laporan PBL

29
Skenario 1.6 Seorang pria 48 tahun dibawa ke Puskesmas diantar oleh polisi. Ia ditemukan tewas pagi ini sekitar pukul 7 pagi disekitar daerah dimana sehari sebelumnya polisi melakukan penggerebekan perjudian ilegal. Beberapa bunyi tembakan terdengar saat itu, namun tidak ada seorangpun yang dilaporkan tertembak. A. Kalimat Kunci : 1. Seorang laki-laki 48 tahun diantar oleh polisi ke puskesmas 2. Tewas pukul 7 padi didaerah yang 1 hari sebelumnya terjadi penggerebekan perjudian ilegal.

Transcript of laporan PBL

Page 1: laporan PBL

Skenario 1.6

Seorang pria 48 tahun dibawa ke Puskesmas diantar oleh polisi. Ia ditemukan tewas pagi ini

sekitar pukul 7 pagi disekitar daerah dimana sehari sebelumnya polisi melakukan penggerebekan

perjudian ilegal. Beberapa bunyi tembakan terdengar saat itu, namun tidak ada seorangpun yang

dilaporkan tertembak.

A. Kalimat Kunci :

1. Seorang laki-laki 48 tahun diantar oleh polisi ke puskesmas

2. Tewas pukul 7 padi didaerah yang 1 hari sebelumnya terjadi penggerebekan perjudian

ilegal.

3. Terdengar bunyi tembakan, namun tidak seorangpun yang dilaporkan tertembak.

Page 2: laporan PBL

B. Pertanyaan :

1. Bagaimanakah patomekanisme luka/trauma menggunakan pengetahuannya tentang anatomi, fisiologi dan histologi ?

2. Sebutkanlah Jenis – jenis / klasifikasi luka secara umum ?3. Klasifikasi luka tembak. 4. Deskripsikan karakteristik luka pada skenario 5. Jelaskan karakteristik kemungkinan “Agen” penyebab luka 6. Jelaskan keparahan / derajat luka sesuai dengan hukum yang berlaku,7. Menetapkan penyebab kematian paling mungkin (COD) menggunakan pendekatan

Proximus Mortis (PMA) pada kejadian dimana kematian merupakan konsekuensi dari luka / trauma ?

8. Perspektif islam yang sesuai dengan skenario

C. Jabawan Pertanyaan

1. Patomekanisme luka/trauma menggunakan pengetahuannya tentang anatomi, fisiologi dan

histologi.

Luka terjadi di mana adanya benda atau agen penyebab yang mengakibatkan

adanya rudapakasa mekanik, fisik, kimia, dan lain – lain pada jaringan tubuh. Jenis,

ukuran dan letak luka tergantung dari jenis agen penyebab luka (bentuk tajam / tumpul,

jika tajam bermata 1 / 2, ukuran kecil / sedang / besar. Awalnya agen penyebab luka

mulai masuk menembus atau merusak daerah kulit, dan terus menembus jaringan yang

lain yang berada di bawah maupun disekitarnya.

Page 3: laporan PBL

.

Lapisan Epidermis terdiri atas : stratum korneum yang merupakan lapisan terluar

dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan

protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk), stratum lusidum merupakan

lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang

disebut eleidin, stratum granulosum merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan

sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya, stratum spinosum yang terdiri atas

beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya

proses mitosis dan terdapat sel langerhans serta mengandung banyak glikogen, stratum

basale terdiri atas sel-sel berbentuk kubus(kolumner) dan melanosit.

Lapisan Dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal dari

epidermis. Dibagi menjadi 2 bagian yaitu pars papilare yang menonjol ke epidermis,

berisi ujung saraf dan pembuluh darah, dan pars retikulare yaitu bagian di bawahnya yang

menonjol ke arah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya

serabut kolagen, elastin, dan retikulin.

Lapisan Subkutis dalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi

sel-sel lemak di dalamnya. Terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah

bening.

FISIOLOGI

Dengan pengecualian efek perlambatan pada luka yang disebabkan pada semua

trauma mekanik seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, terjadi karena adanya transfer

energi dari luar menuju ke jaringan. Ini juga terjadi pada luka tembak. Kerusakan yang

terjadi pada jaringan tergantung pada absorpsi energi kinetiknya, yang juga akan

menghamburkan panas, suara serta gangguan mekanik yang lainya.

Jumlah dari energi kinetik yang terdapat pada proyektil sesuai dari masa dan

kecepatan. Rata-rata kecepatan peluru berkisar 340m/s, dimana banyak digunakan pada

panah, senapan angin, serta revolver. Dari sistem mekanik ini akan mengakibatkan daya

dorong peluru ke suatu jaringan sehingga terjadi laserasi, kerusakan sekunder terjadi

Page 4: laporan PBL

kalau adanya rupture pembuluh darah atau struktur lainnya dan terjadi luka yang sedikit

lebih besar dari diameter peluru.Jika kecepatan melebihi kecepatan udara, lintasan dari

peluru yang menembus jaringan akan terjadi gelombang tekanan yang mengkompresi jika

terjadi pada jaringan seperti otak, hati ataupun otot akan mengakibatkan kerusakan

dengan adanya zona-zona disekitar luka.

Dengan adanya lesatan peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk rongga

disebabkan gerakan sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan dan diameter

rongga ini lebih besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan mengecil sesaat setelah

peluru berhenti, dengan ukuran luka tetap sama. Organ dengan konsistensi yang padat

tingkat kerusakan lebih tinggi daripada yang berongga. Efek luka juga berhubungan

dengan gaya gravitasi. Pada pemeriksaan harus dipikirkan adanya kerusakan sekunder

seperti infark atau infeksi.

2. Jenis – jenis / klasifikasi luka secara umum

Abrasi

Merupakan perlukaan paling superfisial, dengan definisi tidak menebus lapisan

epidermis. Abrasi yang sesungguhnya tidak berdarah karena pembuluh darah terdapat

pada dermis. Kontak gesekan yang mengangkat sel keratinisasi dan sel di bawahnya akan

menyebabkan daerah tersebut pucat dan lembab oleh karena cairan eksudat jaringan.

Ketika kematian terjadi sesudahnya, abrasi menjadi kaku, tebal, perabaan seperti kertas

berwarna kecoklatan. Pada abrasi yang terjadi sesudah kematian berwarna kekuningan

jernih dan tidak ada perubahan warna.

1. Tangensial atau abrasi geser :

Abrasi kebanyakan disebabkan gerakan lateral daripada tekanan vertikal. Ketika

tanda abrasi ini ditemui, arah kekuatan dapat ditentukan dari sisa epidermis yang

terbawa sampai ujung abrasi. Pemeriksaan visual, bila perlu menggunakan lensa,

dapat menunjukkan pergerakan dari tubuh.

 

Page 5: laporan PBL

2. Abrasi Crushing

Ketika penekanan vertikal pada permukaan kulit, tidak ada goresan yang terjadi

namun epidermis hancur dan obyek yang menghantam tercetak. Jika hantaman

tersebut kuat dan daerah permukaan kontak kecil akan terjadi luka berlubang kecil

dan abrasi hantaman terjadi. Kerusakan yang terjadi berupa penekanan hingga depresi

ringan dari permukaan atau paling tidak memar atau tonjolan oedem lokal. Abrasi ini

salah satu dari abrasi yang menunjukkan cetakan dari obyek yang membuat luka.

 

3. Abrasi kuku jari

Sangat penting karena frekuensi pada serangan khususnya pada penyiksaan

anak, penyerangan seksual, dan penjeratan. Sering disertai memar lokal. Abrasi kuku

jari biasanya sering ditemukan pada leher, muka, lengan atas dan lengan depan.

Mungkin berupa goresan linear jika jari-jari tersebut menarik ke bawah, tanda kurva

atau garis lurus jika tangan tersebut menggenggam.

Lengan bagian depan sering merupakan lokasi untuk penggenggaman dan

menahan baik pada penyiksaan anak atau serangan pada orang dewasa. Memar umum

ditemukan, namun tanda kuku jari sdapat menumpang pada memar tersebut. Ahli

patologi harus berhati0hati dengan interpretasi yang salah. Contohnya, memutuskan

tanda kuku jari pada leher yang disebabkan oleh tangan dari depan atau belakang

leher.

 

4. Abrasi berpola

Abrasi yang terjadi mengikuti pola obyek . tidak hanya epidermis yang rusak,

kulit dapat tertekan mengikuti pola obyek, sehingga dapat terjadi memar intradermal.

Contohnya ketika ban motor melewati kulit, meninggalkan pola pada kulit  dimana

kulit juga tertekan mengikuti alur ban tersebut.

 

5. Abrasi post-mortem (sesudah kematian)

Dapat disebabkan berbagai macam, antara lain penyeretan pada saat

pemakaman, atau akibat proses otopsi. Pada saat proses pemakaman, khusunya setelah

Page 6: laporan PBL

dibersihkan dengan air panas. Pada otopsi kedua perlu diperiksa dengan deskripsi

sebelumnya atau dengan foto, jika beberapa luka yang ditemukan diragukan.

Kontusio atau memar

Meskipun sering bersamaan dengan abrasi dan laserasi, memar murni terjadi karena

kebocoran pada pembuluh darah dengan epidermis yang utuh oleh karena proses mekanis.

Ekstravasasi darah dengan diameter lenih dari beberapa millimeter disebut memar atau

kontusio, ukuran yang lenih kecil disebut ekimosis dan yang terkecil seukuran ujung peniti

disebut petekie. Baik ekimosis dan petekie biasanya terjadi bukan karena sebab trauma

mekanis.

Kontusio disebabkan oleh kerusakan vena, venule, arteri kecil. Perdarahan kapiler

hanya dapat dilihat melalui mikroskop, bahkan petekie berasal dari pembuluh darah yang

lebih besar dari kapiler. Kata ‘memar’ mengacu pada lesi yang dapat dilihat pada kulit

atau yang terjadi pada subkutanea, sementara ‘kontusio’ dapat terjadi pada bagian tubuh

mana saja seperti limpa, mesenterium atau otot. Penggunaan kata memar lebih banyak

digunakan dokter saat memberikan laporan atau keterangan pada kalangan non-medik.

 

1. Memar Intradermal

Memar yang biasa terjadi akibat penekanan berada pada subkutanea, sering

pada jaringan adiposa. Jika dilihat, memar terjadi pada perbatasan dermis dan

epidermis. Namun kadang samara. Ketika memar terjadi akibat penekanan dengan

obyek berpola, perdarahan yang terjadi lebih dapat dilihat, jika berada di lapisan

subepidermal. Jumlah darahnya sedkiti namun karena posisinya yang superfisial dan

lapisan tipis di atasnya yang jernih sehingga polanya dapat dibedakan. Memar ini

terjadi ketika obyek yang menekan memiliki pinggiran dan alur, sehingga kulit

dipaksa mengikuti alur dan bentuknya.

  

2. Memar post mortem dan artefak lainnya

            Khususnya pada kematian kongesti seperti tekanan pada leher, sistem vena

dapat tersumbat dan dapat terjadi memar. Salah satu area yang penting yang dapat

mendeskripsikan secara penuh disbanding yang lain adalah leher, dimana kumpulan

Page 7: laporan PBL

dari darah antara esophagus dan tulang belakang servikal dapat menimbulkan memar

dari stranhulasi.

Luka gores/Laserasi

Berbeda dengan luka iris dimana pada luka gores jringan yang rusak menyobek bukan

mengiris. Laserasi dapat dibedakan dari luka iris :

1. Garis tepi memar dan kerusakan memiliki area yang sangat kecil sehingga untuk

pemeriksaanya kadang dibutuhkan bantuan kaca penbesar.

2. Keberadaan rangkaian jaringan yang terkena terdapat pada daerah bagian dalam luka,

termasuk pembuluh darah dan saraf .

3. Tidak adanya luka lurus yang tajam pada tulang dibawahnya,terutama jika yang

terluka daerah tulang tengkorak.

4. Jika area tertutup oleh rambut seperti kulit kepala, maka rambut tersebut akan terdapat

pada luka.

 Macam-macam luka laserasi :

1. Laserasi terpola

            Laserasi tidak menciptakan kembali bentuk dari alat yang melukai,

tendangan dapat menyebabkan laserasi khususnya jika menggunakan sepatu boot

yang besar dengan ujung kakinya yang keras. Pukulan yang sangat keras dapat

menyebabkan laserasi linier atau stellate.

2. Luka akibat benda tumpul yang berpenetrasi

            Luka ini merupakan luka campuran antara luka laserasi dan luka iris.

Dapat terjadi alibat dari pukulan besi atau sebilah kayu. Pada waktu alat tumpul

dipukulkan ke kulit, maka akan ada lekukan dan lecet pada sisinya, walaupun

bekas yang lebih dulu akan hilang jika alatnya telah ditarik kembali. Material

seperti karat, kotoran atau serpihan mungin tertinggal pada luka dan harus sangat

hati-hati dilindungi untuk pemeriksaan forensic, jika alat yang digunakan belum

diketahui.

Page 8: laporan PBL

Luka Iris

Adalah luka yang disebabkan oleh objek yang tajam, biasanya mencakup seluruh

luka akibat benda-benda seperti pisau, pedang, silet, kaca, kampak tajam dll. Ciri yang

paling penting dari luka iris adalah adanya pemisahan yang rapih dari kulit dan jaringan

dibawahnya, maka sudut bagian luar biasanya bisa dikatakan bersih dari kerusakan

apapun.

Luka tikam dan luka yang berpenetrasi

Menikam biasanya dengan pisau, sering terjadi pada kasus pembunuhan dan pembantaian.

Karakteristik dari alat tikam:

1. Panjang, lebar dan ketebalan pisau

2. Satu atau dua sisi

3. derajat dari ujung yang lancip

4. bentuk belakang pada pisau satu sudut (bergerisi/kotak)

5. Bentuk dari pelindung pangkal yang berdekatan dengan mata pisau

6. Adanya alur, bergerigi atau cabang dari mata pisau

7. Ketajaman dari sudut dan khususnya ujung dari mata pisau

Karakteristik luka tikam, dapat menerangkan tentang:

1. Dimensi senjata

2. Tipe senjata

3. Kelancipan senjata

4. Gerakan pisau pada luka

5. Kedalaman luka

6. Arah luka

7. Banyaknya tenaga yang digunakan

Page 9: laporan PBL

3. Klasifikasi luka tembak

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa luka tembak terdiri atas luka tembak masuk

dan luka tembak keluar. Namun di sini, akan dijelaskan karakteristiknya masing-masing,

yaitu:

1) Luka Tembak Masuk

a.Luka tembak tempel (kontak)

Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa pembakaran bubuk mesiu saat

tembakan terjadi menghasilkan sejumlah besar gas. Gas inilah yang mendorong anak

peluru keluar dari selongsongnya, dan selanjutnya menimbulkan suara yang keras.

Gas tersebut sangat panas dan kemungkinan tampak seperti kilatan cahaya, yang

jelas pada malam hari atau ruangan yang gelap.

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi bentuk luka yaitu hasil kombinasi antara

gas dan anak peluru:

Sejumlah gas yang diproduksi oleh pembakaran bubuk mesiu.

Efektivitas pelindung antara kulit dan anak peluru.

Ada tidaknya tulang dibawah jaringan yang terkena tembakan.

Faktor pertama, jumlah gas yang diproduksi oleh bubuk mesiu yang terbakar

memilik hubungan dengan kecepatan melontar senjata. Secara jelas dapat dikatakan

dengan meningkatkan kecepatan melontar berarti juga meningkatkan kecepatan anak

peluru. Meningkatnya jumlah gas yang diproduksi merupakan suatu prinsip untuk

meningkatkan dorongan terhadap anak peluru. Faktor kedua yang berpengaruh

terhadap efektifitas pelindung antara kulit dan anak peluru. Makin efisien pelindung

tersebut makin banyak gas yang gagal ditiupkan di sekitar moncong senjata sehingga

makin banyak gas yang dapat ditemukan di jaringan tubuh. Faktor terakhir adalah

keberadaan lapisan tulang dalam jarak yang dekat di bawah kulit yang dapat

dibuktikan menjadi pembatas terhadap penetrasi yang masif dan ekspansi gas

menuju jaringan yang lebih dalam.

Ketika senjata ditembakkan dengan menempel pada kulit, gambaran akan

tampak bermacam-macam tergantung apakah moncong senjata ditekan ke

permukaan kulit sehingga melekat erat, atau apakah tidak menempel pada kulit.

Page 10: laporan PBL

Gambaran akan tampak beda jika terdapat pakaian diantara moncong senjata dan

kulit. Pada jaringan lunak, seperti ekstremitas, abdomen, dan juga dada, luka akan

tampak kecil dan sirkuler. Akan ada pembakaran dan penghitaman pada dinding

luka,. Jika antara moncong senjata denga kulit menempel kuat akan ada sedikit

bahkan tidak ada nyala api dan debu, kecuali kalau pakaian menutupinya. Dalam

luka, pada jaringan akan ada beberapa bintilk-bintik kotoran dengan jelaga atau

partikel-partikel amunisi. Kebanyakan amunisi senjata tampak bersih, dibandingkan

dengan peluru senjata api sehingga jelaga bias tidak ditemukan.Biasanya hyperemia

terdapat disebelah luar cetakan diameter moncong senjata, dan karbon monoksida

akan diserap oleh Hemoglobin dan Mioglobin disekitar kulit luka dan pada bekas

yang lebih dalam. Kemungkinan akan ada luka memar yang kadang meluas

meskipun bentuknya tidak simetris dan jarang. Perluasan jaringan karena gas yang

masuk memaksa kulit lebih keras melawan ujung laras, dan jejak moncong senjata

mungkin akan terbentuk. Jika luka tempel di atas tulang terutama tulang tengkorak,

terjadi fenomena yan sama dengan luka senjata api. Tampak gambaran linier atau

seperti bintang.

Pada umumnya luka tembak masuk kontak adalah merupakan perbuatan bunuh diri.

Cara yang biasa dilakukan:

1. Ujung laras ditempelkan pada kulit dengan satu tangan menarik alat penarik

senjata.

2. Adakalanya tangan yang lain memegang laras supaya tidak bergerak dan tidak

miring.

Sasarannya, yaitu :

1. Daerah temporal

2. Dahi sampai occiput

3. Dalam mulut, telinga, wajah dibawah dagu dengan arah yang menuju otak

Luka pada kulit tidak bulat, tetapi berbentuk bintang dan sering ditemukan

cetakan / jejas ujung laras daun mata pejera. Terjadinya luka berbentuk bintang

disebabkan karena ujung laras ditempelkan keras pada kulit, maka seluruh gas

masuk kedalam dan akan keluar melalui lubang anak peluru. Desakan keluar ini

Page 11: laporan PBL

menembakkan cetakan laras dan robeknya kulit. Bila korban menggunakan senjata

api dengan picu, maka picu akan menimbulkan luka lecet pada kulit antara ibu jari

dan jari telunjuk. Luka lecet ini dinamakan schot hand.

Ada tembakan tempel di kepala, sisa mesiu yang ikut menembus kulit, dapat

dicari antara kulit dengan tulang kepala (tabula eksterna), dan antara tulang kepala

dengan selaput otak keras (tabula interna).

2) Luka tembak jarak dekat

Tanda luka tembak dengan jarak senjata ke kulit hanya beberapa inci

adalah adanya kelim jelaga disekitar tempat masuk anak peluru. Luasnya kelim

jelaga tergantung kepada jumlah gas yang dihasilkan, luasnya bubuk mesiu yang

terbakar, jumlah grafit yang dipakai untuk menyelimuti bubuk mesiu. Pada luka

tembak jarak dekat, bubuk mesiu bebas dapat ditemukan didalam atau di sekitar

tepi luka dan disepanjang saluran luka. Kelim tato yang biasa tampak pada luka

jarak sedang, tidak tampak pada luka jarak pendek kemungkina karena efek

penapisan oleh jelaga.

Pada luka tembak jarak dekat, sejumlah gas yang dilepaskan membakar

kulit secara langsung. Area disekitarnya yang ikut terbakar dapat terlihat.

Terbakarnya rambut pada area tersebut dapat saja terjadi, namun jarang

diperhatikan karena sifat rambut terbakar yang rapuh sehingga patah dan mudah

diterbangkan sehingga tidak ditemukan kembali saat dilakukan pemeriksaan.

Rambut terbakar dapat ditemukan pada luka yang disebabkan senjata apapun.

Pada umumnya luka tembak masuk jarak dekat ini disebabkan oleh

peristiwa pembunuhan, sedangkan untuk bunuh diri biasanya ditemukan tanda-

tanda schot hand. Jarak dekat disini diartikan tembakan dari suatu jarak dimana

pada sekitar luka tembak masuk masih didapatkan sisa-sisa mesiu yang habis

terbakar. Jarak ini tergantung:

Jenis senjata, laras panjang atau pendek

Jenis mesiu, mesiu hitam atau smokeless

Page 12: laporan PBL

Tanda utama adalah adanya kelim tato yang disebabkan oleh bubuk mesiu

yang tidak terbakar yang terbang kearah kulit korban. Disekitar zona tato

terdapat zona kecil berwarna magenta. Adanya tumbukan berkecepatan tinggi

dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil dan menghasilkan

perdarahan kecil.Bentuk tato memberikan petunjuk mengenai tipe bubuk mesiu

yang digunakan. Serpihan mesiu menyebabkan tato dengan bentuk yang

beraneka ragam, tergantung bagaimana masing-masing mesiu membentur kulit

dengan bentuk pipih pada tepinya. Gumpalan mesiu, berbentuk bulat atau bulat

telur, menyebabkan tato bentuk bintik-bintik atau titik-titik. Karena bentuk

gumpalan lebih kecil dari bentuk serpihan sehingga daerah berkelim tato pada

gumpalan lebih halus.

Luas area tato menunjukkan jarak tembak. Makin besar jarak tersebut,

makin besar area, namun semakin halus. Metode pengukuran luas yang umum

dipakai adalah dengan mengukur dua koordinat, potongan longitudinal dan

transversal. Untuk kemudian dibuat luka percobaan, dengan menggunakan

senjata yang sama, amunisis yang sama, kondisi lingkungan yang sama dengan

hasil luka terlihat yang sama persis dengan korban, dapat di ukur jarak tembak.

3) Luka tembak jarak jauh

Tidak ada bubuk mesiu maupun gas yang bisa terbawa hingga jarak jauh.

Hanya anak peluru yang dapat terlontar memebihi beberapa kaki. Sehingga luka

yang ada disebabkan oleh anak peluru saja. Terdapat beberapa karakteristik luka

yang dapat dinilai. Umumnya luka berbentuk sirkular atau mendekati

sirkular.Tepi luka compang-camping. Jika anak peluru berjalan dengan gaya

non-perpendikular maka tepi compang-camping tersebut akan melebar pada

salah satu sisi. Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan arah anak peluru.

Pada luka tembak masuk jarak jauh memberi arti yang besar terhadap

pengusutan perkara. Hal ini karena luka jenis ini menyingkirkan kemungkinan

penembakan terhadap diri sendiri, baik sengaja tau tidak. Terdapat 4

pengecualian, yaitu:

Page 13: laporan PBL

Senjata telah di set sedemikian rupa sehingga dapat di tembakkan sendiri

oleh korban dari jarak jauh;

Kesalahan hasil pemeriksaan karena bentuk luka tembak tempel yang mirip

luka tembak jarak jauh;

Kesulitan interpretasi karena adanya pakaian yang menghalangi jelaga atau

bubuk mesiu mencapai kulit;

Jelaga atau bubuk mesiu telah tersingkir. Hal tersebut terjadi bila tidak ada

pengetahuan pemeriksa dan dapat berakibat serius terhadap penyelidikan.

Pada luka tembak masuk jarak jauh ini, yang mengenai sasaran hanyalah

anak peluru saja. Sedangkan partikel lainnya tidak didapatkan. Pada luka tembak

jarak jauh ini hanya ditemukan luka bersih dengan contusio ring. Pada arah

tembakan tegak lurus permukaan sasaran (tangensial) bentuk contusio ringnya

konsentris, bundar. Sedangkan pada tembakan miring bentuk contusio ringnya

oval.

Luka tembak pada jaringan lunak sukar dibedakan antara inshoot dan

outshoot, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis, untuk

mencari adanya pigmen mesiu, jelaga, minyak senjata atau adanya serat pakaian

yang ikut masuk kedalam luka.

4) Luka Tembak Keluar (Luka Tembus)

Luka tembak keluar ini ialah bahwa setelah peluru membuat luka tembak

masuk dan saluran luka tembakan maka akhirnya peluru akan mengenai kulit

lagi dari sebelah dalam dan kulit terdorong ke luar. Kalau batas kekenyalan kulit

dilampaui, maka kulit dari dalam menjadi robek dan akhirnya timbul suatu

lubang luka baru lagi, dan luka baru inilah yang dinamakan luka tembak keluar.

Jika sebuah peluru setelah membuat lubang luka tembakan masuk dan

mengenai tulang (benda keras), maka bentuk dari pada peluru tadi menjadi

berubah. Tulang-tulang yang kena peluru tadi akan menjadi patah pecah atau

kadang-kadang remuk. Akibatnya waktu peluru menembus terus dan membuat

lubang luka tembak keluar, tidak hanya peluru yang berubah bentuknya, tapi

juga diikuti oleh pecahan-pecahan tulang tadi oleh karena ikut terlempar karena

Page 14: laporan PBL

dorongan dari peluru. Tulang-tulang inipun kadang-kadang mempunyai kekuatan

menembus juga. Kejadian inilah yang mengakibatkan luka tembakan keluar yang

besar dan lebar, sedangkan bentuknya tidak tertentu. Sering kali besar luka

tembak keluar berlipat ganda dari pada besarnya luka tembakan masuk. Misalnya

saja luka tembakan masuk beserta contusio ring sebesar kira-kira 8 mm dan luka

tembakan keluar sebesar uang logam. Berdasarkan ukurannya maka ada

beberapa kemungkinan, yaitu:

Bila luka tembak keluar ukurannya lebih besar dari luka tembak masuk,

maka biasanya sebelum keluar anak peluru telah mengenai tulang hingga

berpecahan dan beberapa serpihannya ikut keluar. Serpihan tulang ini bisa

menjadi peluru baru yang membuat luka keluar menjadi lebih lebar.

Bila luka tembak keluar ukurannya sama dengan luka tembak masuk, maka

hal ini didapatkan bila anak peluru hanya mengenai jaringan lunak tubuh dan

daya tembus waktu keluar dari kulit masih cukup besar.

4. Deskripsikan karakteristik luka pada skenario

Satu buah luka terbuka bentuk bulat lonjong di bagian yang tidak dapat ditentukan

karena tidak ada marker anatomi yang bisa digunakan sebagai penanda. Bentuknya terdiri

dari dua bagian yaitu bagian luar berupa kelim lecet dan bagian dalam berupa lubang

oval. Posisi lubang terhadap cincin lecet adalah episentris. Ukuran lubang luka

berdiameter terpanjang sembilan milimeter dan terpendek tujuh milimeter dengan

perpotongan pada titik tengah. ukuran kelim lecet berdiameter terpanjang sebelas

milimeter dan terpendek delapan milimeter. Tidak ditemukan gambaran tattoase. Garis

batas luar dari kelim lecet bentuknya teratur (oval) serta tepinya tidak rata dan

garis batas lubang (defek luka) bentuknya teratur serta tepinya tidak rata. Lingkaran

pinggir lubang luka tampak berwarna kehitaman. Tebing luka tidak rata, berbentuk

silinder. Dasar luka tidak dapat ditentukan pada pemeriksaan luar sebab menembus

dinding dada. Daerah di sekitar kelim lecet terlihat memar berwarna merah kebiruan.

Page 15: laporan PBL

5. Karakteristik kemungkinan “Agen” penyebab luka.

1) Senjata api

Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil peledakan

mesiu,dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui

larasnya.Proyektil yang dilepaskan dari suatu tembakan dapat tunggal, dapat pula

tunggal berurutansecara otomatis maupun dalam jumlah tertentu bersama – sama.

Senjata api dapatdikelompokan menjadi:

Berdasarkan Panjang Laras:

Laras pendek 

Revolver, Mempunyai metal drum (tempat penyimpanan 6 peluru) yang

berputar (revolver) setiap kali trigger ditarik dan menempatkan peluru baru pada

posisi siapuntuk di tembakkan.

Pistol, peluru disimpan dalam sebuah silinder yang diputar dengan menarik

picunya.

Anak peluru untuk senjata api berlaras pendek jenis revolver umumnya terbuat

daritimah hitam yang kadang berselaput plastic, sedangkan anak peluru untuk

senjata berlaras pendek jenis pistol terbuat dari timah hitam sebagai inti yang

dibalut dengan tembaga, kuningan, atau nikel sebagai nikel.

Gambar 2. Senjata api laras pendek

Page 16: laporan PBL

Laras panjang

Senjata ini berkekuatan tinggi dengan daya tembak sampai 3000 m,

mempergunakan peluru yang lebih panjang. Dibagi menjadi dua yaitu:

Senapan tabur : Senapan tabur dirancang untuk dapat memuntahkan butir-butir

tabur ganda lewat larasnya, sedangkan senapan dirancang untuk memuntahkan

pelurutunggal lewat larasnya, moncong senapan halus dan tidak terdapat rifling.

Senapan untuk menyerang: Senapan ini mengisi pelurunya sendiri, mampu

melakukan tembakan otomatis sepenuhnya, mempunyai kapasitas magasin yang

besar dan dilengkapi ruang ledak untuk peluru senapan dengan kekuatan sedang

(pelurudengan kekuatan sedang antara peluru senapan standard dan peluru pistol).

Anak peluru untuk senjata berlaras panjang umumnya terbuat dari timah

hitamsebagai inti yang dibalut dengan tembaga, kuningan, atau nikel sebagai mantel

Gambar 3 : Senjata api laras panjang

Page 17: laporan PBL

6. Keparahan / derajat luka sesuai dengan hukum yang berlaku

Berdasarkan skenario, pasien mengalami kematian sehingga dikategorikan sebagai luka

derajat berat yang sesuai dengan Pasal 90 dan hukumannya dijelaskan pada pasal 351.

Pasal 90 :

Luka berat :

Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama

sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;

Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan

pencaharian;

Kehilangan salah satu panca indera;

Mendapat cacat berat;

Menderita sakit lumpuh;

Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;

Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.

Pasal 351

Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan;

Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat,dikenakan pidana penjara lima tahun;

Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara tujuh tahun;

Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan;

Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana

7. Penyebab kematian paling mungkin (COD) menggunakan pendekatan Proximus Mortis (PMA) pada kejadian dimana kematian merupakan konsekuensi dari luka / trauma.

Ia : Penyakit atau kondisi secara langsung menyebabkan kematian. Ia merupakan

yang paling dekat dengan kematian.

Ib dan Ic : Penyebab antara atau yang menyebabkan terjadinya penyakit pada Ia

Id : Kondisi atau cedera yang merupakan perjalanan penyakit yang menyebabkan

kematian. Id merupakan kondisi yang mendasari terjadinya kematian

Page 18: laporan PBL

II : Kondisi lain yang berkontribusi tapi tidak terkait dengan yang mendasari.

Berdasarkan skenario, penyebab kematian yang paling mungkin yaitu

Ia : Gangguan sirkulasi

Ib : Hipovolemi (Syok)

Ic : Perdarahan masif

Id : Luka tembak

II : -

8. Perspektif islam sesuai dengan skenario.

1. Allah memberi perumpamaan terhadap seorang pembunuh adalah: “...barangsiapa

yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain,

atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah

membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang

manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya...”

(QS. Al-Maidah: 32).

2. Sebagaimana firman Allah swt: “...wala taqtulun nafsal latiy harramallahu illa

bilhaq...” (...jangan membunuh nyawa yang diharamkan Allah kecuali dengan

kebenaran...) (QS. al-An’am:151).

Page 19: laporan PBL

Laporan PBL

Modul I “LUKA/TRAUMA”

Anggota Kelompok 7 B

Andi Maraulang 110 210 0007

Agustina Mustafa 110 210 0008

Sri suci Mardiyanti 110 210 0028

Muthia Rachma 110 210 0046

Isnasari H. Islamuddin 110 210 0047

Nurhikmah 110 210 0052

Neno Febriyanti Syahran 110 210 0109

Husni Harmansyah 110 210 0110

Andi M. Irsyad Sulkifli Mb 110 210 0149

Dhian Rifkha Amiaty 110 210 0150

Fakultas KedokteranUniversitas Muslim Indonesia

Makassar2013

Page 20: laporan PBL