Laporan P1 Etiologi Hipotensi Orthostatik

2
Etiologi Hipotensi Orthostatik 1. Hipovolemia (perdarahan, muntah, diare,diuretik). 2. Gangguan pada reflex normal (nitrat, vasodilator, penghambat kanal kalium, neuroleptik). 3. Kegagalan autonom. Primer atau sekunder. Diabetes paling sering menyebabkan neuropati otonom sekunder, sedangkan usia lanjut merupakan penyebab lazim kegagalan otonom primer. Paling tidak telah dicerminkan oleh tiga sindroma: a. Disautonomia akut atau subakut Pada penyakit ini, seorang dewasa atau anak yang tampak sehat mengalami palisis parsial atau total pada system saraf parasimpatis dan simpatis selama beberapa hari atau beberapa minggu. Refleks pupil menghilang sebagaimana halnya dengan fungsi lakrimasi, saliva serta perspirasi, dan terdapat impotensi, paresis otot- otot kandung kemih dan usus serta hipotensi ortostatik. Penyakit tersebut dianggap merupakan suatu varian dari polyneuritis idiopatik akut yang ada hubungannya dengan sindroma Guillain-Bard. Kesembuhan mungkin dapat dipercepat dengan prednisone. b. Insufisiensi autonom pascanglionik kronis Keadaan ini merupakan penyakit yang menyerang usia pertengahan dan usia lanjut. Penderita berangsur-angsur mengalami hipotensi ortostatik kronik yang kadang- kadang bersamaan dengan gejala impotensi dan gangguan sfingter. Gejala pucat atau mual. Lakil-laki lebih sering terkena, tampaknya ireversibel. c. Insufisiensi autonom praganglionik kronis Pada keadaan ini, gejala hipotensi ortostatik dengan anhidrosis yang bervariasi, impotensi dan gangguan sfingter terjadi bersama dengan kelainan yang mengenal system saraf pusat. Kelainan tersebut mencakup (1) tremor, rigiditas ekstrapiramidal serta akinesia (sindroma Shy-Drager), (2) degenerasi serebelum

description

hipertensi orthestatik

Transcript of Laporan P1 Etiologi Hipotensi Orthostatik

Page 1: Laporan P1 Etiologi Hipotensi Orthostatik

Etiologi Hipotensi Orthostatik

1. Hipovolemia (perdarahan, muntah, diare,diuretik).2. Gangguan pada reflex normal (nitrat, vasodilator, penghambat kanal kalium,

neuroleptik).3. Kegagalan autonom. Primer atau sekunder. Diabetes paling sering menyebabkan

neuropati otonom sekunder, sedangkan usia lanjut merupakan penyebab lazim kegagalan otonom primer. Paling tidak telah dicerminkan oleh tiga sindroma:

a. Disautonomia akut atau subakutPada penyakit ini, seorang dewasa atau anak yang tampak sehat mengalami palisis parsial atau total pada system saraf parasimpatis dan simpatis selama beberapa hari atau beberapa minggu. Refleks pupil menghilang sebagaimana halnya dengan fungsi lakrimasi, saliva serta perspirasi, dan terdapat impotensi, paresis otot-otot kandung kemih dan usus serta hipotensi ortostatik. Penyakit tersebut dianggap merupakan suatu varian dari polyneuritis idiopatik akut yang ada hubungannya dengan sindroma Guillain-Bard. Kesembuhan mungkin dapat dipercepat dengan prednisone.

b. Insufisiensi autonom pascanglionik kronisKeadaan ini merupakan penyakit yang menyerang usia pertengahan dan usia lanjut. Penderita berangsur-angsur mengalami hipotensi ortostatik kronik yang kadang-kadang bersamaan dengan gejala impotensi dan gangguan sfingter. Gejala pucat atau mual. Lakil-laki lebih sering terkena, tampaknya ireversibel.

c. Insufisiensi autonom praganglionik kronisPada keadaan ini, gejala hipotensi ortostatik dengan anhidrosis yang bervariasi, impotensi dan gangguan sfingter terjadi bersama dengan kelainan yang mengenal system saraf pusat. Kelainan tersebut mencakup (1) tremor, rigiditas ekstrapiramidal serta akinesia (sindroma Shy-Drager), (2) degenerasi serebelum progressive yang pada sebagian kasus bersifat familial dan (3) kelainan sereberal serta ekstrapiramidal yang lebih bervariasi (degenerasi striatonigra).

Sumber:

1. Anonym, Epidemiologi Sinkop. From: http://www.mentorhealthcare.com/news.php?nID=197&action=detail.