Laporan Minggu 1 Tb Paru

24
A. KONSEP DASAR 1. DEFINISI Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis terutama menyerang parenkim paru, dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe. (Brunner and Suddarth, 2001). Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis yang merupakan bakteri batang aerobik tahan asam yang patogen dan saprofit. (Sylvia A. Price/Lorraine Mc. Carty. Patofisiologi, 1999) Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberkulosis. Sebagian besar kuman ini menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lain. (Dep.Kes.RI. Pedoman Nasional Penanggulangan TBC, 2002) 2. KLASIFIKASI Klasifikasi TBC (American Lung Association “Price Sylvia Anderson, 1993, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 4, Buku 2). 0 : tidak terpapar TB, tidak terinfeksi 1 : terpapar TB, tidak ada bukti infeksi

description

TBC

Transcript of Laporan Minggu 1 Tb Paru

Page 1: Laporan Minggu 1 Tb Paru

A.KONSEP DASAR

1. DEFINISI

Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang disebabkan Mycobacterium

tuberculosis terutama menyerang parenkim paru, dapat juga ditularkan ke bagian

tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe.

(Brunner and Suddarth, 2001).

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis

yang merupakan bakteri batang aerobik tahan asam yang patogen dan saprofit.

(Sylvia A. Price/Lorraine Mc. Carty. Patofisiologi, 1999)

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman

Mycobacterium tuberkulosis. Sebagian besar kuman ini menyerang paru, tetapi

dapat juga menyerang organ tubuh lain.

(Dep.Kes.RI. Pedoman Nasional Penanggulangan TBC, 2002)

2. KLASIFIKASI

Klasifikasi TBC (American Lung Association “Price Sylvia Anderson, 1993,

Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 4, Buku 2).

0 : tidak terpapar TB, tidak terinfeksi

1 : terpapar TB, tidak ada bukti infeksi

2 : infeksi TB tidak sakit, tes tuberkulin (+), sputum BTA (-)

3 : saat ini menderita TB (tes diagnostik, uji tuberkulin (+), manifestasi klini (+)

4 : tidak sedang menderita TB (diagnosa sementara, digunakan selama tes diagnostik

pada individu yang bersangkutan tidak lebih dari 3 bulan)

3. ANATOMI FISIOLOGI

Sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara luar agar bersentuhan dengan

membran kapiler alveoli paru.Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah

Page 2: Laporan Minggu 1 Tb Paru

hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan bronkiolus.Saluran pernafasan dari hidung sampai

bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia.

a. Hidung

Hidung terdiri atas bagian internal dan eksternal.Bagian eksternal menonjol dari wajah

dan disanggah oleh tulang hidung dan kartilago.Nares anterior (lubang hidung)

merupakan ostium sebelah luar dari rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal

yang sempit yang disebut septum.Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang

sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung.Lendir disekresi

secara terus menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan

bergerak ke nasofaring oleh gerakan silia.Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara

mengalir ke dan dari paru-paru.Ketika udara masuk ke rongga hidung, udara tersebut

oleh bulu-bulu hidung disaring oleh selaput mukosa lendir, dihangatkan dan

dilembabkan.Hidung bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor

olfaksi terletak dalam mukosa hidung.

b. Faring/Tenggorokan

Faring/tenggorokan adalah suatu struktur tuba, yang menghubungkan hidung dan

rongga mulut ke laring.Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan

jalan makanan terdapat di bawah dasar tengkorak di belakang rongga hidung. Faring

berhubungan ke atas dengan rongga hidung ke depan dengan rongga mulut. Faring

terdiri dari nasofaring, orofaring dan laringofaring.Nasofaring terletak di posterior

hidung dan di atas palatum mole.Pintu masuk laring dibentuk oleh epiglotis.Adenoid

Page 3: Laporan Minggu 1 Tb Paru

atau tonsil yang terletak dalam langit-langit nasofaring.Fungsi faring untuk menyediakan

saluran traktus repiratorius terhadap serangan organisme yang memasuki tenggorokan.

c. Laring/organ suara

Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea.Fungsi utama

laring adalah memungkinkan terjadinya vokalisasi, melindungi jalan nafas bagian bawah

dari obstruksi benda asing, dan memudahkan batuk.Laring sering disebut sebagai kotak

suara.

d. Trakea

Trakea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya. Trakea disokong oleh cincin

tulang rawan yang berbentuk sepatu kuda, yang panjangnya kurang lebih 5 inci, serta

dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia, dengan gerakan silia maka

debu yang masuk ke saluran pernafasan dapat dikeluarkan. Trakea ini berjalan dari

laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis ke-5 dan di tempat ini bercabang

menjadi dua bronkus. Tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan

kanan disebut karina.

e. Bronkus dan bronkiolus

Bronkus terbentuk dari belahan dua trakea.Bronkus kanan lebih pendek dari bronkus kiri

dan lebih besar daripada yang kiri.Pada bronkiolus (bronkus yang bercabang lebih kecil)

tidak terdapat cincin dan pada ujung bronkiolus terdapat gelembung paru atau

alveoli.Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi bronkus lobarus dan

bronkus segmentalis.Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya

semakin kecil, yang menjadi bronkiolus terminalis yaitu saluran udara terkecil yang tidak

Page 4: Laporan Minggu 1 Tb Paru

mengandung alveoli (kantung udara).Bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar

udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.Setelah bronkus alveoli terdapat asinus yang

merupakan unit fungsional paru-paru yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari :

(1) Bronkiolus respiratorius yang terkadang memiliki kandung udara, kecil atau alveoli

pada dindingnya, (2) Duktus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveolus, (3) Sakus

alveolaris terminalis merupakan struktur akhir paru-paru.

f. Alveoli

Paru-paru ada 2 dan merupakan alat pernafasan utama.Paru-paru mempunyai

permukaan luar yang menyentuh iga (pleura viseral) dan permukaan yang menyentuh

paru-paru (pleura parietal) antara kedua pleura terdapat ruangan yang mengandung

cairan berfungsi melicinkan permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser dengan

bebas selama ventilasi.Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga thoraks

menjadi dua bagian.Paru kanan dibagi menjadi 3 lobus yaitu lobus atas, tengah dan

bawah, dan paru kiri menjadi 2 lobus yaitu atas dan bawah.

Paru terbentuk oleh sekitar 300 juga alveoli dan berfungsi sebagai tempat pertukaran O2

dan CO2.Alveoli terdapat 3 jenis sel-sel alveolar tipe 1 adalah sel epitel yang membentuk

dinding alveolar.Tipe 2 sel-sel yang aktif secara metabolik mensekresi surfaktan suatu fosfolipid

yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps.

Tipe 3 makrofag yang merupakan sel-sel fagositosis yang besar yang memakan benda

asing (lendir, bakteri) dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan yang penting.

Page 5: Laporan Minggu 1 Tb Paru

Paru-paru mempunyai dua sumber suplai darah yaitu arteri bronkialis yang berasal dari

aorta thorakalis berjalan sepanjang dinding posterior bronkiolus dan arteri pulmonalis dari

ventrikel kanan ke paru-paru.

Tiga proses yang berhubungan dengan pernafasan :

1) Ventilasi: adalah udara bergerak masuk dan keluar paru-paru. Karena ada selisih

antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dari otot-otot.

2) Difusi : adalah proses dimana terjadi pertukaran O2 dan CO2 pada tempat

pertemuan udara dan darah. Membran alveolar kapiler merupakan tempat yang

ideal untuk difusi karena membran ini mempunyai permukaan yang luas dan

tipis.

3) Perfusi : pengisian kapiler pulmonar dengan darah, perfusi pulmonal adalah

aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal. Darah dipompakan ke paru-paru

oleh ventrikel kanan melalui arteri pulmonal. Arteri pulmonal terbagi menjadi

cabang kanan dan kiri untuk mensuplai kedua paru normalnya sekitar 2%.

Mekanisme ventilasi perfusi adalah pemindahan gas secara efektif antara alveolus dan

kapiler paru-paru membutuhkan distribusi merata dari udara dalam paru-paru dan perfusi

(aliran darah) dalam kapiler.Mekanisme ventilasi disebut dengan istilah volume paru dan

kapasitas paru. Volume paru dibagi menjadi volume tidal (500 ml), volume cadangan inspirasi

(3000 ml), volume cadangan ekspirasi (1100 ml) dan volume residu (1200 ml) dan ruang rugi

pernafasan dimana tidak terjadi pertukaran gas 150 ml.

4. ETIOLOGI

Mycobacterium tuberculosa : gram positif, basil tahan asam, aerob.

Riwayat merokok, polusi, imunitas.

Faktor Resiko :

Page 6: Laporan Minggu 1 Tb Paru

Individu yang rentan terpajan TBC yang kontak langsung dengan penderita TBC aktif.

Individu dengan imunosupresif

Individu dengan perawatan kesehatan buruk

Petugas kesehatan.

5. PATOFISIOLOGI

Penularan TBC dapat terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan secara “droplet

infection” yaitu udara yang dihirup ketika bernapas. Percikan halus akan segera mengering,

tetapi bagian yang paling kecil akan tetap melayang di udara selama beberapa jam, hanya

partikel yang kurang dari 10 mikrometer dapat mencapai alveoli. Bila seseorang menghirup

udara yang mengandung basil TBC, maka basil tersebut akan masuk ke dalam alveoli dan terjadi

infeksi. Tempat implantasi kuman TBC paling sering adalah permukaan alveoli dari parenkim

paru pada bagian lobus atas atau bagian atas lobus bawah. Reaksi yang ditimbulkan oleh basil

ini merupakan proses peradangan alveoli yang akut. Tahap tersebut dapat sembuh sendiri,

dapat pula berkembang lebih lanjut, dimana peradangan menjadi degeneratif dan eksudat

menjadi lebih banyak.

Ada kalanya pada paru-paru terdapat kaverne sehingga eksudat juga dapat terbawa melalui

kelenjar limfe maupun aliran darah yang mengakibatkan peradangan pada organ lainnya.Tetapi

bagaimanapun gejala klinik penyakit ini bervariasi dari tanda dan gejala, hanya dengan

pemeriksaan kulit positif, sampai adanya gangguan pada paru-paru dan sistemik.Reaksi individu

yang terinfeksi TBC tergantung daya tahan tubuh individu, jumlah basil dan virulensi

kuman.Banyak individu yang terinfeksi ini tidak menunjukkan hasil positif dan dari foto thorax

ditemukan adanya klasifikasi dan kantas.

6. TANDA DAN GEJALA

a. Demam biasanya sub-febris menyerupai demam influenza.

b. Keletihan

c. Anoreksia

Page 7: Laporan Minggu 1 Tb Paru

d. Penurunan berat badan

e. Berkeringat terutama pada malam hari

f. Hemaptoe

g. Nyeri dada

h. Batuk pada awalnya non produktif dapat berkembang menjadi produktif.

i. Sesak napas

7. TES DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan radiologis

Foto thorax : infiltrat pada paru, lesi nodular.

b. Pemeriksaan laboratorium

- Darah : leukosit, LED meningkat

- Biakan kultur (sputum, cairan pleura)

- Test tuberkulin (Purified Protein Derivate test) :

0-4 mm : negatif

> 5 mm : mungkin terinfeksi TB

> 10 mm : positif

8. KOMPLIKASI

a. TBC Miliary

Jika nekrotik ghon melalui pembuluh darah sejumlah besar organisme menyebar ke

seluruh tubuh. Tuberculosis ini diakibatkan oleh invasi aliran darah oleh basilus tuberkel

(tuberkel ghon). Invasi terjadi akibat reaksi lambat infeksi dorman dalam

paru-paru/tempat lain dan menyebar melalui darah ke organ lainnya.

b. Pleura Effusion

Page 8: Laporan Minggu 1 Tb Paru

Disebabkan oleh penjelasan material masuk ke dalam ruang pleura. Material

mengandung bakteri dengan cepat mengakibatkan reaksi inflamasi dan eksudat pleura

yang kaya akan protein.

c. Pneumonia tuberkulosis

Pneumonia akut dapat terjadi pelepasan jumlah hasil tuberkel dan pencairan luka

nekrotik ke dalam paru/kelenjar limfe.

d. Organ lain yang terserang

Sumsum tulang belakang bisa terinfeksi diikuti ruptur dan tuberkel menuju ruang sub

arachnoid tulang dan jaringan tulang sendi bisa terserang pada proses penyakit infeksi,

gagal, limpa.

e. Hemoptoe berat (perdarahan dan saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan

kematian.

f. Pneumothorax (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : Kolaps spontan karena

kerusakan jaringan paru.

9. PENATALAKSANAAN MEDIK

Obat utama : INH, Ethambutol, Rifampicin, Streptomicin.

Obat sekunder : PAS, pirazinamide, Ethambutol

Analgetik

Diet tinggi protein tinggi karbohidrat

Isolasi pencegahan penularan melalui udara bila dibutuhkan

Tindak lanjut pada keluarga dan orang yang kontak dengan pasien setelah pulang.

Terapi bedah antara lain drainase abses paru, reseksi paru.

Page 9: Laporan Minggu 1 Tb Paru

B.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

- Batuk produktif, batuk darah

- Riwayat tuberkulosis

- Riwayat pengobatan tuberkulosis (terputus, gagal)

- Penyakit infeksi saluran nafas atas

- Kebiasaan merokok

- Kaji tempat tinggal cahaya matahari sumber polusi sekitar rumah.

b. Pola nutrisi metabolik

- BB menurun, mual dan muntah

- Demam, keringat malam hari

c. Pola aktivitas

- Lekas lelah, batuk-batuk banyak dahak

- Banyak keringat malam hari

- Tachipnea

- Nyeri dada

d. Pola tidur dan istirahat

- Tidur terganggu karena batuk dan nyeri dada

- Demam dan keringat malam hari.

e. Pola persepsi dan konsep diri

- Malu terhadap penyakitnya.

f. Pola persepsi kognitif

- Nyeri dada

- Nyeri otot

g. Pola mekanisme koping toleransi terhadap stress

- Respon klien saat menghadapi stress.

Page 10: Laporan Minggu 1 Tb Paru

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang kental dan

refleks batuk yang menurun.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nausea,

anoreksia.

3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveoli.

4) Nyeri berhubungan dengan peradangan pada pleura.

5) Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pencegahan penyakit.

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang kental dan

refleks batuk yang menurun.

HYD: Jalan napas kembali efektif.

Intervensi:

a. Kaji frekuensi, irama, kedalaman, dan bunyi napas serta penggunaan otot-otot

pernapasan tambahan.

Rasional: Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis.

b. Kaji kualitas sputum : warna, bau, konsistensi, catat adanya hemoptoe.

Rasional: Sputum berdarah kental menunjukkan kerusakan paru.

c. Beri posisi yang mengoptimalkan pernapasan : semifowler atau fowler.

Rasional: Meningkatkan ventilasi dan mempermudah ekspansi paru.

d. Beri banyak minum 2-3 liter/24 jam bila tidak ada kontraindikasi.

Rasional: Mengencerkan sputum sehingga mudah dibatukkan.

e. Bantu pasien rumah posisi.

Rasional: Meningkatkan mobilisasi sputum.

Page 11: Laporan Minggu 1 Tb Paru

f. Anjurkan pasien cara batuk efektif dan cara napas dalam.

Rasional: Meningkatkan pengeluaran lendir.

g. Anjurkan pasien menekan dada saat batuk.

Rasional: Agar batuk menjadi efektif dan produktif.

h. Kolaborasi pemberian obat bronkodilator, analgesik.

Rasional: Menurunkan spasme jalan napas.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nausea, anoreksia.

HYD: Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Intervensi:

a. Kaji keluhan mual, muntah dan refleks menelan.

Rasional: Membantu mengidentifikasi kebutuhan.

b. Kaji cara/bagaimana menghidangkan makanan.

Rasional: Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan.

c. Beri makanan yang hangat dan mudah ditelan sesuai diet dalam porsi kecil dan

frekuensi sering.

Rasional: Untuk mengurangi mual dan muntah.

d. Jelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi tubuh.

Rasional: Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motivasi makan

meningkat.

e. Catat jumlah/porsi makan yang dihabiskan setiap hari.

Rasional: Mengetahui pemenuhan nutrisi pasien.

f. Timbang BB setiap hari (bila mungkin)

Page 12: Laporan Minggu 1 Tb Paru

g. Anjurkan bernapas dalam bila mual.

Rasional: Merelaksasi otot-otot abdomen.

h. Kolaborasi : pemeriksaan laboratorium, mis : albumin, glukosa, fungsi hati.

Rasional: Mengevaluasi dan mengawasi keefektifan therapi nutrisi.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveoli.

HYD: Oksigenisasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala

distress pernapasan.

Intervensi:

a. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan.

Rasional: Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan.

b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien memilih posisi yang mudah untuk

bernapas.

Rasional: Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi.

c. Kaji warna kulit dan membran mukosa.

Rasional: Sianosis mengindikasikan beratnya hipoksemia.

d. Dorong mengeluarkan lendir, suction k/p.

Rasional: Kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan

pertukaran gas.

e. Auskultasi bunyi napas.

Rasional: Bunyi napas mungkin redup karena penurunan aliran darah atau area

konsolidasi.

f. Awasi tingkat kesadaran dan status mental.

Rasional: Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia.

Page 13: Laporan Minggu 1 Tb Paru

g. Observasi tanda-tanda vital dan irama jantung.

Rasional: Takikardi, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek

hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

h. Kolaborasi : nilai GDA.

Rasional: PaCO2 biasanya meningkat (bronkitis, emfisema) dan PaO2 secara umum

menurun.

4. Nyeri berhubungan dengan peradangan di pleura.

HYD: Rasa nyeri berkurang.

Intervensi:

a. Kaji tipe, lamanya, frekuensi dan intensitas nyeri.

Rasional: Mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.

b. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri.

Rasional: Persepsi individu terhadap nyeri berbeda dan bervariasi.

c. Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang.

Rasional: Mengurangi rasa nyeri.

d. Alihkan perhatian dari rasa nyeri seperti membaca buku dan mendengar musik.

Rasional: Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat sedikit melupakan

perhatiannya terhadap nyeri.

e. Ajarkan tehnik mengurangi nyeri : relaksasi dengan bernafas dalam, massage daerah

nyeri.

Rasional: Mengurangi rasa nyeri.

f. Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah saat nyeri.

Rasional: Mengidentifikasi kebutuhan program terapi.

Page 14: Laporan Minggu 1 Tb Paru

g. Kolaborasi dengan medik pemberian analgesik.

Rasional: Meningkatkan kenyamanan.

5. Resiko penyebaran/penularan infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang

penyakit.

HYD: Aktivitas ulang infeksi tidak terjadi ditandai dengan pasien mampu menyebutkan

cara penularan dan pencegahan penyakit, juga menjaga kondisi tubuh dengan

mengubah pola hidup.

Intervensi:

a. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang proses penyakit dan cara

penanganan.

Rasional: Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit yang

memerlukan evaluasi.

b. Identifikasi orang lain yang beresiko tertular.

Rasional: Orang yang terpajan perlu program terapi untuk mencegah penyebaran

infeksi.

c. Jelaskan pentingnya pemenuhan diet tinggi protein dan tinggi karbohidrat

Rasional: Mempercepat proses pemulihan jaringan.

d. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi pengobatan tanpa seizin dokter.

Rasional: Penghentian tanpa indikasi klinis akan memperburuk kondisi paru terhadap

infeksi.

e. Jelaskan pentingnya isolasi bagi pencegahan penularan melalui udara sampai tingkat

pengobatan memadai.

Rasional: Mencegah penularan terhadap orang lain.

f. Jelaskan pentingnya pengobatan lanjutan di rumah dan kontrol teratur.

Page 15: Laporan Minggu 1 Tb Paru

Rasional: Mempercepat proses penyembuhan.

g. Diskusikan bersama pasien dan keluarganya, gejala yang perlu dilaporkan pada waktu

kontrol yaitu batuk darah, sakit dada, kesulitan bernafas, vertigo, hilangnya

pendengaran.

Rasional: Mencegah komplikasi lanjut.

Page 16: Laporan Minggu 1 Tb Paru

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth (2002). Buku Ajar Medikal Bedah. Volume 1 Edisi 8, Jakarta. Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Doengoes, Marilyn E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. Volume 2 Edisi 3. Jakarta. Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Lewis, Sharon Mantik (2000). Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical

Problem. St. Louis. Mosby.

Price, Sylvia A. Lorraine M. Wilson (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.

Edisi 4. Buku 1. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis. Cetakan ke-4. Jakarta.

Page 17: Laporan Minggu 1 Tb Paru

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TUBERKULOSIS PARU DIBANGSAL MAWAR

RSUD WONOSARI

Disusun oleh:

LALU MUHAMMAD ARSIL AZIM

2212136

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES JENDERAL AHMAD YANI

YOGYAKARTA

2013/2014

Page 18: Laporan Minggu 1 Tb Paru

LEMBAR PENGESAHAN

Disahkan Pada :

Hari :

Tanggal :

Oleh :

Mahasiswa Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

( ) ( ) ( )