Laporan Minggu 1 Tb Paru
-
Upload
anonymous-h1elts -
Category
Documents
-
view
16 -
download
0
description
Transcript of Laporan Minggu 1 Tb Paru
A.KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang disebabkan Mycobacterium
tuberculosis terutama menyerang parenkim paru, dapat juga ditularkan ke bagian
tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe.
(Brunner and Suddarth, 2001).
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis
yang merupakan bakteri batang aerobik tahan asam yang patogen dan saprofit.
(Sylvia A. Price/Lorraine Mc. Carty. Patofisiologi, 1999)
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberkulosis. Sebagian besar kuman ini menyerang paru, tetapi
dapat juga menyerang organ tubuh lain.
(Dep.Kes.RI. Pedoman Nasional Penanggulangan TBC, 2002)
2. KLASIFIKASI
Klasifikasi TBC (American Lung Association “Price Sylvia Anderson, 1993,
Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 4, Buku 2).
0 : tidak terpapar TB, tidak terinfeksi
1 : terpapar TB, tidak ada bukti infeksi
2 : infeksi TB tidak sakit, tes tuberkulin (+), sputum BTA (-)
3 : saat ini menderita TB (tes diagnostik, uji tuberkulin (+), manifestasi klini (+)
4 : tidak sedang menderita TB (diagnosa sementara, digunakan selama tes diagnostik
pada individu yang bersangkutan tidak lebih dari 3 bulan)
3. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara luar agar bersentuhan dengan
membran kapiler alveoli paru.Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah
hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan bronkiolus.Saluran pernafasan dari hidung sampai
bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia.
a. Hidung
Hidung terdiri atas bagian internal dan eksternal.Bagian eksternal menonjol dari wajah
dan disanggah oleh tulang hidung dan kartilago.Nares anterior (lubang hidung)
merupakan ostium sebelah luar dari rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal
yang sempit yang disebut septum.Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang
sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung.Lendir disekresi
secara terus menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan
bergerak ke nasofaring oleh gerakan silia.Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara
mengalir ke dan dari paru-paru.Ketika udara masuk ke rongga hidung, udara tersebut
oleh bulu-bulu hidung disaring oleh selaput mukosa lendir, dihangatkan dan
dilembabkan.Hidung bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor
olfaksi terletak dalam mukosa hidung.
b. Faring/Tenggorokan
Faring/tenggorokan adalah suatu struktur tuba, yang menghubungkan hidung dan
rongga mulut ke laring.Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan
jalan makanan terdapat di bawah dasar tengkorak di belakang rongga hidung. Faring
berhubungan ke atas dengan rongga hidung ke depan dengan rongga mulut. Faring
terdiri dari nasofaring, orofaring dan laringofaring.Nasofaring terletak di posterior
hidung dan di atas palatum mole.Pintu masuk laring dibentuk oleh epiglotis.Adenoid
atau tonsil yang terletak dalam langit-langit nasofaring.Fungsi faring untuk menyediakan
saluran traktus repiratorius terhadap serangan organisme yang memasuki tenggorokan.
c. Laring/organ suara
Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea.Fungsi utama
laring adalah memungkinkan terjadinya vokalisasi, melindungi jalan nafas bagian bawah
dari obstruksi benda asing, dan memudahkan batuk.Laring sering disebut sebagai kotak
suara.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya. Trakea disokong oleh cincin
tulang rawan yang berbentuk sepatu kuda, yang panjangnya kurang lebih 5 inci, serta
dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia, dengan gerakan silia maka
debu yang masuk ke saluran pernafasan dapat dikeluarkan. Trakea ini berjalan dari
laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis ke-5 dan di tempat ini bercabang
menjadi dua bronkus. Tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan
kanan disebut karina.
e. Bronkus dan bronkiolus
Bronkus terbentuk dari belahan dua trakea.Bronkus kanan lebih pendek dari bronkus kiri
dan lebih besar daripada yang kiri.Pada bronkiolus (bronkus yang bercabang lebih kecil)
tidak terdapat cincin dan pada ujung bronkiolus terdapat gelembung paru atau
alveoli.Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi bronkus lobarus dan
bronkus segmentalis.Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya
semakin kecil, yang menjadi bronkiolus terminalis yaitu saluran udara terkecil yang tidak
mengandung alveoli (kantung udara).Bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar
udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.Setelah bronkus alveoli terdapat asinus yang
merupakan unit fungsional paru-paru yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari :
(1) Bronkiolus respiratorius yang terkadang memiliki kandung udara, kecil atau alveoli
pada dindingnya, (2) Duktus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveolus, (3) Sakus
alveolaris terminalis merupakan struktur akhir paru-paru.
f. Alveoli
Paru-paru ada 2 dan merupakan alat pernafasan utama.Paru-paru mempunyai
permukaan luar yang menyentuh iga (pleura viseral) dan permukaan yang menyentuh
paru-paru (pleura parietal) antara kedua pleura terdapat ruangan yang mengandung
cairan berfungsi melicinkan permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser dengan
bebas selama ventilasi.Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga thoraks
menjadi dua bagian.Paru kanan dibagi menjadi 3 lobus yaitu lobus atas, tengah dan
bawah, dan paru kiri menjadi 2 lobus yaitu atas dan bawah.
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juga alveoli dan berfungsi sebagai tempat pertukaran O2
dan CO2.Alveoli terdapat 3 jenis sel-sel alveolar tipe 1 adalah sel epitel yang membentuk
dinding alveolar.Tipe 2 sel-sel yang aktif secara metabolik mensekresi surfaktan suatu fosfolipid
yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps.
Tipe 3 makrofag yang merupakan sel-sel fagositosis yang besar yang memakan benda
asing (lendir, bakteri) dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan yang penting.
Paru-paru mempunyai dua sumber suplai darah yaitu arteri bronkialis yang berasal dari
aorta thorakalis berjalan sepanjang dinding posterior bronkiolus dan arteri pulmonalis dari
ventrikel kanan ke paru-paru.
Tiga proses yang berhubungan dengan pernafasan :
1) Ventilasi: adalah udara bergerak masuk dan keluar paru-paru. Karena ada selisih
antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dari otot-otot.
2) Difusi : adalah proses dimana terjadi pertukaran O2 dan CO2 pada tempat
pertemuan udara dan darah. Membran alveolar kapiler merupakan tempat yang
ideal untuk difusi karena membran ini mempunyai permukaan yang luas dan
tipis.
3) Perfusi : pengisian kapiler pulmonar dengan darah, perfusi pulmonal adalah
aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal. Darah dipompakan ke paru-paru
oleh ventrikel kanan melalui arteri pulmonal. Arteri pulmonal terbagi menjadi
cabang kanan dan kiri untuk mensuplai kedua paru normalnya sekitar 2%.
Mekanisme ventilasi perfusi adalah pemindahan gas secara efektif antara alveolus dan
kapiler paru-paru membutuhkan distribusi merata dari udara dalam paru-paru dan perfusi
(aliran darah) dalam kapiler.Mekanisme ventilasi disebut dengan istilah volume paru dan
kapasitas paru. Volume paru dibagi menjadi volume tidal (500 ml), volume cadangan inspirasi
(3000 ml), volume cadangan ekspirasi (1100 ml) dan volume residu (1200 ml) dan ruang rugi
pernafasan dimana tidak terjadi pertukaran gas 150 ml.
4. ETIOLOGI
Mycobacterium tuberculosa : gram positif, basil tahan asam, aerob.
Riwayat merokok, polusi, imunitas.
Faktor Resiko :
Individu yang rentan terpajan TBC yang kontak langsung dengan penderita TBC aktif.
Individu dengan imunosupresif
Individu dengan perawatan kesehatan buruk
Petugas kesehatan.
5. PATOFISIOLOGI
Penularan TBC dapat terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan secara “droplet
infection” yaitu udara yang dihirup ketika bernapas. Percikan halus akan segera mengering,
tetapi bagian yang paling kecil akan tetap melayang di udara selama beberapa jam, hanya
partikel yang kurang dari 10 mikrometer dapat mencapai alveoli. Bila seseorang menghirup
udara yang mengandung basil TBC, maka basil tersebut akan masuk ke dalam alveoli dan terjadi
infeksi. Tempat implantasi kuman TBC paling sering adalah permukaan alveoli dari parenkim
paru pada bagian lobus atas atau bagian atas lobus bawah. Reaksi yang ditimbulkan oleh basil
ini merupakan proses peradangan alveoli yang akut. Tahap tersebut dapat sembuh sendiri,
dapat pula berkembang lebih lanjut, dimana peradangan menjadi degeneratif dan eksudat
menjadi lebih banyak.
Ada kalanya pada paru-paru terdapat kaverne sehingga eksudat juga dapat terbawa melalui
kelenjar limfe maupun aliran darah yang mengakibatkan peradangan pada organ lainnya.Tetapi
bagaimanapun gejala klinik penyakit ini bervariasi dari tanda dan gejala, hanya dengan
pemeriksaan kulit positif, sampai adanya gangguan pada paru-paru dan sistemik.Reaksi individu
yang terinfeksi TBC tergantung daya tahan tubuh individu, jumlah basil dan virulensi
kuman.Banyak individu yang terinfeksi ini tidak menunjukkan hasil positif dan dari foto thorax
ditemukan adanya klasifikasi dan kantas.
6. TANDA DAN GEJALA
a. Demam biasanya sub-febris menyerupai demam influenza.
b. Keletihan
c. Anoreksia
d. Penurunan berat badan
e. Berkeringat terutama pada malam hari
f. Hemaptoe
g. Nyeri dada
h. Batuk pada awalnya non produktif dapat berkembang menjadi produktif.
i. Sesak napas
7. TES DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan radiologis
Foto thorax : infiltrat pada paru, lesi nodular.
b. Pemeriksaan laboratorium
- Darah : leukosit, LED meningkat
- Biakan kultur (sputum, cairan pleura)
- Test tuberkulin (Purified Protein Derivate test) :
0-4 mm : negatif
> 5 mm : mungkin terinfeksi TB
> 10 mm : positif
8. KOMPLIKASI
a. TBC Miliary
Jika nekrotik ghon melalui pembuluh darah sejumlah besar organisme menyebar ke
seluruh tubuh. Tuberculosis ini diakibatkan oleh invasi aliran darah oleh basilus tuberkel
(tuberkel ghon). Invasi terjadi akibat reaksi lambat infeksi dorman dalam
paru-paru/tempat lain dan menyebar melalui darah ke organ lainnya.
b. Pleura Effusion
Disebabkan oleh penjelasan material masuk ke dalam ruang pleura. Material
mengandung bakteri dengan cepat mengakibatkan reaksi inflamasi dan eksudat pleura
yang kaya akan protein.
c. Pneumonia tuberkulosis
Pneumonia akut dapat terjadi pelepasan jumlah hasil tuberkel dan pencairan luka
nekrotik ke dalam paru/kelenjar limfe.
d. Organ lain yang terserang
Sumsum tulang belakang bisa terinfeksi diikuti ruptur dan tuberkel menuju ruang sub
arachnoid tulang dan jaringan tulang sendi bisa terserang pada proses penyakit infeksi,
gagal, limpa.
e. Hemoptoe berat (perdarahan dan saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian.
f. Pneumothorax (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : Kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
9. PENATALAKSANAAN MEDIK
Obat utama : INH, Ethambutol, Rifampicin, Streptomicin.
Obat sekunder : PAS, pirazinamide, Ethambutol
Analgetik
Diet tinggi protein tinggi karbohidrat
Isolasi pencegahan penularan melalui udara bila dibutuhkan
Tindak lanjut pada keluarga dan orang yang kontak dengan pasien setelah pulang.
Terapi bedah antara lain drainase abses paru, reseksi paru.
B.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Batuk produktif, batuk darah
- Riwayat tuberkulosis
- Riwayat pengobatan tuberkulosis (terputus, gagal)
- Penyakit infeksi saluran nafas atas
- Kebiasaan merokok
- Kaji tempat tinggal cahaya matahari sumber polusi sekitar rumah.
b. Pola nutrisi metabolik
- BB menurun, mual dan muntah
- Demam, keringat malam hari
c. Pola aktivitas
- Lekas lelah, batuk-batuk banyak dahak
- Banyak keringat malam hari
- Tachipnea
- Nyeri dada
d. Pola tidur dan istirahat
- Tidur terganggu karena batuk dan nyeri dada
- Demam dan keringat malam hari.
e. Pola persepsi dan konsep diri
- Malu terhadap penyakitnya.
f. Pola persepsi kognitif
- Nyeri dada
- Nyeri otot
g. Pola mekanisme koping toleransi terhadap stress
- Respon klien saat menghadapi stress.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang kental dan
refleks batuk yang menurun.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nausea,
anoreksia.
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveoli.
4) Nyeri berhubungan dengan peradangan pada pleura.
5) Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pencegahan penyakit.
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang kental dan
refleks batuk yang menurun.
HYD: Jalan napas kembali efektif.
Intervensi:
a. Kaji frekuensi, irama, kedalaman, dan bunyi napas serta penggunaan otot-otot
pernapasan tambahan.
Rasional: Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis.
b. Kaji kualitas sputum : warna, bau, konsistensi, catat adanya hemoptoe.
Rasional: Sputum berdarah kental menunjukkan kerusakan paru.
c. Beri posisi yang mengoptimalkan pernapasan : semifowler atau fowler.
Rasional: Meningkatkan ventilasi dan mempermudah ekspansi paru.
d. Beri banyak minum 2-3 liter/24 jam bila tidak ada kontraindikasi.
Rasional: Mengencerkan sputum sehingga mudah dibatukkan.
e. Bantu pasien rumah posisi.
Rasional: Meningkatkan mobilisasi sputum.
f. Anjurkan pasien cara batuk efektif dan cara napas dalam.
Rasional: Meningkatkan pengeluaran lendir.
g. Anjurkan pasien menekan dada saat batuk.
Rasional: Agar batuk menjadi efektif dan produktif.
h. Kolaborasi pemberian obat bronkodilator, analgesik.
Rasional: Menurunkan spasme jalan napas.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nausea, anoreksia.
HYD: Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Intervensi:
a. Kaji keluhan mual, muntah dan refleks menelan.
Rasional: Membantu mengidentifikasi kebutuhan.
b. Kaji cara/bagaimana menghidangkan makanan.
Rasional: Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan.
c. Beri makanan yang hangat dan mudah ditelan sesuai diet dalam porsi kecil dan
frekuensi sering.
Rasional: Untuk mengurangi mual dan muntah.
d. Jelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi tubuh.
Rasional: Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motivasi makan
meningkat.
e. Catat jumlah/porsi makan yang dihabiskan setiap hari.
Rasional: Mengetahui pemenuhan nutrisi pasien.
f. Timbang BB setiap hari (bila mungkin)
g. Anjurkan bernapas dalam bila mual.
Rasional: Merelaksasi otot-otot abdomen.
h. Kolaborasi : pemeriksaan laboratorium, mis : albumin, glukosa, fungsi hati.
Rasional: Mengevaluasi dan mengawasi keefektifan therapi nutrisi.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveoli.
HYD: Oksigenisasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala
distress pernapasan.
Intervensi:
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan.
Rasional: Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan.
b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien memilih posisi yang mudah untuk
bernapas.
Rasional: Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi.
c. Kaji warna kulit dan membran mukosa.
Rasional: Sianosis mengindikasikan beratnya hipoksemia.
d. Dorong mengeluarkan lendir, suction k/p.
Rasional: Kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan
pertukaran gas.
e. Auskultasi bunyi napas.
Rasional: Bunyi napas mungkin redup karena penurunan aliran darah atau area
konsolidasi.
f. Awasi tingkat kesadaran dan status mental.
Rasional: Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia.
g. Observasi tanda-tanda vital dan irama jantung.
Rasional: Takikardi, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek
hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
h. Kolaborasi : nilai GDA.
Rasional: PaCO2 biasanya meningkat (bronkitis, emfisema) dan PaO2 secara umum
menurun.
4. Nyeri berhubungan dengan peradangan di pleura.
HYD: Rasa nyeri berkurang.
Intervensi:
a. Kaji tipe, lamanya, frekuensi dan intensitas nyeri.
Rasional: Mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
b. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri.
Rasional: Persepsi individu terhadap nyeri berbeda dan bervariasi.
c. Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
d. Alihkan perhatian dari rasa nyeri seperti membaca buku dan mendengar musik.
Rasional: Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat sedikit melupakan
perhatiannya terhadap nyeri.
e. Ajarkan tehnik mengurangi nyeri : relaksasi dengan bernafas dalam, massage daerah
nyeri.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
f. Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah saat nyeri.
Rasional: Mengidentifikasi kebutuhan program terapi.
g. Kolaborasi dengan medik pemberian analgesik.
Rasional: Meningkatkan kenyamanan.
5. Resiko penyebaran/penularan infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit.
HYD: Aktivitas ulang infeksi tidak terjadi ditandai dengan pasien mampu menyebutkan
cara penularan dan pencegahan penyakit, juga menjaga kondisi tubuh dengan
mengubah pola hidup.
Intervensi:
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang proses penyakit dan cara
penanganan.
Rasional: Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit yang
memerlukan evaluasi.
b. Identifikasi orang lain yang beresiko tertular.
Rasional: Orang yang terpajan perlu program terapi untuk mencegah penyebaran
infeksi.
c. Jelaskan pentingnya pemenuhan diet tinggi protein dan tinggi karbohidrat
Rasional: Mempercepat proses pemulihan jaringan.
d. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi pengobatan tanpa seizin dokter.
Rasional: Penghentian tanpa indikasi klinis akan memperburuk kondisi paru terhadap
infeksi.
e. Jelaskan pentingnya isolasi bagi pencegahan penularan melalui udara sampai tingkat
pengobatan memadai.
Rasional: Mencegah penularan terhadap orang lain.
f. Jelaskan pentingnya pengobatan lanjutan di rumah dan kontrol teratur.
Rasional: Mempercepat proses penyembuhan.
g. Diskusikan bersama pasien dan keluarganya, gejala yang perlu dilaporkan pada waktu
kontrol yaitu batuk darah, sakit dada, kesulitan bernafas, vertigo, hilangnya
pendengaran.
Rasional: Mencegah komplikasi lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth (2002). Buku Ajar Medikal Bedah. Volume 1 Edisi 8, Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Doengoes, Marilyn E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Volume 2 Edisi 3. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Lewis, Sharon Mantik (2000). Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical
Problem. St. Louis. Mosby.
Price, Sylvia A. Lorraine M. Wilson (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Edisi 4. Buku 1. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Cetakan ke-4. Jakarta.
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TUBERKULOSIS PARU DIBANGSAL MAWAR
RSUD WONOSARI
Disusun oleh:
LALU MUHAMMAD ARSIL AZIM
2212136
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES JENDERAL AHMAD YANI
YOGYAKARTA
2013/2014
LEMBAR PENGESAHAN
Disahkan Pada :
Hari :
Tanggal :
Oleh :
Mahasiswa Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik
( ) ( ) ( )