EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

86
EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION MINYAK SEREH WANGI (Cymbopogon nardus L.) SEBAGAI REPELLENT NYAMUK ANDIKA ABDIKA PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M / 1438 H

Transcript of EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

Page 1: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

MINYAK SEREH WANGI (Cymbopogon nardus L.)

SEBAGAI REPELLENT NYAMUK

ANDIKA ABDIKA

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017 M / 1438 H

Page 2: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

MINYAK SEREH WANGI (Cymbopogon nardus L.)

SEBAGAI REPELLENT NYAMUK

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains Dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

ANDIKA ABDIKA

1110096000038

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017 M / 1438 H

Page 3: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION
Page 4: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION
Page 5: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION
Page 6: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

ABSTRAK

ANDIKA ABDIKA. Efektivitas Dan Karakteristik Lotion Minyak Sereh Wangi

(Cymbopogon nardus L.) Sebagai Repellent Nyamuk dibimbing oleh DEDE

SUKANDAR dan ANNA MUAWANAH.

Repellent adalah bahan yang memiliki kemampuan untuk melindungi manusia

dari gigitan nyamuk bila dioleskan ke permukaan kulit. Salah satu bahan alam

yang berpotensi sebagai repelan adalah sereh wangi (Cymbopogon nardus L.)

dengan kandungan senyawa utama sitronellol dan geraniol. Minyak sereh wangi

diformulasikan kedalam sediaan lotion dengan variasi konsentrasi 0.5%, 1%, dan

1.5%. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat lotion minyak sereh wangi serta

menguji karakteristik, stabilitas, dan daya proteksi terhadap gigitan nyamuk.

Formula lotion yang telah terbentuk kemudian diuji dengan mengukur stabilitas

pH, warna, tekstur, aroma, dan konsistensi. Uji efektivitas melalui uji daya

proteksi dengan menggunakan nyamuk hidup secara langsung. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan ketiga formula sediaan lotion minyak sereh wangi

memiliki karakter sensori dengan warna, aroma, tekstur, dan konsistensi yang

baik. Stabilitas lotion yang dihasilkan bersifat homogen dan memiliki pH pada

range 7-8 serta memiliki tingkat penerimaan diatas 60% pada uji organoleptik.

Formula sediaan lotion dengan konsentrasi 1,5% memiliki daya proteksi terhadap

gigitan nyamuk tertinggi sebesar 50% selama waktu pengujian 6 jam. Formula

tersebut juga tidak memberikan efek iritasi.

Kata kunci : Repellent, Citronellol Oil, nyamuk, lotion.

Page 7: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

ABSTRACT

ANDIKA ABDIKA. Efectivity and Characteristic Citronella (Cymbopogon

nardus L.) Oil Lotion as Mosquito Repellent. Supervised by DEDE SUKANDAR

and ANNA MUAWANAH.

Repellent is a material that has the ability to protect humans from mosquito bites

when applied to the surfaces of the skin. One of the natural ingredients that has

the potential as a repellent is the citronella (Cymbopogon nardus L) with

sitronellol and geraniol as the main compounds. Lemon grass oil is formulated

into a lotion preparation with concentration variations of 0.5%, 1%, 1.5%. the

purpose of this research is to make citronella oil lotion and test the characteristics,

stability, and protection against mosquito bites. Lotion formula is then tested by

measuring the stability of pH, color, texture, aroma, and consistency.

Effectiveness test is done through protection power test by using alive mosquito

directly. The result of this study shows that all of the three formulas of citronella

oil lotion have sensory characters with good color, aroma, texture, and

consistency. The stability of resulting lotion is homogeneous and has a pH in the

range of 7-8 and has an acceptance level above 60% in the organoleptic test. The

lotion formula with a concentration of 1.5% has 50% mosquito bite protection for

6 hours of testing time. The formula also does not have an irritating effect.

Kata kunci : Repellent, Citronella Oil, Mosquito, Lotion.

Page 8: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

viii

KATA PENGANTAR

Bismillihirrahmanirrahim.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan laporan tugas akhir ini dapat

diselesaikan. Sholawat serta salam tak lupa penulis panjatkan ke hadirat Nabi

besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman

yang terang benderang seperti sekarang.

Atas kehendak dan izin Allah, laporan tugas akhir yang berjudul

Efektivitas Dan Karakteristik Lotion Minyak Sereh Wangi (Cymbopogon

nardus L.) Sebagai Repellent Nyamuk telah selesai disusun. Dalam menyusun

laporan tugas akhir ini penulis tidak luput dari kekurangan dan kelemahan.

Namun, dengan bantuan dari berbagai pihak berupa bimbingan dan motivasi

kepada penulis pada akhirnya laporan tugas akhir ini dapat diselesaikan.

Dalam proses penulisan laporan tugas akhir ini, banyak orang-orang yang

telah berjasa dan memberikan bantuannya baik secara langsung maupun tidak

langsung untuk dapat segera menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, tiada

ungkapan yang lebih pantas diucapkan kecuali puji syukur dan rasa terima kasih

dengan ketulusan dan kerendahan hati kepada berbagai pihak sebagai berikut.

1. Drs. Dede Sukandar, M.Si selaku Pemimbing I dan Ketua Program

Studi Kimia Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan perhatian,

bimbingan dan arahan kepada penulis.

Page 9: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

ix

2. Anna Muawanah, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan

ilmu pengetahuan, bimbingan, dan arahan selama penelitian

berlangsung sampai tersusunnya skripsi ini.

3. Dr. Hendrawati, M.Si dan Dr. Sandra Hermanto, M.Si selaku penguji

yang telah memberikan koreksi, saran, dan arahan sampai tersusunnya

skripsi ini.

4. Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains Dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Seluruh Dosen Prodi Kimia UIN Jakarta yang banyak memberikan

ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti

perkuliahan.

6. Kedua orang tercinta atas segala doa, pengorbanan, nasihat dan

motivasinya kepada penulis, sehingga mampu menyelesaikan skripsi

ini dengan baik.

7. Adikku Dini Damarwulan yang telah menjadi penghibur dan

penyemangat.

8. Yullita Sari Liya Andini yang selalu menjadi penyemangat, selalu

memberikan nasihat, motivasi, dan selalu meluangkan waktunya untuk

membantu penulis dalam kondisi apapun.

9. Kak Adawiyah yang banyak memberikan pengarahan, pengetahuan,

selama penelitian berlangsung, sehingga penulis bisa menyelesaikan

penelitian ini dengan baik.

Page 10: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

x

10. Dendi, Imam, Aulia, Irwan, Dani, Wanda, Ilham, Yogo, Aldo yang

selalu memberikan bantuan dan menjadi teman bercerita, menjadi

penyemangat dan penghibur selama ini.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis secara langsung maupun

tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun dari pembaca. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi pembacanya.

Jakarta, Agustus 2017

Penulis

Page 11: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

xi

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 4

1.3 Hipotesis ................................................................................................... 5

1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Tanaman Sereh Wangi .............................................................................. 7

2.1.1 Morfologi ......................................................................................... 7

2.1.2 Klasifikasi ........................................................................................ 8

2.1.3 Ekologi dan Penyebaran .................................................................. 8

2.1.4 Kegunaan ......................................................................................... 9

2.1.5 Kandungan Kimia ............................................................................ 10

2.2 Minyak Atsiri ............................................................................................ 11

2.2.1 Ekstraksi Minyak Atsiri ................................................................... 13

Page 12: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

xii

2.3 Nyamuk ..................................................................................................... 13

2.3.1 Morfologi ......................................................................................... 13

2.3.2 Klasifikasi dan Tata Nama .............................................................. 15

2.3.3 Siklus Hidup .................................................................................... 15

2.3.4 Upaya Pencegahan dan Pengendalian ............................................. 20

2.4 Zat Penolak Nyamuk (Repellant) .............................................................. 21

2.5 Lotion ........................................................................................................ 22

2.5.1 Lotion Bentuk Emulsi ...................................................................... 23

2.5.2 Bahan-bahan Pembentuk Lotion ..................................................... 24

2.6 Uji Organoleptik ....................................................................................... 26

2.7 Uji Iritasi Sediaan Lotion (Patch Test) ..................................................... 27

2.8 Uji Daya Proteksi ...................................................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan .......................................................................................... 29

3.1.1 Alat .................................................................................................. 29

3.1.2 Bahan ............................................................................................... 29

3.1.3 Waktu dan Tempat........................................................................... 29

3.2 Prosedur Penelitian ................................................................................... 30

3.2.1 Formulasi Lotion (Harry’s Cosmetology, 2000) ............................. 30

3.2.2 Pembuatan Lotion ............................................................................ 30

3.2.3 Uji Stabilitas Lotion (SNI 16-4946.1-1998) .................................... 31

3.2.4 Uji Daya Proteksi Terhadap Gigitan Nyamuk (Nunik. 1997) ......... 32

3.2.5 Uji Organoleptik (Soekarto. 1985) .................................................. 33

Page 13: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

xiii

3.2.6 Uji Iritasi (Patch Test) ..................................................................... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kemurnian Minyak Atsiri Sereh Wangi ................................................... 34

4.2 Lotion Sereh Wangi .................................................................................. 36

4.3 Karakteristik Sediaan Lotion ..................................................................... 38

4.4 Mutu Sensorik Sediaan Lotion Sereh Wangi ............................................ 40

4.4.1 Warna............................................................................................... 40

4.4.2 Aroma .............................................................................................. 41

4.4.3 Kesan Lengket ................................................................................. 43

4.5 Stabilitas Fisik Sediaan Lotion .................................................................. 44

4.6 Nilai pH Sediaan Lotion ............................................................................ 46

4.7 Hasil Uji Iritasi (Patch Test) Sediaan Lotion ............................................ 47

4.8 Daya Proteksi Sediaan Lotion Terhadap Gigitan Nyamuk ....................... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 55

5.2 Saran ......................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 56

LAMPIRAN .................................................................................................... 60

Page 14: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Tanaman Sereh Wangi .................................................................. 7

Gambar 2. Struktur Kimia Senyawa Sitronelal, Sitronellol, dan Geraniol..... 11

Gambar 3. Bagian Tubuh pada Nyamuk ........................................................ 15

Gambar 4. Siklus Hidup Nyamuk................................................................... 17

Gambar 5. Telur Nyamuk ............................................................................... 18

Gambar 6. Larva Nyamuk .............................................................................. 19

Gambar 7. Pupa Nyamuk ............................................................................... 20

Gambar 8. Nyamuk Dewasa ........................................................................... 21

Gambar 9. Sediaan Lotion Minyak Sereh Wangi ........................................... 40

Gambar 10. Hasil Uji Homogenitas Terhadap Keempat Formula Lotion ...... 47

Gambar 11. Struktur Kimia (I) Sitronellol dan (II) Geraniol ......................... 54

Gambar 12. Struktur Kimia Senyawa DEET.................................................. 55

Page 15: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Formula Lotion .................................................................................. 32

Tabel 2. Karakteristik Minyak Sereh Wangi ................................................... 37

Tabel 3. Karakteristik Keempat Formulasi Sediaan Lotion ............................ 41

Tabel 4. Rata-rata Hasil Uji Organoleptik Parameter Warna .......................... 43

Tabel 5. Rata-rata Hasil Uji Organoleptik Parameter Aroma ......................... 44

Tabel 6. Rata-rata Hasil Uji Organoleptik Parameter Kesan Lengket ............ 45

Tabel 7. Hasil Uji Stabilitas Fisik Formula Sediaan Lotion ............................ 47

Tabel 8. Hasil Pengukuran Nilai pH Sediaan Lotion ...................................... 49

Tabel 9. Hasil Uji Iritasi Sediaan Lotion ......................................................... 50

Tabel 10. Daya Proteksi Terhadap Gangguan Nyamuk .................................. 52

Page 16: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Skema Kerja Pembuatan Lotion ................................................ 61

Lampiran 2. Peralatan dan Bahan Penelitian.................................................. 62

Lampiran 3. Data Uji Stabilitas Lotion Pengukuran pH ................................ 63

Lampiran 4. Data Uji Stabilitas Lotion Secara Fisik ...................................... 64

Lampiran 5. Hasil Uji Daya Proteksi Terhadap Gigitan Nyamuk ................. 65

Lampiran 6. Perhitungan Nilai Daya Proteksi ............................................... 66

Lampiran 7. Lembar Uji Organoleptik .......................................................... 67

Lampiran 8. Data Uji Organoleptik ................................................................ 68

Lampiran 9. Hasil Pengolahan Data Uji Organoleptik dengan SPSS ............ 69

Page 17: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nyamuk merupakan serangga yang banyak menimbulkan masalah bagi

manusia. Selain gigitan dan dengungannya yang mengganggu, nyamuk merupakan

vektor atau penular beberapa jenis penyakit berbahaya dan mematikan bagi manusia,

seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah, dan chikungunya. Berbagai penyakit

disebar oleh tidak kurang dari 2.500 spesies nyamuk. Ada yang menyebabkan

penyakit berbahaya seperti demam berdarah (Aedes aegypti L.) dan malaria

(Anopheles), akan tetapi yang umum berkeliaran di rumah tempat tinggal adalah

nyamuk Culex tarsalis yang gigitannya menyebabkan gatal (Farida, 2008).

Berbagai cara telah dilakukan dalam pengendalian nyamuk, antara lain

dengan insektisida berbahan aktif diethyltoluamide (DEET), diclorovinil dimethyl

phospat (DDP), malathion, parathion, dan lain-lain. Pengunaan bahan kimia tersebut

dapat menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan manusia dan membuat

nyamuk menjadi resisten (Wilkinson dan Moore, 1982).

Bahan aktif tersebut dapat dengan mudah diserap melalui kulit dan masuk

kedalam aliran darah sehingga dapat mempengaruhi system saraf. Secara khusus

DEET menyebabkan kejang dan bahkan kematian pada beberapa individu. Sebagai

akibatnya beberapa departemen kesehatan masyarakat di Negara bagian Amerika

Serikat telah mengeluarkan peringatan tentang kemungkinan bahaya aplikasi

Page 18: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

2

berlebihan dari produk yang mengandung DEET. American Academy of Pediatrics

merekomendasikan bahwa penggunaan DEET pada pengusir nyamuk untuk anak-

anak tidak lebih dari 10% (Everett, 2006).

Cara untuk menghindari efek negatif dari bahan aktif tersebut, saat ini telah

banyak dilakukan penelitian terhadap anti nyamuk yang berasal dari bahan alam

(ekstrak tanaman) untuk menggantikan DEET. Di Indonesia terdapat banyak tanaman

yang dapat digunakan menjadi penolak anti nyamuk salah Salah satu tanaman yang

berpotensi sebagai anti nyamuk yaitu sereh wangi (Citronella). Tanaman ini memiliki

zat aktif yaitu sitronelal dan geraniol yang merupakan zat aktif untuk penolak

nyamuk. Manfaat tanaman ini telah dituliskan dalam Al Quran Surat Asy-Syu’ara

ayat 7-8 :

يم (7) ر ج ك و ل ز ن ك ا م يه ا ف ن ت ب ن م أ ض ك ر لى ال ا إ و ر م ي ل و أ

نين (8) م ؤ م م ره ث ك ان أ ا ك م ة و ي ك ل ل إن في ذ

Artinya : “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya

Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekuasaan

Allah, dan kebanyakan mereka tidak beriman.”

Minyak sereh wangi (Citronella oil) adalah salah satu minyak atsiri komersial

Indonesia yang diperoleh melalui proses penyulingan. Indonesia adalah produsen

terbesar minyak sereh wangi nomor dua terbesar setelah Cina. Akan tetapi dari

minyak sereh wangi yang dihasilkan hampir 75% diekspor dalam bentuk minyak

kasar sedangkan sisanya digunakan untuk keperluan dalam negeri (Boelens, 1994).

Page 19: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

3

Teknik isolasi minyak sereh wangi dapat dilakukan dengan berbagai cara

salah satunya dengan metode Hidrodestilasi. Hidrodestilasi merupakan metode yang

umum dipakai untuk mengekstrak minyak atsiri dari suatu tanaman. Metode

hidrodistilasi masih sangat potensial untuk diaplikasikan di negara-negara

berkembang seperti halnya Indonesia karena metode ini cukup praktis, peralatannya

sederhana, murah, aman dalam pengoperasiannya serta ramah lingkungan (Guenther,

1998). Rendemen yang diperoleh dari metode hidrodistilasi sangat ditentukan oleh

beberapa faktor antara lain ukuran bahan, jumlah (rasio) bahan dan air yang

digunakan, perlakuan pengadukan serta waktu proses (Manzan dkk., 2003).

Minyak atsiri sereh wangi yang dihasilkan dari proses destilasi mengandung

komponen senyawa yang dominan yaitu Sitronellal, Geraniol, dan Sitronellol

(Burdock, 2002). Ketiga komponen tersebut bersifat bioaktif sebagai bahan aditif

dalam pembuatan minuman, permen, produk daging dan lemak, dan sebagai zat anti

nyamuk atau repellent (Leung, 1980). Agar penggunaan minyak sereh wangi lebih

mudah maka diaplikasikan dalam bidang kosmetik dengan produk skin lotion penolak

nyamuk. Setyaningsih (2004) pernah melakukan pembuatan skin lotion penolak

nyamuk dimana produk tersebut memiliki keunggulan yang bersifat aman dan praktis

karena mengandung bahan insketisida alami yang dapat mengusir nyamuk. Dalam

penelitian tersebut skin lotion yang terbentuk di ujikan secara langsung ke tubuh

hewan percobaan yaitu marmut. Sedangkan dalam penelitian ini formula skin lotion

yang terbentuk akan di uji coba pada lengan manusia langsung.

Lotion adalah suatu bahan berbentuk cair yang digunakan umtuk pemakaian

topikal baik berbentuk emulsi maupun suspense. Uji untuk bahan lotion meliputi uji

Page 20: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

4

organoleptik, tipe krim lotion, pH, viskositas, sentrifugasi, dan distribusi ukuran

partikel. Kestabilan fisik bahan lotion merupakan hal yang penting oleh karena itu

warna, konsistensi dan bau harus tetap terjaga mulai saat pembuatan sampai terpakai

habis oleh konsumen dengan kata lain stabilitasnya harus tetap terjaga (Ansel, 1989).

Menurut Balsam (1970) lotion yang berbentuk cair dapat memudahkan cara

pemakaian yang cepat dan merata pada kulit. Pemilihan repellent berbahan lotion ini

karena sediaan yang berbentuk emulsi ini mudah dicuci dengan air dan tidak lengket

dibandingkan dengan sediaan topikal lainnya.

Penelitian ini akan dicari formula yang tepat untuk menghasilkan lotion anti

nyamuk yang memiliki tingkat efektivitas terbesar sebagai repellent. Lotion yang

dihasilkan kemudian diuji tingkat kesukaan terhadap beberapa individu dengan uji

organoleptik yang berupa uji tekstur, bau, dan warna. Kemudian diakukan uji

ketahanan atau stabilitas terhadap sediaan lotion yang dihasilkan. Selain itu dilakukan

juga uji toksisitas untuk mengetahui apakah sediaan lotion yang telah di formulasikan

dengan minyak sereh wangi memiliki efek samping terhadap individu yang

menggunakannya.

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah karakteristik sensori dan stabilitas formula lotion berbahan

dasar minyak sereh wangi?

Page 21: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

5

2. Bagaimanakah efektivitas dari formula lotion anti nyamuk berbahan dasar

minyak sereh wangi?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan dari rumusan masalah penelitian, maka hipotesis dari penelitian

ini adalah sebagai berikut.

1. Formula lotion anti nyamuk berbahan dasar minyak sereh wangi memiliki

karakteristik sensori dan stabilitas yang baik.

2. Formula lotion anti nyamuk berbahan dasar minyak sereh wangi memiliki

efektivitas yang baik.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya proteksi dari minyak

sereh wangi yang di formulasikan kedalam lotion anti nyamuk. Secara khusus tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui karakteristik sensori dan stabilitas dari formulasi lotion anti

nyamuk berbahan dasar minyak sereh wangi.

2. Mengetahui efektivitas dari formulasi lotion anti nyamuk berbahan dasar

minyak sereh wangi.

Page 22: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

6

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :

1. Meningkatkan pemanfaatan minyak dari tanaman sereh wangi (Cymbopogon

nordus L ).

2. Memberikan kontribusi dalam pengembangan pembuatan lotion anti nyamuk

berbasis bahan alam yang memiliki tingkat efektivitas yang lebih baik dan

memiliki efek sinergis bagi konsumen.

Page 23: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Sereh Wangi (Cymbopogon nordus L)

2.1.1 Morfologi

Sereh wangi (Cymbopogon nordus L) merupakan tanaman rumput-rumputan

tegak, dan mempunyai akar serabut yang banyak. Tanaman ini merupakan gabungan

dari beberapa bonggol, dalam bonggol terdiri daribeberapa tunas (2-6 tunas). Sereh

wangi mempunyai daun yang berbentuk memanjang, dengan ukuran panjang 1 meter,

lebar 1-2 cm, berwarna hijau muda, hingga hijau kebiru-biruan, bila diremas tercium

aroma tajam khas sereh wangi. Batang berwarna hijau dan merah keunguan.

(Kementrian Pertanian RI, 2014)

Gambar 1. Tanaman sereh wangi (Dewasasri, 2016)

Page 24: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

8

Tanaman sereh wangi (Cymbopogon nordus L)dapat hidup pada daerah yang

udaranya panas maupun dingin, sampai ketinggian 1.200 meter di atas permukaan

laut. Cara berkembang biaknya dengan anak atau akarnya yang bertunas. Tanaman ini

dapat dipanen setelah berumur 4-8 bulan. Panen biasanya dilakukan dengan cara

memotong rumpun didekat tanah. Susunan bunga tanaman sereh wangi bercabang,

bertangkai, biasanya berwarna sama dan umumnya berwarna putih. Kelopak bunga

bermetamorfosis menjadi 2 kelenjar lodikula, berfungsi untuk membuka bunga pada

pagi hari. Benang sari berjumlah 3 sampai 6 helai dengan sepasang kepala putik

berbentuk buku dengan perpanjangan berbentuk jambul. (Soebardjo, 2010)

2.1.2 Klasifikasi

Kedudukan taksonomi tanaman sereh wangi menurut Ketaren (1985) yaitu :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Cymbopogon

Spesies : Cymbopogon nordus L

2.1.3 Ekologi dan Penyebaran

Tanaman sereh wangi dapat tumbuh dengan mudah didataran rendah. Di

Indonesia banyak terdapat di Jawa, di tepi jalan atau di persawahan. Biasanya tumbuh

didataran rendah dengan ketinggian 60-140 mdpl (Sastrahidayat, 1991). Menurut

Sastrahidayat (1991) tanaman ini juga dapat di tumbuh secara alami di ketinggian 50-

2700 mdpl. Selain itu tanaman ini juga dapat ditanam pada berbagai kondisi tanah di

Page 25: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

9

daerah tropika yang lembab, cukup sinar matahari, dan dengan curah hujan yang

relatif tinggi.

Wilayah penyebaran tanaman sereh wangi hampir di seluruh bagian di

Indonesia. Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.

Karakteristik tanah dan iklim di wilayah sangat berpengaruh terhadap kualitas

tumbuh tanaman ini. Tanaman sereh wangi lebih cocok tumbuh di tanah yang subur,

gembur, dan banyak mengandung bahan organik. Tanaman ini juga menyukai sinar

matahari yang jatuh secara langsung, karena mampu meningkatkan kadar minyaknya

(Sastrahidayat, 1991).

2.1.4 Kegunaan

Secara tradisional tanaman sereh wangi banyak digunakan sebagai penguat

rasa pada makanan, minuman, dan obat tradisional (Wijayakusumah, 2001). Selain

itu tanaman ini juga banyak digunakan dibidang industri terutama industri pangan.

Tanaman ini digunakan sebagai bahan aditif dalam pembuatan minuman, permen,

daging, dan produk daging dan lemak (Leung, 1980).

Penggunaan tanaman sereh wangi kemudian berkembang terutama dalam

industri pembuatan parfum yang sebagian besar terdiri dari citral, yaitu bahan utama

untuk produksi α dan β ionon, yang digunakan sebagai bahan pewangi dalam

pembuatan sabun, detergen, krim, dan lotion (Oyen, 1999).

Tanaman sereh wangi di Indonesia sering digunakan sebagai obat tradisional.

Ekstrak tanaman ini diminum untuk mengobati radang tenggorokan, radang usus,

radang lambung, diare, obat kumur, sakit perut, batuk pilek, dan sakit kepala.

Page 26: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

10

Tanaman ini juga sering dijadikan obat gosok untuk mengobati eksema dan rematik

(wijayakusumah, 2011).

2.1.5 Kandungan kimia

Hasil penyulingan tanaman sereh wangi diperoleh minyak atsiri atau dengan

nama yang lebih dikenal yaitu Citronella Oil. Komponen senyawa utama minyak

sereh wangi terdiri dari sitronelal, sitronellol, dan geraniol (Burdock, 2002).

Sementara itu selain ketiga senyawa utama tersebut, dalam minyak atsiri sereh wangi

juga terdapat beberapa senyawa lainnya seperti sitral, a-pinen, kamfen, sabinen,

mirsen, b-felandren, p-simen, limonen, cis-osimen, terpineol, farnesol, metil

heptenon, n-desialdehida, dipenten, metil heptenon, bornilasetat, geranilformat,

terpinil asetat, sitonelil asetat geranil asetat, b-elemen, b-kariofilen, b- bergamoten,

trans-metilisoeugenol, b- kadinen, elemol, kariofilen oksida (anonim, 1984; anonim,

1985)

Sitronelal Sitronellol Geraniol

Gambar 2. Struktur kimia senyawa sitronelal,

sitronellol, dan geraniol

Page 27: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

11

Komponen kimia dalam minyak sereh wangi cukup kompleks, namun yang

paling utama adalah sitronellal dan geraniol. Kadar komponen kimia penyusun utama

dalam minyak serai wangi tidak tetap, dan tergantung pada beberapa faktor.

Gabungan dari komponen utama minyak sereh wangi tersebut juga dikenal sebagai

total senyawa yang dapat diasetilasi serta dapat menentukan intensitas bau harum,

nilai dan harga minyak sereh wangi (Wijesekara, 1973).

2.2 Minyak Atsiri

Minyak atsiri merupakan cairan lembut, bersifat aromatik, dan mudah

menguap pada suhu kamar. Minyak ini diperoleh dari ekstrak bunga, biji, daun, kulit

batang, kayu, dan akar tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan tersebut dapat berupa semak,

belukar, atau pohon. Minyak atsiri merupakan formula obat dan kosmetik tertua yang

diketahui manusia dan diklaim lebih berharga daripada emas (Agusta, 2002).

Minyak atsiri sangat penting sebagai sumber rasa dan obat. Minyak atsiri

digunakan untuk memberi rasa dan aroma makanan, minuman, parfum dan kosmetik.

Sifat toksik alami minyak atsiri berguna dalam pengobatan dan minyak atsiri telah

lama dikenal sebagai terapi yang penting, misalnya sebagai senyawa anti mikroba

(Setyawan, 2002)

Minyak atsiri biasanya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia

yang terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan oksigen (O). Pada

umumnya komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan yaitu

hidrokarbon yang terutama terdiri dari persenyawaan terpen dan hidrokarbon

teroksigenasi. Persenyawaan yang termasuk golongan hidrokarbon dari persenyawaan

Page 28: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

12

terpen terbentuk dari unsur Karbon (C) dan Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yang

terdapat dalam minyak atsiri sebagian besar terdiri dari monoterpen (2 unit isopren),

sesquiterpen (3 unit isopren), diterpen (4 unit isopren) dan politerpen. Komponen

kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H)

dan Oksigen (O). Persenyawaan yang termasuk dalam golongan hidrokarbon

teroksigenasi adalah persenyawaan alkohol, aldehid, keton, ester, eter, dan fenol.

Ikatan karbon yang terdapat dalam molekulnya dapat terdiri dari ikatan tunggal,

ikatan rangkap dua, dan ikatan rangkap tiga. Terpen mengandung ikatan tunggal dan

ikatan rangkap dua. Senyawa terpen memiliki aroma kurang wangi, sukar larut dalam

alkohol encer dan jika disimpan dalam waktu lama akan membentuk resin. Golongan

hidrokarbon teroksigenasi merupakan senyawa yang penting dalam minyak atsiri

karena umumnya aroma yang lebih wangi. Fraksi terpen perlu dipisahkan untuk

tujuan tertentu, misalnya untuk pembuatan parfum, sehingga didapatkan minyak atsiri

yang bebas terpen (Ketaren, 1985).

Minyak atsiri dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak atsiri

yang mudah dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen atau penyusun

murninya. Komponen ini dapat menjadi dasar untuk diproses menjadi produk-produk

lain. Contoh kelompok pertama ini adalah minyak sereh wangi. Biasanya komponen

utama yang terdapat dalam minyak atsiri tersebut dipisahkan atau diisolasi dengan

penyulingan bertingkat atau proses kimia yang sederhana. Pada saat isolasi dengan

penyulingan bertingkat selalu dilakukan dalam keadaan vakum. Hal ini dilakukan

untuk menghindari terjadinya isomerasi, polimerasi, atau peruraian (Sastrohamidjojo,

2004).

Page 29: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

13

2.2.1 Ekstraksi Minyak Atsiri

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Sample yang

di ekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat

larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-

beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut

terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat keasaman (pH). Dengan

diketahuinya senyawa aktif yang dikandung suatu tanaman maka akan mempermudah

pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Depkes RI, 2000).

Penelitian ini metode ekstraksi yang digunakan adalah destilasi. Destilasi

dapat didefinisikan sebagai cara penguapan dari suatu zat dengan perantara uap air

dan proses pengembunan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Destilsai melepaskan

uap air pada suatu zat yang tercampur yang kaya akan komponen yang mudah

menguap daripada zat tersebut (Pasto, 1992)

Minyak atsiri merupakan campuran dari senyawa yang berwujud cairan atau

padatan yang memiliki komposisi maupun titik didih yang beragam. Oleh karena itu

metode distilasi dianggap tepat untuk mengekstraksi minyak atsiri dari tanaman sereh

wangi.

2.3 Nyamuk

2.3.1 Morfologi

Nyamuk dapat berperan sebagai vektor penyakit pada manusia dan binatang.

Pada nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probosis panjang untuk menembus

Page 30: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

14

kulit manusia maupun binatang untuk menghisap darah. Nyamuk betina menghisap

darah untuk mendapatkan protein untuk pembentukan telur yang diperlukan. Nyamuk

jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk

menghisap darah (Spielman, 2001).

Gambar 3. Bagian tubuh pada nyamuk (Karis, 2011)

Pada stadium dewasa nyamuk dapat dibedakan jenisnya misalkan nyamuk

kulicini betina palpinya lebih pendek daripada probosisnya. Sedangkan pada nyamuk

kulicini jantan palpinya melebihi panjang probosisnya. Sisik sayapnya ada yang lebar

dan asimetris (mansonia) ada pula yang sempit dan panjang (Aedes, Culex) . Kadang-

kadang sisip sayap membentuk bercak-bercak berwarna putih dan kuning atau putih

dan cokelat juga putih hitam (speckled). Ujung abdomen Aedes lancip (pointed)

sedangkan ujung abdomen Mansonia seperti tumpul dan terpancung (truncated).

(Gandahusada, 2006)

Page 31: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

15

2.3.2 Klasifikasi dan Tata Nama

Menurut ilmu taksonomi klasifikasi nyamuk secara umumadalah sebagai

berikut (Djakaria, 2004) :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Kelas : Insekta

Ordo : Diptera

Ordo diptera ini mempunyai 2 sayap, yang terdapat pada mesothorax dan

terdapat juga sayap yang rudimeter berfungsi sebagai alat keseimbangan (haltera).

Metamorphosis lengkap nyamuk : telur - larva - pupa - dewasa (Rosdiana, 2009)

Nyamuk yang berada disekitar kita pada umumnya ada 3 jenis yaitu Aedes

aegypti, Anophele, dan Culex Sp. Nyamuk Aedes aegypti termasuk ke dalam famili

Culicidae dengan subfamili Culicinae. Genus Aedes memilki lebih dari 900 spesies.

Nyamuk Anopheles termasuk ke dalam family Culicidae dengan subfamily

Anophelini semetara nyamuk Culex termasuk kedalam famili Culicidae dan genus

Culex (Kettle 1989).

2.3.3 Siklus hidup

Nyamuk mengalami metamorfosis sempurna. Siklus hidupnya yaitu telur –

larva –pupa -nyamuk dewasa. Nyamuk menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu

1,5 sampai 3 bulan (Depkes RI, 2004)

Page 32: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

16

Gambar 4. Siklus hidup nyamuk (Amini, 2015)

Nyamuk mengalami empat tahap dalam siklus hidup: telur, larva, pupa, dan

dewasa. Tempo tiga peringkat pertama bergantung kepada spesies dan suhu. Hanya

nyamuk betina saja yang menyedot darah mangsanya. dan itu sama sekali tidak ada

hubungannya dengan makan. Sebab, pada kenyataanya, baik jantan maupun betina

makan cairan nektar bunga. sebab nyamuk betina membutuhkan nutrisi untuk

diberikan kepada telur-telurnya. Telur-telur nyamuk membutuhkan protein yang

terdapat dalam darah untuk berkembang (Depkes RI, 2004).

Panjang siklus hidup nyamuk sangat bervarisi, tergantung jenis spesiesnya.

Lama siklus pada tiap tahap perkembangan masing-masing nyamuk juga tidak

sama. Culex tarsalis bisa menyelesaikan siklus hidupnya dalam tempo 14 hari pada

20°C dan hanya sepuluh hari pada suhu 25°C. Sebagian spesies mempunyai siklus

hidup sependek empat hari atau hingga satu bulan ((Depkes RI, 2004).

Page 33: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

17

A. Telur

Telur nyamuk berbentuk lonjong dengan panjang kira-kira 0,6 mm. Saat

diletakkan telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam dalam 40 menit.

Sekali bertelur jumlahnya dapat mencapai 100-300 butir, rata-rata 300 butir (Depkes

RI, 2004). Jumlah telur yang dihasilkan tergantung dari banyak darah yang

dihisapnya. Nyamuk betina dalam 1 tahunnya dapat bertelur sebanyak 5 kali. Telur

diletakkan satu persatu pada dinding tempat air atau pada benda yang terapung di

permukaan air yang terlindung dari cahaya matahari langsung (Anonim, 2011).

Gambar 5. Telur nyamuk (Amini, 2015)

Pada iklim yang hangat, telur dapat bertumbuh dan berkembang dalam dua

hari, namun pada iklim yang sejuk dapat mencapai waktu hingga satu minggu. Telur

tersebut dapat menetas beberapa saat setelah terkena air hingga dua sampai tiga hari

setelah berada di air (Sungkar, 2002).

B. Larva

Larva terdiri dari kepala, toraks, dan abdomen, serta ada corong udara dengan

pekten dan sekelompok bulu-bulu. Sepanjang hidupnya larva kebanyakan beridam di

Page 34: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

18

permukaan air walaupun mereka akan berenang ke dasar kontainer jika terganggu

atau sedang mencari makanan (Anonim, 2011).

Gambar 6. Larva nyamuk (Amini, 2015)

Umur rata-rata pertumbuhan mulai jentik sampai menjadi pupa berkisar antara

8-14 hari. Larva mengalami 4 masa pertumbuhan yaitu instar I sampai instar IV.

Perkembangan larva tergantung pada suhu sekitarnya. Jika suhunya sejuk, larva

nyamukdapat bertahan berbulan-bulan selama ada air yang cukup (Depkes RI, 2004).

Perkembangan instar I sampai menjadi instar III hanya sebentar, dan kira-kira

3 hari pada tahap instar IV. Instar IV mencapai panjang 8mm. Perbedaan masing-

masing instar tersebut adalah ukurannya dan kelengkapan bulunya. Tiap kali larva

mengalami pergantian instar disertai dengan pergantian kulit. Nyamuk jantan tumbuh

lebih cepat dari betina(Anonim, 2011). Larva banyak dijumpai pada genangan air di

tempat tertentu seperti drum, bak, tempayan, kaleng bekas, pelepah pohon, objek

apapun yang dapat menampung air (Sungkar, 2002).

C. Pupa

Setelah menjadi instar IV, larva memasuki tahap menjadi pupa. Berbeda

dengan larva, pupa terdiri atas sefalotoraks, abdomen, dan kaki pengayuh. Terdapat

Page 35: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

19

sepasang corong pernafasan berbentuk segitiga pada sefalotoraks dan kaki pengayuh

yang lurus dan runcing terdapat pada distal abdomen (Sungkar, 2002)

Gambar 7. Pupa nyamuk (Amini, 2015)

Untuk membuka cangkang pupa dan mengeluarkan kepalanya, pupa banyak

memasukkan air untuk mengembangkan abdomennya. Pupa tidak memerlukan

makanan lagi namun membutuhkan udara dan kira-kira mencapai 2 hari untuk

bertumbuh mencapai tahap selanjutnya, nyamuk dewasa. Pada umunya nyamuk

jantan menetas lebih dahulu daripada nyamuk betina (Sungkar, 2002).

D. Nyamuk Dewasa

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari siklus hidup nyamuk. Nyamuk

dewasa terdiri dari kepala, toraks, dan abdomen yang meruncing. Nyamuk jantan

memiliki umur yang lebih pendek dari nyamuk betina, kira-kira seminggu. Makanan

nyamuk jantan adalah cairan buah-buahan atau tumbuhan. Jarak terbang nyamuk

jantan tidak jauh dari tempat perindukannya karena menunggu nyamuk betina

menetas kemudian siap berkopulasi. Nyamuk betina perlu menghisap darah untuk

Page 36: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

20

pertumbuhan telurnya, oleh karena itu ia dapat terbang jauh antara 0,5 sampai 2 meter

(Depkes RI, 2004).

Gambar 8. Nyamuk dewasa (Amini, 2015)

Nyamuk jantan dan betina biasanya melakukan perkawinan pada waktu senja,

biasanya hanya terjadi sekali sebelum nyamuk betina pergi untuk menghisap darah.

Waktu yang diperlukan mulai dari nyamuk menghisap darah sampai telur

dikeluarkan, disebut 1 siklus gonotropik (gonotropic style). Lama siklus ini antara 3-4

hari namun bervariasi. Umur nyamuk betina kira-kira 10 hari (Sungkar, 2002).

2.3.4 Upaya Pencegahan dan Pengendalian

Hingga saat ini pemberantasan nyamuk merupakan cara utama yang dilakukan

untuk mengurangi penyebaran penyakit seperti demam berdarah, malaria,

cikungunya, dan kaki gajah, karena vaksin untuk mencegah dan obat untuk

membasmi virusnya belum tersedia.

Menurut Kardinan (2005), cara pencegahan dan pemberantasan terhadap

nyamuk yang bisa dilakukan, sebagai berikut :

Page 37: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

21

1. Pencegahan dapat dilakukan dengan menggunakan repellent atau penolak

nyamuk, misalnya lotion yang dioleskan ke kulit sehingga nyamuk enggan

mendekat.

2. Pengendalian

a. Secara kimia, dengan menyemprotkan insektisida atau menaburkan insektisida

butiran ke sarang-sarang nyamuk dan menggunakan obat bakar.

b. Secara mekanis, dengan mengubur kaleng-kaleng atau wadah sejenis yang

dapat menampung air hujan dan membersihkan lingkungan yang potensial

dijadikan sarang nyamuk.

c. Secara biologis, dengan memelihara ikan yang relatif kuat dan tahan misalnya

ikan mujaer di bak penampungan air lainnya sehingga bisa menjadi predator

bagi jentik dan pupa nyamuk.

2.4 Zat Penolak Nyamuk (Repellent)

Repellent (repelan) adalah bahan-bahan kimia yang mempunyai kemampuan

untuk menjauhi serangga dari manusia sehingga dapat dihindari gigitan serangga atau

gangguan oleh serangga terhadap manusia. Repellent digunakan dengan cara

digosokkan pada tubuh atau disemprotkan pada pakaian, oleh karena itu repelan harus

mempunyai syarat yaitu, tidak mengganggu pakaian, tidak melekat atau lengket,

baunya menyenangkan pemakainya dan orang disekitarnya, tidak menimbulkan iritasi

pada kulit, tidak beracun, dan daya pengusir terhadap serangga hendaknya bertahan

cukup lama. Selain itu repelan merupakan substansi yang bila digosokkan pada kulit

Page 38: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

22

dapat memberikan perlindungan dari gangguan serangga atau ektoparasit (Soedarto,

1990).

Banyaknya bahan yang dapat digunakan sebagai repelan terutama sebagai

perlindungan diri dari gigitan nyamuk bukanlah hal yang baru, misalnya sejak zaman

purbakala hingga tahun 1940 banyak digunakan bahan-bahan seperti phyretrum,

minyak sitronella dan minyak-minyak esensial lainnya. Kebanyakan repelan serangga

menolak serangga karena bersifat toksik bagi serangga dan baunya tidak disukai oleh

serangga (Satroutomo, 1992).

Salah satu contoh repelan pada saat ini adalah DEET (N,N-diethyl-m-

toluamide). Namun senyawa ini tidak boleh digunakan pada bayi yang berumur

dibawah 2 bulan. Anak-anak yang berumur 2 bulan atau lebih hanya dapat

menggunakan produk dengan konsentrasi DEET kurang dari 30%. Hal ini disebabkan

karena DEET memiliki sifat tidak berbau, akan tetapi menimbulkan rasa terbakar

jika mengenai mata, luka, atau jaringan membranus (Soedarto, 1990).

2.5 Lotion

Lotion adalah sediaan cair berupa suspensi atau dispersi, digunakan sebagai

obat luar. Dapat berbentuk suspensi zat padat dalam bentuk serbuk halus dengan

pensuspensi yang cocok atau emulsi tipe minyak dalam air (tipe o/w) dengan

surfaktan yang cocok. Dapat ditambahkan warna, zat pengawet, dan zat pewangi

yang cocok (Depkes RI. 1997). Lotion dan krim memiliki perbedaan yang dapat

dilihat dari segi viskositas dimana krim memiliki viskositas yang tinggi dan tidak

Page 39: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

23

mudah dituang, sedangkan lotion dapat mudah dituang, jadi dengan kata lain lotion

adalah bentuk emulsi yang cair (Barel, 2002).

Lotion mempunyai daya sebar yang luas dengan membuat lapisan tipis pada

kulit. Lotion biasanya mengandung zat kimia tertentu didalam materi pembawa.

Dalam pembuatan lotion proses utamanya adalah pencampuran fase minyak dengan

fase air atau emulsifikasi dengan atau tanpa bahan tambahan. Kecairannya

memungkinkan pemakaian pada kulit yang luas, lotion dimaksudkan segera kering

pada kulit setelah pemakaian dan meninggalkan lapisan pada permukaan kulit. Lotion

harus meiliki tingkat kekentalan yang tepat dimana lotion tidak terlalu kental

sehingga mudah dituang dan tidak terlalu encer agar tidak mudah dituang (Jellinek,

1970).

Untuk membuat formula lotion agar memenuhi kriteria, seperti mudah

dioleskan, mudah dicuci, tidak berbau tengik, dan teteap stabil dalam penyimpanan,

maka diperlukan bahan-bahan dengan konsentrasi yang tepat. Efektifitas suatu lotion

ditentukan dari kemampuannya untuk membentuk lapisan titpis pada permukaan kulit

yang membuat kulit halus, dan sedapat mungkin menghambat penguapan air, lapisan

yang terbentuk sebaiknya tidak membuat kulit berminyak dan panas (Balsam, 1970).

2.5.1 Lotion Bentuk Emulsi

Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat air atau distabilkan

dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Emulsi adalah suatu sistem

termodinamik yang stabil, suatu sistem heterogen yang terdiri dari paling sedikitnya 2

cairan yang tidak bercampur, dimana salah satunya sebagai fase terdispersi (fase

Page 40: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

24

internal) yang secara seragam dalam bentuk tetesan–tetesan kecil pada medium

pendispersi (fase eksternal) yang distabilkan dengan emulgator yang cocok

(Lachman, 1994)

Menurut Jellinek (1970), terdapat dua cara dalam pembuatan emulsi, yaitu

dengan menurunkan tegangan antarmuka dan dengan mencegah penggabungan

tetesan. Zat aktif permukaan mampu mengurangi tegangan permukaan dan bertindak

sebagai penghalang bergabungnya tetesan karena zat-zat tersebut diabsorbsi pada

permukaan tetesan-tetesan yang terdispersi. Zat pengelmusi memudahkan

pembentukan emulsi dengan tiga mekanisme yaitu :

1. mengurangi tegangan antarmuka;

2. pembentukan suatu lapisan antarmuka yang kaku sebagai pembatas mekanik

untuk penggabungan;

3. pembentukan lapisan listrik rangkap sebagai penghalang elektrik untuk

mendekati partikel-pertikel.

2.5.2 Bahan-bahan Pembentuk Lotion

Menurut Lachman (1994), bahan yang biasa terdapat dalam pembuatan atau

formula lotion adalah sebagai berikut.

a. Barrier agent (pelindung)

Berfungsi sebagai pelindung kulit dan juga ikut mengurangi dehidrasi.

Contoh zat pelindung ini adalah asam stearat, bentonit, seng oksida, titanium

oksida, dan dimetikon.

Page 41: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

25

b. Emollent (pelembut)

Berfungsi sebagai pelembut kulit sehingga memiliki kelenturan pada

permukaannya dan memperlambat hilangnya air dari permukaan kulit.

Contohnya seperti lanolin, parafin, stearil alkohol, vaselin.

c. Humectan (pelembab)

Berfungsi untuk mengatur kadar air atau kelembaban pada sediaan lotion

itu sendiri maupun setelah dipakai pada kulit. Contohnya gliserin,

propilenglikol, sorbitol.

d. Emulsifier (zat pembentuk emulsi)

Berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara minyak dan air,

sehingga minyak dapat bersatu dengan air. Contoh bahan emulsifier adalah

trietanolamin, asam stearat, dan setil alkohol.

e. Buffer (larutan dapar)

Berfungsi untuk mengatur atau menyesuaikan pH atau derajat keasaman

lotion agar sesuai dengan pH kulit. Contohnya adalah asam sitrat, asam

laktat, dan natrium sitrat.

f. Pengental dan pembentuk film

Berfungsi mengentalkan sediaan lotion sehinggan dapat menyebar lebih

halusdan lekat pada kulit. Disamping itu juga berfungsi sebagai stabilizer

(penstabil). Contohnya seperti setil alkohol, karbopol, vegum, tragakan, gum,

gliseril monostearat.

Page 42: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

26

2.6 Uji Organoleptik

Uji organoleptik merupakan uji yang dilakukan dengan penginderaan.

Penilaian dengan indera banyak digunakan untuk menilai mutu suatu komoditi hasil

pertanian maupun makanan. Uji organoleptik bertujuan untuk memecah masalah

yang biasanya terdapat dalam sebuah industri khususnya industri pangan dan

kosmetik seperti pemakaian ahan mentah, proses produksi dan hasil akhir. Dalam uji

ini dibutuhkan panel. Panel merupakan alat yag terdiri dari orang atau kelompok yang

menilai sifat atau mutu benda berdasarkan kesan subjektif. Orang yang menjadi

anggota didalam panel disebut panelis. Terdapat macam-macam jenis panel yang

biasa digunakan dalam uji organoleptik yaitu, panel pencicip perorangan, panel

pencicip terbatas, panel terlatih, panel tidak terlatih, panel agak terlatih, dan panel

konsumen ( Soekarto, 1985)

Pengujian organoleptik memiliki berbagai macam cara.terdapat beberapa

kelompok cara dalam pengujian organoleptik. Cara yang paling popular adalah

kelompok pengujian pembedaan dan kelompok pengujian pemilihan. Selain itu,

dikenal juga pengujian scalar dan pengujian deskripsi. Pengujian pembedaan

merpakan uji yang digunakan untuk menentukan apakah ada perbedaan sifat sensorik

antara dua contoh yang disajikan. Uji ini jugadigunakan untuk menilai pengaruh

macam-macam perlakuan modifikasi proses atau bahan selama proses pengolahan

pangan bagi industri atau untuk mengetahui apakah ada perbedaan atau persamaan

antara dua produk dari komoditi yang sama. Uji pembeda biasanya menggunakan 15-

30 orang panelis yang terlatih. Pengujian pembedaan meliputi uji pasangan, uji

Page 43: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

27

segitiga, uji duo-trio, uji pembanding ganda, uji pembanding jamak, uji rangsangan

tunggal, uji pasangan jamak, dan uji tunggal atau nomadik.

Pengujian penerimaan atau acceptance tests merupakan penilaian seseorang

terhadap suatu sifat atau kualitas suatu bahan yang menyebabkan seseorang menyukai

suau sifat atau bahan tersebut. Uji ini bersifat sangat subjektif dibandingkan dengan

uji pembedaan sehingga tidak memerlukan panelis yang berpengalaman. Iji

penerimaan meliputi uji kesukaan (uji hedonik) dan uji mutu hedonik. Uji kesukaan

merupakan uji dimana panelis diminta untuk memberi tanggapan pribadi mengenai

kesukaan atau ketidaksukaan dan mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat

kesukaan dalam uji hedonik disebut dengan skala hedonik, misalnya dalam penilaian

“suka” memiliki skala hedonik seperti amat sangat suka, sangat suka, suka, dan agak

suka. Sebaliknya, penilaian “tidak suka” memiliki skala hedonic seperti amat sangat

tidak suka, sangat tidak suka, tidak suka, dan agak tidak suka. Skala hedonic

memiliki beberpa rentangan, rentangan tersebut dapat dibuat sesuai kehendak

peneliti. Jumlah rentangan skala hedonik dapat berjumlah lima, tujuh maupun

Sembilan (Soekarto, 1985).

2.7 Uji Iritasi Sediaan Lotion (Patch Test)

Patch test merupakan suatu test kulit untuk mengidentifikasi apakah suatu

substansi berada dalam keadaan kontak dengan kulit yang dapat menyebabkan

peradangan kulit (dermatitis kontak) dengan menggunakan zat yang akan diuji, di

oleskan atau di tempelkan pada kulit dalam jangka waktu tertentu pembengkakan atau

kemerahan menunjukkan reaksi positif. Ada dua jenis dermatitis kontak, yaitu

Page 44: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

28

dermatitis kontak iritan yaitu suatu reaksi iritasi disebabkan oleh kontak langsung

dari suatu zat iritan dengan kulit dan tidak melibatkan sistem kekebalan tubuh

(Netdoctor, 2011).

Dermatitis kontak alergi dimana Semua daerah kulit yang berada dalam

kontak dengan alergen mengembangkan ruam. Ruam akan hilang jika Anda

menghindari kontak dengan substansi. Prinsip kerja dari patch test, yaitu individu

yang tersensitisasi, antigen primer-spesifik limfosit T akan beredar ke seluruh tubuh

dan mampu menciptakan suatu reaksi hipersensitivitas (Netdoctor, 2011).

2.8 Uji Daya Proteksi

Kestabilan lotion akan terganggu biasanya dikarenakan oleh penambahan

bahan yang tidak saling bercampur akibat sifat fisika maupun kimianya. Adanya

perubahan suhu, serta perubahan komposisi akibat penambahan satu fase berlebih.

Untuk mengetahui mutu lotion yang dihasilkan maka perlu dilakukan pengujian

terhadap sediaan lotion antara lain organoleptik, ph, homogenitas, dan daya proteksi

(Armstrong. 1996).

Uji daya proteksi dilakukan untuk mengetahui kemampuan proteksi atau

perlindungan terhadap pengaruh asing dari luar yang mengurangi efektivitas dari

lotion. Semakin lama waktu yang dibutuhkan maka akan semakin baik juga kualitas

sediaan lotion yang dihasilkan (Armstrong. 1989). Dalam percobaan ini uji daya

proteksi yang akan di uji adalah kemampuan lotion dalam melindungi dari gigitan

nyamuk uji.

Page 45: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat Dan Bahan

3.1.1 Alat Penelitian

Penelitian ini menggunakan perlatan seperti timbangan analitik, peralatan

gelas, pemanas listrik, pH meter, oven, kulkas, sentrifuge, magnetic stirer,

termometer, statif, dan kaca objek.

3.1.2 Bahan

Minyak sereh wangi (Citronelol oil), propilen glikol, asam stearat, setil

alkohol, trietanolamin (TEA), parafin, dan aquadest. Untuk uji iritasi dan uji

organoleptik menggunakan relawan atau panelis tidak terlatih. Untuk uji daya

proteksi terhadap gigian nyamuk digunakan nyamuk liar yang didapat dari jentik di

saluran air di daerah Petukangan Selatan, Jakarta Selatan.

3.1.3 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) Universitas

Islam negeri Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan November 2016

sampai dengan bulan Februari 2017.

Page 46: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

30

3.2 Prosedur Penelitian

3.2.1 Formulasi Lotion (Harry’s Cosmetology, 2000)

Formula lotion dibuat menjadi 4 variasi.

Tabel 1. Formula Lotion

Bahan Formula

I II III IV

Minyak Sereh

Wangi (mL) - 0.5 1 1.5

Parafin (gr) 2.5 2.5 2.5 2.5

Asam Stearat (gr) 3 3 3 3

Setil Alkohol (gr) 2 2 2 2

Trietanolamin (gr) 1 1 1 1

Propilen Glikol (gr) 5 5 5 5

Aquades (Ad mL) 100 100 100 100

3.2.2 Pembuatan Lotion

Pembuatan lotion diawali dengan menggabungkan 2 fase yaitu fase minyak

dan fase air. Fase minyak terdiri dari asam stearat, setil alkohol, propilen glikol,

paraffin, dan variasi minyak sereh wangi. Bahan tersebut dipanaskan diatas penangas

air dan dikondisikan pada suhu 70oC.

Fase air yang terdiri dari aquades dan trietanolamin dipanaskan di cawan

berbeda di atas penangas air dan dijaga pada suhu 700C. selanjutnya fase air sedikit

Page 47: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

31

demi sedikit dimasukkan kedalam fase minyak sampai terbentuk masa lotion yang

stabil. Campuran tadi terus dihomogenkan sampai suhu mencapai 400C.

3.2.3 Uji Karakteristik Sensori Dan Uji Organoleptik (Soekarto. 1985)

1. Pengujian karakteristik sensori lotion bertujuan untuk mengetahui

penampilan lotion. Penampilan normal lotion adalah warna, aroma, tekstur,

dan konsistensi yang khas. Pengujian dilakukan secara visual meliputi

penampilan warna, aroma, tekstur, dan konsistensi.

2. Pengujian organoleptik dilakukan melalui uji hedonik atau uji tingkat

kesukaan para panelis terhadap aroma, warna dan daya lengket sediaan lotion

dengan menggunakan panelis tidak terlatih sebanyak 20 orang. Pengujian

organoleptik sediaan lotion dilakukan dengan menyiapkan sampel sediaan

lotion dengan kode yang berbeda untuk keempat formula sediaan lotion.

Kode pada masing-masing formulasi ditulis menggunakan angka-angka yang

berbeda sebanyak tiga digit. Penggunaan kode tersebut bertujuan untuk

merahasiakan persentasi konsentrasi minyak sereh wangi yang ditambahkan

pada sediaan lotion tersebut. Sampel tersebut disajikan dalam sebuah panel

yang terdiri dari 20 orang panelis untuk dievaluasi. Para panelis akan diberi

kuesioner dengan skala penilaian yang telah ditentukan untuk merekam hasil

pengamatan para panelis. Informasi yang terdapat pada skala penilaian adalah

5 = Sangat Suka, 4 = Suka, 3 = Agak Suka, 2 = Tidak Suka dan 1 = Sangat

Tidak Suka. Data yang dihasilkan, dianalisis dengan cara

mentransformasikan skala hedonik kedalam skala angka dengan angka

Page 48: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

32

menurut tingkat kesukaan. Data angka yang diperoleh kemudian dianalisis

dengan statistik menggunakan metode analisis sidik ragam (ANOVA) pada

software SPSS versi 13.0 untuk menentukan formula sediaan lotion mana

yang paling disukai para panelis.

3.2.4 Uji Stabilitas Lotion (SNI 16-4946.1-1998)

Uji stabilitas lotion dilakukan kepada keempat formula lotion (0%, 0.5%, 1%,

1.5%) yang sudah terbentuk, setelah penyimpanan selama 0 minggu, 1 minggu, 2

minggu, 3 minggu, dan 4 minggu dan parameter yang di uji meliputi :

1. Homogenitas

Lotion di oleskan di atas kaca objek, kemudian dikatupkan dengan kaca objek

lain, lalu diamati kehomogenan lotion tersebut.

2. pH

Elektroda dicuci dan dibilas dengan air suling kemudian dilakukan kalibrasi

pH meter dengan buffer fosfat ekimolal dan kalium biftalat, lalu ditentukan

pH dari lotion.

3. Sentrifugasi

Lotion dimasukkan dalam tabung centrifuge, kemudian diputar pada 6000 rpm

selama 15 menit pada suhu ruang 27⁰C, kemudian diamati apakah terjadi

pemisahan.

Page 49: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

33

3.2.5 Uji Daya Proteksi Terhadap Gigitan Nyamuk (Nunik, 1997)

Pengujian dilakukan kedalam kurungan nyamuk berukuran 40 x 35 x 35 cm

yang dindingnya terbuat dari kain kasa nilon seperti pada lampiran 2, kedalam setiap

kurungan dimasukkan 25 ekor nyamuk yang sama sekali belum menghisap darah.

Kemudian lengan dioleskan 300 mg lotion minyak sereh wangi dari setiap formula

uji. Lengan yang telah terolesi lotion dimasukkan dalam kurungan nyamuk selama 15

menit. Selanjutnya dimasukkan kembali setelah 1 jam sampai jam ke 6 dengan masa

pengamatan selama 15 menit setiap jamnya. Nyamuk yang telah digunakan untuk

satu formula lotion kemudian diganti dengan nyamuk yang baru yang masih segar

dan belum pernah menghisap darah. Daya proteksi terhadap gangguan nyamuk dapat

ditentukan dengan rumus :

Dp =𝐾 − 𝑃

𝐾 𝑥 100%

Keterangan :

DP : Daya proteksi

K : Angka hinggap dengan lengan kontrol (lotion tidak mengandung minyak

sereh wangi)

P : Angka hinggap pada lengan yang terolesi lotion minyak sereh wangi.

3.2.6 Uji Iritasi (Patch test) (Iswari, 2007)

Uji iritasi (Patch Test) lotion ini dilakukan terhadap 20 orang relawan yang

dioleskan lotion tanpa minyak sereh wangi dan formula lotion dengan tambahan

minyak sereh wangi selama 15 menit kemudian dilihat reaksinya apakah terjadi reaksi

iritasi/ alergi atau tidak.

Page 50: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan uji kemurnian minyak atsiri sereh wangi (dengan

parameter uji indeks bias dan bobot jenis) dan proses pembuatan lotion anti nyamuk

berbahan dasar minyak sereh wangi dengan empat formulasi dengan variasi

konsentrasi minyak sereh wangi yang ditambahkan. Minyak sereh wangi yang

digunakan merupakan minyak sereh wangi yang diperoleh dari hasil penyulingan daun

sereh wangi yang berasal dari hasil perkebunan sereh wangi yang terletak di Desa

Cibunian, Pamijahan, Bogor. Minyak sereh wangi yang digunakan memiliki

penampakan agak encer, berwarna kuning pucat dan beraroma khas sereh wangi. Pada

penelitian ini dibuat sediaan lotion dengan empat formulasi. Keempat formulasi lotion

tersebut selanjutnya dianalisis meliputi analisis fisik, stabilitas sediaan lotion (meliputi

uji organoleptik, nilai pH, analisis homogenitas) dalam waktu penyimpanan selama 4

minggu, dan analisis daya proteksi lotion terhadap gigitan nyamuk.

4.1 Kemurnian Minyak Atsiri Sereh Wangi

Sebelum diaplikasikan sebagai bahan aktif pada pembuatan sediaan lotion

penolak nyamuk, minyak atsiri sereh wangi terlebih dahulu diuji kemurniannya. Uji

kemurnian dilakukan untuk mengetahui mutu dari minyak atsiri sereh wangi yang akan

digunakan. Parameter minyak atsiri yang dianalisis antara lain adalah warna, bobot

jenis dan indeks bias. Dilihat secara visual minyak atsiri sereh wangi berwarna kuning

muda dan berbau khas sereh. Hasil pengujian kemurnian diperoleh minyak atsiri sereh

Page 51: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

35

wangi memiliki nilai indeks bias 1,470 nD, bobot jenis 0,910 g/mL yang menunjukkan

bahwa minyak atsiri sereh wangi memenuhi range standar mutu minyak atsiri sereh

wangi berdasarkan SNI06-3953-1995 seperti ditampilkan pada tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik Minyak Sereh Wangi

Sifat Fisik Syarat SNI Kualitas Minyak

Sereh Wangi

Warna Kuning pucat – kuning

kecoklatan

Kuning pucat

Bobot Jenis (gr/mL) 0,88-0,922 0,910

Indeks Bias (nD20) 1,466-1,475 1,470

Total Geraniol ≥ 85% Tidak diuji

Total Sitronellal ≥ 35% Tidak diuji

Kelarutan dalam Etanol 80% 1:2 sampai larutan jenuh 1:2

Mekanisme isolasi miyak atsiri dari daun dan batang tanaman sereh wangi,

yaitu berdasarkan proses hidrofusa, di mana minyak atsiri melarut terlebih dahulu ke

dalam air mendidih dan keluar dari sel secara osmosis. Minyak pada permukaan akan

menguap bersama uap air dan disusul oleh minyak yang terdapat dalam sel kelenjar

keluar ke permukaan hingga kantong kelenjar kosong. Minyak yang cenderung bersifat

non polar dapat larut dalam air yang bersifat polar karena adanya suhu tinggi sehingga

meningkatkan kelarutan dan akan terpisah setelah mengenai kondensor. Minyak berada

di atas lapisan air karena bobot jenis minyak lebih kecil dibandingkan bobot jenis air.

Menurut Beudokian (1967), bobot jenis suatu senyawa ditentukan oleh perbandingan

senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya. Hal ini menunjukkan bahwa minyak

sereh yang didapatkan mengandung senyawa-senyawa yang cukup banyak. Indeks bias

yang diperoleh sebesar 1,470 nD. Nilai tersebut masih berada dalam kisaran SNI 06-

3953-1995, yaitu 1,466-1,475 nD.

Page 52: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

36

Penentuan indeks bias menggunakan refraktometer dengan berprinsip kepada

penyinaran yang menembus dua macam media dengan kerapatan berbeda. Menurut

Ketaren (1985), nilai indeks bias suatu senyawa dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor

seperti proses oksidasi dan suhu. Nilai indeks bias pada suhu yang lebih tinggi akan

menghasilkan nilai indeks bias lebih rendah.

4.2 Lotion Sereh Wangi

Lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air yang

distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di dalamnya yang

digunakan untuk pemakaian luar kulit sebagai pelindung (Lachman et al.,1994). Dalam

pembuatan sediaan lotion, faktor terpenting yang harus diperhatikan adalah fungsi

utama dari lotion yang dibuat untuk dikembangkan. Pada dasarnya lotion berfungsi

untuk mempertahankan kelembaban kulit, melembutkan dan membersihkan dan

mencegah kehilangan air (dehidrasi). Akan tetapi, ada beberapa jenis lotion yang

dikembangkan untuk tujuan tertentu seperti untuk mencegah gigitan nyamuk yaitu

lotion yang menggunakan bahan tambahan yang mengandung zat aktif sebagai penolak

nyamuk.

Secara umum lotion mengandung komponen-komponen yaitu pelembab,

pengemulsi, bahan pengisi, pembersih, pelarut, pewangi, pengawet dan bahan aktif

yang digunakan untuk tujuan tertentu. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan

lotion pada penelitian ini adalah propilen glikol, trietanolamin setil alkohol, parafin,

asam stearat, dan minyak sereh wangi sebagai bahan aktif penolak nyamuk. Propilen

glikol berfungsi sebagai pelembab atau humectant yaitu berfungsi untuk mengatur

Page 53: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

37

kelembaban sediaan baik dalam wadah dan menahan air di bawah lapisan kulit agar

tidak keluar sehingga mencegah kehilangan air yang berlebihan. Parafin berfungsi

sebagai bahan pelunak dan pelindung untuk melindungi kulit dari kehilangan air yang

berlebihan pada lapisantanduk. Setil alkohol berfungsi sebagai surfaktan, emmolient

dan pelembab.

Bahan aktif yang digunakan dalam pembuatan lotion penolak nyamuk adalah

minyak sereh wangi.Minyak sereh wangi (Cymbopogon nardus L) diketahui memiliki

kandungan terpenoid, alkaloid yang telah lama dimanfaatkan dalam bidang kesehatan

dan kosmetik (referensi). Penambahan minyak sereh wangi pada formula sediaan lotion

dilakukan karena minyak sereh wangi mengandung senyawa minyak atsiri berupa

sitronellol dan geraniol yang memiliki kemampuan sebagai repellant yang dapat

mengusir serangga, seperti nyamuk dan lalat.

Sediaan lotion minyak sereh wangi dibuat menggunakan empat jenis formulasi

dengan variasi konsentrasi minyak sereh wangi yang ditambahkan yaitu 0%, 0,5%, 1%

dan 1,5%. Pemilihan variasi konsentrasi dilakukan secara empiris yakni berdasarankan

aturan masyarakat biasa menggunakan minyak sereh wangi sebesar 1% yang

dilumaskan secara lansung ke kulit (Yuniarsih, 2010). Oleh Karena itu dilakukan uji

efektivitas sediaan lotion sebagai repellant dilakukan pada kisaran konsentrasi dibawah

1% dan diatas 1% untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang bermakna antara

ketiga konsentrasi minyak sereh wangi yang telah diformulasikan dalam lotion serta

dibandingkan dengan formula lotion placebo atau kontrol negatif.

Page 54: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

38

Gambar 9. Sediaan lotion minyak sereh wangi 0% (lotion I), minyak sereh wangi

0,5% (lotion II), minyak sereh wangi 1% (lotion III), minyak sereh

wangi 1,5% (lotion IV). (Dokumen Pribadi, 2017)

Sediaan lotion minyak sereh wangi yang dihasilkan berupa emulsi yang

memiliki tekstur agak kental, beraroma khas minyak sereh dan berwarna putih

(Gambar 9).

4.3 Karakteristik Sediaan Lotion

Sediaan lotion diamati secara visual untuk mengetahui karakteristik sediaan

lotion yang dihasilkan meliputi penapilan fisik (warna, tekstur dan aroma),

homogenitas dan konsistensi sediaan lotion tersebut. Hal ini dilakukan untuk menilai

kesesuaian dari sediaan lotion yang dihasilkan. Hasil pengujian karakteristik keempat

lotion ditunjukkan pada tabel 3.

Page 55: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

39

Tabel 3. Karakteristik Keempat Formulasi Sediaan Lotion

Parameter Formulasi

I II III IV Komersil

Warna Putih Putih Putih Putih Putih

Tekstur Lembut dan

halus

Lembut dan

halus

Lembut dan

halus

Lembut dan

halus

Lembut dan

halus

Aroma Tidak berbau

sereh wangi

Berbau khas

sereh wangi

Berbau

khas sereh

wangi

Berbau

khas sereh

wangi

Wangi

Konsistensi Agak kental Agak kental Agak

kental

Agak

kental Agak cair

Hasil pengamatan (tabel 3) menunjukkan dari segi warna formula 1 sampai 4

berwarna putih karena formula 1 merupakan formula basis lotion, sedangkan formula

2 hingga 4 juga memiliki warna yang sama dengan formula 1 karena konsentrasi

minyak sereh wangi yang ditambahkan hanya sedikit dan minyak sereh wangi memiliki

warna kuning pucat. Hal ini menyebabkan penambahan minyak sereh dalam sediaan

lotion tidak mempengaruhi atau menyebabkan perubahan warna dari sediaan lotion

yang dihasilkan. Aroma yang dihasilkan dari sediaan lotion formula 1 tidak berbau,

formula 2 sampai 4 berbau khas minyak sereh wangi. Bau khas yang ditimbulkan

dikarenakan minyak sereh wangi merupakan minyak atsiri yang memiliki aroma khas

tertentu sesuai dengan komponen senyawa terpenoid seperti sitronellol dan geraniol

yang terkandung di dalamnya. Selain itu, keempat sediaan lotion memiliki konsistensi

yang sama dengan tekstur lembut, halus dan agak kental.

Page 56: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

40

4.4 Mutu Sensorik Sediaan Lotion Sereh Wangi

Mutu sensorik sediaan lotion yang dibuat kemudian dianalisis mutu

sensoriknya melalui uji organoleptik menggunakan 20 orang panelis untuk mengetahui

tingkat penerimaan produk sediaan lotion yang dihasilkan. Parameter yang diuji

meliputi tingkat penerimaan panelis terhadap warna, aroma dan tekstur dari keempat

formula sediaan lotion tersebut. Pengujian mutu sensorik dilakukan menggunakan alat

indera penciuman, peraba dan penglihatan. Pengujian ini para panelis diminta

memberikan penilaiannya sebagai bentuk penerimaan terhadap produk sediaan lotion

dalam bentuk skala angka tertentu. Skala penilaian yang digunakan terdiri dari 5 skala

dengan keterangan skal 1 menyatakan sangat tidak suka, skala 2 tidak suka, skala 3

agak suka, skala 4 suka, skala 5 sangat suka. Uji mutu sensorik dilakukan pada keempat

formula sediaan lotion yaitu formula 1 (lotion kontrol negatif), formula 2 (penambahan

minyak sereh wangi 0,5%), formula 3 (penambahan minyak sereh wangi 1%) dan

formula 4 (penambahan minyak sereh wangi 1,5%).

4.4.1 Warna

Warna merupakan parameter yang penting dari suatu produk kosmetik karena

warna merupakan parameter yang cukup mempengaruhi keputusan panelis dalam

memilih suatu produk. Uji kesukaan panelis terhadap warna dilakukan secara visual

yaitu dengan cara meminta panelis untuk memberikan penilaian tingkat kesukaan dan

kesesuaian terhadap produk sediaan lotion yang dihasilkan. Keempat formula sediaan

lotion memiliki warna yang sama yaitu putih. Penambahan minyak sereh wangi tidak

memberikan pengaruh terhadap warna lotion karena minyak sereh wangi yang

Page 57: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

41

ditambahkan memiliki warna kuning pucat dan hanya dalam jumlah sedikit. Selain itu,

dari komponen penyusun lotion yang digunakan tidak ada komponen yang bereaksi

satu sama lain sehingga tidak terjadinya reaksi kimia yang menghasilkan jenis zat baru.

Tabel 4. Rata-rata hasil uji organoleptik parameter warna

Parameter Formula

I II III IV

Warna 4 4.05 4.15 3.85

Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kesukaan para

panelis terhadap parameter warna berada pada skala 3-4 untuk keempat formula

sediaan lotion dari 5 skala penilaian yang digunakan. Hasil ini mengindikasikan bahwa

keempat formula sediaan lotion memiliki penerimaan tampilan warna sama baik dan

dapat diterima konsumen dengan persentase penerimaan konsumen terhadap warna

sediaan lotion lebih dari 60%.

Hasil analisis sidik ragam ANOVA menunjukkan bahwa keempat formula

sediaan lotion memiliki tingkat kesukaan terhadap parameter warna yang tidak berbeda

nyata dengan nilai p>0,05dengan nilai p = 0,927. Hal ini menyatakan bahwa variasi

jenis formula tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat penerimaan warna keempat

sediaan lotion. Sehingga keempat jenis formula sediaan lotion dapat digunakan karena

memiliki tingkat penerimaan yang identik.

4.4.2 Aroma

Aroma adalah bau yang ditimbulkan oleh rangsangan kimia yang tercium oleh

syaraf-syaraf olfaktori yang berada dalam rongga hidung ketika makanan masuk ke

Page 58: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

42

dalam mulut (Mariani, 2003). Sediaan lotion minyak sereh wangi memiliki aroma yang

khas yaitu aroma minyak atsiri sereh wangi. Hal ini dikarenakan dalam minyak sereh

wangi terkandung senyawa terpenoid geraniol dan sitronellol yang memiliki aroma

spesifik. Aroma minyak atsiri yang dihasilkan memiliki ketajaman yang berbeda-beda

untuk ketiga formula dengan penambahan minyak sereh sebesar 0,5%, 1% dan 1,5%.

Formula sediaan lotion dengan penambahan minyak sereh wangi sebesar 1,5%

memiliki ketajaman aroma yang lebih tinggi.

Tabel 5. Rata-rata hasil uji organoleptik parameter aroma

Parameter Formula

I II III IV

Aroma 2.75 3.35 3.15 3.40

Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kesukaan para

panelis terhadap parameter aroma sediaan lotion berada pada skala 3-4 untuk ketiga

formula sediaan lotion. Skala 2-3 untuk sediaan lotion kontrol negatif dari 5 skala

penilaian yang digunakan. Ini mengindikasikan bahwa sediaan formula 4 dengan

penambahan minyak sereh 1,5% memiliki tingkat penerimaan yang paling baik karena

memiliki tingkat penerimaan konsumen diatas 60%.

Hasil anlisis sidik ragam ANOVA menunjukkan bahwa keempat formula

sediaan lotion memiliki tingkat kesukaan terhadap parameter aroma yang tidak berbeda

nyata dengan nilai p>0,05 yaitu p=0,236. Hal ini menunjukkan bahwa persentase

penambahan minyak sereh wangi berpengaruh terhadap aroma sediaan lotion tetapi

tidak berpengaruh terhadap penerimaan konsumen. Penambahan minyak sereh wangi

Page 59: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

43

yang berbeda menyebabkan komposisi komponen minyak atsiri (geraniol dan

sitronellol) berbeda sehingga aroma yang ditimbulkan juga berbeda.

4.4.3 Kesan Lengket

Pada umumnya konsumen kurang menyukai produk lotion yang terasa lengket

saat pemakaian. Sehingga tingkat penerimaan konsumen terhadap kesan lengket yang

ditimbulkan sediaan lotion perlu diketahui.

Tabel 6. Rata-rata hasil uji organoleptik parameter kesan lengket

Parameter Formula

I II III IV

Kesan

Lengket 3.4 3.2 3.35 3.6

Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kesukaan para

panelis terhadap kesan lengket yang ditimbulkan saat pemakaian sediaan lotion berada

pada skala 3-4 untuk keempat formula. Ini mengindikasikan bahwa keempat formula

sediaan lotion baik dengan penambahan minyak sereh wangi maupun tanpa

penambahan minyak sereh wangi memiliki tingkat penerimaan yang sama baik yaitu

diatas 60%.

Hasil analisis sidik ragam ANOVA menunjukkan bahwa keempat jenis

formulasi memiliki tingkat kesukaan terhadap kesan lengket yang ditimbulkan sediaan

lotion tidak berbeda nyata dengan nilai p>0,05 yaitu p = 0,618. Hal ini menyatakan

bahwa variasi konsentrasi minyak sereh wangi tidak berpengaruh nyata terhadap kesan

lengket yang ditimbulkan sediaan lotion saat pemakaian.

Page 60: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

44

4.5 Stabilitas Fisik Sediaan Lotion

Pengujian stabilitas fisik sediaan lotion dilakukan terhadap semua formula

sediaan lotion dimana terdiri dari satu lotion kontrol negatif (tanpa penambahan

minyak sereh wangi) dan tiga formula lotion dengan variasi konsentrasi minyak sereh

wangi (0,5% , 1% dan 1,5%). Pengujian stabilitas fisik keempat formula sediaan lotion

dilakukan selama 4 minggu pada kondisi penyimpanan disimpan pada suhu ruang

(27⁰C) dan wadah tertutup dengan parameter yang diuji meliputi penampilan fisik

(aroma, warna dan tekstur), homogenitas dan nilai pH. Pengujian stabilitas sediaan

lotion dilakukan bertujuan untuk mengetahui kestabilan sediaan lotion dikarenakan

lotion merupakan suatu emulsi yang terdiri dari fase air dan fase minyak. Pada waktu

penyimpanan yang cukup lama emulsi akan mengalami penurunan kestabilan yang

ditunjukkan dengan berkurangnya homogenitas emulsi tersebut. Menurunnya

homogenitas suatu emulsi ditandai dengan terbentuknya beberapa fase penyusun

emulsi tersebut. Pemisahan dapat disebabkan oleh adanya perubahan globul dan

keterbatasan kemampuan emulgator dalam emulsi sediaan lotion.

Uji homogenitas dilakukan untuk melihat keseragaman zak aktif yang yang

tercampur di dalam basis lotion. Sediaan yang homogen akan memberikan hasil yang

baik karena bahan aktif dalam minyak sereh wangi akan terdispersi dalam bahan

dasarnya secara merata. Uji homogenitas dilakukan dengan cara dioleskan sediaan

lotion pada kaca tranparan.

Page 61: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

45

(I) (II) (III) (IV)

Gambar 10. Hasil uji homogenitas terhadap keempat formula lotion

(Dokumen Pribadi. 2017)

Berdasarkan hasil pengujian homogenitas selama 4 minggu, sediaan lotion

yang dibuat memiliki susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar.

Hasil pengujian stabilitas fisik ditampilkan pada tabel 7.

Tabel 7. Hasil Uji Stabilitas Fisik Formula Sediaan Lotion

Formula Penampilan Fisik dan Homogenitas Minggu Ke-

0 1 2 3 4

I

putih, tidak

berbau,

homogen

putih, tidak

berbau,

homogen

putih, tidak

berbau,

homogen

putih, tidak

berbau,

homogen

putih, tidak

berbau,

homogen

II

putih,

berbau

khas,

homogen

putih,

berbau

khas,

homogen

putih,

berbau

khas,

homogen

putih,

berbau

khas,

homogen

putih,

berbau

khas,

homogen

III

putih,

berbau

khas,

homogen

putih,

berbau

khas,

homogen

putih,

berbau

khas,

homogen

putih,

berbau

khas,

homogen

putih,

berbau

khas,

homogen

IV

putih,

berbau

khas,

homogen

putih,

berbau

khas,

homogen

putih,

berbau

khas,

homogen

putih,

berbau

khas,

homogen

putih,

berbau

khas,

homogen

Keterangan : (I) formula tanpa minyak, (II) formula dengan minyak 0,5%,

(III) formula dengan minyak 1%, (IV) formula dengan minyak 1,5%.

Hasil pengujian homogenitas (Tabel 7) dapat dilihat bahwa keempat formula

lotion memiliki kestabilan yang cukup baik dalam waktu penyimpanan selama 4

Page 62: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

46

minggu. Adanya penambahan minyak sereh wangi terhadap sediaan lotion tidak

menyebabkan terjadinya penurunan kestabilan lotion. Hal ini dapat dilihat dari tidak

terjadinya perubahan baik dari segi warna, aroma, dan homogenitas keempat formula

sediaan lotion tersebut.

Tingkat homogenitas yang terjaga selama 4 minggu disebabkan karena adanya

bahan emulsifier seperti trietanolamin, asam stearat, dan setil akohol. Emulsifier ini

berfungsi sebagai pembentuk emulsi antara fase minyak dan fase air sehingga lotion

yang dihasilkan dapat menyatu dengan baik dan tidak adanya bulir kasar atau

gelembung udara yang terbentuk. Bahan seperti setil akohol juga berfungsi sebagai

pengental dan penstabil (stabilizer) sehingga lotion yang dihasilkan dapat menyebar

lebih halus dan menepel lebih lekat pada kulit (Lachman, 1994).

4.6 Nilai pH Sediaan Lotion

Analisis nilai pH terhadap keempat formula sediaan lotion dilakukan selama 4

minggu pada suhu ruangan (27⁰C) menggunakan pH meter. Analisis nilai pH terhadap

sediaan lotion dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat keasaman atau kebasaan

dari sediaan yang dibuat. Menurut Wasitaatmadja (1997) derajat keasaman (pH)

merupakan parameter yang sangat penting dalam suatu produk kosmetik karena pH

dari kosmetik mempengaruhi daya absorbs kulit. Kosmetik dengan pH yang sangat

tinggi atau rendah dapat meningkatkan daya absorbsi kulit sehingga menyebabkan kulit

teriritasi. Hasil analisis nilai pH ditunjukkan pada tabel 8 berikut.

Page 63: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

47

Tabel 8. Hasil Pengukuran Nilai pH Sediaan Lotion

Formula pH minggu ke-

0 2 3 4

I 8,2 8,25 8,10 8,09

II 8,11 8,11 8,11 8,04

III 8,13 8,11 8,12 8,02

IV 8,18 8,17 8,16 8,02

Keterangan : (I) formula tanpa minyak, (II) formula dengan minyak 0,5%,

(III) formula dengan minyak 1%, (IV) formula dengan minyak 1,5%.

Hasil pengamatan (Tabel 8) menunjukan bahwa pH lotion dari pertama kali

dibuat sampai minggu keempat berkisar pada pH ±8. Terjadi sedikit perubahan pH

disebabkan karena adanya reaksi yang terjadi dalam sediaan atau dapat juga disebabkan

oleh bakteri. Nilai pH keempat formula sediaan lotion berkisar pada range 7-8. Nilai

pH keempat formula sediaan lotion tersebut sudah sesuai dengan standar nilai pH untuk

lotion dan pelembab kulit berdasarkan SNI 164399-1996 yaitu berkisar antara 4,5-8

akan tetapi kurang sesuai dengan pH kulit yang mendekati netral. Penurunan pH lotion

dapat dilakukan dengan menambahkan komponen asam stearat karena asam stearat

merupakan komponen yang bersifat asam.

4.7 Hasil Uji Iritasi (Patch Test) Sediaan Lotion

Uji iritasi dilakukan untuk mencegah terjadinya efek samping terhadap kulit.

Uji iritasi dilakukan terhadap 20 orang panelis dengan cara mengoleskan sediaan lotion

pada permukaan kulit tangan panelis dan membiarkannya selama 15 menit untuk

melihat ada tidaknya efek samping yang ditimbulkan dari pemakaian lotion tersebut.

Page 64: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

48

Uji iritasi sangat perlu dilakukan karena di dalam lotion yang dibuat terdapat komponen

triethanolamine (TEA) yang dapat menyebabkan reaksi alergi, iritasi serta kekeringan

pada kulit. Triethanolamine yang dibiarkan menyerap kedalam tubuh dalam jangka

waktu lama dapat menjadi racun bagi tubuh. Hasil uji iritasi sediaan lotion ditunjukkan

pada tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Hasil Uji Iritasi Sediaan Lotion

Panelis Formula

I II III IV

1 - - - -

2 - - - -

3 - - - -

4 - - - -

5 - - - -

6 - - - -

7 - - - -

8 - - - -

9 - - - -

10 - - - -

11 - - - -

12 - - - -

13 - - - -

14 - - - -

15 - - - -

16 - - - -

17 - - - -

18 - - - -

19 - - - -

20 - - - -

Keterangan : (-) : tidak bereaksi, tidak menimbulkan gatal, merah dan bengkak,

(+) : merah atau gatal, (++) : bengkak atau bentol

Dari hasil pengujian diperoleh sediaan lotion yang dihasilkan tersebut tidak

terlihat adanya pengkasaran atau timbulnya merah-merah dan gatal-gatal pada kulit

yang mengindikasikan kulit teriritasi. Hal ini dikarenakan komponen trietanolamin

Page 65: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

49

yang ditambahkan sebesar 1% masih berada di bawah kisaran yang yang umum

digunakan pada pembuatan lotion yaitu sekitar 2% (Rowe dan Peller, 1999). Selain itu,

komponen geraniol dan sitronellol yang terkandung dalam minyak sereh wangi yang

ditambahkan pada sediaan lotion merupakan senyawa terpenoid yang tidak

menyebabkan iritasi pada kulit.

4.8 Daya Proteksi Sediaan Lotion Terhadap Gigitan Nyamuk

Nyamuk sering menggigit kulit manusia karena kulit manusia memiliki

karakteristik dapat mengeluarkan bau yang khas dan memiliki suhu yang sangat hangat

sehingga sangat disukai oleh nyamuk. Upaya untuk mengurangi gangguan nyamuk

terhadap kulit manusia dapat dilakukan dengan cara mengoleskan ke permukaan kulit

suatu sediaan lotion yang memiliki daya proteksi terhadap gangguan nyamuk. Daya

proteksi merupakan kemampuan sediaan lotion dalam melindungi kulit dari gigitan

nyamuk. Semakin tinggi daya proteksi suatu sediaan maka semakin efektif sediaan

tersebut dalam melindungi kulit terhadap gangguan nyamuk.

Pengujian daya proteksi formula sediaan lotion minyak sereh wangi terhadap

gangguan nyamuk dilakukan dengan cara mengoleskan lotion di lengan manusia dan

diamati selama 15 menit didalam kandang nyamuk yang telah diisi dengan 25 ekor

nyamuk selama 6 jam. Hasil pengujian daya proteksi sediaan lotion terhadap gangguan

nyamuk ditunjukkan pada tabel 10 berikut.

Page 66: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

50

Tabel 10. Daya Proteksi Terhadap Gangguan Nyamuk

Formula Daya Proteksi 15 Menit Pada Jam Ke-

1 2 3 4 5 6

Lotion Komersil 91.43% 88.57% 81.08% 70.27% 65.00% 65.00%

Lotion 2 62.86% 42.86% 43.24% 35.14% 35.00% 27.50%

Lotion 3 74.29% 57.14% 54.05% 45.95% 45.00% 37.50%

Lotion 4 80.00% 71.43% 64.86% 56.76% 55.00% 50.00%

Keterangan : Lotion Komersil (kontrol positif), (II) formula lotion dengan minyak

0,5%, (III) formula lotion dengan minyak 1%, (IV) formula lotion

dengan minyak 1,5%.

Tabel 10 menunjukkan ketiga formula sediaan lotion minyak sereh wangi

mampu memberikan proteksi pada kulit terhadap gangguan nyamuk. Lotion 1 tidak

dilakukan perhitungan karena pada rumus perhitungan daya proteksi ini lotion 1

dijadikan sebagai kontrol negatif dan menjadi nilai yang tetap sesuai dengan lampiran

6. Ketertarikan nyamuk pada kulit manusia tergantung dari keseimbangan antara daya

tarik komponen tertentu dalam keringat dan daya tolak oleh senyawa yang terdapat

dalam sediaan lotion yang dioleskan pada permukaan kulit. Minyak sereh wangi

mampu memberikan daya proteksi terhadap gangguan nyamuk karena bau yang

ditimbulkan dari minyak atsiri sereh wangi mengandung senyawa aktif geraniol dan

sitronellol yang tidak disukai oleh nyamuk (Flona, 2006). Selain itu, geraniol dan

sitronellol memiliki kemampuan sebagai racun kontak yang meningkatkan aktivitas

saraf sensorik pada serangga, menyebabkan stimulasi saraf motorik yang menyebabkan

kejang dan kelumpuhan beberapa serangga. Geraniol juga memiliki kemampuan

Page 67: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

51

sebagai racun lambung yang apabila masuk ke dalam tubuh serangga dapat

menyebabkan serangga mengalami keracunan dan kematian (Thamrin, 2008).

Depkes RI (2004) menjelaskan mekanisme repellent sediaan lotion minyak

sereh wangi terhadap nyamuk bekerja dengan cara setelah lotion dioleskan pada

permukaan kulit, minyak atsiri sereh wangi akan ikut menempel pada kulit dan masuk

ke dalam pori-pori kulit, dengan adanya pengaruh suhu tubuh geraniol dan sitronellol

yang terdapat pada sediaan lotion akan bercampur dengan gas di udara dan akan

tercium oleh organ penciuman yang umumnya berlokasi pada antena, maksila dan palpi

sehingga memungkinkan nyamuk tidak tertarik dengan bau tersebut (Jacobson, 1972).

Patel dan Oswal (2012) juga menambahkan bahwa nyamuk betina memiliki

ORN (Olfactory Receptor Neurons) yang memberikan respon terhadap senyawa kimia

seperti asam lemak dan asam karboksilat pada keringat manusia yang menyebabkan

nyamuk betina menjadi lebih atraktif dalam menggigit kulit manusia. Zat repellen

seperti geraniol dan sitronelol melindungi kulit manusia dari gigitan nyamuk menggigit

dengan cara menghambat stimulus yang ditangkap organ olfaktori (yaitu antena dan

palpa) oleh nyamuk betina untuk menghisap darah (Webb, 2011). Zat repellen juga

melakukan blokade terhadap reseptor asam laktat di antena nyamuk sehingga nyamuk

kehilangan kontak dengan manusia.

Hasil pengujian menampilkan secara berurutan formula 2 memiliki daya

proteksi paling kecil diikuti oleh formula 3 dan 4. Daya proteksi yang paling tinggi

dimiliki oleh formula 4 dengan konsentrasi minyak atsiri sereh wangi paling tinggi

yaitu sebesar 1,5%v/v dengan daya 50% pada waktu pengamatan selama 6 jam. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi minyak sereh wangi yang ditambahkan

Page 68: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

52

maka semakin besar pula daya proteksi sediaan lotion yang diberikan. Kenaikan daya

proteksi disebabkan oleh penambahan minyak sereh wangi yang tinggi menyebabkan

komponen aktif seperti geraniol dan sitronellol yang terkandung dalam minyak atsiri

sereh wangi dalam sediaan lotion tersebut meningkat.

Senyawa-senyawa terpenoid seperti limonen, sitronelal, geraniol, sitronelol,

sitral, a-pinen, dan ß-pinen dilaporkan memiliki aktivitas sebagai repelan nyamuk

(Azzah et al., 2005).

(I) (II)

Gambar 11. Struktur kimia (I) sitronellol dan (II) geraniol

Geraniol dan sitronellol merupakan komponen utama dalam minyak sereh

wangi yang berperan sebagai senyawa aktif penolak nyamuk. Sari et al., (2014)

melaporkan bahwa komponen terpenoid dalam ekstrak jahe yang memiliki aktivitas

repelan terbesar dimiliki oleh sitronellol dengan konsentrasi efektif (EC50) sebesar

0,00011mgcm-2, kemudian diikuti oleh geraniol (0,00018mgcm-2), sitronelal (0,00025

mgcm-2), sitral (0,00066 mgcm-2), limonen (0,00268 mgcm-2), a-pinen (0,02817 mgcm-

2), dan ß-pinen (0,0132 mgcm-2).

Page 69: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

53

Akan tetapi, sediaan lotion merk dagang memiliki daya proteksi yang lebih

tinggi dibandingkan keempat formula sediaan lotion minyak sereh wangi. Hal ini

dikarenakan di dalam produk merk dagang yang diuji diketahui mengandung senyawa

kimia DEET sebesar 15% yang sangat efektif menolak nyamuk. Jika dilihat dari

konsentrasi bahan aktif yang digunakan, penggunaan minyak sereh wangi pada sediaan

lotion lebih menguntungkan, selain ekonomis (hanya dengan konsentrasi 1,5%),

memiliki aroma yang enak juga tidak menimbulkan efek samping negatif karena

kandungan senyawa sitronellol dan geraniol aman bagi tubuh dan tidak menyebabkan

iritasi pada kulit.

Gambar 12. Struktur kimia senyawa DEET

DEET merupakan senyawa yang sangat baik dalam menolak nyamuk. Akan

tetapi, DEET merupakan senyawa kimia sintetik yang sangat beracun dan berbahaya

jika digunakan dalam jangka waktu yang lama. Ketika lotion yang mengandung DEET

dioleskan pada kulit, zat aktif DEET akan meresap ke bagian dalam kulit dan masuk

ke aliran darah sehingga mampu mempengaruhi sistem saraf (Everred, 2006).

Mekanisme absorpsi suatu zat aktif yang terdapat dalam sediaan lotion sampai

terlepasnya zat aktif dari kulit sampai ke aliran darah terdiri dari beberapa fase yaitu

lag phase, rising phase dan falling phase. Pada tahap lag phase sediaan lotion yang

Page 70: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

54

ditambahkan pada kulit belum masuk ke daerah stratum korneum atau lapisan terluar

dari lapisan epidermis sehingga bahan aktif yang ada dalam sediaan belum masuk ke

pembuluh darah.Rising phase yaitu fase dimana sebagian zat aktif mulai menembus

stratum korneum dan memasuki daerah kapiler dermis sehingga zat aktif dapat

ditemukan dalam pembuluh darah selanjutnya falling phase yaitu fase pelepasan zat

aktif DEET dari permukaan kulit dan dibawa ke kapiler dermis (Otberg et al., 2007).

Beberapa efek negatif yang ditimbulkan DEET diantaranya menyebabkan kejang-

kejang, merusak sitem saraf bahkan kematian pada beberapa individu.

Tabel 10 juga memperlihatkan bahwa kenaikan daya proteksi terhadap gigitan

nyamuk, semua sediaan lotion baik formula sediaan lotion minyak sereh wangi maupun

lotion merk dagang yang dioleskan pada permukaan kulit mengalami penurunan setiap

periode (setiap jamnya). Pada ketiga formula sediaan lotion dan 1 merk dagang

mengalami penurunan daya proteksi yang cukup signifikan setiap periodenya. Hal ini

dikarenakan zat aktif yang terkandung mulai menguap karena suhu tubuh.

Page 71: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

55

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Formula sediaan lotion minyak sereh wangi dengan kadar indeks bias dan

bobot jenis masing-masing sebesar 1,470 nD20 dan 0,976 gram/mL memiliki

karakter sensori yang baik. Parameter yang diukur pada karakteristik sensori

meliputi warna, aroma, tekstur, dan konsistensi. Stabilitas lotion yang dihasilkan

bersifat homogen dan memiliki pH pada range 7-8 serta memiliki tingkat

penerimaan diatas 60% pada uji organoleptik. Formula sediaan lotion dengan

konsentrasi 1,5% memiliki daya proteksi terhadap gigitan nyamuk tertinggi

sebesar 50% selama waktu pengujian 6 jam. Semua formula lotion tidak

memberikan efek iritasi terhadap kulit sehingga aman untuk digunakan sehari-

hari.

5.2 SARAN

Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan jenis atau

spesies nyamuk yang lebih spesifik, sehingga dapat diketahui tingkat efektivitas

formula lotion yang terbentuk dapat bekerja pada jenis nyamuk apa saja.

Kemudian untuk penelitian selanjutnya diharapkan agar peneliti dapat

mengondisikan dengan baik nyamuk yang digunakan pada uji daya proteksi

dengan menggunakan nyamuk yang segar dan belum pernah menghisap darah

sama sekali.

Page 72: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

56

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A. 2002. Aromaterapi Cara Sehat Dengan Wewangian Alami. Cetakan 2.

PT Penebar Swadaya. Jakarta. Halaman 64-65

Anonim. 1984. Aplication of Gas-Liquid Chromatography to The Analysis of

Essential Oils part XI. Monographs for Seven Essential Oil Analysis.

Vol 109, 1348

Anonim. 1985. Serai Dapur (Cymbopogon nardus var. Flexuosus hack).

BALITRO. Edisi khusus. Mei, No.2. Bogor

Anonim. 2011. Life Cycle of Aedes aegypti. [Diunduh 31 Oktober 2016].

http://www.denguevirusnet.com/life-cycle-of-aedes-aegypti.html

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV. Diterjemahkan

oleh Farida I. UI Press

Balsam, M.S. Sagarin E. 1970. Cosmetics Science and Technology 2nd Ed Volume

1. Willey Interscience. New York. Hal 181-211

Barel, A.O. Poye M, Malbach HI. 2002. Handbook of Cosmetic Science and

Technology. Marcel Dekker Inc. New York. Hal 151-153

Boelens, M.H. 1994. Sensory of Chemical Evaluation of Tropical Grass Oil.

Perfumer and Flavorist. 29-33

Burdock, G. 2002. Fanarali’s Flavor Ingredients. Boca Raton, Flourida. CRC

Press.

DepKes RI. 1996. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit

Demam Berdarah. Jakarta. Ditjen PPM dan PL

DepKes RI. 1997. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI.

Jakarta. Hal 19-20

DepKes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Dirjen

POM. Jakarta. Hal 13-38

DepKes RI. 2004. Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Jakarta.

Djakaria, S. 2004. Pendahuluan Entomologi Parasitologi Kedokteran Edisi 3.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal 343

Everett, J. 2006. Paten No. US20060182775A1. Amerika Serikat

Farida. 2008. Cara Alami Bebas Nyamuk. http://mommygadget.com/ . 6 Februari

2009. Dikunjungi pada 24 Maret 2017 Pukul 10.37 WIB

Gandahusada S, dkk. 2006. Parasitologi Kedokteran. Cetakan ke-VI. FKUI.

Jakarta

Page 73: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

57

Ganiswara, S.D.dkk. 1998. Farmakologi Dan Terapi Edisi 4. Jakarta. Bagiam

Farmakologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Ginanjar, Genis. 2004. Apa Yang Dokter Anda Tidak Katakan Tentang Demam

Berdarah. Yogyakarta. Bentang Pustaka (MIZAN). Hal 2-4, 30-32

Guenther, E. 1998. Minyak Atsiri. Jilid I. Edisi Ke 4. Jakarta. Universitas

Indonesia Press.

http://www.depkes.go.id/article/view/15011700003/demam -berdarah-biasanya-

mulai-meningkat-di-januari.html 8 Januari 2015. Dikunjungi Pada 31

Oktober 2016 Pukul 12.37 WIB

http://balitra.litbang.pertanian.go/index.php?option=com_content&view=article&i

d=1520&itemid=10 29 Desember 2014. Dikunjungi Pada 31 Oktober

2016 Pukul 11.40 WIB

https://rideralam.com/2011/05/27/awas-nyamuk/ 27 Mei 2011. Dikunjungi Pada

24 Maret 2017 Pukul 13.02 WIB

Jellinek, J.S. 1970. Formulation And Function Of Cosmetics. Willey Interscience.

New York. Hal. 4-12, 75-103, 108, 165

Kardinan, Agus. 2005. Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk. Agromedia

Pustaka. Jakarta. Hal 5-8, 12-14, 18, 34-35

Katzung, B.G. 2004. Farmakologi : Dasar Dan Klinik Edisi 8. Jakarta. Salemba

Medika

Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta. PN Balai Pustaka

Kurane, I. 2007. Dengue Hemorhagic Fever With Spasial Emphasis On

Immunopathogenesis. Comparative Immunology. Microbiology &

Infectious Disease. Vol 30 : 329-40

Lachman, L. Liberman HA, Kaning JL. 1994. Teori Dan Praktik Farmasi Edisi

III Jilid II. Diterjemahkan oleh Siti S. UI Press. Jakarta. Hal 1079-

1083, 1102, 1104-1105, 1110, 1112

Leung, A.Y. 1980. Encyclopedia Of Common Natural Ingredients. John Wiley

and Sons. New York

Manzan, Dkk. 2003. Journal of Agricultural and Food Chemistry. Extraction of

Essential Oil and Pigments from Curcuma longa by Steam Distillation

and Extraction with Volatile Solvent. 51. 6802-6807.

Meyer, H. N. 1982. Brine Shrimp Lethality Test : Med. Plant Research. Vol 45.

Hipokrates Verlag Gmbrl : 31-34. Amsterdam.

Nunik SA, Singgih S, Soetiyono P. 1997. Respon S. Rarak, D. Meteldan S.

Prostrate SebagaiRepelanUntukNyamukAedesaegypti.

KesehatanMasyarakat ; XXV (7) ; Hal. 482-483

Page 74: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

58

Oyen, L.P.A. and Nguyen Xuan Dung. 1999. Plant Resources Of Southeast Asia

No 19 (Essential Oil Plants). Prosea. Bogor. Indonesia

Pasto, D.J. 1992. Experiments And Techniques In Organic Chemistry. New

Jersey. Prentice Hall. Englewood Cliffs

Safar, Rosdiana. 2009. Parasitologi Kedokteran : Protozologi, Helmintologi,

Entomologi. CV Trima Widya : Bandung.

Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Cetakan 1. Yogyakarta. Gajah

Mada University Press.

Satroutomo, S.S. 1992. Pestisida : Dasar-Dasar Dan Dampak Penggunannya.

Gramedia. Jakarta. Hal 18, 20-21

Setyawan, A.D. 2002. Keragaman Varietas Jahe Berdasarkan Kandungan Kimia

Minyak Atsiri. Jurnal Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret.

Surakarta. BioSMART Vol 4, nomor 2, 48-54

Setyaningsih, Dwi, dkk. 2004. Aplikasi Minyak Sereh Wangi (Citronellol Oil)

Dan Geraniol Dalam Pembuatan Skin Lotion Penolak Nyamuk.

Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.

Soebardjo, B. 2010. Ketahanan Pangan Dan Energi. Makalah Seminar Nasional.

Teknik Kimia. Surabaya.

Soedarto. 1990. Entomologi Kedokteran. Jakarta : UI Press. Hal 59-105

Soegijanto, S. 2002. Patogenesa Dan Perubahan Patofisiologi Infeksi Virus

Dengue. Tersedia dari www.pediatrik.com/buletin/20060220-8ma2gi-

buletindoc dikunjungi pada 30 Oktober 2106

Spielman, A.,and M. D’Antonino. 2001. Mosquito: A Natural History of Our

Most Persistent and Deadly Foe. Hyperion Press, New York

Sungkar, S. 2002. Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Ikatan Dokter Indonesia

World Health Organization. 2003. Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit

Demam Dengue Dan Demam Berdarah Dengue. Jakarta. WHO &

Departemen Kesehatan RI

Wijayakusuma, H.M.H. 2001. Tumbuhan Berkhasiat Obat Indonesia : Rempah,

Rimpang, Dan Umbi. Jakarta. Milenia Populer

Wijesekara, R.O.B. 1973. The Chemical Composition And Analysis Of Citronella

Oils. Journal Of The National Science Council Of Srilanka. 1:67-68

Wilkinson, J.B and R.J Moore. 1982. Cosmeticology 7th Ed. George-Godwin Publ.

London. 325 halaman

Wirasuta, I Made Agus Gelgel dan Rasmaya Niruri. 2006. Toksikologi Umum.

Jurusan Farmasi. FMIPA Universitas Udayana. Bali

Page 75: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

59

Yuniarsih, Eka. 2010. Uji Efektivitas Losion Repelan Minyak Mimba Terhadap

Nyamuk Aedes aegypti. Universitas Islam Jakarta

Page 76: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

60

Lampiran 1. Skema Kerja Pembuatan lotion

Fase Minyak

Propilen Glikol : 5 gram

Asam Stearat : 3 gram

Setil Alkohol : 2 gram

Parafin : 2,5 gram

Fase Air

Trietanolamin : 1 gram

Aquades : Ad 100 mL

Pemanasan sampai suhu

70 - 75oC dan dilakukan

pengadukan

Pemanasan sampai suhu

70 - 75oC dan dilakukan

pengadukan

Pencampuran fasa

minyak dan air,

suhu dijaga pada nilai

40 - 45oC

Penambahan minak sereh wangi

dengan variasi 0; 0,5; 1 dan 1,5 %

Uji Stabilitas Uji Organoleptik Uji Daya Proteksi Uji Iritasi

Page 77: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

61

Lampiran 2. Peralatan dan Bahan Penelitian

Penangas Air pH meter Kandang Nyamuk

Sentrifuge Hasil Sentrifugasi

Formulasi lotion Minyak Sereh Wangi

Page 78: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

62

Lampiran 3. Data Uji Stabilitas Lotion Pengukuran pH

formula

pH minggu ke

0 1 2 3 4

I 8,2 7,76 8,25 8,10 8,09

II 8,11 7,96 8,11 8,11 8,04

III 8,13 7,83 8,11 8,12 8,02

IV 8,18 7,86 8,17 8,16 8,02

Page 79: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

63

Lampiran 4. Data Uji Stabilitas Lotion Secara Fisik

Lotion

penampilan dan homogenitas di minggu ke-

0 1 2 3 4

I

warna putih,

tidak berbau,

homogen

warna putih,

tidak berbau,

homogen

warna putih,

tidak berbau,

homogeny

warna putih,

tidak berbau,

homogen

warna putih,

tidak berbau,

homogen

II

warna putih,

berbau khas,

homogen

warna putih,

berbau khas,

homogen

warna putih,

berbau khas,

homogeny

warna putih,

berbau khas,

homogen

warna putih,

berbau khas,

homogen

III

warna putih,

berbau khas,

homogen

warna putih,

berbau khas,

homogen

warna putih,

berbau khas,

homogeny

warna putih,

berbau khas,

homogen

warna putih,

berbau khas,

homogen

IV

warna putih,

berbau khas,

homogen

warna putih,

berbau khas,

homogen

warna putih,

berbau khas,

homogeny

warna putih,

berbau khas,

homogen

warna putih,

berbau khas,

homogen

Page 80: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

64

Lampiran 5. Hasil Uji Daya Proteksi Terhadap Gigitan Nyamuk

Pengukuran

jam ke -

Jumlah Rata-rata Nyamuk Hinggap Pada Lengan Uji

Positif

(Autan)

Negatif

(Lotion I)

Formula II

(Minyak

0,5%)

Formula III

(Minyak

1%)

Formula IV

(Minyak

1,5%)

1 1,5 17,5 6.5 4,5 4

2 2 17,5 10 7,5 5

3 3 18,5 10,5 8,5 7

4 5 18,5 12 10 9

5 7 20 13 11 9

6 7 20 14 12,5 10

Page 81: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

65

Lampiran 6. Perhitungan Nilai Daya Proteksi

Rumus untuk mendapatkan nilai daya proteksi terhadap gigitan nyamuk menurut

Nunik :

Dp =𝐾 − 𝑃

𝐾 𝑥 100%

Keterangan :

DP : Daya proteksi

K : Angka hinggap dengan lengan kontrol (lotion tanpa minyak sereh wangi)

P : Angka hinggap pada lengan yang terolesi lotion minyak sereh wangi.

Daya proteksi formula lotion II

Dp =17.5 − 6.5

17.5 𝑥 100%

= 62.86 %

Page 82: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

66

Lampiran 7. Lembar Uji Organoleptik

Uji Hedonik

Hari / Tanggal Pengamatan :

Nama Sampel : Sediaan Lotion

Nama Panelis :

Jenis Kelamin : L / P

Instruksi

Di hadapan saudara terdapat empat sampel berkode. Nilailah pernyataan

saudara terhadap sampel tersebut berdasarkan penilaian saudara dengan nilai

sebagai berikut :

1 : Sangat Tidak Suka

2 : Tidak Suka

3 : Agak Suka

4 : Suka

5 : Sangat Suka

Kode Sampel Parameter Pengujian

Warna Aroma Rasa Lengket

183

761

297

842

Komentar :…………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………

Tanda Tangan Panelis

Nama

NIM

Page 83: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

67

Lampiran 8. Data Uji Organoleptik

No Warna Aroma Rasa Lengket

183 761 297 842 183 761 297 842 183 761 297 842

1 4 4 4 4 3 3 4 4 2 3 4 3

2 3 3 5 2 1 1 5 4 3 4 4 5

3 5 5 5 5 2 4 4 3 4 4 4 4

4 5 5 5 5 5 3 4 4 4 4 3 4

5 4 4 4 4 2 4 4 3 2 2 3 2

6 5 5 4 4 5 5 2 3 3 2 2 3

7 4 3 4 3 5 2 3 4 4 2 3 4

8 4 4 4 4 2 2 2 2 2 3 4 3

9 3 3 4 3 2 4 1 2 4 4 1 3

10 3 4 4 3 2 4 3 4 4 4 2 3

11 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3

12 4 5 5 5 2 5 5 5 1 5 5 3

13 2 2 3 3 1 3 4 3 4 4 3 4

14 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4

15 4 3 4 4 2 3 3 4 2 2 4 3

16 5 5 5 5 1 5 3 4 4 3 5 4

17 4 5 4 4 2 2 2 3 5 2 4 5

18 5 4 4 4 4 3 2 4 5 3 2 4

19 5 5 5 5 4 4 3 3 4 4 3 4

20 4 4 3 3 3 2 3 2 4 3 4 4

Page 84: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

68

Lampiran 9. Hasil Pengolahan Data Uji Organoleptik Dengan SPSS

Page 85: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

69

Lanjutan Lampiran 9.

Page 86: EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LOTION

70

Lanjutan Lampiran 9.