Gowa dan Bone

32

Transcript of Gowa dan Bone

Page 1: Gowa dan Bone
Page 2: Gowa dan Bone

Perkenalkan

Fauzan Ardana / 8

Gandhi Mardiansyah / 10

Hanan Nadista / 11

Rizkika Ramadhani Rosidin / 31

Shania Indriani / 33

Page 3: Gowa dan Bone

Bate Selapang

Kesultanan Gowa

Page 4: Gowa dan Bone

Tentang Gowa…

Kesultanan Gowa atau

Goa terletak di Sulawesi

Selatan.

Pemerintahannya

berpusat di Makassar.

Suku Makassar adalah

suku mayoritas dalam

kerajaan ini.

Page 5: Gowa dan Bone

Awal berdiri…

Pada mulanya, terdapat sembilan komunitas yang

dijuluki Bate Selapang.

Komunitas ini disatukan oleh Tumanurung yang

mendirikan Istana Gowa.

Ada pula yang menyatakan bahwa Kerajaan

Gowa didirikan oleh empat tokoh.

Diperkirakan, Tumanurung menjadi karaeng

(pemimpin Gowa) mulai tahun 1300-an.

Page 6: Gowa dan Bone

Berkembang karena ledekan… Seorang penjelajah Portugis pernah berkata,

“daerah yang disebut Makassar sangatlah kecil.”

Menanggapi hal itu, Tumapa’risi’ Kallonna

(karaeng ke-9) mengubah konfederasi antar-

komunitas menjadi sebuah Negara Kesatuan

Gowa.

Ia juga melekatkan Gowa dengan Tallo dengan

membuat sumpah agar tidak saling menyerang.

Page 7: Gowa dan Bone

Ia membuat sistem pengumpulan pajak dan bea

yang dilaksanakan seorang syahbandar.

Ia juga membuat aturan-aturan perang dan

berhasil menaklukkan kerajaan lain, seperti

Kerajaan Siang dan Kerajaan Bone.

Segala keberhasilannya tersebut dinyatakan

dalam sebuah ungkapan, yakni ‘sebuah masa

ketika panen bagus dan penangkapan ikan

banyak.’

Page 8: Gowa dan Bone

Pencapaian selanjutnya… Di masa Tunipalangga (karaeng ke-10), terdapat

sejumlah pencapaian besar.

Ia menetapkan sistem resmi untuk pengukuran.

Ia memerintahkan pemasangan sejumlah laras

meriam di benteng-benteng besar.

Ia mendirikan tembok batu bata yang mengelilingi

Gowa dan Sombaopu.

Pada masanya, orang-orang Gowa sudah mulai

membuat peluru, mencampur emas dengan logam

lain, dll.

Page 9: Gowa dan Bone

Islam pun datang…

Sultan Alauddin merupakan raja pertama yang

memeluk Agama Islam. Gowa pun berubah

menjadi sebuah kesultanan. Ia memimpin Gowa

dari tahun 1593 sampai 1639.

Dilanjutkan oleh Sultan Malikussaid dari tahun

1639 hingga 1653.

Dilanjutkan kembali oleh Sultan Hasanuddin

pada 1653-1669.

Page 10: Gowa dan Bone

Dalam masyarakat…

Rakyat Gowa terkenal suka merantau untuk

menyejahterakan hidupnya.

Walaupun begitu, mereka terikat pada

pangadakkang, hukum adat Islam yang dimiliki

rakyat Gowa, sehingga mereka tak melampaui

batas.

Rakyat Gowa terbagi dalam beberapa kasta. Ada

anakarung/karaeng (bangsawan), to maradeka

(rakyat kebanyakan), dan ata (rakyat lapisan

bawah).

Page 11: Gowa dan Bone

Makassar melesat…

Pelabuhan Sombaopu di Makassar merupakan

pelabuhan transit yang ramai.

Hal ini dikarenakan letaknya yang amat strategis

dan berada di jalur bahari yang ramai.

Page 12: Gowa dan Bone

Berbagai macam komoditas diperdagangkan di

pelabuhan ini, seperti beras, gula, rempah-

rempah, kain, dsb.

Gowa memiliki hubungan dagang dengan Jawa,

Kalimantan, Sumatera, Maluku, Malaka, India,

Cina, dan bangsa lainnya.

Gowa memiliki Ade’Allapialing Bicarana

Pabbalri’e, hukum perniagaan yang disusun

Amanna Gappa.

Makassar semakin ramai pada Tahun 1511, ketika

Malaka berada di tangan Portugis dan Maluku

dikuasai VOC.

Page 13: Gowa dan Bone

Berkecamuknya perang…

Perang Makassar, terjadi pada

masa Sultan Hasanuddin. Perang

ini terjadi antara Gowa melawan

Belanda dan sekutu-sekutunya.

Pada mulanya, Sultan

Hasanuddin bertekad menjadikan

Makassar sebagai pusat

perdagangan di timur nusantara.

Namun, VOC merasa terusik.

Mereka takut tersaing oleh Gowa.

Page 14: Gowa dan Bone

VOC mengirim sebuah ekspedisi untuk

melenyapkan popularitas Makassar. Di bawah

pimpinan Cornelis Speelman, mereka mulai

menyerang tahun 1666.

VOC bekerjasama dengan Sultan Bone saat itu,

Arung Palakka yang juga memiliki niatan yang

sama, yakni menghancurkan Gowa.

Pertempuran yang sengit tersebut berakhir

dengan adanya Perjanjian Bungaya, yang

ditandatangani di Batavia pada 18 November

1667.

Isi dari perjanjian tersebut antara lain :

Page 15: Gowa dan Bone

• VOC memonopoli perdagangan di Gowa.

• VOC dapat mendirikan benteng dan mengambil Benteng

Ujung Pandang.

• Gowa mengganti rugi akibat yang ditimbulkan perang.

• Gowa melepaskan sejumlah daerah kekuasaannya.

Merasa dirugikan, Sultan Hasanuddin pun

melanjutkan perlawanan. Hingga akhirnya

dikalahkan di Benteng Sombaopu pada 12 Juni

1669.

Gowa kemudian dipimpin oleh Maulana Yusuf,

namun terus mengalami kemunduran akibat

belenggu penjajah.

Page 16: Gowa dan Bone

Yang tetap lestari…

Istana Balla LompoaFort RotterdamMasjid KatangkaBenteng

Somba Opu

Museum

Karaeng

Pattingalloang

Pemakaman

Kesultanan Gowa

Page 17: Gowa dan Bone

Berlayarlah pinisi…

Pinisi merupakan salah satu warisan budaya

rakyat Gowa yang suka merantau.

Saat ini, pinisi banyak digunakan untuk

melakukan ekspedisi barang.

Page 18: Gowa dan Bone
Page 19: Gowa dan Bone

Tentang Bone…

Akkarungeng ri Bone (Kesultanan Bone) terletak

di Sulawesi bagian barat daya.

Kerajaan ini memiliki luas wilayah sekitar 2.600

km2.

BONE

Page 20: Gowa dan Bone

Awal berdiri…

Diawali oleh kedatangan Tomanurung ri

Matajang Matasilompoe. Ia mempersatukan

tujuh komunitas besar yang dipimpin para Matoa.

Ia menjadi Arumpone (Raja) Bone yang pertama

pada tahun 1330.

Pada masa La Saliyu Karampelua (arumpone

ke-3), Kerajaan Bone mengalami perluasan.

Page 21: Gowa dan Bone

Ketika Islam masuk…

Awalnya, La Tenrirua memeluk Islam. Namun

ditolak oleh Ade Pitue (dewan adat kerajaan).

Ratu Bone, We Tenrituppu adalah pemimpin

Bone pertama yang menganut Agama Islam.

Islam baru diterima secara resmi pada masa La

Tenripale Matinroe ri Tallo (arumpone ke-12).

Page 22: Gowa dan Bone

Masa kejayaan…

Arung Palakka (arumpone

ke-16) membawa Bone pada

masa kejayaan.

Berkat persekutuannya

dengan VOC, ia berhasil

mengantarkan Bone menuju

kemenangannya atas

Kesultanan Gowa pada tahun

1666.

Page 23: Gowa dan Bone

Prinsip leluhur…

Seuwani,

‘Temmatinroi matanna Arung MangkauE duppai

ada.’

Pertama,

‘Mata raja tak terpejam memikirkan akibat segala

perbuatan.’

Page 24: Gowa dan Bone

Maduanna,

‘Maccapi Arung MangkauE duppai ada.’

Kedua,

‘Raja harus pintar menjawab kata-kata.’

Page 25: Gowa dan Bone

Matellunna,

‘Maccapi Arung MangkauE mpinru ada.’

Ketiga,

‘Raja harus pintar membuat kata-kata.’

Page 26: Gowa dan Bone

Maeppa’na,

‘Tettakalupai surona mpawa ada tongeng.’

Keempat,

‘Duta tidak lupa menyampaikan kata-kata yang

benar.’

Page 27: Gowa dan Bone

Di bawah asuhan Belanda… Bone menjadi penguasa besar setelah

Kesultanan Gowa mengalami kemunduran.

Kebesaran itu diperoleh dari pemerintah kolonial

Hindia-Belanda. Sejak tahun 1666, Bone berada

di bawah kontrol Belanda.

Asuhan Belanda itu digantikan oleh Inggris yang

berkuasa sejak 1814.

Sejak 1816, Belanda kembali berkuasa atas

Bone berdasarkan perjanjian antara Belanda-

Inggris.

Page 28: Gowa dan Bone

Tidak tinggal diam…

Tak semua orang senang dengan

kolonialisme, sekalipun dari

kalangan kerajaan.

Andi Mappanyuki (arumpone ke-

39) adalah salah satunya. Ia

memimpin Bone dalam 2 periode.

Ketika memimpin periode pertama,

ia menolak bersekutu dengan

Belanda, sehingga ia diturunkan

dari takhtanya dan diasingkan ke

Toraja.

Page 29: Gowa dan Bone

Keberadaannya kini…

Kini, Bone merupakan sebuah

kabupaten di Provinsi Sulawesi

Selatan.

Walau begitu, Kesultanan Bone

masih tetap berdiri.

Sekarang, Bone dipimpin oleh

Ratu Bessi Kejora (arumpone

ke-41).

Walaupun tetap berdiri, kerajaan

ini tidak berkuasa secara

administratif.

Page 30: Gowa dan Bone

Yang tetap lestari…

Bola SobaMasjid Raya

Watampone

Museum

LapawawoiTana Bangkalae

Page 31: Gowa dan Bone

Teddung Pulaweng

Sembangeng Pulaweng

Alameng Tata Rapeng

La Salaga

La Tea Riduni

La Makkawa

Page 32: Gowa dan Bone