Laporan Individu PBL

23

Click here to load reader

Transcript of Laporan Individu PBL

Page 1: Laporan Individu PBL

Laporan Individu PBL

MODUL

BERAT BADAN MENURUN

Nama : Wenda Anastasia

NIM : C 111 07 166

Kelompok : B 8

Tutor : Prof. dr. Dali Amiruddin, Sp. KK

dr. Ilhamuddin

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2008

Page 2: Laporan Individu PBL

SKENARIO 2

Seorang wanita, umur 35 tahun berkunjung ke puskesmas dengan keluhan berat badan menurun lebih dari 10 kg dalam 6 bulan terakhir. Ia juga mengeluh jantung berdebar, gelisah, dan mata sering terasa perih.

KATA KUNCI

Wanita, 35 tahun Bb turun >10 kg dalam 6 bulan Jantung berdebar, gelisah, dan mata terasa perih

PERTANYAAN

1. Diferensial diagnosis apa saja yang dapat diajukan untuk skenario di atas ?

2. Apa yang menyebabkan berat badan menurun, jantung berdebar, gelisah dan mata terasa perih ?

3. Bagaimana anatomi, histologi, dan fisiologi organ yang berhubungan dengan skenario di atas ?

JAWABAN

1. Dari gejala – gejala yang diberikan, ada 4 DD yang didiskusikan : Graves’ Disease ( Goiter Diffuse Toxic ) Goiter Nodular Toxic DM tipe 2

Diferensial Diagnosis

Usia Jenis Kelamin

Berat Badan Menurun

Jantung Berdebar

Gelisah Mata perih

Graves’ Disease 30 – 50 tahun

Umumnya wanita

+ + + +

Goiter Nodular Toxic

>40 tahun Tidak spesifik

+ + + +

DM tipe 2 tidak spesifik

Umumnya wanita

+ + + -

Graves’ Disease ( Goiter Diffuse Toxic )

- Definisi

Page 3: Laporan Individu PBL

Graves’ Disease ( GD ) adalah sebuah penyakit pada tiroid yang ditandai dengan adanya gondok, exophthalmus, kulit seperti kulit jeruk, dan hipertiroidisme. Disebabkan oleh reaksi autoimun, tetapi pencetus reaksi ini masih belum diketahui. GD merupakan penyebab paling sering untuk hipertiroidisme dan pembesaran tiroid di dunia.

Di beberapa negara di Eropa, GD disebut juga Basedow’s disease atau Graves-Basedow’s disease.

- Etiologi

Pencetus dari produksi antibodi yang menyerang reseptor TSH pada kelenjar tiroid ini belum diketahui. Munculnya GD ini cenderung bersifat genetik, karena beberapa orang lebih mudah untuk memproduksi antibodi terhadap reseptor TSH dibanding yang lain karena genetik. Dalam hal ini, HLA DR ( khususnya DR3 ) memainkan peran penting.

- Epidemiologi

GD umumnya terjadi pada wanita, dengan perbandingan wanita : pria adalah 7 : 1, terjadi pada umur sekitar 30 – 50 tahun, tapi tidak terjadi pada remaja, pada saat hamil, pada waktu menopause dan orang – orang di atas 50 tahun.

- Patofisiologi

GD adalah sebuah penyakit autoimun, yaitu tubuh secara serampangan membentuk thyroid-stimulating immunoglobulin ( TSI ), suatu antibody yang sasarannya adalah reseptor TSH di sel tiroid.imunoglobulin perangsang tiroid (TSI) merangsang sekresi dan pertumbuhan tiroid dengan cara yang serupa dengan yang dilakukan oleh TSH. Namun, tidak seperti TSH, TSI tidak dipengaruhi oleh inhibisi umpan balik negative oleh hormone tiroid, sehingga sekresi dan pertumbuhan tiroid terus berlangsung. Hal ini menyebabkan hipertiroidisme. Pasien hipertiroidisme mengalami peningkatan laju metabolic basal. Terjadi peningkatan pembentukan panas yang menyebabkan pengeluaran keringat berlebihan dan penurunan toleransi terhadap panas. Walaupun nafsu makan dan asupan makanan meningkat terjadi sebagai akibat meningkatnya kebutuhan metabolic, berat badan biasanya berkurang karena tubuh membakar bahan bakar dengan kecepatan abnormal. Terjadi degradasi netto simpanan karbohidrat, lemak, dan protein. Penurunan massa protein otot rangka menyebabkan kelemahan. Hipertiroidisme menimbulkan berbagai kelainan kardiovaskuler, yang disebabkan baik oleh efek langsung hormone tiroid maupun oleh interaksinya dengan katekolamin. Kecepatan dan kekuatan denyut jantung dapat menjadi sangat meningkat, sehingga individu mengalami palpitasi ( menyadari ketidaknyamanan aktivitas jantung sendiri, berdebar – debar ). Pada kasus yang parah, jantung mungkin tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh yang sangat meningkat walaupun curah jantung meningkat. Keterlibatan susunan saraf ditandai oleh kewaspadaan mental yang berlebihan sampai pada keadaan pasien yang mudah tersinggung, tegang, cemas, dan sangat emosional.

Gambaran GD yang jelas mencolok dan tidak ditemukan pada jenis hipertiroidisme lain adalah eksoftalmus (mata menonjol). Tanpa alasan yang jelas, di belakang mata tertimbun karbohidrat kompleks yang menahan air. Retensi cairan di belakang mata mendorong bola mata ke depan

Page 4: Laporan Individu PBL

sehingga mata keluar dari tulang orbita. Bola mata dapat menjadi sangat menonjol hingga kelopak mata tidak dapat menutup sempurna, dalam hal ini mata menjadi kering, teriritasi, dan rentan mengalami ulkus kornea. Bahkan setelah keadaan hipertiroidisme diperbaiki, gejala mata yang mengganggu ini dapat menetap.

Kulit seperti kulit jeruk terjadi karena infiltrasi antibodi di bawah kulit, menyebabkan reaksi radang dan berikutnya pembentukan jaringan ikat.

Ada 3 tipe autoantibodi terhadap reseptor TSH :

TSI ( thyroid stimulating immunoglobulins ), menyebabkan peningkatan produksi hormon tiroid.

TGI ( thyroid growth immunoglobulins ), berikatan langsung dengan reseptor TSH dan terlibat dalam pertumbuhan kelenjar tiroid.

TBII ( thyrotrophin binding inhibiting immunoglobulins ), menghambat TSH untuk berikatan dengan reseptornya.

- Gejala

Palpitations

Tachycardia (rapid heart rate: 100-120 beats per minute, or higher)

Arrhythmia (irregular heart beat)

Raised blood pressure (Hypertension)

Tremor (usually fine shaking eg. hands)

Excessive sweating

Heat intolerance

Increased appetite

Unexplained weight loss despite increased appetite

Shortness of breath

Muscle weakness (especially in the large muscles of the arms and

Increased energy

Fatigue

Mental impairment, memory lapses, diminished attention span

Decreased concentration

Nervousness, agitation

Irritability

Restlessness

Erratic behavior

Emotional lability

Brittle nails

Abnormal breast enlargement (men)

Eye pain, irritation, tingling sensation behind the eyes or the feeling of grit or sand in the eyes

Swelling or redness of eyes or eyelids/eyelid retraction

Sensitivity to light

Decrease in menstrual periods (oligomenorrhea), Irregular and scant menstrual flow (Amenorrhea)

Difficulty conceiving/infertility/recurrent miscarriage

Hair loss

Itchy skin, hives

Chronic sinus infections

Lumpy, reddish skin of the lower legs (pretibial myxedema)

Page 5: Laporan Individu PBL

legs) and degeneration

Diminished/Changed sex drive

Insomnia (inability to get enough sleep)

Goiter (enlarged thyroid gland)

Protruding eyeballs (Graves' disease only)

Double vision

Smooth, velvety skin

Increased bowel movements or Diarrhea

Sometimes dizzines occurs

- Pemeriksaan Penunjang

Tes untuk mengatur aktivitas/fungsi tiroid terdiri atas :• T3 T4 serum• FT3 FT4• Indeks T4 bebas (FT4I)• Tes TSH• Tes TRH

Tes untuk monitoring terapi • T4 T3 serum• FT4• TSH

Tes utk menunjukkan penyebab gangguan fungsi tiroid Antibodi antitiroid

• Antibodi Tiroglobulin • Antibodi Mikrosomal • Thyroid Stimulating Antibodies

- Penatalaksanaan

Tiga metode umum untuk menekan sekresi hormone tiroid yang berlebihan adalah pengangkatan secara bedah sebagian kelenjar tiroid yang hipersekrertif; pemberian iodium radioaktif yang, setelah terkumpul di kelenjar tiroid oleh pompa iodium, secara selektif menghancurkan jaringan kelenjar tiroid; dan penggunaan obat anti-tiroid yang secara spesifik mengganggu sintesis hormone tiroid.

Goiter Nodular Toxic Definisi

Goiter Nodular Toxic ( GNT ) adalah suatu pembesaran kelenjar tiroid yang berisi massa yang disebut nodul, yang memproduksi hormom tiroid yang sangat banyak, sehingga menyebabkan hipertiroidisme.

Etiologi

GNT timbul dari gondok sederhana yang sudah berjalan lama dan menjadi GNT pada saat usia lanjut.

Page 6: Laporan Individu PBL

Epidemiologi

Umumnya, GNT ini terjadi pada usia > 40 tahun, dan dapat terjadi pada wanita atau pria. GNT ini belum pernah terjadi pada anak – anak.

Patofisiologi

Goiter Nodular Toxic (GNT) timbul dari gondok yang sederhana yang sudah ada sejak lama. Gondok yang sederhana ini menjadi GNT pada usia lanjut, menyebabkan hipersekresi hormone tiroid. Penyebab dari gondok yang sederhana menjadi GNT belum diketahui. Hipersekresi hormone tiroid menyebabkan peningkatan metabolisme basal. Terjadi peningkatan metabolisme panas sehingga menyebabkan pengeluaran keringat berlebihan dan penurunan toleransi terhadap panas. Walaupun nafsu makan dan asupan makanan meningkat terjadi sebagai akibat meningkatnya kebutuhan metabolic, berat badan biasanya berkurang karena tubuh membakar bahan bakar dengan kecepatan abnormal. Terjadi degradasi netto simpanan karbohidrat, lemak, dan protein. Penurunan massa protein otot rangka menyebabkan kelemahan. Hipertiroidisme menimbulkan berbagai kelainan kardiovaskuler, yang disebabkan baik oleh efek langsung hormone tiroid maupun oleh interaksinya dengan katekolamin. Kecepatan dan kekuatan denyut jantung dapat menjadi sangat meningkat, sehingga individu mengalami palpitasi ( menyadari ketidaknyamanan aktivitas jantung sendiri, berdebar – debar ). Pada kasus yang parah, jantung mungkin tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh yang sangat meningkat walaupun curah jantung meningkat. Keterlibatan susunan saraf ditandai oleh kewaspadaan mental yang berlebihan sampai pada keadaan pasien yang mudah tersinggung, tegang, cemas, dan sangat emosional.

Gejala

Penurunan berat badan

Meningkatnya nafsu makan

Gelisah

Tidak tahan terhadap panas

Keringat yang berlebihan

Kelelahan

Kram pada otot

Menstruasi yang tidak teratur ( pada wanita )

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan fisik untuk mengetahui adanya nodul di kelenjar tiroid. Ada kemungkinan peningkatan denyut jantung.

Page 7: Laporan Individu PBL

Pemeriksaan lainnya :

Thyroid scan memperlihatkan peningkatan iodine radioaktif pada nodul Uji serum TSH (thyroid stimulating hormone)

Uji kadar T3/T4 dalam serum

Penatalaksanaan

• Pemberian iodin radioaktif, operasi pengangkatan nodul atau pemberian obat anti-tiroid (propylthiouracil, methimazole)

• Pemberian Beta-blockers, seperti propranolol,dapat mengontrol beberapa gejala pada hipertiroidisme

Diabetes Mellitus tipe 2

Definisi

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua – duanya. Pada DM tipe 2, kelainan dasar yang terjadi adalah pada kerja insulin, dimana pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan insulin relative.

Etiologi

Terjadi karena kombinasi dari "kecacatan dalam produksi insulin" dan "resistensi terhadap insulin" atau "berkurangnya sensitifitas terhadap insulin" ( adanya defek respon jaringan terhadap insulin ) yang melibatkan reseptor insulin di membran sel. Pada tahap awal abnormalitas yang paling utama adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.

Epidemiologi

Faktor resiko untuk DM tipe 2 antara lain sebagai berikut :

a. Usia > 45 tahunb. Obesitas

c. Hipertensi

d. Riwayat keluarga DM

e. Riwayat melahirkan bayi dengan BB > 4 kg

Page 8: Laporan Individu PBL

f. Riwayat DM pada saat kehamilan

g. Penderita PJK ( penyakit jantung koroner ), TBC, hipertiroidisme

h. Kadar lipid yang tinggi

Patofisiologi

Karena aktivitas insulin yang rendah menyebabkan hiperglikemia, yaitu tingginya kadar gula dalam darah akibat penurunan peneyerapan glukosa oleh sel – sel, disertai pengeluaran glukosa oleh hati. Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan dikeluarkan melalui air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri). Akibatnya, maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, sehingga penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi). Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya ketahanan tubuh selama melakukan olah raga. Penderita diabetes yang gula darahnya kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi. Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan kadar zat berlemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat terjadinya aterosklerosis (penimbunan plak lemak di dalam pembuluh darah). Aterosklerosis ini 2-6 kali lebih sering terjadi pada penderita diabetes. Hal ini menyebabkan aliran darah ke seluruh tubuh berkurang karena adanya penimbunan lemak di pembuluh darah, sehingga jantung harus memompa suplai darah lebih banyak untuk mencukupi kebutuhan tubuh, ini menyebabkan jantung harus lebih cepat memompa, sehingga jantung berdegup lebih cepat.

DM tipe 2 merupakan jenis DM yang paling banyak dijumpai di masyarakat (90-95% kasus). Perkembangan penyakit dapat dibagi menjadi 4 tahap yaitu:

1. Normal/sehat

• Kadar glukosa darah normal.• Perlu waktu bertahun – tahun untuk berkembang menjadi DM.

2. Pre – Diabetes

• mulai terjadi peningkatan kadar glukosa darah secara bertahap• kadar glukosa darah tidak cukup tinggi untuk menimbulkan gejala tetapi cukup

mampu menyebabkan kerusakan dan gangguan fungsi berbagai jaringan tubuh• berisiko mengalami komplikasi• sering disertai faktor risiko lain misalnya hipertensi, dislipidemia dan kegemukan

atau obesitas

Page 9: Laporan Individu PBL

• dapat dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya komplikasi dan perkembangan menjadi DM

3. Diabetes

• seringkali telah ditemukan komplikasi pada saat diagnosis

4. Komplikasi

• terutama Penyakit Jantung Koroner dan Stroke• dapat menyebabkan kerusakan berbagai organ misalnya mata, ginjal dan syaraf• dapat berakibat fatal

Gejala

Gejala klasik dari DM antara lain berat badan menurun, banyak buang air kecil (poliuria), banyak minum (polidipsi) dan banyak makan (polifagi). Gejala - gejala lain dapat berupa selalu merasa lelah (kekurangan energy), kesemutan, gangguan penglihatan, gatal, gangguan ereksi atau keputihan.

Pemeriksaan Penunjang

Bagi orang sehat, untuk deteksi dini diabetes / Pre-Diabetes :

Glukosa Puasa Glukosa 2 jam PP

Bagi orang yang berisiko tinggi (obesitas, keturunan, kurang aktivitas fisik, dll) :

Glukosa Puasa Glukosa 2 jam PP

Cholesterol Total

Cholesterol HDL

Cholesterol LDL Direk

Trigliserida

Apo B

Tekanan darah

IMT (berat badan, tinggi badan)

Lingkar pinggang

Tambahan :

Page 10: Laporan Individu PBL

hs-CRP Status Antioksidan Total

Jika seseorang memiliki gejala atau memiliki faktor risiko DM, disarankan untuk memeriksa kadar gula darahnya. Kadar gula darah puasa yang normal adalah <110 mg/dl dan kadar gula darah sewaktu yang normal adalah <200 mg/dl. Jika pada saat pemeriksaan didapatkan kadar gula darah puasa ≥110 mg/dl atau kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dl, dapat dilakukan pemeriksaan ulang untuk kemudian ditegakkan diagnosis pada orang tersebut.

Jika seseorang memiliki gejala klasik DM maka gula darah sewaktu ≥200 mg/dl atau gula darah puasa ≥126 mg/dl sekali saja cukup untuk menegakkan diagnosis DM.Jika keluhan tidak khas, perlu 2 kali pemeriksaan gula darah yang menunjukkan gula darah sewaktu ≥200 mg/dl atau gula darah puasa ≥126 mg/dl.

Penatalaksanaan

1) Perencanaan makan

Makan dianjurkan seimbang dengan komposisi energi dari karbohidrat 60 - 70%, protein 10 - 15%, lemak 20 - 25%.

Prinsip perencanaan makanan

Tidak ada makanan yang dilarang, hanya dibatasi sesuai kebutuhan (tidak berlebih). Menu sama dengan menu keluarga, gula dalam bumbu tidak dilarang.

Serta teratur dalam jadwal, jumlah dan jenis makanan (3J)

Prinsip pembagian porsi makanan sehari-hari

Disesuaikan dengan kebiasaan makan dan diusahakan porsi tersebar sepanjang hari. Disarankan porsi terbagi (3 besar dan 3 kecil):

a. makan pagi – makan selingan pagi

b. makan siang –makan selingan siang

c. makan malam-makan selingan malam (hal ini untuk mencegah terjadinya hipoglikemia terutama bagi yang menggunakan insulin kerja panjang)

2) Latihan jasmani

Manfaat latihan jasmani:

Menurunkan kadar gula darah (dengan mengurangi resistensi insulin, meningkatkan sensivitas insulin)

Page 11: Laporan Individu PBL

Menurunkan berat badan

Mencegah kegemukan

Mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi

Olaharaga yang bisa dilakukan diantaranya jogging, berlari, renang, bersepeda. Latihan yang dilakukan sebaiknya dilakukan berkesinambungan, dipilih yang berirama yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, dilakukan selang seling antara gerak cepat dan gerak lambat, misal: jogging diselingi jalan, jalan cepat diselingi jalan lambatDan latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dari intensitas ringan sampai sedang hingga mencapai 30-60 menit. Latihan hendakanya dilakukan 3x dalam semingguYang perlu diperhatikan sebelum memulai latihan:

Kenakan sepatu yang sesuai Beri asupan makanan dan cairan yang cukup

Lakukan peregangan dan pemanasan saat memulai dan mengakhiri selama 5-10 menit

Hindari berlatih pada suhu terlalu panas/dingin

Jangan teruskan bila ada gejala hipoglikemia

Strategi menghindari hipoglikemia:

Periksa glukosa darah sebelum dan sesudah latihan dalam kurun waktu 30 menit untuk mengetahui gula darah stabil atau tidak

Latihan sebaiknya dilakukan 1-3 jam setelah makan

3) Menggunakan obat penurun gula darah

Berbagai jenis obat dengan berbagai efek kini dapat kita temui di kalangan masyarakat. Pemakaiannya bertahap mulai dari obat yang diminum hingga penggunaan insulin. Penggunaan insulin biasanya dilakukan oleh penderita DM tipe 1, dimana insulin sama sekali tidak dihasilkan tubuh. Sedangkan pada penderita DM tipe 2, dimana defek terletak pada fungsi insulin bukan pada jumlah insulin, penggunaan insulin biasanya dilakukan setelah efek yang diinginkan tidak dapat dicapai hanya dengan menggunakan obat yang diminum.

2. Penyebab dari :

o Berat badan menurun

Pada pasien hipertiroidisme mengalami peningkatan laju metabolic basal. Terjadi peningkatan pembentukan panas yang menyebabkan pengeluaran keringat berlebihan dan

Page 12: Laporan Individu PBL

penurunan toleransi terhadap panas. Walaupun nafsu makan dan asupan makanan meningkat terjadi sebagai akibat meningkatnya kebutuhan metabolic, berat badan biasanya berkurang karena tubuh membakar bahan bakar dengan kecepatan abnormal.

Karena kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan dikeluarkan melalui air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri). Akibatnya, maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, sehingga penderita mengalami penurunan berat badan. Selain itu, efek tidak adanya insulin pada metabolisme protein menyebabkan pergeseran netto ke arah katabolisme protein. Penguraian protein – protein otot menyebabkan otot rangka lisut dan melemah, sehingga terjadi penurunan berat badan.

o Jantung berdebar

Pada keadaan hipertiroidisme menimbulkan berbagai kelainan kardiovaskuler, yang disebabkan baik oleh efek langsung hormone tiroid maupun oleh interaksinya dengan katekolamin. Kecepatan dan kekuatan denyut jantung dapat menjadi sangat meningkat, sehingga individu mengalami palpitasi ( menyadari ketidaknyamanan aktivitas jantung sendiri, berdebar – debar ).

Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan kadar zat berlemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat terjadinya aterosklerosis (penimbunan plak lemak di dalam pembuluh darah). Aterosklerosis ini 2-6 kali lebih sering terjadi pada penderita diabetes. Hal ini menyebabkan aliran darah ke seluruh tubuh berkurang karena adanya penimbunan lemak di pembuluh darah, sehingga jantung harus memompa suplai darah lebih banyak untuk mencukupi kebutuhan tubuh, ini menyebabkan jantung harus lebih cepat memompa, sehingga jantung berdegup lebih cepat.

o Gelisah

Peningkatan sekresi hormone tiroid juga mempengaruhi system saraf pusat. Keterlibatan susunan saraf ditandai oleh kewaspadaan mental yang berlebihan sa,pai pada keadaan pasien yang mudah tersinggung, tegang, cemas, dan sangat emosional.

o Mata terasa perih

Pada Graves’ Disease, tanpa alasan yang jelas, di belakang mata tertimbun karbohidrat kompleks yang menahan air. Retensi cairan di belakang mata mendorong bola mata ke depan sehingga mata keluar dari tulang orbita. Bola mata dapat menjadi sangat menonjol hingga kelopak mata tidak dapat menutup sempurna, dalam hal ini mata menjadi kering, teriritasi, dan rentan mengalami ulkus kornea.

3. Anatomi, fisiologi dan histology dari :

Page 13: Laporan Individu PBL

a. Kelenjar tiroidKelenjar tiroid terdiri dari dua lobus jaringan endokrin yang menyatu di bagian tengah oleh bagian sempit kelenjar, sehingga kelenjar ini tmapak seperti dasi kupu – kupu. Kelenjar ini terletak di atas trakea, tepat di bawah laring. Sel – sel sekretorik utama tiroid tersusun menjadi gelembung – gelembung berongga, yang masing – masing membentuk unit fungsional yang disebut folikel. Dengan demikian sel – sel sekretorik ini sering disebut sebagai sel folikel. Pada potongan mikroskopik, folikel tampak sebagai cincin – cincin sel folikel yang meliputi lumen bagian dalam yang dipenuhi koloid, suatu bahan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan ekstrasel untuk hormone – hormone tiroid.Konstituen utama koloid adalah molekul besar dan kompleks yang dikenal sebagai tiroglobulin, yang di dalamnya berisi hormon – hormon tiroid dalam berbagai tahapan pembentukannya. Sel – sel folikel menghasilkan dua hormone yang mengandung iodium, yang berasal dari asam amino tirosin : tetraiodotironin ( T4 / tiroksin ) dan triiodotironin ( T3 ). Awalan tetra dan tri serta huruf bawah 4 dan 3 menandakan jumlah atom iodium yang masing – masing terdapat di dalam setiap molekul hormone. Kedua hormone ini, yang secara kolektif disebut sebagai hormone tiroid, merupakan regulator penting bagi laju metabolisme basal keseluruhan.

b. PancreasPancreas adalah suatu organ yang terdiri dari jaringan eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin pancreas mengeluarkan larutan basa encer dan enzim – enzim pencernaan melalui duktus pankreatikus ke dalam lumen saluran pencernaan. Di antara sel – sel eksokrin pancreas tersebar kelompok – kelompok atau “pulau – pulau”, sel endokrin yang disebut juga pulau – pulau Langerhans ( islets of Langerhans ). Jenis sel endokrin pancreas yang paling banyak dijumpai adalah sel β ( beta ), tempat sintesis dan sekresi insulin. Yang juga penting adalah sel α ( alfa ), yang menghasilkan glucagon. Sel D ( delta ) adalah tempat sintesis somatostatin, sedangkan sel endokrin yang paling jarang, sel PP, mengeluarkan polipeptida pancreas.hormon pancreas yang mengatur metabolisme bahan bakar adalah insulin dan glucagon. Somatostatin pancreas menimbulkan berbagai efek inhibisi terhadap saluran pencernaan, yang efek keseleruhannya adalah untuk menghambat pencernaan nutrien dan mengurangi penyerapan nutrien.

INFORMASI BARU

Graves’ Disease ( Basedow’s Disease )

Page 14: Laporan Individu PBL

Graves’ Disease ( GD ) adalah sebuah penyakit pada tiroid yang ditandai dengan adanya gondok, exophthalmus, kulit seperti kulit jeruk, dan hipertiroidisme. Disebabkan oleh reaksi autoimun, tetapi pencetus reaksi ini masih belum diketahui. GD merupakan penyebab paling sering untuk hipertiroidisme dan pembesaran tiroid di dunia.

GD umumnya terjadi pada wanita, dengan perbandingan wanita : pria adalah 7 : 1, terjadi pada umur sekitar 30 – 50 tahun, tapi tidak terjadi pada remaja, pada saat hamil, pada waktu menopause dan orang – orang di atas 50 tahun.

GD adalah sebuah penyakit autoimun, yaitu tubuh secara serampangan membentuk thyroid-stimulating immunoglobulin ( TSI ), suatu antibody yang sasarannya adalah reseptor TSH di sel tiroid.imunoglobulin perangsang tiroid (TSI) merangsang sekresi dan pertumbuhan tiroid dengan cara yang serupa dengan yang dilakukan oleh TSH. Namun, tidak seperti TSH, TSI tidak dipengaruhi oleh inhibisi umpan balik negative oleh hormone tiroid, sehingga sekresi dan pertumbuhan tiroid terus berlangsung. Hal ini menyebabkan hipertiroidisme. Pasien hipertiroidisme mengalami peningkatan laju metabolic basal. Terjadi peningkatan pembentukan panas yang menyebabkan pengeluaran keringat berlebihan dan penurunan toleransi terhadap panas. Walaupun nafsu makan dan asupan makanan meningkat terjadi sebagai akibat meningkatnya kebutuhan metabolic, berat badan biasanya berkurang karena tubuh membakar bahan bakar dengan kecepatan abnormal. Terjadi degradasi netto simpanan karbohidrat, lemak, dan protein. Penurunan massa protein otot rangka menyebabkan kelemahan. Hipertiroidisme menimbulkan berbagai kelainan kardiovaskuler, yang disebabkan baik oleh efek langsung hormone tiroid maupun oleh interaksinya dengan katekolamin. Kecepatan dan kekuatan denyut jantung dapat menjadi sangat meningkat, sehingga individu mengalami palpitasi ( menyadari ketidaknyamanan aktivitas jantung sendiri, berdebar – debar ). Pada kasus yang parah, jantung mungkin tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh yang sangat meningkat walaupun curah jantung meningkat. Keterlibatan susunan saraf ditandai oleh kewaspadaan mental yang berlebihan sampai pada keadaan pasien yang mudah tersinggung, tegang, cemas, dan sangat emosional.

Gambaran GD yang jelas mencolok dan tidak ditemukan pada jenis hipertiroidisme lain adalah eksoftalmus (mata menonjol). Tanpa alasan yang jelas, di belakang mata tertimbun karbohidrat kompleks yang menahan air. Retensi cairan di belakang mata mendorong bola mata ke depan sehingga mata keluar dari tulang orbita. Bola mata dapat menjadi sangat menonjol hingga kelopak mata tidak dapat menutup sempurna, dalam hal ini mata menjadi kering, teriritasi, dan rentan mengalami ulkus kornea. Bahkan setelah keadaan hipertiroidisme diperbaiki, gejala mata yang mengganggu ini dapat menetap.

Kulit seperti kulit jeruk terjadi karena infiltrasi antibodi di bawah kulit, menyebabkan reaksi radang dan berikutnya pembentukan jaringan ikat.

Ada 3 tipe autoantibodi terhadap reseptor TSH :

TSI ( thyroid stimulating immunoglobulins ), menyebabkan peningkatan produksi hormon tiroid.

Page 15: Laporan Individu PBL

TGI ( thyroid growth immunoglobulins ), berikatan langsung dengan reseptor TSH dan terlibat dalam pertumbuhan kelenjar tiroid.

TBII ( thyrotrophin binding inhibiting immunoglobulins ), menghambat TSH untuk berikatan dengan reseptornya.

Goiter Nodular Toxic

Goiter Nodular Toxic ( GNT ) adalah suatu pembesaran kelenjar tiroid yang berisi massa yang disebut nodul, yang memproduksi hormom tiroid yang sangat banyak, sehingga menyebabkan hipertiroidisme.Umumnya, GNT ini terjadi pada usia > 40 tahun, dan dapat terjadi pada wanita atau pria. GNT ini belum pernah terjadi pada anak – anak.Goiter Nodular Toxic (GNT) timbul dari gondok yang sederhana yang sudah ada sejak lama. Gondok yang sederhana ini menjadi GNT pada usia lanjut, menyebabkan hipersekresi hormone tiroid. Penyebab dari gondok yang sederhana menjadi GNT belum diketahui. Gejala – gejala pada GNT ini seperti gejala pada hipertiroidisme yang telah dijelaskan pada Graves’ Disease. Perbedaannya dengan Graves’ Disease adalah pada GNT, tidak ada penonjolan bola mata atau exophthalmus.

Diabetes Melitus tipe 2

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua – duanya. Pada DM tipe 2, kelainan dasar yang terjadi adalah pada kerja insulin, dimana pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan insulin relative.

Faktor resiko untuk DM tipe 2 antara lain sebagai berikut :

a. Usia > 45 tahunb. Obesitas

c. Hipertensi

d. Riwayat keluarga DM

e. Riwayat melahirkan bayi dengan BB > 4 kg

f. Riwayat DM pada saat kehamilan

g. Penderita PJK ( penyakit jantung koroner ), TBC, hipertiroidisme

h. Kadar lipid yang tinggi

Page 16: Laporan Individu PBL

Karena aktivitas insulin yang rendah menyebabkan hiperglikemia, yaitu tingginya kadar gula dalam darah akibat penurunan peneyerapan glukosa oleh sel – sel, disertai pengeluaran glukosa oleh hati. Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan dikeluarkan melalui air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri). Akibatnya, maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, sehingga penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi). Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya ketahanan tubuh selama melakukan olah raga. Penderita diabetes yang gula darahnya kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi. Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan kadar zat berlemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat terjadinya aterosklerosis (penimbunan plak lemak di dalam pembuluh darah). Aterosklerosis ini 2-6 kali lebih sering terjadi pada penderita diabetes. Hal ini menyebabkan aliran darah ke seluruh tubuh berkurang karena adanya penimbunan lemak di pembuluh darah, sehingga jantung harus memompa suplai darah lebih banyak untuk mencukupi kebutuhan tubuh, ini menyebabkan jantung harus lebih cepat memompa, sehingga jantung berdegup lebih cepat.

DM tipe 2 merupakan jenis DM yang paling banyak dijumpai di masyarakat (90-95% kasus). Perkembangan penyakit dapat dibagi menjadi 4 tahap yaitu :

1. Normal/sehat • Kadar glukosa darah normal.• Perlu waktu bertahun – tahun untuk berkembang menjadi DM.

2. Pre – Diabetes• mulai terjadi peningkatan kadar glukosa darah secara bertahap• kadar glukosa darah tidak cukup tinggi untuk menimbulkan gejala tetapi cukup mampu

menyebabkan kerusakan dan gangguan fungsi berbagai jaringan tubuh• berisiko mengalami komplikasi• sering disertai faktor risiko lain misalnya hipertensi, dislipidemia dan kegemukan atau

obesitas• dapat dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya komplikasi dan perkembangan

menjadi DM3. Diabetes

• seringkali telah ditemukan komplikasi pada saat diagnosis4. Komplikasi

• terutama Penyakit Jantung Koroner dan Stroke• dapat menyebabkan kerusakan berbagai organ misalnya mata, ginjal dan syaraf• dapat berakibat fatal

Page 17: Laporan Individu PBL

DAFTAR PUSTAKA

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.

PAPDI. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

www.google.com

www.hon.ch

www.medicastore.com

Page 18: Laporan Individu PBL

www.mediline.com

www.pensilwarna.blogspot.com

www.wikipedia.com