Laporan Metastatic Bone Disease

69
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RS Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR ASUHAN KEFARMASIAN DI BAGIAN LONTARA II BAWAH ORTHOPEDIK METASTATIC BONE DISEASE (MBD) ANDI SYAMSUL BAKHRI N211 11 017 Disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan program pendidikan profesi apoteker PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

Transcript of Laporan Metastatic Bone Disease

Page 1: Laporan Metastatic Bone Disease

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

FARMASI RUMAH SAKIT

DI RS Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

ASUHAN KEFARMASIAN DI BAGIAN

LONTARA II BAWAH ORTHOPEDIK

METASTATIC BONE DISEASE (MBD)

ANDI SYAMSUL BAKHRI

N211 11 017

Disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan program pendidikan profesi apoteker

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2012

Page 2: Laporan Metastatic Bone Disease

ii

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

FARMASI RUMAH SAKIT

DI RS Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

ASUHAN KEFARMASIAN DI BAGIAN

LONTARA II BAWAH ORTHOPEDIK

METASTATIC BONE DISEASE (MBD)

ANDI SYAMSUL BAKHRI

N211 11 017

MENYETUJUI :

Pembimbing PKP Farmasi Rumah Sakit

RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

Dra. Hadijah Tahir, Apt. Sp.FRS NIP. 19670201 199302 2 002

MENGETAHUI :

Koordinator PKP Farmasi Rumah Sakit Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNHAS Prof. Dr. H. M. Natsir Djide, M.S.,Apt. NIP.19500817 197903 1 003

Kepala Instalasi Farmasi RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Drs. Jintan Ginting, Apt., M. Kes. NIP. 19631203 199603 1 001

Page 3: Laporan Metastatic Bone Disease

iii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek

Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar pada periode Maret – April 2012 dengan baik dan lancar.

Laporan Praktek Kerja Profesi (PKP) ini disusun sebagai salah satu

syarat penyelesaian program studi Profesi Apoteker pada Fakultas

Farmasi Universitas Hasanuddin Makassar.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. dr. Kadir, PhD., Sp.THT-KL selaku Direktur Utama RS. Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar

2. Ibu Dr. Elly Wahyudin, DEA selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin Makassar.

3. Ibu Dra. Ermina Pakki, M.Si, Apt. selaku Ketua Program Pendidikan

Profesi Apoteker Universitas Hasanuddin.

4. Prof. Dr. H. M. Natsir Djide, M.S., Apt. selaku dosen Koordinator PKP

Farmasi Rumah Sakit Program Pendidikan Profesi Apoteker, Fakultas

Farmasi Universitas Hasanuddin.

5. Bapak Drs. Jintan Ginting, Apt., M. Kes., selaku Kepala Instalasi

Farmasi di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

6. Ibu Dra. Hadijah Tahir, Apt., Sp.FRS selaku Pembimbing PKP Farmasi

Rumah Sakit di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Page 4: Laporan Metastatic Bone Disease

iv

7. Seluruh staf dan karyawan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar, khususnya di bagian Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar dan ruang perawatan Lontara II

bawah ortopedik.

8. Rekan-rekan peserta Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit

Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,

sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar, Almamater Fakultas Farmasi Unhas, dan mahasiswa seprofesi

serta sejawat lainnya, Amin.

Makassar, April 2012

Penyusun

Page 5: Laporan Metastatic Bone Disease

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................... iii

DAFTAR ISI ...................................................................................... v

DAFTAR TABEL ................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

I.1 Latar Belakang ................................................................. 1

I.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker ............................ 2

I.3 Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker ........................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 4

II.1 Definisi .............................................................................. 4

II.2 Anatomi / Fisiologi ............................................................ 4

II.3 Etiologi .............................................................................. 4

II.4 Patofisiologi ...................................................................... 6

II.4.1 Faktor dalam Proses Metastasis ............................ 8

II.5 Diagnosa .......................................................................... 9

II.6 Penatalaksanaan ............................................................ .. 11

II.6.1 Non Farmakologi ..................................................... 10

II.6.2 Farmakologi ............................................................ 11

BAB III STUDI KASUS ....................................................................... 16

III.1 Profil Penderita ................................................................ 16

Page 6: Laporan Metastatic Bone Disease

vi

III.2 Profil Penyakit ................................................................. 16

III.3 Data Klinik ....................................................................... 18

III.4 Data Laboratorium ........................................................... 20

III.5 Data Pemeriksaan Penunjang Lain ................................. 22

III.5.1 Hasil USG Abdomen ............................................. 22

III.5.2 Hasil Radiologi ...................................................... 22

III.5.3 Hasil MRI Thoracolumbal ...................................... 22

III.5.4 Hasil Patologi Anatomi .......................................... 22

III.5.5 Pemeriksaan Elektrolit .......................................... 23

III.5.6 Pemeriksaan Analisis Gas Darah .......................... 23

III.6 Profil Pengobatan ............................................................ 24

III.7 Analisa Rasionalitas ........................................................ 27

III.8 Farmakologi Obat ............................................................ 28

III.9 Assesment and Plan ....................................................... 44

III.10 Konseling ....................................................................... 49

III.11 Pembahasan ................................................................. 51

III.12 Rekomendasi ................................................................ 56

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 58

LAMPIRAN .......................................................................................... 59

Page 7: Laporan Metastatic Bone Disease

vii

DAFTAR TABEL

TABEL halaman

III.1 Data Hasil Pemeriksaan Klinik Pasien ........................................ 18

III.2 Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pasien ........................... 20

III.3 Hasil Pemeriksaan Nilai Elektrolit Pasien ................................... 23

III.4 Hasil Pemeriksaan Analisa Gas Darah Pasien ........................... 23

III.5 Data Profil Pengobatan Pasien ................................................... 24

III.6 Data Analisa Rasionalitas Penggunaan Obat Pasien ................. 28

III.7 Data Assesment and Plan Pengobatan Pasien .......................... 45

III.8 Pelayanan Informasi Obat Kepada Pasien ................................. 50

Page 8: Laporan Metastatic Bone Disease

viii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR halaman

II.1 Skema Mekanisme Metastatis Tumor pada Tulang ..................... 9

Page 9: Laporan Metastatic Bone Disease

ix

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN halaman

1. Daftar Singkatan ........................................................................... 59

Page 10: Laporan Metastatic Bone Disease

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan

nasional dilaksanakan dengan tujuan tercapainya kemauan hidup sehat

bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum. Untuk mencapai tujuan

pembangunan kesehatan tersebut, maka diselenggarakan upaya-upaya

kesehatan yang bersifat menyeluruh dan terpadu melalui peningkatan

berbagai upaya, diantaranya perluasan dan pemerataan jangkauan

pelayanan, peningkatan mutu pelayanan kesehatan, termasuk tersedianya

obat dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan masyarakat,

aman, berkhasiat dengan memenuhi syarat yang ditetapkan, tersebar

merata, dan terjangkau oleh masyarakat luas.

Salah satu cara untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan

tersebut adalah tersedianya sarana pelayanan kesehatan seperti Rumah

Sakit yang bertujuan untuk mengusahakan pelayanan yang luas bagi

setiap warga Negara. Rumah Sakit mengembangkan pelayanan farmasi

klinis dan asuhan kefarmasian yang berorientasi pada pelayanan kepada

pasien (pharmaceutical care), membantu meminimalkan efek obat-obat

dengan sasaran meningkatkan kualitas hidup pasien.

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Rumah Sakit yang

dilakukan di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada

Page 11: Laporan Metastatic Bone Disease

2

periode Maret – April 2012 diharapkan dapat menjadi sarana pelatihan

dan pendidikan bagi mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker dalam

memberikan pelayanan kefarmasian (farmasi klinik) secara profesional

serta dapat menjadi bekal bagi calon apoteker dalam rangka pengabdian

diri kepada masyarakat, terutama dalam bidang kesehatan.

Studi kasus yang dilakukan di RSWS adalah kasus dari pasien di

Unit Pelayanan dan Perawatan Lontara 2 Bawah - Orthopedi. Kegiatan

yang dilakukan adalah mewawancarai penderita secara langsung dan

mendata berdasarkan status medical record penderita yang difokuskan

pada penderita dengan kasus “Metastatic Bone Disease, Destruction

Vertebrae Thoracal IX”. Penyakit metastasis tulang ini merupakan

penyakit sekunder atau komplikasi dari penyakit kanker sebelumnya yang

mengalami metastatis ke organ lain. Penatalaksanaan yang dilakukan

adalah pembedahan, radiasi, kemoterapi, dan pain control. Untuk itu perlu

penatalaksanaan yang tepat untuk menghindari metastatis penyakit ke

organ lain serta meningkatkan taraf hidup pasien.

I.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar, antara lain bertujuan untuk :

1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi,

posisi dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di

Rumah Sakit.

Page 12: Laporan Metastatic Bone Disease

3

2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,

ketrampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan

kefarmasian di Rumah Sakit.

3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan

mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan

dalam rangka pengembangan praktek farmasi komunitas di Rumah

Sakit.

4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai

tenaga farmasi yang profesional.

5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan

kefarmasian di Rumah Sakit.

I.3 Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker

Dengan mengikuti PKPA di Rumah Sakit, maka calon apoteker

akan memperoleh manfaat antara lain :

1. Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam

menjalankan pekerjaan kefarmasian di Rumah Sakit.

2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di

Rumah Sakit.

3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di Rumah Sakit.

4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang

profesional.

Page 13: Laporan Metastatic Bone Disease

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Defenisi

Penyakit tulang yang umumnya disingkat MBD (Metastatic Bone

Disease) ini adalah penyebaran sel-sel kanker dari tumor melalui aliran

darah hingga ke tulang. Hal ini menyebabkan rasa sakit, keretakan

tulang, dan akibat-akibat klinis lainnya. Insiden rasa sakit pada tulang atau

Metastatic bone pain (MBP) terjadi pada sekitar dua pertiga dari pasien

MBD. MBD umumnya dikaitkan dengan kanker payudara, kanker prostate,

kanker paru, kanker ginjal dan kanker tiroid (1).

II.2 Anatomi / Fisiologi

Tulang adalah organ individu terdiri dari banyak jaringan termasuk

tulang, jaringan tulang rawan , jaringan lemak, jaringan ikat, jaringan

hematopoietik, saraf dan pembuluh. Kerangka manusia terdiri dari 206

tulang dan dibagi menjadi kerangka aksial yang mencakup tengkorak,

hyoid, tulang dada, tulang rusuk dan tulang belakang dan kerangka perifer

yang mencakup tulang-tulang pinggang dan panggul. Kerangka acral

merupakan bagian dari perangkat kerangka dan terdiri dari tulang tangan

dan kaki. Pembentukan tulang dan fungsi melibatkan koordinasi kompleks

antara jenis sel. Selain itu, tulang adalah struktur dinamis yang terus-

menerus direnovasi selama hidup sebagai respon tubuh (2).

Page 14: Laporan Metastatic Bone Disease

5

Tulang dikelompokkan menurut bentuk dan ukuran tulang

berbentuk kubus (yaitu, tulang karpal dan tarsal), tulang pipih (tulang

tengkorak, tulang pangkal paha) dan tulang tubular. Yang terakhir ini lebih

lanjut dibagi lagi menjadi tulang tubular panjang (yaitu, humerus, radius,

ulna, tulang paha, tibia, fibula) dan tulang tubular pendek (yaitu tulang

metakarpal dan metatarsal). Selain itu, tulang diklasifikasikan sesuai

dengan cara perkembangan embriologi. Dengan demikian, tulang

membran terbentuk proses de novo dari jaringan ikat (osifikasi

intramembranous) sedangkan tulang enchondral dibentuk oleh osifikasi

enchondral di mana sel-sel mesenchymal dibedakan berdiferensiasi

menjadi kondrosit dan membentuk kartilaginosa anlage yang kemudian

akan digantikan oleh tulang (2).

Osifikasi Enchondral tulang panjang membentuk pelat

pertumbuhan yang membagi tulang ke daerah anatomi berbeda. Epifisis

adalah wilayah tulang terletak dari pertumbuhan pelat pada permukaan

sendi. Wilayah di sisi lain dari pelat pertumbuhan disebut metahysis,

sedangkan tulang di wilayah tengah di antara dua metaphyses disebut

diaphysis. Metaphysis ini dibedakan dari diaphysis karena vaskularisasi

yang lebih tinggi dan proporsi yang lebih tinggi dari tulang cancellous (2).

II.3 Etiologi

Skeleton, setelah paru-paru dan hati, adalah tempat yang paling

umum ketiga penyakit metastasis, dan penyakit metastatik merupakan

keganasan yang paling umum dari tulang. Setengah dari hampir 1,4 juta

Page 15: Laporan Metastatic Bone Disease

6

kasus kanker baru didiagnosa setiap tahun melibatkan tumor yang sering

bermetastasis ke tulang. Kanker prostat, payudara, paru-paru, ginjal, dan

tiroid sebanyak 80% mengalami metastase ke tulang. Kecenderungan

untuk kerangka aksial terlihat dimana mungkin karena penyebaran ke

aliran darah di vena Batson di pleksus. Secara keseluruhan, tempat yang

paling umum dari metastasis tulang adalah tulang belakang, panggul,

tulang rusuk, tengkorak, dan femur proksimal. Pada akral (yaitu, distal)

mengalami metastasis ke tangan dan kaki terjadi, biasanya paling sering

berasal dari paru-paru primer (3).

II.4 Patofisiologi

Tulang biasanya mengalami renovasi terus-menerus dalam respon

terhadap stres mekanik melalui interaksi dinamis dan diatur osteoklas dan

osteoblas bergantian resorbing dan memperbaiki tulang berturut-turut, dan

mineralisasi tulang matriks mengandung faktor pertumbuhan banyak yang

dilepaskan selama proses ini. Re-modeling tulang dimulai dengan aktivasi

osteoklas oleh peristiwa lokal, termasuk pelepasan interleukin-1 (IL-1),

menyebabkan resorpsi tulang dan melepas faktor pertumbuhan lainnya.

Faktor-faktor ini, termasuk mengubah faktor pertumbuhan-beta (TGF-β)

dan insulin seperti faktor pertumbuhan II (IGF-II), meningkatkan proliferasi

dan diferensiasi osteoblas, yang kemudian membentuk tulang baru di

lokasi resorpsi, dengan demikian mempertahankan integritas tulang dan

memperkuat tulang (4).

Page 16: Laporan Metastatic Bone Disease

7

Metastasis tulang dimulai ketika sel-sel tumor primer melepaskan

diri dari tempat awal mula tumor dengan membentuk pembuluh darah

baru (angiogenesis) dan menyerang pembuluh darah tersebut. Sel-sel

tumor kemudian membentuk agregat dan akhirnya melekat pada sel

endotel pembuluh darah kapiler yang jauh dari tulang. Selanjutnya, sel-sel

melepaskan diri ke sirkulasi, menginvasi stroma sumsum, dan akhirnya

melekat pada permukaan endosteal tulang (yaitu, pada antarmuka tulang

dan sumsum) dan mengalami proliferasi (4).

Selain faktor pertumbuhan banyak hadir dalam matriks tulang

termineralisasi, sumsum tulang terdiri dari sel induk hematopoietik, sel

stroma, dan sel kekebalan yang melepaskan sejumlah sitokin dan faktor

pertumbuhan. Ini kemudian menginduksi pertumbuhan tumor sel yang

telah bermigrasi ke tulang. Setelah sel tumor telah dikolonisasi dalam

matriks tulang, mereka mengeluarkan sejumlah besar faktor pertumbuhan

larut yang merangsang aktivitas osteoklas dan / atau osteoblas dan

mengganggu re-modeling tulang yang normal. Aktivasi osteoklas dan

resorpsi tulang menyebabkan pelepasan lebih lanjut dari tulang yang

diturunkan dari faktor pertumbuhan yang meningkatkan kelangsungan

hidup dan proliferasi sel tumor. Akibatnya, homeostasis normal dari tulang

terganggu dan kemudian terjadi resorpsi tulang yang berlebihan (4).

Page 17: Laporan Metastatic Bone Disease

8

II.4.1 Faktor dalam Proses Metastatis

Tumor sel dari kanker payudara dan prostat bentuk koloni kanker

metastasis pada tulang lebih mudah daripada yang dilakukan sel tumor

dari jenis kanker lainnya, menunjukkan bahwa mereka mengekspresikan

fenotipe yang membantu dalam proses metastasis. Berbagai faktor telah

terlibat dalam proses metastasis, termasuk enzim proteolitik, Cell

Adhesion Molecules (CAMs), dan faktor pertumbuhan. Enzim proteolitik

yang diperlukan untuk sel tumor untuk melepaskan dari tempat utama

mereka, menyerang sekitarnya jaringan lunak, masuk dan keluar dari

pembuluh darah, dan mendegradasi matriks tulang. Matriks

metalloproteinase (MMP) telah terlibat dalam resorpsi tulang dan

perkembangan tumor (4).

CAMs, seperti integrin, memainkan peran penting dalam invasi

tumor, metastasis, dan proliferasi. Kehilangan CAMs di tempat utama

memfasilitasi pelepasan sel kanker dari tumor primer. Demikian pula,

peningkatan ekspresi CAMs di lokasi metastasis mungkin diperlukan bagi

sel untuk menangkap dan melekat pada matriks ekstraseluler. Integrin,

yang paling berlimpah dari CAMs, terlibat dalam angiogenesis dan yang

diperlukan untuk osteoklas-mediated resorpsi tulang (4).

Page 18: Laporan Metastatic Bone Disease

9

Gambar II.1 Skema mekanisme metastatis tumor pada tulang Sumber : Pathophysiology of Bone Metastases: How This Knowledge May Lead to

Therapeutic Intervention, Allan Lipton, MD

II.5 Diagnosa

Bone Survey atau pemeriksaan tulang-tulang secara radiografik

konvensional adalah pemeriksaan semua tulang-tulang yang paling sering

dikenai lesi-lesi metastatik yaitu skelet ekstremitas bagian proksimal.

Sangat jarang lesi megenai sebelah distal siku atau lutut. Bila ada lesi

pada bagian tersebut harus difikirkan kemungkinan mieloma yang multipel

(morbus Kahler) (5).

Gambaran radiologik dari metastasis tulang kadang-kadang bisa

memberi petunjuk dari mana asal tumor. Sebagian besar proses

metastasis memberikan gambaran "lytik" yaitu bayangan "radiolusen"

pada tulang. Sedangkan gambaran "blastik" adalah apabila kita temukan

lesi dengan densitas yang lebih tinggi dari tulang sendiri. Keadaan yang

Page 19: Laporan Metastatic Bone Disease

10

Iebih jarang ini kita temukan pada metastasis dari tumor primer : prostat,

payudara, lebih jarang pada karsinoma kolon, paru, pankreas (5).

Skeletal Scintigraphy (penatahan tulang) adalah metoda lain untuk

memeriksa tulang. Pemeriksaan ini berbeda dengan pemeriksaan

radiografi, berdasarkan pada adanya pembentukan tulang baru (bone

turnover) dan aliran darah regional, sehingga adanya proses metastasis

pada tulang yang dini sekalipun dapat cepat terdeteksi (5).

II.6 Penatalaksanaan

II.6.1 Terapi Non-Farmakologi (5,6)

Terapi non-farmakologi disini merupakan terapi untuk mengontrol

nyeri (pain control) yang dialami pada pasien. Penatalaksanaan ini akan

membantu obat (terapi farmakologi) bekerja lebih baik, tetapi tidak boleh

digunakan sebagai pengganti obat. Terapi non-farmakalogi untuk nyeri

antara lain :

1. Hipnosis atau pengalih perhatian terapi, yang bertindak melalui

korteks pre-frontal untuk menurunkan persepsi / sensasi rasa sakit.

2. Akupunktur dapat bekerja dengan menyebabkan pelepasan opioid

endogen.

3. Menggunakan suhu untuk memfasilitasi kontrol nyeri dengan

kemasan atau bantalan pemanas.

4. Stimulasi fisik (pijat, tekanan, dan getaran) dari otot atau saraf

dapat memfasilitasi relaksasi dan meredakan sakit kejang otot atau

kontraksi.

Page 20: Laporan Metastatic Bone Disease

11

5. Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS): Sebuah arus

listrik ringan diterapkan pada kulit di tempat rasa sakit.

II.6.2 Terapi Farmakologi

1. Radioterapi

Radioterapi berperan penting dalam pengobatan pasien kanker

dengan keluhan karena metastase tulang. Dalam literatur, ada banyak

bukti tentang efektivitas untuk mengobati nyeri tulang, untuk mendorong

remineralisasi untuk memperkuat tulang stabil, dan untuk mengobati

keluhan neurologis karena saraf atau kompresi sumsum tulang belakang

(2).

Aturan umum dalam paliatif adalah bahwa pengobatan harus

singkat dan efektif untuk umur sisa pasien, sebaiknya non-invasif, dan

tidak harus menyebabkan efek samping berat dan panjang. Untuk

meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup dari pasien haruslah

menjadi tujuan dari setiap pengobatan paliatif (2).

Tindakan radioterapi merupakan pengobatan lokal yang sangat

efektif untuk menghilangkan rasa nyeri. Dari sejumlah penderita tumor

ganas dengan metastasis pada tulang yang mendapat radiasi pada lesi di

tulangnya, 90% dari penderita tersebut menunjukkan perbaikan subyektif

yang bermakna yaitu berupa hilangnya perasaan nyeri (7).

Radioterapi merupakan alternatif lain bila operasi tidak mungkin

dilaksanakan, baik oleh karena lokalisasi yang tak memungkinkan

ataupun karena kontraindikasi medik. Sulit untuk melakukan tindakan

Page 21: Laporan Metastatic Bone Disease

12

segera pada ancaman fraktur tulang belakang, dalam hal ini radioterapi

cito merupakan indikasi yang kuat sehingga keadaan lebih lanjut akibat

lesi lintang bisa dihindarkan (7).

2. Biofosfonat

Tulang adalah situs yang paling umum untuk metastasis jauh dari

tumor padat, dan interaksi antara kanker dan tulang meningkat osteoklas-

mediated resorpsi tulang. Oleh karena itu, bifosfonat yang muncul sebagai

komponen penting dari perawatan untuk pasien dengan malignan lanjutan

yang melibatkan tulang. Bifosfonat mengikat erat pada permukaan tulang.

Selama resorpsi tulang, obat ini dicerna oleh osteoklas, dimana mereka

bertindak sebagai analog stabil substrat terfosforilasi, menghambat lebih

lanjut penyerapan tulang atau menginduksi apoptosis. Generasi berturut-

turut dari bifosfonat, masing-masing dengan meningkatkan aktivitas

antiresorptif, telah diperkenalkan dalam praktek klinis. Selain manfaat

yang ditetapkan bifosfonat dalam pengaturan kanker stadium lanjut, bukti

yang muncul menunjukkan bahwa agen ini memiliki efek antitumor dan

efektif mencegah osteoporosis pada pasien yang menerima terapi

sitotoksik atau hormonal untuk kanker tahap awal (2).

3. Pembedahan

Telah terbukti bahwa tindakan-tindakan di atas bisa emperpanjang

kehidupan penderita-penderita tumor ganas dengan metastasis. Ortopedi

dan bedah tulang belakang dapat memberikan paliatif signifikan untuk

pasien dengan gejala yang timbul karena keterlibatan metastasis tulang.

Page 22: Laporan Metastatic Bone Disease

13

Sekalipun demikian alangkah baiknya apabila usaha kita untuk

memperpanjang hidup penderita tidak melupakan kualitas hidupnya.

Adanya fraktur yang patologis atau paraplegia jelas tidak menguntungkan

penderita. Seandainya fraktur telah terjadi maka kita harus memilih antara

tindakan konservatif dan pembedahan dengan segala untung ruginya (7).

4. Kemoterapi

Dalam hal keganasan tulang adalah salah satu yang paling sering

terkena organ. Penyakit tulang metastatik dikaitkan dengan morbiditas

yang signifikan dan komplikasi yang parah dan telah menjadi kualitas

yang semakin penting dari masalah kehidupan. Empat modalitas

pengobatan utama yang saat ini digunakan untuk pengelolaan metastase

tulang adalah pengobatan medis (termasuk kemoterapi, bifosfonat, dan

terapi hormon), radioterapi, radiofarmasi dan pembedahan. Di kasus

perawatan di atas yang baik digunakan secara berurutan atau bersamaan,

tergantung pada luas dan lokasi metastasis, gejala yang berhubungan,

status kinerja dan prognosis pasien (7).

Kemoterapi mempunyai peranan yang terbatas dalam

penanggulangan metastase tumor ganas ke tulang. Dari seluruh tumor

ganas yang sering beranak sebar di tulang maka karsinoma payudara

merupakan jenis yang paling responsif terhadap pengobatan kemoterapi.

Kombinasi kemoterapi telah menunjukkan untuk menjadi pengobatan

yang efektif atas manajemen keseluruhan dari pasien dengan metastase

tulang, terutama untuk pasien dengan kanker payudara, prostat dan paru-

Page 23: Laporan Metastatic Bone Disease

14

paru. Hasil terapi dan tingkat respons yang meskipun terbatas dalam

resisten-kemoterapi tumor seperti kanker paru-paru sel non-kecil dan

melanoma (7).

5. Pain Control

Telah dikemukakan di atas bahwa nyeri merupakan salah satu

keadaan yang paling dirasakan penderita- penderita tersebut. Maka

selama tindakan –tindakan yang telah disebutkan belum memberikan

hasil, diperlukan medikamentosa untuk mengatasi perasaan nyeri ini (7).

Pengobatan harus diberikan secara teratur, melalui mulut jika

mungkin, dan harus mengikuti 'tangga analgesik' yang diterima tiga

langkah. Pendekatan ini sering digambarkan sebagai pengobatan melalui

mulut, oleh waktu, dan dengan tangga. Regular dosis ketimbang

pengobatan sebagai tujuan diperlukan untuk mencegah nyeri kembali

muncul dan untuk meminimalkan harapan rasa sakit. Tangga analgesik

terdiri dari 3 tahap, pengobatan awal pada langkah 1 dan maju ke langkah

3 jika sakit tidak terkendali atau meningkat. Tiga tahapan itu adalah

sebagai berikut :

1) Analgesik non-opioid seperti aspirin, NSAID lainnya, atau

parasetamol, juga dapat diberikan jika diperlukan untuk mengatasi

rasa sakit tertentu atau gejala terkait

2) Analgesik opioid seperti kodein, dihydrocodeine, atau tramadol

ditambah analgesik non-opioid.

Page 24: Laporan Metastatic Bone Disease

15

3) Analgesik opioid kuat seperti morfin oral; analgesik non-opioid juga

bisa diberikan.

Menggabungkan analgesik dengan tindakan farmakologi yang

berbeda dapat menghasilkan efek aditif atau sinergis pada pasien. Untuk

itu hanya satu jenis analgesik dari masing-masing kelompok (non-opioid,

kurang kuat opioid, opioid kuat) yang dapat digunakan pada saat yang

sama (8).

Page 25: Laporan Metastatic Bone Disease

16

BAB III

STUDI KASUS

III.1 Profil Penderita

Nama : Tn. K

Umur : 63 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Berat badan : -

Alamat : Jalan Maccini Raya Lr. Merdeka II

Cara Bayar : Jamkesmas

No. RM : 534xxx

Masuk RS : 12 Februari 2012

Keluar RS : 12 April 2012

III.2 Profil Penyakit

Keluhan Utama : Nyeri dan tidak bisa menggerakkan kedua

kaki (Paraplegia)

Riwayat Penyakit : Penurun BB (+) dalam 4 bulan terakhir

SMRS dengan jumlah tidak diketahui,

riwayat trauma (-), riwayat batuk disangkal,

riwayat minum obat 6 bulan disangkal,

riwayat batuk darah (-)

Riwayat Penyerta : -

Page 26: Laporan Metastatic Bone Disease

17

Autoanamnesis : Tidak bisa menggerakkan kedua kaki /

tungkai bawah yang dialami sejak 2

minggu terakahir, awalnya pasien

merasakan nyeri pada tulang belakang

sejak 2 bulan lalu, dirasakan makin

memberat sampai 1 bulan lalu pasien

mulai merasakan kelemahan pada kedua

tungkai, saat ini pasien tidak bisa sama

sekali menggerakkannya dan merasakan

kesemutan

Diagnosa awal : Dekstruksi vertebrae thoracal IX due to

metastasis bone disease (MBD)

Diagnosa akhir : Metastase malignant tumor pada vertebrae

Page 27: Laporan Metastatic Bone Disease

18

III.3 Data Klinik

Berdasarkan pemeriksaan dokter terhadap pasien, maka diperoleh hasil perubahan klinik pasien seperti pada Tabel III.1

Tabel III.1 Data Hasil Pemeriksaan Klinik Pasien

Lanjutan Tabel III.1 Data Hasil Pemeriksaan Klinik Pasien

Data Klinik

Tanggal Pengamatan

Februari 2012

12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Tekanan Darah (mmHg)

120/

70

110/

70 - - - - - - - - - - - - - - - -

Suhu (˚C) 36.5 36.7 36.2 36.5 36.4 36.5 36.5 36.6 36.3 36.3 36.3 36.6 36.6 36.4 36.4 36.8 37.1 -

Denyut Nadi (x/i) 83 82 - - - - - - - - - - - - - - - -

Lemah √ √ √ √ √ √ √

≠ gerak tungkai √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Data Klinik

Tanggal Pengamatan

Maret 2012

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Tekanan Darah (mmHg) - 120/

80 -

120/

80 - - - - - - - - - - - - - - - -

Suhu (˚C) 36.3 37.1 36.3 36.4 36.8 37.0 37.0 36.9 37.3 37.5 37.2 36.8 36.8 36.8 36.4 36.2 36.4 36.2 36.2 36.2

Lemah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - - - - - -

≠ gerak tungkai √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Page 28: Laporan Metastatic Bone Disease

19

Lanjutan Tabel III.1 Data Hasil Pemeriksaan Klinik Pasien

Lanjutan Tabel III.1 Data Hasil Pemeriksaan Klinik Pasien

Data Klinik

Tanggal Pengamatan

April 2012

01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11

Tekanan Darah (mmHg) - - - - - - - - - - -

Suhu (˚C) 36.8 36.8 37.2 37.4 37.8 37.2 36.8 36.6 37.4 37.2

Denyut Nadi (x/i) - - - - - - - - - - -

Lemah - - - - - - - - √ √ √

≠ gerak tungkai √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Keterangan : √ = ada gejala

- = tidak ada gejala

Data Klinik

Tanggal Pengamatan

Maret 2012

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Tekanan Darah (mmHg) - - - - - - - - - - -

Suhu (˚C) 36.2 36.2 38.8 38.4 38.7 38.2 37.4 37.6 37.2 26.8 37.2

Denyut Nadi (x/i) - - - - - - - - - - -

Lemah - - - - - - - - - - -

≠ gerak tungkai √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Page 29: Laporan Metastatic Bone Disease

20

III.4 Data Laboratorium

Berdasarkan hasil pemeriksaan spesimen darah, maka diperoleh data seperti pada III.2.

Tabel III.2 Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pasien

Pemeriksaan Nilai Normal

Tanggal Pemeriksaan

BULAN MARET – APRIL 2012

12/02 10/03 26/03 28/03 30/03 01/04 04/04 07/04

WBC 4,0 – 10,0 (103/µl) 14.03 15.5 15.20 14.40 24.19 10.18

RBC 4,0 – 6,0 (106/µl) 3.04 3.07 3.14 3.44 2.92 3.29

HGB 12,0 – 16,0 (g/dL) 9.4 9.2 9.4 10.6 8.7 10.0

HCT 37,0 – 48,0 (%) 27.4 26.5 28.6 32.1 27.1 30.3

MCV 80,0 – 97,0 (fL) 90.1 86 91.1 93.3 92.8 92.1

MCH 26,5 – 33,5 30.9 29.9 29.9 30.8 29.8 30.4

MCHC 31,5 – 35,0 (g/dL) 34.3 34.6 32.9 33.0 32.1 33.0

PLT 150 – 400 (103/µl) 248 274 415 437 360 94

RDW-SD 37,0 – 54,0 (fL) 43.5 45.1 49.0 47.2 45.3

RDW-CV 10,0 – 15,0 (%) 13.6 14.7 15.3 14.7 14.2

PDW 10,0 – 18,0 (fL) 9.1 12.2 8.9 7.2 8.5 8.5

MPV 6,50 – 11,0 (fL) 9.0 7.6 8.9 7.8 8.5 8.7

P-LCR 13,0 – 43,0 (%) 17.6 15.8 9.5 13.2 16.6

PCT 0,15 – 0,50 (%) 0.22 0.37 0.34 0.31 0.08

Page 30: Laporan Metastatic Bone Disease

21

Lanjutan Tabel III.2 Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pasien

NEUT 52,0 – 75,0 (103/µl) 66.4 10.63 10.55 4.77 7.25

LYMPH 20,0 – 40,0 (103/µl) 4.7 2.53 2.08 0.90 1.53

MONO 2,00 – 8,00 (103/µl) 2.6 1.23 1.00 1.44 0.86

EOS 1,00 – 3,00 (103/µl) 0.78 0.73 0.07 0.50

BASO 0,00 – 0,10 (103/µl) 0.03 0.04 0.07 0.04

Glukosa Sewaktu (GDS) 140 – 200 mg/dL 126

Ureum 10 – 50 mg/dL 36 14

Kreatinin L<1,3 ; P<1,1 mg/dL 0.6 0.4

SGOT <38 µ/l 55 52

SGPT <41 µ/l 30 17

Fe (Besi) L(59 -148) ; P(37- 148) µg/dL 34

Albumin 3,5 – 5,0 g/dL 2.6 2.5 2.4 2.6

Kolesterol Total 200 mg/dL 136

Kolesterol HDL L>55 ; P>65 mg/dL 12

Kolesterol LDL <130 mg/dL 40

Trigliserida 200 mg/dL 148

Asam Urat L(3,4-7,0 ; P(2,4-5,7) mg/dL 4.0

Waktu bekuan 4 – 10 menit 8

Waktu pendarahan 1 – 7 menit 2

PT 10 – 14 detik 12.8

HbsAg Negatif Positif

Page 31: Laporan Metastatic Bone Disease

22

III.5 Data Pemeriksaan Penunjung Lain

Disamping dilakukan pemeriksaan spesimen darah, juga dilakukan

pemeriksaan penunjang lain, seperti pemeriksaan elektrolit, pemeriksaan

USG abdomen, pemeriksaan radiologi, pemeriksaan MRI toracolumbal,

pemeriksaan patologi anatomi, dan pemeriksaan analisa gas darah.

III.5.1 Hasil USG Abdomen ( Tanggal 21 Februari 2012)

Kesan : - Massa intrahepatik, suspek metastatis ke hepar

- Efusi pleura kiri

III.5.2 Hasil Radiologi (Tanggal 02 Maret 2012)

Kesan : - Suspek metastasis pada hepar

- Efusi pluera bilateral

- Suspek primary bone tumor CV thorakal IX

- Kista tiroid kiri

III.5.3 Hasil MRI Thoracolumbal (Tanggal 09 Maret 2012)

Kesan : Fraktur kompressi dan dekstruksi CV T9 disertai tanda-

tanda fraktur pada CV T8 dan T10 dengan paravertebral

abses yang sudah mendesak dan infiltrasi ke spinal cord

yang menyebabkan stenosis totalis canalis

III.5.4 Hasil Patologi Anatomi (Tanggal 02 April 2012)

Kesimpulan : Metastase malignant tumor pada vertebrae

Page 32: Laporan Metastatic Bone Disease

23

III.5.5 Pemeriksaan Elektrolit

Tabel III.3 Hasil Pemeriksaan Nilai Elektrolit Pasien

Pemeriksaan Nilai Normal Waktu Pemeriksaan Maret 2012

10/03 30/03

Natrium 135 – 145 mmol/L 132 131

Kalium 3.5 – 5.1 mmol/L 4.4 3.9

Klorida 97 – 111 mmol/L 100 102

III.5.6 Pemeriksaan Analisa Gas Darah (OPTI CCA) (16 Maret 2012)

Tabel III.4 Hasil Pemeriksaan Analisa Gas Darah Pasien

Pemeriksaan Nilai Normal Hasil

pH 7,35 – 7,45 7.45

P O2 80,0 – 100 mmHg 82.7

P CO2 35,0 – 45,0 mmHg 38.2

S O2 95 – 98% 96.2

HCO3 22 – 25 mmol/l 26 vol%

ct O2 - 18.5

ct CO2 - 22.8 mmol/l

BE -2 s/d +2 mmol/l 2.1

Page 33: Laporan Metastatic Bone Disease

24

III.6 Profil Pengobatan

Berdasarkan gejala penyakit dan kondisi pasien selama dirawat di rumah sakit diintervensi dengan diberikan

pengobatan seperti pada Tabel III.5

Tabel III.5 Data Profil Pengobatan Pasien

Lanjutan Tabel III.5 Data Profil Pengobatan Pasien

Nama Obat Dosis Aturan Pakai

Tanggal Pemberian Obat

BULAN MARET 2012

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

IVFD RL 3,1 g / 1000 ml 20 tpm

Ketorolak Inj. 1 ampul (10 mg/ml) iv / 8 jam

Ranitidin Inj. 1 ampul (25 mg/ml) iv / 8 jam

Cernevit Inj. 1 vial 1 vial / hari

Vitamin C Tab. 1 tablet (500 mg) 1 x 1 sehari

Nama Obat Dosis Aturan Pakai

Tanggal Pemberian Obat

BULAN FEBRUARI 2012

12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

IVFD RL 3,1 g / 1000 ml 20 tpm

Ketorolak Inj. 1 ampul (10 mg/ml) iv / 8 jam

Ranitidin Inj. 1 ampul (25 mg/ml) iv / 8 jam

Page 34: Laporan Metastatic Bone Disease

25

Lanjutan Tabel III.5 Data Profil Pengobatan Pasien

Nama Obat Dosis Aturan Pakai

Tanggal Pemberian Obat

BULAN MARET 2012

19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

IVFD RL 3,1 g / 1000 ml 20 tpm

O P

E R

A S

I

Ketorolak Inj. 1 ampul (10 mg/ml) iv / 8 jam

Ranitidin Inj. 1 ampul (25 mg/ml) iv / 8 jam

Cernevit Inj. 1 vial 1 vial / hari

Vitamin C Tab. 1 tablet (500 mg) 1 x 1 sehari

Ceftazidine Inj. 1 g iv / 12 jam

IVFD NaCl 0.9% 9 g / 1000 ml 16 tpm

Transfusi PRC 1 Bag -

Transfusi albumin 25 % 1 botol / hari

Paracetamol Tab. 500 mg 1 tab / hari

Coctail Infus

Adona, as.traneksamat,

Vit. C, Vit. K, Disinon

dalam RL

-

Farmadol Tab. 500 mg 1 tab / hari

Page 35: Laporan Metastatic Bone Disease

26

Lanjutan Tabel III.5 Data Profil Pengobatan Pasien

Keterangan : Diberikan

Nama Obat Dosis Aturan Pakai

Tanggal Pemberian Obat

BULAN APRIL 2012

01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11

IVFD RL 3,1 g / 1000 ml 20 tpm

Ketorolak Inj. 1 ampul (10 mg/ml) iv / 8 jam Diberikan bila nyeri

Ranitidin Inj. 1 ampul (25 mg/ml) iv / 8 jam

Cernevit Inj. 1 vial 1 vial / hari

Vitamin C Tab. 1 tablet (500 mg) 1 x 1 sehari

Ceftazidine Inj. 1 g iv / 12 jam

Page 36: Laporan Metastatic Bone Disease

27

III.7 Analisa Rasionalitas

Berdasarkan data profil pengobatan pasien, dibuat analisis

rasionalitas tentang pemakaian obat pasien, seperti yang tertera pada

Tabel III.6

Tabel III.6 Data Analisa Rasionalitas Penggunaan Obat Pasien

No Nama Obat

Rasionalitas

Indikasi Obat Dosis Aturan

Pakai Penderita

Cara

Pemberian

Lama

Pemberian

1 IVFD RL R R R R R R R

2 Ketorolak R R R R R R IR

3 Ranitidin R R R R R R R

4 Cernevit R R R R R R R

5 Vitamin C R R R R R R R

6 Ceftazidine R R R R R R R

7 IVFD NaCl 0.9% R R R R R R IR

8 Transfusi PRC R R R R R R IR

9 Transfusi albumin R R R R R R IR

10 Paracetamol tab R R IR R IR R R

11 Coctail R R R R R R R

Keterangan : R = Rasional IR = Irrasional

Page 37: Laporan Metastatic Bone Disease

28

III.8 Farmakologi Obat

1. IVFD RL

a. Komposisi

Na laktat 3,1 gram, NaCl 6 gram, KCl 0,3 gram, CaCl2 0,2 gram, air

untuk injeksi ad 1000 ml.

b. Indikasi

Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi

c. Mekanisme Kerja

Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan

tekanan osmotik, klorida meruapakan anion utama dalam darah,

kalium merupakan kation terpenting di intraseluler berfungsi untuk

saraf dan otot. Dengan adanya bikarbonat RL sangat baik digunakan

untuk diare (asidosis metabolik), demam dengue syok, dan syok

perdarahan.

d. Dosis dan Aturan Pakai

Infus IV dosis sesuai dengan kondisi pasien

e. Efek Samping

Panas, infeksi pada tempat penyuntikan, trombosis vena atau flebitis

yang meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi.

f. Kontraindikasi

Hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, laktat asidosis

Page 38: Laporan Metastatic Bone Disease

29

2. Ketorolak

a. Komposisi

Tiap ml mengandung: ketorolak 10 mg; 30 mg

b. Farmakodinamik

Ketorolac trometamol merupakan senyawa antiinflamasi nonsteroid

(AINS) bekerja pada jalur siklooksigenase, dengan aktivitas analgesik

yang kuat, secara perifer maupun sentral, disamping itu memiliki efek

antiinflamasi dan antipiretik

c. Farmakokinetik

Bioavailabilitas oral ketorolac ± 80-100%, T-max adalah 30-60 menit

setelah pemberian oral atau parenteral. Metabolisme mempengaruhi

kecepatan absorbsi, namun tidak mempengaruhi jumlah yang

diabsorbsi. Ketorolac dimetabolisme di hati dan diekskresikan melalui

ginjal. Waktu paru eliminasi terminal rata-rata (t½β) ketorolac sekitar 5

jam. Pada pasien dengan sirosis alkohol terlihat adanya sedikit

peningkatan t½β dan Tmax

d. Indikasi

Ketorolaac diindikasikan untuk pelaksanaan nyeri akut yang berat

jangka pendek (≤5 hari) yang memerlukan analgesik setingkat opioid

e. Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap ketorolac, penderita ulkus peptikum, penderita

dengan gangguan ginjal berat, proses persalinan, ibu menyusui,

pasien yang mendapat obat AINS lainnya dan probenesid

Page 39: Laporan Metastatic Bone Disease

30

f. Dosis

Lama pemakaian ketorolac IV dan IM secara keseluruhan tidak boleh

lebih dari 5 hari. Injeksi bolus iv diberikan dalam waktu minimal 15

detik. Pemberian IM dilakukan perlahan. Untuk penatalaksanaan nyeri

jangka pendek dosis awal yang dianjurkan adalah 30 mg atau 60 mg

secara IM, kemudian bila perlu terapi dapat dilanjutkan dengan dosis

15 mg atau 30 mg setiap 6 jam sesuai kebutuhan. Dosis maksimal

sehari 120 mg, tetapi bila dibutuhkan dapat diberikan dosis sampai

150 mg pada hari pertama

g. Perhatian

Pemberian ketorolac pada penderita penyakit jantung, gagal ginjal

akut atau kondisi lainnya yang berhubungan dengan retensi cairan

haruslah berhati-hati, tidak dianjurkan untuk digunakan pada anak-

anak dibawah usia 16 tahun

h. Efek samping

Insiden efek samping meningkat sebanding dengan peningkatan dosis

ketorolac. Komplikasi berat akibat terapi ketorolac seperti ulkus,

pendarahan dan perforasi saluran cerna, pendarahan pasca operasi,

gagal ginjal akut, reaksi anafilaksis

i. Interaksi Obat

Komplikasi ketorolac dan AINS lainnya tidak dianjurkan karena

berpotensi memperberat efek samping yang timbul

Page 40: Laporan Metastatic Bone Disease

31

3. Ranitidin

1. Komposisi

Ranitidin 2 ml/mg injeksi

2. Farmakologi

Ranitidin menghambat kerja histamin pada receptor - H2 secara

kompetitif, serta menghambat sekresi asam lambung. Kadar dalam

serum yang diperlukan untuk menghambat 50% perangsangan

sekresi asam lambung adalah 36-94 mg/ml. kadar tersebut bertahan

selama 6-8 jam

3. Indikasi

Tukak lambung dan usus 12 jari. Hipersekresi patologik sehubungan

dengan sindrom Zollinger-Ellison

4. Dosis

Dosis yang biasa digunakan adalah 150 mg 2 kali sehari. Dosis

penunjang dapat diberikan 150 mg pada malam hari. Untuk sindrom

Zollinger-Ellison: 150 mg, 3 kali sehari, dosis dapat bertambah

menjadi 900 mg. Dosis pada gangguan fungsi ginjal: bila bersihan

kreatinin (50 ml/menit): 150 mg tiap 24 jam, bila perlu tiap 12 jam.

Karena ranitidin ikut terdialisis, maka waktu pemberian harus

disesuaikan sehingga bertepatan dengan akhir hemodiálisis.

5. Peringatan dan perhatian

Dosis dikurangi untuk penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Hati-

hati pada penderita dengan gangguan gungsi hati. Keamanan dan

Page 41: Laporan Metastatic Bone Disease

32

keefektifan pada anak-anak belum diketahui dengan pasti.

Pengobatan penunjang akan mencegah kambuhnya ulkus tetapi tidak

mengubah jalannya penyakit sekalipun pengobatan dihentikan.

Keamanan pada penggunaan jangka panjang belum diketahui

sepenuhnya, untuk itu pengobatan harus dihentikan secara berkala.

6. Efek samping

Diare, nyeri otot, pusing, dan timbul ruam kulit, konstipasi, penurunan

jumlah sel darah putih dan platelet (pada beberapa penderita), sedikit

peningkatan kadar serum kreatinin (pada beberapa penderita),

beberapa kasus (jarang) reaksi hipersensitivitas (bronkospasme,

demam, ruam, urtikaria, eosinofilia)

7. Kontraindikasi

Penderita gangguan fungsi ginjal, wanita hamil dan menyusui

8. Interaksi obat

Hasil penelitian terhadap 8 penderita yang diberikan ranitidine

menunjukkan perbedaan dengan simetidine, ranitidine tidak

menghambat fungsi oksidasi obat pada mikrosom hepar terhadap 5

penderita normal yang diberikan dosis warfarin harian secara

subterapetik.

4. Cernevit

a. Komposisi

Tiap vial mengandang retinol 3.5 iu, kolekalsiferol 220 iu, α-tokoferol

11.2 iu, asam askorbat 125 iu, kokarboksilase tetrahidrat 5.8 mg,

Page 42: Laporan Metastatic Bone Disease

33

tiamin, 3.510 mg, riboflavin sodium fosfat dihidrat 5.67 mg, piridoksin

HCl 5.5 mg, sianokobalamin 0.006 mg, asam folat 0.414 mg,

dexpantenol 16.15 mg, biotin 0.069 mg, nikotinamid 46 mg, glisin 250

mg, asam glikoholik 140 mg, soya lesitin 140 mg, NaOH 112.5 mg.

b. Indikasi

Vitamin parenteral untuk dewasa dan anak-anak > 11 tahun yang

tidak mungkin atau tidak cukup diberikan secara oral.

c. Dosis

Dewasa dan anak-anak > 11 tahun 1 vial / hari. Untuk luka bakar berat

dapat diberikan 2 – 3 x dosis harian

d. Peringatan dan perhatian

Pasien yang sudah dapat vitamin A dari sumber lain, hamil, laksasi.

Bolus IV mengakibatkan peningkatan SGPT ringan pada pasien

enterokolitis aktif, gangguan ginjal.

e. Efek samping

Ruam kulit, eritema, gatal, sakit kepala, pusing, kaku otot, cemas,

diplopia, urtikaria, udem periorbital dan digital, kemerahan, rasa

terbakar pada kulit.

f. Kontraindikasi

Hipervitaminosis atau hipersensitiftas terhapat vitamin B1 (tiamin)

g. Interaksi obat

Dosis obat diketahui dapat dipengaruhi oleh asam folat dan piridoksin,

misalnya fenitoin dan phenobarbital. Piridoksin dapat mengurangi efek

Page 43: Laporan Metastatic Bone Disease

34

levodopa. Beberapa obat diketahui mempengaruhi konsentrasi serum

vitamin. Asam folat telah dilaporkan tidak stabil dengan adanya

kalsium glukonat. Bisulfites telah dilaporkan mempengaruhi stabilitas

vitamin A, tiamin, dan asam askorbat.

5. Vitamin C

a. Komposisi

Tiap tablet mengandung 500 mg asam askorbat

b. Indikasi

Vitamin C sangat dianjurkan untuk pencegahan dan pengobatan

penyakit kudis. Gejala defisiensi ringan mungkin termasuk tulang yang

rusak dan perkembangan gigi, radang gusi, perdarahan gusi, dan gigi

longgar. Keadaan demam, penyakit kronis, dan infeksi (pneumonia,

batuk rejan, tuberkulosis, difteri, sinusitis, demam rematik, dll)

meningkatkan kebutuhan asam askorbat. Gangguan hemovascular,

luka bakar, patah tulang dan penyembuhan luka diindikasikan untuk

peningkatan asupan harian.

c. Dosis

Untuk meningkatkan penyembuhan luka, dosis 300 sampai 500 mg

sehari selama seminggu atau sepuluh hari pada pasca operasi dan

sebelum operasi umumnya dianggap memadai, meskipun dalam

jumlah jauh lebih besar telah direkomendasikan. Pada perawatan luka

bakar, dosis diatur pada sejauh mana cedera jaringan. Untuk luka

bakar parah, dosis harian 1 sampai 2 g direkomendasikan. Dalam

Page 44: Laporan Metastatic Bone Disease

35

kondisi lain dimana kebutuhan akan vitamin C meningkat, tiga sampai

lima kali per hari yang optimal tampaknya memadai.

d. Kontraindikasi

Hiperoksaluria

e. Interaksi obat

Bukti terbatas menunjukkan bahwa asam askorbat (vitamin c) dapat

mempengaruhi intensitas dan durasi aksi dari bishydroxycoumarin.

6. Ceftazidime

a. Komposisi

Tiap vial mengandung 1 gram ceftazidime pentahidrat

b. Indikasi

Ceftazidime diindikasikan untuk pengobatan pasien dengan infeksi

yang disebabkan oleh strain rentan organisme yang ditunjuk dalam

penyakit berikut :

Tulang dan Gabungan Infeksi yang disebabkan oleh

Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella Sp., Enterobacter Sp., dan

Staphylococcus aureus (methicillin-rentan strain).

Infeksi Saluran Kemih, baik yang rumit dan tidak rumit, yang

disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter Sp.,

Proteus Sp., termasuk Proteus mirabilis dan indole-positif Proteus,

Klebsiella Sp., dan Escherichia coli.

Infeksi Saluran Pernapasan Bawah, termasuk pneumonia, yang

disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa dan lain

Page 45: Laporan Metastatic Bone Disease

36

Pseudomonas Sp., Haemophilus influenzae, termasuk strain yang

resisten ampisilin, Klebsiella Sp., Enterobacter Sp., Proteus

mirabilis, Escherichia coli, Serratia Sp., Citrobacter Sp.,

Streptococcus pneumoniae, dan Staphylococcus aureus

(methicillin-rentan strain).

c. Dosis

Dosis lazim dewasa adalah 1 gram secara intravena atau

intramuskuler setiap 8 sampai 12 jam. Infeksi gabungan dan tulang

direkomendasikan 2 gram IV setiap 12 jam.

d. Peringatan dan perhatian

Riwayat penyakit GI, terutama kolitis, pada pemakaian jangka panjang

dapat menyebabkan pertumbuhan berlebihan kandida dan

enterokokus. Reaksi hipersensitif silang pada pasien yang alergi pada

penisilin, gangguan ginjal, hamil, dan laksasi.

e. Efek samping

Flebitis atau tromboflebitis pada pemberian IV. Ruam makulopapular

atau urtikaria, demam. Peningkatan sementara kadar ureum dan

kreatinin serum. Sindroma Steven Johnson, eritema multiform,

nefropati toksik, gangguan fungsi hati, kolestatis, anemia aplastik.

f. Kontraindikasi

Hipersensitivitas terhadap ceftazidime atau antibiotik golongan

sefalosporin.

Page 46: Laporan Metastatic Bone Disease

37

g. Interaksi obat

Nefrotoksisitas telah dilaporkan setelah pemberian sefalosporin seiring

penggunaan dengan antibiotik aminoglikosida atau diuretik kuat

seperti furosemid. Kloramfenikol telah terbukti antagonis dengan

antibiotik betalaktam termasuk ceftazidime.

7. IVFD NaCl 0.9%

a. Komposisi

Setiap 1000 ml larutan mengandung 9 g NaCl (NaCl 0,9%)

Setiap 1000 ml larutan mengandung 30 g NaCL (NaCl 3%)

b. Indikasi

Natrium merupakan komponen utama dari kation-kation ekstrasel dan

penentu dari tekanan osmotik plasma darah, klorida merupakan anion

utama di dalam plasma darah, pada keadaan dehidrasi isotonik

(kehilangan cairan tubuh), pada muntah-muntah, dimana klorida

banyak keluar dari tubuh diperlukan larutan pengganti seperti normal

saline (larutan NaCl).

c. Mekanisme Kerja

Merupakan garam yang berperan penting dalam memelihara tekanan

osmosis darah dan jaringan.

d. Dosis dan Aturan Pakai

Infus iv 2,5ml/kg BB/jam atau 60 tetes/70 kg BB/menit atau 180 ml/70

kg BB/jam atau disesuaikan dengan kondisi penderita.

Page 47: Laporan Metastatic Bone Disease

38

e. Efek Samping

Reaksi yang mungkin terjadi karena larutannya atau pemberiannya

termasuk timbulnya panas, infeksi pada tempat penyuntikan,

thrombosis vena atau flebitis yang meluas dari tempat penyuntikan,

ekstravasasi.

f. Kontra Indikasi

Hipernatremia, asidosis, hipokalemia

8. Paracetamol

a. Komposisi

Tiap tablet mengandung paracetamol 500 mg

b. Indikasi

Parasetamol digunakan sebagai antipiretik/analgesik, terutama bagi

pasien yang tidak tahan asetosal. Sebagai analgesik, misalnya untuk

mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid

dan sakit pada otot. Menurunkan demam pada influenza dan setelah

vaksinasi.

c. Mekanisme Kerja

Merupakan derivat para amino fenol yang dapat mengurangi atau

menghilangkan nyeri ringan sampai sedang. Efek antiinflamasinya

sangat lemah. Efek menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang

diduga berdasarkan efek sentral seperti salisilat

d. Dosis dan Aturan Pakai

Dewasa atau >12 tahun : sehari 3-4x 1 tablet

Page 48: Laporan Metastatic Bone Disease

39

e. Efek Samping

Tak jarang terjadi antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan

darah. Penggunaan kronis dan dosis yang besar dapat menyebabkan

kerusakan fungsi hati.

f. Kontraindikasi

Kerusakan fungsi hati dan hipersensitivitas

g. Interaksi Obat

Resiko toksisitas parasetamol dapat meningkat pada pasien yang

mendapat obat hepatotoksik atau obat yang menginduksi enzim

mikrosoma hati.

h. Profil Farmakokinetik

Resorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas, secar rektal lebih

lambat. Plasma t½ nya 1 – 4 jam, dalam plasma 25% terikat protein

plasma.

9. Transfusi Albumin (25%)

a. Komposisi

Tiap 1 botol infus mengandung 25 gram albumin

b. Indikasi

Terapi darurat pada syok, karena luka bakar, trauma pembedahan

dan infeksi dengan kondisi hipoalbuminemia

c. Dosis dan Aturan Pakai

Dosis bersifat individual

Page 49: Laporan Metastatic Bone Disease

40

d. Efek Samping

Reaksi hipersensitivitas, mual, muntah, peningkatan salivasi,

menggigil, reaksi febril

e. Perhatian

Rendahnya cadangan jantung atau tanpa defisiensi albumin,

hipertensi anak, hamil

f. Kontra Indikasi

Anemia berat atau gagal jantung

10. Asam Traneksamat

a. Komposisi

Setiap ml larutan steril IV mengandung 100 mg asam traneksamat dan

water for injection hingga 1 ml.

b. Indikasi

Untuk fibrinolitis local seperti epistaksis, prostatektomi,

konisasiserviks, Edema angio neurotik herediter. Perdarahan

abnormal sesudah operasi. Perdarahan sesudah operasi gigi pada

penderita hemofilia.

c. Dosis

Sehari 1-2 ampul (5-10 mL) disuntikkan secara intravena atau

intramuskular, dibagi dalam 1-2 dosis. Pada waktu atau setelah

operasi,bila diperlukan dapat diberikan sebanyak 2-10 ampul (10-50

mL) dengan cara infus intravena.

Page 50: Laporan Metastatic Bone Disease

41

Asam Tranexamat 100mg injeksi:

2,5-5 mL per hari disuntikkan secara inlravena atau

intramuskular,dibagi dalam 1-2 dosis.Pada waktu atau sesudah

operasi,bila perlu,5-25 mL diberikan dengan cara infus intravena.

d. Peringatan dan perhatian

Insufisiensi ginjal, hematuria karena gangguan pada parenkim renal,

hamil dan laksasi

e. Efek samping

Penderita dengan riwayat tromboembolitik, hipersensitif

11. Adona

a. Komposisi

Setiap ml ampul mengandung 5 mg karbasokrom natrium sulfonat

b. Indikasi

Kecenderungan terjadi perdarahan, karena menurunnya resistensi

kapiler dan meningkatnya permeabilitas kapiler. Perdarahan dari kulit,

membran mukosa dan internal, perdarahan sekitar mata, perdarahan

nefrotik dan metroragia. Perdarahan abnormal selama dan setelah

pembedahan karena menurunnyan resistensi kapiler.

c. Dosis

Dewasa 30-90 mg/hari terbagi dalam 3 dosis atau 1 ampul (2ml)

SK/IM dosis tunggal harian atau 1 amp (5ml) sampai 2 amp (10ml)

secara IV/IV drip. Dosis dapat ditingkatkan atau dikurangi, tergantung

usia dan beratnya gejala.

Page 51: Laporan Metastatic Bone Disease

42

d. Efek samping

Kadang-kadang; kehilangan nafsu makan, rasa tak nyaman pada

lambung (oral), reaksi hipersensitifitas

e. Interaksi Obat

Mengakibatkan hasil positif pada tes urobilinogen urin

12. Vitamin K

a. Komposisi

Setiap ml ampul mengandung 10 mg menadione HCl

b. Indikasi

Mencegah dan mengobati perdarahan pada neonatus, ekstraksi gigi,

hipoprotrombinemia

c. Dosis

Drag : 1 drag 3x sehari, injeksi : 5-10 mg dosis tunggal IM.

d. Interaksi Obat

Vitamin K dapat menurunkan efektifitas dari warfarin bila digunakan

secara bersamaan

13. Dicynone

a. Komposisi

Setiap ml ampul mengandung 125 mg ethamsylate

b. Indikasi

Hemostatik – anti-hemorhagik

Page 52: Laporan Metastatic Bone Disease

43

c. Dosis

Sebelum operasi 1 tab 3x sehari, 2-3 jam sebelum operasi. 1 jam

sebelum operasi 2 ampul IV atau IM. Selama operasi IV/IM bila

diperlukan atau 4 ampul dalam cairan infus. Darurat, untuk efek

segera 2 ampul IV dan 2 ampul IM. Setelah operasi selama 4 hari, 2

ampul IV/IM pagi dan sore atau 3 tablet sehari dalam 3 dosis. Anak ½

dosis dewasa. Pencegahan atau pengobatan perdarahan kapiler

darurat 2 ampul 3x sehari IM/IV. Pencegahan dan terapi 1 tablet 3x

sehari, anak ½ dosis dewasa

d. Efek samping

Kadang mual, sakit kepala, ruam kulit, hipotensi setelah pemberian IV

Page 53: Laporan Metastatic Bone Disease

44

III.9 Assesment and Plan

Berdasarkan analisis rasionalitas pengobatan pasien, maka dapat diperoleh data rekomendasi pengobatan

(assesment and plan) yang dapat dilihat pada tabel III.7

Tabel III.7 Data Assesment and Plan Pengobatan Pasien

Problem Medik Terapi DRPs Rekomendasi Monitoring

Demam Paracetamol

Pengaturan dosis

obat yang

dimetabolisme dihati

pada pasien dengan

fungsi hati abnormal

Penggunaan Child Pugh Score dalam

penentuan dosis obat yang dimetabolisme

secara besar dihati pada pasien yang

memiliki fungsi hati yang abnormal

Kadar albumin,

bilirubin, PT,

ascites,

encephalopaty

hepatic

Tidak tepat penderita

Paracetamol dapat menambah kerusakan

hati pada pasien sehingga dapat diganti

dengan sediaan ibuprofen atau sistenol Demam pada

pasein

Penggunaan anti-piretik dapat pula dihindari

karena temperatur tubuh hingga 41°C relatif

Page 54: Laporan Metastatic Bone Disease

45

Lanjutan Tabel III.7 Data Assasment and Plan Pengobatan Pasien

tidak berbahaya kecuali pada anak kecil dan

ibu hamil sehingga penatalaksanaanya dapat

dikompres dengan air hangat kuku

Nyeri Ketorolak Lama pengobatan

Durasi maksimum penggunaan ketorolak

melalui terapi parenteral selama 2 hari dan

untuk penggunaan oral selama 7 hari

Nyeri pada

pasien,

hipersensitif

penggunaan

celecoxib, kadar

albumin, total

bilirubin, PT,

asites, hepatik

ensefalopati

Penggunaan ketorolak secara IV digunakan

selama 2 hari kemudian dilanjutkan dengan

penggunaan NSAIDs Celecoxib secara oral

dengan pengaturan dosis 400 mg untuk hari

pertama kemudian diikuti dengan 200 mg 2 x

sehari

Celecoxib memiliki indikasi sebagai inhibitor

angiogenesis pada sel kanker

Mencantumkan skor nyeri pada status pasien

sehingga dapat diketahui penggunakan

analgetik yang tepat bagi pasien (non-opioid,

opioid, opioid kuat)

Page 55: Laporan Metastatic Bone Disease

46

Lanjutan Tabel III.7 Data Assasment and Plan Pengobatan Pasien

Hiponatremia IVFD NaCl 0.9% Waktu pengobatan

dan lama pengobatan

Pemberian NaCl 0.9% mestinya telah

diberikan sejak hasil lab. keluar yang

menyatakan pasien mengalami hiponatremia

( tanggal 10 Maret 2012 dan 30 Maret 2012)

Kadar natrium

pada pasien

RBC Transfusi PRC Lama pengobatan

Transfusi PRC terlalu cepat dihentikan

sementara nilai RBC pasien masih tidak

normal. Untuk itu perlu ditambah kembali

pemberiannya WBC, RBC,

HGB

Dapat pula diberikan SF untuk membantu

meningkatkan RBC dan HGB pasien

Albumin Transfusi albumin Lama pengobatan

Penggunaan albumin terlalu singkat (24-25

Maret 2012) sementara kadar albumin pasien

masih rendah hingga tanggal 01 April 2012 Kadar albumin

pasien Sebagai alternatif dapat diberikan VIP

albumin / Pujimin® kapsul untuk membantu

meningkatkan kadar albumin pasien

Page 56: Laporan Metastatic Bone Disease

47

Lanjutan Tabel III.7 Data Assasment and Plan Pengobatan Pasien

Demam Paracetamol Tidak tepat penderita

Paracetamol dapat menambah kerusakan

hati pada pasien sehingga dapat diganti

dengan sediaan ibuprofen atau sistenol

Suhu pasien Penggunaan anti-piretik dapat pula dihindari

karena temperatur tubuh hingga 41°C relatif

tidak berbahaya kecuali pada anak kecil dan

ibu hamil sehingga penatalaksanaanya dapat

dikompres dengan air hangat atau minum air

Hepatitis - Ada indikasi, tidak

ada terapi

Pasien mengidapat penyakit hepatitis B

sehingga perlunya penanganan terhadap

kondisi pasien tersebut dengan pemberian

obat antivirus hepatitis HbsAg

Pasien sebaiknya ditempatkan dalam ruang

isolasi

Kerusakan hati - Ada indikasi, tidak

ada terapi

Pemberian hepatoprotektor pada pasien

seperti curcuma atau HP Pro SGOT, SGPT

Page 57: Laporan Metastatic Bone Disease

48

Lanjutan Tabel III.7 Data Assasment and Plan Pengobatan Pasien

Lemah - Ada indikasi, tidak

ada terapi

Melakukan pemeriksaan glukosa darah

lengkap pada pasien (GDS, GDP, GD2PP,

HbA1c) Kondisi pasien,

glukosa darah

Pemberian vitamin seperti Neurodex

Infeksi Ceftazidime Kultur antibiotik Sebaiknya kultur dilakukan lebih awal

sehingga diketahui penggunaan antibiotik

yang sesuai pada penderita

Kultur antibiotik

Page 58: Laporan Metastatic Bone Disease

49

III.10 Konseling

INSTALASI FARMASI RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

PELAYANAN FARMASI KLINIK, PIO DAN MUTU

FORM PEMBERIAN KONSELING OBAT

Nama : Tn. K Ruang Perawatan : Lontara II Bawah - Orthopedi

No. RM : 534xxx Alamat : Jl. Maccini Raya Lr. Merdeka 2

Jenis Kelamin : laki-laki MRS : 12 Februari 2012

BB : - Diagnosa : Metastatis Bone Disease (MBD)

Tabel III.8 Pelayanan Informasi Obat Kepada Pasien

No Tanggal Konseling Masalah / Keluhan Konseling yang Diberikan

1 Kamis, 05 April 2012

Pasein mengalami nyeri pada tulang belakangnya yang kadang-kadang tidak tertahankan

Pasien menanyakan penyebab terjadinya penyakit yang dideritanya

Penyakit hati pasien pasien sering meminum minuman beralkohol (Ballo)

Nyeri yang dirasakan pasien akibat adanya kerusakan pada tulang belakang (kanker)

Untuk menanggulangi nyeri pasien mulanya melakukan mika-miki (miring kanan – miring kiri) sambil dielus-elus bagian yang nyeri, apabila masih tak tertahankan baru diberikan obat penghilang rasa nyeri

Page 59: Laporan Metastatic Bone Disease

50

Lanjutan Tabel III.8 Pelayanan Informasi Obat Kepada Pasien

Pasien disuruh untuk berhenti meminum minuman beralkohol karena akan menambah kerusakkan hati pasien (Hepatitis B)

Penyebab penyakit biasanya karena penderita sebelumnya mengidap kanker lainnya sehingga menyebar ke tulang atau karena adanya fraktur pada tulang sehingga dapat menyebabkan penyakit tersebut. Namun pasien menyangkal semuanya sehingga penyabab dari penyakit tidak dapat diketahui (Menurut referensi bahwa 10% dari kasus metastatis bone disease ini tidak diketahui penyebabnya.

Page 60: Laporan Metastatic Bone Disease

51

III.11 Pembahasan

Pasien dengan inisial nama Tn. K ini merupakan seorang laki-laki

berumur 63 tahun, masuk ke rumah sakit pada 12 Februari 2012 jam

11.55 WITA dengan keluhan utama Nyeri dan tidak bisa menggerakkan

kedua kaki (Paraplegia). Pasien mengalami penurunan berat badan

selama 4 bulan terakhir sebelum masuk rumah sakit dengan jumlah yang

tidak diketahui. Pasien tidak menggerakkan kedua kakinya sejak 2 minggu

terakhir sebelum masuk rumah sakit. Awalnya pasien merasakan nyeri

pada tulang belakang dan merasakan semakin memberat hingga pasien

merasa lemah pada kedua kakinya. Pasien masuk rumah sakit dengan

diagnosa masuk dekstruksi vertebrae thoracal IX due to metastasis bone

disease (MBD) dan hasil laboratorium patologik memberi kesimpulan

(diagnosa akhir) pasien menderita metastase malignant tumor pada

vertebrae.

Pasien diberikan obat sejak awal masuk tanggal 12 Februari 2012

hingga 29 Februari 2012 adalah IVFD RL, ketorolak, dan ranitidin.

Ketorolak disini digunakan untuk menekan rasa nyeri pada pasien

sedangkan ranitidin digunakan untuk anti mual dan muntah serta

mencegah efek samping dari penggunaan obat AINS yaitu gangguan

pada pembentukan mukosa lambung yang dapat menyebabkan tukak

lambung. Penggunaan ketorolak yang terlalu lama (dari awal masuk

hingga keluar) dapat menyebkan perdarahan pada saluran gastrointestinal

serta memperparah perdarahan pada pasien. Penggunaan ketorolak

Page 61: Laporan Metastatic Bone Disease

52

secara intravena direkomendasikan selama 2 hari dan untuk oral

digunakan selama 7 hari (8). Untuk itu lama penggunaan ketorolak disini

irrasional dimana untuk penanggulangan nyeri pada kanker digunakan

sistem analgetik ladder yaitu pemberian analgetik sesuai dengan tingkatan

/ skor nyeri pada pasien (8). Untuk pasien dengan metastatis dapat

digunakan analgetik selekoksib yang memiliki efek sebagai penghambat

enzim siklooksigenasi-2 yang dapat menghambat mediator nyeri tanpa

menghambat pembentukan mukosa lambung (9). Selain itu, selekoksib

diketahui dapat menghambat pembentukan pembuluh darah baru

(angiogenesis) pada sel kanker sehingga dapat menghambat

pertumbuhan sel kanker dan mencegah metastatis ke organ lain.

Penentuan skor nyeri pasien dilakukan oleh anastesi dimana nyeri ringan

diberi skor dibawah 4, nyeri sedang dengan skor 4-7, dan nyeri berat

dengan skor 7-10. Dengan adanya skor nyeri yang tercantum pada status

pasien maka dapat memudahkan pemberian analgetik pada pasien untuk

mengontrol nyeri pada pasien.

Pada pemeriksaan laboratorium 12 Februari 2012 dimana pada

pemeriksaan HbsAg pasien positif (+) yang menandakan bahwa pasien

mengalami hepatitis B. Hal ini mengindikasikan bahwa fungsi hati pada

pasien sudah tidak normal. Pasien tidak mendapatkan terapi obat antivirus

untuk penyakit hepatitis pasien. Selain itu untuk penderita hepatitis B

biasanya ditempatkan pada ruang isolasi untuk mencegah adanya

kontaminasi pada lingkungan sekitarnya. Namun pasien tidak

Page 62: Laporan Metastatic Bone Disease

53

ditempatkan pada ruang isolasi dikarenakan tidak adanya tempat atau

ruang tersebut.

Pasien dioperasi pada tanggal 22 Maret 2012 dimana pasca

operasi pasien mengalami demam selama 4 hari. Pasien kemudian

diberikan parasetamol 1 tablet selama 3 hari dengan dosis 500 mg.

Pemberian parasetamol disini dikategorikan irrasional dikarenakan kondisi

pasien yang memiliki fungsi hati yang abnormal sehingga parasetamol

yang dimetabolisme dihati dalam bentuk N-asetil para-amino

benzokuinonimina dapat menambah kerusakan fungsi hati pasien. Untuk

penatalaksanaanya dapat diberikan ibuprofen atau sistenol yang tidak

merusak fungsi hati. Selain itu untuk penanggulan antipiretik biasanya

dilakukan terapi non-farmakologi dengan cara dikompres dengan air

hangat suam-suam kuku disertai dengan minum air dimana proses

tersebut dapat membantu menurunkan suhu pasien. Kemudian dari dosis

yang digunakan yaitu 500 mg dikatakan irrasional dikarenakan melihat

kondisi fungsi hati pasien yang abnormal sedangkan obat yang digunakan

(parasetamol) dimetabolisme secara besar di hati maka perlu dilakukan

penurunan dosis. Untuk mengetahui fungsi hati dan jumlah dosis yang

diturunkan maka digunakan tabel Child-Pugh Score dengan monitoring

kadar albumin, bilirubin, prothrombin time, asites, dan hepatic

ensefalopatik (12).

Pasien diberikan multivitamin cernevit mulai tanggal 04 Maret 2012

dan penggunaannya terakhir pada tanggal 18 Maret 2012. Pemberian

Page 63: Laporan Metastatic Bone Disease

54

vitamin ini dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan vitamin pasien yang

tidak mungkin atau tidak cukup diberikan secara oral. Selain itu pasien

juga diberikan Vitamin C 500 mg mulai tanggal 8 Maret 2012 selama 11

hari. Pemberian vitamin ini dimaksudkan untuk mencegah gejala defisiensi

ringan pada penderita dengan adanya kerusakan pada tulang.

Pada pemeriksaan elektrolit, pasein mengalami penurunan kadar

natrium dalam jumlah kecil pada 2 kali pemeriksaan (tanggal 10 dan 30

Maret 2012). Pasien kemudian diberikan infus NaCl 0.9% untuk

membantu menaikkan kadar natrium pasien. Namun penggunaan NacL

0.9% disini terlalu cepat yaitu 2 hari sedangkan hasil pemeriksaan kembali

kadar elektrolit pasien menunjukkan kadar natrium pasien menurun dari

hasil pemeriksaan sebelumnya. Untuk itu perlunya pemberian NaCl 0.9%

hingga kadar elektrolit pasien kembali meningkat dan apabila terlalu

rendah dapat digunakan NaCl 3%.

Pemberian antibiotik pada pasien dimulai setelah pasien selesai

dilakukan operasi yaitu pada tanggal 22 Maret 2012. Antibiotik yang

diberikan adalah ceftazidime dimana diberikan hingga hasil kultur

antibiotic tersehadat sensitifitas pasien keluar. Sebaiknya untuk

pemeriksaan kultur disini dilakukan lebih awal untuk dapat mengetahui

antibiotik yang tepat yang dapat digunakan oleh pasien. Sejauh ini

penggunaan ceftazidime irasional dikarenakan hasil laboratorium kadar

white blood cells pasien menunjukkan bahwa infeksi pasien dapat teratasi.

Page 64: Laporan Metastatic Bone Disease

55

Ini dapat dilihat dari kadar WBC pasien tanggal 07 April 2012 yaitu 10.18

(normal : 4-10).

Kadar sel darah merah pasien selama 5 kali pemeriksaan

menunjukkan bahwa pasien kekurangan sel darah merah. Pasien

diberikan transfusi PRC (Packed Red Cells) pasca operasi selama 3 hari.

Namun, penggunaan dari PRC ini tidak mempengaruhi secara signifikan

kadar sel darah merah pasien. Hal ini terjadi kemungkinan besar karena

adanya pengaruh kerusakan pada tempat produksi sel darah merah

tersebut yang terletak di sumsum tulang belakang dimana pasien terkena

metastatis tulang belakang. Oleh karena itu, upaya pemberian transfusi

PRC akan tidak berarti terhadap peningkatan kadar sel darah merah

pasien. Untuk itu perlunya mengatasi terlebih dahulu masalah metastatis

yang terjadi pada vertebrae pasien sehingga tempat produksi sel darah

merah dapat kembali normal.

Selain kadar red blood cells, pasien juga mengalami

hipoalbuminumia dimana kadar albumin pasien selama 4 kali pemeriksaan

berada dibawah angka 2.6 g/dL. Pasien kemudian diberikan transfusi

albumin 25% dengan tujuan untuk meningkatkan kadar albumin penderita.

Pemberian albumin ini dilakukan selama 2 hari yaitu pada tanggal 24-25

Maret 2012. Penggunaan yang terlalu singkat dimana kadar albumin

pasien masih dibawah nilai normal ini mengindikasikan penggunaan

transfusi albumin dikatan irrasional. Namun perlunya dipertimbangkan

bahwa fungsi hati pada pasien yang abnormal sehingga dapat

Page 65: Laporan Metastatic Bone Disease

56

mengganggu proses pembentukan albumin di hati merupakan salah satu

faktor yang menyebabkan kadar albumin pasien yang masih rendah.

Untuk itu perlunya pula pemberian hepatoprotektor untuk memperbaiki

atau menjaga fungsi hati dari pasien. Hepatoprotektor yang dapat

diberikan adalah curcuma atau HP Pro.

Pasien juga sering merasa lemah sedangkan terapi tidak diberikan.

Adanya indikasi bahwa kadar glukosa pasien yang rendah yang dapat

menyebabkan pasien sering merasa lemah. Hal ini dapat ditunjukkan dari

hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 10 Maret 2012 dimana kadar

glukosa darah sewaktu pasien dibawah nilai normal yaitu 126 mg/dL.

Untuk itu, agar menegakkan hasilnya perlunya dilakukan pemerikasaan

glukosa darah secara lengkap yang meliputi glukosa darah sewaktu,

glukosa darah puasa, glukosa darah 2 jam PP, dan HbA1c.

III.12 Rekomendasi

a. PKPA

Untuk ditindaklanjuti penambahan durasi PKPA sehingga proses

kegiatan PKPA tidak terlalu dipadatkan. Selain itu dengan waktu yang

relatif singkat mahasiswa tidak dapat masuk ke tiap-tiap depo / apotek

yang berada di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo. Selanjutnya dapat

disediakan pembimbing disetiap ruang perawatan yang dapat

mendampingi mahasiswa sehingga proses diskusi dapat berjalan dengan

lebih maksimal. Selain itu, perlunya penjelasan terhadap format laporan

yang diberikan sehingga memudahkan dalam penyusunannya.

Page 66: Laporan Metastatic Bone Disease

57

b. Penulis Resep

Untuk ditindaklanjuti perlunya hubungan kerja sama profesi yang

baik antara tenaga kesehatan, melakukan kunjungan ke pasien tidak

hanya sekali dalam sehari untuk melihat perkembangan kondisi pasien,

dan melakukan home care pasca pasien dirawat.

c. Petugas Kesehatan (Perawat)

Untuk ditindaklanjuti melakukan pencatatan skor nyeri pada status

pasien dan melakukan home care pada pasien.

d. Pasien

Untuk ditindaklanjuti pasien dapat melakukan pola hidup yang lebih

sehat untuk memperbaiki kualitas hidup menjadi lebih baik dan melakukan

komunikasi segera ke tenaga medis bila mengalami gangguan kesehatan

lebih lanjut secara koperatif.

e. Farmasi

Untuk ditindaklanjuti perlunya pengontrolan penggunaan obat-

obatan diruang perawatan, pemberian informasi obat, konseling,

monitoring efek samping secara berkelanjutan pada pasien sehingga

pelayanan farmasi klinik di rumah sakit dapat berjalan lebih optimal

dengan tujuan safety patient serta melakukan pelayanan home care pada

pasien.

Page 67: Laporan Metastatic Bone Disease

58

DAFTAR PUSTAKA

1. Scutellari et al. 2003. Metastatic bone disease: Strategies for

Imaging. Minerva Med.; 94(2):77-90 2. Kardamakis, Dimitrios, Vassilios Vassiliou, Edward Chow. 2009.

Bone Metastases : A Translational and Clinical Approach. Springer Science + Business Media B.V

3. Jacofsky, David J. et al. 2004. Metastatic Disease to Bone. Clinical

Review Article : Hospital Physician 4. Lipton, Allan. 2004. Pathophysiology of Bone Metastases: How

This Knowledge May Lead to Therapeutic Intervention. BioLink Communications, Inc.

5. The British Pain Society's. 2010. Cancer Pain Management.

London 6. Pain Management. [book on internet]. 2012. [accessed 15 April

2012]. Pg 1. Available from: http://www.mdanderson.org/patient-and-cancer-information/cancer-information/cancer-topics/dealing-with-cancer-treatment/pain-management/index.html

7. Susworo. Penyebaran Tumor Ganas di Tulang : Apek Diagnostik

dan Terapi. Jakara : Universitas Indonesia 8. Sweetman, Sean C. 2009. Martindale 36th The Complete drug

Reference. UK: Pharmaceutical Press 9. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. Obat-Obat Penting : khasiat,

penggunaan, dan efek-efek sampingnya. Edisi kelima. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. 2002.

10. Ikatan Apoteker Indonesia (IAI). ISO : Informasi Spesialite Obat Indonesia. Volume 46 – 2011 s/d 2012. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan. 2010

11. Pramudianto, Arlina dan Evaria. 2010. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Singapore: UBM Medica Asia Pte. Ltd

12. Bauer, Larry. 2008. Applied Clinical Pharmacokinetics 2nd edition. USA : The McGraw-Hill Companies, Inc.

Page 68: Laporan Metastatic Bone Disease

59

LAMPIRAN

1. Daftar Singkatan

PKPA : Program Kerja Profesi Apoteker

MBD : Metastatis Bone Disease

TGF- β : Transforming Growth Factor Beta

IGF-II : Insulin Like Growth Factor II

CAMs : Cell Adhesion Molecules

MMP : Matriks Metalloproteinase

DRPs : Drug Related Problems

WBC : White Blood Cell

RBC : Red Blood Cell

HCT : Hematocrit

HGB : Hemoglobin

MCV : Mean Corpuscular Volume

MCH : Mean Corpuscular Haemoglobin

MCHC : Mean Corpuscular Haemoglobi Concentration

PLT : Plateleates

RDW : Red Blood Distribution Width

PDW : Plateleates Blood Distribution Width

P-LCR : Polymerase Chain Reaction

PCT : Procalcition

Page 69: Laporan Metastatic Bone Disease

60

EOS : Eosinofil

NEUT : Neutrofil

BASO : Basofil

MONO : Monosiodium

CKMB : Creatin kinase label M dan B

CK : Creatin Kinase

GDS : Glukosa Darah Sewaktu

GDP : Gula Darah Puasa

GD2PP : Gula Darah 2 Jam Post Prandial

HDL : High Density Lipoprotein

LDL : Low Density Lipoprotein

SGOT : Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase

SGPT : Serum Glutamic Pyruvic Transaminase

HBsAg : Hepatitis B Surface Antigen