Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

88
ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN IKTERUS PATOLOGIS DI RUANG BAYI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Disusun oleh : Addina Fitriana Rosyada 201210105309 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA JULI 2013 i ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN IKTERUS PATOLOGIS DI RUANG BAYI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA CASE STUDY RESEARCH Diajukan Untuk Menyusun Case Study Research Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta Disusun oleh : Addina Fitriana Rosyada 201210105309 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA JULI 2013

Transcript of Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

Page 1: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN IKTERUS

PATOLOGIS DI RUANG BAYI RS PKU MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA

Disusun oleh :

Addina Fitriana Rosyada

201210105309

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

‘AISYIYAH YOGYAKARTA

JULI 2013

i

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN IKTERUS

PATOLOGIS DI RUANG BAYI RS PKU MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA

CASE STUDY RESEARCH

Diajukan Untuk Menyusun Case Study Research

Program Studi Diploma III Kebidanan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta

Disusun oleh :

Addina Fitriana Rosyada

201210105309

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

‘AISYIYAH YOGYAKARTA

JULI 2013

Page 2: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakaatuh

Puji syukur atas kehadirat allah yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-nya kepada kita semua, sehingga dengan izin-Nya penulis dapat

menyelesaikan Case Study Research dengan judul asuhan kebidanan pada

neonatus dengan ikterus di ruang bayi RS PKU Yogyakarta maksud penyusunan

Case Study Researchini diajukan guna melengkapi sebagian syarat mencapai gelar

D3 Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta.

Penyusunan Case Study Research ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan,

bimbingan, pengarahan dari semua pihak, untuk itu pada kesempatan kali ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Warsiti, S.Kep.,Sp.Mat., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

‘Aisyiyah Yogyakarta.

2. Ismarwati, SKM.,S.SiT., M.PH selaku kepalaprodi DIII kebidanan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta..

3. Ima Kharimaturrohmah, S.SiT,M.Kes selaku dosen pembimbing yang

telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan membantu

penyusunan Case Study Research.

4. Dra Umu Hani E N, M.Kes selaku penguji Case Study Research yang

telah meluangkan waktu memberikan saran dan kritik guna

terselesaikannya penulisan studi kasus ini.

5. Seluruh dosen dan karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah

Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan dan semangat selama

menempuh pendidikan.

6. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan,

Page 3: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

semangat serta doa.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

banyak membantu dalam penyusunan Case Study Researchini.

Penulis Menyadari dalam Case Study Researchini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari semua pihak. Semoga Case Study Research ini dapat

memberikan manfaat sebaik-baiknya.

Wassalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakaatuh

Yogyakarta , Juli 2013

Penulis

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................. v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5

C. Tujuan .................................................................................................. 5

D. Manfaat ................................................................................................ 6

E. Ruang Lingkup ..................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN TEORI

Page 4: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

A. Konsep ikterus...................................................................................... 9

B. Teori Manajemen Kebidanan ............................................................... 23

C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus ................................ 25

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 30

B. Tempat dan waktu penelitian ............................................................... 30

C. Jenis data dan teknik pengumpulan data .............................................. 30

D. Analisis data ........................................................................................ 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ................................................................................... 25

B. Pembahasan Kasus ............................................................................... 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................................... 40

B. Saran ................................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.KlasifikasiIkterus ................................................................................ 11

Tabel 2. Derajat Kremer Ikterus ....................................................................... 22

Tabel3.Penanganan Ikterus ............................................................................. 23

Tabel 4.Patway Ikterus ..................................................................................... 27

Tabel5.SOP (standar oprasional) Ikterus ......................................................... 28

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Derajat Kramer Ikterus ..................................................................... 21

viii

Page 5: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Time schedule PenyusunanCase Study Research

Lampiran 2 Surat Izin Studi Pendahuluan

Lampiran 3Surat Balasan studi pendahuluan

Lampiran 4 Surat Penelitian

Lampiran 5Informed Consent

Lampiran 6Lembar Bimbingan Penyusunan Case Study Research

ix

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN IKTERUS

PATOLOGIS DI RUANG BAYI RS PKU MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA 20131

Addina Fitriana R2, Umu Hani E N3

INTISARI

Ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupan neonatus.

Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan

dan 80% bayi kurang bulan. Salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir

adalah ensefalopati bilirubin (lebih dikenal sebagai kernikterus). Ensefalopati

bilirubin merupakan komplikasi ikterus neonatorum yang paling berat. Selain

memiliki angka mortalitas yang tinggi, juga dapat menyebabkan gejala sisa

berupa cerebral palsy, tuli nada tinggi, paralisis dan displasia dental yang sangat

mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan asuhan

kebidanan pada bayi yang mengalami Ikterus Neonatorum Patologis di RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta.

Tujuan penulisan karya tulis ini memperoleh pengalaman nyata dalam

melaksanakan asuhan kebidanan pada Ikterus Neonatorum Patologis dengan

menggunkan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan pada

Ikterus Neonatorum Patologis ini dilakukan selama 5 hari, dari tanggal 23 juni

Page 6: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

sampai 27 juni 2013 dikamar bayi perinatologi RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta.

Dari hasil penulisan studi kasus ini, penulis mendapatkan gambaran dan

pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada bayi Ikterus

Neonatorum Patologis. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada

Bayi dengan Ikterus Neonatorum Patologis di RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta dilaksanakan cukup baik.

Kata Kunci: Ikterus Neonatorum Patologis

Referensi: 15 buku (2006-2013)

Halaman: i-x, 67 halaman, 7 lampiran

____________________________________

1Judul Penulisan Ilmiah

2Mahasiswa Kebidanan STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta

3Dosen STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta

x

MIDWIFERY CARE IN NEONATAL JAUNDICE WITH BABY IN

THE PATHOLOGICAL IN RS PKU MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA 201311

Addina Fitriana R2, Umu Hani E N3

ABSTRACT

Jaundice will be found in the first week of life. Stated that the incidence of

jaundice is present in 60% of aterm infants and 80% of preterm infants. One cause

of mortality in newborns is bilirubin encephalopathy (more commonly known as

kern icterus). Bilirubin encephalopathy is a complication of the most severe

neonatal jaundice. Besides having a high mortality rate, it can also lead to

sequelae such as cerebral palsy, high tone deafness, paralysis and dental dysplasia

which greatly affect the quality of life. This study aims to provide midwifery care

Page 7: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

in infants with birth weight Low in RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

The purpose of writing this paper gain real experience in carrying out

midwifery care in Neonatorum Pathological jaundice by using the approach of

midwifery management process. Midwifery care in Neonatorum Pathological

jaundice was conducted for 5 days, from 23 June to 27 June 2013 the baby's room

perinatology RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

From the results of this case study, the authors gain insight and real

experience in the manufacture of midwifery care Neonatorum Pathological

jaundice in babies. Conclusions from the results of the implementation of

midwifery care in Infants with jaundice Pathological Neonatorum in RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta executed quite well.

Keywords: Ikterus neonatorum Pathologists

References: 15 books (2006-2013)

Pages: i-x, 67 pages, 7 attachments

_________________________________

1Tittle Scientific Writing

2Student Midwifery STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta

3Lecture STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Millenium Development Goals (MDGs) merupakan upaya untuk

memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama

masyarakat internasional untuk mempercepat pembangunan manusia. Salah

satu tujuan MDGs adalah mengurangi kematian anak dengan target

menurunkan angka kematian anak di bawah lima tahun (balita) sebesar dua

Page 8: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

per tiga jumlahnya selama periode tahun 1990 sampai dengan tahun 2015.

Indikator Angka Kematian Balita yang sangat penting adalah Angka Kematian

Bayi (AKB) karena bayi lebih rentan terhadap penyakit dan kondisi tubuh

yang tidak sehat. Selain itu AKB merupakan indikator penting dalam

pembangunan sektor kesehatan sehingga dapat menggambarkan keadaan

derajat kesehatan di suatu masyarakat (Bappenas, 2007).

Sampai saat ini ikterus masih merupakan masalah pada neonatus yang

sering dihadapi tenaga kesehatan terjadi pada sekitar 25-50% neonatus cukup

bulan dan lebih tinggi pada neonatus kurang bulan. Oleh sebab itu memeriksa

ikterus pada neonatus harus dilakukan pada waktu melakukan kunjungan

neonatal/pada saat memeriksa bayi diklinik. (Depkes RI. 2006. hlm. 24)

Angka kematian bayi di negara-negara ASEAN seperti Singapura

3/1000 per kelahiran hidup, Malaysia 5,5/1000 per kelahiran hidup, Thailand

17/1000 per kelahiran hidup, Vietnam 18/1000 per kelahiran hidup, dan

2

Philipina 26/1000 per kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian bayi di

Indonesia cukup tinggi yakni 26,9/2000 per kelahiran hidup (Depkes, 2007).

AKB di Indonesia sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup Hasil ini

mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, meskipun demikian penurunan

yang terjadi tidak berlangsung cepat, tetapi turun perlahan. Berdasarkan pola

ini, diperkirakan di tahun 2015 AKB di Indonesia mencapai 21 kematian bayi

per 1000 kelahiran maka salah satu tolok ukur adalah menurunnya angka

mortalitas dan morbiditas neonatus, dengan proyeksi pada tahun 2025 AKB

dapat turun menjadi 18 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab

mortalitas pada bayi baru lahir adalah ensefalopati bilirubin (lebih dikenal

sebagai kernikterus). Ensefalopati bilirubin merupakan komplikasi ikterus

neonatorum yang paling berat. Selain memiliki angka mortalitas yang tinggi,

Page 9: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

juga dapat menyebabkan gejala sisa berupa cerebral palsy, tuli nada tinggi,

paralisis dan displasia dental yang sangat mempengaruhi kualitas hidup (SDKI

tahun 2007).

Menurut RISKESDAS 2007, penyebab kematian neonatal 0-6 hari

adalah gangguan pernafasan (37%), prematuritas (34%), sepsis (12%),

hipotermi (7%), ikterus (6%) dan kelainan congenital (1%).

Ikterus(jaundice) terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam

darah, sehingga kulit(terutama) dan atau sklera bayi (neonatus) tampak

kekuningan. Pada sebagian besar neonatus, ikterus akan ditemukan dalam

minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus

terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan. (Risa,2006)

3

Angka kejadian ikterus di yogyakarta tahun 2009 di ruang perawatan

bayi dari 132 bayi memerlukan perawatan lanjutan sebagian besar (68%)

karena ikterus neonatorum.(Profil Kesehatan Kota Yogyakarta,2009).

Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar, meliputi

kemampuan untuk menangani dan merujuk : Hipertensi dalam kehamilan,

(Preeklampsia, Eklampsia), Tindakan Pertolongan Distosia Bahu dan

Ekstraksi Vakum pada Pertolongan Persalinan,Perdarahan post partum, Infeksi

nifas,BBLR dan Hipotermi, Hipoglikemia, Ikterus, Hiperbilirubinemia,

masalah pemberian minum pada bayi, Asfiksia pada bayi, Gangguan nafas

pada bayi, Kejang pada bayi baru lahir Infeksi neonatal, Persiapan umum

sebelum tindakan kedaruratan Obstetri – Neonatal antara lain Kewaspadaan

Universal Standar(Bappenas,2008).

Seperti yang di terangkan dalam Al-Qur’an sebagai pedoman hidup

umat islam yaitu dalam QS. Al Mu’minun (23) ayat 12 sampai dengan ayat 14

ن� ن� ( 23:12 ن� ط� ق� ق ق ق ا ن ن� ق� ق� ق� ق�ا نن ط� ن� ن� ا ة� ط� ق� ل� م� س� )

Page 10: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

23:13 ) س� ل ن� �ق �ق �ق� ة� س ق" ن# ن$ سن ار� ط% ط'ن&� ق�ر� �� ق )

ة�ا ن) ق�* لق س� س لن نا ق+ نن ة�ا قا ن� ق, ق� ق�* لا س ق ا ر ن� ق� ق� ق� ق" ن# س� ة� ا ق� ق� ق ا ق. ن� ق� ق/ ق� ق% ق� ق� �ق ن ة� ا ق0 ن1 ق ا س� ن� ق� ق/ ق� ق% ق0 ن1 �س ن ة�ا ا ل2 قنا ط. ن ق� ق' ق* ق% ل2 �ط ن ا

23:14 ) له س� ل ق� ن3 ق� قا ن& ط� ط� ل/ ن ق4 ا ق5 ل6 ق7 ق% )

artinya :

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu

sari pati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani

(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh yaitu (rahim). Kemudian air mani

itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan

segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu

tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Maka Maha Sucilah Allah

SWT. Pencipta Yang Paling Baik.”

4

Berdasarkan ayat diatas dapat disimpulkan bahwa proses terbentuknya

manusia tidak hanya karena nidasi yang langsung menjadi janin, namun

melalui beberapa fase yaitu dari segumpal darah sampai menjadi janin di

dalam kandungan kemudian lahir seorang bayi hingga menjadi manusia

dewasa di dunia. Jika terdapat gangguan atau masalah pada salah satu proses

perkembangan dan pertumbuhan manusia seperti ayat diatas akan tejadi

kelainan seperti Bayi dengan Ikterus sehingga perlu diperhatikan agar tidak

terjadi masalah yang serius.

Angka kejadian dan angka kematian neonatus akibat komplikasi seperti

Asfiksia,Infeksi, Hipotermia, Hiperbilirubinemia masih tinggi, Ikterus, dan

BBLR didiharapkan Bidan sebagai ujung tombak pelayanan yang mungkin

menjumpai kasus Ikterus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang

memadai sesuai dengan kompetensi dan fasilitas yang tersedia. Bidan dan

perawat yang terampil dan kompeten dalam manajemen Ikterus diharapkan

dapat menangani kasus Ikterus dengan baik dan benar, serta dapat

Page 11: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

menyebarkan pengetahuannya kepada keluarga mengenai penanganan Ikterus

menggunakan cara yang mudah .

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis pada

tanggal 10 April 2013 dengan melihat data sekunder untuk data tahun 2012

yaitu dari bulan Januari sampai dengan Desember angka kejadian Ikterus di

RS PKU Yogyakarta sebanyak 203 bayi untuk jumlah bayi dengan ikterus

fisiologis sebanyak 127 bayi dan bayi dengan ikterus patologis sebanyak 96

bayi.

5

Mengingat banyaknya masalah kejadian Ikterus di Indonesia terutama di

daerah DIY maka perlu penanganan yang memadai untuk mencegah

terjadinya masalah Ikterus maupun komplikasi lebih lanjut agar dapat

menekan dan menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, maka penulis

merasa tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah tentang Asuhan

Kebidanan Neonatus Bayi Dan Balita Dengan Ikterus Patologis di RS PKU

Yogyakarta Tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah diatas dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah

diatas yaitu Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus di RS PKU

YOGYAKARTA Tahun 2013

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan asuhan kebidanan pada bayi dengan

ikterus adalah sebagai berikut:

1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar ikterus serta melaksanakan

asuhan kebidanan pada neonatus dengan ikterus sesuai dengan

manajement kebidanan dan mendokumentasikan dalam bentuk SOAP.

Page 12: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus yang akan dicapai adalah mampu melakukan :

a. Melakukan pengkajian data subjektif dan obyektif pada neonatus

dengan ikterus.

6

b. Melakukan interpretasi data pada neonatus dengan ikterus.

c. Mengidentifikasi diagnosa pada neonatus dengan ikterus.

d. Mengidentifikasi antisipasi tindakan segera pada neonatus dengan

ikterus.

e. Mengidentifikasi kebutuhan pada neonatus dengan ikterus.

f. Melaksanakan rencana asuhan pada neonatus dengan ikterus..

g. Melakukan evaluasi pada neonatus dengan ikterus.

h. Melakukan kolaborasi dengan lain tenaga kesehatan yang lain yaitu

dokter anak

i. Mengidentifikasi kesenjangan teori dan praktik .

j. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan dalam bentuk SOAP

D. Manfaat

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat menambah informasi dan pustaka dalam ilmu kebidanan

mengenai asuhan kebidanan neonatus dengan ikterus.

2. Bagi Institusi

a. Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta

Membantu mengembangkan ilmu dan menambah wacana serta

informasi bagi pembaca perpustakaan dan meningkatkan kualitas

pendidikan kebidanan khususnya kebidanan pada neonatus dengan

ikterus .

7

Page 13: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

b. Bagi petugas ruang bayi PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Penelitian ini sebagai bahan masukan agar bidan dan perawat

yang ada di ruang bayi PKU Muhammadiah Yogyakarta mampu

memberikan pelayanan dan asuhan kebidanan yang dilakukan secara

maksimal dan komprehensif.

3. Bagi profesi kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi

bidan dan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat khususnya balita sehingga tercipta derajat kesehatan yang

optimal.

4. Bagi pengguna

a. Orang tua

Diharapkan bagi para ibu untuk lebih waspada kepada kesehatan

anaknya dan para orang tua dapat mengenal ciri – ciri ikterus pada

anaknya.

b. Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,

membangun kerangka empiri (hasil lapangan) dan sebagai masukan

bagi pihak yang ingin mengembangkan penelitian lebih lanjut,terutama

berkaitan dengan informasi kesehatan neonatus

8

E. Ruang Lingkup

1. Lingkup Materi

Ruang lingkup materi yang digunakan dalam penelitian ini

mengambil materi kesehatan neonatus dengan ikterus.

2. Ruang Responden

Responden dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak

Page 14: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

usia 1-28 hari dengan ikterus.

3. Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2013 – Juli 2013,dari

penyusunan proposal sampai penyusunan laporan hasil penelitian.

4. Lingkup Tempat

Penelitian dilakukan di kamar bayi RS PKU YOGYAKARTA 2013

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ikterus

1. Pengertian

Ikterus adalah keadaan transisional normal yang mempengaruhi

hingga 50% bayi aterm yang mengalami peningkatan progresif pada kadar

bilirubin tak terkongjugasi dan ikterus pada hari ketiga (Myles, 2009).

Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis ‘jaune’ yang

berarti kuning. Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau

jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi kuning karena

pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat kadarnya dalam sirkulasi darah.

Bilirubin merupakan produk utama pemecahan sel darah merah oleh

sistem retikuloendotelial. Kadar bilirubin serum normal pada bayi baru

lahir < 2 mg/dl. Pada konsentrasi > 5 mg/dl bilirubin maka akan tampak

secara klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan membran mukosa

yang disebut ikterus. Ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama

kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada

50% bayi cukup bulan (aterm) dan 75% bayi kurang bulan (preterm).

(Winkjosastro, 2007)

2. Klasifikasi ikterus

Page 15: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

Ikterus fisiologis adalah :

a. Ikterus yang timbul pada hari kedua atau ketiga lalu menghilang

setelah sepuluh hari atau pada akhir minggu kedua.

10

b. Tidak mempunyai dasar patologis

c. Kadarnya tidak melampaui kadar yang membahayakan

d. Tidak mempunyai potensi menjadi kern-ikterus

e. Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi

f. Sering dijumpai pada bayi dengan berat badan lahir rendah.

Ikterus baru dapat dikatakan fisiologis apabila sesudah pengamatan

dan pemeriksaan selanjutnya tidah menunjukkan dasar patologis dan tidak

mempunyai potensi berkembang menjadi kern-icterus. Kern-icterus

(ensefalopati biliaris) ialah suatu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak.(Sarwono, 2008)

Ikterus patologis

Adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah mencapai

suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus

kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan

keadaan yang patologis. Brown menetapkan hiperbilirubinemia bila kadar

bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg% pada bayi

kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%. (Sarwono, 2002).

a. Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama

b. Ikterus dengan kadar bilirubin > 12,5 mg% pada neonatus cukup

bulan atau > 10 mg% pada neonatus kurang bulan.

c. Ikterus dengan peningkatan kadar bilirubin > 5 mg% per hari.

d. Ikterus pada BBLR yang terjadi hari ke 2-7

11

Page 16: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

e. Ikterus pada BBLR dengan pewarnaan kuning melebihi/melewati

daerah muka

f. Ikterus yang cenderung menjadi patologik adalah :

Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama setelah lahir

Peningkatan kadar bilirubin serum sebanyak 5 mg % atau

lebih setiap 24 jam

Ikterus yang disertai :

a. Berat lahir kurang dari 2000 gram

b. Masa gestasi kurang dari 36 minggu

c. Asfiksia,hipoksia,dan sindroma gawat nafas pada

neonatus

d. Infeksi

e. Trauma lahir pada kepala

f. Hipoglikemia ,

g. Hiperosmolaritas darah

h. Proses hemolisis

i. Ikterus klinis yang menetap setelah bayi berusia kurang

dari 8 hari atau 14 hari

Tabel 1. Klasifikasi Ikterus

Klasifikasi Ikterus

Tanya dan Lihat Tanda / Gejala Klasifikasi

Mulai kapan ikterus ?

Daerah mana yang

ikterus ?

Bayinya kurang bulan ?

Warna tinja ?

Ikterus segera setelah lahir

Page 17: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

Ikterus pada 2 hari pertama

Ikterus pada usia > 14 hari

Ikterus lutut/ siku/ lebih

Bayi kurang bulan

Tinja pucat

Ikterus patologis

Ikterus usia 3-13 hari

Tanda patologis (-)

Ikterus fisiologis

12

3. Tanda Dan Gejala

Gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi :

1. Gejala akut :

gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada neonatus

adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.

2. Gejala kronik :

tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi hipertonus dan

opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa

paralysis serebral dengan atetosis, gengguan pendengaran, paralysis

sebagian otot mata dan displasia dentalis).

Sedangkan menurut Handoko (2003) gejalanya adalah warna kuning

(ikterik) pada kulit, membrane mukosa dan bagian putih (sclera) mata

terlihat saat kadar bilirubin darah mencapai sekitar 40 μmol/l.

Gejala utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa.

Disamping itu dapat pula disertai dengan gejala-gejala:

a. Dehidrasi, Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang

minum, muntah-muntah)

Page 18: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

b. Pucat, Sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis.

Ketidakcocokan golongan darah ABO, rhesus, defisiensi G6PD)

atau kehilangan darah ekstravaskular.

c. Trauma lahir, Bruising, sefalhematom (peradarahan kepala),

perdarahan tertutup lainnya.

13

d. Pletorik (penumpukan darah). Polisitemia, yang dapat

disebabkan oleh keterlambatan memotong tali pusat.

e. Letargik dan gejala sepsis lainnya.

f. Petekiae (bintik merah di kulit). Sering dikaitkan dengan infeksi

congenital, sepsis atau eritroblastosis.

g. Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari normal) Sering

berkaitan dengan anemia hemolitik, infeksi kongenital, penyakit

hati

h. Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa)

i. Omfalitis (peradangan umbilikus)

j. Hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid)

k. Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus

koledokus)

l. Feses dempul disertai urin warna coklat. Pikirkan ke arah

ikterus obstruktif.

4. Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru

lahir, karena

a. Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak

dan berumur lebih pendek.

b. Produksi bilirubin serum yang berlebihan. Hal ini melebihi

Page 19: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada hemolisis

yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, AB0, golongan darah

14

lain, defisiensi enzim G-6-PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup dan

sepsis.

c. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari gangguan

fungsi hepar. Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan

fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak

terdapatnya enzim glukoronil transferase (sindrom criggler-Najjar).

Penyebab lain yaitu defisiensi protein. Protein Y dalam hepar yang

berperan penting dalam “uptake” bilirubin ke sel hepar.

d. Gangguan transportasi karena kurangnya albumin yang mengikat

bilirubin.Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian

diangkat ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat

dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat, sulfafurazole. Defisiensi

albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang

bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.

e. Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver (karena

infeksi atau kerusakan sel liver). Gangguan ini dapat terjadi akibat

obstruksi dalam hepar atau diluar hepar. Kelainan diluar hepar

biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar

biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.

5. Penyebab Ikterus

a. Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus,

defisiensi G6PD, sferositosis herediter dan pengaruh obat.

15

b. Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi

Page 20: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

intra uterin.

c. Polisitemia.

d. Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir.

e. Ibu diabetes.

f. Asidosis.

g. Hipoksia/asfiksia.

h. Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi

enterohepatik.

i. Produksi yang berlebihan, misalnya pada pemecahan darah (hemolisis)

yang berlebihan pada incompatibilitas (ketidaksesuaian) darah bayi

dengan ibunya.

j. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari gangguan

fungsi liver.

k. Gangguan transportasi karena kurangnya albumin yang mengikat

bilirubin.

l. Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver (karena

infeksi atau kerusakan sel liver

6. Penegakan Diagnosis

a. Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi, namun

masih dapat digunakan apabila tidak ada alat. Pemeriksaan ini sulit

diterapkan pada neonatus kulit berwarna, karena besarnya bias

16

penilaian. Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak

direkomendasikan, namun apabila terdapat keterbatasan alat masih

boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif

segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut.

Page 21: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus

secara visual, sebagai berikut:

Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di

siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih

parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat

pada pencahayaan yang kurang.

Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui

warna di bawah kulit dan jaringan subkutan.

Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian

tubuh yang tampak kuning.

b. Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan

diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi

lebih lanjut. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan

pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan

invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus.

Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total. Sampel serum harus

dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil).

17

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk, bila

kadar bilirubin total > 20 mg/dL atau usia bayi > 2 minggu.

c. Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja

dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan

panjang gelombang 450 nm. Cahaya yang dipantulkan merupakan

representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa.

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat

Page 22: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

yang amat dipengaruhi pigmen kulit. Saat ini, alat yang dipakai

menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh

pigmen. Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining,

bukan untuk diagnosis.

d. Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak. Hal

ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada

konsentrasi bilirubin serum yang rendah.

Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar

bilirubin bebas. Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase.

Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap

bilirubin. Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna. Dengan pendekatan

bilirubin bebas, tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah.

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan

bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen. Berdasarkan hal ini,

18

maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan

dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin.

7. Faktor Resiko

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum:

Faktor Maternal

a. Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)

b. Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)

c. Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.

d. ASI

Faktor Perinatal

a. Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)

Page 23: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

b. Infeksi (bakteri, virus, protozoa)

Faktor Neonatus

a. Prematuritas

b. Faktor genetik

c. Polisitemia

d. Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)

e. Rendahnya asupan ASI

f. Hipoglikemia

g. Hipoalbuminemia

8. Patofisiologi

1. Pigmen kuning ditemukan dalam empedu yang terbentuk dari

pemecahan hemoglobin oleh kerja heme oksigenase,biliverdin

19

reduktase,dan agen pereduksi nonenzimatik dalam sistem

retikuloendotelial,

2. Setelah pemecahan hemoglobin,bilirubin tak terkonjugasi diambil

oleh protein intraseluler ‘’Y protein’’dalam hati.pengambilan

tergantung pada aliran darah hepatik dan adanya ikatan protein.

3. Bilirubin yang tak terkonjugasi dalam hati diubah atau terkonjugasi

oleh enzim asam uridin difosfoglukuronat uridin diphosphoglucuronic

acid (UPGA) glukuronil transferase menjadi bilirubin mono dan

diglucuronida yang polar larut dalam air (bereaksi direk).

4. Bilirubin yang terkonjugasi yang larut dalam air dapat dieliminasi

melalui ginjal dengan konjugasi bilirubin masuk dalam empedu

melalui membran kanalikular kemudian ke sistem gastointestinal

dengan diaktifkan oleh bakteri menjadi urobilinogen dalam tinja dan

urin.beberapa bilirubin diabsorbsi kembali melalui sirkulasi

Page 24: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

enterohepatik.

5. Warna kuning dalam kulit akibat dari akumulasi pigmen bilirubin

yang larut dalam lemak,tak terkonjugasi,non polar(bereaksi indirek)

6. Pada bayi dengan hyperbilirubinemia kemungkinan merupakan hasil

dari defisiensi atau tidak aktifnya glukuronil transferase.rendahnya

pengambilan dalam hepatik kemungkinan karena penurunan protein

hepatik sejalan dengan penurunan darah hepatik.

7. Jundice yang terkait dengan pemberian ASI merupakan hasil dari

hambatan kerja glukoronil transferase oleh pregnanediol atau asam

20

lemak yang terdapat dalam ASI terjadi 4- 7 hari setelah lahir dimana

terdapat tkenaikan bilirubin tak terkonjugasi dengan kadar 25 – 30

mg/dl selama minggu ke 2- ke 3.biasanya bisa mencapai usia 4

minggu dan menurun setelah 10 minggu.jika pemberian ASI

dilanjutkan,hyperbilirubinemia akan menurun berangsur angsur dapat

menetap selama 3-10 minggu pada kadar yang lebih rendah.jika

pemberian ASI dihentikan,kadar bilirubin serum akan turun dengan

cepat biasanya 1-2 hari dan pengganti ASI dengan susu formula

mengakibatkan penurunan bilirubin serum dengn cepat,sesudahnya

pemberian ASI dapat dimulai lagi dan hyperbilirubin tidak kembali ke

kadar yang tinggi seperti sebelumanya.

8. Bilirubin yang patologi tampak ada kenaikan bilirubin dalam 24 jam

pertama kelahiran.sedangkan untuk bayi dengan ikterus fisiologis

muncul antara 3-5 hari sesedah kelahiran.

9. Penatalaksanaan Ikterus

ق8 �ا ق9 نن ة= �ه ق;ا ق8 إا�� ق<ا ق9 نن ة= � ق;ا ق"ا ط@

““Tidaklah Allah menurunkan satu penyakit melainkan Allah telah

Page 25: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

menurunkan untuknya obat penyembuh.” (HR.Bukhari,no:5354).

a. Bawa segera ke tenaga kesehatan untuk memastikan kondisi ikterus

pada bayi kita masih dalam batas normal (fisiologis) ataukah sudah

patologis.

b. Dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan analisa penyebab

yang mungkin. Bila diduga kadar bilirubin bayi sangat tinggi atau

21

tampak tanda-tanda bahaya, dokter akan merujuk ke RS agar bayi

mendapatkan pemeriksaan dan perawatan yang memadai.

c. Di rumah sakit, bila diperlukan akan dilakukan pengobatan dengan

pemberian albumin, fototerapi (terapi sinar), atau tranfusi tukar pada

kasus yang lebih berat.

9. Terapi sinar pada ikterus bayi baru lahir:

Pengaruh sinar terhadap ikterus pertama-tama diperhatikan oleh

salah seorang perawat di salah satu rumah sakit di Inggris. Perawat

tersebut melihat bahwa bayi yang mendapatkan sinar matahari di

bangsalnya ternyata ikterusnya lebih cepat menghilang dibandingkan

dengan bayi lainnya. Cremer (1958) yang mendapatkan laporan tersebut

mulai melakukan penelitian mengenai pengaruh sinar terhadap

hiperbilirubinemia ini. Dari penelitiannya terbukti bahwa disamping sinar

matahari, sinar lampui tertentu juga mempunyai pengaruh dalam

menurunkan kadar bilirubin pada bayi prematur yang diselidikinya.

Terapi sinar tidak hanya bermanfaat untuk bayi kurang bulan tetapi

juga efektif terhadap hiperbilirubinemia oleh sebab lain. Pengobatan cara

ini menunjukkan efek samping yang minimal, dan belum pernah

dilaporkan efek jangka panjang yang berbahaya.

Dalam perawatan bayi dengan terapi sinar, yang perlu diperhatikan:

Page 26: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

a. Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas

mungkin dengan membuka pakaian bayi.

22

b. Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang dapat

memantulkan cahaya agar tidak membahayakan retina mata dan sel

reproduksi bayi.

c. Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak

yang terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal.

d. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh

bayi yang terkena cahaya dapat menyeluruh.

e. Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4-6 jam.

f. Kadar bilirubin bayi diukur sekurang-kurangnya tiap 24 jam.

g. Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama pada bayi dengan

hemolisis.

h. Pengawasan nutisi/ASI

Pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.Perintah

menyusui sudah dijelaskan dalam QS Al-Baqarah (2) ayat 233 yang

artinya :

“ Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama 2 tahun

penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan

kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan

cara yang makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar

kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan

karena anaknya,dan juga seorang ayah karena ankanya, dan warispun

kewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum 2

tahun) dengan kerelaan keduanya dan musyawarah,maka tidak ada

dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh

Page 27: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

orang lain,maka tidak ada dosa bagimu. Apabila kamu memberikan

pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan

ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Untuk pemberian ASI sangat dianjurkan untuk memberikan

ASI ekslusif yaitu pemberian ASI saja tanpa makanan pendamping

lainnya selama 6 bulan penuh kemudian dilanjutkan sampai usia dua

tahun dengan ditambah makanan pendamping ASI.

23

Bila dievaluasi ternyata tidak banyak perubahan pada kadar

bilirubin, perlu diperhatikan kemungkinan lampu yang kkurang efektif,

atau ada komplikasi pada bayi seperti dehidrasi, hipoksia (kekurangan

oksigen), infeksi, gangguan metabolisme, dan lain-lain.

10. Komplikasi

Setiap pengobatan selalu akan menimbulkan efek samping. Dalam

penelitian yang dilakukan selama ini, tidak ditemukan pengaruh negatif

terapi sinar terhadap tumbuh kembang bayi. Efek samping hanya bersifat

sementara, dan dapat dicegah/diperbaiki dengan memperhatikan tata cara

penggunaan terapi sinar.

Kelainan yang mungkin timbul karena terapi sinar antara lain:

a. Peningkatan kehilangan cairan tubuh bayi. Karena itu pemberian

cairan harus diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Bila bayi bisa

minum ASI, sesering mungkin berikan ASI.

b. Frekwensi buang air besar meningkat karena hiperperistaltik (gerakan

usus yang meningkat).

c. Timbul kelainan kulit yang bersifat sementara pada muka, badan, dan

alat gerak.

d. Kenaikan suhu tubuh.

Page 28: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

e. Kadang pada beberapa bayi ditemukan gangguan minum, rewel, yang

hanya bersifat sementara.

24

Komplikasi biasanya bersifat ringan dan tidak sebanding dengan

manfaat penggunaannya. Karena itu terapi sinar masih merupaka pilihan

dalam mengatasi hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir.

11. Mencegah Ikterus Pada Bayi

Ikterus dapat dicegah sejak masa kehamilan, dengan cara

pengawasan kehamilan dengan baik dan teratur, untuk mencegah sedini

mungkin infeksi pada janin, dan hipoksia(kekurangan oksigen) pada janin

di dalam rahim. Pada masa persalinan, jika terjadi hipoksia, misalnya

karena kesulitan lahir, lilitan tali pusat, dan lain-lain, segera diatasi dengan

cepat dan tepat. Sebaiknya, sejak lahir, biasakan anak dijemur dibawah

sinar matahari pagi sekitar jam 7 – jam 8 pagi setiap hari selama 15 menit

dengan membuka pakaiannya.

12. Kremer Ikterus

Gambar 1. Derajat Kremer Ikterus

25

Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama

dan terlihat pada lengan, tungkai, tangan dan kaki pada hari kedua, maka

digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar

secepatnya. Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin

serum untuk memulai terapi sinar.

Tabel 2. Derajat Kremer Ikterus

No Derajat

kremer Bagian tubuh yang kuning Kadar

bilirubin

Page 29: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

1 I Daerah kepala dan leher 5,0 mg%

2 II Sampai batas atas 9,0 mg%

3 III Sampai badan bawah hingga

tungkai.

11,4mg%.

4 IV Sampai daerah lengan, kaki

bawah dan lutut

12,4mg%

5 V Sampai Daerah telapak tangan

dan kaki.

16,0 mg%

26

13. Bagan Penanganan Ikterus

Tabel 3. Penanganan Ikterus

Tanda-Tanda Warna kuning pada kulit dan sklera mata (tanpa hepatomegali,

perdarahan kulit, dan kejang kejang

Kategori Normal Fisiologik Patologik

Penilaian

1. Daerah ikterus

(rumus kremer)

2. Kuning hari ke:

3. Kadar bilirubin

1

1-2

≤5mg%

1 + 2

>3

Page 30: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

5-9mg%

1 sampai 4

>3

11-15mg%

1 sampai 5

>3

>15-20mg%

1 sampai 5

>3

>20mg%

Penanganan

Bidan atau

puskesmas

Terus

diberi

ASI

1. Jemur dimatahari pagi jam 7-9

selama 10 menit

2. Badan bayi telanjang,mata ditutup

3. Terus diberi ASI

4. Banyak minum

1. Rujuk

kerukah

sakit

2. Banyak

minum

Rumah sakit Sama

Page 31: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

dengan

diatas

Sama

dengan

diatas

Terapi

sinar

Terapi sinar

Periksa golongan darah ibu dan bayi

periksa kadar bilirubin

Nasihat bila

semakin

kuning

,kembali

Waspadai

bila kadar

bilirubin naik

> 0.5mg/jam

coomb’s test

Tukar

darah

27

14. Patway Iketerus

Tabel 4.Patway Ikterus

28

15. SOP (Standar Operasional)

Tabel 5. Standar Operasional Ikterus Neonatorum

Page 32: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

IKTERUS NEONATORUM

Pengertian Ikterus neonatorum ialah diskolorisasi pada

kulit atau organ lain akibat penumpukan

bilirubin,keadaan ini disebabkan oleh

produksi bilirubin yang berlebih,eksresi

berkurang atau campuran antara keduanya.

Tujuan

Mengatasi ikterus neonatorum pada

neonatus penyebabnya dengan segera.

Prosedur Menejemen awal

1. Mulai dengan terapi sinar

2. Ambil sample darah bayi untuk tes

bilirubin

2.1.Tentukan apakah bayi punya

faktor resiko (lahir <2500 gr atau

UK <37 mg,hemolisis,atau

sepsis.

2.2.Bila kadar bilirubin serum

dibawah kadar yang tidak

memerlukan terapi sinar

(hentikan terapi sinar)

2.3.Bila kadar bilirubin serum

melebihi kadar yang memerlukan

terapi sinar (lakukan terapi sinar)

3. Bila ada riwayat ikterus hemolisis

atau inkompatibilitas faktor Rh atau

golongan darah ABO pada kelahiran

Page 33: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

sebelumnya.

3.1.Ambil sample darah bayi dan ibu

dan lakukan pemeriksaan kadar

hemoglobin dan golongan darah

lakukan tes coombs.

3.2.Bila faktor Rh dan golongan

darah ABO bukan merupkan

penyebabnyadari hemolisis,atau

bila ada riwayat pada keluarga

dengan definisi G6PD lakukan

pemeriksaan.

4. Bila kadar bilirubin dan tes lain telah

diperoleh tentukan dignosis yang

memungkinkan.

29

Menejemen ikterus hemolitik

1. Bila kadar bilirubin serum masuk

indikasi lakukan fototerapi.

2. Bila kadar bilirubin serum masuk

indikasi lakukan tranfuse tukar

(rujuk RS Tipe A)

3. Nasehat ibu

3.1.Bila penyebab ikterus adalah

incompatibilitas faktor Rh

yakinkan ibu sudah mendapat

konseling tentang kehamilannya.

3.2.Bila bayi dengan definisi

Page 34: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

G6PD,beri nasehat kepada ibu

tentang hal-hal yang harus

dihindari untuk mencegah krisis

hemolisis pada bayi contohnya

(anti malaria dan aspirin)

4. Bila hemoglobin <12 g% dan Ht <39

% beri tranfuse tukar

5. Setelah terapi sinar dihentikan

perhatikan:

5.1.Pantau bayi selama 24 jam dan

ulangi pemeriksaan kadar

bilirubin bila memungkinkan

atau perkiraan ikterus dengan

menggunakan perkiraan klinik

5.2.Bila ikterus telah sampai pada

kadar untuk dilakukan tarapi

sinar,ulangi terapi sinar dalam

waktu yang sama seperti

sebelumnya

5.3.Ulangi langkah G6Pdini setiap

kali terapi sinar dihentikan

sampai dapat dipastikan kadar

biliribin dalam bata normal tidak

melenihi kadar yang ditentukan

6. Bila ikterus berang G6Pdsur angsur 2

mg atau lebih dan air seni pucat

/gelap lakukan terapi prolonged

Page 35: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

jaundic

7. Tindak lanjuti setelah bayi

dipulangkan dr RS dengan mengukur

Hb setiap minggu selama 4 minggu

bila Hb < 10grm/dl dan Ht <30%

beri tranfusi darah.

30

Mamajemen ikterus pada

prematuritas

1. Bila kadar bilirubin serum berada

dalam kadar untuk dilakukan terapi

sinar lanjutkan fototerapi.

2. Begitu terapi sinar dihentikan dan

usia bayi kurang dari 3 hari panntau

dalam 24 jam

3. Jika ikterus pada 2 mg dan kencing

gelap lakukan prologted joundic.

PELAKSANAAN FOTOTERAPI

Pengertian Fototerapi ialah terapi menggunakan sinar

ultraviolet dengan panjang gelombang

tertentu dan waktu tertentu untuk

menurunkan kadar bilirubin

Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah menurunkan

kadar bilirubin indirek pada kadar yang

tidak memerlukan fototerapi lagi.

Kebijakan Melakukan fototerapi pada semua bayi

dengan ikterik dan kadar bilirubin indirek

Page 36: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

lebih tinggi dari batas tertentu yang

merupakan kewenangan dokter spesialis

anak.

Prosedur pelaksanaan 1. Pastikan pelindung penutup agar

bayi aman bila tiba-tiba lampu pecah

2. Hangatkan ruangan suhu dibawah

lampu 280-300

3. Nylakan dan pastikan lampu

menyala dengan baik

4. Ganti lampu bila terbakar/berkedipkedip

5. Catat tanggal lampu dipasang

6. Ganti lampu setiap 1000 jam setelah

3 bulan,walaupun lampu masih

menyala.

7. Letakkan tirai putih agar cahayanya

dapat memantul kearah bayi secara

merata.

31

Cara melakukan fototerapi 1. Letakkan bayi dibawah lampu

fototerapi

1.1.Bila BB bayi 2000 gr/lebih maka

letakkan bayi pada box dengan

keadaan telanjang dan letakkan

bayi kecil didalam incubator.

1.2.Tutup mata bayi dengan penutup

pastikan tidak menutupi lubang

hidung.

Page 37: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

2. Letakkan bayi sedekat mungkin

dengan lampu sesuai

petunjuk/manual dari pabrik.

3. Diusahakan tubuh bayi seluasluasnya

terkena sinar

4. Mengubah posisi bayi tiap 3 jam

sekali.

5. Pastikan bayi diberikan minum

5.1.Minum setiap 3 jam sekali.

5.2.Pindahkan bayi ke unit lain saat

di beri minum dan lepaskan

matanya.

5.3.Tidak perlu diberikan PASI

cukup diberikan ASI saja.

5.4.Bila bayi tidak menyusu berikan

ASI perah dengan menggunakan

salah satu alternatif pemberian

minum

6. Bila bayi menerima cairan

IV,naikkan jumlah volume cairan

10%selama bayi fototerapi

7. Bila bayi menggunakan OGT tidak

perlu di pindah dari fototerapi

8. Timbang bayi setiap hari awasi

penurunan BB akibat kehilangan

cairan atau diare terutama pada bayi

prematur

Page 38: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

9. Feses bayi mungkin keluar warna

kuning saat disinar

10. Hentikan fototerapi jika orangtua

menjenguk untuk memudahkan

interaksi alami orang tua dan bayi

11. Lanjutkan pengobatan dan

pemeriksaan lain

11.1. Bayi dipindah hanya jika

ingin melakukan prosedur yang

harus jauh bdari fototerapi

32

11.2. Bila bayi menerima O2

matikan lampu saat memeriksa

bayi untuk mengetahui sianosis

sentral

12. Pantau suhu bayi dan suhu sekitar

bayi setiap 3 jam untuk bayi didalam

incubator termistir prob harus

terlindungi dari sinar.

13. Periksa kadar tiap 12 jam

13.1. Hentikan fototerapi ketika

kadar bilirubin dibawah kadar

indikasi dilakukannya fototerapi

13.2. Bila kadar bilirubin

mendekati nilai untuk dilakukan

tranfuse tukar maka lakukan

tranfuse tukar

Page 39: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

14. Bila kadar bilirubin tidak dapat

diperiksa pada BBLR /UK <37 atau

sepsis maka hentikan fototerapi

setelah 3 hari

15. Bila ada kecurigaan ikterus

hemilitik/ikterus dalam 24 jam

hentikan fototerapi setelah 4 hari

Sumber : RS PKU Yogyakarta,2002

33

B. Teori Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan

dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari

pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi (Asri. 2009).

Menejemen asuhan kebidanan menurut Varney (7 langkah) meliputi :

1. Langkah I : Pengumpulan data dasar

Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang klien /

orang yang minta asuhan. Pengumpulan data mengenai seseorang tidak

akan selesai jika setiap informasi yang dapat diperoleh hendak

dikumpulkan. Maka dari itu sebelumnya harus mempertanyakan : data apa

yang cocok dalam situasi kesehatan seseorang pada saat bersangkutan.

Data yang tepat adalah data yang relefan dengan situasi yang sedang

ditinjau.Data yang mempunyai pengaruh atas/ berhubungan dengan situasi

yang sedang ditinjau.

Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan

dilanjutkan secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan

berlangsung. Data secara garis besar, di klasifikasikan menjadi data

Page 40: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

subjektif dan objektif.

Pada waktu mengumpulkan data subyektif bidan harus

mengembangkan antar personal yang efektif dengan pasien/klien yang

diwawancarai, lebih memperhatikan hal -hal yang menjadi keluhan utama

34

pasien dan yang mencemaskan berupaya mendapat data fakta yang sangat

bermakna dalam kaitan dengan masalah pasien.

2. Langkah II : Interpretasi Data Dasar

Dilakukan indentifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah

dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data

yang dikumpulkan.Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan

sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.

3. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

Mengidentifikasikasikan masalah atau diagnosa potensial lain

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa potensial lain berdasarkan

rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan penceghan,

sambil mengamati klien bidan diharapkan dan bersiap siap bila diagnosa/

masalah potensial ini benar-benar terjadi.

4. Langkah IV : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang

memerlukan penanganan segera

Beberapa data menunjukan situasi emergensi dimana bidan perlu

tindakan segera demi keselamatan bayi dan balita, beberapa data

menunjukan situasi yang memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan

lain. Bidan mengevaluasi situasi setiap pasien untuk menentukan asuhan

pasien yang paling tepat.

35

Page 41: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

5. Langkah V : Merencanakan asuhan yang komperhesif menyeluruh

Pada langkah ini direcanakan asuhan yangmenyeluruh ditentukan

oleh langkah sebelumnya.Langka ini merupakan kelanjutan manajemen

terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau antisipasi,

pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dilengkapi.

6. Langkah VI : Melaksanakan perencanaan

Rencana asuhan yang menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada

langkah 5 dilaksanakan secara efesien dan aman. Dalam langkah ini bidan

dapat berkolaborasi dengan dokter dalam manajemen asuhan bagi pasien

yang mengalami komplikasi.

7. Langkah VII : Evaluasi

Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan

meliputi pemenuhan kebutuhan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai

dengan kebutuhan diagnosa.Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika

memang benar efektif dalam pelaksanaannya.

C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus

1. Data subyektif :

a. Identitas data pasien dan orangtua

Menurut darwan budi suyanto, identitas merupakan bagian terpenting

dalam suatu anamesis.Identitas diperlukan untuk memastikan bahwa

anak yang diperiksa benar-benar adalah anak yang dimaksud.

36

b. Alasan datang/kunjungan

Pada pengkajian alasan kunjungan meliputi apa yang menjadi alasan

pasien untuk datang ke rumah sakit yaitu apakah bayi baru lahir

ataukah ada alasan bahwa pasien datang dengan keluhan seperti malas

minum, earna kulit bayi kuking atau ada alasan yang lainnya.

Page 42: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

c. Keluhan utama

Anamesis ini dimulai dengan keluhan utama yaitu keluhan atau gejala

yang menyebabkan pasien dibawa oleh orangtua berobat misalnya

orang tua mengeluh tubuh bayi kuning ataupun bayi malas minum.

d. Riwayat perkawinanan

Pengkajian riwayat perkawinan meliputi usia menikah, lama

pernikahan, menikah berapa kali, dan status pernikahan syah atau

tidak.

e. Riwayat obstetri

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, hamil ke berapa,

umur kehamilan, jenis kelamin, jenis persalinan, penolong komplikasi

persalinan dan keadaannya.

f. Riwayat Kehamilan

Berapa kali ANC, imunisasi TT, merasakan gerakan janin pertama,

keluhan pada TM I, II, dan TM III, HPHT, serta HPL.

g. Riwayat persalinan

Riwayat perslainan harus ditanya denga teliti termasuk tanggal, tempat

kelahiran, siapa yang menolong misalnya dokter, bidan atau dukun,

cara kelahiran misalnya spontan ,dibantu dengan alat, atau secara SC,

umur kehamilannya (UK) apakah < 37 minggu (preterem) atau > 37

37

minggu (aterem), adanya kehamilan ganda, keadaan segera setelah

lahir dan morbiditas pada kelahiran pada hari pertama misalnya apakah

bayi mengalami asfiksia,hipotermi atau ikterus dalam 24 jam. Masa

kehamilan pasien juga perlu ditanyakan apakah cukup bulan atau tidak.

h. Riwayat imunisasi

Status imunisasi harus ditanyakan secara rutin khususnya BCG, DPT,

Page 43: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

Polio, Campak dan hepatitis B. Kemudian dapat dilihat pada Kartu

Menuju Sehat ( KMS ).

i. Riwayat penyakit

Riwayat penyakit meliputi riwayat penyakit keluarga, keturunan

kembar, dan riwaayat operasi.

j. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

Pengkajian pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari meliputi pola nutrisi

pada neonatus dengan ikterus diberikan lebih banyak nutrisi berupa

ASI eksklusif dengan frekuensi secara on demand atau paling tidak 3

jam sekali, pola eliminasi pada bayi dengan ikterus biasanya feses

berwarna kuning, personal hygiene, dan istirahat.

k. Data psikolososial

Data psikososial misalnya seperti apakah kehadiran bayinya disambut

dengan baik atau tidak, siapa yang merawatnya apakah bayi dirawat

oleh kedua orang tua kandung, oleh neneknya, atau diasuh oleh orang

lain

38

2. Data obyektif :

a. Pemeriksaan umum

Pada pemeriksaan umum terdiri dari keadaan umum, kesadaran pasien,

tanda-tanda vital meliputi nadi, tensi, suhu, respirasi.

b. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi :

Kepala : Adakah caput susadenum, bagaimana warna

rambut, terdapat bekas luka atau tidak, bagaimana

keadaan suturanya.

Wajah : Terdapat pucat, odem atau tidak pada muka,

Page 44: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

pewarnaan pada muka bagaimana apakah pucat,

kuning, atau biru.

Mata : Cekung atau tidak, pewarnaan pada konjungtiva

pucat, kemerahan atau putih, dan warna sklera

kuning atau merah muda.

Mulut dan gigi : Apakah terdapat karies atau tidak, mulut bersih

atau tidak, berwarna pucat, biru,atau kemerahan.

Leher :adakah pembesaran pada Kelenjar tyroid, kelenjar

limfe, dan getah bening .

Dada : Ada tarikan dinding dada atau tidak, simetris atau

tidak, serta pewarnaan pada bagian dada apakah

kuning atau kemerahan.

39

Abdomen : Kembung atau tidak, keadaan talipusat apakah

kering atau basah,terdapat tanda-tanda infeksi

talipusat atau tidak, pewarnana pada bagian

abdomen kuning atau kemerahan, serta dinding

abdomen.

Genetalia : Ada lubang ureter, atau adanya kelainan pada

bagian genetalia untuk jenis kelamin laki-laki

apakah ada penis,apakah ada 2 testis dalam 1

scrotum apakah penis berlubang di ujung dan

untuk jenis kelamin perempuan apakah labia

mayora kanan dan kiri menutupi labia minora

kanan dan kiri atau tudak, terdapat wagina atau

tidak,terdapat clitoris atau tidak.

Anus : Berlubang apa tidak

Page 45: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

Ekstrimitas : Adanya kelainan pada bagian ektrimitas seperti

pembengkak pada bagian kaki dan tangan adakah

fraktur pada bagian ekstremitas serta pewarnaan

pada bagian ekstremitas apakah kuning atau tidak.

Palpasi : Setelah diinspeksi dilakukan pemeriksaan lanjut

dengan meraba telapak tangan sehingga dapat

ditentukan bentuk, besar , tepi permukaan serta

konsistensi organ.

40

Perkusi : Tujuan nya untuk mengetahui perbedaan suara

ketuk sehingga dapat ditentukan batas batas suatu

organ pada paru, jantung dan hati.

c. Data Penunjang

Melakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui jenis penyakit

3. Analisa/Diagnosa :

Data yang telah dikumpulkan, diinterpretasikan sehingga ditemukan

masalah atau diagnosa yang spesifik. Interpretasi data pada bayiseperti :

a. Diagnosa : Asuhan kebidanan pada neonatus umur 0-28 hari dengan

ikterus

Dasarnya :

1) Data subyektif

2) Data obyektif

b. Masalah : kurangnya pengetahuan tentang penyakit ikterus pada bayi

c. Kebutuhan : KIE tentang penyakit bayi

4. Diagnosa potensial

Diagnosa potensial pada penyakit ikterus antar lain : terjadi akumulasi

bilirubin dalam darah sehingga kulit (terutama) dan atau sklera bayi

Page 46: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

(neonatus) tampak kekuningan dan muncul pewarnaan kuning pada

permukaan kulit, bayi mengalami dehidrasi/kekurangan cairan, serta

berpotensial juga terjadi kern ikterus.

41

5. Antisipasi

Antisipasi yang dilakukan pada neonatus dengan penyakit ikterus adalah

melakukan pemeriksaan laboratorium berupa cek bilirubin 24 jam sekali,

memberikan asi secara ekslusif, serta bila kadar bilirubin < 10 mg/dl pada

bayi prematur dan < 12,5 mg/dl pada bayi cukup bulan maka lakukan

fototerapi.

6. Rencana

Rencana tindakan nya dengan cara Jemur dimatahari pagi jam 7-9 selama

10 menit, badan bayi telanjang, mata ditutup, terus diberi ASI dan banyak

minum untuk bayi dengan ikterus neonatorum fisiologis dan perencanaan

untuk fototerapi dan pemenuhan nutrisi untuk bayi dengan ikterus

patologis.

7. Evaluasi

Evaluasi atau hasil yang diharapkan dari asuhan pada neonatus adalah

tidak terjadi akumulasi bilirubin dalam darah, sehingga kulit (terutama)

dan sklera bayi (neonatus) tampak kekuningan serta tidak terjadi

komplikasi yang lebih berat, dan adakah kesenjangan antara teori dengan

praktik atau tidak.

44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

I. Pengkajian (Data Subjektif)

Page 47: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 23 Juni 2013 pukul 15.00 WIB

yang meliputi :

a. Identitas

Nama Bayi : By. Ny. W

Umur : 6 Hari

Tgl./Jam Lahir : 18 Juni 2013 / 21.25 WIB

Jenis Kelamin : Perempuan

BB Lahir : 1.700 gr

Panjang Badan : 39 cm

Identitas Orang Tua : Ibu : Ayah :

Nama : Ny. Wiwik Tn. Soib

Umur : 24 tahun 26 tahun

Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia Jawa / Indonesia

Agama : Islam Islam

Pendidikan : SMA SMA

Pekerjaan : Wiraswasta Wiraswasta

Alamat : Umbulharjo, Yogyakarta, Yogyakarta

43

c. Observasi

Pada jenis pengamatan ini, pengamat (Observer) benar-benar

mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

sasaran pengamatan (Observer). Dengan kata lain, pengamat ikut aktif

berpartisipasi dalam aktifitas dalam kontak dengan klien

(Notoatmodjo 2002:95).

2. Data sekunder

a. Telaah dokumentasi

Data yang diperoleh dengan cara mempelajari status pasien, catatan

Page 48: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

asuhan kebidanan dan studi kepustakaan.

D. Analisis data

Dilakukan secara deskriptif mengggunakan prinsip-prinsip manajemen

asuhan menurut varney.

44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

I. Pengkajian (Data Subjektif)

Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 23 Juni 2013 pukul 15.00 WIB

yang meliputi :

a. Identitas

Nama Bayi : By. Ny. W

Umur : 6 Hari

Tgl./Jam Lahir : 18 Juni 2013 / 21.25 WIB

Jenis Kelamin : Perempuan

BB Lahir : 1.700 gr

Panjang Badan : 39 cm

Identitas Orang Tua : Ibu : Ayah :

Nama : Ny. Wiwik Tn. Soib

Umur : 24 tahun 26 tahun

Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia Jawa / Indonesia

Agama : Islam Islam

Pendidikan : SMA SMA

Pekerjaan : Wiraswasta Wiraswasta

Alamat : Umbulharjo, Yogyakarta, Yogyakarta

45

Page 49: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

b. Anamnesa

Tanggal : 23 Juni 2013

Pukul : 15.00 WIB

1) Riwayat Kehamilan

Pada kehamilan yang ke 2 ini ibu lebih berhati-hati terhadap

kesehatan diri dan janinnya. Ibu mengatakan memeriksakan

kehamilannya di bidan Praktek Swasta sebanyak TMI = 1 kali,

TMII = 2 kali, TMIII = 3 kali.

Pada saat hamil ibu tidak pernah mengalami pendarahan,

tekanan darah tinggi atau sakit yang lain, ibu tidak pernah

mengkonsumsi obat-obatan selain yang diberikan pada saat

periksa. Selama kehamilan ibu tidak memperoleh Imunisasi TT

sama sekali.

2) Riwayat Obstetri : P1A0AH1

No Tahun Uk Penolong

persalinan

Jenis

persalinan

Tempat

persalinan

Jk/bb Komplikasi

1. 2012 7 mg Dokter Curetage RS - Abortus

2. 2013 30mg Bidan Spontan RS Perempuan/

1700gr

Tidak ada

3) Riwayat persalinan

Bayi lahir pada tanggal 18 juni 2013, UK 30 minggu, di RS,

Page 50: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

ditolong oleh bidan, secara spontan, bayi lahir tungggal, keadaan

bayi baru lahir menangis spontan, tonus otot kurang kuat, warna

kulit bayi kemerahan

46

Lama Persalinan : Kala I : 8 jam

Kala II : 30 menit

Kala III : 15 menit

Kala IV : 2 jam

10 jam 45 menit

4) Riwayat apgar score

Apgar score 1 menit 5 menit

Denyut jantung 2 2

Pernapasan 2 2

Refleks 1 2

Tonus otot 1 2

Warna kulit 1 2

Jumlah 7 9

5) Riwayat Kesehatan Pasien (RS)

KU cukup, bayi menangis kuat, reflek menghisap kurang

kuat terutama pada hari I, turgor kulit elastis, tonus otot normal,

abdomen normal, tali pusar kering, pernafasan normal, tidak

terdapat suara ronchi, kulit berwarna kuning pada muka dan leher,

bayi berada di dalam incubator.

6) Riwayat kesehatan keluarga

Ibu pasien mengatakan dalam keluarga ada yang menderita

penyakit menurun yaitu hipertensi pada ibu (nenek bayi dari pihak

ibu) dan ada yang menderita DM (diabetes militus) pada ayah

Page 51: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

47

(kakek dari pihak ibu), serta tidak ada yang menderita penyakit

menular seperti TBC, hepatitis, HIV/AIDS.

7) Pola Kebiasaan Pasien

a) Pola Nutrisi

Jenis nutrisi yang diberikan adalah ASI eksklusif sebanyak

7,5cc setiap 3 jam sekali melalui OGT.

b) Pola Eliminasi

Pasien BAK rata-rata 5-7 kali dalam sehari , warna jernih, bau

tidak berbau dan BAB 4-5 kali sehari warna kuning kehijauan,

bau khas feses.

c) Pola Aktifitas

Gerakan pasien cukup aktif.

d) Pola Kebersihan Diri

Pasien dimandikan dengan air hangat sebanyak 1 kali sehari

pada pagi hari dengan cara mandi cemplung.

8) Pola Istirahat

Pasien tidur dalam sehari rata-rata 19 jam yaitu tidur malam ± 10

jam dan tidur siang ± 9 jam.

II. Pengkajian (Data Objektif)

Pemeriksaan Umum

- Keadaan Umum : Cukup

- Kesadaran : Composmentis

- Tanda Vital : Suhu : 37° C

48

: Pernafasan : 44 kali/mnt

: Nadi : 132 kali/mnt

Page 52: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : Ubun-ubun datar, sutura tidak teraba penyusupan,

tidak ada caput succedaneum dan tidak ada

cepal hematoma.

b. Rambut : Bersih, hitam, tidak mudah rontok.

c. Mata : Mata tidak cekung, sklera berwarna kuning

kuning, konjungtiva merah muda, simetris

d. Teling : Bersih, tidak ada serumen, kanan dan kiri

simetris warna kuning.

e. Hidung : Bersih, tidak terdapat secret, simetri, warna

kuning.

f. Mulut : Bibir warna tidak pucat, tidak ada labioskisis

dan labiopalatoskisis, tidak ada stomatitis.

g. Kulit : Bersih, kering, turgor masih bagus, tampak

kekuningan pada tubuh bagian atas yaitu bagian

muka hingga leher dan anggota tubuh lain

berwarna kemerahan.

h. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar

limfe serta vena jugularis pewarnaan kuning.

49

i. Dada :Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada,

tidak ada suara ronci dan wezing, serta dada

berwarna kuning.

j. Perut : Tidak teraba benjolan, tiadak ada perdarahan tali

pusat, talipusat sudah kering,dan tidak ada

tanda-tanda infeksi, serta perut berwarna

kemerahan dan dinding perut tidak lembek.

Page 53: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

k. Ekstermitas : Gerak tidak terlalu aktif, jari kaki dan tangan

lengkap, dan tidak terjadi fraktur pada

ekstremitas, pewarnaan pada ekstremitas tidak

kuning.

l. Genetalia : labia mayora kanan dan kiri menutupi labia

minora kanan dan kiri, terdapat 1 lubang uretra

dan 1 lubang vagina

m. Anus : berlubang

n. Reflek : moro (+)

Pemeriksaan penunjang :

No Tanggal/jam Hasil normal

1 23 juni

pukul 20.16

bilirubin total :

9,91 mg/dl

Bilirubin total :

< 10 mg/dl pada bayi

prematur.

< 12,5 mg/dl pada bayi

cukup bulan.

50

III. ANALISA

Tanggal/jam:23 juni 2013/15.00

By Ny W umur 6 hari dengan ikterus neonatorum patologis

IV. PENATALAKSANAAN

Tanggal/jam:23 juni 2013/15.00

1. Melakukan fototerapi kepada By Ny W

Page 54: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

Sudah dilakukan fototerapi dimulai jam 15.00

2. Melakukan fototerapi pada By Ny W dengan durasi 3X6 jam

Bayi Ny W dilakukan fototerapi dengan durasi 3X6 jam

3. Mengobservasi pelaksanaan Fototerapi untuk mengetahui kondisi

bayi dan kelancaran Fototerapi

fototerapi berjalan dengan lancar selama 6 jam

4. Mengobservasi posisi bayi saat dilakukan terapi sinar setiap 4 jam

sekali agar sinar dapat merata mengenai tubuh bayi.

Sudah dilakukan

5. Menghitung respirasi, dan memberikan nutrisi ASI/OGT serta

mengobservasi eliminasi setiap 3 jam sekali.

No Tanggal/jam Hasil

1 23 Juni 2013

pukul 15.00

RR : 48 X/menit, Residu : 2cc, ASI : 10 cc melalui

OGT , BAB : tidak, BAK : ya

2 23 Juni 2013

pukul 18.00

RR : 50 X/menit, Residu : tidak ada, ASI : 10 cc

melalui OGT , BAB : tidak, BAK : ya

3 23 Juni 2013

pukul 21.00

RR : 50 X/menit, Residu : tidak ada, ASI : 10 cc

melalui OGT , BAB : tidak, BAK : ya

4 23 Juni 2013

pukul 00.00

RR : 54 X/menit, Residu : 1 cc, ASI : 10 cc melalui

Page 55: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

OGT , BAB : tidak, BAK : ya

51

6. Mengukur nadi dan SpO2 bayi setiap 6 jam sekali

No Tanggal/jam Hasil

1 tanggal 23 juni

pukul 18.00

Suhu : 37,20C , Nadi : 141 x/menit , SpO2 :

99%.

2 tanggal 23 juni

pukul 00.00

Suhu : 37,30C , Nadi : 149 x/menit , SpO2 :

99%.

Data Perkembangan

Tanggal/jam : 24 juni 3013/03.00

1. Pengkajian (Data Subjektif) : -

2. Pengkajian (Data Objektif) :

Bayi bernafas spontan, menangis, Bayi didalam incubator, Turgor

kulit elastis, Minum dengan OGT 10 cc/3 jam, Ikterik

3. ANALISA Tanggal/jam:24 juni 2013/03.00

By Ny W umur 7 hari dengan ikterus neonatorum patologis.

4. PENATALAKSANAAN Tanggal/jam:24 juni 2013/03.00

1. Melakukan penimbangan berat badan pada bayi Ny. W

Sudah dilakukan BB : 1680 gram

2. Mengobservasi pelaksanaan fototerapi untuk mengetahui kondisi

bayi dan kelancaran fototerapi

fototerapi berjalan dengan lancar selama 3 x 6 jam

3. Mengobservasi posisi bayi saat dilakukan terapi sinar setiap 4 jam

Page 56: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

sekali agar sinar dapat merata mengenai tubuh bayi.

Sudah dilakukan

52

4. Menghitung respirasi, dan memberikan nutrisi ASI/OGT serta

mengobservasi eliminasi setiap 3 jam sekali.

No Tanggal /jam Hasil

1 24 Juni 2013

pukul 03.00

RR : 52 X/menit, Residu : 0 cc, ASI : 10

cc melalui OGT , BAB : tidak, BAK :

tidak

2 24 Juni 2013

pukul 06.00

RR : 48 X/menit, Residu : 2cc, ASI : 12,5

cc melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya

3 24 Juni 2013

pukul 09.00

RR : 44 X/menit, Residu : tidak ada, ASI :

12,5 cc melalui OGT , BAB : tidak, BAK

: ya

4 24 Juni 2013

pukul 12.00

RR : 41 X/menit, Residu : tidak ada, ASI :

12,5 cc, melalui OGT , BAB : tidak,

BAK: ya

5 24 Juni 2013

pukul 15.00

Page 57: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

RR : 44 X/menit, Residu : 1 cc, susu

formula :10cc, ASI : 2,5 cc melalui OGT,

BAB : tidak, BAK : tidak

6 24 Juni 2013

pukul 18.00

RR : 43X/menit, Residu :tidak ada, ASI :

12,5 cc melalui OGT , BAB : ya, BAK:

tidak

7 24 Juni 2013

pukul 21.00

RR : 45 X/menit, Residu : 0 cc, ASI : 10

cc melalui OGT , ASI oral : 2,5cc, BAB :

tidak, BAK : ya

8 24 Juni 2013

pukul 00.00

RR : 44 X/menit, Residu : 0 cc, ASI : 12,5

cc melalui OGT , BAB : tidak, BAK : ya

5. Mengukur nadi dan SpO2 bayi setiap 6 jam sekali

No Tanggal/jam Hasil

1 tanggal 24 juni

pukul 06.00

Suhu : 370C , Nadi : 158 x/menit , SpO2 : 99%.

2 tanggal 24 juni

pukul 12.00

Suhu : 36,20C , Nadi : 147x/menit , SpO2 : 99%.

3 tanggal 24 juni

pukul 18.00

Page 58: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

Suhu : 370C , Nadi : 155 x/menit , SpO2 : 93%.

4 tanggal 24 juni

pukul 00.00

Suhu : 36,50C , Nadi : 149 x/menit , SpO2 : 98%.

53

Tanggal/jam : 25 Juni 3013/03.00

I. Pengkajian (Data Subjektif) : -

II. Pengkajian (Data Objektif) :

Bayi bernafas spontan, menangis, Bayi didalam incubator, Turgor

kulit elastis, Minum dengan OGT 12,5 cc/3 jam.

III. ANALISA Tanggal/jam:25 juni 2013/03.00

By Ny W umur 8 hari dengan keadaan normal.

IV. PENATALAKSANAAN Tanggal/jam:25 juni 2013/03.00

1. Melakukan penimbangan berat badan pada By Ny W

Sudah dilakukan BB : 1690 gram

2. Mematikan fototerapi pada tanggal 25 juni 2013 jam 03.00

Fototerapi sudah dimatikan.

3. Menghitung respirasi, dan memberikan nutrisi ASI/OGT serta

mengobservasi eliminasi setiap 3 jam sekali.

No Tanggal/jam Hasil

1 25 Juni 2013

pukul 03.00

RR : 50 X/menit, Residu : 0 cc, ASI : 12,5 cc

melalui OGT , BAB : tidak, BAK : tidak

2 25 Juni 2013

pukul 06.00

RR : 46 X/menit, Residu : 0cc, ASI : 12,5 cc

Page 59: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya

3 25 Juni 2013

pukul 09.00

RR : 40 X/menit, Residu : 2cc, ASI : 5cc melalui

oral, ASI : 7,5 cc melalui OGT , BAB : tidak,

BAK : ya

4 25 Juni 2013

pukul 12.00

RR : 41 X/menit, Residu : tidak ada, ASI : 12,5 cc,

melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya

5 25 Juni 2013

pukul 15.00

RR : 40 X/menit, Residu : 1 cc, ASI : 11,5cc

melalui OGT ,BAB : ya, BAK : ya

6 25 Juni 2013

pukul 18.00

RR : 43X/menit, Residu : 5cc, ASI : 7,5 cc melalui

OGT , BAB : tidak, BAK : ya

7 25 Juni 2013

pukul 21.00

RR : 45 X/menit, Residu : 1 cc, ASI : 10 cc melalui

OGT , ASI oral : 15cc, BAB : tidak, BAK : ya

8 25 Juni 2013

pukul 00.00

RR : 46 X/menit, Residu : 0 cc, ASI : 15 cc melalui

OGT , BAB : ya, BAK : ya

54

Page 60: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

4. Mengukur suhu, nadi, dan SpO2 bayi setiap 6 jam sekali

No Tanggal/jam Hasil

1 tanggal 25 juni

pukul 06.00

Suhu : 36,50C , Nadi : 157 x/menit , SpO2 : 97%.

2 tanggal 25 juni

pukul 12.00

Suhu : 35,50C , Nadi : 131x/menit , SpO2 : 97%.

3 tanggal 25 juni

pukul 18.00

Suhu : 35,90C , Nadi : 146 x/menit , SpO2 : 98%.

4 tanggal 25 juni

pukul 00.00

Suhu : 36,40C , Nadi : 158 x/menit , SpO2 : 98%.

Tanggal/jam:26 Juni 3013/03.00

I. Pengkajian (Data Subjektif) :

ibu mengatakan senang atas perkembangan anaknya yang semakin

membaik dan sudah dapat menyusui anaknya

II. Pengkajian (Data Objektif) :

Bayi bernafas spontan, menangis, Bayi didalam incubator, Turgor

kulit elastis, Minum dengan OGT 15 cc/3 jam.

III. ANALISA Tanggal/jam:26 juni 2013/03.00

By Ny W umur 9 hari dengan keadaan normal .

IV. PENATALAKSANAAN Tanggal/jam:26 juni 2013/03.00

1. Melakukan penimbangan berat badan pada By Ny W

Sudah dilakukan BB : 1630 gram

2. Mengajarkan kepada ibu untuk menyusui bayinya

Page 61: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

Sudah dilakukan dan ibu masih kurang bisa menyusui dengan

benar.

55

3. Menghitung respirasi, dan memberikan nutrisi ASI/OGT serta

mengobservasi eliminasi setiap 3 jam sekali.

No Tanggal /jam Hasil

1 26 Juni 2013

pukul 03.00

RR : 42 X/menit, Residu : 3 cc, ASI : 15 cc

melalui OGT ,

BAB : tidak, BAK : tidak

2 26 Juni 2013

pukul 06.00

RR : 45 X/menit, Residu : 0cc, ASI : 15 cc

melalui OGT ,

BAB : ya, BAK : ya

3 26 Juni 2013

pukul 09.00

RR : 44 X/menit, Residu : 3cc, ASI : 15 cc

melalui OGT ,netek : 0cc BAB : tidak, BAK : ya

4 26 Juni 2013

pukul 12.00

RR : 41 X/menit, Residu : tidak ada, netek : 0cc

ASI : 15 cc, melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya

5 26 Juni 2013

pukul 15.00

RR : 41 X/menit, Residu : 0 cc, netek : 0 cc ASI :

Page 62: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

15 cc, melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya

6 26 Juni 2013

pukul 18.00

RR : 44 X/menit, Residu : 1/2 cc, netek :1/2cc,

ASI : 14 cc melalui OGT ,BAB : ya, BAK : ya

7 26 Juni 2013

pukul 21.00

RR : 40 X/menit, Residu : 0 cc, ASI : 10 cc

melalui OGT , ASI oral : 7,5cc, BAB : tidak,

BAK : tidak

8 26 Juni 2013

pukul 00.00

RR : 40 X/menit, Residu : 0 cc, ASI : 17,5 cc

melalui OGT ,

BAB : ya, BAK : ya

4. Mengukur nadi dan Spo2 bayi setiap 6 jam sekali

No Tanggal/jam Hasil

1 26 juni

pukul 06.00

Suhu : 37,20C , Nadi : 125 x/menit , SpO2 : 98%.

2 26 juni pukul

12.00

Suhu : 36,70C , Nadi : 132x/menit , SpO2 : 97%.

3 26 juni pukul

18.00

Suhu : 37,40C , Nadi : 155 x/menit , SpO2 : 97%.

4 26 juni pukul

Page 63: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

00.00

Suhu : 370C , Nadi : 138 x/menit , SpO2 : 92%.

5. Mengganti tusukan infus pada pukul 06.00

Sudah dilakukan

56

Tanggan/jam :27 Juni 3013/03.00

I. Pengkajian (Data Subjektif) :

ibu mengatakan senang atas perkembangan anaknya yang semakin

membaik dan sudah dapat menyusui anaknya

II. Pengkajian (Data Objektif) :

Bayi bernafas spontan, menangis, Bayi didalam incubator, Turgor

kulit elastis, Minum dengan OGT 10 cc/3 jam.

III. ANALISA Tanggal/jam:27 juni 2013/03.00

By Ny W umur 9 hari dengan keadaan normal.

IV. PENATALAKSANAAN Tanggal/jam:27 juni 2013/06.00

1. Melakukan penimbangan berat badan pada bayi ny W

Sudah dilakukan BB : 1620 gram

2. Menghitung respirasi, dan memberikan nutrisi ASI/OGT serta

mengobservasi eliminasi setiap 3 jam sekali.

No Tanggal/jam Hasil

1 27 Juni 2013

pukul 03.00

RR : 42 X/menit, Residu : 0 cc, ASI : 17,5 cc

melalui OGT , BAB : tidak, BAK : tidak

2 27 Juni 2013

pukul 06.00

RR : 44 X/menit, Residu : 0cc, ASI : 17,5 cc

Page 64: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya

3 27 Juni 2013

pukul 09.00

RR : 43 X/menit, Residu : 7,5 cc, ASI : 10 cc

melalui OGT , BAB : ya, BAK : tidak

4 27 Juni 2013

pukul 12.00

RR : 40 X/menit, Residu : tidak ada,netek : 0 cc,

ASI : 17,5 cc, melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya

5 27 Juni 2013

pukul 15.00

RR : 42 X/menit, Residu : 0cc, netek :3cc, ASI

: 20 cc melalui OGT ,BAB : ya, BAK : ya

6 27 Juni 2013

pukul 18.00

RR : 43X/menit, Residu :tidak ada, ASI : 20 cc

melalui OGT , BAB : tidak, BAK : ya

7 27 Juni 2013

pukul 21.00

RR : 40 X/menit, Residu : 0 cc, ASI : 0 cc

melalui OGT , ASI oral : 20 cc, BAB : ya,

BAK : ya

8 27 Juni 2013

pukul 00.00

RR : 42 X/menit, Residu : 1 cc, ASI : 20 cc

melalui OGT , BAB : tidak, BAK : ya

57

Page 65: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

3. Mengukur nadi dan SpO2 bayi setiap 6 jam sekali

No Tanggal/jam Hasil

1 27 juni 2013

pukul 06.00

Suhu : 37,10C , Nadi : 155x/menit ,

SpO2 : 96%.

2 27 juni 2013

pukul 12.00

Suhu : 36,80C , Nadi : 148x/menit ,

SpO2 : 97%.

3 27 juni 2013

pukul 18.00

Suhu : 36,40C , Nadi : 145 x/menit ,

SpO2 : 95%.

4 27 juni 2013

pukul 00.00

Suhu : 36,30C , Nadi : 128 x/menit ,

SpO2 : 99%.

Pembimbing Lahan Peneliti

(Siti Arifah, S.Kep.Ns) (Addina Fitriana R)

B. Pembahasan Kasus

Pada pembahasan kasus ini dilakukan sesuai dengan tahapan kebidanan

yang meliputi pengkajian, interprestasi data, identifikasi diagnosa atau

masalah potensial, identifikasi kebutuhan yang memerlukan tindakan segera,

merencanakan asuhan yang menyeluruh, pelaksanaan rencana evaluasi.

1. Pada tahap pengkajian pada teori didapatkan yaitu tanda-tanda ikterus

patologis seperti kulit bayi dan sklera tampak kuning dan pucat,

Page 66: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

konsentrasi urine pekat, insomnia (susah tidur), letargi (keadaan kesadaran

yang menurun, seperti tidur lelap), hypotrie (berkurangnya tonus otot)

58

reflek hisap kurang, moro lemah, irritabel, tremor, konvulsi suara tangisan

tinggi sedangkan pada kasus bayi Ny. W diperoleh karakteristik bayi

sebagai berikut, pewarnaan kuning melewati daerah muka.dan sklera

tampak kuning, feses tampak kuning, dan reflek hisap kurang.

2. Pada tahap Interpetasi data diambil dari data dasar, dapat dibedakan

menjadi data obyektif dan data subyektif. Dari data obyektif yang

mendukung untuk diagnosis pasien dengan ikterus patologis pada teori

yaitu tampak ikterus yang disertai berat lahir kurang dari 2000 gram,

masa gestasi kurang dari 36 minggu, warna kuning pada tubuh, dan

sklera tampak kuning, feses gelap,sedangkan pada bayi Ny W didapatkan

ikterus yang disertai berat badan lahir 1700 gram, masa gestasi 30

minggu, warna kuning pada tubuh bagian atas yaitu muka hingga leher,

dan sklera tampak kuning, feses berwarna kuning.

3. Pada tahap identifikasi diagnosa potensial pada teori yaitu munculnya

potensial karena ikterus yaitu dehidarasi, perubahan warna kulit karena

peninggkatan kadar bilirubin. Sedangkan pada kasus bayi Ny.W

dimunculkan diagnosa potensial berupa peningkatan kadar hiperbilirubin

segingga timbul pewarnaan kuning pada tubuh bagian atas yaitu muka

hingga leher dan pemenuhan nutrisi pada bayi masih kurang kemudian

dari data subjektif pada teori kejadian ikterus bisa karena riwayat

kehamilan misalnya terjadi hemolisis akibat inkompatibilitas ABO,

isoimunisasi rhesus, atau ibu dengan diabetes,dari riwayat persalinan

misalnya seperti kelainan bawaan, bayi dengan asfiksia, asidosis, terjadi

59

Page 67: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

kern ikterus sedangkan pada kasus By Ny W didapatkan riwayat

kehamilan ibu baik, ibu tidak memiliki riwayat penyakit menular dan

menurun,serta pada riwayat persalinan Bayi lahir pada tanggal 18 juni

2013, UK 30 minggu, di RS, ditolong oleh bidan, secara spontan, bayi

lahir tungggal, keadaan bayi baru lahir menangis spontan, tonus otot

kurang kuat, warna kulit bayi kemerahan,dan tidak ada komplikasi pada

persalinan. Pada langkah ini juga dimunculkan antisipasi masalah bila

mungkin dilakukan pencegahan. Pada tahap antisipasi masalah pada kasus

ikterus patologis pada bayi Ny. W berupa kolaborasi dengan Dr. Spesialis

anak dan juga proses rehidrasi atau pemenuhan kebutuhan cairan untuk

mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.

4. Pada identifikasi masalah kebutuhan yang memerlukan tindakan segera

pada teori tindakan segera disesuaikan dengan keadaan bayi, dan sarana

prasarana yang ada di RS sedangkan pada kasus ini dimunculkan 3

identifikasi berupa gangguan kebutuhan cairan, gangguan kebutuhan

nutrisi, dan gangguan integritas kulit oleh peningkatan bilirubin darah.

5. Pada tahap perencanaan semua rencana yang dibuat disesuaikan dengan

teori, keadaan pasien, serta sarana dan prasarana yang tersedia. Untuk

diagnosa kekurangan volume cairan dan elektrolit serta ganguan

pemenuhan kebutuhan nutrisi ,Pada diagnosa adanya gangguan integritas

kulit sehubungan dengan peningkatan bilirubin darah pada rencana

dilakukan monitor warna dan kondisi kulit serta pemeriksaan

laboratorium dapat dilaksanakan begitu juga adanya rencana kolaborasi

60

dengan dr. anak untuk pemberian terapi serta melihat keluarga pasien

(orang tua) sehingga diharapkan dapat mempermudah penyelesaian

masalah yang dialami sedangkan pada kasus By Ny W pemenuhan

Page 68: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

kebutuhan diberikan berupa ASI melalui OGT, dan untuk gangguan

integritas kulit telah dilakukan pemeriksaan laboratorium dan akan

dilakukan terapi dengan melakukan kolaborasi dengan dr spesialis anak

untuk pemberian fototerapi.

6. Pelaksanaan tindakan ini pada prinsipnya telah sesuai dengan rencana

yang telah dibuat akan tetapi tidak semua rencana dapat dilakukan. Pada

diagnosa kekurangan volume cairan tindakan pengelolaan pemberian

terapi cairan sesuai program, tindakan monitoring intake dan output tidak

dilakukan sendiri oleh penulis melainkan berkerjasama dengan tim

kesehatan lain yaitu dengan perawat kamar bayi secara langsung (lisan)

maupun tertulis melalui catatan perawatan, karena keterbatasan waktu

penulis untuk dapat bersama dengan pasien. Pada diagnosa gangguan

integritas kulit tindakan untuk monitoring bilirubin direct dan indirect

(pemeriksaan laboratorium lainnya) dilaksanakan dengan kerjasama

dengan tim kesehatan lain dalam hal ini dari petugas dengan dokter,

pemberian terapi penulis bekerjasama dengan perawat dan dr. di kamar

bayi.pemberian fototerapi dilakuakan selama 3X6 jam, bayi didalam

incubator, Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas

mungkin dengan membuka pakaian bayi.Kedua mata dan kemaluan harus

ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya agar tidak

61

membahayakan retina mata dan sel reproduksi bayi.Bayi diletakkan 8 inci

di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak yang terbaik untuk

mendapatkan energi yang optimal.Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah

setiap 18 jam agar bagian tubuh bayi yang terkena cahaya dapat

menyeluruh.Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4jam. Pengawasan

nutisi/ASI setiap 3 jam sekali.

Page 69: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

7. Pada evaluasi tindakan yang dapat langsung diketahui atau beberapa saat

setelah dilakukan perawatan, evaluasi hasil yaitu evaluasi yang didapat

selama 5 hari dilakukannya tindakan setelah tujuan rencana tindakan

tercapai yaitu berupa perbaikan pemberian nutrisi dengan memberikan

nutrisi sesuai dengan kebutuhan, perbaikan gangguan pemberian cairan

dengan mengajarkan ibu untuk menyusui bayinya serta gangguan

integritas pada kulit dengan cara pemberian terapi sinar yang sudah

dilakukan dan diperoleh kondisi bayi yang membaik dan tidak terjadi

komplikasi yang tidak diinginkan.

62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil studi kasus ini penulis mendapatkan gambaran dan

pengalaman secara nyata tentang pemberian asuhan kebidanan pada bayi

ikterus patologis dengan fototerapi, dengan menggunakan proses manajemen

kebidanan yang meliputi pengkajian, interpretasi data, identifikasi diagnosa,

atau masalah potensial, identifikasi kebutuhan yang memerlukan tindakan

segera, merencanakan asuhan yang menyeluruh, pelaksanaan rencana dan

evaluasi.

1. Pada pengkajian didapatkan hasil yaitu karakteristik bayi sebagai berikut,

pewarnaan kuning melewati daerah muka hingga leher dan sklera tampak

kuning, feses tampak kuning, dan reflek hisap kurang, pemenuhan nutrisi

bayi dari OGT.

2. Pada Interpetasi data diambil dari data dasar, dapat dibedakan menjadi

data obyektif dan data subyektif. Dari data obyektif yang mendukung

untuk diagnosis pasien dengan ikterus patologis yaitu pada bayi Ny W

Page 70: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

didapatkan ikterus yang disertai berat badan lahir 1700 gram, masa

gestasi 30 minggu, warna kuning pada tubuh bagian atas yaitu muka

hingga leher, dan sklera tampak kuning, feses berwarna kuning.

3. Pada identifikasi diagnosa potensial pada teori yaitu munculnya potensial

karena ikterus yaitu dehidarasi, perubahan warna kulit karena

63

peninggkatan kadar bilirubin. Sedangkan pada kasus bayi Ny.W

dimunculkan diagnosa potensial berupa peningkatan kadar hiperbilirubin

segingga timbul pewarnaan kuning pada tubuh bagian atas yaitu muka

hingga leher dan pemenuhan nutrisi pada bayi masih kurang kemudian

dari data subjektif pada teori kejadian ikterus bisa karena riwayat

kehamilan misalnya terjadi hemolisis akibat inkompatibilitas ABO,

isoimunisasi rhesus, atau ibu dengan diabetes,dari riwayat persalinan

misalnya seperti kelainan bawaan, bayi dengan asfiksia,dan asidosis

sedangkan pada kasus By Ny W didapatkan riwayat kehamilan ibu baik,

ibu tidak memiliki riwayat penyakit menular dan menurun,serta pada

riwayat persalinan Bayi lahir pada tanggal 18 juni 2013, UK 30 minggu,

di RS, ditolong oleh bidan, secara spontan, bayi lahir tungggal, keadaan

bayi baru lahir menangis spontan, tonus otot kurang kuat, warna kulit bayi

kemerahan,dan tidak ada komplikasi pada persalinan. Pada langkah ini

juga dimunculkan antisipasi masalah bila mungkin dilakukan pencegahan.

Pada tahap antisipasi masalah pada kasus ikterus patologis pada bayi Ny.

W berupa kolaborasi dengan Dr. Spesialis anak dan juga proses rehidrasi

atau pemenuhan kebutuhan cairan untuk mencegah terjadinya komplikasi

lebih lanjut.

4. Pada identifikasi masalah kebutuhan yang memerlukan tindakan segera

pada teori tindakan segera disesuaikan dengan keadaan bayi, dan sarana

Page 71: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

prasarana yang ada di RS sedangkan pada kasus ini dimunculkan 3

64

identifikasi berupa gangguan kebutuhan cairan, gangguan kebutuhan

nutrisi, dan gangguan integritas kulit oleh peningkatan bilirubin darah.

5. Pada perencanaan semua rencana yang dibuat disesuaikan dengan teori,

keadaan pasien, serta sarana dan prasarana yang tersedia. Untuk diagnosa

kekurangan volume cairan dan elektrolit serta ganguan pemenuhan

kebutuhan nutrisi ,Pada diagnosa adanya gangguan integritas kulit

sehubungan dengan peningkatan bilirubin darah pada rencana dilakukan

monitor warna dan kondisi kulit serta pemeriksaan laboratorium dapat

dilaksanakan begitu juga adanya rencana kolaborasi dengan dr. anak

untuk pemberian terapi serta melihat keluarga pasien (orang tua) sehingga

diharapkan dapat mempermudah penyelesaian masalah yang dialami

sedangkan pada kasus By Ny W pemenuhan kebutuhan diberikan berupa

ASI melalui OGT, dan untuk gangguan integritas kulit telah dilakukan

pemeriksaan laboratorium dan akan dilakukan terapi dengan melakukan

kolaborasi dengan dr spesialis anak untuk pemberian fototerapi.

6. Pada pelaksanaan tindakan ini pada prinsipnya telah sesuai dengan

rencana yang telah dibuat akan tetapi tidak semua rencana dapat

dilakukan. Pada diagnosa kekurangan volume cairan tindakan

pengelolaan pemberian terapi cairan sesuai program, tindakan monitoring

intake dan output tidak dilakukan sendiri oleh penulis melainkan

berkerjasama dengan tim kesehatan lain yaitu dengan perawat kamar bayi

secara langsung (lisan) maupun tertulis melalui catatan perawatan, karena

keterbatasan waktu penulis untuk dapat bersama dengan pasien. Pada

65

diagnosa gangguan integritas kulit tindakan untuk monitoring bilirubin

Page 72: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

direct dan indirect (pemeriksaan laboratorium lainnya) dilaksanakan

dengan kerjasama dengan tim kesehatan lain dalam hal ini dari petugas

dengan dokter, pemberian terapi penulis bekerjasama dengan perawat dan

dr. di kamar bayi.pemberian fototerapi dilakuakan selama 3X6 jam, bayi

didalam incubator, Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar

dapat seluas mungkin dengan membuka pakaian bayi.Kedua mata dan

kemaluan harus ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya

agar tidak membahayakan retina mata dan sel reproduksi bayi.Bayi

diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak yang

terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal.Posisi bayi sebaiknya

diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh bayi yang terkena cahaya

dapat menyeluruh.Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4jam.

Pengawasan nutisi/ASI setiap 3 jam sekali.

7. Pada evaluasi tindakan yang dapat langsung diketahui atau beberapa saat

setelah dilakukan perawatan, evaluasi hasil yaitu evaluasi yang didapat

selama 5 hari dilakukannya tindakan setelah tujuan rencana tindakan

tercapai yaitu berupa perbaikan pemberian nutrisi dengan memberikan

nutrisi sesuai dengan kebutuhan, perbaikan gangguan pemberian cairan

dengan mengajarkan ibu untuk menyusui bayinya serta gangguan

integritas pada kulit dengan cara pemberian terapi sinar yang sudah

dilakukan dan diperoleh kondisi bayi yang membaik dan tidak terjadi

komplikasi yang tidak diinginkan.

66

B. Saran

Berdasarkan tinjauan kasus dan pembahasan kasus, kesimpulan di atas

penulis memberikan sedikit masukan atau saran yang diharapkan dapat

bermanfaat :

Page 73: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan untuk menyediakan waktu khusus untuk pengembalian

kasus (penelitian) diluar waktu praktek lapangan.

2. Bagi RS. Umum PKU Muhammadiyah

Khusus untuk kamar bayi agar dapat mempertahankan dan lebih

meningkatkan mutu pemberian asuhan kebidanan yang lebih baik

pelaksanannya, yang dapat dirasakan penulis sangat mendukung dalam

pembuatan karya tulis ilmiah ini..

3. Bagi profesi kebidanan

Diharapkan bagi Bidan jika menemukan kasus ikteru neonatorum

untuk dapat melakukan pemeriksaan secara seksama dan mampu

mengidentifikasi dan memberiakan pertolongan pertama pada bayi ikterik

dan merujuk kasus tersebut ketingkat pelayanan kesehatan yang lebih

tinggi.

4. Bagi Orang tua

Diharapkan bagi para ibu agar tetap dapat memberikan ASI yang

adekuat untuk bayi sehingga dapat menurunkan kadar ikterus, mengontrol

BAK dan BAB bayinya serta memperhatikan dalam perawatan bayi

sehari-hari, dan membantu mempercepat penyembuhan.

67

5. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,

membangun kerangka empiri (hasil lapangan) dan sebagai masukan bagi

pihak yang ingin mengembangkan penelitian lebih lanjut, terutama

berkaitan dengan informasi kesehatan neonatus

DAFTAR PUSTAKA

Al-Hikmah. 2008. Al-Quran dan Terjemahnya, QS. Al Baqarah ayat 233.

Page 74: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

Jakarta:Diponegoro, Cet. 5

Al-Hikmah. 2008. Al-Quran dan Terjemahnya, QS. Al-Mu’minun ayat 12-14.

Jakarta:Diponegoro, Cet. 5

Ambarwati, E dan Rismintari, Y. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas.

Yogyakarta: Nuha Medika

Bappenas.(2007) Bappenas [Internet].Yogyakarta: Bappenas.Tersedia Dalam

<Http://angka mortalitas dan morbiditas pada bayi.org>[Diakses 6

Februari 2013]

Bappenas.(2008) Bappenas [Internet].Yogyakarta: Bappenas.Tersedia Dalam

<Http://angka kematian bayi di indonesia.org>[Diakses 6 Februari

2013]

Buku Panduan Peserta Manajemen BBLR untuk Bidan di Desa. (2011) Buku

Panduan Peserta Manajemen BBLR untuk Bidan di Desa [Internet].

Yogyakarta: Buku Panduan. Tersedia dalam:

http://www.gizikia.depkes.go.id [Diakses 16 juni 2013]

Depkes RI. 2006. hlm. 24.(2006) Depkes RI. [Internet].Yogyakarta: Depkes RI.

2006. hlm. 24.Tersedia Dalam <Http://Depkes> [Diakses 17

Februari 2013]

Depkes. 2007. hlm. 24.(2007) Depkes. [Internet].Yogyakarta: Depkes. 2007.

Tersedia Dalam <Http://Depkes.org> [Diakses 18 Februari 2013]

Imam Ibnu hajar Al Atsqolani–rahimahullah. 1979. Bulughul maram,

HR.Bukhari,no:5354. Jakarta: Pustaka Azzam

Manuaba,IBG. 2005. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan. EGC.Jakarta

Maryunani, A. dan Nurhayati., 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit

Pada Neonatus. CV. Trans Info Media, Jakarta

Maulana HDJ. Promosi Kesehatan.Jakarta: EGC.2009:5.

Mufdilah dan hiayat.A, 2008. Catatan kuliah konsep kebidanan,Tim Mitra

Page 75: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

cendikia,Yogyakarta

Muslimatun,dkk.2009. dokumentasi Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta :

Fitramaya

Prawirohardjo,S. 2002. BukuAcuanNasionalPelayananKesehatan Maternal

Neonatal.Jakarta :YayasanBinaPustaka

.2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatural,

Jakarta : EGC.

.2008.Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta :

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Pudjiadi, H., Hegar Badriul, dkk. 2010.Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter

Anak Indonesia. Jakarta: IDAI.

RISKESDAS.(2007).RISKESDAS [Internet].Yogyakarta:RISKESDAS. Tersedia

Dalam <Http://ikterus neonatorum.org> [Diakses 20 Februari 2013]

Rukiyah,A. 2010.Asuhan Neonatus,Bayi dan AnakBalita. Jakarta : Trans Info

Media

Saifuddin, A. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal

danNeonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sudarti,A.2013. Asuhan Kebidanan Neonatus Resiko Tinggi dan

Kegawadaruratan. Yogyakarta : Nuha Medika

Tim FK Unpadj, 2000.Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1.Bandung : FK Unpadj

.

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4 vol. 1. Jakarta. EGC.

Yogyakarta : Nuha Medika.

Yulifah, R dan Yuswanto, T. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta:

Salemba Medika

Zulvadi,D.2010.Etika dan Manajemen Kebidanan.Yogyakarta

LAMPIRAN

Page 76: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus

TIME SCHEDULE PENYUSUNAN STUDI KASUS

TAHUN AJARAN 2012/2013

NAMA : Addina Fitriana Rosyada

NIM : 201210105309

Judul Kti : Asuhan Kebidanan Pada By.Ny X Dengan Ikterus Patologis

Di Ruang Bayi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

No Waktu

Tahap penelitian Februari 2013 Maret 2013 April 2013 Mei 2013 Juni 2013 Juli 2013

1 Pengajuan judul

2 Studi pendahuluan

3 Pendahuluan

4 Proposal

5 Seminar proposal

6 Revisi proposal

7 Penelitian

8 Penyusunan Bab IV

9 Penyusunan Bab V

10 Ujian studi kasus

11 Revisi dan

penjilidan studi

kasus

12 Pengumpulan studi

kasus

Page 77: Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus