laporan lotion Farmasi UNG 2012

41
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh dan mempunyai fungsi untuk melindungi dari pengaruh luar. Kerusakan pada kulit akan mengganggu kesehatan manusia maupun penampilan, sehingga kulit perlu dilindungi dan dijaga kesehatannya. Proses kerusakan kulit ditandai dengan munculnya keriput, sisik, kering, dan pecah-pecah. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi struktur dan fungsi kulit. Polusi udara, angin, dan sinar matahari dapat membuat kulit menjadi lebih kering akibat kehilangan air oleh penguapan. Secara alamiah, kulit berusaha melindungi diri dari kehilangan air, yaitu dengan adanya tabir lemak di atas kulit dengan lapisan film pelindung yang disebut mantel asam. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perawatan kesehatan kulit merupakan salah faktor pendorong terjadinya peningkatan permintaan produk-produk perawatan kulit. Penggunaan produk perawatan kulit ditunjukkan sebagai salah satu upaya perlindungan dari dampak negatif kondisi\cuaca yang

description

Pharmacist

Transcript of laporan lotion Farmasi UNG 2012

Page 1: laporan lotion Farmasi UNG 2012

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh dan mempunyai

fungsi untuk melindungi dari pengaruh luar. Kerusakan pada kulit akan

mengganggu kesehatan manusia maupun penampilan, sehingga kulit perlu

dilindungi dan dijaga kesehatannya. Proses kerusakan kulit ditandai dengan

munculnya keriput, sisik, kering, dan pecah-pecah.

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

struktur dan fungsi kulit. Polusi udara, angin, dan sinar matahari dapat

membuat kulit menjadi lebih kering akibat kehilangan air oleh penguapan.

Secara alamiah, kulit berusaha melindungi diri dari kehilangan air, yaitu

dengan adanya tabir lemak di atas kulit dengan lapisan film pelindung yang

disebut mantel asam.

Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perawatan

kesehatan kulit merupakan salah faktor pendorong terjadinya peningkatan

permintaan produk-produk perawatan kulit. Penggunaan produk perawatan

kulit ditunjukkan sebagai salah satu upaya perlindungan dari dampak negatif

kondisi\cuaca yang semakin ekstrim karena pemanasan global dan penipisan

lapisan ozon.

Kebutuhan kosmetika hampir menjadi kebutuhan yang dianggap penting

bagi sebagian orang. Berbagai jenis produk kosmetika digunakan untuk

perawatan agar dapat tampil lebih menarik. Kosmetika merupakan campuran

dari beberapa bahan yang telah diformulasikan sedemikian rupa dan berfungsi

untuk merawat tubuh sesuai dengan tujuan penggunaan kosmetika tersebut.

Kulit kering merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi, hal ini

tidak menimbulkan masalah yang serius tetapi dapat mempengaruhi kulitas

hidup, rasa tidak nyaman, dan estetik kulit yang buruk karena berkerut.

Sebagian besar kulit kering dipengaruhi oleh faktor cuaca, kebiasaan hidup,

Page 2: laporan lotion Farmasi UNG 2012

dan adapula yang disebabkan oleh penyakit tertentu. Ciri dari kulit kering

antara lain terasa kaku/tegang seperti tertarik setelah mandi, berendam, atau

berenang. Kulit kering juga terlihat mengkerut dan dehidrasi. Pada kulit

kering, kulit akan terasa gatal dan seringkali rasa gatal tersebut bertambah

setelah garukan yang berulang, kulit terlihat pecah-pecah, bersisik, atau

mengelupas. Dibutuhkan perlindungan tambahan non alamiah untuk

mencegah kekeringan yaitu dengan memberikan kosmetika pelembab kulit.

Bentuk sediaan kosmetik yang cukup potensial pengembangannya dalam

mengatasi kulit kering adalah sediaan dry skin lotion, dimana skin lotion ini

merupakan salah satu sediaan emulsi yang digunakan untuk

mempertahannkan kelembaban dan kelembutan kulit. Bahan pelembab ini

berfungsi menghidrasi kulit dengan cara mengurangi penguapan air dari kulit

dan menarik air dari udara masuk kedalam stratum korneum.

Selain itu, dilihat dari salah satu faktor penyebab terjadinya kulit kering

karena efek dari radiasi sinar ultraviolet sehingga dapat ditambahkan dengan

bahan aktif seperti anti UV sehingga produk memiliki fungsi tambahan

sebagai pelindung kulit dari efek paparan sinar matahari atau radiasi UV baik

UV-A maupun UV-B.

Oleh karena itu, dalam praktikum kali ini dilakukan suatu formulasi

sediaan kosmetik Dry Skin Lotion yang bertujuan untuk mencegah terjadinya

kulit kering, dimana skin lotion ini dibuat dalam bentuk emulsi O/W dengan

campuran air, pelembab, pelembut, pengemulsi, pengawet, pewangi, serta

ditambahkan bahan anti UV.

B. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini yakni:

1. Mahasiswa diharapkan mampu menyusun rancangan formula serta

membuat sediaan semipadat khususnya dry skin lotion yang dibuat

dalam bentuk emulsi.

2. Mahasiswa diharapkan mampu mengevaluasi sediaan emulsi yang

dirancang apakah sudah memenuhi standar yang disyaratkan.

Page 3: laporan lotion Farmasi UNG 2012

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori

Kulit merupakan suatu organ besar berlapis-lapis yang pada orang

dewasa beratnya mencapai delapan pon, tidak termasuk lemak. Kulit

menutupi permukaan lebih dari 20.000 cm2 dan mempunyai bermacam-

macam fungsi. Kulit memiliki fungsi sebagai termostat dalam

mempertahankan suhu tubuh dan pembatas dari serangan fisika, kimia,

mikroorganisme dan ultraviolet. Kulit juga berfungsi untuk menutupi semua

bagian tubuh, melindungi tubuh dari berbagai macam gangguan eksternal

atau kerusakan kulit akibat kehilangan kelembaban (Mitsui, 1997).

Gambar 1. Struktur lapisan kulit (Bramayudha, 2008)

Secara anatomi, kulit terdiri dari banyak lapisan jaringan tetapi pada

umumnya kulit terbagi dalam tiga lapisan jaringan, yaitu epidermis,

dermis dan lapisan lemak di bawah kulit. Kandungan dan penopang

dermis adalah sejumlah pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf,

dan juga bagian-bagian kulit seperti kantung rambut, kelenjar sebaseus,

Page 4: laporan lotion Farmasi UNG 2012

dan kelenjar keringat. Lapisan dermis merupakan lapisan kulit kedua

setelah lapisan epidermis yang memegang peranan penting dalam

elastisitas dan ketegangan dari kulit. Lapisan subcutaneous berada

dibawah lapisan dermis. Lapisan ini berperan dalam mengatur temperatur

kulit (Idson, 1994).

Lapisan terluar adalah stratum corneum atau lapisan tanduk yang

terdiri dari sel padat, mati, dan sel-sel keratin yang berlapis-lapis. Stratum

corneum merupakan suatu pembatas yang menahan keluar-masuknya zat-

zat kimia. Bagian atas stratum corneum terdapat mantel asam yang

merupakan lapisan permukaan film pelindung. Mantel asam terdiri dari

asam laktat dan asam amino yang merupakan hasil dari sekresi kelenjar

keringat serta asam lemak bebas yang merupakan hasil sekresi dari

kelenjar sebaseus. Hasil sekresi kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus

mempertahankan pH kulit tetapasam (Siegenthaler, 2005).

Bawab dan Friberg (2004) mengemukakan bahwa lapisan mantel

terdiri dari zat-zat yang berfungsi sebagai pertahanan dalam melawan

kuman dan bakteri, salah satunya adalah garam yang berasal dari kelenjar

keringat. Garam yangterdapat pada mantel asam menyebabkan kondisi

yang hiperosmosis sehingga dapat memusnahkan bakteri karena

konsentrasi garam yang tinggi menyebabkan air dari dalam bakteri tertarik

dan bakteri mengalami dehidrasi.

Menurut Levin dan Maibach (2007), tingkat keasaman atau kebasaan

permukaan kulit dipengaruhi oleh substansi yang mengenai kulit dan

kemampuan kulit dalam mempertahankan keasaman. Ketika suatu produk

asam atau basa mengenai kulit, maka perubahan pH kulit akan terjadi

sementara tetapi pH kulit secara cepat dapat diperbaiki dengan adanya

mantel asam. Mantel asam memiliki tiga fungsi, yaitu mendorong

pembentukan lemak epidermis, memberikan perlindungan dalam menahan

serangan mikroorganisme, dan berperan dalam penetral basa. Kerusakan

mantel asam akibat perubahan pH menyebabkan kulit menjadi kering,

Page 5: laporan lotion Farmasi UNG 2012

pecah-pecah, sensitif, mudah terinfeksi bakteri dan penyakit kulit.

Semakin jauh perubahan pH, maka kulit akan semakin teriritasi.

Perubahan pH kulit dapat disebabkan oleh produk kosmetika. Salah

satu kosmetika yang biasa digunakan adalah skin lotion. Adanya kontak

kosmetikadengan kulit memungkinkan penyerapan kosmetika oleh kulit.

Jumlah kosmetika yang terserap kulit tergantung pada beberapa faktor,

yaitu keadaan kulit pemakai dan keadaan kosmetika yang dipakai. Kontak

kosmetika dengan kulit menimbulkan efek positif berupa manfaat

kosmetika dan efek negatif berupa efek samping kosmetika

(Wasitaatmadja, 1997).

Absorpsi kosmetika melalui kulit terjadi karena kulit mempunyai

celah anatomis yang dapat menjadi jalan masuk zat-zat yang melekat

diatasnya. Celah tersebut adalah celah antar sel epidermis, celah folikel

rambut, dan celah antar sel saluran kelenjar keringat. Mekanisme

masuknya kosmetika ke dalam kulit tidak hanya terjadi secara fisik dengan

menyelinapnya molekul kosmetika ke dalam kulit, tetapi molekul tersebut

dapat masuk ke dalam kulit secara kimiawi melalui proses difusi dan

osmosis. Produk kosmetika yang memiliki pH sangat asam atau sangat

basa dapat menyebabkan kulit teriritasi. Oleh sebab itu, pH produk

kosmetika sebaiknya dibuat sesuai dengan pH kulit, yaitu antara 4,5-7,5

(Wasitaatmadja, 1997).

Pelembab diperlukan oleh kulit untuk mempertahankan struktur dan

fungsinya. Berbagai faktor baik dari luar tubuh (eksternal) maupun dari

dalam tubuh (internal) dapat mempengaruhi struktur dan fungsi kulit,

misalnya: udara kering, sinar matahari, umur lanjut, dan berbagai penyakit

kulit. Faktor-faktor tersebut membuat kulit menjadi lebih kering akibat

kehilangan air oleh penguapan. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan

tambahan non alamiah untuk mencegah kekeringan yaitu dengan

memberikan kosmetika pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Lotion merupakan salah satu bentuk emulsi, didefinisikan sebagai

campuran dari dua cairan yang tidak saling bercampur, yang distabilkan

Page 6: laporan lotion Farmasi UNG 2012

dengan sistem emulsi dan jika ditempatkan pada suhu ruang, berbentuk

cairan yang dapat dituang (Rieger 1994). Menurut Silva et al. (2006),

emulsifikasi merupakan proses pendispersian suatu larutan ke dalam

larutan yang tidak saling bercampur. Emulsi berbentuk droplet dan

ukurannya dipengaruhi oleh laju pengadukan selama proses emulsifikasi.

Dua cairan yang tidak saling bercampur cenderung membentuk

tetesan-tetesan jika diaduk secara mekanis. Jika pengocokan dihentikan,

tetesan akan bergabung menjadi satu dengan cepat dan kedua cairan

tersebut akan memisah. Lamanya terjadi tetesan tersebut dapat

ditingkatkan dengan menambahkan suatu pengemulsi. Biasanya hanya ada

satu fase yang bertahan dalam bentuk tetesan untuk jangka waktu yang

cukup lama. Fase ini disebut fase dalam (fase terdispersi atau fase

diskontinu) dan fase ini dikelilingi fase luar atau fase kontinu. Ada dua

bentuk emulsi dalam bahan dasar kosmetik, yaitu emulsi yang mempunyai

fase dalam minyak dan fase luar air, sehingga disebut emulsi minyak

dalam air, biasanya diberi tanda “m/a”. Sebaliknya, emulsi yang

mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air dalam

minyak dan dikenal sebagai “a/m” (Rieger 1994).

Pada emulsi kosmetik, dua fase secara terpisah dipanaskan pada suhu

yang sama, kemudian fase yang satu dituangkan ke fase lainnya dan

dipanaskan pada temperatur yang sama dengan pengadukan. Pengadukan

terus dilakukan sampai emulsi dapat didinginkan pada suhu kamar. Fase-

fase tersebut dicampur pada suhu 70-75 °C karena pada temperatur ini,

pencampuran fase cair dapat terjadi dengan baik. Temperatur dapat

diturunkan beberapa derajat jika titik leleh fase lemak cukup rendah (Idson

dan Lazarus, 1994).

Waktu, variasi temperatur, dan proses pencampuran mempunyai

pengaruh yang kompleks pada proses emulsifikasi. Pengocokan

dibutuhkan untuk emulsifikasi sehingga terbentuk tetesan-tetesan. Pada

pengocokan selanjutnya, kemungkinan terjadi koalisi antara tetesan-

tetesan menjadi semakin sering, sehingga dapat terjadi penggabungan.

Page 7: laporan lotion Farmasi UNG 2012

Oleh karena itu, disarankan untuk menghindari waktu pengocokan yang

terlalu lama, pada waktu dan sesudah pembentukan emulsi. Selama

penyimpanan, ketidakstabilan emulsi dapat dibuktikan oleh pembentukan

krim, agregasi bolak-balik, atau agregasi yang tidak dapat balik (Rieger,

1994).

Kestabilan emulsi berhubungan dengan viskositas. Semakin tinggi

viskositas suatu bahan, maka bahan tersebut akan semakin stabil karena

pergerakan partikel cenderung sulit (Schmitt, 1996). Pada emulsi m/a,

bulatan gumpalan emulsi menyebabkan peningkatan viskositas secara tiba-

tiba. Viskositas emulsi akan mengalami perubahan untuk beberapa lama

(5-15 hari pada temperatur kamar). Biasanya penurunan viskositas dengan

waktu mencerminkan peningkatan ukuran partikel karena penggumpalan

dan menunjukkan shelf-life yang buruk (Rieger, 1994).

Lotion pelembab berfungsi mempertahankan kelembaban dan daya

tahan air pada lapisan kulit sehingga dapat melembutkan dan menjaga

kehalusan kulit (Mitsui, 1997). Fungsi utama skin lotion untuk perawatan

kulit adalah sebagai pelembut (emollient). Hasil akhir yang diperoleh

tergantung dari daya campur bahan baku dengan bahan lainnya untuk

mendapatkan kelembaban, kelembutan, dan perlindungan dari kekeringan

(Schmitt, 1996). Syarat mutu pelembab kulit terdapat pada SNI 16-4399-

1996.

Page 8: laporan lotion Farmasi UNG 2012

Skin lotion merupakan campuran dari air, pelembut, humektan, bahan

pengental, pengawet, dan pewangi (Mitsui, 1997). Air merupakan

komponen yang paling besar persentasenya dalam pembuatan skin lotion.

Air yang digunakan dalam pembuatan lotion adalah air murni yang

berfungsi sebagai pelarut (Depke RI, 1993).

Emollient (pelunak, zat yang mampu melunakkan kulit) didefinisikan

sebagai sebuah media yang jika digunakan pada lapisan kulit kering akan

mempengaruhi kelembutan kulit. Bahan ini mengisi ruang antar sel kulit,

membantu menggantikan lemak sehingga dapat melembutkan dan

melumasi (Mariani, 2007). Farage (2007) menyatakan bahwa emollient

yang digunakan dalam skin lotion dapat mengurangi resiko terjadinya

penyakit kulit seperti dermatitis. Lotion dengan emollient dapat membuat

kulit terasa nyaman, kering dan tidak berminyak.

Rasa nyaman setelah pemakaian skin lotion disebabkan emollient

memiliki titik cair yang lebih tinggi dari suhu kulit. Oleh karena itu, dalam

membuat formula skin lotion harus diperhatikan fungsi utama dari skin

lotion yaitu melembutkan, mudah dan cepat menyerap pada permukaan

kulit, tidak meninggalkan lapisan tipis, tidak menimbulkan rasa lengket

pada kulit setelah pemakaian, tidak mengganggu pernafasan, antiseptis,

memiliki bau yang khas (menyegarkan), serta memiliki warna menarik dan

tetap. Bahan-bahan yang berfungsi sebagai emollient adalah minyak

mineral, ester isopropil, turunan lanolin, trigliserida, dan asam lemak

(Schmitt,1996).

Humektan merupakan salah satu bagian terpenting pada skin lotion

karena merupakan zat yang melindungi emulsi dari kekeringan dengan

mempertahankan kandungan air produk saat pemakaian pada permukaan

kulit. Humektan berpengaruh terhadap kulit yaitu melembutkan kulit dan

mempertahankan kelembaban kulit agar tetap seimbang. Humektan

ditambahkan pada skin lotion dan produk dengan tipe emulsi minyak

dalam air lainnya untuk mengurangi kekeringan ketika disimpan pada

suhu ruang (Mitsui, 1997). Humektan yang dapat digunakan dalam skin

Page 9: laporan lotion Farmasi UNG 2012

lotion yaitu gliserin, propilen glikol, dan sorbitol dengan kisaran

penggunaan 0,5-15% (Schmitt, 1996).

Bahan pengental (thickener) digunakan untuk mengatur kekentalan

dan mempertahankan kestabilan produk dengan mencegah terpisahnya

partikel dari emulsi. Umumnya water soluble polymers yang digunakan

sebagai bahan pengental diklasifikasikan sebagai polimer natural, semi

sintetis polimer, dan polimer sintetis (Mitsui, 1997). Pengental polimer

seperti gum-gum alami, derivatif selulosa, dan karbomer lebih sering

digunakan dalam emulsi dibandingkan dalam formulasi berbasis surfaktan.

Penggunaan thickener dalam pembuatan skin lotion biasa digunakan dalam

proporsi yang kecil yaitu di bawah 2,5% (Schmitt, 1996).

Emulsifier atau pengemulsi merupakan bahan yang penting dalam

pembuatan skin lotion karena memiliki gugus polar maupun non polar

dalam satu molekulnya, sehingga pada satu sisi akan mengikat minyak

yang non polar dan di sisi lain juga akan mengikat air yang polar. Hal ini

berhubungan dengan hidrofil lipofil balance yaitu keseimbangan antara

komponen yang larut air dan larut minyak (Schmitt, 1996). Emulsifier

akan membentuk lapisan tipis (film) yang menyelimuti partikel dan

mencegah partikel tersebut bersatu dengan partikel sejenisnya. Emulsi

mengandung lebih dari satu emulsifier karena kombinasi dari beberapa

emulsifier akan menambah kesempurnaan sifat fisik maupun kimia dari

emulsi. Untuk mendapatkan sistem emulsi yang stabil, dipilih emulsifier

yang larut dalam fase yang dominan, yaitu fase pendispersi. Asam stearat,

gliseril monostearat, dan setil alkohol merupakan emulsifier yang dapat

digunakan dalam produk emulsi (Suryani, 2000).

Gliserin atau sorbitol yang merupakan sumber karbon dan substansi

lain seperti turunan asam amino dan protein biasanya ditambahkan pada

pembuatan skin lotion. Bahan-bahan ini merupakan sumber nitrogen bagi

mikroorganisme. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pengawet untuk

menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan untuk menghindari

deteriorasi produk (Mitsui. 1997). Pengawet dapat ditambahkan pada

Page 10: laporan lotion Farmasi UNG 2012

produk sebesar 0,1-0,2%. Pengawet juga harus ditambahkan pada suhu

yang tepat pada saat proses pembuatan, yaitu antara 35-45oC agar tidak

merusak bahan aktif yang terdapat dalam pengawet tersebut. Pengawet

yang baik memiliki persyaratan, yaitu efektif mencegah tumbuhnya

berbagai macam organisme yang dapat menyebabkan penguraian bahan,

dapat larut dalam berbagai konsentrasi yang digunakan, dan tidak

menimbulkan bahaya pada kulit. Pengawet yang biasanya digunakan

dalam kosmetika yaitu metal paraben dan propil paraben (Schmitt ,1996).

Pewangi ditambahkan pada lotion sebagai upaya meningkatkan nilai

produk. Jumlah pewangi yang ditambahkan harus serendah mungkin, yaitu

berkisar antara 0,1-0,5%. Pada proses pembuatan skin lotion, pewangi

dicampurkan pada suhu 35 oC agar tidak merusak emulsi yang sudah

terbentuk (Schmitt, 1996). Berikut ini merupakan bahan-bahan yang dapat

digunakan dalam formulasi skin lotion.

B. Rancangan Formula

Tiap 100 mL mengandung :

R/ Petrolatum 15 %

Cetyl alkohol 3 %

Gliserin 20 %

Propilen glikol 10 %

Metil paraben 0,18 %

Propil paraben 0,02 %

Tween 80

Span 80

α-tokoferol 0,05 %

Titanium dioksida 1 %

Jasmine oil q.s

Air add 100 mL

4 %

Page 11: laporan lotion Farmasi UNG 2012

C. Alasan Penambahan Bahan

Petrolatum

a. Petrolatum terutama digunakan dalam formulasi farmasi topikal

sebagai emolient dan basis salep. Petrolatum merupakan bahan

tambahan yang digunakan dalam kosmetik dan makanan. Petrolatum

sulit diserap oleh kulit (Rowe, 2007).

b. Petrolatum sering digunakan dalam formulasi kosmetika dan efek

pemakaiannya dipertimbangkan sebagai emolient oklusif. Selain itu,

berfungsi sebagai antioksidan dan pengemulsi (Sunsmart, 1996).

c. Konsentrasi petrolatum adalah 10-30 % sebagai emolient dalam krim

topikal (Rowe, 2007).

Cetyl alkohol

a. Cetil alkohol berfungsi sebagai bahan pengental (thickening agent)

(Wilkinson & Moore, 1982).

b. Pada produk formulasi, umumnya konsentrasi sebagai pengental

berkisar antara 1-3 % (Wilkinson & Moore, 1982).

c. Pemilihan konsentrasi 3 % dan 1-3 %, didasarkan pada jumlah bahan

berupa cairan yang menghampiri 50% dari sediaan, sehingga 3 %

menjadi pilihan untuk meningkatkan viskositas dari sediaan lotion ini.

Gliserin

a. Merupakan komponen humektan yang digunakan pada sediaan

kosmetik karena karakteristik khas yang dimiliki bahan ini. Aplikasi

gliserin pada produk perawatan kulit berfungsi sebagai humektan dan

pelindung kulit. Gliserin bahkan digunakan sebagai moisturizer untuk

perawatan kulit kering dari penggunaannya pada produk kosmetik atau

penetrasi kulit dapat meminimumkakn terjadinya iritasi kulit (Loden,

2009).

b. Untuk formulasi farmasetik secara topikal dan kosmetik, gliserin

digunakan sebagai humektan, konsentrasi gliserin sebagai humektan ≤

30 % (Rowe, 2009).

Page 12: laporan lotion Farmasi UNG 2012

c. Gliserin sebagai humektan yang tidak mengiritasi kulit adalah berkisar

antara 10-30 %.

d. Pemilihan konsentrasi humektan yaitu 20 % dari 10-20 % karena

mekanisme kerja sediaan lotion yang baik adalah dimana konsentrasi

humektan lebih besar daripada konsentrasi emolient dimana

berdasarkan mekanismenya untuk kulit kering yakni stratum corneum

akan dilembabkan terlebih dahulu selanjutnya dilembutkan pada

permukaan kulit dengan bahan emolient.

Propilenglikol

Aktivitas antimikroba metil paraben dan golongan paraben lainnya

berkurang dengan adanya surfaktan non ionik. Seperti polisorbat-80

sebagai akibat dari miceltization. Namun, propienglikol (10%) telah

ditujukan untuk meningkatkan aktivitas antimikroba dari golongan

pembawa dengan adanya surfaktan non ionik dan mencegah interaksi

antara metil paraben dan polisorbat-80 (Rowe, 2009).

Tween dan Span

Kombinasi penggunaan tween-80 dan span-80 pada konsentrasi 4% untuk

emulgator pada sediaan topikal farmasi.

α-tokoferol

a. Vitamin E bekerja sebagai antioksidan yang melindungi asam lemak

tak jenuh terhadap oksidasi oleh radikal oksigen.

b. Antioksidan ini digunakan untuk mencegah oksidasi bagian sel yang

penting atau untuk mencegah terbentuknya hasil oksidasi yang khusus

misalnya pengoksidasi minyak lemah tak jenuh (Lachman, 1994).

c. α-tokoferol merupakan produk alami yang digunakan sebagai sumber

vitamin E yang lebih efektif sebagai antioksidan (Rowe, 2009).

Titanium Dioksida

a. Titanium dioksida merupakan serbuk putih dengan daya pengopak

yang tinggi. Titanium dioksida digunakan untuk sediaan topikal dalam

jumlah 1-4%. Titanium dioksida dapat digunakan pada kosmetik dan

pelindung kulit dan sinar UV (Rowe, 2009).

Page 13: laporan lotion Farmasi UNG 2012

b. Titanium dioksida digunakan pada pembuatan sunscreen karena

memiliki sifat fisik yang memiliki indeks bias yang tinggi, memiliki

daya serap UV, TiO2, dan ZnO dipercaya dapat menyebabkan iritasi

kulit yang lebih ringan dibandingkan dengan penambahan bahan kimia

penyerap sinar UV lainnya.

Jasmine oil

Jasmine oil digunakan sebagai pewangi dalam sediaan kosmetik.

D. Uraian Bahan

1. Petrolatum (Rowe, 2009; Dirjen POM, 1995)

Nama resmi : Petrolatum

Nama lain : Vaselin flavum, yellow petrolatum, yellow

petrolatum jelly.

RM/BM : -

Pemerian : Petrolatum kuning pucat hingga kuning berwarna,

tembus. Massa seperti lemak, berfluoresensi sangat

lemah walaupun setelah melebur, tidak atau hampir

tidak berbau atau berasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%) panas

atau dingin, gliserin dan air, larut dalam benzena,

karbon disulfida, kloroform, eter, heksan dan yang

paling tepat dan stabil minyak.

Stabilitas : Sebagian besar masalah stabilitas terjadi karena

adanya sebagian kecil kotoran pada paparan cahaya,

kotoran ini dapat dioksidasi menjadi menghitamkan

petrolatum dan menghasilkan bau yang tidak

meyenangkan.

Inkompatibilitas : Petrolatum adalah bahan inert dengan beberapa

inkompatibilitas.

Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup baik dan terlindung

dari cahaya, ditempat sejuk dan kering.

Page 14: laporan lotion Farmasi UNG 2012

Kegunaan : Emolient

2. Cetil Alkohol (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Cetyl Alcohol

Nama lain : Alcohol cetylicus, avol, cachalot, ethal, ethol,

crodacol C70, crodacol C90, crodacol 95

RM/BM : C16H340 / 242,44

Pemerian : Terdiri dari lilin, serpihan putih, butiran, kubus atau

coran. Memiliki bau yang khas lemah dan rasa

hambar, melebur pada suhu 45o-55oC

Kelarutan : Bebas larut dalam etanol (95%) dan eter, kelarutan

meningkat dengan meningkatnya suhu, praktis tidak

larut dalam air. Tercampur bila dilelehkan dengan

lemak, cairan dan parafin padat serta isopropil

miristat

Stailitas : Cetil alkohol stabil dengan adanya asam alkali

cahaya dan udara, itu tidak menjadi tengik.

Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan oksidator kuat. Cetil

alkohol dapat menurunkan titik leleh ibuprofen yang

hasil dalam kecenderungan menempel selama

proses lapisan film ibuprofen kristal.

Penyimpanan : Harus disimpan disebuah wadah tertutup ditempat

yang sejuk dan kering.

Kegunaan : Agen pengental

3. Gliserin (Rowe, 2009)

Nama resmi : Glycerin

Nama lain : Glicerol, crodecol, glycerin G-100

RM/BM : C3H8O3 / 92,09

Pemerian : Gliserin bening, tidak berwarna, tidak berbau,

kental, cairan higroskopis, memiliki rasa manis.

Page 15: laporan lotion Farmasi UNG 2012

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam benzene dan kloroform,

larut dalam etanol 95%, larut dalam metanol, praktis

tidak larut dalam minyak, larut dalam air.

Stabilitas : Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni tidak

rentan terhadap oksidasi oleh siuasana dibawah

kondisi penyimpanan biasa, tetapi rusak pada

pemanasan dengan evolusi akrolein beracun.

Pencampuran gliserin dengan air, etanol 95% dan

propilenglikol dapat membentuk stabil.

Inkompatibilitas : Gliserin dapat meledak jika dicampur denganzat

pengoksidasi kuat seperti kromium trioksida,

potassium chlorate dan potassium permanganate.

Penyimpanan : Dalam wadah kedap uadar, dingin dan kering.

Kegunaan : Humektan

4. Propilenglikol (Dirjen POM, 1979 ; Rowe, 2009)

Nama resmi : Propylen Glikol

Nama lain : 1,2-dihydroxypropane, E-10; 2-hydroxypropnol

methylglycol

RM/BM : C3H8NO2 / 76

Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas,

praktis tidak berbau, menyerap air pada udara

lembab.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, aseton, golongan

kloroform; larut dalam eter dan dalam beberapa

minyak essensial tetapi tidak dapat bercampur

dengan minyak lemak.

Stabilitas : Pada suhu dingin prilen glikol stabil pada tempat

tertutup, tetapi pada suhu tinggi cenderung

mengoksidasi dan menghasilkan propionaldehid,

asam laktat, piruvat asam, dan asam asetat. Stabil

secara kimia bila dicampur dengan etanol 95%,

Page 16: laporan lotion Farmasi UNG 2012

gliserin atau air, larutan berair, dapat disterilkan

dengan alcohol.

Inkompatibilitas : Propilenglikol inkom dengan reagen oksidasi seperti

kalium permanganat.

Penyimpanan : Pada suhu dingin dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Anti-inaktivasi pengawet.

5. Metil Paraben (Rowe, 2009)

Nama resmi : Methyl Hydroxybenzoat, Methyl Parahidroxy

Benzoat, Metyl Paraben

Nama lain : Metagin, Nipagin M

RM/BM : C8H3O3 / 152,15

Pemerian : Kristal berwarna atau kristal putih bubuk, tidak

berbau atau hampir tidak berbau.

Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol, 3 bagian etanol 95%, 6

bagian etanol 50%, larut dalam 10 bagian eter dan

60 bagian gliserin, praktis tidak larut dalam minyak

mineral, larut dalam 5 bagian glycol, larut dalam

400 bagian air, 50 bagian air pada suhu 50oC dan 30

bagian pada suhu 80oC.

Stabilitas : Larutan metil paraben stabil pada pH 3-6 selama 4

tahun pada suhu ruangan. Sementara pada pH 8

akan cepat atau mudah terhidrolisis (sekitar 60 hari)

pada suhu kamar.

Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan bahan lain, seperti

bentonit, magnesium trisilika, bedak, tragacanth,

natrium alginate, minyak essensial, sorbitol dan

atropine. Metil paraben berubah dengan adanya

besi.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Pengawet (fase minyak)

Page 17: laporan lotion Farmasi UNG 2012

6. Propil Paraben (Rowe, 2009)

Nama resmi : Propilis Parabenum

Nama lain : Propil Paraben

RM/BM : C10H12O3 / 180,20

Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam

etanol dan dalam eter dari miselization penyerapan

Stabilitas : Propil paraben berubah warna dengan adanya besi

dan terhidrolisis oleh alkali lemah dan asam kuat.

Inkompatibilitas : Propil paraben oleh plastik telah dilaporkan Mg

Aluminium, Mg trisilikat, oksidasi kuning dan

ultramarin biru dapat menyerap dan mengurangi

efektivitas propil paraben.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Pengawet (fase air)

7. Span 80 (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Sorbitan monooleat

Nama lain : Sorbitan atau span 80

RM : C3O6H27Cl17

Pemerian : Larutan berminyak, tidak berwarna, bau

karakteristik dari asam lemak.

Kelarutan : Praktis tidak larut tetapi terdispersi dalam

air dan dapat bercampur dengan alkohol sedikit

larut dalam minyak biji kapas.

Kegunaan : Sebagai emulgator dalam fase minyak

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

HLB Butuh : 4,3

8. Tween 80 (dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Polysorbatum 80

Nama lain : Polisorbat 80, tween

Page 18: laporan lotion Farmasi UNG 2012

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berwarna, hampir

tidak mempunyai rasa.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)P dalam

etil asetat P dan dalam methanol P, sukar larut

dalam parafin cair P dan dalam biji kapas P

Kegunaan : Sebagai emulgator fase air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

HLB Butuh : 15

9. α-tokoferol (Rowe, 2009; Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Tocopherolum

Nama lain : Tocoferol, Vitamin E

RM/BM : C29H5002 / 430,72

Pemerian : Tkoferol tidak berbau atau sedikit berbau, tidak

berasa atau sedikit berasa. Cairan seperti minyak

kuning jenuh.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sukar larut dalam

larutan alkali P, larut dalam etanol (95%), dalam

eter P, dalam aseton P dan dalam minyak nabati,

sangat mudah larut dalam kloroform P.

Stabilitas : Tokoferol mudah teroksidasi perlahan dari oksigen

atmosfer dan cepat oleh garam, besi dan perak.

Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan peroksida dan ion logam

terutama perak, besi, tembaga.

Penyimpanan : Dalam gas inert, wadah kedap udara, sejuk, kering,

terlindungi dari cahaya.

Kegunaan : Antioksidan.

10. Titanium Dioksida (Rowe, 2009)

Nama resmi : Titanium Dioxide, Titaniu Oxide

Nama lain : Anatase titanium dioxide, titanium dioksidum,

titanii anlidride.

Page 19: laporan lotion Farmasi UNG 2012

RM/BM : Ti02 / 79,88

Pemerian : Putih, berbentuk amorf, tidak berbau dan tidak

berasa, serbuk tidak higroskopis.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam larutan sulfuric acid,

hydrcloric acid, pelarut organic dan air. Larut dalam

hydrofluoric acid dan asam sulfat panas.

Stabilitas : Titanium dioksida stabil pada suhu tinggi. Ini

seharusnya memiliki ikatan yang kuat antara

tertavalen titanium dan ion bivalen oksigen. Tapi,

titanium dioksida dapat kehilangan sebagian kecil

dari massa oksigen dengan interaksi dengan energy

radian.

Inkompatibilitas : Titanium dioksida dapat bereaksi dengan beberapa

substansi aktif.

Penyimpanan : Titanium dioksida harus disimpan di wadah yang

tertutup baik, terlindung dari cahaya, ditempat

kering dan dingin.

Kegunaan : Tabir surya.

11. Jasmine oil (Dirjn POM, 1979)

Nama resmi : Jasmine oil

Nama lain : Minyak atsiri

RM/BM : -

Pemerian : Cairan jernih, bau seperti bau bagian tanaman asli.

Kelarutan : Mudah larut dalam kloroform P, dan dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung

dari cahaya, ditempat sejuk.

Kegunaan : Pewangi (pengaroma).

12. Air suling (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Aqua destilata

Nama lain : Air suling

Page 20: laporan lotion Farmasi UNG 2012

RM/BM : H2O / 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai fase air

Page 21: laporan lotion Farmasi UNG 2012

BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

Alat

Batang Pengaduk, beker gelas (pyrex), cawan porselin, gelas ukur (pyrex),

hot plate(), kaca arloji, kertas perkamen, neraca analitik(), pipet tetes, sendok

tanduk, sudip dan ultraturax().

Bahan

Air, alfa-tokoferol, cetyl alcohol, gliserin, jasmine oil, metil paraben,

petrolatum, propil paraben, propilenglikol, span 80, tissue, titanium dioxide,

tween 80 dan kemasan.

B. Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dibersihkan alat yang akan digunakan menggunakan alkohol 70%

3. Ditimbang semua bahan sesuai perhitungan bahan

4. Dibuat fase minyak dengan pencampuran semua bahan larut lemak yaitu

petrolatum 16.5g, cetyl alkohol 3.3ml, span 80 3.5g, propil paraben 0.02g,

alfa-tokoferol 0.05ml, dan terakhir titanium dioxide 1.1g

5. Dicampurkan dan diaduk semua bahan fase minyak tersebut sampai

homogen

6. Dibuat fase air dengan pencampuran semua sisa bahan larut air yaitu

propilenglikol 11ml air yang sudah dipanaskan diatas hot plate, lalu

ditambahkan gliserin 22ml, metal paraben 0.198g, dan tween 80 1.79g.

7. Dicampurkan dan diaduk semua bahan fase air tersebut sampai homogen

8. Dimasukan fase minyak kedalam fase air

9. Di Ultraturax dengan kecepatan 8.0 rpm sampai homogen

10. Ditambahkan jasmine oil secukupnya (10 tetes)

11. Di Ultraturax kembali sampai homogen

Page 22: laporan lotion Farmasi UNG 2012

12. Didiamkan dan dibiarkan dingin beberapa saat

13. Dimasukan kedalam wadah dry skin lotion

Page 23: laporan lotion Farmasi UNG 2012

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam praktikum teknologi sediaan liquida dan semi solida ini formula yang

dibuat adalah sediaan dry skin lotion. Lotion merupakan salah satu bentuk emulsi

yang diformulasikan sebagai campuran dari dua cairan yang tidak bercampur

dengan sistem emulsi dan jika ditempatkan pada suhu ruang berbentuk cairan

yang dapat dituang.

Skin lotion merupakan lotion dan salah satu produk kosmetika yang

digunakan untuk mempertahankan kelembaban dan kelembutan kulit. Produk ini

berbentuk minyak dalam air yang merupakan campuran air, pelembab, pelembut,

pengental, penstabil, pengemulsi, pengawet dan pewangi. Karena ditujukan untuk

pemakaian topikal khususnya pada kulit kering, sediaan ini mengandung lebih

banyak bahan humektan yang dapat menarik air dari udara dan berpenetrasi ke

dalam kulit mengakibatkan pengembangan stratum korneum yang memberikan

presepsi kulit halus dan mengurangi pengerutan.

Dry skin lotion ini dibuat dalam bentuk emulsi tipe minyak dalam air (o/w)

dikarenakan emulsi minyak dalam air (o/w) merupakan jenis produk yang paling

banyak disukai karena tidak terasa berlemak dan memiliki biaya produksi yang

lebih rendah terkait besarnya kandungan air dalam produk, sementara untuk

emulsi dengan tipe air dalam minyak (w/o) secara historis tidak terlalu disukai

karena sifatnya yang berlemak.

Berdasarkan rancangan preformulasi dan formulasi dry skin lotion yang

dibuat dalam bentuk emulsi minyak dalam air (o/w) telah ditentukan bahan dan

metode yang sesuai untuk sediaan ini. Bahan yang dipilih untuk digunakan adalah

petrolatum 15% sebagai emolient, gliserin 20% sebagai humektan, cetyl alkohol

3% sebagai pengental, propilen glikol 10% sebagai aktivasi preservative, metil

paraben 0,18% sebagai pengawet (fase air), propil paraben 0,02% sebagai

pengawet (fase minyak), kombinasi emulgator tween-80 dan span-80 4%, alfa-

tocopherol 0,05% sebagai antioksidan, dan titanium dioksida 1% sebagai UV

Page 24: laporan lotion Farmasi UNG 2012

protection dan whitening agent. Semua bahan disiapkan dan ditimbang terlebih

dahulu berdasarkan perhitungan bahan.

Pembuatan sediaan ini sangat bergantung pada metode pembuatan. Metode

yang digunakan adalah metode pencampuran. Metode ini dikenal pula dengan

metode incorporation. Dimana jika bahan obat larut dalam air/minyak, maka dapat

dilarutkan dalam air/minyak pula. Kemudian larutan tersebut ditambahkan ke

dalam bahan pembawa bagian per bagian sambil diaduk sampai homogen. Oleh

karena itu, pada awal pembuatan bahan-bahan pada fase minyak dan fase air

masing-masing dicampur secara terpisah.

Berdasarkan metode pembuatan, pertama-tama petrolatum dimasukan ke

dalam cawan porselin lalu dileburkan diatas penangas air dengan suhu 60-70°C.

Kemudian ditambahkan cetyl alkohol sambil diaduk terus menerus hingga

homogen. Lalu dimasukan satu persatu bahan dalam fase minyak yaitu propil

paraben, alfa-tocopherol, dan span-80 dengan terus melakukan pengadukan

hingga semua bahan pada fase minyak bercampur rata dan homogen.

Sementara itu siapkan pula bahan-bahan pada fase air. Dimasukkan air ke

dalam gelas kimia lalu dipanaskan di atas penangas air sampai suhu 70-80°C.

Ditambahkan pengawet metil paraben kemudian diaduk hingga larut. Setelah itu,

dimasukkan satu persatu bahan-bahan pada fase airyaitu gliserin, propilen glikol

dan tween-80 dengan terus diaduk hingga larut dan homogen.

Setelah kedua fase masing-masing sudah homogen, fase minyak di dalam

lumpang dituangkan ke dalam gelas kimia yang berisi fase air. Dicampurkan

dengan menggunakan ultraturaks 6.200 rpm selama 3-4 menit sampai fase minyak

terdispersi dengan baik dan stabil di dalam fase air (fase pendispersi). Kemudian

didinginkan dan ditambahkan 3-5 tetes jasmin oil sebagai pengaroma.

Sediaan dry skin lotion yang telah dibuat kemudian dituangkan ke dalam

wadah yang sesuai berupa botol plastik dan dimasukan ke dalam dos yang sudah

memiliki etiket bersama brosur sediaan dry skin lotion.

Page 25: laporan lotion Farmasi UNG 2012

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada praktikum yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Dry skin lotion merupakan salah satu sediaan emulsi yang dirancang

dengan komposisi: petrolatum sebagai emolien atau pelembut, cetyl

alcohol sebagai agen pengental, gliserin sebagai humektan atau pelembab,

propilenglikol sebagai bahan untuk mencegah inaktivasi dari antimikroba

akibat kombinasi dengan golongn paraben. Tween 80 dan span 80 sebagai

emulgator yaitu bahan yang dapat menurunkan tegangan permukaan

aantara partikel minyak dan air sehingga mudah untuk bercampur, α-

tokoferol sebagai antioksidan, titanium dioxide sebagai UV protection dan

jasminum oil sebagai pengaroma.

2. Dry skin merupakan emulsi tipe O/W

B. Saran

Diharapkan kepada penanggung jawab laboratorium agar dapat

memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan yang digunakan

dalam praktikum, dan ditata rapi agar dapat menunjang kelancaran suatu

praktikum.

Page 26: laporan lotion Farmasi UNG 2012

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM., (1979), Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI: Jakarta, 474, 509.

Bawab A, Friberg. 2004. Amphipilic association structures in a model skin lotion with hydroxy acid. International Journal of Cosmetic Science 26:139-147.

Departemen Kesehatan. 1993. Codeks Kosmetik Indonesia. Ed. II VoL.I. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta

Farage M. 2007. Evaluating lotion transfer to skin from feminine protection products. Journal Compilation. Skin Research and Technology 14:121-126

Idson B, Lazarus J. 1994. Semi padat. Di dalam: Siti Suyatmi, penerjemah;Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL, editor. Teori dan Praktek Farmasi

Industri II. Ed ketiga. UI Press: Jakarta

Mariani R. 2007. Alginat dibutuhkan kalangan industri. http://www.pikiranrakyat.com/cetak/1204/09/cakrawala/lain05.html. diakses pada 2 November 2014

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Metode Keputusan Kriteria Majemuk. PT Gramedia Widiasarana Indonesia: Jakarta

Mitsui. 1997. New Cosmetic Science. Elsevier: New York

Phillips GO, Williams PA. 2000. Handbook of Hidrocolloids. Woodhead Publ: Inggris

Polo KFD. 1998. A Short Textbook of Cosmetology. 1st Ed. Verlag Fur Chemische Industrie: Jerman

Rieger MM. 1994. Emulsi. Di dalam: Siti Suyatmi, penerjemah; Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL, editor. Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Ed ketiga. UI Press: Jakarta Terjemahan dari: The Theory and Practise of Industrial Pharmacy.

Rieger M. 2000. Harry’s Cosmeticology. 8th Ed. Chemical Publishing Co Inc: New York

Schmitt WH. 1996. Skin Care Products. Di dalam Williams DF and Schmitt WH, editor. Chemistry and Technology of The Cosmetics and Toiletries Industry. 2nd Ed. Blackie Academe and Profesional: London

Page 27: laporan lotion Farmasi UNG 2012

Siegenthaler D. 2005. Importance of your skin’s pH. http://ezinearticles.com/ skin care/pH.html. diakses pada 2 November 2014

Sunsmart. 1996. Petrolatum: a usefull classic. Journal Cosmetics and Toiletries. Sunsmart Inc: New York.

Suryani A, Sailah, Eliza H. 2000. Teknologi Emulsi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor: Bogor

Wasitaatmadja SM. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. UI Press: Jakarta

Wilkinson JB, Moore RJ. 1982. Harry’s Cosmeticology. London.

Winarno FG. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta