PBL Modul Sesak Napas

download PBL Modul Sesak Napas

of 17

Transcript of PBL Modul Sesak Napas

  • 8/13/2019 PBL Modul Sesak Napas

    1/17

    kMODUL II

    SESAK NAPAS

    SKENARIO

    Seorang perempuan 4 tahun dibawa ke puskesmas dengan keluhan sesak napas.

    Penderita terlihat pucat dan kebiruan. Nadi teraba cepat dan lemah. Penderita

    tidak batuk dan tidak demam.

    Kata kunci

    1. Perempuan 4 tahun2. Sesak nafas3. Pucat4. Kebiruan5.Nadi cepat, lemah6. Batuk (-),Demam (-)

    Pertanyaan

    1. Bagaimana patofisiologis dispnea?2. Etiologi dari sesak napas?3. Bagaimana mengenal sesak napas yang disebabkan oleh trauma atau non

    trauma?

    4. Pemeriksaan Penunjang pada pasien ini?5. Bagaimana prinsip penanganan pertama pada pasien ini?6. Bagaimanakah hubungan antara gejala sesak napas dengan tidak adanya

    riwayat batuk dan demam pada pasien?

  • 8/13/2019 PBL Modul Sesak Napas

    2/17

    Jawaban:

    1. Sesak napas secara umum disebabkan oleh gangguan jalannapas/sumbatan pada traktus respiratorius, gangguan pada paru di mana

    terjadi proses pertukaran oksigen, gangguan pada kardiovaskular yang

    mengakibatkan sistem pompa dan transportasi darah yang membawa

    oksigen terganggu.

    2. Etiologi :a) Trauma:

    Tension pneumotoraks, hemotoraks, tamponade jantung, chocking,

    sumbatan oleh darah, trauma inhalasi, spasme laring, fraktur costa,

    c-spine trauma (mempengaruhi nervus phrenicus yang

    mempersarafi diafragma), inhalasi gas beracun.

    b)Non trauma:Asma bronkial, dehidrasi, ARDS, efusi pleura, penyakit jantung

    bawaan, pneumonia (infeksi bakteri/ kontak dengan bahan kimia),

    metHemoglobinemia, vena cava superior sindrom.

    3. Mengetahui sesak napas karena trauma dan non trauma dapat diketahuimelalui:

    A.Anamnesis:Riwayat trauma:

    1. Mekanisme trauma mayor2. Hipotensi sebelum masuk rumah sakit/ perubahan tingkat kesadaran3. Kehilangan darah signifikan sebelum masuk rumah sakit.Riwayat sesak:

    1. Frekuensi sesak

    2. Gejala yang menyertai sesak napas

    3. Riwayat sesak saat beraktivitas

  • 8/13/2019 PBL Modul Sesak Napas

    3/17

    4. Posisi memperberat atau meringankan gejala

    5. Waktu terjadinya serangan

    B.Pemeriksaan Fisis:-Inspeksi : Ada kontusio dan laserasi pada daerah toraks

    Ada fraktur costa

    Gerak napas dada

    Benda asing

    Trauma toraks:

    Respiratori Distress: Nafas dangkal dan cepat,Gerakcuping hidung, Tarikan sela iga/ otot leher, Nadicepat, Vena leher distensi, Sianosis

    Pernapasan 4060 kali / menit

    Retraksi dinding dada

    -Palpasi : Ada gerak toraks sisi yang sakit tertinggal

    Trakea terdorong ke sisi sehat

    - Perkusi : Terdengar suara hipersonor pada sisi yang sakit

    - Auskultasi : Suara napas normal atau tidak.

    Terdapat suara napas tambahan

    Suara napas sisi sakit menghilang

    Denyut suara jantung- tamponade jantung (suara jantung

    terdengar menjauh),

    4. Pemeriksaan Penunjang:

    A.FOTO TORAKS

    B.FAAL PARU (APE, FEV 1/ FVC)

  • 8/13/2019 PBL Modul Sesak Napas

    4/17

    C.ANALISIS GAS DARAH

    D.EKG

    5. Penanganan Penderita Sesak Napas

    - ABCD stepsa) Airway look (bentuk dada-simetris/tidak,bentuk tong, pigeon

    chest), listen and feel. Ada suara napas tambahan? Bersihkan

    jalan napas. Kalau tidak berhasil pertimbangkan intubasi.

    b) Breathing (Pemeriksaan fisis dasar), beri O2 sampai saturasinya>90% dengan fraksi 60-100% sampai normal, diberikan Beta

    2 agonist (diulang tiap 2 menit dalam 1 jam). Jika ada tanda-

    tanda pneumotoraks, lakukan torakosintesis pada ICS 2-4

    midclavikularis, jika hemotoraks lakukan torakosintesis pada

    ICS 5 tetapi harus klasifikasi terlebih dulu apakah open ataukah

    close pneumotoraks.

    c)

    Sirkulasi (lihat nadi, warna kulit, tingkat kesadaran). Bilabermasalah (infus bila ada tanda syok)

    d) Pengontrolan (lihat laju pernapasan, pasang NGT),- Penanganan pada anak (biasanya asma eksaserbasi)

    i. Lihat dl derajat sesak, derajat seranagnnyaii. Tatalaksana (nebulisasi)- tambah beta- 2 agonist

    iii. Lihat respon (pada serangan berat beri O2)iv. Nutrisi (RL tidak > 1 mggu) usahakan secara oral setelahnya

    6.Tidak ada Batuk dan demam pada skenario menunjukkan pasien tidak

    menderita penyakit infeksi yang dapat bermanifestasi dengan gejala sesak

    napas.

  • 8/13/2019 PBL Modul Sesak Napas

    5/17

    DIAGNOSIS DEFERENSIAL

    Penyakit Jantung Bawaan

    Penyakit jantung bawaan yang sering dialami oleh anak kecil, yaitu:

    1. Defek septum atriumASD merupakan malformasi jantung kongenital yang menyebabkan

    pirau dari kiri ke kanan setelah lahir, karena tekanan di sirkulasi paru dan

    sisi kanan jantung menurun. Defek ostium sekundum paling sering

    ditemukan dan dapat ditoleransi baik. Defek ini tidak menimbulkan gejala

    pada masa anak-anak karena aliran darah adalah dari kiri ke kanan.

    Seiring dengan waktu, resistensi vaskular meningkat, yang pada sebagian

    pasien memuncak menjadi hipertensi pulmonal. Hal itu akirhnya

    menyebabkan pembalikan pirau kiri ke kanan, yang bermanifestasi

    sebagai sianosis dan gagal jantung kongestif. Defek pada ostium primum

    pada awalnya mungkin asimptomatik, tetapi defek ini lebih besar

    kemungkinannya memperlihatkan tanda-tanda gagal jantung kongestif,

    sebagian sebagai insufiensi mitral.

    2. Duktus Arteriosus PatenDuktus arteriosus memungkinkan darah mengalir bebas dari arteri

    pulmonal ke aorta dan tidak melalui paru yang teroksigenasi . segera

    setelah lahir, duktus mengalami konstriksi sebaagai respon terhadap

    meningkatnya kadar oksigen arteri, berkurangnya resistensi vaskuler

    paru, dan berkurangnya prostaglandin E2 . pada bayi aterm sehat,

    biasanya berakhir dalam 1-2 hari setelah lahir. Penutupan irreversibel

    spontan berakhir dalam bulan pertama dan membentuk ligamentum

    arteriosum. Penundaan penutupan terjadi pada bayi hipoksia akibat gawat

    napas dan penyakit jantung.

    PDA menyebabkan pirau dari kiri ke kanan tekanan tinggi yang terdengar

    kasar hilang timbul. PDA kecil tidak menimbulkan gejala; pada defek

  • 8/13/2019 PBL Modul Sesak Napas

    6/17

    besar gejala timbul pada masa kanak-kanak atau dewasa. Seperti pirau

    kiri ke kanan lainnya, terjadinya hipertensi pulmonal ditandai dengan

    munculnya sianosis dan gagal jantung kongestif. Pirau tekanan tinggi

    juga memudahkan penderita endokarditis infeksi. Koreksi bedah dini

    pada PDA yang besar dapat menyelamtkan nyawa.

    3. Tetralogi fallotEmpat komponen pada tetralogi ini adalah VSD, pangkal aorta yang

    mengalami dektraposisi dan di atas VSD, obstruksi aliran keluar ventrikel

    kanan, dan hipertrofi ventrikel kanan.

    Konsekuensi hemodinamik tetralogi fallot adalah pirau dari kanan ke kiri,

    aliran darah paru berkurang, da aliran darah aorta bertambah. Keparahan

    pirau ditentukan oleh derajat obstruksi aliran keluar ventrikel kanan.

    Yang lebih sering terjadi adalah stenosis berat menyebabkna sianosis

    signifikan sejak awal kehidupan.seiring pertumbuhan pasien, orifisium

    pulmonal tidak membesar walaupun ukuran jantung membesar. Oleh

    karena itu derajat sianosis bertambah parah seiring waktu. Paru terlindungdari beban hemodinamik berlebihan oleh stenosis pulmonal berlebihan

    dan tidak terjadi hipertensi pulmonal. Pasien ini mengalami komplikasi

    sianosis kronik seperti eritrositosis dengan hiperviskositas, dan jari tabuh.

    Asma Eksaserbasi Akut

    Faktor resiko:

    1. Alergi2. Kurang istirahat3. Emosional4. Infeksi5. Keturunan

  • 8/13/2019 PBL Modul Sesak Napas

    7/17

    Klasifikasi derajat asma eksaserbasi akut:

    Parameters Mild Moderate Severe Respiratory

    Arrest

    Imminent

    Breathlessness While

    walking

    While

    talking

    While at rest

    Talks Sentences Phrases Words

    Position Can lie

    down

    Prefers

    sitting

    Sits upri ght

    Alertness May be

    agitated

    Usually

    agitated

    Always

    agitated

    Confused/

    drowsy

    Cyanotic - - + +++

    Wheeze Moderate,often only

    end

    expiratory

    Loud,

    throughout

    expiratory

    inspiratory

    Extremely

    loud, can be

    heard without

    stethoscope

    Absence of

    wheeze

    Breathlessness Minimal Moderate Severe

    Use of

    accessory

    muscles

    Usually

    not

    Commonly Always

    Retractions Shallow,

    intercostalsModerate, +

    suprasternalDeep, +

    fl are of

    alae nasi

    -

    Respiratory

    rateI ncreased I ncreased I ncreased Decreased

  • 8/13/2019 PBL Modul Sesak Napas

    8/17

    Guide to rates of breathing in awake children:

    Age: Normal rate:

    < 2 month < 60 / minute

    2-12 months < 50 / minute

    1-5 years < 40 / minute

    6-8 years < 30 / minute

    Pulse Normal Tachycardia Tachycardia Bradycardia

    Guide to normal pulse rates in children:

    Age: Normal rate:

    2-12 months < 160 / minute

    1-2 years < 120 / minute

    3-8 years < 110 / minute

    Pulsus Paradoksus None

    < 10 mmHg

    (+)

    10-20 mmHg

    (+)

    > 20 mmHg

    None

    PEFR or FEV1

    -before b.dilator

    -after b.dilator

    (% pedicted

    value)

    > 60%

    > 80%

    ( % best value)

    40-60%

    60-80%

    < 40%

    < 60 %

    respons < 2

    jam

    SaO2 > 95% 91-95% 90%

    PaO2 Normal > 60 mmHg < 60 mmHg

    PaCO2 < 45 mmHg < 45 mmHg > 45 mmHg

  • 8/13/2019 PBL Modul Sesak Napas

    9/17

    Gejala klinis:

    Batuk, dispnea,takikardi,takipnea

    Sianosis,Wheezing, Prolonged expiration, Retraksi

    PENANGANAN ASMA AKUT

  • 8/13/2019 PBL Modul Sesak Napas

    10/17

    Acute Respiratory Distress Sindrom

    Suatu jenis kegagalan paru-paru dengan berbagai kelainan yang berbeda yang

    menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan di paru-paru (udem paru).

    Etiologi:

    1. Penyakit apapun yang secara langsung atau tidak langsung melukai paru-paru: infeksi berat dan luas (sepsis)

    2. Pneumonia3. Tekanan darah sangat rendah (syok)4. Terhirupnya makanan ke dalam paru5. Trauma hebat6. Injury7. Tidak langsung: sepsis, trauma bukan pada toraks

    Gejala:

    1. Muncul dalam waktu 24-48 jam setelah cedera2.

    Sesak nafas (cepat dan dangkal)

    3. Sianosis4. Muncul bersamaan dengan kegagalan organ lain (hati atau ginjal)5. Hipotensi (syok)

    Diagnosis

    1. Pemfis auskultasi : ronki / wheezing2. Hipotensi3. Kulit, bibir, serta kuku sianosis4. Rontgen dada : penimbunan cairan di tempat yang seharusnya terisi udara5. Gas darah arteri6. Hitung jenis darah dan kimia darah7. Bronkoskopi

  • 8/13/2019 PBL Modul Sesak Napas

    11/17

    Penatalaksanaan

    1. Terapi oksigen dalam konsentrasi tinggi 100%2. Bila dengan sungkup tidak berhasil, maka digunakan ventilator3. Pemberian cairan atau makanan IV4. Antibiotik

    Dehidrasi

    Merupakan gangguan keseimbangan cairan yang dapat disebabkan oleh

    berbagai sebab, khususnya kehilangan dari saluran cerna akibat muntah atau

    diare, atau masukan cairan yang turun akibat penyakit akut.

  • 8/13/2019 PBL Modul Sesak Napas

    12/17

    Tatalaksana

    1.Ambil sampel darah untuk mengukur kadar elektrolit dan uji lab lainnya dan

    mulai pemberian cairan IV.

    2.Berikan salin normal atau ringer laktat, 20 ml/ kg BB dalam 30 sampai 60

    menit.

    3. Setelah itu penggantian cairan yang hilang harus diteruskan dengan setengah

    perhitungan defisit diinfuskan dalam 8 jam pertama. Lebih bagus digunakan

    sepertiga saline normal, dengan 15 sampai 20 mEq kalium ditambahkan pada

    setiap liter bila diperlukan.

    4. Defisit natrium hendaknya diperhatikan

    mEq defisit Na = 135 mEq/ Lnatrium serum yang terukur) kali 0,6 BB

    pada dehidrasi hipernatremik jumlah cairan yang diberikan harus dihitung untuk

    menurunkan kadar natrium serum sampai 145 mEq/ L.

    5. Monitor tanda- tanda vital, keluaran urin dan elektrolit serum

    Chocking

    Pada anak kecil sistem pencernaan belum berfungsi dengan baik sehingga

    kemungkinan untuk tersedak cukup besar.

    Gejala:

    1. Batuk2. Gelisah3. Sianosis4. Tercekik, tidak bisa bicara

  • 8/13/2019 PBL Modul Sesak Napas

    13/17

    Tatalaksana:

    1. Back Blow/ Back Slaps2. Chest Trust3. Krikotiroidoktomi

    Methemoglobinemia pada intoksikasi makanan atau obat-obatan atau

    inhalasi gas beracun

    AGENTS COMMONLY I MPLICATED IN PATIENTS WITH

    METHEMOGLOBINEMIA

    Nitrates:

    Amyl nitrite Isobutyl nitrite Sodium nitirite

    Ammonium nitirite Silver nitirite Well water Nitroglycerin

    Dapsone

    Phenazopyridine

    Sulfonamide

    Local anesthetics:

    Benzocaine

    Lidocaine Prilocaine Dibucaine

    Patofisiologi

    Hb (Fe2+) + oksidator Hb (Fe 3+)Hb MetHb

    metHb tidak dapat mengikat oksigenGejala Klinis

    1. Chepalgia2. Dispnea3. Weakness4. Confuse5. Palpitasi6.Nyeri dada

  • 8/13/2019 PBL Modul Sesak Napas

    14/17

    Diagnosis:

    1. Anamnesis : riwayat kontak dengan bahan kimia2. Pemeriksaan fisik : perubahan warna kulit, sianosis, dyspneu, seizure,

    disritmia, asidosis, koma.

    3.Pulse oximetry4.Arterial blood gas (ABG):

    PaO2 normal

    SaO2 rendah

    Tatalaksana:

    Prehospital: pemberian oksigen

    Treatment emergensi: simptomatis

    Metilen blue sebagai lini pertama antidotum

    Dekontaminasi kulit

    Dekontaminasi GI

    Fraktur laring

    Penyebab Fraktur Laring:

    1. Hantaman langsung2. Akibat fleksi/ ekstensi hebat3. Terjepit

    Gejala klinis:

    1. Sesak napas2. Hemoptisis

  • 8/13/2019 PBL Modul Sesak Napas

    15/17

    3. Batuk4. Empisema subkutis5. Sianosis6. Gangguan suara (stridor)7. Krepitasi/ nyeri

    Diagnosis:

    1. Anamnesis2. Pemeriksaan fisis3. CT scan leher

    Tatalaksana:

    1. ABC2. Bedah3.NGT4. Laringeal Stent

    Fraktur Costa

    Fraktur costa adalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur tulang

    costa bisa komplet atau inkomplet.

    Patofisiologi

    Fraktur costa dapat terjadi akibat trauma yang datangnya dari arah

    depan,samping ataupun dari arah belakang.Trauma yang mengenai dada

    biasanya akan menimbulkan trauma costa,tetapi dengan adanya otot yang

    melindungi costa pada dinding dada,maka tidak semua trauma dada akan

    terjadi fraktur costa

  • 8/13/2019 PBL Modul Sesak Napas

    16/17

    MANIFESTASI KLINIS

    1.Nyeri dada2. Sesak napas : Cedera pada paru3. Batuk darah : Cedera pada Paru4. Tanda- tanda Syok

    Pemeriksaan Fisis

    1.Nyeri tekan ,crepitus dan deformitas dinding dada2. Adanya garakan paradoksal3. Tandatanda insufisiensi pernafasan : Cyanosis, tachypnea4. Periksa paru dan jantung,dengan memperhatikan adanya tanda-tanda

    pergeseran trakea, pemeriksaan ECG, saturasi oksigen

    5. Periksa abdomen terutama pada fraktur costa bagian inferior :diafragma,hati, limpa, ginjal dan usus

    6. Periksa tulang rangka: vertebrae, sternum, clavicula, fungsi anggota gerak7.Nilai status neurologis: plexus bracialis, intercostalis, subclavia

    Diagnosis:

    1. Anamnesis2. Pemeriksaan Fisis3. Radiologi

    Vena Cava Superior Sindrom

    Sindrom Vena cava superior (SVCS) merupakan obstruksi aliran

    darah melewati vena cava superior.

    Obstruksi vena cava superior mengawali aliran balik vena kolateral dari

    setengah bagian tubuh bagian atas menuju ke jantung melewati 4 jalur

  • 8/13/2019 PBL Modul Sesak Napas

    17/17

    utama. Jalur Pertama dan yang paling penting adalah sistem vena azygos,

    termasuk vena azygos, vena hemiazygos, dan venavena interkostal.Jalur kedua adalah sistem vena mamaria interna dan cabang

    cabangnya serta hubungan sekunder ke vena epigastrik superior dan

    inferior, Sistem vena toraksik yang panjang, dengan hubungannya

    menuju vena femoralis dan vena vertebralis, yang menyediakan jalur

    kolateral ketiga dan keempat. akibat terjadinya perubahan jalur vena

    tersebut maka aliran vena hampir selalu meningkat pada bagian atas jika

    obstruksi vena cava superior terjadi, dimana tekanan vena cava tersebut

    dapat mencapai 200500 cmH2O pada SVCS berat. peningkatanaliran vena sianosis pada pasien, odema peningkatan tekanan

    hidrostatik kapiler, kondisi ini sangat dipengaruhi oleh derajad aliran

    kolateral untuk mengurangi tekanan vena

    sakit kepala, sesak , batuk , sesak pada posisi tidur, dan sulit

    menelan dll sebagai akibat dari obstruksi aliran darah yang melewati

    vena cava superior.

    Diagnosis:

    1. USG2. Radionuclide Venography3. CT-ScanMRI4. Sputum Cytology, Fine-Needle Aspiration, and Lymph Node Biopsy5. Mediastinoscopy