Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

35
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat dan ridho-Nya sehingga kami bias menyelesaikan laporan modul II yaitu KONSTIPASI. Laporan ini kami buat dengan seksama dan usaha untuk menjadikan laporan atau makalah ini menjadi lebih sempurna .Dengan tujuan agar dapat memecahkan masalah dalam modul konstipasi ini. Dalam penyusunan laporan atau makalah ini , didasarkan hasil diskusi PBL dan kami merujuk pada buku-buku dan wabesite di internet. Masalah yang menyangkut konstipasi ini kami kemukakan dalam pembahasan laporan yang kami susun. Pada kesempatan ini .izinkanlah kami menghanturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dekan fakultas Kesehatan dan Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta. Bpk. Dr. Syafri Gurrici 2. Dr. Nizamidin, selaku tutor yang telah memberikan dorongan dan bimbingannya. 3. Para dosen yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. 4. Teman-teman yang selalu memberikan dukungan. Akhirnya kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dengan suatu harapan yang tinggi , semoga

description

PBL GEH FKK UMJ

Transcript of Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

Page 1: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan

rahmat dan ridho-Nya sehingga kami bias menyelesaikan laporan modul II yaitu

KONSTIPASI. Laporan ini kami buat dengan seksama dan usaha untuk menjadikan

laporan atau makalah ini menjadi lebih sempurna .Dengan tujuan agar dapat

memecahkan masalah dalam modul konstipasi ini.

Dalam penyusunan laporan atau makalah ini , didasarkan hasil diskusi PBL

dan kami merujuk pada buku-buku dan wabesite di internet. Masalah yang

menyangkut konstipasi ini kami kemukakan dalam pembahasan laporan yang kami

susun.

Pada kesempatan ini .izinkanlah kami menghanturkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan fakultas Kesehatan dan Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta. Bpk.

Dr. Syafri Gurrici

2. Dr. Nizamidin, selaku tutor yang telah memberikan dorongan dan bimbingannya.

3. Para dosen yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

4. Teman-teman yang selalu memberikan dukungan.

Akhirnya kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dengan

suatu harapan yang tinggi , semoga laporan yang sederhana ini dapat memberikan

manfaat bagi semua.

Jakarta, 05 November 2007

Penyusun

Page 2: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

...............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................4

BAB III PENUTUP............................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA.

i

Page 3: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

OLEH

KELOMPOK 8

Hendra

Chairunnisa

Dewi Rahmawati Syam

Gita Monika

Ida Farida

Idham Hamid

Muh.Afiyudin

Reyna Renhaz

Rinto Hardiyanto

ii

Page 4: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2006 - 2007

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Pembelajaran

A. Tujuan Intruksional Umum

Setelah menyelesaikan modul ini , mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang

mekanisme terjadinya konstipasi, pembagian penyebab, pemeriksaan yang

dibutuhkan untuk diagnostik, penatalaksanaan bedah dan non bedah serta

epidemiologi dan pencegahannya.

B. Tujuan Intruksional Khusus

Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa di harapkan dapat :

1. Menjelaskan definisi konstipasi

2. Menjelaskan proses passase normal dalam saluran cerna

- Anatomi dan histologi saluran cerna

- Fisiologi pasase makanan dalam saluran cerna

- Biokimia zat-zat makanan dalam saluran cerna

3. Menjelaskan hal-hal yang dapat menyebabkan konstipasi

- Gangguan fungsional

- Gangguan karena obat-obatan

- Gangguan obstruktif

- Gangguan neuromuskular

- Gangguan Endokrin metabolik

- Gangguan psikiatrik

- Gangguan ginekologis

4. Menjelaskan keadaan patologis yang mungkin timbul pada konstipasi

Page 5: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

5. Menjelaskan cara diagnostik pada konstipasi

- Hal-hal yang perlu digali pada anamnesis keluhan dan riwayat penderita.

- Diagnostik fisik yang diperlukan pada konstipasi

- Pemeriksaan labolatorium yang di perlukan pada konstipasi

- Pemeriksaan radiologis yang diperlukan pada konstipasi

6. Menjelaskan penatalaksanaan konstipasi

- Penatalaksanaan medikamentosa

- Penatalaksanaan bedah

- Pendekatan nutrisional pada konstipasi

7. Menjelaskan epidemiologi dan pencegahan terjadinya konstipasi

- Epidemiologi penyakit-penyakit dengan konstipasi

- Pencegahan keadaan yang dapat mengakibatkan konstipasi

1.2 Kasus

Seorang anak laki-laki 5 tahun, diantar orang tuanya ke puskesmas dengan keluhan

utama sudah 3hari tidak buang air besar dan muntah beberapa kali. Beberapa hari

terakhir anak tersebut selalu merasa mual, tidak ada napsu makan, dan demam yang

terutama dirasakan pada malam hari. Seminggu sebelumnya anak tersebut pernah

BAB dan terdapat cacing pada kotorannya. Anak tersebut kurus, terlihat lemas dan

agak pucat.

1.3 Kata Kunci

Anak laki-laki umur 5 thn

3 hari tidak BAB, muntah beberapa kali

Mual, tidak nafsu makan, demam terutama malam hari

Seminggu sebelumnya BAB & terdapat cacing pada kotorannya

Kurus, terlihat lemas dan agak pucat

1.4 Pertanyaan 1. Apakah ada hub-nya umur dan JK thdp skenario ?

Page 6: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

2. Jelaskan anatomi, histologi, fisiologi, biokimia yg bhbngan dgn skenario?

3. Pengertian konstipasi dan obstipasi ?

4. Mengapa konstipasi disertai dengan muntah ? Jelaskan!

5. Apakah ada hub-nya ditemukan-nya cacing dengan konstipasi ( susah BAB ) ?

6 Sebutkan penyebab konstipasi? Jelaskan!

7. Bagaimana mekanisme BAB dan muntah?

8. Jelaskan hub mual, tidak nafsu makan, demam dgn Skenario?

9. Mengapa anak trlhat kurus, lemas dan agak pucat? Jika ada hub dgn sknario,

jelaskan!

10. Bagaimana anamnesis tambahan-nya?

11. DD (etiologi,epidemiologi,klinis,pencegahan, mendiagnosis)

12. Bagaimana pem.fisik konstipasi dan penatalaksanaan?

13. Mengapa demam-nya terutama pada malam hari dan bagaimana pem. Penunjang

dari konstipasi ?

Page 7: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

BAB II

PEMBAHASAN

Anamnesa tambahan

1. Bagaimana beratnya konstipasi? Tentukan dengan frekuensi buang

air, kebutuhan mengejan, pengeluaran feses dan keperluan evakuasi

dengan batu karang.

2. Apakah konstipasi lengkap? Mengarah pada obstruksi instestinal.

3. Apakah konstipasi disertai dengan nyeri? Nyeri abdomen

menunjukkan obstruksi, karsinoma, IBS, penyakit divertikulum atau

porifiria, nyari perineum menunjukkan gangguan anus lokal.

4. Apakah konstipasi diselingi dengan diare? Menunjukkan karsinoma

kolon, IBS, penyakit divertikulum atau pemapatan tinja (impaction)

dengan overflow (spurious diarrhea), konstipasi mungkin terdapat

bersamaan dengan spurious diarrhea

5. Apakah penderita minum obat-obatan?

2.1 Anatomi

Page 8: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2
Page 9: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2
Page 10: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

2.2 Fosiologi

Usus halus : Duodenum,jejenum, ileum

Fungsi utama:

- Mencerna kimus yang keluar dari lambung menjadi bentuk zat yang dapat diabsorbsi

(makanan, air, dan garam)

- Sintesa dan sekresi hormone

Getah Usus Halus

Nama lain : - Sukus enterikus

- Intestinal Juice

- enteric juice

Page 11: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

Getah halus inidisekresikan oleh :

- Kelenjar – klenjar brunner

- klenjar – kelenjar liberkuhn

Kelenjar – kelenjar brummer terdapat pada duodenum bagian atas . Mengadakan

sekresi enterokinase, amilase, dan enzim – enzim proteolitik .

Getah usus halus terdiri atas : 98 % air dan 1- 2 % bahan padat berupa zat – zat

anorganik dan organik yang mempunyai komposisi yang sama.

Absorpsi

Proses penyerapan terutama terjadi di usus halus ( intestinum ). Menurut

borgostrom ( 1957 ) dari intestinum yang paling aktif untuk melakukan absorpsi K,

H, Fat, Protein terutama di duodenum dan bagian atas yeyenum. Karena harus

melalui dinding lumen maka zat makanan harus dalam bentuk larutan atau dalam

bentuk molekul yang sekecil – kecilnya. Penghancuran tersebut dilakukan secara

mekanik dan oleh enzim. Agar absorpsi dapat berjalan cepat dan sempurna, maka

permukaan usus halur seluas – luasnya. Hal ini terjadi karena mukosa usus berlipat –

lipat ( plika sirkularis ) dan adanya vili intestinal.

absorpsi makanan dapat terjadi secara aktif dan pasif.

a. Absorpsi pasif :

terjadi karena difusi, perbedaan kepekatan bahan dalam lumen dan mileu interior dan

sebagainya. Ada macam – macam diantaranya :

- simple diffusion

- exchange diffusion

b. absorpsi aktif

Bagaimana terjadinya absorpsi aktif sampai sekarang belum diketahui dengan jelas.

Absorpsi dan pencernaan makanan, elektrolit dan cairan terjadi terutama di

duodenum dan bagian atas yeyenum.

Page 12: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

Absorpsi Hidrat Arang

Hidrat arang yang dimakan akan berupa polisakaridha yang akan di pecah oleh

enzim :

- polisakaridha Ptialin disakaridha ( maltosa )

- polisakaridha amilase disakaridha ( dalam duodenum )

kemudian disakharidha ( sakhrose ) sebagian didalam lambung oleh Hcl lambung

dihdrolisir berubah menjadi fruktosa + glukosa yang kemudian akan diserap oleh

lambung.

Absorpsi protein

Protein ialah zat organik yang kompleks. Protein yang dimakan akan dipecah oleh

enzim – enzim menjadi asam amino setelah itu diserap oleh mukosa usus halus

kemudian akan masuk kesirkulasi portal

Absorpsi zat lemak

Didalam lambung praktis tak terdapat pencernaan lemak. Lemak yang terdapat

didalam makan terdiri atas lemak netral, yaitu ester dari gliserol dan asam – asam

lemak

Lemak netral lipase menjadi digliserida (getah pankreas + Asam

intestinal)

Pada keadaan normal bila seseorang makan 100 gr lemak seharinya maka tinja

mengandung tak lebih dari 5 – 7 gram lemak. Tapi pada diet bebas, ternyata dalam

tinja tetap mengandung 2 gr lemak. Ternyata mukosa usus halus dapa

mengeluarkan / membentuk lemak.

Kolon

Terdiri atas coeum, kolon asendens, transversum, desendens, sigmoid dan recktum.

Absorpsi

Yaitu absorpsi air dan zat – zat mineral dan lain - lain yang larut dalam air yang

lepas dari absorpsi intestinum. Absorpsi terutama terjadi di kolon asendens, kolon

transversum. Kolon yang normal selama 24 jam dapat melakukan absorpsi 2,5 liter

air, 403 m. Eq. k. dan 259m. Ek. Bikarbonat.

Sekresi dan ekskresi

Page 13: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

Sekresi dikolon ialah cairan kental yang banyak terjadi didalam mukus dengan Ph

8,4 cairan mukus terdiri atas 98 % air dan mengandung 85 – 93 m. ek. Baik

bikarbonat maupun amilase, maltase, invertase, peptidase dan musin. Padfa keadaan

normal tak ada lakatse, protease dan enterokinase. Gunanya untuk pelicin dan

melindungi mukuosa kolon. Rangsangan untuk sekresi ialah rangsangan mekanik

sampah – sampah makanan. Rangsangan pada nervus pelvikus serta pemberian

pilokarpin akan memperbesar sekresi. Rangsangan simpatikus serta pemberian

atropin kan mengurangi sekresi. Usu besar juga berfungsi ekskersi mineral misalnya

Ca. mg, hg, as, fe. Selain melakukan ekskresi mineral tersebut juga bahan – bahan

makan yang lain yang tak dapat dicernakan misalnya selulose. Sebagian zat lemak,

sebagian kecil protein dan lain – lainnya. Zat – zat tersebut berupa tinja yang

terdapat dikolon asendens berupa seperti bubur . Pada kolon desenden mulai menjadi

padat kemudian dikumpulkan di kolon sigmoid dan sampai ampula rekti sehingga

pada suatu waktu terjadi rangsangan pada rektum terjadilah proses defekasi.

2.3 Histologi

Page 14: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

Tunika Mukosa

Terdapat struktur yang meningkatkan luas permukaan absorbsi:

-Plica semicircularis Kerckringi,

-Vili intestinalis

-Kripti Lieberkuhn, (Intestinal gland)

Vili

-Tidak ditemukan ditempat lain

-Dilapisi oleh epiel selapis silindris

-Diantara sel epitel terselip sel goblet.

-Langsung dibawah lamina basalis terdapat jala kapiler.

-Saluran limf ditengah vili, tunggal dengan ujung buntu, disebut pembuluh lakteal

-Diantara pembuluh darah dan lakteal terdapat pleksus saraf

Mikrovili

Page 15: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

-Pada permukaan sel epitel absorbtiv

-Tersusun berderet paralel sama tinggi

-Memberi gambaran striated border

-Setiap mikrovili menimbulkan perluasan membran plasma

-Dibagian tengah mikrovili terdapat mikrofilamen aktin

Tunika sub mukosa

-Terdapat plexus Meisner

-Kelenjar Brunner

Tunika Muskularis

-Tebal

-di sebelah dalam sirkular

-disebelah luar longitudinal

-Diantara keduanya terdapat plexus myentericus Auerbach

-Merupakan ganglion parasympatik

-inervasi peristaltik.

Tunika serosa

Digantung oleh mesenterium (mesotel), kecuali pada bagian retroperitoneal

duodenum yang ditutupi adventisia

Page 16: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

Duodenum

Muara sekresi pankreas dan empudu àbasa

Khimus yang asam à dinetralkan

Usus 12 jari, panjang 25 cm

Ciri2:

- Kel Brunner nyata, didalam sub mukosa

- Vili, berbentuk seperti daun, sangat banyak

- Tunika serosa hanya sebagian dibagian depan, sisanya berupa t.adventisia

- Tempat bermuara saluran empedu dan pankreas

Jejenum

Tempat mencernakan tahap akhir à enzim: dipeptidase à asam amino

disakarida à monosakarida

Tempat penyerapan zat makanan paling efektif

Tempat penyerapan air dan garam

Vili paling besar

Lakteal berkembang sempurna, absorbsi maksimal

Ileum

Menyempurnakan pencernaan dan penyerapan zat makanan

Banyak limfonoduli agregatii didalam lamina propria (Peyer’s patches, plaques

Peyeri)

Folikel limf berbentuk buah pir bulat, kubah menonjol kearah lumen

T. mukosa

Tidak mempunyai vili, permukaan mukosa relatif licin.

Kripti Lieberkuhn lebih panjang dan lebih lurus

Sel epitel berupa sel torak tinggi, terdiri dari:

Sel absorbtif: sel torak dengan brush border yang lebih pendek dari usus halus

Sel goblet, jauh lebih banyak, semakin ke distal semakin banyak

Kriptus

Lebih panjang daripada kripti usus halus

Banyak sekali sel goblet.

Page 17: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

Pada dasar kripti terdapat:

-->Undifferentiated epithelial cells: Dapat berkembang menjadi sel absorbtif

maupun sel goblet.

àSel-sel endokrin

Lamina propria

àNodulus limphaticus soliter lebih besar dan lebih banyak, sering menonjol masuk

kedalam tunika submukosa

Muskularis mukosa

à Dua lapis, tipis. Sirkular sebelah dalam dan longitudinal sebelah luar

T. submukosa

– Tanpa kelenjar. Pada lapisan lebih dalam terdapat plexus Meisner

T. muskularis externa

• Lapisan sirkular sebelah dalam sempurna

• Lapisan luar: longitudinal, tebal tidak sama, membentuk 3 pita longitudinal (taenia

coli) selebar 1 cm.

• Diantara taenia otot longitudinal sangat tipis.

• Di rektum taenia menghilang

• Karena tonus dan pemendekan terbentuk kantong (haustra), diantaranya terbentuk

lipatan sabit menjurus ke lumen (plicae semilunaris)

T. Serosa

• Terdiri dari mesothelium

• Pada colon membentuk appendices epiploicae/omentum mayus

• Pada bagian tertentu permukaan colon, rectum dan 1/3 bagian bawah ampula

recti tidak terbungkus peritoneum, langsung dikelilingi oleh tunika adventitia

2.6 Mikrobiologi

2.7 Patologi

Konstipasi yaitu : Keluarnya tinja yang sulit dan keras(hrs mengejan) saat d

efekasi,frekuensi BAB < 3x/mnggu,merasa kurang puas BAB.

Page 18: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

Obstipasi yaitu : Pergerakan usus yang berhenti secra spontan,konstipasi yang tidak

terobati.

Hal-hal yg menyebabkan konstipasi

• Ganguan fungsional : (idiopatik) → Functional motility disorders

• Gangguan karena obat2-an: antikolinergik, antihistamin, antidepresan,

antihipertensi, opiat, anti diare

• Gangguan obstruktif: tumor or keganasan di kolon

• Gangguan karena nematoda usus :Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis,

Ascaris lumbricoides

• Gangguan neuromuscular: Penyakit Hirschsprung, Parkinson, multipel sklerosis,

serebrovaskuler, dll

• Gangguan endokrin: DM, hiprekalsemia, hipotiroid, dll

• Gangguan psikiatrik : Depresi anoreksia neurosa,Seksual abuse,dll

• Gangguan ginekologis : Mioma uteri, kista ovarium, tumor ovarium

2.8 Diagnosis Banding

2.8.1 Askariasis

Etiologi : Ascaris lumbricoides (penyebaran kosmopolit)

Morfologi cacing:

- Cacing jantan berukuran 10-30 cm, ekor melingkar, mempunyai spikulum

- Cacing betina berukuran 22-35 cm, ekor runcing

Telur terdiri dari

• Telur tidak dibuahi: berukuran 90 x40 mikron

• telur dibuahi: berukuran 60 x 45 mikron

• telur decorticated (telur busuk)

• telur matang (berisi larva = bentuk

infektif)

Daur hidup

• Seekor cacing betina bertelur 100.000-200.000 butir/hari

• Terdirid dari telur dibuahi dan tidak dibuahi

Page 19: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

• Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi dapat berkembang menjadi bentuk

infektif dalam waktu kurang dari 3 minggu

Telur dibuahi

DAUR HIDUP Ascaris lumbricoides

Page 20: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

Gejala klinis

• Oleh karena Larva :

Page 21: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

- biasanya terjadi pada saat berada di paru

- Pada orang yang rentan terjadi perdarahan kecil pada diniding alveolus dan

timbul gangguan pada paru yang disertai dengan batuk, demam dan eosinofilia à

sindrom Loeffler

• Oleh karena cacing dewasa :

- infeksi ringan : gejala gangguan usus ( mual, nafsu makan berkurang, diare atau

konstipasi)

- Infeksi berat : malabsorbsi à memperberat malnutrisi

- Penggumpalan cacing dalam ususà obstruksi usus (ileus)

- Bentuk infektif ini, bila tertelan oleh manusia, maka menetas di usus halus.

- Larva àmenembus dinding usus àmenuju pembuluh darah atau saluran

limfeàdialirkan ke jantung àmengikut aliran darah ke paru-paru.

- Larva di paru-paru à menembus dinding pembuluh darahàdinding

alveolusàmasuk rongga alveolusàbronchiolusàbronchus

àtracheaàfaring (menimbulkan rangsangan). Penderita menjadi batuk karena

rangsangan inià larva tertelan ke esofagusàmenuju ke usus halus. Di usus halus,

larva berubah menjadi cacing dewasa.

- Sejak telur matang sampai cacing dewasa bertelur dibutuhkan waktu kurang

lebih 2 bulan

Diagnosis

o Menemukan telur dalam tinja

o Cacing dewasa keluar dari mulut, hidung dan tinja

Pengobatan

à Piperasin dosis tunggal : anak 25 mg/kgBB

à Pirantel pamoat dosis tunggal 10 mg/KgBB

à Mebendazol 2X 100 mg/hari selama 3 hari atau 500 mg dosis tunggal

àAlbendazol dosis tunggal 400 mg

Prognosis

Baik

Preventif

Page 22: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

• Mencuci tangan sebelum makan

• Menggunting kuku secara teratur

• Pemakaian jamban keluarga serta pemeliharaan kesehatan pribadi dan

lingkungan

2.8.2 Trikuriasis

Etiologi

Trichuris trichiura (Thread worm).

Epidemiologi

Terdapat di seluruh dunia (kosmopolitan), frekuensi infeksi cacing ini di jakarta dan

sekitarnya cukup tinggi, di Bekasi dari 1.084 anak sekolah menunjukkan angka

frekuensi 24,4% (Sri Oemijati).

Patogenesis

Trichuris trichiura biasanya dianggap cacing non- patogen dan komensal yang

terdapat dalam usus, tetapi jika jumlahnya banyak dan daya tahan penderita kurang

baik dapat menyebabkan kelainan tertentu, bagian posterior cacing melekat pada

mukosa usus dan akan mengakibatkan pedarahan kronis serta kerusakan mukosa

usus

Cacing Jantan Cacing Betina

Page 23: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

Bentuk telur

Cara infeksi

menelan telur yang dibuahi, kemudian larvanya melekat pada vilus usus halus

sampai menjadi dewasa, kemudian ke sekum dan kolon bagian proksimal.

Gejala klinis

Infeksi ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas. Pada infeksi

yang berat terdapat keluhan nyeri daerah epigastrium yang dapat disertai muntah-

muntah, konstipasi, perut kembung dan ileus, diare dengan tinja yang bergaris-garis

metrah darah, berat badan yang berkurang,dapat terjadi pula prolapsus rektum

dengan cacing yang melekat pada selaput lendir usus, anemia yang disebabkan

perdarahan kronis, penderita akan kehilangan darah kira-kira0,25 ml/1000 telur

Trichuris trichiura yang terdapat pada 1gr tinja, eosinofilia terdapat pada infeksi

yang baru, pada infeksi yang lam eosinofil darah pada batas normal.

DAUR HIDUP Trichuris trichiura

Page 24: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

Diagnosis

Dapat dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam

tinja, baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll.

Pengobatan

1. Ditiazin iodida (Delvex, Telmid, Delombrin, Netocyd) dengan dosis 10

mg/kgbb/hari pada hari pertama, selanjutnya 20 mg/kgbb/hari selama 3-15 hari, juga

diberikan ditiazanin enema

2. Triklormenolpiperazin

3. Stibazium iodida (Monopar)

4. Obat pilihan : tiobendaol (Mintezol) dengan dosis 25-30 mg/kgbb/hari selama 7-30

hari.

Prognosis

Baik

Page 25: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

2.7.3 Penyakit Hirschsrpung

Menyempitnya dinding usus dan tidak ditemukannya ganglion parasimpatis à

aganglionosis kongenital

Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan menjadi 2 tipe :

1. Penyakit hirschsprung segmen pendek, segmen aganglionosis mulai dari anus sampai

sigmoid, 70%, lk>pr

2. Penyakit hirschsprung segmen panjang, daerah aganglionosis dapat melebihi

sigmoid, lk=pr

Gejala klinis

Penyakit ini merupakan penyebab tersering gangguan passase usus pada bayi atau

anak, tanda obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir dapat

merupakan gejala obstruksi akut, trias yang sering ditemukan adalah mekonium yang

terlambat keluar (lebih dari 24 jam), perut kembung dan muntah berwarna hijau,

pada anak yang lebih besar kadang-kdang ditemukan keluhan diare atau enterokolitis

kroniklebihmenonjol daripada tanda-tanda obstipasi.

Pemeriksaan penunjang

colok dubur

• Foto polos abdomen

• Pemeriksaan dengan barium enema

• Pemeriksaan histo-patologis, biopsi hisap dan biopsi otot rektum

• Pemeriksaan aktifitas enzim asetilkolin esterase

Pengobatan

Pengobatan konservatif untuk menghilangkan tanda-tanda obstruksi rendah dengan

jalan memasang anal tube tanpa atau dengan disertai pembilasan dengan air garam

hangat secara teratur.

kolostomi merupakan tindakan operasi darurat dan dimaksudkan untuk

menghilangkan gejala obstruksi usus sambil menunggu dan memperbaiki keadaan

umum penderita sebelum operasi definitif.

operasi definitif dilakukan dengan mereseksi segmen yang menyempit dan menarik

usus yang sehat kearah anus, cara ini dikenal dengan pull through (Swenson,

Page 26: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

Renbein dan Duhamel), di RSCM Jakarta dianjurkan pull through modifikasi

Duhamel setelah terlebih dahulu dibuat kolostomi terminal

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil diskusi kelompok 8 menyimpulkan bahwa sekenario ini lebih

mendekati kepada penyakit askariasis. Dan diperlukan anamnesis tambahan dan

pemeriksaan lain yang menunjang.

Page 27: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2

DAFTAR PUSTAKA

Atlas Sobotta

Ramali, Ahmad. Kamus Kedokteran Djambatan:2005.

Kuliah Sistem Gastroenterohepatologi

Kumar and Robbins.Buku Ajar Patologi.Jakarta : : Balai Penerbit FKUI:2000.

Textbook/joutnal yang berhubungan dengan masalah sistem kardiovaskuler.

Wijaya,Thena. Dasar-Dasar Biokimia Lehninger. Jilid 3, Copyright.

Page 28: Laporan PBL Sistem GEH Modul 2