Laporan Pemicu 2

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemicu Seorang pegawai swasta laki-laki berusia 28 tahun datang ke Unit Gawat Darurat sebuah rumah sakit dengan diantar oleh keluarganya. Kira-kira 3 bulan yang lalu saat ia menghadiri pertemuan perusahaan di luar kota, ia tiba-tiba merasa gelisah. Jantungnya terasa berdebar sangat kencang, dan ia mulai berkeringat, merasa mual, perasaan tertekan di dadanya seolah-olah ada beban berat dan ia juga merasa sesak nafas seolah-olah dia dibekap. Di samping itu, ia juga merasa kaki dan tangannya kaku dan sulit digerakan. Kondisi ini berlangsung tiba- tiba dan berakhir sekitar 15 menit. Kondisi ini kemudian timbul lagi secara mendadak dan terjadi hamper 3-4 kali per bulan, dan terjadi di mana saja seperti, saat ia sedang berada di kantor tempat ia bekerja, di mobil saat ia menyetir sehingga ia harus menghentikan kendaraannya di tepi jalan. Hal ini membuatnya berhenti menyetir mobilnya sendiri karena khawatir akan kecelakaan yang mungki dialami. 1.2 Klasifikasi dan Definisi -

description

ok

Transcript of Laporan Pemicu 2

Page 1: Laporan Pemicu 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pemicu

Seorang pegawai swasta laki-laki berusia 28 tahun datang ke Unit Gawat

Darurat sebuah rumah sakit dengan diantar oleh keluarganya. Kira-kira 3

bulan yang lalu saat ia menghadiri pertemuan perusahaan di luar kota, ia tiba-

tiba merasa gelisah. Jantungnya terasa berdebar sangat kencang, dan ia mulai

berkeringat, merasa mual, perasaan tertekan di dadanya seolah-olah ada

beban berat dan ia juga merasa sesak nafas seolah-olah dia dibekap. Di

samping itu, ia juga merasa kaki dan tangannya kaku dan sulit digerakan.

Kondisi ini berlangsung tiba-tiba dan berakhir sekitar 15 menit. Kondisi ini

kemudian timbul lagi secara mendadak dan terjadi hamper 3-4 kali per bulan,

dan terjadi di mana saja seperti, saat ia sedang berada di kantor tempat ia

bekerja, di mobil saat ia menyetir sehingga ia harus menghentikan

kendaraannya di tepi jalan. Hal ini membuatnya berhenti menyetir mobilnya

sendiri karena khawatir akan kecelakaan yang mungki dialami.

1.2 Klasifikasi dan Definisi

-

1.3 Kata Kunci

a. Laki-laki, 28 tahun

b. Seorang pegawai swasta

c. Jantung berdebar kencang

d. Tiba-tiba merasa gelisah

e. Sesak nafas

f. Kaki dan tangan kaku serta

sulit digerakan

g. Mual dan merasa tertekan

di dada

h. Serangan berlangsung

episodic

i. Berkeringat

j. Serangan terjadi 3-4 kali

dalam 1 bulan

Page 2: Laporan Pemicu 2

1.4 Rumusan Masalah

Seorang laki-laki 28 tahun datang dengan keluhan merasa gelisah,

jantung berdebar sangat kencang, mual, merasa tertekan di dada seolah ada

benda berat, dan juga sesak nafas yang berlangsung selama 15 menit dalam 3-

4 kali perbulan sejak 3 bulan terakhir.

1.5 Analisis Masalah

1.6 Hipotesis

Seorang laki-laki 28 tahun yang bekerja sebagai pegawai swasta

mengalami gangguan panik

1.7 Pertanyaan Diskusi

1. Bagaimana konsep sehat?

2. Bagaimana konsep gangguan jiwa?

3. Bagaimana tanda dan gejala dari gangguan jiwa?

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Fisik

KV : Tertekan di Dada

GI : Mual

MetEnd : Jantung Berdebar, Berkeringat

Respi : Sesak Dada

Neuro : Kaki & tangan sulit digerakan F.4

F.3

F.2

F.1

F.0

PsikiatriPenyakit Organik

Gelisah

Laki-Laki, 28 tahun

Page 3: Laporan Pemicu 2

4. Jelaskan klasifikasi dari gangguan jiwa!

5. Bagaimana penegakan diagnosis gangguan jiwa?

6. Apa saja indikasi rawat inap pada pasien gangguan jiwa?

7. Apa saja indikasi pengeluaran pasien gangguan jiwa?

8. Apa definisi gangguan panik?

9. Apa etiologi dari gangguan panik?

10. Bagaimana gambaran klinis gangguan panik?

11. Bagaimana kriteria diagnosis gangguan panik?

12. Jelaskan mengenai tatalaksana gangguan panik!

13. Bagaimana prognosis dari gangguan panik?

14. Jelaskan mengenai agoraphobia gangguan panik!

15. Bagaimana edukasi pasien dan keluarga pada kasus?

16. Jelaskan mengenai Reality Testing Ability (RTA)!

Page 4: Laporan Pemicu 2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bagaimana konsep sehat?

UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa:

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian

ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari

unsur-unsur fisik,mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa

merupakan bagian integral kesehatan.1

Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic

health well being, merupakan resultante dari 4 faktor yaitu:1

1. Environment atau lingkungan.

2. Behaviour atau perilaku

3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi

penduduk, dan sebagainya.

4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif,

promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Dari empat faktor tersebut di atas,

lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar

pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan

masyarakat.

Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan kebijakan baru

berdasarkan paradigma sehat. Paradigma sehat adalahcara pandang atau pola

pikir pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, proaktif antisipatif,

dengan melihat masalahkesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh

banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang

berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan perlindungan terhadap

penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang

sakit.1

Pada intinya paradigma sehat memberikan perhatian utama terhadap

kebijakan yang bersifat pencegahan dan promosi kesehatan, memberikan

Page 5: Laporan Pemicu 2

dukungan dan alokasi sumber daya untuk menjaga agar yang sehat tetap sehat

namun tetap mengupayakan yang sakit segera sehat. Pada prinsipnya

kebijakan tersebut menekankan pada masyarakat untuk mengutamakan

kegiatan kesehatan daripada mengobati penyakit.2

2.2Bagaimana konsep gangguan jiwa?

Istilah yang digunakan dalam PPDGJ adalah gangguan Jiwa atau

gangguan mental (mental disorder), tidak mengenal istilah penyakit Jiwa

(mental illness/mental desease). PPDGJ-III mengelompokkan diagnosis

gangguan jiwa ke dalam 100 katagori diagnosis, mulai dari F 00 sampai

dengan F 98. F99 – Gangguan Jiwa YTT (Yang Tidak Tergolongkan), yaitu

untuk mengelompokkan Gangguan Jiwa yang tidak khas. Konsep Gangguan

Jiwa dari PPDGJ II merujuk ke DSM-III, sedang PPDGJ-III merujuk pada

DSM-IV.3

Konsep Disability3,4

Konsep Disability dari The ICD-10 Classification of Mental and

Behavioural Disorder adalah:

- Gangguan kinerja (performance) dalam peran sosial dan pekerjaan,

tidak digunakan sebagai komponen esensial untuk diagnosis gangguan

jiwa, oleh karena itu hal ini berkaitan dengan variasi sosial-budaya

yang sangat luas.

- Yang dikatakan sebagai “disability” adalah keterbatasan/kekurangan

kemampuan untuk melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari yang biasa

dan diperlukan untuk perawatan diri dan kelangsungan hidup (mandi,

berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil).

Dari Konsep tersebut diatas, dapat dirumuskan bahwa didalam konsep

gangguan jiwa, di dapatkan butir-butir:

1. Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa :

a. Sindrom atau pola perilaku

b. Sindrom atau pola psikologik

Page 6: Laporan Pemicu 2

2. Gejala klinis tersebut menimbulkan penderitaan (distress), berupa rasa

nyeri, tidak nyaman, tidak tenteram, terganggu, dan disfungsi organ

tubuh.

3. Gejala klinis tersebut menimbulkan “disabilitas” dalam aktivitas

kehidupan sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri

dan kelangsungan  hidup (mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri.)

2.3 Bagaimana tanda dan gejala dari gangguan jiwa?5,6

Dalam praktik umum, terdapat beberapa tanda dan gejala gangguan jiwa

yang sering ditemui, antara lain gangguan pada kesadaran dan kognitif,

gangguan pada emosi, perilaku motorik, alam pikiran, persepsi, pembicaraan,

dan kemampuan berbahasa, serta tilikan dan daya nilai sosial.

A. Kesadaran dan kognisi

1. Kesadaran

Kesadaran merupakan kondisi saat individu dapat bereaksi pada

stimulus eksternal (lingkungan) maupun stimulus internal (diri

sendiri). Kesadaran dapat dikelompokkan menjadi kompos mentis,

apatis, somnolen, sopor, koma, kesadaran berkabut, delirium,

kesadaran seperti mimpi, twilight stage.

2. Kognisi

Kognisi merupakan kemampuan untuk mempelajari seseuatu yang

terkait erat dengan intelegensi. Aspek kognisi meliputi kemampuan

konsentrasi, orientasi, memori, kemampuan berbahasa, berhitung,

visuospasial, fungsi eksekutif, abstraktif, dan intelegensi.

3. Perhatian/ konsentrasi

Perhatian ini merupakan kemampuan individu untuk mengarahkan

pikiran pada pengalaman tertentu. Gangguan perhatian ini dapat

diklasifikan menjadi distrakbilitas, inatensi selektif, dan kewaspadaan

berlebih. Distrakbilitas adalah gangguan memusatkan dan

mempertahankan perhatian sehingga konsentrasi mudah teralihkan

oleh berbagai stimulus. Inatensi selektif adalah gangguan pemusatan

perhatian pada objek atau stimulus tertentu. Sedangkan kewaspadaan

Page 7: Laporan Pemicu 2

berlebih ini terjadi apabila terjadi pemusatan pada stimulus eksternal

maupun internal yang berlebihan.

4. Orientasi

Orientasi merupakan kemampuan individu dalam mengenali objek

atau situasin yang biasanya dikarenakan kerusakan otak organik.

Orientasi dapat diklasifikasikan menjadi orientasi personal yaitu

kemampuan mengenali seseorang yang telah dikenal, orientasi ruang

yaitu kemampuan mengenali tempat ia berada, orientasi waktu yaitu

kemampuan mengenali waktu saat itu.

5. Memori

Memori merupakan kemampuan mengelola informasi melingkupi

perekaman-penyimpanan-dan pemanggilan kembali. Gangguan

memori dapat diklasifikasikan menjadi amnesia yaitu gangguan

mengingat sebagian atau seluruh ingatan masa lalu. Paramnesia atau

ingatan palsu yaitu distorsi ingatan dari informasi yang sesungguhnya.

Sedangkan klasifikasi gangguan memori berdasarkan waktu dibagi

menjadi 4 yaitu memori segara yang berjangka waktu hanya beberapa

detik, memori baru yang berjangka waktu beberapa hari terakhir,

memori jangka menengah yang berjangka waktu beberapa bulan yang

lalu, dan memori jangka panjang yang berjangka waktu bertahun-

tahun.

B. Emosi

Emosi merupakan suasana perasaan yang dihayati secara sadar, kompleks,

melibatkan berbagai sisi individu. Dibedaan atas mood dan afek.

1. Mood

Mood merupakan perasan fluktuatif dan memiliki sifat yang tahan

lama yang bersifat subjektif. Mood diklasifikan menjadi (1) mood

eutimia yaitu perasaan yang normal dengan penghayatan luas dan

serasi, (2) mood hipotimia yaitu perasaan yang didominasi oleh rasa

sedih, murung, dan kehilangan semangat, (3) mood disforia yaitu

Page 8: Laporan Pemicu 2

perasan yang tidsk menyenangkan dan didominasi rasa jenih dan

jengkel, (4) mood hipertimia yaitu perasan yang didominasi semangat

dan kegairahan yang berlebihan, (5) mood eforia yaitu perasaan

gembira berlebihan, (6) mood ekstasia yaitu perasaan kegairahan yang

timbul akibat zat psikostimulan, (7) aleksitimia yaitu individu yang

tidak mampu menunjukkan perasaannnya, (8) anhedonia yaitu

hilangnya minat dan kesenangan pada berbagai aktifitas, (9) mood

kosong yaitu individu yang sangat sedikit menghayati perasaan, (10)

mood labil yaitu suasana perasaan yang fluktuatif dan tak terduga, (11)

mood iritabel yaitu perasaan yang sensitif, mudah tersinggung, mudah

marah, dan bereaksi berlebihan pada situasi tertentu.

2. Afek

Afek merupakan perasaan yang bersifat sementara yang ditunjukkan

lewat ekspresi wajah, pembicaraan, sikap, dan bahasa tubuh. Afek

dapat diklasifikasikan menjadi afek luas, menyempit, menumpul,

mendatar, serasi, tidak serasi, dan afek labil.

C. Perilaku motorik

Perilaku motorik merupakan ekspresi perilaku yang diwujudkan dalam

aktivitas motorik. Gangguan motorik dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Stupor katatonik

Stupor katatonik, adalah keadaan aktivitas motorik yang lambat

maupun kondisi diam seperti patung.

2. Furor katatonia

Furor katatonia yaitu aktivitas motorik yang tidak bertujuan dan tidak

dipengaruhi stimulus eksternal.

3. Katalepsia

Katalepsia yaitu keadaan pertahanan sikap tubuh pada posisi tertentu

dalam waktu yang lama.

4. Flexibilatas cerea

Flexibilatas cerea yaitu sikap tubuh yang bisa diatur sedemikian rupa

seperti lilin.

Page 9: Laporan Pemicu 2

5. Akinesia

Akinesia yaitu perilaku motorik yang terbatas.

6. Bradikinesia

Bradikinesia yaitu perilaku motorik melambta dan kehilangan respon

spontan.

D. Proses pikir

Proses pikir dapat dibedakan menjadi :

1. Proses pikir primer, menunjukkan proses pikir derealistik, tidak logis,

dan ditemukan dalam mimpi.

2. Asosiasi longgar yaitu ide yang berpindah-pindah antar subjekdan

tidak berhubungan.

3. Inkoherensia adalah ide dan kata-kata yang keluar bersama tanpa

hubungan logis.

4. Flight of ideas yaitu perpindahan ide yang konstan, saling

berhubungan dan masih bisa diiikuti.

5. Sirkumstansial yaitu pembicaraan yang lambat untuk mencapai poin

yang diharapkan, akibat terpaku pada detail dan petunjuk.

6. Tangensial yaitu pembicaraan yang tidak dapat mencapai poin

pembicaraan.

E. Isi pikir

Isi pikir dapat dibedakan menjadi:

1. Kemiskinan isi pikir yang hanya menghasilkan sedikit informasi.

2. Waham/delusi, yaitu keyakinan atau kepercayaan yang keliru

mengenai suatu hal eksternal, tidak sesuai dengan intelegensi maupun

latar belakang budaya pasien dan tidak bisa diubah. Adanya waham

dapat dibuktikan dengan cara mematahkan keyakinan tersebut. Waham

dapat dibedakan menjadi:

a. Waham bizzare, yaitu kepercayaan yang salah, tidak mungkin, dan

aneh. Contohnya pasien yang meyakini adanya alien yang akan

menyerang bumi.

Page 10: Laporan Pemicu 2

b. Waham sistemik, yaitu kepercayaan yang salah dalam suatu tema.

Contohnya pasien yakin bahwa dirinya dikejar-kejar oleh

pemerintah karena akan dibunuh, serta dokter adalah salah satu

orang yang akan menangkapnya.

c. Waham nihilistik, yaitu kepercayaan yang salah bahwa diri dan

lingkungannya tidak ada atau akan menuju kiamat.

d. Waham paranoid, yaitu ketakutan atau kecurigaan mengenai suatu

hal. Waham ini dapat dibedakan menjadi (1) waham kebesaran

yaitu kepercayaan bahwa dirinya adalah orang yang sangat kuat

dan berkuasa, (2) waham kejaran adalah kepercayaan bahwa

dirinya akan dilukai, (3) waham rujukan adalah kepercayaan yang

salah bahwa apapun yang dilakukan orang lain adalah bertujuan

menyakiti dirinya, (4) waham dikendalikan adalah kepercayaan

yang salah bahwa dirinya diekndalikan oleh kekuatan tertentu, (5)

waham cemburu yaitu cemburu patologis yang salah, (6)

erotomania adalah kepercayaan yang salah bahwa seseorang sangat

mencintai.

3. Obsesi, yaitu pikiran cemas yang tidak rasional bersamaan dengan

konvulsi sesuatu.

4. Kompulsi, yaitu kebutuhan dan tindakan patologis yang dilakukan

berulang-ulang untuk melakukan sesuatu yang disertai rasa cemas.

5. Fobia, yaitu ketakutan patologis yang menetap dan berlebihan terhadap

satu stimulus eksternal. Fobia dapat dibedakan menjadi (1) fobia

spesifik yaitu ketakutan pada objek atau situasi khusus, (2) fobia sosial

yaitu ketakutan bahwa diriny akan dipermalukan di depan umum, (3)

akrofobia ketakutan pada tempat yang tinggi, (4) agorafobia yaitu

ketakutan pada tempat terbuka, (5) klaustrofobia yaitu ketakutan pada

tempat yang sempit, (6) ailurofobia yaitu ketakutan pada kucing, (7)

Zoofobia yaitu ketakutan pada binatang, (8) Xenofobia yaitu ketakutan

pada orang asing.

F. Persepsi

Page 11: Laporan Pemicu 2

Persepsi yaitu pengiriman stimulus fisik menjadi informasi psikologis

sehingga dapat diterima secara sadar indra manusia. Gangguan persepsi

dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Depersonalisasi yaitu perasaan saat seseorang merasakan dirinya tidak

nyata, asing, dan tidak dikenali.

2. Derealisasi, yaitu perasaan saat seseorang merasa bahwa

lingkungannya asing dan tidak nyata.

3. Ilusi, yaitu persepsi yang salah sari stimulus eksternal yang nyata.

4. Halusinasi, yaitu persepsi yang salah dan tidak berhubungan dengan

stimulus eksternal nyata. Halusinasi dapat dibedakan menjadi (1)

halusinasi hipnagogik yaitu halusinasi yang timbul ketika mulai

tertidur, (2) halusinasi hipnapompik yaitu halusinasi yang timbul

ketika seseorang mulai terbangun, (3) halusinasi auditorik yaitu

halusinasi mengenai suara yang dianggap nyata, (4) halusinasi visual

yaitu halusinasi mengenai penglihatan dalam bentuk jelas ataupun

brntuk tidak jelas, (5) halusinasi penciuman yaitu halusinasi mengenai

bau, (6) halusinasi pengecapan, yaitu halusinasi mengenai rasa dan

indra pengecap, (7) halusinasi taktil, yaitu halusinasi mengenai indra

peraba, biasanya berupa phantom libs atau formikasi, (8) halusinasi

somatik yaitu halusinasi bahwa ada yang terjadi dalam tubuhnya, (9)

halusinasi liliput yaitu halusinasi bahwa suatu objek terlihat lebih

kecil.

G. Reality testing ability (RTA)

Reality testing ability adalah kemampuan dalam menilai realitas hidup

yang menentukan persepsi, respon emosi, dan perilaku seseorang. Contoh

gangguan dalam RTA antara lain adalah gangguan perilaku, waham,

maupun halusinasi.

H. Daya nilai

Daya nilai merupakan kemampuan menilai situasi dan bertindak sesuai

situasi. Daya nilai dapat dibedakan menjadi :

Page 12: Laporan Pemicu 2

1. Daya nilai sosial, seseorang dapat menilai situasi dan bertindak dengan

memperhatikan kaidah sosial yang berlaku.

2. Uji daya nilai, yaitu kemampuan seseorang untuk menilai situasi dan

bertindak sesuai situasi imajiner yang ada.

I. Tilikan

Tilikan merupakan kemampuan memahami arti dari sebuah situasi. Dapat

pula pemahaman pasien pada kondisi penyakitnya. Penilaian tilikan dapat

dilakukan dengan cara wawabcara psikiatrik pada pasien dengan

mengajukan pertanyaan mengenai penyakitnya tilikan ini dapat dibedakan

menjadi :

1. Tilikan derajat 1 yaitu penyangkalan secara total.

2. Tilikan derajat 2 yaitu ambivalensi terhadap penyakitnya.

3. Tilikan derajat 3 yaitu menyalahkan faktor lain sebagai penyebab

penyakit.

4. Tilikan derajat 4 yaitu menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan

namun tidak tahu penyebabnya.

5. Tilikan derajat 5 yaitu menyadari ia sakit dan faktor-faktor yang

berhubungan, namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya.

6. Tilikan derajat 6 yaitu menyadari sepenuhnya tentang situasi

penyakitnya dan ada keinginan untuk sembuh.

2.4 Jelaskan klasifikasi dari gangguan jiwa!4

Klasifikasi Gangguan Jiwa berdasarkan PPDGJ-III

1. F.0 Gangguan mental organik termasuk gangguan mental simtomatik

2. F.1 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol dan zat

psikoaktif lainnya

3. F.2 Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham

4. F.3 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif)

5. F.4 Gangguan neurotik, gangguan somatoform dan gangguan terkait stres

6. F.5 Sindrom perilaku yang berbuhubungan dengan gangguan fisiologis

dan faktor fisik

7. F.6 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa

Page 13: Laporan Pemicu 2

8. F.7 Retardasi mental

9. F.8 Gangguan perkembangan psikologis

10. F.9 Gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada masa

anak dan remaja

Diagnosis Multiaksial.4

Diagnosis multiaksial terdiri dari 5 aksis, yaitu:

1. Aksis I, merupakan gangguan klinis dan kondisi lain yang menjadi fokus

perhatian klinis.

2. Aksis II, gangguan kepribadian atau retardasi mental

3. Aksis III, kondisi medik umum

4. Aksis IV, masalah psikososial dan lingkungan

5. Aksis V, penilaian fungsi secara global

2.5 Bagaimana penegakan diagnosis gangguan jiwa?4

Proses diagnosis gangguan jiwa mengikuti prosedur klinis yang lazim

dilakukan dalam praktek kedokteran klinis, yaitu meliputi langkah-langkah

sebagai berikut :

Anamnesis

Pemeriksaan

Diagnosis

Terapi

Tindak – Lanjut

Alasan berobat, Riwayat gangguan sekarang, Riwayat gangguan dahulu, Riwayat perkembangan diri, Latar belakang sosial, keluarga, pendidikan, pekerjaan, perkawinan, dll

Fisik-diagnostik,Status mentalis, Laboratorium,Radiologik, Evaluasi psikologik,dll

Aksis I = Klinis, II = Kepribadian, III = Kondisi medic, IV = Psiko-sosial, V = Taraf fungsi

Farmakoterapi, Psikoterapi, Terapi social, Terapi okupasional, dll

Evaluasi terapi, Evaluasi diagnosis, dll

Page 14: Laporan Pemicu 2

Urutan Hierarki Blok Diagnosis.

a. Pada beberapa jenis gangguan jiwa (misalnya Gangguan mental organic)

terdapat berbagai tanda dan gejala yang sangat luas. Pada beberapa

gangguan jiwa lainnya (seperti gangguan cemas) hanya terdapat tanda dan

gejala yang sangat terbatas. Atas dasr ini, dilakukan suatu penysusunan

urutan blok-blok diagnosis yang berdasarkan suatu hierarki, dimana suatu

gangguan yang terdapat dalam urutan hierarki yang lebih tinggi, mungkin

mempunyai cirri-ciri dari gangguan yang terletak dalam hierarki lebih

rendah, tetapi tidak sebaliknya. Terdapat hubungan hierarki ini

memungkinkan untuk penyajian diagnosis banding dari berbagai jenis

gejala utama

b. Suatu diagnosis atau kategori diagnosis baru dapat dipastikan setelah

kemungkinan kepastian diagnosis/diagnosis banding dalam blok

diatassnya dapat ditiadakan secara pasti.

2.6 Apa saja indikasi rawat inap pada pasien gangguan jiwa?

2.7 Apa definisi gangguan panik?5

Gangguan panik merupakan salah satu jenis gangguan cemas kronik yang

ditandai oleh serangan panik parah yang berulang dan tak terduga, frekuensi

serangannya bervariasi mulai dari beberapa kali serangan dalam setahun

hingga beberapa serangan dalam sehari.

2.8 Apa etiologi dari gangguan panik?

1. Faktor Biologik

Penelitian berdasarkan biologik pada Gangguan Panik ditemukan

peningkatan aktifitas syaraf sim- phatis. Penelitian neuroendo- krin

menunjukkan beberapa abnormalitas hormon terutama kortisol.

Neurotransmitter yang berpengaruh pada Gangguan Panik adalah

Epinefrin, Sero- tonin, dan Gama Amino Butyric Acid (GABA).

Zat-zat yang bisa menginduksi terjadinya “Serangan Panik” (Panicogens)

antara lain :

a. Carbon Dioksida (5 s/d 35%)

Page 15: Laporan Pemicu 2

b. Sodium Laktat dan Bicarbonat

c. Bahan Neurokimiawi yang bekerja melalui sistem neurotransmitter

spesifik (yohimbin,α2-adrenergik receptor antagonist, m-

chlorophenylpiperazine / mCP, bahan yang berefek sero-tonergik).

d. Cholecystokinin dan caffeine.

e. Isoproterenol.

Zat-zat yang menginduksi serangan panik tersebut diperkirakan bereaksi

mulanya pada baroreseptor cardio- vaskuler di perifer dan signal ke sistem

vagal-afferent terus ke nucleus tractus solitarii diteruskan ke nucleus

para- gigantocellularis di medulla. Terjadinya hiperventilasi pada pasien

gang- guan panik mungkin disebabkan hipersensitif akan kekurangan

oksigen karena peningkatan tekanan CO2 dan konsentrasi laktat dalam

otak yang selanjutnya akan mengaktifkan monitor asfiksia secara

fisiologis. Bahan neurokimiawi yang menginduksi panik diduga

mempengaruhi sistem noradrenergic, serotonergic dan reseptor GABA

dalam susunan saraf pusat secara langsung .6,8

2. Faktor Genetik6,7,8,10

Keluarga generasi pertama pasien gangguan panik 4 – 8 kali beresiko

untuk menderita gangguan ini. Kembar monozigot resiko lebih besar

daripada dizigot.

3. Faktor Psikososial6-9

a. Teori Kognitif Perilaku:

Kecemasan bisa sebagai satu respon yang dipelajari dari perilaku orangtua

atau melalui proses kondisioning klasik yang terjadi sesudah adanya

stimulus luar yang menyebabkan individu menghindari stimulus tersebut.

b. Teori Psikososial

Serangan panik muncul karena gagalnya pertahanan mental menghadapi

impuls / dorongan yang menyebabkan anxietas. Sedangkan Agorafobia aki-

bat kehilangan salah satu orang-tua pada masa anak-anak dan ada-nya

riwayat cemas perpisahan. Penga- laman perpisahan traumatik pada masa

anak-anak bisa mempenga- ruhi susunan syaraf yang menyebabkannya

Page 16: Laporan Pemicu 2

menjadi mudah jatuh kepada anxietas pada masa dewasa1,5 . Pasien dengan

riwayat pelecehan fisik dan seksual pada anak anak juga berisiko untuk

menderita gangguan panik.

2.9 Bagaimana gambaran klinis gangguan panik?

2.10 Baaimana kriteria diagnosis gangguan panik?

2.11 Jelaskan mengenai tatalaksana gangguan panik!

2.12 Bagaimana prognosis dari gangguan panik?

2.13 Jelaskan mengenai agoraphobia gangguan panik!

2.14 Bagaimana edukasi pasien dan keluarga pada kasus?

2.15 Jelaskan mengenai Reality Testing Ability (RTA)!