriksaan:

a. Format asuhan kebidanan

40

b. Termometer

c. Stetoskop

d. Jam tangan

2. Alat dan bahan untuk dokumentasi :

a. Buku referensi

b. Status atau catatan pasien

c. Alat tulis

H. Jadwal Penelitian

Bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun

proposal penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap

kegiatan tersebut (Notoatmodjo, 2010). Jadwal Studi Kasus (tabel

terlampir).

41

BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BY. NY. S DENGAN

IKTERUS NEONATORUM DERAJAT II DI RSUD Dr. MOEWARDI

TAHUN 2014

TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN Tanggal : 24 April 2014 Pukul : 10.00 WIB

A. IDENTITAS BAYI

1. Nama Bayi : By. Ny. S

2. Umur : 1 hari

3. Tgl / Jam Lahir : 23 April 2014 / 05.40 WIB

4. Jenis Kelamin : Perempuan

5. BB / PB : 2500 gram / 47 cm

IDENTITAS IBU IDENTITAS AYAH

1. Nama : Ny. S Nama : Tn. A

2. Umur : 24 tahun Umur : 26 tahun

3. Agama : Islam Agama : Islam

4. Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa

5. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

6. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

7. Alamat : Sumber RT 05/01, Sumber, Banjarsari, Surakarta.

B. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF)

PADA IBU

42

1. Riwayat Kehamilan Sekarang

a. HPHT : 22 Januari 2013

b. HPL : 29 April 2014

c. Keluhan – keluhan pada

Trimester I : Ibu mengatakan mengeluh mual-muntah.

Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

Trimester III : Ibu mengatakan mengeluh pegal-pegal.

d. ANC, Ibu mengatakan :

1. Trimester 1 : 1 kali pada umur kehamilan 2 bulan

2. Trimester II : 3 kali pada umur kehamilan 3, 4 dan 5 bulan

3. Trimester III : 4 kali pada umur kehamilan 6, 7, 8 dan 9 bulan

e. Penyuluhan yang pernah didapat :

Ibu mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang gizi ibu

hamil di bidan.

f. Imunisasi TT : Ibu mengatakan 2 kali. TT1 pada waktu umur

kehamilan 5 bulan dan TT2 pada waktu umur kehamilan 6 bulan.

2. Riwayat persalinan ini

a. Tempat persalinan : Rumah sakit, Penolong bidan.

b. Jenis persalinan : Spontan.

c. Komplikasi dalam persalinan: Tidak ada komplikasi.

d. Placenta

a) Ukuran : 500 gram, panjang tali pusat 50 cm.

43

b) Insersi Tali Pusat : Insersi centralis

c) Cairan Ketuban : 1000 cc

d) Jumlah Kotiledon : 20 buah

e) Kelainan : tidak ada kelainan

e. Lama Persalinan :

Kala I : 7 jam - menit

Kala II : 1 jam 30 menit

Kala III : – jam 10 menit

Kala IV : 2 jam - menit

3. Riwayat Penyakit

a. Riwayat penyakit saat hamil :

Ibu mengatakan tidak mengidap penyakit apapun seperti batuk,

pilek dan demam.

b. Riwayat penyakit sistemik

1) Jantung :

Ibu mengatakan tidak pernah merasakan berdebar-debar, cepat

lelah bila beraktifitas ringan, keluar keringat dingin pada

telapak tangan.

2) Ginjal :

Ibu mengatakan tidak pernah merasakan nyeri bawah perut

sebelah kanan, pinggang sering sakit.

3) Asma :

Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas.

44

4) TBC :

Ibu mengatakan tidak pernah batuk berkepanjangan lebih dari

3 bulan, tidak keluar keringat dingin pada malam hari.

5) Hepatitis :

Ibu mengatakan tidak pernah kuning pada ujung kuku, mata

dan kulit.

6) DM :

Ibu mengatakan tidak sering minum pada malam hari, tidak

sering kencing frekuensi lebih dari 8 x dan tidak cepat lapar.

7) Hipertensi :

Ibu mengatakan tidak pernah mengalami tekanan darah tinggi

lebih dari 140/90 mmHg, pusing dan tengkuk kaku.

8) Epilepsi :

Ibu mengatakan tidak pernah mengalami kejang yang disertai

keluar busa pada mulut.

9) Lain – lain :

Ibu mengatakan tidak menderita penyakit lainnya seperti

kanker, HIV/AIDS.

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita

penyakit menurun ( DM, ginjal, jantung ) dan menular ( TBC,

hepatitis).

45

d. Riwayat Keturunan Kembar :

Ibu mengatakan dalam keluarga ibu/suami tidak ada yang

mempunyai keturunan kembar.

e. Riwayat Operasi :

Ibu mengatakan belum pernah operasi.

C. PEMERIKSAAN FISIK BAYI ( DATA OBYEKTIF )

Tabel 4.1

Riwayat Pemeriksaan Khusus ( Apgar Score )

Aspek yang

dinilai

NILAI JUMLAH

0 1 2 Mnt

I

5Mnt

I

5Mnt

II

Appearance

( Warna Kulit)

Biru /

Pucat

Badan merah

muda,

ekstremitas

biru

Badan &

ekstremitas

merah

muda

1 2 2

Pulse

(Denyut

Jantung)

Tidak

teraba

< 100 >100 2 2 2

Grimace

(Tonus Otot)

Tidak

ada

Lambat Menangis

kuat

2 2 2

Activity

(Aktivitas)

Lemas /

lumpuh

Gerakan

sedikit

Aktif 2 1 1

Respiratory

(Pernafasan)

Tidak

ada

Lambat,

tidak teratur

Baik,

menangis

kuat

1 1 2

JUMLAH 8 8 9

Sumber : Data Primer

Tanggal 24 April 2014, Pukul 10.10 WIB

1. Pemeriksaan Umum

a. Suhu : 36,8°C

b. Pernafasan : 24 x/menit

46

c. Nadi : 124 x/menit

d. Keaktifan : Kurang aktif

2. Pemeriksaan Fisik Sistematis

a. Kepala : Tidak ada caput succedaneum, rambut tipis

berwarna hitam.

b. Ubun – ubun : Berdenyut.

c. Muka : Tidak oedema, nampak kuning

d. Mata : sclera kuning, conjungtiva pucat.

e. Telinga : Simetris, warna kuning.

f. Mulut : Tidak ada labiopalatoskizis, kering.

g. Hidung : Simetris, tidak ada benjolan, kelihatan kuning.

h. Leher : Tidak ada pemesaran kelenjar tiroid, nampak

kuning.

i. Dada : Simetris, nampak kuning.

j. Perut : Tidak ada pembesaran hepar, nampak kuning.

k. Tali Pusat : Tidak perdarahan, belum lepas, tidak keluar darah.

l. Punggung : Bentuk tidak ada kelainan, nampak kuning.

m. Ekstremitas : Normal, simetris, jari-jari lengkap.

n. Genetalia : Labia mayora sudah menutupi labia minora.

o. Anus : Tidak ada atresia ani, positif berlubang.

47

3. Reflek

a. Reflek Moro : Kuat, apabila dikagetkan lengan dan kaki

terangkat.

b. Reflek Grasping : Kuat, apabila benda diletakkan ditelapak bayi

secara spontan bayi akan menggenggam.

c. Reflek Suching : Lemah, pada saat bayi diberi susu tidak dapat

menelan secara aktif.

d. Reflek Rooting : Lemah, apabila menyentuh pipi bayi akan menoleh

sentuhan.

e. Reflek Plantar : Lemah, kaki bayi sedikit berdiri keatas dan

kebawah saat disentuhkan ke permukaan yang keras.

4. Antropometri

a. Lingkar Kepala : 32 cm

b. Lingkar Dada : 31 cm

c. LLA : 11 cm

d. BB / PB : 2500 gram / 47 cm

5. Eliminasi

a. Urine : Sehari BAK 8-10 x, warna kuning jernih.

b. Meconium : Sehari BAB 2 x, warna kuning kecoklatan, konsistensi

lembek.

48

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

2. Tabel 4.2

3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Hemoglobin 18,4 gr%

Hematokrit 38,9 gr%

Leukosit 21,2 ribu

Bilirubin direk 0,70 mg%

Bilirubin indirek 9,55 mg%

Bilirubin total 10,25 mg%

Golongan darah O

Sumber : Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 24 April 2014

II. INTERPRETASI DATA

Tanggal : 24 April 2014 Pukul : 10.30 WIB

A. DIAGNOSA KEBIDANAN

By. Ny. S lahir normal cukup bulan, umur 1 hari dengan Ikterus

Neonatorum derajat II.

Data Dasar :

DS

1. Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 23 April 2014 pukul

05.40 WIB.

2. Ibu mengatakan ini anak yang ke 1.

3. Ibu mengatakan bayinya malas minum dan kulit terlihat

kuning.

DO

1. Keadaan umum : Sedang.

2. Kesadaran : Composmentis.

49

3. Suhu : 36,8°C.

4. Nadi : 124 x/menit.

5. Pernafasan : 42 x/menit.

6. Keaktifan : Kurang aktif.

7. LK : 32 cm.

8. LD : 31 cm.

9. LLA : 11 cm.

10. BB / PB : 2500 gram / 47 cm.

11. Kulit kelihatan kuning pada kepala, leher sampai

umbilicus.

12. Riwayat Apgar score 8, 8, 9.

13. Reflek menelan dan menghisap lemah.

14. Hasil Laboratorium

Bilirubin direk : 0,70 mg%

Bilirubin indirek : 9,55 mg%

Bilirubin total : 10,25 mg%

B. Masalah

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.

C. Kebutuhan

Merangsang reflek hisap bayi dengan cara pemberian nutrisi yang

adekuat dengan cara menggunakan sendok.

III. DIAGNOSA POTENSIAL

Potensi terjadi kern icterus

50

IV. ANTISIPASI

1. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak.

2. Pemberian ASI yang adekuat setiap 2 jam.

3. Pertahankan suhu tubuh tetap hangat / dalam incubator suhu 32° C.

V. RENCANA TINDAKAN

Tanggal : 24 April 2014 Pukul : 10.40 WIB

1. Beri informasi kepada ibu dan keluarga tentang keadaan bayi.

2. Observasi keadaan ikterik : warna kulit, reflek menghisap dan

menelan bayi.

3. Jaga kehangatan suhu incubator 32° C.

4. Beri minum adekuat yaitu ASI sebanyak 30 cc / 2 jam

5. Jaga lingkungan sekitar bayi tetap bersih dan hangat.

6. Ganti pakaian yang basah atau kotor.

7. Observasi BAB dan BAK setiap 2 jam.

8. Ambil sampel darah untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium

kadar bilirubin.

VI. PELAKSANAAN

Tanggal : 24 April 2014 Pukul : 10.45 WIB

1. Pukul 10.50 WIB Memberi informasi kepada ibu dan keluarga bahwa

bayinya masih dalam keadaan lemah.

51

2. Pukul 10.55 WIB Mengobservasi keadaan ikterik : warna kulit, reflek

menghisap dan menelan dengan cara memasukkan jari kelingking ke

dalam mulut bayi, mengkaji bayi tersedak atau tidak jika bayi diberi

minum.

3. Pukul 11.10 WIB Menjaga kehangatan suhu incubator 32° C.

4. Pukul 11.15 WIB Memberi ASI 30 cc dengan cara disendoki setiap 2

jam.

5. Pukul 11.20 WIB Menjaga lingkungan sekitar bayi agar tetap bersih

dan hangat.

6. Pukul 11.30 WIB Mengganti pakaian yang basah dan kotor.

7. Pukul 11.40 WIB Mengobservasi BAB dan BAK setiap 2 jam.

8. Pukul 12.40 WIB Mengambil sampel darah untuk dilakukan

pemeriksaan laboratorium kadar bilirubin.

VII. EVALUASI

Tanggal : 24 April 2014 Pukul : 12.50 WIB

1. Ibu dan keluarga sudah tahu tentang keadaan bayinya.

2. Kepala leher sampai umbilicus nampak kuning dan reflek menghisap

dan menelan lemah, ditandai dengan tersedak bila diberi minum.

3. Bayi sudah terjaga kehangatannya dalam incubator dengan suhu

32°C.

4. Bayi sudah diberi ASI 30 cc dengan cara disendoki.

5. Lingkungan disekitar bayi bersih dan hangat.

52

6. Pakaian bayi yang basah dan kotor sudah diganti dan bayi nampak

nyaman di incubator.

7. Bayi sudah BAB 1 x warna kuning kecoklatan, konsistensi lembek

dan BAK 4 x warna kuning jernih.

8. Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium kadar

bilirubin sudah dilakukan dan hasil laboratorium diketahui tanggal 25

April 2014.

53

DATA PERKEMBANGAN I

Tanggal : 25 Aril 2014 Pukul : 09.00 WIB

Data Subyektif

1. Ibu mengatakan bayinya masih malas minum.

2. Bidan mengatakan bayinya sudah dimandikan pukul

06.00 WIB dan ditimbang pukul 07.00 WIB dengan

berat 2500 gram

3. Bidan mengatakan bayi sudah BAB 1 x konsistensi

lembek dan BAK 5 x warna kuning jernih semalam.

Data Obyekif

1. Keadaan umum : Composmentis

2. Suhu : 37° C

3. Nadi : 128 x / menit

4. Pernafasan : 44 x / menit

5. Hasil pemeriksaan laboratorium pemeriksaan tanggal

24 April 2014 keluar tanggal 25 April 2014 Pukul 09.00

WIB.

Bilirubin direk : 0,70 mg %

Bilirubin indirek : 9,10 mg %

Bilirubin total : 9,70 mg %

6. Reflek menghisap dan menelan lemah.

7. Kepala, leher sampai umbilicus nampak kuning.

54

Assesment

Bayi Ny. S lahir normal cukup bulan, umur 2 hari dengan

ikterus derajat II.

Planning

Tanggal : 25 Aril 2014 Pukul : 09.10 WIB

1. Pukul 09.15 WIB Memberi informasi kepada ibu dan

keluarga bahwa bayinya masih dalam keadaan lemah.

2. Pukul 09.20 WIB Mengobservasi keadaan ikterik :

warna kulit dan mengkaji reflek menghisap dan

menelan.

3. Pukul 09.30 WIB Menjaga kehangatan suhu inkubator

32° C.

4. Pukul 10.00 WIB Memberikan nutrisi yang adekuat

yaitu ASI sebanyak 40 cc dengan cara disendoki setiap

2 jam.

5. Pukul 10.20 WIB Menjaga lingkungan sekitar bayi

tetap bersih dan hangat.

6. Pukul 10.30 WIB Mengganti pakaian yang basah

karena keringat.

7. Pukul 11.00 WIB Mengobservasi BAB dan BAK setiap

2 jam.

8. Pukul 12.00 WIB Kolaborasi dengan laboratorium

untuk pengambilan cek ulang kadar bilirubin.

55

Evaluasi Tanggal : 25 Aril 2014 Pukul : 12.10 WIB

1. Ibu dan keluarga sudah tahu tentang keadaan bayinya.

2. Kepala, leher sampai umbilicus nampak kuning dan

Reflek menghisap dan menelan lemah.

3. Kehangatan bayi tetap terjaga dalam incubator dengan

suhu 32° C dan bayi tampak nyaman dalam incubator.

4. ASI masuk 80 cc dengan cara disendoki.

5. Lingkungan sekitar bayi tetap terjaga hangat dan bersih.

6. Pakaian bayi yang basah dan kotor sudah diganti dan

bayi nampak nyaman di incubator.

7. Bayi sudah BAK 3 x warna kuning jernih dan BAB 1 x

konsistensi lembek, warna hitam.

8. Kolaborasi dengan laboratorium sudah dilakukan dan

hasil laboratorium diketahui tanggal 26 April 2014.

56

DATA PERKEMBANGAN II

Tanggal : 26 April 2014 Pukul : 10.00 WIB

Data Subyektif

1. Bidan mengatakan bayinya sudah dimandikan pukul

06.00 WIB.

2. Bidan mengatakan bayinya sudah ditimbang pukul

07.00 WIB dengan berat 2500 gram.

3. Bidan mengatakan bayi sudah BAB 1 x konsistensi

lembek dan BAK 4 x warna kuning jernih semalam.

Data Obyektif

1. Keadaan umum : Composmentis

2. Suhu : 36,7° C

3. Nadi : 128 x / menit

4. Pernafasan : 44 x / menit

5. Hasil pemeriksaan laboratorium pemeriksaan tanggal

25 April 2014 keluar tanggal 26 April 2014 Pukul 09.00

WIB.

Bilirubin direk : 0,60 mg %

Bilirubin indirek : 6,05 mg %

Bilirubin total : 6,65 mg %

6. Reflek menghisap dan menelan cukup.

7. Kepala sampai leher nampak kuning.

57

Assesment

By. Ny. S lahir normal cukup bulan, umur 3 hari dengan

ikterus derajat II.

Planning :

Tanggal 26 April 2014 Pukul : 10.10 WIB

1. Pukul 10.20 WIB Memberi informasi kepada ibu dan

keluarga bahwa bayinya masih dalam keadaan lemah.

2. Pukul 10.30 WIB Mengobservasi keadaan ikterik :

warna kulit dan mengkaji reflek menghisap dan

menelan.

3. Pukul 10.50 WIB Menjaga kehangatan suhu inkubator

32° C.

4. Pukul 11.00 WIB Memberikan nutrisi yang adekuat

yaitu ASI sebanyak 40 cc dengan cara disendoki setiap

2 jam.

5. Pukul 11.20 WIB Menjaga lingkungan sekitar bayi

tetap bersih dan hangat.

6. Pukul 11.30 WIB Mengganti pakaian yang basah

karena keringat.

7. Pukul 11.40 WIB Mengobservasi BAB dan BAK setiap

2 jam.

8. Pukul 12.30 WIB Kolaborasi dengan laboratorium

untuk pengambilan cek ulang kadar bilirubin.

58

Evaluasi Tanggal 26 April 2014, Pukul: 13.10 WIB

1. Ibu dan keluarga sudah tahu tentang keadaan bayinya.

2. Kepala, leher sampai umbilicus nampak kuning dan

Reflek menghisap dan menelan lemah.

3. Kehangatan bayi tetap terjaga dalam incubator dengan

suhu 32° C dan bayi tampak nyaman dalam incubator.

4. ASI masuk 80 cc dengan cara disendoki.

5. Lingkungan sekitar bayi tetap terjaga hangat dan bersih.

6. Pakaian bayi yang basah dan kotor sudah diganti dan

bayi nampak nyaman di incubator.

7. Bayi sudah BAK 3 x warna kuning jernih dan BAB 1 x

konsistensi lembek, warna hitam.

8. Kolaborasi dengan laboratorium sudah dilakukan dan

hasil laboratorium diketahui tanggal 27 April 2014.

59

DATA PERKEMBANGAN III

Tanggal : 27 April 2014 Pukul: 10.00 WIB

Data Subyktif

1. Ibu menyusui bayinya pukul 09.45 WIB

2. Bidan mengatakan bayinya sudah dimandikan pukul

06.00 WIB.

3. Bidan mengatakan bayinya sudah ditimbang pukul

07.00 WIB dengan berat 2550 gram.

4. Bidan mengatakan bayi sudah BAB 1 x konsistensi

lembek dan BAK 4 x warna kuning jernih semalam.

Data Obyektif

1. Keadaan umum : Composmentis

2. Suhu : 36,8° C

3. Nadi : 128 x / menit

4. Pernafasan : 44 x / menit

5. Reflek menghisap dan menelan kuat.

6. Kepala sampai leher nampak kuning.

7. Hasil pemeriksaan laboratorium pemeriksaan tanggal

26 April 2014 keluar tanggal 27 April 2014 Pukul 09.00

WIB.

Bilirubin direk : 0,79 mg %

Bilirubin indirek : 4,51 mg %

Bilirubin total : 5,30 mg %

60

Assessment

By. Ny. S lahir normal cukup bulan, umur 4 hari

dengan ikterus derajat I.

Planning :

Tanggal 27 April 2014 Pukul : 10.10 WIB

1. Pukul 10.20 WIB Memberi informasi kepada ibu dan

keluarga bahwa bayinya sudah dalam keadaan baik.

2. Pukul 10.30 WIB Mengobservasi keadaan ikterik :

warna kulit dan reflek menghisap dan menelan.

3. Pukul 10.50 WIB Menjaga kehangatan suhu inkubator

32° C.

4. Pukul 11.00 WIB Menganjurkan Ibu untuk menyusui

bayinya setiap 2 jam.

5. Pukul 11.20 WIB Menjaga lingkungan sekitar bayi

tetap bersih dan hangat.

6. Pukul 11.30 WIB Mengganti pakaian yang basah

karena keringat.

7. Pukul 11.40 WIB Mengobservasi BAB dan BAK setiap

2 jam.

8. Pukul 12.30 WIB Kolaborasi dengan laboratorium

untuk pengambilan cek ulang kadar bilirubin.

61

Evaluasi Tanggal 27 April 2014, Pukul : 13.40 WIB

1. Ibu dan keluarga sudah tahu tentang keadaan bayinya.

2. Kepala, leher sampai umbilicus nampak kuning dan

Reflek menghisap dan menelan lemah.

3. Kehangatan bayi tetap terjaga dalam incubator dengan

suhu 32° C dan bayi tampak nyaman dalam incubator.

4. Ibu sudah menyusui bayinya dengan lancar dan bayi

sudah mulai menyusu kuat.

5. Lingkungan sekitar bayi tetap terjaga hangat dan bersih.

6. Pakaian bayi yang basah dan kotor sudah diganti dan

bayi nampak nyaman di incubator.

7. Bayi sudah BAK 2 x warna kuning jernih dan BAB 1 x

konsistensi lembek, warna hitam.

8. Kolaborasi dengan laboratorium sudah tidak dilakukan.

62

DATA PERKEMBANGAN IV

Tanggal : 28 April 2014 Pukul : 10.00 WIB

Data Subyektif

1. Ibu sudah menyusui bayinya pukul 08.40 WIB

2. Bidan mengatakan bayi sudah dimandikan pukul 06.00

WIB dan ditimbang pukul 07.00 WIB dengan berat

badan 2600 gram.

3. Bidan mengatakan bayi BAB 1 x konsistensi lembek

dan BAK 3 x warna kuning jernih semalam.

4. Ibu mengatakan bayi sudah baik dan mau dibawa

pulang.

Data Obyektif

1. Warna kuning sudah tidak nampak, kepala, leher, badan

bagian atas dan bawah sampai ekstremitas berwarna

kemerahan.

2. Reflek menghisap dan menelan sangat kuat.

3. Dirawat dalam box bayi.

4. Suhu : 37° C

5. Nadi : 140 x / menit

6. Pernafasan : 44 x / menit

Assessment

Bayi Ny. S lahir normal cukup bulan, umur 5 hari normal.

63

Planning :

Tanggal : 28 April 2014 Pukul : 10.20 WIB

1. Pukul 10.40 WIB Ibu menyusui bayinya.

2. Pukul 10.50 WIB Memberikan penyuluhan tentang

manfaat ASI Eksklusif.

3. Pukul 11.10 WIB Memberikan penyuluhan tentang cara

menyusui yang baik dan benar.

4. Pukul 11.30 WIB menganjurkan ibu untuk menjemur

bayinya Pukul 07.00 – 07.30 WIB dirumah setiap pagi

hari selama 15 – 30 menit.

5. Pukul 11.45 WIB Menganjurkan ibu untuk

mengimunisasikan bayinya 1 minggu lagi.

6. Pukul 13.00 WIB Bayi diijinkan pulang.

Evaluasi Tanggal 28 April 2014, Pukul 13.10 WIB

1. Ibu telah menyusui bayinya.

2. Ibu sudah mengerti tentang ASI Eksklusif.

3. Ibu sudah mengerti cara menyusui yang baik dan benar.

4. Ibu bersedia untuk menjemur bayinya waktu pagi hari

ketika dirumah.

5. Ibu bersedia untuk mengimunisasikan bayinya.

6. Bayi pulang pukul 13.30 WIB.

64

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas asuhan kebidanan pada By. Ny. S

denganikterus neonatorum derajat II di RSUD Dr. Moewardi menggunakan

manajemen asuhan kebidanan menurut Varney, yang terdiri dari tujuh langkah

yaitu pengkajian, interprestasi data, diagnosa potensial, antisipasi, rencana

tindakan, pelaksanaan dan evaluasi. Adapun penatalaksanaannya adalah sebagai

berikut :

1. Pengkajian

Pengkajian pada bayi dengan ikterus neonatorum derajat II dilakukan

dengan pengumpulan anamnesa, data subyektif, data obyektif dan

datapenunjang. Keluhan utama pada bayi baru lahir dengan ikterus

neonatorum derajat II adalah Ibu mengatakan cemas bayinya malas minum

dan tiba – tiba warna kulit bayinya berwarna kuning pada muka, mata, leher

dan tubuh bagian atas (Prawiroharjo, 2006). Berdasarkan pengumpulan data

di atas, tanda – tanda bayi baru lahir dengan ikterus neonatorum derajat II

yang sesuai yaitu warna kuning pada muka, mata, leher, tubuh bagian atas

dengan didukung pada reflek hisap / menelan lemah (Wiknjosastro, 2004).

Data penunjang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium antara lain :

Pemeriksaan Hb dan golongan darah, serta kadar bilirubin dalam darah

(Wiknjosastro, 2007).

Berdasarkan pada kasus data subyektifnya adalah ibu mengatakan

khawatir dengan bayinya yang lahir dengan warna kuning pada tubuhnya.

Data subyek pada By. Ny. S hasil pengkajian warna kuning pada muka, mata,

65

leher dan tubuh bagian atas dengan reflek menghisap dan menelan lemah,

sedangkan data obyektif didapatkan dari pemeriksaan fisik yang meliputi

keadaan bayi : lemah, kesadaran : composmentis, Nadi : 124 x/menit,

Respirasi : 42 x/menit, Suhu : 36,8° C, gerakan kurang aktif. Pada kasus

pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan Bilirubin total : 10,25 mg %,

Bilirubin direk : 0,70 mg %, Bilirubin indirek 9,55 mg %. menurut rumus

Kramer bagian tubuh bayi yang dimulai dari kepala, leher sampai badan

bagian atas berarti derajat II dan kadar bilirubin total 10,25 mg %. Jadi pada

pengkajian ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus nyata

dilapangan.

2. Interpretasi Data

Masalah yang sering dijumpai pada bayi dengan ikterus adalah

gangguan kebutuhan cairan dan reflek hisap serta menelan lemah (Runny,

2009). Kebutuhan bayi ikterus antara lain pemberian rasa nyaman dan hangat,

pemenuhan nutrisi yang adekuat (Varney, 2004).

Pada interpretasi data ini setelah diperoleh data dari ibu maka

didapatkan diagnosa kebidanan By. Ny. S lahir normal cukup bulan 1 hari

dengan ikterus derajat II. Dalam kasus ini pada By. Ny. S ditemukan masalah

reflek menghisap dan menelan lemah, sehingga kebutuhan yang diberikan

adalah pemberian rasa nyaman dan hangat serta pemenuhan nutrisi yang

adekuat. Pada interpretasi data ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori

dan kasus yang ada dilapangan.

66

3. Diagnosa Potensial

Pada langkah ini, pada bayi ikterus derajat II diagnosa potensial

adalah pada bayi baru lahir dengan ikterus derajat II akan muncul apabila

kadar bilirubin semakin meningkat dan menyebabkan kern ikterus

(Wiknjosastro, 2007). Namun diagnosa potensial ini tidak terjadi karena

penanganan yang tepat dan pada hasil pemeriksaan kadar bilirubin yang

semakin membaik. Pada diagnosa potensial tidak ditemukan kesenjangan

antara teori dan kasus nyata dilapangan.

4. Antisipasi

Antisipasi yang dilakukan pada bayi baru lahir dengan ikterus derajat

II ini melakukan sebagai bentuk pencegahan terhadap kegawatdaruratan,

dengan mengkolaborasi dengan dokter spesialis anak sehingga kolaborasi

dapat dilakukan dengan cara pemberian ASI yang dimaksud untuk membantu

pemenuhan kebutuhan cairan yang hilang salah satunya karena terapi sinar

dan foto terapi dimaksud untuk membantu menurunkan kadar bilirubin yang

tinggi (Ngasiyah, 2005).

Pada teori antisipasi adalah mengantisipasi pemenuhan cairan seperti

mempertahankan intake, memberikan minum sesuai jadwal, memonitor

intake dan output serta mengkaji dehidrasi (Suriadi & Rita, 2010). Antisipasi

terjadi infeksi diperlukan baju khusus dalam penanganan bayi, perlukaan tali

pusat, perawatan mata, hidung, kulit, isolasi pasien dan mencegah terjadi

asfiksia (Atikah & Cahyo, 2010). Dan antisipasi terjadi kern ikterk seperti

melakukan dekomposisi bilirubin dengan foto terapi dan transfusi darah

67

(Pawirohardjo, 2006). Jadi pada antisipasi ini ada kesenjangan antara teori

dan praktek.

5. Perencanaan

Perencanaan ini disusun berdasarkan diagnosa, masalah, dan

kebutuhan. Rencana asuhan pada By. Ny. S dengan ikterus derajat II antara

lain :

Pada observasi keadaan umum yang bertujuan untuk memantau agar

keadaan bayi tidak mencapai nilai yang menimbulkan kern ikterik, penuhi

kebutuhan nutrisi secara baik karena bayi malas minum serta menjaga agar

bayi tidak dehidrasi. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk

melakukan terapi selanjutnya untuk melakukan terapi sinar dan tranfusi tukar,

observasi BAB dan BAK dengan rasionalisasi mungkin susu tidak cocok dan

mungkin perlu diganti susu, juga lingkungan sekitar bayi dijaga agar tetap

bersih dan hangat (Ngasiyah, 2005).

Pada kasus ini, perencanaan asuhan terhadap bayi dengan ikterus

antara lain : beri informasi kepada ibu dan keluarga, observasi keadaan

ikterik, jaga kehangatan suhu incubator, penuhi kebutuhan cairan / nutrisi,

jaga lingkungan sekitar bayi agar tetap bersih dan hangat, ganti pakaian yang

basah atau kotor, observasi BAK dan BAB, mengambil sampel darah untuk

pemeriksaan kadar bilirubin.

Pada kasus By. Ny. S pada teori dilakukan terapi sinar dan tranfusi

tukar karena kadar bilirubin bayi turun tanpa dilakukan terapi sinar dan

tranfusi tukar. Jadi perencanaan ini ada kesenjangan antara teori dan praktek.

68

6. Pelaksanaan

Pelaksanaan sudah sesuai dengan perencanaan. Dalam kasus bayi

dengan ikterik derajat II ini, yaitu : memberi informasi kepada ibu dan

keluarga, mengobservasi keadaan ikterik, menjaga kehangatan, memenuhi

kebutuhan cairan / nutrisi, menjaga lingkungan sekitar bayi agar tetap bersih

dan hangat, mengganti pakaian yang basah atau kotor, mengobservasi BAK

dan BAB, mengambil sampel darah untuk pemeriksaan kadar bilirubin.

Pada kasus By. Ny. S pada teori dilakukan terapi sinar dan tranfusi

tukar karena kadar bilirubin bayi turun tanpa dilakukan terapi sinar dan

tranfusi tukar. Jadi perencanaan ini ada kesenjangan antara teori dan praktek.

7. Evaluasi

Evaluasi ini dilakukan pada setiap tindakan yang telah selesai

dilaksanakan.Pada teori dengan ikterus derajat II ini yang ingin dicapai adalah

kebutuhan cairan terpenuhi, kadar bilirubin atau derajat ikterus menurun,

kondisi umum bayi baik, berat badan naik, reflek menghisap dan reflek gerak

baik atau kuat, dan bayi tidak kesulitan dalam menyusu (Ngasiyah, 2005).

Pada kasus By. Ny. S dengan ikterus derajat II didapat hasil keadaan

umum bayi baik, kesadaran composmentis, reflek menelan dan menghisap

baik, bayi bergerak aktif, warna kuning pada kepala, leher dan badan bagian

atas sudah tidak terlihat, menetek kuat, personal hygiene terjaga, kebutuhan

nutrisi tercukupi, berat badan bayi naik yaitu 2600 gram, keadaan lingkungan

sekitar bayi tetap bersih, hangat dan nyaman, dan kadar bilirubin menurun.

Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.

69

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan apa yang telah penulis dapatkan dalam studi kasus dan

pembahasan pada asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir pada By. Ny. S dengan

Ikterus Neonatorum derajat II di RSUD Dr. Moewardi, maka penulis dapat

mengambil kesimpulan dan saran yang mungkin dapat berguna untuk peningkatan

pelayanan asuhan kebidanan khususnya pada bayi dengan Ikterus derajat II.

A. Kesimpulan

1. Dalam melakukan pengkajian terhadap bayi dengan ikterus dilaksanakan

dengan mengumpulkan data subyektif yang diperoleh dari hasil

wawancara dimana ibu mengatakan bayinya berwarna kuning pada hari

pertama kelahiran, data obyektif, diperoleh dari pemeriksaan fisik seperti

nampak kuning pada kepala, leher dan badan bagian atas. Serta data

penunjang yang diperoleh dari hasil laboratorium yaitu bilirubin total :

10,25 mg %, bilirubin indirek : 9,55 mg %, bilirubin direk : 0,70 mg %.

2. Interprestasi data dilakukan dengan pengumpulan data secara teliti dan

akurat, sehingga didapatkan diagnosa kebidanan Bayi Ny. S umur 1 hari

jenis kelamin perempuan dengan ikterus derajat II, yang disertai dengan

masalah kurangnya cairan, kebutuhan merangsang reflek hisap dengan

cara pemberian nutrisi yang adekuat dengan menggunakan sendok.

3. Diagnosa potensial pada kasus ini tidak muncul karena penanganan yang

cepat dan tepat

70

4. Antisipasi pada bayi baru lahir dengan ikterus yaitu dengan melakukan

kolaborasi dengan dokter SpA dan pemenuhan kebutuhan cairan dengan

cara pemberian ASI yang adekuat setiap 2 jam dan mempertahankan

suhu tubuh tetap hangat / dalam inkubator suhu 32° C.

5. Perencanaan yaitu dengan observasi keadaan umum dan vital sign bayi,

observasi keadaan ikterik bayi dan reflek menghisap dan menelan bayi,

jaga suhu incubator, pemberian minum adekuat, mempertahankan

kebersihan lingkungan sekitar bayi, menjaga personal hygiene bayi,

observasi BAB dan BAK, dan pemeriksaan laboratorium kadar bilirubin,

menimbang berat badan bayi setiap pagi.

6. Pelaksanaan pada Bayi Ny. S dengan ikterus derajat II adalah observasi

keadaan umum dan vital sign bayi, mengobservasi keadaan ikterik dan

reflek menghisap dan menelan bayi, menjaga kehangatan suhu incubator,

memenuhi kebutuhan nutrisi, menjaga lingkungan sekitar bayi, menjaga

personal hygiene, mengobservasi BAB dan BAK, dan pemeriksaan

laboratorium kadar bilirubin, menimbang berat badan bayi setiap pagi.

7. Evaluasi pada bayi baru lahir untuk mendapatkan perawatan selama 5

hari dan hasilnya warna kuning pada kepala, leher dan badan bagian atas

sudah tidak nampak, Kebutuhan ASI / PASI terpenuhi, ditandai bayi

dapat minum dengan baik, berat badan bayi naik, hasil laboratorium

kadar bilirubin total : 10,25 mg %, bilirubin indirek : 9,55 mg %,

bilirubin direk : 0,70 mg %.

71

8. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Bayi Ny. S dengan

menerapkan 7 langkah varney, ditemukan kesenjangan antara teori dan

praktek yaitu pada antisipasi ditemukan kesenjangan yaitu tidak

melakukan antisipasi terjadinya infeksi dan antisipasi terjadinya kern

ikterik, pada perencanaan dan pelaksanaan ditemukan kesenjangan yaitu

tidak melakukan kolaborasi dengan dokter SpA untuk melakukan terapi

sinar dan transfusi tukar, pada evaluasi tidak ditemukan kesenjangan

antara teori dan praktek.

9. Alternatif pemecahan masalah yaitu memonitor keadaan umum dan

tanda-tanda vital, pemberian nutrisi yang adekuat pada bayi,

mempertahankan suhu tubuh.

B. Saran

1. Bagi Pasien

Ibu diharapkan dapat mengetahui tanda – tanda bayi dengan ikterus

dengan melakukan penjemuran setiap pagi sekitar jam 7 – 8 selama 10 –

15 menit, dan diharapkan ibu mampu merawat bayinya sendiri di rumah

dengan baik dan mau menyusui bayinya dengan ASI Eksklusif.

2. Bagi Profesi

Meningkatkan mutu pelayanan dan penanganan bagi bayi dengan ikterus

derajat II yang cepat, tepat, dan komprehensif.

72

3. Bagi Institusi

a. Bagi Rumah Sakit

Disarankan agar rumah sakit lebih meningkatkan mutu pelayanan

terutama dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi dengan

ikterus.

b. Bagi Pendidikan

Diharapkan agar institusi pendidikan dapat lebih meningkatkan atau

menambah referensi, sehingga dapat membantu penulis atau

mahasiswa yang akan mengambil kasus yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi

V. Jakarta : Rineka Cipta.

Barbara R. Stright, 2004, “Keperawatan Ibu-Bayi Lahir”. Jakarta : EGC

Dep.Kes RI. 2007, Kepmenkes 369/Kepmenkes/III/2007

Dinkes, RI. Angka Kematian Ibu menurut SDKI. http://www.dinkesri-aki.co.id.

Diakses tanggal 20 November 2013

Dep.Kes RI. 2007 , Ibu Selamat Bayi Sehat Suami Siaga.

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-realese/790-ibu-selamat-

bayi-sehat-suami-siaga.html. Diakses tanggal 20 November 2013

Fitria Kurnia Sari Wulaningrum, 2008 Asuhan Kebidanan Bayi pada bayi Ny.S

dengan Ikterik neonatorum derajat II di RSU Assalam Gemolong. Karya

Tulis Ilmiah. Tidak Dipublikasikan.

Hidayat, Alimul, Aziz, A. 2006. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita, Buku

Praktikum Mahasiswa

Kebidanan.. ISBN. 9789489536. Penerbit EGC, Jakarta.

_______. 2008. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita, Buku Praktikum Mahasiswa

Kebidanan..

ISBN. 9789489536. Penerbit EGC, Jakarta.

Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Hipokrates

Manuaba, 2003. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi

Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC

________, 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi

Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC.

Mustika, Tiana, 2010. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir dengan Ikterik

Neonatorum Derajat II di RS Panti Waluyo Surakarta. Karya Tulis

Ilmiah. Tidak Dipublikasikan.

Notoatmodjo, S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam, 2003. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Media

Aeculapius.

Prawirohardjo, 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Proverawati, Atikah, SKM, MPH, Cahya Ismawati S, S. Kep., Ns, 2010. BBLR.

Yogyakarta : Medical Book.

Riwidikdo, H. 2006, Statistik Kesehatan, Yogyakarta : Mitra Cendikia Press.

Saifuddin, 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta :

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Saifuddin, Abdul, Bari, 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Jakarta : JNPKKR-POGI.

Suriadi, Skp, Msn, Rita Yuliani, SKp, M.PSi, 2010. Asuhan Keperawatan Pada

Anak. Edisi 2.

Yogyakarta : Nuha Medika.

Varney, Hellen, 2007. Varney’s Midwifery. Third Edition. Boston : Jones and

Bartlet Publisher

(terjemahan buku Asuhan Kebidanan, Edisi, Volume 1. Jakarta : EGC.

Wafi Nur Muslihatun, S.SiT, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Cetakan

Kedua. Yogyakarta : Fitramaya.

Wiknjosastro, 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.