Laporan Pendahuluan CA Mammae

33
BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Carsinoma adalah massa jaringan abnormal dengan pertumbuhan berlebihan dan tidak ada koordinasi dengan sel normal (Wills, 1995). Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Karsono, 2006). Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005). Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. (Medicastore, 2011)

Transcript of Laporan Pendahuluan CA Mammae

Page 1: Laporan Pendahuluan CA Mammae

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian

Carsinoma adalah massa jaringan abnormal dengan pertumbuhan berlebihan

dan tidak ada koordinasi dengan sel normal (Wills, 1995).

Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen

yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara

(Karsono, 2006).

Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan

payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan

lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005).

Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel

kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit

payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan

payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan

lemak maupun jaringan ikat pada payudara. (Medicastore, 2011)

B. Anatomi fisiologi

1. Anatomi payudara

Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus

laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara

kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari

bagian yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar

interpektoralis.

2. Fisiologi payudara

Page 2: Laporan Pendahuluan CA Mammae

Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan

pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa

fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh

ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise,

telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar

hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari

sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang

timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang

menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik,

terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto

mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu

menstruasi mulai, semuanya berkurang.

Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara

menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan

tumbuh duktus baru.

Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu

diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui

duktus ke puting susu. (Samsuhidajat, 1997, hal : 534-535)

C. Etiologi

Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor

resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :

1. Tinggi melebihi 170 cm

Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara

karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya

Page 3: Laporan Pendahuluan CA Mammae

perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke

arah sel ganas.

2. Masa reproduksi yang relatif panjang.

a. Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.

b. Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)

3. Wanita yang belum mempunyai anak

Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan

wanita yang sudah punya anak.

4. Kehamilan dan menyusui

Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.

5. Wanita gemuk

Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.

6. Preparat hormon estrogen

Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.

7. Faktor genetik

Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar pada

wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara.

(Erik T, 2005, hal : 43-46)

D. Manifestasi klinis

Menurut William Godson III. M. D

1. Tanda carsinoma

Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada tumor jinak,

massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips

Page 4: Laporan Pendahuluan CA Mammae

2. Gejala carsinoma

Kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu, puting

eritema, mengeras, asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan turun

dapat sebagai petunjuk adanya metastase.

E. Patofisiologi

Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada

sistem duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan perkembangan sel –

sel atipik. Sel - sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi

stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal

sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira

berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira – kira seperempat dari carsinoma mammae

telah bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran

langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah

( Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995 )

Page 5: Laporan Pendahuluan CA Mammae

F. Pathways

G. Komplikasi

Komplikasi potensial dari Ca payudara adalah limfederma. Hal ini terjadi jika saluran

limfe untuk menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi umum tidak berfungsi dengan

adekuat. Jika nodus eksilaris dan sistem limfe diangkat, maka sistem kolateral dan

aksilaris harus mengambil alih fungsi mereka.

Page 6: Laporan Pendahuluan CA Mammae

Metastasis di parenkhim paru pada rontgenologis memperlihatkan gambaran coin

lesionyang multiple dengan ukuran yang bermacam-macam. Metastatis ini seperti

pula mengenai pleura yang dapat mengakibatkan pleural effusion.

Metastatis ketulang vertebra akan terlihat pada gambaran rontgenologis sebagai

gambaran obteolitik/destruk, yang dapat pula menimbulkan fraktur patologis berupa

fraktur kompresi.

1. Metastatis melalui sistem vena

Metastatis tumor ganas payudara melalui sistem vena, akan menyebabkan

terjadinya metastatis ke paru-paru dan organ-organ lain. Akan tetapi dapat pula

terjadi metastasis ke vertebra secara langsung, melalui vena-vena kecil yang

bermura ke v. interkostalis, dimana v. interkostalis ini akan bermuara ke dalam

vertebralis. V. Mammaria interna merupakan jalan utama metastatis tumor

ganas payudara ke paru-paru melalui sistem vena.

2. Metastatis tumor ganas payudara melalui sistem limfe

Metastatis melalui sistem limfe ini pertama kali akan mengenai kelenjar getah

bening regional.

a. Metastatis utama karsinoma mamma melalui limfe adalah ke kelenjar getah

bening aksila. Pada stadium tertentu, biasanya kelenjar aksila inilah yang

terkena.

b. Metastatis ke kelenjar getah bening sentral (Central nodes) kelenjar getah

bening sentral ini merupakan kelenjar getah bening yang tersering terkena

metastatis. Menurut beberapa penyelidikan, hampir 90% metastatis kekelenjar

aksila adalah kekelenjar getah bening sentral.

c. Metastasis kekelenjar getah bening interpektoral (Rotter’s nodes)

d. Metastasis ke kelenjar getah bening sub klavikula

Page 7: Laporan Pendahuluan CA Mammae

e. Metastatsis kekelenjar getah bening mammaria eksterna. Metastasis ke

kelenjar getah bening ini adalah paling jarang terjadi dibanding dengan

kelenjar-kelenjar getah bening aksila lainnya.

f. Metastatsis kekelenjar getah bening aksila kontralateral. Jalan metastatsis ke

kelenjar getah bening kontralateral sampai saat ini belum jelas. Bila

metastatasis tersebut melalui saluran limfe kulit, sebelum sampai ke aksila

akan mengenai payudara kontralateral lebih dulu.

Padahal pernah ditemukan kasus dengan Metastasis ke kelenjar aksila kontra

lateral tanpa Metastasis ke payudara kontralateral. Diduga jalan metastasis

tersebut melalui deep lymphatic fascial plexus dibawah payudara

kontralateral, melalui kolateral limfatik.

g. Metastatsis kekelenjar getah bening supraklavikula

Bila Metastasis karsinoma mamma telah sampai kekelenjar getah bening

subklavikula, ini berarti bahwa metastasis tinggal 3-4 cm dari grand central

limfatik terminus yang terletak dekat pertemuan v. subklavikula dan v.

jugularis interna. Bila sentinel nodes yang terletak disekitar grand central

limftik terminus telah terkena metastasis, dapat terjadi statis aliran limfe,

sehingga bisa terjadi aliran membalik, menuju kekelenjar getah bening

supraklavikula, dan terjadi metastasis kekelenjar tersebut. Penyebaran ini

disebut sebagai penyebaran tidak langsung. Dapat pula terjadi penyebaran ke

kelenjar subklavikula secara langsung ke kelenjar subklavikula tanpa melalui

sentinel nodes.

Page 8: Laporan Pendahuluan CA Mammae

h. Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria interna

Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria interna ternyata lebih sering

dari yang di duga. Biasanya terjadi pada karsinoma mamma di sentral dan

kwadran medial. Dan biasanya terjadi setelah Metastasis ke aksila.

i. Metastasis ke hepar

Selain melalui sistem vena, ternyata dapat terjadi karsinoma mamma ke hepar

melalui sistem limfe. Keadaan ini terjadi bila tumor terletak ditepi bagian

bawah payudara. Metastasis melalui sistem limfe yang jalan bersama-sama

vasa epigastrika superior. Bila terjadi Metastasis ke kelenjar preperikardial,

akan terjadi stasis aliran limfe, dan terjadi aliran balik limfe ke hepar, dan

terjadi metastasis ke hepar.

H. Klasifikasi TNM ca mammae

1. Tumor primer (T)

a. Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan

b. To : Tidak terbukti adanya tumor primer

c. Tis : - Kanker in situpaget dis pada papila tanpa teraba tumor

- kanker intraduktal atau lobuler insitu

- penyakit raget pada papila tanpa teraba tumor

d. T1 : Tumor < 2 cm

- T1a : Tumor < 0,5 cm

- T1b : Tumor 0,5 – 1 cm

- T1c : Tumor 1 – 2 cm

e. T2 : Tumor 2 – 5 cm

f. T3 : Tumor diatas 5 cm

Page 9: Laporan Pendahuluan CA Mammae

g. T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding

thorax atau kulit.Dinding dada termasuk kosta, otot interkosta, otot seratus

anterior, tidak termasuk otot pektoralis

- T4a : Melekat pada dinding dada

- T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, nodul satelit pada daerah

payudara yang sama

- T4c : T4a dan T4b

- T4d : karsinoma inflamatoris mastitis karsinomatosis

2. Nodus limfe regional (N)

a. Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan

b. N0 : Tidak teraba kelenjar aksila

c. N1 : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang tidak melekat.

d. N2 : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang melekat satu

sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.

e. N3 : Terdapat pembesaran kelenjar mamaria interna homolateral

3. Metastas jauh (M)

a. Mx : Metastase jauh tidak dapat ditentukan

b. M0 : Tidak ada metastase jauh

c. M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

I. Stadium

1. Stadium 0 : kanker insitu dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya

didalam payudara yang normal.

2. Stadium I : tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum

menyebar keluar payudara.

Page 10: Laporan Pendahuluan CA Mammae

3. Stadium IIa : tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke

kelenjar getah bening ketiak.

4. Stadium IIb : tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum

menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.

5. Stadium IIIa : tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan menyebar ke

kelenjar getah bening ketiak disertai perlekatan satu sama lain.

6. Stadium IIIb : tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit

payudara atau dinding dada.

7. Stadium IV : tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding

dada.

J. Pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium :

a. Morfologi sel darah

b. Laju endap darah

c. Tes faal hati

d. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau

plasma

e. Pemeriksaan sitologik

Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar

spontan dari putting payudara, cairan kista atau cairan yang keluar dari

ekskoriasi

2. Mammagrafi

Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara dini.

Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker yang tidak

teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi pada masa

Page 11: Laporan Pendahuluan CA Mammae

menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker diantara jaringan

kelenjar kurang tampak.

3. Ultrasonografi

Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada

mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan

kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.

4. Thermography

Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau

mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena

peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.

5. Xerodiography

Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-

pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi

sekitar sisi tumor.

6. Biopsi

Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas,

dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap

massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi.

7. CT. Scan

Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain

8. Pemeriksaan hematologi

Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah

dengan sendimental dan sentrifugis darah.

Page 12: Laporan Pendahuluan CA Mammae

K. Penatalaksanaan

1. Pembedahan

a. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran)

Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan

jaringan yang luas dengan kulit yang terkena) sampai kuadranektomi

(pengangkatan seperempat payudara), pengangkatan atau pengambilan

contoh jaringan dari kelenjar limfe aksila untuk penentuan stadium; radiasi

dosis tinggi mutlak perlu (5000-6000 rad).

b. Mastektomi total

Dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe

dilateral otocpectoralis minor.

c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi

Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksila

d. Mastektomi radikal

Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya, seluruh isi

aksila.

e. Mastektomi radikal yang diperluas

Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria

interna.

2. Non pembedahan

a. Penyinaran

Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada

kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe ,aksila,

kekambuhan tumor local atau regional setelah mastektomi.

Page 13: Laporan Pendahuluan CA Mammae

b. Kemoterapi

Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.

c. Terapi hormon dan endokrin

Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen,

coferektomi adrenalektomi hipofisektomi. (Smeltzer, dkk, 2002, hal:1596–

1600)

Page 14: Laporan Pendahuluan CA Mammae

Rencana Asuhan Keperawatan

Ca Mammae

Pengkajian

1. Aktivitas/istirahat

Gejala : Kelemahan dan atau keletihan, perubahan pola istirahat dan jam

kebiasaan tidur pada malam hari: adanya faktor-faktor yang mempengaruhi

tidur mis, nyeri, ansietas, berkeringat malam, pekerjaan atau profesi dengan

pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.

2. Sirkulasi

Gejala : palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja

Kebiasaan : perubahan pada tekanan darah

3. Integritas ego

Gejala : faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara

mengatasi sters (mis, merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan,

keyakinan religius/spritual), menyangkal diagnosis , perasaan tidak berdaya,

putus asa, tidak mampu tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol,

depresi.

Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah

4. Eliminasi

Gejala : perubahan pola eliminasi mis : diare

Tanda : perubahan pada bisisng usus, distensi abdomen

5. Makanan/cairan

Gejala : kebiasaan diet buruk (mis: rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan

pengawet) anoreksia, mual/ muntah. Intoleransi makanan. Perubahan pada

Page 15: Laporan Pendahuluan CA Mammae

berat badan hebat, kakesia, berkurangnya masa otot

Tanda : perubahan pada kelembaban/turgor kulit: edema

6. Neurosensori

Gejala : pusing, sinkope

7. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : nyeri dengan derajat bervariasi misalnya dengan ketidaknyamanan

ringan sampai nyeri berat (tidak dihubungkan dengan proses penyakit).

8. Pernafasan

Gejala : merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan sseseorang merokok).

Pemajanan abses.

9. Keamanan

Gejala : pemajanan pada kimia, toksik, karsinogen. Pemajanan matahari

lama/berlebihan

Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi

10. Seksualitas

Gejala : masalah seksual misalnya : dampak pada hubungan, perubahan pada

tingkat kepuasan, nuli gravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini.

Herpes genital.

11. Interaksi sosial

Gejala : ketidak adekuatan/ kelemahan sistem pendukung. Riwayat perkawinan

(berkenaan dengan kepuasaan dirumah, dukungan atau bantuan). Masalah

tentang fungsi/tanggung jawab peran

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.

Page 16: Laporan Pendahuluan CA Mammae

3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.

4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah

5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.

6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan

penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.

7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak

adekuat.

Perencanaan1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa

tumor ditandai dengan ;

DS : Klien mengeluh nyeri pada sekitar payudara sebelah kiri menjalar ke

kanan.

DO :

- Klien nampak meringis,

- Klien nampak sesak,

- Nampak luka di verban pada payudara sebelah kiri.

Tujuan : Nyeri teratasi.

Kriteria :

- Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang

- Nyeri tekan tidak ada

- Ekspresi wajah tenang

- Luka sembuh dengan baik

Page 17: Laporan Pendahuluan CA Mammae

Intervensi :

a. Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.

Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang

dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk

intervensi selanjutnya.

b. Beri posisi yang menyenangkan.

Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat

secara efektif dan dapat mengurangi nyeri.

c. Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.

Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan

memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.

d. Ukur tanda-tanda vital

Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya

peningkatan nyeri.

e. Penatalaksanaan pemberian analgetik

Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat

nyeri tidak dipersepsikan.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu ditandai

dengan :

DS :

- Klien mengeluh sakit jika lengan digerakkan.

- Klien mengeluh badan terasa lemah.

- Klien tidak mau banyak bergerak.

DO : klien tampak takut bergerak.

Tujuan : Klien dapat beraktivitas

Page 18: Laporan Pendahuluan CA Mammae

Kriteria :

- Klien dapat beraktivitas sehari – hari.

- Peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit.

Intervensi :

a. Latihan rentang gerak pasif sesegera mungkin.

Rasional : Untuk mencegah kekakuan sendi yang dapat berlanjut pada

keterbatasan gerak.

b. Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan

Rasional : Menghemat energi pasien dan mencegah kelelahan.

c. Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur.

Rasional : Untuk menghindari ketidakseimbangan dan keterbatasan dalam

gerakan dan postur.

3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh ditandai dengan

DS :

- Klien mengatakan takut ditolak oleh orang lain.

- Ekspresi wajah tampak murung.

- Tidak mau melihat tubuhnya.

DO : klien tampak takut melihat anggota tubuhnya

Tujuan : Kecemasan dapat berkurang

Kriteria :

- Klien tampak tenang

- Mau berpartisipasi dalam program terapi

Page 19: Laporan Pendahuluan CA Mammae

Intervensi :

a. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya

Rasional : Proses kehilangan bagian tubuh membutuhkan penerimaan,

sehingga pasien dapat membuat rencana untuk masa depannya.

b. Diskusikan tanda dan gejala depresi.

Rasional : Reaksi umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan dapat

dikenali dan diukur.

b. Diskusikan tanda dan gejala depresi

Rasional : Kehilangan payudara dapat menyebabkan perubahan gambaran

diri, takut jaringan parut, dan takut reaksi pasangan terhadap perubahan

tubuh.

c. Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi atau pemakaian

prostetik.

Rasional : Rekonstruksi memberikan sedikit penampilan yang lengkap,

mendekati normal.

4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah ditandai dengan :

DS : klien mengatakan malu dengan keadaan dirinya

DO :

- Klien jarang bicara dengan pasien lain

- Klien nampak murung

Tujuan : klien dapat menerima keadaan dirinya

Kriteria :

- Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.

- Klien dapat menerima efek pembedahan

Page 20: Laporan Pendahuluan CA Mammae

Intervensi :

a. Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap

penyakitnya

Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses

pemecahan masalah

b. Tinjau ulang efek pembedahan

Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai proses

adaptasi.

c. Berikan dukungan emosi klien.

Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya.

d. Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.

Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang memperhatikannya.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan :

DS : Klien mengeluh nyeri pada daerah sekitar operasi.

DO :

- Adanya balutan pada luka operasi.

- Terpasang drainase

- Warna drainase merah muda

Tujuan : Tidak terjadi infeksi.

Kriteria Hasil :

- Tidak ada tanda – tanda infeksi.

- Luka dapat sembuh dengan sempurna.

Page 21: Laporan Pendahuluan CA Mammae

Intervensi :

a. Kaji adanya tanda – tanda infeksi.

Rasional : Untuk mengetahui secara dini adanya tanda – tanda infeksi

sehingga dapat segera diberikan tindakan yang tepat.

b. Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur tindakan.

Rasional : Menghindari resiko penyebaran kuman penyebab infeksi.

c. Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik.

Rasional : Untuk menghindari kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi.

d. Penatalaksanaan pemberian antibiotik.

Rasional : Menghambat perkembangan kuman sehingga tidak terjadi proses

infeksi.

6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan

penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.ditandai dengan :

DS : Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.

DO : Ekspresi wajah murung/bingung.

Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya.

Kriteria Hasil :

- Klien tidak menanyakan tentang penyakitnya.

- Klien dapat memahami tentang proses penyakitnya dan pengobatannya.

Intervensi :

a. Jelaskan tentang proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan yang

akan datang.

Rasional : Memberikan pengetahuan dasar, dimana pasien dapat membuat

pilihan berdasarkan informasi, dan dapat berpartisipasi dalam program

terapi.

Page 22: Laporan Pendahuluan CA Mammae

b. Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makanan dan

pemasukan cairan yang adekuat.

Rasional : Memberikan nutrisi yang optimal dan mempertahankan volume

sirkulasi untuk mengingatkan regenerasi jaringan atau proses penyembuhan.

c. Anjurkan untuk banyak beristirahat dan membatasi aktifitas yang berat.

Rasional : Mencegah membatasi kelelahan, meningkatkan penyembuhan,

dan meningkatkan perasaan sehat.

d. Anjurkan untuk pijatan lembut pada insisi/luka yang sembuh dengan minyak.

Rasional : Merangsang sirkulasi, meningkatkan elastisitas kulit, dan

menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan rasa pantom payudara.

e. Dorong pemeriksaan diri sendiri secara teratur pada payudara yang masih

ada. Anjurkan untuk Mammografi.

Rasional : Mengidentifikasi perubahan jaringan payudara yang

mengindikasikan terjadinya / berulangnya tumor baru.

7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat ditandai dengan :

DS :

- Klien mengeluh nafsu makan menurun

- Klien mengeluh lemah.Ø

DO :

- Setengah porsi makan tidak dihabiskan

- Klien nampak lemah.

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Page 23: Laporan Pendahuluan CA Mammae

Kriteria Hasil :

- Nafsu makan meningkat

- Klien tidak lemah

Intervensi :

a. Kaji pola makan klien

Rasional : Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi klien dan merupakan asupan

dalam tindakan selanjutnya.

b. Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional : dapat mengurangi rasa kebosanan dan memenuhi kebutuhan

nutrisi sedikit demi sedikit.

c. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi.

Rasional : agar menambah nafsu makan pada waktu makan.

d. Anjurkan untuk banyak makan sayuran yang berwarna hijau.

Rasional : sayuran yang berwarna hijau banyak mengandung zat besi

penambah tenaga.

e. Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien

Rasional : partisipasi keluarga dpat meningkatkan asupan nutrisi untuk

kebutuhan energi.

Page 24: Laporan Pendahuluan CA Mammae

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius

Carpenito Lynda Juall.2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. jakarta : EGC

Marilyan, Doenges E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk

perencanaan dan  pendokumentasian perawatyan px) Jakarta : EGC